UPAYA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI MELALUI LOCO TOUR UNTUK MENGEMBANGKAN POTENSI WISATA BLORA Kristiani1 Al Sentot Sudarwanto2 Bambang Iskamto3 Abstract The purposes of this study are to reveal the natural potential to be developed as a natural tourist attraction, tours loco condition, condition of facilities, accessibility of natural tourist attractions, tourist activities undertaken visiting tourists, business activities in the field of nature tourism that can improve the community economy , and Department policy strategies in developing Perhutani loco tour as an effort to increase tourism and conservation of natural teak forests in Blora. This research was based on the development and nature ekploratif with data collection techniques with questionnaires, in-depth interviews, participant observation, and analysis of documents / archives. The validity of data the used peerdebriefing, triangulation of data and informants review the analysis techniques with interactive models. Conclusions The study showed that the potential of existing natural potential maximum but not enough developed, condition loco tour, physically feasible for use as tourist transportation management but it is not managed properly, the condition and accessibility of support facilities have comprehensive facilities and many of fasilities are not well cared for and destroyed, tourists visiting just to see and enjoy nature tourism, local arts and local foods, as well as the lack of cooperation between loco tour manager in this case KPH Perhutani Department Cepu with District Government, Department of Tourism, private, and communities
Keywords: Economics, Loco Tour, Ecotourism
1
Kristiani: Dosen pada FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Al Sentot Sudarwanto : Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret 3 Bambang Iskamto : Dosen pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta 2
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
113
A. PENDAHULUAN Selama beberapa tahun terakhir bangsa
Indonesia
kembali agar dapat menunjang upaya
menghadapi
pelestarian lingkungan hidup, wisata
masalah nasional yang cukup besar
alam diharapkan dapat memadukan
antara lain musibah stunami, tanah
tourism dan coneservation.
longsor dan banjir yang melanda di berbagai
daerah.
Salah
satu
Upaya
untuk
menanggulangi
kerusakan lingkungan yang
lebih
penyebab musibah tersebut adalah
parah diperlukam langkah nyata dan
kerusakan lingkungan hidup yang
segera, salah satunya melalui sektor
semakin parah. Hal ini disebabkan
pengembangan wisata alam yang
oleh
kepedulian
lebih
pentingnya
Tahun 2002 telah dicanangkan oleh
fungsi
Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai
lingkungan hidup, disamping pihak-
tahun ekowisata Internasional (The
pihak terkait belum secara optimal
Ecotourism Year). Ini menunjukkan
untuk mengatasi masalah tersebut.
adanya
rendahnya
masyarakat
terhadap
menjaga
kelestarian
Kerusakan lingkunan hidup yang
dikenal
dengan
kesadaran
menyelamatkan
ekowisata.
bahwa
upaya
lingkungan
hidup
semakin parah tersebut perlu segera
melalui ekowisata adalah penting
mendapat penanganan yang intensif
karena dua unsur tersebut memiliki
dari berbagai pihak secara terpadu.
hubungan simbiotik. Di satu sisi
Secara
masyarakat
lingkungan hidup merupakan aset
sudah memberikan perhatian yang
paling utama dalam pambangunan
cukup besar pada upaya pelestarian
ekowisata, di sisi lain ekowisata
lingkungan hidup melalui berbagai
dapat membantu melestarikan fungsi
program green product and services
lingkungan hidup
internasional
recycling, iso, dan, energy savings (
Sektor wisata alam diperkirakan
Raka Dalem, 2002). Pembangunan
akan meningkat sebesar 25% per
pariwisata, khususnya yang berkaitan
tahun
dengan selama
kegiatan ini
dan
telah
menghasilkan
mass
torism,
pemasukan secara global sebesar
dianggap
telah
200 milyar dollar setiap tahunnya
kerusakan
(Linberg & Hawkins, 1998), bahkan
mengakselerasi
lingkungan hidup oleh karena itu pola
disebutkan
pengembangan
be a chief purpose for internasional
pariwisata
harus
dan
pengelolaan
segera
bahwa “ecotourism will
ditinjau
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
114
leisure travel in the fist part of the 21
Propinsi Jawa Tengah yang terletak
st century: ( Ayala, 1996).
di
Sektor
pariwisata
merupakan
wilayah
timur
propinsi
tersebut, berbatasan dengan Propinsi
salah satu industri yang menjadi
Jawa
andalan
meningkatkan
tanahnya
non-migas.
produktif
untuk
ujung
Timur.
Meskipun
tandus
dan
devisa
Pariwisata
Indonesia
telah
wilayah ini memiliki sumber daya
mengalami
perkembangan
yang
alam yang melimpah berupa hutan
cukup berarti semenjak tiga dasa
dan minyak bumi. Sejak tahun 1998
warsa terakhir. Hal ini terlihat dari
sampai
meningkatnya
penjarahan hutan jati di Jawa Tengah
kunjungan
sekitar
wisatawan mancanegara dari tahun
meningkat
ke
mengakibatkan
tahun.
Meskipun
mengalami
penurunan
sempat
usaha
kurang
pemerolehan
jumlah
untuk
kondisi
tahun
pertanian,
2000
aksi
tajam kondisi
yang hutan
jati
semenjak
tesebut baik dari segi frekuensinya
terjadinya krisis ekonomi pada akhir
maupun tingkat kerugian terbesar
tahun 1997, jumlah kunjungan mulai
terjadi
menunjukkan kenaikan pada tahun
Kabupaten Blora. Pada tahun 1998
1999. Bahkan pada tahun 2005
sebanyak 888.000 pohon jati dijarah,
wisatawan
yang
yang
Indonesia
ditargetkan
berkunjung
ke
mencapai
di
kawasan
hutan
mengakibatkan
jati
kerugian
sebesar Rp. 18,746 milya(Kompas,
11.000.000 orang. (Kompas, 2002).
2000). Pada tahun 1999
Apabila
perkembangan
jumlah
pohon jati yang dijarah meningkat
wisatawan
yang
ke
Indonesia
sebanyak 1,85 juta dengan nilai
meningkat
telah
semakin
kerugian sebesar Rp
276,5
memberikan kontribusi ekonomi yang
milyar,sementara
cukup
Januari sampai Oktober, terdapat
besar
kepada
masyarakat
pelaku wisata.
potensial
paeriode
1,215 juta pohon jati dijarah dengan
Indonesia memiliki ribuan titik wilayah
para
jumlah
yang
nilai kerugian mencapai Rp 256,2
dapat
milyar lebih (Solopos, 2000). Hutan
dikembangkan sebagai daerah tujuan
jati di wilayah Kesatuan Pemangkuan
wisata. Salah satu titik potensial
Hutan Randublatung, Blora, Jawa
tersebut adalah kawasan hutan jati
Tengah, tinggal 60 persen dari total
Kabupaten Blora. Kabupaten Blora
luas areal 32.1 ribu hektare. Kasus
merupakan salah satu Kabupaten di
illegal
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
logging
menjadi
penyebab 115
utama kerusakan hutan di wilayah ini.
variable yang saling terkait seperti
Sementara 40 persen atau sekitar 12
persepsi
hektare sisanya berupa hutan lindung
bahwa hutan milik rakyat, dendam
rata-rata
hutan
masyarakat terhadap pemerintahan
produksi sekitar 10 -40 tahun. Daerah
orde baru, pengaruh kerusuhan Mei
yang masih rawan terjadi pencurian
1998 melalui media masa, sebab
kayu jati yaitu daerah Karang Anyar,
provokasi pihak lain, krisis moneter
Puntuk, Randublatung, dan Balong,
pertengahan
Trembes (Tempo, 2006).
aparat pemerintah Perum Perhutani,
usia
50
Sedangkan gangguan
tahun,
kerugian akibat
keamanan
hutan
masyarakat
Namun
pohon
Bersama
dan
keterlibatan
demikian
dilaksanakan
dijarah,
1997,
hutan
TNI dan Polri ( Solopos, 2000).
meningkat 179%. Sebanyak 2,4 juta jati
desa
setelah
Pengelolaan Hutan Masyarakat
(PHBM)
mengakibatkan sebesar Rp 37,360
penjarahan semakin lama semakin
milyar (Kompas 2000).
menurun,
KPH
Randublatung
Luas hutan
32.464,1
ha,
Di
wilayah
hutan,
kecamatan Jati Blora, kehilangan
terdiri dari hutan produksi seluas
pohon
31.261,2 ha dan hutan nonproduksi
2001 mencapai 556 batang, Agustus
seluas 1.202,9 ha. Dari luas hutan
tahun 2002 pencurian kayu menurun
produksi
sebanyak 279 batang dan April 2003
tersebut,
yang
ditanami
akibat
22.179 ha dan sisanya 9.082,2 ha
turun
merupakan
pelaksanaan
hutan
nonproduktif
termasuk di dalamnya tanah kosong akibat penjarahan hutan (Kompas. 2000). diikuti
Aksi oleh
penjarahan aksi-aksi
tersebut
yang
tidak
hanya
pencurian
6
Agustus
batang.setelah
PHBM
(
Kompas,
2003). Hasil penjarahan kayu jati oleh masyarakat, ekonomi
ditinjau masyarakat
dari
segi
penjarah,
beradab seperti pembakaran fasilitas
sebetulnya tidaklah signifikan dengan
Perum Perhutani, pengrusaan, serta
risikonya baik dari sisi hukum, sisi
penyanderaan
lingkungan, sisi agama, dan sisi yang
aparat
Perum
Perhutani oleh para penjarah dan
lainnya.
masyarakat pengikutnya.
penduduk Blora adalah tergolong
Aksi penjarahan hutan jati yang berlangsung
tahun
Kondisi tingkat ekonomi
miskin. Hal ini terlihat pada tahun
1998-2000,
2000, dari 207.270 keluarga di Blora,
diduga disebabkan oleh beberapa
keluarga yang termasuk prasejahtera
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
116
sebanyak
57,6%;
termasuk
sejahtera
23,5%;
keluarga
keluarga
yang
Kedung jambu. Ini dibangun agar
1
sebanyak
terbentuk kawasan hutan sebagai
yang
termasuk
konservasi
plasma
nutfah
yang
sejahtera II sebanyak 11,5%, dan
mampu menjadi ciri khas kabupaten
keluarga yang termasuk sejahtera III
Blora. Keutamaan lain model yang
hanya 7,4%.( Blora dalam angka
akan
2002). Sedangkan dilihat dari sumber
memberikan
pembelajaran kepada
daya
masyarakat
terhadap
manusia
masyarakat
Blora
dikembangkan
tergolong masih rendah. Pada tahun
sumber
2000, dari jumlah penduduk usia 5
menggunakan
tahun ke atas sebanyak 667.283 jiwa,
upaya
penduduk
konservasi
yang
tamat
PT
dan
daya
ialah
pelestarian
(hutan), loco
sumber
dengan
tour
menanamkan
akan
sebagai
kesadaran daya
alam
akademi hanya 1,2%; tamat SLTA
terhadap generasi muda sejak dini
dan sederajat sebanyak 7,9 %; tamat
(Kompas, 2003).
SLTP
dan
sederajat
sebanyak
Keprihatinan
kerusakan
10.3%; tamat SD dan sederajad
lingkungan,
sebanyak 35,6%; serta penduduk
kesejahteraan penduduk lokal pada
yang tidak tamat SD, belum dan tidak
satu
sekolah sebanyak 45,0%.
pembangunan yang bertumpu pada
Sejak terbentang
kawasan luas
hutan
dijadikan
yang tempat
sisi,
menurunnya
dan
kemajuan
aspek ekonomi semata, melahirkan paradigma
pembangunan
wisata, Blora langsung merengkuh
secara
dua keuntungan, 1). berupa retribusi
prinsip-prinsip
yang meningkatkan Pendapatan Asli
apabila kondisi tersebut dibiarkan
Daerah, dan 2). pengakuan dari
akan terjadi degradasi lingkungan
masyarakat
luar
ternyata
tidak
dikatakan
orang.
memahami
ekowisata.
Karena
daerah,
bahwa
hutan jati yang semakin parah. Untuk
seburuk
yang
itu diperlukan solusi yang tepat agar
(Suara
Karya,
2007).
kerusakan lingkungan yang buruk
Mulai tahun anggaran 2003-2004 Perum
komprehensif
yang
Perhutani
tidak
dimaksudkan
tejadi. untuk
lebih
penelitian
ini
membantu
Kesatuan
menyelamatkan lingkungan hutan jati
Pemangkuan Hutan Randublatung,
di Kabupaten Blora melalui ekowisata
Blora membangun wisata hutan, di
dengan loco tour yang diharapkan
petak 109 RPH Jatikusumo BKPH JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
117
mampu
meningkatkan
ekonomi
masyarakat sekitar.
dibangunnya
Berdasarkan pada uraian diatas sudah
saatnya
kawasan
Perum Perhutani. Akan tetapi dengan
wisata
hutan
alam
jati
berbagai
taman
nasional, sebagian hutan jati yang
di
menjadi
Blora
wilayah
satu
kesatuan
taman
dengan nasional,
dikembangkan supaya dapat menarik
pengelolaannya diserahkan kepada
wisatawan
pihak taman nasional dan dijadikan
sebanyak-banyaknya
sekaligus memimgkatkan masyatakat.
ekonomi
sebagai hutan suaka alam.
Pengembangan
Douglas ( dalam Roro Sugiarti,
pariwisata alam itu dapat dilakukan di
2001) . Hutan adalah “ ………a
antaranya
collection of trees and associated
dengan
pengembangan
model pelestarian lingkungan hutan
vegetation
melalui ekowisata dengan loco tour
climate
that
or
solitude,
creates
environment.
inspiration,
ils
own
Space,
habitat
for
Pariwisata di Kawasan Hutan
wildife, and above all an opportunity
Dengan Loco Tour
for a person to practice a slight
Juandi,
dkk,
Hutan
degree of self-reliance can be found
merupakan salah satu sumber alam
in the forests for those who seek it.
yang
Hal ini menunjukkan
menjadi
2005.
modal
dasar
bahwa hutan
pembangunan yang peruntukannya
memiliki multi fungsi sesuai dengan
bagi
beragamnya
kesejahteraan
Sedangkan
Cosmas,
rakyat.
manusia.
Hutan
fungsi hutan yang beragam tersebut
merupakan salah satu dari beberapa
dapat mengurangi eksploitasi hutan.
sumber devisa negara dari hasilnya
Lebih lanjut dikatakan, akhir-akhir ini
berupa kayu maupun non kayu.
kebutuhan
Hutan jati terdiri atas hutan-hutan
rekreasi
yang dikelola oleh negara, dan hutan-
meningkat dan bahwa hutan dapat
hutan yang dikelola oleh rakyat.
berfungsi sebagai lokasi rekreasi di
Hutan jati rakyat adalah salah satu
alam
bentuk
berbagai kegiatan rekreasi kepada
hutan
dkk.
kebutuhan
yang
umumnya
di
bebas
dibangun di atas tanah milik dan
wisatawan.
dikelola
sebagai
dalam
bentuk
wanatani.
manusia luar
rumah
yang
Bahkan
“Outdoor
terhadap semakin
menawarkan
dikatakan
recreation
has
Sedangkan hutan jati kawasan hutan
become a major factor in modern
negara, pengelolaan dilakukan oleh
living”
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
118
Pariwisata
hutan
rangkaian kereta api yang ditarik
merupakan rekreasi yang unik karena
lokomotif tua buatan Maschinenbaun,
daya
Jerman, tahun 1928. Obyek utama
tarik
di
kawasan
utamanya
lingkungan
alam
merupakan
yang
rentan
perjalanan ini adalah melihat hutan
terhadap perubahan dan kerusakan,
grandis
faktor-faktor fisik tertentu termasuk
memperhatikan
climate, topography, soil, water, serta
mengunakan
loco
general environment mempengaruhi
dipersiapkan
khusus
kualitas wisata yang dikembangkan
wisatawan. Dengan melintasi hutan
dikawasan hutan. Agar lingkungan
jati di wilayah BKPH Cepu melewati
hutan dapat memberikan kepuasan
Pasar Sore, Blungun, Ngobo, Cabak,
kunjungan
dan Ngebur.
kepada
wisatawan,
yang
dikelola azas
dengan
kelestarian., tour
yang
untuk
para
pengelola lingkungan hutan tersebut
Untuk menuju loco tour, para
harus disesuaikan dengan karaktristik
wisataan dapat dengan kendaraan
hutan dan prinsip pengelolaan dan
roda empat atau bus melalui jalur
pembangunan
Surakarta-Cepu (122 km), Surakarta-
yang
berwawasan
lingkungan.
Purwodadi-Blora-Cepu
Mengeksplorasi potensi alam dan
(162
km),
Semarang-Purwodadi-Blora-Cepu
budaya di kawasan hutan jati di
(162 km), Semarang-Cepu (182 km),
Pulau Jawa untuk dikembangkan
dan
sebagai daya tarik wisata minat
(149km). Khusus perjalanan yang
khusus. Potensi alam berupa hutan
ditempuh dari Surakarta, jauh namun
jati dengan berbagai flora dan fauna
lebih
serta potensi seni budaya
yang
wisatawan. Sebab wisatawan dapat
terdapat di dalamnya merupakan
singgah terlebih dulu di Museum di
daya tarik yang unik. (Marcelinus
Kabupaten
Sragen,
atau
Molo, dalam Rara sugiarti, 2001).
menyaksikan
keajaiban
alam
Salah wisatawan
satu
sarana
bagi
Surabaya-Bojonegoro-Cepu
menguntungkan
Grobogan,
Bledug
Kuwu
bagi
yang
untuk dapat melihat
merupakan daerah penghasil garam
wisata alam hutan Blora antara lain
dimana bahan baku air asinnya
dengan memanfaatkan kereta unik
bersumber dari kawah yang ada di
dan antic yaitu
dalam tanah.
Loco tour yang
merupakan paket perjalanan wisata
Sejumlah obyek wisata yang bisa
di hutan jati KPH Cepu dengan
disaksikan dalam perjalanan dengan
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
119
loco tour, juga ada tempat wisata
Pengembangan Ekowisata
Bentolo. Batokan, Bergojo, kegiatan
Berdasarkan Prinsip Konservasi,
Pengelolaan Hutan Jati berprinsip
Partisipasi Masyarakat
pelestarian
Ekonomi, Edukasi, dan Wisata
hutan
pemeliharaan,
(penanamam,
tebang,
angkutan),
Pengembangan
ekowisata
serta Gubug Payung. Bergojo adalah
apabila
semacam tempat penampungan air
pertumbuhan ekonomi, merupakan
yang terletak di tengah hutan. Di sini,
suatu yang saling mempengaruhi,
lokomotif
pengembangan
sejenak
sedangkan
para
mengisi wistawan
air, dapat
tidak
dikaitkan
dengan
pariwisata
langsung
ikut
secara
mengatrol
menyaksikan keelokan hutan Blora
ekonomi bagi suatu daerah. Tetapi
yang
ketika
terkenal
dengan
pencuri
memaksimalkan
pariwisata
kayunya itu. Sekitar dua kilomter dari
hanya untuk mengejar Pendapatan
bengkel Traksi, peserta ditunjukkan
Asli Daerah (PAD) merupakan suatu
Tempat Penimbunan Kayu (TPK)
kesalahan. Pariwisata adalah sebuah
Batokan, seluas 36,2 hektar, berdaya
investasi
tampung
effect
40.000
m3
bersebelahn
dengan
Kayu
Cepu.
Jati
kayu,
Pengolahan Setelah
itu
yang
memiliki
pada
sektor
multiplier
yang
lain.
Sehingga dengan pengembangkan pariwisata diharapkan akan mampu
wisatawan dibawa ke Gubug Payung
meningkatkan
yang
melalui partisipasi akif masyarakat
merupakan
tempat
ekonomi
peristirahatan, yang terletak pada
yang
petak 1.092a BKPH Pasar Sore,
terlibat
wisatawan
pengelolaan tempat pariwisata yang
dapat
melihat
pohon-
memungkinkan
daerah
secara
masyarakat
langsung
dalam
pohon jati tua yang berumur lebih
pada akhirnya
100
ekonomi masyarakat setempat.
tahun
dengan
menghitung
lingkaran tahun pada penampang
akan meningkatkan
Ekowisata
juga
diyakini
yang dipotong, berjumlah sekitar 108
beberapa pihak memiliki kemampuan
lingkaran,
wisatawan
untuk membangun periwisata yang
dapat melanjutkan perjalanan dengan
ramah lingkungan dan berkelanjutan,
meyaksikan
jika
selanjutnya
pengangkutan
hutan kayu
saradan, jati
dan
secara
langsung. (Suara Karya. 2007).
dikembangkan
berdasarkan dikandungnya sangat
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
dan
prinsip-prinsip yaitu,
tergantung
dikelola yang
(1).ekowisata pada
kualitas 120
sumber
daya
alam,
peninggalan
sejarah dan budaya; (2). Ekowisata meningkatkan
kesadaran
yaitu, (1). Prinsip Edukasi; (2). Prinsip Wisata. (www.conservation.or.id).
dan
Hal ini penting sesuai dalam
apresiasi terhadap alam, nilai-nilai
konsep
peninggalan sejarah dan budaya; (3).
masyarakat, Ekonomi, Edukasi dan
Ekowisata
memprioritaskan
Wisata yaitu menjaga keseimbangan
partisipasi masyarakat, sebagai salah
antara pemenuhan kebutuhan untuk
satu
melindungi sumber daya alam dan
prinsip
dalam
mencapai
konservasi,
keberlanjutan. Oleh karena itu dalam
budaya
konteks
tanggung
ekowisata
maka
sumber
partisipasi
Memiliki jawab
kepedulian,
dan
komitmen
daya alam jangan dipandang hanya
terhadap pelestarian lingkungan alam
sebagai sumber daya, akan tetapi
dan budaya, melaksanakan kaidah-
sumber daya alam harus dipandang
kaidah
sebagai aset, sehingga bagaimana
jawab dan ekonomi berkelanjutan,
mengelola sumber daya alam ini
serta
menjadi aset yang memiliki nilai
ekologi, peka dan menghormati nilai-
ekonomi tinggi. Pendekatan yang
nilai
harus
para
masyarakat
harus
pendidikan
para
memahami
digunakan
pengembangan bersifat
ekowisata
simbiotik,
dimana
usaha
yang
bertanggung
pembangunan
sosial
budaya
bekaidah
dan
setempat. bagi
tradisi
kebutuhan
wisatawan
makna
tempat
agar dan
pelaku wisata berinteraksi aktif dan
masyarakat sekitar serta mengetahui
positif
etika berkunjung
dengan
dikelolanya
kawasan
dan
bukan
yang bersifat
untuk
dan kebutuhan
memberdayakan
ekonomi
parasitis. Untuk itu perlu upaya,
masyarakat
melibatkan kepedulian banyak pihak,
pengembangan
untuk menekan laju kerusakan alam.
memberikan manfaat ekonomi dan
Dalam upaya mencapai tujuan maka
penerapan
ekowisata
setempat ekowisata
meningkatkan masyarakat
Pengembangan
ekonomi
berbasis
prinsip
Partisipasi
masyarakat,
yaitu,
(1).
Prinsip
dapat
kesejahteraan
sebaiknya mencerminkan 3 (tiga) utama
agar
konservasi, Ekonomi,
Konservasi; (2). Prinsip Partisipasi
Edukasi dan Wisata, dimaksudkan
Masyarakat; (3). Prinsip Ekonomi;
untuk menghindari adanya trade-offs
selain tiga prinsip diatas, dua prinsip
sebagaimana telah banyak terjadi di
penunjang juga perlu diperhatikan
berbagai daerah tujuan wisata yang
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
121
hanya
mementingkan
ekonomi
dari
manfaat
menaikkan kesejahteraan penduduk
pembangunan
lokal yang mendiami sekitar wilayah
pariwisata namun mengesampingkan
seperti
keselamatan lingkungan hidup. Hal
penginapan, driver, penjual cindera
ini sering berakibat pada terciptanya
mata, penjual makanan atau jasa
dampak
lainnya.
negative
terhadap
jasa
pemandu,
pemilik
lingkungan alam dan budaya yang
Salah satu bentuk pengelolaan
menjadi aset utama pengembangan
hutan yang terpadu yaitu terencana,
ekowisata.
intensif
Dengan
demikian
hal
dan
aspirasi
meupakan
yang perlu digaris bawahi adalah
pengelolaan hutan melalui program
menjaga keseimbangan antara pola
Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang
pengembangan
diharapkan
dan
karakteristik
mempunyai
dampak
lingkungan alam dan budaya yang
terhadap perbaikan kondisi hutan
dimiliki,
(rehabilitasi)
mengutamakan
aspek
dan
sosial
ekonomi
pendidikan dalam rangka mengelola
(kesejahteraan)
lingkungan
bertanggung
Kemanfaatan Hutan Kemasyarakatan
jawab dan berkesinambungan serta
(HKm) berdasarkan suatu keputusan
menekankan
upaya
pemerintah daerah yang merupakan
mengembangkan
perekonomian
ijin pemanfaatan kepada suatu desa
daerah
meningkatkan
selama
secara
pada
untuk
kesejahteraan ekowisata
masyarakat. diharapkan
Sektor
masyarakat.
jangka
waktu
biasanya lima (5) tahun. Kemudian
dapat
diperlukan
kajian
menyumbang peran ekonomi secara
mengenai
dampak
mikro
Hutan
dan
makro,
seperti,
tertentu
dan
analisis
pelaksanaan
Kemasyarakatan
sebagai
menghasilkan produk-produk wisata,
salah satu upaya yang bertujuan
kemasan, kualitas. Pelaku dan harga.
mengembalikan
Manfaat
sekaligus
ekonomi
lain
sektor
kualitas
hutan
meningkatkan
ekowisata dapat dilihat dalam ukuran
pemberdayaan
dan
devisa penerimaan negara sebagai
masyarakat setempat.
kesejahteraan
pajak, atau tenaga kerja, tenaga kerja
Ditinjau dari aspek sosial bukan
sektor ini terdistribusi pada lapangan
hanya mengidentifikasi stakeholders
kerja
tetapi
cindera
hotel, mata,
penunjangnya.
restauran, dan
hiburan,
barang/jasa
Sehingga
dapat
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
juga
mengorganisasikan
sehingga menghasilkan manfaat dan insentif ekonomi yang optimal bagi 122
masing-masing
stakeholders.
aktifitasnya
telah
melebihi
Stakeholders dalam sektor ekowisata
dukung
meliputi penduduk lokal. Pemerintah,
akibat menerima suatu perubahan
kelompok masyarakat nirlaba (LSM
yang
atau sejenisnya), sektor swasta, dan
perubahan tersebut berupa ancaman
tentu saja wisatawan. Masing-masing
potensial misalnya erosi, longsor,
stakeholders mempunyai fungsi yang
hilangnya spesies, kekeringan, atau
memberi
polusi.
dan
menerima
aliran
lingkangan
signifikan.
wilayah
Perubahan-
Dampak global ekowisata
manfaat kepada satu sama lain.
mempengaruhi
Networking
kehidupan.
di antara stakeholders
atau
daya
secara
signifikan
Dampak
tersebut
telah demikian komplek dan canggih
diantaranya biodiversity, menipisnya
didukung
lapisan ozon
oleh
ekowisata
sistem
yang
bisnis
modern
dan
terintegrasi.
global. Sebaliknya dampak tersebut juga
Sedangkan kualitas lingkungan merupakan
komponen
sangat
penting dalam aktifitas pariwisata dan ekowisata.
Hubungan
tersebut
dan perubahan iklim
akan
mempengaruhi
sektor
pariwisata. Sasaran Ekowisata Ekowisata merupakan
pada
dasarnya
bentuk
kegiatan
melibatkan beragam aktifitas yang
pariwisata
dapat menghasilkan dampak-dampak
kekayaan alam yang potensial untuk
positif
Dampak
dikembangkan.
Tujuan
positifnya, lahirnya manfaat berupa
pengembangan
pariwisata adalah
perlindungan
meningkatkan, mengembangkan dan
atau
lingkungan. negatifnya
negatif.
dan
konservasi
Sedangkan adalah
dampak
aktifitas-aktifitas
selama pembangunan infrasrtuktur jalan,
jembatan,
airport
dan
yang
melestarikan
memanfaatkan
obyek
wisata
yang
berdaya guna dan berhasil guna (Dinas Priwisata Jateng, 1993). Dalam
upaya
meningkatkan
sebagainya, hingga sarana wisata
income masyarakat dan pemerintah
seperti hotel, restoran, atau lapangn
setempat,
golf. Dampak-dampak tersebut dapat
menggarap secara sungguh-sungguh
bersifat langsung, atau tidak dapat
potensi alam seperti hutan, gua, air
terdeteksi saat sekarang.
terjun,
Dampak lokal ekowisata akan terjadi ketika jumlah pengunjung dan JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
pemerintah
perlu
melalui pemberdayaan yang
disesuaikan Pemberdayaan
tuntutan yang
zaman. dimaksud 123
adalah usaha-usaha pengembangan
kualitas
yang
kehidupan.
bersifat
menggarap
alam
tersebut dalam kegiatan pariwisata,
sumber
serta
kualitas
Kualitas sumber dalam hal ini
dengan tujuan meningkatkan mutu
sangat
tergantung
pada
cara
sarana, produk, fasilitas, dan mutu
bagimana suatu industri pariwisata
pelayanan.
difungsikan.
Karena,
kegiatan
merupakan
semua
merawat warisan sebagai bagian
kegiatan yang berhubungan segala
aktivitas manusia bagi kepentingan
fasilitas-fasilitas
pariwisata
Oleh karena itu, perlu
yang
diperlukan
pariwisata, baik yang berupa artefak
akomodasi,
rekreasi,
maupan keindahan alam sebagai
pelayanan-pelayanan dan fasilitas-
tempat wisata. Untuk memperoleh
fasilitas lainnya yang diperlukan para
kebutuhan
wisatawan.
memelihara
seperti:
infrastruktur, unsur
dalam ekowisata
. Pengembangan wisata alam
diperlukan pemaduan yang kuat dari
mutlak diperlukan adanya perangkat
berbagai aspek. Karena itu warisan
keras
perangkat
tidak hanya cukup dilihat sebagai
(penampilan)
dengan
nilai itu sendiri, tetapi sebagai aset
infrastuktur
(hotel,
(struktur),
lunaknya dukungan restoran,
dan
transportasi
pelayanan
dan
seperti
mutu
misalnya
yang
dapat
dimanfaatkan
peningkatan
kualitas
kualitas
dan sebagainya).
dikembangkan
perlunya
arah
pariwisata
pengembangan
yang
kehidupan.
Dengan demikian untuk mencapai
ketrampilan bekerja guide, staf hotel
Scouten (1992), mengemukakan
untuk
kehidupan,
pengembangan Itulah
sarana
hendaknya pariwisata
sebabnya
yang melalui alam. dalam
sasarannya
pemberdayaan ekowisata penduduk
mencakup tiga bagian, yaitu (1)
lokal dapat memperoleh keuntungan
kualitas
secara riil dalam pengembangan ini,
pengalaman
(2)
kualitas
sumber, dan (3) kualitas kehidupan.
misalnya
Keterkaitan ini mencerminkan filosofi
pengusaha warung, pelaku atraksi
yang
kesenian, maupun memasarkan hasil
mendasar
mengembangkan
dalam pariwisata.
kerajinan.
sebagai
pekerja
Bagaimanapun
atau
aspek
Pengembangan aspek kualitas tidak
ekonomi ini adalah sangat penting
akan
dalam ekowisata. Secara skematis
ada,
pemeliharaan
jika
tidak
disertai
dan
pengembangan
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
124
dapat dilihat pada bagan segitiga
pokok sasaran, dalam ekowisata :
1. Quality of life Integration in society Economic viability Social impact
2. Quality of the experience Uniquences Curiousity Imagination
3. Quality of the resources Integraty Capacity Preservation
Bagan Sasaran Kegiatan Ekowiata
B. METODE PENELITIAN
Para
Penelitian ini bersifat research
informan
yang
akan
diwawancarai meliputi komponen : 1)
and development yang dilakukan
penjaga
secara bertahap dalam waktu tiga
pariwisata (swasta dan pemerintah),
tahun.
3)
pada
Tahun tahun
pertama ke
I,
dilakukan
wisatawan,
2)
serta
pengelola
4)
dinas
kedua
kehutanan, dan 5) pengamat atau
dilakukan pada tahun ke II, dan tahap
pemerhati pariwisata hutan. Informan
terakhir pada tahun ke III. Penelitian
swasta meliputi pimpinan hotel atau
tahap pertama mendasari pada tahap
public relation (PR), asosiasi biro
berikutnya
perjalanan
wisata.
Informan
demikian pula temuan tahap kedua
pemerintah
dalam
hal
merupakan
landasan
Pariwisata
Seni
dan
pengembangan
tahap
Sedangkan
pemerhati
atau
tahap
wana,
tahuk
kedua,
bagi
selanjutnya
ini
dari Dinas
Budaya. mencakup
atau tahap ke tiga. Dengan demikian
akademisi
lingkungan-pariwiwsata,
rangkaian metode dari tahun ke
wartawan
lingkungan-pariwiwsata,
tahun merupakan satu kesatuan yang
LSM lingkungan. Informan pedagang
integral dalam memecahkan masalah
dan jasa, meliputi warung, penjual
yang diteliti.
souvenir, parkir, tiket masuk dll.
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
125
Informan bagian jasa bisa seperti
dokumen berdasarkan tunjukan atau
tukang becak, sopir angkut dan
rekomendasi
guide.
sebelumnya.
Data hasil informasi melalui
wawancara
digunakan
untuk
dari
informan
dan masyarakat dalam kaitannya
menggunakan
dengan
mendalam.
dan
konteks
informan
Untuk menggali data dari sumber
mengetahui persepsi pelaku wisata
lingkungan
pihak
dilakukan teknik
dengan wawancana Wawancara
pariwisata, serta untuk mengetahui
direncanakan secara terbuka dan
capaian dan keadaan kelestarian
bebas, tidak terstruktur tetapi terfokus
lingkunngan
pada masalah yang diteliti kepada
ekonomi
dan
peningkatan
masyarakat
di
sekitar
tempat wisata.
informan yang dipilih. Sumber tempat dan
Penelitian ini dengan pendekatan
peristiwa
sebagai
yang
focus
digunakan
observasi
kualitatif, yang menekankan proses
beberapa
dari pada sekedar hasil. Metode
wisata
penelitian
lebih
kegiatan ekonomi di sekitar tempat
(eksploratif)
pariwisata budaya. Sumber lain yang
bersifat
tahun
pertama
penjelajahan
tempat
meliputi
hutan,
tempat
dan hotel
akan
mampu
ataupun arsip-arsip yang terkait.
mengenai
kedalaman
keberadaan
pertunjukan
wayang
kulit
seni purwo
adalah
serta
terhadap berbagai informasi yang mengungkap
dikaji
seperti
Langkah
dokumentasi
pengumpulan
data
selain ketiga sumber di atas ialah
selama ini. Untuk mewujudkan tujuan
dengan
FGD
(Focus
Group
tersebut akan dilakukan penelusuran
Discussion)
ke berbagai sumber data yang ada
stakeholders.
dengan langkah terencana.
keabsahan data, atau agar data yang
yang
melibatkan
Untuk
mendapatkan
Teknik sampling menggunakan
diperoleh mencerminkan kenyataan
purposive dan snow ball sampling.
sebenarnya, dilakukan uji validitas
Teknik purposive digunakan untuk
dengan
memilih
triangulasi
sample
penelitian
baik
teknik
peerdebriefing,
sumber
dan
review
informan, menentukan lokasi amatan
informan. Peerdebriefing dilakukan
dan seleksi informasi dokumen/arsip
dengan
cara
dilakukan dengan secara purposive.
beberapa
ahli
Teknik snow ball digunakan untuk
pariwisata,
memilih
ekonomi)
informan,
tempat
dan
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
diskusi (seni
pertunjukan,
kebudayaan, yang
dengan
ahli setara 126
pengetahuannya dengan tim peneliti
kebenaran informasi setiap informan
(penulis), hal ini dimaksudkan untuk
dilakukan review informan, hingga
mempertajam
data
maupun
dan
untuk
koreksi
untuk
memperoleh
masukan-masukan.
Teknik
terakhir
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan
sebagai
cara
model
kebenaran
data,
yakni
mengecek
data
sumber
yang
masalah yang langkah
wawancara
mencerminkan reliabilitas data.
triangulasi sumber juga dilakukan mempertinggi
hasil
dengan
interaktif
teknik atau
analisis
model
of
dengan
interactive (Miles dan Huberman,
dari
beberapa
1984) yang meliputi komponen 1)
berbeda
mengenai
pengumpulan data, 2) reduksi data,
sama. Sedangkan
3) sajian data dan 4) penarikan
untuk
mendapatkan
kesimpulan (verifikasi).
Pengumpulan data 2. Sajian data
1. Reduksi Data 3. Penarikan kesimpulan
kesimpulan C. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi
Geografis
dengan dan
Kependudukan Kabupaten Blora Kabupaten Geografis
Blora
termasuk
Kabupaten
di
secara
salah
Kabupaten
Rembang dan Kabupaten Pati di utara,
Kabupatan
Tuban
dan
Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi
(Jawa
Tengah.
Timur) di selatan, serta Kabupaten
Ibukotanya adalah Blora, sekitar 127
Brobogan di sebelah barat. Blok
km sebelah timur Semarang. Berada
Cepu,
di
paling utama di Pulau Jawa, terdapat
bagian
timur
Kabupataen langsung Timur.
Jawa
satu
Kabupaten
Jawa
Blora
dengan
Kabupaten
Tengah,
berbatasan
Provinsi ini
daerah
penghasil
minyak
di bagian timur Kabupaten Blora.
Jawa
Wilayah Kabupaten Blora terdiri
berbatasan
atas dataran rendah dan perbukitan
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
127
dengan ketinggian 20 – 280 meter
dan terendah 30 ml Dpl. Luas wilayah
dpl.
secara
Bagian
kawasan
utara
merupakan
perbukitan,
bagian
dari
keseluruhan
Ha, sebagian besar luas daerah
rangkaian Pegunungan Kapur Utara.
berupa
Bagian
±79.559.749
selatan
juga
berupa
±182.058.777
Hutan
Jati Ha.
dengan
luas
Kondisi
iklim
perbukitan kapur yang merupakan
menyebabkan pebedaan curah yang
bagian dari Pegunungan Kendeng,
nyata antara musim kemarau dengan
yang
timur
curah hujan tahunan antara 1496 mm
Semarang hingga Lamongan (Jawa
sampai 2596 mm. Kabupaten Blora
Timur),
termasuk zona
membentang
Ibukota
dari
Kabupaten
Blora
C3 dan D3 yang
cekungan
dicirikan bulan kering 4 – 6 bulan,
Pegunungan Kapur Utara. Separuh
basah 3 - 5 bulan. Suhu udara rata-
dari
Blora
rata bulanan berkisar antara 28,5ºC
merupakan kawasan hutan, terutama
sampai rata-rata tahunan sebesar
di bagian utara, timur, dan selatan.
27.5ºC.
sendiri
terletak
wilayah
di
Kabupatn
Dataran rendah di bagian tengah umumnya
Jumlah penduduk di Kabupaten
merupakan
areal
Blora adalah 8.33.566 jiwa dan pada
Sebagian
besar
tingkat kecamatan antara 23.749 jiwa
Wilayah Kabupaten Blora merupakan
(kecamatan Bogorejo) sampai 87.207
daerah kritis air (baik untuk air minum
jiwa (kecamatan Blora), kepadatan
maupun untuk irigasi) pada musim
penduduknya adalah 458 jiwa per
kemarau,
km2
persawahan.
terutama
di
daerah
dengan
pegunungan kapur. Sementara pada
kecamatan
musim
jiwa/km2
penghujan,
rawan
banjir
variasi
Cepu di
dari
1.5
sampai
kecamatan
221 Jiken.
longgsor di sejumlah kawasan. Kali
Kepadatan
tertinggi
Lusi merupakan sungai terbesar di
kecamatan
dekat
Kabupaten Blora, bermata air di
tinggi, misal Blora yang meliputi
Pegunungan
Utara
kabupatan dan Cepu sebagai pusat
(Rembang), mengalir ke arah timur
perdagangan. Makin jauh dari pusat
yang akhirnya bergabung dengan
kepadatannya semakin kecil.
Kapur
Kali Serang.
14º-15º-15º-111º.33º
pusat
di
kegiatan
Penggunaan lahan di daerah
Secara astronomi terletak pada BT
terdapat
dengan
ketinggian maksimum ±250 m Dpl, JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
penelitian didominasi oleh sawah seluas 89.859 ha, hutan jati seluas 78.082
ha
(40,77%),
sedangkan 128
penggunan lainnya tardiri dari 18.011
jagung, kacang tanah atau cabai,
ha (9.30%), padang rumput/tanah
pisang,
kosong
(0,06%),
mempunyai luas sebesar (18,20%);
semak (1,82%), dan pemukiman dan
(3). Sistem pertanian lahan lerng 8 –
pekarangan
ha
1 5 persen jenis komoditas padi
di
sawah selaus (0,54%); (4). Lahan
(8,63%).
seluas
125
seluas
Bahan
ha
16.724
induk
tanah
mangga,
kelapa,
daerah Blora terdiri dari 6 jenis, yaitu
kering
aluvium (endapan), kolovium (bahan
(kacang tanah), holtikultura (pisang,
halus), batugamping, napal, batuliat,
mangga, dan perkebunan (kelapa)
dan batupasir berkapur.
dengan lerng 8 – 15 persen seluas
Berdasarkan kelas kesesuaian lahan,
perwilayahan
untuk
dan
tanaman
pangan
(15,90%); (5). Pertanian lahan kering
komoditas
tanaman
holtikultura
(pisang,
pertanian unggulan tanaman pangan
mangga, dan durian) kelapa pada
di kelompokan menjadi 5 sistem
lereng
pertanian, yaitu: (1) sistem pertanian
(13.17%).
lahan basah dengan komoditas padi
Pemerintah Kabupaten Blora dibagi
sawah, jagung, cabai, kedelai dan
dalam 16 wilayah
tembakau mempunyai luas sebesar
Kecamatan dan 295 desa/kalurahan
(29,50%); (2) Sistem pertanian lahan
dideskripsikan pada tabel di bawah
kering
ini.
untuk
tanaman
pangan,
15
–
30
persen
seluas
Secara Administrasi
terdiri dari 16
holtikultura dengan jenis komoditas
Tabel Jumlah Kalurahan, RW,RT, Desa Di Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2004 – 2006 Kecamatan (1) 1. Jati 2. Randublatung 3. Kradenan 4. Kedungtuban 5. Cepu 6. Sambong 7. Jiken 8. Bogorejo 9. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan
Kalurahan (2) 0 2 0 0 6 0 0 0 1 12 0 0
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
RW (3) 94 91 50 64 84 39 60 45 86 157 75 63
RT (4) 311 398 214 415 411 169 257 191 430 550 400 307
Desa (5) 93 95 46 45 38 30 39 37 52 58 76 55 129
13. Japah 0 45 219 38 14. Ngawen 2 91 379 69 15.Kunduran 1 94 442 93 16. Todanan 0 76 336 77 Jumlah/total 2006 24 1.204 5.429 941 2005 24 1.204 5.429 941 2004 24 1.203 5.499 941 Sumber: Blora Dalam Angka 2006 BAPPEDA dan PBS Kabupaen Blora Potensi
Alam
Yang
Bisa
Dikembangkan Kabupaten potensi
Tingkat
nasional
maupun
Mancanegara. Adapun Wisata Budaa Blora
kaya
Kepariwisataan
akan Alam,
yang dimiliki masyarakat Kbupeten Blora
diantaranya
adalah:
(1).
Adat/Budaya, Geologi, Sejarah, serta
Kesenian Tayup; (2). Barongan ; (3).
beraneka
Kesenian
Wayang Krucil; (4).Wayang Tengul;
Rakyat/Tradisional yang mempunyai
(5). Kentrung; (6). Kotekan Lesung,
kunikan atau daya tarik tersendiri di
dan masih banyak lagi yang lain .
kalangam
dengan
ragam
wisatawan
Nusantara
maupun Mancanegara.
smakin
brkembangnya
kepariwisataan di Kabupataen Blora,
Potensi Wisata budaya adalah
potensi
Wisata
Budaya
Blora
sesuatu bentuk jenis potensi wisata
samakin banyak diminati Wisatawan
dengan berbagai atraksi kesenian
Nusantara maupun mancanaegara
rakyat/tradisional adat budaya yang
baik lewat Event khusus maupun
berkembang
Paket Wisata daerah.
Kapupaten
di Blora
masyarakat yang
mampu
berkiprah sebagai pndukung daya tarik
Kepariwisataan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Daerah
di
Tabel. Potensi Wisata Alam/Buatan Kabupaten Blora Nama Obyek Obyek Wisata Goa Terawang Obyek Wisata Waduk Bentolo Obyek Wisata Gunung Mangir Obyek Wisata Agrowisata Temanjang Obyek Wisata Loco Tour Obyek Wisata Geologi Obyek Wisata Sayuran Obyek Wisata Waduk Tempuran Obyek Wisata Waduk Geneng
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
130
10. 11.
Obyek Wisata Taman Sarbini Obyek Wisata Taman Budaya dan Seni Tirtonadi Sumber: Dinas Pariwisata dan budaya kabupataen Blora
Kondisi Loco Tour
Tour terletak dilokasi kantor KPH
Loko tua itu merangkak di atas
Jalan Sorogo Cepu, sekitar 35 Km ke
rel yang usianya tidak kalah tua,
arah Tenggara kota Blora.
yakni buatan tahun 1915. mesti
Tempat
sudah cukup tua, sama sekali tidak
Batokan
tampak
kesan
barang
itu
akan
membahayakan bagi orang
yang
Penimbunan
Lokasi
Kayu
penimbunan
kayu
Batokan. Bersebelahan dengan TPK,
menumpanginya. Tentu, saja dari sisi
wisatawan
teknis sudah diperhitungkan masak-
kegiatan yang dilakukan KPH Cepu,
masak. Termasuk perawatan rutin
juga
yang terus dilakukan dengan biaya
dimulai
yang tidak murah.Menurut Humas
pohon jati, jaringan dan kebun benih
Perhutani KPH Cepu, Murdijatmo,
klonal di Pusat jati atau Teak Centre
”setelah
yang
lama
tidur,
Launching
dapat
proses
menyaksikan
pembuatan
dari
funiture.
pengembangbiakan
dikerjakan
dengan
alat-alat
perdana wisata Loco Tour (loko Uap)
yang sangat modern dan canggih,
yang dikelola KPH Cepu itu terwujud
berpadu
berkat keja sama antara Perum
penanaman yang dikenal dengan
Perhutani Unit I Jateng – KPH Cepu
”Saradan”,
dan
lanjut
tenaga sapi untuk mengangkut kayu
dengan
jati yang telah ditebang ke kendaraan
satu-
truk atau Tenaga Sapi Sarad, cara
satunya sarana wisata alam yang
tradisional untuk mengangkut kayu
dimiliki Blora itu akan bisa hidup
jati di tarik lori, melalui jaringan rel
kembali. Jika saja terealisasi, fungsi
yang dibuat tahun 1916,
Ladang
sebagai
Minyak,
Wisma
PT
Patawi”
lebih
dikataan,”diharapan, beroperasinya Loko Tour itu
sarana
memperkenalkan
dengan
pola
yakni
Lesungan,
tradisional
menggunakan
dan
Blora kepada dunia luar akan bisa
Perum Perhutani melengkapi nuansa
efektif kembali.
hutan jati.
Kondisi Fasilitas Pendukung
Aksesibilitas Terhadap Daya Tarik
Bengkel Traksi
Wisata Alam
Bengkel
Traksi
merupakan
Untuk menuju lokasi wisata ini
stasiun awal perjalanan wisata Loco
tidak sulit, lokasi mudah dicari dan
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
131
bisa ditempuh dengan kendaraan
pengembangbiakan
roda empat, ataupun kereta api lintas
jaringan dan kebun benih klonal di
–
Jakarta-Semarang
pohon
jati,
surabaya.
pusat jati atau Teak Centre yang
diakses dari jalan raya utama Cepu –
sangat canggih, berpadu dengan
Blora, seperti yang diungkapkan oleh
pola
salah seorang Jaga Wana Teguh:
pemelihaaan,
”di Sini (Gubug Payung) belum ada sarana transportasi yang bisa masuk sampai monumen, sehingga para pengunjung harus membawa kendaraan sendiri atau menyewa kereta wisata”
Blandong yaitu pekerja tebang yang
disamping
itu
belum
adanya
kerjasama antara pengelola dalam hal ini perhutani KPH Sepu dengan Pemerintah
Kabupaten,
Pariwisata,
swasta,
dinas
juga
pelaku
Kegiatan Wisata Yang Dilakukan
Wisatawan alam
dapat
menikmati
hutan
jati
dengan
keunikan lingkungan dilokasi hutan Kesatuan
Pemangku
Hutan
Perhutani Cepu.setelah perjalanan menempuh jarak 2 km,
wisataan
akan dibawa ke hamparan Tempat Penimbunan
Kayu
bersebelahan
dengan
Penimbunan
Kayu
wisatawan
oleh
profesional yang tinggal di desa sekitar hutan, ienaga sapi sarad, cara tradisional mengangkut kayu jati. Kemudian
wisatawan
melanjutkan
perjalanan di tempat peristirahatan terletak di Monumen Hutan Jati Alam BKPH
Pasar
Disinilah
yang
Sore
KPH
wisatawan
Cepu.
beristirahat
diperkirakan
berumur
132
dapat
Tempat Batokan,
menyaksikan
menggunakan
mesin
Disamping
wisatawan
itu
mulai
bersuara merdu, penari tayub juga makanan
modern. dapat dari
khas
Kabupaten
Blora
Lontong Tahu, Sate dan Ayam Bakar. Bisa juga disajikan sesuai permintaan wisatawan. Kegiatan
Pariwisata
Dapat
Meningkatkan Ekonomi. Kontribusi
Batokan,
proses pembuatan funiture, diolah
melihat
penebangan
tahun, dengan disuguhi penyanyi
Wisatawan.
jati
penanaman,
sambil menikmati pohon jati tertua
ekonomi masyarakat setempat.
nuansa
tradisional
untuk
daerah
merupakan salah satu unsur penting bagi
pembangunan
Kabupaten
Blora
Pariwisata
dan
perekonomian tetapi
Kantor
Kebudayaan
Kabupaten Blora sangat hati-hati dan selektif
dalam
menarik
kontribusi
sektor pariwisata, teutama sejumlah obyek pariwisata yang dalam taraf
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
132
pengembangan. Tidak semua obyek
ke waduk ini di antaranya restoran di
wisata di daerah ini otomatis ditarik
tepi waduk seluas 3,5 hektar ini
retribusi
dengan menu utama ikan bakar dan
agar obyek tersebut bisa
berkembang
terlebih
dahulu.
goreng, sejumlah becak air, dan
Pengelola selalu menambah fasilitas
rencananya
agar makin banyak orang berkunjung
sejumlah home stay.
Tampaknya
hotel-hotel
di
kabupaten Blora, terlebih yang ada di
juga
akan
dibangun
3.124 kamar hotel terjual dengan jumlah tamu mencapai 3.384 orang.
Cepu mulai bersolek dan berbenah setelah beberapa tahun terakhir agak sepi.
Dengan
adanya
ekowisata
D. Kesimpulan. 1.
Kabupaten Blora kaya akan
hutan jati dengan melihat atraksi
potensi
mulai
Alam, Adat/Budaya, Geologi,
persemaian
bibit
pembibitan,
jati,
penebangan,
pengangkutan
Kepariwisataan
Sejarah,
serta
beraneka
sampai
melihat
ragam
Jati
dengan
Rakyat/Tradisional
yang
menggunakan alat transportasi yang
mempunyai
atau
unik yang dikenal dengan Wisata
daya
Loco Tour. Tentunya sedikit banyak
kalangam
wisatawan
berdampak
Nusantara
maupun
Museum
Hutan
terhadap
peningkatan
hunian hotel di Blora dan Cepu.
Kesenian
kunikan
tarik
tersendiri
di
Mancanegara.
Dalam catatan Kantor Pariwisata
2.
Kondisi Loco Tour
dan Kebudayaan Kabupatn Blora,
Loko kererta api dengan
terdapat 21 hotel berbintang dan
tenaga uap buatan tahun
Melati
1928, dalam paket loko tour
di
Blora
serta
belasan
restoran. Dari data tersebut ada
di
peningkatan jumlah penjualan kamar
Selama ini, paket wisata
hotel.bulan
Loco Tour
Desember
2005
Perhutani
KPH
Cepu.
masih layak
sebanyak 2.402 kamar hotel terjual
digunakan saebagai sarana
dengan jumlah tamu mencapi 2.876
transportasi wisata hutan.
orang, bulan Januari 2006 sebanyak
3.
Kondisi fasilitas pendukung
2.876 kamar hotel terjual dengan
a. Bengkel Traksi
jumlah tamu mencapai 3.239 orang,
Bengkel Traksi merupakan
dan Bulan Pebruari 2006 sebanyak
stasiun
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
awal
perjalanan 133
wisata Loco Tour terletak
hutan di kawasan,
dilokasi kantor KPH
Penelitian
Jalan
dan
Sorogo Cepu, sekitar 35 Km
Pengembangan
ke
Perhutani
arah
Tenggara
kota
Perum
Cepu
menerapkan
Blora. b. Tempat
Batokan. dengan
kayu
Bersebelahan TPK,
silvikultur dengan
pengembangan
penimbunan
mulai
intensif
Penimbunan
Kayu Batokan Lokasi
Pusat
Jati
Plus
Perhutani.. 4.
Aksesibilitas Terhadap Daya Tarik Wisata Alam
wisatawan
Agak
sulit
untuk
menuju
dapat menyaksikan kegiatan
lokasi wisata hutan dengan
yang dilakukan KPH Cepu,
Loco tour, dan belum ada
juga
kendaraan
proses
funiture,
pembuatan
dimulai
dari
pengembangbiakan
pohon
tempat
jati,
kebun
disamping
jaringan
dan
umum
tersedia
untuk
adanyanya
atau
antara
Centre
yang
canggih,
berpadu
dengan
pola tradisional. c. Monomen
Hutan
Jati
Alam Lahan seluas 31,8 hektar, dengan jumlah pohon jati di
tersebut,
itu
belum kerjasama
pengelola
dengan
pihak-pihak terkait.
dikerjakan dengan alat-alat yang sangat modern dan
menuju
lokasi
benih klonal di Pusat jati Teak
yang
5.
Kegiatan
Wisata
Yang
Dilakukan Wisatawan Wisatawan dapat menikmati nuansa
alam
hutan
jati
dengan keunikan lingkungan dilokasi hutan jati Kesatuan Pemangku Hutan Perhutani Cepu.setelah
perjalanan
Monumen Gubug Payung ±
menempuh
1.646 pohon, dengan usia
wisataan akan dibawa ke
lebih kurang 180 tahun.
hamparan
d. Puslitbang
Penimbunan Kayu Batokan,
Perum
Perhutani Cepu
bersebelahan
jarak
2
km,
Tempat dengan
Dalam rangka meningkatkan
Tempat Penimbunan Kayu
produktivitas
Batokan, wisatawan dapat
hutan
serta
memulihkan sumber daya JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
menyaksikan
proses 134
pembuatan funiture, diolah
bibit
menggunakan
penebangan, pengangkutan
mesin
modern, pengembangbiakan, 6.
dan
jati,
pembibitan,
sampai
melihat
Museum
Hutan
Jati
dengan
melihat Moseum Hutan jati..
menggunakan
Kegiatan Pariwisata Dapat
transportasi yang unik yang
Meningkatkan Ekonomi
dikenal dengan Wisata Loco
Adanya
Tour.
beberapa
wisata
yang
obyek
alat
Tentunya
sedikit
sedang
banyak berdampak terhadap
diberkembang dan digarap
peningkatan hunian hotel di
kerjasama
dengan
pihak
Blora dan Cepu.
swasta.
Maka
akan
Dengan
menjadikan
perekonomian
adanya
obyek
yang
akan
wisata
daerah sekitar obyek wisata
dikembangkan
di
menjadi
Kabupaten Blora dan
di
meningkat
dan
ujungnya akan berdampak
Cepu,
secara tidak tidak langsung
Cepu diharapkan oleh para
kepada kontribusi pada kas
penglola hotel akan dapat
daerah.
meningkatkan hunian hotel
keterlibatan
juga
adanya
Blok
perusahaan minyak raksasa
mereka,.
Exxon
dengan
masyarakat Cepu menerima
konsursium Indonesia yang
dengan baik yang membawa
menggarap sejumlah sumur
dampak
minyak di Cepu, serta tidak
perekonomian
kalah menariknya ekowisata
ujungnya
hutan jati dengan melihat
kontribusi
atraksi
kepada daerah.
mobil
mulai
persemaian
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
Terlebih
positif
dalam dan
akan
memberi
pendapatan
135
DAFTAR PUSTAKA Ayala.
H. (1996). Resor Eecotourism:A ParadigmFor The 21 st Century. Cornell Hotel & Restaurant Administration Quarterly, 3 (7). Bambang Winarto, 2008, Pemerintah Kabupaten Blora Rencana Kerja atuan Kerja Perangkat daerah, Blora: Kantor Pariwisata dan kebudayaan. Bambang Winarno, ( 2006), Kepariwisataan di Kabupaten Blora, Blora: kantor Pariwisata dan Kebudayaan. Bappeda, BPS, (2006), Blora Dalam Angka Tahun 2006, Blora. Basuki Widodo, (2005), Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten blora Dalam rangka Perlindungann Hutan, Blora (Kebijakan Pelestarian Hutan Lindung). Darmin Nasution. (1995). FaktorFaktor Penyebab Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonsia. Dalam Awan Setyo Dewanto. (ed). Kemiskinan dan keasenjangan di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media. Dawam Raharjo. (1999). ProgramProgram Aksi Untuk Mengatasi Kemiskinan dan Kesenjangan pada PJP II. Dalam Awan Setyo Dewanto. (ed). Kemiskinan dan kesenjangan di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media Gamal Rindaryono. (2005). Pengembangan Wisata Alam Berbasis Intetrpretasi Untuk Mendukung Upaya Melestarikan Fungsi JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
Lingkungan Hidup, Surakarta: UNS (Laporan Penelitian) http/www.wisataparlemen.com/front, (2007), Wisata Tur Mesin Uap di Hutan Jati http:/database.deptan.go.id/agrowisa ta, Loco Tour: galery http:/tranclassic.blogspot.com, 2008, Indo Classic Train http://www.suaramerdeka,com/haria n/2007, Loco Tua Itu Beroperasi lagi http://www2,kompas.com/kompascetak/2006, Pesona Jati Ratusan Tahun http://anshori.wordpress,com/2007, Sejarah Blora http://www.wawasandigital.com/2008 , Jati Terbesar dan Termahal di dunia (1) Ducatat Muri, terjual Rp 1 Miliar. http://regionalinvesment.com/2005, Profil Daerah Kabupaten Blora.Statistik Penduduk Menurut Jenis Kelamindan Pendidikan. http://www.indonesia.go.id/2007, Wisata Kabupaten Blora http;//architecturetourism.wordprss.c om/2007, Pariwisata Industri stratgis abad 21. http://www.ilusa.net/ 2007, Mengeliatnya Pariwisata Kabupaten Blora http://www. Cobservation.or.id/Ekowisat a, Konsep dan Pengertian, http;//www.wisata.parlemen.com/200 7 EkoWisata memberikan Keuntungan Masyarakat Lokal dan Sarana Konservasi Lingkungan http;//www.wisata.parlemen.com/200 7 Wisata Tur Mesin Uap di Hutan Jati Iwan Nugroho, ( 2004), Ecotourism,Malang:
136
Universitas Widyagama (Buku Ajar). Kompas, (1999).Pardigma Baru Pengembangan Pariwisata.(7 Desember 1999) ----------, (2000).Kerusakan Hutan Di Jawa Tengah.( 15 Maret 200) Linberg.K & Hawkins D.E.(eds). (1998).Ecotorism: A Guide for Planners and Manager. Vermont: The Ecotourism Society. Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan: Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia Press. Pemerintah Kabupaten Blora, ( 2009), RencanaKerja Pemerintah Daerah Kabupaten Blora Tahun 2009, Blora (Peraturan Bupati Blora). Perum Perhutani, (2007) Standa Oprasional Prosdur Pengelolaan Kebun Pangkas dan Pembuatan Bibit Steak Pucuk jati Plus, Cepu: Puslitbang ........................., ( 2006) Panduan Sertifikasi Pengelolaan hutan Lestari di Perum Perhutani, Jakarta Raka Dalem, (2002).Ekowisata: Konsep dan Implementasi di Bali. Dinamika Kebudayaan, IV(3). Rara Sugiarti, (2000). Pelestarian Lingkungan dan Pengembangan Seni Budaya Di Kawasan Hutan Jati Blora Sebagai Altenatif Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembagan Pariwisata.Surakarta: UNS (Laporan Penelitian)
JUPE “Tourism Development Loco Tour.....”
Schouten, Frans. 1992. “Cultural Torism And Sustainable Cultural Development”. Dalam Universal Torism Enriching Or Degrading Culture?. Yogyakarta Gadjah Mada University. Sekretaris Daerah Kabupaten Blora, (2008), Peningkatan kemitraan Pengelolaan Kwasan Hutanan dan Pertambangan, Blora ( Makalah)
137