UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI Oleh : I Nyoman Ananda Pembantu Dekan III Fakultas Dharma Duta IHDN Denpasar
ABSTRACT The worship of Dewi Sri is performed by Balinese people whose mostly occupation as farmers. This agricultural ritual aims at having their land fertilized. This article examining the practice of The worship of Dewi Sri ritual, including mythological motivation and trace of the local religion. The worhip of Dewi Sri verily worshipping Ida Sang Hyang Widhi, The Almighty God in His manifestation as the Goddes of fertilizer and prosperity. This ritual is close related to the local religion with magical and animism traces and stay still from modern change. Key Words: Dewi Sri, local religion, agriculture.
dilakukan dan apa yang tidak boleh
I PENDAHULUAN Agama
dalam
realitasnya
dilakukan.
Ini
didasarkan
pada
adalah fenomena sosial sama halnya
pengalaman religius internal pribadi.
dengan politik, ekonomi, psikologi,
Pendekatan ini dapat dilihat dalam dua
antropologi, dan sejenisnya. Agama
cara. Pertama adalah teologi yang
adalah bahan yang paling penting
berusaha
dalam studi kehidupan manusia. Ada
pengalaman religius tradisional secara
dua pendekatan studi agama yaitu
sistematis. Kedua adalah etika religius
pendekatan normatif dan deskriptif.
dan
Pendekatan
berdasarkan
berprilaku terhadap sesama manusia.
kriteria apa yang benar dan baik dan
Pendekatan ke dua atau deskriptif
apa yang buruk, apa yang harus
lebih didasarakan pada keingintahuan
normatif
memberikan
prilaku
moral:
ekspresi
bagaimana
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
intelektual daripada pada kepercayaan semata.
ISSN : 1412-7474
1. Agama meliputi praktik atau ritual yang
Ada sejumlah disiplin ilmu
bagaiamana
menunjuk pada suatu
agama
yang bisa membantu dalam memahami
berfungsi dan dijalankan oleh
agama. Pertama adalah sejarah agama:
pemeluknya.
melihat prilaku agama secara historis.
2. Agama sebagai pegalaman dan
Kedua adalah psikologi agama yang
emosi yang menunjuk pada
mencoba memahami proses mental dan
bagaimana suatu agama dialami
perasaan orang-orang beragama, dan
sebagai pengalaman emosional.
yang terakhir adalah sosiologi agama
3. Agama sebagai teks naratif atau
mencoba
memahami
bagaimana
mitos yang merupakan wajah
agama
agama yang berupa bahasa yang
kelompok-kelompok mengorganisasikan
diri
mereka,
dapat
ditemukan
dalam
peranan lembaga-lembaga keagamaan,
berbagai
dongeng
tentang
pemimpin keagamaan, hukum dan
kejadian,
tokoh
yang
negara.
menggunakan
menggambarkan
studi agama
misteri, kekuatan di luar diri
Dengan
pendekatan deskrpitif
secara ilmiah dimungkinkan (J. Adams
manusia
dalam Darwis,1995:73).
menempatkan manusia dalam
Menurut
Ninian
Smart
dalam
(Abdullah, 2007) agama memiliki tujuh dimensi sebagai objek kajian:
yang
kesucian,
semua
itu
suatu tatanan kosmik. 4. Agama
sebagai dokrin dan
filsafat. Suatu agama tampil melalui
serangkaian
dokrin 56
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
yang diajarkan dari waktu ke
Pemujaan Dewi Sri termasuk
waktu yang menjadi pedoman
aspek ritual agama yang di dalamnya
hidup masyarakat itu.
mengandung unsur-unsur animisme,
5. Agama hadir dalam dimensi etis
religi, dan magi. Di samping itu ritual
dan legal yang merupakan tata
ini juga memiliki beberapa fungsi yang
aturan
akan dibahas dalam tulisan ini.
yang
diterima
dan
disepakati oleh agama yang
II PEMBAHASAN
kemudian disosialisasikan dan
Ritual
dipraktekan
dalam
suatu
masyarakat. 6. Agama dalam dimensi sosial dan
institusional
Pemujaan
Dewi
Sri
merupakan
salah
satu
ritus
yang
didasarkan
pada
kepercayaan
atau
religi lokal masyarakat Bali yang
yang
memiliki berbagai makna simbolis.
menegaskan
bahwa
agama
Untuk mendapatkan sebuah kerangka
dapat
dalam
bentuk-
referensi yang memadai, berikut ini
bentuk yang lebih tegas, baik
akan dikemukakan dua aspek penting,
sebagai identitas sosial maupun
yakni:
dalam berbagai kelembagaan.
agama, ritual
hadir
7. Agama dalam dimensi material yang tidak lain berupa tempattempat
bersejarah,
ibadah
yang
tempat
bentuk-bentuk
primitif
dari
dan mitos sebagai
tindakan simbolis. 2.1 Religi Lokal, Animisme, dan Magi
menunjukkan
eksistensi suatu agama.
Menurut (Taum,1998) istilah religi lokal dipergunakan di sini untuk 57
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
menggantikan istilah ‘religi asli’ yang
besar tampaknya masih dihayati oleh
lebih banyak dikenal dalam dunia
kelompok-kelompok etnis di berbagai
akademis selama ini. Istilah religi asli
belahan dunia, adalah kepercayaan dan
akhir-akhir
banyak
praktik
kritikan, karena istilah antonimnya
Bentuk
adalah ‘religi palsu.’ Jika ada ‘yang
mengandaikan bahwa leluhur yang
asli’ maka tentu ada ‘yang palsu’ atau
telah meninggal, khususnya dalam
paling kurang ‘yang tidak asli.’ Para
hubungan kekeluargaan, sebenarnya
kritikus mengajukan alternatif istilah
masih hidup dalam wujud yang efektif
lain
dan bisa ikut campur tangan dalam
ini
yakni
mendapat
‘religi
lokal’
dalam
berkenaan
dengan
pemujaan
leluhur.
leluhur
hubungan dan pertentangannya dengan
kehidupan
‘religi universal’.
1995: 79). Dengan demikian, manusia
Kaum evolusionis umumnya memandang
animisme
sebagai
prototipe atau cikal bakal munculnya agama.
Animisme,
perlu
manusia
ini
(Dhavamony,
menenangkan
atau
mengembangkan kesejahteraan leluhur yang telah meninggal (Taum, 2008:6).
sebagaimana
Magi atau sihir adalah sebuah
digunakan dan dimengerti E. B. Tylor
fenomena yang sangat dikenal dalam
adalah
kepercayaan
kehidupan masyarakat primitif. Magi
dimana manusia religius beranggapan
dan sihir umumnya dipahami, namun
bahwa manusia, semua makhluk hidup
tampaknya sangat sulit dirumuskan
dan
dengan tepat. Secara garis besar dapat
suatu
benda
(Dhavamony,
sistem
mati 1995:
memiliki 66).
jiwa Sebuah
bentuk religi awal, yang untuk sebagian
dikatakan
bahwa
magi
adalah
kepercayaan dan praktik yang diyakini 58
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
manusia bahwa mereka dapat secara
secara
langsung
mempengaruhi kekuatan
pikiran mereka tampak “simpatetik”—
alam dan antar mereka sendiri, entah
mereka juga pasti berhububngan di
untuk tujuan baik atau buruk, dengan
dunia
usaha-usaha mereka sendiri dalam
melangkah lebih jauh bahwa magi
memanipulasi daya-daya yang lebih
simpatetik ada dua dua tipe: imitatif,
tinggi (Dhavamony, 1995: 47). Mereka
magi yang menghubungkan benda-
yang
benda atas dasar prinsip kesamaan; dan
mengetahui
rahasia-rahasia
mental—apabila
luar
secara
menular;
tak kelihatan yang memerintah dunia,
berhubungan
dan karena itu mengontrol daya-daya
pelekatan (attachment). Dicontohkan
itu demi kepentingan orang yang
dalam
menjalankannya. Frazer menyebutnya
mempengaruhi serupa” (like effects
“magi
like),
karena
pikiran
suatu
dengan
kontak
Frazer
penting, dapat menguasai daya-daya
simpatetik”,
magi
fisik.
menurut
atas
dasar
kasus
kata
lain
yang prinsip
“serupa
bagian
primitif berasumsi bahwa alam bekerja
mempengaruhi bagian” (part effects
dengan simpati, atau pengaruh. Dengan
part). Para petani Rusia menuangkan
kata-kata yang menyerupai keterangan
air
Tylor,
bahwa
kering, mereka membayangkan, karena
“orang-orang liar”, savage (seperti
air saringan yang jatuh tampak seperti
Tylor ia lebih suka dengan kata ini
hujan disertai guntur, penyiraman air
untuk
pra
dengan cara semacam ini betul-betul
sejarah) selalu menduga bahwa dua hal
akan memaksa hujan turun dari langit.
dalam satu cara dapat dihubungkan
Contoh lain ketika dukun sihir (tukang
Frazer
menjelaskan
menyebut
orang-orang
melalui saringan pada musim
59
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
santet) menusukkan peniti ke hati
manusia, maka Dia bukan lagi yang
sebuah boneka yang dihiasi dengan
Maha Tinggi yang disembah dan
kuku jari dan rambut`musuhnya, ia
dimuliakan sebagai Pencipta semesta
membayangkan bahwa hanya dengan
alam (Huijbers,
kontak
Taum,2008:7).
dengan
menular—ia kematian
transmisi
dapat
bagi
yang
menyebabkan
korbannya
(Palls,
2001:58-59). Frazer
Lingkungan
28; dalam
budaya
tempat
tinggal manusia sangat menentukan bentuk,
dan
1985:
wujud
dan
tingkatan
Malinowski
kepercayaan/agama manusia. Agama
membedakan magi dari agama. Magi
merupakan suatu sistem simbol yang
bersifat
dibentuk
individual,
manipulatif,
dan
membentuk
instrumental pseudo-ilmiah, sedangkan
konsensus
agama bersifat sosial,
lambang dan makna dunia ini, dan
simbolis.
Agama
ekspresif, dan adalah
suatu
yang
bagi
mengacu
makna
suatu
kepada
kekuatan-
kepercayaan kepada hakikat tertinggi,
kekuatan
dewa, Tuhan dan sebagainya dengan
entah kekuatan itu dipersonifikasi atau
ajaran-ajarannya,
tidak (Sudarmanto, 1987: 15dalam
kebaktian
dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian
Tuhan,
dewa,
atau
wujud
(supranatural),
Taum,2008:7).
dengan kepercayaan itu (Daeng, 2000: 181).
adikodrati
lambang-
Dhavamony
(1995:54)
menyatakan bahwa manusia tradisional
tertinggi itu tidak dapat ditemui melalui
pada
ilmu pengetahuan, karena jika dia dapat
kegiatan-kegiatan
ditemui
maksud mencapai suatu tujuan tertentu,
melalui
ilmu
pengetahuan
umumnya
melaksanakan kultisnya
dengan
60
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
atau berpamrih. Mereka senantiasa
tempat-tempat suci atau umum. Susane
memiliki alasan untuk pembenaran
K.
suatu
untuk
ritual merupakan ungkapan yang lebih
pemujaan,
misalnya
Langer
memperlihatkan
bahwa
mencegah
kemandulan
wanita,
bersifat logis daripada hanya bersifat
menjamin
kesuburan
ladang,
psikologis.
Ritual
atas
memperlihatkan
memastikan hujan yang cukup, dan
tatanan
simbol-simbol
yang
sebagainya. Inilah bentuk ibadah magi.
diobjekkan.
Simbol-simbol
ini
Sementara itu, bentuk-bentuk sejati
mengungkapkan perilaku dan perasaan,
dari agama dapat terjadi tanpa suatu
serta membentuk disposisi pribadi dari
keharusan untuk bersama dengan magi.
para
pemuja
mengikuti
masing-masing. 2.2
Ritual
dan
Mitos
sebagai
penting
Dhavamony (1995:168 dalam
Pengobjekkan
ini
kelanjutan
dan
untuk
kebersamaan
Tindakan Simbolis
modelnya
dalam
kelompok
keagamaan (Dhavamony, 1995: 174).
Taum, 2008 :7) menyatakan dalam
Hal
masyarakat tradisional, praktik-praktik
pemujaan
ritual atau kultus dilaksanakan dengan
Penggunaan simbol-simbol itu secara
pemberian persembahan atau sesajian,
rutin
mulai dari bentuk-bentuk sederhana
membuat
seperti
menjadi biasa sebagaimana diharapkan.
persembahan
buah-buahan
itulah
yang yang
memungkinkan
bersifat
menghasilkan
dampak
simbol-simbol
tulisan
yang
tersebut
pertama yang diletakkan di hutan atau
Dalam
di ladang,
kepada bentuk
dibedakan antara upacara dan ritual
persembahan yang lebih kompleks di
(Dhavamony, 1995: 175). Ritual adalah
sampai
konteks
kolektif.
ini,
perlu
61
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
pola-pola pikiran yang dihubungkan
pemurnian
dengan gejala yang mempunyai ciri-ciri
dengan
mistis. Di pihak lain, upacara berarti
kesejahteraan materi suatu kelompok.
setiap
dari
Ritual faktitif berbeda dari ritual
kegiatan manusia yang tidak hanya
konstitutif, karena tujuannya lebih dari
sekadar
sekadar pengungkapan atau perubahan
organisasi
bersifat
kompleks
teknis
ataupun
dan
cara
perlindungan, lain
meningkatkan
rekreasional melainkan juga berkaitan
hubungan
dengan penggunaan cara-cara tindakan
mewujudkan korban untuk para leluhur
yang ekspresif dari hubungan sosial.
dan pelaksanaan magi, namun juga
Dhavamony
175-176)
pelaksanaan tindakan yang diwajibkan
membedakan ritus menjadi empat: (1)
oleh anggota kelompok dalam konteks
Tindakan magi, yang dikaitkan dengan
peranan sekular mereka. Chaple dan
penggunaan bahan-bahan yang bekerja
Coon
karena daya-daya mistis; (2) Tindakan
ditambahkan satu jenis ritual lainnya,
religius, kultus para leluhur, juga
yakni (5) Ritual intensifikasi, ritus
bekerja dengan cara ini; (3) Ritual
kelompok
konstitutif yang mengungkapkan atau
pembaharuan
mengubah hubungan sosial dengan
kesuburan, ketersediaan buruan dan
merujuk pada pengertian-pengertian
panen.
mistis, dengan cara ini upacara-upacara
panen berhasil akan melaksanakan
kehidupan menjadi khas; dan (4) Ritual
ritual intensifikasi. Dalam masyarakat
faktitif,
tradisional,
produktivitas
(1995:
yang atau
meningkatkan kekuatan,
atau
sosial.
atau
Dia
tidak
mengusulkan
yang
Orang
perlunya
mengarah
dan
yang
saja
kepada
mengintensifkan
menginginkan
perilaku-perilaku
ritual
umumnya dapat dijelaskan dengan 62
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
istilah-istilah mitis. Mitos memberikan
kenyataan
pembenaran untuk berbagai upacara.
kepada “kejadian-kejadian di mana
Sekalipun ada kemungkinan bahwa
manusia menyadari dan menjelaskan
banyak ritual pada masa silam berlaku
esensi mutlak dari keberadaannya dan
tanpa mitos-mitos, akan tetapi pada
sekaligus memberikan kesatuan makna
tingkat perilaku manusia dapat diamati
bagi masa kini, masa lampau, dan masa
dua fenomena: ritus dan
mitos,
yang akan datang itulah sebabnya
H. Gaster dalam
mitos dianggap merupakan histoire
berjalan seiring.
bahwa
mitos
“Myth and Story” mengungkapkan,
crue
bahwa pada dasarnya mitos bersifat
kebenarannya),
kon-substansial
ritus
memerlukan ritus (Locher, 1956 dalam
(Dhavamony, 1995: 181-186). Kloos,
de Jong, 1980). Cambridge School atau
Mauss dan Eliade (de Jong, 1980: 126)
Aliran Cambridge dengan tokoh-tokoh
mencatat bahwa mitos memang bersifat
seperti James G. Frazer, Jane Harrison,
sakral
memiliki
dan F.M. Concord memfokuskan studi
dalam
mereka pada mitologi Yunani. Pusat
dan
kepentingan
dengan
senantiasa yang
khusus
(cerita
yang
mengacu
diyakini
sehingga
mitos
masyarakat. Sekalipun samar-samar,
perhatian
aliran Cambridge adalah
mitos memiliki petunjuk-petunjuk yang
sifat-sifat ritual dari
tinggi dan mengandung kecocokan
mereka, ritus merupakan pancaran
emotif dengan adat suku-suku bangsa,
emosi-emosi
dan dengan demikian secara gradual
manusia primitif melalui tindakan-
terumuskan dalam tradisi suku-suku
tindakan, gerakan-gerakan, dan tarian-
itu. Karakteristik mitos terletak pada
tarian. Mitos hanya merupakan salah
yang
mitos. Menurut
kompleks
dari
63
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
satu ekspresi dari emosi manusia yang
diperolehnya selama hidup. Berkat
demikian kompleks itu, melalui kata-
kerangka acuan yang disediakan mitos,
kata atau bahasa. Mitos muncul pada
manusia
saat emosi-emosi yang diekspresikan
kehidupan ini. Dengan demikian, mitos
dalam
tidak lagi
adalah sebuah cerita pemberi pedoman
terhadap
dan arah tertentu kepada sekelompok
aspek ritual itu menjadi penting untuk
orang. Dengan ungkapan Dhavamony
memahami mitos, yang menjelaskan
(1995:
asal-usul dan eksistensi ritus. Oleh J.
sesungguhnya merupakan pernyataan
van Baal (Daeng, 2000: 44), mitos
atas suatu kebenaran yang lebih tinggi
dikatakan sebagai cerita di dalam
dan lebih penting tentang realitas asali,
kerangka sistem suatu religi yang di
yang masih dimengerti sebagai pola
masa lalu atau kini telah atau sedang
dan fondasi dari kehidupan primitif.
berlaku sebagai kebenaran keagamaan.
2.3 Ritus, Mitos, Dan Religi Lokal
Ilmu pengetahuan tentang mitos atau
Dalam Tradisi Pemujaan Dewi
mitologi adalah suatu cara untuk
Sri Di Bali
mengungkapkan, menghadirkan Yang
2.3.1 Mitos Dewi Sri
ritus
mencukupi.
sudah Pemahaman
memiliki
147),
orientasi
maka
dalam
mitos
Suci melalui konsep serta bahasa
Kebanyakan kisah mengenai
simbolik Melalui mitologi diperoleh
Dewi Sri terkait dengan mitos asal
suatu
yang
mula terciptanya tanaman padi, bahan
memberi
pangan utama di Nusantara. Berikut ini
bermacam-macam
adalah salah satu kisah mengenai Dewi
kerangka
memungkinkan tempat
kepada
acuan
manusia
kesan dan pengalaman yang telah 64
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
Sri sebagai dewi padi berdasarkan
sayang sekali, Batara Narada pun
"Wawacan Sulanjana":
bingung dan tak dapat menemukan cara
Dahulu kala di Kahyangan,
untuk membantu sang dewa ular. Putus
Batara Guru yang menjadi penguasa
asa, Dewa Anta pun menangis terdesu-
tertinggi
langit,
sedu meratapi betapa buruk nasibnya.
memerintahkan segenap dewa dan dewi
Akan tetapi ketika tetes air mata Anta
untuk
jatuh ke tanah, dengan ajaib tiga tetes
kerajaan
bergotong-royong,
menyumbangkan
untuk
air mata berubah menjadi mustika yang
membangun istana baru di kahyangan.
berkilau-kilau bagai permata. Butiran
Siapapun yang tidak menaati perintah
itu sesungguhnya adalah telur yang
ini
memiliki cangkang yang indah. Barata
dianggap
tenaga
pemalas,
dan
akan
dipotong tangan dan kakinya.
Narada
Mendengar titah Batara Guru,
menyarankan
agar
butiran
mustika itu dipersembahkan kepada
Antaboga (Anta) sang dewa ular sangat
Batara
cemas. Betapa tidak, ia samasekali
permohonan agar beliau memahami
tidak memiliki tangan dan kaki untuk
dan mengampuni kekurangan Anta
bekerja. Jika harus dihukum pun,
yang
tinggal
membangun istana.
lehernyalah
yang
dapat
Guru
tidak
sebagai
dapat
ikut
bentuk
bekerja
dipotong, dan itu berarti kematian.
Dengan mengulum tiga butir
Anta sangat ketakutan, kemudian ia
telur mustika dalam mulutnya, Anta
meminta
Narada,
pun berangkat menuju istana Batara
mengenai
Guru. Di tengah perjalanan Anta
nasihat
saudara
Batara
masalah
yang
Batara Guru,
dihadapinya.
Tetapi
bertemu dengan seekor burung gagak 65
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
yang kemudian menyapa Anta dan
kepada sang penguasa kahyangan.
menanyakan kemana ia hendak pergi.
Batara
Karena mulutnya penuh berisi telur
menerima persembahan mustika itu.
Anta hanya diam tak dapat menjawab
Akan
pertanyaan si burung gagak. Sang
mustika itu adalah telur ajaib, Batara
gagak mengira Anta sombong sehingga
Guru
ia amat tersinggung dan marah. Burung
mengerami telur itu hingga menetas.
hitam itu pun menyerang Anta yang
Setelah sekian lama Anta mengerami
panik, ketakutan, dan kebingungan.
telur itu, maka telur itu pun menetas.
Akibatnya sebutir telur mustika itu
Akan tetapi secara ajaib yang keluar
pecah. Anta segera bersembunyi di
dari telur itu adalah seorang bayi
balik semak-semak menunggu gagak
perempuan yang sangat cantik, lucu,
pergi.
tetap
dan menggemaskan. Bayi perempuan
menunggu hingga Anta keluar dari
itu segera diangkat anak oleh Batara
rerumputan dan kembali mencakar
Guru dan permaisurinya.
Tetapi
sang
gagak
Anta. Telur kedua pun pecah, Anta
Guru
tetapi
dengan
setelah
memerintahkan
Nyi
Pohaci
senang
hati
mengetahui
Anta
untuk
Sanghyang
Sri
segera melata beringsut lari ketakutan
adalah nama yang diberikan kepada
menyelamatkan diri, kini hanya tersisa
putri itu. Seiring waktu berlalu, Nyi
sebutir telur mustika yang selamat,
Pohaci tumbuh menjadi seorang gadis
utuh dan tidak pecah.
yang cantik luar biasa. Seorang putri
Akhirnya Anta tiba di istana Batara
Guru
dan
segera
mempersembahkan telur mustika itu
yang baik hati, lemah lembut, halus tutur kata, luhur budi bahasa, memikat semua
insan.
Setiap
mata
yang 66
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
memandangnya,
maupun
mengumpulkan segala macam racun
manusia, segera jatuh hati pada sang
berbisa paling mematikan dan segera
dewi.
membubuhkannya pada minuman sang Akibat
dewa
(I Nyoman Ananda, 55-82)
kecantikan
yang
putri.
Nyi
Pohaci
segera
mati
mengalahkan semua bidadari dan para
keracunan, para dewa pun panik dan
dewi khayangan, Batara Guru sendiri
ketakutan karena telah melakukan dosa
pun terpikat kepada anak angkatnya itu.
besar
Diam-diam Batara guru menyimpan
berdosa. Segera jenazah sang dewi
hasrat
Nyi
dibawa turun ke bumi dan dikuburkan
Pohaci. Melihat gelagat Batara Guru
ditempat yang jauh dan tersembunyi.
itu, para dewa menjadi khawatir jika
Lenyapnya Dewi Sri dari kahyangan
dibiarkan
ini akan
membuat Batara Guru, Anta, dan
merusak keselarasan di kahyangan.
segenap dewata pun berduka. Akan
Maka
berunding
tetapi sesuatu yang ajaib terjadi, karena
mengatur siasat untuk memisahkan
kesucian dan kebaikan budi sang dewi,
Batara
maka dari dalam kuburannya muncul
untuk
mempersunting
maka
para
skandal
dewa
Guru
pun
dan
Nyi
Pohaci
Sanghyang Sri.
beraneka
Untuk melindungi kesucian Nyi Pohaci, sekaligus menjaga keselarasan rumah
tangga
sang
ada
jalan
lain
selain
harus
gadis
tumbuhan
suci
yang
tak
sangat
berguna bagi umat manusia.
penguasa
kahyangan, para dewata sepakat bahwa tak
membunuh
Dari kepalanya muncul pohon kelapa.
Dari hidung, bibir, dan telinganya muncul berbagai
membunuh Nyi Pohaci. Para dewa 67
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
tanaman rempah-rempah wangi
kanannya, sedangkan padi berberas
dan sayur-mayur.
merah dari mata kirinya. Singkatnya,
Dari rambutnya tumbuh
semua tanaman berguna bagi manusia
rerumputan dan berbagai bunga
berasal dari tubuh Dewi Sri Pohaci.
yang cantik dan harum
Sejak saat itu umat manusia di pulau
Dari payudaranya tumbuh buah
Jawa
buahan yang ranum dan manis.
mencintai sang dewi baik hati, yang
Dari lengan dan tangannya
dengan pengorbanannya yang luhur
tumbuh pohon jati, cendana,
telah memberikan berkah kebaikan
dan berbagai pohon kayu yang
alam, kesuburan, dan ketersediaan
bermanfaat; dari alat
pangan bagi manusia. Pada sistem
kelaminnya muncul pohon aren
kepercayaan Kerajaan Sunda kuna, Nyi
atau enau bersadap nira manis.
Pohaci
Dari pahanya tumbuh berbagai
sebagai dewi tertinggi dan terpenting
jenis tanaman bambu.
bagi masyarakat agraris. Sebagai tokoh
Dari kakinya mucul berbagai
agung yang sangat dimuliakan, ia
tanaman umbi-umbian dan
memiliki
ketela; akhirnya dari pusaranya
kebanyakan
muncullah tanaman padi, bahan
(Dewi Asri, Nyi Pohaci) dan saudara
pangan yang paling berguna
laki-lakinya Sedana (Sadhana atau
bagi manusia.
Sadono),
dengan
latar
Versi lain menyebutkan padi
Kerajaan
Medang
Kamulan,
berberas putih
muncul dari
mata
memuja,
memuliakan,
Sanghyang
berbagai
Sri
dianggap
versi
melibatkan
dan
cerita,
Dewi
Sri
belakang atau
kahyangan (dengan keterlibatan dewa68
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
dewa seperti Batara Guru), atau keduaduanya.
Bali berbagai
Di beberapa versi, Dewi Sri dihubungkan
dengan
ular
sawah
(I Nyoman Ananda, 55-82)
sangat ritus
kaya
pemujaan
dengan yang
bernuansa lokal berbeda dengan India walaupun
sudah
ada
kesepakatan
sedangkan Sadhana dengan burung sriti
bahwa agama Hindu yang dianut oleh
(walet). Ular sawah dikaitkan dengan
sebagian
sang dewi dan cenderung dihormati,
sekarang berasl dari India. Banyak
mungkin karena kearifan lokal dan
ritual-ritual
kesadaran
ekologi
purba
yang
dilaksanakan dan yang datang dari
memahami
bahwa
ular
sawah
India pun disesuaikan dengan kondisi
memangsa tikus yang menjadi hama
masyarakat Bali baik dalam tataran
tanaman padi. Di banyak negara Asia
teks
lain seperti di India dan Thailand,
dilaksanakan oleh masyarakat Bali
berbagai
terutama ular
sangat khas kelokalannya baik dari
sendok pun dihubungkan dengan mitos
sarana dan doa-doa yang dipergunakan
kesuburan sebagai pelindung sawah
sangat berbeda dengan masyarakat
(id.wikipedia.org/wiki/Sr.
Hindu di India dan belahan bumi
jenis
ular
diakses
tanggal 11 Maret 2012).
besar
lokal
maupun
lainnya.
masyarakat
Salah
ritual.
satu
yang
Ritual
ritual
Bali
masih
yang
yang
dilaksanakan oleh masyarakat Bali 2.3.2 Ritus Pemujaan Dewi Sri Di Bali
adalah Pemujaan Dewi Sri atau dewi kesuburan. Dewi Sri adalah aspek feminim dari padi sebagaimana dalam kepercayaan orang Bali semua benda 69
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
memiliki aspek ganda yaitu laki-laki
sawah untuk mengusir binatang sampai
dan perempuan. Citra ganda Dewi Sri
ngusaba
disebut Dewa Nini (nini, nenek) hadir
persiapan berminggu-minggu, ribuan
di sawah pada saat panen menghiasi
jenis banten, dan memerlukan ratusan
setiap lumbung padi. Figur ini dibuat
orang untuk melaksanakannya. Siklus
dari padi dengan tangkai lurus di
pengolahan sawah mulai dari kira-kira
sawah. Lima puluh empat tangkai
25 hari sebelum penanaman. Hari yang
untuk figur wanita dan lima puluh
baik dicari sesuia dengan kalender Bali.
delapan untuk laki-laki diikat bersama-
Hari pertama menajak sawah disebut
sama untuk membentuk dua figur,
ngendag
sehingga
mencangkul
kerucut.
tangkai
padi
Kemudian
berebentuk
nini
yang
“membuka”.
memerlukan
Sebelum
dipersembahkan peras
dibentuk
tulung yang dibawa ke sawah dalam
sedemikian rupa disebut cili berasal
sebuah nampan. Bantennya terdiri dari
dari kata cenik, kecil. Bentuk cili ini
kewangen, uang kepeng, dan bahan-
muncul dalam berbagai ukiran, lukisan
bahan untuk nginang. Setelah doa-doa
dan berbagai hiasan. Padi bukan saja
diucapkan bahan-bahan banten diayab
hasil panen yang sangat bermanfaat
ke arah sawah dengan saab. Banten
tetapi juga amertha sehingga dalam
diletakan di atas tanah dan diperciki
proses penanaman hinga panen nya
tirta. Arak berem dituangkan ke tanah
melibatkan banyak ritual yang rumit
untuk para buta kala. Setelah ritual ini
(Eiseman,1995:288-289).
Diawali
dilakukan baru sawah mulai dikerjakan
dengan ritual kecil disebut penampeh,
dengan mengairinya lebih kurang 10
banten kecil yang diletakkan di pojok
cm tingginya dan proses nenggala 70
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
dilakukan. Jika banyak bekas rumput
sampai 25 hari. Tiga hari sebelum bibit
lampit
disapih tanah sawah diberikan TSP dan
digunakan
untuk
membersihkannya. Sementara
sebelum penanaman diberikan pupuk itu
tempat
urea.
Penyapihan
pembibitan padi, pemulihan disiapkan
sekelompok
dengan dikelilingi kelapa
bibit
kegiatan
adalah
yang
juga
membuat
petakan
kecil
dicarikan hari baik. Sekelompok laki-
dengan
anyaman
daun
laki mencabut bibit/bulih dari tempat
binatang
pembibitan disebut ngabut. Sebelum
untuk
mencegah
masuk. Setelah bibit yang disebut binih
penanaman
dibawa ke sawah dengan keranjang
ngewiwit. Banten diletakkan di pojok
bambu.
sawah Penanaman
bibit
diawali
dilaksanakan
doa-doa
kemudian
sembilan
ritual
diucapkan
dan
benih/bulih
di
dengan ritual yang disebut ngawitin
tanam dekat banten sesuai dengan arah
ngurit, disertai dengan banten yang
nawa sanga, sembilan arah.
disebut suyuk dan sebuah kewangen
Setelah itu baru sekelompok
kecil sama dengan ritual pencangkulan
laki-laki mulai menanam bulih di
pertama. Suyuk adalah nampan kecil
sawah.
yang berisi bunga dan anyaman daun
penanaman
kelapa, nasi warna dan kue beras. Sama
pengulapan. Untuk mencegah tanaman
dengan ritual penanaman bibit juga
yang masih muda dan kecil diadakan
dicarikan hari baiknya.
lagi
Bibit dibiarkan dalam petak pembibitan untuk tumbuh selama 20
Kadang-kadang
ritual
dilaksanakan
di
sawah
setelah upcara
dengan
menggunakan altar dari bambu berisi sayut
pengastawan,
pemerascitaan, 71
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
dan
tetebasan.
dipersembahkan dengan
doa
Banten
kepada dan
ini
yang disebut bulayag dibawa ke sawah.
Sri
Banten ini terdiri dari nasi dalam
khusus
anyaman daun kelapa ditambah bunga,
Dewi
mantra
ISSN : 1412-7474
dilaksanakan oleh seorang pemangku.
berem, dan air suci.
Selama bulan pertama setelah
Setelah buli padi terbentuk
penanaman ada berbagai ritual berbeda
disebut
yang dilakukan oleh petani. Beberapa
biasanya banyak tikus, burung atau
petani membuat banten kecil yang
hama lain akan mengangu. Maka
disebut pecaruan pengulapan suang-
dipasanglah petakut di sawah. Untuk
suang sebelum padi berumur 17 hari
mengusir burung dipasang kepuakan.
dan ritual bubuh tabah saat berusia 17
Pada saat ini djuga ada ritual yang
hari.
banten
disebut penampeh diletakkan dipojok
peneduhan pada saat tanaman berumur
sawah untuk mengusir hama dan
20 atau 20 hari.
binatang. Dua hari sebelum panen
Petani
membuat
Pada hari yang ke 35 sejak
padi
beling
(padi
hamil)
irigasi dihentikan dan hampir semua
penanaman dipersembahkan ritual nasi
petani
warna terdiri dari nasi empat warna.
mabiukukung
Beberapa subak pada hari yang ke 42
mabiukukung berasal dari persembahan
membuat banten esan, biasanya hanya
anyaman daun kelapa yang menyerupai
berupa
pisang, biu, atau kungkungan. Ritual ini
anyaman
daun
kelapa
ditancapkan di sawah. Setelah padi
melaksanakan di
sawah.
upacara Nama
lebih ringkas dari yang sebelumnya.
beruisa dua bulan dilakukan ritual yang
Akhirnya padi bisa dipanen
disebut sayut nagasari, persembahan
yang disebut manyi atau gampung yang 72
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
dilakukan
oleh
sekelompk
orang.
Setelah panen diadakan ritual di pura
(I Nyoman Ananda, 55-82)
sisanya dibagi-bagi oleh penduduk desa.
subak yang disebut nguasaba nini.
Ketika semua sesajen sudah
Beberapa masyarakat melaksanakannya
siap, seorang pemangku duduk dekat
sebelum panen. Ini adalah ucapan
tikar yang berisi banten di dalam pura
terima kasih kepada Dewi Sri atas
mengundang Ida Bhatara turun dan
kasih sayangnya dengan menjadikan
menerima persembahan sebagai ucapan
dirinya sendiri (padi) sebagai hadiah.
terima kasih. Kemudian pemangku
Kadang-kadang ngusaba nini diadakan
ngayabang banten ke arah pelinggih
oleh
dan
agar Ida Bhatara berkenan ngayap sari-
memerlukan persiapan dan banyak
sarinya. Para bhuta kala juga diberikan
orang untuk melaksanakannya. Para
arak berem dengan menuangkannya ke
penduduk desa membawa Dewa Nini
tanah. Asap dupa yang mengepul
ke salah satu pura di desa, diiringi
mengantar doa-doa masyarakat menuju
dengan melasti ke laut, mecaru dan
Yang
banten yang besar.
manifestasinya. Para anggota subak
seluruh
penduduk
desa
Para anggota Subak mendirikan
duduk
Maha
Kuasa
dan
dibelakang
pemangku
sanggah cucuk di depan pura Subak.
bersembahyang
Berbagai macam banten yang terbuat
agama
dari jejahitan, buah, bunga, nasi, bebek
sembahyang
bakar,
diikuti oleh para wanita nglungsur
babi
guling,
arak
berem
diletakkan di atas tikar. Setelah diayap
Hindu air
sesuai
semua
Bali. suci
ketentuan Setelah dipercikkan
banten.
sari-sari bantennya oleh Ida Bhatara 73
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
Upacara terakhir dalam ritual
diletakkan di dalam jineng. Untuk
penanaman padi adalah mengetam
bhuta kala juga dibuatkan segehan.
hanya dilakukan di sawah-sawah yang
Kemudian Dewa Nini disuun dibawa
ditanami padi Bali. Setelah dipanen
ke dalam jineng diletakkan di sebelah
padi Bali kemudian di bawa ke rumah
kiri
disimpan di dalam lumbung. Lumbung
sebelumnya. Banten diletakkan di atas
atau jineng adalah bangunan yang
padi yang baru dipanen kemudian
dibuat dengan tiang yang tinggi bagian
diucapkan doa-doa.
padi
yang
telah
dipanen
atas untuk menyimpan sedangkan padi bagian bawahnya untuk duduk-duduk.
2.4 Fungsi Ritual Pemujaan Dewi Sri
Ketika padi dengan tangkainya dan
Ritual dan upacara dalam studi
Dewa Nini dibawa ke rumah padi
ini dibedakan pengertiannya. Seperti
dengan
di
telah diuraikan di atas ritual adalah
pekarangan sampai kering sementara
pola-pola pikiran yang dihubungkan
Dewa Nini disimpan di tempat yang
dengan gejala ataupun penjelasan-
aman sampai upacara penyimpanan
penjelasan yang mempunyai ciri-ciri
dilakukan.
mistis. Di pihak lain, upacara berarti
tangkainya
Setelah
dijemur
kering
baru
dimasukkan ke jineng dan upacara
setiap
penyimpanan
kegiatan manusia yang tidak hanya
disiapkan.
Untuk
organisasi
bersifat
kompleks
teknis
dari
melaksanakan upacara penyimpanan
sekadar
ataupun
jineng dihias, penjor dipasang di dekat
rekreasional melainkan juga berkaitan
jineng, demikian pula lamak, kain,
dengan penggunaan cara-cara tindakan
banten soda anyar, peras pengambian
yang ekspresif dari hubungan sosial. 74
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
Dalam
masyarakat
(I Nyoman Ananda, 55-82)
tradisional,
(1995: 175-176 dalam Taum, 2008:24-
termasuk masyarakat Bali, praktik-
25) mengenai lima macam ritual seperti
praktik
kultus
telah diungkapkan di muka, maka
pemberian
upacara dan tindakan-tindakan ritual
persembahan atau sesajian, mulai dari
dalam tradisi pemujaan kepada Dewi
bentuk-bentuk
upacara
dilaksanakan
atau
dengan
persembahan
sederhana
seperti
Sri dapat dikategorikan ke dalam empat
buah-buahan
pertama
fungsi. Fungsi-fungsi ini berkaitan erat
yang diletakkan di hutan atau di
dengan
ladang,
kepada bentuk
melatar-belakanginya. Penjelasan ini
persembahan yang lebih kompleks di
sekaligus mengungkapkan fungsi ritus
tempat-tempat suci atau umum. Tempat
Pemujaan Dewi Sri di Bali.
yang
sampai
biasanya
dijadikan
lokasi
alasan-alasan
mitis
yang
(1) Fungsi Magis.
pelaksanaan upacara Pemujaan Dewi
Fungsi magi dikaitkan dengan
Sri adalah di sawah dan di pura Subak
penggunaan
yang disebut Ngusaba Nini.
(sarana upakara) dan doa-doa
Upacara-upacara sesungguhnya
tersebut
memiliki
atau
bahan-bahan
mantra-mantra
tertentu
penjelasan-
dalam upacara ritual Pemujaan
penjelasan yang tidak sekadar berciri
Dewi Sri yang bekerja karena
mistis
daya-daya
melainkan
terutama
berciri
mistis
bermaksud
sosiologis. Dengan lain perkataan,
mempengaruhi kekuatan ilahi
ritual
yang
fungsi-fungsi Mengikuti
dilaksanakan
memiliki
agar tidak mengganggu dan
sosiologis
tertentu.
merusak tanaman.
pembagian
Dhavamony
(2) Fungsi Religius. 75
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
Pelaksanaan pemujaan
rangkaian Dewi
dikategorikan
Sri
pula
ritus
bersifat
berdimensi
pelaksanaan ritus Dewi
Sri
pelaksanaan Nini,
masyarakat
akan
pada Ida Sang Hyang Widdhi
dan
Pemujaan
ritual
Sri
sebagai
Dalam
khususnya
Dewi
bermuara kepada kepasrahan
kreatif
sosial.
Pemujaan
dapat
sebuah tindakan religius yang jelas
ISSN : 1412-7474
pada
Ngusaba desa
(Tuhan Yang Maha Esa). (3) Fungsi Faktitif. Fungsi faktitif berkaitan dengan meningkatkan
produktivitas
atau kekuatan, atau pemurnian dan
perlindungan
bertujuan
yang
meningkatkan
berkumpul bersama di Pura
kesejahteraan
Subak
kelompok. Ritus Pemujaan Dwi
dan
secara
kreatif
melaksanakan upacara itu demi
Sri
kepentingan bersama seluruh
tindakan
anggota
motivasi
masyarakat
desa.
jelas
materi
suatu
merupakan faktitif
suatu dengan
meningkatkan
Pemujaan kepada Dewi Sri
kesejahteraan
dikategorikan sebagai tindakan
masyarakat
religius, maka ritus pemujan
kebanyakan sebagai petani yang
Dewi Sri jelas memiliki fungsi
bergantung kepada hasil panen.
religius dan simbol religi lokal
Masyarakat
masyarakat
Jika
mewujudkan pemujaan kepada
diungkapkan secara esensial,
Dewi Sri (dewi kesduburan)
maka
sebagai
Bali.
pelaksanaan
ritus
material desa
yang
desa tidak saja
pelaksanaan
magi, 76
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
namun
juga
pelaksanaan
(I Nyoman Ananda, 55-82)
Sekalipun
ada
kemungkinan
tindakan yang diwajibkan oleh
bahwa banyak ritual pada masa
anggota
kelompok
dalam
silam
konteks
peranan
sekular
mereka.
berlaku
tanpa
mitos-
mitos, akan tetapi pada tingkat perilaku manusia dapat diamati
(4) Fungsi Intensifikasi.
dua fenomena: ritus dan mitos,
Fungsi Intensifikasi berkaitan
berjalan seiring.
dengan ritus kelompok yang mengarah kepada pembaharuan dan
mengintensifkan
2.5 Unsur-unsur Animisme Animisme merupakan sistem
kesuburan, ketersediaan buruan
kepercayaan
dan panenan. Pelaksanaan ritus
membubuhkan jiwa pada manusia dan
Pemujaan Dewi Sri terutama
juga pada semua makluk hidup dan
dilandasi
motivasi
benda mati. Ide tentang kekekalan jiwa
intensifikasi,
karena
memunculkan upacara untuk orang
masuyarakat
menginginkan
mati, terutama dalam bentuk pemujaan
oleh
panenan
berhasil.
masyarakat
Dalam
tradisional,
perilaku-perilaku umumnya dengan
dapat
leluhur.
dimana
Dhavamony
menegaskan
bahwa
orang
(1995:
67)
animisme
ritual
merupakan sebuah fenomena religius
dijelaskan
yang bersifat universal, artinya terdapat
istilah-istilah
mitis.
dalam semua agama. Animisme dapat
Mitos memberikan pembenaran
dipahami sebagai kepercayaan kepada
untuk
makluk-makhluk
berbagai
upacara.
adikodrati
yang 77
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
dipersonalisasikan.
Manifestasinya
diyakini
ISSN : 1412-7474
bahwa
benda-benda alam
adalah dari Roh yang Mahatinggi
tersebut hanyalah dijiwai oleh kekuatan
hingga roh halus, roh leluhur, dan roh
ilahi Ida Sang Hyang Widhi, Beliau
dalam objek-objek alam.
itulah yang dipercaya sebagai penguasa
gambaran disimpulkan
seperti
Dengan
ini,
bahwa
dapat
unsur-unsur
alam
semesta
mempermudah
ini.
Pandangan
masyarakat
ini Bali
animisme untuk sebagian masih hidup
‘menangani’ gangguan alam ini, karena
dalam tradisi Pemujaan Dewi Sri.
sasaran
Tradisi ini dilaksanakan atas dasar
persembahan
pandangan bahwa
kepada
tanaman padi,
dan
Ida
sawah, mata air dan semua pendukung
Sekalipun
pertanian dianggap memiliki ‘anima’
bahwa
atau jiwa. Agar semua berjalan sesuai
sesungguhnya
dengan
animistik.
keinginan
manusia
benda-
tujuan hanya Sang
pemberian disampaikan
Hyang
Widhi.
patut
diduga
demikian, pandangan
‘baru’
memiliki
ini dasar
benda ini dibuatkan banten. Dalam pandangan
orang
Bali
sekarang,
2.6 Magi dan Religi
‘anima’ itu sesungguhnya bukanlah
Upacara-upacara
mempunyai
milik benda alam itu per se, seolah-
keragaman yang tak terbatas, tetapi
olah batu dan pohon yang diberi sesaji
pada
itu memiliki jiwa. Mungkin saja pola
mengarahkan magi kepada objeknya.
pandangan
sudah
Upacara Pemujaan kepada Dewi Sri
hadirnya agama-
bersatu dengan proses teknisnya, yakni
seperti
dipengaruhi oleh
ini
agama modern. Akan tetapi
kini
hakikatnya
berfungsi
memotong hewan korban, membuat 78
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
persembahan (banten) dan pengucapan
buruk, dengan usaha-usaha mereka
mantra- mantra dan doa-doa yang
sendiri dalam memanipulasi daya-daya
ditujukan kepada Dewi Sri. Unsur
yang lebih tinggi . Dalam praktik
verbal dalam magi ini sangat penting
pemujaan kepada Dewi Sri, tampak
peranannya,
dilihat
bahwa ada upaya yang bersifat magis
sebagai pembentuk utama dan sumber
untuk mempengaruhi kekuatan Dewi
terpercaya dari daya magi. Dalam
Sri.
masyarakat
mantra-mnatra,
persembahan dibawakan dalam ritual
dan
formula
tersebut, Dwi Sri dipercaya dapat
tertentu, sehingga penyimpangan dari
‘terpengaruh’ dan mengikuti kehendak
konvensi itu dapat menodai akibat dari
serta kemauan manusia.
magi. Kekuatan magis dalam upacara
tradisional
pemujaan kepada Dewi Sri masyarakat
melaksanakan
Bali terletak pada puisi ritual tonis
kultusnya dengan maksud mencapai
(mantra).
Magi atau sihir adalah
suatu tujuan tertentu, atau berpamrih.
sebuah fenomena yang sangat dikenal
Mereka senantiasa memiliki alasan
dalam kehidupan masyarakat primitif.
untuk pembenaran suatu pemujaan,
Magi menurut Dhavamony (1995:47)
misalnya untuk mencegah kemandulan
adalah kepercayaan dan praktik yang
wanita, menjamin kesuburan ladang,
diyakini manusia bahwa mereka dapat
memastikan hujan yang cukup, dan
secara
sebagainya (Dhavamony, 1995: 54).
memiliki
bahklan
Bali konvensi
langsung
dapat
mempengaruhi
kekuatan alam dan antar
Berkat
doa
dan
pada
kurban
Manusia umumnya
kegiatan-kegiatan
mereka
Inilah bentuk ibadah magi. Akan tetapi
sendiri, entah untuk tujuan baik atau
perlu disadari pula bahwa praktik ritual 79
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
pemujaan kepada Dewi Sri tidak hanya
Seperti telah disebutkan di atas, objek
bersifat individual dan manipulatif. Ciri
dan
individual
ini
masyarakat Bali bukanlah Dewi Sri
merupakan ciri magi. Ritual pemujaan
melainkan pada Tuhan Seru Sekalian
dewi Sri juga memiliki ciri sebagai
Alam yakni Ida Sang Hyang Widhi
‘agama’,
Wasa .
dan
karena
manipulatif
bersifat
sosial,
subjek
kepercayaan
akhir
ekspresif, dan simbolis. Setiap kali dilaksanakan pemujaan kepada Dewi Sri terutama saat Ngusaba masyarakat hadir
III SIMPULAN
anggota
Berdasarkan seluruh uraian di
secara lengkap.
atas, berikut ini dapat disimpulkan
Dalam kegiatan ini, mereka sungguh-
bahwa
sungguh mengekspresikan keinginan,
masyarakat ritual yang memiliki begitu
harapan, dan kerinduan mereka yang
banyak tradisi ritual dalam berbagai
paling mendalam. Hasil panen memang
fase kehidupan manusia. Sesuai dengan
menyangkut keberadaan manusia di
tuntutan
dunia. Ritus ini, yang disertai pula
masyarakat
dengan pengucapan mantra dan doa-
merupakan petani. Ritus Pemujaan
doa, memiliki simbol-simbol yang
Dewi Sri diciptakan sebagai cara
penuh makna. Tindakan ritual dan gaya
mereka
bahasa yang digunakan dalam doa-doa
bersahabat
memperlihatkan
mereka.
bahwa
pemujaan
masyarakat
dan
Bali
adalah
kebutuhan
Bali
yang
hidup
umumnya
menyiasati
alam
agar
dengan
tanaman
padi
Dalam
setiap
rangkaian
kepada Dewi Sri sesungguhnya sebuah
upacara pertanian sesuai dengan saat-
praktik
saat
kepercayaan
religi
lokal.
kritis
pertumbuhan
tanaman, 80
UNSUR-UNSUR MITOS, ANIMISME, RITUS, DAN MAGI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWI SRI
(I Nyoman Ananda, 55-82)
yakni: tahap membuat benih, tahap
Ritus Pemujaan kepada Dewi Sri
membajak sawah, tahap menanam,
memperlihatkan pula adanya interaksi
tahap pertumbuhan padi, tahap panen
yang sangat erat antara tradisi sastra
perdana, dan tahap panen akhir, mereka
lisan (mantra) dan religi lokal.
melaksanakan
rangkaian
upacara
pemujaan kepada Dewi Sri.
DAFTAR PUSTAKA
Ritus ini memiliki fungsi dan
Daeng,
Hans
J.,
2000.
Manusia,
berkaitan erat dengan doa-doa dan
Kebudayaan, dan Lingkungan:
persembahan (banten) yang merupakan
Tinjauan
inti kekuatan magis upacara ritual
(Pengantar
pemujaan kepada Dewi Sri.
Abdullah). Yogyakarta: Pustaka
Ritus
pemujaan kepada Dewi Sri memiliki empat fungsi utama, yakni: fungsi
Anropologis Dr.
Pelajar. Darwis,
Djamaluddin,
magis, fungsi religius, fungsi faktitif,
EnglishFor
dan fungsi intensifikasi.
Jakarta: PT Raja
Ritus pemujaan kepada Dewi Sri
seolah-olah berkaitan dengan
Studies. Grafindo
Persada. De Jong, de Josselin, P.E., 1980. “Myth and
sebenarnya
Schefold (Ed),
gradual
1995.
Islamic
pemujaan dewa atau roh-roh gaib tetapi secara
Irwan
Non-Myth”
dalam
R.
Man,
persembahan itu diberikan kepada Ida
Meaning and History: Essays in
Sang Hyang Widdhi Wasa, Tuhan Seru
Honour
Sekalian
Nordholt.
Alam.
Inilah
inti
dari
kepercayaan lokal masyarakat Bali.
of
H.G. The
Schulte Hague:
Martinus Nijhoff. 81
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
Dhavamony,
Mariasusai,
Fenomenologi
ISSN : 1412-7474
1995. Agama.
Yogyakarta: Kanisius. Eisman, Fred B. JR. 1995. Bali Sekala And
Niskala.
Singapore
:
Periplus Edition. Sudarmanto, J.B., 1987. Agama dan Ideologi. Yogyakarta: Kanisius. Pals, Daniel L. 2001. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam. Taum, Yoseph Yapi, 2008. Tradisi Fua Pah : Ritus dan Mitos Agraris Masyarakat Dawan Di Timor (Fua Pah Tradition: Agricultural Rite and Myth of Dawanese of Timor
Island)
Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia, Institute of Nusa Tenggara Studies (East Nusa Tenggara Studies). Sumber lain id.wikipedia.org/wiki/Sr.
diakses
tanggal 11 Maret 2012. 82