UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MAYARAKAT (STM) KELAS IV SDN JELITA 01 JAKARTA TIMUR Rasyimah Rasyid ABSTRAK; Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Jelita 01 Pagi Jakarta Timur melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat dikemukakan bahwa pada pembelajaran siklus I nilai rata-rata tes hasil belajar mencapai 55% dan aktivitas tindakan guru sebesar 40% hasil siklus I, sedangkan aktivitas siswa 33.3% ini belum mencapai target yang ditentukan maka dilakukan tindakan siklus II. Pada siklus II hasil belajar siswa mencapai 81.3% dan aktivitas guru mencapai 86.7%, sedangkan aktivitas siswa 80%. Hasil belajar yang dicapai pada siklus ini sudah mencapai target yang ditentukan. Dengan demikian peneliti menghentikan penelitian hanya sampai pada siklus II dan dapat disimpulkan bahwa pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Jelita 01 Pagi Jakarta Timur. Penerapan pendekatan STM memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan secara optimal. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran siswa secara aktif melakukan kegiatan mengungkapkan pendapat, diskusi, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok serta menyimpulkan hasil pembelajaran sehingga lebih mudah dipahami dan diterima oleh siswa dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Jadi jika pendekatan STM diterapkan dengan baik maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Pendekatan STM. pengetahuan awal siswa mengenai sains
PENDAHULUAN Ilmu
Pengetahuan
dan
Teknologi
(iptek) di Era Globalisasi saat ini berkembang
(fisika) sehingga siswa dapat memahami akan fungsi teknologi.
sangat pesat. Perkembangan iptek mendorong terjadinya perubahan
pola
pikir manusia.
Pada
saat
penyalahgunaan
ini
banyak
kemajuan
sekali
IPTEKS
yang
Dalam hal ini ada beberapa manusia yang
dilakukan oleh siswa, karena itu diperlukan
mengambil nilai positif dan nilai negatif akan
pengetahuan awal siswa mengenai sains.Tidak
kemajuan iptek. Kemajuan teknologi itu sendiri
hanya
tak lepas
akan
biasanya guru hanya menjelaskan konsep
pengetahuan manusia mengenai apa yang
pembelajaran IPA sebatas produk (yang sudah
mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
ada) dan sedikit proses tanpa pembuktian.
Perkembangan
kehidupan
Salah satu alasan yang menyebabkan adalah
pendidikan
banyaknya materi yang harus dibahas dan
sehari-hari
dari
perkembangan
IPTEKS
terutama
dalam dunia
itu,
dalam
proses
khususnya pembelajaran IPA sangat berkaitan
diselesaikan
sekali. Sebagai contoh banyak sekali alat-alat
berlaku. Padahal, dalam membahas IPA tidak
yang diciptakan karena kemajuan IPTEKS (TV,
cukup hanya menekankan pada produk, tetapi
radio, HP, dll). Banyaknya alat-alat yang ada
yang lebih penting adalah proses untuk
dalam kehidupan sehari-hari karena adanya
membuktikan atau mendapatkan suatu teori
kemajuan iptek perlu diimbangi dengan Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
atau
hukum.
berdasarkan
pembelajaran
Oleh
kurikulum
karena
itu,
yang
metode, 55
pendekatan dan alat peraga/praktikum sebaga
Melihat
alat media pendidikan untuk menjelaskan
memprihatinkan
konsep pembelajaran IPA sangat diperlukan.
pemerhati maupun praktisi dunia pendidikan di
Tujuan pembelajaran IPA di SD secara umum
Indonesia dituntut untuk segera melakukan
adalah agar siswa memahami konsep IPA dan
upaya perbaikan pembelajaran khususnya
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari,
pada mata pelajaran IPA, agar mata pelajaran
memiliki keterampilan tentang alam sekitar
IPA
untuk mengembangkan pengetahuan tentang
menyenangkan dan bermakna.
proses alam sekitar, mampu menerapkan
kondisi
yang
tersebut,
menjadi
Dalam
cukup
agaknya
pembelajaran
hal
ini,
mencoba
mengangkat
fenomena social
pembelajaran dalam IPA yaitu Pendekatan
teknologi untuk memecahkan masalah yang
Sains
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan
satu
yang
berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala dan mampu menggunakan
salah
penulis
para
Teknologi
pendekatan
Masyarakat
Sains
Teknologi
(STM).
Masyarakat
Perkembangan sains dan teknologi
(STM) merupakan suatu gerakan reformasi
serta perubahan kondisi masyarakat yang
dalam pembelajaran sains di sekolah, sebagai
sangat pesat ini mengharuskan para guru
upaya membuat warga negara melek sains
meningkatkan
dan
dan teknologi dihubungkan dengan konsep
mengembangkan keahliannya. Kini tugas guru
IPA yang telah dimulai sejak dua decade yang
semakin kompleks dan menantang, sehingga
lalu di negara-negara yang telah maju.
selalu
kemampuan
dituntut
untuk
mengembangkan
Di
Amerika
Serikat
misalnya,
kemampuannya, baik secara individu maupun
pendekatan STM muncul sebagai upaya nyata
kelompok. Tugas utama seorang guru adalah
reformasi dalam pengajaran sains di sekolah
membantu
yakni
(Yager, 1993b-c; 1992b; 1991). Untuk itu
berupaya menciptakan situasi dan kondisi
pembelajaran sains dengan menggunakan
yangmemungkinkan
proses
pendekatan
dalam
beberapa hal pokok dalam membekali peserta
pembelajaran adalah pembelajaran dimana
didik, diantaranya: a) menghindari “materi
siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak
oriented”
mempelajari
prinsip-
masalah-masalah di masyarakat secara lokal,
prinsip IPA semata secara verbalistis, hafalan,
nasional, maupun internasional, b) mempunyai
dan
melalui
bekal yang cukup bagi peserta didik untuk
serangkaian latihan secara verbal, namun
menyongsong era globalisasi, c) peserta didik
hendaknya dalam pembelajaran IPA, guru
mampu
lebih banyak memberikan pengalaman kepada
masalah yang berkaitan dengan kelestarian
siswa untuk lebih memotivasi siswa agar dapat
bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya
menggunakan pengetahuan tersebut dalam
masalah
kehidupannya
sehari-hari.
pada
kerusuhan sosial, dampak hasil teknologi dan
kenyataannya
masih
tidak
lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuara
siswa
pembelajaran.
dalam
belajar,
terjadinya
Paradigma
baru
konsep-konsep
pengenalan
dan
istilah-istilah
Namun
banyak
guru
STM
dalam
dan
tidak paham tentang kosep yang dipelajari.
peserta
didik
tanpa
mengatasi
pencemaran,
menyelamatkan
mengantisipasi
pendidikan
menjawab
memperhatikan hal tersebut sehingga siswa
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
dapat
bumi, dan dengan
tahu
setiap
pengangguran,
d)
Membekali kemampuan
55
memecahkan
masalah-masalah
dengan
fungsi pembelajaran tersebut dan aplikasi apa
penalaran sains, lingkungan, teknologi, sosial
saja yang ada di masyarakat ketika belajar
secara integral, baik di dalam maupun di luar
IPA.
kelas.
Berdasarkan pembatasan masalah di Pendekatan STM dimaksudkan untuk
atas,
permasalahan
pada
penelitian
ini
menjembatani kesenjangan antara kemajuan
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah
IPTEK, membanjirinya informasi ilmiah dalam
meningkatkan
dunia pendidikan, dan nilai-nilai IPTEK itu
pendekatan STM di kelas IV SDN Jelita 01
sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-
Pagi Jakarta Timur”.
Hasil belajar IPA melalui
hari. Dengan pendekatan STM ini diharapkan siswa
memilki
landasan
untuk
menilai
pemanfaatan teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah derasnya
arus
pembanguan
pada
STM
dalam
pembelajaran IPA merupakan perekat yang mempersatukan masyarakat.
sains,
Isu-isu
teknologi
sosial
dan
dan
teknologi
dimasyarakat merupakan karakteristik kunci dari STM. Isu-isu tersebut dipakai sebagai titik oleh
guru
untuk
merancang
dan
mengimplementasikan program pembelajaran. dasar
pendekatan
STM
pijakan
pengembangan
tersebut,
maka
tidak
berlebihan kiranya jika pendekatan STM dalam pembelajaran IPA layak dimunculkan sebagai upaya penguasaan konsep peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru dan murid dimana menurut guru ketika mengajar IPA lebih dari 50% murid tersebut tidak paham mengenai pelajaran tersebut, tetapi ketika guru tersebut teknologi
1. Pengertian Hasil Belajar Setelah
menggunakan masyarakat
pendekatan dalam
sains proses
pembelajaran murid lebih termotifasi lagi untuk
akan
dengan apa yang dikatakan murid, ketika guru menerapkan
pendekatan
sains
teknologi masyarakat murid jadi mengerti apa
memperoleh
Snelbeker
individu
dalam
hasil
belajar.
Rusmono
hasil
Menurut belajar
adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar. Jadi hasil belajar yang dikemukakan di
atas
merupakan
perubahan
perilaku
seseorang sebagai akibat dari pengalaman yang ia dapat dalam proses belajar. Tentunya perubahan
perilaku
yang
diharapkan
mengarah kepada hal yang lebih baik. Adapun menurut Bloom dalam Rusmono hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah,
yaitu
ranah
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuantujuan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi
tujuan-tujuan
belajar
yang
menjelaskan perubahan sikap, minat, nilainilai, dan pengembangan
apresiasi serta
penyesuaian. Sudjana juga merumuskan hasil
mendalami pembelajaran IPA. Hal ini sesuai
tersebut
seorang
mengalami proses pembelajaran, maka ia
Pembelajaran
Melihat
A. Pengertian Hasil Belajar IPA
era
globalisasi.
acuan
TINJAUAN PUSTAKA
belajar sebagai kemampuan yang dimiliki siswa
setelah
ia
menerima
pengalaman
belajarnya dan membagi tiga macam hasil belajar, yakni a) keterampilan dan kebiasaan,
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan
artinya
cita-cita. Jadi hasil belajar yang dikemukakan
menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan alam
di atas merupakan buah hasil pengalaman
disebut sebagai natural yang berhubungan
seseorang yang belajar, semakin banyak
dengan alam dan mempelajari tentang alam
pengalaman yang dimiliki seseorang, semakin
dan peristiwa yang terjadi di alam ini.
meningkat
pula
pengelompokkan
hasil hasil
belajarnya,
belajar
ilmu
pengetahuan.
Menurut
Teori
tersebut
Darmojo
dalam
tersebut
Samatowa, IPA adalah pengetahuan tentang
menjelaskan bahwa hasil belajar tidak hanya
alam semesta dengan segala isinya. Arti
menghasilkan
aspek
pengetahuan itu sendiri adalah segala sesuatu
pengetahuan saja, tetapi mencakup aspek
yang diketahui oleh manusia. Jadi secara
keterampilan dan sikap. Perubahan pada spek
singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional
tersebut sebagai perwujudan hasil belajar
dan obyektif tentang alam semesta dengan
yang merupakan satu kesatuan
segala isinya.
perubahan
Menurut
belajar
Selain itu Nash dalam bukunya The
adalah perubahan tingkah laku yang terjadi
Nature of Science, seperti dikutip dalam
pada orang yang telah belajar.
Misalnya
Somatowa menyatakan bahwa IPA itu adalah
perubahan pada siswa dari tidak tahu menjadi
suatu cara atau metode untuk mengamati
tahu,
alam. Dalam pengertian ini dijelaskan bahwa
tidak
Perubahan
Hamalik,
pada
mengerti tersebut
hasil
menjadi akan
mengerti. pada
cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis,
beberapa aspek antara lain: pengetahuan,
lengkap, cermat, serta menghubungkannya
emosional,
sosial,
antara satu fenomena dengan fenomena lain,
kebiasaan jasmani, keterampilan, etika/budi
sehingga keseluruhannya membentuk suatu
pekerti, apresiasi dan sikap.
perspektif yang baru tentang obyek yang
pengertian,
tampak
hubungan
Berdasarkan beberapa uraian di
diamatinya.
atas dapat dinyatakan bahwa hasil belajar
Adapun
bahwa
masih
dikutip
diindikasikan sebagai suatu kemampuan dan
merupakan ilmu yang berhubungan dengan
keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah
gejala alam dan keadaan yang sistematis yang
mengalami aktivitas belajarnya, baik dalam
tersusun secara teratur, berlaku umum yang
kemampuan
merupakan kumpulan dari hasil observasi dan
memahami,
Somatowa
Powler
adalah suatu perubahan tingkah laku yang
mengingat,
dalam
menurut
(teratur).
IPA
menerapkan, analisis, evaluasi, dan mencipta
eksperimen/sistematis
Artinya
yang ditunjukkan dengan nilai sebagai hasil
pengetahuan itu tersusun dalam suatu system,
akhir setelah seseorang mengikuti proses
tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya
belajar mengajar.
saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang
2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA merupakan singkatan dari kata “Ilmu Pengetahuan Alam” sebagai terjemahan dari kata natural science. Secara singkat sering disebut “science” saja. Natural artinya
utuh,
sedangkan
berlaku
umum
artinya
pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh orang, seorang, atau beberapa orang dengan cara
eksperimentasi
yang
sama
akan
memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
alamiah, berhubungan dengan alam. Science Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
Contant
dalam
Somatowa
juga
3. Hasil Belajar IPA.
mendefiniskan sains sebagai suatu deretan konsep
serta
skema
konseptual
Hasil belajar adalah perubahan
yang
tingkah laku siswa yang dapat diamati dari
lain, dan yang
sifat dan tanda tingkah laku yang dipelajari
tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan
dalam bentuk perubahan keterampilan, konsep
observasi serta berguna untuk diamati &
dan sikap yang diukur dalam bentuk skor yang
dieksperimentasikan lebih lanjut. Pernyataan
diperoleh dari hasil tes materi pelajaran yang
tersebut menegaskan IPA merupakan ilmu
disampaikan oleh guru.
berhubungan satu sama
yang diperoleh berdasarkan cara atau metode yang
mengikuti
keilmuan
dan pengembangan sikap. Dimana dalam
pengetahuan
pembelajaran IPA menuntut agar siswa dapat
yang ilmiah. Pernyataan di atas menggaris
berpikir logis dan sistematis dalam memahami
bawahi IPA merupakan ilmu pengetahuan
berbagai gejala alam serta menuntut siswa
yang diperoleh setelah melalui serangkaian
memiliki sikap ilmiah dalam menemukan suatu
langkah-langkah yang ilmiah dan tersusun
kebenaran
secara sistematis dalam suatu penelitian.
berbagai gejala alam yang terjadi. Untuk
Dengan
sekedar
melakukan proses tersebut dilakukan melalui
sekumpulan teori/konsep yang cukup dipelajari
kegiatan yang berupa mencari kumpulan dari
dengan hafalan/mengingat, tetapi seyogyanya
hasil percobaan dan pengamatan.
sehingga
kaidah-kaidah
IPA adalah hasil proses, produk
dikatakan
demikian
sebagai
IPA
bukanlah
maupun
diperoleh melalui pengalaman langsung dalam bentuk pengamatan/percobaan.
fakta-fakta
tentang
Hasil belajar IPA adalah suatu perubahan tingkah laku yang diindikasikan
Ilmu pengetahuan alam merupakan
sebagai
suatu
kemampuan
dalam
ranah
yang
telah
kognitif
yang
salah satu mata pelajaran yang dipelajari
diperoleh
ditingkat sekolah dasar. Mata pelajaran IPA
ditunjukkan dengan nilai sebagai hasil akhir
sesuai dengan namanya yang mempelajari
setelah seseorang mengikuti proses belajar
tentang manusia dan alam semesta. Menurut
yang mencakup sifat-sifat cahaya. Dalam
Abu dan Supatmo, bahwa Pembelajaran IPA
penelitian ini ranah kognitif yang akan diukur
adalah aktivitas kegiatan belajar mengajar
meliputi C4) analisis, (C5) evaluasi, dan (C6)
dalam mengembangkan kemampuan bernalar,
kreasi.
berpikir sistematis, dan kerja ilmiah, selain kemampuan
deklaratif
yang
selama
ini
dikembangkan. Hal ini menunjukkan, belajar IPA
tidak
hanya
belajar
1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat
wujud
Sains Teknologi Masyarakat (STM)
pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep,
adalah istilah yang diterjemahkan dari Science
prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang
Technology and Society (STS). Menurut The
pengetahuan
National Science Teacher Assosiation (NSTA)
prosedural
dalam
B. Hakikat Sains Teknologi Masyarakat
berupa
memperoleh informasi, teknologi
cara bekerja,
yang
dikutip
kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan
teaching
berpikir.
technology
Yager,
and in
STS
learning the
sebagai
“The
science
and
of
context
of
human
oixperience”. Cara menekankan teknologi dan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
sains ini penting mengingat bahwa teknologi
produk teknologi dan memeliharanya, (2)
lebih
sadar
dikenal
oleh
peserta
didik
(dalam
tentang
proses
teknologi
dengan
Poedjiadi, 1996:9). Lebih lanjut Yager (dalam
prinsipnya, (3) sadar tentang akibat teknologi
Poedjiadi,1996:8), mengatakan bahwa STS
terhadap manusia dan masyarakat, (4) mampu
tidak ada konsep atau proses yang unik,
mengevaluasi proses dan produk teknologi,
hanya menggunakan konsep dari proses
dan (5) mampu membuat hasil teknologi
sederhana untuk dapat menjelaskan fenomena
alternatif
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
Dyrenfurth dan Michalevic (dalam Poedjiadi,
STM adalah suatu pendekatan pembelajaran
1996:10).
yang terfokus pada isu-isu sosial yang terjadi
tersebut
di rumah, sekolah, masyarakat yang sama
membantu menciptakan suasana lingkungan
pentingnya dengan masalah global terhadap
yang
seluruh umat manusia.
berkembangnya kreatifitas dan prakarsa siswa
yang
disederhanakan,
Sejalan diharapkan
menurut
dengan
karakteristik
seorang
guru
memungkinkan
tumbuh
dapat
dan
Society
yang memiliki tanggung jawab sebagai warga
(STS) atau dalam bahasa Indonesia disebut
negaranya, sebagai indikator tindakan kreatif
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dipandang
dalam STM sebagaiman Sun dan Carin (dalam
sebagai pembaharuan dalam pendidikan sains
Poedjiadi, 1996:3) mengemukakan adanya
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah
lima macam perilaku kreatif, yakni:
di seluruh dunia, karena dalam hal-hal tertentu
1)
Science
diperlukan
Technology
perubahan
and
pemikiran
yang
yaitu
kemampuan
menggunakan beragai ide secara cepat
mendasar dan baru. Dengan tujuan untuk meningkatkan implementasi literasi sains dan
Kelancaran,
dalam menyelesaikan masalah. 2)
Keluwesan,
yaitu
kemampuan
teknologi untuk semua, yaitu sejak pendidikan
menghasilkan berbagai kelompok ide untuk
dasar hingga pendidikan untuk orang dewasa.
menyelesaikan masalah di luar yang lazim.
Perkembangan
masa
depan
negara
3) Keaslian, yakni berusaha menghasilkan
memerlukan aplikasi dari keterampilan literasi
respon yang unik atau yang “lain dari yang
sains dan teknologi yang perlu diperkenalkan
lain”.
hingga merupakan kebiasaan untuk cepat tanggap
terhadap situasi
terampil
lingkungan
menyelesaikan
menggunakan
pengetahuan
konsep
telah
yang
dan
dipelajarinya
4)
Elaborasi,
yakni
kemampuan
untuk
dan
menghasilkan banyak kemungkinan rinci
masalah,
untuk menerjemahkan ide-ide ke dalam
konsepmelalui
pembelajaran IPA Sekolah Dasar secara
tindakan. 5) Kepekaan, yakni peka terhadap adanya masalah dan situasi tertentu.
terpadu yang diperkenalkan di Indonesia sejak Apabila kita mengacu pada beberapa
tahun 1979 dengan harapan peserta didik lebih aktif memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan menggunakannya sebagai
Nickerson dkk (Nickerson, Perkins dan Smith, 1985:89)
laboratorium terbuka. Karakteristik
pendapat (dalam Poedjiadi, 1966:4), dari
siswa
yang
memiliki
literasi teknologi yaitu; (1) Tahu menggunakan
komponen-komponen
adalah kemampuan, gaya kognitif, sikap dan strategi,
sedangkan
mengemukakan Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
kreatifitas
bahwa
Munandar kreatifitas
(1990) adalah 55
kemampuan untuk membuat kombinasi baru
SATIS, di Israel dikembangkan istilah S/T/E/S
berdasarkan data, informasi atau unsur yang
yakni
ada. Morton Bloomberg dalam Munandar
Society.
(1990:20) mengemukakan bahwa peningkatan
tentang Pendidikan Sains dan Teknologi tahun
kreatifitas
praktek
1994 beberapa negara bahkan mengusulkan
pendidikan dapat dilakukan antara lain melalui
STE yang menunjukkan adanya kaitan antara
pemberian penghargaan terhadap pertanyaan
sains teknologi dan lingkungan yang harus
dan ide yang berbeda dari temannya namun
dikelola oleh masyarakat. Kesepakatan antara
cukup berkualitas, pemberian kesempatan dan
pars peserta akhirnya memberi kebebasan
penghargaan pada inisiatif peserta didik untuk
pada istilah yang digunakan oleh masing-
belajar mandiri, pemberian kesempatan untuk
masing negara, namun yang dipentingkan
menunjukkan kemampuannya meskipun tidak
adalah agar pembelajaran sains di sekolah
untuk dievaluasi. Jadi dapatlah dikatakan
bermanfaat bagi peserta didik apabila sebagai
bahwa seseorang yang kreatif dapat secara
anggota masyarakat menghadapi masalah
cepat memperoleh beberapa alternatif untuk
dalam kehidupannya. Di lain pihak diingatkan
menyelesaikan
dihadapi.
agar apapun istilah yang digunakan, jangan
Keadaan di lapangan menunjukkan masih ada
melupakan kecenderungan yang dewasa ini
guru yang kadang-kadang kurang tanggap
harus diperhatikan, yakni keterampilan kognitif
pada anak yang kreatif.
tingkat tinggi atau High Order Cognitive Skills
peserta
didik
dalam
masalah
yang
Science, Dalam
Technology,
Environment,
symposium
internasional
(HOCS) peserta didik seperti pendekatan 2. Latar Belakang Pendekatan STM dalam Pembelajaran Istilah
untuk
pertama
kali
dalam bukunya “Teaching and Learning About and
Society”.
Ziman
mencoba
mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan proses-proses
sains
seharusnya
sesuai
dengan kehidupan siswa sehari-hari. Poedjiadi mengemukakan bahwa istilah Sains Teknologi Masyarakat atau STM diambil dari Science Technology
Society
yang
mula-mula
berkembang di Amerika Serikat. Di Inggris Perhimpunan Pendidikan Sains atau The Association For Science Education (ASE) mengembangkan
SATIS
yakni
Science
Technology in Society. Dalam unit-unitnya ditunjukkan
keputusan,
penyelesaian
masalah dan pemikiran kritis, di samping Low
STS
diciptakan pada tahun 1990 oleh John Ziman Science
pengambilan
adanya
kaitan
antara
sains
teknologi dan masyarakat pula dan bagaimana masyarakat menentukan atau mengelola sains
Order
Cognitive
Skills
(LOCS)
misalnya
ingatan. Pendekatan STM ini juga diharapkan dapat melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Oleh karenanya dibawah ini diusulkan
langkah-langkah
yang
dapat
dilaksanakan dalam pembelajaran dengan menggunakan STM, yaitu: Sains Teknologi Masyarakat (STM) telah menjadi gerakan pendidikan sains di Amerika Serikat sebagai respon terhadap kondisi dan situasi pendidikan sains pada saat itu yang kurang optimal dalam mempersiapkan
peserta
didik
untuk
berhadapan dengan berbagai perkembangan sains
dan
teknologi
di
lingkungannya.
Pendekatan STM, sains tidak hanya terbatas pada konsep-konsep sains esensial raja yang
dan teknologi. Di Eropa dikembangkan EUJurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
didapat dari sekolah tetapi juga hendaknya
Menentukan bagaimana proses pengambilan
menampilkan peranan sains dan teknologi di
keputusan, (6) Memeriksa setiap konsekuensi
dalam berbagai lapisan masyarakat. Program
dari sudut pandang yang berbeda terhadap
STM
proses
menurut
1996:9),
pada
NSTA
(dalam
umumnya
Poedjiadi, mempunyai
pengambilan
Mengembangkan
keputusan, strategi
(7) untuk
karakteristik sebagai berikut: (1) Identifikasi
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam
peserta didik tentang keadaan lingkungannya,
kebijakan ilmu dan teknologi.
(2)
penggunaan
setempat
sumberdaya-sumberdaya
(manusia
dan
material),
(3)
partisipasi aktif peserta didik dalam mencari informasi
yang
belajar hendaknya berlangsung terus diluar jam
pelajaran
dan
sekolah,
(5)
penekanan pada dampak sains dan teknologi terhadap masing-masing peserta didik, (6) pandangan bahwa materi subjek Iebih dari sekedar konsep yang harus dikuasai oieh peserta
didik,
(7)
penekanan
pada
keterampilan proses yang dapat digunakan peserta
didik
untuk
menyelesaikan
masalahnya sendiri, (8) penekanan terhadap kesadaran karir, terutama karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi, (9) kesempatan bagi peserta didik untuk berperan sebagai warga negara apabila telah dapat mengatasi isu yang telah diidentifikasi, (10) identifikasi eara-eara yang memungkinkan sains dan teknologi memecahkan masalah hari depan, dan (11) beberapa otonomi dalam proses belajar. Menurut Enrich Bloch (dalam Kama Abdul Hakam, 2003:122) menampilkan tujuh tahapan proses yang harus dilalui dalam menerapkan
pendekatan
STM,
yaitu:
(1)
Menemukan fakta, (2) Menganalisa fakta-fakta, mempertimbangkan berbagai alternatif resiko dari setiap altematif, (3) Memeriksa kebenaran fakta yang telah tersedia, (4) Menemukan siapakah mengambil
yang
Pembelajaran IPA Sains Teknologi Masyarakat (STM)
dapat diaplikasikan untuk
menyelesaikan masalah kehidupan nyata, (4)
kelas,
3. Implementasi Pendekatan STM dalam
dapat
keputusan
dipercaya yang
benar,
untuk (5)
yang pada dasarnya saling mengaitkan antara sains teknologi dan kebutuhan masyarakat, (Poedjiadi,
2005:84).
Kedudukan
konsep
Sains, Teknologi dan Masyarakat menjadi suatu yang ideal sebagai bahan yang dapat membantu para peserta didik (siswa) untuk memahami dan dapat menjelaskan konsepkonsep dasar seperti pengaruh positif dan negatif kemajuan teknologi bagi lingkungan sebagaimana
Remy
(dalam
Winataputra,
2007:115), berpendapat bahwa penggunaan langlcah-langkah
pengambilan
keputusan
yang sistematis dalam mempelajari isu-isu sains
teknologi
dan
masyarakat
dalam
pembelajaran IPA dapat mengembangkan intelektual siswa, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan secara fleksibel dan terorganisir. STM
dalam
menjadi
Kemampuan IPA
membuat
sehingga
bermakna,
kaitan
pembelajaran
kecakapan/demikian
merupakan suatu tanda kemampuan kognisi dan motivasi belajar yang tinggi merupakan tujuan IPA. Selanjutnya
Poedjiadi
menjelaskan
bahwa ciri utama dari pembelajaran STM adalah dengan memunculkan ide sosial di awal pelajaran. Sebelum guru mengajar sudah memiliki isu sesuai dengan konsep yang akan diajarkan. Alasan perlunya pendekatan STM
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
dalam pembelajaran IPA adalah bahwa kita
istilah 6 ranah STM, berusaha memperhatikan
sekarang hidup di zaman yang dibanjiri
siswa, lingkungannya dan kerangka pikirnya
produk-produk sains dan teknologi. Hal ini
melalui strategi pembelajarannya dimulai dari
berarti
penerapan pada dunia nyata, menuju dunia
bahwa
pengetahuan
siswa dan
perlu
dibekali
keterampilan
untuk
teknologi dan kemudian dunia siswa.
menangani produk-produk sains dan teknologi
Kehidupan
sehari-hari
yang
dalam kehidupannya sehari-hari. Selain itu
memberikan contoh langsung berkembang
siswa
dan
dengan siswa mempunyai pengaruh positif
keterampilan menganalisis dan menilai isu-isu
serta dapat mempertajam sikap dan kreatifitas
yang timbul sebagai akibat interaksi antara
siswa. Semua kemampuan ini dapat dianggap
sains dan teknologi di rnasyarakat, sehingga
untuk
mereka
sebagaimana digunakan dart dikembangkan
perlu
dibekali
dapat
pertimbangan
membuat yang
pengetahuan
pengetahuan
Sains
pertimbangan-
didasari Teknologi
dengan Masyarakat
(STM) dalam pembelajaran IPA hendaknya
proses
pembelajaran.
Domain
oleh para profesional pada disiplin
ini
ilmu
tertentu memberikan masukan bagi bidang konsep dan proses.
dapat menjawab masalah-masalah lingkungan sebagai
akibat
kegiatan
tumbuhnya
manusia
mengakibatkan
teknologi
lainnya
yang
terjadinya
dan dapat
perubahan
4. Sasaran Pendekatan STM 1. Tujuan STM adalah membantu guru agar: a. Mewaspadai kompleknya hubungan antara ilmu, teknologi dan masyarakat, khususnya
keseimbangan alam. Karena itu pembelajaran
akibat-akibat kemajuan teknologi terhadap
IPA dengan pendekatan STM hendaknya
masalah sosial dalam jangka pendek dan
dapat menumbuhkan sikap bertanggung jawab terhadap
keseimbangan
kelestarian
secara fisik maupun sosial. STM dalam hal ini menekankan maupun
pada
ranah
psikomotorik,
memahami terhadap
lingkungan lingkungan
kognitif,
serta
afektif
memahami
diakibatkan karena kemajuan teknologi dapat mereka temukan sehingga mereka diharapkan memiliki keterampilan untuk peduli terhadap Sebetulnya
kompetensi
yang
dikembangkan dalam STM memang masih mengacu pula pada kompetensi ranah yang dikembangkan oleh Bloom yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor, kemudian domain atau ranah
tersebut
kemudian
diaplikasikan
dikembangkan
dalam
STM
oleh
para
Lebih
mernahami
dan
menyesuaikan
perubahan-perubahan
yang
oleh
teknologi
ilmu
dan
disebabkan ketika
mempengaruhi individu dan mayarakat.
peduli
dampak-dampak sosial yang dihasilkan atau
lingkungan.
b.
kemampuan
hidupnya, serta
jangka panjang.
alam
c.
Mampu
membuat
keputusan-keputusan
yang tepat, adil dan bermoral ketika menggunakan teknologi di bidang-bidang sosial seperti masalah lingkungan, energi, boigenetika, produksi makanan, distribusi pangan,
transportasi,
perkembangan
komunitas dan lain-lain. d. Realistis ketika memproyeksikan masa depan
dengan
mempertimbangkan
berbagai
alternative
dan
konsekuensi-
konsekuensi positif dan negatifnya dari setiap tindakan.
pengembang STM sehingga dikenal dengan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
e. Bekerja untuk kepentingan masa depan
terhadap masing-masing peserta didik, (6)
yang lebih adil dan diinginkan oleh seluruh
pandangan bahwa materi subjek lebih dari
umat manusia.
sekedar konsep yang harus dikuasai oleh peserta
2. Peran guru STM dalam pembelajaran IPA Guru
melaksanakan pengajarannya
berdasarkan
keyakinan-keyakinan
dasar
seperti: Perubahan terjadi pasang surut seperti kurva yang naik turun, perubahan individu mendahului
perubahan
sosial,
perubahan
disebabkan karena ada imajinasi, perubahan itu terjadi karena adanya interaksi teknologi, budaya,
moral,
spiritual
dan
dorongan-
dorongan yang bersifat evolusi, masa depan itu bisa diramalkan dan diciptakan (bukan hanya dikendalikan), kebanyakan masalah
didik,
(7)
penekanan
pada
keterampilan proses yang dapat digunakan peserta
didik
untuk
menyelesaikanb
masalahnya sendiri, (8) penekanan terhadap kesadaran karir, terutama karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi, (9) kesempatan bagi peserta didik untuk berperan sebagai warga negara apabila telah dapat mengatasi isu yang telah diidentifikasi, (10) identifikasi cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi memecahkan masalab hari depan, dan (11) beberapa otonomi dalam proses belajar. (Poedjiadi, 1996:9-10).
bisa dipecahkan oleh masyarakat yang sedang berubah secara kreatif, martabat kemanusiaan dan
teknologi
spiritual
memadukan
Berdasarkan tujuan penelitian, maka
antara ilmu, filsafat, seni, kebudayaan dan
metode penelitian yang digunakan adalah
agama akan lebih cocok dan efektif, dan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi
tujuan
Arikunto Penelitian Tindakan Kelas adalah
pendidikan
yang
METODE PENELITIAN
adalah
perubahan-perubahan
mendorong
individu
dan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
masyarakat ke arah masa depan yang lebih
berupa tindakan yang sengaja dimunculkan
baik dan lebih bermoral.
dan
Peran guru STM memiliki pandangan
terjadi
bersama.
dalam
sebuah
Penelitian
kelas
Tindakan
secara Kelas
jauh ke depan dalam menggunakan dan
merupakan penelitian dalam bidang sosial
mengendalikan teknologi dihubungkan dengan
yang
perubahan-perubahan
masyarakat.
metode utama, dilakukan oleh orang yang
Diharapkan pula bahwa guru IPA memiliki
terlibat di dalamnya serta bertujuan untuk
pemahaman terhadap program STM yang
melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.
mencakup: (1) Identifikasi masalah peserta
Penelitian
didik tentang keadaan lingkungannya, (2)
penelitian tindakan yang dilakukan dengan
penggunaan
tujuan
setempat
sum
(manusia
dalam
berdaya-sumberdaya
untuk
Kelas
memperbaiki
diri
disini
mutu
sebagai
adalah
proses
pembelajaran dikelas dengan fokus pada
partisipasi aktif peserta didik dalam mencari
proses belajar dikelas. Guru sebagai peneliti
informasi
bekerjasama secara kolaboratif dengan rekan
dapat
material),
Tindakan
refleksi
(3)
yang
dan
menggunakan
diaplikasi
untuk
menyelesaikan masalah kehidupan nyata, (4)
sejawat
belajar hendaknya berlangsung terus di luar
masalah, menyusun usulan, melaksanakan
kelas,
penelitian, menganalisa data, menyeminarkan
jam
pelajaran
dan
sekolah,
(5)
penekanan pada impak sains dan teknologi Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
dalam
kegiatan
mendiagnosis
hasil. 55
Desain Interfensi tindakan/rancangan
kegiataan pembelajaran, dibandingkan dalam
siklus menggunakan model spiral dari Kemis
proses pembelajaran sebelum diberi tindakan.
dan
dengan
Analisis hasil belajar mencapai nilai 55%,
menekankan
untuk nilai data hasil pemantau tindakan siswa
MC
Taggart.
menggunakan
Karena
model
ini
pentingnya kolaborasi dan partisipasi yang
mencapai 33.3%, sedangkan untuk guru 40%.
bersifat demokratis sehingga apabila pada
Setelah melakukan tindakan, peneliti
awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya
bersama tim observer melakukan refleksi
kekurangan
dan
dengan cara melihat catatan lapangan yang
pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat
dibuat observer, dan menganalisis proses
dilanjutkan pada siklus berikutnya. dalam satu
serta
siklus terdiri dari empat tahapan meliputi tahap
bertujuan agar peneliti mengetahui kesalahan
perencanaan (planning), tindakan (action),
saat tindakan, atau mengetahui permasalahan
observasi (observing) dan Refleksi (reflecting).
yang dihadapi siswa.
Setelah
maka
perencanaan
refleksi
dilanjutkan
dengan
hasil
belajar.
Kegiatan
refleksi
ini
Hasil verifikasi pada siklus I diperoleh
perencanaan kembali (replanning), atau revisi
temuan-temuan sebagai berikut:
terhadap
berikutnya.
1. Guru masih mendominasi kegiatan belajar
Selanjutnya berdasarkan perencanaan ulang
mengajar, siswa yang aktif baru sebagian
dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
kecil.
implementasi
siklus
Dengan demikian untuk selanjutnya satu siklus
2. Media
yang
digunakan
guru
kurang
berikutnya sehingga PTK dapat dilakukan
menarik, sehingga siswa kurang tertarik
beberapa kali siklus.
pada materi tentang permasalahn sosial. 3. Siswa belum berani menjawab pertanyaan
PEMBAHASAN
guru, masih terkesan takut salah
Siklus I
4. Terdapat beberapa indikator yang belum Selama
pembelajaran/tindakan
dilakukan observer melakukan pengamatan dengan panduan lembar pemantau kegiatan siswa dan guru, serta membuat catatan lapangan.
Peneliti
membantu
melakukan
penilaian aspek afektif dan psikomotor serta mengambil
gambar
kegiatan
proses
dengan baik dikuasai siswa dalam aspek kognitif, afenktif, dan psikomotor. Hasil data pemantau kegiatan guru dan siswa juga masih ada beberapa butir pernyataan yang belum diterapkan guru dalam proses pembelajaran, sehingga belum mencapai nilai maksimal.
pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran dilakukan
untuk
mengukur
sejauh
tingkat keaktifan, kerjasama dan
mana
kreativitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran serta melihat
sejauh
mana
peneliti
melakukan
Berdasarkan diatas,
peneliti
memutuskan
pada
temuan-temuan
bersama
akan
kolaburator
mengadakan
kembali
tindakan dengan membuat perencanaan yang baru pada siklus II.
tindakan, serta permasalahan-permasalahan yang muncul saat proses pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa selama
Siklus II Setelah
dilakukan secara
tindakan
langsung
dan
tindakan menunjukkan hasil yang lebih baik,
pengamatan
selama
artinya terjadi perubahan sikap siswa dalam
kegiatan, ternyata pada siklus II ini aktifitas
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
siswa lebih meningkat. Siswa lebih aktif, kreatif
Penggunaan kata-kata dalam diskusi juga
dan
saat
lebih baik dan sopan. Dengan melihat hasil
berdiskusi. Keterampilan berbicara siswa juga
yang dicapai pada siklus II maka penelitian
sudah cukup baik dan sudah mulai terbiasa
tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
bersosialisasi
dengan
baik
berbicara dengan bahasa yang baik dan PENUTUP.
sopan. Kemampuan belajar siswa meningkat,
A.
Kesimpulan Berdasarkan
baik hasil maupun proses. Untuk nilai hasil belajar
meningkat
sebesar
81.3%.
untuk
analisis data pemantau tindakan siswa dan guru sudah mencapai nilai rata-rata memenuhi target kriteria keberhasilan yaitu untuk siswa
evaluasi
pengamatan
pada
siklus
disimpulkan
bahwa
hasil
dan II,
hasil
dapatlah
belajar
yang
diperoleh pada siklus II ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan siklus I. hasil proses belajar baik dari segi afektif dan psikomotor, dan hasil evaluasi secara tertulis cukup baik
Dengan hasil yang dicapai pada siklus berarti
telah
menggunakan
terbukti
bahwa
pembelajaran
IPA
dengan dengan
menggunakan pendekatan STM jauh lebih baik
dibandingkan
dengan
telah
diuraikan
dan dapat
dikemukakan bahwa pada pembelajaran siklus I nilai rata-rata tes hasil belajar mencapai 55% dan aktivitas tindakan guru sebesar 40% hasil
belum mencapai target yang ditentukan maka dilakukan tindakan siklus II. Pada siklus II hasil belajar siswa mencapai 81.3% dan aktivitas guru mencapai 86.7%, sedangkan aktivitas siswa 80%. Hasil belajar yang dicapai pada siklus ini belum sudah mencapai target yang ditentukan.
Dengan
demikian
peneliti
menghentikan penelitian hanya sampai pada
mencapai target kriteria keberhasilan.
II
yang
penelitian
siklus I, sedangkan aktivitas siswa 33.3% ini
mencapai 80%, sedangkan guru 86.7% Berdasarkan
pembahasan
hasil
pembelajaran
siklus
II
dan
dapat
disimpulkan
bahwa
pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Jelita 01 Jakarta Timur. B.
Saran
secara konvensional. Siswa juga terlihat mulai
Peneliti menyampaikan saran yang
berani untuk mengungkapkan pendapat dan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berani
sehingga
siswa dan guru dalam proses pembelajaran
terlihat lebih menyenangkan.
sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat
bertanya
suasana kelas
kepada
guru
Dalam pembelajaran ini siswa terlihat tidak
dioptimalkan sebagai berikut:
merasa
1.
jenuh
waktu
menghadapai
atau
Proses
pembelajaran
khususnya
menjelaskan konsep-konsep masalah-masalah
pembelajaran
IPA,
IPA, karena dilakukan dengan cara siswa
menciptakan
situasi
diajak untuk mencari konsep-konsep dan ide-
pembelajaran yang memungkinkan siswa
idenya itu dengan bahasanya sendiri.
dapat membentuk makna dari materi
hendaknya dan
guru kondisi
Peningkatan hasil belajar juga terlihat
pelajaran sehingga konsep-konsep IPA
pada saat proses pembelajaran, guru tidak lagi
yang diperoleh dapat tersimpan dalam
mendominasi
jangka panjang.
kegiatan
pembelajaran
dan
keterampilan berbicara siswa juga lebih baik.
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55
2.
Dukungan dan dorongan dari berbagai
pendekatan
dilihat
pihak untuk mengembangkan lebih lanjut
karakteristiknya.
dari
berbagai
pendekatan STM dengan melengkapi bahan
pustaka
sebagai
penunjang
kegiatan pembelajaran di sekolah. 3.
Sedapat mungkin memanfaatkan alat dan bahan
agar
kegiatan
pembelajaran
menjadi efektif dan dapat dikaji metodemetode
yang
lain
dalam
upaya
peningkatan hasil belajar IPA di Sekolah Dasar agar kualitas pembelajaran terus meningkat sehingga dapat menarik minat siswa untuk belajar, keterbatasan sarana dan prasarana hendaknya tidak dijadikan alasan untuk tidak bisa menerapkan pendekatan yang dianggap baru. 4.
Proses
pembelajaran
menggunakan
pendekatan
dengan STM,
penerapannya dapat dipadukan dengan berbagai
macam
metode
atau
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi & Supatmo, Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), h.1 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 2. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Gralindo Persada, 2007), h. 1 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI ( Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2006), h. 143 Eveline Siregar dan Hartani Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2012), h. 2. http://www.scribd.com/doc/63288472/Hakikat-IPA. Lorin W. Anderson, A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing (New York: Addison Wesley Longman, 2001), h. 66 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Rosdakarya, 2010), h. 88 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 22 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 27 Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 12 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 5 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 136 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 4. Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Jakarta: Indeks, 2009), h. 2 Daftar Riwayat Hidup Peneliti : Dra. Rasyimah Rasyid. M.Pd., adalah Dosen UPBJJ-UT Jakarta.
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
55