UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MELAUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP ISLAM TERATAI PUTIH GLOBAL BEKASI
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh : Asep Saepudin 181201100028
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/ 1437 H
ABSTRAK Asep Saepudin 1812011000028: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi”, Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Metode Sosiodrama, Hasil Belajar Siswa Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kemudian menggunakan instrumen tes berupa pretest dan posttest, serta instrumen non tes berupa lembar wawancara, lembar observasi dan catatan lapangan. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Akidah Akhlak di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi dengan menggunakan metode Sosiodrama yaitu dengan cara bermain peran. Adapun indikator keberhasilan yang dicapai KKM adalah ≥66. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran metode Sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari skor pra siklus ke skor siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada pra siklus siswa yang mencapai nilai KKM adalah 18,5%, pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM adalah 37% dan untuk siklus II siswa yang mencapai nilai KKM adalah 100%.
i
ABSTRACT Asep Saepudin 1812011000028: "Improving Results Through Learning Aqeedah Morals Sociodramas Method Students of Class VIII SMP Islam In Bekasi Global White Lotus", Thesis Studies Islamic Religious Education, Faculty of Science and Teaching of MT, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Keywords: action research Classes, Methods Sociodramas, Student Results The method used by the researchers is classroom action research (PTK). conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation, and reflection. Then using test instruments such as pretest and posttest, as well as non-test instruments in the form of sheets of interview, observation and field notes sheet. Subjects in the study were students of class VIII SMP Islam Global Bekasi White Lotus school year 2015/2016 the number of students as many as 27 students consisting of 15 male students and 12 female students. This study aims to determine the learning outcome in SMP Islam Aqeedah Morals White Lotus Global Bekasi using Sociodramas that is by playing a role. The indicators of success achieved KKM is ≥66. The results showed that through learning Sociodramas method can improve student learning outcomes. This is evidenced from pre-cycle score to score the first cycle and from the first cycle to the second cycle. In the pre-cycle students who reached the KKM is 18.5%, in the first cycle of students who reached the KKM is 37% and for the second cycle students who reached the KKM is 100%.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Kuasa pemilik seluruh alam semesta. Alhamdulillahi Robbil “Alamiin, dan terimakasih kepadaNya, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang memberikan petunjuk yang tanpa ijin Nya penulis tidak bisa menyelesaikan penelitian ini secara tuntas. Rasa Hormat yang begitu besar dihaturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan kita dalam tiap bermuamalah di dunia, semoga Allah memberkahi. Penelitian ini berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi. Ditulis untuk memenuhi gelar sarjana pendidikan islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap temuan dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi banyak pihak, terutama dalam bidang pengajaran di kelas pada jenjang SMP secara keseluruhan dan di sekolah tempat meneliti pada khususnya. Bagaimanapun, penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan ditampung untuk menjadi bahan evaluasi pada penelitian selanjutnya.
Jakarta, Juli 2016 Penulis,
Asep Saepudin
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Pada kesempatan berharga ini, peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih pada pihak-pihak yang membantu terselesaikannya penelitian ini, baik berupa materil dan moral. Peneliti secara khusus mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Abdul Majid Khon,M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Marhamah Saleh, Lc, MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dindin Ridwansyah, M. Pd beserta staff, yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung sampai terselesaikannya skripsi ini. 5. Dr. Sapiudin Sidik ,MA Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan kepada penulis dengan sabar. 6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan Ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan. 7. Kepala sekolah Bapak Mustofa, S.Ag beserta seluruh keluarga Besar Guruguru SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi dan Ibu Umroh, S.Pd I selaku guru Akidah Akhlak yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Teristimewa untuk ayahanda Didin Syamsudin dan ibunda Esih Sukaesih serta Istriku tercinta Rini Yulianti selalu memberikan cinta kasih serta Suportnya kepada penulis selama perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
9. Untuk anakku yang tercinta M Ziddan Abdulrohman dan Hafidz Fadhlan Jamil yang senantiasa menjadi mutiara penyemangat. 10. Untuk keluarga besar Yayasan Teratai Putih Global dan SMK Teratai Putih Global 3 Bekasi yang telah memberi waktu serta semangat kepada penulis mulai dari perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 11. Untuk seluruh anak-anak santri pondok pesantren wakaf al Muhajirin Teratai Putih Global yang menjadi motivasi dan obat bagi penulis selama perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. 12. dan teman-teman seperjuanganku di DMS kelas A Pendidikan Agama Islam yang selalu membantu dan mendukung penulis sehingga selesainya skripsi ini. Salam perjuangan dan cinta buat kalian.
v
DAFTAR ISI ABSTRAK …………………………………………………………………………….i KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….iii DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1 B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ............................................................ 6 C. Pembatasan Fokus Penelitian ............................................. ..............................7 D. Perumusan Masalah Penelitian...............................................................................7 E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teoritik ...................................................................................... 10 1. Pengertian Belajar ........................................................................................ 10 2. Pengertian Hasil Belajar ...............................................................................12 3. Pengertian Akidah .........................................................................................17 4. Pengertian Akhlak .........................................................................................18 5. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak di Kelas VIII.....19 6. Pengertian Metode ........................................................................................21 7. Pengertian Sosiodrama ..................................................................................22 B. Hasil Penelitian Yang Relevan........................................................................25 C. Hipotesis Tindakan .........................................................................................27
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….............……28 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ………......……….… 28
vi
C. Subyek Penelitian…......................………………………………………….. 31 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian.....…………………………......34 E. Tahapan Intervensi Tindakan...........................................................................34 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan....................................................39 G. Data dan Sumber Data ....................................................................................39 H. Instrumen Pengumpulan Data .........................................................................39 I. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................39 J. Tekik Pemeriksaan Kepercayaan ....................................................................40 K. Analisis Data dan Interpretasi Data ................................................................41 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ...........................................................43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ……………………………………………………..…..........44 1. Letak Geografis …………………………………………………...….......44 2. Profil SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi................................. .........44 3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah SMP Islam Teratai Putih Global...............45 4. Keadaan Guru dan Siswa/I SMP Islam Teratai Putih Global.....................46 5. Biografi Guru Akidah Akhlak ……………………………………..... ......46 6. Keadaan Sarana dan Prasarana …………………………..…………….....46 7. Struktur Organisasi SMP Islam Teratai Putih Global ......................... ......48 8. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………….. ........48 B. Analisis Data ………………………………………………………….......... 65 C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………..……........68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …. ………………………………………………………….......70 B. Saran ….…………………………………………………………………......70
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 ……….……... ..........31 Tabel 3.2 Daftar Kelompok PembagianPeran ………………………………............33 Tabel 4.1 Keadaan sarana dan prasarana............................................ ........................47 Tabel 4.2 Struktur Organisasi SMP Islam Teratai Putih Global …………………....48 Table 4.3 Skor Pre Test Pra Penelitian ………………………………………......................49 Table 4.4 Skor Post Test Siklus I ……………………………………………….................59 Table 4.5 Skor Post Test Siklus II ………………………………………………..............63 Table 4.6 Hasil Tes Siklus I …………………………………………………............67 Table 4.7 Hasil Tes Siklus II ………………………………………………..............68
viii
DAFTAR LAMPIRAN TANPA HALAMAN
Lampiran 1
: RPP Siklus I Pertemuan ke 1
Lampiran 2
: RPP Siklus I Pertemuan ke 2
Lampiran 3
: RPP Siklus II Pertemuan ke 1
Lampiran 4
: Materi Ringkas Pembelajaran Siklus I Pertemuan ke 1
Lampiran 5
: Soal-soal Siklus I Pertemuan ke 1
Lampiran 6
: Kunci Jawaban Siklus I Pertemuan ke 1
Lampiran 7
: Materi Ringkas Pembelajaran Siklus I Pertemuan ke 2
Lampiran 8
: Soal-soal Siklus I Pertemuan ke 2
Lampiran 9
: Kunci Jawaban Siklus I Pertemuan ke 2
Lampiran 10 : Materi Ringkas Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke 1 Lampiran 11 : Soal-soal Siklus II Pertemuan ke 1 Lampiran 12 : Kunci Jawaban Siklus II Pertemuan ke 1 Lampiran 13 : Hasil Belajar Pra Penelitian Lampiran 14 : Hasil Belajar Siklus I Lampiran 15 : Hasil Belajar Siklus II Lampiran 16 : Catatan Lapangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Lampiran 17 : Catatan Lapangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II Lampiran 18 : Catatan Wawancara Dengan Guru Akidah Akhlak Lampiran 19 : Catatan Wawancara Dengan Siswa Pra Penelitian Lampiran 20 : Catatan Wawancara Siswa Setelah Penel;itian
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Pendidikan merupakan pilarpilar untuk membentuk generasi yang cerdas, generasi yang berilmu dan generasi yang
mempunyai
wawasan
luas.
Pendidikan
menjadi
penuntun
untuk
memperbaiki derajat, martabat dan nasib manusia. Sejak manusia menuntut kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu pula timbul pemikiran dan gagasan serta ide untuk melakukan perubahan, pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam sejumlah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan dapat menghantarkan perkembangan kehidupan manusia sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial, kepada titik optimal untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.1 Hal yang sama juga disebutkan dalam Undang-Undang No. 20, tahun 2003, pada pasal 3 disebutkan bahwa “Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab“.2 Tujuan pendidikan nasional memiliki kesamaan orientasi dengan Pendidikan Agama Islam (PAI), tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus 1
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 28. Peraturan Perundang-undangan RI No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: BP. Panca Usaha Putri, 2003), Cet Ke-1, hlm. 5 2
1
2
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ideologi konservatif memandang tujuan pendidikan sebagai memelihara nilai-nilai yang sudah dipercaya mapan, telah teruji sejarah bahwa nilai-nilai tersebut benar. Benar karena berdasarkan agama, benar karena berdasarkan ilmu, dan benar karena berdasarkan tradisi.3 Pendidikan adalah hal yang sangat kompleks, dan pendidikan menjadi salah satu dari tolak ukur kemajuan sebuah negara. Oleh karena itu keberhasilan proses belajar mengajar sangatlah penting. Hal itu dapat terwujud jika proses belajar mengajar mampu mengoptimalkan segala potensi yang dimilki, salah satunya adalah peserta didik. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Itu berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.4 Dalam pedagogik naratif dan indoktrinatif, pendidik lebih aktif dalam proses pendidikan sementara peserta didik lebih pasif dan membeo. Peserta didik diperlakukan sebagai pihak yang harus dikembangkan dan dicerdaskan. Pedagogi demikian mengandung filosofi pendidikan yang kurang membebaskan peserta didik dan bersimpangan dengan alam demokrasi, sebab peserta didik ditempatkan pada posisi yang amat lemah seperti pasien di hadapan dokter. Sementara pendidik ditempatkan pada posisi yang amat kuat seperti seorang dokter yang memberi obat dan harus ditelan pasien. Berangkat dari paparan di atas, pembelajaran Agama Islam di lembaga pendidikan formal tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu agama kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama memerlukan pendekatan 3
Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Nuansa: 2010), hlm. 11
4
Abu Ahmadi dan Widodo Surpiyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta: 2004), hlm.
125
3
pengajaran agama yang berbeda dari pendekatan subjek pelajaran yang lain. Sebab di samping mencapai penguasaan terhadap seperangkat ilmu agama, pendidikan agama juga menanamkan komitmen kepada anak didik untuk mau mengamalkannya. Tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian keterampilan,
baru,
kesanggupan
perubahan menghargai,
dalam
sikap,
perkembangan
kebiasaan-kebiasan, sifat-sifat
sosial,
emosional, dan pertumbuhan jasmaniah adalah beberapa indikasi dari adanya peningkatan yang signifikan terhadap proses kegiatan belajar, kondisi inilah yang dikenal dengan istilah hasil belajar. Akidah Akhlak merupakan pendidikan yang sangat perlu untuk para siswa agar dapat mencerminkan dan menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya sehingga akhlak itu sebagai kemampuan jiwa. Di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al asma’al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh akhlak dan cara mengamalkan nya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan al-akhlaqul karimah dan adab islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanan nya kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir serta qada dan qodar. 5 Dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak bukanlah suatu hal yang sangat mudah karena kurang tepatnya suatu metode dan strategi yang baik proses belajar mengajar tidak akan berhasil dan hasil belajar kurang memenuhi standar yang diharapkan. sebagaimana penulis temukan hasil belajar akidah akhlak siswa kelas VIII SMP Islam Terati Putih Global Bekasi kurang memenuhi target/standar 5
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 Tahun2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab diMadrasah . hlm 65.
4
yang diharapkan atau masih belum memenuhi Standar Ketuntasan Minimal dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang lain. Hal ini disebabkan karena masih banyak anak-anak atau siswa yang menganggap bahwa pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang tidak penting. Sehingga siswa kurang bersemangat dan tidak aktif dalam mengikuti pelajaran Aqidah akhlak Standar pendidikan di Indonesia semakin meningkat, hal tersebut dapat kita lihat dari Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yang semakin meningkat dan terus berubahnya kurikulum serta tuntutan keprofesionalan dari tenaga pengajar. Walaupun sebenarnya perubahan kurikulum tersebut merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya. Seorang guru juga dituntut professional dalam mengajar, terutama dalam mengelola pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Lebih dari itu, menjadi pribadi dengan akhlak mulia seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah salah satu hasil belajar yang diharapkan dalam Pendidikan Agama Islam. Disisilain, ketika peneliti melakukan observasi kelas dan wawancara dengan beberapa guru, ternyata masih terdapat beberapa siswa yang bermasalah mengenai sikap dan tingkah laku, khususnya kelasVIII. Siswa seringkali tidak mematuhi peraturan yang ada disekolah, baik yang berupa perintah dari sekolah maupun dari agama, mereka bolos sekolah dan tidak mengikuti kegiatan ibadah disekolah seperti shalat dan tadarus. Sikap dan perilaku yang dilakukan siswa-siswa disekolah khususnya kelas VIII, merupakan indikasi bahwa ada kesenjangan antara cita-cita dan realita. Citacita dalam hal ini menjadikan peserta didik yang berakhlak mulia sedangkan realitanya adalah masih banyaknya siswa yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai akhlak mulia. Berkaitan dengan masalah tersebut, penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena rendahnya peran serta dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, hal ini merujuk pada observasi yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
5
Dalam teori klasifikasi Edgar Dale memberikan informasi bahwa sesungguhnya belajar dilakukan dari hal yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang pasif sampai yang aktif, dari yang abstrak hingga yang kongkret dan dari yang menerima sampai yang berperanserta. Teori pyramid ini menunjukkan bahwa semakin belajar berada pada level puncak maka akan semakin kurang efektif, begitu juga sebaliknya, Semakin siswa berperan aktif terhadap Proses Belajar Mengajar, maka akan semakin efektif materi yang disampaikan.6 Rendahnya kemampuan atau hasil belajar siswa dalam memahami pelajaran Aqidah Akhlak dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari berhubungan erat dengan kemampuan dasar disekolah. Ilmu Aqidah Akhlak merupakan ilmu yang wajib diketahui oleh siswa tidak sekedar asal-asalan akan tetapi pelaksanaannya dalam kehidupan nyata. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadi penyebab masalah rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan antara lain karena pembawaan materi yang kurang menarik dan terjadi ketidak sesuaian metode yang dipakai guru dalam pembelajaran. Permasalahan seperti ini ditemui oleh peneliti ketika mengadakan observasi ke SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi. Dari hasil observasi tersebut diperoleh bahwa terdapat respon yang negatife dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak, yang metode mengajarnya hanya ceramah dan dikte membuat siswa kurang termotivasi dan tertarik. Selain itu standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran Aqidah Akhlak yang lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Menyikapi masalah diatas, perlu diterapkan dan dikembangkan sebuah metode pembelajaran yang efektif yang mengikut sertakan peran siswa sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman-pengalaman belajar yang lebih kongkret. Sebuah pembelajaran kongkret yang melibatkan peran aktif siswa mampu mendorong dan merangsang diri siswa untuk menerima pesan dan nilai-nilai yang disampaikan, salah satunya dengan menggunakan metode sosiodrama. 6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.165
6
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka peneliti bermaksud untuk mencari tahu dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi proses belajar mengajar cenderung masih didominasi oleh guru. Siswa tidak terlalu aktif sehingga seringkali muncul kejenuhan-kejenuhan pada siswa. Hal ini terlihat dari lemahnya respon siswa terhadap stimulus-stimulus yang diberikan guru, baik berupa pertanyaan atau stimulus yang lain. Siswa terlihat tidak terlalu memperdulikan
proses
pembelajaran karena mereka tidak terlalu tertarik dengan metode pembelajaran monoton yang membosankan. Guru seringkali menemui kendala didalam menentukan metode belajar yang sesuai dengan materi atau bahan ajar yang akan disampaikan. Guru masih terpaku dengan model pembelajaran klasik yang itu-itu saja seperti ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab dan model yang biasa dilakukan sebagian besar guru-guru kita. Hal ini tidak bisa dianggap sepele, karena jika terjadi terus-menerus maka kejenuhan tersebut akan mengakibatkan siswa enggan untuk belajar dan bisa menjadi penghambat daya serap siswa sehingga prestasi mereka tidak akan sesuai harapan. Pelajaran akidah akhlak adalah pelajaran karakter, sehingga siswa harus merasakan secara langsung kesan yang didapatkan dengan cara menjadi pelaku secara langsung. Tetapi di kelas yang akan kami teliti pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak belum dapat memberikan kesan kepada siswa karena hanya menggunakan model klasik dan tidak menarik, sehingga siswa tidak dapat merasakan kesan hidup yang dapat dijadikan pengalaman berharga dan pelajaran yang nyata.
7
C. Pembatasan Fokus Penelitian Belajar akidah akhlak seperti belajar karakter, sehingga memerlukan pendalaman dan membutuhkan pengalaman nyata, sehingga proses pembelajaran pasif sangat tidak efektif karena siswa tidak memiliki pengalaman secara langsung sebagaimana yang diharapkan dari tujuan mata pelajaran akidah akhlak tersebut agar siswa mampu menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti fokus pada peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran akidah akhlak pada pokok bahasan akhlak terpuji kepada sesama dengan metode sosiodrama, siswa yang dimaksud adalah siswa SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi kelas VIII berjumlah 27 orang siswa.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latarbelakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan metode pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran akidah akhlak pada siswa Kelas VIII di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitianya sebagai berikut: a. Untuk memahami Bagaimana penerapan metode sosiodrama ini dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran akidah akhlak materi pokok membiasakan akhlak terpuji. b. Untuk memahami Apakah penerapan metode sosiodrama ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak materi pokok membiasakan akhlak terpuji.
8
2. Kegunaan Hasil Penelitian a. Kegunaan bagi peserta didik 1)
Tercapainya kompetensi siswa dibidang akidah akhlak khususnya pada materi pokok membiasakan akhlak terpuji.
2)
Hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi dalam mata pelajaran akidah akhlak khususnya pada materi pokok membiasakan akhlak terpuji dapat meningkat.
3)
Proses pengajaran yang efektif dan penerapan metode sosiodrama dalam mata pelajaran akidah akhlak akhlak khususnya pada materi pokok membiasakan akhlak terpuji dapat diterima.
4)
Penerapan
metode
sosiodrama
dapat
dikembangkan
atau
diterapkan pada siswa dikelas yang lain. b. Kegunaan bagi guru 1)
Terperolehnya inovasi metode pembelajaran untuk mata pelajaran akidah akhlak dari dan oleh guru yang menitikberatkan pada penerapan metode sosiodrama.
2)
Menambah wawasan bagi guru bidang studi akidah akhlak sehingga
dalam
proses
pembelajaran
nantinya
betul-betul
memperhatikan fungsi metode pembelajaran yang tepat, sehingga hasil belajar siswa tercapai dengan baik. 3)
Dengan adanya penelitian ini maka terjalin kerjasama atau Kolaborasi sesama guru akidah akhlak di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi.
4)
Dapat memberikan sumbangan dan pengalaman kepada guru dalam upaya mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang ditekuninya.
c. Kegunaan bagi peneliti 1)
Menambah wawasan untuk peneliti tentang metode yang sesuai untuk mata pelajaran akidah akhlak.
2)
Menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti tentang tata cara dan proses penelitian dalam pendidikan.
9
d. Kegunaan bagi sekolah Sekolah memperoleh panduan yang inovatif tentang metode belajar sosiodrama yang selanjutnya diharapkan dapat diterapkan di kelas-kelas yang lain demi keberhasilan belajar akidah akhlak.
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A.
Kajian Teoritik 1.
Pengertian Belajar Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terja dinya
perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Indicator pada perubahan ini biasanya akan tampak pada proses belajarnya. “Pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”.7 Bebera pahal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut: a.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
b.
Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki atau meningkatkan perilaku yang sudah ada.
c.
Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif). 8 Tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaankebiasan keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembang sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah. Banyak aktivitas yang tergolong kegiatan belajar. Hal ini karena belajar merupakan aktivitas yang sangat luas, universal, tidak mengenal tempat dan waktu. Aktivitas belajar bisa jadi di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Kita mengenal pepatah long life education, atau ajaran 7
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2010),hlm. 10 8 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007),hlm.55
10
11
islam mengungkapkan bahwa belajar terjadi sejak dalam buaian ibu hingga ke liang lahat. Aktivitas yang termasuk belajar sudah diawali sejak lahir ke dunia. Belajar tidak hanya milik anak sekolah, pelajar atau mahasiswa, tetapi milik semua orang. Bayi, orang dewasa dan orang lanjut usia akan melakukan aktivitas yang tergolong aktivitas belajar. Pegertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam perpustakaan. Karena luasnya kupasan masalah belajar, maka tidak mudah, ketika ditanyakan apa itu belajar. Setiap orang akan memberikan pengertian yang berbeda-beda tergantung dari aspek mana meninjau masalah belajar. Ada yang menitik beratkan pada belajar, ada yang menekankan proses, ada pula yang cenderung pada produk belajar itu sendiri. Sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto tentang pengertian belajar .9 a.
Menurut Hilgaerd dam Bower, dalam buku Theoric of Learning mengemukakan,“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang.”
b.
Menurut
Gegne,
dalam
buku
The
Condition
of
Learning
menyatakan bahwa,“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dalam waktu selama ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” c.
Menurut
Morgan,
dalam
buku
Introduction
to
Psychologimengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” d.
Menurut Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan“Belajar
adalah
suatu
perubahan
di
dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada 9
Ngalim Purwanto , Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1997),
hlm 84
12
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian dan suatu pengertian.” Hilgard mengatakan “Learning is the prosess by with an activity
e.
originates or ischanged through training procedures (Whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training.” Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatanmelalui jalan latihan. f.
Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasilpengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10 Dari definisi-definisi di atas dapat dikemukakan bahwa untuk dapat
disebut belajar maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam penguasaan memperoleh hubungan baru.
2. Pengertian Hasil Belajar Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.11
10
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta :PT.Rineka Cipta,2003) , hlm 2 11 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: BumiAksara, 2006), hlm. 30.
13
Penilaian
proses
serta
hasil
belajar
dan
pembelajaran
merupakan
implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (SNP). Penetapan SNP membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian pembelajaran yang mendidik. Perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran mencakup penilaian eksternal dan internal. Langkah perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran mencakup rencana penilaian proses pembelajaran dan rencana penilaian hasil belajar peserta didik. Rencana penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan rencana penilaian yang akan dilakukan oleh guru untuk memantau proses kemajuan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Menurut Nana Sudjana “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang / siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.12 Sedangkan menurut Muhibbin Syah “hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.13 Jadi hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang melibatkan proses kognitif siswa tersebut mengalami perubahan tingkah laku yang relative menetap. Hasil belajar menurut Dr. Sudiyanto yang dikutip oleh Dr. H. Y. Waluyo dalam bukunya Penilaian Pencapaian Hasil Belajar adalah “Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”14 Dalam proses belajar mengajar di sekolah perubahan tingkah laku siswa ditandai dengan kemampuan peserta didik menerapkan dan mendemonstrasikan pengetahunnya serta keterampilannya. Perubahan inilah yang disebut hasil belajar. 12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.22. 13 Muhibbin Syah, Psikologi Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 92. 14 H.Y. Waluyo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, (Jakarta: Karunia Universitas Terbuka, 1987), cet. 1, hlm. 24.
14
Hal ini selaras dengan pendapat DR. Suharismi Arikunto dalam bukunya DasarDasar Evaluasi Pendidikan mengatakan, “Hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.15 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar, yang menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik pada diri seseorang tersebut, baik dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, maupun sikap yang bersifat menetap dan konsisten. Berdasarkan
teori
Taksonomi
Bloom,
hasil
belajar
dalam
rangka
pembelajaran meliputi tiga kategori ranah, yaitu: a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: 1) Pengetahuan 2) Pemahaman 3) Penerapan 4) Analisis 5) Sintesis 6) Evaluasi
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu: 1) Menerima 2) Menjawab/ Reaksi 3) Menilai Organisasi 4) Karakteristik dengan suatu nilai 5) Kompleks Nilai.
15
Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 133.
15
c. Ranah psikomotor, meliputi: 1) Keterampilan motoric. 2) Manipulasi benda-benda 3) Koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengintai) Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol namun hasil belajar psikomotor dan afektif harus menjadi bagian dari hasil penilaian dan proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan hasil tersebut dapat digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan dan hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, diantaranya :
a.
Faktor Internal Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan
fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah. Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar.16 Faktor-faktor tersebut diantaranya: 1) Adanya keinginan untuk tahu 2) Agar mendapatkan simpati dari orang lain. 3) Untuk memperbaiki kegagalan. 4) Untuk mendapatkan rasa aman.
16
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cet. 4, hlm. 59
16
b.
Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain : 1) Faktor yang berasal dari orang tua Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam. Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.
2) Faktor yang berasal dari sekolah Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan.Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya.Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar. Faktor yang berasal dari masyarakat Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.
17
3. Pengertian Akidah Menurut Al Munawir sebagaimana dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Aqidah Islam secara etimologis (lughotan) aqidah berakar dari kata “aqada –ya qidu – aqdan – aqidatan”. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.Setelah terbentuk menjadi akidah berarti keyakinan.17 Secara terminologis terdapat beberapa definisi antara lain : a. Menurut Hasan Al-Banna dalam bukunya Majmu’atu ar-Rasail, Muassasah ar-Risalah yang dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Aqidah menjelaskan bahwa aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati (mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguraguan. b. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy dalam bukunya Aqidah al-Mukmin, Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah yang dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Aqidah menjelaskan bahwa Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) dan ditolak (serta) diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.18
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir sama dengan istilah aqidah, diantaranya : a. Iman Ada yang menyampaikan istilah iman dengan akidah, dan ada yang membedakannya. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal 19
17
Yunahar Ilyas ,Kuliah Aqidah, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007), hlm 1 Ibid., hlm 2 19 Ibid., hlm 4 18
18
b. Tauhid Tauhid artinya (mengesakan Alloh Tauhidullah). Ajaran tauhid adalah tema sentral aqiqah dan iman, oleh sebab itu aqiqah dan iman diidentikkan juga dengan istilah Tauhid.
c. Ushuluddin Artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut juga Ushuluddin karena akaran aqidah merupakan pokok-pokok ajaran agama Islam.
d. Ilmu Kalam Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamai dengan ilmu kalam karena banyak dan luanya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang Al Qur‟an apakah Khaliqatau bukan, hadist atau qadim. Tentang taqdir, apakah manusia punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang orang yang berdosa besar, kafir atau tidak dan lain sebagainya
4.
Pengertian Akhlak Secara etimologis (lughotan) akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Persamaan akar kata mengisyaratkan
bahwa
dalam
akhlak
mencakup
pengertian
terciptanya
keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya mengandung nilai akhlak yang hakiki. Manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan). 20
20
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2007), hlm, 1
19
Adapun secara terminologis (isthilahan) ada beberapa definisi tentang akhlak yang dari beberapa pendapat diantaranya : a. Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumud-din yang dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlak, mengatakan bahwa “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” b. Menurut Ibrahim Anis dalam Al-Mu'jam al-wasith yang dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlak, mengatakan bahwa “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macammacam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.21
5. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak di Kelas VIII a. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak di Kelas VIII Aqidah akhlak di Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalildalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap Al-Asma dan Al-Husna dengan menunjukan ciri-ciri/ tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara subtansial mata pelajaran Aqidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikan akidahnya dalam bentuk pembiasaan dalam melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. 21
Ibid., hlm 2
20
Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk mempraktikan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat, dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia. Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat
Islam
harus
meyakini
pokok-pokok
kandungan
aqidah
akhlak tersebut. Adapun tujuan pembelajaran aqidah akhlak menurut GBPP departemen Agama yaitu : 1) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan kepada siswa akan hal-hal yang harus diiani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya. 2) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan alam lingkungannya. 3) Memberikan bekal kepada anak atau siswa tentang akidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan berikutnya.22
b. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Kelas VIII Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di kelas VIII meliputi: 1) Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, Al-Asma al-Husna, iman kepada Allah, kitab-kitab Allah, rasulrasul Allah, Hari Akhir serta Qadha Qadar 2) Aspek Akhlak terpuji yang terdiri atas bertauhid, ikhlas, taat, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur, qana’ah, tawadlu’, husnudz dzon, tasamuh dan ta’awun berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja. 22
Depag RI, Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: 1998), hlm.2
21
3) Aspek Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaq, ananiah, putus asa, ghadhab, tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah.
6. Pengertian Metode Mengajar adalah salah satu tugas utama guru, yang disebut dengan fungsi instruksional. Dalam menggunakan fungsi instruksional itu, penggunaan dan penerapan metode pengajaran merupakan salah satu faktor yang penting yang ikut andil dalam kegiatan belajar mengajar . Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno Surachmad mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada murid-murid disekolah. M. Basyirudin Usman dalam bukunya Metodologi Pembelajaran Agama Islam mengatakan bahwa “pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik
siswa,
materi,
kondisi
lingkungan
di
mana
pengajaran
berlangsung”.23 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan dalam buku yang ditulis oleh Armai Arief “bahwa ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran, diantaranya: tujuan yang hendak dicapai, kemampuan guru, anak didik, situasi dan kondisi pengajaran di mana berlangsung, fasilitas yang tersedia, waktu yang tersedia, serta kebaikan dan kekurangan sebuah metode”.24 Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru tidak harus terpaku dalam menggunakan berbagai metode (variasi metode) agar proses belajar mengajar atau 23
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 32. 24 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 109.
22
pengajaran berjalan tidak membosankan, tetapi bagaimana memikat perhatian anak didik. Namun di sisi lain penggunaan berbagai metode akan sulit membawa keberuntungan
atau
manfaat
dalam
kegiatan
belajar
mengajar,
bila
penggunaannya tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang mendukungnya, serta kondisi psikologi anak didik. Maka dari itu disini guru di tuntut untuk pandaipandai dalam memilih metode yang tepat. Dengan demikian, peranan metode mengajar adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar.25
7. Pengertian Sosiodrama Sosiodrama berasal dari kata : sosio dan drama. Sosio berarti sosial yaitu masyarakat, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama atau bermain peran merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial. Menurut Engkoswara: metode sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan 25
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011),cet.1 2, hal. 76
23
cukup diceritakan dengan singkat dalam tempo 4 atau 5 menit, kemudian anak menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial, oleh karena itu dinamakan sosiodrama.26 Metode Sosio drama cocok digunakan bilamana: 1. Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis; 2. Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psikologis; 3. Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya. Menurut Zakiah, metode sosiodrama “semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya terlebih dahulu, tidak pula diadakan pembagian tugas yang mengalami latihan lebih dahulu” dengan kata lain sosiodrama dilakukan
secara
spontan
dalam
kegiatan
pembelajaran
setelah
siswa
mendengarkan penjelasan guru.27 Setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun dengan metode sosiodarama yang juga memiliki kelebihan dan kekurangan, berikut diantara kelebihan dan kekurangan metode sosiodrama.
a. Kelebihan metode sosiodrama 1) Memberikan
kesempatan
pada
anak-anak
untuk
berperan
aktif
mendramatisasikan sesuatu masalah social yang sekaligus melatih keberanian serta kemampuannya melakukan suatu agenda di muka orang banyak 2) Suasana kelas sangat hidup karena perhatian para murid semakin tertarik melihat adegan seperti keadaan yang sesungguhnya.
26
M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 51 27 Zakiah drajat, dkk Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : bumi Aksara, 1996), hlm. 57
24
3) Peserta didik dapat menghayati sesuatu peristiwa, sehingga mudah memhami,
membanding
banding,
menganalisa
serta
mengambil
kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri. 4) Anak anak menjadi terlatih berfikir kritis dan sistematis.
b. Kekurangan metode sosiodrama 1) Sebagian besar besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif 2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan. 3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas 4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang kadang bertepuk tangan dan sebagainya. 5) Bila dramatisasi gagal, sebagian siswa kesulitan untuk mengambil kesimpulan.28 Beberapa hal yang perlu ditempuh dalam penggunaan metode sosiodrama Pertama,Persiapan; dalam tahap ini perlunya menentukan pokok masalah yang akan didramatisasikan, menentukan para pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita. Masalah yang akan didramatisasikan dipilih secara bertahap, dimulai dari persoalan yang sederhana dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih bervariasi. Pemilihan para pelaku hendaknya secara sukarela atau bila tidak mungkin, sebaiknya guru menunjuk siswa yang dianggap cakap dan cocok untuk memainkan peranan yang direncanakan. Kedua, Pelaksanaan; setelah masalah dan pemainnya dipersiapkan, dipersilahkan kepada mereka untuk mendramatisasikan masalah yang diminta selama 4–5 menit menurut pendapat dan inisiatip mereka sendiri. Diharapkan dengan peran yang mereka lakukan secara spontan dapat mewujudkan jalannya 28
M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 51
25
cerita dan guru hanya mengawasi dan memberi kebebasan kepada siswa. Bila terjadi kemacetan, sebaiknya guru cepat bertindak dengan menunjuk siswa lain untuk menggantinya, atau siswa yang memainkan peran tersebut diberikan isyarat atau aba-aba agar mereka dapat membetulkan permainannya. Pelaksanaan sosiodrama ini tidak perlu selesai dan juga dapat oleh siswa lainnya sebagai lanjutan. Ketiga, Tindak lanjut; sebagai metode mengajar, sosiodrama tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi, melainkan hendaknya dapat dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, kritik, atau analisis personal. Bila dipandang perlu siswa lainnya mengulang kembali untuk memainkan peranan yang lebih baik jika dramatisasi yang lalu dimainkan kurang memuaskan.29
B. Hasil Penelitian yang Relevan Selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitian yang dilakukan terdahulu yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Muniroh yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa melalui penerapan metode simulasi (sosiodrama) hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif melalui multiple choice pada siklus 1, dan soal uraian pada siklus 2. pada kondisi awal hanya 1 siswa yang memiliki nilai diatas atau sama dengan 70 atau taraf ketuntasan hanya sampai pada 2%, pada Siklus I sebanyak 26 siswa yang memiliki nilai diatas atau sama dengan 70 atau taraf ketuntasan sampai pada 72%, pada Siklus II sebanyak 36 siswa yang memiliki nilai diatas atau sama dengan 70 atau taraf ketuntasan sampai pada 100%. Ini berarti terdapat peningkatan hasil
29
M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press) Hlm. 52
26
belajar siswa melalui metode simulasi.30 2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nurul Fajri yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di SMP Nusantara Plus Kelas VIII-4 Ciputat Tangerang Selatan” hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukannya pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Sosiodrama Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh berdasarkan tindakan yang telah diberikan kepada siswa kelas VIII-4 SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang Selatan. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I Nilai rata-rata untuk Pre test adalah 49 dan Post test 67. Sedangkan menggunakan perhitungan N-Gaainnya adalah 0,35 menunjukikan kategori sedang. Dan pada siklus II untuk nilai pre test nya adalah 59 sedangkan Post testnya adalah 81 untuk N-Gainya sendiri adalah 0,52 kategori sedang. Dibandingkan hasil Pre Tes dan Postest Siklus I dengan pretest dan protest siklus II maupun menggunakan perhitngan N-Gain menunjukan pda siklus II adanya signifikasi peningkatan. Pada Siklus II Siswa telah mencapai nilai KKM 66 dan tidak ada siswa yang mendapatkan dibawah KKM. atau dapat dikatakan keberhasilan mencapai 100%.31 3. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahullah Bisi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Sosiodrama Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di SMP Dwi Putra (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Dwi Putra Ciputat )” hasil penelitian menyimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami perubahan yang signifikan dan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 6,97 dengan rata-rata N-Gain 0,35 dan rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 8,22 dengan ratarata N-Gain 0,56 pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibuktikan 30
Muniroh, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2014, Jakarta) 31 Muhammad Nurul Fajri, Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di SMP Nusantara Plus Kelas VIII-4 Ciputat Tangerang Selatan (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2013, Jakarta)
27
bahwa metode pembelajaran sosiodrama pada mata pelajaran IPS Terpadu mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Dwi Putra Ciputat pada materi Sejarah yakni proses persiapan kemerdekaan Indonesia dan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.32
C.
Hipotesis Tindakan Proses Belajar Mengajar menggunakan metode yang hanya masuk pada
tingkatan verbal adalah metode yang sangat rendah dan efektivitas cenderung kecil karena siswa hanya mendapatkan
gambaran abstrak dari sebuah
nilai. Sedangkan pengalaman langsung adalah tingkatan yang paling efektif untuk menyampaikan sebuah materi dalam Proses Belajar Mengajar, maka semakin siswa berperan aktif terhadap Proses Belajar Mengajar, maka akan semakin efektif materi yang disampaikan. Melalui metode Sosiodrama, siswa akan berperan aktif dalam Proses Belajar Mengajar, nilai-nilai seperti Sikap Terpuji akan mudah untuk ditranformasi kepada siswa, karena drama akan melibatkan siswa langsung dalam belajar. Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat dimunculkan suatu hipotesis tindakan: “Penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak materi pokok membiasakan sikap terpuji di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016”.
32
Miftahullah Bisi, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Sosiodrama Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di SMP Dwi Putra (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Dwi Putra Ciputat ) (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2014, Jakarta)
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian di SMP Islam Teratai Putih Global 3 Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Penelitian Tindakan Kelas direncanakan akan dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2016.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (class action research). Sesuatu tindakan yang secara khusus diamati terus- menerus, dilihat plusminusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.33 Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh peneliti. Definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diambil dari pendapat beberapa tokoh yang berkompeten dalam penelitian. Hal itu perlu dilakukan agar pemahaman tentang PTK tidak menyimpang. Banyak tokoh yang telah memberikan definisi PTK, salah satunya dikemukakan Hopkins yang dikutip oleh Kumandar menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.34 Secara
ringkas
tujuan
utama
penelitian
tindakan
adalah
untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan praktik atau layanan pembelajaran. Penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan menguji cobakan suatu ide kedalam praktek atau situasi nyata dalam skala mikro, yang 33
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bu mi Aksara, 2007), hlm 2 34 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan ProfesiGuru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 46
29
diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. 35 Fokus penelitian ini adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dibuat oleh peneliti, kemudian diuji cobakan dan dievaluasi apakah tindakan itu dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Beberapa keunikan dari Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya sebaga i berikut:36 a. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru (tumbuhnya sikap profesional dalam diri guru) karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berpikir kritis
dan
sistematis,
mampu
membiasakan guru untuk menulis dan membuat catatan. b. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran dikelas. c. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata dan jelas mengenai hal-hal yang terjadi didalam kelas. d. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan
keputusan
yang
akhirnya
melahirkan
kesamaan tindakan (action). e. PTK dilakukan hanya apabila ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan, untuk meningkatkan profesionalisme guru dan untuk memperoleh pengetahuan sebagai pemecahan masalah.
2. Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan siklus, yang mana pada masing-masing sklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Siklus 35
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosialdan Pendidikan , (Jakarta: Bu mi Aksara, 2006), hlm.70 36 Suharsimi Arikunto dkk, Opcit, hlm. 62
30
berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Desain penelitian yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart yang dikutip oleh suharsimi arikunto. Adapun rancangan siklus penelitian ini adalah : a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana untuk mencari tindakan yang akan dilakukan di kelas sehubungan dengan rendahnya hasil belajar siswa. Rencana ini kemudian dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, pada tahap ini juga peneliti menyiapkan soal yang harus dijawab oleh siswa, lembar observasi dan wawancara.
b. Pelaksanaan (Tindakan) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan perencanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan inilah yang menjadi dari PTK, karena rancangan sekenario dan penerapan pembelajaran akan diterapkan dan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.37
c. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti dibantu oleh observer yang mengamati segala aktivitas siswa selama pembelajaran. Pada lembar observasi ini ada beberapa indikator yang akan diamati yaitu perhatian siswa, keaktifan siswa, rasa ketertarikan siswa, dan semangat siswa, mengenali dan mendokumentasi semua gejala atau indikator dari proses ataupun hasil tindakanya.
d. Refleksi Refleksi menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi adalah tahap yang dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi untuk 37
Ibid: hlm 75
31
melakukan tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.38
C. Subyek Penelitian Subjek penelitian adalah Hasil Belajar Akidah Akhlak pada siswa kelas VIII SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi yang berjumlah 27 siswa, terdiri atas 15 laki-laki dan 12 perempuan. Karakterisitik siswa kelas ini secara lebih detail dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Usia rata-rata 14 tahun 2. Latar belakang keluarga atau orang tua mayoritas berpendidikan S1 dan berprofesi sebagai Karyawan. 3. Tingkat kemampuan siswa berdasarkan informasi pengamatan selama guru kelasnya mengajar adalah 4 siswa cukup pandai, 12 siswa berkemampuan sedang dan 11 siswa kurang / lambat dalam belajar. Subyek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 No 1
Nama Abbey Putra Amirul
L /P
Tempat Tanggal Lahir
Nama Orang Tua
L
Jakarta 04/ 01/ 2002
Wibowo Akbar
Akbar 2
Adhia Lovelyna Amani
P
Indramayu 09/ 02/ 2002
Cecep Supriyadi
3
Alya Sabrina
P
Bekasi 31/12/ 2002
Miftahuddin
4
Ardi Maulana Saputra
L
Bekasi 15/ 07/ 2002
Panggih Widodo
5
Auleria Chandra Nabila
P
Bekasi 23/ 11/ 12001
April Yanto
6
Badar Arrizal
L
Padang 15/ 05/ 2002
Mustafa Kamal
L
Bekasi 11/ 04/ 2002
Pratama putra
Alamsyah 7
Bintang Adhyapratama
38
Ibid : hal 78
32
8
Dandi Pratama
L
Bekasi 11/ 08/ 2002
Purnawirawan
9
Devtriana Arifin
P
Bekasi 12/ 05/ 2002
Arifin
10
Fadillatul Yahdillhaq
L
Bekasi 15/ 09/ 2002
Saiman Yusuf
11
Feni Setianingsih
P
Cianjur 14/ 10/ 2002
(Alm) Saefullah
12
Habib Amir Khoiruddin
L
Bekasi 01/ 06/ 2002
Inang
13
Ichsanul Amal
L
Surabaya 12/ 12/ 2001
Abdul Rahman
14
Ida Ayu Chandrika
P
Bekasi 25/ 01/ 2002
Ari Samsul Bahri
P
Bekasi 25/ 05/ 2002
Muhammad Nur
Yurianthyn 15
Ilmi Maulina Dewi
Lidayatullahubis
16
Intan Putri Hidayat
P
Bekasi 24/ 08/ 2002
Hidayatullah
17
Larasati Ayu Pramestari
P
Kosa 20/ 05/2002
Karmidi
18
M. Wafa Naufal
L
Bekasi 21/11/ 2002
Riyandi
Ramadhan 19
Mawar Rinjani
P
Bekasi 07/ 03/ 2002
Dayat
20
Muhamad Rafli
L
Bekasi 31/11/ 2001
Darmawan
L
Bekasi 15/ 08/ 2002
Nur Hidayat
L
Bekasi 23/ 10/ 2002
Robert Wanachai
Darmawan 21
Muhammad Reza Hidayat
22
Prem Pathrawuth Wannachai
23
Rian'S Gunawan
L
Bekasi 21/11/ 2001
Gunawan
24
Rizky Putra Ramadhan
L
Jakarta 23/ 05/ 2002
Rudi Waluyo
25
Zahrah Nazhifah, Y
P
Sukabumi 19/11/2002
Andrian
26
Zaki Dzakwan
L
Jakarta 04/ Juli/ 2002
Dwi Puji
Mudloffar Muhyiiddin 27
Zakiyya Shafa Salsabila
Dwihantoro P
Bekasi 01/ 01/ 2002
Cobrih
Daftar siswa diatas, pada saat dilaksanakan tindakan akan dibagi menjadi beberapa kelompok seperti yang terdapat dalam tabel berikut:
33
Tabel 3.2 Daftar Kelompok No
Nama
L/P
Kelompok
1
Abbey Putra Amirul Akbar
L
I
2
Adhia Lovelyna Amani
P
I
3
Alya Sabrina
P
I
4
Ardi Maulana Saputra
L
I
5
Auleria Chandra Nabila
P
I
6
Badar Arrizal Alamsyah
L
I
7
Bintang Adhyapratama
L
I
8
Dandi Pratama
L
I
9
Devtriana Arifin
P
I
10
Fadillatul Yahdillhaq
L
II
11
Feni Setianingsih
P
II
12
Habib Amir Khoiruddin
L
II
13
Ichsanul Amal
L
II
14
Ida Ayu Chandrika Yurianthyn
P
II
15
Ilmi Maulina Dewi
P
II
16
Intan Putri Hidayat
P
II
17
Larasati Ayu Pramestari
P
II
18
M. Wafa Naufal Ramadhan
L
II
19
Mawar Rinjani
P
III
20
Muhamad Rafli Darmawan
L
III
21
Muhammad Reza Hidayat
L
III
22
Prem Pathrawuth Wannachai
L
III
23
Rian'S Gunawan
L
III
24
Rizky Putra Ramadhan
L
III
25
Zahrah Nazhifah Yulistia
P
III
26
Zaki Dzakwan Mudloffar Muhyiiddin
L
III
27
Zakiyya Shafa Salsabila
P
III
34
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran dan posisi Peneliti dalam penelitian ini adalah bertindak sebagai pelaksana sekaligus guru dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran akidah akhlak yaitu Mrs. Umroh, S.Pd.I, selaku observer yang mencatat segala aktifitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Metode Sosiodrama.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Adapun tahapan intervensi tindakan pada Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Secara rinci digambarkan sebagai berikut: 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Siklus I penelitian dilaksanakan dengan dua kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 17 Februari 2016 dengan pembahasan
memperbanyak
amal
shaleh
dan
pertemuan
kedua
dilaksanakan pada hari rabu 16 Maret 2016 dengan pembahasan Sikap Terpuji Husnudzan dan Tawaadhu. Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini tercakup kegiatan sebagai berikut: 1) Refleksi awal, yaitu peneliti melakukan perenungan berdasarkan evaluasi terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini dilakukan. 2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. 3) Menyusun
RPP
sesuai
dengan
pokok
bahasan,
dan
instrumen
pengumpulan data selama penelitian tindakan ini dilaksanakan. 4) Menyusun naskah drama yang sesuai dengan pokok pembahasan. 5) Memilih siswa yang akan memainkan peran tokoh dalam naskah drama. 6) Memberikan naskah drama kepada masing-masing siswa yang telah ditunjuk untuk bermain peran. 7) Metode yang digunakan adalah metode sosiodrama.
35
b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan peneliti menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan RPP, menggunakan Metode Sosiodrama, pokok bahasan yang diajarkan adalah Memperbanyak Amal Shaleh pada pertemuan pertama dan husnudzan dan Tawaadhu pada pertemuan ke dua . Langkah-langkah pelaksanaan meliputi: 1) Guru mengucapkan salam pembuka 2) Apersepsi dan menanyakan materi yang sudah dipelajari dirumah. 3) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan Sikap teguh pendirian dan dermawan 4) Membaca naskah drama 5) Bertanya jawab seputar isi dari naskah drama 6) Siswa memberikan tanggapan seputar naskah drama yang telah dibacakan 7) Bersama siswa membuat kesimpulan 8) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang Sikap Akhlak tepuji kepada sesama. dengan menggunaka Metode Sosiodrama. 9) Dicocokkan secara silang, setelah diketahui hasilnya kemudian guru memberi tugas untuk pertemuan yang akan datang 10) Anak diberikan naskah drama untuk dipelajari dirumah 11) Guru memberi motivasi 12) Salam penutup
c. Observasi Sesuai efektifitas
dengan tujuan
penelitian
ini,
yaitu
untuk
mengetahui
metode sosiodrama dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dan
untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar (SKM) dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak, maka observasi difokuskan pada perhatian siswa, keaktifan siswa, dan hasil belajar siswa terhadap penggunaan metode sosiodrama. Untuk
melakukan observasi terhadap situasi kelas pada saat pembelajaran
peneliti melaksanakan sendiri.
36
d. Tes Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran setelah melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII semester II di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung.
e. Refleksi Refleksi
dilakukan
pembelajaran dan hasil
berdasarkan
hasil
peningkatan perhatian,
pengamatan
situasi
keaktifan dan hasil prestasi
belajar diakhir pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, anak cenderung bermain sendiri atau berbicara dengan teman sebelah, sebagian anak ada yang sibuk sendiri dengan mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain, anak belum bisa memahami isi naskah drama yang telah disajikan, keaktifan siswa masih kurang, anak cenderung pasif masih takut ataupun malu bertanya terhadap guru tentang materi yang telah disampaikan, yang mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal yang telah ditentukan oleh sekolah, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak dengan metode sosiodrama belum dapat meningkatkan perhatian, keaktifan, dan hasil belajar siswa. Kelemahankelemahan dalam menggunakan metode sosiodrama adalah waktunya terlalu panjang atau memakan waktu yang cukup lama, kesulitan dalam memahami karakter tokoh dan kurangnya pemahaman mengenai isi drama. Berdasarkan hal-hal diatas, pada siklus II peneliti menugaskan kepada siswa untuk mempelajari naskah drama dirumah. Hal ini bertujuan agar materi atau naskah drama benar-benar bisa dipahami anak, anak bisa mengetahui watak dari masing-masing tokoh dan mengetahui isi drama.
37
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Siklus II penelitian dilaksanakan pada hari rabu tanggal 06 April 2016 dengan materi pokok Sikap Terpuji Tasamuh dan Ta’awun , tahapan dan langkah-langkah peneliti adalah sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Refleksi dari hasil siklus pertama 2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data selama penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 4) Mengatur kelas agar anak bisa lebih nyaman dalam proses pembelajaran 5) Mengumpulkan tugas anak dalam siklus I 6) Mengumpulkan naskah drama yang telah dipelajari anak 7) Anak-anak memainkan peran tanpa menggunakan naskah drama 8) Menggunakan metode sosiodrama
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran. Langkahlangkah pembelajaran yang ditempuh adalah: 1) Guru mengucapkan salam 2) Apersepsi : menanyakan pelajaran minggu lalu. 3) Siswa menyusun tempat duduk biar lebih memperhatikan. 4) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran menganai pokok bahasan Sikap
Tasamuh
dan
Ta’awun
dengan
indikator
pencapaian
mengidentifikasi manfaat sikap Tasamuh dan Ta’awun dalam kehidupan sehari-hari 5) Melaksanakan drama tanpa menggunakan teks 6) Siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan drama yang telah disajikan 7) Guru melakukan tanya jawab seputar materi
38
8) Bersama siswa guru membuat kesimpulan. 9) Melaksanakan evaluasi 10) Dicocokkan secara silang, untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa 11) Guru memberikan motivasi 12) Salam penutup
c. Observasi Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siklus I, maka observasi pada siklus II ini masih peneliti fokuskan pada perhatian siswa, keaktifan terhadap pembelajaran, dan hasil belajar siswa
dengan
menggunakan
metode
sosiodrama.
d. Tes Tes ini dilakukan untuk pemahaman
siswa
terhadap
mengetahui sejauh mana penguasaan dan materi
pelajaran
Akidah
Akhlak
setelah
melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada siklus II sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung.
a. Refleksi Berdasarkan pengamatan pembelajaran aqidah akhlak
melalui metode
sosiodrama pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya, siswa lebih perhatian, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, siwa cenderung diam dan tidak membuat suasana kelas gaduh, aktif,
siswa
disampaikan
berlomba-lomba dan
prestasi
bertanya
belajar
siswa
terhadap materi
yang
pengamatan terhadap
telah situasi
pembelajaran pada siklus II ini sudah mengalami peningkatan dan sudah mencapai hasil yang diharapkan dan ses uai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
39
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah sesuai dengan tujuan yang dicapai yaitu peningkatan hasil belajar akidah akhlak pada siswa kelas VIII di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi melalui Metode Sosiodrama.
G. Data dan Sumber Data 1. Jenis data a. Hasil tes siswa setiap akhir siklus b. Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran setiap siklus c. Hasil wawancara d. Hasil dokumentasi 2. Sumber data a. Peneliti b. Siswa kelas VIII SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi yang berjumlah 27 orang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan, yang hasil belajarnya rendah diantara kelas lainnya c. Guru mata pelajaran Akidah Akhlak, sekaligus observer
H. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain adalah : 1. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktifitas siswa selama proses pembelajaran Akidah Akhlak menggunakan Metode Sosiodrama. 2. Lembar Soal Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan materi pelajaran Akidah Akhlak.
I. Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh langsung dari lokasi penelitian, khususnya pada proses pelaksanaan tindakan kelas,
sedang
untuk
mendapatkan
data
peneliti
40
menggunakan beberapa teknik untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Teknik yang dipakai peneliti untuk mendapatkan informasi tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Pengamatan (Observasi) Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keaktifan siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII semester II di SMP Islam Teratai Putih Global melalui metode sosiodrama. Lembar observasi ini berisi tentang indikator-indikator penilaian yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 2. Tes Tes adalah salah satu teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data h a s i l belajar siswa setelah melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII semester II di SMP Islam Teratai Putih Global sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung. Bentuk evaluasi berupa tes pilihan ganda. 3. Catatan Lapangan Catatan
lapangan
untuk
setiap
tindakan
dimaksudkan
untuk
mengungkapkan aktivitas guru dan siswa yang tidak dapat diungkapkan dengan menggunakan lembar observasi dalam waktu yang sudah ditentukan dan berupa catatan penting mengenai kegiatan pembelajaran. 4. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data atau informasi dengan cara menggunakan bahasa lisan baiksecara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi/data. 5. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lainnya yang berhubungan dengan masalah peelitian.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Untuk memperoleh data yang valid yaitu yang objektif, sahih, dan handal
41
dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, antara lain : 1. Menggali data dari sumber yang sesuai dengan menggunakan cara berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan memeriksa catatan siswa. 2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh hasil belajar siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara dengan guru, dan melihat hasil observasi guru mitra 3. Memerikas kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian, maupun kelengkapannya. 4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data Setelah data terkumpul peneliti menganalisis data, menganalisis merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran dan catatan lapangan. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Sebagaimana dalam pelaksanaan PTK, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis
kualitatif digunakan untuk
memberikan informasi
yang
menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak melalui metode sosiodrama.
42
2. Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai hasil belajar siswa dan perolehan skor aktivitas belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak melalui metode sosiodrama. Dalam hal ini peneliti menggunakan statistik deskriptif dengan mencari nilai rata-rata dan prosentase dari hasil belajar maupun aktivitas belajar peserta didik, sebagaimana rumus:39 P = F x100% N
sedangkan
X=F N
Keterangan F = jumlah skor peserta didik
N = Jumlah individu
P = Jumlah skor dalam prosen
X = Rata- rata
Data yang berupa aktivitas siswa yang tercantum dalam lembar observasi didiskusikan terlebih dahulu dengan observer. Data yang terkumpul berupa kalimat-kalimat dan data-data tentang aktivitas guru dan siswa ditulis menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah. Analisis data ini berguna untuk membuat perbaikan pada kegiatan siklus selanjutnya. Proses analisis data memiliki empat tingkatan yaitu: a. Pengumpulan data, dimana mengumpulkan informasi-informasi berupa hasil kerja siswa, hasil wawancara atau penilaian guru. b. Validasi, proses sinkronisasi hasil temuan yang diperoleh. Proses tersebut dilakukan dengan mengkaji hasil temuan dari berbagai sudut pandang dan berbagai pihak yang berkaitan. c. Interpretasi, yakni kerja yang meliputi pengambilan hipotesis yang telah divalidasikan dan tindakan mencocokan dan menghubungkan dengan teori yang ada.
39
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet. VIII, h. 40
43
d. Merencanakan kembali perlakuan pada subjek untuk mendapatkan data yang lebih baik lagi terhadap bukti-bukti yang diperoleh.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Indikator yang menjadi pedoman dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar akidah akhlak melalui metode sosiodrama agar memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Apabila tindakan pertama selesai dilaksanakan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria maka akan di tindak lanjuti dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran, Siklus ini terjadi dari perencanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir apabila peneliti menyadari bahwa penelitian telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak.
BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Letak Geografis Keberadaan, letak dan luas sebuah sekolah juga bisa mempengaruhi proses belajar mengajar, karena sekolah membutuhkan suasana yang tenang dan lahan yang luas untuk mendukung kegiatan sekolah di luar ruangan. SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi terletak di lokasi yang sangat strategis karena berada di area yang sangat luas dan sejuk, satu kampus dengan TK Islam, SD Islam dan SMA Islam Teratai Putih Global Bekasi, SMP Islam Teratai Putih Global adalah salah satu Unit yang masuk pada program One Stop Schooling yang dicanangkan oleh Yayasan Teratai Putih Global yang menaunginya. Saat ini SMP Islam Teratai Putih Global letaknya diapit diantara beberapa perumahan yaitu sebelah barat Perumahan Dukuh Zamrud dan perumahan Bumiyagara, sebelah Timur perumahan Grand Resident dan Grand Mustika, sebelah Selatan perumahan Bekasi Timur Regenci dan sebelah Utara terdapat Perumahan Villa Asri, Dukuh Bima, Mutiara Gading Timur, BKKBN dan Perumahan Grand Wisata. Adapun secara geografis letak SMP Islam Teratai Putih Global berdiri diatas tanah seluas 7000 M2, dengan luas bangunan 1200 M2.yang beralamat di: Alamat
: JL. Kampus Teratai Putih No.1
Desa/Kelurahan
: Cimuning
Kecamatan
: Mustika Jaya
Kota
: Bekasi
Provinsi
: Jawa Barat
2. Profil SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi Nama Sekolah
: SMP Islam Teratai Putih Global
NPSN
: 20222991
NSS
: 202026503010
44
45
Propinsi
: Jawa Barat
Kota
: Bekasi
Kecamatan
: Mustika jaya
Desa/Kelurahan
: Cimuning
Alamat
: Jln. Kampus Teratai Putih No.1
Kode Pos
: 17310
Telepon
: ( 021 ) 8260 8699 / Fax ( 021 ) 8260 9303
Email
:
[email protected]
Status Sekolah
: Swasta
Akreditasi
:A
Tahun Berdiri
: Tahun 2007
Luas Tanah
: 2 Ha
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah SMP Islam Teratai Putih Global a. Visi : Menjadi sekolah islam berkualitas terbaik dan berwawasan global b. Misi : 1) Menyelenggarakan sekolah islam berkualitas unggul, terpercaya dan profesional. 2) Mewujudkan SDM yang kompeten, sarana/prasarana memadai, sistem mutakhir dan fokus pada keberhasilan siswa. 3) Memberikan manfaat seluas-luasnya kepada siswa dan masyarakat. 4) Memberikan kontribusi yang optimal untuk mempersiapkan SDM berakhlak mulia, kompeten, produktif dan siap bersaing di era globalisasi. c. Strategi 1) Menjalin komunikasi yang baik dengan pihak yang terkait 2) Bekerjasama secara harmonis dengan pihak lain 3) Saling menghargai keberadaan masing-masing 4) Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung
46
4. Keadaan Guru dan Siswa/I SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi Adanya guru dan siswa merupakan syarat adanya kegiatan belajar mengajar. Banyaknya jumlah guru harus disesuaikan dengan banyaknya jumlah siswa. Sesuai data yang diperoleh oleh peneliti bahwa jumlah guru pengajar di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi berjumlah 37 orang a. Guru Laki- Laki
: 13 ( 3 Pegawai Tetap dan 5 Honorer)
b. Guru Perempuan
: 24 (11 Pegawai Tetap dan 4 Honorer)
c. Tata Usaha
: 3 orang
Sedangkan jumlah siswa SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi yaitu berjumlah 418 siswa, terdiri atas: a. Siswa Putra
: 243 siswa
b. Siswa Putri
: 175 siswa
Jumlah
: 418 siswa
5. Biografi Guru Akidah Akhlak Nama
: Umroh, S.Pdi
Tempat Tanggal Lahir: Indramayu, 6 September 1977 Alamat
: Jln. Kampus Teratai Putih No.1 Rt.01/06
Kelurahan
: Cimuning
Kecamatan
: Mustikajaya
Kota
: Bekasi
Pendidikan Terakhir : Sarjana Pendidikan Islam ( S.PdI. ) Tahun Mengajar
: 2012 – sekarang
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Keadaan sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang proses pendidikan. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Islam Teratai Putih Global sebagai berikut:
47
a. Bangunan dan Ruang
Tabel 4.1 Keadaan sarana dan prasarana No
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
Kondisi
1
Bangunan
1
Baik
2
Ruang kelas
15
Baik
3
Ruang kepala sekolah
1
Baik
4
Ruang guru
2
Baik
5
Ruang WC siswa
10
Baik
6
Ruang WC guru
4
Baik
8
Lab computer
1
Baik
9
Lab Multi Media
1
Baik
10
Lab PAI
1
Baik
11
Aula/ R. Serba Guna
1
Baik
12
Masjid
1
Baik
Jumlah
38
b. Administrasi Sekolah Administrasi sekolah yang mendukung pelaksanaan kegiatan pendidikan ialah : 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Kalender Pendidikan 3) Buku Catatan Hasil Belajar Siswa 4) Buku Kenaikan Kelas 5) Buku Induk 6) Klaper 7) Buku Mutasi 8) Dokumen I dan II 9) Dan Lain-lain
48
7. Struktur Organisasi SMP Islam Teratai Putih Global Untuk menjalankan aktivitasnya SMP Islam Teratai Putih Global memiliki struktur organisasi yang dirancang sedemikian rupa agar segala aktivitas akademik yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan dilembaga ini dapat berjalan dengan baik, berhasil dan terjalin kerjasama yang baik, agar tujuan yang ditetapkan oleh SMP Islam Teratai Putih Global dapat tercapai dan dapat berjalan secara optimal. Untuk lebih jelasnya bagan berikut menjelaskan struktur organisasi yang ada SMP Islam Teratai Putih Global
Tabel 4.2 Struktur Organisasi SMP Islam Teratai Putih Global
8. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan April 2016. Tepatnya penelitian ini dimulai pada tanggal 10 Februari sampai tanggal 06 April 2016. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Islam Teratai
49
Putih Global Kota Bekasi yang berjumlah 27 siswa pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
a. Pelaksanaan Pra Siklus Sebelum tindakan siklus dilaksanakan, peneliti memeriksa lapangan, cara apa saja yang dilakukan oleh guru. Yang gunanya adalah untuk dijadikan sebagai tolak ukur perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan metode sosiodrama. Pretest dilaksanakan pada hari rabu tanggal 10 Februari 2016 dan hasil pre test pra penelitian adalah: Table 4.3 Skor Pre Test Pra Penelitian Kelas VIII No 1
Nama Abbey Putra Amirul Akbar
Pre Test
Keterangan
70
Tidak lulus
2
Adhia Lovelyna Amani
60
Tidak lulus
3
Alya Sabrina
65
Tidak lulus
4
Ardi Maulana Saputra
60
Tidak lulus
5
Auleria Chandra Nabila
55
Tidak lulus
6
Badar Arrizal Alamsyah
45
Tidak lulus
7
Bintang Adhyapratama
65
Tidak lulus
8
Dandi Pratama
60
Tidak lulus
9
Devtriana Arifin
55
Tidak lulus
10
Fadillatul Yahdillhaq
45
Tidak ulus
11
Feni Setianingsih
50
Tidak lulus
12
Habib Amir Khoiruddin
45
Tidak lulus
13
Ichsanul Amal
65
Tidak lulus
60
Tidak ulus
14
Ida Ayu Chandrika Yurianthyn
15
Ilmi Maulina Dewi
80
Lulus
16
Intan Putri Hidayat
75
Lulus
50
17 18 19 20 21 22
Larasati Ayu Pramestari M. Wafa Naufal Ramadhan Mawar Rinjani Muhamad Rafli Darmawan Muhammad Reza Hidayat Prem Pathrawuth Wannachai
70
Tidak lulus
65
Tidak lulus
60
Tidak lulus
75
Lulus
55
Tidak lulus
65
Tidak lulus
23
Rian'S Gunawan
70
Tidak lulus
24
Rizky Putra Ramadhan
75
Tidak lulus
25
Zahrah Nazhifah Yulistia
75
Lulus
65
Tidak lulus
50
Tidak lulus
26 27
Zaki Dzakwan Mudloffar Muhyiiddin Zakiyya Shafa Salsabila Jumlah
1680
Nilai rata-rata
62,2
Dari hasil skor pre test pada pra siklus dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai nilai KKM adalah 18,5%. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan pada siklus II yaitu satu pertemuan, pada setiap pertemuan memiliki beberapa tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan ini saling terkait dan berkelanjutan.
b. Pelaksanaan Siklus 1 1) Pertemuan Pertama a) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan materi pelajaran dan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP (Rencana Pelaksanaan
51
Pembelajaran). Di dalam RPP memuat seluruh konsep pembelajaran, sumber, media pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Peneliti juga menyiapkan lembar tugas yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Sosiodrama atau bermain peran dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa untuk merekam jalannya pembelajaran.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2016. Penerapan tindakan mengacu pada pembelajaran yang tertulis dalam RPP. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru. Target yang ingin dicapai adalah siswa mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Kriteria ketuntasan minimal ini merupakan peraturan dari pemerintah terutama Dinas Pendidikan, bahwa untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti harus mencapai Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) 75. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Adapun kegiatan dalam siklus ini dapat diuraikan seperti dibawah ini: (1)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan bacaan basmalah bersama-sama, menyiapkan kelas serta menanyakan kabar dan melakukan absensi.
(2)
Menyiapkan
alat
peraga
untuk
bermain
peran
untuk
mendemonstrasikan pembelajaran (3)
Menyampaikan apersepsi sesuai materi yang akan diperagakan.
(4)
Guru memberi contoh dengan memperagakan salah satu peran sesuai dengan materi yang diajarkan dengan benar.
(5)
Siswa menirukan bermain peran dengan benar.
52
(6)
Guru
mengelaborasi
metode
Sosiodrama
dengan
cara
membentuk siswa kedalam 4 kelompok, dan setiap satu kelompok terdiri dari 7 anggota. Setiap satu kelompok dibimbing atau dipimpin oleh seorang siswa yang bertindak sebagai tutor. (7)
Guru memberikan penjelasan tentang metode Sosiodrama yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran kali ini.
(8)
Siswa bersama-sama melaksanakan pembelajaran sesuai dengan materi
yang
diajarkan
dengan
menggunakan
metode
Sosiodrama. (9)
Guru melakukan pendampingan, pengamatan dan pengarahan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
(10) Siswa belajar bermain peran dipimpin oleh seorang tutor yang ditunjuk oleh guru dan lebih memiliki kemampuan diatas siswa lainnya. Pembelajaran dilakukan dengan metode Sosiodarama dilengkapi dengan media kertas (naskah/alur cerita) yang sudah disiapkan. (11) Guru memberikan kebebasan dan keleluaasan kepada tutor untuk menjelaskan materi pelajaran agar suasana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran lebih kondusif. (12) Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran dengan metode Sosiodrama, guru meminta siswa untuk menghafalkan naskah dan alur cerita secara bersama-sama atau individu. (13) Guru bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dihadapi ketika pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan metode bermain peran berlangsung. (14) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar sering belajar terutama bidang studi akidah akhlak, agar siswa dapat mencapai nilai yang memuaskan. (15) Guru memberikan evaluasi dalam bentuk soal sebanyak 20 soal yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda 5 soal essai.
53
b) Tahap Pengamatan Setelah tahapan pelaksanaan tindakan, tahapan berikutnya adalah tahapan observasi atau pengamatan. Pengamatan dilaksanakan secara langsung dengan menggunakan format observasi yang telah disusun. Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai guru dalam proses pembalajaran. Aspek pengamatan dalam penelitian ini mencakup aspek pengamatan pada guru dan aspek pengamatan pada siswa. Aspek pengamatan pada guru meliputi: (1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. (2) Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan absensi. (3) Guru menyiapkan naskah untuk metode Sosiodrama. (4) Guru menjelaskan materi pelajaran. (5) Guru melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode sosiodrama. (6) Guru memberikan evaluasi. (7) Guru mengucapkan salam penutup
Adapun aspek yang diamati pada siswa adalah sebagai berikut: (1) Siswa menjawab salam. (2) Siswa merespon panggilan presensi dari guru. (3) Siswa menerima kemuadian menyimak dan mempelajari naskah. (4) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru. (5) Siswa ikut serta dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode sosiodrama. (6) Siswa memberikan umpan balik dari evaluasi yang diberikan oleh guru. (7) Siswa menjawab salam penutup dari guru
54
c) Tahap Refleksi Tahap akhir dari siklus I pertemuan pertama ini adalah tahap refleksi. Pada tahap refleksi, peneliti menganalisis dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar observasi yang ada. Hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut: (1) Faktor Pendukung Sumber daya manusia (Guru dan Tutor Sejawat) menjadi faktor pendukung utama dalam pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak pada materi Memperbanyak Amal Saleh dengan menggunakan metode sosiodrama. Sumber belajar/Buku yang digunakan adalah buku Petunjuk Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (kurikulum 2013), penulis Minatul Aziz dicetak oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, dan buku Akidah dan Akhlak untuk kelas VIII madrasah Tsanawiyah semester 2 penulis Taofik Yusmansyah dan dicetak oleh Grafindo Media Pratama, dan disertai dengan buku-buku lainnya yang bermanfaat dan mendukung kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
(2) Faktor Penghambat Pada siklus I pertemuan pertama ini tutor masih ragu dan canggung dalam menyampaikan materi pelajaran, suara tutor sejawat kurang keras dalam menyampaikan materi, dan guru belum jelas dalam memberikan instruksi penggunaan metode sosiodrama pada siswa.
e) Saran Peneliti melakukan perbaikan tindakan yang akan dilakukan disiklus I pertemuan ke dua. Guru memperbaiki kegiatan pembelajaran dengan cara menyampaikan instruksi yang jelas kepada tutor sejawat dan siswa yang lainnya dalam penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran Akidah Akhlak pada sikap terpuji Husnudzan dan Tawaadhu.
55
2) Pertemuan ke Dua a) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan materi pelajaran dan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Di dalam RPP memuat seluruh konsep pembelajaran, sumber, media pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Peneliti juga menyiapkan lembar tugas yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Sosiodrama atau bermain peran dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa untuk merekam jalannya pembelajaran.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2016. Penerapan tindakan mengacu pada pembelajaran yang tertulis dalam RPP. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru. Target yang ingin dicapai adalah siswa mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Kriteria ketuntasan minimal ini merupakan peraturan dari pemerintah terutama Dinas Pendidikan, bahwa untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti harus mencapai Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) 75. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Adapun kegiatan dalam pertemuan ini dapat diuraikan seperti dibawah ini: (1)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan bacaan basmalah bersama-sama, menyiapkan kelas serta menanyakan kabar dan melakukan absensi.
(2)
Menyiapkan
alat
peraga
untuk
mendemonstrasikan pembelajaran
bermain
peran
untuk
56
(3)
Menyampaikan apersepsi sesuai materi yang akan diperagakan.
(4)
Guru memberi contoh dengan memperagakan salah satu peran sesuai dengan materi yang diajarkan dengan benar.
(5)
Siswa menirukan bermain peran dengan benar.
(6)
Guru
mengelaborasi
metode
Sosiodrama
dengan
cara
membentuk siswa kedalam 4 kelompok, dan setiap satu kelompok terdiri dari 7 anggota. Setiap satu kelompok dibimbing atau dipimpin oleh seorang siswa yang bertindak sebagai tutor. (7)
Guru memberikan penjelasan tentang metode Sosiodrama yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran kali ini.
(8)
Siswa bersama-sama melaksanakan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan dengan menggunakan metode Sosiodrama.
(9)
Guru melakukan pendampingan, pengamatan dan pengarahan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
(10) Siswa belajar bermain peran dipimpin oleh seorang tutor yang ditunjuk oleh guru dan lebih memiliki kemampuan diatas siswa lainnya. Pembelajaran dilakukan dengan metode Sosiodarama dilengkapi dengan media kertas (naskah/alur cerita) yang sudah disiapkan. (11) Guru memberikan kebebasan dan keleluaasan kepada tutor untuk menjelaskan materi pelajaran agar suasana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran lebih kondusif. (12) Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran dengan metode Sosiodrama, guru meminta siswa untuk menghafalkan naskah dan alur cerita secara bersama-sama atau individu. (13) Guru bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dihadapi ketika pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan metode bermain peran berlangsung. (14) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar sering belajar terutama bidang studi akidah akhlak, agar siswa dapat mencapai nilai yang memuaskan.
57
(15) Guru memberikan evaluasi dalam bentuk soal sebanyak 20 soal yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda 5 soal essai.
c) Tahap Pengamatan Setelah tahapan pelaksanaan tindakan, tahapan berikutnya adalah tahapan observasi atau pengamatan. Pengamatan dilaksanakan secara langsung dengan menggunakan format observasi yang telah disusun. Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai guru dalam proses pembalajaran. Aspek pengamatan dalam penelitian ini mencakup aspek pengamatan pada guru dan aspek pengamatan pada siswa. Aspek pengamatan pada guru meliputi: (1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. (2) Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan absensi. (3) Guru menyiapkan naskah untuk metode Sosiodrama. (4) Guru menjelaskan materi pelajaran. (5) Guru menggunakan metode sosiodrama. (6) Guru memberikan evaluasi. (7) Guru mengucapkan salam penutup
Adapun aspek yang diamati pada siswa adalah sebagai berikut: (1) Siswa menjawab salam. (2) Siswa merespon panggilan presensi dari guru. (3) Siswa menerima kemuadian menyimak dan mempelajari naskah. (4) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru. (5) Siswa ikut serta dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode sosiodrama. (6) Siswa memberikan umpan balik dari evaluasi yang diberikan oleh guru. (7) Siswa menjawab salam penutup dari guru.
58
d) Tahap Refleksi Tahap akhir dari siklus I pertemuan ke dua ini adalah tahap refleksi. Pada tahap refleksi, peneliti menganalisis dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar observasi yang ada. Hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut: (2) Faktor Pendukung Sumber daya manusia (Guru dan Tutor Sejawat) menjadi faktor pendukung utama dalam pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak pada materi Memperbanyak Amal Saleh dengan menggunakan metode sosiodrama. Sumber belajar/Buku yang digunakan adalah buku Petunjuk Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (kurikulum 2013), penulis Minatul Aziz dicetak oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, dan buku Akidah dan Akhlak untuk kelas VIII madrasah Tsanawiyah
semester 2 penulis Taofik
Yusmansyah dan dicetak oleh Grafindo Media Pratama, dan disertai
dengan
buku-buku
lainnya
yang
bermanfaat
dan
mendukung kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
(3) Faktor Penghambat Pada siklus I pertemuan ke dua ini tutor masih ragu dan canggung dalam menyampaikan materi pelajaran, suara tutor sejawat kurang keras dalam menyampaikan materi, dan guru belum jelas dalam memberikan instruksi penggunaan metode sosiodrama pada siswa.
e) Saran Peneliti melakukan perbaikan tindakan yang akan dilakukan disiklus
I
pertemuan
ke
dua.
Guru
memperbaiki
kegiatan
pembelajaran dengan cara menyampaikan instruksi yang jelas kepada tutor sejawat dan siswa yang lainnya dalam penggunaan metode
59
sosiodrama dalam pembelajaran Akidah Akhlak pada sikap terpuji Tasamuh dan Ta’awun.
Berikut adalah hasil skor post test siswa pada siklus I: Table 4.4 Skor Post Test Siklus I Kelas VIII No 1
Nama Abbey Putra Amirul Akbar
Pre Test
Post test
Keterangan
70
80
Lulus
2
Adhia Lovelyna Amani
60
70
Tidak lulus
3
Alya Sabrina
65
75
Lulus
4
Ardi Maulana Saputra
60
70
Tidak lulus
5
Auleria Chandra Nabila
55
65
Tidak lulus
6
Badar Arrizal Alamsyah
45
65
Tidak lulus
7
Bintang Adhyapratama
65
75
Lulus
8
Dandi Pratama
60
70
Tidak lulus
9
Devtriana Arifin
55
70
Tidak lulus
10
Fadillatul Yahdillhaq
45
70
Tidak lulus
11
Feni Setianingsih
50
70
Tidak lulus
12
Habib Amir Khoiruddin
45
65
Tidak lulus
13
Ichsanul Amal
65
70
Tidak lulus
60
70
Tidak lulus
14
Ida Ayu Chandrika Yurianthyn
15
Ilmi Maulina Dewi
80
95
Lulus
16
Intan Putri Hidayat
75
80
Lulus
17
Larasati Ayu Pramestari
70
75
Lulus
65
70
Tidak lulus
18
M. Wafa Naufal Ramadhan
19
Mawar Rinjani
60
70
Tidak lulus
20
Muhamad Rafli
75
85
Lulus
60
Darmawan 21 22
Muhammad Reza Hidayat Prem Pathrawuth Wannachai
55
70
Tidak lulus
65
70
Tidak lulus
23
Rian'S Gunawan
70
75
Lulus
24
Rizky Putra Ramadhan
75
85
Lulus
25
Zahrah Nazhifah Yulistia
75
80
Lulus
65
75
Lulus
50
70
Tidak ulus
Jumlah
1680
1970
Nilai rata-rata
62,2
72,9
26 27
Zaki Dzakwan Mudloffar Muhyiiddin Zakiyya Shafa Salsabila
Dari skor hasil belajar siswa pada siklus I, terjadi peningkatan kemampuan pemahaman siswa dalam menyelesaikan tes formatif yang diberikan oleh guru, dari 27 siswa yang mencapai KKM pada pra siklus adalah 18,5% dan pada siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu 40%, maka belumlah sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dikarenakan masih ada siswa yang belum mencapai nilai KKM, maka penelitian ini dilajutkan ke siklus II.
c. Pelaksanaan Siklus II 1) Tahap perencanaan Siklus kedua ini sama dengan siklus pertama. Siklus II juga terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada tahapan perencanaan diadakan identifikasi masalah yang terjadi pada siklus pertama. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan mengacu pada refleksi siklus pertama. Selanjutnya dilakukan alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan pada tahapan tindakan penyusunan konsep pembelajaran. Target yang ingin dicapai adalah peningkatan hasil belajar akidah akhlak siswa.
61
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 06 April 2016. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Sementara pengamatan dilakukan oleh rekan sejawat. Penerapan tindakan mengacu pada konsep pembelajaran yang tertulis pada RPP dengan memperhatikan revisi pada siklus I. Adapun kegiatan dalam siklus II ini adalah sebagai berikut: a) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam b) Guru menanyakan kabar dan melakukan absensi c) Menyiapkan alat peraga dan naskah d) Mengadakan apersepsi menghafal naskah-naskah sesuai dengan materi e) Guru membagikan atau mempersiapkan naskah yang akan diajarkan sesuai materi yang diajarkan. f) Guru mencontohkan dan memperagakan aturan dan tata cara dalam bermain peran. g) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok h) Siswa menirukan peragaan perannya masing-masing dengan benar. i) Secara berkelompok siswa mempermainkan perannya masing-masing. j) Mempresentasikan materi dengan bermain drama. k) Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya, apabila ada materi yang belum di ketahui oleh siswa, apabila siswa tidak bertanya maka guru yang akan bertanya. l) Guru
bersama
siswa
bertanya
jawab
meluruskan
kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan m) Secara klasikal guru mengulang kembali materi dan diikuti oleh siswa. n) Memberikan penghargaan kepada siswa yang telah mendapat penilaian maksimal.
3) Tahap Pengamatan Sama dengan pengamatan siklus I, pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan siklus. Aspek yang diamati dalam siklus ini adalah:
62
a) Aspek Guru 1) Keterampilan dalam membuka dan menutup pelajaran 2) Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan absensi 3) Guru menyiapkan alat peraga untuk metode sosiodrama 4) Guru menjelaskan materi pelajaran 5) Guru memberikan soal post test 6) Guru mengucapkan salam penutup
b) Aspek Siswa 1) Siswa menjawab salam 2) Siswa merespon panggilan presensi dari guru 3) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru 4) Siswa memberikan umpan balik dari penjelasan guru 5) Siswa kedepan memerankan drama secara berkelompok 6) Siswa mengerjakan soal evaluasi 7) Siswa menjawab salam penutup
4) Tahap Refleksi Tahap akhir dari siklus ini adalah tahap refleksi sama dengan siklus I. Pada siklus II ini peneliti juga menganalisis dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar observasi yang ada. Hasil data pengamatan dapat diperoleh data sebagai berikut: a) Faktor Pendukung Pada siklus II ini guru mampu menciptakan suasana kelas menjadi kondusif sehingga kegiatan pembelajaran sudah efektif, dan semua siswa tidak canggung dalam menggunakan alat peraga. secara keseluruhan, siswa memperhatikan jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. b) Faktor Penghambat Pada siklus kedua ini, hal yang menghambat pembelajaran sudah tidak ada, karena sudah diperbaiki pada siklus pertama. Proses
63
pembelajaran siklus II berjalan dengan baik, siswa dapat mengerti instruksi dan penjelasan yang telah diberikan oleh guru.
5) Saran Cara mengatasi faktor-faktor yang menghambat pembelajaran yang menggunakan metode sosiodrama dengan alat peraga pada pembelajaran bermain peran di sekolah, sebaiknya guru mempersiapkan alat peraga pembelajaran sebelumnya, guru menguasai metode sosiodrama yang akan digunakan dan sebaiknya adalah naskah yang mudah diingat oleh siswa, agar siswa mudah mengingat dan menghafal naskah-naskah yang akan diperagakan. Adapun hasil skor post test siswa pada siklus II adalah: Table 4.5 Skor Post Test Siklus II Kelas VIII No 1
Nama Abbey Putra Amirul Akbar
Pre Test
Post test
Keterangan
70
95
Lulus
2
Adhia Lovelyna Amani
60
90
Lulus
3
Alya Sabrina
65
90
Lulus
4
Ardi Maulana Saputra
75
95
Lulus
5
Auleria Chandra Nabila
55
90
Lulus
6
Badar Arrizal Alamsyah
45
85
Lulus
7
Bintang Adhyapratama
65
95
Lulus
8
Dandi Pratama
60
90
Lulus
9
Devtriana Arifin
75
90
Lulus
10
Fadillatul Yahdillhaq
80
80
Lulus
11
Feni Setianingsih
50
90
Lulus
12
Habib Amir Khoiruddin
45
85
Lulus
13
Ichsanul Amal
65
95
Lulus
14
Ida Ayu Chandrika
75
85
Lulus
64
Yurianthyn 15
Ilmi Maulina Dewi
80
100
Lulus
16
Intan Putri Hidayat
75
100
Lulus
17
Larasati Ayu Pramestari
70
85
Lulus
65
85
Lulus
60
85
Lulus
75
100
Lulus
55
80
Lulus
65
80
Lulus
18 19 20
21
22
M. Wafa Naufal Ramadhan Mawar Rinjani Muhamad Rafli Darmawan Muhammad Reza Hidayat Prem Pathrawuth Wannachai
23
Rian'S Gunawan
70
90
Lulus
24
Rizky Putra Ramadhan
75
100
Lulus
75
100
Lulus
65
90
Lulus
50
95
Lulus
Jumlah
1680
2440
Nilai rata-rata
62,2
90,3
25
26 27
Zahrah Nazhifah Yulistia Zaki Dzakwan Mudloffar Muhyiiddin Zakiyya Shafa Salsabila
Dari hasil skor post test siswa, terjadi peningkatan kemampuan pemahaman siswa dalam menyelesaikan tes formatif yang diberikan oleh guru. Dari 27 siswa, semua siswa dapat mencapai nilai diatas KKM. Dan tidak ada siswa yang tidak mencapai KKM. Karena pada siklus II ini nilai rata-rata siswa yang diatas KKM, maka penelitian ini dihentikan pada sisklus II.
65
B. Analisis Data 1.
Data Awal Observasi Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII di SMP
Islam Teratai Putih Global Bekasi. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari tanggal 10 Februari 2016 sampai tanggal 06 April. Subyek penelitian terdiri dari 27 orang siswa/i. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti menggunakan metode observasi sistematik. Yang mana dalam metode observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah proses pembelajaran berlangsung efektif atau tidak. Sesuai dengan perencanaan penelitian tindakan sebelum siklus I bahwa analisis pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui dari penyebaran tes. Sebagai langkah awal untuk megetahui hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Islam Teratai Putih Global bekasi, penulis menyebarkan lembar tes yang berisi soal pilihan ganda dan essai. Setiap siswa menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru. Hasil tes awal siswa dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kemampuan siswa dalam mengerjakan test pada tes awal ini kemampuan ratarata siswa mencapai 62,2 atau berkategori kurang. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, terdapat suatu hal yang menunjukkan bahwa pembelajaran akidah akhlak khususnya, kurang ditekankan dan kurang mendapat perhatian dari siswa. Hal ini diketahui dengan melihat hasil belajar siswa di atas. Selain itu, metode yang digunakan pun tidak sepenuhnya disesuaikan dengan pembelajaran. Guru lebih banyak memberikan hafalan surat-surat atau materi-materi kepada siswa dari pada memberikan metode-metode dalam mmempelajari materi yang diajarkan. Oleh karena itu, kemampuan memahami materi akidah akhlak pada siswa kelas VIII sangat kurang dan hasil belajarnya tidak sesuai dengan Standar Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.
66
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada pra-siklus ini, dari 27 siswa ternyata banyak siswa yang kurang memperhatikan, hal ini disebabkan penyajian materi dengan ceramah merupakan hal yang membosankan bagi siswa. Dari data dan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pra-siklus dapat diperoleh hasil sebagai berikut: a. Adanya beberapa siswa yang kurang memperhatikan, karena penyajian materi masih dengan metode ceramah. b. Adanya beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai sesuai dengan standar ketuntasan, hal ini dikarenakan kurangnya penekanan guru terhadap materi akidah akhlak. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata kelas masih di bawah standar. Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode sosiodrama dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan cara ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan, yaitu hasil belajar siswa yang mencapai nilai KKM. Siswa dapat memahami tata cara berperilaku yang baik, penerapan metode sosiodrama pada materi rendah hati, hemat, dan sederhana membuat hidup lebih mulia, dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam bidang studi akidah akhlak. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar siswa dari sebelum diterapkannya metode sosiodrama dan pada saat setelah penerapan metode sosiodrama. Hasil belajar dengan menggunakan metode sosiodrama tertuang dalam uraian perbandingan di bawah ini.
c) Siklus I Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran yang menggunakan metode sosiodrama dengan naskah dan alat peraga. Dibantu oleh guru kelas, peneliti melakukan
pengamatan
terhadap
situasi
pembelajaran.
Dalam
hasil
pengamatan tersebut peneliti menemukan bahwa siswa sangat tertarik dalam
67
mengikuti kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, mereka belum fokus dalam materi pembelajaran. Sebagian dari mereka masih terlalu fokus terhadap kegiatan bermain/gaduh. Meskipun demikian, ini merupakan langkah yang baik, setidaknya dengan menggunakan media alat peraga dalam metode sosiodrama mampu menarik perhatian siswa. Mereka juga belum mempunyai keberanian dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan kepada guru. Kesulitan siswa dalam pembelajaran akidah akhlak juga terlihat dari hasil belajar siswa dalam mengerjakan tes yang masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun dari hasil tes pada siklus I ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Hasil Tes Siklus I siswa kelas VIII No
Kategori
Rentang
F
Jumlah
%
1.
Sangat baik
81-100
3
265
11,2
2.
Baik
71-80
7
540
25,9
3.
Cukup
50-70
17
1165
62,9
4.
Kurang
≤ 50
-
-
-
27
1970
100
Jumlah Rata-rata
72,9
d) Siklus II Pada siklus II ini hasil belajar siswa terjadi peningkatan dalam pemahaman dan kemampuan siswa pada materi yang diajarkan. Setelah peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada bidang studi akidah akhlak dengan metode sosiodrama pada siswa kelas VIII SMP Islam Teratai Putih Global, dapat diketahui dari tabel dibawah ini.
68
Tabel 4.7 Hasil Tes Siklus II siswa kelas VIII No
Kategori
Rentang
F
Jumlah
%
1.
Sangat baik
81-100
24
2200
88,8
2.
Baik
61-80
3
240
11,2
3.
Cukup
41-60
-
-
-
4.
Kurang
≤ 40
-
-
-
27
2440
100
Jumlah Rata-rata
90,3
Dari tabel 4.7 dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) dan hasilnya sudah cukup memuaskan dengan diketahui hasil tes yakni ada
24 siswa yang
mencapai skor 81-100 (88,8%). Siswa yang mencapai nilai 61-80 sebanyak 4 siswa (11,2%). Jadi dalam tes siklus II kemampuan rata-rata kelas 90,3%.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil skor pra penelitian memberikan gambaran mengenai kondisi kemampuan siswa dalam memahami materi bidang studi akidah akhlak yang sebenarnya. Pada tes awal ini kemampuan rata-rata siswa mencapai 62,2 atau berkategori kurang Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata kelas masih di bawah standar. Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode sosiodrama dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan cara ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa pada bidang studi akidah akhlak, dan hasilnya tidak mengecewakan. Siswa dapat memahami tata cara perilaku yang baik, penerapan metode sosiodrama
pada materi rendah hati,
hemat, dan sederhana dapat mengoptimalkan kemampuan siswa pada bidang studi akidah akhlak. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar siswa dengan
69
menggunakan metode ceramah dan saat penerapan metode sosiodrama atau bermain peran. Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dari skor pra siklus ke skor siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada pra siklus siswa yang mencapai nilai KKM adalah 18,5%, pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM adalah 40% dan untuk siklus II siswa yang mencapai nilai KKM adalah 100%.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VIII SMP
Islam Teratai Putih Global Bekasi, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa dengan
strategi
pembelajaran
menggunakan
metode
sosiodrama
dapat
meningkatkan hasil belajar siwa pada mata pelajaran akidah akhlak pada materi memperbanyak amal shaleh, husnudzan, tawaadhu, tasamuh dan ta’awun, hal ini dapat dilihat dari nilai atau hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, yaitu hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 74,4 dan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai rata-rata 90,3. Dan dari hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama siswa lebih peka dan aktif dan menyenangkan namun keadaan siswa dikelas lebih tertib, Sehingga hal ini dapat meningkatkan minat belajar siswa.
B.
Saran Berdasarkan dari kesimpulan diatas, dapat dapat diajukan beberapa saran
yang dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan minat belajar siswa, yaitu: 1.
Bagi siswa: penggunaan strategi pembelajaran yang aktif seperti sosiodrama dapat dijadikan sebegai alternative untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam karena siswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar berlangsung.
2.
Bagi guru: hendaknya guru dapat mengkombinasikan antara penggunaan metode sosiodrama dengan metode yang biasa digunakan seperti: ceramah dan Tanya jawab. Karena metode sosiodrama dapat berpengaruh positif bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar karena siswa menjadi lebih aktif, kreatif serta dapat membangun kerjasama antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
70
71
3.
Sekolah: sekolah dapat memilih metode sosiodrama untuk digunakan oleh para guru. Karena selain bermanfaat bagi siswa, metode ini juga bermanfaat bagi para guru. Dan bukan hanya dapat digunakan pada mata pelajaran Akidah Akhlak saja, melainkan juga dapat digunakan oleh mata pelajaranpelajaran yang lain agar guru dapat lebih mengembangkan kemampuan berfikir para siswanya serta dapat meningkatkan minat belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Surpiyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta: 2004. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arikunto, Suharismi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1993. -----, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Bisi, Miftahullah. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Sosiodrama Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di SMP Dwi Putra (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Dwi Putra Ciputat. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2014. Dananjaya, Utomo, Media Pembelajaran Aktif. Jakarta: Nuansa: 2010. Darajat, Zakiah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : bumi Aksara, 1996. Depag RI, Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: 1998. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2010.
Zain.
Strategi
Belajar
Mengajar.
Fajri, Muhammad Nurul. Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di SMP Nusantara Plus Kelas VIII-4 Ciputat Tangerang Selatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2013. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Bandung: BumiAksara, 2006. Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007. Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Mahjudin, Kuliah Akhlaq-Tasawuf: Kalam Mulia. Jakarta 1991. Muniroh, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Hidayatul
Umam. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2014. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 Tahun2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab diMadrasah . Peraturan Perundang-undangan RI No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: BP. Panca Usaha Putri, 2003. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1997. Sabari, M.Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007. -----, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2010. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :PT.Rineka Cipta,2003. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. -----, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011. Syah, Muhibbin. Psikologi Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Waluyo, H.Y. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Karunia Universitas Terbuka, 1987. Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosialdan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
UJI REFERENSI
Nama NIM
: Asep Saepudin
:1812011000028
Pembimbing : Dr. Sapiudin Sidik, M.A. Judul
Skripsi : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII di SMP Islam Teratai Putih Global Bekasi
I 2
3
4
5
BAB I PENDAHT]LUA}I Zakiah Darajat, dtk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.28. Peraturan Perundang-Undangan RI No.20 Tahun 20A3, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: BP. Panca Usaha Putri, 2003), Cet. Ke-l, hlm. 5. Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktifi (Jakarta: Nuansa. 2010). hlm. 11. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belaiar. (lakarta: Rineka Ciota- 2004). hlm. 125. Peraturan Menteri RI No.2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Snndar Isi Pendidikan Agama Islam dmt Bahasa Arab di Madrasah, hlm.65.
Wina Sanjaya, Strategi
6
Pembelajaran Pendidikan,
Berorientasi Standar Proses (Jakarta: Kencana. 2010). hlm. 165.
BAB
II
8
Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Ciota 2010). hlm.l0. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan
Berdasarkan Kurihtlum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Java- 200il. hlm. 55.
Ngalim Purwanto, Psikologi 9
l0 11
€
6 c
p (
p
I
PARAtr'
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERYENSI TINDAKAI\ Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 7
PARAF
0
6
Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Kurya 1997), hlm.84. Slameto, Belajar dan Fahor-Fahor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003). hlm.2. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Banduns: Bumi Aksara" 2006). hlm. 30.
{
blt
V
I
Nana Sudjana, Penilaian Hasil t2
Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009).
T3
t4
15
hllr.2L
Muhibbin Syah, Psikologi Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakary4 2008). hlm.92. H.Y. Waluyo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, (Jakarta: Karunia Universitas Terbuka 1987), cet. 1, hlm.24. Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 133.
M. Alisuf Sabri, t6
17 18
Pendidikan
Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cet.4, hlm. 59.
Yunahar llyas, Kuliah Aqidah, (Yogyakarta: Pustaka Pelaiar, 2007), htm. 1-4.
Mahjudin, Kuliah Akhlaq-Tasawuf: Kalam Mulia-Jakarta 1991. hlm. 3.
R[,
Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah,
Depag t9
Psikologi
Berdasarkan Kurilailum Nasionnl, (Jakarta:
0
I {
! ,6
!
0
(Jakarta: 1998). hlm. 2.
M.
20
2t
22
23
24
25
Basyirudin Usman,
Metodologi (Jakarta: Ciputat Pembelajaran Agama Islam, Press). hlm.32-52. Armai Arief, Pengantar llmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 109. Nana Sudjan4 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011),cet.1 2,ha1.76. Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hhn. 57. Muniroh, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam, (Jakarta: FITK Uin Svarif Hidavatullah. 20 14). Muhammad Nurul Fajri, Peninglmtan Hasil Belajar IPS Siswa dengan Menggunalcan Metode Sosiodrama di SMP Nusantara Plus Kelas WII-4 Cioutat Tanperans Selatan. (Jakarta: FITK Uin
&
0
I
c /
{
Svarif Hidavatullah, 20 1 3).
26
Miftahullah Bisi, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Sosiodrama Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di SMP Dwi Putra, (Jakarta: FITK UIN Syarif
e
,b
Hidavatullah. 2014).'
27 28
29
BAB III METODOLOGI PEI\TELITIAN Suharsimi Arikunto, dkk" Penelitian Tindakan Kelas. Qakarta: Bumi Aksara 2007\,h1m.2. Kunandar, Longkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Raiawali Pers, 2010), hlm. 46. Nurul Zwiah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksar4 2006), hlm. 70.
Mengetahui, Pembimbing
iudin Sidik, M.A.
PARAF
/V b
u g