UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS SISWA KELOMPOK ILMIAH REMAJA SMA (SLUA) SARASWATI 1 DENPASAR MELALUI PENYUSUNAN PETA KONSEP
OLEH: NAMA NPM
: NI KOMANG AYU RUSTARI DEWI : 10.8.03.51.30.2.5.0917
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS SISWA KELOMPOK ILMIAH REMAJA SMA (SLUA) SARASWATI 1 DENPASAR MELALUI PENYUSUNAN PETA KONSEP
Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat: untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar
NAMA: Ni Komang Ayu Rustari Dewi NPM : 10.8.03.51.30.2.5.0917
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S-1 PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Pembimbing II
Pembimbing I
Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, MS
Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yuwono, M.Si
NIP. 19590224 198903 1 001
NIP. 19540718 198203 1 003
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
DITERIMA OLEH PANITIA PENGUJI UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN S-1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DIUJI PADA : HARI
: Jumat
TANGGAL : 15 Agustus 2014
PENGUJI UTAMA
Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, MS NIP. 19590224 198903 1 001
PEMBANTU PENGUJI I
PEMBANTU PENGUJI II
Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yuwono, M.Si
Dra. Dewa Ayu Puspawati, M.Si NIP. 19590626 199103 2 001
NIP. 19590224 198903 1 003
iv
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH PANITIA SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN S-1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Hari
: Jumat
Tanggal
: 15 Agustus 2014
MENGESAHKAN
KETUA
SEKRETARIS
Prof. Dr. Wayan Maba NIP. 19581231 198303 1 032
Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yuwono, M.si NIP. 19540718 198203 1 003
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya. Nama
: Ni Komang Ayu Rustari Dewi
Temapat/ Tanggal Lahir
: Tegallalang/ 28 Juli 1992
NPM
: 10.8.03.51.30.2.5.0917
Program studi
: Pendidikan Biologi
Fakultas
: FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar
PTS
: Universitas Mahasaraswati Denpasar
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis berupa skripsi yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep” adalah memang benar asli karya tulis saya sendiri, dan sama sekali bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain yang saya akui sebagai karya tulis saya sendiri. Apabila ternyata dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam skripsi ini, saya siap menerima sanksi atas pelanggaran tersebut sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta dengan tidak melibatkan lembaga FKIP Unmas Denpasar. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar, Agustus 2014 Yang Membuat Pernyataan
Ni Komang Ayu Rustari Dewi 10.8.03.51.30.2.5.0917
vi
ABSTRAK Rustari Dewi, Ni Komang Ayu. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja Siswa SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep. sripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, Pembimbing: (I) Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata,MS, (II) Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yuwono, M.Si. Kata Kunci: Membaca Kritis, Peta Konsep, KIR, Subak Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, Kelompok Ilmiah Remaj (KIR) di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar merupakan sekolah yang menerapkan KIR tidak lagi sebagai ekstrakurikuler tapi sudah menjadi intrakurikuler. Untuk memperoleh hasil karya ilmiah yang inovatif, perlu meningkatkan kemampuan membaca siswa salah satunya kemampuan membaca kritis melalui penyusunan peta konsep. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa melalui penyusunan peta konsep secara berkelompok dan untuk membandingkan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep di kelas X IPA 2 SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar. Siswa diberikan kuisioner membaca kritis tahap pretest dan selanjutnya Siswa dibagi menjadi enam kelompok, setiap kelompok mengerjakan peta konsep pada Bab I, III, dan IV selanjutnya, observer memberikan penilaian dengan mengacu pada rubrik penilaian, dan siswa kembali diberikan kuisioner membaca kritis tahap posttest. Dari analisis data, diperoleh hasil pretest posttest membaca kritis dengan taraf signifikansi (p=0,001) yang berarti pembelajaran yang diberikan berpengaruh terhadap kemampuan membaca kritis melalui penyusunan peta konsep. Peningkatan juga terjadi pada kinerja kelompok dimana taraf signifikansi Bab I dengan Bab III (p=0,026) sedangkan pada Bab III dengan Bab IV (p=0,027). Kesimpulannya, upaya meningkatkan kemampuan membaca kritis melalui penyusunan peta konsep berpengaruh positif bagi Kelompok Ilmiah Remaja.
vii
“ MOTTO” LEBIH BAIK LUPA DARIPADA TIDAK TAHU
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep”. Dalam penulis Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada.: 1. Bapak Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah menyediakan fasilitas selama penulis mengikuti studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar. 2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah memberikan sarana dan prasarana selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi 3. Bapak Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yuwono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi dan selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,
ix
motivasi dan masukan selama bimbingan dan perkuliahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. 4. Bapak Prof. Dr. Sang Putu kaler Surata, MS selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dukungan selama bimbingan dan perkuliahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. 5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi selaku staf pengajar yang telah membimbing, membina dan memberikan pengalaman berharga selama perkuliahan di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Mahasaraswati Denpasar. 6. Keluarga yang telah memberikan dukungan moral, spiritual dan material yang tak terbatas dalam menyelesaikan tahap pembelajaran di Universitas Mahasaraswati Denpasar. 7. Nyoman Gede Cahya Diputra yang telah menjadi bagian terbaik dalam hidup. Terimakasih atas kesabaran, memberikan dukungan yang tak terbatas. 8. Sahabat (Dwi handayani, Oryne Mone) terimakasih atas ikatan persaudaraan yang luar biasa.
Denpasar, Agustus 2014 Penulis
x
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ……………………………………………………………............
i
PERSYARATAN GELAR ………………………………………………..
ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………………………..
iii
PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………………...
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ………………………………………...
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………...
vi
ABSTRAK ………………………………………………………………….
vii
MOTTO …………………………………………………………………….
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………...
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………..
2
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………
3
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………..
3
1.5 Definisi Operasional ………………………………………………
4
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Membaca Kritis ………………………………………………..
6
2.2 Lanskap Budaya Subak ………………………………………..
7
2.2.1 Pengertian Subak dan sejarah Subak ………………..
7
2.2.2 Hasil Penelitian Subak yang Terkait Dengan Masalah Sosial dan Budaya………………………………………….
9
2.3 Peta Konsep …………………………………………………….
10
2.4 Kelompok Ilmiah Remaja ……………………………………...
11
2.5 Kerangka Berpikir ……………………………………………...
13
2.6 Hipotesis ………………………………………………………...
13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………...
15
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………….
15
3.3 Populasi dan Sampel ……………………………………………
16
3.4 Variabel Penelitian ……………………………………………..
16
3.5 Prosedur Penelitian …………………………………………….
16
3.6 Instrumen Pengumpulan Data …………………………………..
19
3.7 Validasi Instrumen Pengumpulan Data ………………………...
19
3.8 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………...
20
3.9 Analisis Data ……………………………………………………
20
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………… 4.1.1 Hasil Penelitian Membaca Kritis …………………….. 4.1.2 Hasil Peta Konsep …………………………………….
22 22 24
4.2 Pembahasan ……………………………………………………
26
4.2.1 Membaca Kritis ………………………………………
26
4.2.2 Peta Konsep …………………………………………..
28
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ………………………………………………………..
31
5.2 Saran ……………………………………………………………
31
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
33
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
35
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Rancangan Penelitian One-Shot Case Study …………………………………
16
4.1 Peningkatan Gain Score Membaca Kritis Pretest dan Posttes …………..
23
4.2 Peningkatan Skor Antar Kelompok Melalui Peta Konsep Pada Bab I, III, dan IV 26………………………………………………………
26
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ……………………………………………… 15 4.1 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Aspek Penilaian Pada Masing-Masing Siswa ……………………………………………………... 25 4.2 Contoh Kinerja kelompok Melalui Penyusunan Peta Konsep …………………… 26
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan minat baca memang sangat memprihatinkan. Hal ini
disebabkan metode yang diberikan terhadap siswa pada umumnya kurang bahkan tidak menyenangkan. Sebagian besar metode yang ada hanya berorientasi pada hasil bukan pada proses. Rahman (1985) mengemukakan prinsip yang mempengaruhi minat baca adalah kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat jika siswa memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan dasarnya, yaitu rasa aman, status, kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta tingkat perkembangannya. Melihat prinsip tersebut, jika kegiatan membaca dianggap menguntungkan seseorang maka dengan membaca dianggap menjadi salah satu kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya meningkatkan minat baca siswa. Salah satu teknik membaca yang dapat diterapkan adalah membaca kritis sebuah buku yaitu buku lanskap budaya subak. Membaca kritis adalah kemampuan memahami makna tersirat sebuah bacaan. Pengembangan membaca kritis melalui buku lanskap budaya subak akan menitikberatkan pada aspek penting yaitu, membaca kritis dan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep. Dengan kinerja kelompok melalui penyusunan peta konsep dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis dengan melakukan evaluasi terhadap isi buku pada setiap bab dan menemukan informasi-informasi penting dari buku lanskap budaya subak. Peta konsep adalah cara dinamik untuk menangkap
1
2
butir-butir pokok informasi yang signifikan, kinerja kelompok melalui penyusunan peta konsep dipilih karena melalui peta konsep siswa akan terlatih untuk berdiskusi dalam kelompok. Selain itu, siswa akan terpacu untuk mempersiapkan diri untuk menampilkan presentasi yang terbaik. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa kelompok ilmiah remaja SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar melalui penyusunan peta konsep”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Apakah penyusunan peta konsep melalui buku lanskap budaya subak dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa kelompok ilmiah remaja SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar? 1.2.2 Apakah ada perbedaan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep berdasarkan membaca kritis melalui buku lanskap budaya subak?
1.3
Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa melalui penyusunan peta konsep secara berkelompok
3
1.3.2 Untuk membandingkan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep.
1.4
Manfaat Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis hasil penelitian untuk pengembangan langkah-langkah membaca kritis dalam teori membaca melalui sebuah buku yang terkait dengan penelitian untuk memperoleh produk akhir berupa peta konsep. 1.4.2 Manfaat Praktis 1)
Bagi Siswa Meningkatkan minat baca dengan membaca kritis dan solidaritas
siswa untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah. 2)
Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai acuan untuk
menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil karya ilmiah, serta memberikan kesempatan pada guru untuk menempatkan diri sebagai fasilitator dalam pembelajaran. 3)
Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-
praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif sehingga kualitas karya ilmiah meningkat.
4
4)
Bagi Peneliti Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi refrensi dalam
mengembangkan pembelajaran, khususnya pengembangan membaca kritis buku lanskap budaya subak.
1.5
Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa definisi operasional sebagai berikut :
1.5.1
Membaca Kritis Membaca kritis merupakan suatu strategi membaca yang
bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan (Soedarsono (1994). Dengan membaca secara kritis, pembaca mampu mengkomunikasikan gagasan yang ada dalam isi buku dan mengembangkannya, melalui rancangan yang akan dikembangkan dalam hal ini merancang peta konsep tanpa meniru contoh yang diberikan. Kemampuan membaca kritis seseorang dapat diukur melalui angket sistem tertutup dengan menggunakan sistem skala likert. Angket diukur berdasarkan kebutuhan dan tervalidasi isi.
5
1.5.2
Lanskap Budaya Subak Lanskap budaya merupakan pemandangan yang dibentuk dari
perpaduan antara pekerjaan alam dan perilaku manusia. Salah satu lanskap budaya di Indonesia paling terkenal ke berbagai Negara, adalah sawah berteras milik subak di Bali (Floreta, 2012). Subak itu sendiri merupakan refleksi dari filosofi orang Bali yang bernama Tri Hita Karana (tiga kebaikan) yang mengandung harmoni antarindividu dengan penciptanya (Parhyangan), manusia dengan manusia (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan). 1.5.3
Peta Konsep Peta konsep adalah merupakan diagram yang menunjukan
hubungan antara konsep-konsep yang mewakili pembelajaran (Riyadi, 2011). Peta konsep juga diartikan tampilan dari sebuah gambar atau bagan tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai dengan tabiat ilmu pengetahuan itu sendiri tanpa mengindahkan urutan atau skuensi topik bahasan yang diinginkan (Nur, 2003 dalam Anwar, 2008). Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dapat diukur melalui rubrik dengan kriteria yang telah di tentukan menurut sumber yang telah tervalidasi dan sudah pernah di pakai dalam beberapa penelitian.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Membaca Kritis Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana,
penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis (Zifajriah, 2013). Dalman (2013) membaca kritis adalah membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan (Rahardi, 2010). Jadi membaca kritis berarti memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dengan membaca kritis, pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya dan akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada membaca tanpa usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya. Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk menemukan bukan hanya mengenai keseluruhan kebenaran mengenai apa yang ditulis, tetapi juga menemukan alasan-alasan mengapa penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Apabila seorang pembaca menemukan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan maka dia sudah melakukan membaca kritis yang merujuk pada keterpahaman (Ashari, 2010). Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk meningkatkan membaca kritis adalah sebagai berikut: (a) kemampuan mengingat dan mengenali, (b)
7
kemampuan memahami/menginterpretasi makna tersirat, (c) kemampuan menganalisis, dan (d) kemampuan menilai isi bacaan (Nurhadi, 1987). Sedangkan Barokah (2006) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa
pembelajaran membaca kritis dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar, serta memperluas wawasan siswa
2.2
Lanskap Budaya Subak Lanskap budaya merupakan pemandangan yang dibentuk dari
perpaduan antara pekerjaan alam dan perilaku manusia. Badan Dunia untuk Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO), pada 12 Juni 2012 menetapkan lanskap budaya subak sebagai warisan budaya dunia. Ada beberapa hal yang terkait dengan lanskap budaya subak antara lain: pengertian dan sejarah subak, hasil penelitian subak yang terkait dengan sosial, budaya dan pendidikan. 2.2.1
Pengertian Subak dan Sejarah Subak Subak merupakan suatu warisan budaya Bali yang berupa suatu sistem
irigasi yang mengatur pembagian pengolaan airnya yang berdasarkan pada pola pikir harmoni dan kebersamaan yang berlandaskan pada aturan-aturan formal dan nilai-nilai agama (Sutrisna, 2011). Subak merupakan organisasi tradisional para petani di Bali, yang besifat mandiri dan demokratis untuk berbagi tanggungjawab dalam pengolaan air irigasi dan pola tanam padi sawah. Menurut Surata (2013) subak dapat menjadi model yang tepat dan teruji bagi pembelajaran, karena mampu menghilangkan pembatas antara belajar disekolah dan kehidupan nyata, antara ilmu alam dan ilmu sosial,
8
antara sains modern dan sains tradisional, dan terutama pembatas antara generasi dan warisan kebudayaan leluhurnya. Menurut Suyastiri (2012) Subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosioagrarisreligius, yang mampu menjaga kelestarian subak. Konsep kebersamaan dalam kelompok petani di Bali diaplikasikan melalui kegiatan gotong royong yang merupakan ciri yang kuat masyarakat petani Bali. Berpijak dari kegotong royongan inilah kepentingan bersama yang dilandasi rasa paras paros selunglung sebayantaka (tenggang rasa, susah dan senang sama dirasakan/ditanggung bersama), semua yang terkait dengan masalah pertanian disatukan, sehingga muncullah suatu organisosial yang disebut subak (Sunaryasa, 2002). Sejarah subak dapat dilihat secara tidak langsung dari prasasti-prasati yang menggambarkan abad kesembilan. Sejarah subak di Bali kurang lebih dapat diuraikan sebagai berikut, prasasti sukawana yang dibuat pada tahun 882 masehi menunjukkan bahwa sistem pertanian sawah dan tegalan yang teratur telah ada di Bali. Dalam prasasti itu telah disebut kata-kata “Huma” yang berarti sawah dan kata “Parlak” yang berarti tegalan. Menurut Teken (2013) dalam prasasti Raja Purana di Klungkung, bertahun saka 994 (1022M), ditemukan kata kesuwakan, yang sama dengan kata kesubakan yang sekarang disingkat menjadi subak. Subak dibentuk bertujuan untuk menjamin agar semua petani anggota subak tidak kekurangan air irigasi, dan melakukan kegiatan ritual (Covarrubias, 1930).
9
2.2.2
Hasil Penelitian Subak yang Terkait Dengan Masalah Sosial, Budaya dan Pendidikan Menurut Suyastiri (2012) bahwa eksistensi subak sebagai institusi
pengelola sistem pertanian beririgasi di beberapa daerah di Bali mulai terancam kenyataan ini memperkuat alasan perlunya upaya pelestarian dan pemberdayaan subak, selain karena subak sebagai salah satu sumberdaya budaya sekaligus sebagai pilar pembangunan. Salah satu ancaman terbesar terhadap kelestarian subak adalah semakin banyaknya sawah yang hilang karena beralih fungsi untuk penggunaan non pertanian. Tanpa sawah subak tidak mungkin eksis, dan tanpa subak kelestarian kebudayaan Bali akan terancam. Dengan demikian sawah beserta organisasinya harus dilestarikan dengan berbagai upaya. Menurut Suwena (2012) bahwa kondisi Subak Muwa sesudah perkembangan pariwisata di Kelurahan Ubud telah berubah dari kondisi sebelumnya, perubahan lahan persawahan dan saluran irigasi menjadi sarana penunjang pariwisata, seperti hotel melati, pondok wisata, artshop, restaurant, café, rent car, gallery, dan sebagainya. Kehidupan masyarakat subak mengalami perubahan dengan semakin bervariasinya sumber penghidupan masyarakat, sehingga solidaritas sosial pertanian, seperti nguopin dan peran dari organisasi subak mulai memudar dan menghilang seiring berubahnya aktivitas yang dilakukan masyarakat subak dalam sektor pariwisata. Implikasinya terhadap kegiatan upacara di Pura Dugul adalah semakin berkurangnya pendukung Pura Dugul dari anggota subak yang mengolah lahan untuk pertanian tanah basah karena munculnya orang-orang baru yang
10
melakukan usaha jasa pariwisata di areal Subak Muwa tidak memiliki ikatan secara struktural terhadap pelaksanaan upacara di Pura Dugul. Menurut Puspitasari (2013) dalam subak terdapat berbagai komponen penting yang meliputi nilai sosio-agraris-religius dan kondisi fisik subak yang dapat dijadikan sebagai laboratorium alami yang dapat dikaitkan dengan materi pelajaran. Subak mendukung dalam bidang pendidikan salah satunya dengan diterapkan pada media pembelajar, ini dibuktikan dengan beberapa penelitian yang terkait dengan media pembelajaran berbasis subak antara lain: media photovoice, video berpartisipatif, papan bulletin, story mapping, peta konsep fishbone.
2.3
Peta konsep Peta konsep adalah gabungan beberapa konsep yang menghubungkan
pengetahuan individu dengan topik pembelajaran (Slamet, 2010). Novak dan Gowin (1985) menyatakan bahwa, peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisiproposisi. Sehingga dalam membuat sebuah peta konsep banyak kriteria yang diperlukan sehingga sebuah peta konsep dikatakan sempurna. Peta konsep merupakan hasil pemikiran yang dideskripsikan dalam bentuk kombinasi kata, gambar serta warna. Proses penyusunan peta konsep merupakan strategi belajar yang baik sekali sebab memaksa siswa untuk aktif memikirkan hubungan antara konsep-konsep atau faktor-faktor sains. Peta konsep selain digunakan dalam proses belajar mengajar, dapat diterapkan untuk berbagai tujuan yaitu: (a) menyelidiki apa yang telah
11
diketahui siswa, (b) mempelajari cara belajar, (c) mengungkap miskonsepsi, dan (d) sebagai alat evaluasi. Peta konsep bermanfaat membantu siswa dalam pembelajaran menulis, mengarang (Repelitawati, 2010). Dengan peta konsep, siswa
akan
menemukan
dan
menghubungkan
konsep-konsep
baru,
menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru, menjadi sebuah struktur pengetahuan yang eksis. Belajar dengan peta konsep merupakan aktualisasi dari pandangan konstruktivisme yang menyatakan bahwa konsep-konsep dan generalisasi sains tidak diberikan begitu saja kepada siswa melainkan ditemukan dan dibentuk sendiri oleh siswa (Hariyati, 2012). Adapun langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut: memilih suatu bahan bacaan, menentukan konsep-konsep yang relevan, mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang tidak inklusif, menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut (Funia, 2013).
2.4
Kelompok Ilmiah Remaja Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok remaja yang
melakukan serangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu hasil yang disebut karya ilmiah (Wikipedia, 2014). Karya ilmiah itu sendiri mempunyai arti sebagai suatu karya yang dihasilkan melalui cara berpikir yang menurut kaidah penalaran yang logis, sistematis, rasional dan ada koherensi antar bagian-bagiannya. Kegiatan ini sangatlah pantas diikuti oleh para remaja
12
untuk menumbuhkan kreatifitas pribadi kita dan untuk menambahkan wawasan kita dalam melihat dan memandang luasnya dunia. Salah satu Kelompok Ilmiah Remaja yang tidak lagi merupakan ekstrakulikuler disekolah dan menjadi intrakulikuler adalah di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, yang dibentuk pada tahun 2003. Dalam wawancara dengan Deden Ismail beliau mengatakan kelompok ilmiah remaja SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar menjadi intrakulikuler karena selain kegiatan menyusun karya ilmiah yang ada pada materi pembelajaran, kegiatan luar sekolah juga dilakukan dengan adanya study tour atau kunjungan-kunjungan ke berbagai tempat agar karya ilmiah yang dihasilkan lebih baik dan kreatif lagi. Karena adanya kegiatan luar sekolah (study tour) inilah yang membedakan kelompok ilmiah remaja di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar menjadi intrakurikuler, selain itu ada pada mata pelajaran dan terstruktur jadwalnya. Kelompok Ilmiah Remaja yang diterapkan pada seluruh siswa kelas X dan XI Lab. Dari hasil observasi yang diperoleh, memilih SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar sebagai obyek penelitian untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca kritis dalam penyusunan peta konsep, yang berlandaskan pada buku lanskap budaya subak, selain siswa membaca kritis buku lanskap budaya subak, siswa juga mengenal sistem subak dan hal-hal yang terkait dengan subak. Diterapkannya membaca kritis buku lanskap budaya subak sebagai acuan agar dihasilkan suatu karya ilmiah dengan inovasi baru.
13
2.5
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan
antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang terkait. Membaca kritis buku dengan penyusunan peta konsep menjadikan salah satu inovasi baru bagi pembelajaran salah satunya pada Kelompok Ilmiah Remaja, dengan membaca kritis buku tujuan pembelajaran akan tercapai karena akan dihasilkan suatu karya ilmiah yang terstruktur dan inovatif. Dari yang telah diuraikan diatas dapat digambarkan kerangka penelitian dalam bagan alir yang disajikan terdapat pada Gambar 2.1
2.6
Hipotesis Berdasarkan tinjuan pustaka dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Bahwa kegiatan menyusun peta konsep melalui buku lanskap budaya subak dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membaca kritis dan terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep”
14
KIR, pada tulisan masih kurang, pembahasan masih sedikit karena belum kritis membaca rujukan, hasil yang di dapat belum tercapai.
Buku, jarang dibaca, kalau dibaca pun kurang kritis dan siswa tidak dapat memberi kesimpulan terhadap isi buku. Diharapkan
Membaca kritis
Observasi awal di lokasi penelitian mengenai pemilihan sampel pembagian buku lanskap budaya subak sebagai acuan dalam materi pembelajaran dan waktu pelaksanaan penelitian Pretest Pembagian kelompok berdasarkan analisis jaringan sosial dan penjelasan media pembelajaran Penerapan perlakuan pada sampel dengan penyusunan peta konsep berdasarkan buku lanskap budaya subak Posttest Data :
Analisis :
Kemampuan membaca kritis dan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep
Uji non parametrik (chi kuadrat)
Hasil : 1. Penyusunan peta konsep melalui buku lanskap budaya subak dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa kelompok ilmiah remaja 2. Ada perbedaan kinerja kelompok berdasarkan membaca kritis melalui buku lanskap budaya subak dalam penyusunan peta konsep
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-
eksperimental design. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini tidak terdapat variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011). Rancangan penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study. Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini terdapat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian One-Shot Case Study Kelas Eksperimen
Perlakuan
Hasil
X
O
Sumber: Sugiyono (2011) Keterangan :
X = Perlakuan yang diberikan ( variabel independen ) O = Observasi ( variabel dependen )
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret tahun 2014,
di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar tahun ajaran 2013/2014.
16
3.3
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Lab SMA SLUA
Saraswati 1 Denpasar. Sampel ini diambil dari populasi dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik ini dipilih karena penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Sampel yang digunakan kelas X IPA 2.
3.4
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan fokus perancangan peta konsep. Variabel terikat adalah variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca kritis dan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep.
3.5
Prosedur Penelitian Rencana kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini dapat diuraikan
sebagai sebagai berikut. 3.5.1
Melaksanakan observasi awal di tempat penelitian yaitu SMA
(SLUA) Saraswati 1 Denpasar. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui keadaan sekolah dan prosedur pembelajaran Kelompok Ilmiah Remaja yang diterapkan pada kelas yang dijadikan sampel. Kelompok Ilmiah Remaja yang merupakan intrakurikuler dan diterapkan
17
pada seluruh siswa kelas Lab, jadwal pembelajaran pada hari senin dan kamis. 3.5.2
Merencanakan pemilihan topik dan materi Kelompok Ilmiah
Remaja berdasarkan buku lanskap budaya subak, berdiskusi dengan pembimbing Kelompok Ilmiah Remaja mengenai media dan evaluasinya. Materi yang sesuai dengan pembelajaran yaitu membahas setiap Bab pada buku dengan membaca secara kritis dan hasilnya dituangkan dalam penyusunan peta konsep yang dibuat secara berkelompok. 3.5.3
Memberikan kuisioner membaca kritis tahap pretest, dengan
dibagikan pada masing-masing siswa. Kemudian memberikan gambaran mengenai membaca kritis dan penyusunan peta konsep. 3.5.4
Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang siswa (Lampiran 3). Pembagian kelompok ditentukan setelah siswa mengisi kuisoner analisis jaringan sosial (Lampiran 4), siswa mengisi kuisioner dengan menjawab pertanyaan yang ada pada kuisioner dan mengumpulkan hasilnya setelah itu menentukan kelompok
dengan pilihan terbanyak teman yang
dianggap mampu memimpin dalam kelompok. 3.5.5
Membaca buku lanskap budaya subak secara kritis mengacu
pada BAB I dengan pokok bahasan mengenal sistem subak, masingmasing kelompok diarahkan membuat peta konsep, siswa mengerjakan tugas membuat peta konsep dan hasil peta konsep semua kelompok di tempel di depan kelas dan dinilai oleh masing - masing siswa dan
18
observer melakukan penilaian menggunakan rubrik hasil peta konsep dan observasi (Lampiran 9). 3.5.6
Untuk pembuatan peta konsep ke dua mengacu pada BAB III
dengan pokok bahasan keanekaragaman hayati dalam subak, siswa mengerjakan tugas membuat peta konsep dan hasil peta konsep semua kelompok di tempel dan di nilai oleh masing-masing siswa dan observer melakukan penilaian menggunakan rubrik hasil peta konsep dan observasi. 3.5.7
Untuk selanjutnya penyusunan peta konsep ke tiga mengacu
pada BAB IV dengan pokok bahasan ekoliterasi lanskap budaya subak, siswa mengerjakan tugas membuat peta konsep dan hasil peta konsep semua kelompok di tempel di depan kelas dan di nilai oleh masing – masing siswa dan observer melakukan penilaian menggunakan rubrik hasil peta konsep dan observasi. 3.5.8
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan dengan
menunjukkan hasil peta konsep terbaik dari kelompok, dan selanjutnya penyebaran kuisioner penilaian membaca kritis, kuisioner diisi oleh siswa dan siswa menjawab kuisioner mengenai kegiatan yang sudah dilakukan. 3.5.9 spss.
Menganalisis data yang diperoleh dengan uji chi kwadrat dan
19
3.6
Instrumen Pengumpulan data Instrumen pengumpulan data penelitian merupakan alat yang digunakan
untuk “merekam” baik secara kuantitatif/kualitatif suatu keadaan dan aktivitas atribut psikologis dari subjek/objek penelitian (Sugiyono, 2010). Berkaitan dengan pengertian instrumen tersebut dapat dinyatakan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian harus sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan instrumen pengumpul data berupa kuisioner membaca kritis dan rubrik penilaian peta konsep. Kuisioner digunakan untuk mengetahui ketercapaian membaca kritis siswa baik sebelum maupun sesudah membaca buku sedangkan rubrik untuk mengetahui peta konsep yang dibuat sudah sesuai dengan aspek-aspek yang dinilai.
3.7
Validasi Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner membaca
kritis dan rubrik peta konsep. 1) Kuisioner yang digunakan ini telah divalidasi oleh Dosen yaitu Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, MS dan Dr. Drs Cornelius Sri Murdo Yuwono, M.Si. dan dengan uji spss menunjukkan p=0,007<0,05 yang berarti valid, reabilitasnya menunjukkan p=0,762>0,70 (Lampiran 8). Jenis validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi isi.
20
2) Rubrik Peta Konsep Rubrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik yang telah digunakan dalam beberapa penelitian, khususnya dalam skripsi Prasetya (2013).
3.8
Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif
yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner membaca kritis dan rubrik hasil peta konsep. Data tentang kemampuan membaca kritis siswa diperoleh dengan menggunakan kuesioner dengan lima skala likert yang diisi oleh siswa dengan memberikan penilaian berdasarkan 5 aspek yang di amati, Sangat setuju nilai 5, Setuju nilai 4, Ragu-ragu nilai 3, Tidak setuju nilai 2, dan Sangat tidak setuju nilai 1 (Surata, 2014). Sedangkan data tentang kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep diperoleh dengan menggunakan rubrik penilaian hasil peta konsep yang diisi oleh observer dan siswa dengan memberikan penilaian berdasarkan 4 aspek yang diamati, Sangat baik nilai 4, baik nilai 3, cukup baik nilai 2, dan kurang baik nilai 1.
3.9
Analisis Data Data tentang kemampuan membaca kritis dan hasil peta konsep dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi tabulasi silang. Sedangkan uji hipotesis dilakukan dengan uji non parametrik (Chi kwadrat). Sebelum digunakan uji nonparametrik hipotesis penelitian di BAB II diubah dulu menjadi hipotesis statistik yaitu :
21
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan siswa membaca kritis dan tidak terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep melalui buku lanskap budaya subak. Ha = Bahwa kegiatan menyusun peta konsep melalui buku lanskap budaya subak dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca kritis dan terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep. Setelah dilakukan analisis maka dapat dilakukan pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika probabilitas ≥ 0,05, maka H0 diterima Jika probabilitas ≤ 0,05, maka Ha diterima
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian 4.1.1
Hasil Penelitian Membaca Kritis
Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis merupakan salah satu variabel yang dinilai. Penilaian membaca kritis menggunakan kuisioner dengan enam belas soal yang sudah di uji validasi dan reabilitas sebelumnya, kuisioner diisi oleh siswa menggunakan skala likert. Berdasarkan hasil penilaian dari siswa terdapat peningkatan antara nilai pretest dan posttest memiliki rentang sesuai pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Peningkatan Gain Score Membaca Kritis Pretest dan Posttest No. Soal
Pretest
Posttest
Gain Score (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
104 100 109 96 93 102 100 97 98 101 103 107 105 103 108 95
164 152 171 149 162 165 157 153 151 160 156 150 163 162 158 157
57 52 56 55 74 61 57 52 51 60 56 50 63 62 58 57
23
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa peningkatan paling tinggi dari ke enam belas soal adalah soal nomor 5, diperoleh pretest 93 meningkat 162 pada posstest dengan peningkatan sebesar 74%. Peningkatan skor tersebut semakin diperkuat setelah dilakukan uji chi kwadrat dimana diperoleh (p=0,001) yang menyatakan adanya perbedaan nyata antara pretest dan posttest (Lampiran 10). Hal ini berarti Ha kegiatan menyusun peta konsep melalui buku lanskap budaya subak dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membaca kritis di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, dapat diterima. Jika dilihat secara menyeluruh, soal nomor 1, 7 dan 16 memperoleh gain score yang sama sebesar 57% sedangkan gain score terendah soal nomor 12 yaitu 50%. Dinamika masing-masing siswa tentu sangat mempengaruhi hasil akhir membaca kritis. Untuk mengetahui penilaian pada masing-masing siswa dilakukan dengan memberikan pretest dan posttest kuisioner membaca kritis. Hasil penilaian pretest dan posttest dapat dilihat pada Gambar 4.1. 80
70 60 50 PRETEST
40
POSTTEST AD AG PE AI AG AN VE AR AY BS CA DE DH BA DD SU DW FE TR DE MA NO OS SI RA WA MW RLD RI RU RY EL SR SU UM VA YO YU
30
SS S RG TS STS Aspek Penilaian Masing-Masing Siswa
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Aspek Penilaian Pada MasingMasing Siswa, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RG ( Raguragu), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju)
24
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat siswa yang memperoleh nilai tertinggi pada pretest dan posttest yaitu YO sedangkan CA memperoleh skor terendah pada pretest dan pada posttest meningkat. Peningkatan tersebut semakin diperkuat setelah dilakukan uji chi kwadrat dimana diperoleh (p=0,000) yang menyatakan adanya perbedaan nyata antara pretest dengan posttest pada masing-masing siswa karena pada saat pretest belum memiliki rasa percaya diri terhadap apa yang akan dikerjakan. 4.1.2
Hasil Peta Konsep
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, hasil peta konsep siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan dan terjadi pada setiap bab yang diamati. Salah satu contoh kinerja kelompok melalui penyusunan peta konsep dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Contoh Kinerja Kelompok Melalui Penyusunan Peta Konsep
Berdasarkan hasil keterkaitan antara kinerja kelompok dengan pokok bahasan melalui penyusunan peta konsep dapat dijelaskan dalam Tabel 4.2
25
Tabel 4.2 Peningkatan Skor Antar Kelompok Melalui Peta Konsep Pada Bab I, III, dan IV. Kelompok
Bab I
Bab II
Bab III
A1 A2 A3 Jumlah A1 A2 A3 Jumlah A1 A2 A3 Jumlah A B C D E F Jumlah
5 5 3 4 6 4
6 5 3 5 7 4
7 6 4 6 7 5
18 16 10 15 20 13
9 9 4 7 9 7
8 8 6 7 11 6
8 7 7 8 9 6
25 24 17 22 29 19
12 10 7 7 12 8
11 9 8 7 12 8
11 10 9 11 12 7
34 29 24 25 36 23
27
30
35
92
45
46
45
136
56
55
60
171
Keterangan: Keterkaitan antara isi Peta Konsep dengan Pokok Bahasan yang Dijelaskan (A1), Kerapian Pembuatan Peta Konsep (A2), Warna, Tulisan dan Garis Desain Peta Konsep yang Menarik (A3).
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa
Bab I dan Bab III mengalami
peningkatan dari 92 menjadi 136 sedangkan pada Bab III dan Bab IV juga mengalami peningkatan dari 136 menjadi 171. Dilihat dari kelompok, terlihat kelompok E yang memperoleh skor tertinggi, yaitu dari 20 menjadi 29 sedangkan 29 menjadi 36 dan kelompok F yang memiliki skor terendah, yaitu dari 13 menjadi 19 sedangkan 19 menjadi 23. Hasil tersebut diperkuat oleh hasil uji chi kwadrat dimana diperoleh pada Bab I dengan Bab III (p=0,026) sedangkan pada Bab III dengan Bab IV (p=0,027). Hasil tersebut membuktikan, bahwa terdapat peningkatan kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar.
26
4.2
Pembahasan 4.2.1 Membaca Kritis Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh peningkatan skor membaca kritis dari 93 menjadi 162 dengan taraf signifikansi (p=0,001) yang berarti terdapat perbedaan nyata antara sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Hasil tersebut sekaligus menyimpulkan bahwa kegiatan membaca kritis melalui buku lanskap budaya subak berpengaruh terhadap kemampuan siswa untuk membaca kritis di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar. Keberhasilan tersebut dikarenakan kegiatan membaca kritis mampu menyimpulkan hasil membaca yang telah mereka lakukan, sehingga hasil bacaan jadi lebih mudah dan cepat dimengerti. Pendapat tersebut juga disampaikan oleh siswa dalam kegiatan refleksi. Menurut mereka membaca kritis sebuah buku memudahkan dalam menyimpulkan dan menjadikan lebih teliti antara lain: “…Membaca kritis sebuah buku memudahkan dalam mengingat dan mengenali, menyimpulkan materi pelajaran, kemampuan memahami makna yang tersirat, dengan membaca kritis lebih dalam dibaca mempunyai kepecayaan diri”
Nilai positif dari pembelajaran membaca kritis didukung juga oleh hasil penelitian Barokah (2006) yang menemukan bahwa pembelajaran membaca kritis dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar,
27
serta memperluas wawasan siswa. Hasil membaca kritis siswa menjadi semakin meningkat, yang disebabkan siswa tidak dibiarkan saja dalam membaca tapi juga dibimbing.
Kemampuan membaca kritis dengan buku lanskap budaya subak juga menjadi sarana pembelajaran siswa lebih kritis terhadap isi buku dan siswa menjadi lebih paham mengenai subak serta kehidupan yang ada disubak. Pengetahuan tersebut dijadikan sebuah alasan untuk ikut serta dalam kelestarian subak.
Penekanan membaca kritis dalam pembelajaran merupakan salah satu langkah yang penting. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam pembelajaran dengan memahi lebih dan mengembangkan wawasan yang dimiliki. Penilaian kemampuan membaca kritis menitikberatkan pada enam belas soal, dengan penilaian siswa membaca kritis sebelum dan sesudah membaca, hasil membaca akan di ukur melalui penyusunan peta konsep. Kemampuan membaca kritis siswa membantu mengembangkan gagasan baru, ini terlihat pada soal no 5 yang mengalami peningkatan tertinggi. Dari skor tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam membaca kritis sebuah buku, tidak hanya makna yang terkandung pada tulisan saja dianggap kritis tapi bagaimana mengembangkan gagasan baru dan memkombinasikan warna yang menarik agar peta konsep yang dibuat ingin dibaca dan mudah diingat. Terlepas dari permasalahan tersebut yang perlu ditekankan bahwa semua soal membaca kritis mengalami peningkatan yang signifikan.
28
Peningkatan tersebut juga memberikan gambaran bahwa kemampuan membaca kritis melalui penyusunan peta konsep mampu mengembangkan gagasan baru, dimana dilihat dari topik karya ilmiah yang dibuat oleh siswa setelah pembelajaran peta konsep.
4.2.2
Peta Konsep\ Berdasarkan hasil
uji
statistik
yang dilakukan didapatkan
peningkatan skor peta konsep bab I dengan bab III 92 menjadi 136 sedangkan pada bab III dan bab IV juga mengalami peningkatan dari 136 menjadi 171 dengan taraf signifikansi pada Bab I dengan Bab III (p=0,026) sedangkan pada Bab III dengan Bab IV (p=0,027) dilihat dari kelompok E yang memiliki skor tertinggi, yaitu dari 20 menjadi 29 sedangkan 29 menjadi 36 dan kelompok F yang memiliki skor terendah, yaitu dari 13 menjadi 19 sedangkan 19 menjadi 23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja antara kelompok satu dan kelompok yang lain. Keberhasilan tersebut bukan hal yang mudah, dalam faktanya terdapat kendala yang ditemukan dilapangan antara lain: siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran, siswa masih belum berani menuangkan ide kreatifnya dan memkombinasikan warna. Kendala-kendala tersebut menjadi sebuah refleksi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penerapan penyusunan peta konsep peneliti berusaha menjelaskan
kepada
siswa
kemampuan
membaca
kritis
melalui
penyusunan peta konsep secara detail dan memberikan contoh-contoh
29
sederhana peta konsep kepada siswa. Siswa secara sendiri mampu memahami mengenai proses pembelajaran yang dijalani. Terbukti bahwa dari hasil penyusunan peta konsep Bab I dengan Bab III mengalami peningkatan yang signifikan begitu juga pada pada Bab IV. Dari hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa untuk menghasilkan peta konsep yang baik, mereka membaca kritis buku lanskap budaya subak yang diberikan. Materi yang singkat, padat dan jelas memudahkan mereka untuk memahami materi pelajaran dan menemukan pokok pikiran dari setiap subbab materi. Membaca kritis melalui penyusunan peta konsep memiliki nilai positif bagi siswa antara lain: “…Membaca kritis melalui penyusunan peta konsep menjadikan proses belajar menjadi mudah dan pokok pikiran dari setiap subbab materi lebih mudah dipahami. Materi menjadi singkat namun mampu dikembangkan lebih luas dan konsep pelajaran dapat diingat”. Pendapat tersebut juga didukung hasil penelitian Fitriani (2011) yang mengemukakan penggunaan peta konsep meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan 2,017 menjadi 1,667 dikarenakan hasil belajar pesertadidik yang diajar
dengan
menggunakan peta konsep lebih baik daripada pembelajaran ekspositori. Penugasan
setiap
kelompok
untuk
membuat
peta
konsep
dimaksudkan untuk memacu siswa untuk menyelesaikan tugas secara maksimal, membantu siswa mengingat materi serta melatih siswa lebih kritis. Jika ditinjau dari masing-masing kelompok penilaian, maka pada
30
kelompok E yang memperoleh skor tertinggi 36 sedangkan skor terendah pada kelompok D memperoleh skor 23, meskipun demikian terlihat data semua Bab pada setiap kelompok mengalami peningkatan karena belajar dengan
peta
konsep
lebih
memudahkan
siswa
memahami
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Mengacu pada hasil uji statistik yang dilakukan untuk aspek Keterkaitan antara isi Peta Konsep dengan Pokok Bahasan yang Dijelaskan (A1) diperoleh hasil bahwa skor antara Bab I dan Bab III terdapat perbedaan nyata di semua kelompok dengan (p=0,026), sedangkan pada Bab III dan IV (p=0,038). Kerapian Pembuatan Peta Konsep (A2) diperoleh hasil bahwa skor antara Bab I dan Bab III (p=0,026), pada Bab III dan IV (p=0,041). Warna, Tulisan dan Garis Desain Peta Konsep yang Menarik (A3) antara Bab I dan Bab III (p=0,026), pada Bab III dan Bab IV (p=0,024)
31
BAB V PENUTUP
5.1
Simpulan 5.1.1
Kegiatan menyusun peta konsep melalui buku lanskap budaya
subak berpengaruh nyata (p=0,001) dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca kritis di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar. 5.1.2
Terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam penyusunan peta
konsep antara kelompok satu dan kelompok yang lain pada pokok bahasan Bab I dan Bab III berbeda nyata (p=0,026) dan Bab III dan IV (p=0,027) di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar
5.2
Saran Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka saran yang
dapat disampaikan antara lain sebagai berikut: 5.2.1 Diharapkan kepada siswa lebih kritis membaca buku, sehingga pembahasan pada karya ilmiah yang dikerjakan dapat tercapai secara maksimal. 5.2.2 Diharapkan membaca kritis
kepada
guru
untuk
menerapkan
kemampuan
untuk memaksimalkan pencapaian hasil karya ilmiah
dan mengembangkan aspek kinerja kelompok dalam penyusunan peta konsep dengan topik yang berbeda.
32
5.2.3 Diharapkan kepada sekolah menerapkan kemampuan membaca kritis untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan prestasi sekolah khususnya dibidang intrakurikuler yaitu KIR. 5.2.4 Diharapkan kepada peneliti untuk mengembangkan kemampuan membaca kritis siswa melalui penyusunan peta konsep sebagai salah satu tolak ukur dalam melakukan penelitian.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anwarholil. (2008). Peta konsep untuk mempermudah konsep. Diunduh pada 20 Desember 2013 dari http://anwarholil.blogspot.com Barokah. (2006). Pengembangan membaca kritis. Diunduh pada 23 Mei 2014 dari http://utsurabaya.files.wordpress.com Covarrubias. (1930). Island of bali. Diunduh pada 24 Mei 2014 dari htt://investor.co.id Dalman, H. (2013). Keterampilan membaca. Rajawali Pers. Fitriani. (2011). Efektivitas penggunaan peta konsep. Diunduh pada tanggal 23 Mei dari http://library.walisongo.ac.id Hasyimiyah. (2012). Kelompok ilmiah remaja. Diunduh pada 28 September 2013 dari http://files.wordpress.com Hariyati, J.K. (2012). Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif STAD (student team achievement divisions) melalui peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa semester genap SMA Negeri 1 petang tahun pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Universitas Mahasaraswati Denpasar. Funia. (2013). Strategi pembelajaran peta konsep. Diunduh pada 19 desember 2013 dari http://mediafunia.blogspot.com Kelayu. (2011). Pembelajaran berbasis computer. Diunduh pada 19 Desember 2013 dari http://mi1kelayu.blogspot.com Miky. (2013). Sejarah subak di Bali. Diunduh pada 20 Mei 2014 dari http://mylink.heck.wordpress.com Novak and Gowin. (1985). Learning how to learn. Diunduh pada 24 Desember 2013 dari http://jatim1.kemenag.go.id/file/dokumen/282edukasi3.pdf. Pujiono, S. (2013). Kunci sukses membaca kritis. Diunduh pada 25 Desember 2013 dari http://staff.uny.ac.id pdf Puspitasari, L. (2013). Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe “think pair share” berbasis subak melalui media photovoicediaplikasikan dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas x SMA Negeri 1 susut bangli. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Mahasaraswati Denpasar.
34
Rahman. (1985: 6-8). Bab II kajian teori minat baca,makalah bahasa dan sastra indonesia. Diunduh pada 25 Desember 2013 dari http://file.upi.edupdf Rahardi, K. (2010). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga Slamet, K. (2010). Pengaruh model pembelajaran kontekstual dengan peta konsep terhadap pemahaman konsep fisika Siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja Tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi (Tidak diterbitkan) Universitas Pendidikan Ganesha Sunaryasa. (2002). Upaya revitalisasi peran subak dalam pelestarian fungsi lingkungan. Diunduh pada 23 Mei 2014 dari http://eprints.undip.ac.id Surata, S.P.K. (2013). Lanskap budaya subak. Denpasar: UNMAS PRESS Suwena. (2012). Kondisi subak muwa sesudah perkembangan pariwisata. Diunduh pada 25 April 2014 dari http://file.subak.ac.id Suyastiri. (2012). Pemberdayaan subak melalui “Green Tourism” mendukung keberlanjutan pembangunan pertanian di bali. Paper dipublikasikan pada Jurnal Wimaya UPN ”Veteran” Yogyakarta tahun 2012. Diunduh pada 19 Maret 2014 dari http://agribisnis.fp.uns.ac.id Tapak galuh. (2013). Pengertian peta konsep. Diunduh pada 19 Desember 2013 dari http://tapakgaluh.blogspot.com Teken. (2013). Apa kabar pertanian dibali. Diunduh pada 23 Mei 2014 dari http://tekno.kompas.com Prasetya, T (2013). Korelasi antara perilaku kelompok dan hasil presentasi peta konsep siswa dalam pembelajaran kooperatif berbasis modul etnosains subak di smp amarawati tampak siring. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Mahasaraswati Denpasar. Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta. Cetakan ke-16. Suroso. (2007). Analisa penyebab rendahnya minat baca. Diunduh pada 20 Desember 2013 dari http://www.pemustaka.com Widyatmaja, N (2012). Laporan akhir subak muwa ubud. Diunduh pada 24 Maret 2014 dari http://ngurahwidyatmaja.com Wikipedia. (2014). Kelompok Ilmiah Remaja. Diunduh pada 20 Februari 2014 dari http://www.wikipedia.org
35
LAMPIRAN
Lampiran 1
36
Lampiran 2 37
38
Lampiran 3 Kuisioner Analisis Jaringan Sosial
Pilihlah 6 teman yang kamu anggap sesuai dengan pertanyaan di bawah ini! 1. Siapakah 6 teman kamu yang dapat menjadi pemimpin yang baik dalam kelompok? a. d. b. e. c. f. 2. Siapakah 6 teman kamu yang tepat dijadikan sebagai juru bicara dalam kelompok? a. d. b. e. c. f. 3. Siapakah 6 teman kamu yang memiliki kemampuan baik dalam mengoperasikan bendabenda teknologi ? a. d. b. e. c. f. 4. Siapakah 6 teman kamu yang memiliki kemampuan baik dalam bidang kesenian ? a. d. b. e. c. f. 5. Siapakah 6 teman kamu yang memiliki pengetahuan baik mengenai Subak dan sistemnya? a. d. b. e. c. f.
39
Lampiran 4
Tabel 2.1 Pembagian Kelompok Sesuai dengan Analisis Jaringan Sosial Kelompok A
Kelompok B
1. Dharma Putra, Anak Agung Ngurah
1. Siyan Saheem
2. Anita Verayanti
2. Arif Santosa, I Ketut
3. Aristya Pranawa Putra, I G N
3. Deva Parameswara Gautama
4. Rahwayu Kubera, Kadek
4. Feby Anggara, I Made
5. Angga Kurniawan, Komang
5. Maera Dewinta Astari, Putu
6. Adelia Dwi Sukmadewi
6. Feby Tri Evita Dewi, Ni Nyoman 7. Dwi Sukma Tirta Yani
Kelompok C
Kelompok D
1. Airlangga Kristiawan
1. Oscar Giovani, Gede
2. Dwita Anggraeni
2. Carolina
3. Mayun Krisnha Wemas
3. Rianaldy Artha Nugraha, Putu
4. Yunita Damawati
4. Dinda Salsa Billa
5. Agus Pebriana, I Wayan
5. Sintya Dwi Lestari, Ni Kadek
6. Budi Santoso
6. Dina Banhu Das
7. Yoga Wana, I Gede
7. Ryan Ananta Firmansyah
Kelompok E
Kelompok F
1. Saham Saheem
1. Vanny Rusmiari Lestari, Kadek
2. Sugi Prayuda, Putu Agus
2. Riana Mawar Mentari. B
3. Riska Purwantara, Ngakan Putu
3. Anisha Rahma Siswanto Putri
40
4. Novi Suarsih, Ni Putu
4. Sri Sugandhi
5. Santi Elmiani, Ni Wayan
5. Agus Aldi Ferdian. Pt
6. Ruslianti, Ni Putu
6. Raditya Kusumadana 7. Kumbara
Lampiran 5
41
Lampiran 6
42
43
Lampiran 7
KUISIONER KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS MELALUI PENYUSUNAN PETA KONSEP
No
Pertanyaan
Jawaban SS
1
Saya mampu merancang peta konsep dengan organisasi yang jelas
2
Saya mampu merancang peta konsep baru tanpa meniru contoh yang diberikan
3
Saya mampu menggunakan kombinasi warna secara menarik dalam merancang peta konsep
4
Saya mampu menggunakan warna secara konsisten dalam merancang peta konsep
5
Peta konsep membantu saya dalam mengembangkan gagasan baru
6
Peta konsep membantu saya dalam mencari informasi penting dari buku lanskap budaya
7
Peta konsep membantu saya dalam menghubungkan antara topik yang saling terpisah
8
Peta konsep membantu saya dalam merencanakan kegiatan penelitian
ST
RG
TS
STS
44
9
Peta konsep membantu saya dalam mengkomunikasikan gagasan
10
Peta konsep Membantu dalam menemukan permasalahan dalam subak
11
Peta konsep membantu saya dalam Mempusatkan perhatian
12
Peta konsep membantu saya dalam menjelaskan gagasan
13
Peta konsep membantu saya dalam mengingat dengan lebih baik
14
Peta konsep membantu saya dalam belajar secara lebih cepat
15
Peta konsep membantu saya dalam memfokuskan pikiran
16
Peta konsep Membantu dalam mengelompokkan konsep
Keterangan : SS = Sangat Setuju
diberi skor 5
ST = Setuju
diberi skor 4
RG = Ragu-ragu
diberi skor 3
TS = Tidak Setuju
diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
45
Lampiran 8 Validasi dan Reabilitas Kuisioner Membaca Kritis No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Validasi 0,007 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N
Cases
Valid a
Excluded
Total
%
40
100.0
0
.0
40
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
.762
17
46
Lampiran 9 RUBRIK PENILAIAN PETA KONSEP
Kriteria
Baik (4)
Cukup (3)
Sedang (2)
Kurang (1)
Keterkaitan Isi
Isi sangat jelas dan terdapat hubungan antara konsep
Isi cukup jelas dan terlihat Isi tidak jelas dan berhubungan dengan konsep kurang berhubungan dengan konsep
Isi tidakjelas dan tidak berhubungan dengan konsep
Kerapian
Konsep terorganisasi sangat jelas
Konsep terorganisasi cukup jelas
Konsep terorganisasi kurang jelas
Konsep tidak terorganisasi dengan jelas
Warna
Warna menarik, huruf jelas dan bias di baca
Warna sedikit kontras dan huruf jelas
Penggunaan wana kontras dan huruf dapat dibaca
Tidak menggunakan warna dan huruf sulit dibaca
47
Nama Pengamat
:
Hari/Tanggal
:
Kriteria
Kelompok A
Keterkaitan antara peta konsep dengan pokok bahasan yang dijelaskan Kerapian pembuatan peta konsep Warna, tulisan dan garis desain peta konsep menarik
B
C
D
E
F
48
Lampiran 10 ANALISIS NOMOR SOAL
Descriptive Statistics
N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
pretest 16
101.56
4.732
94
15
158.20
6.270
149
109
posttest 170
Ranks
N posttest - pretest
Mean Rank a
.00
.00
b
8.00
120.00
Negative Ranks
0
Positive Ranks
15
c
Ties
0
Total
15
a. posttest < pretest b. posttest > pretest c. posttest = pretest
b
Test Statistics
posttest - pretest Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a
-3.411
.001
Sum of Ranks
49
LAMPIRAN 11
Analisis Membaca Kritis Masing-masing siswa
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
PRETEST
38
46.55
6.931
36
62
POSTTEST
38
66.89
3.833
62
75
Ranks N POSTTEST PRETEST
Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks
0a
.00
.00
Positive Ranks
38b
19.50
741.00
0c 38
Ties Total a. POSTTEST < PRETEST b. POSTTEST > PRETEST c. POSTTEST = PRETEST Test Statisticsb
POSTTEST - PRETEST Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-5.377a .000
50
Lampiran 12
Analisis Peta Konsep Pada Masing-masing Bab
Ranks N babIII - babI
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
6
b
3.50
21.00
Ties
0
Total
c
6
a. babIII < babI b. babIII > babI c. babIII = babI b
Test Statistics
babIII - babI a
Z
-2.226
Asymp. Sig. (2-tailed)
.026
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
babIII
6
22.67
4.320
17
29
babIV
6
28.50
5.468
23
36
Ranks N babIV - babIII
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
6
b
3.50
21.00
Ties
0
Total
c
6
a. babIV < babIII b. babIV > babIII
b
Test Statistics
c. babIV = babIII babIV - babIII Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a
-2.207
.027
51
Lampiran 13
Analisis masing-masing aspek
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
baIA1
6
4.50
1.049
3
6
babIIIA1
6
7.50
1.975
4
9
Ranks N babIIIA1 - baIA1
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
6
b
3.50
21.00
Ties
0
Total
c
6
a. babIIIA1 < baIA1 b. babIIIA1 > baIA1 c. babIIIA1 = baIA1 b
Test Statistics
babIIIA1 - baIA1 a
Z
-2.232
Asymp. Sig. (2-tailed)
.026
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
babIIIA1
6
7.50
1.975
4
9
babIVA1
6
9.33
2.338
7
12
Ranks N babIVA1 - babIIIA1
b. babIVA1 > babIIIA1 c. babIVA1 = babIIIA1
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
5
b
3.00
15.00
Ties
1
Total a. babIVA1 < babIIIA1
Mean Rank
c
6
52
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
babIIIA2
6
7.67
1.862
6
11
babIVA2
6
9.17
1.941
7
12
b
Test Statistics
babIVA1 - babIIIA1 a
Z
-2.070
Asymp. Sig. (2-tailed)
.038
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
babIA2
6
5.00
1.414
3
7
babIIIA2
6
7.67
1.862
6
11
Ranks N babIIIA2 - babIA2
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
6
b
3.50
21.00
Ties
0
Total
c
6
a. babIIIA2 < babIA2 b. babIIIA2 > babIA2 c. babIIIA2 = babIA2
b
Test Statistics
babIIIA2 - babIA2 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a
-2.232
.026
53
Ranks N babIVA2 - babIIIA2
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
5
b
3.00
15.00
Ties
1
Total
c
6
a. babIVA2 < babIIIA2 b. babIVA2 > babIIIA2 b Test Statistics babIVA2 - babIIIA2
c. babIVA2 = babIIIA2
a
Z
-2.041
Asymp. Sig. (2-tailed)
.041
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
babIA3
6
5.83
1.169
4
7
babIIIA3
6
7.50
1.049
6
9
Ranks N babIIIA3 - babIA3
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
6
b
3.50
21.00
Ties
0
Total
c
6
a. babIIIA3 < babIA3 b. babIIIA3 > babIA3 c. babIIIA3 = babIA3
b
Test Statistics
babIIIA3 - babIA3 a
Z
-2.232
Asymp. Sig. (2-tailed)
.026
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
babIIIA3
6
7.50
1.049
6
9
babIVA3
6
10.00
1.789
7
12
54
Ranks N babIVA3 - babIIIA3
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
6
b
3.50
21.00
Ties
0
Total
6
a. babIVA3 < babIIIA3 b. babIVA3 > babIIIA3 c. babIVA3 = babIIIA3
b
Test Statistics
babIVA3 - babIIIA3 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
c
a
-2.264
.024
55
Lampiran 14 DOKUMENTASI
Pembagian Buku Lanskap Budaya Subak
Penjelasan Media Pembelajaran
Pretest Membaca Kritis
Pembentukan kelompok
56
Diskusi Tahap Penyusunan Peta Konsep
Tahap Pewarnaan Peta Konsep
Penyusunan Peta Konsep
Hasil Peta Konsep ditempel di Depan Kelas
57
Penjelasan Penilaian Rubrik Peta Konsep
Posttest Membaca Kritis
Kegiatan Selesai Penelitian
58
Penjelasan rubrik penilaian peta konsep
58
Lampiran 15
RIWAYAT HIDUP Ni Komang Ayu Rustari Dewi, lahir di Br. Sapat Tegallalang 28 Juli 1992, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak I Ketut MandiYasa dengan Ibu Ni Nyoman Rusmini. Ayah bekerja sebagai seorang wiraswasta dan ibu sebagai seorang wiraswata. Pada tahun 2004 menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri Tegallalang. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP PGRI 3 Ubud dan berhasil menamatkan studi pada tahun 2007. Dilanjutkan menempuh pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Tegallalang pada tahun 2010. Dari tahun 2010 sampai 2014 menjalani studi di program studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar. Pengalaman organisasi semasa menjadi mahasiswa di UNMAS Denpasar sebagai pengurus HMPS Biologi periode 2011/2012. Sekretaris Umum HMPS Biologi Periode 2012/2013, pengurus di kegiatan kepanitian, antara lain panitia MP3 (Media Prestasi dan Potensi Pemuda) Ganesa Maba, Studi Ilmiah HMPS, Pengukuhan UKM, KKL dan lain-lain. Selain itu, pernah mengikuti kegiatan seminar baik lokal maupun nasional.