URGENSI KOLEKSI PLASMA NUTFAH JAGUNG LOKAL DI FLORES NUSA TENGGARA TIMUR Faesal dan Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung menjadi komoditas sangat strategis karena merupakan bahan baku utama industri pakan dan energi, selain sebagai makanan pokok bagi sebagian penduduk Indonesia. Hal ini memicu kebutuhan jagung yang cukup besar dan terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu diperlukan keragaman genetik sebagai bahan pembentukan varietas unggul baru dalam upaya peningkatan produktivitas jagung, khususnya pada lahan marginal. Plasma nutfah jagung lokal merupakan salah satu kekayaan sumber genetik yang perlu dilestarikan karena sudah mulai tergantikan oleh komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, bahkan ada beberapa plasma nutfah jagung lokal sudah punah. Penelitian koleksi eksplorasi plasma nutfah bertujuan untuk menambah jumlah aksesi dan pemanfaatan plasma nutfah jagung unggul lokal dalam program perakitan varietas unggul baru. Kegiatan koleksi plasma nutfah jagung lokal dilaksanakan pada tahun 2010 meliputi tiga kabupaten di Flores Nusa Tenggara Timur yaitu Sikka, Flores Timur dan Ende. Hasil koleksi eksplorasi plasma nutfah jagung lokal diperoleh sebanyak 26 aksesi dan aksesi terkoleksi tersebut direjuvinasi, dikarakterisasi sifat-sifat agronomisnya, evaluasi kandungan nutrisi, analisis kekerabatan serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Plasma nutfah jagung lokal ini selanjutnya dijadikan materi untuk perakitan varietas unggul baru sesuai dengan karakter unggul yang diharapkan seperti toleran kekeringan, umur genjah, tahan hama dan penyakit. Kata kunci: Plasma nutfah, jagung lokal, varietas unggul
PENDAHULUAN Plasma nutfah jagung merupakan salah satu kekayaan keragaman hayati yang harus dilestarikan karena merupakan sumber gen dalam program pemuliaan. Balitsereal yang diberi mandat untuk mengelolah tanaman serealia hanya memiliki koleksi plasma nutfah jagung sebanyak 515 aksesi (Balisereal 2009), sementara lembaga penelitian Internasional seperti Cimmyt memiliki 11.000 aksesi bahkan di Amerika Serikat memiliki 18.000 koleksi plasma nutfah (Sutoro dan Zuraida 2007). Untuk menambah koleksi plasma nutfah yang sangat minim tersebut maka pada tahun 2010 dilakukan koleksi eksplorasi plasma nutfah di beberapa provinsi yang dinilai terdapat beberapa varietas lokal yang perlu dikoleksi, salah satunya di Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di Indonesia pada beberapa tempat dapat dijumpai kultivar jagung 155
Seminar Nasional Serealia 2011
lokal, artinya bahwa jenis jagung tersebut terkonservasi di alam dalam kurun waktu yang panjang di lokasi tertentu. Dapat dipahami bahwa kultivar tersebut memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan selain itu terdapat karakter yang unik dan disenangi petani, sehingga kultivar tersebut dapat dipertahankan dan menjadi kultivar unggul lokal. Pulau flores misalnya kita masih menemukan beberapa jenis jagung unggul lokal berdasarkan morfologi dan warna biji yaitu lokal merah, kuning, putih dan ungu serta pulut. Sebagaimana kita ketahui bahwa wilayah Nusa Tenggara Timur yang terdiri atas banyak pulau, terdapat 4 pulau besar yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor yang biasa disingkat menjadi FLOBAMORA dengan luas total 4.735.002 km2. Keadaan topografi datar hanya sekitar 9% dan lebih dari 90% bergelombang, berbukit dan gunung. Keadaan iklim di daerah NTT pada
umumnya adalah iklim tropika kering. Curah hujan rata-rata 265,9 mm, curah hujan tertinggi terdapat di Kabupaten Manggarai/Flores Barat (2996 mm/tahun) dan paling rendah di Kabupaten Lembata (469 mm/tahun). Suhu udara rata-rata 27,2o C dan kelembaban udara rata-rata 75% (BPS Provinsi NTT 2009). Meskipun kondisi alamnya seperti ini akan tetapi sektor pertanian masih menjadi penyumbang PDRB terbesar yaitu 39.6% dan tanaman pangan menyumbang 20,3% di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jagung merupakan komoditi pertanian unggulan di daerah ini karena digunakan sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk sehingga jagung dibudidayakan mulai dari dataran rendah sampai ke pegunungan. Ini terbukti dengan melihat produksi jagung untuk pangan di NTT sebesar 591.301 ton, sedangkan jagung non pangan hanya 81.811 ton. Produktivitas jagung di wilayah ini 2,48 t/ha (BPS NTT 2009). Rendahnya produktivitas jagung ini terjadi karena pada umumnya petani masih menanam varietas lokal yang sudah lama tidak diganti dengan varietas unggul. Kebutuhan jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur meningkat 10-15% per tahun. Kebutuhan jagung untuk satu perusahaan industri pakan seperti CV. Unggas Nusa Timor memerlukan bahan baku jagung biji lebih 1.000 ton per tahun. Untuk memenuhi permintaan jagung secara regional yang setiap tahun meningkat maka produktivitas pertanaman petani harus ditingkatkan. Salah satu cara meninggkatkan produktivitas yang paling mudah adalah menanam varietas unggul jagung. Produktivitas jagung komposit unggul nasional yang sudah tersebar luas di wilayah ini seperti Lamuru produktivitasnya berkisar 6-8 t/ha dan sesuai untuk lahan tercekam kekeringan (Balitsereal 2007). Pulau Flores adalah pulau terbesar kedua setelah pulau Timor dengan topografi lebih dari 80% berbukit dan gunung dengan iklim ekstrim tergolong tipe D menurut Smith Ferguson dalam 156
Handoko (1993). Keadaan topografi dan iklim kering ini telah menyeleksi beberapa kultivar jagung lokal di daerah ini dalam kurun waktu yang panjang. Hasil seleksi secara alami tersebut diharapkan menjadi materi yang sangat baik dalam program perakitan varietas unggul baru terutama untuk membuat varietas unggul toleran kekeringan. Sebenarnya senjang hasil antara varietas lokal dengan varietas unggul jagung dapat dikurangi dengan melakukan perakitan varietas unggul baru menggunakan materi yang berasal dari flores dengan harapan diperoleh varitas unggul baru yang beradaptasi baik di Flores berpotensi hasil tinggi dan memiliki karakter yang disukai petani. Beberapa alasan klasik para petani di Flores menkonservasi kultivar jagung lokal adalah karena tahan simpan, rasa nasi jagung enak, toleran terhadap cekaman kekeringan, dan tekstur biji padat. Hal ini menyebabkan petani di NTT lebih meyukai atau memilih menanam kultivar lokal dibandingkan dengan jagung unggul hibrida. Karena itu kultivar eksisting tersebut sangat penting dikoleksi dan dijadikan materi persilangan untuk mendapatkan varietas unggul baru sebagai pendamping dan atau pengganti kultivar unggul lama di wilayah tertentu, sehingga dengan demikian di masa akan datang diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan produksi jagung nasional. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksakan pada bulan Juni 2010 dengan menyisir lokasi eksplorasi sampai ke pelosok (desa/perkampungan) dan mengoleksi varietas jagung lokal pada tiga kabupaten terpilih di Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ketiga kabupaten tersebut adalah Kabupaten Ende, Sikka, dan Flores Timur. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada asumsi yang sangat kuat bahwa pada ketiga kabupaten ini terdapat banyak kultivar lokal yang penting untuk dikoleksi. Penelitian ini menggunakan formulir
Faesal dan Syuryawati : Urgensi Koleksi Plasma Nutfah Jagung Lokal di Flores Nusa Tenggara Timur
eksplorasi plasma nutfah jagung untuk mendapatkan data paspor setiap koleksi yang baru. Wawancara dengan petani untuk menggali informasi penting terkait dengan aksesi yang dikoleksi, selain itu mengumpulkan data lingkungan/iklim terutama curah hujan, suhu dan kelembaban udara pada instansi terkait di wilayah pelaksanaan koleksi. Aksesi
yang terkumpul antara 5-10 tongkol per kultivar di bawa ke Balitsereal di Maros dan akan dilakukan rangkaian kegiatan koleksi selanjutnya meliputi: konservasi, rejuvinasi, karakterisasi, evaluasi dan pemanfaatannya. Aksesi terkoleksi digunakan terutama sebagai materi persilangan dalam program perakitan varietas unggul baru.
Formulir eksplorasi plasma nutfah jagung adalah sebagai berikut: Kolektor : ------------------------------No, Foto : ------------------------------Negara : ------------------------------Provinsi : ------------------------------Lokasi lintang : ---------- U --------- S Kabupaten : ------------------------------Lokasi bujur : ---------- T --------- B Kecamatan : ------------------------------Tinggi tempat : ---------- m dpl. Desa : ------------------------------Nama petani Nama lokal Tanggal
: ------------------------------: ------------------------------: ------------- tanam
Cara tanam Tipe tanah Tekstur tanah Sumber benih Topografi Pengairan
: monokultur, tupangsari, pinggiran, -------------------: Sawah, tadah hujan, pasang surut, rawa, ----------------: Berpasir, lempung, liat, humus, ----------------: Lapangan, lantai jemur, lumbung, pasar, liar : Rawa, datar, gelombang, bukit pegunungan, lereng, -------------: Jelek, sedang, baik, sangat baik, ---------------------
------------------- Panen
Uraian mengenai varietas: Kegunaan : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kualitas
: -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Uraian lingkungan: Iklim mikro : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Keterangan: Jenis jagung Tipe biji Warna biji
157
: ------------------------------------------------------------------------------------------: ------------------------------------------------------------------------------------------: -------------------------------------------------------------------------------------------
Seminar Nasional Serealia 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
terlambat menanam akan terancam kekeringan terutama pada fase berbunga dan pengisian biji. Cekaman kekeringan pada pertanaman jagung sering kali terjadi pada wilayah yang memiliki curah hujan rendah dengan periode hujan pendek hanya lebih kurang 4 bulan per tahun, seperti di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende (Gambar 1). Total curah hujan bulanan pada ketiga kabupaten eksplorasi (Sikka, Ende dan Flores Timur) tahun 2007 misalnya masingmasing 863, 810 dan 1420 mm per tahun (Stasiun Klimatologi NTT 2007). Pulau Flores bagian barat yang terdiri atas Kabupaten Ngada, Manggarai dan Manggarai Barat memiliki iklim tropika basah dengan komoditi unggulan tanaman perkebunan seperi kopi dan kakao. Untuk tanaman pangan komoditi unggulannya adalah padi di Kecamatan Mbai Kabupaten Nagekeo dan Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, keduanya dikenal sebagai lumbung beras Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Curah hujan Curah hujan adalah unsur iklim yang paling penting kaitannya dengan budidaya tanaman jagung terutama di lahan kering, petani sangat tergantung dengan curah hujan karena mereka mnjadikan hujan sebagai tolak ukur keberhasilan tanaman jagungnya. Persiapan lahan dengan sistem tanpa olah tanah dilakukan pada musim kemarau menjelang datangnya musim hujan dengan cara membersihkan ladang dari sisa tanaman atau gulma menggunakan pacul atau tofa, kecuali pada tanah-tanah berat atau petani yang mempunyai modal untuk sewa atau membeli traktor persiapan lahannya dilakukan dengan olah tanah sempurna. Petani di beberapa daerah Nusa Tenggara Timur pada umumnya menanam jagung di lahan kering pada awal musim hujan manakala sudah ada turun hujan berturut-turut sekitar lima hari atau tanah sudah cukup lembab. Kondisi kelembaban tanah seperti ini sudah cukup menunjang pertumbuhan awal tanaman jagung, karena kapan
600 500 400 Kab. Sikka
300
Kab, Ende Kab. Flotim
200 100 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Ags Sep Okt Nop Des
Gambar 1. Distribusi curah hujan pada Kabupaten Sikka, Ende dan Flores Timur lokasi koleksi plasma nutfah di Pulau Flores, 2007
158
Faesal dan Syuryawati : Urgensi Koleksi Plasma Nutfah Jagung Lokal di Flores Nusa Tenggara Timur
Suhu dan kelembaban udara Di wilayah pelaksanaan eksplorasi plasma nutfah, unsur iklim yang terpenting selain curah hujan yaitu suhu dan kelembaban udara, karena keduanya sangat berperan dalam proses seleksi alam untuk menghasilkan kultivar toleran terhadap kekeringan. Suhu ratarata di wilayah NTT adalah 27,2oC sedangkan kelembaban rata-rata 71,0% (Tabel 1). Suhu yang tinggi dengan kelembaban yang rendah, curah hujan eratik disertai tiupan angin kencang merupakan sinergisme unsur iklim yang menyebabkan tanaman jagung lebih mudah tercekam kekeringan. Varietas/kultivar lokal yang digunakan petani di wilayah ini beradaptasi baik dan produksinya cukup tinggi karena jagung tersebut toleran terhadap cekaman kekeringan. Plasma nutfah terkoleksi Kegiatan eksplorasi plasma nutfah yang dilakukan pada tiga kabupaten di Pulau Flores (Sikka, Ende dan Flores Timur), sesuai informasi dari Diperta Kabupaten dan KP. Maumere bahwa di daerah tersebut terdapat berbagai jagung yang unik, maka didapatkan sebanyak 26 aksesi kultivar unggul lokal. Dari semua nomor terkoleksi diambil 510 tongkol di bawa ke Balisereal untuk di karakterisasi, selanjutnya diperbanyak (rejuvenasi) untuk berbagai keperluan misalnya evaluasi cekaman biotik dan abiotik, analisis kandungan gizi, analisis kekerabatan dan sebagai materi persilangan. Porsi waktu dan tenaga untuk kegiatan eksploitasi lebih banyak dialokasikan pada Kabupaten Sikka daripada dua kabupaten lainnya, karena perkiraan keragaman kultivar unggul lokal lebih banyak di Kabupaten Sikka dibandingkan dengan Kabupaten Ende dan Flores Timur. Hal ini dilakukan berdasarkan kepada kondisi topografi dan luas areal pertanaman jagung di Kabupaten Sikka lebih luas dan lebih kompleks mulai dari dataran rendah, bergelombang, bukit sampai gunung. Demikian juga apabila dilihat jumlah penduduk Kabupaten Sikka lebih banyak dibanding dengan Kabupaten Ende dan 159
Seminar Nasional Serealia 2011
Flores Timur dengan jumlah penduduk masing-masing adalah 255.595, 231.572 dan 192.722 jiwa (Data Profil NTT 2007). Hasil koleksi eksplorasi plasma nutfah/kultivar jagung lokal dari ketiga kabupaten terpilih di Pulau Flores disajikan pada Tabel 2. Hasil eksplorasi plasma nutfah, terkoleksi 26 aksesi kultivar jagung yang dibedakan berdasarkan morfologi biji dan kenampakan warna secara visual. Untuk membuktikan apakah aksesi yang dikumpulkan benar berbeda antara satu dengan yang lainnya dapat dilakukan marka SSR di Laboratorium Molekuler Balitsereal. Analisis PCR ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya kekerabatan setiap aksesi yang terkoleksi dan membantu dalam penentuan pasangan persilangan dan menghemat waktu perakitan. Beberapa alasan petani mempertahankan kultivar lokal pada suatu daerah karena biji jagungnya tahan lama, rasa nasi jagung enak, tahan hama penyakit dan umur genjah. Dari berbagai karakter plasma nutfah terkoleksi menjadi materi sangat bermanfaat bagi pemulia untuk merakit varietas unggul baru, yang diharapkan dapat beradaptasi baik pada wilayah asal koleksi plasma nutfah dengan produktivitas lebih tinggi dibanding kultivar lokal yang ditanam petani. Upaya peningkatan produktivitas jagung lokal yang disukai petani melalui perakitan varietas unggul menggunakan materi plasma nutfah lokal, diharapkan kedepan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi jagung regional dan secara otomatis akan berkontribusi terhadap penambahan produksi jagung nasional. Dengan peningkatan produktivitas jagung lokal in situ melalui persilangan akan membantu ketahanan pangan regional sekaligus menunjang program diversifikasi pangan khususnya pada wilayah yang sebagian besar penduduknya makanan pokok adalah jagung. Provinsi Nusa Tenggara Timur mendatangkan beras dari daerah lain lebih dari 100 ribu ton/tahun (Diperta NTT 2009).
Tabel 1. Keadaan iklim Kabupaten Sikka, Ende dan Flores Timur lokasi koleksi plasma nutfah Unsur iklim Suhu (oC) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm/th) Kecepatan angin (Knot)
Nilai rata-rata 27.2 71,0 265,9 3,6
Sumber: Stasiun Klimatologi NTT, 2007
Tabel 2. Koleksi plasma nutfah jagung lokal di Kabupaten Sikka, Ende dan Flores Timur, Pulau Flores, 2010 Kabupaten/ Kecamatan Sikka: KotingA
Nama lokal
Jumlah aksesi
Lelle Herak
2
Waigete
Lelle Merak
3
Koting A
Reget Kune
2
Koting B
Lelle Bura
3
Koting A
Reget Mute
2
Mego
Keo Merak
2
Mego
Keo Bugit
3
Watar Taru
2
Watar Ago
1
Jawa Kune
1
Lio Timur
Jawa Riakune
2
Lio Timur
Jawa Riamerah
1
Lio Timur
Jawa Taki
2
Flotim: WulangGetang WulangGetang Ende: Kotabaru
Karakter biji jagung lokal yang paling utama adalah tahan simpan karena ini sangat menentukan apakah kultivar tersebut disukai dan dikonservasi petani di Flores dan NTT pada umumnya. Hal ini sangat beralasan karena jagung sebagai makanan pokok di daerah ini harus tahan disimpan lama 2 sampai 3 tahun pada lumbung di kebun atau atas tungku dapur sebagai persediaan makanan. Daya simpan 160
Tipe biji
Warna biji
Semi dent Semi dent Semi flint Semi flint Semi flint Semi flint Semi flint
Kuning
Semi flint Semi flint
Kuning
Semi flint Dent
Merah
Semi Dent flint
Merah
Merah Kuning Putih kilap Putih susu Ungu Putih bening
Kuning
Kuning
Putih
Mannfaat dan keunggulan Beras jagung, digoreng; tahan hama penyakit Beras jagung, tahan simpan 2-3 tahun, tahan hama penyakit Makan muda, jagung bose, rasa enak dan manis Beras jagung, rasa enek, umur genjah Makan muda, rasa enak, manis Beras jagung, makan muda, manis Beras jagung, campur beras 3:1, rasa nasi enak Beras jagung, emping jagung, rasa enak,umur genjah Beras jagung, rasa nasi enak Jagung muda, beras jagung, tahan 2-3 tahun masih tumbuh Beras jagung, emping jagung bose, rasa enak, tahan simpan Beras jagung, tepung jagung, ras pulut, manis, tahan simpan Makan muda, jagung bose, obat diabetes
minimal dari musim panen tahun berjalan ke musim panen tahun berikutnya. Ukuran tahan simpan menurut petani adalah jagung tongkol yang disimpan selama 2-3 tahun bijinya masih utuh tidak terserang hama terutama bubuk dan rasa nasi masih enak dan daya kecambah benih masih tinggi. Ciri jagung tahan simpan adalah bijinya keras sekali setelah tua, ukuran biji kecil sampai sedang dan kelobot
Faesal dan Syuryawati : Urgensi Koleksi Plasma Nutfah Jagung Lokal di Flores Nusa Tenggara Timur
tertutup sehingga dapat diikat untuk disimpan. Karakter lain yang juga penting adalah biji jagung keras karena selain tahan terhadap hama bubuk, biji jagung bertekstur keras kalau dimakan tahan lebih lama, tidak cepat lapar. Selain itu, kelebihan lainnya juga sangat bagus untuk dijadikan jagung titi atau emping jagung. KESIMPULAN 1. Koleksi eksplorasi plasma nutfah jagung lokal sangat penting untuk konsevasi kekayaan sumber genetik yang berguna sebagai materi perakitan varietas unggul baru. 2. Upaya peningkatan produktivitas kultivar unggul lokal dengan memperhatikan karakter yang disenangi petani akan berkontribusi terhadap peningkatan produksi jagung nasional. 3. Jagung merupakan salah satu komoditas penting untuk menunjang program diversifikasi pangan dalam menunjang ketahanan pangan regional dan nasional. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Marcia BP yang telah memfasilitasi kegiatan ini sehingga dapat terlaksana. Disamping itu, juga kepada M. Tahir, SP staf KP. Maumere yang telah membantu dan mendampingi kami di lokasi/lapangan sehingga pelaksanaan koleksi eksplorasi plasma nutfah jagung di Pulau Flores dapat dilakukan dengan baik.
161
Seminar Nasional Serealia 2011
DAFTAR PUSTAKA Balitsereal. 2007. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi Kelima. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Pusat Penelitian dan Pengembanagan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Balitsereal. 2009. Hightlight Balai Penelitian tanaman Serealia 2008. Badan Penelitian dan Pengembanagan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembanagan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanama Serealia. BPS. 2007. Nusa Tenggara Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. BPS. 2009. Nusa Tenggara Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Data Base NTT. 2007. Profil Provinsi Nusa Tenggara Timur. http://ntt prov.go.id Diperta NTT. 2009. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nuas Tenggara Timur. Laporan Tahunan 2008. Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfir dan Unsur-Unsur Iklim. Pustaka Jaya. FMIFA-IPB. 192 p. Stasiun Klimatologi NTT. 2007. Laporan Tahunan Stasiun Klimatologi dan Geofisika Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2006. Sutoro dan N. Zuraida. 2007. Pengelolaan plasma nutfah jagung. Dalam Jagung. Badan Penelitian dan Pengembengan Pertanian. Pust Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 508 p.