Untaian Tasbih Oleh : Febrian, Tuban mjbookmaker by : http://jowo.jw.lt Mobil travel perlahan berhenti di pintu ruang tunggu bandara cengkareng. Para calon TKI s egera turun, mereka ada 12 orang ,orang2 yg akan pergi ke Saudi Arabia, semua menjinjing tas ransel atau koper,tujuan pasti mereka adalah sebuah pabrik semen di saudi arabia, tak ada yg tau nasib apa yg menanti di sana, yg terang semua mengharapkan perubahan setelah bekerja di saudi arabia, mengingat betapa sulitnya bekerja di negeri sendiri, mungkin mem ilih bekerja di saudi arabia adalah suatu pilihan yg paling akhir dari keterdesakan ekono mi, yg tak pernah menuju ke arah perbaikan dan semua TKI pasti mempunyai alasan sendiri, sekalipun itu bisa di buat2, yg jelas jika di suruh jujur, tak ada orang yg mau bekerja j auh dari keluarga. Pemuda yg terakhir turun dari travel, bernama Boni. matanya menyapu de pan bandara kemudian bergegas mengejar temannya yg sudah lebih dulu memasuki ruang tunggu , dia kaget ketika pintu bandara terbuka sendiri, Boni mundur lalu maju untuk masuk, ia b enar2 heran, yah namanya orang udik. pemuda umur 25 tahun itu melangkah kederetan kursi yg sudah di penuhi teman2nya. Dia ber diri saja melihat orang yg lalu lalang, ada lelaki bule me nyeret tas panjang, di be lak angnya perempuan bule membawa ransel di punggungnya. Orang lalu lalang tiada henti,tapi ke adaan serasa begitu sunyi tak ada penjual makanan yg menawarkan dagangannya seperti d i stasiun,atau terminal. Pandangan Boni tertuju ke kursi2 sederetan dg kursi tempat tema n2nya duduk, banyak wanita yg berseragam ada yg duduk ada yg berdiri, ada juga yg mengge lonjor di ubin, na mpak juga ransel dan koper berserakan di samping mereka, pastilah mer eka para TKW, yg akan bekerja di arap saudi, ada yg wajahnya murung, tapi ada juga yg wa jahnya ke tawa ketiwi, tak taulah mungkin mereka ada yg sudah pernah berangkat ke saudi
atau ada yg sama sekali belum pernah bera ngkat. Boni jadi ingat ket ika di penampungan, ketika malam yg larut jam telah menunjukkan 24 lebih dan dia tak bisa tidur lalu pergi ke pos satpam. Di sana masih ada satpam yg jaga malam. Bo ni pun duduk ngobrol, belum sa mpai lima menit ngobrol dengan satpam, ada mobil dari bandara yg mengantarkan seorang TK W, menjerit, berontak, mau kabur, dengan di pegani tiga orang Peremp uan itu di seret ke penam pungan perempuan yg ada di belakang. sementara satpam ikut memegangi, dan Boni pun duduk di kursi semula, tim bul berbagai maca m duga an dalam pikirannya, sam pai perempuan berontak seperti itu, tapi pikiran2 kotor yg terlintas segera ia tepis jauh2. Pintu pena mpungan terbuka, dan nampak keluar tiga orang pengantar di iring bapak satpam. Ketiga orang itup un pergi, dan satpam kem bali duduk di kursi dekat Boni, tanpa di minta satp am itupun bercerita panja ng lebar, menurut ceritan ya gadis yg berumur 21 ta hun itu, sebenarnya baru berangkat kesaudi 1 bulan tapi sungguh mala ng, dia mendapatkan maji kan yg buruk, ia di perkosa oleh majikan, ana knya, saudara nya, pokok nya yg memperkosanya ada lima orang, ia selalu di sekap di dalam kamar, sampai minggu yg lalu baru bisa kabur. tiba2 terdengar suara memanggil dari dalam penampungan perempu an[bapak satpam tolong p ak si lin nangis terus kepalanya di tatap2kan ke tembok, sampai berdarah] satpam segera lari keda lam sebelumnya meme san supaya menjaga ger bang utama, namun belum sampai 5 menit sat pam masuk tiba2 dari dala m berlari perempuan tadi sambil menangis, Boni se g era menghadangnya, dan memang perempuan itu kepalanya berdarah, dia terus menangis, min ta di bukakan pintu gerbang,satpam segera muncul ter gopoh2, dan memaksanya masuk ke da lam lagi, tapi Boni tau keadaan maka dia menghibur perempu an yang patah arang itu samb il menyalurkan tena ga prana lewat telapak tangannya sehingga pere mpuan itu menjadi te nang dan mau di ajak masuk ke dalam. Boni menarik napas lega, karena masalah telah tera tasi, pasti akan sulit meng hilangkan
trauma di perempuan itu, mungkin seumur hidupnya akan se lalu menghantui kejadian pemerko saan yg menimpa dirinya, sungguh betapa berat hid up yg sementara ini harus terlewati. Bo ni membay angkan betapa sulitnya pergi ke saudi arabia, ber belit2nya proses kebera ngkat an, permainan para seponsor, yang menghalal kan segala cara, belom lagi ulah calo2 yang m en cari keuntungan, petugas PJTKI yg mengambil untung berlipat2, sementara para pencari k erja, ini adalah pilihan terakhir karena keterde sakan ekonomi, harga un tuk makan, seked ar isi perut semua mahal. Lari kesaudi diporoti sana sini ngurus surat di kelurahan dikec amatan, semua minta bagian, dan setelah jadi berangkat, nasib di sini tak menentu, tanpa perlindungan sama sekali pemerintah tak perduli, semua hanya mau mengambil untung saja. I ni seperti orang yg mau bepergian dengan uang ngutang, lalu bertemu banyak orang dengan a lasa menolong dan meringankan beban perjalanannya tapi memo rotinya sampai orang itu tela njang tak punya apa2 lalu di lepas begitu saja. Boni melangkah menuju antrian teman2nya yg telah berjejer memeriksa kan bawaanya, gili ran Boni di periksa. Petugas menanyakan namanya, pertanyaan yg simpel2 aja tentang nam a, nama orang tua, tujuan perjalanan, cuma waktu menanya namanya petu gas wanita itu,m engulang tanyanya, hanya Boni saja? Boni jadi merenung, mem ang selama ini dia tak per nah memikirkan arti akan namanya yg pendek. Kenapa dia di beri nama sependek itu, pad ahal se pengetahuannya nama itu adalah harapan dan doa, atau mungkin karena orang tuan ya yg jualan warung kelontong, dan saat mengandungnya lagi banyak hutangnya sehingga n amanya BON mungkin artinya hutang, untuk mengenang banyak hutang, ah tak taulah. setelah melewati deretan pemeriksaan. Dari di minta mematikan hp. Membuang air mineral , takboleh membawa sega la yang berbau cair, dari sabun, sampo, pasta gigi, juga di la rang membawa sesuatu yg berbau tajam. Kalau terpaksa membawa maka harus menyimpan nya dalam satu tas dan menaruhnya di bagasi. Sampai sudah di bagian akhir pemberangkatan, orang sudah penuh, bany ak yg duduk di lantai, ada beberapa orang arab, dan kebanyakan
penumpang adalah TKW mungkin kalau di hitung persen, 99 persen TKW, selebihnya tki da n penumpang biasa. Boni duduk di kursi pesa wat saudi airlines, setelah mencari2 no.kursi tiket yg di pegang, dia menemuk an tempat duduknya. Yg ternyata di kanan kirinya ternyata perempuan semua, Ba gaimanapun juga Ia merasa risih, dan kagok, ah akhirnya takdir nya membawa kesini juga, wa lau hal ini tak per nah ia inginkan. Karena selama ini dalam dirinya telah terpaku keyakin an, lebih baik kerja di negara sendiri, walao mulai dari nol berusaha sendiri lalu di pupu k secara perlayan kontinyu, nantinya juga akan berhasil, daripada pergi bekerja ke luarneg e ri, pulang dengan uang ba nyak, tapi bingung mau usaha apa, kemudian mod al habis, lalu pergi ke luar negeri lagi, begitu seterus nya. Tapi takdir berbicara lain. Jika di tengok ke be lakang betapa Boni merasa hidupnya penuh warna warni. Dia yg tiga bersaudara. Kakakn ya Abdullah, yg kini jadi pengusaha sukses di jakar ta, dan adiknya atika, yg selalu hidup di pesantren. Terbayang orang tuanya yg selalu hidup paspasan, cuma punya warung kelo nto ng, namun sejak kecil Boni telah di didik untuk hidup mandiri, tanpa mes ti tergantung ora ng tua, dan jadi benalu keluarga. Sejak lulus SD Boni telah menentukan jalannya sen diri, dengan ketrampilan yg dia miliki, yaitu menul is kaligrafi, Boni mulai memasuki dunianya s endi ri, pertama ia masuki pon dok pesantren sarang rem bang jawa tengah yg di asuh kyai m aimun zubair. Di pondok Al anwar itu, Boni mulai menggemble ng diri, segala materi unt uk hidup di pesantren dia usahakan sendiri dengan membuat kaligrafi di kaca lalu di saat luan gnya dia akan berjalan menyusuri kampung2 nelayan, menawarkan kaligrafi biki nannya, kadan g kaligrafi banyak yg membeli, tapi juga tak laku sama sekali, dengan sabar dan telaten ma sa2 sulit pun terlewati, sampai tiga tahun sudah dia di pondok sarang. Ke mudian Boni pind ah ke pondok lain, pilihannya jatuh ke pondok babat lamongan, pondok ihya asuhan kyai fahr urrozi, mengingat kalau di pon dok sarang terus, pendapa tan untuk sekedar makan aja udah tak ada karena sudah banyak penduduk yg telah membeli kaligra finya
, disini Boni menem ukan cara yg lebih efisien dalam menjual kaligrafi dengan menitipkan pada toko di pasar babat, di samping karena peraturan pondok yg ketat, yaitu santri cuma boleh keluar pondok seminggu sekali. Akhirnya Boni cuma bisa bertahan beberapa bulan lalu pindah ke pondok langitan, yg di asuh kyai fakih. Lama2 di pikir. Boni tak punya apa2 ka lau kel amaan di pondok, mungkin akan banyak waktu terbuang. Boni pulang ke rumah, burung terbang, akhirnya kembali kesarangnya. Kakak nya yg bernama Abdullah mulai merajukny a untuk pergi ke saudi, sampai kakaknya berkata, setiap hari m utar tasbih, baca quran, tak akan menjadikan kau kaya. Boni heran dengan kakak nya itu, padahal kakak nya itu jebolan pesantren lerboyo, tapi sekarang memang telah menjadi seor ang pengusaha di jakarta. Kakaknya itu juga mempunyai PJTKI, tapi mengapa semua orang me ngukur keberhasilan dg harta, kalau banyak hartanya di bilang sukses kalau tak punya apa 2 di bilang gagal, apa nabi kita muhammad itu nabi yg ga gal, cuma karena miskin. untung saat itu ada satu pesantren di daerah bonang Demak yg membu tuhkan seorang pengaj ar, dan Boni mendapatkan tawaran, tanpa pikir2 lagi dia pun menerima, maka berangkatlah dia ke demak. Di pesantren itu Boni berjanji, untuk benar2 memperjuangkan islam semampun ya, dan di pesantren itu Boni mulai mengajar. Dia mulai menunjukkan, seorang pengajar, s eorang ustad yg ilmunya mumpuni, dari pengajaran nahwu, tajwid, fiqih, hadis, tasawuf, d ia ajarkan. Dan Boni mulai di kenal, karena penyampaiannya yg lembut, dapat di pahami, s elalu menyela2i humor yg mendidik, sehingga banyaklah murid santri yg menyukai, sehingga apabila santri pulang, selalu membawa teman santri baru saat kembali, dalam masa dua ta hun, pesantren yg awal nya cuma berisi 100 santri itu, telah memblu dak hampir 500 santr i. Sang kyai sangat senang akan perkembangan itu, maka dalam pikiran kyai fauzi, Boni ha ruslah men jadi menantunya, sang kyai mempunyai anak empat, satu lelaki bernama imam, da n tiga perempuan.Asiah, hanifah, Azyah. Tapi Boni benar2 telah di mabuk ilmu,karena maka n dan kebutuhannya telah di penuhi maka Boni setiap hari hanya mengajar, para putri kyai
yg berlomba ingin memilikinya Boni tak perduli, waktu berjalan teramat cepat, tiga tahu n sudah Boni menjadi ustad. Sekarang mushola pesantren telah tak muat, apabila Boni menj adi imam jamaah sholat, belum lagi orang desa sekitar yang sengaja datang untuk ikut sho lat bersama Boni, kalau Boni membaca Ayat2 Alquran suaranya, sebenarnya tak begitu merdu , tapi ada yg lain, yg membuat mata tak bisa untuk tak menang is. Bahkan tak jarang jama ah sholat, karena tak kuat nya akhirnya menjerit dan pingsan. sebenarnya Boni membaca nya biasa2, tapi bacaan itu setiap mengalir dari setiap tempat kel urnya suara ia hayati kandungannya, dia masukkan ke dalam hati, dan setiap teguran dari Al loh, maka dia merasa dialah yg di tegur, di ancam dg neraka, dan siap di masukkan, karena ter lampau banyaknya dosa. Sehingga teramat takutnya dia, dan mungkin yg di rasakan oleh B oni itu menyentuh hati orang yg mendengar sehingga hati mereka juga seperti di iris2. pagi itu habis menjalan kan sholat subuh, seperti biasa Boni membacakan kitab ibnu akil ke pada santrinya, tiba2 bacaanya terhenti, dan Boni memandang kearah santri, [kemana Rusdi, sudah beberapa hari ini, aku tak melihat dia ikut mengaji?]. [dia tidur ustad][dia mengama lkan ilmu rogo sukmo ustad] suara santri ramai saut menyahut menjawab.[ oh ya sudah2]Boni memutuskan untuk menc ari tau sendiri, melihat san tri mulai ribut. Dia melan jutkan menga jar. setelah mengajar, Boni memutuskan untuk mend atangi sendiri kamar Rusdi, para santri se mua menja lankan kegiatan pagi, sehingga lorong2 kamar sepi, ada yg mencuci pakaian, ad a yg sedang sarapan, ada yg memasak ada yg menyapu halaman. Sebagai ketua pesantren Bon i tau betul kamar2 di mana santrinya tinggal, maka tanpa ragu Boni melangkah ke kamar R usdi. Sampai di dekat kamar Rusdi, Boni heran karena mendengar suara anak kecil bersena ndung. Segera dia mengucap salam, di dalam kamar Boni melihat cuma ada Rusdi, yg sedang mencoret 2 buku tulis. Dan menjawab salamnya dengan suara anak kecil. ah tentu Rusdi bercanda, [hei rus, jangan bercanda.][aku bukan kang Rusdi] [lalu kamu si
apa?]tanya Boni, karena dalam hatinya mungkin Rusdi ini manusia berkepribadian ganda sep erti dalam filem jadi Boni mengikuti saja.[aku maman, tadi aja aku baru pulang sekolah, lalu kang Rusdi memintaku un tuk menggantikannya di pesantren.] [lalu kang rus dinya kem ana?][kang rus di memakai tubuhku, mau pulang ke rumah, mau melihat kerbaunya, kamu siap a sih, kok banyak nanya-nanya?] [oo, aku temannya kang Rusdi.] [em main bola yok?]Rusdi dengan suara kecil itu ber lari-lari ke lapangan depan pesantren. Ah tak taulah, Boni me nggeleng-geleng melihat tingkah Rusdi. Rusdi adalah pemuda umur dua puluh tahun, berperawakan depal, ting gi sedang, tubuhnya b ero tot karena tiap harinya se lama di ogan kumuning hilir tempat tinggalnya, ke rjanya mencari kayu di hutan , di kumpulkan untuk di jual di pasar. Sekarang ini Boni harus men ghadapi tingkah aneh Rusdi, sebagai seorang yang memimpin pesantren, kebijaksanaan dan k esabarannya teruji. Boni memandang dari jauh Rusdi yang bermain bola dengan lincah. Hari berlalu, baru tiga hari, Rusdi kembali ke sikap semula, dan cara bic-ara seperti se belum suara nya menjadi suara anak kecil, setelah Boni di kasih tau santri kalau keadaan Rusdi telah normal seperti sediakala, maka Boni pun Bergegas ke kamar Rusdi. Ketika sam pai di kamar Rusdi kebetulan pemuda itu ada dan sedang menya pu kamar, Boni segera me-mi nta Rusdi menghenti-kan menyapu dan menga-jaknya bicara. [rus sini du-duk, aku mau tau p enjela-sanmu, tentang tingkah-mu selama dua hari ini sungguh membuat gerah pesantren ini , apa penje-lasanmu?] lalu Rusdi men jawab dengan kepala ter tunduk.[maaf ustad, bukan m aksud saya mem buat resah pesantren ini, tapi saya kangen rumah, maka saya pulang] [pula ng bagaimana?, wong kamu jelas-jelas masih di pondok ini.!] [ma-af ustad saya mengguna-k an ilmu rogo sukmo, jadi bertukaran tubuh dengan maman.] Boni termenung Dia berpikir apa memang ada ilmu seperti itu, bukannya ada dalam cerita -cerita saja, ta pi Boni ingin mengetahui, dan menelusuri kebena-ran cerita Rusdi. [ilmu rogo sukmo katam u?] Rusdi manggut mengiya-kan. [benar katamu itu?,bagaimana kau membuk tikan kalau kau p
unya ilmu rogo sukmo?] [kalau ustad mau saya akan mem buktikan di depan ustad] kata Boni dengan mimik serius.[begini saja, kalau memakai ilmu rogo sukmo, berapa waktu di butuhk an perjalanan dari sini ke rumahmu?] [pulang pergi setengah jam, ustad[kalau begitu, kam u punya apa di rumah?] [ada keris, pisang][baik sekarang bisa kau ambilkan kedua barang tersebut?] [baik ustad] . Rusdi segera mengambil posisi, dia membentang kan tikar di lantai, karena memang para san tri tidur tanpa menggunakan ranj-ang tapi cukup lantai tekel, dan untuk mengusir dingin m aka di gunakan tikar, setelah tikar di ben-tang Rusdi segera mengambil posisi tidur terle ntang, Boni memper hatikan dengan serius, setiap gerak-gerik Rusdi. Pemuda itu memejamkan matanya dan, layaknya se-perti orang tidur, Boni mendekati Rusdi, kalau memang tidur ten tu pemuda ini tidurnya nyenyak sekali, ketika Boni mencoba menggoyang-goyang tubuh Rusdi, dia tak ber-gerak sama sekali, begitu juga saat Boni menempel kan jari telunjuknya ke ma ta Rusdi, kalau pura-pura tidur. Pastilah mata itu berkedip, tapi mata Rusdi sama sekali tak ber-kedip, maka Boni memu-tuskan menunggu sampai setengah jam di kamar Rusdi. Setengah jam kemudian, nampak tubuh Rusdi ber-gerak-gerak, dan Pemuda itu membuka matany a, lalu bangun, memandang Boni, kemudian tangan-nya di selipkan ke balik baju, dikeluark anlah keris dan sebuah pisang, di be-rikan pada Boni, [benar ini dari rumahmu?] tanya Bo ni, dan Rusdi mengang guk. Tapi sekalipun itu nyata, dan ilmu raga sukma itu ada, apa ju ga manfaatnya, Boni yang selama ini hanya mempe-lajari kitab kuning, tentu tak semudah i tu percaya, tapi sekalipun ilmu seper-ti raga sukma itu ada, apa juga sebagai manfaatnya . Tapi Boni akan mengikuti perkembangan yang akan terjadi. [dari mana ilmu raga suk-ma itu kamu dapat rus?]ta-nya Boni pelan. Rusdi me-nerawang, mat anya mena-tap ke langit-langit kamar yang banyak sarang laba-laba, seakan masa lalunya te rjaring oleh salah satu sarang itu, sementara mul-utnya mencang-mencong seperti mengeluar kan sli-lit yang tertinggal.
Pagi itu , matahari telah beranjak dari peraduan, namun sinarnya yang lem-ah belum mampu m engu-sir halimun yang menyeli muti pinggiran hutan ba-kau, udara masih dingin namun tiga b ocah lelaki nampak berlompatan di atas bebatuan yang menonjol di sungai ping-gir hutan, ai r sungai tera-mat jernih, airnya seperti kaca yang bergerak, sehingga bebatuan dan kerikil dalam sungai jelas terlihat, serta ikan-ikan yang berenang kesang kemari, mengikuti irama air mengalir. Sebenarnya aliran air itu bersumber dari celah bebatuan, dan tak pernah hab is atau ber-henti karena kemarau panjang sekalipun. Tiga orang pemuda itu yang depan Rusdi, membawa buntalan bekal di pundaknya, di pingga ngnya terselip gobang, dan tangan kanan nya menggenggam kapak pendek, yang kedua ber-nama maman, tubuhnya ceking kecil namun nampak kuat, bocah ini mema-ng baru kelas lima SD, di lehernya menggantung dua buah botol aq ua bekas yang di isi air, dan di ikat dengan tambang, di pinggangnya golok terselip, anak yang ketiga bernama Ali tubuhnya tinggi kurus namun angkal berotot di pundaknya terselem pang sarung berisi bekal maka-nan, sementara kapak besar panjang di panggul-nya, hari ini hari minggu, anak anak ini biasanya mencari kayu bakar ke hutan siang hari, tapi karena ini hari libur seko-lah jadi mereka berangkat ke hutan pagi hari . Ketiga anak itu segera masuk ke dalam hutan yang lebat, dan segera mencari kayu dan di k um-pulkan, kayu-kayu itu di ikat jadi dua kemudian di ikatkan kekayu pikulan, agar mudah membawa pulang, setelah agak siang mereka pun beristi-rahat, untuk membuka perbekalan, Rusdi segera minta botol aqua yang di bawa maman, dan menenggaknya, tiba-tiba tenggakann ya dihentikan. [sst...! Kalian mendengar suara gak?] tanya Rusdi sambil mengacungkang ja ri telunjuknya ke hidung. Ali yang sedang membuka bungkusannya segera ber-henti, begitu juga maman yang sedang m embersihkan sandal karet ban mobilnya dari tanah. Mereka diam menyimak, dan memang terdengar suara rintihan.
[eh jangan -jangan suara hantu?]kata maman dengan suara kawatir. [ah apa ada hantu di siang bolong begini, kali aja ada orang membutuhkan pertolongan, ayo ki ta samperi..!]kata Rusdi seraya berdiri. Mereka bertiga segera beranjak perlahan menuju sumber suara. Dada mereka berdegup kenc ang. Sampai di tempat suara betapa terkejutnya mereka karena nanpak seorang kakek tua renta ten gah tergeletak tanpa daya. [aduuh tolong kakek nak, sudah beberapa hari aku tak makan, lapar...!] suara kakek itu meng iba. Ketiga pemuda itupun tanpa ragu memberikan bekal mereka kepada kakek itu, dan di lahap habis semua. Maman menowel-nowel Rusdi melihat makanan bekalnya di habis ludeskan sang kakek. Ta pi Rusdi menyuruh maman diam. Ketiga bocah remaja itu diam melihat kakek yang menghabiskan bekal me-reka bertiga, kake k itu mengambil kayu kecil, lalu sibuk mengeluarkan bekas makanan yang tersisa di sela-s ela gigi, tanpa memperdulikan pada ketiga manusia di depannya. [kakek sialan..! Udah makan bekal kami tapi tak mau berterima kasih...!]maman tak tahan l agi, kakek itu terkekeh [hehe.. enak sekali masakan mamak kalian..em] kakek itu masih mem bersihkan giginya sambil tiduran di atas rumput. [ah bener-bener sial, ] Ali juga mulai menggerutu.[ah ini karena kang Rusdi ngajak nolong kakek ini, kita jadi yang kelaparan, apa kita kuat mengangkat kayu kita, untuk dibawa pu lang?..]maman sudah kelihatan mau nangis, matanya sudah memerah. [eh- eh-eh, jadi kalian tak ihlas, memberi makanan padaku?.., boleh.. boleh kalian ambil lag i, tapi dua jam, tiga jam, nanti ku usahakan, supaya dapat ku keluarkan, kalian ambil sekali an bunganya juga gak papa.] suara kakek itu cuek.
[ah sudahlah kek, tentu saja kami ihlas, kalau kami tak ihlas apa juga perlunya makanan kami sudah di perut kakek] kata Rusdi.[ayo kita pergi...!]tangan Rusdi menarik p ergelangan maman. Maman yang cemberut itu pun ikut beranjak pergi. Mereka bergegas menin ggalkan kakek itu kembali ke tempat di mana kayu-kayu bakar yang mereka kumpulkan tadi d i tinggal. Tapi alangkah terkejutnya tiga remaja itu, karena kakek itu telah ada disitu, sedang enak enakan duduk di atas kayu bakarnya maman. [hei kek mengapa kau duduki kayuku?, kau telah menghabiskan bekalku, dan tak berterimak asih sama sekali, sekarang pasti menginginkan kayuku] kata Maman nyerocos, karena meman g kayunya yang telah di duduki kakek itu. [he,he,he jangan salah sangka, aku bukan orang yang tak punya terima kasih, tapi apa leb ihnya kalau aku berterima kasih dengan mulut saja, maka aku akan berterima kasih dengan perbuatan, aku akan menurunkan satu ilmu kepada kalian bertiga, bagaimana?] [ah ilmu apa ? Kalau ilmu cuma minta makan orang lain, tak usahlah, kami tanpa ilmu, sudah tiap hari minta makan pada mamak kami..] [he,heh anak kecil bawel amat..]setelah berkata tiba-tiba tubuh kakek itu hilang entah kem ana.] ketiga remaja itu tengok sana, tengok sini, mencari tapi tak ada[hii...jangan-jangan kakek itu hantu, hi]dia begidik ngeri, membayangkan nanti kayunya di pikul, tau -tau kake k itu nongkrong di atas ikatan kayunya. [ayo kang cepat pulang, tapi kang Rusdi bawa kayuk u, dan biar kayunya kang Rusdi aku yang bawakan] [eh kayuku kan lebih berat dari kayumu ma n, kau tak akan kuat] kata Rusdi heran. Tiba-tiba terdengar suara kekeh tawa kakek itu men ggema.[kalian tak melihatku kan? Kikikik, lihat ketatas!] serentak ketiga remaja itu mendo -ngak ke atas. Terlihat kakek itu bergelantungan di atas mereka, kakinya di belitkan di ranting sebesar ja ri, tapi tak jatuh. Kalau memang kakek ini jin, siluman, atau setan kenapa doyan nasi, tapi kalau memang manusia pastilah ilmunya teramat tinggi. [awas aku mau turun!!] tiba-tiba kak
ek itu meluncur turun, dengan kepala di bawah, tangan bersedekap, kaki di lipat, tapi begit u kepalanya tinggal sejengkal, tubuhnya segera membalik, sehingga kakinya menginjak tanah. [gimana kalian mau ku tu-runi ilmu?] wajah ketiga remaja itu masih bengong menyaksikan se gala gerakan kakek itu. [mau, mau,]maman menjawab duluan. Lalu kakek itu meminta kepada ketiga remaja itu memb uka bajunya, dan kakek itu menjarat-jaret tubuh ketiga remaja itu, menuliskan sesuatu ketubuh ketiga pemuda itu, kemudian membisikkan cara menggunakan ilmu. [Besok kalian datang lagi, dan jangan lupa bawakan aku makanan yang banyak...!] kakek tua itu pun melesat pergi. Tinggal ketiga remaja itu, terlongo-longo. Kini ketiga remaja itu meninggalkan hutan bakau, sesampai di sungai pinggir hutan, mereka tak lupa mandi, sekal ian menghilangkan rasa lapar karena dari pagi perut tak terisi, [Rus, apakah menurut kamu , ilmu dari kakek itu benar adanya?] tanya ali sambil mempermainkan air dengan jarinya di genggam di renggangkan sehingga air muncrat dari lubang genggamannya.[ya benarlah, kau m elihat sendiri kan betapa hebatnya kakek itu]jawap Rusdi, yang sedang mengusap-usapkan ai r di mukanya. [eh kalau hebat kenapa dia minta makan dari kita?]tanya maman yang sedang m enggosok-gosokkan batu kali ke tubuhnya. [ya sekalipun sakti, masak yang enak tetap belum tentu bisa. Besoknya ketiga pemuda ini datang lagi ke hutan. Dan ketiganya oleh kakek itu di suruh mempraktekan ilmu yang telah di berikan. Yang terny ata ilmu itu adalah ilmu raga sukma. Mereka bertiga di suruh saling menukar badan wadag. Begitulah mereka mendapatkan ilmu raga sukma. [ustad apakah menurut ustad, ilmu ini baik?]tanya Rusdi. Boni yang sedang merenung tentang ilmu yang di dapat Rusdi itu terkejud.[entahlah, aku tak melihat ada manfaatnya ilmu tersebut, yang jelas menurut pemikiranku, ilmu raga sukma ini
menyalahi, tak taulah, aku terlalu buta tentang ilmu kesaktian]. Boni berjalan meninggalkan kamar Rusdi, jidatnya mengerut. Pertanda dia tengah ber-pikir keras, dia dulu mengira, bahwa ilmu gaib itu hanyalah cerita, sesuatu yang tak nyata, han ya hayalan-hayalan seseorang kemudian di tuang ke dalam buku, dan dibaca sebagai penganta r tidur. Tapi setelah melihat kenyataan, seakan sulit mengesampingkan anggapan yang telah menjadi keyakinan. Tapi ah pasti punya efek samping, ya bagaimana tidak ilmu seperti itu tak mungkin kalau bisa di jalankan sendiri. Pasti ada yang membawa terbang sukma, setida knya jin atau malah setan sendiri. Boni begidik. Malam itu habis mengajar santri, seperti biasa Boni melatih hafalan Alqurannya. Baru saja menginjak surah ali imron, Boni mendengar pintu kamarnya di ketuk orang, dia regera bera njak membuka pintu , ternyata dua orang santri. [ada apa?] tanyanya melihat dua santri me nghadapnya wajahnya tegang dan resah. [ayo bilang ada apa?] [anu ustad, Rusdi kerasukan]jawab kedua santri itu hampir serempak. [kerasukan gimana maksud kalian.] [kerasukan ya kerasukan, ustad ini bagaimana sih? Begitu aja tak tau] [ya udahlah, lalu di mana dia sekarang? Ayo dilihat] Kedua santri itu, berjalan cepat mendahului Boni, menunjukkan dimana Rusdi kerasukan. Terlihat Rusdi di kerubuti para santri, beberapa orang santri mencoba me-megangi, namun semua di mentalkan, lalu Pemuda itu lari ke dapur. Mengambil parang dan mengamuk, para s antri tak berani mendekat. Tapi aneh Rusdi mengamuk pada diri sendiri, parang yang di pegangnya di tebaskan ke leher nya, lalu kepalanya menghindar, kemudian di tebaskan kepahanya sendiri, paha itu juga sep erti paha orang lain saja, berusaha menghindarkan tebasan. Dia bergulingan di tanah, tang an kiri dan kanan saling memperebutkan parang. Dan saling berusaha melukai dan melindungi
tubuhnya sendiri. Suara yang keluar dari mulutnya berubah-ubah kadang beringas, seram mengancam, kadang suara Rusdi menyuruh pergi. Boni melihat bengong, tak tau apa yang harus ia lakukan. Sementara Rusdi masih bergulat dengan maut, semua santri melihat dengan pandangan ngeri . Ketika Rusdi parangnya menghantam keras pohon mangga dan menancap teramat dalam sehing ga susah di cabut, tanpa pikir panjang lagi Boni segera menubruknya dari belakang, men guncinya dengan pitingan. Melihat itu santri yang lain pun menyerbu. Dengan susah payah maka Rusdi kena di ringkus , lalu tubuhnya di ikat ke pohon jambu air yang ada di depan pondok, tambang sepanjang d uapuluh lima meteran dipakai habis untuk mengikat Rusdi, pemuda itu mengaung-ngaung, men irukan suara srigala, kadang tertawa-tawa sendiri. Boni mengusap peluh di jidatnya yang mengalir deras. Ah kenapa kejadian seperti ini tak per nah terpikirkan olehnya? Kenapa dia tak pernah tau dan belajar ilmu menolong orang kerasuka n. Jadi kalau ada kejadian seperti ini dia tak tau jalan keluarnya. Boni beranjak ke kamarnya, dan melepas pakaian yang di kenakan karena kotor oleh debu d an keringatnya. Lalu mengganti dengan pakaiannya yang bersih. Belum selesai ia mengancingkan baju, terdengar kamarnya di ketuk. [ada apa?]melihat seorang santri ngos-ngosan napasnya, berdiri di depan pintu. [anu...pak ustad...Rusdi..]kata santri itu, putus-putus . [Rusdi kenapa?]tanya Boni tak sabar. [lepas lagi....] [lepas gimana? Kan dah di ikat erat, gimana bisa lepas?] Boni segera berlari keluar dan . memang Rusdi sudah tak ada di situ, tinggal tambangnya saja yang ter-geletak di bawah pohon
jambu air, seperti barang yang tak berharga. Tapi semua santri juga sepi tak ada. Terdengar suara ribut dari belakang pesantren, di belakang pesantren putra ada pesantren put ri, yang di batas tembok setinggi tiga meter dan di atas tembok di beri pecahan kaca dan bot ol. Boni bergegas melangkah kebelakang pesantren. Dan tentu saja akan melewati depan rumah ky ai umar. Pas kyai umar keluar dari pintu. [ada apa bon?, kok ribut dari tadi?] tanya kyai umar kepada Boni yang segera berhenti [itu kyai, ada santri yang kerasukan....]. [ cepat di bereskan, jangan di biarkan ribut]kata ky ai umar. Mbesengut. Kyai umar sebenarnya bukan kyai, cuma karena tanahnya di pakai pesantren jadi orang-or ang menyebutnya kyai. Kyai umar juga tak pernah memikirkan santri, juga tak pernah men gajar. Dia akan sangat senang kalau ada santri yang sowan dan membawa makanan atau mem berikan salam tempel tapi akan di tinggal kalau yang sowan tak memberikan apa-apa. Kalau tampangnya, tubuhnya sedang, perut gendut, wajah memerah karena sering marah, d an matanya mencereng menakutkan. Entah telah berapa kali, Boni di usir oleh kyai umar Katanya menyaingi dirinya. Ah menyaingi dalam hal apa, memang kadang-kadang para santri atau orang tua santri kalau mau menitipkan anaknya maka yang di sowani adalah Boni, tapi tentu saja jika mereka membawa apa-apa, makanan atau apa, pasti oleh Boni akan di antar langsung ke rumah kyai umar. Nah kalau sudah Boni di usir dari pondok dan di suruh pulang, kemudian satu persatu santr i pun boyongan, karena tak ada yang mengajar. Setelah santri sepi, maka Boni pun di panggil lagi, berjuang dari awal, setelah santri berda tangan maka terjadi pengusiran lagi. Begitu berulang-ulang, Boni tak sakit hati, karena keih
lasannya berjuang. Nabi aja terusir dari makkah. Apalagi ini bukan pesantrennya. Kenapa ada orang-orang seperti kyai umar? Yah karena Allah menguji kepada orang-orang y ang berjuang di jalannya, sejauh mana daya tahannya. Sehingga tersortir mana orang pilihan? Mana orang yang gampang tumbang. Boni melangkah ke tempat santri yang ramai mengerubuti Rusdi. Rusdi terdengar menggereng-gereng. Beringas, ketika Boni sampai, tak di sangka-sangka. Rusdi berlari ke arah tembok, kakinya menjejak tanah, tubuhnya ringan menjejak tembok d an meloncati pagar tiga meter dan melewatinya dengan begitu mudahnya. Semua santri term asuk Boni, hanya menatap bengong, tak mampu mengejar. Terdengar jerit santri putri. Boni tak bisa berbuat apa-apa, karena ini sudah di luar jan gkauannya, hanya bisa menyangka-nyangka apa yang di lakukan Rusdi yang sedang kerasukan d i pesantren putri. Dan berdoa semoga Rusdi tak melakukan yang tidak-tidak. Boni kemudian memerintahkan santri putra berjaga-jaga saja. Terdengar suara kok-kok, diatas genteng santri putri ah ternyata Rusdi ada di atas genteng san tri putri. Syukurlah kalau tidak mengganggu santri putri. Malam itu rupanya Rusdi tidur di atas genteng santri putri. Besoknya Boni kena damprat habis-habisan oleh kyai umar. Karena Boni telah menyangka akan terjadi seperti itu, maka dia tak kaget. Dan apa yang menimpa Rusdi tentang kerasukan ini adalah awalnya, malam malam berikutnya akan terasa panjang oleh Boni, karena kerasukannya Rusdi dari waktu isyak sampai waktu pagi. Dan setelah di cerna maka di ambil kesimpulan sebenarnya kerasukan Rusdi ini kar ena ilmu raga sukma, yang di pelajari, tanpa menggunakan benteng dan pondasi diri yang kuat. Maka ketika Rusdi meninggalkan tubuhnya, tubuh tanpa pagar itu tentu dengan mudah akan di
rasuki. Karena telah di rasuki maka akan tercipta lubang untuk jin-jin itu merasuki Rusd i. Itu menurut pendapat akal-akalan Boni, kebenarannya? ya entah. Ini entah malam yang ke berapa Rusdi kerasukan. Telah berbagai cara di coba, dari mengika t di pohon ,mengunci dalam kamar, sampai mengikat di wuwungan rumah di antara blandar, ta pi tetap saja pemuda itu dapat melepaskan diri. Namun karena sudah biasa kerasukan, jadi sebelum waktu kerasukan datang maka santri sudah mengatisipasi, walau selama ini hasilnya nol besar. Hal ini sama sekali tidak melemahkan hati Boni, tadi siang dia pergi ke toko kitab dan m encari kitab atau buku-buku yang akan di coba mempraktekkannya dalam menanggulangi keras ukan Rusdi. Dia membeli buku tentang jin, cara paranolmal mengusir jin. Dan buku silahul mukmin. Yan g setelah di buka-buka ada cara - cara untuk menolong orang kerasukan. Salah satu cara akan di uji coba malam ini. Boni segera mengumpulkan para santri untuk di b eri tahu cara yang akan di terapkan. Harapan Boni, semoga usahanya tidak sia-sia, sebab kerusakan yang di timbulkan karena ke rasukan Rusdi ini sudah teramat banyak. Mungkin jin yang merasuk ini , tak suka terang, sehingga yang selalu di serang adalah lam pu, entah berapa banyal lampu yang pecah di banting, travo yang di ambil kemudian di semb u-nyikan, atau bahkan di banting pecah, pernah juga kabel besar PLN yang telanjan ada di atas pondok itu di putus, yang terang saja membuat petugas PLN memakai alat saja sulit me nyambungkan Tapi Rusdi mudah saja memutuskan tanpa tersetrum. Kali ini yang akan di lakukan untuk menanggulangi Rusdi Yaitu dengan cara meletakkan Rus di dalam lingkaran santri yang dalam keadaan suci dari hadas, sambung menyam-bung, salin g berpegang tangan erat. Sambil tak henti membaca Ayat Kursi. Sementara Boni sendiri, me
nyediakan air di bacakan ayat Kursi tanpa napas, juga dibacakan ayat pertama dari surat jin tanpa napas, kemudian di tiupkan ke air, dan air ini. Yang nantinya di gunakan mengg uyur tubuh Rusdi yang kerasukan. Persiapan segera di buat. Boni sebelumnya memesan pada santri supaya jangan takut. Dan Rus di pun telah di kurung di tengah sekitar dua belas santri yang duduk bersila. Saling berpe gangan tangan. Suasana teramat hening, santri yang membuat lingkaran, menunggu ce-mas, semua terbawa ole h perasaan masing-masing, tegang, takut, ngeri, sekaligus ingin tahu apa yang akan terjad i. Rusdi duduk diam bersila di tengah lingkaran, jam menunjukkan setengah delapan malam, lampu juga sudah di matikan, sehingga kengerian datang berlipat-lipat ganda. Tiba-tiba Rusdi mengaung wajahnya beringas, menggeram-geram, serempak semua santri mem baca Ayat Kursi, suara mereka bagaikan kor paduan suara. Boni juga telah menyiapkan ai rnya yang nanti akan di siramkan ke arah tubuh Rusdi. Jin yang masuk ke tubuh Rurdi memandang liar, seperti anjing terjebak dalam kurungan, pa nik, menjerit-jerit kepanasan. Mengaung, mengamuk mencoba menyerang orang yang duduk mem baca ayat Kursi itu. Tangannya memukul kearah satu santri, santri itu kaget tapi tak sem pat menghindar, tapi satu jengkal bogem itu akan menyentuh wajah santri itu, kepalan tan gan itu mental seperti menghantam kekuatan gaib yang tak tampak. Dan Rusdi pun terjengka ng kebelakang. Dia makim marah kemudian mencoba menyerang ke santri lain, dengan cakaran , tendangan, tapi aneh sejengkal sebelum menyentuh sasaran Rusdi kembali terjengkan, hal ini makin membuat semakin tebal keyakinan para santri, dan telah hilang rasa takut enta h kemana, dan di pihak Jin tentu makin takut, terpojok marah. jin itu merasa usahanya untuk lepas dari kepungan sia-sia belaka, maka sekarang dia mencob a lepas dari kepungan dengan cara melompati, santri yang duduk bersila. Rusdi yang di rasu ki jin itu pun menggenjot tubuhnya.
Melompati para santri yang duduk. Tapi sungguh aneh tubuh Rusdi mental kembali terbantin g ketengah arena, loncatannya seperti membentur tembok tebal dari baja. Dan itu di ulang ulang hasilnya sama, tubuhnya terbanting mental kembali tak bisa menembus santri yang d uduk melingkar. Jin itu menggerung marah. Menjerit-jerit, sementara Boni yang telah siap dengan air yang d i isi, pun di siramkan. Dan Rusdi yang menggerung-gerung seketika tak sadar. Meringkuk, pe rtanda jin telah keluar. Santri yang duduk melingkarpun, bernapas lega, ketegangan yang dari tadi membelit-belit pe rasaan mereka sejenak sirna, Rusdi masih menggeletak pingsan, santri yang mau sholat seger a di ganti santri lain duduk bersila membuat lingkaran. Dan sekitar seperempat jam kemudia n , Rusdi kerasukan lagi. Dan seperti kejadian yang pertama, hal itu berulang sampai waktu subuh datang. Memang yang merasuki tubuh Rusdi terdengar suara yang berbeda-beda, kadang suara jinnya kecil melengking tinggi, kadang berat mendirikan bulu roma. Hal itu berulang-ulang sampai satu bulan lamanya. Tiap malam, memang apa yang di lakuka n itu efektif untuk mencegah Rusdi tidak kabur kemana-mana, apalagi ke kampung di sekit ar pondok, yang nan-tinya akan membuat gempar. walau apa yang di lakukan ini dapat mengurung Rusdi tidak bisa kemana-mana, tapi di sisi l ain para santri yang maunya datang ke pondok dengan niat mencari ilmu jadi terganggu.. Maka Boni pun memutuskan untuk memanggil pemburu hantu dari semarang, jadi Rusdi mau di serahkan pada yang lebih ahli, agar para santri dapat mengaji lagi. Setelah dimusyawarahkan maka, pemburu hantu itu pun di panggil, ada empat orang muda, y ang datang ke pesantren, mereka tampak meyakinkan, para pemburu hantu inipun di temui B oni di ruang tamu, setelah basa-basi para pemburu hantu ini menanyakan tentang Rusdi ya ng kerasukan dan bagaimana awal mulanya ter-jadi kerasukan.
Boni pun menjelaskan sedetail-detailnya, empat orang itu memdengar penjelasan Boni dengan serius. Dan setelah selesai Boni menjelaskan maka keempat orang itu berembuk bagaimana nantiny a menghadapi , sementara Boni meninggalkan keempat orang itu . Jam masih menunjukkan jam empat sore, panasnya siang masih terasa, tanah yang pecah-pec ah karena kemarau. Retakan tanah makin lebar saja, dan tanah yang kering mengeras seaka n telah menjadi batu padas, memantulkan panas dari matahari. Perlahan waktu bergulir ke arah senja, dan matahari cahayanya makin redup, seakan mengantuk ingin ke peraduan. Waktu magrib cepat berlalu, nampak para pemburu hantu mempersiapkan diri, dua orang bers eragam hitam-hitam, dan dua orang lagi berseragam putih-putih, Rusdi duduk bersila di ta nah di pelataran pesantren, empat orang itu mengurung Rusdi dari empat penjuru. Suasana teramat tegang. Nampak beberapa botol di persiapkan. Para penduduk banyak berdiri di luar pagar pesantren, para santri melihat dari jauh. Mer eka sebelumnya sebagai pemain membaca ayat Kursi, kini menonton sungguh berbeda. Biasany a ketegangan menjalari dada, sekarang rasanya tak sabar menunggu permainan di mulai. Adzan isha telah selesai berkumandang di masjid yang berjarak seratus meteran dari pesantre n. Masih belum terjadi apa-apa, semua orang terdiam, kalaupun harus berbicara, maka akan dil akukan dengan berbisik-bisik seakan takut mengganggu bayi yang sedang tidur. Dan takut ba yi itu terbangun lalu menangis. Tiba-tiba Rusdi menggereng, pertanda bahwa dia mulai kerasukan. Para pemburu hantu pun mulai mengatur jurus, berjalan melingkar, di ikuti tatapan mata merah me-nyala milik Ru sdi yang telah kerasukan. Tiba Rusdi menerkam salah satu pemburu hantu yang berpakaian hitam, serangan yang di lakukan Rusdi sungguh cara aneh, tubuhnya meluncur lerus kedepa n. Tangan kanannya mencakar dan tangan kirinya, mengayunkan ke titik berhaya di tubuh p
emburu hantu berbaju hitam tersebut. Rupanya pemburu hantu berseragam hitam ini mahir juga ilmu silatnya, serangan Rusdi kea rah wajah dia elakkan dengan miring dan menarik wajah kebelakang, dan serangan ke bawah ia tangkis dengan tangannya, dan dia masih mampu menyerang balik, menendang perut Rusd i yang melayang, tapi tendangan itu oleh Rusdi di tangkis dengan tangan kiri dan meminj am tenaga tendangan itu melenting di atas kepala, dan menghantamkan bogem ke arah batok kepala, pemburu hantu kaget segera menjatuhkan diri berguling, ketika Rusdi yang turun ujung kakinya menotol ke arah tubuhnya. Dari beberapa gebrakan menunjukkan Rusdi lebih unggul setingkat dari pada pemburu hantu baju hitam, melihat temannya terdesak, ketiga temannya segera mengeroyok Rusdi, Maka terjadilah suara bergedebukan yang ramai sekali. pertempuran untuk menaklukkan jin yang ada di tubuh Rusdi makin seru saja, dari keempat penyerang hanya pemuda yang dipanggil Gus Rohman saja yang membuat Rusdi keteter. Dan kualahan. Lelaki muda ini selama ini selalu di hormati oleh ketiga orang pemburu hantu mungkin pemimpinnya. Ketika sorban yang di pakai Gus Rohman menderu, menotok seperti ka yu, kadang lemas seperti ular yang meliuk-liuk, Ctar..!,ctar.! Bet...bet.,wuut..wutt .,bet..ctar.! Suara itu memburu kemanapun Rusdi ber gerak, dan terdesak, pernah dia mencoba menangkis hantaman surban yang mengeras seperti kayu, mengemplang pundaknya. Dugh..! Suara benturan sorban dengan tangannya, ia merasaka n sorban laksana besi keras dan Rusdi melompat mundur, ia meringis menahan sakit, maka s etiap sorban itu menderu memburunya Rusdi tak berani memaki, tau kelihaian penyerangnya. [mundur.!!] terdengar bentakan dari Gus Rohman serentak pengeroyok pun meloncat mundur [biar aku hadapi sendiri.!] memang kalau di pikir -pikir ketiga pemburu hantu itu mempersulit Gus Rohman sendiri dalam menundukkan Rusdi, d
imana bila Rusdi telah terdesak, dan ketiga pemburu hantu itu maju, maka di pergunakan ol eh Rusdi untuk celah menghindar, jadi tak selesai-selesai nanti pertarungan, Boni yang ta k mengerti ilmu silat saja tau kalau ketiga orang itu hanya memperlambat peringkusan. ketiga orang telah mundur tapi masih mengepung. Menjaga agar Rusdi jangan lari. Gus Rohman berdiri tegak, sorban di tangannya tegak keras berbentuk pedang, pertanda ten aga dalam telah di salurkan ke surban itu. Sementara Rusdi juga telah memancang kuda-kud a, walau di matanya membayangkan miris tapi ia tetap saja bersiap menghadapi. [menyerahlah kau jin fasik..!] bentak Gus Rohman, dengan suara keras berwibawa. [hik...hik...ckikikik, kalian hanya membuang waktu saja, hik...hik.,walau kalian bisa mena ngkapku, semua jin dari lebak setra Gondo mayit. Akan menjadikan tempat ini jadi karang ab ang..hik kakakakaka...] kata jin yang merasuki Rusdi, memperpanjang tertawanya tapi segera berhenti ketika surban Gus Rohman telah menderu kearahnya...wut..wut,,bet bet...bet.! Dan tubuh Rusdi menghindari kilatan-kilatan surban yang menderu tiada hentinya. Belum sampai lima menit Rusdi telah terdesak demikian hebatnya. Kemanapun dia bergerak sorban itu telah memapaki. Sampai satu saat surban itu menghantam perutnya. Dan dia mel enguh, tangan kirinya mencoba menangkap surban, tapi malah terbelit, tangan kanannya me ncoba melayangkan pukulan ke arah muka Gus Rohman. Tapi surban yang membelit tangan kir i begitu saja meliuk membelit tangan kanan Rusdi, dan seakan surban itu memanjang dan k aki Rusdi juga tiba-tiba telah terikat oleh surban. Rusdi pun terjengkang ke belakang, tiga orang pemburu hantu yang tadi berdiri menonton p un segera meringkus Rusdi. Gus Rohman maju mende-kat dan jongkok di depan Rusdi yang duduk di piting dua orang p emburu hantu. [nah sekarang kau sudah teringkus, aku hanya memberi pilihan kepadamu, kau memilih kem bali pada kelompokmu dan berjanji tak akan mengganggu pemuda ini, atau kau memaksaku m
engeluarkanmu dan mengurungmu dalam botol?] [buah ...siapa yang takut padamu, biar kau kurung aku hik...hik...semua temanku penghuni lebak setra Gondo Mayit, akan tetap mer asuki tubuh pemuda ini, sampai dia mati....huahaha] [hei kenapa begitu mendendamnya ke lompokmu terhadap pemuda ini?] [bagaimana kami tak dendam? Ilmu raga sukma dia dari kami, apabila dia merapal mantra kam i yang membawa sukmanya tapi apa balasannya, hik...hik... Setiap kami selesai mengantar, dan pulang lalu sakit dan mati....] [jadi kau tak mau meninggalkan pemuda ini?!] tanya Gus Rohman dengan nada tinggi. [huahaahaha, biar aku meninggalkan pemuda ini, teman-temanku juga telah menunggu memas uki tubuh pemuda ini...agar pemuda ini sukmanya klambrangan, dan mati penasaran...haha haha..]. Gus Rohman segera berdiri tangannya di tempel ke kepala Rusdi dan di tarik menggengga m. Sementara satu orang pemburu hantu yang tak ikut memegangi Rusdi sudah menyiapkan botol, tangan Gus Rohman yang menggenggam segera, seperti memasukkan sesuatu pada bot ol. Dan menutupnya. Sedangkan si Rusdi telah lemas. Pertanda bahwa jin yang merasukinya telah keluar. namun hal itu tidaklah lama seperempat jam kemudian, tubuh Rusdi telah kerasukan lagi, k arena telah mengatisipasi, dan tau dari cerita Boni, maka setiap Rusdi kerasukan, Gus Ro hman segera mengeluarkan jin yang masuk dan mengurungnya dalam botol. Begitu terus terja di sampai pagi menjelang Boni sudah tak kerasukan lagi. Ada sebanyak enampuluh tiga boto l yang telah terisi jin. Dan atas saran Gus Rohman,Rusdi di bawa ketempat pemburu hantu untuk pengobatan selanjutnya. Tentu saja itu melegakan Boni. Karena masalah Rusdi nantinya tak mengganggu ketenangan pondok lagi. memang sepeninggal Rusdi, keadaan pondok pesantren tenang kembali kegiatan santri mengaj
i berjalan lagi seperti semula, dan selang dua tiga hari kejadian yang menimpa Rusdi sud ah tak ada yang membicarakan, Siang itu hujan pertama kali turun setelah sekian lama kemarau panjang memupuk sumpah ser apah para petani, bau khas tanah yang tersiram air hujan, seakan-akan sesuatu yang terama t di rindukan. Hujan teramat derasnya hingga tanah yang sebelumnya bengkah, retak pecah-pecah kini tert utup lagi. Angin segar memenuhi udara, menimbulkan harapan petani yang selama ini telah kehilangan semangat tuk meneruskan hidup lagi, derita kelaparan yang mulai mengancam kel uarga, makan gaplek dan singkong rebus saja, paling tidak untuk tiga bulan kedepan bisa makan nasi. Lalu bagaimanakah keadaan Rusdi? Dia dibawa kepadepokan jari Alif pembangun roso. Sebua h padepokan penggembleng pemuda-pemuda di daerah Ungaran. Rusdi di obati tiap malam, ji n yang merasukinya di ambil dan di masukkan kedalam botol, sudah tak terhitung botol ya ng di isi jin memenuhi gudang dan tertumpuk rapi, yang nantinya akan di larung ke laut selatan. Ancaman jin yang dulu merasuki Rusdi memang bukan ancaman kosong, Sudah seminggu jin memasuki tubuh Rusdi di ambil dan di masukkan botol tapi ternyata tak habis-habis juga. Ini malam yang ketujuh dari mulai Rusdi di obati di padepokan jari Alif. Malam itu seperti biasa Rusdi duduk ditengah ruangan latihan, dan para murid Gus Rohman melingkar di pinggir arena, semua berseragam hitam-hitam, rupanya tingkat dasar berserag am hitam-hitam, dan tingkat diatasnya berseragam putih-putih. para murid yang berseragam hitam, yang kebanyakan masih remaja umur tujubelasan tahun sa mpai duapuluh tuju tahun, duduk rapi dipinggir arena, ada sekitar tigapuluh orang. Dan m urid berseragam putih, yang kebanyakan berumur setengah baya, ada sekitar duabelasan ora
ng berdiri tegak mengapit Gus Rohman yang duduk di apit dua kakek yang duduk di kanan ki rinya. Kakaek yang sebelah kiri bertubuh kurus, kumisnya putih tebal melintang, wajahnya angker, sinar matanya tajam seperti elang dia sering di sebut kakek japrang. Entah karena kumisn ya yang jerpapang atau itu memang sudah namanya. Umur kakek ini sekitar enampuluh lima tahun. Sementara kakek di sebelah kanan Gus Rohman, wajahnya lembut. Gemuk, plontos tak ada ku misnya, wajahnya santai, dan kelihatan suka bercanda, dari wajahnya seperti tak ada beb an hidup, kakek ini bernama kakek Dullah, umurnya enampuluh tahun tapi kelihatan masih muda. kedua kakek ini adalah penasehat dari padepokan jari Alif, mereka di undang Gus R ohman. Karena masalah Rusdi ini berkembang kearah yang mengkawatirkan. Menurut jin yang kemaren di tangkap terakhir, mengancam bahwa datuk penguasa lebak setr a Gondo Mayit, malam ini akan datang dan mengobrak abrik padepokan jari Alif. Tentu saja itu membuat Gus Rohman gentar, menghadapi anah buahnya aja sebegitu beratnya . Apalagi menghadapi datuknya. Maka di panggilah penasehat sekaligus pendiri perguruan yaitu kakek japrang dan kakek Dullah. Rusdi duduk bersila di tengah ruangan. Di sekitar dia duduk telah di taburkan garam yang telah di isi kekuatan pagar gaib, di harapkan walau Rusdi dalam keadaan kerasukan, maka t ak bisa melewati pagar garam. Selama seminggu ini hal itu berhasil, dengan memuaskan. Kumandang adzan sholat isyak telah lama berlalu. Tapi belum terjadi apa-apa pada Rusdi, sampai jam menunjukkan jam sembilan malam, tapi belum terjadi apa-apa, sampai orang ya ng berseragam putih yang dari tadi duduk mematung, lama-lama kaki mereka semuten. Dan s atu persatu mulai duduk menggelosor. Tiba-tiba tercium bau menyan yang menyengat hidung, semua yang hadir sontak tegang, oran
g-orang yang berseragam putih pun telah berdiri lagi. Ki japrang dan ki Dullah pun matan ya terpejam menyatukan rasa membuka mata batin, atas akan datangnya musuh ya teramat sak ti. Gus Rohman masih duduk di kursi matanya tak lepas dari tubuh Rusdi, Seketika angin keras menerjang masuk, begitu kerasnya sampai murid yang kepandaianya mas ih rendah bergulingan, seperti daun kering yang di terjang sapu lidi. Sementara baju Gus Rohman dan kedua kakek itu berkibaran, dan dua belas murid yang berpakaian putih, berus aha mempertahankan pijakan kakinya. [huahahaha...orang-orang kroco mau melawan aku datuk Lebak Setra gondo mayit. Huahahaha ...] terlihat Rusdi berdiri, dengan suara orang tua yang suaranya laksana petir memekak kan telinga. Sampai-sampai murid yang berseragam hitam, banyak yang tersungkur pingsan. Gus Rohman pun meloncat maju. [kyai ..jangan salahkan kami, kalau kami melawan kyai dan seluruh penghuni lebak setra, kar ena kyai beserta penghuni lebak telah berbuat angkara.] [puih....najis...cueleng.,asu tak tau diri , angkara huahaha...angkara cap tuerong. Bocah kem aren sore mau mengajari aku yang telah hidup tiga ratus tahun tentang benar salah, cuih najis huahaha.] [kalau begitu kami akan menggunakan kekerasan , untuk menangkap kyai.]kata Gus Rohman melolos surbannya. [hah kekerasan? Huahaha, tai kucing, kalian bisa apa, hayo maju semua, kubuat tempat ini ban jir darah,huahaha....] Segera Gus Rohman menerjang dengan surban di tangannya menderu, membabat, menotok keara h bagian tubuh yang berbahaya, aneh serayang itu sama sekali tak di tangkis, dan buk..! Plak...ctar.! Semua serangan yang tepat mengenai sasaran itu tak membuat tubuh Rusdi b ergeming.
padahal serangan hantaman Surban itu kalau terkena batu pun akan hancur. Tapi ini sama se kali tak membuat tubuh Rusdi bergerak sama sekali. [huahahaha...enak juga di pijiti seperti ini ckikik...geli]suara kakek yang di tubuh Ru sdi membuat Gus Rohman makin beringas menyerang. Lama-lama kakek itu bosen juga, maka d ia menggerakkan tangannya memapaki serangan, serangkum angin panas menderu. Wuuuet...bl eg...hgeegh.! Serangan surban membalik dan pukulan kakek itu tepat mengenai dada Gus Ro hman, tubuhnya pun seperti daun yang di terbangkan angin melayang kearah dua kakek yang tadi menonton tegang. Segera dua kakek itu menangkap tubuh Gus Rohman dan mendudukkann ya di tanah. Muntah darah pertanda luka dalam teramat parah. Kedua belas orang murid se ragam putih pun segera maju mengepung. dua belas orang yang mengeroyok itu seperti daun kering yang di taburkan di kipas angim, setiap tangan Rusdi yang kerasukan Datuk lebak setra gondo mayit itu digerakkan maka akan terdengar jerit kesakitan dan tubuh orang m ental terbanting lalu muntah darah, juga pingsan karena luka dalam yang berat, tak samp ai lima menit kedua belas orang itu telah bergelimpangan di sana sini. Melihat itu ki japrang dan ki Dullah segera meloncat menerjang, tubuh mereka berdua mele sat teramat cepat. Ki japrang menyerang dengan ikat kepalanya, suaranya menderu-deru bag aikan angin badai, Sementara ki dullah bersenjatakan sebuah keris kecil yang mengeluarkan cahaya biru, keris itu mengeluarkan cahaya seperti ada lampunya saja. Pertarungan tiga orang itu teramat seru. Walau sekarang tubuh Rusdi yang kerasukan itu b erkelebat kesana kemari menghindari keris ki Dullah yang mengeluarkan hawa teramat dingi n, juga samplokan ikat kepala ki japrang yang berhawa panas. Namun kedua senjata itu mas ih belum bisa menyentuh tubuh Rusdi, seratus jurus telah lewat,napas kedua kakek itu telah ngos-ngosan, keringat telah membuat baj u mereka seperti habis di celupkan air lalu di pakai.
Mendadak pertempuran itu berhenti, kedua kakek itu meloncat mundur, lalu berdiri dua met er di kiri kanan Rusdi, napas mereka kembang kempis. [hahaha...kenapa kalian berhenti?, ayo akan ku layani sampai napas kalian putus hahaha...] k ata Datuk lebak setra. Kedua kakek itu hampir bersamaan menggereng kemudian meloncat lagi menyerang, dan keris di tangan ki Dullah menusuk mata, sementara ikat kepala ki japrang menusuk pusar. Duar.. .!duar..!! Dua ledakan dasyat mengguncang tempat itu ketika dua kekuatan saling bertemu, dan kedua kakek itu terlempar lalu terbanting di lantai muntah darah. [huahaha...kroco-kroco mau melawanku, mau ku jadikan karang abang tempat ini....huahahaha] tiba-tiba tangan Rusdi yang di rasuki jin sakti datuk penguasa lebak setra gondo mayet it u menyala, lalu dari tangan itu keluar cahaya sebesar bola volly melayang di atas tanganny a yang terpentang jari-jarinya, tempat itu yang sebelumnya gelap karena lampu penerangan m ati akibat deru angin pukulan, kiti terang benderang oleh bola ya berputar putar di atas t angan Rusdi dan wuuut...! Tangan Rusdi di kibaskan, bola itu seketika menderu kearah gudan g penyimpanan botol-botol tempat para jin di tawan. dinding kayu jebol berhamburan, tercip ta garis lingkar limapuluh centi. Dan suara ribut terdengar karena botol berhamburan. Gus Rohman yang telah pulih kekuatannya begidik, cepat-cepat dia melocat bersimpuh di depan Ru sdi. Sementara tempat latihan silat itu mendadak udara terasa pengap, yah itulah karena jin y ang sebelumnya di kurung dalam botol sekarang lepas semua, dan tak bisa di bayangkan kal au mereka mengamuk. [ampun kyai...maafkan kalau kami tak tau dengan siapa kami berhadapan..] Gus Rohman menyembah-nyembah melihat gelagat yang tak akan menguntungkan. [puuih....kau yang menangkapi rakyatku sekarang mau minta ampun...rasudi..!] [tapi kyai, kami hanya mau mengobati saudara Rusdi yang sakit, bukan maksud untuk melawa
n kyai...] [baik aku akan mengampunimu, tapi sediakan syaratnya...] [aku ingin kau sediakan darah tuju ekor kambing dan darah tuju ekor ayam, kau siramkan di pelataran tempat ini, jika besok malam tak kau sediakan jangan salahkan kalau tempatmu ini ku jadikan karang abang.] [baik kyai besok akan kami usahakan...] Tiba-tiba tubuh Rusdi lemas dan pingsan. Akibat amukan dari Datuk penguasa lebak setra gon do mayit ini benar-benar luar biasa. Tak ada orang yang di situ yang tak terluka. Untung bagi murid-murid seragam hitam lukanya tak terlalu parah, karena sudah pingsan dul uan. Besoknya Gus Rohman segera menyuruh murid-muridnya untuk mencari tuju ekor kambing dan tuju ekor ayam setelah dapat, kemudian di sembelih dan darahnya di siramkan kesekitar h alaman padepokan jari Alif. dan Rusdi di antar kembali kepesantren Annur. [maaf kang Boni, kami tak sanggup menyembuhkan Rusdi, karena lawan yang kami hadapi te rlalu berat, harap di maklumi.] kata Gus Rohman di depan Boni. [oh jadi belum sembuh?]Boni kaget dan ada keprihatinan menyumpal dadanya. Bagaimana nan tinya, pondok ini akan mengalami huru hara yang tak ada habisnya lagi. [iya kang...] kata Gus Rohman.[mungkin di carikan orang yang lebih tinggi ilmunya, tapi s aya sendiri ragu apa Rusdi ini bisa di sembuhkan.] [wah...wah..kok begitu, jadi nanti kes urupan tiap malam, walah bisa repot ini]. Setelah di rasa cukup maka Gus Rohman dan rombo ngannya mohon diri. Beban berat seperti menggelayut di pundak Boni, seperti berkarung-karung ketidak berguna an kalau tak berpikir pasti ada rahasia hikmah di balik kejadian ini, rasanya terlalu mala s mengurusi. Hikmah memang kadang datang di ujung sekali dari kesabaran manusia. Makany a Allah selalu menekankan, bahwa Dia selalu menyertai orang-orang yang sabar. Kesabaran
yang di kehendaki Alloh itulah yang kadang tak kuat di tanggung oleh nafsu manusia. Da n mungkin Boni ini termasuk yang tak sabar? Hanya Alloh yang tau. Boni telah menghubung i Ayah Rusdi supaya menjemput anaknya pulang ke rumah. Malam itu, ketika sedang membacakan kitab fathul muin, seorang santri melaporkan bahwa R usdi kerasukan lagi , ah biarlah, Boni meneruskan mengajar. Dan menyuruh santri untuk te nang. Sementara Boni yang sedang kerasukan mencak-mencak di tegel keramik rumah Kyai Umar, k akinya yang nyeker, habis menginjak tanah yang becek karena air hujan naik ke keramik, sehingga keramik kotor tak karuan, kyai Umar keluar, melihat keramiknya di acak-acak, kyai itu marah dan menyumpah-nyumpah. [santri uedan., tak tau diri, keramik muahal di kotori, perlu di kasih hajaran..!] kyai U mar maju melayangkan tendangan kepada Rusdi, tapi Rusdi ini sedang kerasukan, kaki kyai i tupun di tangkap, dan di tarik, bruuk..nguegh..! Tubuh gendut Kyai Umar seketika jatuh te rjengkang, tapi Rusdi masih menyeretnya turun ke halaman yang tak berplester, dan penuh b atu dan kerikil juga kubangan air hujan. Kyai Umar menyumpah, menangis, dan mengaduh. Sem entara Rusdi tetap menyeretnya. [kang Boni, tolongin Abah di seret-seret Rusdi...]suara Hani putri kyai Umar mengagetkan Boni Yang sedang mengajar, Boni segera berlari ke arah halaman rumah kyai Umar.di ikuti semua santri. Melihat kedatangan orang banyak Rusdi segera melepas kaki Kyai Umar dan l ari melompati pagar tembok pondok putri. [tangkap santri gila itu..!wadow pantatku hancur huuu.,huuu...tangkap dia huu....]kyai Uma r menangis. Boni segera berlari di ikuti para pengurus pondok ke pondok putri. Melewati pi ntu tembus yang ada di dalam rumah kyai umar. Boni melihat Rusdi telah berdiri di atas pagar tingkat atas, mau melompat, Boni segera membur u, suara jerit santri putri ramai sekali.[hei hentikan...jangan meloncat...!] teriak Boni ket
ika sampai di bawah Rusdi. [aku harus membunuhnya, karena dia telah membunuh suamiku...]terdengar suara wanita dari mulut Rusdi, rupanya kali ini yang merasukinya adalah jin wanita. Belum lagi Boni berka ta lagi tubuh Rusdi telah meloncat, maka tanpa pikir panjang lagi Boni pun merenggut kak i Rusdi yang baru meloncat dua jengkal dari pagar. Dia menarik sekuat tenaganya. Maka tu bun Rusdi melayang kedalam. Dan jatuh berdebun di keramik, sampai tiga keramik pecah. Un tung yang merasuki sekarang adalah jin wanita. Boni menindih tubuh Rusdi. [ini adalah batas akhir kesabaranku, Kalaupun kau bisa membunuh Rusdi hukum Alloh akan memburu di manapun kalian berada. Di lubang semut sekalipun, kalian tak akan lepas. Dan aku bersumpah demi dzat yang maha perkasa, aku akan setiap hari membaca doa kanzul ars y dan aku berdoa untuk kehancuran bangsamu. Kita lihat apakah kau dan bangsamu lebih ku at dari Alloh, sekarang mau keluar tidak?!] [iya aku keluar...]kata suara wanita dalam tubuh Rusdi dengan nada takut, [dan suruh semua bangsamu jangan mengganggu pemuda ini..,,!] [iya...]. Sebentar Rusdi lem as kemudian terdengar suara dari mulutnya, sementara Boni masih menindih. [ini aku Ustadz ...]suara Rusdi terdengar, asli. Maka Boni pun melepaskan. Alhamdulillah sejak malam itu Rusdi tak lagi kerasukan, dan ketika ayahnya menjemput, Bo ni pun melepas Rusdi pergi, seperti melepas beban seberat gunung anakan. Semoga dia tak kerasukan lagi. mjbookmaker by : http://jowo.jw.lt