Upaya Meningkatkan Minat Baca Sebagai Sarana untuk Mencerdaskan Bangsa
Suharmono Kasiyun*
Abstract This study aims to find laternatif way to improve society’s reading prolicity, particularly for school members, as a solution to overcome the low of reading. The reading prolicity has a great influence to the progress of the nation-state. Compare to the neighbor country, Indonesian reading prolicity is still low. It is a key to boost the progress because the capability of science and technology can be achieved through reading skills. Family, society, and educational institution have significant role in improving reading skills. It is responsible for all elements of society like librarian, teachers, parents, and society itselves. Librarian and teachers have direct responsible in improving that. To deal with that, it is good to give stimulant in gaining the reading tradition. The reading force is not effective for students. It is also unrecognized to force student to buy books. Keywords: reading prolicity, librarian, educational institutions
Abstrak Tujuan kajian ini adalah untuk mencari alternatif meningkatkan minat baca di masyarakat, khususnya di kalangan sekolah, sebagai upaya untuk mengatasi rendahnya minat baca. Minat baca mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, minat baca masyarakat Indonesia masih termasuk rendah. Minat baca menjadi kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena penguasaan Iptek hanya dapat diraih dengan minat baca yang tinggi. Aspek keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Upaya meningkatkan minat baca anak menjadi tanggungjawab bersama, antara pustakawan, guru, orang tua, dan masyarakat. Pustakawan dan guru sesuai dengan beban tugas yang disandangnya, mempunyai tanggung jawab langsung dalam meningkatkan minat baca. Dalam upaya meningkatkan minat baca, sebaiknya anak-anak diberi stimulan agar minat baca itu muncul dari diri murid itu sendiri. Upaya meningkatkan minat baca dengan memaksa siswa membaca buku sebanyak-banyaknya tidak akan efektif. Demikian juga tidak etis memaksa anak untuk membeli buku. Kata kunci: minat baca, pustakawan, lembaga pendidikan
90
dibedakan
Pendahuluan Dalam kegiatan berbahasa,
atas
tujuh
Sulistyo-Basuki
tingkatan (1991:7)
ada empat keterampilan berbahasa
membedakan tingkatan kemampuan
yang perlu dimiliki oleh semua orang,
membaca sebagai berikut: (1) orang
yaitu
berbicara,
yang tidak mampu membaca sama
membaca, dan menulis. Keempat
sekali; (2) orang yang memiliki
keterampilan berbahasa itu dapat
kemampuan teratas dalam membaca;
dibedakan keterampilan berbahasa
(3) orang yang sedang belajar dalam
reseptif dan ke4terampilan berahasa
membaca; (4) orang yang melek huruf
produktif.
namun tidak
menyimak,
reseptif
Keterampilan meliputi
berahasa
menyimak
dan
membaca
membaca kecuali
bacaan
terbatas
pada
keterampilan
kehidupan sehari-hari; (5) orang yang
terdiri
atas
melek huruf namun bukan pembaca
berbicara dan menulis. Keempat
buku; (6) orang yang melek huruf
keterampilan
namun bukan pembaca yang tetap; (7)
membaca,
sedang
berbahasa
produktif
itu
tidak
langsung
dikuasai oleh penutur ahasa, tetapi
orang
diperoleh secara bertahap. Pertama
merupakan pembaca buku yang tetap.
sejak bayi lahir (atau masih dalam
Minat baca menjadi kunci
kandungan?)
bayi
yang
melek
huruf
serta
melakukan
penting bagi kemajuan suatu bangsa,
kegiatan menyimak, berlanjut wicara,
karena penguasaan Iptek hanya dapat
membaca, dan menulis. Keempat
diraih dengan minat baca yang tinggi,
tahap keterampilan berbahasa itu
bukan
berkaitan erat dengan kualitas dan
mendengarkan.
tingkat budaya
pedesaan akan mampu membuat
suatu masyarakat.
kegiatan
menyimak Para
petani
atau di
Masyarakat Indonesia dapat duduk
tanamannya
semalam
berproduksi melimpah ruah karena
mendengarkan
suntuk pagelaran
sambil wayang
mendengarkan
menjadi
subur
pengarahan
dan
dari
kulit, namun tidak demikian dalam
petugas penyuluhan, namun mereka
hal membaca.
tidak akan dapat menghasilkan bibit kegiatan
unggul dan menciptakan teknologi
membaca di masyarakat, tingkat
pertanian yang canggih kalau tidak
kemampuan
membaca.
Berdasarkan
membaca
dapat
91
Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tingggi
Indonesia menduduki urutan 38 dari 39
negara
(gairah) untuk membaca (Siregar,
yang
Laporan
diteliti.
bank
Dunia
2004 ). . Definisi itu sejalan dengan
no.16369-IND (Education in Indonesi
pendapat Darmono yang menyatakan
from Crisis to recovery) menyebutkan
bahwa
merupakan
bahwa tingkat membaca usia kelas VI
kecenderungan jiwa yang mendorong
Sekolah Dasar di Indonesia hanya
sesseorang berbuat sesuatu terhadap
mampu meraih skor 51,7 di bawah
membaca (Darmono, 2001: 182).
Filipina (52,6), Thailand (65,1) dan
Minat baca tumbuh dari pribadi
Singapura (74,0).Data Badan Pusat
masing-masing seseorang, sehingga
Statistik tahun 2006 menunjukan
untuk meningkatkan minat baca perlu
bahwa penduduk Indonesia yang
kesadaran setiap individu. Negara-
menjadikan baca sebagai sumber
negara maju, adalah Negara yang
informasi
minat
bacamasyarakatnya
Sedangkan yang menonton televisi
Oleh
karena
minat
menduduki
baca
tinggi.
itu
minat
baca
85,9%
posisi
penting
bagi
40,3%.
kemajuan suatu bangsa. Dibanding dengan
Negara-negara
yang
tergabung dalam ASEAN dan negara asing
lainnya,
Indonesia
masih
menduduki urutan terbawah dalam hal
minat
baca.
internasional,
Di
Indonesia
tingkat memiliki
indeks membaca 0,001. Hal itu berarti dalam setiap seribu orang, hanya satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Kondisi itu jauh berbeda jika dibanding dengan Amerika yang memiliki indeks membaca o,45, dan Singapura 0, 55. Berdasarkan survey Unesco
minat
baca
masyarakat
dan
baru
sekitar
23,5%.
mendengarkan
radio
Data lain menyebutkan
(1)
Berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan
oleh
Progress
in
International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan,” ujar
Ketua
Center
for
Social
Marketing (CSM), Yanti Sugarda di Jakarta, Rabu (7/7); (2) Penelitian Human Development Index (HDI)
92
yang dikeluarkan oleh UNDP untuk
Informasi
melek
2002,
Surabaya, Rabu, dia mengatakan,
menempatkan Indonesia pada posisi
OECD juga mencatat 34,5 persen
110 dari 173 negara. Posisi tersebut
masyarakat Indonesia masih buta
kemudian turun satu tingkat menjadi
huruf.
huruf
pada
111 di tahun 2009. (3) Berdasarkan data CSM, yang lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang
Fungsi,
Indonesia
Manfaat,
(ISIPII)
dan
di
Tujuan
Membaca Seseorang
dibaca siswa SMA di 13 negara,
melakukan
termasuk Indonesia. Di Amerika
kegiatan
Serikat, jumlah buku yang wajib
mengharapkan sesuatu dari teks yang
dibaca sebanyak 32 judul buku,
dibacanya,
Belanda 30 buku, Prancis 30 buku,
mempunyai fungsi, manfaat, dan
Jepang 22 buku, Swiss 15 buku,
tujuan.
Kanada 13 buku, Rusia 12 buku,
berfungsi menyerap informasi dari
Brunei 7 buku, Singapura 6 buku,
teks yang dibacanya. Teks yang baik
Thailand 5 buku, dan Indonesia 0
akan memberikan manfaat yang baik
buku. (4) Kompas (Kamis, 18 Juni
pula, memberikan pengetahuan dan
2009)
pencerahan
menyatakan budaya baca
masyarakat
Indonesia
menempati
membaca
karena
Secara
membaca
umum
bagi
tentu
membaca
pembacanya.
Adapun tujuan membaca
seperti
posisi terendah dari 52 negara di
dikemukakan Darmono (2001: 183)
kawasan Asia Timur berdasarkan data
adalah sebagai berikut: (1) membaca
yang
untuk
dilansir
Organisasi
tujuan
kesenangan;
Pengembangan Kerja sama Ekonomi
membaca
(OECD), kata Kepala Arsip dan
pengetahuan; (3) membaca untuk
Perpustakaan Kota Surabaya Arini.
melakukan suatu pekerjaan.
Saat
berbicara
dalam
seminar
“Libraries and Democracy” digelar Perpustakaan
Universitas
Kristen
(UK)
Surabaya
bersama
Petra
Goethe-Institut Indonesien dan Ikatan Sarjana
Ilmu
Perpustakaan
dan
untuk
(2)
meningkatkan
Orang dalam segala hal selalu membaca,
baik
membaca
papan
nama, spanduk, atau tulisan di rambu lalulintas. Namun bukan seperti itu kegiatan dimaksudkan,
membaca melainkan
yang dalam
93
kegiatan
membaca
wacana
teks.
memasyarakatkan
minat
baca
Membaca
untuk
Kegiatan membaca untuk tujuan
masyarakat.
kesenangan adalah membaca yang
melakukan pekerjaan lazim dilakukan
bersifat rekreatif. Membaca rekreatif
di
seperti
masyarakat
pemerintah maupun swasta. Kegiatan
membaca karya sastra, baik berupa
membaca untuk melakukan pekerjaan
puisi, cerpen, atau novel. Mereka
biasanya dilakukan secara rutin.
kebanyakan
membaca
karya
sastra
hiburan. Namun
sebagai
dalam membaca
karya sastra tidak selalu bertujuan untuk
kesenangan
rekreatif.
atau
Kritikus
mahasiswa
fakultas
membaca
karya
bersifat
sastra
atau
sastra
biasa
sastra
untuk
melakukan penelitian terhadap karya sastra yang dibacanya.
pengetahuan
baik
Meningkatnya
minat
kantor
baca
akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Guru dan pustakawan merupakan ujung tombak dalam meningkatkan
minat
masyarakat. sekedar
Perpustakaan
konsumsi
pelajar
baca bukan dan
mahsiswa. Oleh karena itu berbagai upaya
Membaca meningkatkan
kantor-kantor
harus
untuk
meningkatkan
dapat
masyarakat.
diusahakan
untuk
minat
baca
dilakukan oleh siapa saja, dengan cara melakukan
kegiatan
membaca
wacana ilmu pengetahuan. Bidang
B.
ilmu mempunyai cakupan yang luas,
Baca
Penyebab Rendahnya Minat
sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang akan merasakan semakin banyak
yang
tidak
diketahui.
Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan
membaca
meningkatkan
yang
SDM.
dapat
Guru
pustakawan dengandalam
dan
profesi
yang berhubungan langsung dengan masyarakat jawab moral
mempunyai
tanggung
Tradisi membaca bukanlah tradisi
nenek
moyang
yang
diwariskan pada generasi sekarang. Tradisi yang ada sebagai peninggalan nenek
moyang
menyimak
atau
adalah
tradisi
mendengarkan.
Seperti sudah diungkapkan di atas, masyarakat Indonesia khususnya di Jawa dapat betahan semalam suntuk
meningkatkan dan
94
menyaksikan
wayang,
sebatas pada bacaan ringan. Anak-
dalam
anak muda dalam segala kegiatan
membaca. Tradisi macapat di Jawa
banyak yang membawa komik atau
sebuah buku dibaca seseorang dalam
novel dan setelah dibaca kemudian
situasi tertentu, dan disimak oleh
saling menukar dengan temannya.
banyak orang. Tradisi di Jawa saat
Taman juga bacaan bermunculan di
kelahiran
setiap kota,
namun
pagelaran
tidak
demikian
bayi,
dibacakan
Serat
menyewakan bacaan
Yusuf, dan disimak oleh banyak
novel maupun komik. Tokoh novel
orang.
seperti
menjadi bahan pembicaraan pada saat
Mahabharata dan serat Menak justru
mereka berkumpul. Cerita silat seperti
menjadi popular setelah diangkat ke
Naga Sasra Sabuk Inten, dan Api di
dalam sastra lisan dalam pagelaran
Bukit
wayang dan kentrung.
terbutnya oleh masyarakat awam
Karya
tulis
Indonesia juga relatif belum lama dinyatakan bebas dari buta huruf. Sistem pemerintahan penjajah tidak
memungkinkan
masyarakat
dapat membaca, terutamahuruf latin. Pemerintah
Belanda
baru
menyelenggarakan pendidikan formal untuk
kaum
menyelenggarakan
pribumi Politik
setelah Etisch
pada tahun 1848. Pendidikan formal itu pun baru terbatas untuk kaum bangsawan. Antara tahun 1960 – 1970
pemerintah
gencar
melaksanakan pemberantasan buta
Menoreh
selalu
sampai pejabat. Namun
gejala
peningkatan minat baca itu kemudian menjadi surut dengan cepat seiring munculnya
televisi
swasta.
Kesibukan membaca kembali beralih pada kegiatan menyaksikan tayangan televisi atau mendengarkan rekaman kaset akibat kemajuan teknologi. Satu demi
satu
mengalami
taman
bacaan
kebangkrutan.
pun Amat
disayangkan masyarakat Indonesia yang bau “terbebas dari buta huruf” dan melangkah untuk menuju minat baca tiba-tiba terputus, dan dalam kehidupan sehari-harinya
huruf,
ditunggu
kembali
dalam kegiatan mendengarkan. Pada tahun 1960-an minat baca generasi muda sebenarnya sudah lumayan
baik,
meskipun
masih
Hardjoprakosa (2005 : 145) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya minat 95
baca, yaitu
(1)
Pemerintah dan
swasta
dengan
lembaga
dibebankan
pada
keluarga
masyarakat
saja,
atau
saja,
lembaga
pendidikannya, para guru kurang
pendidikan saja. Aspek keluarga,
memotivasi para anak didiknya untuk
masyarakat, dan lembaga pendidikan
membaca buku-buku selain buku
mempunyai peran penting dalam
pelajaran; (2)
meningkatkan
memberi
Para orang tua tidak
dorongan kepada
anak
minat
baca
masyarakat. Ketiga aspek itu perlu
untuk mengutamakan membeli buku
dilakukan
dari pada mainan, alat pandang
pustakawan berperan penting dalam
dengar. Mereka biasanya kurang
meningkatkan
mengetahui jenis buku yang sesuai
peserta didik maupun masyarakat.
dan
mereka
Agar dapat berperan meningkatkan
kurang
minat baca, guru dan pustakawan
memperkenalkan perpustakan kepada
harus mempunyai minat baca yang
anak-anak; (3) Para penerbit media
tinggi. Keteladanan perlu diberikan
cetak memasang harga buku yang
kepada masyarakat. Apabila guru dan
bermutu terlalu tinggi, sehingga tak
pustakawan tidak memiliki minat
terjangkau oleh masyarakat luas; (4)
baca yang tinggi, mustahil dapat
Para
menjalankan
disukai
biasanya
anak,
dan
juga
pengarang,
penyadur
dan
bersamaan.
minat
Guru
baca
dan
baca
tugasnya
dalam
minat
baca.
penerjemah yang semakin berkurang,
meningkatkan
karena royalti yang tidak menentu dan
Ratnaningsih dalam (dalam Koswara,
masih terkena PPH; (5) Perpustakaan
1998
Umum
belum
proaktif pustakawan berkaitan dengan
mencukupi di tiap Propinsi untuk
upaya menumbuhkan minat baca
melayani
masyarakat
yang
jumlahnya
masyarakat;
(6)
: 300) menyatakan Peran
sejak
dini,
memang
Perpustakaan masjid yang belum
utamanya dilakukan oleh pustakawan
terkelola dengan profesional.
yang bekerja di perpustakaan yang melayani
C. Upaya untuk Meningkatkan Minat Baca
harus
anak-anak. mampu
Pustakawan mengajar,
membimbing, serta memberi contoh
Upaya dalam meningkatkan
pada anak-anak. Demikian pula guru
minat baca masyarakat tidak dapat
yang berhadapan langsung dengan
96
anak
didik
kegiatan
mengajar,
memilih materi yang sesuai dengan
membimbing, dan memberI contoh
anak. Dongeng tentang kancil, tupai,
dalam kegiatan minat baca tidak kalah
atau sejenisnya saat ini asing bagi
pentingnya dari pustakawan.
anak,
karena
sudah
anak-anak,
terutama anak perkotaan jarang yang
Lingkungan rumah
mengenal binatang itu. Masalah yang
Sebagian besar waktu anak
timbul dalam mendongeng biasanya
adalah di rumah, berumpul bersama
pendongeng
keluarga. Untuk meningkatkan minat
dongeng,
baca dapat dimulai sejak anak masih
mendongeng dilakukan hampir setiap
balita belum dapat membaca. Dalam
malam. Untuk mengatasi hal itu
hal ini peran keluarga sangat penting.
pendongeng bisamembacakan buku.
kehabisan karena
materi kegiatan
Kegiatan yang dapat dilakukan di tengah
keluarga
adalah
(1)
(2) Tersedianya bacaan di rumah
mendongeng; (2) tersedianya bacaan
Anak-anak atau orang tua
di rumah, (3) mendiskusikan isi buku
akan membaca jika ada bahan bacaan.
yang dibaca,
(4) mengunjungi toko
Untuk membuat anak-anak gemar
membiasakan memberi
membaca, orang tuanya pun harus
buku, (5) hadiah buku.
gemar membaca. Setidak-tidaknya orang tua menyediakan bahan bacaan
(1) Kegiatan Mendongeng
di rumah. Bahan bacaan dapat berupa Kegiatan
mendongeng
buku, majalah, atau surat kabar.
biasanya dilakukan oleh ayah, ibu,
Dewasa ini berlangganan surat kabar
kakek, atau nenek terhadap anak
relatif
balita yang masih belum lancar
masyarakat
membaca.
murah,
namun masih
sebagian lebih
Lazimnya
kegiatan
mementingkan hal lain seperti pulsa
mendongeng dilakukan
saat anak
sebagai media komunikasi daripada
menjelang tidur malam. Kegiatan
surat
mendongeng
berlangganan surat kabar, satu surat
penting
untuk
mengembangkan imajinasi anak dan
kabar.
Keuntungan
kabar bisa dibaca oleh satu keluarga.
memupuk rasa ingin tahu anak. Dalam hal ini pendongeng perlu
(3) Mendiskusikan isi buku yang dibaca
97
Kegiatan ilmu
bahasa
membaca termasuk
dalam
barang yang berharga mahal, seperti
kegiatan
pakaian, mainan, hp, atau diajak
reseptif, yaitu menyerap isi buku yang
makan-makan
dibaca, sedang kegiatan wicara adalah
Kebiasaan member kado buku saat
kegiatan
ulang
produktif.
Kegiatan
di
tahun
rumah
makan.
merupakan
bagian
membaca sebaiknya diikuti dengan
kegiatan
kegiatan berdiskusi, paing tidak orang
baca.Kegiatan
tua di rumah bisa menanyakan
positif daripada sekadar memberikan
tentang isi buku yang dibaca oleh
hdiah barang-barang yang berharga
anak-anak di rumah. Kalau buku itu
mahal. Hardjoprakosa (2005 : 146)
merupakan buku konsumsi segala
mengemukakan
usia seperti buku keagamaan, atau
meningkatkan
buku tentang biografi seseorang, bisa
bahwa membaca harus dipromosikan
didiskusikan dalam satu keluarga.
sebagai
meningkatkan itu
minat
lebih
bernilai
gagasan minat
kegiatan
untuk
baca,
keluarga
yaitu
dan
sekolah, sebaiknya dijadikan tradisi
(4) Mengunjungi toko buku
untuk memberi hadiah buku pada Berekreasi tidak hanya ke
setiap ulang tahun, naik kelas dan
tempat-tempat yang berpemandangan
lainnya, mengajak anak ke toko buku
indah seperti gunung dan laut, toko
untuk memberi kesempatan anak
buku bisa dijadikan sarana rekreasi.
memilih
Anak-anak
diinginkan.
akan
merasa
senang
sendiri
buku
yang
siswa
dapat
diajak ke toko buku, karena di toko banyak pilihan. Di toko buku ada pula
Lingkungan Sosial
buku-buku yang tidak terbungkus
Minat
baca
plastik, dan dapat dibaca atau sekedar
ditingkatkan berdasarkan hubungan
dilihat isinya. Dengan mengunjungi
sosial
toko buku,dapat diketahui jika ada
masyarakat.
buku baru yang terbit.
masyarakat
akan saat
sebagai
anggota
Apabila tokoh-tokoh dapat
memberi
keteladanan dalam minat baca, hal ini
(5) Memberi hadiah buku Anak-anak
pembaca
berpengaruh
positif
pada
berulang
masyarakat. Minat baca masyarakat
tahun biasanya diberi hadiah barang-
bisa dirintis melalui perpustakaan-
98
perpustakaan kecil di tempat-tempat
pendidikan, fasilitas dan karakteristik
pertemuan (berkumpul) masyarakat,
pelayanan
seperti
membuat kebijakan
di
masjid
(perpustakaan
perpustakaan,
dengan
yang terkait
masjid), di kantor RW, di pasar, di
dengan penetapan persentase jumlah
terminal, bandara, dan sebagainya.
anggaran belanja untuk perpustakaan
Sebagai contoh di Malioboro ada
yang harus dikeluarkan dari anggaran
“perpustakaan” yang diangkut dalam
belanja sekolah ( sebesar dua atau tiga
gerobak
yang
persen setiap tahun); (2) Untuk
diangkut merupakan konsumsi untuk
Perguruan Tinggi : memperbaiki
penjual souvenir, sambil berjualan
fasilitas dan karakteristik pelayanan
mereka
perpustakaan dan mengubah metode
dorong.
Koleksi
membaca
koleksi
“perpustakaan” gerobak dorong. Di
pengajaran
beberapa
kepada
masjid
menyelenggarakan
juga
sudah
perpustakaan
kecil. Lembaga Pemerintah dan Swasta Lembaga
pemerintah
learning-based.
perpustakaan sekedar
teaching-based
dari
harus
diubah
Peran dari
store house yang pasif
menjadi educational house yang aktif. Reformasi
perkuliahan
akan
dan
mempunyai efek timbal balik pada
swasta mempunyai peran penting
perpustakaan, dan efek timbal balik
dalam meningkatkan minat baca
yang sama akan dihasilkan dari
masyarakat, terutama dengan cara
bahan-bahan bacaan dan pelayanan
menyelenggarakan
perpustakaan,
perpustakaan yang disempurnakan;
baik perpustakaan sekolah maupun
(3) Di Lingkungan Masyarakat :
perpustakaan khusus. Siregar (2004 :
Perpustakaan
97) menyatakan bahwa dalam rangka
Perpustakaan Daerah yang terdapat di
upaya
setiap propinsi seharusnya dapat
meningkatkan minat baca
Nasional
masyarakat ada beberapa strategi
berperan
yang dapat yang dapat ditempuh oleh
mendorong
pengelola
perpustakaan-perpustakaan
perpustakaan.
Strategi
lebih
besar
dan
dan
dalam
menumbuhkan umum
untuk meningkatkan minat baca itu
tingkat
antara lain: (1) Untuk Perpustakaan
Perpustakaan Masjid, agar pelayanan
Sekolah
:
memperbaiki
Kecamatan,
Desa
dan
sistem
99
perpustakaan
dapat
menjangkau
semua lapisan masyarakat.
dengan minat baca, karena sumber
Perbaikan sistem pendidikan selalu diupayakan oleh pemerintah, seperti memperbaiki kurikulum dan dan
memperbaiki
SDM
dengan
memberikan tunjangan bagi yang telah lolos PLPG, baik untuk guru negeri maupun swasta. Di dalam kurikulum ’13 ada penekanan pada kompetensi inti 1 dan 2: KI 1 menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya (KI 1 dan KI 2): yaitu menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya (KI 1), dan menghargai dan menghayati perilaku
jujur,
tangungjawab,
disiplin,
peduli
(toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan
keberadaannya
pergaulan (dan
KI
dan 2).
Kompetensi itu seharusnya lebih dulu dimiliki sebelum
guru guru
dan
Perpustakaan selalu dikaitkan
pustakawan
mengajarkannya
kepada siswa. Apabila guru dan pustakawan telah memiliki kedua kompetensi itu akan dapat berperan aktif dalam meningkatkan minat baca. Anak-anak memerlukan figur yang dapat diteladani, bukan instruksi.
bacaan
berada
di
Darmono
(2001:188-189)
menyatakan dalam
perpustakaan.
peran
perpustakaan
menciptakan
tumbuhnya
kondisi minat baca di lingkungan sekolah sebagai berikut: (a) memilih bahan bacaan yang menarik pengguna
bagi
perpustakaan;
menganjurkan
(b)
berbagai
cara
penyajian pelajaran dikaitkan dengan tugas-tugas
di
memberikan
perpustakaan; kemudahan
(c)
dalam
mendapatkan bacaan yang menarik untuk pengguna perpustakaan; (d) memberikan secara
kebebasan
leluasa
kepada
membaca pengguna
perpustakaan; (e) perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pengguna merasa betah dan kerasan berkunjung ke perpustakaan; (f) perpustakaan perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca;
(g)
kesadaran
kepada
pemakai
ahwa
membaca
perpustakaan pendting
menanamkan
dalamkehidupan;
(h)
melakukan berbagai kegiatan seperti minat dan kegemaran membaca untuk anak sekolah; (i) Mengaitkan bulan
100
Mei sebagai Bulan Buku Nasional
Ibadah (Masjid, Gereja, Pura, dan
dengan melakukan kegiatan yang
Vihara).
menunjang Bulan Buku Nasional; (j) memberikan
penghargaan kepada
siswa yang paling banyak meminjam buku
Sesuai
dengan
pernyataan
Hardjoprakosa di atas, penerbit dan mass media
mempunyai peran
penting dalam meningkatkan minat Banyak
cara
yang
dapat
baca
siswa. Semakin tinggi minat
diterapkan unuk meningkatkan minat
baca siswa dan masyarakat umum,
baca, seperti yang dikemukakan oleh
akan membuat keuntungan penerbit
para pustawan. Hardjoprakosa (2005:
dan mass media semakin besar.
146)
Penerbit dan mass media hendaknya
mengemukakan
beberapa
gagasan yang dapat diusahakan untuk
juga
meningkatkan minat baca seperti
mencerdaskan bangsa. Di Daerah Tk
berikut:
Kegiatan
II sudah ada perpustakaan, tetapi
mempromosikan buku sebagai bacaan
kebanyakan pengelolaannya masih
yang menarik, sebaiknya penerbit
belum
bekerjasama dengan mass media
Keliling memang dapat membantu
seperti surat kabar, radio, TV untuk
pembaca,
mempromosikan
tidak konsisten.
(1)
buku-buku
membawa
misi
maksimal.
namun
untuk
Perpustakaan
keberadaannnya
berkualitas dengan harga terjangkau Ratnaningsih
oleh masyarakat luas. Dan penerbit menerbitkan buku anak-anak dengan ilustrasi yang menarik dan harga terjangkau; (2) Peningkatan Fasilitas Perpustakaan dan Program Kegiatan Minat Baca,
dengan menambah
jumlah berbagai jenis perpustakaan ; Perpustakaan
Daerah
TK.II,
Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah,
Perpustakaan
Perguruan
Tinggi, dan Perpustakaan Tempat
(dalam
Koswara, 1998 : 300) menyatakan peran proaktif pustakawan berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat baca masyarakat sejak dini, memang utamanya dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan yang melayani harus
anak-anak. mampu
Pustakawan mengajar,
membimbing, serta memberi contoh pada anak-anak dengan cara: (1) Menata ruang baca anak sedemikian
101
menarik,
menyenangkan,
dan
dalam melakukan bimbingan dan
nyaman, baik untuk kemudahan akses
latihan ini secara teratur, terjadwal,
maupun interiornya agar anak tertarik
dan waktunya cukup.
untuk datang dan melihatnya; (2) Pendapat lain dikemukakan
Mengenalkan buku-buku gambar dan bacaan apa saja yang baik dan sesuai dengan jenjang usia dan pendidikan kelompok anak yang dibimbingnya; (3) Bercerita dari buku-buku yang baik dengan teknik yang menarik, untuk
anak
yang
sudah
dapat
membaca tidak perlu sampai selesai ceritanya, kelanjutanya cerita tersebut disusruh
menbaca
sendiri.
Sedangakan bagi kelompok yang belum
bisa
membaca,
cerita
sebaiknya dibacakan sampai selesai agar mereka benar-benar mengetahui jalan ceritanya dan suatu ketika diminta untuk memerankan tokohtokoh dalam cerita tersebut, dengan bimbingan pustakawan; (4) Melatih anak untuk mencatat hal-hal yang menurut
mereka
menarik;
oleh Sukarman Kartosedono bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan minat baca pada masyarakat, khususnya pada anak, yaitu: (1) Tersedianya pilihan yang luas atas bahan bacaan anak; (2) Tersedianya buku-buku anak
rumah,
di
sekolah,
perpustakaan maupun toko buku; (3) Seleksi
yang
dilakukan
oleh
pustakawan untuk atau atas nama kebutuhan
anak-anak;
(4)
Tersedianya waktu dan kesempatan anak-anak
untuk
membaca;
(5)
Kebutuhan dan kemampuan pribadi dari
anak-anak
itu
sendiri
(Kartosedono, 1998: 316). D. Simpulan
(5) Upaya meningkatkan minat
Menginstrusksikan pada anak untuk saling menukar catatan atau cerita antar kelompok kemudian masingmasing kelompok membacakan bagi kelompoknya; (6) Melatih mereka untuk membuat catatan harian secara rutin tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan; (7)
di
Pustakawan
baca anak menjadi tanggungjawab bersama, antara pustakawan, guru, orang tua, dan masyarakat. Nanum demikian pustakawan dan guru sesuai dengan
beban
tugas
yang
disandangnya, mempunyai tanggung jawab langsung dalam meningkatkan minat
baca.
Dalam
upaya 102
meningkatkan minat baca, sebaiknya
ketersediaan buku yang sesuai dengan
anak-anak diberi stimulan agar minat
kebutuhan pembaca.
baca itu muncul dari diri murid itu sendiri. Upaya meningkatkan minat baca
dengan
memaksa
siswa
membaca buku sebanyak-banyaknya tidak akan efektif. Demikian juga tidak etis memaksa anak untuk membeli buku. Di
lembaga
pendidikan
fasilitas yang baik diperlukan untuk meningkatkan fasilitas
minat
baca,
ruangan
baik
maupun
kelengkapan koleksi di perpustakaan. . Di samping itu juga diperlukan adanya kerja sama yang baik antara pustakawan dengan guru atau dengan dosen. Tempat perpustakaan yang terpencil di sudut sekolah membuat anak-anak enggan berkunjung ke perpustakaan.
Anak-anak
perlu
keteladanan. Membaca juga berkaitan erat dengan menulis. Sekolah perlu menyediakan fasilitas seperti majalah dinding dan majalah sekolah untuk para siswa. Media itu mempunyai peran
penting
mengekspresikan
hasilminat
dalam baca
melalui kegiatan karya tulis, karena siswa yang suka menulis secara tidak langsung juga suka membaca. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
DAFTAR PUSTAKA Darmono. 2001. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo. Hardjoprakosa, Mastini , 2005. Bunga Rampai Kepustakawanan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI. Koswara, Engkos (editor) 2005 , Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung : IPI dan Remadja Rosdakarya. Nasution, A.S. dkk. 1987. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Pusat Pembinaan Perpustakaan Depdikbud. Siregar, A. Ridwan, 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Medan : Universitas Sumatera Utara, Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Staf Pengajar SMP Stella Duce Tarakanita Yogyakarta. 1994. Membina Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Sujanto M.S., J. Ch. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca – Menulis – Bericara untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, Henry Gntur. 1986. Membaca: Seagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Penulis. 2011. Menulis Ilmiah:Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia. Suraaya: Unesa University Press.
103