1
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani
PENDAHULUAN
umumnya
lebih
pendapatan
atau
memusatkan
pada
Hutan rakyat merupakan hutan yang faktor
ekonominya
pendapatan
merupakan
dibangun oleh masyarakat pada lahan milik dikarenakan rakyat. Hutan rakyat tetap penting, karena penentu bagi kelangsungan hidup petani. selain secara ekologi dapat mendukung Untuk itu diperlukan penelitian kontribusi lingkungan (menahan erosi, mengurangi pendapatan
yang
diperoleh
dari
bahaya banjir, perbaikan tata air, dan pengelolaan hutan rakyat di Desa Buana penyerapan karbon). Hutan rakyat mampu Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten menghasilkan kayu yang mempunyai nilai Lampung Timur. ekonomi
cukup
baik
karena
dapat
memberikan tambahan pendapatan bagi
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
masyarakat (Jaffar, 1993 dalam Elmira,
besar kontribusi yang dihasilkan dari
2009).
pengelolaan
hutan
rakyat
terhadap
pendapatan total petani di Desa Buana Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Sakti.
Penelitian ini diharapkan dapat
Kabupaten Lampung Timur merupakan memberikan informasi kepada masyarakat salah satu desa yang mengelola lahan tentang kontribusi hutan rakyat, sehingga hutan rakyat, dengan luas hutan rakyat dapat membangun kesadaran masyarakat 137,5 ha (Profil Desa Buana Sakti, 2011). untuk mengoptimalkan pengelolaan hutan Pengelolaan hutan rakyat di Desa Buana rakyat dan mendorong perluasan hutan Sakti memberikan banyak manfaat bagi rakyat dan dapat digunakan sebagai bahan masyarakat,
tidak
hanya
memperoleh acuan untuk penelitian lebih lanjut yang
manfaat dari hasil hutan kayu, melainkan terkait. juga hasil hutan nonkayu, baik untuk menambah pendapatan maupun digunakan
Lina Nur Aminah
2
Sampel
METODE PENELITIAN
dipilih
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut (Arikunto, 2000): Penelitian ini dilakukan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten
n
N N e2
1
Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan n adalah jumlah responden, N adalah pada bulan Maret-Mei 2012. Adapun alat jumlah total kepala keluarga (KK) semua yang digunakan dalam penelitian ini adalah dusun yang menjadi sampel dan e adalah alat
tulis,
kamera,
kuesioner,
dan presisi 15%. Jumlah KK yang memiliki
seperangkat
komputer.
Obyek dalam lahan hutan rakyat di Desa Buana Sakti
penelitian ini adalah rumah tangga petani adalah 373 KK sehingga responden dalam yang mengelola lahan hutan rakyat. Data penelitian ini adalah sebanyak 40 KK. yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data
Jumlah responden tiap dusun dihitung
primer meliputi data umum rumah tangga
secara
dan data potensi ekonomi rumah tangga.
perhitungan, jumlah sampel yang diperoleh
Sedangkan data sekunder meliputi data
tiap dusun berbeda-beda yaitu Dusun
keadaan umum lokasi penelitian, data
Sidomukti sebanyak 16 orang, Dusun
statistik,
data
Sidomakmur sebanyak 11 orang, Dusun
kelompok tani dan buku-buku literatur
Sidoluhur sebanyak 7 orang, dan Dusun
lain. Pengumpulan data primer dilakukan
Sidowaras sebanyak 6 orang. Data yang
dengan
telah dihitung dimasukan kedalam tabel.
identitas
cara
penduduk,
pengamatan
langsung
proporsional.
Berdasarkan
dilapangan, dan wawancara. Pengumpulan
Persamaan-persamaan
data
dalam pengolahan data pendapatan adalah
sekunder
dilakukan
menggunakan studi pustaka.
dengan
yang
digunakan
sebagai berikut (Hernanto, 1988 dalam Saefudin, 2007):
Lina Nur Aminah
3
1. Pendapatan dari hutan rakyat: R= Pe – B Keterangan: R = Pendapatan petani dari hutan rakyat (Rp/Ha/Tahun) Pe = Penerimaan dari hutan rakyat (Rp/Ha/Tahun) B = Biaya pengelolaan hutan rakyat (Rp/Ha/Tahun) 2. Pendapatan dari pertanian Pp = Ppe – B Pp = Pendapatan petani dari pertanian (Rp/Ha/Tahun) Ppe = Penerimaan dari pertanian (Rp/Ha/Tahun) B = Biaya pengelolaan pertanian (Rp/Ha/Tahun) 3. Pendapatan dari hewan ternak Ph = Pph – B Ph = Pendapatan petani dari hewan ternak (Rp/Tahun) Pph= Penerimaan petani dari hewan ternak (Rp/Tahun) B = Biaya perawatan hewan ternak (Rp/Tahun) 4. Pendapatan dari pekerjaan lain Pn = Pl – B Pn = Pendapatan petani dari pekerjaan lain (Rp/Tahun) Pph= Penerimaan petani dari pekerjaan lain (Rp/Tahun) B = Biaya (Rp/Tahun) 5. Pendapatan total rumah tangga petani: Pt = R + Pp + Ph + Pn Keterangan: Pt = Pendapatan total petani hutan rakyat (Rp/Tahun) R = Pendapatan dari hutan rakyat (Rp/Ha/Tahun) Pp = Pendapatan dari pertanian (jumlah panen dikalikan harga tiap komoditas pertanian (Rp/Ha/Tahun) Ph = Pendapatan dari hewan ternak (Rp/Tahun)
Pn = Pendapatan dari lainnya (PNS, wiraswasta, buruh dll (Rp/Tahun) 6. Kontribusi hutan rakyat terhadap ratarata pendapatan total petani: Keterangan: Kr = Kontribusi hutan rakyat (Rp/Ha/Tahun) R = Pendapatan dari hutan rakyat (Rp/Ha/Tahun) Pt =Pendapatan total petani hutan rakyat (Rp/Ha/Tahun). Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif, dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar.
PEMBAHASAN
Komposisi Tanaman Hutan Rakyat Desa Buana Sakti merupakan salah satu desa yang 37% penduduknya mengelola lahan
yang
dimiliki
manjadi
lahan
pertanian dan hutan rakyat. Hutan rakyat di Desa Buana Sakti seluas 137,5 ha dengan status kepemilikan lahan milik masyarakat. Petani mengelola lahan hutan rakyat
dengan
sistem
monokultur,
polikultur dan sistem agroforestri.
Luas
Lina Nur Aminah
4
lahan yang dikelola oleh masing-masing
dua jenis tanaman kayu yaitu akasia
petani hutan rakyat rata-rata 0,98 ha.
(Acacia mangium) dan karet (Hevea
Petani yang melakukan pengelolaan lahan
brassiliensis). Sedangka pada lahan yang
dengan pola monokultur lebih memilih
dikelola dengan sistem agroforestri petani
tanaman akasia (Acacia mangium). Jarak
mengkombinasikan
tanam
(Acacia
yang
digunakan
petani
untuk
tanaman
akasia
mangium) dengan perlebahan
tanaman akasia (Acacia mangium) yaitu 3
(Apis cerana) yaitu sebanyak 16 petani
m x 3 m. Dengan jarak tanaman tersebut
(40%) pada lahan seluas 26 ha.
untuk lahan seluas 1 ha petani dapat Pemilihan
tanaman
akasia
(Acacia
mangium)
dilakukan
karena
tanaman
menanam pohon akasia sebanyak 1.111 batang.
Petani berharap dengan jarak tersebut dinilai sesuai dengan struktur
tanam
tersebut
jumlah
kayu
yang tanah
dihasilkan dapat maksimal.
di
lahan
hutan
rakyat
yang
Hal ini merupakan tanah berbatu. Hal ini sejalan
didukung
dengan
dilakukan
oleh
penelitian
yang dengan hasil penelitian yang dilakukan
(Siarudin,
2007) oleh Lestari (2012) yang menyebutkan
menyebutkan bahwa kayu akasia pada bahwa tanaman akasia (Acacia mangium) jarak tanam 3 m x 3 m memiliki diameter merupakan tanaman yang mampu tumbuh leih baik dibandingkan dengan jarak tanam pada tanah berbatu, karena memiliki sistem 2 m x 3 m. Hal ini dikarenakan jarak tanam perakaran yang dalam.
Tanaman akasia
cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan (Acacia mangium) juga dapat dipanen pada diameter, yaitu jarak tanam yang lebar umur 7-8 tahun. Selain itu alasan lain yang menghasilkan pertumbuhan diameter lebih menyebabkan petani memilih tanaman besar. akasia (Acacia mangium) adalah karena Petani yang melakukan pengelolaan lahan
saat awal berdirinya hutan rakyat di Desa
dengan pola polikultur, petani menanam
Buana
Sakti
tahun
2007,
petani
Lina Nur Aminah
5
memperoleh bantuan bibit akasia (Acacia
tahun,
sehingga
jumlah
getah
yang
mangium) dari Dinas Kehutanan setempat
dihasilkan setiap bulannya cukup banyak.
sehingga petani tidak perlu mengeluarkan Hutan rakyat di Desa Buana Sakti tidak biaya untuk pembelian bibit, akan tetapi dikelola
dengan
menggunakan
sistem
pada perkembangannya pengadaan bibit silvikultur
intensif.
Hal
tersebut
dilakukan oleh masyarakat sendiri. ditandakan dengan petani tidak melakukan Selain tanaman akasia (Acacia mangium),
penyemaian benih, penyulaman tanaman
petani juga menanam
karet
yang mati, dan pemangkasan cabang.
Alasan pemilihan
Petani hutan rakyat di Desa Buana Sakti
tanaman karet (Hevea braziliensis) tersebut
hanya melakukan pemupukan dan tidak
adalah karena karet (Hevea braziliensis)
melakukan pemangkasan cabang sebelum
merupakan salah satu tanaman kehutanan
tanaman berusia 6 bulan.
yang memberikan sumbangan pendapatan
penelitian yang dilakukan oleh Sudomo
bagi petani. Hasil non kayu dari tanaman
(2007) menyebutkan bahwa pemangkasan
karet dapat dipanen seminggu dua kali,
cabang pada akasia (Acacia mangium)
sedangkan hasil kayunya akan dipanen
sebaiknya dilakukan sebelum tanaman
ketika usia tanaman tersebut sudah tidak
berumur 6 bulan agar diperoleh batang
produktif lagi untuk menghasilkan getah
lurus tanpa cacat mata kayu serta agar
yaitu pada usia 20-25 tahun jadi hasil kayu
tidak terjadi pertumbuhan menggarpu.
(Hevea braziliensis).
tanaman
Berdasarkan
dari tanaman karet bagi petani di Desa Buana Sakti hanya dianggap sebagai hasil
Pendapatan Petani dari Hutan Rakyat di Desa Buana Sakti
sampingan. Tanaman karet di Desa Buana
Keberadaan hutan rakyat di Desa Buana
Sakti saat ini sudah berusia produktif untuk
Sakti memberikan manfaat secara ekonomi
menghasilkan getah yaitu berusia 5 atau 7
bagi petani, hal ini dikarenakan penjualan hasil hutan rakyat, baik berupa kayu
Lina Nur Aminah
6
maupun non kayu dapat memberikan
grandis). Selain tanaman kayu pendapatan
tambahan
Pendapatan
tersebut juga bersumber dari hasil non
tersebut diperoleh dari pengurangan antara
kayu yaitu berupa getah karet, dan
penerimaan dengan biaya yang telah
perlebahan serta dari tanaman pertanian.
dikeluarkan
Pendapatan tersebut tergolong tinggi, hal
pendapatan.
selama
melakukan
pengelolaan.
ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumedi (2009) yang
Tanaman akasia (Acacia mangium) yang menyebutkan bahwa pendapatan hutan ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa rakyat di Desa Tirip Kabupaten Wonosobo Buana Sakti sebagian besar baru berusia 4 hanya sebesar Rp 5.672.957 per ha per tahun,
sehingga
untuk
mengetahui tahun. Pendapatan tersebut diperoleh dari
pendapatan dari kayu, pendapatan dihitung pengelolaan lahan secara agroforestri sama dengan cara mengkonversikan setiap hasil halnya dengan sistem pengelolaan lahan yang diperoleh kedalam bentuk nilai rupiah yang dilakukan petani di lahan hutan sesuai dengan harga jual produk di pasar rakyat Desa Buana Sakti petani juga lokal yang berlaku pada saat penelitian menerapkan sistem pengelolaan lahan berlangsung.
Dengan cara mengalikan secara agroforestri.
banyaknya pohon yang akan dipanen dengan harga setiap batangnya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pengelolaan
lahan
dengan
pola
Rata-rata pendapatan petani dari hutan agroforestri memberikan kontribusi lebih rakyat adalah sebesar Rp 29.056.432 per besar terhadap rata-rata pendapatan total ha per tahun. Pendapatan tersebut berasal petani yaitu sebesar Rp 15.026.096 per ha dari
tanaman
kayu
akasia
(Acacia per tahun dibandingkan dengan pola
mangium),
kayu
karet
(Hevea monokultur yaitu sebesar Rp 5.088.187 per
brassiliensis) dan kayu jati (Tectona ha per tahun
dan pola polikultur yaitu
Lina Nur Aminah
7
sebesar Rp 9.056.445 per ha per tahun
Sedangkan stup merupakan sarang lebah
Pengelolaan lahan hutan rakyat dengan
berbentuk kotak.
pola agroforestri memberikan pendapatan
biasanya diletakan diantara batang pohon
yang lebih besar bagi petani, karena petani
akasia (Acacia mangium).
tidak hanya menanam jenis tanaman kayu,
diisi oleh lebah madu yang nantinya
tetapi
membentuk
mengkombinasikan
perlebahan.
dengan
Glodok dan stup
sebuah
Glodok akan
koloni
sedangkan
Oleh karena itu penerapan
setiap stup di isi oleh satu ekor ratu lebah
sistem agroforestri dalam pengelolaan
yang nantinya juga akan membentuk
hutan rakyat perlu ditingkatkan agar
sebuah
potensi pendapatan yang dapat diperoleh
kemudian dapat dijual oleh petani dengan
petani meningkat.
harga
koloni
Rp
baru,
350.000
koloni
per
tersebut
koloni
dan
Rp 50.000 per glodok. Usaha penangkaran Kombinasi
antara
tanaman
kehutanan lebah
madu
yang
dilakukan
petani
dengan budidaya lebah madu, hanya menghasilkan koloni rata-rata 3 koloni per diterapkan oleh petani hutan rakyat yang bulan per petani.
Rata-rata pendapatan
berada di Dusun Sidomukti. Kombinasi dari usaha penangkaran lebah madu adalah hutan rakyat dengan budidaya lebah madu Rp 357.125 per tahun. memberikan pendapatan tambahan bagi petani, dari 40 orang petani yang menjadi
Petani
responden hanya 10 responden (25%) yang
agroforestri dapat memperoleh pendapatan
mengkombinasikan hutan rakyat dengan
lebih besar dibandingkan petani yang
budidaya lebah madu.
hanya menanam tanaman kayu.
Sistem budidaya
yang
menerapkan
sistem
Hal ini
lebah madu di Desa Buana Sakti dilakukan
dikarenakan dengan menerapkan sistem
dengan menggunakan glodok dan stup.
agroforestri
Glodok biasanya terbuat dari batang kelapa
pendapatan setiap bulannya, dibandingkan
yang telah dimodifikasi menjadi berongga.
jika petani hanya menerapkan sistem
petani
dapat
memperoleh
Lina Nur Aminah
8
tanam monokultur. Sama halnya dengan
waktu selama 3 hari. Biaya lain yang harus
hasil
dikeluarkan oleh petani adalah biaya
penelitian
Hardjanto
yang dilakukan oleh menyebutkan
pemupukan.
pola
tanam
sebanyak 3 kali dalam 1 tahun, dalam satu
agroforestri petani akan lebih intensif
kali pemupukan untuk lahan seluas 1 ha
dalam
diperlukan 3 kwintal pupuk, harga tiap
bahwa
(2001)
dengan
yang adanya
mengelola
lahannya,
sehingga
Pemupukan
disamping tanaman berkayu yang hasilnya
kwintal
bisa dipetik beberapa tahun ke depan,
Rp 190.000,00 per kwintal.
petani juga dapat memperoleh hasil dari
tanaman karet (Hevea braziliensis) petani
jenis
harus
tanaman
agroforestri,
sehingga
pupuk
mengeluarkan
adalah
dilakukan
biaya
sebesar Untuk
untuk
pendapatan yang diperoleh akan lebih
pembelian bibit harga bibit yang harus
besar.
dikeluarkan adalah sebesar Rp 2000 per bibit.
Petani juga mengeluarkan biaya
Besar kecilnya pendapatan petani yang untuk penanaman yaitu sebesar Rp 30.000 bersumber dari hutan rakyat dipegaruhi per orang dan untuk lahan 1 ha biasanya oleh
biaya
yang
dikeluarkan
selama diperlukan pekerja sebanyak 10 orang
pengelolaan hutan rakyat.
Biaya yang dalam waktu 2 hari pengerjaan. Biaya lain
dikeluarkan
dalam
pengelolaan
hutan yang harus dikeluarkan adalah biaya
rakyat ini tidak terlalu banyak.
Pada pemupukan,
pemupukan
biasanya
tanaman kayu petani hanya mengeluarkan dilakukan sebanyak 4 kali dalam satu biaya untuk upah tenaga kerja sewaktu tahun, untuk lahan 1 ha diperlukan pupuk melakukan
penanaman
yaitu
sebesar sebanyak 3 kwintal setiap kali pemupukan,
Rp 30.000,00 per orang per hari, untuk harga tiap kwintal pupuk adalah sebesar lahan
seluas
1
ha
biasanya
petani
pekerja
untuk
Rp 215.000. membayar
10
orang
melakukan penanam dan membutuhkan
Lina Nur Aminah
9
Pada saat pemanenan hasil hutan rakyat
besarnya
baik berupa kayu maupun non kayu petani
dibandingkan dengan biaya yang telah
memilih untuk memanen hasilnya sendiri
dikeluarkan selama masa pengelolaan.
atau dengan anggota keluarganya dengan
Faktor lain yang mempengaruhi besar
alasan agar biaya yang dikeluarkan tidak
kecilnya pendapatan petani dari hutan
terlalu banyak. Petani pada umumnya
rakyat adalah produktifitas lahan hutan
menjual pohon dalam bentuk pohon berdiri
rakyat
secara
petani
diperoleh petani hutan rakyat di Desa
beranggapan menjual pohon dalam bentuk
Buana Sakti dari pengelolaan lahan hutan
tegakan akan lebih muda, biaya untuk
rakyat tergolong besar jika dibandingkan
melakukan pemanenan dan pengangkutan
dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani
hasil biasanya ditanggung oleh pembeli
selama melakukan pengelolaan.
borongan
sehingga
karena
petani
pendapatan
hanya
bersih
pendapatan
tersebut.
yang
diperoleh
Pendapatan
yang
menerima
tanpa
harus
Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Total Petani
mengeluarkan biaya untuk pemanenan.
Selain
Pendapatan
petani
sebagian besar petani memiliki lahan
tergantung dari besar kecilnya diameter
pertanian yang hasilnya dapat memberikan
kayu
tambahan tehadap pendapatan total bagi
serta
yang
jenis
diterima
kayu
yang
dijual.
memiliki
lahan
hutan
rakyat
Biasanya yang menjadi alasan petani hutan
petani.
rakyat melakukan pemanenan kayu adalah
responden adalah 0,4 ha. Lahan pertanian
jika
yang dimilik petani pada umumnya adalah
ada
kebutuhan
yang
mendadak,
Luas rata-rata lahan pertanian
misalnya untuk biaya sekolah atau biaya
sawah
yang
ditanami
padi,
yang
pernikahan anak.
memberikan hasil tidak terlalu banyak karena tergantung pada cuaca atau musim.
Tingkat
keberhasilan
petani
dalam Jika musim panas maka sawah rawa ini
mengelola lahan hutan rakyat dilihat dari
Lina Nur Aminah
10
tidak akan memberikan hasil, hal ini
hanya
mengeluarkan
disebabkan karena pengairan pada sawah
pembuatan kandang, sedangkan untuk
rawa hanya berasal dari air hujan. Sawah
pakan
rawa ini biasanya dipanen satu kali dalam
mengeluarkan
setahun.
Selain tanaman padi beberapa
petani mencari pakan ternak sendiri.
petani menanam tanaman singkong yang
Pendapatan dari hewan ternak milik petani
dapat dipanen sekali dalam setahun.
hutan rakyat dapat dilihat dari jenis hewan
ternak
biaya
petani biaya,
untuk
tidak
karena
perlu biasanya
ternak yang dimiliki, umur ternak, serta Pendapatan rata-rata petani dari pertanian besar kecilnya ukuran hewan ternak. adalah sebesar Rp 1.734.875 per tahun. Pendapatan tersebut disumbang dari hasil
Pendapatan rata-rata petani yang berasal
padi dan singkong.
dari
Dalam melakukan
hewan
ternak
adalah
sebesar
pemanenan petani memanennya sendiri
Rp 2.006.250 per tahun.
Pendapatan
atau dengan dibantu oleh anggota keluarga.
tersebut berasal dari hewan ternak berupa sapi, kambing dan ayam.
Pendapatan lain yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani hutan
Berdasarkan jumlah petani yang menjadi
rakyat adalah pendapatan yang bersumber
responden (40 orang), 20 orang (50%)
dari hewan ternak yang dimiliki oleh
diantaranya memiliki pekerjaan lain selain
petani.
bekerja
Pada umumnya sebagian besar
sebagai
petani
hutan
rakyat.
petani memiliki hewan ternak. Pendapatan
Pekerjaan lain yang dilakukan oleh petani
dari hewan ternak dapat memberikan
hutan rakyat diantaranya adalah bekerja
tambahan terhadap pendapatan total petani
sebagai buruh bangunan yaitu sebanyak 6
hutan
orang
rakyat.
Dalam
melakukan
(15%),
bekerja
sebagai
PNS
pemeliharaan hewan ternak, petani tidak
sebanyak 2 orang (5%), bekerja sebagai
memerlukan biaya yang besar, petani
pedagang
sebanyak
3
orang
(7,5%),
Lina Nur Aminah
11
bekerja sebagai pengrajin sebanyak 5
didukung
dengan
orang (12,5%) dan 4 orang (10%) menjadi
dilakukan oleh Hardjanto (2001) yang
kepala dusun di Desa Buana Sakti.
menyebutkan
bahwa
penelitian
kontribusi
yang
hutan
rakyat terhadap pendapatan petani hanya Pekerjaan-pekerjaan tersebut memberikan sebesar 31,45%.
Tingginya pendapatan
pendapatan rata-rata sebesar Rp 3.624.000 dari hutan rakyat dikarenakan kombinasi per tahun. Pendapatan dari pekerjaan lain tanaman
diberbagai
komponen
dalam
yang dilakukan oleh petani tersebut dapat pengelolaan hutan rakyat memberikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tambahan pendapatan bagi petani. sehari-hari.
Pendapatan
total
yang
diperoleh petani hutan rakyat dari setiap
Besarnya pendapatan yang diperoleh dari
jenis bidang usaha sangat bervariasi. Hal
lahan hutan rakyat menyebabkan sebagian
ini
jenis
besar petani menggantungkan hidupnya
pekerjaan yang dilakukan oleh petani hutan
dari hasil hutan rakyat baik berupa kayu
rakyat.
maupun non kayu.
tergantung
oleh
banyaknya
Oleh karena itu
kegiatan pengelolaan hutan rakyat dinilai Pendapatan total rata-rata petani dari hutan sangat menguntungkan bagi sebagian besar rakyat, pertanian, hewan ternak, dan petani. Bagi sebagian besar petani hutan pekerjaan
lain
adalah
sebesar
Rp rakyat,
24.984.774 per tahun.
pengelolaan
hutan
rakyat
Hasil dari hutan memberikan kontribusi yang cukup besar
rakyat baik kayu maupun non kayu dikarenakan dalam melakukan pengusahan memberikan kontribusi yang paling tinggi lahan hutan rakyat, petani tidak perlu yaitu sebesar Rp 17.619.649 per tahun mengeluarkan biaya yang mahal karena (70,54%) dari rata-rata pendapatan total petani melakukan perawatan sendiri. petani. Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan petani tergolong tinggi. Hal ini
Lina Nur Aminah
12
Dalam melakukan pengelolaan lahan hutan
KESIMPULAN
rakyat, sebagian responden mengalami Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
kesulitan yang mengakibatkan hasil yang dilakukan dapat disimpulkan hutan rakyat diperoleh dari lahan hutan rakyat tidak memberikan maksimal.
Kesulitan
yang
kontribusi
sebesar
dialami Rp 24.775.804/Ha/Tahun (66,70%) dari
responden tersebut
disebabkan karena rata-rata pendapatan total petani sebesar
kurangnya
pengetahuan
petani
dalam
melakukan
pengelolaan
hutan
rakyat.
Rp 37.147.887/Tahun. Berdasarkan sistem pengelolaan yang dilakukan, pendapatan Kurangnya modal yang dimiliki oleh dari agroforestri memberikan kontribusi petani sehingga beberapa petani tidak lebih
besar
yaitu
sebesar
Rp
mampu untuk melakukan perawatan secara 10.250.816/Ha/Tahun (41.37%) dari rataintensif terhadap tanaman yang ditanam di rata
pendapatan
total
petani.
Pola
lahan hutan rakyat misalnya untuk biaya monokultur memberikan kontribusi sebesar pembelian pupuk dan pestisida sehingga Rp 5.933.764/Ha/Tahun (23.95%) terhadap petani tidak melakukan pemupukan secara rata-rata pendapatan total petani dan pola intensif, hal tersebut dapat menyebabkan polikultur memberikan kontribusi sebesar tanaman yang ditanam tidak dapat tumbuh Rp 8591224/Ha/Tahun (34.68%) terhadap dengan baik dan mudah terserang hama rata-rata pendapatan total petani. penyakit, sehingga tanaman yang ditanam tersebut cacat atau mati hal ini yang
Saran
menyebabkan berkurangnya pendapatan Sebaiknya petani hutan rakyat di Desa yang diperoleh petani hutan rakyat. Selain Buana Sakti menerapkan pola tanam pemupukan,
pengetahuan
petani
yang dengan
rendah
akan
aspek-aspek
pola
agroforestri
karena
pengelolaan berdasarkan hasil yang diperoleh sistem
hutan rakyat yang baik. tanam
dengan
pola
agroforestri
Lina Nur Aminah
13
memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pola monokultur dan polikultur. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Siarudin, M. 2007. Karakteristik Dan Variasi Sifat Fisik Kayu Mangium(Acacia Mangium Willd.) Pada Beberapa Jarak Tanam Dan Kedudukan Aksial-Radial. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1 No 1 Juli 2007. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Departemen Kehutanan R.I. 2011. Statistik Kehutanan Indonesia. Badan Planologi Kehutanan. Jakarta Elmira, S. 2009. Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru Biru.Universitas Sumatera Utara.Medan. Hardjanto. 2001. Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Sub DAS Cimanuk Hulu. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol VII. No. 2: 4761 (2001). www. Hardjanto_kontribusi_hutan. Pdf. Diakses tanggal 29 Februari 2012. Lestari, F. 2012. Perbanyakan Tanaman Akasia (Acacia Sp) Melalui Teknik Invitro di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Profil Desa Buana Sakti, 2011. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur. tidak dipublikasikan. Saefudin, 2007. Kajian Komposisi Tanaman HKM Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Universitas Lampung, Lampung.
Lina Nur Aminah