MAKALAH UPAYA GURU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASORKES MELALUI CAI ( COMPUTER ASSISTED INSTRUCTION ) PADA KELAS X DI SMK NEGERI 6 JAKARTA
Disusun Oleh : DRS. DENNY HERAWAN Dibiayai Oleh : Dana Block Grant Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian LPMP Nomor : 941 /F / F28 /LL/ 2008 114 A/H 39.9/PL /2008 Direktorat Profesi Pendidik DIrektorat Jendera Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional
SMK NEGERI 6 JAKARTA JAKARTA SELATAN – DKI JAKARTA 2008
1
Upaya Guru Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penjasorkes Melalui CAI ( Computer Assisted Instruction ) Pada Kelas X Di SMK Negeri 6 Jakarta. Drs. Denny Herawan *
ABSTRAK Penelitian tindakan kelas dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2008 – 2009 di SMK Negeri 6 Jakarta dengan sample penelitian sebanyak 39 orang siswa yang terdiri dari 22 orang siswa dan 17 orang siswi yaitu pada kelas X program keahlian penjualan. Dengan tujuan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran penjasorkes. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model penelitian tindakan kelas Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi, 2007 yang meliputi empat komponen tindakan yaitu : perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflection) melalui 3 (tiga) siklus. Bila terdapat hasil yang tidak memuaskan dalam pelaksanaan pembelajaran yang terdapat pada setiap siklus dilakukan analisis untuk dilakukan perbaikan. Hasil analisis pada setiap siklus digunakan sebagai
acuan
untuk
dilakukan
peningkatan
pada
siklus
berikutnya.
CAI adalah semua materi atau aktifitas pembelajaran disajikan melalui komputer untuk meningkatkan interaksi yang efektifdengan engutamakan kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Fokus dari penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar penjasorkes melalui CAI, faktor yang diamati adalah bagaimana peran guru dalam membimbing siswa dan mengamati jalannya proses pembelajaran yang efektif, apakah pembelajaran melalui CAI dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Adapun hasil penelitian yang dicapai yaitu pada siklus I terdapat 7 siswa dari 39 siswa ( 17,95% ) yang memperoleh nilai dibawah standar kriteria ketuntasan minimal dengan nilai 7.0 , pada siklus II adalah terdapat 3 siswa dari 39 siswa
( 7,69% ) dibawah KKM dan pada
siklus III 39 siswa berhasil mencapai nilai sesuai standar KKM. Dalam penulisan Makalah Penelitian Tindakan Kelas ini memberi kesimpulan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab guru sebagai fasilitator. Guru diharapkan dapat membuat rancangan pembelajaran yang dapat disenangi oleh siswa sehingga kegiatan belajar dapat mencapai tujuan yang lebih optimal. Melalui rancangan pembelajaran dengan penerapan CAI dapat dibuktikan adanya peningkatan hasil dan kualitas kegiatan belajar. Kata Kunci
:
Efektifitas belajar, meningkatkan hasil belajar siswa, melalui penerapan CAI.
2
A. Pendahuluan Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena di sekolah terlaksana kegiatan yang terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas. Penjasorkes adalah ilmu keolahragaan yang merupakan salah satu bidang ilmu yang dijadikan sebagai mata pelajaran pokok dari tingkat SD sampai tingkat lanjutan atas. Selaku pendidik, guru penjasorkes mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Strategi yang perlu diambil dalam rangka pembaharuan pendidikan, hendaklah guru mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar akan menumbuhkan keterampilan siswa. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK Negeri 6 Jakarta khususnya kelas X Program
keahlian
Penjualan
yang
memiliki
permasalahan
dalam
proses
pembelajaran penjasorkes sebagai berikut : 1. Ketidaksiapan siswa dalam belajar penjasorkes. Hal ini ditunjukan dengan siswa yang terlambat masuk, mengikuti pelajaran baik di kelas maupun mengikuti pelajaran olahraga dilapangan dan hanya sebagian yang membawa pakaian olahraga. 2. Rendahnya penguasaan keterampilan siswa terhadap materi pembelajaran penjasorkes. Dari hasil tes awal diperoleh hasil nilai tes dan pengukuran terdapat 87,18% siswa tidak mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimal( KKM) 7.00, hanya sebesar 12,82% siswa yang memenuhi nilai KKM. Fokus dari penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar olahraga melalui CAI pada kelas X di SMK Negeri 6 Jakarta. Beberapa hal yang akan diamati oleh peneliti yaitu : 1. Bagaimana peranan guru dalam membimbing dan mengamati jalannya proses pembelajaran yang efektif ? 2. Apakah pembelajaran melalui CAI dapat meningkatkan aktifitas siswa ? 3. Apakah pembelajaran CAI dapat meningkatkan hasil belajar penjasorkes siswa ? Tujuan penelitian ini adalah sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran penjasorkes, Terutama adanya perbaikan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar penjasorkes antara lain :
3
1. Bagi siswa Meningkatkan hasil belajar olahraga pada siswa kelas X SMK Negeri 6 Jakarta. 2. Bagi Guru Meningkatkan kinerja dan kompetensinya, sehingga guru mampu : a.
Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
b.
Merumuskan masalah pembelajaran yang dihadapinya
c.
Merumuskan pemecahan masalah pembelajaran yang dihadapinya
d. menyusun rencana perbaikan pembelajaran e. malaksanakan perbaikan f. menerapkan hasil perbaikan di sekolah
B. KAJIAN TEORI 1. Hakikat Belajar Penjasorkes Setiap saat di dalam kehidupan, manusia selalu mengalami proses belajar. Belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman yang mampu mengubah tingkah laku seseorang sehingga tingkah laku orang itu tetap dan tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama. Hal senada juga diungkapkan Hilhard Bower ( 1975 ) bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku tidak dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa kematangan. Dari pendapat di atas, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu menghasilkan perubahan tingkah laku berupa kecakapan pengetahuan , sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan yang sikapnya menetap. 2. Hakikat Hasil Belajar Penjasorkes Hasil belajar menurut Bloom (1955 ) diklasifikasikan menjadi 3 ranah antara lain : (a) Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, plikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. (b) Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dari 5 aspek yakni penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi. (c) Ranah
psikomotorik,
berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan
4
bertindak, secara umum meliputi gerakan seluruh badan, kemampuan dalam berbicara, hasil belajar tersebut selalu berhubungan satu sama lain. Sedangkan menurut Freeman ( 1977, 1992 ) menegaskan ” bahasa jasmani meliputi pembangunan fizikal dan mental dan menumpu pada tiga domain pendidikan, yaitu psikomotor, kognitif dan afektif ”. Berdasarkan beberapa definisi diatas. Dapat dikemukakan bahwa hakikat hasil belajar penjasorkes adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar penjasorkes untuk mendapatkan perubahan tingkah laku mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 3. Hakikat Efektivitas Belajar Penjasorkes Berdasarkan Kamus Besar Indonesia efektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruhnya , kesannya) dapat membawa hasil berdaya guna. Secara umum teori efektifitas berorientasi pada tujuan. Sehingga menjadi jelaskan bila tujuan yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Dalam bidang pendidikan efektif dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi efektif mengajar guru dan segi efektif belajar siswa. Efektif mengajar guru terutama menyangkut
sejauh
mana
jenis-jenis
kegiatan
belajar
mengajar
dapat
dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar siswa terutama telah dicapai melalui kegiatan-kegiatan belajar yang ditempuh. 4. Hakikat Pembelajaran melalui CAI Pembelajaran melalui CAI merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran penjasorkes dengan menggunakan CAI adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran
berpusat
pada
siswa
yakni
pelajaran,
berdiskusi
untuk
memecahkan masalah (tugas). Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar. Pembelajaran penjasorkes dengan menggunakan CAI sebenarnya merupakan kerja kelompok, namun ada beberapa unsur yang membedakan pembelajaran penjasorkes dengan menggunakan CAI dengan kerja kelompok biasa. Lima karakteristik dalam pembelajaran penjasorkes menggunakan CAI yaitu :
5
A. Rasa saling ketergantungan positif B. Tanggung jawab perseorangan C. Tatap muka, memperoleh informasi lebih jelas D. Komunikasi antar anggota E. Evaluasi proses kelompok dan Individu Proses pembelajaran dengan model pembelajaran Berbasis CAI dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil ( 5 -10 siswa per kelompok). Setiap siswa ditempatkan didalam kelas maupun dilapangan sedemikian rupa hingga antara kelompok dapat belajar beriskusi maupun melakukan praktek keterampilan dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Evaluasi dilakukan berdasarkan pencapaian hasil belajar kumulatif dalam kelompok. Kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pecapaian belajar kelompok. Untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa sangat ditekankan dalam pembelajaran CAI diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berfikir aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. 5. Hipotesis Tindakan Penerapan pembelajaran dengan menggunakan
CAI dalam pembelajaran
penjasorkes dapat meningkatkan efektivitas belajar penjasorkes siswa.
B. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan mengunakan 3 siklus. Pada tindakan penelitian kelas dilakukan dengan empat tahapan Yaitu : 1. Perencanaan. Dalam tahapan ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. 2. Tindakan. Pada tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan rancangan. 3. Pengamatan. Pengamatan
dilakukan
pada
saat
kegiatan
berlangsung
agar
mendapatkan data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. 4. Refleksi.
6
Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang terkumpul kemudian dievaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Subyek penelitian penelitian siswa Kelas X program keahlian penjualan sejumlah 39 siswa yang terdiri dari 22 putra dan 17 putri dimana pada kelas ini diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ).
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Siklus Ke-1 Berdasarkan pengukuran hasil belajar melalui kegiatan tes dan pengukuran pada siklus 1 masih terdapat 7 (tujuh) siswa yang memperoleh nilai dibawah standar minimal yaitu 17.95 % (tujuh belas koma sembilan lima persen) atau terdapat 82.05 % siswa yang kompeten. Setelah dilakukan pengamatan ternyata ketika kegiatan belajar berlangsung siswa yang tidak kompeten kurang berperan aktif dalam kegiatan belajar ketidak aktifan itu disebabkan oleh adanya ketidak nyamanan siswa ketika mengikuti aktifitas belajar dengan metode yang baru diterapkan. Grafik 1. Hasil Nilai Siklus 1 Grafik Hasil Nilai Pada Siklus I 39 40 32
35 30 25 20 15 10
Jumlah 7
Lulus
5 Tidak Lulus
0
Tidak Lulus
Lulus
1 Jumlah
7
Grafik Persentase Hasil Nilai Pada Siklus I Tidak Lulus, 17.95% Jumlah, 100.00%
Tidak Lulus
Lulus, 82.05%
Lulus
Jumlah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti sebagai fasilitator mengadakan refleksi bersama rekan sejawat yang menghasilkan pembahasan : a) Penerapan metode belajar aktif kreatif harus secara terus menerus diuji cobakan sebelum metode pembelajaran ini diterapkan dalam kegiatan belajar sehingga lebih terbiasa. b) Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif kreatif hendaknya fasilitator terlebih dulu memberikan penjelasan secara rinci dan dipahami oleh siswa dari instruksi kerja. Hasil refleksi antara fasilitator dengan rekan sejawat tersebut menjadi perbaikan dan koreksi dalam perancangan dan pelaksanaan kegiatan pada siklus ke-2. b. Siklus Ke-2 Pada siklus ke-2 dari 39 ( tiga puluh sembilan ) hanya terdapat 3
( tiga ) siswa
yang tidak kompeten dengan hasil perhitungan sebesar 7.69 % ( tujuh koma enam sembilan persen) dan siswa yang kompeten sebesar 92.31 %( Sembila dua koma tiga puluh satu persen ). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kolaborator dapat ditarik benang merah penyebab siswa tidak kompeten, yaitu tidak dimilikinya rasa percaya diri yang tinggi pada siswa. Grafik2. Hasil Nilai Siklus 2 Grafik Hasil Nilai Pada Siklus II
39 36
40 35 30 25 20 15
Jumlah
10
3
Lulus
5 Tidak Lulus
0 Tidak Lulus
Lulus
1
Jumlah
8
Grafik Pesentase Hasil Nilai Pada Siklus II Tidak Lulus, 7.69%
Jumlah, 100.00%
Tidak Lulus
Lulus, 92.31%
Lulus
Jumlah
Rasa rendah diri dan kurang percaya diri yang berlebihan menyebabkan siswa tidak mampu berkonsentrasi secara penuh pada saat kegiatan belajar berlangsung dan akhirnya siswa tidak mampu menguasai bahan/ materi ajar sehingga siswa tidak dapat memperoleh hasil tes dan pengukuran secara maksimal. Berdasarkan hasil refleksi dengan rekan sejawat maka kunci jawaban untuk permasalahan tersebut adalah : a. Pengakuan atau pemberian penghargaan terhadap keberhasilan yang telah diperoleh siswa yang berupa pujian atau sekedar sedikit sentuhan sebagai ungkapan kasih sayang antara fasilitator dengan siswa. b.
Memberikan teguran yang manusiawi apabila ada kesalahan atau kekeliruan serta kegagalan yang dibuat siswa melalui nasihat yang sederhana dan singkat untuk membuka pikiran (open mind/ mind set) siswa.
3. Siklus Ke-3 Setelah siklus ke-3 dilakukan sesuai ketentuan dan mengikuti koreksi serta perbaikan dari siklus ke-1 dan ke-2 pengkuran
hasil berdasarkan nilai hasil tes dan
pada siklus ke-3 ternyata seluruh siswa kompeten dengan nilai
perhitungan 100 %, ini berarti bahwa kegiatan belajar dengan penerapan CAI mampu meningkatkan hasil dan kualitas peran serta siswa dalam kegiatan belajar. Sehingga prestasi siswa meningkat dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Grafik 3. Hasil Nilai Siklus 3
9
Grafik Hasil Nilai Pada Siklus III 39 39 40 35 30 25 20 15
Jumlah
10
Lulus
5 0
0 Tidak Lulus
Lulus
Tidak Lulus
Jumlah 1
Grafik Persentase Hasil Nilai Pada Siklus III Tidak
Lulus, 0.00%
Jumlah, 100.00%
Tidak Lulus
Lulus, 100.00%
Lulus
Jumlah
2. Pemahaman Hasil Penelitian Data awal pada siklus 1 terlihat 17.95 % ( tujuh belas koma sembilan puluh lima persen ) siswa belum kompeten terhadap sub kompetensi, pengidentifikasian materi yang diberikan. Peneliti berasumsi bahwa data dapat ditingkatkan melalui penerapan CAI yang memberikan perbaikan dan koreksi dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 dan diperoleh penurunan jumlah data yang belum kompeten 7.69 %
( tujuh
koma enam puluh sembilan persen ) dan dilanjutkan , kegiatan dilanjutkan dengan siklus 3 secara keseluruhan 100% ( seratus persen ) dinyatakan telah kompeten dalalm penguasaan kompetensi lari jarak pendek 100 Meter. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menilai bahwa penerapan CAI cukup signifikan untuk meningkatan hasil belajar dan sikap siswa. Dengan demikian hipotesa awal yang menyatakan ” Jika kegiatan pembelajaran dilakukan melalui strategi penerapan CAI diwujudkan maka setiap siswa, hasil dan kualitas belajarnya akan meningkat ”.
10
E. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab guru sebagai fasilitator. Guru diharapkan dapat membuat rancangan pembelajaran yang dapat disenangi oleh siswa sehingga kegiatan belajar dapat mencapai tujuan yang lebih optimal. Melalui rancangan pembelajaran dengan penerapan CAI dapat dibuktikan adanya peningkatan hasil dan kualitas kegiatan belajar. Proses penerapan CAI mampu: 1. Memberikan visualisasi terhadap pemberian materi pelajaran 2. Mudah untuk menganalisa materi pelajaran. 3.
Memberikan
efek
motivasi
karena
peraganya
menampilkan
para
pemegang juara dunia . 4. Penjabaran Instruksionalnya dilakukan secara benar. 5. Pemahaman materi dapat dilakukan secara berulang - ulang Ternyata mampu mencapai penguasaan kompetensi lari Jarak pendek secara maksimal ( 100 % ).
b. Saran Untuk lebih meningkatkan aktifitas guru/ fasilitator dalam kegiatan penelitian tindakan kelas maka disarankan kepada : 1. Sekolah hendaknya memberikan kesempatan dan bantuan kepada guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas karena hasilnya akan sangat bermanfaat kepada kualitas guru maupun kegiatan pembelajaran. 2. Kolaborator disarankan agar lebih jelas dalam mengungkapkan dan memberikan tanggapan, saran dan ide yang membangun untuk meningkatkan mutu penelitian tindakan kelas. 3. Sekolah hendaknya memfasilitasi materi bahan ajar melalui penerapan CAI dengan
menyiapkan
CD
pembelajaran
agar
guru
mudah
menyiapkan
perencanaan pembelajaran.
11
F. DAFTAR PUSTAKA Bloom (1955), Pengertian belajar, Motorik, http://elearning=po.unp.ac.id, internet, 2008 Dollar, Miller (1970) Makmun, S A 2004, Efektifitas Prilaku Belajar, http://andimasmuadi.wordpress.com, internet, 2008 Douer (1995), Menyunting Pendidikan Jasmani, http://ms.wikipedia.org, internet, 2008. Freeman (1977-1992), Pengertian Belajar, Motorik, http://elearning-po.unp.id, internet, 2008. Gagne (1977), The Condition Of Learning, http://id.anwer.yahoo.com, internet, 2008. Great News Network - Daily Gadget & Technology Digital Life Style News, http://blog.persimpangan.com, 2007 Hilhard Bower, Theories Of Learning, http://id.anwer.yahoo.com, internet, 2008. Lie, Coorporative Learning , mempraktikan Cooperative Learning diruang-ruang kelas, Jakarta, Grasindo, 2002. Pramono Gatot, Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran, Pusat Tehnologi Informasi dann Komunikasi Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008 Robert Coles, 2003, Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Renstrom, Rox (1988), dalam A S Watson, Children In Sport dalam Bloomfield, http://geraksehat.wordpress.com, internet, 2007. Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Team Penulis, 1998, Buku panduan Pendidikan Jasmani dan kesehatan, PT Galaxi Puspa Mega, Jakarta.
12