Upaya Peningkatan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Bagi Peserta Didik Ahmad Khalwani (07140001) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Masalah utama yang diteliti adalah peningkatan hasil pembelajaran siswa melalui model pembelajaran tutor sebaya di SMK PGRI 01 Sukorejo pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran IPS melalui implementasi model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil pembelajaran bagi peserta didik kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Bentuk pendekatan dan terapan metode yang digunakan adalah dengan model penelitian tindakan kelas (PTK) dalam durasi dua siklus tindakan. dengan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI SMK PGRI 01 Sukorejo semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 sebanak 38 anak. Pengolahan data yang digunakan adalah model analisis interaktif dari Miles dan Huberman berdasarkan hasil pengamatan dan hasil reflektif dari tahapan siklus tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian diperoleh pembuktian bahwa dengan pembelajaran model tutor sebaya ternyata dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa kelas XI SMK PGRI 01 Sukorejo pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada tindakan siklus I anak didik sudah terjadi perubahan yang positif dan signifikan.dari pada kondisi awal. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa sudah terjadi perubahan yang signifikan dan terdapat anak didik yang sudah menjadi lebih baik dari konstatan pada siklus I dan II. Hasil pembelajaran sudah ada peningkatan yaitu adanya perubahan menjadi baik sebesar 10% peningkatan sangat positif, 23,7% positif dan 47,4%. Dari 38 siswa diketahui sudah terjadi terjadi peningkatan hasil pembelajaran dari kondisi awal yang positif. Bersdarakan hasil pengamatan dari tindakan siklus II diketahui pada tingkatan yang positif sesuai dengan hasil pembelajaran dapat dikatakan tuntas (100% berubah lebih positif dari kondisi awal). Dengan demikian pelaksanaan PTK ini dianggap telah cukup dilakukan sampai dengan tindakan siklus II dan tidak diperlukan program lanjutan siklus berikutnya. Adapun dengan terjadinya perubahan peringkat kategori kurang positif ( 18,8%) pada siklus I dan 0,0% pada siklus II menunjukkan pelaksanaan PTK ini memberikan hasil yang positif. Dengan demikian , dari adanya dugaan atau hipotesis dalam penelitian ini bahwa dengan penerapan metode tutor sebaya ternytata dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa kelas XI SMK PGRI 01 Sukorejo pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah : (1) Perlunya peningkatan strategi pembelajaran yang lebih efektif bagi penyelenggaraan pendidikan , terutama dalam proses pembelajaran mata pelajaran ilmu-ilmu social dengan cara pemilihan dan penerapan metode yang tepat sesuai dengan kondisi akual ( kemampuan riil ) setiap kelompok peserta. (2) Pelaksanaan dan hasil penelitian PTK yang melibatkan fungsi dan peranan guru bagi subjek yang diteliti , maka muatan hasil kajian ini sangat bermanfaat bagi para guru IPS di sekolah Menengah sebagai masukan untuk pengembangan model tindakan dan strategi pembelajaran yang lebih efektif dalam rangka mutu hasil pembelajaran di setiap jenjang sekolah, termasuk sekolah-sekolah kejuruan. Kata Kunci : peningkatan hasil, tutor sebaya, IPS PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses di dalam menemukan transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh sebab itu, proses pendidikan yang benar adalah membebaskan seseorang dari berbagai kungkungan, intimidasi, dan ekploitasi. Disinilah letak afinitas dari pedagogik, yaitu membebaskan manusia secara konfrehensif dari ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
95
dikatakan sebagai sesuatu yang mengikat kebebasan seseorang. Hal ini terjadi jika pendidikan dijadikan instrumen oleh sistem penguasa yang ada hanya untuk mengungkung kebebasan individu. Secara memis pendidikan yang ada di Indonesia adalah sebagian kecil yang terdesain dan terorganisir oleh bingkai sistem. Gambaran sistem semacam itu merupakan bentuk pemaksaan kehendak dan merampas kebebasan individu, kesadaran potensi, beserta kreativitas bifurkasi. Maka pendidikan telah berubah menjadi instrumen oppressive bagi perkembangan individu atau komunitas masyarakat. Maka dari pada itu, pendidikan adalah merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karena dari sepanjang perjalanan manusia pendidikan merupakan barometer untuk mencapai maturasi nilai-nilai kehidupan. Ketika melihat dari salah satu aspek tujuan pendidikan nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU RI SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, tentang membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur melalui proses pembentukan kepribadian, kemandirian dan norma-norma tentang baik dan buruk. Sedangkan menurut Widagdho, manusia sebagai makhluk pengemban etika yang telah dikaruniai akal dan budi. Dengan demikian, adanya akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang multidimensi, yakni kehidupan yang bersifat material dan bersifat spritual (2001). Pendidikan sangat penting bagi setiap manusia, karena tanpa adanya pendidikan sangat mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana pencapaiannya. Relevan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan nasional masih belum mampu secara maksimal untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional. Pemerintah mengusum program SMK BISA, yaitu dengan persentase 70% SMK dan 30% SMA. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) saat ini sangat diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan sekolah yang mencetak generasi muda yang siap kerja, yang ahli sesuai dengan bidangnya masing-masing, siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dibekali ilmu-ilmu yang sesuai dengan program keahliannya, namun hal itu akan berdampak pada berkurangnya jam mata pelajaran normative yang di dalamnya terdapat mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang digunakan dalam berbagai bidang aspek kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang berpengaruh terhadap perkembangan di bidang tehnologi dan ilmu pengetahuan yang lain. Oleh karena itu Ilmu Pengetahuan Sosial selalu dituntut untuk mengimbangi dan melayani perkembangan
di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang lain yang selalu Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
96
berkembang secara pesat. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai dasar ilmu-ilmu dituntut peranannya semakin besar. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas bagian-bagian ilmu pengetahuan yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan berinteraksi sosial dan membentuk pribadi peserta didik serta berpadu pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang lain. Upaya peningkatan prestasi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan merupakan tugas guru dan berjangka panjang karena menyangkut masalah pendidikan peserta didik. Meningkatkan prestasi peserta didik harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial perlu meningkatkan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan. Oleh karena itu maka guru merasa tertantang untuk berusaha mencari ide guna mencari bagaimana cara untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Dari pengamatan seharihari masih menemukan sebagian besar peserta didik Kelas XI SMK PGRI 01 Sukorejo yang belum bisa memperhatikan pelajaran dan konsentrasi pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial . Hal ini dimungkinkan karena proses belajar mengajar yang diterapkan oleh tenaga pendidik yang kurang efektif ataupun kurang inovatif. Upaya peningkatan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan pada semester ganjil kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo dapat tercapai bila proses belajar mengajar di kelas berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut dapat terlaksana bila guru berperan langsung dalam mengajar dan mendidik peserta didik sehingga dapat
ditingkatkan kemampuannya, dibina secara teratur dan berkesinambungan.
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian dengan judul ” Upaya Meningkatkan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan Model Pembelajaran Tutor Sebaya bagi Peserta Didik Kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011 “
TINJAUAN PUSTAKA Belajar dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dari beberapa ahli mendefinisikan belajar menurut visi masingmasing . Herman Hudoyo (1979) bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Ilmu Pengetahuan Sosialnya dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukan meskipun pada dasarnya belajar itu merupakan suatu proses. Menurut Sodjadi dan Masriyah (Suyitno 1997) dikemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki obyek kajian yang real. Ilmu Pengetahuan Sosial mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan, dan sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif aksiomatis dan Ilmu Pengetahuan Sosial berlandaskan kebenaran konsistensi. Nilai-nilai ini diperlukan dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yang bertujuan untuk dapat
menumbuh kembangkan dan membentuk pribadi peserta didik sehingga sesuai dengan Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
97
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut W.S. Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai-nilai sikap. Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Fountana adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Moogan (Mustaqim 2001) dikemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap merupakan hasil pengalaman yang lalu. Sedangkan Nasution menyatakan belajar merupakan aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial; perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha. Dari berbagai pengertian belajar yang oleh beberapa ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik berupa pengetahuan, sikap maupun ketrampilan baru. Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan. Ilmu sosiologi menjelaskan, belajar adalah jantungnya dari proses sosiologi, pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar seoptimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik. Sama halnya dengan belajar, mengajarpun sebenarnya suatu proses, yakni usaha yang dilakukan oleh guru untuk membimbing, mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar peserta didik. Sehingga dapat menumbuh kembangkan peserta didik untuk melakukan proses belajar guru sebagai pemimpin dan fasilitator dalam kegiatan tersebut. Tutor Sebaya Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Longstreth (Muntasir, dkk. 1985) tentang hubungan anak dengan anak, sebagai berikut: ”Interaksi kawan membukakan mata anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan itu, dan yang sering dilakukan; dan dengan demikian ia condong untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku...”. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
98
yang bertanggung jawab secara sosial (Dinkmeyer, 1985). Dengan demikian beban yangdiberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang-orang lain dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.
METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang terikat dengan perencanaan, perencanaan, pelaaksanaan, observasi/evaluasi, maupun refleksi. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode yang menitik beratkan pada penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara objektif dan melalui paradigma fenomenologis, artinya metode ini digunakan atas tiga pertimbangan: pertama, untuk mempermudah pemahaman realitas ganda. Kedua, menyajikan secara hakiki antara peneliti dan realitas; ketiga, metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri pada bentuk nilai yang dihadapi. (Moleong, 2001:5) Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilakukan agar siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan hasil nilai belajar siswa. Adapun objek yang diteliti adalah: a. Metode Belajar yang disampaikan dalam proses pembelajaran IPS b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran c. Nilai hasil evaluasi. Subyek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK PGRI 01 Sukorejo dengan subyek penelitian adalah peserta didik Kelas XI Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMK PGRI 01 Sukorejo dengan jumlah peserta didik 38 yang terdiri dari 16 siswa putra dan 12 siswa putri. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini berada di SMK PGRI 01 Sukorejo, dengan pertimbangan sebagai berikut: a. SMK PGRI 01 Sukorejo termasuk Sekolah yang baru, yang masih banyak belajar tentang metode pembelajaran SMK. b. Salah satu SMK yang diminati masyarakat di daerah Sukorejo, dengan persentase Jumlah siswa yang meningkat setiap tahunnya. c. Dukungan dari Guru dan Kepala Sekolah. d. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berasal dari sumber data, tehnik pengumpulan data dan alat pengumpul data.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
99
a. Sumber Data Sumber data diambil dari buku modul kelas XI SMK, kurikulum, PROMES, PROTA dan guru mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial kelas XI SMK PGRI 01 Sukorejo. b. Tehnik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian. Keabsahan data diperiksa dengan teknik trianggulasi ,yaitu dengan bantuan pengamat lain. Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa dalam mata pelajaran IPS. Adapun teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalamp penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Teknik Observasi Metode observasi yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam penelitian ini menggunakan observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan. 2) Teknik Wawancara Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi dari wawancara bebas dan terpimpin. Dalam melakukan wawancara., pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. 3) Teknik Tes Teknik ini dilakukan dengan model tes berdasarkan bahan ajar dalam pembelajaran tindakan keas. 4) Metode Refleksi Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk melihat kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran tesebut, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut. Yang terpenting, dalam refleksi ini peneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, apakah telah sesuai dengan rancangan skenario yang telah dibuat. Jika ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya rancangan ulang berupa perbaikian, modifikiasi dan atau jika dirasakan sangat perlu, maka akan disusun skenario baru untuk melakukan siklus berikutnya. Adapun cara pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan cara metode Tutor Sebaya dalam proses
pemecahan masalahnya, dimana guru memilih materi yang dapat
dipelajari peserta didik secara mandiri lalu membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil yang heterogen sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Peserta Didik yang pandai-pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi dan berdiskusi dengan peserta didik yang Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
100
pandai sebagai tutor sebaya. Setelah diskusi peserta didik kembali ke tempat duduk masingmasing, guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi di depan kelas dan Guru bertindak sebagai narasumber, setelah wakil kelompok maju guru langsung memberi kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang perlu diluruskan lalu guru memberikan penilaian dari hasil diskusi kelompok, hal ini berguna untuk memacu semangat belajar peserta didik. c. Alat Pengumpul data Alat pengumpul data diambil dari daftar hadir siswa daftar nilai harian, dan test (tertulis dan tidak tertulis) Variabel Penelitian Variabel yang digunaan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Masalah Variabel masalah dalam penelitian ini adalah masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo. 2. Variabel Proses Variabel proses adalah model pembelajaran yang digunakan. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran Tutur Sebaya, dalam pembelajaran pada mata pelajaan IPS kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo. 3. Variabel Luaran Variabel luaran dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya, apakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat. Indikator Keberhasilan Berdasarkan ketetapan Depdikbud ketuntasan belajar tercapai jika ketuntasan individual mencapai minimal 65%. Dan berdasarkan pengalaman guru yang mengajar di kelas XI SMK PGRI 01 Sukorejo yang lebih mengetahui kemampuan peserta didik, maka peneliti menentukan bahwa penelitian ini dikatakan berhasil jika ketuntasan individu mencapai minimal 70% kemudian untuk aktivitas belajar peserta didik dikatakan berhasil jika ≥ 70%. Keabsahan data Keabsahan data penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi data yaitu dengan menggunakan bantuan pengamat lain. Teknik Analisis Data Teknik Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara induktif. Menurut Neong Muhadjir (1992), Analisis Induktif adalah menegnali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit kemudian dilanjutkan menjadi kategorisasi. Kategori yang dimaksud ini adalah data yang relevan atau bermakna yang telah dipilih atau disusun dalam satu kesatuan tersebut difokuskan ditonjolkan pada hal-hal yang terpenting sehingga dapat memeriksa hal-hal yang tajm tentang hasil observasi dan wawan cara. Dalam penelitian ini kegiatan analisis dilakukan dengan cara mengumpulkan data Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
101
kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis deskriptif dengan terapan teknik model interaktif pola siklus ( reduksi data, penyanjian data dan pebarikan kesimpulan), Olahan analisis kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus-tiap siklus.
HASIL PENELITIAN Siklus I 1) Perencanaan Tindakan Rencana pelaksanaan pembelajaran melalui tindakan kelas telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pembelajaran Perbaikan (RPP). Komponen perencanaan tindakan terdiri dari tiga kegiatan utama sbb: a) Kegiatan rutin ( Kegiatan Awal ) Tahap perencanaan kegiatan awal diprogramkan sesuai dengan program kegiatan yang dilakukan pada setiap awal kegiatan pembelajaran dengan lingkup materi seperti pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Rancangan Kegiatan Awal Siklus I No.
Materi
Kegiatan
1
Struktur sosial dalam polakehidupan masyarakat di Indonesia
Pendapingan penyertaan dari guru dalam pelaksanaan belajar model tutor sebaya. Orientasi kegiatan : Guru mengarahkan kepada beberapa peserta didik yang pandai dalam kelasnya disarankan dan diarahkan dapat membantu belajar terhadap temantemannya yang kurang baik hasil belajarnya.
2
Berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas social
Penanaman perhatian dalam interaksi dua arah dari antar peserta didik untuk belajar materi pelajaran IPS yang telah diberikan oleh guru.
Evaluasi dan Refleksi
Tindakan Tes dan Observasi/pengamatan
3
Tentukan hasil refleksi tindakan b) Kegiatan Inti 1) Materi dan rancangan proses pembelajaran inti dalam PTK ini adalah : Program pembelajaran IPS. Orientasi tujuannya adalah peningkatan hasil pembelajaran mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran tutor sebaya bagi peserta didik , khususnya kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo Kabupaten Kendal pada semester ganjil tahun 2011/2012 Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
102
2) Kegiatam Akhir Pembelajaran ( Penutup) Pelaksanaan evaluasi proses akhir pembelajaran . Dalam tindakan ini dilakukan dengan evaluasi melalui tindakan tes dan obsevasi ( pengamatan ) terhadap perubahan hasil pembelajaran mata pelajaran IPS tentang materi struktur sosial dalam polakehidupan masyarakat di Indonesia dan berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial bagi kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo Kabupaten Kendal pada semester ganjil tahun 2011/2012. 2) Pelaksanaan Tindakan Siklu I Tindakan PTK pada siklus I dilaksanakan pada waktu terjadwal pada : hari Senin tanggal 8 gustus 2011. Tindakan pembelajaran IPS yang dilakukan dengan model kolaborasi dengan guru pendamping. Materi dan proses tindakan dilakukan sesuai dengan materi dan tahapan seperti yang telah dirancang dalam perencanaan tindakan. Dalam hal ini sesuai dengan tema pembelajaran dalam perencanaan awal , yaitu tentang struktur soial dan faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial. 3) Hasil Pembelajaran IPS pada Siklus I Tindakan pengamatan dalam PTK ini dilakukan dengan cara pengamatan, baik secara klasikal maupun pengamatan terhadap aktivitas peserta didiik satu-persatu. Pengamatan dilakukan pada saat terjadinya proses tindakan dan diakhir tes evluasi
setelah perencanaan kegiatan
terlaksana. Instrumen tes disusun berasarkan muatan materi sesuai dengan silabus yang digunakan di SMK PGRI 01 Sukorejo Kendal semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.
Instrumen
pengamatan menggunakan matrik daftar ceklis observasi/pengamatan dengan memberikan tanda tanda-tanda yang sesuai dengan kategori dan komponen yang diamati. Tolok ukuran setara dengan tindakan penilaian dengan interpretasi lima kategori dengan skala ordina sbb. : Tabel 2. Norma Evaluasi dan Pengamatan Hasil Tindakan Kelas Tanda Ceklis Pengamatan Interpretasi
Keterangan
Tindakan Model Tutor Sebaya V.5
Peningkatan sangat positif
Tuntas
V.4
Peningkatan positif
Tuntas
V.3
Peningkatan cukup
Perlu perbaikan
V.2
Peningkatan kurang
Belum tuntas
V.1
Tidak ada peningkatan
Tidak tuntas
Absen
Nihil
0
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
103
Tabel 3. Interval Ktegori Hasil Evalusi Tes Interval Nilai
Kategori
Interpretasi
8,6 - 10
Sangat baik /berhasil sekali
Peningkatan angat positif
7.1 – 8,5
Baik / Berhasil
Peningkatan positif
6,0 – 70
Cukup Baik/ Cukupberhasil
Peningkatan cukup
5,1 – 5,9
Kurang Baik/ Kurag Berhasil
Peningkatan kurang
0,1 - 5,0
Tidak Baik/ Tidak berhasil
Tidak ada peningkatan
Adapun analisis hasil tes dan pengamatan tindakan siklus I dapat disajikan dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Matrik Hasil Pengamatan & Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I (Subjek PTK =38 Peserta Didik ) Kategori
Frekuensi
Persentase
Interpretasi
Keterangan
(%) Sangat baik /berhasil sekali
4
10,5
Peningkatan angat positif
Tuntas
Baik / Berhasil
9
23,7
Peningkatan positif
Tuntas
Baik/
18
47,4
Peningkatan cukup
Perlu perbaikan
Kurang Baik/ Kurag Berhasil
5
13,2
Peningkatan kurang
Belum tuntas
Tidak Baik/ berhasil
2
5,3
Tidak ada Tidak tuntas peningkatan
Cukup Cukupberhasil
Absen
Tidak
0
-
Nihil
0 Jumlah
38
100%
Tindakan Belum Tuntas
Masih perlu perbaikan
Sumber : Data Hasil Evaluasi dan Pengamata Tindakn Siklus , Diolah, 2011. 4) Refleksi I Dari hasil evaluasi dan pengamatan diketahui bahwa pada tindakan siklus I sebagian peerta didik belum terjadi perubahan dari kondisi awal. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa sebesar 47,4% masih belum terjadi perubahan yang signifikan dan masih dalam kondisi cukup an belum menunjukkn adanya perubahan dan perbaikan yang signifikan Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
104
disbanding dengan kondisi awal. Tingkat keberhasilan dalam mata pelajaran IPS melalui tidakan model pembelajaran tutor sebaya pada tindakan siklus I ternyata belum berpengaruh maksimal. Namun demikian dari kondisi awal diketahui adanya perubahan menjadi meningkat baik sekitar 23,7% dan dan tingkat yang lebih baik sebesar 10,5% dari seluruh peserta didik. Kendala yang umumnya dihadapi adalah masih adanya sebagian peserta didik yang tidak mau pro aktif dengan teman sebayanya dalam kegiatan belajar mata pelajaran IPS, baik secara individual maupundalam kerja dan/atau belajar berkelompok. Kerjasama yang kurang terbentuk antar peserta didik merupakan hambatan bagi peningkatan kemampuan belajar dan hasil belajar di antara temanteman mereka, terutama untuk mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil analisis reflektif dari tindakan siklus I dapat dikatakan bahwa peningkatanhasil pembelajaran dengan model pembelajaran tutor sebaya bagi peserta didik kelas XI di SMK PGRI 01 ukorejo semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 belum tercapai secara tuntas dan maksimal. Oleh karena itu masih perlu dilakukan atau dilanjutkan tindakan perbaikan dengan tindakan siklus II. Siklus 2 1) Perencanaan Tindakan Siklus II Program tindakan pembelajaran melalui tindakan siklus II disusun dalam pola yang sama seperti perencanaan siklus I, Muatan materi kegiatan tindakan di siklus II adalah terapan model pembelajaran tutor sebaya untuk peningkatan hasil pembelajaran IPS . Tindakanb siklus II ini merupakan rencana perbaikan dari tindakan siklus I. Muatan materi kegiatan tindakan siklus II adalah mengenai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Tindakan siklus II ini merupakan rencana perbaikan dari tindakan siklus I dan sekaligus merupakan kelanjutan yang efektif dari tindakan siklus I yang telah dilaksanakan sebelumnya. Bentuk Rencana Pembelajaran Perbaikan (RPP).tersusun juga yang meliputi dari tiga kegiatan utama sbb: a) Kegiatan rutin ( Kegiatan Awal ) Perencanaan kegiatan awal diprogramkan sesuai dengan kebiasaan program kegiatan yang dilakukan pada setiap awal kegiatan pembelajaran dengan lingkup materi seperti pada tabel berikut ini. Tabel 5. Rancangan Kegiatan Awal Dalan Tindakan Siklus II No.
Materi
Kegiatan
1
Kelompok social dalam masyarakat multikultural
Mendeskripsikan /Penyampaian materi oleh guru dengan ceramah yang dilanjutkan denbgan diskusi kelompok model tutor sebaya
2
Perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
Menganlisis perkembngan kelompok social dalam msyarakat multicultural dengan model pembelajarn tutor sebaya
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
105
3
Evaluasi dan Refleksi
Tindakan Tes dan Observasi/pengamatan Tentukan hasil refleksi tindakan
b) Kegiatan Inti Materi dan rancangan proses pembelajaran inti Siklus II PTK ini adalah : Program pembelajaran yang berorientasi pad tujuan tujuan peningkatan hasil pembelajaran IPS dengan model pembelajaran tutor sebaya. Perbaikan dari kegiatan siklus I adalah dengan
model
pembelajaran tutor sebaya yang lebih kreatif dan efektif. . c) Kegiatam Akhir Pembelajaran ( Penutup) Direncanakan untuk pelaksanaan evaluasi proses akhir pembelajaran . Dalam tindakan ini dilakukan dengan obsevasi ( pengamatan ) dan ealusi tes terhadap perubahan kemampuan dan hasil pembelajaran pelajaran IPS
.Pebaikan dititik beratkan pada
peningkatan hasil
pembelajaran mata pelajaran IPS bagi peserta didik kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo Kabupaten Kendal. 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan PTK pada siklus II dilaksanakan pada waktu terjadual pada : hari Senin tanggal 15 Agustus 2011. Tindakan pembelajaran IPS dilakukan dengan model kolaborasi dengan guru pendamping. Materi dan proses tindakab yang dilakukan sesuai dengan materi dan tahapan seperti yang telah dirancang dalam perencanaan tindakan yaitu peningkatan hasil pembelajran mata pelajaran IPS dengan terapan model pembelajaran tutor sebaya bagi bagi peserta didik kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo Kabupaten Kendal pada semester gnjil tahun pelajaran 2011/2012. 3) Hasil Pengamatan Siklus II Dalam melakukan pengamatan dalam PTK siklus II ini dilakukan dengan cara pengamatan yang sama seperti dalam pengamatan siklus I, baik secara klasikal maupun individual melalui evalusi tes dan pengamatan terhadap kemampuan peserta didik didik satu-persatu. Pengamatan dilakukan pada saat terjadinya proses tindakan dan diakhir serta setelah perencanaan kegiatan terlaksana.
Instrumen pengamatan menggunakan
matrik
observasi/pengamatan
dengan
memberikan tanda tanda-tanda yang sesuai dengan kategori dan komponen yang ditetapkan sebelumnya dan instrument tes sesuai dengan muatan materi pembelajaran mata pelajaran IPS yang telah diberikan guru pada siklus I dan II. Adapun hasil pengamatan dapat disajikan dalam Tabel 4 berikut ini.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
106
Tabel 6. Matrik Hasil Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Siklus II ( Terhadap Subjek PTK = 38 Peserta Didik ) Kategori
Frekuensi
Persentase
Interpretasi
Keterangan
(%) Sangat baik /berhasil sekali
11
28,9
Peningkatan angat positif
Tuntas
Baik / Berhasil
19
50
Peningkatan positif
Tuntas
Baik/
8
21,1
Peningkatan cukup
Perlu perbaikan
Kurang Baik/ Kurag Berhasil
0
0
Peningkatan kurang
Belum tuntas
Tidak Baik/ berhasil
0
0
Tidak ada Tidak tuntas peningkatan
Absen
0
0
-
Jumlah
38
100%
Tindakan Tuntas
Cukup Cukupberhasil
Tidak
Nihil Tidak perlu perbaikan siklus III ( Tuntas )
Sumber : Data Hasil Evaluasi Tindakn, Diolah, 2011. 4) Refleksi II Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada tindakan siklus I dan II peserta didik sudah terjadi perubahan yang positif dan signifikan.dari pada kondisi awal. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa sudah terjadi perubahan dan peningkatan hasil pembelajaran yang signifikan . Hasil pembeljaran IPS dengan model tutor sebaya, khususnya bagi peserta didik kelas XI pada semester ganjil thun pelajaran 2011/2012 di SMK PGRI 01 Sukorejo sudah menjadi lebih baik dari konstata pada siklus I dan II. . Respon dan tingkat interaksi peningkatan hasil belajar peserta didik sudah ada peningkatan yaitu adanya perubahan menjadi baik , yaitu untuk kategori cukup minimal nilai 7,0 menjadi berkurang dari 47,4 ( pada siklus I0 menjadi 21,1% dan bergeser ke kurve menjadi kategori baik sebesar 50% dan sangat baik sebesar 28,9% dari seluruh peserta didik yang berjumlah 38 orang.. Dari 38 peserta didik diketahui sudah terjadi perubahan yang lebih baik dari pada kondisi awal ( sebelum dilakukan tindkan kelas) maupun dengan hasil tindakan pada siklus I.. Berdarakan hasil evaluasi dan hasil pengamatan dari tindakan siklus II diketahui pada tingkatan yang positif sesuai dengan perkembangan anak secara kualitatif dan norma kuantitatif dapat dikatakan tuntas (100%
berubah lebih baik dari kondisi
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
107
awal). Dengan demikian pelaksanaan PTK ini dianggap telah cukup dilakukan sampai dengan tindakan siklus II dan tidak diperlukan program lanjutan siklus berikutnya.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari pelaksanaan PTK ini ( tindakan siklus I dan II) dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Hasil tindakan siklus I menunjukkan perubahan perbaikan yang belum maksimal dlamupya peningkatan hasil pembelajaran IPS dengan model pembelajara tutor sebaya bagipeserta didik kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo Kabupaten Kendal pada semester gnjil tahun pelajaran 2011/2012. 2. Berdasarkan hasil tindakan pada siklus II telah dilakukan perbaikan pola tindakan dan hasilnya menjadi lebih baik dari tindakan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari perubahan hasil pembelajaran IPS dengan kategori yang kurang positif dan berubah menjadi baik dan lebih baik ( secara kualitatif dan kuantitatif ) terjadi perubahan lebih positif dari skor persentase kategori kurang signifikan menjadi kategori tingkat hasil pembelajaran IPS dengan model pembelajaran tutor sebaya yang baik dan lebih baik dari pada kondisi sebelumnya ( kondisi awal). . 3. Hasil tindakan siklus II menunjukkan hasil perbaikan yang signifikan. Dengan demikian jika dikonfirmasikan dengan dugaan atau hipotesis tindakan dalam PTK ini, maka terbukti adanya hasil yang signifikan bahwa dengan implementasi model pembelajaran tutoir sebaya
secara
efektif melalui PTK ( dalam tahapan tiga siklus tindakan) ini dapat meningkatkan
hasil
pembelajaran IPS , khususnya bagi peserta didik kelas XI di SMK PGRI 01 Sukorejo Kabupaten Kendal pada semester gnjil tahun pelajaran 2011/2012. 4. Rekapitulasi interpretasi peningkatan hasil evaluasi ( berdasarkan kompetensi awal ): a. Peningkatan sangat positif ( kategori skala 1 ): 11 peserta didik ( 28,9%). b. Peningkata positif ( kategori skala 2 ): 19 peserta didik ( 50%) c. Peningkatan cukup sositif ( kategori skla 3): 8 peseta didik ( 21,1%) d. Peningkatan kurang positif ( kategori skala 4): 0 peserta didik 0%) e. Tidak/Belum ada peningkatan yang positif/konstata : 0 Peserta Didik ( 0%)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. ( 2004). Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Gramedia. Arikunto, S. (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:PT.Rineka Cipta. Arikunto,suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Jakarta. Aqib,zainal.2001. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:Yrama Widiya. Depdikbud. 1994. Kurikulum Menengah Kejuruan. Jakarta : Dirjendikdasmen. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
108
Departemen Pendidikan Dasional (2005). Panduan Penyusunan Usulan dan Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom action Research) Tahun Anggaran 2005, Jakarta: Depdiknas Http:www.physics.iastate.edu/per/docs/AJP Dec-2002-vol.70-1259-1268.pdf Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Moeleong, L.J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : gramedia. Miles dan Huberman ( 2002). Analisis Data Kuialitatif. Jakarta : Gramedia. Nung Muhajir. 2001. Metode Penelitian Kualitatif- Naturalistik. Jakarta : gramedia.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
109