Perudaan Inti Rakyat (PIR)merupakan pola dari pengembangan subseirtor
perkebunan yang mernadukan perusahaan perkebunan dan para petani dalam suatu proses produksi. Perusahaan perkebunan berfmgsi sebagai inti, sedangkan
usahatani petani menipakan plasmanya. Paduan tersebut menciptakan suatu usaha dalam suatu unit ekonomi yang utuh, meliputi komponen fisik, sumberdaya
manusia, dm sumberdaya sosial pada suatu lokasi tertentu dalarn suatu mekanisme kemitraan yang tumbuh secara wajar dan berkesinambungan. Pola PIR ini dikembangkan di wilaysth yang baru dengan menghadirkan keseluruhm komponen pembangunan di lokasi tersebut.
Dalarn ha1 ini
komponen agribisnis dihadirkan mulai dari usahatani, pengolahan, dan p m m a n . Sumber dana operasional berasal dari pemerintah dan bank. Dana
pemerintah berasal dari bantuan kredit luar negeri dan dana mumi. Petani peserta terdiri dari transmigran dan atau petani lokal (LPP, PSE, PzPA, 1995).
Pada tahun 1983 dimulai PIR-Swasta Kelapa Sawit dengan perusahaan swasta sebagai inti dan pemerintah berperanan sebagai wadah koordinasi. Pada era ini beberapa pemsahaan perkebunan negara ditugasi untuk mengembangkan
perkebunan yang dikenal dengan PIR-Akselerasi.
Untuk memantapkan
pelaksanaan pola PR maka diterbitkan Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1986, yang isinya berupa instruhi kepada sembilan Menteri, Gubemut Bank
Indonesia, dan Ketua BKPM untuk mengadakan kerjasarna dan koordinasi dalam rmgka pengembangan perkebunan dengan pola PIR yang dikaitkan dengan
program tranmigmi. D e w kelumya INPRES Nomor 1 Tahun 1986 PIRSwasta Kelapa Sawit dm PEL-Akselerasi menjadi pola PIR ymg dikaitkan
dengm Transmigrasi (PIR-Trans) mitjenbun, 1986), sehmgga pengembangan perkebunan melalui pola P R - T m mencakup pengembangan p e r k e b m yang
meliputi komponen kebun inti, kebun plasma, pemukiman, dan unit pengolahan hasil.
Selanjutnya kebun inti dan unit pengolahan dikelola dan dirniliki
perusahaan inti, sedangkan kebun plasma yang telah sesuai standar fisik kebun
yang ditetapkan dialihkan kepemilikannya dari perusahaan inti kepada petani peserh (Ditjenhutbun, 2000).
Berdwkan konsep PIR-Trans, Pola PIR-Trans kelapa sawit berarti pelaksanaan pembangunan perkebunm keiapa sawit pada hakekatnya merupakan tanggung jawab petani sendiri beserta keluarganya, sedangkan pemerintah atau
pihak lain sifatnya hanya memberikan bantuan yang dapat diwujudkan dalam bentuk bimbingan, penyduhan, kredit modal keja, sarm produksi, dm
kemudahan h y a .
Ddam ran&
mewujudkan tanggung jawab tersebut
diperlukan upaya untuk merubah perilaku dm memotivasi petani agar bersedia
mengadopsi teknologi,
3a -
daiam pengelofaan usahatani kebunnya dapat
diterapkan baku teknis ymg berlaku.
Dengan demikian dtharapkan akan
terwujudnya suatu penerapan teknologi yang berdaya guna dan berhasil guna
(efektif dan elisien), sehingga pendapatan petani beserta keluarganya dapat ditingkatkan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan terbentuknya suatu organisasi yang dapat mendukung usaha peningkatan produksi, pemerataan pendapatan, dm kesejahteraan peserta seperti misalnya Kelompok Tani
(POKTAN)dm Koperasi Unit Desa (KUD). Hail penelitian Wahyono
(1996)
menunjukkan bahwa: (1) kemampuan POKTAN dalam menunjaug pengeloh
usahatani kelapa sawit PR-BUN masih relatif rendah, dan (2)
peraazln
KUD
beium efektif sebagai wahana alih teknologi dm sebagai motivator terhadap anggotanya. Kernampuan POKTAN yang relatif rendah dan peranan KUD yang
belum efektif menyebabkan petani plasma tidak mampu mengelola kebunnya
seam berkelanjutan, sehingga mengakibatkan tejadinya degmdasi tanah, produksi tidak optimal, dan pendapatan petani rendah. Tanah daerah pengembangan kelapa sawit di Indonesia sebagian besar
60%) merupakan tanah-tanah yang b & h
induk bukan VOWS (dimen
tersier), sehingga memiliki kesuburan tanah rendah baik dalam sifat fisik dan kimianya. Tanah berbahan induk sedimen tersier sangat mudah tererosi walaupun
kemiringan lerengnya hanya 5%. Untuk mengatasi keadaan ini, jika ditinjau dari sisi kimia tanah maka diperiukan upaya olah tanah konservasi yang meliputi: (1)
pembuatan tanggul bersambung untuk mengurangi lunman air di permukaan tanah (run o f l pada d a y a h yang kernitingan lerengnya >5%, (2) penanaman tanaman penutup tanah untuk meningkatkan kandungan bahan organik, ( 3 )
pemupukan tanamanan dengan dosis tinggi dan berimbang sehingga dapat
meneman dan memantapkan agregat tanah (Adiwiganda, Lubis, dm Poeloengan, 1996). Erosi tanah merupakan penyebab utama kerusakan tanah, intensitasnya dipengaruhi oieh keadaan tanah, kondisi penutup tanah, curah
hujm, dm kemiringan lereng. Hasil penelitian Pushparajah ( 1983) menunjukkan
bahwa kehhgan tanah akibat erosi pada keadaan tanah tanpa penutup tanah kacangan, dengan penu tup kacangan, dan dengan penutup dami berturut-turut sebesar 79; 1 1; 10 t o W t h .
Kelapa sawit sebagai tamman benunur panjang juga medadan pengar&
spesifik terhadap penurunan sifat hi&dan kimia tanah. Sebagai contoh terjadinya pemadatan tanah (Adiwiganda, Lubis, dan Poeloengan, 1996). Jadi kuem ketidakmampuan petani dalam mengeloh kebunnya secara
berkelanjutan, tingkat kesuburan tmah yang rendah, tanah mudah tererosi, dm penurunan sifat kimia dan fisika tanah aktbat umur kelapa sawit y q panjang, maka diperlukan peningkatan pengelolaan, sehingga produksi dm mberdaya -1
serta petani sejahtera. Untuk mencapai ha1 ini menurut Thrupp (1996),
perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang bersifat ekologi, sosial dan
ekonomi. Hal ini sejalan dengan Agenda 21 Indonesia (1997) yang menyatakan bahwa untuk menghadapi tantangan masa depan, perlu dilakukan perubahan strategi pembangunan di sektor pertanian dm pedesaan yang diarwhkan pada praktek pertban yang mernperhatikan aspek lingkungan dalam proses produksinya dengan tujuan akhir
adalah tersedianya pangan dan s h e r
makanan lainnya secara berkelanjutan dan atnan bagi kesehatan masyarakat. 2.
Perurnusan Mrsalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi pennasalahan dalam penelitian adalah: (1) Tejadinya degradasi sifat fisik, kimia, dan bioiogi tanah terutarna yang
diakibatkan oleh erosi tanah pada waktu pembukaan lahan untuk pembangunan kebun kelapa sawit dan pengelolaan kebun kelapa sawit yang
tidak berkelanjutm. (2) Kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit sebagian besar S3.
(3) Kualitas &daya
petani rendah sehingga kemampuan swadaya petani
rendah dan tidak mampu mendukung kemajuan industri, twutarna dalam pengdolaan kebunnya s e m berkelanjutan. (4) Pengelolaan kebun plasma kelapa sawit belum optimal.
Sdah satu cara untuk mengatasi terjadinya degradasi sumberdaya dam,
melestarikan produksi kelapa sawit, dm meningkatkan kesejahteraan petani plasma addah pengelolm kebun kelapa sawit yang berkelanjutan.
Karena
pengeloh berkelanjutan mempakan suatu pengelolaan sehingga sumberdaya
dam dan produb lestari. Yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun plasma kelapa sawit adalah petmi, jadi tejadinya degradasi lingkungan di kebun plasma PIR-Trans Kelapa Sawit disebabkan oleh rendahnya baik kuditas
sumberdaya dam maupun sumberdaya petani. Untuk meningkatkan halitas sumberdaya dam yang rendah diperlukan tingkat pengelolaan kebun yang lebih baik dari hanya memberikan input produksi dm meningkatkan konservasi tanah. Untuk mewujudkan pengelolaan yang seperti itu diperlukan kualitas sumberdaya
petani yang tinggi. Oleh karena itu, untuk peningkatan halitas sumberdaya petani diperiukan seleksi dan pembinaan petani sejak prakonversi kebun plasma
hingga pasca pelmasan W i t dengan cara penyuluhan secara intensif dan
berkesinarnbungan. Skerna kerangka pemikiran ini disajikan pada Gambar 1 dan urutan penelitian disajikan pada Garnbar 2.
Sosial & Kelembagaan : - Budaya
Biofisik Lingkungan :
+--. -
Degradasi Tanah Potensi Produksi
-
"
4
KUD
.......... .................... .................................. .
.
i
POKTAN
"
.......+
I
i Potensi Produksi < Potensi Produksi
PotensilKemarnpuan Lahan Menurun
I Petani Tidak Sejahtera (Pendapatan Petani Tidak Layak)
Rekomendasi : 1 . Agroteknologi Kebun Plasma 2. Manajemen Harga TB S Petani dm Peserta PIR Trans 3. Kelembagaan Petani Plasma Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
..........--... .........................................--
Data Sekunder : - P a m i pduksi kebun plasma clan inti Prcduksi TBS,CFO,lnti sawit PIN BiayaProduksiPm Hatga TBS, CPO dan Inti sawit ProduksiTBSperhmparan - Laporan studi kehyakan
-
-.
i -penpametan
-
I
.c
.c
M T B S HqaTBS Biaya Produki Pendapatan
KankkhkL a h
POKTAN
t dan senaitivihs
E v a l w i Kelas Kesesuaian Froduksi (PPKS)
-
Degradasi Tanah
EPaluasi Kelas Kesesuaian Lahm(CSRIFAO, 1983 &
PPKS) E d w i degradasi tanah (FAO, 1979 & Imp, 1996)
t Evduasi Degradasi Lingkungan
Gambar 2. Skema Urutan Penelitian
4
Analisis BIPLOT, Median, Diagram Dahan Daun
4. Tujum Peaelitian
P d t i a n ini dilakukan dengan tujuan utama untuk menemukan teknik pengdolaan kebun plasma kelapa sawit yang berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi petani plasma.
Untuk mencapai tujuan utarna ini terdapat tujuan
spesifik yang menunjang, yaitu: (1) Mengevaluasi tingkat degradasi tanah.
(2) Mengevhasi kelas kesesuaian lahan sebelum dan sesudah ditanami kelapa sawif.
(3) Mengeduasi potensi produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di
kebun plasma dm kebun inti. (4) Mengevaluasi kemampuan POKTAN.
( 5 ) Menganalrsis kelayakan finansial tingkat petani dan tingkat perusaham. 5.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan baik dalarn bidang ilmiah
maupun ddam bidang pelestarian lingkungan kebun kelapa sawit. Dalam bidang ilmiah penelitian ini akan memberikan kontribusi berupa: (1) Metode untuk mengatasi terdegradasinya tanah pada lahan kebun plasma
kelapa sawit sehingga sumberdaya darn dan produksi kelapa sawit berkelanjutan (lestari). (2) Teknik pengelolaan kebun plasma kelapa sawit sehmgga produksi dan
sumberdaya kebun kelapa sawit lestari.
Lebih lmjut penehian ini -gat
diharapkan ddam bidang usahatani kelapa
sawit yang berkelanjutan, yaitu bempa: (1) Metode pengelolaan kebun kelapa sawit sehingga p d u k s i kelapa sawit
meaingkat dan lestari, tetapi sumberdaya alam tidak rusak. (2) Teknik peningkatan kemampuan swadaya petani sehngga kehidupan petani
sejahtera serta mampu mendukung perkembangan industri.