Rapat Kerja 2010
Reformasi Birokasi dan Percepatan Pengembangan Inovasi Teknologi Tanaman Pangan
U
ntuk mengevaluasi kinerja pada tahun 2009, Puslitbangtan menyelenggarakan Rapat Kerja pada tahun 2010 dengan tema “Kontribusi Penelitian dalam Percepatan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan 2010-2014” yang dikaitkan dengan percepatan reformasi birokrasi di lingkungan Puslitbangtan beserta unit kerja (UK) dan unit pelaksana teknis (UPT). Rapat Kerja diselenggarakan di Cipanas, Jawa Barat, pada 10-12 Mei 2010 dan diikuti oleh 100an peserta. Raker dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian dengan beberapa arahannya. Rumusan penting dari Rapat Kerja 2010 dipilah ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) renstra dan program, (2) diseminasi dan kerja sama, dan (3) manajemen.
Kepala Badan Litbang Pertanian (kiri) yang didampingi oleh Kepala Puslitbangtan (kanan) memberikan arahan pada pembukaan rapat kerja Puslitbangtan di Cipanas 10-12 Mei 2010.
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
1
RAPAT KERJA
Renstra dan Program
Dari Redaksi Meskipun merupakan media internal, Berita Puslitbangtan juga didistribusikan ke luar Puslitbangtan sebagai media komunikasi antarinstitusi. Bahkan beberapa pihak swasta menyurati redaksi untuk dapat dikirimi Berita Puslitbangtan. Rapat Kerja Puslitbangtan 2010 di Cipanas, Jawa Barat, pada Mei 2010 dan Pekan Serealia Nasional yang dibuka oleh Menteri Pertanian, Dr. Suswono, MMA, pada Juli 2010 di Kompleks Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan, mewarnai Berita Puslitbangtan nomor ini. Selain itu, Berita Puslitbangtan No. 44 juga menginformasikan tentang Workshop Penulisan dan Penyunting Artikel Hasil Penelitian dan Pak Mahyuddin yang sudah memasuki usia pensiun sebagai Kepala Perwakilan IRRI untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
venisasi, dan pemanfaatan plasma nutfah; (2) perakitan varietas unggul baru (VUB); (3) perakitan teknologi budi daya, panen dan pascapanen primer; (4) analisis dan sintesis kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan; (5) pengembangan sistem perbenihan; (6) pengembangan sumber daya informasi Iptek, diseminasi, dan penjaringan umpan balik inovasi teknologi; (7) indikator kinerja utama (IKU), VUB dalam Renstra Badan Litbang Pertanian merupakan kontrak kinerja Puslitbangtan dengan Badan Litbang Pertanian, sedangkan IKU VUB BB/Balit/Lolit menjadi kontrak kinerja antara BB/ Balit/Lolit dengan Puslitbangtan; dan (8) IKU VUB Renstra Puslitbangtan disepakati lebih tinggi dari IKU VUB Renstra Badan Litbang Pertanian.
Finalisasi Renstra
•
Finalisasi Renstra Puslitbangtan harus paralel dan diterbitkan setelah Renstra Badan Litbang Pertanian diterbitkan. Finalisasi Renstra BB/Balit/Lolit juga paralel dengan finalisasi Renstra Puslitbangtan. Format Renstra mengikuti format baku yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan LAKIP.
•
Prioritas penelitian tanaman pangan dari segi komoditas adalah: (I) padi, jagung, kedelai; (2) kacang tanah dan ubi kayu, (3) gandum, sorgum, kacang hijau, dan ubi jalar.
Reformasi Perencanaan
•
Redaksi
•
Reformasi perencanaan telah diacu untuk penjabaran program menjadi kegiatan, dan komponen input (manajemen, teknis) untuk menghasilkan output.
Monev dan SPI
•
2) Perencanaan, monev, dan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Satlak Pengendalian Intern (PI) telah dibentuk pada satker lingkup Puslitbangtan. Agenda selanjutnya adalah aktivasi kegiatan SPI yang meliputi sosialisasi, pengusulan RAB 2011, penyusunan SOP penilaian, dan evaluasi kegiatan strategis.
•
Komponen input teknis meliputi (1) konservasi, karakterisasi, reju-
Melengkapi analisis risiko proposal/ TOR 2010.
•
Monev APBN dan Insentif Ristek 2010 pada akhir Mei 2010
Komponen input manajemen meliputi: 1) Pengembangan kapasitas kelembagaan dan sumber daya penelitian
• Daftar Isi
2
Rapat Kerja 2010 Reformasi Birokrasi dan Percepatan Pengembangan Inovasi Teknologi Tanaman Pangan ...
1
Gelar Teknologi Serealia ......................
4
Diversifikasi Pangan dan Jagung Hibrida Genjah ........................................
6
Pak Mahyuddin Purnatugas ..................
7
ISSN 0852-6230
Lokakarya Penulisan dan Penyuntingan Artikel hasil Penelitian .
9
Benih Sumber Jagung dan Sorgum ....
10
Sosialisasi Produk dari Jagung ............
11
Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Prof Dr Ir Suyamto Dewan Redaksi: Hermanto, Husni Kasim, Unang Gunara Kartasasmita, Dedik Sadikin Tata Letak: Edi Hikmat Alamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, 16111 Telp. (0251) 8334089, 8311432, Faks. (0251) 8312755; E-mail:
[email protected] www.puslittan.bogor.net
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
RAPAT KERJA
Diseminasi dan Kerja Sama UK/UPT lingkup Puslitbangtan dituntut untuk memperluas kerja sama penelitian dengan berbagai pihak. Untuk itu diperlukan road show teknologi unggulan, penerbitan publikasi dalam bentuk yang beragam dan bermutu dengan intensitas tinggi, dan promosi inovasi teknologi melalui pameran, ekspose, open house, dan media lainnya. •
•
•
Pada tahun 2011, Puslitbangtan beserta UK/UPT akan menyelenggarakan kegiatan road show teknologi unggulan ke beberapa daerah yang potensial. Peneliti di BB/Balit/Lolit perlu meningkatkan intensitas penulisan karya ilmiah yang bermutu untuk diterbitkan di media publikasi ilmiah nasional, terutama Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (PP) dan Buletin Iptek Tanaman Pangan, dan media publikasi ilmiah internasional. Untuk itu, dewan redaksi di tingkat BB dan Balit perlu lebih proaktif membina penulisan bagi peneliti yunior. Pada tahun 2011, target tulisan ilmiah yang terbit di Jurnal PP adalah 10 makalah dari BB Padi, 12 makalah dari Balitkabi, 10 makalah dari Balitsereal, dan satu makalah dari Lolit Tungro. Promosi teknologi juga diupayakan melalui pameran dan ekspose hasil penelitian baik di tingkat pusat maupun daerah, seminar nasional, temu lapang, temu bisnis, media massa, dan meningkatkan intensitas update website di tingkat Puslit, BB, Balit, dan Lolit.
yang mengacu kepada PMO dan dievalusi setiap bulan. •
•
•
Terkait dengan reformasi birokrasi, Puslitbangtan beserta UK/UPT wajib mempertahankan SMM ISO 9001: 2008 dengan fokus sasaran mutu
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
Pedoman pembentukan kelembagaan internal Badan Litbang Pertanian diharapkan dapat diterapkan di UPT untuk mendukung manajemen struktural dengan pembagian wewenang dan anggaran yang jelas.
•
Dalam upaya pembinaan teknisi litkayasa, UK/UPT perlu menyelenggarakan In House training dengan narasumber anggota TP2U dan biaya penyelenggaraan dari masing-masing UK/UPT.
•
Absen sidik jari wajib dilaksanakan di lingkup Puslitbangtan. Untuk karyawan kebun percobaan yang jam kerjanya tidak sesuai standar PNS tetap menggunakan absen konvensional (tanda tangan).
Sarana dan Prasarana Penelitian •
UK/UPT wajib menetapkan satu hari dalam 1-2 minggu untuk pelaksanaan rapat rutin yang membahas permasalahan manajemen dan UK/UPT wajib melaksanakan survei IKM kepada pengguna inovasi teknologi.
Sumber Daya Manusia •
UK/UPT lingkup Puslitbangtan wajib melaksanakan penghitungan kembali critical mass (CM) peneliti dan tenaga penunjang yang disesuaikan dengan program prioritas 2010-2014 (sebagai acuan CM 2007).
•
Puslitbangtan perlu memberikan sanksi kepada peneliti yang selama tiga tahun berturut-turut memiliki RPTP/ROPP tetapi tidak mempublikasikan minimal satu karya ilmiah pada Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Sanksinya, yang bersangkutan tidak lagi diberi kegiatan penelitian selama satu tahun anggaran.
Manajemen •
UK/UPT Puslitbangtan wajib melanjutkan implementasi SOP, uraian jabatan, dan analisis beban kerja sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan tiap pegawai dan kebijakan para pejabat struktural dalam distribusi pekerjaan. Bukti pelaksanaan SOP teknis yang menjadi acuan kerja bagi peneliti perlu dilengkapi dengan laporan hasil kegiatan.
UPT atas sepengetahuan Tim Pembina SDM atau Kabag/Kasubag TU.
•
Peneliti senior wajib membimbing peneliti yunior di masing-masing
UK/UPT wajib menyelesaikan grand design pengembangan sarana dan prasarana penelitian paling lambat awal Juli 2010 yang dikoordinasikan oleh KTU dan para Ketua Kelti, yaitu penetapan laboratorium unggulan dan laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan laboratorium sederhana yang memadai untuk menunjang kegiatan penelitian. Laboratorium unggulan ditetapkan berdasarkan prioritas program penelitian, ketersediaan SDM (peneliti dan laboran), dan peralatan modern dengan format: (1) prioritas penelitian, (2) kondisi saat ini, (3) rencana pengembangan ke depan dan (4) target keluaran.
Keuangan •
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) perlu diklarifikasi oleh manajemen UPT bersama peneliti terkait sebelum ditandatangani oleh wakil UPT dan Tim Pemeriksa. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) adalah tindak lanjut dan saran dari Tim Pemeriksa berupa teguran dan instruksi kepada PNS terkait.
3
GELAR TEKNOLOGI
•
•
Back up laporan SAI dan SIMAKBMN dikirimkan lewat email:
[email protected] pada tanggal 5 setiap bulan. Pada tahun 2011 UK/UPT mengalokasikan anggaran bagi pemeliharaan SMM ISO 9001:2008, reformasi birokrasi, dan Sistem Pengendalian Intern (SPI).
Lain-lain
•
Usulan peraturan yang jelas dari Badan Litbang Pertanian kepada peneliti yang menjadi tenaga konsultan di swasta atau lembaga internasional.
•
Badan Litbang Pertanian diminta untuk dapat segera mengusulkan perbaikan PP tarif kepada Puslitbangtan dan UPT.
•
Tim Puslitbangtan bersama Tim UPT perlu memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan tindak lanjut Raker 2010. (Tim Perumus)
Puslitbangtan menindaklanjuti dan meneruskan kepada Badan Litbang Pertanian terkait dengan hal-hal berikut: •
Usulan pelatihan “manajemen penelitian” bagi para eselon III, IV, dan peneliti.
•
Usulan penambahan “kuota” calon peneliti untuk mengikuti diklat fungsional calon peneliti pertama.
Gelar Teknologi Serealia Menteri Pertanian, Dr Suswono membuka Pekan Serealia Nasional (PSN) yang diselenggarakan di Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros, Sulawesi Selatan, pada 26-30 Juli 2010. Sebelum melakukan panen perdana jagung hibrida rakitan Balitsereal, Menteri Pertanian dalam sambutannya berharap inovasi teknologi serealia yang telah dihasilkan perlu segera dikembangkan secara luas guna meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
M
engandalkan beras sebagai satu-satunya bahan pangan pokok cukup riskan mengingat perubahan iklim global yang di beberapa daerah telah mengancam produksi padi karena tanaman didera kekeringan dan banjir, di samping konversi lahan sawah irigasi yang hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dibendung. Diversifikasi pangan berbasis jagung merupakan salah satu solusi dalam mewujudkan kemandirian pangan. Hal ini juga penting artinya untuk menekan impor terigu yang terus meningkat. Sampai saat ini seluruh kebutuhan terigu di dalam negeri berasal dari impor.
Menteri Pertanian, Dr Suswono (tengah) memanen jagung hibrida Bima 7 rakitan Balitsereal setelah membuka Pekan Serealia Nasional (PSN) di Maros, Sulawesi Selatan, 26 Juli 2010.
4
Di sisi lain, kebutuhan jagung terus pula meningkat, baik untuk pangan maupun pakan. Untuk pakan saja, permintaan jagung sudah lebih 50% dari
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
GELAR TEKNOLOGI
total kebutuhan nasional. Ke depan, kebutuhan jagung akan terus meningkat jika dikaitkan dengan perkembangan industri pangan dan pakan. Di negara maju, seperti Amerika Serikat, jagung bahkan telah digunakan sebagai bahan baku bioenergi selain untuk pangan dan pakan. Oleh karena itu, produksi jagung di dalam negeri perlu lebih dipacu. Secara teknis, upaya peningkatan produksi jagung dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Dalam hal ini, penerapan inovasi teknologi memegang peranan penting. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi jagung, berupa varietas unggul serta teknik budi daya dan pascapanen. Untuk meningkatkan produktivitas jagung dan pendapatan petani, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan inovasi Pengeloaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung yang telah mulai berkembang di beberapa sentra produksi. Selain jagung, sorgum juga potensial untuk dijadikan bahan pangan, pakan, dan bioenergi. Di beberapa daerah telah lama berkembang penggunaan jagung dan sorgum sebagai bahan pangan. Untuk dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas, inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian tentu perlu dipromosikan. Dalam kaitan itu, Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan menyelenggarakan Pekan Serealia Nasional (PSN) di Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros, Sulawesi Selatan, pada 26-30 Juli 2010.
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
Dibuka Menteri Pertanian PSN dibuka oleh Menteri Pertanian dan dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Selatan, para Bupati, petani, kelompok tani, penyuluh pertanian, pengusaha agribisnis, pengajar, dan peneliti dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam sambutannya, Menteri Pertanian menekankan pentingnya inovasi teknologi bagi kemajuan bidang pertanian dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani yang merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Gubernur Sulawesi Selatan yang mendampingi Menteri Pertanian dalam acara pembukaan PSN berharap pula agar lembaga penelitian dari Kementerian Pertanian, terutama yang berada di Sulawesi Selatan, dapat memberikan andil yang lebih besar dalam memajukan pertanian di wilayahnya. Menurut Gubernur, Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi penghasil utama beras dan jagung dengan produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan Gubernur ingin menjadikan Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi pangan untuk Kawasan Timur Indonesia. Hal ini tentu tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk dari Badan Litbang Pertanian yang telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi.
Kontribusi Inovasi Teknologi Di antara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, varietas unggul memang lebih mudah diadopsi petani. Balitsereal yang bernaung di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan (Puslitbangtan) sudah lama dikenal sebagai penghasil jagung komposit yang sangat membantu petani kecil karena mereka tidak perlu membeli benih baru untuk setiap kali tanam. Varietas Arjuna, Kalingga, dan Bisma, misalnya, sudah lama berkembang dan dikenal berdaya hasil tinggi (5-6 ton per hektar). Varietas komposit lain yang cukup dikenal petani jagung adalah Srikandi Kuning dan Srikandi Putih dengan protein bermutu tinggi. Varietas Sukmaraga toleran terhadap kemasaman tanah dan varietas Lamuru toleran kekeringan. Varietas Anoman 1 yang berbiji putih, toleran kekeringan, dan berbatang kokoh dengan hasil 5-6 ton per hektar juga telah mulai berkembang di beberapa daerah, terutama di Temanggung, Jawa Tengah. Dalam beberapa tahun terakhir, Balitsereal juga telah menghasilkan varietas jagung hibrida, antara lain dilepas dengan nama Bima 1, Bima 2, Bima 3, Bima 4, Bima 5, dan Bima 6. Dengan budi daya yang tepat, jagung hibrida ini mampu memberi hasil lebih dari 10 ton per hektar dengan umur yang tergolong genjah, sekitar 100 hari. Dibandingkan dengan jagung hibrida yang dihasilkan dan dikembangkan oleh swasta yang umumnya hanya mampu berproduksi tinggi di lahan subur, jagung hibrida rakitan Balitsereal tersebut juga mampu berproduksi di lahan yang kurang subur. Menurut Kepala Puslitbangtan, Prof. Dr. Suyamto, kontribusi penerapan teknologi varietas unggul terhadap pendapatan petani secara nasional cukup besar. Pada tahun 2007 saja, pengembangan varietas unggul baru jagung, baik jenis komposit maupun hibrida, memberikan kontribusi sebesar 3,87 triliun rupiah. (HMT)
5
DIVERSIFIKASI PANGAN
Diversifikasi Pangan dan Jagung Hibrida Genjah
P
rogram diversifikasi pangan yang semula mendorong penggunaan gandum yang hingga saat ini masih diimpor ternyata berdampak terhadap peningkatan volume terigu. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor ini, pemerintah kemudian mendorong penggunaan bahan pangan lainnya seperti jagung, kacangkacangan, dan umbi-umbian. Sampai saat ini diversifikasi pangan dapat dikatakan belum sepenuhnya berhasil. Meskipun konsumsi beras di Indonesia telah menurun dari 319 gram per kapita per hari pada tahun 1999 menjadi 285 gram per kapita per hari pada tahun 2007, konsumsi terigu tetap meningkat dari 6,2 gram per kapita per hari pada tahun 1984 menjadi 17,1 gram per kapita per hari pada tahun 2007. Bahkan pada tahun 2009 konsumsi terigu telah mencapai 17,7 gram per kapita per hari. Karena itu, volume impor terigu terus membengkak, dari 3,74 juta ton pada tahun 2003 menjadi 5,16 juta ton pada tahun 2008.
6
Terigu adalah bahan pangan yang cukup banyak dikonsumsi di Indonesia. Hampir 40 persen terigu yang diimpor diperuntukkan bagi konsumsi rumah tangga, baik dalam bentuk mie basah maupun mie kering, 25 persen untuk industri roti, 20 persen industri mie instan, 15 persen untuk industri kue (cake) dan biskuit, dan 5 persen untuk gorengan. Jenis makanan tersebut disukai oleh semua lapisan masyarakat. Untuk membantu pemerintah dalam menekan impor gandum, Badan Litbang Pertanian terus berupaya menghasilkan inovasi teknologi serealia bukan gandum, terutama jagung sebagai bahan pangan kedua setelah padi dan bahan subtitusi terigu pada berbagai produk olahan pangan. Selain itu, Badan Litbang Pertanian berupaya pula mendorong pengembangan sorgum yang di beberapa daerah telah lama berkembang sebagai bahan pangan. Selain untuk pangan, sorgum juga dapat diproses menjadi bioenergi (bioetanol) dan pakan ternak. Wakil Menteri Pertanian dalam sambutannya dalam penerimaan para delegasi kerja sama Thailand-Indonesia di Makassar pada 28 Juni 2010 mengatakan bahwa kegunaan jagung cukup banyak, selain untuk bahan pangan, pakan, dan bioenergi juga dapat digunakan sebagai bahan baku bioplastik, sehingga sampah plastik yang selama ini menjadi masalah dapat diurai oleh mikroba tanah.
Indonesia, kondisi kekeringan pada awalnya hanya terjadi di Kawasan Timur Indonesia, seperti NTT, NTB, Maluku Tenggara, sebagian Jatim, Sulsel, Sultra, Lembah Palu di Sulteng, dan Kabupaten Merauke, Papua. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan iklim yang merupakan dampak dari pemanasan global telah menyebabkan kondisi kekeringan meluas ke Kawasan Barat Indonesia, sebagian Jawa, K alimantan, dan Sumatera. Pada awal tahun 2010, kekeringan di Kabupaten Sikka, NTT, telah menyebabkan tanaman jagung mengalami puso alias gagal panen. Salah satu cara untuk menekan penurunan hasil jagung akibat kekeringan adalah menggunakan varietas toleran kekeringan dan berumur genjah. Sejak 2001 hingga 2008 Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah melepas beberapa varietas unggul jagung hibrida dengan potensi hasil tinggi, berkisar antara 10-11 ton per hektar dan dapat dipanen pada umur sekitar 100 hari. Balitsereal juga telah berhasil merakit jagung hibrida yang selain berpotensi hasil tinggi juga berumur genjah, dapat dipanen pada umur 85 hari. Pengembangan jagung hibrida ini diharapkan dapat mengantisipasi penurunan produksi akibat kekeringan. Calon varietas jagung unggul tersebut dilepas dengan nama Bima 7. (SS/HMT)
Jagung Hibrida Genjah Perubahan iklim telah menjadi isu internasional. Dampak dari fenomena iklim ini di antaranya adalah panjangnya musim kemarau yang mengakibatkan tanaman menderita kekeringan. Di Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
SUMBER DAYA MANUSIA
Pak Mahyuddin Purnatugas Pak Mahyuddin yang lebih dikenal sebagai ahli komunikasi di Puslitbangtan dan bahkan Badan Litbang Pertanian memasuki purnatugas pada pertengahan tahun 2010, setelah menduduki jabatan Kepala Perwakilan IRRI untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei sejak penghujung tahun 1996.
B
agi Pak Mahyuddin, panggilan akrab Drs Mahyuddin Syam, MPS, waktu berlalu begitu cepat. “Lebih dari 13 tahun bertugas sebagai IRRI Liaison Scientist/Representative atau Kepala Perwakilan IRRI untuk Indonesia, terasa seperti hanya beberapa tahun saja,” ujarnya sambil tersenyum. Pria kelahiran Kabanjahe, Tanah Karo, Sumatera Utara, 65 tahun yang lalu ini menghabiskan masa kecil sampai remajanya di kota kecil yang sejuk itu. Bahkan beberapa saudaranya masih ada yang tinggal di Kabanjahe.
perasaan tertentu yang sukar dikatakan kalau saya mendengar adik-adik saya atau orang lain menggunakan bahasa karo” desahnya sambil sekejap melepaskan pandangan ke atas.
“Setiap saya pulang ke Kabanjahe, pertanyaan yang sama senantiasa muncul,” katanya sambil membetulkan letak kaca mata plus 3-nya. “Mengapa ayah saya dulu memilih merantau dari sebuah desa kecil di Pariaman, Sumatera Barat, ke kota terpencil ini dan bukannya Medan atau Pematang Siantar yang lebih dekat dan ramai.”Tapi kecintaannya kepada tanah kelahiran itu tampaknya sama besar, kalau tidak boleh dikatakan lebih besar daripada kecintaannya kepada tanah leluhurnya. “Saya bisa berkomunikasi dalam dua dialek, minang dan karo, tetapi ada
Menyelesaikan SD sampai SMA di Kabanjahe, pak Mahyuddin kemudian melanjutkan studinya ke Fakultas Biologi Universitas Gajahmada, Yogyakarta, satu angkatan dengan Dr M. Machmud, Dr M. Fathan (alm), dan Drs A. Rasjid Marzuki MSc. “Pak Fathan yang paling cepat selesai, diikuti Pak Machmud dan Pak Rasyid. Saya termasuk yang paling sabar dan pas-pasan nilainya” ujarnya sambil terkekeh. Setelah diterima bekerja di Bagian Agronomi LP3 (kini Puslitbang Tanaman Pangan) dia kemudian ikut bergabung dalam Tim Pola Tanam pimpinan alm Dr Suryatna
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr Gatot Irianto, memberikan cinderamata kepada Pak Mahyuddin yang telah berakhir masa tugasnya sebagai Kepala Perwakilan IRRI untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Effendi (alm) sebelum bergabung dengan unit kerja yang dipimpin Dr Prabowo Tjitropranoto di kantor pusat LP3. Kemudian dia mendapat kesempatan studi komunikasi di Cornell University pada tahun 1978. Pulang studi dia diberi kesempatan sebagai pimpinan unit kerja yang ditinggalkan Pak Prabowo yang ditugaskan sebagai Kepala PUSTAKA. Unit kerja itu kemudian berkembang menjadi Bidang Penyaluran Hasil Penelitian, lalu menjadi Bidang Pengembangan Hasil Penelitian (BPHP), dan kini Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Hasil Penelitian. MS merasa beruntung diberi keleluasaan mencurahkan idenya dalam hal komunikasi di unit kerja ini. Dengan dukungan rekan kerja yang tangguh
7
SUMBER DAYA MANUSIA
seperti Pak Supriaman, Adi Widjono, Sukamto, Hardono, Sunihardi, Arief, Hermanto, Paul Mundy, Yuswadi (alm), Supriyanto, Dadang, Diding, Sri, Yunastri, Djunaenah, dan beberapa lainnya, BPHP terlihat menonjol produktivitasnya. “Sulit bagi saya melupakan masa-masa itu,” MS berujar dengan terbata-bata. “Tim kami waktu itu adalah Tim hebat yang mendapat dukungan penuh dari pimpinan, baik dari alm Dr. Rusli Hakim, alm Dr. BH Siwi, Dr. Ibrahim Manwan, maupun Dr. AM Fagi. Buku Padi (Buku 1, 2, dan 3), Jagung, dan Kedelai yang kami terbitkan di masa itu menjadi rujukan bagi mahasiswa dan pemerhati lainnya.” Sejenak dia menarik nafas dan melanjutkan:”Sayang hanya Pak Adi yang bisa menyelesaikan studinya sampai jenjang tertinggi (Doktor). Sebenarnya saya berharap Pak Hardono dan Pak Sunihardi mencapai gelar yang sama. Tapi tampaknya ada kendala yang saya kurang tahu persis.” Mungkin karena itu pulalah dia seakan terbenam di unit kerja ini selama hampir 15 tahun. “Saya kadang-kadang diejek kok nggak naik-naik kelas, meski sudah pernah ikut SESPANAS. Mungkin juga pimpinan menilai saya belum pantas duduk di eselon 2 tapi juga merasa kasihan kalau saya didepak dari eselon 3. Karena itu, jabatan saya terakhir adalah sebatas Kabid Tata Operasional (TO), relatif sama dengan K abag TU sekarang ini,” katanya setengah bergumam. Di tahun 1996, Dr. Mamaril yang kala itu masih menjabat sebagai IRRI liaison scientist IRRI untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam iseng-iseng berkata:”Tugas saya akan segera berakhir. Tampaknya IRRI ingin agar jabatan ini dipegang oleh orang
8
Indonesia sehingga bisa lebih mempererat kerja sama yang terjalin selama ini. Apa Anda berminat menggantikan saya?” “Saya agak kaget,” ujar MS setengah senyum sambil mengernyitkan dahi. Pak Fagi yang saat itu adalah Kepala Puslitbangtan lalu mengajukan nama Pak SPH dan MS ke KaBadan untuk diusulkan ke IRRI Pusat di Los Banos, Filipina. Menjelang tutup tahun 1996, MS secara resmi ditugaskan sebagai Kepala Perwakilan IRRI untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei. “Sempat beberapa kali ke Malaysia dan Brunei, saya merasa waktu itu mereka tidak terlalu serius untuk meneliti padi dan menjalin kerja sama dengan IRRI. Karena itu saya diminta untuk fokus saja menangani Indonesia sejak beberapa tahun lalu,” ujar MS. Dalam menjalankan tugasnya, selain menjalin hubungan yang lebih erat dengan Pusat/Puslit dan Balai Penelitian, MS sering berkunjung ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di sejumlah daerah. Dia merasa beruntung bahwa dukungan yang hangat dia peroleh bagi terjalinnya kerja sama yang baik antara IRRI dengan lembaga-lembaga tersebut, termasuk dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Penyuluhan. “Meski demikian, setiap jalinan kerja sama dengan lembaga lain tetap melalui jalur Badan Litbang Pertanian,” katanya cepat menambahkan. MS kagum dan hormat kepada beberapa seniornya.”Pak Ibrahim Manwan, Pak Subandi, alm. Pak Z.Harahap, alm. Pak Rusli Hakim, alm. Pak Suryatna dan alm. Pak Siwi adalah di antara orang yang saya kagumi dan
hormati,” katanya sambil mengusap keningnya yang lebar.”Tentu saja saya menaruh respek tinggi terhadap beberapa senior lainnya seperti Pak Fagi dengan keluasan pengetahuannya, Pak Sumarno dengan integritasnya yang tinggi terhadap penelitian, dan beberapa orang lagi yang cukup panjang kalau disebutkan.” MS yang merasa akrab dengan Pak Inu dan Pak Sunendar ini sangat menghargai rekan kerjanya di kantor IRRI Bogor.”Pak Iwan, kordinator administrasi, selalu siap memberikan bantuan apa saja yang saya perlukan. Diah adalah peneliti yang handal dalam menangani masalah teknis sampai laporan dan prosesing data, lay out bahan publikasi, dan penyiapan power point. Agus adalah asisten kantor yang siap mengerjakan apa saja termasuk mengemudi.” Sejenak dia terdiam, lalu melanjutkan,”Tanpa mereka, kantor ini tidak akan jalan sebagaimana mestinya. Saya bangga terhadap mereka.” Ketika ditanya apa rencana ke depan, MS menjawab:” Saya akan coba menikmati masa pensiun dulu sebulan dua bulan sambil tetap sebagai anggota Tim Fasilitator di BBP2TP. Pak Hasil (Ka BB Padi) setuju saya membantu persiapan Open House BB Padi yang akan datang. Saya akan fokus dulu ke situ.” Kemudian dia cepat melanjutkan sambil terkekeh: “Lalu saya akan menjadi pembantu Pak Hermanto di Puslitbangtan kapan saja dia perlukan.” MS dikaruniai istri Hj Titin R Mahyuddin dan 4 orang putera/puteri: Yoga, Junio, Miranti, dan Vito. Kita ucapkan Selamat Menjalani Masa Purna Tugas semoga sehat dan bahagia senantiasa. (HMT)
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
LOKAKARYA
Lokakarya Penulisan dan Penyuntingan Artikel Hasil Penelitian
S
ebagian dari teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian telah dimanfaatkan oleh penggunanya, dan sebagian lainnya belum disebarluaskan atau masih tersimpan dalam laporan penelitian dan jurnal ilmiah yang tidak semua khalayak yang dapat mengakses dan memahaminya. Untuk dapat dipahami oleh banyak kalangan, data dan informasi teknologi tersebut perlu ditulis dalam bentuk artikel yang mudah dipahami pembaca. Survei di beberapa daerah membuktikan bahwa penyuluh pertanian yang merupakan mitra petani di pedesaan lebih menyukai informasi hasil penelitian dalam bentuk artikel ilmiah populer yang akan mereka gunakan sebagai rujukan dalam penyusunan materi penyuluhan. Di lembaga penelitian, artikel ilmiah populer diperlukan untuk media tertentu, antara lain laporan tahunan, bahan rapat dengan penentu kebijakan, warta atau berita, dan siaran pers. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak banyak peneliti yang mampu menulis artikel ilmiah populer karena sudah terbiasa menulis makalah ilmiah primer dan laporan penelitian yang tidak mudah dipahami oleh masyarakat luas. Di sisi lain, sebagian besar pengelola informasi hasil penelitian di UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian (Sub Bagian Humas di tingkat Badan, Sub Bidang PHP di tingkat Puslit dan Balai Besar serta Seksi Jaslit di tingkat Balit/BPTP) telah dan akan memasuki masa pensiun. Hal ini merupakan tantangan yang serius dalam diseminasi hasil penelitian ke depan.
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
Prof Dr Sumarno nara sumber lokakarya penulisan dan penyuntingan artikel hasil penelitian di Puslitbangtan, Bogor, senantiasa berupaya mendorong peneliti untuk menghasilkan karya ilmiah yang andal.
Dilatari oleh pentingnya diseminasi hasil penelitian untuk mempercepat alih teknologi dari lembaga penelitian kepada masyarakat pertanian dan perlunya regenerasi pengelola informasi hasil penelitian maka dipandang perlu menyelenggarakan lokakarya penulisan dan penyuntingan artikel hasil penelitian bagi peneliti atau pengelola informasi di UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian. Lokakarya diselenggarakan pada 4-6 Mei 2010 di Bogor. Tujuan dari lokakarya adalah untuk: (1) meningkatkan kemampuan peneliti dan pengelola informasi dalam memahami data dan informasi hasil penelitian, (2) meningkatkan kemampuan dan keterampilan peneliti dan pengelola informasi dalam menulis dan menyunting artikel ilmiah populer. Lokakarya diikuti oleh 30 orang yang terdiri atas 10 pengelola muda informasi, satu penyuluh, dan 19 peneliti yunior. Peserta berasal dari Sekretariat Badan Litbang Pertanian, Puslitbangtan, BB Padi, Balitsereal, Balitkabi, Lolit Tungro, PUSTAKA, Puslitbangbun, BBSDLP, BB
Mektan, BB Biogen, BB Litvet, Balitnak, dan BPTP. Sebagai nara sumber dari lokakarya ini adalah penentu kebijakan, peneliti senior, ahli komunikasi, dan pengelola publikasi yang telah berpengalaman di bidang penulisan dan penyutingan artikel hasil penelitian pertanian. Kepala Puslitbangtan, Prof Dr Suyamto, mengupas tentang kebijakan diseminasi hasil penelitian dan pentingnya publikasi sebagai indikator kinerja penelitian. Drs Mahyuddin Syam, MPS mengungkapkan tantangan dan peluang diseminasi hasil penelitian pertanian. Prof Dr Sumarno membahas tentang teknik penulisan artikel ilmiah primer dan sekunder serta penyajian dan interpretasi data dalam artikel ilmiah primer dan sekunder. Dr Muchlish Adie, MS, peneliti senior Puslitbang Tanaman Pangan, memberikan pengalamannya sebagai penulis, nara sumber, dan kedekatan dengan personel media massa, terutama majalah dan surat kabar berskala nasional. Hermanto, Ka Subbidang PHP 9
BENIH SUMBER
Puslitbangtan mengungkapkan pengalamannya selama 30 tahun dalam mengelola publikasi ilmiah primer, sekunder, dan populer di lingkungan Puslitbangtan, termasuk teknik menulis artikel hasil penelitian untuk diterbitkan di majalah pertanian dan surat kabar nasional, seperti Trubus, Kompas, dan Sinar Tani. Ir. Endang S., MSi, Ka Subbidang Publikasi PUSTAKA mengupas tentang penyuntingan artikel ilmiah primer, sekunder, dan populer yang diterbitkan oleh PUSTAKA dan Badan Litbang Pertanian.
Secara umum, lokakar ya telah memberikan pemahaman kepada peserta tentang teknik penulisan dan penyuntingan artikel hasil penelitian ilmiah primer dan sekunder serta artikel ilmiah populer. Sebanyak 30 artikel yang ditulis oleh peserta dibahas dalam lokakar ya, beberapa di antaranya berpotensi diterbitkan antara lain pada Jurnal dan Buletin Penelitian, sedangkan artikel ilmiah populer akan diterbitkan di Warta Litbang Pertanian dan Sinar Tani yang menjadi salah satu rujukan
oleh penyuluh pertanian dalam menyusun materi penyuluhan. Angket yang dibagikan kepada semua peserta membuktikan lokakarya ini bermanfaat dalam menambah wawasan tentang penulisan dan penyuntingan artikel ilmiah primer, sekunder, dan populer. Mereka menyarankan perlunya lokakar ya serupa tetapi dengan waktu yang lebih panjang dengan peserta yang terpisah antara peneliti dan pengelola informasi. (HMT)
Benih Sumber Jagung dan Sorgum
Ketersediaan benih bermutu dalam jumlah yang cukup dan waktu yang tepat berperan penting dalam menunjang keberhasilan upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani.
D
alam upaya penyediaan benih bermutu, Badan Litbang Pertanian terus berupaya menyediakan benih sumber untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Balai Benih dan para penangkar benih. Pada tahun 2008, Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah mendistribusikan lebih 9 ton benih jagung dan lebih 0,5 ton benih sorgum kepada para penangkar melalui BPTP, Dinas Pertanian, dan Balai Benih Induk di
10
beberapa propinsi di Indonesia. Benih jagung yang banyak diminati adalah varietas Sukmaraga, Bisma, Lamuru, Srikandi Kuning, dan Srikandi Putih. Pada tahun 2009, Balitsereal mendistribusikan lebih 7 ton benih jagung. Bisma, Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, MS-2, Gumarang, Kresna, Arjuna, dan Palakka merupakan varietas yang banyak diminati konsumen. Benih unggul tersebut didistribusikan ke penangkar benih di
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusatenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Benih sumber itu diharapkan dikembangkan lebih lanjut untuk menjamin ketersediaan benih jagung bermutu di tingkat petani. (HMT)
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
PRODUK JAGUNG
Sosialisasi Produk dari Jagung Berbagai produk pangan dari jagung, baik tradisional maupun modern, digelar pada Pekan Serealia Nasional (PSN) pada 26-30 Juli 2010 di Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros, Sulawesi Selatan.
diseleksi oleh Balitsereal memiliki kadar amilosa yang relatif rendah dengan kisaran 4-5 persen. Artinya, calon varietas jagung ini mengandung amilopektin tinggi. K andungan amilopektin berkorelasi dengan daya cerna enzim alfa-amilase yang agak lambat dalam memecah bahan yang mengandung amilopektin tinggi.
Produk pangan dari jagung yang diolah secara modern.
D
alam kondisi produksi yang terus meningkat, harapan untuk menjadikan jagung sebagai bahan pangan nusantara cukup rasional, mengingat kandungan gizinya yang potensial. Namun, hingga saat ini minat masyarakat terhadap pangan berbasis jagung masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pengetahuan sebagian masyarakat tentang nilai gizi jagung, tampilan produk pangan dari jagung yang kurang menarik, dan adanya anggapan bahwa jagung hanya dikonsumsi oleh masyarakat berekonomi lemah. Oleh
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010
karena itu, perlu sosialisasi ke masyarakat, baik di perkotaan maupun perdesaan mulai dari informasi komposisi nutrisi, unsur pangan fungsional (nilai tambah) dan karakteristik fisikokimianya.
Nilai Gizi Jagung Hasil penelitian menunjukkan, komposisi amilosa dan amilopektin pati jagung berbeda antara varietas yang satu dengan varietas lainnya. Jagung pulut lokal Sulawesi, yang merupakan calon varietas jagung pulut yang sedang
Sebagai pembanding, beras pulen varietas Cisadane yang berkadar amilosa 20,3 persen (tergolong sedang) mempunyai suhu gelatinisasi 72 oC. Kepulenan nasi dan waktu tanak beras jagung tidak berbeda dengan beras padi apabila komposisi amilosa dan amilopektinnya tergolong sedang. Daya cerna pati jagung pulut lokal dan calon varietas pulut yang sedang diteliti oleh Balitsereal lebih rendah dibanding varietas jagung nonpulut. Komposisi tersebut dapat membantu penderita diabetes yang memerlukan pangan karbohidrat tapi tidak tercerna sempurna menjadi glukosa. Penderita penyakit lambung tidak dianjurkan mengonsumsi bahan pangan yang mengandung amilopektin tinggi, termasuk beras pulut dan jagung pulut. Suhu gelatinisasi dapat memberikan petunjuk tentang cepat dan lambatnya proses pembuatan produk. Jagung pulut dapat digunakan untuk produk pangan berupa marning, emping, dan substitusi terhadap bahan pangan yang beramilosa rendah (produk berbasis beras pulut).
11
PUBLIKASI BARU PRODUK JAGUNG
Analisis gula pereduksi, amilosa, pati, daya cerna pati jagung dari beberapa varietas/ calon varietas. Varietas
Gula pereduksi (%)
Anoman-1 Srikandi Putih-1 Srikandi Kuning-1 Sukmaraga Pulut Jeneponto Lokal Jeneponto Calon varietas Pulut Pulut Takalar Lamuru
Kadar amilosa (%)
Kadar pati (%)
Daya cerna
Suhu gelatinasi (ºC)
Vis. puncak (BU)
23,3 22,4 23,0 30,8 5,0 25,1 4,3 4,0 33,1
95,3 94,2 93,9 90,3 97,2 96,1 78,9 81,2 77,4
46,9 46,7 47,8 50,1 35,6 50,1 40,3 37,8 52,4
71,5 72,0 73,0 75,5 62,5 76,5 62,0 61,5 76,5
460 430 430 480 410 460 420 410 510
0,08 0,08 0,03 0,02 0,03 0,06 0,04 0,04 0,03
Makanan tradisional dari jagung di beberapa daerah. Daerah Jawa Timur Jawa Tengah Nusatenggara Timur Batanghari, Jambi Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo Gorontalo, Manado Makassar Bali Muna, Sulawesi Tenggara
Jenis makanan Makanan pokok tradisional Nasi empok, nasi jagung Lontong jagung, nasi empok Jagung bose Nasi kemunak Kina gandu tolaki/moronene, kagili buton, kampalusu, kambeweno kahitela, kambewe muna Beras jagung substitusi terhadap beras/padi (sesuai selera) Makanan cemilan tradisional Binte bilihuta, bubur manado Bassang, barobbo, jalaure, dodol Pencok Katumbu
Diversifikasi Pangan Diversifikasi pangan merupakan upaya dalam penyediaan berbagai produk pangan, baik jenis dan bentuk maupun gizi. Dalam hal ini, jagung potensial dijadikan sebagai bahan makanan pokok dan diversifikasi produk olahan pangan. Di Indonesia telah berkembang beragam produk olahan pangan tradisional berbasis jagung. Di
12
es krim, bassang instan, dan beras jagung instan. Selain itu, tepung jagung juga digunakan sebagai substitusi terigu pada berbagai produk olahan seperti mie, cookies, cake, dan roti-rotian. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan industri makanan tradisional adalah belum berkembangnya inovasi teknologi di masyarakat, termasuk dalam hal tampilan atau rekaboga dan keamanan pangan (kemasan, sanitasi). Keragaman produk olahan pangan berbasis jagung yang telah berkembang di masyarakat merupakan modal utama dalam menambah kekayaan jenis makanan yang penting artinya dalam mendukung diversifikasi pangan Jagung yang berkadar amilosa sedang dapat diolah menjadi beras jagung, tepung, dan pati. Selanjutnya, tepung jagung digunakan sebagai bahan substitusi terigu dalam berbagai produk olahan. Penelitian menunjukkan, tepung jagung dapat mensubstitusi 70-80 persen bahan baku pada produk cookies, 30-40 persen pada produk cake, 20-30 persen pada produk mie, dan 15-20 persen pada produk rotirotian. Keragaman produk tradisional tersebut menjadi rujukan bagi Balisereal untuk menjadikan jagung sebagai pangan nusantara. (Suarni/HMT)
Nusatenggara Timur, misalnya, dikenal jagung bose yang merupakan makanan pokok tradisional masyarakat setempat. Produk olahan pangan semi tradisional ditandai dari modifikasi produk olahan tradisional seperti dodol/ puding, barongko, marning, dan emping jagung. Produk olahan pangan modern berbasis jagung telah mendapat sentuhan teknologi seperti susu jagung,
Berita Puslitbangtan 44 • Oktober 2010