34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m
Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah pohon yang ditemukan sebanyak 18, dan rata-rata pohon pada setiap plot adalah 6. Tinggi dan diameter rata-rata pohon pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m adalah 15,334 m dan 0,222 m. Volume pohon total adalah 7,514 m3 dan volume rata-rata setiap pohon adalah 0,417 m3. Tabulasi perhitungan volume pohon untuk jarak tanam 3 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 5, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 12) : Tabel 5. Volume pohon untuk jarak tanam 3 m x 3 m Petak Sampel
No. Plot
Jumlah Pohon ditemukan
Tinggi RataRata (m)
Diameter Rata-Rata (m)
Volume Rata-Rata (m3)
3m x 3m
4 5 6
7 4 7
15,413 15,516 15,148
0,217 0,213 0,232
0,398 0,388 0,453
35
2. Volume Pohon pada Jarak Tanam 4 m x 4 m
Pada sampel populasi untuk jarak tanam 4 m x 4 m terdapat 2 plot dengan jumlah pohon ditemukan 19 dan rata-rata pohon disetiap plotnya adalah10. Tinggi dan diameter rata-rata adalah 15 m dan 0,221 m. Volume pohon untuk petak sampel jarak tanam 4 m x 4 m sebanyak 7,761 m3, dan volume rata-rata setiap pohon adalah 0,408 m3. Tabulasi perhitungan volume pohon untuk jarak tanam 4 m x 4 m dapat dilihat pada tabel 6, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 13): Tabel 6. Volume pohon untuk jarak tanam 4 m x 4 m Petak Sampel
No. Plot
4mx4m
1 7
Jumlah Pohon ditemukan 16 3
Tinggi RataRata (m) 15,500 12,334
Diameter Rata-Rata (m)
Volume Rata-Rata (m3)
0,222 0,215
0,425 0,319
3. Volume Pohon pada Jarak Tanam 6 m x 3 m Pada jarak tanam 6 m x 3 m terdapat 7 plot dengan jumlah pohon 24 dan ratarata pohon pada setiap plotnya adalah 3. Tinggi rata-rata pohon adalah 15,333 m dan diameter rata-rata pohon adalah 0,202 m. Volume pohon pada petak sampel untuk jarak tanam 6 m x 3 m sebanyak 8,252 m3 dan volume rata-rata setiap pohon adalah 0,344 m3. Tabulasi perhitungan volume pohon untuk jarak tanam 6 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 7, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 14) :
36
Tabel 7. Volume pohon untuk jarak tanam 6 m x 3 m Petak Sampel
No. Plot
6mx3m
2 3 8 9 10 11 12
Jumlah Pohon ditemukan 4 2 5 3 4 4 2
Tinggi RataRata (m) 15,250 15,000 15,400 15,334 15,250 15,750 15,000
Diameter Rata-Rata (m) 0,201 0,201 0,203 0,201 0,201 0,204 0,201
Volume Rata-Rata (m3) 0,340 0,332 0,350 0,339 0,340 0,360 0,332
4. Keuntungan
Berdasarkan perkiraan pendapatan yang dihasilkan per satuan luas dan taksiran biaya yang dikeluarkan untuk membuat hutan rakyat dengan jarak tanam tertentu maka diperoleh keuntungan per pohonnya. Petak sampel 3 m x 3 m memiliki keuntungan per pohonnya yang paling tinggi dengan nilai Rp. 257.839, sedangkan petak sampel 6 m x 3 m memiliki keuntungan per pohonnya yang paling rendah dengan nilai Rp. 209.992. Tabulasi perhitungan keuntungan dapat dilihat pada tabel 8, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 18): Tabel 8. Keuntungan berdasarkan jarak tanam per pohon Jarak tanam 3mx3m 4mx4m 6mx3m
Pendapatan (Rp) 4.884.100 5.044.650 5.363.800
Biaya (Rp) 243.000 256.500 324.000
Keuntungan/Pohon (Rp) 257.839 252.839 209.992
37
Pada jarak tanam 3 m x 3 m diperoleh keuntungan terbesar pada plot 4 dan plot 6, Hal ini disebabkan pada plot tersebut ditemukan jumlah pohon sebanyak 7 pohon dan berbeda dengan plot 5 yang hanya terdapat 4 pohon saja. Tabulasi keuntungan per plot pada jarak tanam 3 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 9, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lapiran (Tabel 19): Tabel 9. Keuntungan per plot pada jarak tanam 3 m x 3 m Jarak tanam
No plot
keuntungan per plot (Rp)
3mx3m
4 6 5
1.804.872 1.804.872 1.031.355
Keuntungan yang didapatkan pada jarak tanam 4 m x 4 m tidak terlalu jauh berbeda dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Keuntungan terbesar terdapat pada plot 1 dengan nilai Rp. 4.032.126. Tabulasi keuntungan pada jarak tanam 4 m x 4 m dapat dilihat pada tabel 10: Tabel 10. Keuntungan per plot pada jarak tanam 4 m x 4 m Jarak tanam
No plot
4m x 4m
1 7
keuntungan per plot (Rp) 4.032.126 756.024
Pada jarak tanam 6 m x 3 m diperoleh keuntungan terbesar pada plot 8 dengan nilai Rp.1.049.958. Tabulasi keuntungan per plot pada jarak tanam 6 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 11:
38
Tabel 11. Keuntungan per plot pada jarak tanam 6 m x 3 m Jarak tanam 6mx3m
No plot 2 3 8 9 10 11 12
keuntungan per plot (Rp) 839.967 504.015 1.049.958 629.975 839.967 839.967 419.983
B. Pembahasan
1. Sistem Pengelolaan
Petani hutan rakyat Desa Kota Agung menanam pohon sengon pada tahun 2006. Kegitanan pengelolaan meliputi penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Pada awalnya bibit didapatkan dari bantuan pemerintah dengan harga Rp.1000 per batang. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada bulan September. Sejak awal penanaman petani hutan rakyat melakukan kegiatan pemeliharaan antara lain penyulaman, penjarangan, pemupukan, pemberian mulsa, pemangkasan cabang dan pemberantasan hama dan penyakit. Pemeliharaan dilakukan dengan perlakuan yang sama pada setiap jarak tanam. Pada 3 tahun terakhir pemeliharaan yang dilakukan sangat efektif sehingga dalam waktu 3 tahun telah terdapat tanaman yang telah memasuki fase pohon dengan diameter tertinggi 26,752 m pada jarak tanam 4 m x 4 m sebagian besar tanaman sengon telah memasuki fase tiang.
39
Pemeliharaan sangat penting dilakukan agar pohon sengon menghasilkan batang yang lurus dan tinggi sehingga hasil yang didapatkan optimal.
Kegiatan pemeliharaan yang berbeda adalah penjarangan. Penjarangan hanya dilakukan pada tanaman dengan jarak tanam 2 m x 2 m dan 2 m x 2,5 m, sedangkan jarak tanam 3 m x 3 m, 4 m x 4 m, dan 6 m x 3 m tidak dilakukan. Dengan demikian pada ketiga jarak tanam tersebut jumlah pohon tetap dari awal penanaman sampai sekarang.
2. Volume Pohon dan Keuntungan Hutan Rakyat pada setiap Jarak Tanam
Jumlah tanaman sengon pada jarak tanam 3 m x 3 m berjumlah 1.111 tanaman pada setiap hektarnya. Pada sampel penelitian terdapat 3 plot lingkaran dan ditemukan 18 tanaman sengon dengan volume rata-rata perpohonnya sebesar 0,417 m3. Keuntungan yang dihasilkan untuk ketiga plot tersebut yaitu pada plot 4 keuntungan yang dihasilkan dari 7 pohon sebanyak Rp. 1.804.872, pada plot 6 keuntungan yang dihasilkan dari 7 pohon sebanyak Rp. 1.804.872, dan pada plot 5 ditemukan 4 pohon menghasilkan keuntungan sebanyak Rp. 1.031.355. Keuntungan rata-rata setiap pohonnya Rp. 252.838.
Jumlah tanaman sengon pada jarak tanam 4 m x 4 m sebanyak 625 tanaman pada setiap hektarnya. Pada sampel penelitian dengan menggunakan plot lingkaran dalam 3 plot hanya terdapat 19 tanaman yang telah mencapai fase
40
pohon dengan total volume pohon 7,761 m3 dan volume rata-rata sebesar 0,408 m3. Keuntungan yang diperoleh untuk plot 1 sebanyak Rp. 4.032.126 dari 16 pohon sengon yang ditemukan dan untuk plot 7 diperoleh 3 pohon menghasilkan keuntungan sebanyak Rp. 756.024 dengan keuntungan rata-rata setiap pohonnya Rp. 252.808.
Terdapat 556 tanaman sengon yang ditanam pada jarak tanam 6 m x 3 m pada setiap hektarnya. Berdasarkan plot lingkaran yang digunakan dengan luas areal 0,1 ha diperoleh 7 plot lingkaran yang terdapat 24 pohon. Jumlah volume pada seluruh pohon dengan jarak tanam 6 m x 3 m adalah 8,252 m3 dengan jumlah rata-rata volume 0,344 m3. Keuntungan yang dihasilkan Rp. 5.363.800 dengan keuntungan rata-rata yang diperoleh petani perpohon sebanyak Rp. 209.992.
Sengon dimanfaatkan oleh sebagian besar oleh masyarakat sebagai tanaman pelindung bagi tanaman perkebunan dan berguna sebagai sarana pembantu untuk menyuburkan tanah sekitaranya (Apriyani, 2005). Tanaman sengon yang ditanam pada jarak tanam 3 m x 3 m di Desa Kota Agung terdapat tanaman sela yaitu pisang dan cabai yang dapat tumbuh dengan baik dibawah naungan pohon sengon.
Keuntungan diperoleh melalui perhitungan pendapatan dan asumsi taksiran biaya yang dilakukan oleh kelompok tani Wana Sengon Jaya. Taksiran seluruh biaya (biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya pemeliharaan) yang
41
dibutuhkan selama 3 tahun terakhir pada setiap hektarnya adalah Rp.15.000.000, dan taksiran biaya setiap pohonnya adalah Rp. 13.500, selama 3 tahun terakhir sedangkan biaya untuk semua pohon sampel adalah Rp. 243.000. Pendapatan petani yang yang diperoleh dari penjualan sengon perkubiknya adalah Rp. 650.000. Asumsi pendapatan tersebut diperoleh dari petani hutan rakyat desa Kota Agung.
3. Analisis Perbandingan Jarak Tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m terhadap Volume dan keuntungan Hutan Rakyat
Hasil uji Anova pada volume didapatkan hasil analisis statistik pada jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m yaitu nilai signifikansi sebesar 0,067 yang berarti tidak berbeda nyata atau tidak terdapat adanya perbedaan yang terjadi secara signifikan antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m di Desa Kota Agung. Sehingga dalam memilih jarak tanam untuk jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m di Desa Kota Agung tidak bermasalah kareana volume yang dihasilkan kedua jarak tanam tersebut tidak jauh berbeda.
Jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m tidak terjadi perbedaan secara signifikan dikerenakan jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m belum terlihat perkembangan dan perbedaan yang terjadi antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m, seiring dengan bertambahnya umur antara kedua jarak tanam tersebut terjadi perbedaan akibat persaingan unsur hara yang diterima jarak tanam 4 m x 4 m lebih besar dibandingkan jarak tanam 3 m x 3 m. Periode
42
penyinaran matahari yang cukup juga didapatkan dalam kedua jarak tanam tersebut. Makin rapat jarak tanam makin baik, karena kayu menjadi tegak lurus (Soewarno, 1987)
Analisis jarak tanam 3 m x 3 dan 4 m x 4 m pada keuntungan hutan rakyat dengan menggunakan uji Anova menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti bahwa antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m berbeda sangat nyata pada keuntungan hutan rakyat. Beda sangat nyata dari kedua jarak tanam tersebut dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang didapatkan dan biaya (pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan) yang dikeluarkan oleh masing-masing jarak tanam pada luasan areal tertentu. Pada jarak tanam 3 m x 3 m diperoleh pendapatan yang cukup besar pada setiap pohonnya yaitu Rp. 271.338 dan biaya yang dikeluarkan juga cukup besar dibandingkan jarak tanam yang lain yaitu sebesar Rp.13.500 setiap pohonnya yang berpengaruh pada setiap hektar tanaman sengon, 1 hektar tanaman sengon berjumlah 1.111. Sedangkan pada jarak tanam 4 m x 4 m mempunyai keuntungan yang cukup baik karna pendapatan yang diperoleh cukup besar yaitu Rp.265.507 pada setiap pohonnya, biaya yang dikeluarkan Rp. 13.500, dan pohon yang ditanam hanya 625 pohon yang dapat berpengaruh terhadap keuntungan per hektarnya.
43
4. Analisis Perbandingan Jarak Tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m terhadap Volume dan Kuntungan Hutan Rakyat
Hasil uji anova pada jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m terhadap volume hutan rakyat menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,00 yang berarti berbeda sangat nyata atau volume pohon berdiri antara jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m berbeda. Volume rata-rata untuk tanaman sengon dengan jarak tanam 4 m x 4 m lebih besar dibandingkan 6 m x 3 m. Pohon-pohon yang berada di dalam plot 6 m x 3 m juga sangat sedikit, umumnya masih banyak terdapat fase tiang. Setiap tanaman membutuhkan intensitas cahaya yang optimum, intensitas cahaya yang optimum adalah cahaya matahari yang diterima oleh tumbuhan tidak terlalu maksimum namun tidak juga minimum (Baskerville,1965).
Cahaya yang diterima sengon (Paraserianhes falcataria) terlalu berlebihan akibat dari jarak tanam yang terlalu lebar tersebut sehingga kondisi tersebut tidak baik untuk pertumbuhan tanaman sengon. Jarak tanam 4 m x 4 m yang merupakan jarak yang lebih rapat dibandingkan 6 m x 3 m juga memiliki hasil volume tegakan per hektarnya lebih banyak. Kerapatan juga tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi yang sangat signifikan, dapat dilihat pertumbuhan tinggi dan diameter tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan pada jarak tanam tersebut.
Pengaruh jumlah pohon terhadap volume dapat dilihat dari jumlah pohon per hektar dan luas bidang dasar. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan
44
volume, melukiskan pengaruh kerapatan (dengan kerapatan yang diberikan dalam arti volume dalam meter kubik) terhadap pertumbuhan volume. Kenaikan volume tercapai hanya dengan kenaikan jumlah pohon per hektar (Baskerville,1965).
Kelebihan jarak tanam 4 m x 4 m dibandingkan jatak tanam 6 m x 3 m di Desa Kota Agung ini juga terlihat dari perlakuan yang dilakukan oleh pengurus-pengurus kebun di Desa Kota Agung yang bekerja di bawah naungan CV Kota Agung. Pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pemberian mulsa, dan pemangkasan cabang dilakukan untuk memperbaiki lingkungan operasional tumbuhan. Sedangkan pada jarak tanam 6 m x 3 m yang lahannya tidak mendapatkan perlakuan yang efektif dari pengurus kebun didesa tersebut. Dilihat dari segi volume lebih menguntungkan menggunakan jarak tanam 4 m x 4 m dibandingkan 6 m x 3 m sehingga keuntungan yang dihasilkan juga cukup besar.
Hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi 0,00 pada jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m. Nilai signifikansi 0,00 menyatakan bahwa antara jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m terjadi perbedaan yang sangat nyata dari segi keuntungan yang diperoleh hutan rakyat di Desa Kota Agung.
Berdasarkan analisis statistik yang dihasilkan bahwa kedua jarak tanam tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan dalam perolehan keuntungan yang dihasilkan dikarenakan pada jarak tanam 6 m x 3 m tidak
45
menghasilkan keuntungan yang begitu besar dan biaya yang di keluarkan juga kecil, dan jumlah pohon yang ditanam pada 1 hektar areal dengan jarak tanam 6 m x 3 m sebanyak 556, secara statistika hal tersebut tidak berpengaruh terhadap keuntungan hutan rakyat di Desa Kota Agung. Sedangkan menurut hasil statistik pada jarak tanam 4 m x 4 m diperoleh keuntungan yang cukup baik karena terjadi keseimbangan antara pendapatan yang didapat petani, biaya yang dikeluarkan, dan jumlah pohon yang di tanam pada luasan 1 hektar. Jarak tanam 4 m x 4 m dapat dikatakan jarak tanam yang lebih optimal dibandingkan jarak tanam 6 m x 3 m berdasarkan keuntungan yang dihasilkan hutan rakyat Didesa Kota Agung.
5. Analisis Perbandingan Jarak Tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m terhadap Volume dan Keuntungan Hutan Rakyat
Pada analisis uji anova jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m terhadap volume hutan rakyat diperoleh nilai signifikansi 0,009 yang berarti terjadi beda sangat nyata antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m. Jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m yang paling menguntungkan dari segi volumenya adalah jarak tanam 3 m x 3 m karena menurut Baskerville, (1965) dalam buku PrinsipPrinsip Silvikultur menjelaskan dengan bertambahnya jumlah pohon per hektar, luas bidang dasar akan bertambah pada setiap pohon, yang dapat mempengaruhi volume tegakan total. Jumlah pohon dalam jarak tanam 3 m x 3 m lebih banyak dibandingkan jarak tanam 6 m x 3 m yang tentunya lebih rapat dan mempunyai volume yang lebih banyak dibandingkan 6 m x 3 m..
46
Secara analisis statistik yaitu uji anova pada keuntungan hutan rakyat diperoleh nilai signifikansi 0,077 antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m pada keuntungan hutan rakyat yang berarti bahwa tidak berbeda nyata antara kedua jarak tanam tersebut. Perbedaan tidak signifikan dalam keuntungan antara jarak tanam tersebut. Selang kepercayaan menggunakan 93% dalam analisi jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m.
Antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m tidak mempunyai perbedaan signifikansi yang nyata tetapi keuntungan yang optimal terdapat pada jarak tanam 3 m x 3 m yang mempunyai keuntungan yang cukup besar yaitu Rp 257.839. Sedangkan pada jarak tanam 6 m x 3 m keuntungan yang diterima petani cukup kecil yaitu Rp 209.992.
6.
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Volume dan Keuntungan Hutan Rakyat
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan lingkungan. Pengelolaan sistem budidaya suatu tanaman merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Jarak tanam 3 m x 3 m
47
merupakan jarak tanam yang optimal karena terdapat jumlah volume rata-rata terbesar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2
volume rata-rata 0,5 0,4 0,3 0,2
volume rata-rata
0,1 0 3mx3m 4mx4m 6mx3m
Gambar 2. Pengaruh jarak tanam terhadap volume rata-rata
Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda (Daniel, 1992).
48
Berdasarkan analisis perhitungan statistika dapat diartikan bahwa semakin rapat jarak tanam volume yang dihasilkan semakin besar dibandingkan jarak tanam yang keraptannya luas. Makin rapat jarak tanam makin baik, karena kayu menjadi tegak lurus (Soewarno, 1987). Sedangkan keuntungan yang dihasilkan berpengaruh pada pendapat dan biaya yang dikeluarkan petani. Jarak tanam yang menghasilkan volume yang cukup besar adalah jarak tanam 3 m x 3 m.
Dalam analisis keuntungan, semakin kecil kerapatan jarak tanam maka pendapatan yang dihasilkan semakin besar dan biaya yang dibutuhkan semakin besar pula seperti pada jarak tanam 3 m x 3 m. Sedangkan semakin luas jarak tanam, maka kecil pendapatan yang dihasilkan tetapi biaya yang dikeluarkan juga kecil sehingga tidak dapat menghasilkan keuntungan yang optimal seperti pada jarak tanam 6 m x 3 m. Jarak tanam 4 m x 4 m yang paling optimal yang dapat diterapkan di Desa Kota Agung karena menurut perhitungan yang dihasilkan jarak tanam tersebut mempunyai pendapatan yang besar dan biaya yang dikeluarkannya cukup kecil sehingga menghasilkan keuntungan yang besar di setiap hektarnya. Jarak tanam 3 m x 3 m merupakan jarak tanam yang optimal karena terdapat keuntungan terbesar dari setiap pohonnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.
49
Keuntungan 300000 250000
200000 150000 Series 1
100000 50000 0
3mx3m
4mx4m
6mx3m
Gambar 3. Pengaruh jarak tanam terhadap keuntungan
7.
Kemitraan
Secara garis besar, pola kemitraan yang dikembangkan CV. Kota Agung pada kelompok tani wana sengon jaya adalah sebagai berikut: a. Bantuan bibit dan jaminan pemasaran : bantuan bibit diperoleh dari perusahaan (CV. Kota Agung) dan hasil kayunya dijual kepada perusahaan. b. Bagi hasil : semua bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga dari perusahaan kecuali lahan. Besarnya bagi hasil menyesuaikan dengan perjanjian dalam kemitraan antara CV. Kota Agung dan kelompok tani sengon jaya.
Hutan Rakyat Desa Kota Agung memiliki pola kemitraan yang baik antara CV. Kota Agung dan masyarakat disekitar hutan rakyat maupun diluar kawasan Desa Kota Agung. CV. Kota Agung berkerja bersama masyarakat
50
dengan membantu masyarakat dalam memberikan bibit sengon kepada masyarakat, menjadi penyewa lahan masyarakan untuk ditanami pohon sengon (Paraserianthes falcataria), bantuan pupuk, dan lain-lain. Dalam penelitian yang dilakukan terdapat 2 pemilik lahan yang bermitra dengan CV. Kota Agung, yaitu Bapak Firdaus dan Bapak Toni.
Dalam pola kemitraan dibuatlah ketentuan tentang hak dan kewajiban masingmasing pihak Berdasarkan perjanjian yang telah disepakati mengenai sistem bagi hasil. Petani pemilik lahan mendapatkan imbalan dari CV. Kota Agung dengan proporsi sebagai berikut: a. Lahan milik Bapak. Firdaus terdapat 1 hektar; bagi hasil yang disepakati 90% : 10%. Dalam hal ini Bapak Firdaus mendapat bantuan bibit dan pupuk dari CV. Kota Agung. Pembagian hasil tersebut dapat diartikan bahwa Bapak Firdaus mendapat keuntungan 90%. Sebaliknya CV. Kota Agung mendapatkan bagian dari hasil penjualan sebesar 10 %. Bapak Firdaus berperan sebagai pemilik lahan sedangkan pengelolanya berasal dari pihak CV. Kota Agung. b. Lahan milik Bapak Toni terdapat 4,5 ha; bagi hasil yang disepakati 75% : 25%. Dalam bagi hasil ini Bapak Toni mendapatkan bantuan bibit dari CV. Kota Agung. Bapak toni mendapatkan 75% dari bagi hasil tersebut, sedangkan CV. Kota Agung mendapatkan 25% dari hasil penjualan kayu sengon tersebut. Bapak Toni berperan sebagai pemilik lahan sedangkan yang melakukan pengelolaannya berasal dari pihak CV. Kota Agung.
51
c. Selain itu lahan yang termasuk dalam penelitian dimiliki Bapak.Muhadjirin sebagai direktur CV. Kota Agung dan di kelola sendiri oleh CV, Kota Agung.
Pemilihan pohon sengon sebagai pohon yang ingin ditanam dalam hutan rakyat Desa Kota Agung dilakukan oleh pihak CV. Kota Agung, alasan pemilihan sengon adalah menurut mereka sengon adalah tanaman yang mudah di tanam dan usia panen umumnya dalam waktu singkat yaitu berkisar antara 5 – 6 tahun. Menanam sengon umumnya sangat mudah, tidak memerlukan persyaratan tempat yang khusus. Ketinggian tempat untuk menanam sengon sampai 1500 dpl. Sengon juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.