SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN MINAT DAN BUDAYA BACA
Disajikan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Pelatihan Petugas Perpustakaan
Oleh VEGASARI YUNIATI
BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KOTA SURABAYA 2010
1
Sesal Seandainya aku remaja ‘kan kugali potensi diri Kulebur dalam kompetisi Dan aku menang Seandainya aku dewasa ‘kan kucipta karya Dengan segala nuansa dan aku bangga Kini ku renta sudah Kulihat remaja dan dewasa Tanpa karya, tanpa karsa Bahagia semu yang sia-sia -Gede Prama-
2
KATA PENGANTAR Allahmdulillahrobbil’alamin. Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, yang senantiasa melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “Teater Boneka Sebagai Strategi Pengembangan Minat dan Budaya Baca” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan selama proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini: 1. Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya; 2. Panitia Diklat Bimbingan Teknik Petugas Perpustakaan; 3. Teman – teman dan semua pihak yang membantu; Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pada semua pihak yang menumbuhkan minat dan budaya baca. Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ilmiah.
Surabaya, 13 Oktober 2010
Vegasari Yuniati
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... 1 HALAMAN MOTTO ................................................................................... .. 2 KATA PENGANTAR ..................................................................................... 3 DAFTAR ISI .................................................................................................... 4 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 5 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 5 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 7 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 7 1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................... 7 1.5 Gagasan Kreatif .............................................................................. 8 BAB II TELAAH PUSTAKA ......................................................................... 9 2.1 Pengkajian Sebelumnya ................................................................... 9 2.2 Landasan Teori ................................................................................. 10 BAB III Metode Penulisan .............................................................................. 15 3.1 Prosedur Penyampaian Data ........................................................... 15 3.2 Analisis Data .................................................................................. 15 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 16 4.1 Pengembangan Minat dan Budaya Baca Kota Surabaya ........ 16 4.2 Teater Boneka sebagai Strategi Pengembangan Minat dan Budaya Baca .............................................................................. 17 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan menumbuhkan dan meningkatkan semangat baca¹ serta menjadikan membaca sebagai budaya masyarakat Indonesia secara umum, dan masyarakat Surabaya secara khusus merupakan salah satu persoalan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan penumbuhan semangat baca mampu membawa pada titik keidealan sebuah bangsa. Bangsa yang ideal merupakan cita-cita luhur sebuah bangsa, karena bangsa yang ideal merupakan ciri dari bangsa yang maju dan beradab. Sehingga diperlukan cara yang tepat untuk membawa pada kondisi ideal. Salah satu kunci dasar tersebut yaitu dengan membaca. Karena, seseorang yang gemar membaca, pasti memiliki gagasan, dan jika memiliki gagasan, diikuti usaha membangun gagasan tersebut menjadi kenyataan.²
5
1
Usaha untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang dilakukan
oleh pemerintah kota Surabaya lebih terfokus pada persoalan sarana dan prasarana seperti perpustakaan, taman bacaan, perpustakaan keliling, dan koleksi buku bacaan yang ditambah tiap tahunnya dilingkungan sekolah. mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya sebaiknya tidak hanya terfokus pada sarana prasarana. Tetapi juga diperlukan usaha pendekatan pada masyarakat untuk mensosialisasikan program tersebut dengan menggunakan metode terbaik. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kesulitan menerima sesuatu yang baru lebih-lebih membudayakan sesuatu yang sebelumnya merupakan sebuah hal yang jarang dilakukan yaitu membaca.
1.
2.
“Menumbuhkan semangat baca” pernyataan tersebut yang digunakan dalam penulisan ini. Penggunaan pernyataan tersebut diyakini yang paling tepat karena “menumbuhkan” berarti membuat jadi ada semangat baca masyarakat yang tadinya belum ada. Dikutip dari pernyataan: Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya (Informasi Perpustakaan, 2010:01) dan sesuai pula dengan pernyataan Setiawan Hartadi Pustakawan STIE Perbanas Surabaya: “Negara disebut maju dan berkembang kalau penduduknya atau masyarakatnya mempunyai minat baca yang tinggi dengan dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri tersebut.”
6
Oleh karena itu, melalui penulisan karya ilmiah ini berusaha melengkapi usaha pemerintah kota dalam mengembangkan minat dan budaya baca yaitu dengan menggunakan metode pendekatan. Metode pendekatan ini khususnya diperuntukkan oleh para orang tua dan juga pada anak-anak. metode yang akan diulas ini merupakan metode pengembangan dari Story Telling yang menggunakan media mainan.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana cara mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya? 1.2.2 Bagaimana cara mengembangkan minat dan budaya baca melalui strategi Teater Boneka? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Mengetahui cara mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya. 1.3.2 Mengetahui cara mengembangkan minat dan budaya baca melalui strategi Teater Boneka. 1.4 Manfaat Penulisan Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu program pemerintah kota dalam menumbuhkan semangat baca masyarakat Surabaya pada umumnya dan anak-anak Surabaya pada khususnya melalui pengembangan metode story telling dengan menggunakan media mainan yaitu Teater Boneka.
7
Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu para orang tua dalam menumbuhkan minat dan budaya baca pada anak yang sedikit sulit dalam mewujudkannya, sehingga melalui media mainan yang disukai oleh anakanak dapat terwujud minat dan budaya baca pada anak-anak.
1.5 Gagasan Kreatif Menggunakan media mainan yaitu “Teater Boneka” yang merupakan pengembangan dari metode story telling sebagai usaha mengembangkan minat dan budaya baca bagi masyarakat pada umunya dan bagi anak-anak pada khususnya.
8
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Pengkajian Sebelumnya Penulisan mengenai cara menumbuhkan minat dan budaya baca pada anak telah banyak ditemui. Tetapi mengenai strategi khusus untuk mengembangkan minat dan budaya baca pada anak sangat minim. Beberapa literature cara menumbuhkan minat dan budaya baca pada anak antara lain seperti tersebut berikut: Riris K Toha Sarumpaet meneliti dan menuliskan bacaan anak melalui skripsi yang kemudian dibukukan berjudul
Bacaan Anak-Anak: Suatu
Penyelidikan Pendahuluan ke dalam Hakikat Sifat dan Corak Bacaan AnakAnak serta Minat Anak pada Bacaannya
(1975); Setiawan Hartadi
menulisakan dalam bentuk artikel mengenai Kenapa Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah? (2010). Anak cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Kecerdasan intelektual, meurut penelitian Daniel Goleman, hanya berperan 20 % dalam mencapai kesuksesan hidup seseorang. Selebihnya ditentukan oleh kecerdasan yang lain, termasuk kecerdasan emosinya. Namun, baik kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sama pentingnya. Oleh karena itu diperlukan memperkenalkan buku bacaan khusunya cerita-cerita rakyat yang di dalamnya banyak mengandung ajaran-ajaran moral. Sehingga luaran yang dihasilkan 9
tidak hanya mampu menumbuhkan minat dan budaya baca tetapi juga menumbuhkan kecerdasan emosional pada anak-anak.
2.2 Landasan Teori Rumusan Khusus Bacaan Anak Bacaan anak adalah kesusasteraan untuk anak-anak. Menurut Davis (1967:13-18) ada empat titik tolak yang dapat diambil untuk merumuskan secara khusus apa yang disebut bacaan anak, yaitu: 1. Tradisionil Bacaan anak adalah bacaan yang tumbuh dari lapisan rakyat sejak zaman dahuu kala dalam bentuk mitologi, cerita-cerita binatang, dongeng, legenda, dan kisah-kisah kepahlawanan yang romantis. 2. Idealistis Bacaan anak harus bersifat patut dan universiil dalam arti, didasarkan pada bahan-bahan terbaik yang diambil dari zaman yang telah lalu dan penulis-penulis terbaik masa kini. 3. Populer Bacaan anak adalah bacaan yang bersifat menghibur, sesuatu yang menyenangkan anak-anak.
10
4. Teoretis Bacaan anak adalah bacaan yang dikonsumsir anak-anak dengan bimbingan
dan
pengarahan
anggota-anggota
dewasa
suatu
masyarakat, sedangkan penulisannya juga dilakukan oleh orangorang dewasa. Rumusan (1) menunjuk terutama pada sumber-sumber materi cerita anak-anak, sedangkan rumusan (2) terlalu eksklusif sifatnya. Selain itu bisa diperdebatkan, apa yang dimaksud dengan “patut” dan “universiil”, dan siapa yang merupakan “penulis-penulis terbaik masa kini”, apa kriterianya. Rumusan (3) menyiratkan anggapan bahwa semua buku yang disenangi anakanak bersifat baik dan sesuai untuk mereka. Dalam kenyataannya tidak selalu demikian, tinggal mempertimbangkan kemungkinan mengambil titik tolak keempat. Kemungkinan
rumusan
keempat
tersebut
mempunyai
potensi
menyatukan segi-segi positif dari ketiga rumusan yang mendahuluinya. Apalagi dengan disebutkannya secara tersurat dan jelas faktor penulisan dan pembimbingan serta pengarahan oleh orang-orang dewasa. Dalam hal inilah letak perbedaan utama antara bacaan anak-anak dan orang dewasa.
11
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, bacaan anak mempunyai beberapa ciri khas tertentu yang membedakan dengan bacaan orang dewasa. Beberapa ciri khas tersebut adalah: 1. Adanya sejumlah pantangan. Artinya, karena pembacanya anak-anak dari berbagai kelompok usia, maka hanya hal-hal tertentu dapat dikisahkan pada anak-anak dari kelompok-kelompok usia tertentu. Dalam hal inilah, dapat dimanfaatkan sumber-sumber sebagaimana tersebut dalam rumusan (1) secara efektif, juga sasaran-sasaran termaksud dalam (2) dan (3), masing-masing dalam konteksnya yang sesuai
(Sarumpaet,
1976:24). Pantangan berkaitan dengan tema dan amanat cerita. Tema dan amanat cerita yang disajikan harus sesuai dengan usia anak. Tidak semua tema yang lazimnya ditemukan dalam buku-buku untuk orang dewasa dapat dipersoalkan dan disajikan pada anak-anak, misalnya masalah seks, cinta yang erotis, kebencian, kekejaman, dll.
Seandainya perlu memaparkan tentang kemiskinan atau
kejahatan, maka amanatnya biasanya disederhanakan dengan menyediakan akhir kisah yang indah (Sarumpaet, 1976: 29-30). 2. Penyajian dengan gaya langsung
12
Artinya, tidak bertele-tele atau berbelit-belit.
Penyajian dengan
gaya langsung merupaan deskripsi yang sesingkat mungkin dan menuju sasarannya langsung, mengetengahkan aksi (action) yang dinamis dan jelas sebab musababnya. Deskripsi tersebut diselingi dialog yang wajar, organis, dan hidup. Melalui pengisahan dan dialog tersebut terwujud suasana dan tersaji tokoh-tokoh yang jelas, baik sifat, peran maupun fungsinya dalam cerita (Davis, 1974: 3-4). 3. Adanya fungsi terapan Semua bacaan anak ditandai oleh selalu adanya hal-hal yang informatif, oleh adanya elemen-elemen yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum atau ketrampilan, maupun untuk pertumbuhan anak-anak.
Fungsi terapan dalam bacaan anak
ditunjukkan antara lain oleh adanya unsur-unsur yang dapat menambah pengetahuan umum. Penyajian elemen-elemen terapan dan informatif dapat dilakukan dengan cara langsung tanpa menimbulkan kesan menggurui ataupun menyelubungi informasi serta ajaran-ajaran dengan baju kisah yang indah-indah. Ajaranajaran dan informasi-informasi dapat dijalin dalam cerita secara wajar, dapat disiratkan dalam dialog-dialog dan tindakan-tindakan tokohnya (Soewargana, 1970: 14, 20).
13
Anak-Anak dan Kreatifitas Kreatifitas adalah usaha untuk menghasikan sesuatu yang baru atau melakukan sesuatu yang lain daripada biasanya. Kreatifitas juga mencakup usaha untuk melakukan sesuatu hal yang merupakan penggabungan dari hal-hal lama yang telah kita kenal. Hal yang dapat mendukung kreativitas di antaranya adalah suasana yang tenang atau kondusif.
Sebaliknya, keadaan tertekan akan
menghambat kreaifitas. Kreatifitas diperoleh oleh anak melalui membaca.
14
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Prosedur Penyampaian Data Penulisan ini digunakan metode informal. Metode informal merupakan metode penyajian hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa atau kalimat biasa. (Sudaryanto, 1993:16). Sehingga, penulisan ini memaparkan serta mendeskripsikan setiap masalah dan fenomena dalam bentuk rumusan yang deskriptif dan jelas.
3.2 Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah: 1. Menentukan objek penulisan, yaitu menggunakan media mainan (Teater Boneka) sebagai pengembangan dari metode story telling untuk mengembangkan minat dan budaya baca pada anak; 2. Menganalisis objek penulisan, yaitu bagaimana teater boneka mampu mengembangkan minat dan budaya baca pada anak; 3. Menganalisis strategi teater boneka sebagai pengembangan dari metode story telling untuk mengembangkan minat dan budaya baca pada anak.
15
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Minat dan Budaya Baca Kota Surabaya Kota
Surabaya
belakangan
ini
disibukkan
dengan
agenda
mengembangkan minat dan budaya baca. Hal ini disebabkan keinginan untuk menjadikan kota Surabaya sebagai kota Baca. Sehingga, pemerintah kota berusaha mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya. Tetapi, usaha untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya lebih terfokus pada persoalan sarana dan prasarana seperti perpustakaan, taman bacaan, perpustakaan keliling, dan koleksi buku bacaan yang ditambah tiap tahunnya dilingkungan sekolah. Padahal untuk mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya sebaiknya tidak hanya terfokus pada sarana prasarana. Tetapi juga diperlukan usaha pendekatan pada masyarakat untuk mensosialisasikan program tersebut dengan menggunakan metode terbaik. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kesulitan menerima sesuatu yang baru lebih-lebih membudayakan sesuatu yang sebelumnya merupakan sebuah hal yang jarang dilakukan yaitu membaca. Oleh karena itu, melalui penulisan karya ilmiah ini berusaha melengkapi usaha pemerintah kota dalam mengembangkan minat dan budaya baca yaitu dengan menggunakan metode pendekatan. Metode pendekatan ini
16
khususnya diperuntukkan oleh para orang tua dan juga pada anak-anak. metode yang akan diulas ini merupakan metode pengembangan dari Story Telling yang menggunakan
media
mainan.
Media
mainan
lebih
diterima
karena
pengemasannya yang tidak membosankan atau menjenuhkan. Media tersebut yaitu Teater Boneka. Melalui media mainan teater boneka setidaknya mampu menumbuhkan minat baca para orang tua dan juga anak-anak sebagai bahan untuk berteatrikal dengan boneka. Selain itu mampu mengajarkan nilai-nilai moral pada anak, karena cerita yang dijadikan materi teater boneka dapat berupa cerita rakyat yang sarat akan ajaran moral.
4.2 Teater Boneka sebagai Strategi Pengembangan Minat dan Budaya Baca Anak-anak erat kaitannya dengan kreativitas.
Dalam pembelajaran
bahasa Inggris pada anak-anak, unsur kreativitas memegang peranan penting sebagai kunci utama pengembangan kemampuan berbahasa.. Mengenali dunia anak merupakan salah satu cara mengembangkan minat dan budaya baca pada anak. Maka anak-anak diberikan motivasi untuk lebih aktif dalam proses mengembangkan minat dan budaya baca. Hal ini dimaksudkan, agar anakanak terlibat secara langsung dan mempraktekkan hasil bacaannya dalam kesehariannya.
17
Salah satu metode yang bisa digunakan dalam pengembangan minat dan budaya baca pada anak-anak dapat dilakukan setiap hari adalah metode bercerita.
Andrew Wrigt dalam karyanya Creating Stories with Children,
pelajaran bahasa Inggris menggunakan metode bercerita membangkitkan semangat para murid untuk bereksplorasi dalam kata-kata, frase, dan kalimat, yang kemudian menjadi serangkaian kalimat berbahasa Inggris untuk mengekspresikan sebuah ide. Salah satu pengembangan metode dalam story telling ini adalah dengan menggunakan media mainan; dalam hal ini adalah boneka dan atau boneka tangan.
Di sini, orang tua atau anak bisa menggunakan cerita untuk
memainkan boneka tersebut dalam bentuk teater sehingga minat dan budaya baca dengan seiring waktu akan berkembang dengan baik, karena dikemas dengan tampak lebih hidup.
18
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Usaha-usaha pemerintah dalam menumbuhkan minat dan budaya baca pada masyarakat kota Surabaya sebaiknya tidak hanya terfokus pada penyediaan sarana dan prasarana. Tetapi juga diperlukan metode khusus untuk menarik perhatian masyarakat agar minat dan budaya bacanya dapat berkembang dengan baik. Metode tersebut yaitu Story Telling. Tetapi, lebih pada media yang digunakan yaitu media mainan. Media mainan tersebut adalah teater boneka. Melalui teater boneka anak akan tersugesti untuk membaca cerita yang dijadikan tema pentas teater boneka. Setelah itu anak-anak akan berusaha melakukan pertunjukan teater boneka sendiri setelah membaca. Sehingga dari media tersebut terdapat dua manfaat yang dapat diambil yaitu minat dan budaya baca pada anak semakin baik dan menumbuhkan kecerdasan emosional pada anak karena cerita-cerita yang dibaca untuk dijadikan teater boneka merupakan cerita yang sarat akan nilai moral. Misalnya cerita rakyat.
19
5.2 Saran Bagi pemerintah kota hendaknya menerapkan wacana yang diungkapkan dalam penulisan kali ini dan segera mensosialisasikan pada masyarakat luas. Sehingga, harapan kota Surabaya sebagai kota Baca tidak hanya menjadi sebuah harapan platonis.
20
DAFTAR PUSTAKA
Chasanah, Ida Nurul. “Representasi Pengenalan Nilai-Nilai Moral dan Khazanah Budaya Jawa pada Anak melalui Dongeng Aji Saka”, diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Dinamika Sosial, Vol. 4, No. 2, Agustus 2005; Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia. _____________. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia. Sarumpaet, Riris K. Toha. 1976. Bacaan Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Jaya.
21