1 Efektifitas dan Relevansi Pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif pada Program AusAid SNIP MDC Jawa Barat Ulfiah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung
[email protected] ABSTRACT: The background of research is the phenomena of madrasah decreasing in West Java to develop its capacity in the effectivity. The program of SNIP MDC in Effective School Improvement (ESI) gave encouraging and training to its effectivity. The purposes of this research are: 1) analyzing training effectivity of ESI; and 2) analyzing training relevancy toward its capacity. The research used qualitative approach by descriptive method. The source of data is madrasah as unit of analysis (such as principal, treasurer, and parent commitee), by techniques of interview, observation, checklist, and documentation. The conclusion are: 1) ESI training has good effectivity. That was showed by increasing post test based pre test, and knowledge increasing by good effect size; and 2) The increasing of relevance and effective has high index more than 80% and that showed by credit program fulfillment at 85,35%. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena lemahnya madrasah di wilayah Jawa Barat dalam mengembangkan kapasitas kelembagaan yang efektif. Program SNIP MDC Jawa Barat dengan program Pengembangan Madrasah Efektif (PME) memberikan dorongan dan pelatihan bagi madrasah sasaran untuk mengembangkan efektifitas madrasah. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis efektifitas pelatihan PME yang dilaksanakan oleh SNIP MDC Jawa Barat; dan 2) menganalisis tingkat relevansi pelatihan terhadap pengembangan kapasitas kelembagaan madrasah. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data penelitian adalah pihak madrasah sasaran (kepala madrasah, komite, dan yayasan). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
Efektifitas dan Relevansi Pelatihan Pengembangan... – Ulfiah 222
adalah wawancara, observasi, instrument daftar ceklist, dan dokumentasi. Penelitian menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Pelatihan PME dipandang memiliki efektifitas yang baik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai post test berdasarkan pretest, dengan perubahan pengetahuan pada peserta dengan effect size yang cukup bagus; 2) Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa tingkat relevansi dan efektifitas pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan angka pencapaian indeks relevansi melebihi 80%, juga dibuktikan oleh rata-rata pencapaian pemenuhan output tagihan dengan nilai 85,35%. Keyword: Effective School Improvement, Effectivity, Relevancy. Pendahuluan Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini ditempatkan sebagai pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan nasional. Munculnya berbagai aturan pemerintah menandakan bahwa eksistensi madrasah sudah cukup kuat beriringan dengan sekolah umum. Di samping itu, munculnya beberapa peraturan tersebut juga dinilai sebagai langkah positif bagi peningkatan mutu madrasah baik dari status, nilai ijazah maupun kurikulumnya.1 Di dalam salah satu diktum pertimbangan peraturan tersebut dinyatakan perlunya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada madrasah agar lulusan dari madrasah dapat melanjutkan sampai perguruan tinggi. Salah satunya dengan dilakukannya kebijakan akreditasi madrasah adalah bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak dan bermutu. Untuk memenuhi pendidikan yang layak dan bermutu maka tiap madrasah harus diakreditasi untuk memenuhi standar kelayakan.2 Meski dalam sistem pendidikan nasional madrasah disebut sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam, hingga kini ia masih mencari bentuk idealnya. Hal ini disebabkan oleh problem identifikasi madarasah yang dominan bermuara pada beberapa hal, di 1
Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan. 1998), hlm.
38. 2
Afiful Ikhwan, Akreditasi Madrasah Aliyah (MA) dalam Kebijakan Pendidikan Nasional, EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam, Jurusan Tarbiyah STAI Muhammadiyah Tulungagung, Vol. 2, No. 2, November 2014, hlm. 579.
223
Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 221-233
antaranya: pertama, problem interplay ( tarik ulur) kebijakan madrasah dalam integrasi sistem pendidikan nasional, dan kedua, rendahnya tingkat apresiasi dan partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan madrasah. Jika ditelusuri lebih lanjut kedua macam persoalan di atas diakibatkan oleh kurangnya informasi yang menyuarakan madrasah. Tidak mengherankan jika selama ini madrasah menjadi semacam ―barang asing‖ yang karenanya, tidak bisa akrab dengan madrasah. Jelas, situasi ini menghambat upaya identifikasi madrasah. Padahal, kiprah, peran, dan fungsi madrasah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah suatu hal yang tak lagi membutuhkan perdebatan. Pasalnya, madrasah telah lama matang dalam wacana pendidikan masyarakat Indonesia.3 Dengan demikian, akumulasi pengalaman madrasah dalam proses pendidikan terukur dari usia madrasah yang telah ―tua‖. Madrasah, diakui atau tidak, mempunyai potensi aktif yang terus bergerak dibawah permukaan informasi tentangnya seperti yang tergambarkan. Madrasah tetap terjaga dinamikanya karena memiliki keliatan (adversity) yang luar biasa dalam mempertahankan keberadaannya sendiri.4 Pada aspek pengelolaan, urgensi pengembangan perencanaan belum tampak mengakar pada sebagian besar madrasah swasta, terutama pada ranah Madrasah Ibtidaiyah. Hasil survey Kementerian Agama RI (dulu Departemen Agama), melalui Badan Litbang dan Diklat tahun 2010, disebutkan bahwa dari seluruh jumlah MI, MTs, dan MA yang diambil dari 5 Provinsi, menunjukkan bahwa hanya 21,4 % MI yang membuat perencaan pengembangan sekolah/madrasah; 45,7 % MTs dan hasil yang cukup bagus pada MA dengan hasil 67,8 %. Angka untuk MI ini relatif rendah jika dibandingkan dengan MTs dan MA.5 Hasil survey di atas menunjukkan pula bahwa dari persentase yang diperoleh tersebut, sebagian besar madrasah yang membuat RPM (Rencana Pengembangan Madrasah) adalah madrasah yang relatif berada di kawasan kota maupun sub-urban kota, di pedesaan relatif tidak membuat. Indikator pembuatan RPM ini menjadi ciri keberhasilan pengelolaan pendidikan. Sebab, pengelolaan pendidikan tidak hanya mengandalkan kepemimpinan, ia pun ditunjang oleh 3
Maksum, Sejarah Madrasah (Jakarta: Logos, 2002), hlm. 45. Rudi Ahmad S, Percikan Pemikiran Pendidikan (Cianjur: STIT-NH, 2009),
4
hlm. 45. 5
Departemen Agama, Hasil Survey Pengelolaan Madrasah, (Jakarta: Balitbang Departemen Agama, 2010), hlm. 2.
Efektifitas dan Relevansi Pelatihan Pengembangan... – Ulfiah 224
perencanaan yang matang untuk mengembangan masa depan lembaganya. Hal ini senada dengan pendapat para pakar perencanaan pendidikan, ‖mutu pendidikan harus ditentukan dari awal oleh lembaga. Pengelola pendidikan sejak awal harus merumuskan perencanaan yang mantap.6 Akibat perencanaan yang tidak matang, hasil survey Ditjen Pendidikan Islam, menyebutkan hampir tiap tahun madrasah swasta ada yang ‖gulung tikar‖, bubar, muridnya tidak ada, bangunan yang roboh, dan guru yang sudah tidak mau mengajar di madrasah, serta faktor-faktor lainnya. Jika dilihat dari aspek perencanaan, maka akan tampak bahwa madrasah yang mengalami nasib seperti ini tidak mempunyai perencanaan dan alaternatif pengembangan lainnya. Dalam konteks kelembagaan, madrasah perlu penataan yang lebih baik. Pemerintah dengan berbagai kebijakan dan dukungan partisipasi masyarakat menjadi unsur penting dalam peningkatan kapasitas kelembagaannya. Salah satu fenomena yang kekinian dalam konteks pengembangan madrasah adalah penyelenggaraan program kerjasama pendidikan Australia dengan Indonesia, dengan Componen 3 yang menangani akreditasi. Program kemitraan ini diselenggarakan dengan wider mandate pada beberapa provinsi di Indonesia, termasuk Jawa Barat, yang diselenggarakan oleh SNIP ((Sub-National Implementing Partners) pada MDC (Madrasah Development Center) Jawa Barat. Kemitraan Pendidikan Australia-Indonesia merupakan inisiatif Pemerintah Australia untuk berpartisipasi dalam peningkatan pendidikan Indonesia. Partisipasi peningkatan yang dilakukannya, salah satunya adalah mendukung Kementerian Agama (Kemenag) dalam menerapkan Kerangka Strategis Program Akreditasi Madrasah yang salah satu targetnya adalah bahwa 50% madrasah harus terakreditasi Baik (B). Target yang sulit tercapai apabila madrasah dibiarkan sendirian mempersiapkan akreditasi oleh sebab anggaran kementerian terbatas, 94% madrasah swasta, mayoritas memiliki fasilitas di bawah standar minimal Standar Nasional Pendidikan, sumber daya manusianya seadanya, dan lain-lain Dukungan persiapan Akreditasi Madrasah yang diberikan oleh Pemerintah Australia melalui (dulu AUSAID—kini DFAT) dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap I melibatkan tujuh provinsi sasaran dengan 565 madrasah sasaran. Tahap II dengan 519 madrasah 6
Udin S Saud, Perencanaan Pendidikan (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm.
43.
225
Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 221-233
sasaran dan 416 madrasah pada Tahap III. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendekatan implementasi di tingkat provinsi dengan cara memilih lembaga mitra lokal (Sub-National Implementing PartnersSNIP). Pada tahap 3, MDC Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lembaga mitra yang telah disetujui oleh DFAT yang diikat dalam kontrak kerja berdurasi selama 19 bulan dengan nilai blockgrant AUD 400.000. Lebih dari 80% dana block grant tersebut dialokasikan untuk melakukan pendampingan persiapan akreditasi bagi 62 madrasah di 5 kabupaten sasaran melalui ragam kegiatan mulai dari sosialisasi, pelatihan 7 mata latih dengan 2 kegiatan tambahan sebagai inovasi, mentoring implementasi pada tingkat madrasah sasaran, serta monitoring dan evaluasi. Untuk mengimplementasikan hasil pelatihan, madrasah sasaran selain didampingi oleh mentor, juga diberi dana pendamping sebesar AUSD 1.000 (seribu dollar Australia). Dalam pemanfaatan dana sebesar itu, madrasah harus sesuai dengan rencana kegiatan dan anggaran peningkatan mutu madrasah yang dibuat dan telah disetujui oleh AEPI Komponen 3 setelah disetujui oleh SNIP MDC Jawa Barat sebagai lembaga mitra. Hal ini mengharuskan madrasah memahami bagaimana cara mengembangkan madrasah. Stakeholder inti madrasah sebagai motor yang akan menggerakkan seluruh komponen di madrasah, mereka yang akan mengomando peningkatan mutu madrasah secara efektif. Salah satu pelatihan yang dikembangkan oleh SNIP MDC Jawa Barat dalam kerangka tersebut adalah Pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif (PME). Pelatihan ini ditujukan untuk seluruh madrasah program kemitraan di 5 kabupaten di Jawa Barat, yaitu Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Karawang, Kab. Sumedang, dan Kab. Sukabumi dengan jumlah 61 madrasah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis efektifitas pelatihan PME yang dilaksanakan oleh SNIP MDC Jawa Barat; 2) menganalisis tingkat relevansi pelatihan terhadap pengembangan kapasitas kelembagaan madrasah. Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dengan fokus masalah di lapangan.7 Sumber data penelitian 7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alpabeta, 2004), hlm. 21.
Efektifitas dan Relevansi Pelatihan Pengembangan... – Ulfiah 226
diarahkan pada madrasah secara kelembagaan. Madrasah dijadikan sebagai unit analisis penelitian (unit of research analysis). Madrasah yang diteliti adalah madrasah sasaran program SNIP di wilayah Jawa Barat dengan fokus 5 (lima) kabupaten, yaitu Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Karawang, dan Sukabumi, yang berjumlah 65 madrasah baik MI maupun MTs. Penelitian difokuskan pada unsur-unsur pengembangan kapasitas madrasah yang disepakati dalam pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sd Nopember 2015. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, Instrumen daftar ceklist berupa daftar tagihan pasca pelatihan PME, dan dokumentasi.8 Pembahasan Hasil Penelitian Efektifitas Pengembangan Madrasah 1. Tingkat keberhasilan peserta pelatihan Untuk mengukur keberhasilan pelatihan, salah satunya dilakukan pre dan post tes. Pre-tes dimaksudkan untuk melihat posisi awal kemampuan para peserta sebelum materi pelatihan disampaikan. Sementara post-tes dilaksanakan untuk mengetahui kemajuan pemahaman para peserta dalam menyerap berbagai pengetahuan (kognitif) yang disampaikan, mempraktekan keterampilan (psikomotor) yang dilatihkan, serta menyikapi nilai-nilai (afektif) yang ditanamkan. Untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran pada pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif (PME) di 5 kabupaten sasaran, dapat digambarkan hasil setiap kabupatennya sebagai berikut: a. Kabupaten Sukabumi Dari 33 jumlah peserta, diperoleh hasil rata-rata pre tes sebesar 44,8. Sementara rata-rata hasil post tes menunjukan peningkatan 57,9. T-Testnya diperoleh hasil 0,0012. Hal ini menunjukan ada perubahan pengetahuan pada peserta dengan efeck size 0,9057. Ini artinya tingkat efektifitas pembelajaran besar. b. Kabupaten Karawang Dari 36 jumlah peserta, diperoleh hasil rata-rata pre tes sebesar 48,1. Sementara rata-rata hasil post tes menunjukan peningkatan 66,9. T-Testnya diperoleh hasil 0,0000. Hal ini menunjukan ada perubahan 8
Lexy Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif 2005), hlm. 25.
(Bandung: Rosdakarya,
227
Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 221-233
c.
d.
e.
2.
pengetahuan pada peserta dengan efeck size 1,3793. Ini artinya tingkat efektifitas pembelajaran besar. Kabupaten Bandung – Sumedang (I) Dari 48 jumlah peserta, diperoleh hasil rata-rata pre tes sebesar 41,7. Sementara rata-rata hasil post tes menunjukan peningkatan 74,6. T-Testnya diperoleh hasil 0,0000. Hal ini menunjukan ada perubahan pengetahuan pada peserta dengan efeck size 2,2058. Ini artinya tingkat efektifitas pembelajaran besar Kabupaten Bandung – Sumedang (II) Dari 35 jumlah peserta, diperoleh hasil rata-rata pre tes sebesar 46,3. Sementara rata-rata hasil post tes menunjukan peningkatan 74,6. T-Testnya diperoleh hasil 0,0000. Hal ini menunjukan ada perubahan pengetahuan pada peserta dengan efeck size 2,5398. Ini artinya tingkat efektifitas pembelajaran besar Kabupaten Bandung Barat Dari 49 jumlah peserta, diperoleh hasil rata-rata pre tes sebesar 47,3. Sementara rata-rata hasil post tes menunjukan peningkatan 60,6. T-Testnya diperoleh hasil 0,0000. Hal ini menunjukan ada perubahan pengetahuan pada peserta dengan efeck size 1,0304. Ini artinya tingkat efektifitas pembelajaran besar.
Dari deskripsi di atas terlihat bahwa pelaksanaan pelatihan pada 5 kelas di 5 kabupaten sasaran dapat dikatakan berhasil. Selain itu, mayoritas peserta berpendapat bahwa metode pelatihan sangat menarik. Sementara materinya merupakan materi baru bagi mereka. Mereka menganggap dapat membantu menggerakan semangat para stakeholder madrasah untuk dapat menggerakan warga madrasah menuju perubahan. Relevansi dan Efektifitas Pelatihan Untuk mengukur relevansi pelatihan dengan kebutuhan peserta evaluasi qualitas pelatihan dengan jumlah soal 6 dengan option jawaban A (sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), D (kurang), dan E (sangat Kurang). Jawaban A dan B menunjukan relavan dan efektif. Nomor 1 dan 6 menanyakan pendapat peserta tentang relevansi pelatihan. Sementara nomor 2,3,4,5 menanyakan pendapat peserta tentang efektifitas pelatihan. Hasilnya dapat dilihat berikut ini: a. Kabupaten Sukabumi
Efektifitas dan Relevansi Pelatihan Pengembangan... – Ulfiah 228
Jumlah Jawaban B
C
D
Baik
Cukup
Kurang
1
A Sangat baik 10
Kosong
1
E Sangat Kurang 0
27
0
-5
33
2
18
18
2
0
0
-5
33
3
20
14
4
0
0
-5
33
4
13
24
1
0
0
-5
33
5
12
23
2
0
0
-4
33
6
14
21
3
0
0
-5
33
Pertanyaan
Blank Total
Persentase Jumlah jawaban berdasar relevansi dan Efektifitas pelatihan % Sangat % % Kelompok Pertanyaan Baik Cukup Kurang dan Baik
% Sangat Kurang
Relevan*
√
1&6
94,7%
3,9%
1,3%
0,0%
Efektif*
√
2,3,4,5
94,0%
6,0%
0,0%
0%
*Relevan & Efektif jika % "Sangat Baik" dan "Baik" lebih besar atau sama dengan : 85%
b.
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat relevannya di Kab. Sukabumi sebesar 94,7%, sementara tingkat efektifitasnya sebesar 94,0%. Kabupaten Karawang Jumlah Jawaban B
C
D
Baik
Cukup
Kurang
1
A Sangat baik 15
17
2
2
24
8
1
3
17
13
4
16
5 6
Pertanyaan
Kosong
0
E Sangat Kurang 0
Blank
2
36
1
0
2
36
3
1
0
2
36
16
2
0
0
2
36
14
15
5
0
0
2
36
11
16
5
2
0
2
36
% Kurang
% Sangat Kuran g
2,9%
0,0%
1,5%
0%
Total
Persentase Jumlah jawaban berdasar relevansi dan Efektifitas pelatihan Kelompok
Perta nyaan
% Sangat Baik dan Baik
Relevan*
√
1&6
86,8%
Efektif*
√
2,3,4, 5
90,4%
% Cu kup 10, 3% 8,1 %
229
c.
Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 221-233
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat relevannya di Kab. Karawang sebesar 86,8%, sementara tingkat efeltifitasnya sebesar 90,4%. Kabupaten Bandung- Sumedang Ruang Nusantara Jumlah Jawaban B
C
D
Baik
Cukup
Kurang
1
A Sangat baik 12
23
2
2
20
13
3
16
4 5 6
Pertanyaan
Kosong
0
E Sangat Kurang 0
Blank
11
48
4
0
0
11
48
20
1
0
0
11
48
12
22
3
0
0
11
48
15
19
3
0
0
11
48
7
24
6
0
0
11
48
% Sangat Baik dan Baik
% Cuku p
% Kurang
% Sanga t Kura ng
89,2%
10,8 %
0,0%
0,0%
92,6%
7,4%
0,0%
0%
Total
Persentase Jumlah jawaban berdasar relevansi dan Efektifitas pelatihan Perta nyaa n
Kelompok
d.
Relevan*
√
Efektif*
√
1& 6 2,3,4, 5
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat relevannya di Kab. Bandung dan Sumedang Ruang Nusantara sebesar 89,2%, sementara tingkat efektifitasnya sebesar 92,6%. Kabupaten Bandung Sumedang Ruang Java Jumlah Jawaban B
C
D
Baik
Cukup
Kurang
1
A Sangat baik 22
Kosong
0
E Sangat Kurang 0
11
0
2
35
2
24
9
0
0
0
2
35
3
19
13
1
0
0
2
35
4
21
12
0
0
0
2
35
5
17
16
0
0
0
2
35
6
13
20
0
0
0
2
35
% Kurang
% Sanga t Kura
Pertanyaan
Blank Total
Persentase Jumlah jawaban berdasar relevansi dan Efektifitas pelatihan Kelompok
Perta nyaan
% Sangat Baik dan Baik
% Cuk up
Efektifitas dan Relevansi Pelatihan Pengembangan... – Ulfiah 230
ng
e.
Relevan*
√
1&6
100,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Efektif*
√
2,3,4, 5
99,2%
0,8%
0,0%
0%
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat relevannya di Kab. Bandung dan Sumedang Ruang Nusantara sebesar 100 %, sementara tingkat efektifitasnya sebesar 99,2%. Kabupaten Bandung Barat Jumlah Jawaban B
C
D
Baik
Cukup
Kurang
1
A Sangat baik 10
27
0
2
18
18
3
20
4 5 6
Pertanyaan
Kosong
1
E Sangat Kurang 0
Blank
-5
33
2
0
0
-5
33
14
4
0
0
-5
33
13
24
1
0
0
-5
33
12
23
2
0
0
-4
33
14
21
3
0
0
-5
33
% Kurang
% Sanga t Kura ng
Total
Persentase Jumlah jawaban berdasar relevansi dan Efektifitas pelatihan
Kelompok
Perta nyaan
% Sangat Baik dan Baik
% Cuku p
Relevan*
√
1&6
94,7%
3,9%
1,3%
0,0%
Efektif*
√
2,3,4, 5
94,0%
6,0%
0,0%
0%
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat relevannya di Kab. Bandung dan Sumedang Ruang Nusantara sebesar 94,7 %, sementara tingkat efektifitasnya sebesar 94%. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa tingkat relevansi dan efektifitas pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif sangat tinggi. Beberapa data di atas menunjukkan bahwa pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif dipandang bagus efektifitasnya dalam mengembangkan kapasitas madrasah. Pelatihan ini memberikan dampak bagi pengelola madrasah dalam konteks mendorong mereka untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan madrasah yang melibatkan kepala madrasah, komite madrasah, dan yayasan.
231
Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 221-233
Hasil observasi terhadap madrasah, terutama berdasarkan hasil observasi terhadap oleh tim peneliti MDC di 30 madrasah sasaran, diperoleh hasil sebagai berikut: Hasil Observasi Output Tagihan PME NO
MADRASAH
%
1
Mts. Nurrezky Hasanah Iparay - Ciparay Bandung [Kab.]
82.74%
2
Mi. Misbahul Hidayah - Batujaya Karawang [Kab.]
78.37%
3
Mi. Nurul Iman - Cipeundeuy Bandung Barat [Kab.]
75.60%
4
Mts. Ibnu Sina - Cisaat Sukabumi [Kab.]
71.43%
5
Mts. 12 Rabi'ul Awwal - Purwasari Karawang [Kab.]
79.37%
6
Mts. Kader Cendekia - Pacet Bandung [Kab.]
85.52%
7
Mts. Al Ghifary - Batujajar Bandung Barat [Kab.]
92.46%
8
Mts. Nurul Hidayah Miftahurroja - Ciwidey Bandung [Kab.]
86.90%
9
Mi. Gununghalu - Gununghalu Bandung Barat [Kab.]
86.51%
10
Mts. Zamahsyari - Pasirjambu Bandung [Kab.]
86.51%
11
Mi. Wasilatul Amanah Prima - Majalaya Bandung [Kab.]
89.68%
12
Mi. Al Izzah - Batujaya Karawang [Kab.]
78.37%
13
Mts. Istigfarlah - Sumedang Selatan Sumedang [Kab.]
84.52%
14
Mts. Al Haq - Sagaranten Sukabumi [Kab.]
92.06%
15
Mts. Ypi Mekar Jaya - Arjasari Bandung [Kab.]
78.57%
16
Mts. Nurul Mukhtariyah - Sindangkerta Bandung Barat [Kab.]
84.52%
17
Mi. Al - Faizin - Solokanjeruk Bandung [Kab.]
84.13%
18
Mts. Darul Hikmah - Bojongsoang Bandung [Kab.]
80.36%
19
Mts. Al-Muwahhidin - Cibadak Sukabumi [Kab.]
89.68%
20
Mts. Al-Ihsan Ciparay - Ciparay Bandung [Kab.]
92.06%
21
Mts. Al Mansyuriah Sa'adah - Lembang Bandung Barat [Kab.]
94.84%
22
Mts. Al Insan Tanjungmedar - Tanjungmedar Sumedang [Kab.]
92.46%
23
Mts. Persis 43 Al Manar Ciwedey - Ciwedey Bandung [Kab.]
90.08%
24
Mi. Permata Bangsa - Cileunyi Bandung [Kab.]
85.52%
25
Mts. Firdaus - Pangalengan Bandung [Kab.]
87.50%
26
Mts. Al-Falaah Kopo - Kutawaringin Bandung [Kab.]
87.90%
27
Mi. Muslimin Golewang - Cihampelas Bandung Barat [Kab.]
94.44%
28
Mi. Cilambuuh - Cihampelas Bandung Barat [Kab.]
76.39%
29
Mi. Ciroyom Ii - Cipeundeuy Bandung Barat [Kab.]
82.74%
30
Mts. At-Taqwa Ciparay - Ciparay Bandung [Kab.]
89.29%
Rata-rata ketercapaian relevansi pelatihan terhadap output tagihan sebesar 85,35%. Angka ini menunjukkan tingkat ketercapaian output yang baik. Madrasah sasaran cukup memperhatikan aspek tagihan output ini dalam kerangka pengembangan kapasitas madrasah. Nilai terkecil berada pada 71.43% pada salah satu MTs di
Efektifitas dan Relevansi Pelatihan Pengembangan... – Ulfiah 232
Kabupaten Sukabumi, sementara nilai terbesar berada 94.44% pada salah satu MI di Kabupaten Bandung Barat. Data rata-rata ketercapaian output yang melebihi 70% menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan PME memiliki dampak yang baik terhadap pengembangan kapasitas madrasah. Pengembangan kapasitas di madrasah sasaran menunjukkan hasil yang bagus menunjukkan bahwa mereka memiliki kemauan dan keterbukaan terhadap proses perubahan. Madrasah sasaran dapat mengkaji ulang, memikirkan kembali, dan membangun kembali fungsi-fungsi Madrasah termasuk kepemimpinan, pengambilan keputusan, pembelajaran, hubungan masyarakat, dan lingkungan fisik yang bersih dan sehat. Komitmen dibangun untuk pengembangan profesi staf dan keterlibatan komunitas secara terus-menerus dalam proses pengambilan keputusan bersama. Madrasah sasaran dapat menciptakan pengalaman dan kesempatan bagi semua orang untuk belajar cara bekerja sama melalui sebuah komitmen terhadap perencanaan kolaboratif. Dengan memastikan bahwa dua komponen kunci, kepemimpinan bersama dan komunitas pembelajar yang profesional bekerja dalam satu kesatuan. Secara bersama, dua unsur ini menciptakan kebersamaan dan kepercayaan sosial, yang memungkinan perubahan dapat terjadi. Sehingga pembangunan hubungan yang kuat, yang mendorong madrasah untuk berkembang, tumbuh, dan meningkat. Penutup Hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pelatihan PME dipandang memiliki efektifitas yang baik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai post test berdasarkan pretest, dengan perubahan pengetahuan pada peserta dengan effect size yang cukup bagus; dan 2) Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa tingkat relevansi dan efektifitas pelatihan Pengembangan Madrasah Efektif sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan angka pencapaian indeks relevansi melebihi 80%, juga dibuktikan oleh rata-rata pencapaian pemenuhan output tagihan dengan nilai 85,35%. Daftar Pustaka Balitbang Departemen Agama. Hasil Survey Pengelolaan Madrasah. Jakarta: Balitbang Departemen Agama. 2010. Fadjar. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan. 1998.
233
Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 221-233
Ikhwan, Afiful. Akreditasi Madrasah Aliyah (MA) dalam Kebijakan Pendidikan Nasional, EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam, Jurusan Tarbiyah STAI Muhammadiyah Tulungagung, Vol. 2, No. 2, November 2014Maksum. Sejarah Madrasah. Jakarta: Logos. 2002. Moeloeng, Lexy J. Metodologi Rosdakarya. 2005.
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Saud, Udin S.Perencanaan Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alpabeta. 2004. Suryadi, Rudi Ahmad. Percikan Pemikiran Pendidikan. Cianjur: STITNH. 2009.