V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon dan genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi tanaman dan lingkungan. Nutrisi tanaman dapat diperoleh dari tanah sedangkan lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. Kondisi
fisiografi
wilayah
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman karena kondisi fisiografi berhubungan dengan kondisi iklim, misalnya ketinggian tempat, semakin tinggi suatu tempat maka temperaturnya mengalami penurunan, sedangkan bentuk bumi mempengaruhi pola penyinaran matahari. Di samping itu setiap tanaman memiliki kehendak kondisi fisiografi yang berbeda karena setiap tanaman memiliki karakter yang berbeda dan kebutuhan persyaratan tumbuh yang berbeda. Dengan demikian tanaman dapat tumbuh dan memproduksi hasil secara optimal hanya di wilayah yang kondisi fisiografinya dikendaki. Tanaman durian dapat tumbuh dan memproduksi hasil yang optimal juga dipengaruhi oleh kondisi fisiografi tertentu, yaitu tanaman durian menghendaki kondisi fisiografi dengan ketinggian tempat tidak lebih dari 800 meter dpl. dengan suhu rata-rata 20-30o C. Pada suhu yang lebih rendah tanaman durian dapat tumbuh namun pertumbuhannya tidak optimal, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi daun tanaman durian mudah terbakar. Tanaman durian menghendaki
25
26
kemiringan lahan yang tidak lebih dari 15o, hal ini ditujukan untuk mempermudah pengelolaan lahan dan perawatan tanaman durian. Kawasan Kebun Buah Mangunan memiliki ketinggian tempat 300 meter dpl. dengan suhu antara 24-32o C, disamping itu kawasan ini juga memiliki tanah yang didominasi lempung, berwarna merah dan padas serta dengan kemiringan 44o yang bentang wilayahnya termasuk ke dalam berbukit dan berombak, namun dengan kondisi lahan demikian, Wilayah Kebun Buah Mangunan sebagian besar lahan dibuat terasering. Dengan demikian Kawasan Kebun Buah Mangunan secara fisiografis dapat ditanami tanaman durian.
B. Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman Durian 1. Temperatur Temperatur sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman durian. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 2030oC, pada suhu 15oC tanaman durian dapat tumbuh namun tidak optimal, sedangkan pada suhu 35oC daun tanaman durian dapat terbakar. Berikut tabel 4 menyajikan kondisi temperatur rata-rata tahunan di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Tabel 4. Suhu Udara Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Tahun Suhu Udara (oC) 2011 26,1 2013 26,3 2014 26,2 2015 26,1 Rata-rata 26,2 Sumber : Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016
27
Berdasar data pada tabel 4, rata-rata suhu udara tahunan di Kecamatan Dlingo dari tahun 2011 sampai 2015 yaitu 26,2oC. Kondisi suhu tersebut jika disesuaikan dengan kelas kesesuaian untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas S1, yaitu sangat sesuai (higly suitable) atau lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan. 2. Ketersediaan Air Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya tanaman durian juga membutuhkan air untuk memperoleh hasil yang optimal. Air dapat diperoleh dari sistem pengairan yang sengaja dibuat oleh petani maupun dari air hujan yang turun dan kemudian disimpan di dalam tanah. a. Curah Hujan Tanaman durian dapat tumbuh baik pada intensitas curah hujan maksimal antara 3.000-3.500 mm/tahun dan minimal 1.500-3.000 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk tanaman durian karena akan mengakibatkan kebusukan pada akar tanaman. Berikut rata-rata curah hujan di Kecamatan Dlingo disajikan dalam tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Curah Hujan di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Tahun Curah Hujan (mm) 2011 2.157 2012 2.222 2013 3.043 2014 2.080 2015 1.939 Rata-rata 2.288,2 Sumber : Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016 Berdasarkan data pada tabel 5, rata-rata curah hujan pertahun di Kecamatan Dlingo yaitu 2.288,2 mm, sehingga dengan demikian jika
28
dicocokkan dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas S1, artinya lahan tidak mempunyai pembatas yang besar atas pengelolaan yang diberikan. b. Kelembaban Tanaman durian menghendaki kelembaban lebih dari 40% untuk proses pertumbuhannya. Kelembaban udara ini berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman, yaitu jika kelembaban udara terlalu rendah maka laju transpirasi meningkat untuk mempertahankan supaya tanaman tidak mengalami kekeringan. Tabel 6 berikut ini menyajikan data rata-rata kelembaban di Kecamatan Dlingo. Tabel 6. Kelembaban Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Tahun Kelembaban (%) 2011 78,7 2013 85,9 2014 83,8 2015 82,8 Rata-rata 82,8 Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016 Berdasarkan data tersebut kelembaban di Kecamatan Dlingo untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas sangat sesuai atau S1 dimana lahan tidak memiliki pembatas yang besar atas pengelolaan yang diberikan. 3. Ketersediaan Oksigen Tanaman durian selain faktor pendukung dari kondisi iklim juga tanaman durian membutuhkan unsur-unsur lain untuk masa pertumbuhannya salah satunya yaitu kebutuhan oksigen. Oksigen dapat diperoleh dari udara bebas dan juga udara dalam tanah. Ketersediaan oksigen dalam tanah dapat
29
dilihat dari banyak pori makro dan mikro tanah, dimana pori makro tanah berarti banyak ketersediaan udara, sedangkan pori mikro banyak menahan air. Oleh karena itu untuk mengetahui pori makro dan mikro dalam tanah dapat dilihat dari proses drainase. Tanaman durian menghendaki kondisi drainase yang baik yaitu tanah yang tidak dapat meloloskan air dengan cepat namun tidak menahan air dengan sangat lama. Berdasar survei lapangan yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2016 lahan kebun durian mempunyai kondisi drainase yang agak terhambat, oleh karena itu jika dicocokkan dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman durian kondisi drainase ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai, yaitu lahan mempunyai pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. 4. Media Perakaran a. Tekstur Lahan kebun durian di Kebun Buah Mangunan berdasar hasil analisis tanah di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta memiliki kadar pasir 17%, debu 31%, dan lempung 52%. Berdasar ketetapan klas tekstur segitiga USDA, lahan tersebut termasuk ke dalam tanah bertekstur lempung atau termasuk ke dalam lahan bertekstur halus. Oleh karena itu, tekstur lahan ini jika dicocokkan dengan kelas kesesuaian untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai.
30
b. Bahan Kasar Bahan kasar yaitu batuan yang berukuran lebih dari 2 mm yang terdapat di permukaan tanah dan dalam lapisan 20 cm. survei yang telah dilakukan menyatakan bahwa lahan kebun durian memiliki jumlah bahan kasar sebanyak 6,58%. Dengan demikian bahan kasar yang ada di lahan ini jumlahnya sedikit dan memudahkan dalam pengelolaan lahan. Bahan kasar di lahan ini termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai untuk tanaman durian karena bahan kasar yang optimal untuk tanaman durian yaitu sebanyak kurang dari 15%. c. Kedalaman Tanah Kedalaman tanah yaitu ketebalan tanah yang diukur dari permukaan tanah sampai bahan induk. Kedalaman tanah ini menunjukkan dalamnya tanah yang dapat ditembus oleh akar tanaman. Tanaman durian menghendaki tanah dengan kedalaman lebih dari 100 cm, supaya akar tanaman durian tidak mudah roboh dan mendapatkan banyak unsur hara. Survei lapangan menunjukkan bahwa kedalaman tanah di lahan kebun durian Kebun Buah Mangunan hanya 20-100 cm. Oleh karena itu lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai, dengan faktor pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
31
5. Retensi Hara a. KTK Tanah Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah yaitu kemampuan koloid tanah dalam menjerap dan menukarkan kation. Kation tersebut kemudian ditukarkan dengan ion H+ hasil respirasi akar tanaman. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah atau me%, tetapi sekarang diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles of charge per kilogram of dry soil) (Iman Syahrul Gunawan, 2014). Tanaman durian menghendaki nilai KTK tanah yang baik yaitu lebih dari 16 cmol/kg. Hal ini dikarenakan semakin tinggi nilai KTK tanah maka akan memudahkan tanah dalam menjerap kation. Hasil analisis terhadap tanah di lahan kebun durian menyatakan bahwa lahan ini memiliki KTK tanah 10,70 cmol/kg. Menurut Novizan (2005) humus yang berasal dari bahan organik mempunyai KTK jauh lebih tinggi (100-300 meq/100 g). Koloid yang bersal dari batuan memiliki KTK lebih rendah (3-150 meq/100 g). Tanah Mangunan berasal dari batuan induk batu breksi sehingga memiliki KTK yang termasuk rendah. Oleh sebab itu lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai. b. Kejenuhan Basa Kejenuhan basa merupakan presentase dari total KTK yang ditempati oleh kation-kation basa seperti Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+. Kejenuhan basa dapat mengindikasikan kesuburan tanah, yaitu kejenuhan basa lebih dari 80% artinya tanah sangat subur, kejenuhan basa 50-80%
32
artinya tanah memiliki kesuburan sedang, dan kejenuhan basa kurang dari 50% artinya tanah tidak subur (Windawati Alwi, 2011). Hasil analisis pada lahan kebun durian di Kebun Buah Mangunan menyatakan kejenuhan basa 95,9 %, artinya dengan nilai kejenuhan basa tersebut lahan ini termasuk sangat subur. Kejenuhan basa yang tinggi menunjukkan banyaknya jumlah kation basa yang dapat ditukarkan dengan ion H+ hasil respirasi tanaman, sehingga unsur hara dapat mudah tersedia bagi tanaman. Kelas kesesuaian durian kejenuhan basa lahan ini menyatakan kelas S1 atau sangat sesuai karena tanaman durian menghendaki kejenuhan basa yang optimal yaitu lebih dari 35%. c. pH Tanah Aktual pH tanah merupakan ukuran kemasaman tanah atau kebasaan tanah. Tanah ber pH 7 adalah tanah bereaksi netral, tanah ber pH lebih dari 7 adalah tanah bereaksi basa dan tanah ber pH lebih rendah dari 7 merupakan tanah bereaksi asam atau yang dikenal sebagai tanah masam (acid soils) (Abdul Madjid, 2016). Syarat tumbuh tanaman durian menghendaki pH tanah yang optimum yaitu 5,5-7,8. Pada kondisi pH tanah demikian, unsur hara yang terdapat dalam tanah dapat dengan mudah larut dalam air, sehingga unsur hara mudah diserap tanaman. Hasil analisis di laboratorium menyatakan bahwa pH tanah di kebun durian Kebun Buah Mangunan yaitu 6,30 artinya tanah ini merupakan tanah cukup netral dan termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai.
33
d. C-Organik C-Organik yaitu senyawa karbon yang berasal dari bahan organik di dalam tanah. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1-9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40-50% C-organik dan biasanya <1% di tanah gurun pasir (Fadhilah, 2010 dalam Muhammad Fadhli, 2014). Hasil analisis laboratorium menyatakan bahwa tanah kebun durian ini mengandung kadar C-Organik sebesar 1,49%. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah ini memiliki kadar C-Organik yang cukup rendah namun bila dicocokkan dengan kadar C-Organik yang dibutuhkan tanaman durian lahan ini termasuk kelas S1 sangat sesuai, karena tanaman durian menghendaki kadar C-Organik dalam tanah yaitu lebih besar dar 1,2 %. 6. Hara Tersedia Tanaman durian dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga membutuhkan unsur hara. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, misalnyanya C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Sedangkan unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, misalnya Fe, Zn, Cu, Cl, Co, dan Mo. Unsur-unsur tersebut didapatkan dari air dan dalam tanah, atau dapat pula ditambahkan melalui pemupukan. Kebutuhan unsur hara setiap tanaman berbeda-beda tergantung karakter tanaman dan fasefase pertumbuhan tanaman itu sendiri. Dosis untuk tanaman durian pada umur
34
tanaman diatas 10 tahun menurut Onny Untung (1996) yaitu pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 10 kg/pohon dalam satu kali pemberian dan frekuensi pemberian 3 kali dalam setahun. Dengan grade tersebut maka pupuk yang dibutuhkan yaitu urea sebanyak 3,26 kg, SP-36 sebanyak 4,17 kg, dan KCl 2,5 kg serta pembawanya 0.07 kg. Sedangkan pemupukan yang dilakukan di Kebun Buah Mangunan terhadap tanaman durian yaitu pemupukan pertama menggunakan pupuk kandang sebanyak 100-200 gram/pohon dan SP-36 sebanyak 100-200 gram/pohon yang dilakukan pada awal musim hujan, pemupukan yang kedua pada saat ahir musim hujan menggunakan pupuk kandang saja 100-200 gram/pohon. Dengan sistem pemupukan tersebut berikut tabel 7 menyajikan hasil analisis di laboratorium terhadap kadar unsur N total, Kadar P2O5, dan Kadar K2O pada lahan kebun durian di kebun Buah Mangunan. Tabel 7. Kadar N total, Kadar P2O5, dan Kadar K2O Unsur Hara Kadar Hara N total 0,46 % P 2 O5 38 mg/100g K2O 27 mg/100g Menurut Balai Penelitian Tanah (2009) kriteria penilaian hasil analisis tanah yaitu sebagai berikut dalam tabel 8. Tabel 8. Kriteria penilaian hasil analisis tanah Nilai Parameter Sangat Tanah Rendah Sedang Tinggi Rendah N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,75 P2O5 HCl 25% <15 15-20 21-40 41-60 (mg/100g) K2O HCl 25% <10 10-20 21-40 41-60 (mg/100g)
Sangat Tinggi >0,75 >60 >60
35
Berdasarkan tabel tersebut maka hasil analisis unsur hara untuk kadar N, P2O5 dan K2O pada tanah Kebun Mangunan mempunyai nilai sedang. Seiring dengan semakin berkembangnya tanaman durian maka unsur hara yang ada di dalam tanah akan berkurang, sehingga perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan yang dilakukan seharusnya tidak hanya menggunakan SP-36 saja melainkan ditambah pupuk yang mengandung unsur lain supaya kebutuhan unsur hara tanaman durian dapat terpenuhi. 7. Bahaya Erosi a. Kemiringan Lereng Kemiringan lereng untuk kebun durian di Kebun Buah Mangunan berdasar survei lapangan yaitu 14,4%, sedangkan tanaman durian menghendaki kemiringan lereng kurang dari 8%, sehingga lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai. Lahan dengan kemiringan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya erosi dan hilangnya lapisan tanah teratas atau top soil, disamping itu juga lahan dengan kemiringan yang tinggi dapat menyulitkan dalam pengolahan tanah, sehingga tanah di Kebun Buah Mangunan dibuat terasering dan menanam tanaman durian dengan searah kontur, serta adanya tanaman kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah. b. Bahaya Erosi Kawasan Kebun Buah Mangunan beradasar hasil survei lapangan yaitu dengan cara wawancara dengan pengelola kebun tersebut memiliki tingkat bahaya erosi yang sangat rendah, sebab walaupun dengan
36
kemiringan yang cukup tinggi tanah di Kebun Buah Mangunan sejak awal penanaman dibuat terasering dan ditanam searah kontur. Dengan demikian untuk kesesuaian lahannya termsuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai. 8. Bahaya Banjir Berdasar hasil survei lapangan, tingkat bahaya banjir di Kawasan Kebun Buah Mangunan termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai untuk tanaman durian karena tidak pernah terjadi genangan atau banjir di kawasan ini. Tanah yang tergenang akan mengakibatkan kebusukan pada akar tanaman durian, sehingga tanah yang baik untuk tanaman durian yaitu tanah yang tidak tergenang. 9. Penyiapan Lahan Hasil survei lapangan yang telah dilakukan di kebun durian menyatakan bahwa jumlah batuan di permukaan yaitu sebanyak 0,4% dan singakapan batuan 0%, sehingga jumlah batuan di permukaan dan juga singkapan batuan termasuk ke dalam kelas kesesuaian S1 atau sangat sesuai untuk tanaman durian. Permukaan tanah yang terlalu banyak bebatuan akan mengakibatkan terhambatnya pengolahan tanah. Oleh sebab itu kondisi lahan di Kebun Buah Mangunan tersebut tidak menjadi hambatan dalam hal penyiapan lahan.
37
C. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk menganalisis potensi lahan yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan tumbuh tanaman durian, dengan demikian dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan di Kebun Buah Mangunan untuk tanaman durian. Penentuan kelas kesuaian lahan menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan metode FAO (1976), dimana kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori, yaitu: 1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. 2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan. 3. Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas. 4. Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas. Kesesuaian lahan yang dianalisis ada dua macam yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual yaitu kelas kesesuaian alami yang ada pada saat ini atau belum dilakukan usaha perbaikan atau pengelolaan terhadap pembatas-pembatas, sedangkan kesesuaian lahan potensial yaitu kondisi lahan yang akan dicapai setelah adanya usaha perbaikan. Kesesuaian lahan aktual dianalisis dengan menggunakan metode matching atau mencocokkan antara kondisi fisiografi wilayah dan analisis sampel tanah dengan
38
kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman durian. Tabel 9 menyajikan kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan, sedangkan untuk jenis usaha perbaikan dan tingkat perbaikan kualitas lahan akatual untuk menjadi potensial sebagaimana disajikan dalam tabel 10 dan tabel 11.
Tabel 9. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Kelas Kesesuaian Lahan Nilai No Karakteristik Lahan Simbol Kelas Data S1 S2 S3 N 1 Temperatur (t) S1 O Temperatur rata-rata ( C) 25 - 28 28 - 32 32 - 35 > 35 26,2 S1 22 - 25 20 - 22 < 20 2 Ketersediaan air (w) S1 1. Curah hujan (mm) 2.000 1.750 1.250 < 1.250 2.288,2 S1 3.000 2.000 1.750 3.000 3.000 > 4.000 3.500 4.000 2. Kelembaban (%) > 42 36 - 42 30 - 36 < 30 82,8 S1 3 Ketersediaan oksigen (o) S2 Drainase baik, sedang agak terhambat, sangat agak S2 terhambat agak cepat terhambat, terhambat cepat 4 Media perakaran (r) S2 1. Tekstur sedang, agak kasar Kasar halus S1 agak halus, halus 2. Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55 6,58 S1 3. Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50 100 S2 5 Retensi hara (n) S2 1. KTK tanah (cmol/kg) > 16 ≤ 16 10,70 S2 2. Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20 95,90 S1 3. pH tanah 5,5 - 7,8 5,0 - 5,5 < 5,0 6,30 S1 7,8 - 8,0 > 8,0
39
6
7 8
4. C-Organik (%) Bahaya erosi 1. Kemiringan lereng (%) 2. Bahaya erosi Bahaya banjir Genangan Penyiapan lahan 1. Batuan di permukaan (%) 2. Singkapan batuan (%)
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
1,49
<8 sangat rendah
8 - 16 rendah sedang
16 - 30 Berat
> 30 sangat berat
14,4 sangat rendah
F0
-
-
> F0
F0
<5
5 - 15
15 - 40
> 40
0,4
<5 5 - 15 15 - 25 Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat sub-kelas
> 25
0
(e)
(f) (l)
Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat unit
S1 S2 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2o, r, n, e S2o, r-3, n-1, e-1
40
41
Tabel 10. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya Tingkat No Karakteristik Lahan Jenis Usaha Perbaikan Pengelolaan 1 Temperatur Temperatur rata-rata Tidak dapat dilakukan perbaikan 2 Ketersediaan air 1. Curah hujan Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi 2. Kelembaban Tidak dapat dilakukan perbaikan 3 Ketersediaan oksigen Drainase Perbaikan sistem drainase Sedang, tinggi seperti pembuatan saluran drainase 4 Media perakaran 1. Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan 2. Bahan kasar Pengaturan kelembaban Sedang, tinggi tanah untuk mempermudah pengolahan tanah 3. Kedalaman tanah Umumnya tidak dapat Tinggi dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya waktu pengolahan tanah 5 Retensi hara 1. KTK tanah Pengapuran atau Sedang, tinggi penambahan bahan organik 2. Kejenuhan basa Pengapuran atau Sedang, tinggi penambahan bahan organik 3. pH tanah Pengapuran Sedang 4. C-Organik Penambahan bahan organik Sedang, tinggi 6 Bahaya erosi 1. Kemiringan lereng Usaha pengurangan laju Sedang, tinggi erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah 2. Bahaya erosi Usaha pengurangan laju Sedang, tinggi erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah
42
7
8
Bahaya banjir Genangan
Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air
Tinggi
Penyiapan lahan 1. Batuan di permukaan
Pengaturan kelembaban Sedang, tinggi tanah untuk mempermudah pengolahan tanah 2. Singkapan batuan Pengaturan kelembaban Sedang, tinggi tanah untuk mempermudah pengolahan tanah Sumber : Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011 Keterangan : - Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah - Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang - Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dapat dilaksanakan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah Tabel 11. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya Tingkat Pengelolaan Karakteristik No Jenis Perbaikan Lahan Sedang Tinggi 1 Temperatur Temperatur rata-rata 2 Ketersediaan air 1. Curah hujan + ++ Irigasi 2. Kelembaban 3 Ketersediaan oksigen Drainase + ++ Saluran drainase *) 4 Media perakaran 1. Tekstur 2. Bahan kasar + Mekanisasi 3. Kedalaman tanah + 5 Retensi hara 1. KTK tanah + ++ Bahan organik 2. Kejenuhan basa + ++ Bahan organik 3. pH tanah + ++ Kapur 4. C-Organik + ++ Bahan organik
43
6
Bahaya erosi 1. Kemiringan lereng 2. Bahaya erosi
+
++
+
++
Usaha konservasi tanah Usaha konservasi tanah
7
Bahaya banjir Genangan + ++ 8 Penyiapan lahan 1. Batuan di + Mekanisasi permukaan 2. Singkapan batuan + Mekanisasi Sumber : Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011 Keterangan : - (-) tidak dapat dilakukan perbaikan - (+) perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2) - (++) kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1) - *) drainase jelek dapat diperbaiki menjadi drainase lebih baik dengan membuat saluran drainase, tetapi drainase baik atau cepat sulit dirubah menjadi drainase jelek atau terhambat 1. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kesesuaian lahan aktual yaitu kelas kesesuaian alami yang ada pada saat ini atau belum dilakukan usaha perbaikan atau pengelolaan terhadap pembatas-pembatas. Berdasarkan data pada tabel 9, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan berada pada tingkat sub-kelas S2o, r, n, e dengan tingkat unit S2o, r-3, n-1, e-1 artinya lahan ini termasuk ke dalam lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng. a. Drainase Tanaman durian menghendaki kondisi drainase yang baik, sedangkan lahan durian di Kebun Buah Mangunan memiliki kondisi drainase yang agak terhambat. Drainase agak terhambat kemungkinan
44
disebabkan oleh tekstur tanah yang halus dan kondisi aliran air yang mengarah kedalam tanah sehingga air banyak mengisi pori mikro tanah. Drainase yang agak terhambat akan mengakibatkan busuk akar pada tanaman durian, sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi drainase tanah supaya tanaman durian dapat tumbuh dengan baik. b. Kedalaman tanah Lahan durian di Kebun Buah Mangunan memiliki kedalaman tanah antara 20-100 cm. Tanaman durian menghendaki tanah dengan kedalaman lebih dari 100 cm, hal ini ditujukan supaya tanaman durian tidak mudah roboh dan mendapat banyak unsur hara. Kedalaman tanah yang cukup dangkal di Kebun Buah Mangunan dikarenakan pada lapisan bawah terdapat tanah padas yang mengakibatkan akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tersebut. c. KTK tanah Tanaman durian menghendaki Kapasitas Tukar Kation (KTK) lebih dari 16 cmol/kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa KTK tanah di Kebun Buah Mangunan yaitu 10,70 cmol/kg. KTK tanah yang rendah mengakibatkan tanah sulit menjerap kation, dimana kation tersebut akan diserap tanaman sebagai unsur hara. d. Kemiringan lereng Kebun Buah Mangunan memiliki kemiringan lereng 14,4%, sedangkan tanaman durian menghendaki kemiringan lereng kurang dari 8%. Lahan dengan kemiringan lereng yang tinggi mengakibatkan kesulitan
45
dalam pengolahan tanah dan memudahkan terjadinya longsor sehingga lapisan tanah yang paling atas cepat hilang. Faktor pembatas tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai usaha perbaikan supaya lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Penentuan jenis usaha yang dapat dilakukan harus memperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang akan diterapkan, dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki (Sarwono
Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Tingkat
pengelolaan lahan dibedakan ke dalam tingkat pengelolaan rendah, sedang dan tinggi. Tingkat pengelolaan rendah artinya pengelolaan yang dilakukan membutuhkan biaya yang relatif rendah dan teknologi yang cukup mudah. Tingkat pengelolaan sedang artinya teknologi yang digunakan sedang dan memerlukan biaya yang sedang. Tingkat pengelolaan tinggi artinya teknologi yang digunakan tinggi dengan biaya yang cukup tinggi. Usaha perbaikan dilakukan untuk meningkatkan kualitas lahan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Usaha perbaikan ini dilakukan sesuai dengan pembatas pada kelas kesesuaian lahan aktual tanaman durian, yaitu drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi pembatas-pembatas di lahan Kebun Buah Mangunan yaitu :
46
a. Pembongkaran tanah pada saat dilakukan pengolahan tanah untuk lapisan tanah padas yang lunak dan tipis. Pembongkaran ini dilakukan supaya akar tanaman durian dapat menembus tanah lebih dalam, sehingga tanaman durian memperoleh lebih banyak unsur hara dalam tanah. b. Penambahan bahan organik untuk meningkatkan nilai KTK tanah. Bahan organik dapat meningkatkan KTK tanah dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus yang mempunyai permukaan yang dapat menahan unsur hara dan air (Lesman, dkk., 2015). Dengan demikian tanah akan lebih mudah dalam menjerap kation sehingga nilai KTK tanah meningkat. c. Pembuatan terasering, penamanan tanaman penutup tanah, dan penanaman sejajar kontur untuk mengatasi kemiringan lereng yang cukup tinggi di Kawasan Kebun Buah Mangunan. Usaha-usaha tersebut telah dilakukan di Kebun Buah Mangunan sejak awal penanaman durian. Namun disamping itu ada yang perlu diperhatikan ketika penerapan sistem terasering, dikarenakan sifat tanah di kawasan ini mudah jenuh air atau memiliki kondisi drainase yang agak terhambat sehingga sistem terasering yang diterapkan harus disertai dengan saluran drainase. Sistem terasering yang dapat diterapkan di Kebun Mangunan yaitu berbentuk teras bangku miring ke dalam, lalu di bagian dalam dibuat saluran drainase berupa parit supaya air mengalir ke satu arah. Konsep teras bangku miring ke dalam dengan saluran drainase/parit dapat dilihat pada gambar 4.
47
Gambar 4. Teras Bangku Miring ke dalam dengan Parit
2. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kesesuaian lahan potensial yaitu kondisi lahan yang akan dicapai setelah adanya usaha perbaikan. Berdasar tabel 11 untuk perbaikan drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng dengan tingkat pengelolaan sedang dan tinggi akan menaikan kelas satu atau dua tingkat lebih tinggi, sehingga kelas untuk karakter drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng yaitu S1. Dengan demikian kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan ialah S1 atau sangat sesuai artinya lahan di Kebun Buah Mangunan ini sangat cocok untuk tanaman durian dan tidak ada faktor pembatas yang menjadi masalah sehingga tanaman durian di kawasan ini dapat menghasilkan produksi yang optimal.