PENDAHULUAN a. Latar Belakang Eteris oil atau yang biasa kita sebut sebagai Eteris merupakan suatu produk agroindustri yang memiliki nilai tambah yang sangat besar. Dalam industri bisnis berbasis pertanian, eteris berperan sangat penting dalam melengkapi suatu ’flavour’ atau ’rasa’
dalam menciptakan produk agroindustri lainnya
seperti dalam hal menciptakan parfum dan eterislah yang menjadi suatu bahan bakunya. Oleh karena itu, kita sebagai kader himalogin yang tangguh sekaligus sebagai generasi penerus perjuangan bangsa wajib mengetahui dan mengenal secara mendalam tentang agro industri.
b. Tujuan Untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan dalam bidang agroindustri pada umumnya dan eteris oil pada khususnya.
BAB II ETERIS 1. Definisi Eteris Eteris yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau Eteris adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Eteris merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari Eteris yang lain adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1983).
1
Kebanyakan Eteris terbentuk bebas atau sebagai glukosa, karena adanya air dan enzim-enzim sehingga mengalami penguraian menjadi eteris (Sandler, 1952). 2. Komponen dan Susunan Kimiawi Eteris Eteris umumnya terdiri dari campuran berbagai persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur-unsur kimia seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N), serta belerang (S). Guenther (1987) mengatakan bahwa Eteris terutama terdiri dari persenyawaan kimia mudah menguap, termasuk golongan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang telah mengikat oksigen. Menurut Ketaren (1985) umumnya komponen kimia eteris dibagi menjadi 2 golongan yaitu hidrokarbon dan hidrokarbon beroksigen (oxygented hidrocarbon). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam eteris sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isoterpen), diterpen (4 unit isoterpen), dan politerpen, serta parafin, olefin dan hidrokarbon aromatik. Di samping itu eteris mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil. Resin dan lilin merupakan komponen yang tidak mudah menguap.
3. Sumber Eteris Tanaman penghasil eteris di Indonesia kurang lebih sebanyak 160-200 jenis, dan termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, dan sebagainya. Bagian jaringan tanaman penghasil eteris adalah akar, batang, daun, bunga, buah, kulit, dan biji. Eteris yang berasal dari daun antara lain minyak sereh, nilam, dan kayu putih, cengkeh sedangkan yang berasal dari bunga tanaman yaitu kenanga, melati, mawar, ylang-ylang, 2
cempaka, dan cengkeh. Lain halnya dengan panili, lada, dan ketumbar, minyaknya dapat diperoleh dari kulit buah atau buahnya. Kayu manis, cendana, cabe dan sebagainya berasal dari kulit batang atau batangnya dan eteris yang berasal dari akar seperti jahe, akar wangi, sarsapella, dan lain-lain. Eteris Indonesia yang dikenal dalam dunia perdagangan dunia antara lain nilam, cengkeh, lada, pala, akar wangi, sereh wangi, kayu putih, cendana, gaharu, kayu manis, jahe, mesoyi, kemukus, kenanga, bunga-bunga dan lainnya. 4. Aplikasi Eteris Eteris merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan oleh berbagai negara. Aplikasinya banyak digunakan pada berbagai industri seperti : • Industri makanan : bahan penyedap dan penambah cita rasa • Industri farmasi : obat anti nyeri, anti infeksi dan anti bakteri • Industri bahan pengawet (sebagai insektisida) • Industri kosmetik dan personal care products : sabun, pasta gigi, lotion, skincare, produk-produk kecantikan, dan sebagainya • Industri parfum Penggunaan eteris dapat melalui konsumsi langsung melalui mulut atau dengan pemakaian luar. Eteris yang dikonsumsi secara langsung dapat berupa makanan atau minuman seperti jamu yang mengandung Eteris, penyedap/fragrant makanan, flavour ice cream, permen, dan pasta gigi. Adapun yang lebih banyak digunakan adalah untuk pemakaian luar seperti pemijatan, lulur, obat luka/memar, pewangi (parfum), lotion dan lain sebagainya. Juga dapat
3
dilakukan melalui pernapasan/inhalasi dengan wangi-wangian ruangan, aroma untuk aromaterapi, rasa sejuk/”cool”. Tabel 3. Potensi keanekaragaman tanaman aromatik (penghasil Eteris) yang sudah berkembang Nama Nama Nama No Kegunaan Minyak Dagang Tanaman 1. Nilam Patchouli oil Pogestemon Parfum, sabun 2. Serai wangi Citronella oil cablin Parfum, sabun 3. Akar wangi Vetiver oil Andropogon Parfum, sabun 4. Kenanga Cananga oil nardus Parfum, sabun 5. Cendana Sandalwood Vetiveria Parfum, sabun 6. Kayu putih oil zizanoides Farmasi Cajeput oil Canangium 7. Daun odoratum Parfum, cengkeh Clove leaf oil Santalum album farmasi, 8. Melaleuca makanan, 9. Gagang Clove stem leucadendron rokok 10. cengkeh oil Syzygium Idem 11. Bunga Clove bud aromaticum Idem 12. cengkeh oil Makanan, Pala Nutmeg oil Syzygium rokok Lada Black aromaticum Makanan, Jahe pepper oil Syzygium minuman Ginger oil aromaticum Makanan, Myristica minuman fragrans Piper nigrum Zingiber officinale Tabel 4. Potensi keanekaragaman tanaman aromatik (penghasil Eteris) yang sedang berkembang No Nama Nama Nama Kegunaan . Minyak Dagang Tanaman
4
1. 2. 3. 4. 5.
Masoi Kulit manis Daun kayu manis Ylang-ylang Serai dapur
6. Serai dapur 7. 8. Gaharu Klausena 9. Permen 10 . Kemukus
Massoi oil Criptocaria Cinnamon massoia Bark Cinnamomum Cinnamon burmanii leaf oil Cinnamomum Ylang-ylang casea oil Canangium Lemon Grass odoratum oil Cymbopogon (East India) flexyosus Lemon Grass Cymbopogon oil citratus (West Indian) Aquilaria sp Agarwood oil Clausena Clausena/Anis anisata oil Mentha Cormint oil arvensis Cubeb oil
Piper cubeba
Makanan Makanan, farmasi Makanan, farmasi Parfum, sabun Makanan, farmasi Makanan, farmasi Parfum Farmasi, rokok, minuman, parfum, Farmasi, rokok, makanan Makanan, farmasi
6. Proses Produksi Eteris Untuk menghasilkan Eteris dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu : • Penyulingan • Ekstraksi dengan pelarut • Pengempaan Eteris terdapat pada kantung-kantung minyak dalam jaringan tumbuhan sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengeluarkannya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penyulingan. Sistem Penyulingan
5
Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda, dengan cara mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari campuran atau dapat pula didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Adapun tujuan dari proses penyulingan adalah memperoleh Eteris dari tanaman aromatik yang mempunyai kandungan Eteris yang sulit untuk diekstrak pada kondisi lingkungan normal.
6
Tabel 5. Tanaman atsiri yang berpotensi untuk dikembangkan
Sumber : Balitro; Kemala (1990); Hobir (2002)
7
Gambar 1. Contoh mesin penyulingan Eteris skala industri
Gambar 2. Diagram alir proses penyulingan Eteris
Metode penyulingan Eteris : 1. Penyulingan dengan air (water distillation) 2. Penyulingan dengan uap dan air (steam and water distillation) 3. Penyulingan dengan uap langsung (steam distillation) 8
Istilah di atas mula-mula diperkenalkan oleh Von Rechenberg dan terus berkembang menjadi teknik industri Eteris sampai sekarang. a. Penyulingan dengan air Pada metoda penyulingan dengan air, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup dan pipa uap melingkar terbuka.
Gambar 3. Proses penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah (1) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak panas; (2) bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Keuntungan metode ini adalah uap berpenetrasi secara merata ke dalam bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100°C. Lama penyulingan relatif singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil sistem penyulingan dengan air, dan bahan yang disuling tidak menjadi gosong.
9
Gambar 4. Proses penyulingan dengan uap dan air
c. Penyulingan dengan Uap Langsung Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari satu atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak di bawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan.
Gambar 5. Proses penyulingan dengan uap
Alat yang digunakan dalam penyulingan adalah : 1. Ketel Suling Ketel suling digunakan sebagai tempat air atau uap untuk mengadakan kontak langsung dengan bahan, serta untuk menguapkan Eteris. Pada bentuk sederhana ketel suling berbentuk silinder atau tangki, yang mempunyai diameter 10
sama atau lebih kecil dari tinggi tangki. Tangki tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan diapitkan pada
bagian
atas
penampang
ketel.
Pada
atau
dekat
penampang atas tangki dipasang pipa berbentuk leher angsa untuk mengalirkan uap ke kondensor (Guenther, 1947).
Ketel Suling, sebagai wadah bahan kontak langsung dengan air atau uap
2. Ketel Uap/Boiler Ketel uap adalah pembangkit uap/dimana air dipanaskan di bawah tekanan, dimana uap ini berfungsi sebagai zat pemindah tenaga kaloris. Melalui api dan gas asap kalor dipindahkan dari bahan bakar ke air dan uap melalui dinding bidang pemanas, kemudian uap dapat disalurkan ke pemakai sesuai dengan tujuan penggunaannya (Tambunan dan Karokaro dalam Sunarto, 1992).
Boiler, alat penghasil uap panas
3. Kondensor (Pendingin)
11
Pendingin berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak menjadi fase cair. Jumlah panas yang dikeluarkan pada peristiwa kondensasi sebanding dengan panas yang diperlukan untuk penguapan uap minyak dan uap air serta jumlah
kecil
panas
tambahan
dikeluarkan
untuk
mendinginkan hasil kondensasi, yang berguna untuk menjaga supaya suhunya di bawah titik didih (Guenther, 1947). Kondensor yang paling umum digunakan adalah kondensor berpilin (coil condenser) yang dimasukkan ke dalam tangki berisi air dingin yang mengalir. Arah aliran air pendingin berlawanan dengan arah uap air dan uap minyak.
Kondensor , pendingin uap air dan minyak
4. Oil Separator Alat ini digunakan untuk memisahkan minyak dari air suling. Jumlah volume air suling selalu lebih besar dari jumlah minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling tersebut terpisah secara otomatis dari Eteris. Eteris dan air suling tidak melarut; karena perbedaan bobot jenis maka larutan tersebut akan terpisah dimana minyak tersebut berada di atas lapisan air, hal ini yang merupakan prinsip kerja dasar dari alat ini (Guenther, 1947).
12
Oil separator, memisahkan minyak dengan zat-zat pengotor
Ada beberapa faktor yang menentukan mutu hasil penyulingan, seperti : 1. Jenis dan penanganan bahan baku yang akan disuling 2. Jenis, distribusi dan debit uap yang digunakan 3. Bahan penyusun ketel penyulingan 4. Dimensi alat penyuling 5. Metode penyulingan yang digunakan Pada umumnya untuk mendapatkan rendemen yang tinggi dan mutu Eteris yang baik diperlukan usaha-usaha seperti : (1) suhu penyulingan dipertahankan serendah mungkin dengan mengingat bahwa kecepatan serta besarnya jumlah minyak ditentukan oleh suhu; (2)pada penyulingan uap, jumlah air yang kontak langsung dengan bahan yang disuling, diusahakan sesedikit mungkin (3)perajangan bahan dimaksudkan agar pengisian bahan ke dalam ketel suling sehomogen mungkin (Guenther, 1987). 7. Mutu Eteris Beberapa faktor yang berperan dalam menentukan mutu Eteris adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya (seperti metode penyulingan, jumlah bahan, dan lama penyulingan), perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan, dan penyimpanan. Kondisi proses selain dapat mempengaruhi mutu juga dapat mempengaruhi rendemen 13
minyak hasil penyulingan. Penanganan bahan yang kurang tepat sebelum penyulingan, dapat mengakibatkan kehilangan Eteris cukup besar dan juga dapat menurunkan mutunya. Perlakuan pendahuluan terhadap bahan dapat mempertinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan. Beberapa cara perlakuan pendahuluan yang dapat dilakukan antara lain pengecilan ukuran bahan, pengeringan, pelayuan, dan fermentasi oleh mikroorganisme. Pelayuan dan pengeringan dimaksudkan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga penyulingan lebih mudah dan lebih singkat, sedangkan perajangan dapat menambah luas permukaan bahan sehingga memungkinkan jumlah minyak yang diperoleh lebih besar (Ketaren, 1985). Kualitas atau mutu Eteris ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya, adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu Eteris. Komponen standar mutu Eteris ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan kemurniannya. Kemurnian minyak dapat diketahui dengan penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu, faktor yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak, seperti bilangan asam, bilangan ester, dan komponen utama minyak, dan membandingkannya dengan standar mutu perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah terkontaminasi, atau adanya pemalsuan atau minyak dikatakan bermutu rendah.
14
BAB II. ETERIS PROSPEKTIF DI INDONESIA Beberapa jenis minyak yang prosfektif dikembangkan di Indonesia antara lain sebagai berikut : 1. Minyak Nilam 2. Minyak Kayu Putih 3. Minyak Sereh Wangi 4. Minyak Ylang-ylang 5. Minyak Kayu Manis 6. Minyak Akar Wangi 7. Minyak Pala 8. Minyak Jahe 9. Panili 1. MINYAK NILAM Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil Eteris yang penting, baik sebagai penyumbang devisa maupun sebagai sumber pendapatan petani. Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasar dunia dengan kontribusi sebesar 64%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2004 sebesar 2.074 ton dengan nilai US $ 27.136 juta (Ditjen Perkebunan, 2006). Dalam dunia perdagangan internasional sering disebut patchouli oil. Adapun Negara-negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang, Singapura, Amerika, dan Perancis. Tabel 6. Ekspor minyak nilam Indonesia (BPS, 2005) Tahun 2001 2002 2003 2004
Volume Harga/kg (kg) 1.189.000 1.295.000 1.127.000 2.074.250
(US$) 17,30 17,39 17,00 13,08 15
2005 (JanMei)
1.102.982
7,16
Luas areal pertanaman nilam tahun 2003 sekitar 16.354 ha yang tersebar pada daerah-daerah sentra produksi nilam seperti : - Nanggroe Aceh Darussalam (Tapaktuan, Sidikalang, Lhokseumawe) - Sumatera Barat (Pasaman) - Sumatera Utara (Dairi) - Bengkulu - Lampung - Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan daerah lainnya Produktivitas minyak nilam yang dihasilkan masih rendah rata-rata 199,48 kg/ha/tahun (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2006). Rendahnya produksi disebabkan oleh rendahnya mutu genetik tanaman, teknologi budidaya, panen dan pasca panen yang belum tepat dan berkembangnya berbagai penyakit (Yang Nuryani, et al., 2006). Jenis tanaman nilam yang umumnya dibudidayakan di Indonesia yaitu : 1. Pogostemon cablin, Benth (syn P.patchouly Pell.) atau dikenal sebagai nilam aceh dan banyak diusahakan di Aceh dan Sumatera Utara. 2. Pogostemon heyneanus, Benth atau dikenal sebagai nilam jawa atau nilam hutan. 3. Pogostemon hortensis, Benth atau dikenal juga sebagai nilam jawa atau nilam sabun ini tidak berbunga, kandungan minyaknya rendah, yaitu 0,5-1,5%. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan (hidrodestilasi) daun dan tangkai tanaman nilam. Minyak nilam merupakan salah satu Eteris yang mempunyai titik didih relatif tinggi sehingga cukup baik dipergunakan sebagai bahan
16
pengikat pada pembuatan parfum. Bahan-bahan pewangi yang dapat diikat oleh minyak nilam antara lain minyak mawar, melati, jahe, cengkeh, dan sereh (Kristina, 1992). Sup (1993) menambahkan bahwa minyak nilam mempunyai keunggulan dibanding Eteris yang lain, yaitu daya lekatnya cukup tinggi, tidak mudah menguap, tidak mudah tercuci, dapat larut dalam alkohol, dan dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya. Kandungan senyawa minyak nilam, antara lain benzaldehid (2,3%), kariofilen (17,29%), α -patchoulien (28,28%), buenesen (11,76%) dan patchouli alkohol (40,04%). Kandungan minyak nilam pada daun sebesar 5-6%, batang, cabang dan ranting sebesar 0.4-0.5%. Pengolahan nilam dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pengadaan bahan baku mencakup budidaya dan pemanenan, penanganan pasca panen seperti pengecilan ukuran, pelayuan, dan pengeringan, dan proses penyulingan hingga tahap pengemasan. Pemetikan sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau menjelang malam hari, karena pada waktu tersebut kadar patchoulinya meningkat. Cara memangkas dan meninggalkan sisa tanaman nilam setinggi 40-50 cm. Daun nilam yang dipanen dipetik sebelum daun berubah menjadi berwarna coklat (masih berwarna hijau).
Gambar 6. Tanaman nilam siap panen
17
Gambar 7. Diagram alir proses pengolahan Pengeringan/pelayuan dapat dilakukan minyak nilam
dengan penjemuran tidak langsung di bawah sinar matahari. Setelah penjemuran, kemudian diangin-anginkan di tempat teduh selama 3-4 hari. Kadar air daun dan tangkai yang siap disuling adalah + 15 %
Daun Nilam Kering
18
Gambar 8. Ruang pengeringan daun nilam (kering angin) PENYULINGAN Penyulingan daun nilam mencakup : Perajangan bahan ( batang, ranting, rimpang, buah, biji ) Penjemuran dengan sinar matahari/oven, kadar air ± 12% Penggilingan dengan hammermill Penyulingan dengan metode uap langsung (steam distillation) akan memberikan hasil yang optimal. Penyulingan daun segar akan menghasilkan rendemen minyak yang rendah. Pencampuran dengan ranting nilam.
Gambar 9. Bahan baku nilam untuk penyulingan
19
Gambar 10. Skema proses penyulingan dengan menggunakan uap langsung
Gambar 11. Unit penyulingan nilam kapasitas 25 kg 20
Gambar 12. Unit penyulingan nilam kapasitas 500 kg MUTU MINYAK NILAM Faktor yang mempengaruhi : 1. Jenis tanaman dan umur panen 2. Perlakuan bahan olah sebelum ekstraksi 3. Sistem, jenis peralatan dan kondisi proses ekstraksi minyak 4. Perlakuan terhadap Eteris setelah ekstraksi 5. Pengemasan dan penyimpanan Tabel 7. Syarat mutu rekomendasi Jenis Uji Bau Putaran Optik Patchouly
Persyaratan SNI 062385-1998 Segar, khas minyak nilam (-47°) – (-66°) Dicantumkan sesuai hasil
21
alkohol
uji
Dalam perdagangan mutu minyak nilam yang baik adalah ditandai dengan kadar patchouli alkohol sebagai komponen utama tinggi. Tabel 8. Parameter mutu minyak nilam berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-1998 Karakteristik
SNI 06-2385-1998
Warna
Kuning muda sampai coklat tua
Bobot Jenis 20°C/20°C
0.943 – 0.983
Indeks Bias
1.504 – 1.514
Bilangan asam
Maksimum 5.0
Bilangan ester
Maksimum 10.0
Kelarutan dalam alkohol 90%
Larutan jernih dalam perbandingan volume 1 : 1 – 1 : 10
Minyak Kruing
Tidak nyata
Minyak lemak
Negatif (-)
Minyak pelican
Negatif (-)
Minyak nilam dapat digunakan di berbagai industri, seperti : • Industri makanan, untuk bahan penyedap dan penambah cita rasa • Industri bahan pengawet, sebagai insektisida. • Industri kosmetik dan personal care products, dapat digunakan dalam pembuatan sabun, pasta gigi, lotion, skincare, produk-produk kecantikan, dan sebagainya. • Industri parfum (aroma woodsy), digunakan untuk mengharumkan kamar tidur untuk memberi efek menenangkan. •
Industri farmasi :
22
> anti septik,anti jamur, anti jerawat, > obat eksim, dan kulit pecah-pecah, serta ketombe, > mengurangi peradangan, membantu mengurangi kegelisahan dan depresi, > membantu penderita insomnia (gangguan susah tidur) dan meningkatkan gairah seksual, > membuat tidur lebih nyenyak (anti-insomnia). > penawar racun minyak nilam murni (100%) yang diteteskan pada kapas dan diusapkan pada bagian yang digigit ular cobra, dapat menetralisir racun/bisa ular sebagai pertolongan pertama.
Pewangi Selain aromanya, minyak nilam juga berfungsi sebagai fiksatif, yaitu pengikat wangi, untuk parfum, dan air
fresher.
Pemasaran Minyak Nilam
23
Gambar 13. Jalur distribusi dan pemasaran minyak nilam 2. MINYAK KAYU PUTIH Minyak kayu putih (eucalypt oil atau kadang disebut oleum cajuputi, cajeput essential oil atau cajuput or cajeput oil) sudah menjadi kebutuhan yang penting dalam banyak rumah tangga di Indonesia. Minyak ini digunakan sejak jaman dulu sebagai antiseptik, obat sakit perut, obat flu atau digunakan untuk pijatan (urut) ringan dan sebagainya. Di bidang industri, minyak kayu putih adalah salah satu bahan baku industri obat-obatan maupun di industri kosmetik. Minyak kayu putih tergolong sebagai Eteris yaitu minyak yang mudah menguap, dan dihasilkan dari tanaman melalui penyulingan daun. Tanaman penghasil minyak kayu putih yaitu Melaleuca leucadendron dan Eucalyptus spp. Namun yang paling populer di Indonesia umumnya minyak kayu putih yang berasal dari Melaleuca leucadendron atau Melaleuca cajuputi. Melaleuca ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda di Indonesia dan di mancanegara. Pohon ini juga mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan rendah maupun curah hujan tinggi. Namun pohon yang menghasilkan rendemen minyak kayu putih yang tinggi umumnya berasal dari daerah kering seperti Gunung Kidul (Yogyakarta), Pulau Buru di Maluku, Pulau Timor, NTT, dan Rote serta daerah kering lainnya di Maluku dan Papua. Budidaya Kayu Putih di Indonesia berasal dari hutan alam dan hutan buatan. Hutan alam kayu putih terdapat di daerah 24
Sumatera Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku (P.Buru, P. Seram, Nusa Laut, Ambon), Bali, NTT, dan rian Jaya. Sedangkan hutan buatan dapat ditemukan di wilayah Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Madiun), Jawa tengah (Gala, Gundih, Grobogan, Purwodadi), DIY (Gunung Kidul, Bantul), dan Jawa Barat (Banten, Bogor, Sukabumi, Indramayu, Majalengka). Produksi Minyak Kayu Putih Dahulu Indonesia telah mengekspor minyak kayu putih. Minyak kayu putih dari Pulau Buru di Sulawesi termasuk mutu terbaik. Namun kebutuhan domestik jauh lebih besar dari produksinya, kira-kira sebesar 1.500 ton/tahun dengan produksi < 500 ton/tahun sehingga pada saat ini kebutuhan minyak kayu putih dalam negeri diimpor dari China dan Vietnam. Total nilai impor minyak kayu putih dari luar negeri bisa mencapai enam juta US Dollar (US$ 6 million) atau setara dengan hampir Rp.60 milyar setiap tahun. Tabel 9. Data perdagangan domestik oleh Perhutani (1995-1999) Area Produksi Produk Tahun Pohon KP Daun (MT) MKP (kg) (ha) 1995 16.093 29.651 233.412 1996
11.460
30.806
265.600
1997
10.461
33.262
293.885
1998
14.677
27.055
200.131
1999
17.505
42.560
312.700
Total Rata-
70.196
163.334 1.305.698
14.039,02 32.668,8 261.139,6 rata Sumber : Perum Perhutani (2000)
25
Tabel 10. Data perdagangan domestik oleh Perhutani (19951999) lanjutan Tahun
Rendemen Volume
Value
1995
(%) 0.79
(kg) 243.167
(Rp.1000) 3.452.730
1996
0.86
265.583
4.497.725
1997
0.88
248.589
2.980.533
1998
0.74
204.430
4.446.037
1999
0.73
7.858.362
Total
4.0
231.134 1.192.90 3
23.353.387
Rata-
0.80 238.580,6 4.647.077,4 rata Sumber : Perum Perhutani (2000) Pengolahan Minyak Kayu Putih Bahan baku dapat mempengaruhi mutu minyak yang dihasilkan. Bahan baku yang bermutu tinggi dapat menghasilkan minyak dengan mutu yang tinggi. Tanaman kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh spesifik (5-450 dpl). Bagian daun kayu putih merupakan bagian yang paling baik untuk menghasilkan minyak. Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 5 tahun, dan setiap kali panen dapat dihasilkan 50-100 kg daun & ranting. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, karena pada waktu tersebut kandungan minyak cukup tinggi. Pada tahap pasca panen, dilakukan pengecilan ukuran, pelayuan, dan pengeringan. Pengecilan ukuran dilakukan agar kelenjar minyak pada tanaman dapat terbuka sebanyak mungkin
26
sehingga volume penyulingan lebih besar. Pelayuan & Pengeringan bertujuan untuk mengeluarkan kadar uap air dalam bahan selama 3-5 hari (tergantung cuaca). Proses penyulingan atau hidrodestilasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh minyak dengan mutu baik. Hidrodestilasi adalah difusi Eteris dan air panas melalui membran bahan yang disuling. Kemasan yang dipakai untuk wadah yaitu botol kaca, drum timah putih, drum lapis timah putih, atau kemasan besi galvanis. Proses penyimpanan dapat menyebabkan menurunkan rendemen, menurunkan kualitas minyak, terjadi hidrolisis atau resinifikasi tergantung kondisi penyimpanan. Minyak kayu putih memiliki beberapa komponen, yang dominan adalah sineol. Mutu minyak kayu putih ditentukan oleh kadar sineol. Kadar sineol tinggi maka mutu minyak tinggi. Mutu minyak kayu putih dipengaruhi oleh cara penyimpanan daun, cara penyajian daun, cara pengisian daun ke ketel, kondisi penyulingan, dan jenis atau varietas pohon.
Gambar 14. Proses pengolahan minyak kayu putih 27
Mutu minyak kayu putih dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian berdasarkan persyaratan kadar sineolnya, mutu utama dan mutu pertama. Standar minyak kayu putih yang berlaku di Indonesia adalah SNI 06-5009.11-2001. Tabel 11. Standar mutu minyak kayu putih (SNI 01-5009.112001) Variabel Bau Kadar Cineol Minyak pelikan Minyak lemak
Kualitas Kualitas Utama Pertama Khas minyak Khas minyak kayu putih kayu putih ≥ 55% < 55% Tidak Tidak diperkenankan diperkenankan Tidak Tidak diperkenankan diperkenankan
Kelarutan dalam 1:1-1:10 larut alkohol 80% BJ pada 15oC 0,90 - 0,93 Indeks bias pada 1,46 – 1,47 20oC Putaran optik (-4)o – 0o 27oC Keterangan :
1:1-1:10 larut 0,90 - 0,93 1,46 – 1,47 (-4)o – 0o
Minyak pelikan : golongan minyak bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin yang biasa ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih. Minyak lemak : minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih. Cineol : senyawa kimia yang termasuk golongan ester sebagai turunan terpen alkohol yang terdapat dalam Eteris, seperti : minyak kayu putih, minyak eucalyptus, minyak kilemo. Aplikasi Minyak Kayu Putih • Industri yang mengunakan minyak kayu putih antara lain :
28
• Industri Jamu/farmasi : Obat luar (minyak kayu putih, balsem) terapi uap, Obat dalam, dengan diminum. • Industri kosmetik : Pasta gigi, sabun, parfum • Industri makanan : Permen • Aplikasi lain : Lilin aromaterapi, blended cream, in the bath Obat Luar Beredar di pasaran dengan berbagai merek produk dalam bentuk cair dan balsem. Minyak telon Campuran minyak kayu putih, minyak adas dan minyak serai Memberikan rasa hangat karena merangsang pembuluh darah membesar sehingga aliran darah menjadi lebih cepat. Efek yang terjadi adalah rasa hangat dan nyaman. Balsem Campuran menthol, minyak kayu putih, mint oil, vaselin dan lain sebagainya. Digunakan untuk gosok, kerik dan pijat. Dapat menyembuhkan penyakit flu ataupun demam. Terapi uap Terapi sistem pernafasan, mengurangi infeksi dan rasa sakit. Selain itu dapat menjernihkan pikiran. Massage Oil Mengurangi rasa sakit, encok, rheumatik, dan penyakit lainnya. Sabun minyak kayu putih Minyak kayu putih digunakan sebagai bahan tambahan pada formula sabun mandi. Sabun tidak memerlukan pewangi tambahan Namun dapat memberi rasa segar. Pasta gigi 29
Minyak kayu putih digunakan sebagai bahan tambahan pada formula pasta gigi, yang berfungsi dapat menyehatkan gigi. Lilin aromaterapi - Untuk relaksasi - Sebagai perlengkapan spa dan terapi-terapi lainnya. Permen kayu putih Minyak kayu putih digunakan sebagai tambahan pada formula permen (hard candy). Memberikan efek melegakan tenggorokan. Dikenal dengan permen herbal atau medicated sweets yang dikenal sebagai permen fungsional. Penggunaan pada saat mandi Dapat menurunkan demam dengan menggunakan pengaruh cooling. Blended cream Campuran formula cream wajah. Dapat mencegah jerawat dan penyakit kulit. Pemasaran Minyak Kayu Putih
Gambar 15. Jalur distribusi dan pemasaran minyak kayu putih 3. MINYAK YLANG-YLANG
30
Ylang-ylang (Cananga odoratum forma genuine) merupakan tanaman berbentuk pohon yang menghasilkan Eteris. Tanaman ini sekerabat dengan kenanga (Cananga odoratum forma macrophylla), keduanya termasuk famili Annonaceae. Tanaman kenanga sudah lama dibudidayakan di Indonesia, sedangkan tanaman ylang-ylang belum lama dikembangkan. Aroma minyak ylang-ylang lebih lembut dan lebih wangi dari minyak kenanga karena kandungan ester dan linalolnya yang lebih tinggi (Guenther, 1952 dan Rusli et al., 1987). Bunga ylangylang sudah sejak dulu digunakan sebagai pewangi maupun sebagai hiasan (Oyen and Dung, 1999; Bown, 2001).
Gambar 16. Proses penyulingan minyak ylang-ylang skala besar
Minyak Ylang-ylang diperoleh dari bunga ylang-ylang dengan cara destilasi (peryulingan). Di pasar dunia, minyak ylang-ylang diperdagangkan dalam 4 jenis mutu yaitu Ekstra, I, II, dan III. Pembeda dari keempat jenis mutu tersebut adalah interval waktu pengambilan minyak selama proses penyulingan (Anon, 1970 dan Guenther, 1952). Minyak yang diperoleh dari fraksi pertama disebut dengan mutu Extra, biasanya sekitar 40% dari keseluruhan minyak yang dihasilkan, dan mempunyai bau (odor) yang manis dan eksotik. Komponen minyak Ylang-ylang dengan mutu Ekstra ini meliputi 31
benzaldehid, linalool, α-kariofilen, α-humulen, benzil format, benzil asetat, benzil alkohol, safrol, dan iso-eugeno. Kandungan dalam mutu I, II, III, IV adalah tanpa benzaldehid, α-humulen, dan komponen lain dalam jumlah berbeda. Untuk minyak ylang-ylang, sifat kimia yang sangat mempengaruhi mutu dan selalu dipertimbangkan oleh para konsumen adalah bilangan ester dan bilangan penyabunan yang tinggi. Bunga yang masih hijau dan sudah kuning, dari segi rendemen tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, namun dilihat dari bilangan ester dan bilangan penyabunan, bunga yang kuning mempunyai nilai yang lebih tinggi sehingga mutunya pun jauh lebih tinggi dibanding bunga yang masih hijau. Mutu minyak Ylang-ylang dipengaruhi oleh Pra – Panen dan Pasca – Panen, seperti tingkat ketuaan bunga, penanganan bunga, cara penyulingan, pengemasan, dan penyimpanan. Produksi Minyak Ylang-Ylang Negara penghasil utama minyak ylang-ylang ini adalah pulau Comoro & Kepulauan Reunion, sedangkan di Indonesia, produksi minyak Ylang-ylang terbatas pada daerah tertentu seperti Jawa barat, Malingping (502 Ha) dan Jawa Timur, Blitar. Di Jawa Barat saja, dari satu hektar pohon dapat ditanam 200 pohon kenanga, dan dihasilkan 50kg bunga/phn/th. Dengan produktivitas sebanyak 90% dan rendemen 1,5% maka dapat diperoleh minyak sebanyak 6.777 kg/thn. Pemasaran Minyak Ylang-Ylang Kondisi pasar Kebutuhan dunia 120-130 ton b. Indonesia mengekspor minyak kananga (50 ton/tahun) Nilai ekspor semakin menurun c. Minyak Ylang-ylang mutu III
32
a. Dalam negeri : perkembangan industri kosmetik dan aromaterapi b. Ekspor 1. Ylang-ylang mutu III 2. Ylang-ylang mutu yang sesuai dengan pasar Pasar utama minyak Ylang-ylang adalah UE, AS & Jepang (72 % dari total kebutuhan dunia), dan Perancis pengguna minyak ylang-ylang terbesar di dunia (>45%).
Harga minyak ylang-ylang di dunia mencapai US$ 110/kg, lebih besar tiga kali dari harga minyak kenanga. Minyak Ylang-Ylang dihasilkan dari penyulingan bunga. Mutu bunga cepat menurun, sejalan dengan waktu (tranportasi & penyimpanan). Oleh karena itu bunga segar hasil panen harus segera disuling. Perlu pengembangan Industri penyulingan di sentra-sentra poduksi seperti Industri Besar (Perhutani/swasta), ataupun Industri Menengah/Kecil (Kelompok tani/IKM). Ylang-ylang & Aromaterapi Istilah aromaterapi belum lama berkembang di Indonesia, namun sebetulnya aromaterapi sudah sejak dahulu dilakukan oleh nenek moyang kita. Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum atau baubauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan baubauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih, dan enak yang disebut dengan Eteris.
33
Eteris mengandung bahan kimia asli berupa zat antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain yang mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum. Di samping khasiat antioksidan, molekul-molekul alam dapat meningkatkan kekebalan tubuh secara alami (Primadiati dalam Anon, 2003). Penelitian ini menunjukkan bahwa bahan pewangi dapat memberikan perubahan pada aktifitas elektromagnetik dari otak, denyut jantung, kualitas mental dan fisik, mood, tekanan darah, otot yang tegang, dan temperatur kulit (Hongratanaworakit, 2004). Minyak ylang-ylang dikenal sebagai antidepressi, dalam pengobatan secara aromaterapi dapat membuat rileks badan, menyeimbangkan perasaan dan meningkatkan spirit. Secara fisik dipakai untuk menurunkan tekanan darah, melemaskan otot tegang, dan mengurangi gejala PMS dan menopause. Penelitian terhadap tikus, kelinci dan manusia, minyak ylang-ylang dapat menghilangkan stress sebanyak 50 % dengan menghirup minyak ylang-ylang yang akan berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan denyut jantung, serta meningkatnya perhatian dan daya tanggap (alertness) orang yang menghirupnya (Fruend, 1999 dalam Buckle, 2003; http:www.Stevenfoster.com/). Walaupun Eteris dapat digunakan sebagai bahan pengobatan dalam aromaterapi, namun penggunaanya harus diawasi karena pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan keracunan dan alergi. Minyak ylang-ylang ini dapat juga digunakan sebagai antibakteri, mengobati eksim, dan menghilangkan gatal karena gigitan serangga. Untuk perawatan muka, minyak ylang-ylang dapat menolong menyeimbangkan produksi lemak yang sangat baik untuk kulit berminyak, sedangkan untuk rambut, dapat menstimulasi pertumbuhan rambut dan baik ditambahkan pada 34
formulasi sampo dan pelembab. Dalam penggunaanya, minyak ylang-ylang biasa dikombinasikan dengan minyak bergamot, lavender, lemon, dan narcissus. Aplikasi minyak ylang-ylang ini dapat dipergunakan pada industri kosmetik seperti untuk pembuatan body wash, parfum, body cream, dan lain-lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 18 di bawah ini.
Body Wash
Bath essence
Body cream Parfum Lilin Aromaterapi
Gambar 17. Contoh produk industri minyak ylang-ylang
4. MINYAK SEREH WANGI Sereh merupakan salah satu jenis rumputrumputan yang merupakan jenis tanaman tahunan yang membentuk rumpun tebal dengan tinggi sampai 2 meter. Nama ilmiahnya
35
Cymbopogon citratus. Tanaman ini hidup baik di daerah yang udaranya panas maupun basah, sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Cara berkembangbiaknya dengan anak atau akarnya yang bertunas. Supaya daunnya tumbuh subur dan lebat, sebaiknya penanaman dilakukan dengan jarak sekitar 65 cm per baris. Ada kemungkinan Malaysia dan Sri Langka merupakan tempat asal jenis tanaman ini. Sekarang jenis ini telah tersebar di daerah-daerah tropik lainnya dan ditanam untuk minyaknya, terutama di negara-negara Guatemala, Brazil, Hindia Barat, Indo Cina, Kongo, Republik Malagasy dan Tanzania. Dalam setahun 1 hektar tanah dapat menghasilkan rata-rata 30 ton daun sereh yang dapat disuling untuk diambil minyak serehnya sebanyak 45-80 kg. Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 4-8 bulan. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong rumpun dekat tanah, setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur 5 tahun. Hasil daun basah kira-kira 10 - 15 ton/ha/tahun dengan kadar minyak 0,5% dan 1,2%. Secara umum, sereh dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sereh dapur (lemongrass) dan sereh wangi (sitronella). Keduanya memiliki aroma yang berbeda. Minyak sereh yang selama ini dikenal di Indonesia merupakan minyak sereh wangi (citronella oil) yang biasanya terdapat dalam komposisi minyak tawon dan minyak gandapura. Minyak sereh wangi telah dikembangkan di Indonesia dan Eterisnya sudah diproduksi secara komersial dan termasuk komoditas ekspor. Sedangkan minyak sereh dapur (lemongrass oil) belum pernah diusahakan secara komersial. Dari segi komposisi kimianya, keduanya memiliki komponen utama yang berbeda. Sereh wangi kandungan utamanya adalah citronella, sedangkan sereh dapur adalah sitral. 36
Negara produsen utama minyak sereh wangi ini yaitu Indonesia, Cina, Madagaskar, Afrika selatan, dan Srilanka. Indonesia adalah produsen minyak sereh wangi terbesar setelah Cina. Hampir 75% diekspor dalam bentuk minyak kasar. Impor turunan Eteris 2.1 kali nilai ekspor. Rata-rata ekspor Indonesia ke Amerika Serikat Periode 2001-2005 sebanyak 79.480 kg/th dengan nilai ekspor sebesar 389.400 US/tahun (Department of Commerce, U.S. Census Bureau, Foreign Trade Statistics 2006, HS No 3301295011). Rata-rata Impor Indonesia dari Amerika Serikat Periode 2001-2005 dalam bentuk mixture odor sebesar 9.490.400 US/tahun (Department of Commerce, U.S. Census Bureau, Foreign Trade Statistics 2006, HS No 3302100000). Tabel 12. Harga minyak sereh wangi dan turunannya Nama Bahan
Harga (Rp100
g) Minyak Sereh Rakyat (Sitronelal 35.000/kg 32%)*) Sitronelal (82%) 203.000 Sitronelol (95-100%) 288.000 Geraniol (98%) 310.000 Hidroksi citronelal (98-100%) 398.700 Menthol (99-100%) 1.020.000 Citral ( 99%) 399.700 Geranyl acetate (98-100%) 886.400 Citronelyl acetate (98-100 %) 335.100 α-ionon (90-100%) 825.700 ß-ionon (98-100 %) 783.900 Sumber : www. thegoodscentscompany.com, 11 September 2006 *) Harga di penyulingan Gunung halu – Jawa Barat, 2005
Minyak sereh wangi dihasilkan dengan cara menyuling daun sereh wangi yang mengandung kurang dari 0.5-1.2% minyak. Bahan yang terpenting dalam minyak sereh wangi adalah persenyawaan
aldehid
dengan
nama
sitronellal
dan
persenyawaan alkohol disebut geraniol. Kadar sitronellal dan geraniol sangat menentukan mutu minyak sereh wangi. Jenis
37
tanaman sereh yang menghasilkan produksi dan mutu yang terbaik adalah jenis “Mahapengiri” yang banyak ditanam di Pulau Jawa. Jenis tanaman ini mengandung 80-97% total geraniol dan 30-45% sitronellal. Sedangkan jenis “Lenabau” dari Ceylon hanya mengandung 55-65% total geraniol (Ketaren, 1985). Sifat kimia minyak sereh wangi ditentukan oleh senyawasenyawa yang terdapat di dalamnya, terutama sitronellal, geraniol, dan sitronellol. Ketiga senyawa ini mempunyai ikatan rangkap. Mengingat adanya ikatan rangkap pada senyawasenyawa di dalam minyak sereh wangi,
maka penyebab
kerusakan atau penurunan mutu minyak sereh wangi disebabkan oleh adanya proses oksidasi dan polimerisasi (resinifikasi). Proses oksidasi dapat menyebabkan perubahan bau dan warna serta menurunkan jumlah geraniol, sitronellal, dan sitronellol. Proses resinifikasi akan menyebabkan minyak sereh wangi kelihatan keruh. Selain itu penurunan mutu minyak sereh wangi juga dapat disebabkan karena reaksi hidolisis senyawa ester yang terdapat di dalam minyak sereh wangi, seperti senyawa geranil asetat, sitronellil asetat, dan linalil asetat. Hidrolisis senyawa ester akan menimbulkan bau yang tidak enak karena terjadi pembentukan asam-asam organik berantai karbon lebih pendek (Ketaren, 1985). Minyak sereh wangi biasanya berwarna kuning muda sampai kuning tua, bersifat mudah menguap. Pada suhu 15ºC mempunyai bobot jenis 0,886-0,894; indeks bias pada suhu 20ºC adalah 1,467-1,473. Dapat larut dalam 3 bagian volume alkohol 80% tetapi bila diencerkan kelarutannya berkurang dan larutan menjadi keruh (Guenther, 1987). Minyak sereh wangi bersifat menenangkan, menyegarkan dan mempertajam pikiran, dapat digunakan sebagai penolak serangga dan kucing, untuk perawatan kulit, dan sebagai obat urut. 38
Tabel 13. Standar mutu minyak sereh wangi Indonesia (Ketaren, 1985) Karakteristik 1. Warna 2. Bobot jenis (25oC/25oC) 3. Indeks bias (n25) 4. Total geraniol, % (b/b)min 5. Sitronellal, % (b/b)min 6. Bau 7. Putaran optik 8. Titik nyala 9. Zat asing : • Lemak • Alkohol tambahan • Minyak pelikan • Minyak terpentin
Syarat Mutu Kuning pucat sampai kuning kecoklat-coklatan 0,850-0,892 1,454-1,473 85 35 Segar, khas minyak sereh wangi (0o)-(-6o) 76oC-84oC
Negatif Negatif Negatif Negatif
5. MINYAK AKAR WANGI Minyak akar wangi merupakan komoditi ekspor Indonesia yang cukup potensial. Daerah sentra produksi minyak akar wangi ini terdapat di daerah Garut, Jawa Barat. Sampai saat ini sesuai dengan data yang ada, pasar luar negeri yang menyerap produk Minyak Akarwangi Garut adalah para pengusaha dari kawasan Asia, Eropa dan Amerika khususnya negara-negara seperti Singapura, India, Jepang, Hongkong, Inggris, Belanda, Jerman,
39
Italia, Swiss, dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk pemasaran minyak Akarwangi yang juga masih cukup terbuka khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan. Minyak akar wangi diperoleh dari penyulingan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Staph). Akar wangi (Vetiveria zizanoides), termasuk dalam famili Graminae, biasanya tumbuh di daerah tropis seperti India, Tahiti, Haiti dan Indonesia (khususnya Jawa) (Anon, 2006). Tanaman ini selain mengandung Eteris, juga bisa dimanfaatkan untuk mencegah erosi, vegetasi konservasi karena bentuk akarnya yang kuat (Emmyzar et al., 2000). Minyak akar wangi banyak digunakan dalam industri parfum, bahan kosmetik, obat-obatan, antiseptik, afrodisiak, sedativ, tonik dan bisa dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon, 2006; Kamal and Ashok, 2006; Emmyzar et al., 2000). Minyak akar wangi juga memiliki bau yang keras (dosis tertentu). Sering dilakukan pencampuran dengan minyak nilam dan minyak mawar. Mampu membunuh larva nyamuk sehingga sering digunakan sebagai obat nyamuk. Komponen utama dari minyak akar wangi adalah senyawa golongan seskuiterpen (3-4 %), seskuiterpenol (18-25 %) dan seskuiterpenon furfurol, α
seperti
dan β
asam
benzoat,
vetiverol,
vetiverol,
vetivone, vetivene dan vetivenil vetivenat
(Anon, 2006; Kamal and Ashok, 2006; Emmyzar et al., 2000).
Tabel 14. Syarat mutu minyak akar wangi 40
No
Karakteristik
1
Warna
2 3
Berat jenis pada 25oC Bilangan ester Bilangan ester setelah asetilasi
4 5
Kelarutan dalam etanol 95%
6 7 8
Alkohol tambahan Minyak lemak Minyak pelikan
Syarat Kecoklata-coklatan sampai coklat kemerahan 0.978-1.038 5-25 100-150 Perbandingan volume 1: ½ opalesensi seterusnya opalesensi Negatif Negatif Negatif
Gambar 18. Diagram alir proses pengolahan minyak akar wangii Khasiat Minyak akar wangi •
melemaskan dan menyegarkan pikiran dan tubuh
•
membantu menurunkan tekanan darah
•
meningkatkan sirkulasi darah
•
menenangkan dan menstabilkan emosi
•
membantu mengatasi stres dan mengembalikan keadaan emosi.
41
Aplikasi minyak akar wangi :
Cream Parfum Bath Shampoo Sabun Gambar 19. Contoh produk aplikasi minyak akar wangi 6. KAYU MANIS Minyak kayu manis dihasilkan dari tanaman kayu manis yaitu kulit batang, kulit cabang, ranting, daun dan dahan. Kadar Eteris pada kulit kayu dapat mencapai 4%. Kulit kayu manis mengandung damar, pelekat, tanin (zat penyamak), gula, kalsium, oksalat, insektisida, cinnzelanol, cumarin. Khasiat dan Manfaat Kayu Manis : • Banyak digunakan sebagai bumbu masak, pembalsaman mumi, antiseptik (memiliki daya bunuh terhadap mikroorganisme) dan jamu untuk penyakit disentri • Minyak kayu manis sebagai penyembuh reumatik, pilek, sakit usus, jantung, pinggang, darah tinggi • Kayu manis untuk kesuburan wanita • Memiliki efek mengeluarkan angin, membangkitkan selera, menguatkan lambung • Minyak kayu manis untuk pewangi dan peningkat cita rasa pada pengolahan pangan • Minyak kayu manis untuk industri kosmetik Jenis – jenis kayu manis yang diperdagangkan (lokal maupun ekspor) : 1. Cinnamomum burmanni 42
Cinnamomum burmanni merupakan tanaman asli Indonesia. Dalam dunia perdagangan dikenal dengan cassiavera, kaneel cassia. Sentra budidaya tanaman ini terdapat di daerah Sumatera Barat dan Utara, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Tanaman ini memiliki ukuran daun yang kecil dan kaku. Pemanenan terhadap kulit batang dan ranting. Komponen utama pada Eteris yaitu sinamat aldehida. 2. Cinnamomum zeylanicum Tanaman kayu manis jenis ini berasal dari Srilanka (P. Ceylon). Kualitasnya lebih baik dibanding C. Burmanni. Memiliki kulit batang lebih tipis. Destilasi kulit menghasilkan 0.5-1% Eteris. 3. Cinnamomum cassia Jenis kayu manis ini merupakan tanaman asli Birma. Dalam dunia perdagangan dikenal dengan chinese kaneel. Warna pucuknya bervariasi. Kandungan Eterisnya terdapat pada kulit batang, kulit cabang, ranting, dan daun tanaman kayu manis. Kadar Eteris pada masing-masing bagian tersebut adalah kulit cabang (4.05%), kulit batang (3.78%), kulit ranting (3.95%), daun (0.98%). 4. Cinnamomum cullilawan Dikenal hanya di Ambon dan Maluku. Diperdagangan di dalam negeri dalam jumlah yang sedikit. Komposisi Eteris kayu manis sangat dipengaruhi oleh asal daerah. Kandungan terbesar adalah sinamat aldehida (60-75%), dengan komponen lainnya yaitu eugenol, aldehid lain, benzilbenzoat, felandren Mutu Minyak kayu manis ditentukan oleh kandungan eugenol dan sinamat aldehida. Tabel 15. Volume ekspor kayu manis Indonesia 2000-2006
43
Nilai (US$) Volume (kg) 70.480 2000 14.400 113.133 2001 1.347 3.276 2002 176 2.396 2003 151 2004 2005 Sumber : BPS (1994-1999) Tahun
Gambar 20. Proses pengolahan minyak kayu putih
44
Gambar 21. Proses pengolahan oleoresin kayu putih
7. MINYAK PALA Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis lainnya. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18%, minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji). Permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat, dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia. Pala di Indonesia dihasilkan dari perkebunan rakyat. Luas areal pertanaman pala adalah sebesar 43.873 ha (tahun 2000). Pohon pala dapat berbuah sepanjang tahun. Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang setiap daerah biasanya waktunya tidak sama. Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang ditandai dengan merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga.
45
Biji dan Fuli Pala kering Digunakan untuk industri pengawetan ikan, pembuatan sosis, makanan kaleng, adonan kue.
Biji Pala
Fulli Pala
Pemanenan dilakukan terhadap buah yang hampir tua. Ditandai dengan biji keras, warna coklat tua, fuli merah muda.
Buah Pala Siap Panen
Penyulingan biji dan fuli pala menghasilkan Eteris dengan komponen minyak yang sama. Pengempaan biji dan fuli pala menghasilkan nutmeg concrete. Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25 - 40%, buah pala yang hampir tua mengandung minyak 7-15%. Minyak lemak ini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut. Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikut tersuling dan akan sulit dipisahkan dari minyak palanya. Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulingan selama +10 - 30 jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampung yang digunakan untuk 46
memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidak berwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap oksigen dan menjadi kental. Minyak pala dihasilkan dari penyulingan biji dan fuli pala, dapat digunakan sebagai bahan baku industri obat-obatan, pada pembuatan sabun dan parfum. Komponen utamanya yaitu myristicin dengan persentase sebesar 8.19%.
Gambar 22. Teknologi proses pengolahan minyak kayu putih Minyak pala merupakan cairan jernih (hampir tidak berwarna – kuning muda), diperoleh dari proses penyulingan serbuk biji dan fuli pala. Minyak pala ini mengandung unsurunsur psikotropik (berkhayal, halusinasi), memiliki daya bunuh yang hebat terhadap larva serangga, dan dapat digunakan sebagai penyegar pasta gigi, pencampur aroma tembakau. Komponen yang terdapat dalam minyak pala ini diantaranya adalah eugenol, iso-eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrole, terpene, aldehide. Minyak pala memiliki khasiat mengatasi masalah sirkulasi darah, otot, persendian, asam urat (gout), sakit dan nyeri otot, rematik, kembung, salah pencernaan, lemah pencernaan, mual, dan membantu melawan infeksi bakteri. Minyak pala ini 47
dieksport ke Singapura, Perancis, Inggris, Nederland dan Amerika Serikat. Tabel 16. Mutu Minyak Pala (EOA) No
Karakteristik
1
Penampilan, warna
2
Bau
3
Berat jenis 25°C
Syarat Cairan bening atau kuning pucat Bau dan rasa khas pala 0.880-0.930
4 5
Putaran optik 2°-30° Indeks refraksi 25°C 1.4740-1.4880 Kelarutan dalam 6 Larut dalam 3 volume alkohol 80% Sumber : Lutony dan Rahmayati (2002) Di pasaran dunia terdapat 2 (dua) mutu pala destilasi yaitu : - Mutu I kode AZWI, yaitu buah pala tanpa batok yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 2,5 bulan. - Mutu II kode ETEZ, yakni buah pala yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 5 bulan. Tabel 17. Standar mutu pala destilasi Karakteristik Kadar air, % (bobot/bobot) males Kadar Eteris, (bobot/bobot) min.% Kadar minyak non atsiri, (bobot/bobot) males.% Benda asing, % (bobot/bobot) maks. 8. MINYAK JAHE
Mutu Mutu I Mutu II 14,0
14,0
7,5
4
10
12
0,5
0,5
Jahe (Zingiber officinale Roxb ) merupakan tanaman terna berbatang semu, tumbuh berumpun, tinggi 30 cm – 1m, tegak, tidak bercabang, tersusun atas lembaran pelepah daun, berbentuk 48
bulat, berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang kemerahan. Bagian tanaman yang digunakan untuk bahan industri yaitu rimpangnya. Ada tiga jenis jahe yang dibudidayakan antara lain : 1. Jahe putih besar (gajah) Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.Digunakan oleh industri makanan (permen, jahe instan, sirup) 2. Jahe putih kecil (emprit)/kuning Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning. 3. Jahe merah (sunti) Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi (pengobatan) dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah. Jahe mengandung sejumlah kecil minyak volatil dan fixed oil yang mengandung zat resin yang pedas, 40—60% pati, 9% protein, beberapa jenis mineral dan vitamin. Menurut Rismunandar (1988) komposisi kimia jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi jahe antara lain adalah jenis tanaman, sifat tanah tempat penanaman, umur panen, perlakuan pra dan pasca panen, cara pengolahan, dan ekosistem tempat tanaman jahe. Sifat khas jahe disebabkan oleh adanya Eteris dan oleoresin. Aroma jahe disebabkan oleh gingerol dan shogaol
49
yang banyak terdapat pada oleoresin jahe (Guenther, 1948). Kandungan Eteris pada jahe sebesar 1,7-3,8%. Minyak jahe merupakan hasil penyulingan dan destilasi rimpang jahe, memiliki bau harum, tapi rasa tidak pedas. Komponen utama pada minyak jahe ini adalah seskuiterpenzingiberen, sedangkan kandungan lainnya cukup banyak, seperti α dan β felandren, d-kamfen, asetil heptenon, n-desil aldehid, nnonil aldehid, borneol, sineol, linalol, sitral dan sesquiterpen alcohol. Berbagai teknik penyulingan untuk mendapatkan Eteris pada tanaman jahe antara lain dengan : Metode perebusan: Bahan direbus di dalam air
1.
mendidih. Eteris akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus. Metode pengukusan: Bahan dikukus di dalam ketel
2.
yang konstruksinya hampir sama dengan dandang. Eteris akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut suling pengukus. Metode uap langsung: Bahan dialiri dengan uap yang
3.
berasal dari ketel pembangkit uap. Eteris akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling uap langsung. Untuk skala kecil seperti yang dilakukan oleh kebanyakan petani, metode pengukusan paling sering digunakan karena mutu produk cukup baik, proses cukup efisien, dan harga alat tidak terlalu mahal. Untuk skala besar, metode uap langsung yang paling baik karena paling efisien dibanding cara lainnya.
50 Gambar 23.Teknologi proses pengolahan minyak jahe
Tabel 18. Patokan mutu Ginger Oil (EOA) No
Karakteristik
1
Penampilan, warna
2 3 4
Berat jenis 25 C Putaran optik Indeks refraksi 20oC Bilangan o
5
penyabunan Kelarutan dalam
6
Syarat Cairan kuning muda sampai kuning 0.871-0.882 (-28o)-(-45o) 1.4880-1.4940 Tidak lebih dari 20
Larut dengan kekeruhan alkohol Sumber : Lutony dan Rahmayati (2002) Aplikasi Minyak Jahe Minyak Jahe banyak memiliki khasiat, seperti mengurangi gejala flu, pilek, batuk, masuk angin, pegal-pegal, sebagai penyegar badan, serta berkhasiat sebagai obat kuat. Industri pengguna minyak jahe : •
Industri minuman
•
Industri penyedap
• •
Farmasi
Ginger Industri oil
Massage oil jahe
Minuman wewangian jahe
Permen jahe
Gambar 24. Contoh produk aplikasi minyak jahe
51
Aromaterapi Ginger Body minyak jahe Smoothing
9. PANILI Panili adalah salah satu komoditas Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena kandungan flavor panili (senyawa aromatik aldehid) yang dihasilkannya. Nilai ekonomi panili dapat dilihat dari nilai panili kering di tingkat eksportir yang cukup tinggi yaitu US$ 80/kg untuk mutu I, US$ 60-70/kg mutu II dan US$ 40-50/kg untuk mutu III. Mutu ekspor panili Indonesia sebagian besar berada pada tingkat standar mutu tiga karena kadar Vanillinny < 0,1%. Oleh karena itu, harga panili Indonesia di dunia masih sangat rendah. Indonesia
merupakan salah satu dari
empat negara
pengekspor panili terbesar di dunia. Produksi panili Indonesia pada tahun 2002 mencapai 2.731 ton, sedangkan konsumsi panili dunia mencapai sekitar 1600-1800 ton (US$ 80 juta) per tahun. Negara pengkonsumsi panili terbesar adalah Amerika yaitu lebih dari 50% total produksi panili, diikuti oleh Eropa, Jepang dan Australia. Impor panili AS dari dunia tercatat senilai US$ 289.41 juta (2003) dimana kebutuhan tersebut dipenuhi
52
Indonesia sebesar 21.62%. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 19. Volume dan Nilai Ekspor Panili Indonesia Tahun
Volume Ekspor
2000
496 ton
2001
350 ton
2002
360 ton
Gambar
Nilai Ekspor US$ 19.309.000 US$ 8.503.000 US$ 19.160.000
25. Peta pembagian wilayah pengekspor panili di dunia, Indonesia termasuk di dalamnya
Gambar 26. Segmentasi pasar panili
Panili digunakan secara luas pada industri pangan terutama sebagai flavor dan pada industri parfum. Flavor panili ada yang
53
alami dan ada yang sintetis. Flavor panili sintetis hanya mengandung salah satu komponen flavor vanilla yaitu vanillin atau etil vanillin (Boyce et.al, 2003), sehingga aroma yang dihasilkan tidak sekaya aroma ekstrak panili alami. Dalam ekstrak panili alami, terkandung 100-200 komponen flavor. Lebih dari seratus senyawa volatil yang terdeteksi, termasuk karbonil aromatik, alkohol aromatik, asam aromatik,
ester aromatik,
phenol dan phenol ester, alkohol alifatik, karbonil, asam, ester, dan laktone, di mana aldehid vanillin adalah yang paling dominan (Pérez-Silva et al., 2005). Setiap jenis ekstrak panili memiliki profil aroma yang berbeda-beda tergantung tempat tumbuhnya
dan
spesiesnya. Beberapa
jenis
ekstrak
panili
diantaranya Bourbon Vanilla, Mexican vanilla, Tahiti Vanilla, Guadaloupe vanillon dan Indonesian vanilla. Panili Indonesia (Vanilla planifolia) memiliki flavor yang kurang manis dan creamy dibanding Bourbon. Selain itu juga memiliki flavor kayu, asap, jerami. Meskipun pengolahan yang lebih baik telah menghilangkan sebagian besar flavor asap, profil panili Indonesia hanya memiliki satu dimensi dibanding Bourbon. Kualitas panili Indonesia lebih rendah dibanding potensi sebenarnya, hal ini disebabkan oleh pemanenan yang belum matang dan proses curing yang kurang sempurna. Permasalahan dengan panili Indonesia disebabkan karena panili yang masih muda sudah dipanen, padahal flavornya belum berkembang sepenuhnya. Selain itu panen dilakukan sekaligus dalam satu kebun, sehingga tingkat kematangannya bervariasi. Proses kuring yang dilakukan juga terkadang dengan pemanasan berlebih sehingga menyebabkan karakter flavor menyimpang. Hal inilah yang menyebabkan mutu panili Indonesia kurang baik. Namun panili Indonesia juga masih memiliki keunggulan diantaranya adalah lebih tahan panas, dan mudah dicampur dengan flavor panili lain untuk mendapatkan karakteristik 54
tertentu. Panili yang dihasilkan sangat cocok sebagai bahan aditif (flavour) pada cookies dan coklat. Proses kuring dilakukan pada panili yang masih hijau dan tidak berbau karena masih mengandung Phenolic glycosides, vanillin, vanillic acid, p-hydroxybenzaldehyde, p-hydroxybenzoic acid, vanillyl alcohol, cetovanillon, dan p-hydroxybenzyl alcohol (Kanisawa, 1993). Proses kuring dapat dilakukan dengan cara hidrolisis secara enzimatis, kimia, ataupun mikrobiologis. Secara garis besar, di dalam proses curing terdapat empat tahapan utama yaitu pelayuan, pemeraman, pengeringan dan penuaan. 1.
Pelayuan Berbagai metode pelayuan yang dikenal antara lain :
a.
Metode
Bourbon:
Perendaman
pada
air
panas
bersuhu 60-65oC, 1,5–3 menit. b. Modifikasi Metode Bourbon yang digunakan di Madagaskar dan Comoro: Perendaman dalam air panas bersuhu 80ºC selama 30 menit. c. Metode Meksiko: Pengeringan sinar matahari selama 5 jam
d.
Metode Guadelupe: Penyayatan longitudinal dengan
peniti pada buah panili e. Metode Mayaguez, Puerto Rico: Pembekuan selama 40 jam, diikuti dengan pencairan selama dua jam. Tahap ini juga dapat dilakukan dengan gas etilen maupun dengan pembekuan. Proses yang paling sering digunakan adalah pencelupan dalam air panas dan pengeringan dengan sinar matahari atau oven. 2.
Pemeraman
55
Panili dibungkus dengan kain hitam dan dijemur pada rak dari pukul 9 pagi sampai dengan 3 sore dan kemudian disimpan di dalam kotak kayu mahagoni pada malam hari (metode yang digunakan oleh Meksiko, Madagaskar, Comoro dan Guadelupe). Perbedaan metode yang dilakukan pada setiap daerah terletak pada lama pemeraman dan jenis kayu yang digunakan. Tahap ini juga merupakan salah satu faktor yang turut menentukan mutu panili yang dihasilkan selama proses curing. Kadar air dihilangkan dengan cepat sampai pada kadar dimana resiko kebusukan paling rendah tetapi masih memungkinkan untuk berlangsungnya aktivitas enzim. Bila kondisi tepat untuk berlangsungnya aktivitas enzim maka dihasilkan panili kering (cured vanilla) bermutu tinggi, bila tidak maka dihasilkan panili kering bermutu rendah. Secara umum, pada tahap ini buah panili mengalami beberapa perubahan warna, aroma dan flavor. Warna buah berubah menjadi coklat karena oksidasi senyawa fenolik, gula dan asam-asam organik dimetabolisme serta ester, eter dan resin terbentuk.
Kadar
air
buah
panili
setelah
mengalami
pemeraman menurun sampai mencapai 60-70 %. 3.
Pengeringan Panili dikeringkan pada oven dengan suhu 45ºC sampai mendapatkan tekstur yang fleksibel atau dikeringkan di bawah
sinar
matahari
(metode
yang
digunakan
oleh
Mayaguez, Puerto Rico). Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi tingkat kerusakan karena pembusukan oleh mikroba dan untuk membuat kondisi yang memungkinkan untuk berlangsungnya perubahan kimiawi. Turunnya kadar air setelah pengeringan juga menurunkan aktivitas enzim yang tidak dikehendaki. Setelah pengeringan diharapkan kadar air buah tinggal 25-32 %. 4.
Penuaan 56
Sebanyak 50-100 buah panili diikat dan dibungkus kertas minyak, dimasukkan dalam peti dan ditutup rapat. Peti disimpan dalam ruangan suhu 45oC selama 2-3 bulan. Selama penuaan, terjadi reaksi-reaksi seperti esterifikasi, eterifikasi, degradasi oksidatif, dan reaksi lain menghasilkan senyawasenyawa
volatil
beraroma
yang
secara
keseluruhan
memperkuat mutu flavor panili yang dihasilkan.
Ekstraksi panili dapat dilakukan dengan cara maserasi, Gambar 27. Diagram alirbeberapa proses yaitu :
kuring panili
•
Microwave Assisted-Extraction
•
Ultrasonic Assisted-Extraction
•
Enzyme Assisted-Extraction
57
Gambar 28. Diagram alir potensi pemanfaatan produk panili
Panili dapat diekstrak menjadi produk-produk potensial yang dapat dikembangakan untuk meningkatkan nilai tambah dari panili tersebut seperti panili bubuk, produk aromaterapi, ekstrak panili pekat, dan pasta panili.
Aromaterapi dari oleoresin panili
Ekstrak Panili Pekat Panili Bubuk
Gambar 29. Beberapa produk panili yang berpotensi
DAFTAR PUSTAKA Anon. 2006. Vetiver essential information. file://C:\DOCUME~1\Pasca\LOCALS~1\Temp\J7SHE9R8.htm. 5
hal. Agusta, Andria. 2002. Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Penebar Swadaya, Jakarta. 58
Boyce MC, Haddad PR, Sostaric T. 2003. Determination of flavour components in natural vanilla extracts and synthetics flavourings by mixed micellar electrokinetic capillarychromatography. Analytica Chimica Acta 485 (2003):179-186. Deptan Dirjen Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia: Vanili 2001-2003. Jakarta: Dirjen Bina Produksi Perkebunan. Emmyzar; S. Roechan; A.M. Kurniawansyah dan Pulung. 2000. Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium. Jurnal ilmiah Pertanian Gakuryoku.VI (2) : 129179. Fruend, D. 1999. Does Ylang-ylang Injalation Have A Hypotensive Effect on Unmedicated Resting Blood Pressure in Individuals with Borderline Hypertension? (Unpublished Disssertation), Cited in Buckle J. Clinical Aromatheraphy 2nd. Guenther, E. 1948. the Essential Oil. Volume I. D. Van Nostrands Company Inc., New York. Hongratanaworakit T., G. Bucbauer. 2004. Evaluation of The Harmonizing Effect of Ylang-Ylang Oil in Human After Inhalation. Planta Med. Kamal, C and R. Ashok. 2006. Modified vetiver oil : economic biopesticide. http://www.ars.usda.gov/research/publications/publications. htm?SE_Q NO_ 115=170715. Ketaren, S. 1987. Eteris. Vol I. Terjemahan. UI Press, Jakarta. Oyen LPA, NX Dung, (ed). 1999. Plant Resource of South-East Asia. Vol 119. Bogor, Indonesia: PROSEA Foundation. Perez–Silva et al. 2005. GC-MS and GC-olfactometry analysis of aroma compounds in representative organic aroma extract from cured vanilla (Vanilla planifolia G. Jackson) beans. Food Chem.30(2006):30-30. Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah. CV. Sinar Baru, Bandung.
59