HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN KONSEP DIRI ANGGOTA FLOWERS CITY CASUALS Studi Korelasional terhadap Anggota Flowers City Casuals
SKRIPSI
Disusun Oleh :
APRI SUCI LESTARI 11080007437 BIDANG KAJIAN MANAJEMEN KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN KONSEP DIRI ANGGOTA FLOWERS CITY CASUALS
Sub Judul
: Studi Korelasional terhadap Anggota Flowers City Casuals
Nama
: APRI SUCI LESTARI
NPM
: 11080007437
Bidang Kajian : MANAJEMEN KOMUNIKASI
Menyetujui, Pembimbing
Anne Maryani, Dra., M.Si.
Mengetahui, Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
Dr. Anne Ratnasari, Dra., M.Si.
ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN KONSEP DIRI ANGGOTA FLOWERS CITY CASUALS
Komunikasi sebagai salah satu elemen dari kegiatan kelompok menjadi sangat penting karena memalui komunikasi masing-masing anggota dapat merasa lebih akrab dan dekat satu sama lain dan pada akhirnya menjadikan para individu dalam kelompok tersebut lebih kuat. Dalam keefektifan komunikasi antarpribadi terdapat interaksi antar tiap anggota satu sama lain., interaksi dapat memunculkan konsep diri pada seseorang, dengan komunikasi antarpribadi yang efektif maka konsep diri dari masing-masing anggota akan berubah, konsep diri itu akan semakin positif atau negatif. Komunikasi antarpribadi dengan konsep diri adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah korelasional, pengambilan sampel penelitian didasarkan atas rancangan sampling acak sederhana. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur (kuesioner), penganalisaan dilakukan dalam suatu interpretasi data, teknis analisis data yang digunakan adalah analisis statistika non-parametrik dengan rumus uji korelasional Rank Spearman. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil yang signifikan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, hal ini terlihat dari hasil perhitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri yaitu 4,451 lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 36 orang yaitu 2,042 artinya H1 diterima yang artinya ada hubungan dari pernyataan tersebut. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah cukup efektif, walaupun tidak semua karakteristik komunikasi antarpribadi dilaksanakan secara efektif, namun secara keseluruhan karakteristik komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals sudah efektif dan mampu mempersepsi orang lain untuk membentuk konsep diri yang positif.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung. Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan juga kendala, namun berkat dorongan, semangat dan bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak, semuanya dapat dilalui dan akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis memberikan ucapan terima kasih yang dalam dan penghargaan yang tinggi kepada: 1. Allah, SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat-Nya. 2. Bapak Drs. H. O. Hasbiansyah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, Ibu Santi Indra Astuti, Drs., M.Si selaku Wakil Dekan I, dan Ibu Rini Rinawati, Dra., M.Si selaku Wakil Dekan II yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal. 3. Ibu Dr. Anne Ratnasari, Dra., M.Si selaku Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal.
ii
4. Ibu Rita Gani, S.Sos., M.Si selaku dosen wali yang memberikan dukungan kepada penulis. 5. Ibu Anne Maryani, Dra., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya, serta atas segala bantuan, dukungan, perhatian dan bimbingannya terhadap penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya beserta sharing pengalamannya melalui kuliah yang telah penulis ikuti. 7. Seluruh Staf Bagian Akademik dan Staf Bagian Administrasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung yang telah membantu penulis mendapatkan informasi dan melengkapi prosedur selama perkuliahan. 8. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, kesabaran, dan selalu mendoakan penulis untuk diberi kelancaran serta kemudahan dalam menyelesaikan studi. 9. Kakak-kakakku tersayang Apriyanti, S.Ikom, Asep Rohmat, Marita Meiliyanti, Rasid, dan keponakan tercinta Naufal, Kezia dan Saskia yang telah memberikan motivasi dan perhatiannya kepada penulis. 10. Mahendra Dwisakti Prasetya S.H selaku orang spesial bagi penulis yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, waktu, kesabaran dalam proses pembuatan penelitian dan memperkenalkan Flowers City Casuals kepada penulis. iii
11. Kawan-kawan
Flowers
City
Casuals
yang
bersedia
membantu
terselesaikannya skripsi ini, khususnya kang Rizky Ardi Maulana yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan penjelasan mengenai Flowers City Casuals. 12. Sahabat-sahabatku tersayang, Vorda, Firmansyah, Meike, Ukhti Saima, Furry, Mirsi, Bona, Willy, Irfan, Jaka, Fitri yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa dan bantuan kepada penulis. 13. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, Auli Aryana, Elis, Siska, Widya, Gilang, mba Erda, Nadia, yang telah memberikan saran, informasi dan masukan kepada penulis. 14. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga Allah. SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang jauh lebih baik. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Amiin. Bandung, Juli 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Abstrak …………………………………………………………………………
i
Kata Pengantar ……………………………………………………………….
ii
Daftar Isi…………………………………………………………………….......
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………..……………………...
1
1.2 Perumusan Masalah………………………………..…..……..…………..
9
1.3 Identifikasi Masalah………………………………………………...……..
9
1.4 Tujuan Penelitian ……………………………..……….………………...
10
1.5 Pembatasan Masalah …………...………………………………………….
10
1.6 Kegunaan Penelitian ……………………………………………………….
11
1.6.1 Kegunaan Teoritis ……………………………………………………
11
1.6.2 kegunaan Praktis …………………………………………………….
11
1.7 Kerangka Hasil Penelitian …………………………………………………
12
1.8 Kerangka Penelitian ……………………………………………………….
16
1.8.1 Kerangka Konseptual ……………………………………………….
20
1.9 Operasionalisasi Variabel …………………………………………………
24
1.10 Hipotesis Penelitian ………………………………………………………
26
1.10.1 Hipotesis Umum ……………………………………………………
26
1.10.2 Sub Hipotesis ……………………………………………………….
26
1.11 Metodologi Penelitian ……………………………………………………
27
1.11.1 Metode Penelitian ………………………………………………….
27
1.11.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………….
28
v
1.11.3 Teknik Uji Hipotesis ……………………………………………….
29
1.11.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………
32
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi …………….……………………………
34
2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi ……………………………………
38
2.3 Teori Hubungan Komunikasi Antarpribadi dengan konsep diri …...……….
41
2.3.1 Model Komunikasi Intrapribadi ……………………………………….
41
2.3.2 Teori Hubungan Komunikasi antarpribadi dengan konsep diri ……….. 43 2.4 Tinjauan tentang Konsep Diri ………………………………………………… 48 2.4.1 Definisi Konsep Diri ……………………………………………………. 48 2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri …...………………….. 52 2.4.3 Konsep Diri yang Positif ………………..……………………………… 54 2.5 Kaitan Komunikasi Antarpribadi dengan Konsep Diri ………………….
58
BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Flowers City Casuals ……………….……………………………………..
61
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Casuals …………………………………
61
3.1.2 Profil Flowers City Casuals …………………………………………
65
3.2 Komunikasi Antarpribadi Flowers City Casuals ………………………….
68
3.3 Aktivitas yang dilakukan Flowers City Casuals …………………………..
71
3.4 Susunan Pengurus Flowers City Casuals ………………………………….
72
3.5 Data Observasi Penelitian ………………………………………………….
73
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Data Responden ……………………………………..
75
4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian ……………………………………
77
4.3 Analisis Pengujian Hipotesis …………………….………………………
115
4.3.1 Hubungan antara Keterbukaan dengan Konsep Diri …………
116
vi
4.3.2 Hubungan antara Empati dengan Konsep di…………………. 4.3.3 Hubungan antara Sikap dukungan dengan konsep diri……
117 118
4.3.4 Hubungan antara Rasa Positif dengan Konsep Diri ……
119
4.3.5 Hubungan antara Kesetaraan dengan Konsep Diri ……………
120
4.3.6 Hubungan antara Karakteristik KAP dengan konsep diri ………
121
4.4 Uji Reliabilitas dan Validitas ………………………………………
122
4.4.1 Uji Reliabilitas ………………………………………………
122
4.4.2 Uji Validitas …………………………………………………
124
4.5 Pembahasan ………………………………………………………
125
4.5.1 Pembahasan sub hipotesis pertama ………………………
125
4.5.2 Pembahasan sub hipotesis kedua ………………………….
127
4.5.3 Pembahasan sub hipotesis ketiga …………………………
128
4.5.4 Pembahasan sub hipotesis keempat ………………………
130
4.5.5 Pembahasan sub hipotesis kelima ………………………….
131
4.5.6 Pembahasan hipotesis utama ………………………………
132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………
140
5.2 Saran ………………………………………………………………
142
5.2.1 Saran Praktis ……………………………………………………
142
5.2.2 Saran Akademis ………………………………………………
143
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suporter sepak bola atau sering disebut dengan “publik sepak bola” dalam artian umum merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah sistem olah raga sepak bola. Betapa tidak, olahraga yang paling populer di dunia ini memiliki antusiasme dan mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari sebagian masyarakat di seluruh dunia.
Dalam buku Sepak Bola Tanpa Batas karya Hanung handoko, istilah suporter berasal dari kata ‘support’ yang berarti dukungan. Dalam konteks persepakbolaan, dukungan ini bentuknya sangat universal dan luas, artinya sebuah negara atau klub profesional akan terlihat dan diakui eksistensinya jika di dukung oleh organisasi yang profesional, roda kompetisi yang berjalan dengan baik, dukungan finansial yang cukup, infrastruktur yang memadai, serta dukungan publik yang ada pada negara/daerah tempat tim tersebut berdomisili. Dukungan dari suporter erat kaitannya dengan kesuksesan sebuah klub atau negara, karena dukungan dari suporter dalam sepakbola bisa dikatakan sebagai pemain ke-12 yang ikut andil dalam memotivasi perjuangan sebuah klub atau negara dalam mencapai prestasi tertinggi.
1
2
Menurut sumber yang didapat penulis dari orangestreetboy.blogspot.com, kelompok suporter di dunia sepak bola khususnya di kancah sepak bola Indonesia merupakan suatu euforia tersendiri didalam perjalanan sejarah sepak bola nasional. Kelompok suporter pun merupakan salah satu elemen penting dalam supra struktur organisasi sepak bola modern, karena kelompok suporter secara “de facto” bisa dikatakan sebagai bagian dari “stakeholder” (pihak yang berkepentingan) dalam menyemarakkan sebuah kompetisi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Di Indonesia sendiri terdapat banyak kelompok suporter klub yang tersebar diseluruh penjuru tanah air, baik itu suporter biasa layaknya masyarakat yang merasa memiliki ikatan emosional pada sebuah klub, maupun kelompok suporter yang terorganisir. Khusus untuk kelompok suporter yang terorganisir, biasanya mereka mengatasnamakan kelompok pendukung setia sebuah klub, disertai dengan penamaan kelompok dan kelengkapan atribut yang sama dalam memberikan dukungan moril bagi tim kesayangannya. Dukungan moril, do’a, teriakan, yel-yel bahkan konfigurasi yang menggambarkan “uniformitas” (keseragaman) di dalam stadion saat mendukung tim kebanggaannya bertanding, menjadi ciri khas tersendiri yang muncul dari sebuah kelompok suporter yang terorganisir.
Dalam suporter sepakbola modern, terdapat berbagai macam jenis suporter. Ada yang disebut dengan ultras, casuals, hooligan, dan suporter biasa. Menurut sumber yang didapat penulis dari flowerscitycasuals.tumblr.com, Casuals merupakan
3
salah satu bagian dari budaya di dalam sepakbola, yang identik dengan hooliganisme dan pakaian-pakaian mahal bermerek. Sub kultur ini lahir pada akhir dekade 70-an, di Britania Raya, dimana kala itu banyak para hooligan klub sepakbola, banyak menggunakan pakaian-pakaian mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak lagi mengenakan atribut-atribut beraroma logo-logo klub kesayangan, agar tidak dikenali, sehingga lebih mudah menyusup kelompok musuh. Asal usul budaya casuals sendiri dapat dilihat dalam sub kultur mod pada tahun 60-an, para pemuda penganut sub kultur mod, mulai membawa gaya berpakaiannya
ke dalam teras
sepakbola. Ditandai dengan kebangkitan sub kultur mod tahun 70-an, casuals mulai tumbuh dan dan berubah setelah suporter sepakbola Inggris banyak menggunakan pakaian
merek-merek
Eropa
dalam
stadion
pada
saat
mendukung
klub
kesayangannya.
Tiap jenis suporter tersebut mempunyai ciri khas masing-masing misalnya dalam hal perilaku, cara berpakaian, berinteraksi dalam mendukung tim kesayangannya dan reaksi terhadap persaingan dengan suporter lawan. Dari jenisjenis suporter tersebut diatas penulis tertarik membahas mengenai suporter casuals khususnya suporter casuals tim sepakbola kota Bandung, Persib Bandung yang menamakan dirinya Flowers City Casuals (selanjutnya disebut FCC). Para anggota FCC berinteraksi satu sama lain untuk bertukar informasi, mendiskusikan klub sepakbola yang mereka dukung, bertukar informasi mengenai sepakbola dunia dan produk-produk dari merek tertentu yang menjadi ciri khas para casuals.
4
Dengan berinteraksi satu sama lain, para anggota FCC dapat memantapkan hubungan antarpribadi dengan anggota yang lain karena interaksi sosial adalah terjadinya suatu hubungan timbal balik diantara kedua belah pihak atau lebih dan kadang saling berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial memegang peranan yang sangat penting, dimana setiap manusia tidak bisa hidup dengan tanpa bantuan orang lain. Interaksi sosial merupakan salah satu cara untuk melekatkan sendi-sendi kelompok dalam rangka penciptaan kerjasama dan kekompakan diantara anggota yang nantinya sedikit banyak akan berpengaruh dalam pelaksanaan program yang dibuat. Kerjasama dan kekompakan itu akan terlihat di stadion pada saat mereka melihat pertandingan tim kesayangannya secara langsung. Dengan adanya kerjasama dan kekompakkan akan meminimalisir terjadinya bentrokan antar supporter atau dengan suporter dari kelompok lain diluar FCC. Menurut sumber supporterIndonesia.com hal yang melatar belakangi adanya kriminalitas di dalam stadion diantaranya adalah fanatisme berlebihan, keputusan wasit, kinerja panitia pertandingan dan minimnya sarana ekspresi supporter. Fanatisme dari suporter seringkali sangat berlebihan bahkan di Indonesia sendiri banyak permasalahan yang muncul di akibatkan oleh ulah suporter pada saat datang atau menuju ke stadion. Contohnya perusakan sarana dan prasarana yang ada di stadion, pelemparan baru atau botol ke tengah lapangan pada saat pertandingan berlangsung, pelemparan batu ke bus yang diisi oleh tim lawan ataupun suporter
5
lawan, ada juga aksi pelemparan ke kereta api. Hal itu tentu saja dapat merugikan pihak banyak. Hal negatif yang dilakukan suporter seperti ini diakibatkan oleh rasa memiliki yang berlebihan kepada tim, para suporter ini sangat sensitif dan mudah tersinggung, sehingga mudah terpancing emosinya, apabila tim kesayanganya kalah, kinerja wasit yang berat sebelah, kinerja panitia pertandingan yang tidak profesional, sampai keadaan stadion yang penuh sesak tidak memadai dan tidak dapat menampung penonton, sehingga mereka saling bersenggolan. Maka ekspresi yang dikeluarkan oleh suporter fanatik ini biasanya menjurus kearah yang negatif. Namun, ada pula kelompok suporter yang mempunyai cara yang positif walaupun masih sangat jarang ada di Indonesia. Kelompok ini dengan kreatifnya mempersiapkan berbagai macam banner dengan ukuran yang besar, dan dengan tertib mereka berkoordinasi untuk datang ke tempat berlangsungnya pertandingan sehingga tidak akan berdesak-desakan dan memicu gesekan dengan kelompok suporter lain. Apabila diadakan komunikasi yang baik antar suporter sehingga semua terkoordinasi maka, hal-hal negatif seperti yang disebutkan diatas akan dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Koordinasi ini hanya dapat dilakukan karena adanya interaksi antar suporter. Interaksi itu sendiri untuk kelangsungannya memerlukan beberapa syarat, salah satunya adalah komunikasi. “Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu kontak dan komunikasi”. Kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan
6
antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 1990:182) Di dalam sebuah kelompok terdapat situasi kelompok, dimana kelompok sosial tempat para anggotanya berinteraksi merupakan suatu keseluruhan, dan anggota-anggotanya sudah saling berhubungan diantara satu sama lain, hubungan ini terjadi karena adanya pertemuan berulang kali diantara para anggota. Situasi saling hubungan tersebut tidak hanya berlangsung pada hari itu saja, ketika mereka melakukan pertemuan, tapi sudah ada sebelumnya. Saling hubungan ini menjadi dasar bagi bertemunya pengalaman-pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang sama. Komunikasi yang berlangsung dalam anggota FCC merujuk pada bentuk komunikasi antarpribadi yang bersifat langsung dan tatap muka, selain itu juga bersifat lebih spontan. Dalam berkomunikasi biasanya individu atau kelompok menyampaikan pikiran, gagasan, pendapat atau perasaan mereka tanpa malu atau takut. Hal ini bertujuan untuk mengubah perilaku dan pemahaman individu atau kelompok lain terhadap kelompok tersebut atau individu itu sendiri. Pada saat itu lah terjadi komunikasi antarpribadi dalam kelompok, dimana komunikasi yang berlangsung bersifat informal dan berlangsung dalam situasi yang dialogis.
7
Pada saat itu lah terlihat masing-masing anggota kelompok berusaha mengekspresikan diri melalui komunikasi. Komunikasi itu sendiri sebagai salah satu elemen dari kegiatan kelompok menjadi sangat penting karena melalui komunikasi masing-masing anggota dapat merasa lebih akrab dan dekat satu sama lain dan pada akhirnya menjadikan para individu dalam kelompok tersebut lebih kuat. “Untuk menumbuhkan hubungan antar pribadi yang baik bukan terletak pada masalah sering atau jarangnya komunikasi antarpribadi dilakukan, tapi terletak bagaimana komunikasi itu dilakukan” (Rakhmat. 2004 :129). Intinya terletak pada kualitas komunikasi yang dilakukan, bukan intensitasnya. Jadi walaupun anggota terlihat sering melakukan komunikasi antarpribadi tapi tidak menjamin sifat atau kualitas komunikasinya
menunjukkan
pola
komunikasi
yang
efektif,
yang
dapat
menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik antar anggota. Perwujudan komunikasi antarpribadi yang efektif memerlukan beberapa syarat. Devito (2011:285) mengungkapkan berbagai karakteristik pendukung efektifitas komunikasi antarpribadi, salah satunya adalah perspektif humanistik yang menekankan pada masalah keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan kesetaraan. Dalam keefektifan komunikasi antarpribadi terdapat interaksi antar tiap anggota satu sama lain. Interaksi dapat memunculkan konsep diri pada seseorang, sebelumnya perlu diketahui, “diri” menurut Mead (Soeprapto, 2002 : 117) muncul dalam proses interaksi karena manusia baru menyadari dirinya sendiri di dalam suatu
8
interaksi sosial. Mead menjelaskan konsep diri dengan menyebut bahwa diri dapat bersifat sebagai obyek maupun subyek secara sekaligus. Dengan komunikasi antarpribadi yang efektif maka konsep diri dari masingmasing anggota akan berubah, konsep diri itu akan semakin positif atau negatif, komunikasi antarpribadi dengan konsep diri adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Menurut William D. Brooks dan Phillip Emmert (dalam Rakhmat, 2008:100) konsep diri mempunyai dua komponen yakni komponen kognitif dan afektif, komponen kognitif disebut citra diri (self image) dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem), keduanya, berpengaruh besar pada pola komunikasi antarpribadi. Konsep diri yang lebih positif ditandai dengan lima hal (Rakhmat, 2008) yaitu yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui para anggota FCC dengan berkomunikasi antarpribadi dengan anggota yang lainnya membuat diri mereka masing-masing mempunyai konsep diri yang semakin positif atau tidak. Penulis ingin membuktikan bahwa supporter di Indonesia tidak selalu bertindak anarkis dan rasis.
9
Dengan menjadi salah satu anggota dari kelompok yang positif, dan melakukan komunikasi dengan anggota yang lain secara positif dan efektif, dalam hal ini komunikasi antarpribadi, maka konsep diri pada diri anggota kelompok pun menjadi positif. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Adakah hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals?” 1.3 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, agar memiliki konsistensi dan terarah sesuai dengan data yang diharapkan, maka penulis mengidentifikasi masalah pada : 1. Adakah hubungan antara keterbukaan komunikasi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals? 2. Adakah hubungan antara empati dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals? 3. Adakah hubungan antara memberi dukungan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals? 4. Adakah hubungan antara rasa positif dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals?
10
5. Adakah hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi yang telah dibuat dalam penelitian ini maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan komunikasi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. 2. Untuk mengetahui hubungan antara empati dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. 3. Untuk mengetahui hubungan antara memberi rasa dukungan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. 4. Untuk mengetahui hubungan antara rasa spositif dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. 5. Untuk mengetahui hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. 1.5 Pembatasan Masalah Untuk menghindari salah pengertian maupun untuk membatasi serta memperluas masalah yang akan diteliti, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :
11
1. Objek yang diteliti adalah karakteristik komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals. 2. Subjek penelitiannya adalah anggota Flowers City Casuals. 3. Objek penelitian ini sebatas hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, yang meliputi: keterbukaan, kebiasaan, rasa dukungan, rasa positif dan kesetaraan dari anggota Flowers City Casuals dalam melakukan komunikasi antarpribadi dengan anggota lainnya. 1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan sumbangan bagi ilmu komunikasi yang berkaitan dengan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri bagi mahasiswa maupun bagi pengajar di jurusan manajemen komunikasi. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau dasar pijakan penelitian lebih lanjut. 1.6.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan masukan, saran, referensi yang bermanfaat bagi kepentingan kelompok Flowers City Casuals mengenai komunikasi antarpribadinya sehingga membuat konsep diri pada
12
masing-masing anggota Flowers City Casuals menjadi lebih positif daripada sebelumnya. 1.7 Kerangka Hasil Penelitian Menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya penulis menemukan hasil penelitian diantaranya : 1. Hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan, yang diteliti oleh Windy Astuti Ekawati (KXO 050195) tahun 2008, metode yang digunakan adalah metode korelasional, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan di PT. Pos Indonesia, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hubungan manusia, dan hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan. Komunikasi antarpribadi telah dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan, yag ditunjukkan dengan keberhasilan karyawan dalam menanggulangi segala kesulitan pekerjaan yang dihadapi. 2. Hubungan keefektifan komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok, yang diteliti oleh Sri Delly (K1C 050267) tahun 2010, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasonal, menggunakan teori interaksional, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keefektifan komunikasi antarpribadi yang meliputi keterbukaan,
13
empati, sikap positif, sikap mendukung dan kesetaraan dengan kohesivitas kelompok. dan hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara keefektifan komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok IMSB. 3. Hubungan
karakteristik
komunikasi
antarpribadi
dengan
kohesivitas
kelompok pada wanadri, diteliti oleh Farida pari (K1C 043123) tahun 2008 metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteritik komunikasi antarpribadi yang meliputi keterbukaan, empati, rasa positif, sikap mendukung dan kesetaraan dengan kohesivitas kelompok. Penelitian ini menggunakan teori interaksional dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara
karakteristik
komunikasi
antarpribadi dengan kohesivitas kelompok Wanadri. 4. Hubungan komunikasi antarpribadi antara pengurus dan anak asuh dengan motivasi belajar siswa, diteliti oleh Gita Amalia (K1C 040545) tahun 2009, tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi pengurus dan anak asuh dengan motivasi berprestasi di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Penelitian ini menggunakan teori motivasi belajar sosial, dan hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi pengurus dan anak asuh dengan motivasi belajar siswa.
14
5. Tabel perbedaan Nama peneliti Windy Astuti Ekawati (KXO 050195) tahun 2008
Judul Hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan
Tujuan Untuk mengetahui hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan PT.Pos Indonesia Sri Delly (K1C Hubungan Untuk 050267) tahun Keefektifan mengetahui ada 2010 komunikasi tidaknya antarpribadi hubungan dengan keefektifan kohesivitas komunikasi kelompok antarpribadi yang meliputi keterbukaan, empati, sikap positif, sikap mendukung dan kesetaraan Farida pari Hubungan Untuk (K1C 043123) Karakteristik mengetahui tahun 20080 komunikasi hubungan antara antarpribadi karakteristik dengan komunikasi kohesivitas antarpribadi yang kelompok meliputi pada keterbukaan, wanadri empati, rasa positif, sikap mendukung dan kesetaraan dengan kohesivitas kelompok Gita Amalia Hubungan Untuk (K1C 040515) komunikasi mengetahui tahun 2009 antarpribadi hubungan yang
Teori Hasil Teori hubungan Menunjukan ada hubungan antara komunikasi manusia antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan. Komunikasi antarpribadi telah dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan, yang ditunjukkan dengan keberhasilan karyawan dalam menanggulangi segala kesulitan pekerjaan yang dihadapi. Teori Interaksional
Menunjukkan ada hubungan keefektifan komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok IMSB.
Teori interaksional
Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok wanadri.
Teori motivasi Menunjukkan ada hubungan yang signifikan belajar sosial antara komunikasi antarpribadi pengurus dan anak asuh dengan motivasi belajar sosial.
15
antara pengurus dan anak asuh dengan motivasi belajar siswa
signifikan antara komunikasi antarpribadi pengurus dan anak asuh dengan motivasi berprestasi di panti sosial asuhan ana Muhammadiyah kota Bandung Apri Suci Hubungan Untuk Lestari antara mengetahui ada (11080007437) Karakteristik tidaknya tahun 2011 komunikasi hubungan antara antarpribadi karakteristik dengan komunikasi konsep diri antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals
Teori R.B Burns. Menunjukkan ada hubungan yang signifikan Konsep diri timbul antara karakteristik komunikasi antarpribadi dari interaksi dengan konsep diri. seseorang dengan bermacam-macam group pokoknya
6.
16
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai pengaruh terhadap diri orang lain. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri. 1.8 Kerangka Penelitian Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh Devito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Effendy dalam buku komunikasi antarpribadi Alo Liliweri (1991:12) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikasi untuk bertanya seluas-luasnya.
17
Pijakan teori pada penelitian ini adalah teori dari R.B Burns (1979) yang menyatakan konsep diri timbul dari interaksi seseorang dengan bermacam-macam group pokoknya, group ini bercirikan hubungan tatap muka (face to face association), ketetapan yang relatif dan keeratan hubungan dengan tingkatan yang tinggi antar sejumlah kecil anggota yang menghasilkan suatu integrasi dari individualitas dan kelompok. Konsep diri merupakan faktor penentu kepribadian seseorang karena setiap individu akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya (Rakhmat, 1999). Positif atau negatifnya kualitas konsep diri, salah satunya dipengaruhi oleh komunikasi antarpribadi. Dari pernyataan tersebut tersurat betapa berartinya komunikasi antarpribadi. Dalam penelitian ini peneliti ingin membuktikan teori ini bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals, dapat menimbulkan konsep diri pada setiap anggota dan mengembangkannya menjadi konsep diri yang positif. Peristiwa komunikasi antarpribadi dalam FCC terjadi dengan tatap muka. Mereka dalam 1 minggu sekali selalu berkumpul untuk membahas persiapan dalam memberikan dukungan untuk hari pertandingan tim kesayangannya, Persib Bandung. Dalam pertemuan tersebut juga selalu bertukar informasi mengenai perkembangan
18
sepakbola terbaru baik nasional maupun internasional dan juga produk-produk fashion pendukung casuals. Dalam pertemuan antara para anggota FCC komunikasi yang berlangsung adalah komunikasi antarpribadi dalam kelompok kecil dimana proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Komunikasi kelompok kecil merupakan bagian dari komunikasi antarpribadi, karena anggota-anggota yang terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa bicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi, dan sumber begitu juga penerima sulit diidentifikasi. Kualitas komunikasi yang bersifat dalam dan meluas artinya, saat sesama anggota kelompok berkomunikasi satu sama lain, masing-masing anggota mangungkapkan unsur-unsur kepribadiannya yang paling dalam dengan memakai berbagai lambang, baik verbal maupun nonverbal. Bersifat personal artinya hubungan diantara sesama anggota kelompok bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan. Lebih menekankan aspek hubungan dari pada isi artinya komunikasi itu sendirilah yang menjadi tujuannya. Informal berarti komunikasi dilakukan antara sesama anggota tidak memakai bahasa baku dan tidak sistematis.
19
Karakteristik komunikasi antarpribadi menurut Devito (1976) mengandung ciri-ciri adanya keterbukaan atau keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan. Komunikasi antar pribadi dalam kelompok dapat mengubah konsep diri seseorang, kelompok secara emosional dapat mengikat seseorang dan mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Dalam kelompok, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Menurut William D. Brooks dan Phillip Emmert (dalam Rakhmat, 2008:100), terdapat dua komponen konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self image), dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem). Kedua komponen ini berpengaruh besar pada komunikasi antarpribadi. Konsep diri yang lebih positif ditandai dengan lima hal (dalam Rakhmat, 2008:105) yaitu : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain. Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Namun tidak semua orang lain
20
mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita. George Herbert Mead (dalam Rakhmat, 2008:103) menyebut mereka significant others – orang yang sangat penting. Faktor yang kedua adalah kelompok rujukan atau reference group, setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu, ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. 1.8.1 Kerangka Konseptual Kerangka utama penelitian ini adalah hubungan karakteristik komunikasi antar pribadi dengan konsep diri. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu : 1. Variabel X : karakteristik komunikasi antar pribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi di antara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi.
21
Menurut Devito (1976) mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri : 1.
Keterbukaan
2.
Empati
3.
Dukungan
4.
Rasa positif
5.
Kesetaraan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut perasaan dan pikiran (Bochner & Kelly, dalam Devito, 2011:286). Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita harus memiliki perasaan mengenai orang lain, apa yang dirasakan orang lain pada saat kita terlibat komunikasi mengenai isi dari pesan yang kita sampaikan kepada orang lain, hal ini akan membawa kita mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Henry Backrack (dalam Devito, 2011:286) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta
22
harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empati ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Dengan mampu memahami motivasi orang lain maka seseorang akan dengan suka rela memberi dukungan kepada orang lain yang terlibat komunikasi dengan dirinya. Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap saling mendukung, komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisional bukan sangat yakin. Bertindak provisional dengan pikiran terbuka, dengan kesadaran penuh, dan dengan ketersediaan untuk mengubah sikap dan pendapat seseorang, maka seseorang akan mendorong sikap positif dalam mendukung satu sama lain. Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dengan dua cara yaitu, menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Dengan kita bersikap positif terhadap orang lain maka interaksi yang terjadi menjadi lebih menyenangkan, satu sama lain memberi perasaan yang positif, hal ini menunjukkan bahwa kita memperlakukan lawan bicara kita setara dengan kita dan tidak ada yang harus patuh kepada yang lainnya. Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara, artinya ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
23
disumbangkan. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan non verbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersayarat kepada orang lain. 2. Variabel Y : konsep diri Unsur kedua dalam penelitian ini adalah konsep diri anggota Flowers City Casuals. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dan kelompok rujukan, kelompok dapat mengarahkan perilaku dan menyesuaikan diri dengan cirri-ciri kelompoknya, dalam hal ini adalah kelompok Flowers City Casuals. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian anggota Flowers City Casuals mengenai dirinya sendiri. Jadi konsep diri meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan oleh setiap pribadi anggota Flowers City Casuals. Dengan demikian ada dua komponen konsep diri : komponen kognitif yang disebut citra diri dan komponen afektif yang disebut harga diri. Konsep diri yang lebih positif ditandai dengan lima hal yaitu : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
24
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. 1.9 Operasionalisasi Variabel Variabel X
: karakteristik komunikasi antarpribadi
Indikator 1
: keterbukaan
Alat ukur
:
1. Terbuka kepada orang yang diajaknya interaksi 2. Bereaksi secara jujur kepada yang diajaknya interaksi 3. Memiliki perasaan dan pikiran terhadap orang yang diajaknya interaksi
Indikator 2
: empati
Alat ukur
:
1. Memahami orang yang diajaknya interaksi 2. Mengenali pengalaman orang yang diajaknya interaksi 3. Merasakan apa yang dirasakan orang yang diajaknya interaksi
Indikator 3
: sikap mendukung
Alat ukur
:
1. tidak menyalahkan atau menyudutkan orang lain
25
2. fleksibilitas dalam sikap dan pendapat Indikator 4
: rasa positif
Alat ukur
:
1. tidak memberikan penilaian negatif terhadap anggota lain 2. memberikan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri pada anggota yang lain.
Indikator 5
: kesetaraan
Alat ukur
:
1. kesamaan antar anggota 2. kesejajaran antar anggota
Variabel Y
: konsep diri
Alat ukur
:
1. yakin akan kemampuan mengatasi masalah 2. merasa setara dengan orang lain 3. menerima pujian tanpa rasa malu 4. menerima perbedaan 5. mampu memperbaiki diri
1.10 Hipotesis Penelitian
26
Berdasarkan uraian kerangka di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis secara umum, yaitu :
1.10.1 Hipotesis Umum Ho : tidak ada hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals H1 : ada hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals 1.10.2 Sub Hipotesis 1. Ho : tidak ada hubungan antara keterbukaan dengan konsep diri H1 : ada hubungan antara keterbukaan dengan konsep diri 2. Ho : tidak ada hubungan antara empati dengan konsep diri H1 : ada hubungan antara empati dengan konsep diri 3. Ho : tidak ada hubungan antara sikap mendukung dengan konsep diri H1 : ada hubungan antara sikap mendukung dengan konsep diri 4. Ho : tidak ada hubungan antara rasa positif dengan konsep diri H1 : ada hubungan antara rasa positif dengan konsep diri
27
5. Ho : tidak ada hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri H1 : ada hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri 1.11 Metodologi Penelitian 1.11.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan survey yang menggunakan metode korelasional. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. (Singarimbun, 1989:3) Adapun penelitian korelasional digunakan untuk : (1) mengukur hubungan di antara beberapa variabel, (2) meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas, dan (3) meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental (Rakhmat, 2001:31). Menurut Singarimbun (1989:5) metode korelasional digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel variabel melalui pengujian hipotesa. Metode korelasional mencoba meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat, 2001:27). Penelitian ini mencari hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri. Jenis hubungan (pola korelasi) dalam
28
penelitian ini adalah hubungan asimetris yaitu dimana variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lainnya. 1.11.2 Populasi Dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 1995:152). Populasi penelitian ini adalah anggota Flowers City Casuals sebagai suporter Persib Bandung yang berdomisili di kota Bandung. Populasi di atas ditentukan karena: 1. Anggota Flowers City Casuals merupakan suporter Persib Bandung yang memiliki pandangan dan cara berpikir yang berbeda dari suporter Persib Bandung yang lain. Anggota ini satu sama lain saling memberikan informasi dan dukungan, bahkan anggota ini tidak hanya berdiskusi mengenai bola dan kultur casuals, namun hubungan yang terjadi diantara para anggota bisa lebih mendalam dari pada itu. 2. Anggota Flowers City Casuals tercatat sebanyak 356 orang di kota Bandung. Sampel adalah bagian yang akan diamati dan sampel merupakan bagian dari kumpulan objek penelitian yaitu populasi (Rakhmat, 1984 : 78). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), sampel acak sederhana
29
adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda beda, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk terpilih pun berbeda beda pula. (Singarimbun, 1987 : 155 156). Penulis mengambil 10% atau 0.10 sebagai pecahan sampling, maka jumlah sampel sebanyak 36 orang. 1.11.3 Teknik Uji Hipotesis Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri. Dalam matriks penelitian terlihat bahwa skala pengukuran untuk mengukur hubungan diantara kedua variabel adalah skala ordinal. Analisis statistik pengujian hipotesis diajukan untuk mencari koefisien antar variabel bebas dan variabel terikat untuk kemudian di uji apakah hipotesis-hipotesis termasuk signifikan pada H0 dan H1. Penelitian ini menggunakan uji statistik Rank Spearman Rumus : rs = 1 −
6∑ d i
2
n(n 2 − 1)
dimana :
R(X) = Ranking nilai X R(Y) = Ranking nilai Y
30
Rumus koefisien korelasi Rank Spearman :
rs = 1 −
6∑ d i
2
; …..…..…..(1) . Jika tidak terdapat nilai X dan Y yang
n(n 2 − 1)
sama.
∑x
rs =
2
2
+ ∑ y2 − ∑ di
2
∑ x2 ∑ y2
;...(2). Jika terdapat angka yang sama pada
variabel X atau Y. Dengan:
∑ x2 =
N3 − N − ∑ Tx dan 12
∑ Tx = ∑
(t 3 − t ) 12
∑ y2 =
N3 − N − ∑ Ty dan 12
∑Ty = ∑
(t 3 − t ) 12
∑T
x
dan
∑T
y
merupakan faktor koreksi X dan Y.
Keterangan : rs
: Koefisien korelasi Rank Spearman.
n
: Jumlah sampel.
∑Tx
: Faktor korelasi X.
∑Ty
: Faktor korelasi Y.
di
: Selisih rank X dan Y.
31
t
: Banyaknya data yang memiliki rank kembar.
Besarnya koefisien korelasi adalah – 1 ≤ r ≤ 1, yang menunjukkan : a.
Apabila rs = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel sangat kuat dan mempunyai hubungan searah (jika variabel X naik, maka variabel Y naik).
b.
Apabila rs = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak ada pengaruh sama sekali.
c.
Apabila rs = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel sangat kuat dan mempunyai sifat terbalik (jika variabel X naik, maka variabel Y turun atau sebaliknya). Kriteria untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima adalah :
1. Terima H0 jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel 2. Tolak H0 jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Untuk mengetahui signifikasi atau keterkaitan koefisien korelasi yang telah dihitung di atas dan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat, maka tingkat signifikansi ditetapkan (α) = 0,05 pada tes dua sisi. Dimana statistik uji signifikansi yang digunakan adalah :
√ √
derajat bebas = n – 2
32
1. Analisis Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan sikap kerja karyawan di PT. Pikiran Rakyat, maka digunakan rumus sebagai berikut : Kd = r² x 100% Dimana : Kd = koefisien determinasi rs = koefisien korelasi 1.11.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan untuk memperoleh data primer, dimana data data tersebut merupakan informasi yang relevan dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin dan bertujuan survey, sebagai data primer pada penelitian ini. Angket diberikan pada responden, yakni anggota Flowers City Casuals. Bentuk angket dalam penelitian ini berupa pernyataan. 2. Wawancara
Wawancara merupakan upaya mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (Singarimbun, 1998 : 192). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2000 : 135). Wawancara dapat dilakukan baik langsung maupun tidak langsung (melalui
33
media telepon, email, fax dan lain-lain dengan narasumber atau responden yang relevan dengan Flowers City Casuals yang akan diteliti. Wawancara narasumber dilakukan dengan pihak Flowers City Casuals yang diwakili oleh Rizki Ardi Maulana, selaku pendiri dan ketua dari Flowers City Casuals, dan beberapa anggota Flowers City Casuals. Adapun informasi yang diperoleh adalah berkaitan dengan profil Flowers City Casuals, hubungan yang terjadi pada tiap anggota, fokus diskusi dan informasi yang biasa diperoleh dan diberikan oleh para anggota Flowers City Casuals. Wawancara dilakukan untuk mengetahui alasan untuk jawaban yang mereka berikan pada angket, dengan begitu, maka dari hasil wawancara kita dapat mengetahui apa alasan atau motif responden memberikan jawaban itu. 3. Studi kepustakaan
Dilakukan untuk menemukan teori-teori pendukung yang memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. Menggali pengetahuan dengan cara mempelajari buku, catatan-catatan yang relevan, internet atau media informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian ini dan diharapkan akan didapatkan data yang akurat sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian.
34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan lambanglambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan di dalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body language), seperti senyuman tertawa, dan menggeleng atau menganggukan kepala. Komunikasi antara pribadi umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face to face). 2.1 Definisi komunikasi antarpribadi
Joseph
A.
Devito
(1996)
dalam
karyanya
The
interpersonal
Communication Book, mengungkapkan berbagai definisi komunikasi antarpribadi
dari para ahli teori komunikasi dan mengklasifikasikannya dalam tiga definisi, yaitu definisi berdasarkan komponen, hubungan diadik dan pengembangan. Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi sebagai penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
35
memberikan umpan balik segera. Kemudian dilihat dari sisi hubungan diadik, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antar dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas, seperti layaknya hubungan anak dan ayah, pramuniaga dengan pelanggannya dan komunikasi yang berlangsung dalam suatu wawancara. Sementara itu jika dilihat dari sisi pengembangan suatu hubungan, komunikasi antarpribadi diartikan sebagai bentuk ideal terakhir dari perkembangan suatu hubungan komunikasi non antarpribadi (Devito, 1996:231-232). Secara singkat komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Effendi (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluasluasnya kepada komunikan untuk bertanya.
36
Sementara itu Dean C. Barnlund (dalam Liliweri, 1991:13) mengemukakan, komunikasi antarpribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. Dari pengertian komunikasi antarpribadi di atas maka Reardon (dalam Liliweri, 1991:13) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai enam ciri, yaitu komunikasi antarpribadi (1) dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor, (2) mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja, (3) kerap kali berbalas-balasan, (4) mengisyaratkan hubungan antarpribadi antara paling sedikit dua orang, (5) berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh, dan (6) menggunakan pelbagai lambang yang bermakna. Ciri komunikasi antarpribadi (dalam Aloliliweri, 1997:13) yaitu adanya (1) spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka, (2) tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu, (3) terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya kurang jelas, (4) mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja, (5) kerap kali berbalas-balasan, (6) mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan, (7) harus membuahkan hasil dan (8) menggunakan lambanglambang yang bermakna. Dapat diuraikan ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang telah disebutkan di atas, komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan, pada saat kita bertemu dengan
37
seseorang di sebuah tempat lalu dengan keadaan memaksa kita harus berkenalan dengan orang tersebut dan memulai perkenalan dan percakapan berlanjut pada pembahasan yang lainnya. Hal ini merupakan komunikasi antarpribadi yang terjadi secara spontan.
Komunikasi antarpribadi terjadi tanpa ada tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu, semua mengalir sesuai dengan keadaan pada saat kita melakukan percakapan. Ciri ketiga dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya kurang jelas, setelah kita berkenalan secara spontan, saling menyapa, kemudian berpisah, anda mengetahui informasi sedikit tentang identitas mereka. Ciri keempat komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja dan yang tidak disengaja. Komunikasi antarpribadi sering
mengakibatkan suatu hasil yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan terlebih dahulu. Kemudian komunikasi antarpribadi selalu berlangsung berbalas balasan, yang perlu diperhatikan adalah jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi selalu dua sampai empat orang. Perhatikan tatkala dua orang bercakap cakap, apabila percakapan mereka semakin serius maka yang tampak adalah percakapan yang bersifat dialogis, akan sulit mengetahui siapa yang menjadi komunikan dan komunikator. Ini merupakan ciri komunikasi antarpribadi yang proses pengiriman pesan dan umpan balik langsung berbalas balasan, berganti gentian secara sinambung. Ciri tersebut berbeda dengan peranan komunikator dan komunikan dalam proses pengiriman dan penerimaan.
38
Pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Faktor kedekatan bisa menyatakan dua orang yang mempunyai hubungan yang erat. Kedekatan antarpribadi mengakibatkan seseorang bisa dan mampu menyatakan pendapat pendapatnya dengan bebas dan terbuka, kebebasan dan keterbukaan akan mempengaruhi pelbagai variasi pesan baik verbal maupun non verbal. Komunikasi antarpribadi dikatakan sukses kalau komunikasi itu menghasilkan sesuatu yang diharapkan, sebagaimana telah diuraikan bahwa komunikasi antarpribadi selalu melibatkan dua orang yang dengan sengaja atau tidak disengaja secara bebas bercakap-cakap. Satu ciri komunikasi antarpribadi adalah hasilnya harus nyata, nyata dalam mengubah wawasan, perasaan, maupun perilaku. Pesan komunikasi tidak selalu menggunakan kata-kata verbal, kadang-kadang menggunakan lambanglambang pesan yang disebut pesan-pesan nonverbal, misalnya dengan mengerutkan dahi lambang anda kebingungan. Fungsi lambang-lambang nonverbal itu membantu komunikator untuk menerjemahkan dan memperkaya variasi pesan agar lebih mudah dimengerti oleh komunikan. 2.2 Karakteristik komunikasi antarpribadi
Devito (1976) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung lima ciri sebagai berikut: (1) keterbukaan atau openness, (2) empati, (3) dukungan, (4) perasaan positif, (5) kesamaan.
39
Aspek keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran (Bochner & Kelly, dalam Devito, 2011:286). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik kita dan kita bertanggung jawab atasnya. Henry Backrack (dalam Devito, 2011:286) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empati ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Langkah pertama dalam mencapai empati (Devito, 20011) adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan mengkritik. Karena reaksi seperti ini seringkali menghambat pemahaman. Kedua, makin banyak mengenal keinginan, pengalaman, kemampuan ketakutan seseorang makin mampu melihat apa yang dilihat orang itu dan merasakan apa yang dirasakannya. Ketiga, coba merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.
40
Hubungan antarpribadi yang efektif (Devito, 2011) adalah hubungan dimana terdapatnya sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap mendukung dapat diperlihatkan dengan bersikap deskriptif, bukan evaluatif, spontan, bukan strategik dan provisional, bukan sangat yakin. Suasana yang deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya sikap mendukung. Menurut Toni Brougher dalam A Way with Words (dalam Devito, 2011:286), mengemukakan tiga aturan untuk komunikasi deskriptif (1) jelaskan apa yang terjadi, (2) jelaskan bagaimana perasaan anda, (3) jelaskan bagaimana hal ini terkait dengan lawan bicara. Spontanitas membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Provisionalisme seperti itulah, bukan keyakinan yang tak tergoyahkan, yang membantu menciptakan suasana mendukung (suportif). Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina
41
jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah dorongan. Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosa kata umum, yang dipandang sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan, kita nikmati dan kita banggakan. Dalam suatu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain. 2.3 Teori hubungan komunikasi antarpribadi dengan konsep diri 2.3.1 Model komunikasi intrapribadi
Berkomunikasi dengan orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada
42
kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Wndow. Dalam Johari Window diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kecerdasan tentang diri kita. Terbuka
Buta
Tersembunyi
Tidak dikenal
Model Johari Window Daerah terbuka berisikan semua informasi. perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Macam informasi yang termasuk di sini dapat beragam mulai dari nama, warna kulit, dan jenis kelamin seseorang sampai pada usia, keyakinan politik dan agama. Daerah terbuka masing-masing orang akan berbeda-beda besarnya bergantung pada dengan siapa orang ini berkomunikasi. Daerah buta berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain, tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa kebiasaan-kebiasaan kecil. Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat, bila ada daerah buta, komunikasi menjadi sulit. Daerah gelap adalah bagian dari diri
43
kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian. Daerah tertutup mengandung semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri dan tentang orang lain, tetapi kita simpan hanya untuk diri kita sendiri, ini adalah tempat kita merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Makin luas diri publik kita, makin terbuka kita kepada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Pengertian yang sama tentang lambang-lambang, persepsi yang cermat tentang petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal, pendeknya komunikasi antarpribadi yang efektif, terjadi pada daerah publik atau daerah yang terbuka. Makin baik anda mengetahui seseorang, makin akrab hubungan anda dengan dia, makin lebar daerah terbuka anda. Daerah terbuka akan memperlancar komunikasi antarpribadi, karena komunikasi antarpribadi lancar maka komunikasi dapat mempengaruhi sikap, persepsi dari lawan komunikatornya, maka dari itu, akibat dari komunikasi yang mempengaruhi dan membentuk sikap maka akan dapat mempengaruhi dan membentuk konsep dirinya. 2.3.2 Teori Hubungan komunikasi antarpribadi dengan konsep diri The self adalah diri, sedangkan self concept atau konsep diri adalah
cara kita memandang diri atau menafsirkan sendiri (Devito, 2004: 63) yang
44
terbentuk melalui tiga tahapan. Pertama, kita membayangkan atau membentuk imajinasi atas penampilan diri kita sendiri di mata orang lain. Kemudian, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita itu. Terakhir, kedua hal yang disebutkan sebelumnya membentuk konsep diri, yang pada gilirannya mempengaruhi cara pikir kita atas diri sendiri. Dari imajinasi kita itu timbul, misalnya, perasaan bangga atau malu terhadap diri sendiri (Cooley, 1902: 151-153). Konsep diri dapat berkembang dalam interaksi seseorang dengan masyarakat. Berdasarkan interaksi sosial seseorang dengan orang lain, manusia tidak terlahir membawa konsep diri, karena manusia hadir di dunia tidak memiliki pengetahuan, pengharapan dan penilaian tentang diri sendiri. Perkembangan konsep diri berawal semenjak seorang bayi secara perlahan mulai membedakan antara dirinya dan lingkungan serta keluarga yang berada di sekelilingnya pada tahun pertama kelahirannya. R.B. Burns (1979) dalam karyanya the self concept theory, measurement, development and behavior, menyatakan konsep diri timbul dari
interaksi seseorang dengan bermacam-macam group pokoknya, group ini bercirikan hubungan tatap muka (face to face association), ketetapan yang relative (relative permanence) dan keeratan hubungan dengan tingkatan yang tinggi antar sejumlah kecil anggota yang menghasilkan suatu integrasi dari individualitas dan kelompok. (R.B. Burns, 1979 :18).
45
Dimana diketahui sebelumnya bahwa hubungan tatap muka, keeratan hubungan dengan tingkatan yang tinggi antar sejumlah kecil anggota terdapat pada situasi komunikasi antarpribadi. Ciri komunikasi antarpribadi antar lain adalah adanya kontak secara spontan, yang di tandai dengan adanya hubungan tatap muka, adanya kedekatan dan keakraban dari para peserta komunikasinya. Konsep diri menurut Burns (1975) adalah “diri yang lainnya”, atau bagaimana anda berfikir sebagaimana orang lain memikirkan tentang anda. Kadar dari diri sebagaimana orang lain melihat anda dan diri sebagaimana anda meyakini anda sebagaimana adanya. Pembentukan konsep diri dan evaluasievaluasi mereka yang berhubungan dengannya berasal dari penyusunan penilaian subyektif orang tersebut yang berarti berkenaan dengan perbuatan-perbuatan dan sifat-sifatnya. Diri dan masyarakat saling merumuskan satu dengan lainnya, berlaku sebagai titik-titik referensi yang satu bagi yang lainnya, sehingga diri dan masyarakat merupakan hal yang saling berkaitan. Diri dari setiap individu berkembang sebagai hasil dari hubungannya dengan proses-proses aktivitas sosial dan pengalaman dan hubungan dengan individu lainnya di dalam proses itu. Konsep diri pada perkembangan awalnya merupakan tema sentral kajian ilmu psikologi yang cukup lama, salah seorang tokoh ilmu psikologi ternama yang telah mempelajarinya adalah William James (dalam Rakhmat, 2008:99) dalam karyanya yang monumental the Prnciple of Psycology. Ia
46
mengkategorikan konsep diri secara global dengan membedakannya antara dua aspek dasar “The I” atau diri sebagai pelaku yang sadar dan aktif, dan “The Me” yakni diri yang menjadi objek renungan. James kemudian menegaskan bahwa diri dapat diklasifikasikan kedalam empat komponen yaitu diri spiritual, diri kebendaan, diri sosial dan diri badaniah. Dalam perkembangan selanjutnya pengkajian tentang konsep diri juga menjadi objek studi dalam teori sosiologi yang meneliti tentang hubungan individu dengan masyarakat. Menurut pendekatan ini tidak ada tempat lain untuk perkembangan konsep diri kecuali dalam interaksi seseorang dengan masyarakat. Berdasarkan interaksi sosial seseorang dengan orang lain, manusia tidak terlahir membawa konsep diri, karena manusia hadir di dunia tidak memiliki pengetahuan, pengaharapan dan penilaian tentang diri sendiri. Perkembangan konsep diri berawal semenjak seorang bayi secara perlahan mulai membedakan antara dirinya dan lingkungan serta keluarga yang berada di sekelilingnya pada tahun pertama kelahirannya. Saat usia bayi menginjak enam atau tujuh bulan, seorang bayi mulai mengenal perbedaan antara dirinya dan lingkungannya. Pada usia sangat dini ini konsep diri, sebagaimana dikatakan oleh Giudano (1987) dan Harter (1983), terutama diwarnai dengan temuan-temuan bayi tentang fisiknya dan temuantemuannya tentang orang lain. Selanjutnya kemajuan yang paling besar dalam
47
perkembangan konsep diri terjadi pada saat bayi menggunakan bahasa, khususnya ketika ia belajar berfikir dengan menggunakan kata-kata dan mulai melihat adanya hubungan antara benda-benda untuk membuat generalisasi tentang diri sendiri, seperti, “aku dapat berpakaian sendiri,” dsb. (James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella, dalam Burns, 1993:214). Menurut Wiley (dalam Burns, 1993:203) sampai tahap tertentu bayi belajar mengembangkan konsep dirinya dari dirinya sendiri, kemudian sumber pokok informasi bagi bayi dalam mengembangkan konsep dirinya adalah interaksinya dengan orang lain. Ilmuwan pertama yang mengatakan bahwa konsep diri berkembang melalui interaksi sosial adalah sosiolog terkenal Charles Horton Cooley (dalam Burns, 1993:17), tokoh sosiologi ini memperkenalkan teori “looking glass self” (diri cermin) dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang sangat dipengaruhi dengan keyakinannya tentang bagaimana orang-orang berpendapat mengenai dirinya. Jadi menurut Cooley orang menggunakan orang lain sebagai cermin untuk menunjukkan jati dirinya dengan membayangkan bagaimana pandangan dan penilaian orang lain terhadapnya. George
Herbert
Mead
(dalam
Burns,
1993:18)
kemudian
mengembangkan pendapat Cooley yang melihat masyarakat sebagai tempat perkembangan konsep diri seseorang dengan mengatakan bahwa diri
48
berkembang dalam dua tahap: pertama, tahap internalisasi sikap orang lain kedalam diri sendiri; kedua, internalisasi norma masyarakat ke dalam diri sendiri. Mead menyebut orang-orang yang berpengaruh dalam pembentukan diri seseorang sebagai, significant others yang berarti orang lain yang sangat penting. Saat seseorang masih kecil, mereka yang termasuk dalam significant others adalah orang tua dan saudara-saudara yang bertempat tinggal satu rumah, kemudian dalam perkembangannya mencakup semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan seseorang, seperti guru dan teman sebaya. Berdasarkan interaksi dengan merekalah seseorang membuat penilaian tentang dirinya dan menurut Mead pandangan diri seseorang tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri disebut generalized others. Jadi dalam hal ini seseorang memandang dirinya seperti orang lain memandangnya, berarti ia menempatkan dirinya sebagai orang lain dalam menilai dirinya sendiri. (dalam Rakhmat, 1994: 103) Pembentukan konsep diri yang dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain juga terdapat pada teori perbandingan sosial, dimana teori membandingkan apa yang kita lakukan dengan orang lain, terutama yang berada dalam kelompok yang sama (Devito, 2004:63). Sehubungan dengan ini, Mead (dalam Rakhmat, 2001) menyebutkan bahwa tiap individu akan melihat konteks kelompok sosial dalam mana dirinya berada, atau dikenal juga dengan istilah
49
reference group. Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu. Ada
kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita (Rakhmat, 2008:104). Teori-teori tentang konsep diri menekankan pada interaksi dengan orang lain sebagai sumber feedback informasi yang membentuk pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri. 2.4 Tinjauan tentang konsep diri 2.4.1 Definisi konsep diri
Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
50
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap
kualitas
kemampuan
yang
dimiliki
mengakibatkan
individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orangorang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
51
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang
konsep
diri
sebagai
gambaran
yang dimiliki
orang tentang
dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (dalam Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang
52
meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.
1
Konsep
diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya. Secara singkat konsep diri didefinisikan oleh Ronald B. Adler, Lawrence B. Rosenfeld dan Neil Towne (1986) dalam buku karya mereka, Interplay The Process of Interpersonal Communication, sebagai “a relatively stable set of perception you hold of your self”. Jadi konsep diri merupakan
sekumpulan persepsi diri seseorang tentang dirinya yang relative stabil. Definisi menurut William D. Brooks merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita mengenai diri kita sendiri. jadi, konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan kita rasakan tentang diri kita sendiri. Karena
1
Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm 17/6/2011 pkl. 19.00
53
itu Anita Taylor mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”.
Dengan demikian konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif saja, melainkan mencakup juga penilaian (evaluasi), maka dalam konsep diri terdapat dua komponen yaitu : komponen kognitif disebut citra diri (self image) dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem), masing-masing berkenaan dengan psikis, fisik dan sosial kemasyarakatan. Pandangan atau perasaan terhadap self image atau self esteem itu dapat berupa persepsi fisik, sosial atau psikologis. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh William D. Brooks, “those physical, social and psychological perceptions of our selves that we have drived from experience and our interaction with others.” (dalam Rakhmat, 2008:99). Banyak cara yang digunakan seseorang
dalam menggambarkan siapa dirinya, seperti apa yang menjelaskan apa pekerjaannya, agamanya, usianya dll. Untuk itu dalam mendefinisikan siapa diri seseorang, dibutuhkan beberapa konteks acuan yang menjelaskan siapa dirinya, sehingga dengan demikian akan diperoleh gambaran yang menyeluruh. 2.4.2 faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Menurut filsuf Gabriel Marcel, kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai diri saya, akan membentuk konsep diri kita. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang
54
sama terhadap diri kita, ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita. George Herbert Mead (dalam Rakhmat, 2008:100) menyebut mereka significant others, orang lain yang sangat penting. Significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan
kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional. Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut generalized others. konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead. memandang diri kita seperti orang-orang lain memandangnya, berarti mencoba menempatkan diri kita sebagai orang lain. juga ada yang disebut reference group (kelompok rujukan), setiap kelompok mempunyai norma-norma
tertentu. ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan
perilakunya
dan
menyesuaikan
dirinya
dengan
ciri-ciri
kelompoknya. Gibb (dalam Burns, 1993:301) meringkaskan studi - studi kelompok yang berhubungan dengan persepsi diri dan evaluasi diri dan menyimpulkan bahwa orang-orang memperlihatkan suatu peningkatan di dalam evaluasi diri mereka sebagai hasil dari pertisipasi dalam kelompok kelompok. Kaye (dalam Burns, 1993:301) juga memperlihatkan perubahan-perubahan yang positif di dalam konsep diri sebagai hasil dari interaksi kelompok. Perubahan dalam
55
penilaian diri dimanifestasikan dalam arah-arah yang diperkirakan sebagai hasil dari persetujuan atau ketidaksetujuan. Dalam sebuah studi (Haas dan Maehr, dalam Burns, 1993:308) perubahan-perubahan yang didorongkan seperti ini dalam konsepsi diri tidak hanya dapat diukur tetapi juga masih bertahan 6 minggu kemudian dengan perubahan-perubahan yang berlangsung lebih lama atau yang lebih singkat yang merefleksikan jumlah perlakuan persetujuan atau ketidaksetujuan yang lebih besar. Salah satu karakteristik yang mempengaruhi konsepsi diri adalah komunikasi pribadi (Gergen, dalam Burns, 1993:308). Dalam komunikasi pribadi komunikator terlihat tulus, mempunyai perhatian dan tertarik kepada subyeknya. Komunikasi yang bersifat tidak pribadi diabaikan karena kelihatannya tidak tulus, tidak pribadi sifatnya dan mungkin saja didorong oleh alasan alasan yang tersembunyi. Kekuatan dari penilaian dari orang lain untuk mengakibatkan perubahan dalam konsep diri si penerima di dalam arah yang positif mungkin akan sangat berpotensi ketika evaluatornya adalah bersifat pribadi dalam pendekatannya, dapat dipercayai, konsisten di dalam evaluasinya, memberikan evaluasi dengan sering dan mengindikasikan hal-hal positif. 2.4.3 Konsep diri yang positif
Konsep diri seseorang dapat bergerak di dalam kesatuan dari positif ke negatif (Burns, 1979). Hal ini berkaitan langsung dengan respon lingkungan
56
sosial individu, terutama orang-orang penting terdekatnya terhadap diri individu. Respon di sini adalah persepsi orang tua atau orang-orang terdekat dalam memandang diri seseorang. Jika seorang anak memperoleh perlakuan yang positif, maka ia akan mengembangkan konsep diri yang positif pula. Individu juga tidak akan ragu untuk dapat membuka diri dan menerima masukan dari luar sehingga konsep dirinya menjadi lebih dekat dengan kenyataan. Suatu konsep diri yang positif sama dengan penghargaan diri dan penerimaan
diri
yang
positif
Coopersmith
(dalam
Burns,
1993:209)
mengemukakan karakteristik remaja dengan konsep diri positif mampu mengaktualisasikan potensinya, dan mampu menyelaraskan diri dengan lingkungannya. Pendapat-pendapat tersebut sejalan dengan ungkapan Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 1996) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, serta mampu memperbaiki diri dengan mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha merubahnya.
57
Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif akan menyukai dirinya sendiri dan cukup mampu menghadapi dunia. Ia mampu mencapai prestasi tinggi dan menjalini kehidupan secara efektif, baik untuk keberadaan dirinya maupun orang-orang lain disekitarnya. Sedangkan untuk konsep diri yang negatif, Coopersith (dalam Burns, 1993:209) mengemukakan beberapa karakteristik, yaitu mempunyai perasaan tidak aman, kurang menerima dirinya sendiri, dan biasanya memiliki harga diri yang rendah. Fitts (1971) menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri rendah adalah tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya, sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah terpengaruh oleh bujukan dari luar, tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat membantu menjaga tingkat harga dirinya, mempunyai banyak persepsi diri yang saling berkonflik, merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul, mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami pengalaman negatif dan tidak dapat manfaat dari pengalaman tersebut. Konsep diri akan turun ke negatif apabila seseorang tidak dapat melaksanakan perkembangannya dengan baik. Bisa dikatakan bahwa konsep diri, baik positif maupun negatif, sangat penting untuk mengarahkan perilaku individu, karena setiap kali orang hendak bertingkah laku, sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya (dalam Rakhmat, 1996). Hal sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rogers seperti yang dikutip oleh
58
Sarason (1972) bahwa perilaku individu lebih dipengaruhi oleh dunia subyektifnya daripada stimulus lingkungan di luar dirinya. Konsep diri merupakan faktor yang penting dalam berinteraksi. Hal ini disebabkan individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep dirinya. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah lebih mampu menyadari setiap dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan. Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif. Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri kita, positif atau negatif. Orang yang memiliki konsep diri positif menurut William D. Brooks dan Phillip Emmert (dalam Rakhmat, 2008:105) ditandai dengan lima hal :
59
1. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan objektif yang dihadapi. 2. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Orang yang memiliki konsep diri yang negatif (Rakhmat, 2008) akan responsif sekali terhadap pujian, walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Untuk orang-orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. 4. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya sama. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, mereka pun bersikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apa pun
60
dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Dari konsep diri positiflah lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat, dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita dengan cermat pula. komunikan yang berkonsep diri positif adalah orang yang menurut istilah Sidney M. Jourard “tembus pandang”. 2.5 Kaitan komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
Komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar dan dapat menjalin hubungan yang lebih bermakna. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa melepaskan ketegangan, memperoleh hiburan dan menghibur orang lain. Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan untuk mengubah nilai-nilai dan sikap seseorang. Singkatnya komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam kegunaan. Dalam kaitannya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, komunikasi antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang. Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan
61
akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain melalui proses komunikasi. Menurut Anita Taylor (dalam Rakhmat, 2008:109) Komunikasi antarpribadi dapat mempengaruhi konsep diri seseorang begitupun sebaliknya konsep diri dapat mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Diri pribadi adalah suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan sendiri sebagai manusia ini, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri yang kemudian kita sebut sebagai konsep diri. Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini
62
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. Selain itu konsep diri juga akan dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor (kejadian atau situasi yang dapat menimbulkan stress) yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
63
BAB III
OBJEK PENELITIAN
3.1
Flowers City Casuals 3.1.1
Sejarah dan Perkembangan Suporter Casuals
Sebelum kita membahas apa itu Flowers City Casuals, ada baiknya kita mengetahui dulu apa itu budaya Casuals. Casuals merupakan salah satu bagian dari budaya didalam sepak bola, yang identik dengan hooligansime dan pakaian-pakaian mahal bermerek. Sub kultur ini lahir pada akhir dekade 70-an, di Britania Raya, dimana ketika itu banyak para hooligan klub-klub sepak bola, mulai mengenakan pakaian-pakaian mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak lagi mengenakan atribut-atribut beraroma logologo klub kesayangan, agar tidak dikenali, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok musuh dan untuk masuk ke dalam pub. Sejak pertengahan dekade 50-an, para pendukung sepak bola di Inggris sudah mulai terpengaruh dengan gaya berpakaian Teddy Boys, yang tumbuh pada masa itu. Asal-usul budaya Casuals sendiri dapat dilihat dalam sub kultur Mod pada awal 60-an. Para pemuda pengikut sub kultur Mod, mulai membawa gaya berpakaiannya ke dalam teras sepak bola. Kemudian
64
pengikut - pengikut sub kultur lain seperti Skinhead juga membawa gaya berpakaiannya ke dalam teras sepak bola. Ditandai dengan kebangkitan sub kultur Mod pada akhir 70-an, Casuals mulai tumbuh dan berubah setelah pendukung Liverpool, memperkenalkan merek-merek fashion Eropa yang mereka peroleh saat menemani klub kesayangan mereka melawan klub Perancis, Saint Etienne. Para pendukung Liverpool yang menemani klub kesayangan mereka menjalani laga melawan klub-klub Eropa, pulang ke Inggris dengan membawa pakaian-pakaian bermerek dari Italia dan Perancis, yang mereka jarah dari toko-toko. Pada saat itu, para polisi masih fokus para pendukung yang bergaya Skinhead, dengan sepatu bot khasnya, Dr. Martens, dan tidak memperhatikan
para penggemar yang menggunakan pakaian-pakaian mahal karya desainerdesainer ternama. Para pendukung Liverpool kemudian membawa lagi merekmerek pakaian yang tidak pernah dijumpai sebelumnya di Inggris. Dan para pendukung klub-klub lain pun mulai memburu merek-merek Eropa yang masih langka di Inggris. Adapun para pendukung Liverpool masih identik dengan Lacoste Shirt dan Adidas Training hingga saat ini. Label pakaian yang terkait dengan Casuals pada tahun 1980 meliputi: Edinburgh Woollen Mill, Fruit of the Loom, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas,
65
CP Company, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle, Burberry dan Slazenger. Trend berpakaian terus berubah dan subkultur Casuals mencapai puncaknya pada akhir 1980-an, dengan lahirnya scene musik Acid House, Rave and Madchester. Dan kekerasan dalam sub kultur Casuals memudar hingga batas tertentu. Pertengahan 1990-an, sub kultur Casuals mengalami kebangkitan besar, tetapi penekanan pada gaya telah sedikit berubah. Banyak para penggemar sepak bola mengadopsi Casuals tampak sebagai semacam seragam, mengidentifikasi bahwa mereka berbeda dari pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry dan CP Company terlihat di hampir setiap klub, serta merek-merek klasik favorit seperti Lacoste, Paul & Shark dan Pharabouth. Jenis-jenis musik yang disukai oleh para Casuals pada akhir dekade 70-an adalah Oi!, Mod, dan Ska. Tak heran, karena beberapa Casuals itu merupakan pengikut dari sub kultur skinhead, mod, dan rude boy. Pada era 80an, selera musik Casuals bersifat eklektik alias campur-campur. Akhir dekade 80-an dan 90-an awal, mereka cenderung menyukai scene Madchester (co: OASIS), dan Rave. Di era 90-an saat sub kultur alternatif baru yang bernama Britpop, yang digunakan untuk melawan arus Grunge, para Casuals ini pun
menjadi penggemar Britpop.
66
Terdapat pengaruh kuat dari budaya Rave terhadap Casuals, Rave sendiri cenderung menyerukan perdamaian, sehingga banyak dari Casuals ini yang mengenakan pakaian-pakaian khas mereka, namun justru menjauhkan diri dari tindak hooliganisme. Kadang-kadang banyak band-band yang bergaya Casuals saat dipanggung dan dalam sesi pemotretan, seperti yang dilakukan
Damon Albarn dan kawan-kawan di BLUR dalam video “Parklife”. Sejak itu Brutal pop khas BLUR (kadang disebut juga indie rock) telah menjadi jenis
musik yang paling disukai oleh Casuals. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek-merek yang dianggap seragam Casuals, karena polisi mulai memerhatikan tindak tanduk Casuals. Selain itu beberapa desainer juga menarik produk-produk mereka setelah tahu bahwa produk-produk mereka dipakai oleh Casuals. Meskipun beberapa Casuals terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, banyak dari mereka yang telah mencopot logo kompas Stone Island sehingga merek pakaian mereka menjadi tidak ketahuan. Namun, dengan dua tombol masih menempel, orang yang tahu masih bisa mengenali pakaian Casuals lainnya. Pada akhir 90-an itu beberapa pasukan polisi mencoba untuk menghubungkan logo kompas Stone Island dengan neo-Nazi versi dari salib Celtic.
67
Label pakaian baru mulai memperoleh popularitas di antara Casuals. Seperti halnya produk-produk pakaian dari merek-merek ternama yang laku dipasaran, barang palsu yang murah juga mudah didapat. Prada, Façonnable, Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina Duck, 6.876, dan Dupe telah mulai mendapatkan popularitas luas. Casuals fashion telah mengalami peningkatan popularitas di tahun
2000-an, setelah beberapa band-band Inggris seperti The Streets dan The Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual olahraga dalam video musik mereka. Budaya Casuals pun telah diangkat ke dalam media visual seperti film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, The Real Football Factory dan Green Street Hooligans 1 & 2. Tahun 2000-an, label pakaian yang terkait dengan pakaian Casuals termasuk: Stone Island, Adidas Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Three stroke, Lambretta, Pharabouth dan Lacoste. Namun menjelang akhir dekade 2000-an banyak Casuals yang menggunakan label-label independen seperti Albam, YMC, APC, Folk, Nudie Jeans, Edwin, Garbstore, Engineered Garments, Wood Wood dan Superga. Namun merek besar seperti Lacoste, Ralph Lauren dan CP Company masih popular di kalangan Casuals. Sejak itu, produk fashion dari desainer terkemuka di Inggris seperti Burberry, Stone Island, CP Company, Sergio Tacchini, Fila, Trainers Adidas
68
Originals, Ellesse, Scott & Lyle menjadi pilihan alternatif pengganti jersey dan merchandise klub yang dinilai terlalu berbahaya untuk dipakai, disamping itu infiltrasi ke kelompok saingan pun semakin mudah dilakukan. 3.1.2. Profil Flowers City Casuals
Flowers City Casuals yang biasa disingkat menjadi FCC, yang maknanya kurang lebih sebagai Casuals dari Kota Bandung. Flowers City Casuals pertama kali didirikan pada tanggal 15 Mei tahun 2005 oleh Rizki Ardi Maulana dan sekumpulan anak muda lainnya yang memiliki kesukaan akan budaya Inggris, hobi bergaya dengan brand Eropa dan kecintaan pada Persib Bandung. Yang menjadi dasar didirikannya Flowers City Casuals adalah adanya wadah di Kota Bandung untuk menyalurkan hobi dan minat terhadap budaya Casuals dan Persib Bandung, juga sudah jenuhnya melihat perkembangan suporter sepakbola Persib Bandung yang selalu dipandang masyarakat sebagai biang rusuh dan onar bila Persib Bandung bermain, baik sebelum pertandingan maupun sesudah pertandingan berlangsung. Berbeda dengan grup atau komunitas penggemar Persib Bandung lainnya, Flowers City Casuals tidak memiliki struktur organisasi dan keanggotaan formal, namun tetap ada yang mengkoordinir kegiatan kegiatan Flowers City Casuals. Setelah 5 tahun berlalu, Flowers City Casuals masih tetap eksis hingga saat ini dan semakin berkembang dari sebelumnya, hal tersebut dapat terlihat
69
dari makin banyaknya jumlah orang yang bergabung bersama Flowers City Casuals di setiap pertandingan Persib Bandung, dan juga di waktu berkumpul di luar hari pertandingan untuk acara nonton bareng English Premier League atau pertandingan sepakbola lainnya. Berawal dari kurang lebih 20 orang pada saat didirikan, sekarang jumlah anggota Flowers City Casuals mencapai lebih dari 350 orang. Anggota Flowers City Casuals terdiri dari beragam profesi, ada yang masih berstatus pelajar, mahasiswa, pegawai swasta, dan juga wiraswasta. Flowers City Casuals selalu berada di tribun sisi utara stadion di setiap laga kandang Persib Bandung, jangan berharap mendapatkan koreografi yang indah disini seperti kebanyakan grup pendukung Persib Bandung lainnya, mungkin hanya caci-maki terhadap klub lawan yang akan didapatkan. Terdapat hal-hal yang sangat dibenci oleh Flowers City Casuals di stadion, yaitu memakai jersey atau merchandise klub sepakbola yang tidak ada hubungannya dengan pertandingan saat itu, apalagi ditambah dengan tidak menggunakan alas kaki karena kami menganggap setiap laga Persib adalah seremonial suci yang harus sangat dihargai, dan menyanyikan lagu persahabatan antara dua grup pendukung sepakbola dengan embel-embel “Satu Hati”.
70
Diluar tribun, Flowers City Casuals bisa ditemui pada waktu-waktu tertentu, seringkali pada laga bigmatch English Premier League berlangsung, di kedai seputaran kota Bandung yang menjual bir dengan harga yang tidak terlalu mahal dan menyiarkan pertandingan langsung English Premier League, namun bukan berarti semua anggota dari Flowers City Casuals adalah
peminum bir, bahkan beberapa diantara anggota Flowers City Casuals adalah penganut taat paham Straight Edge. Bila tidak ada hari pertandingan Persib Bandung, satu (1 minggu sekali Flowers City Casuals rutin berkumpul untuk mempererat hubungan antar pribadi anggota anggota Flowers City Casuals. Hal yang menjadi bahasan atau topik dalam pertemuan tersebut adalah perkembangan Persib Bandung, persiapan keberangkatan untuk mendukung Persib Bandung di pertandingan selanjutnya baik kandang maupun tandang, perkembangan sepakbola nasional dan Liga Liga Eropa, dan juga mengenai informasi perkembangan fashion pendukung Casuals. Siapapun bisa menjadi bagian Flowers City Casuals, tentunya mencintai Persib Bandung dan kultur Casuals. Bersikap Casuals dan bergabung bersama kami disini, di tribun utara. Pada Flowers City Casuals tidak diberlakukan keanggotaan, siapa pun dapat bergabung dengan syarat memiliki ideologi dan minat yang sama. Namun walaupun tidak diberlakukan sistem keanggotaan, Flowers City Casuals tetap mempunyai orang yang
71
dijadikan ketua atau koordinator. Anggota yang lain memegang peranan sebagai dokumentasi, seksi ticketing, dan sebagainya. Walaupun Flowers City Casuals tidak ada sistem keanggotaan secara formal, namun kelompok ini sangat terorganisir dengan baik, selalu menjaga jaringan komunikasi, sehingga pada saat mereka datang ke stadion untuk menonton tim Persib bertanding, terhindar dari kerusuhan, dan menimalisir kerusuhan yang diakibatkan oleh ulah mereka. Ketua selalu memberikan arahan kepada anggota yang lain agar selalu menjaga sikap, selalu bersikap positif, dan tidak melakukan tindak anarkis atau kriminalitas. 3.2 Komunikasi Antarpribadi Flowers City Casuals
Flowers City Casuals mengadakan pertemuan dengan para anggotanya, sekali dalam seminggu, yaitu setiap hari jumat. Hal ini dilakukan agar setiap anggota saling mengenal, saling dekat dan membuat hubungan yang erat, sehingga komunikasi yang terjadi diantara anggota Flowers City Casuals semakin lebih akrab dan bermakna. Interaksi yang dilakukan oleh Flowers City Casuals bersifat langsung, spontan, tatap muka, kerap kali berbalas balasan. Hal-hal yang dikomunikasikan disini tidak jauh mengenai tim sepakbola yang mereka dukung yaitu Persib, Bandung, dan budaya Casuals. Mereka membicarakan jadwal pertandingan Persib, hal-hal apa saj a yang harus dipersiapkan untuk datang ke stadion dalam mendukung tim kesayangannya, seperti spanduk, banner, flare, dan tiket. Para anggota Flowers City
72
Casuals berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat kerusuhan di dalam stadion, baik itu mengganggu jalannya pertandingan atau bergesekan dengan tim suporter yang lain. Mereka saling memberi arahan dan peringatan kepada anggota yang lain agar tidak memancing dan membuat kerusuhan. Mereka menyadari betul, bahwa hal tersebut akan merugikan tim sepakbola yang mereka dukung. Pembicaraan mengenai budaya Casuals berada sekitar fashion dan merek yang menjadi ciri khas para Casuals. Kebutuhan akan informasi mengenai merek fashion yang menjadi ciri khas Casuals karena para Casuals pada saat datang ke stadion untuk mendukung tim kesayangannya tidak menggunakan baju yang memasang atau berdesain tim sepakbola tersebut. Para Casuals tidak pernah menggunakan atribut dari tim sepakbola tersebut pada saat datang ke stadion, hal itu merupakan ciri khas para Casuals. Komunikasi yang berlangsung selama ini di Flowers City Casuals berlangsung dalam 2 bentuk, yaitu komunikasi formal dan non formal. Komunikasi formal yaitu setiap jumat malam ketika para anggota Flowers City Casuals berkumpul untuk membahas suatu masalah yang sedang ramai dibicarakan mengenai Flowers City Casuals, baik itu masalah internal maupun eksternal. Setelah memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dimaksud dan memberikan pandangan terhadap masalah tersebut, Ketua Flowers City Casuals pun memberikan kesempatan kepada anggota Flowers City Casuals yang lain untuk memberikan ide,
73
pendapat, solusi, atau pun penilaian terhadap masalah tersebut, sehingga permasalahan tersebut cepat selesai. Komunikasi formal yang lain adalah ketika malam sebelum pertandingan Persib Bandung. Ketua Flowers City Casuals memberikan arahan serta evaluasi pada pertandingan-pertandingan sebelumnya, dan juga mengecek setiap persiapan seluruh perlengkapan yang dipergunakan untuk mendukung Persib Bandung agar Flowers City Casuals total dalam memberikan support kepada tim Persib Bandung. Tidak lupa Ketua Flowers City Casuals kepada anggota yang lainnya untuk selalu saling mengingatkan agar menjaga sikap dan attitude baik di dalam maupun di luar stadion ketika mendukung Persib Bandung agar menumbuhkan citra positif terhadap suporter Persib Bandung pada umumnya, dan juga agar tidak terjadi gesekan dengan kelompok suporter pendukung Persib Bandung lainnya, serta demi keamanan seluruh anggota Flowers City Casuals tentunya. Hal ini disebabkan karena Flowers City Casuals berpandangan bahwa sesama suporter Persib Bandung meskipun berbeda bendera atau grup pantang untuk bermusuhan dan keberadaan Flowers City Casuals dapat memberi warna lain terhadap suporter Persib Bandung secara keseluruhan. Komunikasi non formal yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals adalah tidak jauh dari topik mengenai barang barang pendukung Casuals seperti baju, celana, jaket,sepatu dan barang lainnya. Dan juga membicarakan perkembangan sepakbola terkini mengenai klub sepakbola dan suporter baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Setiap anggota secara pribadi mencari informasi terbaru mengenai
74
perkembangan sepakbola dan juga barang barang pendukung Casuals untuk kemudian bertukar informasi dan dibahas bila bertemu anggota Flowers City Casuals lainnya pada jumat malam. Hal yang dibicarakan mengenai merek dari barang tersebut, tahun pembuatan, model atau seri, dan juga dimana tempat mendapatkan barang tersebut. Makin lama tahun pembuatan maka barang barang Casuals tersebut lebih tinggi prestigenya dibandingkan dengan yang lebih baru. 3.3 Aktivitas yang dilakukan Flowers City Casuals
Aktivitas yang dilakukan Flowers City Casuals antara lain mengadakan nonton bareng pertandingan sepakbola baik dalam negeri maupun luar negeri yang terbuka untuk umum, berburu barang barang Casuals bersama, olahraga juga mengadakan awaydays bila Persib Bandung menghadapai pertandingan tandang. Aktivitas Flowers City Casuals yang berguna bagi masyarakat khususnya bagi kalangan atau kelompok suporter lainnya adalah kampanye anti rasisme dan fasisme di sepakbola. Flowers City Casuals selalu membawa pesan dan mengingatkan kepada kelompok suporter lainnya agar tidak melakukan tindakan tindakan rasis dan fasis terhadap tim lawan Persib Bandung dan suporternya. Flowers City Casuals ingin mengedukasi bahwa sepakbola harus jauh dari hal hal tersebut, meskipun tidak jarang kerap terjadi kesalahpahaman yang berujung gesekan dengan kelompok suporter Persib Bandung lain mengenai hal tersebut. Namun hal itu tidak menjadi halangan
75
Flowers City Casuals untuk selalu mengampanyekan anti fasisme dan rasisme di kalangan supporter Persib Bandung pada setiap pertandingan Persib Bandung. Kampanye yang dilakukan Flowers City Casuals adalah membuat suatu spanduk dan memberikan news letters pada tiap bagian tribun di stadion, untuk masyarakat umumnya kampanye ini dilakukan pada saat Flowers City Casuals mengadakan nonton bersama pertandingan persib Bandung dengan selalu memberikan pesan dan membuat logo, simbol dan banner yang bertuliskan anti rasisme dan fasisme sepakbola. Hal yang dilakukan Flowers City Casuals dalam mengedukasi masyarakat sekitar khususnya pecinta sepakbola untuk tidak melakukan rasisme berbeda dengan suporter lainnya, edukasi dilakukan dengan cara yang santai, lebih bersifat pribadi dan akrab namun tidak mengindahkan tujuan utamanya. 3.4 Susunan Pengurus Flowers City Casuals
a) Ketua (Pendiri)
: Rizki Ardi Maulana
b) Koor. Divisi Ticketing : Erdi “Ceper” Herdiawan c) Koor. Divisi Banner
: Anton “Puddle” Frantic
d) Koor. Divisi Dokumentasi : Rangga Fajar e) Koor. Divisi Olahraga : Ari Wicaksana f) Koor. Divisi Web+Online Media : Yafet Santo Nugroho g) Koor. Divisi Peralatan Pendukung: Boni 3.5 Data Observasi Penelitian
76
a) Pertemuan Pertama (tanggal 13 Mei 2011): Pada pukul 20.30 WIB, peneliti bertemu dengan Ketua Flowers City Casuals (FCC) sebagai permulaan pemenuhan data penelitian. Setelah berkenalan dengan Ketua Flowers City Casuals, Rizki Ardi Maulana, dan anggota lainnya, peneliti mengutarakan niat untuk meneliti segala hal mengenai Flowers City Casuals dan suporter Casuals di Kota Bandung pada umumnya. b) Pertemuan Kedua (Tanggal 20 Mei 2011): Pada pukul 20.00 WIB, peneliti bertemu kembali dengan Ketua Flowers City Casuals untuk meneliti lebih dalam mengenai Flowers City Casuals. Apa yang menjadi passion dari Flowers City Casuals, sejarah Flowers City Casuals, kegiatan yang dilakukan, dan segala hal yang berkaitan dengan Flowers City Casuals yang dirasa perlu untuk memenuhi data penelitian. c) Pertemuan Ketiga (Tanggal 3 Juni 2011) Pada pukul 20.30 WIB peneliti datang ke acara kumpul rutin Flowers City Casuals untuk menyebar angket kuesioner yang harus diisi oleh anggota Flowers City Casuals.
77
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan data dan menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti. Pada bab ini peneliti berusaha akan memberikan gambaran dari apa yang telah di jabarkan pada bab-bab sebelumnya, serta menghubungkannya dengan hasil pengumpulan angket yang meliputi daftar pertanyaan disertai beberapa alternatif jawaban. Responden diperbolehkan memilih jawaban yang dianggap benar dan mewakili apa yang responden rasakan. Dalam bab ini juga mengungkapkan bahwa adakah hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Agar penelitian ini sistematis maka peneliti mengelompokkan menjadi beberapa sub, yaitu : 1. Analisis deskriptif data responden 2. Analisis deskriptif data penelitian 3. Analisis pengujian hipotesis 4. Hasil uji validitas dan reliabilitas
78
5. Pembahasan 4.1 Analisis deskriptif data responden
Responden dalam penelitian ini adalah anggota Flowers City Casuals yang berjumlah 36 orang. Sebelum menganalisis jawaban - jawaban responden dalam angket penelitian, terlebih dahulu akan dikemukakan identitas responden yang berkisar tentang identitas pribadi responden yang meliputi usia dan pekerjaan responden. Data berikut adalah data yang menunjukkan usia responden yang menjadi anggota Flowers City Casuals Tabel 4.1 Usia No
Usia
Satuan
Persentase
1
16-20 tahun
11
29,7%
2
21-24 tahun
17
45,9%
3
25-30 tahun
9
24,3%
Jumlah
36
100%
Sumber: angket penelitian n= 36
79
Berdasarkan tabel diatas, usia responden yang menjadi anggota Flowers City Casuals rata – rata berkisar antara 21–24 tahun dengan presentase 45,9% atau sebanyak 17 orang. Pada tabel diatas terlihat perbedaan usia anggota Flowers City Casuals tidak terlalu jauh, terlihat dari responden yang berusia 16-20 tahun berjumlah 11 orang atau 29,7% dari jumlah responden, dan yang berumur 25-30 tahun berjumlah 9 orang atau 24,3%. Berdasarkan hasil angket penelitian, rata – rata responden berumur 21 – 24 tahun. Berikut ini adalah data responden anggota Flowers City Casuals mengenai pekerjaannya : Tabel 4.2 Pekerjaan No
Pekerjaan
Satuan
Persentase
1
Pelajar
6
16,7%
2
Mahasiswa
19
52,8%
3
Pekerja swasta
9
25%
4
Pegawai negeri
-
-
5
Wiraswasta
2
5,6%
80
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data pada tabel mengenai pekerjaan responden dapat diketahui bahwa rata-rata responden berprofesi sebagai mahasiswa, hal ini terlihat pada hasil perhitungan angket sebanyak 52,8% atau sebanyak 19 orang dari 36 orang responden. Responden lain yang berprofesi sebagai pelajar hanya 16,7% atau 6 orang dan pekerja swasta sebanyak 25% atau sebanyak 9 orang. Menurut pengamatan peneliti, bahwa anggota Flowers City Casuals ini lebih didominasi oleh mahasiswa, karena mahasiswa mempunyai idealisme yang tinggi mengenai sesuatu hal,termasuk urusan sepakbola, terlebih sebagai suporter. Sebagai anggota Flowers City Casuals yang mempunyai idealisme berbeda dengan suporter yang lain, mahasiswa lebih memiliki agresifitas yang tinggi dibanding yang lain. 4.2 Analisis deskriptif data penelitian
Setelah memaparkan mengenai identitas responden, selanjutnya akan dijelaskan mengenai data deskriptif penelitian, hasil dan jawaban responden dalam mengisi angket yang telah disebarkan oleh penulis. Data penelitian ini terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu variabel x adalah karakteristik komunikasi antarpribadi dengan variabel y adalah konsep diri anggota Flowers City Casuals.
81
Berikut ini adalah data tabel mengenai keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan respon secara spontan kepada orang yang diajaknya interaksi:
Tabel 4.3 Terbuka kepada siapa pun No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
7
19,4%
2
Setuju
13
36,1%
3
Tidak terlalu
15
41,7%
4
Tidak setuju
-
-
5
Sangat tidak setuju
1
2,8%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
82
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat keterbukaan dalam berkomunikasi sesama anggota Flowers City Casuals rata-rata terbuka, namun terdapat ketidakpastian dalam keterbukaannya, tidak semua mau terbuka secara terangterangan kepada orang yang diajaknya interaksi. Hal ini terlihat pada responden yang menjawab tidak terlalu terbuka kepada siapa pun sebanyak 41,7% atau sebanyak 15 orang dari 36 responden. Responden yang menjawab sangat tidak setuju dalam hal ter buka kepada siapa pun hanya 2,8% atau hanya 1 orang, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab sangat tidak setuju dengan keterbukaan dalam berkomunikasi kepada siapa pun orang yang diajaknya interaksi merupakan responden yang tertutup dan merupakan anggota baru dalam Flowers City Casuals, dan usia responden masih pelajar atau berada disekitaran umur 16-20 tahun. Dalam hal ini responden masih memiliki ego yang sangat besar. Namun responden yang menjawab setuju dalam hal ini terbuka kepada siapa pun sebanyak 36,1% atau sebanyak 13 orang dari 36 responden, dan responden yang sangat setuju dalam hal terbuka kepada siapa pun sebanyak 19,4% atau sebanyak 7 orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas anggota Flowers City Casuals terbuka dalam berkomunikasi kepada sesama anggota Flowers City Casuals. Ketika membahas suatu hal yang lebih pribadi, seperti bila anggota Flowers City Casuals mengalami permasalahan ketika menonton Persib Bandung di stadion dikarenakan satu atau lain hal dengan sesama anggota Flowers City Casuals lainnya, maka anggota tersebut berani untuk mengemukan permasalahan tersebut pada
83
pertemuan rutin jumat malam, namun anggota yang melakukan keterbukaan seperti ini belum semua, karena terdapat satu orang yang sangat tidak setuju untuk terbuka kepada siapa pun, hal ini dapat terjadi karena satu orang tersebut merupakan orang yang tertutup dan tidak mempunyai kesadaran diri yang tinggi, komunikasi yang terbuka dan kesadaran diri yang tinggi dapat menunjang kelancaran dalam komunikasi. Pentingnya keterbukaan karena setiap kita berkomunikasi dengan orang lain apabila kita tidak terbuka, orang lain hanya akan mengenali kita dari apa yang mereka lihat, dengan keterbukaan orang lain dapat mengenali sisi lain dari diri kita. Dalam Johari Window (dalam Rakhmat, 2008:108) diungkapkan, di dalam diri manusia terdapat empat jendela, setiap bagian mewakili bagian diri yang berbeda, keempat bagian itu adalah open self, blind self, hidden self dan unknown self seperti yang sudah penulis jelaskan pada Bab II. Dalam meningkatkan mutu komunikasi maka open self perlu diperbesar dan blind self perlu diperkecil, karena bagian open self adalah bagian dari peningkatan kualitas komunikasi, sedangkan blind self merupakan penurunan kualitas komunikasi. Berikut adalah data tabel mengenai keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan respon secara spontan : Tabel 4.4
84
Memberikan respon secara spontan No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
1
2,8%
2
Setuju
25
69,4%
3
Tidak terlalu
10
27,8%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab setuju dalam hal ini memberikan respon spontan kepada orang yang diajaknya interaksi sebanyak 69,4% atau sebanyak 25 orang dari 36 responden, dan responden yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 27,8% atau sebanyak 10 orang, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 2,8% atau hanya 1 orang. Dapat diketahui bahwa rata-rata responden sudah bereaksi secara jujur terhadap orang yang berinteraksi dengannya, dalam hal ini dengan memberikan respon secara spontan kepada orang yang diajaknya interaksi, responden dapat memberikan respon secara langsung
kepada
orang
yang
diajaknya
berinteraksi
tanpa
dipikir
atau
dipertimbangkan terlebih dahulu, dalam hal ini berarti responden terbuka pada orang yang diajaknya interaksi, responden mau mengutarakan pendapatnya secara jujur kepada orang lain tanpa ada yang ditutup-tutupi dan dipikirkan terlebih apa yang akan
85
dikatakannya untuk menutupi suatu hal, hal ini dapat terjadi karena responden merasa percaya kepada orang yang diajaknya interaksi. Hal ini terjadi ketika secara salah satu anggota Flowers City Casuals melakukan sebuah percakapan dimana salah satu anggota mengutarakan perasaan dan pendapatnya mengenai masalah yang terjadi di Flowers City Casuals ataupun pribadinya, maka anggota yang lain memberikan respon secara spontan, sesuai dengan apa yang dia rasakan, tanpa menutup-nutupi sesuatu, hal ini menandakan bahwa antara masing-masing anggota tersebut terdapat sebuah hubungan yang dekat, spontanitas yang terjadi pada kelompok ini karena sesuai dengan data pada tabel sebelumnya tabel 4.3 bahwa mayoritas anggota terbuka kepada orang yang diajaknya interaksi, dalam keterbukaan akan ada spontanitas dalam interaksinya. Berikut adalah data tabel mengenai keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal selalu memberikan respon kepada siapa pun tanpa terkecuali : Tabel 4.5 Memberikan respon kepada siapa pun tanpa terkecuali No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
3
8,3%
86
2
Setuju
17
47,2%
3
Tidak terlalu
13
36,1%
4
Tidak setuju
2
5,6%
5
Sangat tidak setuju
1
2,8%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata responden memnerikan jawaban setuju dalam hal ini memberikan respon kepada siapa pun tanpa terkecuali, terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebanyak 47,2% atau sebayak 17 orang dari 36 responden. Sedangkan responden yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 13 orang atau 36,1%, respobden yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang atau 8,3% dan responden yang menjawab tiak setuju sebanyak 5,6% atau 2 orang dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2,8%. Responden yang menjawab tidak setuju bukan berarti responden tidak terbuka dalam berkomunikasi dengan orang yang diajaknya interaksi namun responden lebih memilih siapa orang yang diajaknya interaksi sehingga bisa terbuka dalam berkomunikasi. Terdapat 2 orang yang tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk terbuka kepada siapa pun, hal ini dikarenakan responden merasa ada beberapa hal
87
yang tidak perlu diceritakan dan diberitahukan kepada orang lain, informasi sebaiknya diberikan kepada orang-orang tertentu saja yang dianggapnya penting. Misalnya salah satu anggota Flowers City Casuals sedang mengalami permasalahan dengan salah satu anggota lainnya karena sesuatu hal, maka ia hanya mengutarakan permasalahan tersebut kepada teman terdekatnya dalam Flowers City Casuals demi menjaga keutuhan Flowers City Casuals, dan menjaga perasaan dengan anggota lainnya. Pentingnya keterbukaan dalam kelompok kecil sebagai proses yang akan dijalani bersama, manfaat keterbukaan untuk kelompok kecil adalah untuk membangun proteksi dan lebih mempercayai satu sama lain, membangun kejujuran, memberi kita kebebasan, tidak perlu menggunakan topeng, berpura-pura menjadi yang bukan diri kita sebenarnya. 2 Berikut adalah data tabel mengenai empati dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal memahami orang yang diajaknya interaksi : Tabel 4.6 Mengetahui apabila teman saya merasa kecewa dan tertekan No
2
Jawaban
Satuan
Persentase
Andy Febrico Bintoro/www.scribd.com/doc/keterbukaan. Senin, 11/7/2011. pkl:15:30
88
1
Sangat setuju
6
16,7%
2
Setuju
22
61,1%
3
Tidak terlalu
8
22,2%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki empati terhadap sesama anggota Flowers City Casuals, hal ini terlihat dari responden yang setuju sebanyak 61,1% sebanyak 22 orang dari 36 responden, dan yang memilih sangat setuju sebanyak 16,7% atau sebanyak 6 orang dan yang memilih tidak terlalu sebanyak 22,2% atau sebanyak 8 orang, dalam hal memahami orang yang diajaknya interaksi, responden mengetahui apabila rekannya sesama anggota merasa kecewa dan tertekan. Contoh dari hal diatas misalnya ketika hasil pertandingan Persib Bandung tidak sesuai harapan dari anggota Flowers City Casuals, maka anggota yang satu dapat melihat dan mengetahui apabila rekannya merasa kecewa dan tertekan dari komunikasi yang dilakukan, karena dirinya pun merasakan hal tersebut. Empati menurut Roy Schafer (1959: 345) adalah melibatkan pengalaman batin berbagi dan memahami keadaan psikologis mometary orang lain.
89
Berikut adalah data tabel mengenai empati dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal mengenali pengalaman orang yang diajaknya interaksi : Tabel 4.7 Merasa tidak tenang bila tidak dapat membantu teman No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
8
22,2%
2
Setuju
17
47,2%
3
Tidak terlalu
11
30,6%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata responden memiliki rasa empati yang tinggi hal ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju dalam hal ini mengenali pengalaman orang yang diajaknya interaksi sebanyak 47,2% atau sebanyak 17 orang dari 36 orang responden, dan responden yang sangat setuju sebanyak 22,2% atau sebanyak 8 orang dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 30,6% atau sebanyak 11 orang. Dapat diketahui bahwa rata-rata responden memiliki tingkat empati yang tinggi dalam hal ini responden mampu mengenali pengalaman orang yang diajaknya interaksi.
90
Misalnya salah satu anggota Flowers City Casuals sedang mengalami musibah atau permasalahan, dan ia utarakan kepada anggota yang lain, dan anggota Flowers City Casuals lainnya tidak dapat membantu permasalahan tersebut selesai dengan baik, maka anggota tersebut sangat merasa tidak enak dan merasa tidak tenang karena tidak bisa membantu menyelesaikan masalah temannya tersebut. Kemampuan empati tidak hanya sebatas merasakan bagaimana perasaan orang lain, tetapi juga memerlukan kemampuan mengartikulasikan perasaan tersebut sehingga orang lain merasa dipahami. (Blatner :2002) Berikut adalah data tabel mengenai empati dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal merasakan apa yang dirasakan orang yang diajaknya interaksi : Tabel 4.8 Memperhatikan dan peduli terhadap teman No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
7
19,4%
2
Setuju
24
66,7%
3
Tidak terlalu
5
13,9%
Jumlah
36
100%
91
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan
data tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata respoden
setuju dalam hal merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang diajaknya interaksi dengan jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 66,7% atau sebanyak 24 orang dari 36 orang responden, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 19,4% atau sebanyak 7 orang dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 13,9% atau sebanyak 5 orang. Dalam hal ini responden merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang diajaknya interaksi yaitu sesama anggota Flowers City Casuals yang memperhatikan dan peduli terhadap perasaan atau sesuatu yang sedang temannya rasakan. Misalnya ketika salah satu anggota Flowers City Casuals selalu murung atau menajdi pendiam ketika berkomunikasi satu sama lain dalam pertemuan rutin jumat malam, maka anggota lain akan menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan sehingga berperilaku seperti itu, karena empati adalah kapasitas untuk berpikir dan merasa diri sendiri ke kehidupan batin orang lain (Heinz kohut, 1984 :82). dan juga menurut Greenson RR empati adalah sarana untuk berbagi untuk mengalami perasaan orang lain (1960:418) Berikut adalah data tabel mengenai sikap mendukung dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal tidak menyalahkan atau menyudutkan orang lain :
92
Tabel 4.9 Memberikan respon yang sesuai dengan harapan teman No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
4
11,1%
2
Setuju
25
69,4%
3
Tidak terlalu
6
16,7%
4
Tidak setuju
1
2,8%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata responden mempunyai sikap mendukung dalam komunikasi antarpribadinya, hal ini terlihat banyaknya responden yang menjawab setuju sebanyak 69,4% atau sebanyak 25 orang dari 36 orang, dan responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 11,1% atau sebanyak 4 orang, responden yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 16,7% atau sebanyak 6 orang, kemudian responden yang memilih tidak setuju sebanyak 2,8% atau sebanyak 1 orang. I orang responden yang tidak memberikan respon yang sesuai terhadap lawan bicaranya karena responden tersebut orang yang tertutup dan
93
cuek, hanya memberikan respon terhadap orang yang dianggap penting saja dan dekat dengannya. Misalnya ketika pada pertemuan jumat malam membahas hasil pertandingan terakhir Persib Bandung, maka para anggota Flowers City Casuals diberikan kesempatan untuk mengutarakan pandangannya, dan anggota yang lainnya memberikan respon sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk menjaga keseimabangan dalam diskusi, sehingga tidak ada satu pihak yang merasa tidak dihargai dan diterima oleh kelompoknya, dapat dilihat dari dinamika diskusi ini mengenai sikap mendukung pandangan anggota Flowers City Casuals terhadap anggota lainnya. Sikap mendukung terdiri dari sikap provisionalisme dimana adanya kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan, provisionalisme inilah yang membantu menciptakan suasana mendukung. (Devito, 2011:289) Berikut adalah data tabel mengenai sikap mendukung dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal fleksibilitas dalam sikap dan pendapat : Tabel 4.10 Selalu memberikan dukungan
94
No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
14
38,9%
2
Setuju
21
58,3%
3
Tidak terlalu
1
2,8%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa responden rata-rata fleksibel dalam sikap dan pendapatnya, hal ini terlihat dari jumlah responden yang memilih setuju sebanyak 58,3% atau sebanyak 21 orang, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 38,9% atau sebanyak 14 orang dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 2,8% atau hanya 1 orang. Secara keseluruhan responden memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam sikap mendukung pada saat berkomunikasi dengan sesama anggota Flowers City Casuals. I orang responden yang tidak selalu member dukungan adalah responden yang pada pertanyaan sebelumnya memberikan jawaban tidak selalu memberikan respon yang sesuai. Misalnya ketika pada pertemuan jumat malam membahas hasil pertandingan terakhir Persib Bandung, maka para anggota Flowers City Casuals diberikan kesempatan untuk mengutarakan pandangannya, dan anggota yang lain memberikan respon terhadap pandangannya secara spontan, dapat dilihat dari dinamika diskusi ini
95
mengenai sikap mendukung pandangan anggota Flowers City Casuals terhadap anggota lainnya. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka, Gaya spontan menciptakan suasana yang mendukung. (Devito, 2011:289). Berikut adalah data tabel mengenai sikap mendukung dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal merasa senang dan nyaman berkomunikasi dengan teman sesama anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.11 Merasa senang berkomunikasi dengan teman dalam kelompok No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
11
30,6%
2
Setuju
23
63,9%
3
Tidak terlalu
2
5,6%
Jumlah
36
100%
Sumber : angket penelitian n=36
96
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden memiliki sikap mendukung kepada teman yang diajaknya interaksi, hal ini terlihat dari jumlah responden yang setuju dalam hal rasa senang dan nyaman berkomunikasi dengan sesama anggota Flowers City Casuals sebanyak 63,9% atau sebanyak 23 orang, dan responden yang memilih sangat setuju sebanyak 30,6% atau sebanyak 11 orang dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang saja. Dapat terlihat, dengan banyaknya responden yang menjawab setuju dan sangat setuju, para anggota Flowers City Casuals ini merasa senang dan nyaman satu sama lain dalam berkomunikasi, hal ini menunjukkan bahwa sesama anggota dapat saling mendukung. Para anggota Flowers City Casuals bila melakukan sebuah percakapan dilakukan dengan senang hati bahkan terkadang sampai lupa waktu karena terlalu asyik berbincang dan merasa nyaman dengan orang yang diajaknya interaksi, karena masing-masing merasa tidak ada penilaian atau prasangka yang buruk sehingga para anggota bisa dengan santai berbincang tanpa harus menjaga perasaan atau berpurapura, maka dari itu situasi komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan nyaman, karena apabila terdapat situasi dimana anggota yang satu menilai anggota yang lainnya, maka akan ada situasi komunikasi defensif dimana salah satu anggota akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman, situasi seperti ini tidak menciptakan suatu situasi yang mendukung, situasi yang mendukung ditandai dengan suatu komunikasi
97
yang deskriptif yang artinya penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai (Rakhmat, 2008:134). Berikut adalah data tabel mengenai rasa positif dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal tidak memberikan penilaian negatif terhadap anggota lain : Tabel 4.12 Tidak segan untuk mencela atau mengkritik
No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
1
2,8%
2
Setuju
3
8,3%
3
Tidak terlalu
14
38,9%
4
Tidak setuju
15
41,7%
5
Sangat tidak setuju
3
8,3%
Jumlah
36
100%
T
Berdasarkan data tabel diatas, responden rata-rata memiliki rasa positif, hal ini terlihat dari responden yang menjawab tidak setuju dengan sikap mencela temannya sesama anggota Flowers City Casuals sebanyak 41,7% atau sebanyak 15 orang dari
98
36 orang responden, dan yang menjawan tidak terlalu setuju sebanyak 38,9% atau sebanyak 14 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 8,3% atau sebanyak 3 orang, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 8,3 orang atau sebanyak 3 orang, dan yang sangat setuju sebanyak 2,8% atau sebanyak 1 orang. Misalnya ketika terjadi pembahasan mengenai solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh Flowers City Casuals, ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai cara penyelesaian masalah tersebut, anggota Flowers City Casuals tidak mencela satu sama lain terhadap perbedaan pandangan tersebut, namun terdapat beberapa anggota Flowers City Casuals yang tidak segan untuk mencela dan mengkritik anggota suporter kelompok lain, hal ini biasanya dilakukan pada saat berada di stadion. Hal ini berarti anggota tersebut masih merasa negatif terhadap dirinya sendiri, selalu mengkomunikasikan perasaan negatif ini kepada orang lain, yang selanjutnya akan mengembangkan perasaan negatif yang sama, sebaliknya orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya akan merefleksikan perasaan positif ini. (Devito, 2011:290). Berikut adalah data tabel mengenai rasa positif dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri pada anggota lain :
99
Tabel 4.13 Memberikan motivasi dalam mengembangkan minat teman No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
15
41,7%
2
Setuju
19
52,8%
3
Tidak terlalu
2
5,6%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa responden rata-rata mempunyai rasa positif yang tinggi, berkenaan dengan memberikan motivasi dan menumbuhkan minat anggota Flowers City Casuals yang lainnya. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju yaitu 52,8% atau sebanyak 19 orang, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 41,7% atau sebanyak 15 orang, dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang. Dapat dilihat bahwa anggota Flowers City Casuals saling memberi motivasi satu sama lain dan mendukung minat anggota yang lainnya. 2 orang responden yang memberikan jawaban tidak terlalu karena responden tersebut memberikan respon kepada teman
100
yang dekat dengan dirinya saja, seperti dibahas pada pertanyaan angket di awal, bahwa masih ada anggota Flowers City Casuals yang masih memilih-milih teman. Ketika salah satu anggota Flowers City Casuals ingin mengembangkan karir sebagai musisi, maka anggota yang lain selalu memberikan support secara langsung dengan membeli cd grup music anggota Flowers City Casuals tersebut dan selalu datang ke event yang menampilkan band tersebut. Sikap positif dapat dijelaskan dengan istilah dorongan, perilaku mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain, perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan. (Devito, 2011:290) Berikut adalah data tabel mengenai rasa positif dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan pujian dan penghargaan yang positif terhadap pandangan yang diutarakan oleh anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.14 Memberikan penghargaan yang positif kepada teman No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
5
13,9%
2
Setuju
25
69,4%
3
Tidak terlalu
6
16,7%
101
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat pula anggota Flowers City Casuals mempunyai rasa positif yang tinggi terhadap sesama anggota, hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju berkenaan dengan memberikan penghargaan dan pujian yang positif kepada anggota yang lainnya terhadap pandangan yang diutarakannya sebanyak 69,4% atau sebanyak 25 orang dari 36 orang, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 13,9% atau sebanyak 5 orang dan yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 16,7% atau sebanyak 6 orang. Sehingga dapat terlihat bahwa anggota Flowers City Casuals mempunyai rasa positif yang tinggi, mereka saling memberikan penghargaan dan pujian yang positif kepada anggota yang lainnya. Ketika salah satu anggota Flowers City Casuals mengutarakan ide agar Flowers City Casuals setiap minggu mengadakan kegitan olahraga bersama seperti futsal atau sepakbola, maka anggota yang lain memberikan respon positif dengan cara memberikan apresiasi yang positif seperti memberikan pujian dan membantu anggota tersebut dalam pelaksanaan kegiatan agar berlangsung dengan baik. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan, kita nikmati, kita banggakan, dorongan positif ini mendukung citra pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. (Devito, 2011:290).
102
Berikut adalah data tabel mengenai kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal kesamaan antar anggota : Tabel 4.15 Memperlakukan sama semua teman No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
15
41,7%
2
Setuju
13
36,1%
3
Tidak terlalu
6
16,7%
4
Tidak setuju
2
5,6%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden merasa setara dengan anggota yang lainnya, hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab sangat setuju dengan perlakuan yang sama sesama anggota Flowers City Casuals sebanyak 14,7% atau sebanyak 15 orang, dan yang menjawab setuju sebanyak 36,1% atau sebanyak 13 orang, dan yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 16,7% atau sebanyak 6 orang, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang.
103
Misalnya ketika perayaan hari jadi ke–6 Flowers City Casuals, maka semua anggota Flowers City Casuals dirangkul untuk menjadi panitia tanpa membedakan anggota yang sudah lama bergabung maupun yang baru bergabung. Artinya, semua anggota sudah dianggap setara dan diakui secara diam-diam tidak secara verbal diungkapkan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. (Devito, 2011:290). Berikut adalah data tabel mengenai kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal kesejajaran antar anggota : Tabel 4.16 Menuntut teman untuk menuruti perkataan saya No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
-
-
2
Setuju
4
11,1%
3
Tidak terlalu
10
27,8%
4
Tidak setuju
18
50%
5
Sangat tidak setuju
4
11,1%
104
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, rata-rata responden memiliki kesejajaran yang tinggi diantara para anggota flowers city casuals, hal ini terlihat responden yang menjawab tidak setuju pada pernyataan yang menuntut anggota lainnya untuk menuruti perkataan seseorang sebanyak 50% atau sebanyak 18 orang dari 36 responden, lalu 4 orang diantaranya memilih sangat tidak setuju dan 27,8% atau sebanyak 10 orang menjawab tidak terlalu setuju. Bila salah satu anggota Flowers City Casuals memiliki pandangan bahwa Flowers City Casuals harus seperti ini, namun ada anggota yang lain merasa tidak cocok dengan pandangan tersebut, maka anggota yang tidak cocok tersebut tidak harus mengikuti pandangan tersebut dan dapat mengutarakan pandangannya sehingga dalam Flowers City Casuals tidak ada pemaksaan kehendak. Dalam hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. (Devito, 2011:291).
105
Berikut adalah data tabel mengenai kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal kesejajaran dalam berpendapat : Tabel 4.17 Selalu merasa paling benar No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
1
2,8%
2
Setuju
1
2,8%
3
Tidak terlalu
8
22,2%
4
Tidak setuju
15
41,7%
5
Sangat tidak setuju
11
30,6%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa anggota Flowers City Casuals sangat tinggi kesetaraan diantara sesama anggota, karena terlihat dari jawaban responden banyak yang memilih tidak setuju terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa dirinya selalu merasa paling benar sebanyak 41,7% atau sebanyak
106
15 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 30,6% atau sebanyak 11 orang, kemudian yang menjawab tidak terlalu sebanyak 22,2% atau sebanyak 8 orang, dan yang menjawab setuju 1 orang dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 1 orang. Ada 1 orang responden yang setuju bahwa dirinya selalu merasa paling benar dan 1 orang responden yang sangat ssetuju bahwa dirinya merasa paling benar, hal ini dikarenakan sifat bawaannya dari lingkungan responden tersebut, dimana responden merasa bahwa jalan hidupnya ditentukan oleh dirinya sendiri. Bila salah satu anggota Flowers City Casuals memiliki pandangan bahwa Flowers City Casuals harus seperti ini, namun ada anggota yang lain merasa tidak cocok dengan pandangan tersebut, maka anggota yang tidak cocok tersebut tidak harus mengikuti pandangan tersebut dan dapat mengutarakan pandangannya sehingga dalam Flowers City Casuals tidak ada pemaksaan kehendak, tanpa memandang status bahwa ia anggota lama maupun yang baru bergabung. Sama seperti konsep kesetaraan pada tabel 4.16 menurut Devito (2011:291) bahwa kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals :
107
Tabel 4.18 Yakin dengan kemampuan diri No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
12
33,3%
2
Setuju
20
55,6%
3
Tidak terlalu
4
11,1%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden sudah yakin akan kemampuan yang dimilikinya, hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebesar 55,6% atau sebanyak 20 orang dan yang menjawab sangat setuju sebesar 33,3% atau sebanyak 12 orang, lalu yang menjawab tidak terlalu sebanyak 11,1% atau 4 orang. Anggota Flowers City Casuals mempunyai keyakinan bahwa ia mampu dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi oleh anggota tersebut dengan kemampuan yang dimilikinya, misalnya pada saat mengalami persoalan dengan kelompok suporter lain, salah satu anggota berusaha untuk menyelesaikannya tanpa meminta bantuan pihak ketiga, dan secara jantan mendatangi kelompok suporter lain
108
yang bermasalah, diselesaikan dengan kekerabatan dan menggunakan kepala dingin. Orang yang yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. (dalam Rakhmat, 2008:106). Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.19 Tidak minder bila bergaul dengan orang lain No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
1
2,8%
2
Setuju
20
55,6%
3
Tidak terlalu
15
41,7%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata anggota Flowers City Casuals sudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi, hal ini terlihat dari jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 20 orang atau sebanyak 55,6% dan yang
109
menjawab sangat setuju hanya sebanyak 1 orang atau sebanyak 2,8%, dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 15 orang atau sebanyak 41,7%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa anggota Flowers City Casuals yang menjawab tidak terlalu setuju dengan pernyataan tidak minder bila bergaul dengan siapa pun, menurut hasil wawancara penulis dengan sejumlah responden bahwa responden masih merasa minder bergaul dengan orang-orang tertentu, misal dengan bos mereka atau pun atasannya, bagi mereka yang sudah bekerja. Misalnya ketika anggota Flowers City Casuals bertemu dan berinteraksi dengan kelompok suporter lain ketika di stadion, anggota Flowers City Casuals merasa percaya diri dan tidak minder walaupun jumlah mereka masih lebih sedikit dari jumlah suporter kelompok lain, mereka mendatangi dan menerima anggota dari kelompok suporter lain, hal ini dilakukan agar menghindari gesekan dari kelompok lain, karena tindakan anarkis dan kriminalitas yang terjadi di stadion bisa jadi berasal dari gesekan antar suporter itu sendiri. Dalam hal ini terlihat bahwa anggota Flowers City Casuals tidak merasa minder, hal ini dapat terjadi karena mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan diri untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu
110
dan percaya bahwa dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistic terhadap diri sendiri.
3
Hal ini berkaitan dengan
sikap kepercayaan diri pada tabel 4.19 dimana anggota Flowers City Casuals merasa yakin dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah, begitu juga anggota Flowers City Casuals mayoritas tidak merasa minder. Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota flo Flowers City Casuals : Tabel 4.20 Posisi setara dengan anggota lainnya
3
No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
9
25%
2
Setuju
18
50%
3
Tidak terlalu
9
25%
Jumlah
36
100%
http://e-psikologi.com/percayadiri. senin, 11/7/2011. pkl.16.00
111
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden merasa bahwa posisinya setara dengan anggota lainnya dalam hal berkomunikasi, hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebesar 50% atau sebanyak 18 orang, dan responden yang menjawab sangat setuju sebesar 25% atau sebanyak 9 orang, dan yang menjawab tidak terlalu sebesar 25% atau sebanyak 9 orang. Dalam Flowers City Casuals, baik anggota yang sudah lama bergabung maupun yang baru bergabung, tidak ada perbedaan misalnya dalam hal untuk mengeluarkan pendapat terhadap suatu masalah yang berhubungan dengan Flowers City Casuals, semua dapat mengutarakan pendapatnya dan mengusulkan solusi yang terbaik untuk Flowers City Casuals. Hal ini berarti anggota Flowers City Casuals sudah memiliki salah satu dari karakteristik konsep diri yang positif, menurut D.E Hamachek (dalam Rakhmat, 2008:106) dimana ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya. Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.21 Mengharapkan pujian dari orang lain
112
No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
-
-
2
Setuju
18
50%
3
Tidak terlalu
18
50%
4
Tidak setuju
-
-
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas 50% responden atau sebanyak 18 orang dari 36 responden masih ragu dalam hal mengharapkan pujian dari orang lain. Kemudian responden yang tidak terlalu setuju dengan pernyataan mengharapkan pujian dari orang lain sebanyak 50% atau sebanyak 18 orang. Responden yang tidak terlalu setuju, seringkali dalam situasi tertentu juga masih mengharapkan pujian dari orang-orang terdekatnya, atas karya atau pekerjaan dan hal positif lain yang dilakukannya. Misalnya anggota Flowers City Casuals melakukan kampanye anti rasisme dan fasisme ketika menonton pertandingan Persib Bandung di stadion, hal ini dilakukan karena bukan ingin dipuji oleh sesama anggota Flowers City Casuals atau kelompok suporter lain, namun ini dilakukan karena merasa dirinya sebagai Flowers
113
City Casuals, namun yang menjawab tidak terlalu karena tidak menampik keberadaannya sebagai kelompok yang positif yang selalu mengkampanyekan anti rasis dan fasis, ingin dipandang sebagai kelompok yang eksis sebagai kelompok yang positif berbeda dengan kelompok suporter yang lainnya. Hal ini berarti sudah sesuai dengan karakteristik konsep diri yang positif menurut D.E Hamachek (dalam Rakhmat, 2008:106) ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekadar mengisi waktu. Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.22 Menerima pujian tanpa rasa malu No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
3
8,3%
2
Setuju
14
38,9%
3
Tidak terlalu
18
50%
4
Tidak setuju
1
2,8%
114
5
Sangat tidak setuju
-
-
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden sudah dapat menerima pujian tanpa rasa malu, hal ini terlihat dari responden yang menjawab setuju dapat menerima pujian tanpa rasa malu sebanyak 14 orang dari 36 responden atau sebanyak 38,9%, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang atau sebanyak 8,3%, dan yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 18 orang atau sebanyak 50%, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau sebanyak 2,8%. Responden yang menjawab tidak setuju, diketahui responden masih mengharapkan pujian dari orang lain. Menurut William d. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:105)
seorang
yang
responsif
sekali
terhadap
pujian,
tidak
dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Hal ini dikarenakan responden tersebut belum memiliki konsep diri yang positif. Misalnya ketika ada anggota Flowers City Casuals mendapatkan apresiasi yang positif misalkan ketika band musiknya mendapatkan penghargaan atau salah satu anggota telah menyelesaikan studi kuliahnya, anggota tersebut dapat menerima pujian dari anggota yang lainnya. Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals :
115
Tabel 4.23 Ingin orang memiliki pendapat yang sama dengan saya No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
1
2,8%
2
Setuju
17
13,9%
3
Tidak terlalu
18
50%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui 50% atau sebanyak 18 orang dari 36 responden menjawab tidak terlalu setuju dengan sikap menginginkan orang lain memiliki pendapat yang sama dengan dirinya, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 47,2% atau sebanyak 17 orang dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 2,8% atau sebanyak 1 orang. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas anggota Flowers City Casuals sudah memiliki sikap dan meyakini bahwa semua orang dapat mempunyai pendapat yang berbeda dan sikap yang berbeda dengan kita ataupun dengan anggota yang lainnya. Ketika Flowers City Casuals akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke-6, dalam menentukan konsep acara terdapat beberapa perbedaan pendapat antara
116
anggota yang satu dengan yang lainnya, hal ini menunjukkan bahwa di dalam Flowers City Casuals anggota yang satu tidak harus memiliki pendapat yang sama dengan anggota yang Flowers City Casuals lainnya, namun untuk hal tertentu dimana hal tersebut adalah menyangkut prinsip dari kultur casuals tidak bisa untuk tidak memiliki pendapat yang sama, karena hal itu merupakan prinsip yang tidak bisa berbeda dengan yang lainnya. Hal ini sudah termasuk karakteristik konsep diri yang positif menurut D.E Hamachek (dalam Rakhmat, 2008:106) dimana ia mampu meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tetapi, dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah. Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.24 Mengetahui dan menyadari kelemahan No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
10
27,8%
2
Setuju
21
55,6%
117
3
Tidak terlalu
5
13,9%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden sudah dapat mengetahui dan menyadari kelemahan yang responden punya, hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebanyak 55,6% atau 20 orang dari 36 responden, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 27,8% atau sebanyak 10 orang dan yang menjawab tidak terlalu atau masih belum yakin mengetahui dan menyadari kelemahannya sebanyak 113,9% atau sebanyak 5 orang. Setiap anggota Flowers City Casuals mengakui bahwa dalam hal tertentu menyadari kelemahan yang ada dalam dirinya, misalkan ketika menonton hari pertandingan Persib Bandung, masih terdapat beberapa anggota yang terpancing emosinya ketika diprovokasi oleh pihak lain, padahal hal ini dapat merugikan nama baik Flowers City Casuals. Kelemahan manusia adalah suatu kondisi keterbatasan ataupun suatu kekurangan baik itu pada bagian fisik maupun pada bagian kepribadian kita. Berhadapan dengan kelemahan ataupun keterbatasan diri sering kita cenderung menolak dan mengingkarinya, menerima dan mengakui segala kelemahan dan
118
keterbatasan diri kita, menyadari kelemahan diri adalah pintu masuk pada penerimaan diri.4 Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.25 Mengetahui sifat buruk No
Jawaban
Satuan
Persentase
1
Sangat setuju
12
33,3%
2
Setuju
22
61,1%
3
Tidak terlalu
2
5,6%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, terlihat bahwa responden sudah mengetahui sifat buruknya, dan hal ini merupakan bagian dari konsep diri yang positif yang dimiliki oleh anggota Flowers City Casuals, hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebanyak 61,1% atau sebanyak 22 orang dan yang menjawab 4
kace ikinresi, http://m.kompasiana.com/menyadari-kelemahan-manusiawi-kita. senin, 11/07/2011. pkl. 17.00
119
sangat setuju sebanyak 33,3% atau sebanyak 12 orang, dan yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang. Terlihat bahwa responden sangat mengetahui sifat buruknya, dan hal ini merupakan salah satu ciri dari pribadi yang mempunyai konsep diri positif, sehingga dapat diketahui bahwa responden secara keseluruhan memiliki konsep diri yang positif. Setiap anggota Flowers City Casuals mengetahui bahwa dalam setiap diri pribadi anggota tersebut mempunyai sifat buruk, namun hal ini sebisa mungkin diperbaiki sehingga tidak terbawa ke dalam Flowers City Casuals dan anggota lainnya. Dalam hal ini anggota Flowers City Casuals sudah mempunyai konsep diri yang positif karena menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:105) orang yang memiliki konsep diri yang positif salah satunya ditandai dengan ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers City Casuals : Tabel 4.26 Berusaha mengubah dan memperbaiki kebiasaan buruk saya No
Jawaban
Satuan
Persentase
120
1
Sangat setuju
27
75%
2
Setuju
9
25%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa semua respoden mau berusaha memperbaiki dan mengubah kebiasaan buruk yang dimilikinya, karena terlihat dari banyaknya responden yang menjawab sangat setuju untuk berusaha mengubah dan memperbaiki kebiasaan buruk sebanyak 27 orang atau 75% dari 36 responden, dan yang menjawab setuju sebanyak 25% atau sebanyak 9 orang. Mau berusaha mengubah dan memperbaiki kebiasaan buruk yang dimiliki merupakan salah satu ciri bahwa seseorang itu mempunyai konsep diri yang positif, karena dengan terbuka dan atas kesadaran dirinya sendiri, seseorang itu mau mengubah kebiasaan buruk yang dimilikinya. Misalnya ketika hari pertandingan Persib Bandung, sebelum bergabung dengan Flowers City Casuals anggota tersebut masih suka bertidak anarkis atau melakukan tindakan – tindakan rasis terhadap tim lawan, setelah bergabung dengan Flowers City Casuals perbuatan tersebut tidak dilakukan lagi. Dasar konsep diri yang positif adalah penerimaan diri, menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:105) jika ia mampu memperbaiki kelemahan dan sifat buruknya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha
121
mengubahnya.
Ia
mampu
untuk
mengintropeksi
dirinya
sendiri
sebelum
mengintropeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. 4.3 Analisis pengujian hipotesis
Untuk keperluan hasil perhitungan koefisien korelasi dalam penelitian ini, akan digunakan pedoman menurut Jean J. Champion dalam bukunya “Basics statistic for social research” sebagai berikut :
00,00-0,25
= hubungan rendah
0,26-0,50
= hubungan cukup rendah
0,51-0,75
= hubungan cukup tingga
0,76-1,00
= hubungan tinggi
(champion, 1981:302) Uji hipotesis dalam penelitian ini akan menunjukkan hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H0 : tidak ada hubungan karakteristik komunikasi antapribadi dengan konsep diri H1 : ada hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, digunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang (rank order correlation coefficient) oleh Spearman.
122
Hasil perhitungan melalui spss.17 digunakan langkah-langkah statistik melalui perhitungan cooding sheet, kemudian menggunakan analisis correlate setelah itu didapat hasil korelasi antara x dan y. Dengan perhitungan korelasi yang memalui perhitungan statistik yang menggunakan spss.17 diperoleh hasil sebagai berikut : 4.3.1 hubungan antara keterbukaan dan konsep diri Tabel 4.27
Keterbukaan
Keterbukaa Konsep n diri Spearman's rho Keterbukaa Correlation n coefficient
1.000
.221
Sig. (2-tailed)
.
.196
N
36
36
.221
1.000
Sig. (2-tailed)
.196
.
N
36
36
Konsep diri Correlation coefficient
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,221 dengan alfha 0,05. Berdasarkan ketentuan champion di atas dan hal ini menunujukan terdapat hubungan yang rendah antara keterbukaan dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City Casuals. Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 1,321. Dan hal ini berarti t hitung lebih kecil daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
123
hipotesis pertama H1 ditolak. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,2212 x 100 = 4% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel keterbukaan dengan konsep diri sebesar 4% dan 96% ditentukan oleh faktor lain. 4.3.2 hubungan antara empati dengan konsep diri Tabel 4.28
Empati
Empati
Konsep diri
1.000
.382
Sig. (2-tailed)
.
.051
N
36
36
.382
1.000
Sig. (2-tailed)
.051
.
N
36
36
Spearman's rho Empati Correlation coefficient
Konsep Correlation diri coefficient
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,382 dengan alfha 0,05. Berdasarkan ketentuan champion di atas dan hal ini menunujukan terdapat hubungan yang cukup rendah antara empati dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City Casuals. Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 2,410. Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
124
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,3822 x 100 = 15% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan dengan konsep diri sebesar 15% dan 85% ditentukan oleh faktor lain. 4.3.3 hubungan antara sikap dukungan dan konsep diri Tabel 4.29
Sikap dukungan
Sikap Konsep dukungan diri 1.000
.513**
.
.001
36
36
.513**
1.000
Sig. (2-tailed)
.001
.
N
36
36
Spearman's rho Sikap Correlation dukung coefficient an Sig. (2-tailed) N Konsep Correlation diri coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,513 dengan alfha 0,05. Berdasarkan ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup tinggi antara sikap dukungan dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City Casuals. Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 3,486. Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
125
hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,5132 x 100 = 26% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan dengan konsep diri sebesar 26% dan 74% ditentukan oleh faktor lain. 4.3.4 hubungan antara rasa positif dengan konsep diri Tabel 4.30 Rasa positif
Rasa positif
Konsep diri
1.000
.311
Sig. (2-tailed)
.
.065
N
36
36
.311
1.000
Sig. (2-tailed)
.065
.
N
36
36
Spearman's rho Rasa Correlation positif coefficient
Konsep Correlation diri coefficient
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,311 dengan alfha 0,05. Berdasarkan ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup rendah antara rasa positif dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City Casuals. Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 1,908. Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub hipotesis pertama H1 ditolak. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
126
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,3112 x 100 = 10% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan dengan konsep diri sebesar 10% dan 90% ditentukan oleh faktor lain. 4.3.5 Hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri Tabel 4.31 Kesetaraan
Kesetaraa Konsep n diri 1.000
.460**
Sig. (2-tailed)
.
.005
N
36
36
.460**
1.000
Sig. (2-tailed)
.005
.
N
36
36
Spearman's rho Kesetar Correlation aan coefficient
Konsep Correlation diri coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,460 dengan alfha 0,05. Berdasarkan ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup rendah antara rasa positif dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City Casuals. Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 3,023. Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
127
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,4602 x 100 = 21% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan dengan konsep diri sebesar 21% dan 79% ditentukan oleh faktor lain. 4.3.6 Hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri Tabel 4.32
Correlations
Totalx
Totally
1.000
.607**
Sig. (2-tailed)
.
.000
N
36
36
.607**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
36
36
Spearman's rho Totalx Correlation coefficient
Totaly Correlation coefficient
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,607 dengan alfha 0,05. Berdasarkan ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup tinggi antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri yang dimiliki anggota flowers city casuals. Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 4,451. Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
128
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,6072 x 100 = 37% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan dengan konsep diri sebesar 37% dan 63% ditentukan oleh faktor lain. 4.4 Uji reliabilitas dan validitas 4.4.1 Uji Validitas
Sebelum melakukan penelitian harus melihat atau menguji validitas dan reabilitas semua butir dalam instrumen diatas itu valid atau tidak, maka penulis melakukan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (y), jadi untuk keperluan ini ada 24 koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila korelasi dibawah 0.30. Maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ke 24 butir instrumen dengan skor total ditunjukan pada tabel berikut : Tabel 4.33 Hasil pengujian validitas untuk variabel x karakteristik komunikasi antarpribadi No
R hitung
R kritis
Keputusan
1
0.457
0,30
Valid
2
0.451
0,30
Valid
3
0.476
0,30
Valid
4
0.418
0,30
Valid
5
0.675
0,30
Valid
129
6
0.666
0,30
Valid
7
0.644
0,30
Valid
8
0.674
0,30
Valid
9
0.664
0,30
Valid
10
0.455
0,30
Valid
11
0.568
0,30
Valid
12
0.659
0,30
Valid
13
0.662
0,30
Valid
14
0.511
0,30
Valid
15
0.510
0,30
Valid
Berdasarkan dengan tabel diatas dapat diketahui bahwa korelasi butir instrumen valid atau layak untuk diajukan sebagai pernyataan pada angket yang dibagikan kepada responden. Kedua adalah uji validitas variabel y bisa dilihat dibawah ini : Tabel 4.34 Hasil pengujian validitas untuk konsep diri anggota Flowers City Casuals No
R hitung
R kritis
Keputusan
16
0.517
0,30
Valid
17
0.419
0,30
Valid
18
0.362
0,30
Valid
19
0.366
0,30
Valid
20
0.463
0,30
Valid
21
0.377
0,30
Valid
130
22
0.571
0,30
Valid
23
0.385
0,30
Valid
24
0.451
0,30
Valid
Sumber : pengolahan data primer menggunakan spss.17.0 Dari tabel 4.27 juga dapat disimpulkan bahwa, semua item variabel y (pengetahuan remaja mengenai pendidikan seks) memiliki koefisien validitas besar dari r kritisnya, yaitu r hitung > r kritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa item- item tersebut valid. Hal ini berarti item- item yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja mengenai pendidikan seks mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian. 4.4.2. Uji reabilitas
Setelah melakukan uji validitas maka item - item tersebut diuji reabilitasnya (kesamaan) hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Pengujian reabilitas digunakan yaitu internal consistency dengan teknik belah dua dari spearmean brown (split half).
Tabel 4.35 Hasil pengujian reabilitas karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals
Variabel
Koefisien reabilitas
Titik kritis
Keterangan
KAP
0.685
0.600
Reabilitas
Konsep diri
0.609
0.600
Reabilitas
131
Sumber : pengolahan data primer menggunakan spss 17.0 for windows
Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa dari semua item pertanyaan > r
kritis
sebesar 0.600 maka dapat simpulkan bahwa semua butir
item pertanyaan tersebut realibel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. 4.5 Pembahasan 4.5.1 Pembahasan sub hipotesis pertama
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis pertama mengenai keterbukaan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil bahwa tidak ada hubungan antara keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk keterbukaan dengan konsep diri yaitu 1,321 lebih kecil dari t tabel untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya h1 ditolak yang artinya tidak ada hubungan dari pernyataan tersebut. Karakteristik
komunikasi
antarpribadi
yang
pertama
adalah
keterbukaan komunikasi diantara peserta komunikasinya, dalam hubungannya dengan konsep diri, keterbukaan komunikasi seseorang menurut Johari Windows (dalam Rakhmat, 2008:108) makin luas diri publik kita, makin
132
terbuka kita pada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Dengan semakin akrab kita pada orang lain, maka orang lain pun akan terbuka kepada kita, maka dari itu konsep diri yang positif akan terjadi. Namun pada penelitian ini, keterbukaan yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals terbukti tidak ada hubungan dengan konsep diri anggotanya, dengan kata lain keterbukaan yang dilakukan anggota Flowers City Casuals tidak terbukti dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri anggota yang lainnya. Hal ini dikarenakan sifat keterbukaan yang dimiliki setiap orang berbeda. Sifat keterbukaan yang dimiliki setiap individu memiliki perbedaanperbedaan dan proses terjadinya juga berbeda, hal ini tergantung pada sifat-sifat dasar dari setiap individu dan situasi tertentu. Pada situasi tertentu, sifat keterbukaan cenderung menimbulkan tingkah laku “terbuka” yang lebih kuat, bila dibandingkan pada situasi yang lainnya. Hal ini akan terlihat secara teratur dalam situasi bervariasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa tingkah laku yang khas merupakan gambaran dari keterbukaan yang berbeda-beda, yang dimiliki oleh individu yang berbeda-beda pula. Pada sub hipotesis ini didapat hasil tidak ada hubungan antara keterbukaan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, hal ini berarti mayoritas responden tersebut tidak efektif dalam keterbukaan komunikasi antarpribadi, karena keterbukaan yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals masih belum merata, responden masih memilih-milih lawan bicaranya
133
agar ia dapat berbicara secara terbuka, tanpa ada yang ditutup-tutupi, atau menjaga perasaan, namun responden tersebut mempunyai konsep diri yang positif. Hal ini dapat terjadi karena Menurut George Herbert Mead (1934) tidak semua orang lain dapat mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita, ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita yaitu significant others – orang lain yang sangat penting. Ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. 4.5.2 Pembahasan sub hipotesis kedua
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis kedua mengenai empati dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil bahwa ada hubungan antara empati dalam komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk empati dengan konsep diri yaitu 2,410 lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya h1 diterima yang artinya ada hubungan dari pernyataan tersebut. Hasil penelitian pada sub hipotesis kedua, terbukti ada hubungan yang signifikan antara empati dan konsep diri dari anggota Flowers City Casuals, para anggota Flowers City Casuals sudah mampu melakukan komunikasi
134
antarpribadi khususnya dalam menyampaikan empati kepada anggota lainnya, sehingga anggota lain dapat merasakan mendapatkan dorongan, pemahaman dari anggota lainnya, dan membuat anggota lainnya membentuk suatu konsep diri yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Henry Barrack (dalam Devito 2011:286). Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Dengan berempati berarti para anggota Flowers City Casuals sudah melakukan komunikasi antarpribadi dengan efektif. Komunikasi antarpribadi yang efektif mampu mempersepsi orang lain, sehingga dapat mengubah atau membentuk konsep diri yang positif. Menurut Devito, mengkomunikasikan empati yang efektif dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal, secara nonverbal kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan, (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik, serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
135
4.5.3 Pembahasan sub hipotesis ketiga
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis ketiga mengenai sikap dukungan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil bahwa ada hubungan antara sikap dukungan dalam komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk sikap dukungan dengan konsep diri yaitu 3,486 lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1 diterima yang artinya ada hubungan dari pernyataan tersebut. Dapat diketahui dari sini bahwa sikap mendukung terdapat hubungan dan saling mempengaruhi dengan konsep diri, sikap mendukung dapat membentuk suatu konsep diri yang positif kepada anggota lainnya, sikap mendukung ini dilakukan terjadi dalam suasana yang bersifat deskriptif, dimana anggota berperan tidak menjadi seseorang yang mengevaluasi anggota lainnya, namun sebagai tempat mendeskripsikan perasaannya, apa yang sedang dialaminya, bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Devito (2011:288), bahwa suasana deskriptif bukan suasana yang evaluatif, akan membantu terciptanya sikap mendukung. Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, anda umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman.
136
Para anggota Flowers City Casuals saling mendukung satu sama lain, hal ini mempengaruhi konsep diri anggota yang lainnya, dimana para anggota ini merasa diterima oleh kelompok dan hal ini dapat menumbuhkan konsep diri yang positif. Sesuai dengan teori Cooley “looking glass self” dimana kaca cermin memantulkan evaluasi - evaluasi yang dibayangkan orang - orang lain tentang seseorang. Hal ini sesuai dengan keadaan anggota Flowers City Casuals, merasa mendapat dukungan yang berarti mendapat penerimaan dari orang lain, hal itu dapat membentuk konsep diri yang positif terhadap anggota Flowers City Casuals, karena hal ini berarti para anggota dapat menerima dirinya sendiri secara baik. 4.5.4 Pembahasan sub hipotesis keempat
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis ke empat mengenai rasa positif dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals di dapat hasil bahwa tidak ada hubungan antara rasa positif dalam komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk rasa positif dengan konsep diri yaitu 1,908 lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1 ditolak yang artinya tidak ada hubungan dari pernyataan tersebut.
137
Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara sikap positif yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dengan konsep diri. Hal ini bisa terjadi karena bukan berarti anggota Flowers City Casuals tidak memiliki sikap yang positif, namun dari hasil penelitian ini ada beberapa bahkan memiliki angka yang dominan bahwa anggotanya kurang memiliki perasaan yang positif terhadap sesama anggota, menurut wawancara penulis dengan beberapa anggota Flowers City Casuals, hal ini dikarenakan pada saat situasi dan kondisi tertentu, komunikasi disampaikan secara tidak efektif, misalnya pada saat berada di stadion, atau pun pada saat berkumpul, terdapat hambatan untuk menciptakan suasana yang tenang dan terarah, sehingga sulit untuk menikmati interaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. Menurut Devito (2011:290), sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan antara sikap positif dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, karena tidak semua orang memiliki sikap positif, apabila seseorang memiliki pemikiran positif maka orang tersebut akan mempunyai sikap positif baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain.
138
4.5.5 Pembahasan sub hipotesis kelima
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis kelima mengenai kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil bahwa ada hubungan antara kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk empati dengan konsep diri yaitu 3,023 lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1 diterima yang artinya ada hubungan dari pernyataan tersebut. Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, kesetaraan dalam komunikasi sangat di junjung tinggi oleh para anggota Flowers City Casuals, para anggota Flowers City Casuals saling bekerja sama dalam bentuk diskusi, saling bertukar pikiran, pendapat dan solusi untuk memecahkan masalah tertentu, tidak ada komunikasi yang mengindikasikan adanya komunikasi superioritas. Hal ini sesuai dengan pendapat Devito (2011:291), kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
139
4.5.6 Pembahasan hipotesis utama
Manusia dalam kehidupan sehari-hari menghabiskan sebagian besar waktunya dengan menjalin komunikasi bersama orang lain, mereka berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai lingkungan pergaulan berdasarkan persepsi diri mereka masing-masing. Dalam penelitian ini, konsep diri diartikan sebagai sekumpulan persepsi diri seseorang tentang dirinya yang relatif stabil. Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis utama mengenai karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil bahwa ada hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri yaitu 4,451 lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1 diterima yang artinya ada hubungan dari pernyataan tersebut. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri, komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah cukup efektif, walaupun tidak semua karakteristik komunikasi antarpribadi dilaksanakan secara efektif, namun secara keseluruhan karakteristik komunikasi antarpribadi yang
140
dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah efektif dan mampu mempersepsi orang lain untuk membentuk konsep diri yang positif. Komunikasi antarpribadi yang terjadi pada anggota Flowers City Casuals sudah cukup efektif dan dapat membentuk sebuah konsep diri pada anggotanya. Dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh para anggota Flowers City Casuals diantaranya saling memberikan empati baik pada saat berada di stadion maupun pada saat ada pertemuan rutin para anggota Flowers City Casuals, empati yang dilakukan untuk sesama anggota Flowers City Casuals diantaranya memahami sikap anggota lain terhadap suatu persoalan pribadinya, atau persoalan bersama, dan menyampaikannya secara verbal. Hal ini
sesuai
dengan
pendapat
Devito
(2011:287),
bahwa
kita
dapat
mengkomunikasikan empati secara verbal. Bentuk Verbal dalam komunikasi empati yang dilakukan apabila sedang mendapat gesekan dari kelompok supporter lain, para anggota Flowers City Casuals mengatakan bahwa mereka memahami anggota lain yang merasa kecewa atau kesal tapi tidak berusaha untuk menilai kesalahannya, namun memberikan pengertian bahwa apa yang dirasakannya dipahami oleh anggota lainnya, dengan demikian anggota merasa diterima oleh anggota lain, dan membentuk konsep diri yang positif karena dengan orang lain menerima dirinya, dia akan dapat menerima dirinya sendiri, karena dengan kita merasa diterima oleh orang lain maka komunikasi antarpribadi yang terjadi akan lancar, sesuai dengan pendapat Carl Rogers
141
(dalam Rakhmat, 2008:132) : Saya ingin menyatakan, sebagai hipotesis untuk dipikirkan, bahwa penghalang utama komunikasi antarpribadi timbal balik adalah kecenderungan kita yang alamiah untuk menilai, mengevaluasi, menyetujui atau menolak. Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya. Menerima berarti tidak menilai pribadi orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita senangi. Betapapun jeleknya perilakunya menurut persepsi kita, kita tetap berkomunikasi dengan dia sebagai pesona, bukan sebagai objek. Para anggota Flowers City Casuals juga saling mendukung untuk setiap kegiatan yang dilakukan, terlihat sikap mendukung ini antara anggota Flowers City Casuals pada saat anggota Flowers City Casuals mendapat sebuah masalah karena adanya gesekan dengan kelompok suporter lain, para anggota yang lainnya tidak langsung menyalahkan apa yang telah dilakukan oleh anggota lainnya sampai gesekan itu terjadi, namun mereka mengevaluasi mengapa hal itu sampai terjadi, dan memberi penjelasan secara bijaksana bahwa ada hal lain yang masih bisa dilakukan agar gesekan itu tidak perlu terjadi. Penyampaian komunikasi tidak dilakukan dengan cara superioritas, semua dilakukan atas asas persamaan, dimana dalam komunikasi tersebut tidak ada pemimpin, komunikasi tersebut dilakukan dalam “forum evaluasi” dalam bentuk diskusi yang dilakukan rutin oleh anggota Flowers City Casuals setelah pertandingan yang dihadiri oleh suporter. Komunikasi sikap mendukung
142
tersebut sudah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jack R. Gibb (dalam Rakhmat, 2008:135) : Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, anda tidak mempertegas perbedaan, status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi anda tidak vertikal, anda tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan persamaan, anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan. Persamaan dalam komunikasi anggota Flowers City Casuals sangat dijunjung tinggi, karena dalam kelompok suporter semua setara, tidak hanya dalam kelompok Flowers City Casuals saja, namun semua suporter dalam stadion apabila mendukung tim yang sama, semua kedudukannya sama, karena semua suporter yang ada di stadion sama - sama mendukung satu tim dalam bendera yang sama. Maka, yang terjadi dalam Flowers City Casuals, diterapkan terlebih dahulu kepada sesama anggota bahwa semua yang menjadi anggota kedudukannya adalah sama, sehingga apabila sudah terbiasa untuk berlaku sama terhadap sesama anggota dalam hal ini dilihat sebagai suporter, maka pada saat anggota ini berada di stadion, mereka akan memperlakukan suporter lain dari kelompok lain dengan kedudukan yang sama dalam komunikasi, dalam anggota Flowers City Casuals tidak ada leader untuk memberikan dukungan kepada tim.
143
Terlihat dari pembahasan di atas bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah cukup efektif, hal ini dapat terjadi karena para anggota Flowers City Casuals mayoritas berusia 2025
tahun
sudah
mempunyai
penyesuaian
diri
yang
baik
karena
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai komunikasi empati, komunikasi yang mendukung juga kesetaraan komunikasi yang harus dilakukan pada saat berinteraksi ataupun berkomunikasi antarpribadi dengan yang lain. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Brooks dan Emmert (1976 dalam Rakhmat, 2008:100) yang menyatakan kerangka pengetahuan (komponen kognitif) dan kerangka pengalaman (komponen afektif) pada hakikatnya akan membentuk konsep diri, dimana kedua komponen ini sangat berhubungan dengan komunikasi antarpribadi yang dilakukan seorang individu. Pernyataan Coleman (1976:90), juga mendukung hasil penelitian ini, dimana menurutnya pembuatan sejumlah asumsi oleh individu dalam mempersepsi suatu situasi sebagai fungsi dari sistem diri. Berfungsinya sistem diri pada diri seorang individu mencakup terbentuknya asumsi-asumsi yang dibuat oleh individu itu sendiri yang diperolehnya melalui komunikasi antarpribadi yang dilakukannya. Asumsi-asumsi inilah yang akhirnya membentuk kerangka rujukan (frame of reference) yang merupakan suatu pandangan yang menetap pada diri seorang individu dalam berkomunikasi
144
antarpribadi dengan lingkungannya, dan juga yang merupakan hal penting dalam mengarahkan tingkahlakunya. Terlihat dari perlakuan yang diterapkan oleh para anggota Flowers City Casuals dalam kedudukan yang sama dalam komunikasi, hal tersebut dapat membentuk konsep diri yang positif dimana anggota merasa setara dengan anggota yang lain, bahkan suporter yang lain. Dimana konsep diri yang positif ditandai dengan : 1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah 2. Merasa setara dengan orang lain 3. Menerima pujian tanpa rasa malu 4. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat 5. Mampu memperbaiki diri. (Rakhmat, 2008:105) Hal ini sesuai dengan teori dari Burns (1979) dimana teori ini menyatakan konsep diri timbul dari interaksi seseorang dengan bermacammacam grup pokoknya, grup ini bercirikan hubungan tatap muka (face to face association), ketetapan yang relatif dan keeratan hubungan dengan tingkatan
yang tinggi antar sejumlah kecil anggota yang menghasilkan suatu integrasi dari individualitas dan kelompok. Kita ketahui sebelumnya bahwa keterbukaan komunikasi, komunikasi empati, komunikasi mendukung, komunikasi rasa positif dan kesetaraan komunikasi hanya efektif terjadi pada komunikasi antarpribadi, dimana
145
komunikasi tersebut terjadi dalam situasi secara langsung, tatap muka, dan spontan. Dalam penelitian ini komunikasi antarpribadi tersebut terjadi dalam sebuah kelompok. Menurut hasil penelitian pada kelompok Flowers City Casuals komunikasi antarpribadi yang terjadi secara efektif dapat membentuk konsep diri anggotanya menjadi lebih positif, para anggota Flowers City Casuals sudah dapat merasa yakin bisa mengatasi masalahnya baik masalah pribadinya maupun masalah yang menyangkut kelompoknya, hal ini terbukti pada saat terjadi gesekan dengan kelompok suporter lain, anggota Flowers City Casuals dapat menyelesaikannya secara langsung tanpa harus berlarutlarut dan melibatkan banyak pihak. Para anggota Flowers City Casuals selalu memperlakukan semua anggota setara dan sama rata, mereka saling menghargai satu sama lain, karena para anggota Flowers City Casuals merasa bahwa dirinya mempunyai peranan yang sama dengan yang lain, begitu pun anggota yang lain mempunyai peranan yang sama dengan dirinya, yaitu sebagai suporter yang mendukung Persib Bandung. Para anggota Flowers City Casuals bisa mempunyai sikap seperti itu karena melihat kepada latar belakang anggota Flowers City Casuals yang beragam profesi, sehingga terbiasa mempunyai penyesuaian diri yang tinggi dalam berinteraksi dengan yang lain, para anggota Flowers City Casuals dapat mempunyai penyesuaian diri yang tinggi karena dirinya merasa diterima oleh
146
anggota yang lainnya dan dirinya mampu menerima dirinya sendiri karena dianggap penting keberadaannya, salah satunya dengan didengarkan pendapat atau usulan untuk solusi suatu masalah yang menimpa kelompoknya, dari hal tersebut terlihat bahwa komunikasi antarpribadi yang biasa terjadi dalam anggota Flowers City Casuals dapat membantu anggotanya dalam membentuk konsep diri yang positif. Menurut hasil penelitian ini para anggota Flowers City Casuals sudah memiliki konsep diri yang positif, hal ini terlihat dalam realita yang ditunjukkan kelompok ini sebagai suporter baik pada saat berada di stadion maupun diluar stadion, kelompok ini menghindari perbuatan-perbuatan negatif dengan melakukan kampanye anti rasisme dan fasisme.
147
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian dari Bab I sampai dengan Bab IV mengenai “Hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals”, maka penulis mencoba untuk menguraikan Bab Penutup yang dibagi sebagai berikut: 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat Hubungan Antara keterbukaan komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini berarti mayoritas responden tersebut tidak efektif dalam keterbukaan komunikasi antarpribadi, karena keterbukaan yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals masih belum merata, responden masih memilih-milih lawan bicaranya agar ia dapat berbicara secara terbuka, tanpa ada yang ditutuptutupi, atau menjaga perasaan, namun responden tersebut mempunyai konsep diri yang positif. 2. Terdapat Hubungan yang cukup rendah antara komunikasi empati dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Dengan berempati berarti para anggota Flowers City Casuals sudah melakukan komunikasi antarpribadi dengan
efektif.
Komunikasi
antarpribadi
yang
efektif
mampu
148
mempersepsi orang lain, sehingga dapat mengubah atau membentuk konsep diri yang positif. 3. Terdapat Hubungan yang cukup tinggi antara sikap dukungan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Sikap mendukung dapat membentuk suatu konsep diri yang positif kepada anggota lainnya, sikap mendukung ini dilakukan terjadi dalam suasana yang bersifat deskriptif, dimana anggota berperan tidak menjadi seseorang yang mengevaluasi anggota lainnya, namun sebagai tempat mendeskripsikan perasaannya, apa yang sedang dialaminya, bagaimana hal tersebut dapat terjadi. 4. Tidak terdapat hubungan antara rasa positif dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. hal ini dikarenakan pada saat situasi dan kondisi tertentu, komunikasi disampaikan secara tidak efektif, misalnya pada saat berada di stadion, atau pun pada saat berkumpul, terdapat hambatan untuk menciptakan suasana yang tenang dan terarah, sehingga sulit untuk menikmati interaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. 5. Terdapat hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. kesetaraan dalam komunikasi sangat di junjung tinggi oleh para anggota Flowers City Casuals, para anggota Flowers City Casuals saling bekerja sama dalam bentuk diskusi, saling bertukar pikiran,
149
pendapat dan solusi untuk memecahkan masalah tertentu, tidak ada komunikasi yang mengindikasikan adanya komunikasi superioritas.
5.2 Saran
Saran-saran yang dikemukakan penulis setelah meneliti permasalahan tentang hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals : 5.2.1. Praktis
Untuk kelompok Flowers City Casuals dalam meningkatkan efektifitas komunikasi antarpribadinya : 1. Untuk keterbukaan komunikasi yang dilakukan oleh anggota Flowers city casuals dari hasil penelitian diketahui bahwa anggota Flowers City Casuals untuk keterbukaan komunikasinya belum cukup efektif sehingga tidak ada hubungannya dengan konsep diri yang dapat membentuk konsep diri yang positif, sehingga saran untuk anggota Flowers City Casuals dalam melakukan keterbukaan komunikasi antarpribadi lebih mengedepankan esensi dan makna dari komunikasi tersebut, sehingga interaksi dapat berisi hal-hal yang lebih positif, sehingga akan mempersepsi hal yang positif bahkan membentuk konsep diri yang lebih positif. 2. Untuk komunikasi empati yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dari hasil penelitian ini bahwa empati yang dilakukan oleh anggota ini sudah cukup
150
baik, namun alangkah lebih baiknya bila komunikasi empati secara verbal maupun nonverbal lebih ditonjolkan, karena penulis melihat di lapangan bahwa masih ada kecanggungan. 3. Untuk komunikasi sikap dukungan yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sikap dukungan yang dilakukan sudah cukup baik, namun alangkah lebih baiknya untuk lebih berani mengungkapkan lebih terbuka perasaannya, berupaya bahwa apa yang sedang dirasakannya adalah sebuah informasi untuk teman-temannya, dan lebih mampu bersikap fleksibel, dan mampu menempatkan posisinya. 4. Untuk komunikasi sikap positif, komunikasi yang kurang efektif yaitu karena hal yang tidak konsusif yang terjadi pada saat interaksi yang terjadi pada anggota Flowers City Casuals, maka dari itu saran dari penulis agar rasa positif dari masing-masing anggota Flowers City Casuals pada saat berkumpul lebih mengkondusifkan keadaan, sehingga pada saat berinteraksi situasinya menjadi lebih mendukung, dan komunikasi yang berjalan lancar, agar pesan dan makna yang disampaikan dalam berkomunikasi dapat diterima dengan baik oleh yang lain. 5. Untuk komunikasi kesetaraan, dalam anggota Flowers City Casuals sudah dilakukan dengan sangat baik, kesetaraan sudah sangat dijunjung tinggi, sehingga anggotanya sudah dapat memiliki konsep diri yang positif, hal yang perlu ditambahkan untuk kesetaraan adalah perlu menyadari bahwa setara bukan berarti
151
menerima begitu saja perilaku pihak lain, namun berupaya untuk menyadari bahwa semua orang berbeda dan kita berusaha untuk memahaminya dan menerima apa adanya.
5.2.2 Akademis
Suporter merupakan bagian penting dari dunia sepak bola, namun belum banyak suporter yang positif, di Indonesia masih banyak suporter yang di cap sebagai suporter yang kriminal, maka dari itu saran dari penulis adalah: 1.
Mencari lebih banyak informasi mengenai arti sebenarnya dari suporter yang sebenarnya.
2.
Mencari lebih banyak informasi mengenai arti yang sebenarnya dari suporter yang positif.
3.
Meningkatkan kegiatan yang mencerminkan kelompok suporter positif.
4.
Meningkatkan interaksi dengan sesama kelompok suporter agar tercipta keharmonisan, sehingga dapat menghindari gesekan-gesekan dengan kelompok suporter lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 1998. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Risngkas. Rajawali Pers. Jakarta Burns. R. B. 1993. Konsep Diri. Teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Arcan. Jakarta Cangara, hafield. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Devito, Joseph. A . 2011. Komunikasi Antarmanusia. Penerj. Agus Maulana. Karisma publishing group. Jakarta. Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu komunikasi teori dan praktek. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-teori komunikasi. Penerj. Soejono Trimo. Remaja Rosdakarya. Bandung. Hadi, Sutrisno. 1977. Penelitian Research. Alumni. Hanafi, Abdillah. 1984. Memahami Komunikasi Antar Manusia. Usaha Nasional. Surabaya. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi antarpribadi. PT. Citra aditya bakti. Bandung. Mulyana, Dedi. 2007. Ilmu Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Rakhmat, Jalaludin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung
. 2008. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta. Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionalisme Simbolik. Averroes Press. Malang.
Sumber lain : Anung Handoko, “sepakbola tanpa batas”, www.google.co.id Brigade Ultras persija, “sejarah sepak bola”, www.orangestreetboys.blogspot.com Rizki Ardi Maulana, “what’s football casuals”, www.flowerscitycasuals.tumblr.com Rini, “konsep diri”, www.e-psikologi.com Andy Febrico Bintoro, “keterbukaan”, www.scribd.com
ANGKET PENELITIAN I. Data Responden 1. Usia
:
a. 16-20 tahun b. 21-24 tahun c. 25-30 tahun
2. Pekerjaan
:
a. pelajar
d. > 30 tahun
b. mahasiswa c. pekerja swasta
d. pegawai negeri
e. wiraswasta f. lainnya……..
II. Data penelitian Petunjuk pengisian : Beri tanda (
) pada kolom yang disediakan.
SS (sangat setuju), S (setuju), TT (tidak terlalu), TS (tidak setuju),STS (sangat tidak setuju) No 1 2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
Pernyataan X1 keterbukaan Saya terbuka kepada siapa pun Saya memberikan respon secara spontan Saya selalu memberikan respon kepada siapapun tanpa terkecuali X2 empati Saya mengetahui apabila teman saya merasa kecewa dan tertekan Saya merasa tidak tenang apabila tidak dapat membantu menyelesaikan masalah teman saya Saya memperhatikan dan peduli terhadap perasaan atau sesuatu yang sedang teman saya rasakan X3 rasa positif Saya memberikan respon sesuai dengan apa yang teman saya harapkan Saya selalu memberikan dukungan kepada teman saya Saya merasa senang dan nyaman berkomunikasi dengan teman saya X4 sikap dukungan Saya tidak segan untuk mencela dan mengkritik teman saya Saya memberikan motivasi dan mau membantu teman saya dalam mengembangkan minatnya Saya memberikan pujian dan penghargaan yang positif terhadap pandangan yang diutarakan teman saya
SS
S
TT
TS
STS
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
X5 kesetaraan Saya selalu memperlakukan sama semua teman saya Saya menuntut teman saya untuk menuruti perkataan dan kehendak yang saya mau Saya selalu merasa paling benar Y konsep diri Saya yakin dengan kemampuan diri saya Saya minder bila bergaul dengan orang lain Saya merasa bahwa posisi saya setara dengan anggota lainnya Saya mengharapkan pujian dari orang lain Saya dapat menerima pujian tanpa rasa malu Saya ingin teman saya memiliki pendapat yang sama dengan saya Saya mengetahui dan menyadari kelemahan saya Saya mengetahui sifat buruk saya Saya berusaha untuk mengubah sifat dan kebiasaan buruk saya
CODING BOOK No Pertanyaan BAGIAN A. DATA RESPONDEN 1 Nomor Responden 2 Usia
3
Pekerjaan
BAGIAN B. DATA PENELITIAN X : KOMUNIKASI ANTARPRIBADI X1 : Keterbukaan 4 Terbuka kepada siapapun
Kolom 1 2
Pilihan Jawaban
16-20 tahun 21-24 tahun 25-30 tahun > 30 tahun Pelajar Mahasiswa Pekerja swasta Pegawai negeri wiraswasta
1 2 3 4 1 2 3 4 5
1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5)
Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
8
1) 2) 3) 4) 5)
Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5)
Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
3
4
5
Memberikan respon secara spontan
5
6
Memberikan respon secara spontan kepada siapapun tanpa terkecuali
6
Total X1 X2 : Empati 7 Mengetahui apabila teman saya merasa kecewa dan tertekan
7
8
Merasa tidak tenang apabila tidak dapat membantu menyelesaikan masalah teman saya
9
9
Memperhatikan dan peduli terhadap perasaan atau sesuatu yang sedang teman sara rasakan
10
1) 2) 3) 4) 1) 2) 3) 4) 5)
Skor
Total X2 X3 : Sikap dukungan 10 Memberikan respon yang sesuai dengan apa yang teman saya harapkan
11 12
11
Selalu memberikan kepada teman saya
dukungan
13
12
Merasa senang dan nyaman berkomunikasi dengan teman saya
14
Total X3 X4 : Rasa positif 13 Segan untuk mencela mengkritik teman saya
1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5)
Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5)
Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5)
Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
15 dan
16
14
Memberikan motivasi dan mau membantu teman saya dalam mengembangkan minatnya
17
15
Memberikan pujian dan penghargaan yang positif terhadap pandangan yang diutarakan teman saya
18
Total X4 X5 : Kesetaraan 16 Selalu memperlakukan sama semua teman saya
19 20
17
Tidak menuntut teman saya untuk menuruti perkataan dan kehendak yang saya mau
21
18
Tidak selalu merasa paling benar
22
Total X5 Total X Y : Konsep diri 19 Yakin dengan kemampuan diri saya
23 24 25
20
Tidak minder bila bergaul dengan orang lain
26
21
Merasa bahwa posisi saya setara dengan anggota lainnya
27
22
Mengharapkan pujian dari orang lain
28
23
Dapat menerima pujian tanpa rasa malu
29
24
Ingin teman saya memiliki pendapat yang sama dengan saya
30
25
Mengetahui dan kelemahan saya
31
26
Mengetahui sifat buruk saya
32
27
Berusaha untuk mengubah sifat dan kebiasaan buruk saya
33
Total Y
menyadari
34
1) 2) 3) 4) 5)
1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5)
1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuj Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat setuju Setuju Tidak terlalu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
no resp 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
data responden 2 1 3 3 2 1 1 2 2 2 1 1 3 2 3 3 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 1 1 3 2 3 2 1 2 2 2 2
3 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 5 3 3 2 1 2 1 3 2 3 2 2 3 1 5 2 3 2 1 2 2 2 2
4 4 4 4 3 4 5 1 3 4 3 3 3 5 5 4 3 4 4 3 5 3 4 4 5 5 4 4 3 3 5 3 4 3 3 3 3
X1 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3
jml 6 1 5 4 3 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4
7 9 9 12 10 12 12 9 8 11 10 9 11 12 14 12 11 12 13 10 13 11 12 10 13 13 11 12 8 10 13 9 11 9 9 11 10
8 5 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 3 5 4 4 4 3 5 5 3 4 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3
X2 9 5 5 3 3 3 3 5 5 3 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4
COODING SHEET data penelitian efektifitas komunikasi antarpribadi jml X3 jml X4 jml 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 5 15 5 5 4 14 1 5 5 11 5 15 5 5 4 14 1 5 5 11 3 10 4 4 4 12 2 4 4 10 4 10 4 5 5 14 2 5 4 11 4 11 4 4 4 12 3 5 4 12 3 10 3 5 4 12 3 4 3 10 5 14 4 5 5 14 5 5 5 15 4 13 4 4 3 11 2 3 4 9 4 11 4 4 4 12 3 4 4 11 3 10 4 5 4 13 3 4 4 11 4 13 5 5 4 14 4 5 4 13 4 12 4 4 4 12 3 5 4 12 4 13 4 5 5 14 1 4 4 9 4 10 4 4 5 13 3 5 5 13 5 15 5 5 5 15 2 5 5 12 4 12 4 5 5 14 2 5 5 12 4 12 4 5 4 13 2 4 4 10 5 13 4 5 5 14 2 5 4 11 4 11 4 4 4 12 2 4 4 10 5 14 4 5 5 14 2 5 4 11 5 15 5 4 4 13 3 5 4 12 4 11 3 4 4 11 2 4 4 10 4 12 4 4 4 12 4 4 4 12 4 12 4 5 4 13 2 4 4 10 4 13 2 4 4 10 2 5 3 10 4 13 3 3 5 11 1 4 3 8 4 12 3 5 5 13 2 4 4 10 4 11 4 4 4 12 3 5 4 12 4 11 4 4 3 11 3 4 3 10 4 11 4 4 5 13 2 4 4 10 4 11 4 4 4 12 3 4 3 10 4 12 4 4 4 12 3 4 4 11 3 10 4 4 4 12 3 4 4 11 4 11 4 4 4 12 3 4 4 11 3 10 3 4 4 11 2 4 4 10 4 11 4 4 4 12 3 3 3 9
X5 20 21 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 5 3 5 5 4 4 4 3 5 4 5 4 2 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 3 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 3
22 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 5 4 4 3 3 3 3 4 3 3 5 5 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4
jml 23 14 14 12 13 13 13 15 12 11 13 13 11 12 13 14 13 13 11 11 12 11 11 10 10 12 11 12 13 10 10 12 11 13 14 13 10
jml 24 25 26 27 63 5 5 5 63 5 5 5 56 4 4 4 58 5 3 5 60 4 4 4 57 3 4 3 67 4 4 5 53 3 4 3 56 5 4 4 57 4 3 4 62 4 3 3 58 4 3 4 60 5 4 5 63 5 4 5 68 5 4 3 62 5 3 5 60 4 3 4 62 5 3 5 54 4 3 4 64 5 4 3 62 5 4 4 55 4 4 3 56 4 3 4 58 4 3 4 58 4 4 4 54 5 4 3 59 4 4 4 56 4 3 4 52 3 4 4 57 4 4 4 54 5 4 5 57 4 3 5 55 4 4 3 57 4 3 4 55 4 3 4 52 3 3 3
konsep diri Y 28 29 30 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 5 5 4 3 4 3 5 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3
31 32 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 3 3 3 3 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4
33 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5
34 40 40 35 36 34 33 40 33 36 34 34 34 39 42 38 40 35 36 32 38 35 33 33 34 33 36 39 34 31 33 40 36 32 36 36 33
Draft Wawancara Pertanyaan: Sudah berapa lama FCC berdiri dan berapa banyak jumlah anggotanya? Jawaban : Flowers City Casuals (FCC) berdiri sejak tanggal 19 Mei 2005, ketika mendeklarasikan diri FCC dihadiri oleh sekitar 15 orang yang mempunyai visi dan tekad yang sama terhadap Persib Bandung dan kultur yang akan dianut yaitu kultur casuals. FCC berdiri atas kesamaan hobi mengenakan produk dari fashion merk – merk terkenal Eropa seperti Burberry, CP Company, Aquacustum, Stone Island, Lacoste, Fila, Slazenger, Lyle & Scott, dan lain – lain. Seiring berjalannya waktu dari tahun 2005, jumlah anggota FCC bertambah dengan makin banyaknya orang yang bergabung. Hal ini disebabkan dari pertemuan langsung di stadion ketika Persib Bandung bermain dan dari mulut ke mulut anggota FCC. Pertanyaan : Apakah ada keanggotaan dalam FCC atau syarat dan ketentuannya? Jawaban :
Dalam FCC tidak ada keanggotaan dan struktur organisasi secara formal, seperti membayar uang pendaftaran, mengisi formulir pendaftaran, dan harus daftar ulang setiap tahun. Di FCC, keanggotaan bersifat non-formal atau fleksibel, dan syaratnya harus mencintai Persib Bandung dan menyukai kultur casuals.
Pertanyaan : Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya FCC? Jawaban :
Faktor – faktor yang mempengaruhi berdirinya Flowers City Casuals adalah kesamaan dalam menyukai budaya inggris baik musik maupun sepakbola, hobi bergaya dengan produk fashion dari brand – brand Eropa, dan yang utama sama – sama mencintai Persib Bandung.
Pertanyaan : Apa yang membedakan FCC dengan supporter lainnya? Jawaban :
Yang membedakan FCC dengan kelompok suporter lainnya adalah dari cara berpakaian dalam mendukung Persib Bandung di stadion, menjauhi sifat kriminal, dan selalu mengampanyekan anti rasis dan fasis dalam sepakbola.
Pertanyaan : Selama ini masyarakat mengenal supporter Persib Bandung adalah Viking. Apakah perbedaan nama suporter dalam satu klub yang sama menimbulkan suatu gesekan? Jawaban :
Tidak akan ada gesekan, karena masih sama – sama satu bendera atau klub yang didukung, yaitu Persib Bandung. Sebelumnya FCC ketika berada di dalam stadion selalu menginformasikan keberadaan FCC dengan cara menyebarkan news letter kepada suporter lainnya yang berada di tribun yang berbeda.
Pertanyaan : Apakah setiap pertandingan semua anggota harus ikut hadir? Jawaban :
Tidak diwajibkan atau dipaksakan anggota FCC selalu hadir di stadion, karena setiap anggota mempunyai kesibukan masing – masing, misal bekerja, kuliah, sekolah, dan lain – lain. FCC bersifat fleksibel terhadap hal – hal seperti itu.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh FCC? Jawaban :
Menonton Persib Bandung di stadion baik laga kandang maupun tandang, nonton bareng pertandingan sepakbola internasional baik klub maupun tim nasional, forum tukar informasi mengenai produk – produk fashion dari brand Eropa.
Pertanyaan : Apakah ada teguran apabila ada anggota FCC yang membandel dalam stadion?
Jawaban :
Pasti ada, hal itu dilakukan terhadap anggota FCC yang tidak mengikuti aturan – aturan yang telah ditentukan bersama oleh sesama anggota FCC lainnya, ini dilakukan demi mengontrol perilaku agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan di dalam stadion seperti gesekan dengan kelompok suporter lainnya. Dan juga untuk menjaga nama baik dari FCC sendiri.
Pertanyaan : Apakah Kang Rizki selalu mengingatkan pada anggota untuk selalu melakukan halhal yang positif di dalam stadion? Jawaban :
Ya, saya selaku Ketua FCC selalu mengingatkan kepada semua anggota FCC untuk menjaga nama baik FCC dimana pun mereka berada, menghindari gesekan dengan suporter lain, selalu membeli tiket bila menonton Persib Bandung di stadion, memakai pakaian yang layak ketika menonton Persib Bandung, dan menghindari segala perilaku kriminal.
Kerangka Populasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Anggota Rizki Ardi Maulana Achmad Baehaqi Risman Setyawan Arya Syahrial Odang Somantri Reiza Seeon Pahla Rangga Fajar Nugraha Riobie Thitano Erdi Herdiawan Anton Puddle Arlan Siddha Eful Zacharie Blair Pastore Armored Insurekionist Arie Wicaksana Mahendra Dwisakti Prasetya Abe Hidayat Ari Firman Rinaldi Eko Wira Saputra Rinaldi Hardiana Muarif Syahid Yafet Santo Nugroho Ilham Nugraha Joni Peura Agi Baharudin Hasan Sholeh Sendythias Pratama Faris Fakhriansyah Tubagus Arga Andrew Fauzan Rahadian Irfan Muhammad Natadiria Sandi Deir Akbar Ghusnul Theiria Dicky Rahadian Andri Bayu Nugraha Ovik Marshal Aries Erdiwan Jhen Rizal Boni Wawan Irfan Wang Adhitya Nurzaman Agung B Farid S Eyih Sumantoro Zulfikar Muhammad
No 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Nama Anggota Aditya Huri Prasekti Danni Kurnianto Merdyan Gerrincha Maulana Ris Kamsuy Aridiputra Erdi Nerdiwan Anton Ardi Dayat Hidayat Sandi Sukma Afrian Hendra S Andhika Prasetya Erwin Saputra Dhea Lukman Moh. Akbar Jeff Qodar Iwan Subrata Erwin Tresnawan Yuda Ahmad R Hamzah Dulqohum Roby Ardiansyah Robert Lakatua Raden Singgih Ibrahim Helmidian Mirza Tony Kambang Herdy Nugraha Jat Saputra Dimas Surya M. Indra Nugraha Suhara K Opha Den Sophia Oday Sumpena Irfan Nurdin Bastian Ramadhan Azis A Arvian Pradana Putra Aan Suhanda Try Taruna Wibowo Romy Imor Adthya Pratama Irsan Muharam Cecep Soemantri Ogintiara Pajri Arif Randy Erik Firdaus Gema Ardhyana
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 183 184 185
Reza Trihadi Dion Pramadan Mungki Allen Fauzi Akbar Rowdy Dodi Dicky Ahmad Very Dirgantara Melastro Arda Mahardhika Utama Siregar Awaludin Mahatir Alkatiri Yuswan Sholeh Moch. Biben Purbatin Johny Smith Hariz Lasa Adam Aprikadi Derry Yansah Yopie Nugraha Nurman Durajat Gilang P Kusuma Irwan Ahadiat Shandi Budi Utama Eka Nugraha S Galang Putra Agun Nur Irfan Taufiq Rahman Andre Arsani Hasan Bubahmin Alikbal Rusyad Dimas Ahab Doni El Hikmat Ifan Hielmy Ilham Ulrich Sigid Wahyu Kurniawan Ferry Rochmat Wahid Nurdin Angga Kusuma Ihsan Kusuma Agung Mahardika Alex Abdy Negara Tessa Rascal Muhammad Zaki S Tri Ramadhy Irvan Narasimat Djatmika Prabowo Aden Hendra Rio Gilang Ramadhan Wira Adinata Tito Ramadhan
137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 229 230 231
Julyanto Mamitung Rizal Rangga Pratama Rusli Yunarsyah Ade Novianto Prima Mustata Yogie Arief Amri Latief Harry Yuda P Ari Dwi Purnama Dwi Anugrah Utama Wirayuda Panama Han Harkat Hardiana Nugi Erlangga Yuda Dania Ahmad Fauzan Aziz Rizki Rahadian Haikal Firdaus Bembi Soetama Diridja Fajar M. Hidayat Egi Arga Fahnara Adrihansyah Riah Arfi Rodrigo Didit R Mulyana Alfi Hasan Hilmi Mahmuda Muhammad Badru Jaman Fahri Abdul Ihsani Juanda Putra Dian Maulana Doy Yadi Putra Risky Nm Adam Erlangga Hanif Abduh Rommy Imanudin Dika Prayasa Erwin Risky Hanafi Akhmad Toha Manafi Imam Akhmad Fajar Yoro Ridwal Kemal Dedi Kusyanto Anton Dermawan Ibay Wachyu Ibang Nugraha Arie Rochman Budi Rahayu Zulfikar Muhammad Ramdani Irvan
186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 275 276 277 278 279 280
Agustyo Ghalis Livar Lidansyah Omen Al Faruq Zakara Subagja Yoga Nugraha Yaniz Apriyanto Rio Septiano Aldi Sutara Dendy Nugraha Dimas Dinar W Murtono Ari Teguh Santosa Fajar Nursandi Andri Ekfaz Moch. Tresnawan Maulana Hamzah Angga Ramadhan Ricky Agasha Aganis Tirta P Agro Azizi Nugroho Faris Sudrajat Yogie Rianto Sandi Maulana Yusuf Fauzi Akbar Dadan R Suhaery Aria Lesmana Titta Hs Dadan Gandasasmita Muhammad Syagib Dwiki Hermulaso Iyan Giggs Thony Adrian Indra Nugraha Mohammad Firdaus Herwin Mutaqin Zimmy Hijriana Stefano Savora Yudi Susandi Fadil Akhmad Daniawan Junara Jenjen Priatna Dedi Rukmana Angga Dwi Putra Romi Arfa Romi Dp Derry Argandhi Sidik Permana W Ade Bayu Indra Hary G Budiman
232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 321 322 323 324 325 326
Andre Ayrus M. Irfan Erda Aufar Aska Leonardi Birdy Satria Julfi Musyadar Imam Suharta Salman Mamen Andrian Panji Adhitya Winarno Inuy Hardian Nadzir Djarman S Temy Wardhana Teguh Ramadhan Edwin Aditya Sukma Wilaga Agung Parlindungan Yugha Dwi Ramadhan Daniel Silaban Firman Kuswara Gerry Febriansyah Pipan Mustafa Tomi Ferdiansyah Anggoro Putranto Esya Purnama Zulkifli Azmar Arfin Eki Moch. Rizki Septian Dwi Anugerah Putra Yaguh Santosa Satwika Abimanta Ugi Adriano Arief Wiguna Yudistia Ranchman Vebby Stigma Molvi Aufar M M. Eko Rinaldi Daniel Sinuraya Dendi Egon D Husen Adhari Heru Radeit Danis Atna Ipang Nurwanto Bisri Mustafa Aris Purba Iwan Hermawan Sanni Susanto Adi Angga Putra Aldi Rakhmat
281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320
Erik Nugraha Adrian Jones Meizar Rusli Arsya Irsyad Wicki Jojon Irman Firmansyah Wisnu Saputro Anton Sukoco Riansyah Ramdani Adi Ripaldi Tony Jahad M. Saeful Ali Sidiq Kusmadini Suharti Enden Abdul Haque Faroek Mubarak Dedy Harabi Sandy Al Father Hendra Saputra Iman Kurniawan Niki Richandus Bambang Arifianto Leo Prima Refino Mutchesnar Andres Hansen Ali Saeful Miklan Yovie Nirbaya Yudhi Haryanto Reni Anshari Lucky Jo Dian Dee Permana Herman Santoso Asep Rakhman Umbara Hilmi Laksono Andri Dharmawan Aki Susanto Arif Rifai Yanyan Sopyan Tendi Rustandi Pratama Yudha Jamil Bobi Al Gazali
327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356
Aldi Gibran Feri Yusuf Budi Prasetyo Herlan Fadhilah Ari Hermawan Bagja Pardian Wildi Dalton Arief Firmansyah M. Saleh Angga Anggara Arief Firdaus Hazmi Muhammad Riki Harfani Rino Asmurizal Irwan Soemantri Herlansyah Hadi Widjaya M. Tomi Farhan Amal Aulia Husni Adhari Mesya Ramdanie Dani Jaedi Danil Chaniago Herman Nugraha Deni Irwan Wagianto Gunawan Erik Nurcahya Ari Susanto Anwar Priatna M. Herdi Faisal
Kerangka Sampling No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Anggota Rizki Ardi Maulana Achmad Baehaqi Risman Setyawan Arya Syahrial Odang Somantri Reiza Seeon Pahla Rangga Fajar Nugraha Riobie Thitano Erdi Herdiawan Anton Puddle Arlan Siddha Eful Zacharie Blair Pastore Armored Insurekionist Arie Wicaksana Mahendra Dwisakti Prasetya Abe Hidayat Ari Firman Rinaldi Eko Wira Saputra Rinaldi Hardiana Muarif Syahid Yafet Santo Nugroho Ilham Nugraha Joni Peura Agi Baharudin Hasan Sholeh Sendythias Pratama Faris Fakhriansyah Tubagus Arga Andrew Fauzan Rahadian Irfan Muhammad Natadiria Sandi Deir Akbar Ghusnul Theiria Dicky Rahadian Andri Bayu Nugraha Ovik Marshal
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Apri Suci Lestari
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 20 April 1989 Alamat
: Jl. Tamansari No.49/56, Bandung - 40132
Alamat Orang Tua
: Jl. Tamansari No.49/56, Bandung - 40132
No. HP
: 085222122200
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Formal : 1. SD Pelesiran V Bandung, 1994-2000 2. SMP Negeri 19 Bandung, Tahun 2000-2003 3. SMA Negeri 2 Bandung, Tahun 2003-2006 Riwayat Pendidikan Informal : 1. Kursus Bahasa Inggris pada LBBP LIA Bandung, Tahun 2004 Pengalaman Organisasi : 1. Panitia Bazzar SMAN 2 Bandung “Global Beat” sebagai Humas, tahun 2006 2. English Learners Club UNISBA, pada tahun 2008.