UNIVERSITAS INDONESIA
PROFIL MATURITAS RETIKULOSIT PADA ORANG DEWASA NORMAL SERTA PEMBAWA SIFAT THALASSEMIA-β ATAU HEMOGLOBIN E
TESIS
CUSSI LESTARI SILADJAJA 0906565955
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK JAKARTA DESEMBER 2014
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PROFIL MATURITAS RETIKULOSIT PADA ORANG DEWASA NORMAL SERTA PEMBAWA SIFAT THALASSEMIA-β ATAU HEMOGLOBIN E
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialias Patologi Klinik
CUSSI LESTARI SILADJAJA 0906565955
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK JAKARTA DESEMBER 2014
i
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan karuniaNya, saya dapat menyelesaikan pendidikan di Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Spesialis Patologi Klinik. Selama masa pendidikan dan selama masa penyusunan tesis ini saya didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih setulus hati kepada: a. dr. Alida R. Harahap, SpPK(K), PhD selaku guru dan pembimbing tesis saya, yang telah banyak mendorong dan membantu saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik. b. Prof. dr. Riadi Wirawan, SpPK(K) selaku guru dan pembimbing tesis saya, yang telah banyak membantu saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik. c. Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, SpA(K) selaku pembimbing tesis saya, yang telah banyak memberikan masukan untuk tugas akhir saya. d. Prof. dra. Arini Setiawati, PhD, selaku pembimbing tesis saya, yang telah
banyak memberikan masukan mengenai statistic untuk tugas akhir saya. e. dr. Farida Oesman, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya, yang telah
banyak memberikan saran dari segi akademis maupun non-akademis dalam penyelesaian tesis saya. f.
Dr. dr. Diana Aulia, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya, arahan dan saran Beliau membantu saya dalam menyelesaikan tesis saya.
g. dr. Ninik Sukartini, DMM, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya,
yang telah memberikan masukan yang sangat berharga untuk tesis saya. h. Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK(K), selaku guru dan ketua program
studi, dr. Yusra, SpPK, PhD selaku sekretaris program studi, yang banyak membantu saya selama belajar di Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM i.
Semua guru-guru saya: Prof. Dr. dr. Rustadi Sosrosumihardjo, DMM, MS, SpPK(K); Prof. dr. Marzuki Suryaatmadja, SpPK(K); Prof. dr. Rahajuningsih Dharma Setiabudy, SpPK(K), DSc, FACT; Dr. dr. Ina S. Timan, SpPK(K); dr. Dalima AW Astrawinata, SpPK(K), MEpid; dr. Tonny iv
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Loho, DMM, SpPK(K); dr. July Kumalawati, DMM, SPPK(K); dr. Fify Henrika, SpPK(K); dr. Astuti Giantini, SpPK; dr. Nuri Dyah Indrasari, SpPK(K); dr. Dewi Wulandari, SpPK, MSc; dr. Merci Monica P, SpPK; dr. Sri S. Adiyanti, SpPK. j.
Kedua orang tua saya, dr. Julianto Siladjaja dan Surjani Idris, kedua mertua saya Ng A Liem dan Tjhai Kin Fun yang telah mencintai saya dengan tulus dan selalu mendukung saya baik secara moril dan materil.
k. Suami saya tercinta Felixius Pranata, SE yang telah mendukung dan
membantu saya dalam setiap keputusan dan tindakan saya. l.
Anak saya Hans Davis Pranata yang telah bersabar selama saya bersekolah.
m. Adik saya, Suwita Siladjaja, yang telah menyemangati saya. n. dr. Lidya Utami, SpPK, yang telah membantu dan mendukung saya dalam
mengumpulkan subjek penelitian hingga menyelesaikan tesis saya. o. Teman-teman saya dr. Diana, dr. Tandry, dr. Wilya, dr. Irrine, dr. Glady, dr.
Fina, dan semua teman-teman seperjuangan yang telah membantu saya secara langsung maupun tidak langsung saat pengerjaan tesis maupun saat belajar di Departement Patologi Klinik FKUI/RSCM. p. Analis dan karyawan Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM.
q. Pasien dan hasil laboratorium yang menjadi bahan belajar saya selama ini. r. PT Sysmex Indonesia atas bantuan dan kerja samanya. Akhir kata, saya berharap Tuhan YME membalas kebaikan semua pihak yang tulus membantu saya dalam mengerjakan tesis ini. Semoga tesis saya bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 24 Desember 2014 Penulis
v
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
ABSTRAK Nama : Cussi Lestari Siladjaja Program studi : Pendidikan dokter spesialis patologi klinik Judul : Profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal dan pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E Latar belakang: Retikulosit dapat dibedakan menjadi beberapa fraksi berdasarkan tingkat maturitasnya yaitu high fluorescence ratio (HFR), medium fluorescence ratio (MFR), low fluorescence ratio (LFR) yang diukur berdasarkan banyaknya kandungan RNA. Immature reticulocyte fraction (IRF) merupakan gabungan fraksi MFR dan HFR. Tingkat maturitas retikulosit dapat menjadi indikator klinis aktivitas eritropoiesis dan eritropoiesis inefektif. Eritropoiesis inefektif merupakan salah satu patofisiologi pada thalassemia dan HbE. Pada defisiensi besi, eritropoiesis menurun karena besi sebagai salah satu bahan baku pembentukan hemoglobin jumlahnya kurang sehingga jumlah retikulosit menurun Tujuan: Mendapatkan gambaran retikulosit dan fraksinya pada orang Indonesia dewasa normal yang dapat digunakan sebagai nilai rujukan, serta pada pembawa sifat thalassemiaβ atau hemoglobin E dengan dan tanpa defisiensi besi untuk menilai aktivitas eritropoiesis dan eritropoiesis inefektif Metode: Desain penelitian adalah potong lintang, dengan menggunakan 249 subjek sehat dan 98 subjek keluarga pasien thalassemia yang berobat ke poliklinik thalassemia Hasil:Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya pada orang dewasa adalah hitung retikulosit relatif (HRR) lelaki dan perempuan 0,7 – 2,2%, hitung retikulosit absolut (HRA) lelaki 35.988 – 101.198 /μL dan HRA perempuan 26.400 – 105.000 /μL, IRF relatif lelaki dan perempuan 2,4 – 13,4%, IRF absolut lelaki 1.343 – 10.049 /μL dan perempuan 764 – 11.223 /μL, LFE relatif lelaki dan perempuan 86,6 – 97,4%, LFR absolut lelaki 32.444 – 97.573 /μL dan perempuan 25.634 – 92.063 /μL. HRR dan HRA subjek pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dalam rentang nilai rujukan tetapi IRF lebih tinggi dari orang sehat. Pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi didapatkan HRR, HRA, dan IRF lebih rendahdaripada subjek tanpa defisiensi besi, tetapi lebih tinggi daripada orang sehat. Kesimpulan: HRR dan HRA pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dalam rentang nilai rujukan tetapi IRF lebih tinggi, menunjukkan terjadi eritropoiesis inefektif. HRR, HRA, dan IRF pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi tetapi lebih tinggi daripada orang sehat, menunjukkan eritropoiesis inefektif juga terjadi pada subjek defisiensi besi walaupun aktivitas eritropoiesis lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi. Kata kunci: retikulosit, maturitas retikulosit, thalassemia, defisiensi besi
vii
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
ABSTRACT Name : Cussi Lestari Siladjaja Study program : Clinical pathology Title : Reticulocyte maturity in normal adults and β-thalassemiaor hemoglobin E carriers Background: Based on the measurement of RNA content, flowcytometry provides reticulocyte maturation indices, which are low fluorescence ratio (LFR), medium fluorescence ratio (MFR), and high fluorescence ratio (HFR). Immature reticulocyte fraction (IRF) consists of MFR and HFR. Reticulocyte maturity can be used as a clinical indicator of erythropoietic activity. Ineffective erythropoiesis and chronic hemolytic in thalassemia-β and hemoglobin E carriers results in anemia. Human body responds byincreasing erythropoiesis. In iron deficiency, erythropoiesis will decrease as iron which is essential for hemoglobin formation is deficient. Objective: to obtain profile of reticulocyte and its fractions in normal adults that can be used as reference interval, and in β-thalassemia or hemoglobin E carriers with and without iron deficiency to assess erythropoiesis activity and ineffective erythropoiesis. Methods: a cross sectional study. There were 249 healthy subjects and 98 family members of thalassemia patients in thalassemia policlinic. Results: MFR and HFR had poor precision thus results of both parameters were unreliable. Reference interval for reticulocyte and its fractions in normal adults are relative reticulocyte count (RRC) male and female 0.7 – 2.2%, absolute reticulocyte count (ARC) male 35,988 – 101,198 /μL and female 26,400 – 105,000/μL, relative IRF maleand female 2.4 – 13.4%, absolute IRF male 1,343 – 10,049/μL and female 764 – 11.223/μL, relative LFR male and female 86.6 – 97,4%, absolute LFR male 32,444 – 97,573/μL and female 25.634 – 92.063/μL. RRC and ARC ofthalassemia-β or HbE carriers were within reference interval, but IRF were higher than in normal adults. RRC, ARC, and IRF inthalassemia-β or HbE carriers with iron deficiency were lower than those without iron deficiency, but higher than in normal adults Conclusions: RRC and ARC of β-thalassemia or HbE carriers were within reference interval, but IRF were higher, showed ineffective erythropoiesis. RRC, ARC, and IRFβthalassemia or HbE carriers with iron deficiency were lower than those without iron deficiency, but higher than in normal adults. It showed that ineffective erythropoiesis also occurred in those with iron deficiency despite lower erythropoiesis activity. Key words: reticulocyte, reticulocyte maturity, thalassemia, iron deficiency.
viii
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………...................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………… iii KATA PENGANTAR………………………………………………………………… iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………………………... vi ABSTRAK…………………………………………………………………………….. vii ABSTRAK…………………………………………………………………………….. viii DAFTAR ISI………………………………………………………………………...... ix DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….. xi DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….. xii DARTAR LAMPIRAN……………………………………………………………….. xiii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN…………………………………………….. xiv 1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………1 1.1. Latar belakang…………………………………………………………………….. 1 1.2. Permasalahan……………………………………………………………………… 3 1.3. Tujuan penelitian………………………………………………………………….. 4 1.3.1. Tujuan umum……………………………………………………………... 4 1.3.2. Tujuan khusus…………………………………………………………….. 4 1.4. Manfaat penelitian………………………………………………………………… 4 1.4.1. manfaat klinis…………………………………………………………….. 4 1.4.2. manfaat akademis………………………………………………………… 4 2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….. 5 2.1. Thalassemia……………………………………………………………………….. 5 2.1.1. Sintesis hemoglobin………………………………………………………. 5 2.1.2. Definisi dan tipe thalassemia……………………………………………... 9 2.1.3. Thalassemia-β……………………………………………………………. 10 2.1.3.1. Patologi molekular……………………………………………….. 10 2.1.3.2. Patofisiologi……………………………………………………… 11 2.1.3.3. Manifestasi klinis………………………………………………… 13 2.1.3.4. Temuan laboratoris………………………………………………. 14 2.1.4. Hemoglobin E…………………………………………………………….. 15 2.1.4.1. Pembawa sifat hemoglobin E……………………………………. 16 2.1.5. Defisiensi besi dan thalassemia intermedia/minor……………………….. 16 2.2. Immature reticulocyte fraction……………………………………………………..17 2.2.1. Fisiologi retikulosit……………………………………………………….. 17 2.2.2. Hubungan efektivitas eritropoiesis dan retikulosit……………………….. 19 2.2.3. Pemeriksaan retikulosit otomatik………………………………………… 20 2.3. Kerangka teori…………………………………………………………………….. 22 2.4. Kerangka konsep………………………………………………………………….. 23 3. METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………… 24 3.1. Desain penelitian………………………………………………………………….. 24 3.2. Tempat dan waktu penelitian……………………………………………………… 24 3.3. Subjek penelitian………………………………………………………………….. 24 3.3.1. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal...24 3.3.2. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemiaβ atau hemoglobin E……………………………………………………… 25
ix
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
3.4. Besar sampel………………………………………………………………………. 25 3.5. Batasan operasional……………………………………………………………….. 25 3.6. Bahan penelitian dan cara kerja…………………………………………………… 26 3.7. Alur penelitian…………………………………………………………………….. 28 3.8. Pemeriksaan……………………………………………………………………….. 29 3.8.1. Pemeriksaan pendahuluan………………………………………………... 29 3.8.2. Pemeriksaan retikulosit…………………………………………………… 30 3.9. Pengolahan data…………………………………………………………………… 33 4. HASIL PENELITIAN……………………………………………………………………..37 4.1. Uji ketelitian dan ketepatan……………………………………………………….. 37 4.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya………………………………………......... 41 4.2.1. Subjek penelitian…………………………………………………………. 41 4.2.2. Karakteristik subjek………………………………………………………. 41 4.2.3. Perhitungan statistik……………………………………………………….42 4.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E. 44 4.3.1. Subjek penelitian…………………………………………………………. 44 4.3.2. Karakteristik subjek………………………………………………………. 44 4.3.3. Profil maturitas retikulosit………………………………………………... 45 5. PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 48 5.1. Uji ketelitian dan ketepatan……………………………………………………….. 48 5.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya……………………………………………. 52 5.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E. 55 5.4. Keterbatasan penelitian……………………………………………………………. 57 6. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………... 58 6.1. Kesimpulan………………………………………………………………………... 58 6.2. Saran……………………………………………………………………………..... 59 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 61 LAMPIRAN……. …………………………………………………………………….. 67
x
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel 4.10. Tabel 4.11. Tabel 4.12. Tabel 4.13. Tabel 4.14. Tabel 4.15 Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6. Tabel 5.7. Tabel 5.8. Tabel 5.9. Tabel 5.12.
Berbagai tipe thalassemia ………………………………………………9 Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 1 ..37 Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 2 ..37 Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 3 ..38 Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit rendah …………………………………………………………………..38 Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit normal ………………………………………………………….............39 Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit tinggi…………………………………………………………………...39 Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 1. …………………………………………………………………… …….40 Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 2. …………………………………………………………………… …….40 Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 3. …………………………………………………………………… …….40 Alasan bahan pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria masukan atau tolakan…………………………………………………………... …….41 Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya………………………………… 43 Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E ..44 Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E tanpadefisiensi besi dan dengan defisiensi besi……………………… 45 Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang Sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lelaki……………….46 Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang Sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE perempuan…………46 Perbandingan hasil uji ketelitian within run kontrol XN-Check dengan rekomendasipabrik ……………………………….……………………48 Perbandingan hasil uji ketepatanwithin run kontrol XN-Check dengan rekomendasi pabrik……………………………………………………..49 Perbandingan hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan rekomendasipabrik …………………………..………………………...50 Perbandinganhasil uji ketelitian between days kontrol XN-Check dengan rekomendasi pabrik……………………………………………………..50 Perbandingan hasil uji ketepatan between dayskontrol XN-Check dengan rekomendasi pabrik…………………….………………………………51 Nilai rujukan HRR berbagai penelitian ………………………………..52 Nilai rujukan HRA berbagai penelitian ………………………………..53 Nilai rujukan IRF berbagai penelitian …………………………………54 Nilai rujukan LFR berbagai penelitian ………………………….. ……54 Perbandingan data hemoglobin, VER, HER antara subjekpembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan dan tanpa defisiensi besi…..................55
xi
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 2.5. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 4.1.
Struktur molekular hemoglobin ………………………………………. 6 Kontrol genetik sintesis hemoglobin …………………………………. 6 Sintesis rantai globin pada usia pranatal dan postnatal ………………. 7 Proses sintesis rantai globin …………………………………………... 8 Patofisiologi thalassemia-β mayor ……………………………………. 12 Prinsip analisa retikulosit pada Sysmex XN-2000 …………………… 32 Scattergram retikulosit ……………………………………………… 32 Distribusi usiasubjek penelitian nilai rujukan retikulosit dan fraksinya.42
xii
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9.
Data subjek lelaki sehat ………………………………………………. 67 Data subjek perempuan sehat ………………………………………… 71 Data subjek pembawa sifat thalassemia-β dan hemoglobin E ………... 75 Perhitungan kriteria Chauvenet untuk menentukan nilai pencilan yang dieksklusi pada perhitungan nilai rujukan retikulosit dan fraksinya….. 82 Uji deviasi normal baku untuk niali rujukan retikulosit dn fraksinya… 84 Keterangan lolos kaji etik………………………………………........... 85 Surat keterangan ijin penelitian……………………………………….. 86 Informasi penelitian…………………………………………………… 87 Formulir persetujuan mengikuti penelitian……………………………. 88
xiii
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
ALT ARC BFU-E CFU-E CLSI CRP CV D Def EPO Hb HbE HRA HER HFR HRR IFN IL IRF K3EDTA KHER KTP LFR MFR MMC mRNA ROS RRC RSCM SPSS TNF tRNA VER
Alanine aminotransferase Absolute reticulocyte Count Burst forming units-erythroid Colony forming units-erythroid Clinical and Laboratory Standards Institute C-reactive protein Coefficient of variants Deviation Defisiensi Eritropoietin Hemoglobin Hemoglobin E Hitung retikulosit absolut hemoglobin eritrosit rerata High fluorescence ratio Hitung retikulosit relatif interferon interleukin Immature reticulocyte fraction Tripotassium ethylene diamine tetra acetate Konsentrasi hemoglobin eritrosit rerata Kartu tanda penduduk Low fluorescence ratio Medium fluorescence ratio Metropolitan Medical Center Messenger ribonucleic acid Reactive oxygen species Relative reticulocyte count RS Dr Cipto Mangunkusumo Statistical product and service solution Tumor necrosis factor Transfer ribonucleic acid Volume eritrosit rerata
xiv
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar belakang Hemoglobinopati merupakan kelainan genetik yang ditandai adanya
abnormalitas struktur atau sintesis rantai globin dari hemoglobin. Pada hemoglobin varian terdapat mutasi genetik yang menyebabkan delesi atau substitusi asam amino pada rantai globin yang menyebabkan kelainan struktur, sedangkan pada thalassemia terdapat kelainan genetik yang menyebabkan berkurangnya atau tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai globin.1 Di Pusat Thalassemia Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), jumlah pasien yang terdaftar di Pusat Thalassemia sampai dengan bulan Oktober 2014 sebanyak 1.723 pasien, terdiri atas thalassemia-β 50,9%, thalassemia-β/Hemomglobin E (HbE) 46,6%, thalassemia-α 2%, dan 0,5% hemoglobinopati lain.2 Eritropoiesis inefektif merupakan salah satu patofisiologi pada thalassemia. Pada thalassemia beta, eritropoiesis inefektif terjadi akibat adanya rantai alfa berlebih. Rantai alfa yang berlebih akan dioksidasi sebagian (partially oxidized), berpresipitasi serta melekat pada rangka membran eritrosit. Hal ini menyebabkan stabilitas membran eritrosit berkurang sehingga mudah terjadi hemolisis di sirkulasi. Pada sumsum tulang, sel eritroid dengan presipitasi rantai alfa yang teroksidasi akan dihancurkan oleh makrofag sumsum tulang sebelum eritrosit dilepaskan ke sirkulasi, menyebabkan eritropoiesis inefektif. Semakin matur prekursor eritrosit, sintesis rantai globin meningkat sehingga akumulasi rantai alfa juga meningkat. Dengan demikian penghancuran prekursor eritrosit di sumsum tulang semakin meningkat progresif seiring dengan tingkat maturitas prekursor eritrosit tersebut.3,4 Akibat hemolisis dan eritropoiesis inefektif, akitivitas eritropoiesis meningkat sebagai upaya untuk mengatasi anemia yang terjadi. Peningkatan aktivitas eritropoiesis ini dapat dilihat dengan peningkatan jumlah retikulosit.5 Kejadian defisiensi besi pada thalassemia intermedia/minor cukup tinggi. Penelitian oleh Dolai dkk pada pasien thalassemia minor di India menunjukkan prevalensi defisiensi besi adalah 29,67% pada perempuan dan 3,38% pada lelaki.
Universitas Indonesia 1 Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
2
Adanya defisiensi besi ini mengganggu sintesis hemoglobin karena besi merupakan salah satu komponen hemoglobin. Penurunan sintesis hemoglobin menyebabkan penurunan eritropoiesis yang dapat dilihat dengan penurunan retikulosit.6 Teknik pemeriksaan retikulosit berdasarkan adanya ribonucleic acid (RNA) pada sitoplasma retikulosit. Flowsitometri merupakan salah satu teknik pemeriksaan retikulosit yang banyak digunakan saat ini dan dapat memberikan informasi berguna yang tidak didapatkan melalui mikroskop cahaya. Teknik flowsitometri ini telah menyatu pada alat hematologi otomatis sehingga hasil pemeriksaan hitung retikulosit dapat rutin dilakukan saat pemeriksaan hematologi.7 Flowsitometri dapat membedakan retikulosit menjadi beberapa fraksi maturitas berdasarkan banyaknya kandungan RNA yaitu high fluorescence ratio (HFR), medium fluorescence ratio (MFR), low fluorescence ratio (LFR). Immature reticulocyte fraction (IRF) merupakan gabungan fraksi MFR dan HFR.5,7 Alat hitung hematologi automatik Sysmex XN-2000 merupakan seri Sysmex terbaru yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan seri Sysmex sebelumnya, yaitu mampu memberikan hasil yang lebih cepat dengan turnaround time sebanyak 10% serta memiliki beberapa modul yang dapat dipasang sesuai dengan kebutuhan. Penelitian Wirawan tahun 2006 menggunakan Sysmex XT 2000i mendapatkan nilai rujukan jumlah retikulosit untuk orang Indonesia dewasa di Jakarta adalah 0,5–2,0% untuk hitung retikulosit relatif, hitung retikulosit absolut lelaki 24.000-110.000/μL, perempuan 24.000– 95.000/μL, dan nilai rujukan IRF perempuan dan lelaki 1,4–14,6%, LFR 85,498,6%, MFR 1,3-12.0%, dan HFR 0-3,1%.5 Hingga saat ini belum ada nilai rujukan retikulosit orang dewasa normal menggunakan Sysmex XN-2000. Tingkat maturitas retikulosit dapat menjadi indikator klinis aktivitas eritropoietik serta informasi tambahan yang berguna di samping nilai hitung retikulosit. Peningkatan retikulosit imatur umumnya terjadi pada regenerasi sumsum tulang pasca-kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang, stimulasi eritropoietik iatrogenik, regenerasi eritrosit yang cepat pada hemolisis, perdarahan akut, dan pasca terapi anemia sehingga dapat digunakan untuk mengikuti hasil pengobatan anemia.5
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
3
Pada thalassemia, penurunan produksi hemoglobin, eritropoiesis inefektif dan adanya proses hemolitik kronik menyebabkan timbulnya anemia. Tubuh berusaha
mengatasi
anemia
dengan
meningkatkan
eritropoiesis
yang
menyebabkan peningkatan retikulosit. Pada pasien dengan defisiensi besi, eritropoiesis akan menurun karena sintesis hemoglobin terganggu. Namun hingga saat ini belum terdapat data tingkat maturitas retikulosit yang dapat menunjukkan aktivitas eritropoiesis pembawa sifat thalassemia dengan atau tanpa defisiensi besi.
1.2.
Permasalahan penelitian Aktivitas eritropoiesis pada thalassemia atau HbE bergantung dari upaya
kompensasi tubuh dalam mengatasi berat ringannya anemia yang terjadi. Peningkatan aktivitas eritropoiesis ini menyebabkan peningkatan jumlah retikulosit. Adanya eritropoiesis inefektif menyebabkan prekursor eritroid dihancurkan di sumsum tulang sehingga jumlah retikulosit yang terbentuk menjadi tidak setinggi daripada pada keadaan eritropoiesis efektif. Eritropoiesis inefektif juga menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi retikulosit matur sehingga jumlah fraksi retikulosit imatur di sirkulasi meningkat. Pada sisi lain, pembawa sifat thalassemia atau HbE dapat ditemukan defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi, aktivitas eritropoiesis menurun akibat kurangnya besi sebagai salah satu bahan baku eritropoiesis. Retikulosit imatur pada defisiensi besi dapat meningkat karena adanya pemendekan proses maturitas retikulosit di sumsum tulang sehingga menyebabkan penglepasan retikulosit lebih dini ke sirkulasi. Akibatnya proses pematangan retikulosit di sirkulasi berlangsung lebih lama. Dengan demikian Dengan demikian gambaran maturitas retikulosit di darah tepi pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dapat dipengaruhi oleh eritropoiesis inefektif dan ada tidaknya defisiensi besi. Namun hingga saat ini belum ada data gambaran maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan dan tanpa defisiensi besi..
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
4
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum Mendapatkan nilai rujukan retikulosit dan fraksinya pada orang Indonesia dewasa di Jakarta serta membuktikan eritropoiesis inefektif pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan alat Sysmex XN-2000
1.3.2. Tujuan khusus 1. Mendapatkan gambaran retikulosit dan fraksi maturitasnya secara relatif dan absolut pada orang Indonesia dewasa normal di Jakarta yang dapat digunakan sebagai nilai rujukan. 2. Mendapatkan gambaran hitung retikulosit dan fraksi maturitasnya relatif dan absolut pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE tanpa defisiensi besi. 3. Mendapatkan gambaran hitung retikulosit dan fraksi maturitasnya relatif dan absolut pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi.
1.4.
Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat klinis Nilai retikulosit dan fraksi maturitas retikulosit pada orang Indonesia dewasa normal di Jakarta dapat dijadikan sebagai nilai rujukan. Diketahuinya profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dapat membantu menilai akitvitas eritropoiesis dengan dan tanpa defisiensi besi, serta dapat mendukung adanya defisiensi besi pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE.
1.4.2. Manfaat akademis Nilai rujukan retikulosit dan fraksi maturitasnya untuk alat hematologi Sysmex XN-2000 pada orang dewasa normal dapat digunakan dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan retikulosit dan fraksi maturitas pasien. Diketahuinya profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dapat mendukung adanya eritropoiesis inefektif sebagai bagian dari patofisiologi thalassemia-β atau HbE.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Thalassemia Thalassemia pertama kali ditemukan oleh Thomas B Cooley pada tahun
1925 di Detroit. Dr. Cooley mendeskripsikan beberapa bayi yang menderita anemia berat dengan splenomegali dan kelainan tulang. Pada tahun 1932, Whipple dan Bradford mempublikasikan temuan patologik serta memberi nama ‘Thalassemia’ yang berasal dari bahasa Yunani θαλασσα yang berarti laut karena banyak pasien ditemukan berasal dari daerah Mediterania. Setelah tahun 1940 baru diketahui karakteristik genetik thalassemia. Saat ini thalassemia dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, dari daerah Mediterania, Timur Tengah, hingga Asia Tenggara.1,8,9 Manifestasi klinis thalassemia bervariasi. Pada thalassemia homosigot / heterosigot ganda pasien mengalami anemia berat dan dapat meninggal pada saat anak bila tidak ditatalaksana dengan baik. Pada pembawa sifat thalassemia manifestasi klinis bervariasi dari tanpa gejala hingga bergejala seperti individu yang homosigot / heterosigot ganda.1,8,10
2.1.1. Sintesis hemoglobin Hemoglobin merupakan struktur tetramer yang memiliki berat molekul 66.700 Dalton, terdiri dari 4 subunit protein globular. Masing-masing subunit terdiri dari sebuah rantai globin dan sebuah gugus heme seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Heme merupakan senyawa kompleks yang terdiri dari sebuah atom Fe yang terletak di tengah-tengah struktur porfirin. Setiap heme dapat mengangkut sebuah molekul oksigen yang terikat pada atom Fe, dengan demikian setiap molekul hemoglobin dapat mengangkut empat molekul oksigen.9,11 Setiap molekul hemoglobin memiliki dua pasang rantai globin yaitu sepasang rantai globin kelompok α (α atau ζ) dan sepasang rantai globin kelompok non-α (β, δ, ε, atau γ). Pada orang dewasa normal terdapat tiga macam hemoglobin yaitu hemoglobin A (α2β2) yang merupakan komponen terbanyak
5 Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
6
serta hemoglobin A2 (α2δ2) dan hemoglobin F (α2γ2). Pada masa embrio dan fetus terdapat Hb Portland (ζ2γ2), Hb Gower 1 (ζ2ε2), Hb Gower 2 (α2ε2), dan Hb F (α2γ2).8,9
Gambar 2.1. Struktur molekular hemoglobin
Gen untuk sintesis rantai globin terdapat pada kromosom 16 untuk kelompok globin α (gen α, ζ) dan kromosom 11 untuk kelompok globin non-α (gen β, δ, ε, γ)12 seperti yang terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Kontrol genetik sintesis hemoglobin13
Pada masa embrio (trimester pertama kehamilan) terdapat Hb Portland, Hb Gower 1 dan Hb Gower 2. Hemoglobin primitif ini dapat dideteksi pada saat hematopoiesis terjadi di kantung kuning telur (yolk sac) dan hati. Pada masa fetus dan neonatal eritropoiesis terjadi di hati, limpa dan sumsum tulang dengan hemogloin didominasi oleh HbF. Pada saat lahir neonatus memiliki 50-85% HbF.13,14
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
7
Pada orang dewasa normal, terdapat 3 fraksi hemoglobin yaitu HbA, HbA2, dan HbF. Hb A merupakan komponen mayor hemoglobin. Meskipun HbA dapat ditemukan sejak usia minggu kesembilan gestasi, sintesis rantai β tidak melebihi sintesis rantai γ sampai setelah lahir. Pada minggu ke-36 gestasi, sintesis rantai β meningkat secara nyata sedangkan sintesis rantai γ menurun sehingga saat lahir jumlah rantai β dan γ seimbang. Setelah lahir HbA terus meningkat hingga mencapai kadar seperti dewasa normal pada akhir tahun pertama kehidupan (>95%). Produksi HbF <1% dari hemoglobin dewasa normal. Produksi HbA2 terjadi pada masa fetus akhir dan pada saat lahir kadarnya <1%, kemudian kadarnya mencapai sama seperti dewasa normal setelah usia 1 tahun yaitu 1,5-3%, Pertukaran (switch) dari HbF ke HbA terjadi pada 3-6 bulan setelah lahir saat sintesis rantai γ diganti dengan rantai β seperti terlihat pada gambar 2.3.13,14
Gambar 2.3. Sintesis rantai globin pada usia pranatal dan postnatal13
Gen yang mengatur sintesis rantai globin terdiri dari 3 ekson dan 2 intron. Pada proses transkripsi terbentuk messenger RNA (mRNA) yang mengandung ekson dan intron dengan bantuan RNA polimerase II. Intron dari mRNA yang terbentuk akan hilang melalui proses splicing. Intron selalui diawali dengan dinukleotida GT pada ujung 5’ dan diakhiri dinukleotida AG pada ujung 3’. Ujung 5’ mRNA ditambahkan struktur CAP yang terdiri dari 7 metil-guanosin. Struktur CAP penting untuk perlekatan pada ribosom. Ujung 3’ mRNA
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
8
ditambahkan residu asam adenilat (poly-A) yang berguna untuk stabilisasi. Thalasemia dapat terjadi akibat mutasi atau delesi berbagai sekuens nukleotida. mRNA kemudian pindah ke sitoplasma dan melekat pada ribosom untuk mengalami translasi.13,14 Asam amino dibawa oleh transfer RNA (tRNA) sesuai dengan cetakan mRNA. Susunan asam amino pada rantai globin ditentukan oleh susunan kodon (3 basa). tRNA mengandung 3 basa, antikodon (komplementer terhadap kodon mRNA), dan membawa asam amino sesuai dengan pasangan kodon-antikodon pada posisi yang sesuai di cetakan mRNA.8,13 Kodon inisiasi adalah AUG dan kodon terminasi adalah UAA, UAG, dan UGA. Apabila ribosom mencapai kodon terminasi, translasi berhenti, rantai globin yang telah terbentuk dilepas, serta subunit ribosom akan didaur ulang.8,13 Proses sintesis rantai globin ini dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Proses sintesis rantai globin8
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
9
2.1.2. Definisi dan tipe thalassemia Thalassemia adalah sekelompok kelainan genetik yang diakibatkan penurunan sintesis satu atau lebih rantai globin hemoglobin. Thalassemia diklasifikasikan berdasarkan jenis rantai globin yang berkurang sintesisnya. Thalassemia α bila sintesis rantai α berkurang, sedangkan thalassemia β bila sintesis rantai β berkurang. Di samping itu dapat juga ditemukan individu yang menerima gen thalassemia dari salah satu orang tua dan gen hemoglobin varian dari orang tua lainnya, atau gen thalassemia α dari satu orang tua dan gen thalassemia β dari orang tua lainnya.1,8,10,12 Pada tabel 2.1 dapat dilihat berbagai variasi thalassemia. Tabel 2.1. Berbagai tipe thalassemia8,10 Thalassemia α
Thalassemia β
Thalassemia δβ Thalassemia γ Thalassemia δ Thalassemia εγδβ Hereditary persistence of fetal haemoglobin
α0 α+ delesi (-α) non-delesi (αT) 0 β β+ HbA2 normal Dominan Tidak terkait dengan gen rantai β (δβ)0 (δβ)+ (Aγ δβ)0 δ0 δ+ Delesi (δβ)0 , (Aγ δβ)0 Non-delesi G + A + Terkait dengan gen rantai β γβ , γβ Tidak terkait dengan gen rantai β
Secara klinis, thalassemia dapat dibagi menjadi thalassemia mayor, intermedia dan minor. Thalassemia mayor (anemia Cooley) memberikan gambaran klinis anemia berat dengan ketergantungan terhadap transfusi. Thalassemia intermedia terdapat anemia dan splenomegali, tetapi tidak membutuhkan transfusi rutin. Sedangkan thalassemia minor dapat tanpa gejala atau anemia ringan.8
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
10
2.1.3.
Thalassemia-β Thalassemia-β tersebar luas di Mediterania, Timur Tengah, India-Pakistan,
dan Asia Tenggara. Penyakit ini juga banyak ditemukan di bagian selatan dari bekas Uni Soviet dan Cina. Namun thalassemia-β tidak terbatas pada daerah tersebut, tetapi tersebar secara sporadis di berbagai ras.8,10 Pada thalasemia-β0 tidak terdapat sintesis rantai β, sedangkan pada thalasemia-β+ terjadi defisiensi parsial rantai β. Lebih dari 200 mutasi di dalam atau sekitar gen globin β diketahui menyebabkan penurunan atau tiadanya produksi globin-β.10
2.1.3.1.
Patologi molekular Terdapat sekitar 200 mutasi pada thalasemia-β. Mutasi dapat mengganggu
proses transkripsi, translasi, dan stabilitas pasca translasi gen globin sehingga tidak disintesisnya rantai globin-β (thalasemia-β0), atau berkurangnya sinstesis rantai globin-β (thalasemia-β+). mutasi pada thalasemia-β berupa mutasi titik, delesi atau substitusi nukleotida pada regio tertentu.8,12,15,16 Mutasi pada regio promoter gen globin dapat menurunkan transkripsi gen globin-β. Proses splicing mRNA dapat terganggu bila terdapat mutasi di dalam intron, ekson atau pada tempat perbatasan intron dan ekson. Mutasi yang melibatkan proses translasi terdiri dari dua kelompok yaitu mutasi nonsense dan frameshift. Mutasi nonsense yaitu perubahan satu basa yang menghasilkan kodon stop sehingga terjadi terminasi prematur sintesis rantai globin. Frameshift yaitu hilangnya atau insersi satu atau lebih basa.8,16 Selain itu mutasi pada ekson 3 juga dapat menyebabkan instabilitas produk globin-β. Rantai globin-β yang tidak stabil ini bersama dengan rantai globin-α yang berlebih akan berpresipitasi dan menimbulkan badan inklusi pada preskursor eritroid. Badan inklusi ini menyebabkan destruksi eritroid intramedular dan menyebabkan eritropoiesis inefektif. Hal ini merupakan dasar thalasemia-β diturunkan secara dominan. Di samping itu dapat juga dihasilkan eritrosit dengan rantai-β yang tidak stabil ke sirkulasi. Ertrosit tersebut akan dihancurkan di limpa dan menyebabkan hemolitik kronik.8,16
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
11
2.1.3.2.
Patofisiologi Pada individu normal, rantai α dan β diproduksi dalam jumlah seimbang.
Pada thalassemia-β terjadi penurunan atau tidak adanya sintesis rantai-β sehingga terjadi kelebihan rantai-α.1,8,10,17 Hampir seluruh patofisiologi thalassemia-β berkaitan dengan ketidakseimbangan sintesis rantai globin ini. Rantai-α yang berlebih tidak dapat membentuk struktur tetramer hemoglobin yang stabil sehingga berpresipitasi di dalam prekursor eritroid. Presipitasi tersebut menghasilkan badan inklusi yang dapat mengganggu pematangan eritroid. Pada sumsum tulang, presipitasi dapat terlihat paling dini pada prekursor ertroid yang membentuk hemoglobin dan sepanjang jalur pematangan eritroid. Badan inklusi menyebabkan destruksi prekursor eritroid intramedular sehingga terjadi eritropoiesis inefektif yang merupakan salah satu ciri thalassemia. Eritrosit yang masuk ke sirkulasi mengandung badan inklusi dari rantai-α yang dapat mengganggu perjalanan eritrosit melalui mikrosirkulasi terutama di limpa.8,10,15,16 Kerusakan membran eritrosit oleh presipitasi rantai-α terjadi selain akibat rantai-α yang berlebih juga akibat produk degradasi dari rantai-α bebas yaitu globin, heme, hemin (heme yang teroksidasi), dan besi bebas. Rantai globin yang berlebih dapat berikatan dengan protein membran eritrosit sehingga merusak struktur dan fungsi membran. Besi berlebih bersifat radikal bebas sehingga merusak protein dan lipid membran serta organel intraselular eritrosit. Heme dan hemin mengkatalisis pembentuk berbagai reative oxygen species (ROS) yang merusak membran eritrosit. Membran eritrosit menjadi kaku, eritrosit menjadi dehidrasi, kurang kalium, serta memiliki kadar kalsium tinggi dan kadar ATP yang rendah.8,10,15,18 Anemia pada thalassemia terjadi akibat 3 komponen. Pertama akibat eritropoiesis inefektif yaitu terjadi destruksi intramedular dari prekursor eritrosit. Kedua akibat hemolisis yaitu destruksi eritrosit matur yang mengandung inklusi rantai-α. Ketiga adalah eritrosit mikrositik hipokrom akibat penurunan sintesis hemoglobin secara keseluruhan.7,10 Anemia merangsang produksi eritropoietin sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang yang dapat menyebabkan deformitas
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
12
tulang tengkorak dan tulang panjang. Limpa menjadi hipertrofi akibat peningkatan destruksi eritrosit abnormal. Splenomegali selanjutnya menyebabkan peningkatan sekuestrasi eritrosit dan berperan menyebabkan anemia.8,16 Pada orang dewasa normal, sekitar 2-3 juta sel darah merah baru diproduksi setiap detik, tetapi pada thalassemia berat terjadi peningkatan eritropoiesis sebanyak 20-30 kali untuk mengatasi anemia yang terjadi.12 Pemberian transfusi darah yang rutin pada thalassemia mayor dapat membantu mengatasi anemia namun dapat terjadi akumulasi besi di hati, kelenjar endorin dan miokardium.8 Pada thalassemia-β sintesis HbF dan HbA2 tidak menurun. Produksi hemoglobin fetal dalam uterus berlangsung normal. Manifestasi klinis thalassemia mulai timbul saat terjadi pertukaran (switch) dari rantai γ ke rantai β. Namun beberapa prekursor eritroid dewasa mampu memproduksi rantai-γ dalam jumlah yang bervariasi. Eritrosit yang mampu memproduksi rantai-γ lebih banyak di sumsum tulang dapat lebih bertahan terhadap efek presipitasi rantai-α. Produksi fraksi HbF dan HbA2 meningkat pada thalassemia-β karena sintesis rantai-γ dan rantai-δ berjalan baik.3,8,10
Berlebih
Denaturasi Degradasi
Survival sekeltif prekursor eritrosit yang mengandung HbF HbF di eritrosit meningkat
Destruksi precursor eritrosit
Hemolisis Splenomegali (pooling, ekspansi volume plasma)
Afinitas oksigen eritrosit tinggi
Eritropoiesis inefektif
Anemia
Hantaran O2 menurun
Eritropoietin
Hipoksia jaringan
Transfusi
Ekspansi sumsum tulang
Deformitas skeletal Peningkatan laju metabolik Wasting Gout Defisiensi folat
Absorpsi besi meningkat
Penumpukan besi Defek endokrin Sirosis Gagal jantung
Gambar 2.5. Patofisiologi thalassemia-β mayor8
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
13
2.1.3.3.
Manifestasi klinis Pada thalassemia mayor, manifestasi klinis nampak sejak tahun pertama
kehidupan. Saat lahir, bayi tampak normal, namun dalam beberapa bulan mulai timbul anemia dan semakin memberat secara progresif. Bayi mengalami gagal tumbuh, asupan makan tidak adekuat, beberapa episode demam, diare dan gangguan gastrointestinal, serta malaise umum. Pada kebanyakan kasus splenomegali sudah nyata. Bila anak kemudian mendapatkan transfusi rutin yang adekuat, pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan baik dan splenomegali minimal, hingga memasuki masa pubertas yaitu saat mulai timbul efek kelebihan besi akibat eritropoiesis inefektif dan transfusi darah berulang. Berbagai komplikasi seperti diabetes, hipoparatiroidisme, insufisiensi adrenal, kegagalan hati progresif, keterlambatan perkembangan seksual sekunder, dan kerusakan jantung dapat terjadi akibat efek kelebihan besi. Pemberian terapi kelasi besi secara rutin dapat mengurangi efek kelebihan besi ini meskipun masih terdapat kemungkinan gangguan pertumbuhan, perkembangan seksual dan osteoporosis karena organ endokrin sensitif terhadap kelebihan besi yang ringan sekalipun. Di samping itu anak juga memiliki risiko tertular penyakit yang ditularkan melalui darah seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.8,10 Anak yang tidak mendapatkan transfusi darah adekuat memiliki karakteristik anemia Cooley’s yaitu gangguan pertumbuhan, deformitas tulang dengan bossing of the skull, overgrowth of maxillary region, wajah ‘mongoloid’, dan pada gambaran radiologis ditemukan pola trabekular berambut pada tulang panjang dan jari, serta gambaran hair on end di tulang tengkorak. Hati dan limpa membesar, dan terdapat pigmentasi pada kulit. Deformitas tulang menyebabkan peningkatan risiko fraktur. Terjadi peningkatan kebutuhan asam folat dan bila terjadi defisiensi asam folat dapat memperberat anemia. Peningkatan turnover prekursor eritrosit dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout sekunder. Hipersplenisme dapat menyebabkan trombositopenia yang meningkatkan risiko perdarahan. Saat masuk ke masa pubertas, anak mengalami gangguan akibat kelebihan besi. Gangguan akibat kelebihan besi ini terjadi peningkatan absorpsi di gastrointestinal dan transfusi yang ireguler.8,10
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
14
Pasien thalasemia intermedia tidak memerlukan transfusi rutin seperti pada thalasemia mayor. Manifestasi klinis bervariasi mulai dari tidak bergejala dengan kadar hemoglobin 10-12 g/dL hingga adanya gejala seperti gangguan pertumbuhan, deformitas skeletal, artritis, nyeri tulang splenomegali progresif, dengan kadar hemoglobin 6 g/dL. Kelebihan besi dapat terjadi walaupun tidak mendapatkan transfusi yang sering dan dapat menimbulkan diabetes dan gangguan endokrin pada dekade keempat kehidupan.10 Thalasemia minor biasanya asimtomatik dengan tidak adanya kelainan klinis. Pasien baru diketahui memiliki thalasemia saat melakukan pemeriksaan darah rutin, hamil, infeksi berat, atau saat penyelidikan riwayat keluarga dari kerabat yang thalasemia. Beberapa pasien dapat mengalami peningkatan simpanan besi namun hal ini biasanya terkait pemberian terapi besi karena kesalahan diagnosis anemia defisiensi besi.10
2.1.3.4.
Temuan laboratoris Pada thalasemia mayor kadar hemoglobin berkisar 2-3 g/dL. Eritrosit
mikrositik hipokrom dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, terdapat fragmentosit, sel target, serta basophilic stippling. Eritrosit berinti dalam darah tepi ditemukan dalam jumlah bervariasi, dan setelah splenektomi jumlahnya meningkat. Retikulosit meningkat ringan. Jumlah leukosit dan trombosit kecuali bila terjadi hipersplenisme. Pada hipersplenisme, leukosit dan trombosit dapat menurun. Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid dengan rasio mieloid:eritroid seimbang (1:1) atau kurang.8,10,19 Kadar besi serum meningkat progresif seiring dengan transfusi yang diberikan serta saturasi transferin sangat tinggi. Kadar feritin tinggi dan pada biopsi hati tampak peningkatan besi pada sel retikuloendotelial dan sel parenkimal.8,10 Kadar HbF di atas 90% pada thalasemia-β homosigot. Pada thalasemia-β0 tidak terbentuk HbA. Kadar HbA2 meningkat bervariasi (menurun, normal, atau meningkat) dan tidak bisa dijadikan dasar diagnosis.8,10 Pada thalassemia-β heterosigot biasanya tidak mempunyai gejala kecuali pada beberapa keadaan seperti kehamilan. Kadar hemoglobin berkisar 9-11 g/dL.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
15
Kadar VER berkisar 50-70 fL, HER 20-22 pg, dan hitung retikulosit normal. Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid ringan. Splenomegali jarang terjadi. Kadar HbA2 berkisar 3,5-7% serta kadar HbF 1-3% pada sekitar 50% kasus.8,10 Hitung retikulosit dapat digunakan untuk menilai aktivitas eritropoiesis. Anemia pada thalassemia terjadi akibat adanya eritropoiesis inefektif, hemolisis kronik dan penurunan sintesis rantai globin. Tubuh berusaha mengatasi anemia dengan meningkatkan eritropoiesis. Peningkatan eritropoiesis ini dapat dinilai dari peningkatan retikulosit, tetapi adanya eritropoiesis inefektif menyebabkan peningkatan retikulosit yang terjadi ringan. Pada thalassemia-β heterosigot, anemia yang terjadi tidak seberat thalassemia-β homosigot/heterosigot ganda sehingga peningkatan aktivitas eritropoiesis juga tidak setinggi thalassemia-β homosigot/heterosigot ganda. Adanya eritropoiesis inefektif pada thalassemia-β heterosigot dapat menyebabkan retikulosit normal. Eritropoiesis inefektif ini juga menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi retikulosti matur sehingga pada pemeriksaan maturitas retikulosit didapatkan peningkatan fraksi retikulosit imatur.
2.1.4. Hemoglobin E Hemoglobin E (HbE) meurpakan varian rantai globin β yaitu adanya substitusi asam glutamat menjadi lisin pada kodon ke-26 dari gen globin β. Prevalensi hemoglobinopati ini tinggi di regio Asia Tenggara, yaitu 60% pasien HbE terdapat di Thailand, Laos, dan Kamboja. Hemoglobin E juga ditemukan di Sri Lanka, India bagian Timur Laut, Bangladesh, Pakistan, Nepal, Vietnam, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Turki.20,21 Mutasi pada HbE menyebabkan aktivasi situs sambungan (splicing) mRNA kriptik, yaitu terjadi situs sambungan palsu dekat ujung 3’ ekson 1 sehingga terdapat penambahan daerah mRNA yang tersambung abnormal. Akibatnya terjadi penurunan sintesis rantai βE dan selanjutnya menyebabkan terdapatnya rantai α bebas yang sifatnya tidak stabil. Hemoglobin E dikatakan sebagai hemoglobinopati talasemik karena fenotipenya dapat menyerupai thalassemia. Hemoglobin E juga memiliki kontak rantai α1β1 yang lemah
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
16
sehingga menjadi tidak stabil saat terdapat peningkatan stres oksidatif. Hemoglobin E homosigot dan heterosigot memberikan gambaran klinis yang ringan hingga tidak memiliki gejala klinis. Manifestasi klinis yang paling berat timbul bila HbE diturunkan bersama dengan Thalassemia-β trait sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia mayor atau intermedia.20,22 Eritropoiesis inefektif juga terjadi pada pasien HbE tetapi lebih ringan daripada thalassemia-β. Pada sumsum tulang terjadi presipitasi rantai globin-α yang berlebih di membran sel eritroid yang memicu eritropoiesis inefektif.
2.1.4.1.
Pembawa sifat hemoglobin E Pasien
HbE
trait
umumnya
tidak
bergejala
walaupun
terdapat
kemungkinan mudah hemolisis akibat stres oksidatif. Pemeriksaan hematologi dapat memberikan hasil normal, anemia ringan, penurunan volume eritrosit rerata (VER), penurunan hemoglobin eritrosit rerata (HER), dengan konsentrasi hemoglobin eritrosit rerata (KHER) normal. Retikulosit dapat normal. Pada HbE juga terdapat peningkatan aktivitas eritropoiesis sebagai usaha mengatasi anemia. Tetapi karena adanya eritropoiesis inefektif jumlah retikulosit dapat menjadi normal. Eritropoiesis inefektif juga menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi retikulosit matur sehingga pada pemeriksaan maturitas retikulosit didapatkan fraksi retikulosit imatur meningkat. Pada gambaran darah tepi, eritrosit dapat terlihat normal atau mikrositik hipokrom, dapat ditemukan sel target, dan basophilic stippling. Pada analisis hemoglobin, didapatkan HbE sekitar 30%. Bila HbE >39% kemungkinan Thalassemia-β/HbE, bukan HbE trait. Bila HbE trait didapatkan bersama dengan pembawa sifat Thalassemia α, persentase HbE <25%. Bila pembawa sifat HbE didapatkan bersama dengan HbH, persentase HbE <10%. Adanya defisiensi besi juga menurunkan persentase HbE.20,22
2.1.5. Defisiensi besi dan thalassemia intermedia/minor Pasien thalassemia minor sering disertai juga dengan defisiensi besi. Penelitian oleh Dolai dkk pada pasien thalassemia minor di India menunjukkan prevalensi defisiensi besi adalah 29,67% pada perempuan dan 3,38% pada lelaki.6 Defisiensi besi dan peningkatan aktivitas eritropoiesis akan menekan hepsidin.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
17
Hepsidin berfungsi sebagai regulator besi tubuh dengan cara berikatan dengan ferroportin yang terdapat pada enterosit, hepatosit dan makrofag. Hepsidin menghambat keluarnya besi dari enterosit, hepatosit dan makrofag ke plasma sehingga kadar besi darah rendah. Penurunan hepsidin seperti yang terjadi pada defisiensi besi dan peningkatan aktivitas eritropoiesis menyebabkan peningkatan absorpsi besi di enterosit dan pelepasan simpanan besi dari makrofag dan hepatosit ke darah sehingga jumlah besi di darah meningkat dan sintesis hemoglobin tubuh juga meningkat.24 Pada thalassemia intermedia/minor dengan defisiensi besi, penurunan hepsidin selain akibat defisiensi besi, juga terjadi akibat peningkatan aktivitas eritropoiesis dan anemia pada thalassemia. Peningkatan penglepasan besi dari makrofag dan absorpsi besi intestinal menyebabkan feritin rendah dan kadar besi serum tinggi. Peningkatan kadar besi serum yang tinggi ini menyebabkan iron overload dan penumpukan besi terutama di hati yang merupakan tempat utama penyimpanan besi tubuh dalam bentuk feritin.25,26 Sehingga pada thalassemia intermedia/minor juga dapat terjadi kelebihan besi walaupun tidak mendapatkan transfusi rutin.
2.2.
Immature reticulocyte fraction
2.2.1. Fisiologi retikulosit Retikulosit merupakan eritrosit muda yang masih mengandung sisa ribosom di sitoplasmanya. Retikulosit termasuk salah satu tahapan dalam eritropoiesis. Tahapan eritropoiesis dimulai dengan rubriblas (proerythroblast) kemudian
diikuti
prorubrisit
(basophilic
erythroblast),
rubrisit
(polychromatophilic erythroblast), metarubrisit (orthochromatic erythroblast), retikulosit (polychromatophilic erythrocyte), dan eritrosit.27 Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Proses ini meliputi serangkaian tahapan pematangan, berawal dari sel punca progenitor eritroid dan berakhir dengan sel darah merah matang yang beredar di sirkulasi.28 Pada keadaan normal jumlah sel darah merah di sirkulasi serta prekursornya berada pada keadaan yang relatif konstan akibat adanya
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
18
keseimbangan antara pembentukan sel darah merah baru di sumsum tulang dan destruksi sel darah merah tua.28,29 Satu siklus eitropoesis berlangsung sekitar 5-7 hari mulai dari rubriblas sampai menjadi eritrosit matang. Perubahan pada setiap stadium maturasi ditandai dengan peningkatan kondensasi kromatin inti, anak inti akan hilang, dan perubahan warna sitoplasma dari biru tua dengan kandungan RNA yang tinggi menjadi kemerah-merahan yang menandakan terdapatnya hemoglobin.29,30 Oksigenasi jaringan dapat mempengaruhi eritropoiesis melalui berbagai faktor transkripsi dan sitokin, salah satunya adalah eritropoietin (EPO). Eritropoietin merupakan hormon yang dihasilkan di ginjal (utama) dan hati sebagai respons terhadap hipoksia dan berperan sebagai pengatur humoral utama dari eritropoiesis. Eritropoietin akan menginduksi diferensiasi prekursor ertroid menjadi
rubriblas
dan
selanjutnya
menjadi
eritrosit
matang,
sehingga
menyebabkan peningkatan produksi eritrosit. Eritropoietin juga menjaga viabilitas sel eritroid.28,29 Adanya inflamasi dapat mengganggu eritropoiesis. Sitokin proinflamasi yang dihasilkan makrofag saat inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), tumor necrosis factor (TNF)-α, interferon (IFN)-γ berperan dalam menekan eritropoiesis. Tumor necrosis factor-α menghambat pembentukan burst forming units-erytrhoid (BFU-E) dan menyebabkan penurunan produksi eritropoietin oleh ginjal.31 Interlukin-1 dan TNF-α juga menyebabkan penurunan respons sumsum tulang terhadap eritropoietin.32 Interferon-γ menghambat pembentuk colony forming units-erytrhoid (CFU-E).33 Pematangan retikulosit terjadi selama 2-3 hari, dengan separuh pertama terjadi di sumsum tulang dan separuh selanjutnya di sirkulasi. Saat masuk di sirkulasi, retikulosit masih mengandung mitokondria, sejumlah kecil ribosom, sentriol, dan sisa aparatus Golgi. Retikulosit tidak mengandung retikulum endoplasmik. Akibat kandungan ribosomnya, retikulosit berwarna kebiruan dengan pewarnaan Romanowsky sehingga disebut sebagai eritrosit polikrom. Ukuran retikulosit lebih besar daripada eritrosit, yaitu 7-10 μm. Pewarnaan supravital menggunakan brilliant cresyl blue atau new methylene blue menyebabkan terjadi presipitasi ribosom, mitokondria, dan organel sitoplasmik
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
19
lainnya. Presipitat ini akan terlihat sebagai filamen retikular, sehingga disebut retikulosit.27,34 Sekitar 20% hemoglobin terbentuk pada tahap retikulosit. Sintesis hemoglobin secara berangsur-angsur menurun bersamaan dengan hilangnya organel seluler di retikulosit yang kemudian menjadi eritrosit. Pada proses pematangannya retikulosit akan kehilangan mitokondria yang menghasilkan energi melalui fosforilasi oksidatif dan kehilangan ribosom yang merupakan tempat sintesis protein, sehingga membentuk eritrosit matang.
2.2.2. Hubungan efektivitas eritropoiesis dan retikulosit Efektivitas eritropoiesis dapat diperkirakan dengan melihat hitung retikulosit. Persentase retikulosit terhadap eritrosit merupakan hitung retikulosit relatif. Jumlah retikulosit per unit darah merupakan hitung retikulosit absolut.29 Eritropoiesis inefektif dicurigai bila hitung retikulosit normal atau hanya meningkat sedikit tetapi terdapat hiperplasia eritroid pada sumsum tulang. Eritropoiesis inefektif terjadi pada beberapa penyakit seperti anemia pernisiosa, thalassemia, dan anemia sideroblastik.29 Pembagian tingkat maturitas retikulosit pertama kali dilakukan oleh Heilmeyer tahun 1932, yang membagi maturitas retikulosit menjadi 4 kategori. Pembagian ini berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan supravital menggunakan brilliant cresyl blue.30,35 Retikulosit stadium 1 memiliki presipitat besar dan padat, stadium 2 memiliki presipitat agak padat, stadium 3 presipitat lebih renggang sedangkan retikulosit matur atau stadium 4 hanya memiliki sedikit presipitat berupa titik atau terlihat seperti benang pendek.36 Tingkat maturitas ini berguna untuk menilai aktivitas eritropoiesis, namun pembagian
berdasarkan
pemeriksaan
mikroskopik
ini
tidak
teliti
(not
reproducible) dan memiliki variasi besar antar pengamat sehingga tidak digunakan dalam aplikasi klinis. Penggunaan alat hitung automatik dengan flowsitometri untuk melihat tingkat maturitas retikulosit memberikan hasil yang lebih teliti.30,35
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
20
2.2.3. Pemeriksaan retikulosit automatik Pemeriksaan retikulosit menggunakan zat warna fluoresens pertama kali dilaporkan oleh Kozenow dan Mai pada awal tahun 1950-an dengan menggunakan acridine orange yang mewarnai RNA/DNA. Pemeriksaan retikulosit automatik dengan flowsitometri memberikah hasil yang lebih cepat, objektif, teliti dan mudah dibandingkan dengan pemeriksaan manual. Di samping itu pemeriksaan automatik dapat memberikan gambaran distribusi maturitas retikulosit.7 Alat hitung sel darah automatik yang berbeda menggunakan reagen dan teknik yang berbeda dalam menghitung retikulosit. Penggunaan zat warna new methylene blue yang mewarnai RNA retikulosit dipakai pada alat hitung sel darah automatik dari Beckman Coulter (STKS, MAXM, dan GEN-S) dan Abbott (CellDyn 3500 dan 3700). Sedangkan penggunaan fluorokrom seperti polymethine, dipakai oleh alat Sysmex, auramin-O dipakai alat sysmex seri R, oxazine 750 dipakai alat Bayer Advia 120 Technicon, CD4K530 dipakai Abbott (Cell-Dyn 4000), dan thiazole orange dipakai alat ABX.5,37 Analisis retikulosit dengan flowsitometri dilakukan dengan mencampur darah EDTA dengan zat warna fluoresens, diinkubasi pada ruang gelap dalam suhu ruang selama beberapa detik. Zat warna fluoresens masuk melalui membran sel, mewarnai RNA retikulosit dan DNA/RNA sel berinti sehingga menimbulkan fluoresensi setelah penyinaran oleh sinar laser.5,7 Hitung retikulosit dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah tahap isolasi retikulosit yaitu pemisahan retikulosit dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Hasil tahap ini dapat dilihat pada sitogram 2 dimensi dengan sumbu Y merupakan forward scatter yang menunjukkan fungsi ukuran sel dan sumbu x merupakan side scatter yang menunjukkan serapan dari fluoresensi. Tahap kedua adalah gated electronic yaitu sinyal fluoresens dipresentasikan menjadi histogram1 dimensi yang menunjukkan banyaknya fluoresens atau light scattered terhadap jumlah sel.5,7,37-39 Berdasarkan derajat fluoresensi, retikulosit dibagi menjadi 3 subpopulasi yaitu retikulosit imatur memiliki kandungan RNA paling banyak sehingga memancarkan intensitas fluoresensi paling kuat (high fulorescent ratio, HFR),
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
21
retikulosit intermedia memiliki kandungan sisa ribosom RNA lebih sedikit sehingga memancarkan intensitas fluoresensi medium (medium fluorescent ratio, MFR), dan retikulosit matur hanya mengandung sedikit RNA sehingga intensitas fluoresensinya rendah (low flourescent ratio, LFR). Immature reticulocyte fraction (IRF) merupakan gabungan nilai MFR dan HFR.5,7,37 Immature reticulocyte fraction merupakan penanda dini dan sensitif terhadap aktivitas eritropoiesis.38,39 Berdasarkan penelitian Wirawan tahun 2006 menggunakan Sysmex XT 2000i didapatkan nilai rujukan retikulosit untuk orang dewasa di Indonesia adalah 0,5–2,0% untuk hitung retikulosit relatif, hitung retikulosit absolut lelaki 24.000110.000/μL, perempuan 24.000–95.000/μL, dan nilai rujukan IRF perempuan dan lelaki 1,4–14,6%, LFR 85,4-98,6%, MFR 1,3-12.0%, dan HFR 0-3,1%.5
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
22
2.3.
Kerangka teori
Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE
+
Heme ↓
Destruksi prekursor eritrosit intramedular Hemolisis ekstravaskular
Eritropoiesis inefektif
Feritin seurm ↓ Saturasi transferin ↓
Defisiensi besi
Globin ↓
Aktivitas eritropoiesis ↓
Sintesis hemoglobin ↓
Rubriblas Prorubrisit
Anemia
Rubrisit Metarubrisit
Rubriblas
Hipoksia
Prorubrisit
HFR MFR
Rubrisit
Eritropoietin
Metarubrisit HFR MFR
LFR Eritrosit
IRF
Aktivitas eritropoiesis ↑
Hepsidin ↓
LFR Eritrosit
Absorpsi besi enterosit ↑
Pelepasan simpanan besi dari makrofag dan hati ↑
Besi di darah ↑ Feritin ↓
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
IRF
23
2.4.Kerangka konsep
Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE
Eritropoiesis inefektif
Hemolisis ekstravaskular
Rubriblas
+
Defisiensi besi
Sintesis hemoglobin ↓
Feritin serum ↓ Saturasi transferin ↓
Aktivitas eritropoiesis ↓ Rubriblas
Anemia Prorubrisit
Prorubrisit
Rubrisit
Rubrisit
Aktivitas eritropoiesis ↑
Metarubrisit HFR
IRF
Metarubrisit HFR
MFR
MFR
LFR
LFR
Eritrosit
Eritrosit
Keterangan:
ruang lingkup penelitian
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
IRF
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Data dilaporkan dalam
bentuk deskriptif analitik.
3.2.
Tempat dan waktu penelitan Subjek penelitian beserta data pendukung untuk mendapatkan profil
maturitas retikulosit pada orang dewasa normal diperoleh dari populasi umum dan pasien uji kesehatan di RS Metropolitan Medical Center (MMC). Subjek penelitian beserta data pendukung untuk mengetahui profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE diperoleh dari keluarga pasien thalassemia di Poliklinik Thalassemia RSCM. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-November 2014.
3.3.
Subjek penelitian
3.3.1. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal Subjek penelitian adalah lelaki dan perempuan yang melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) di RS MMC dan populasi umum yang memenuhi kriteria masukan. Kriteria masukan: 1. Usia 18-60 tahun 2. Dinyatakan sehat berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter, hasil pemeriksaan penyaring hematologi, aktivitas alanine aminotransferase (ALT), kadar albumin, kadar kreatinin serum, c-reactive protein (CRP) dan feritin serum dalam batas rentang rujukan 3. Bersedia mengikuti penelitian ini dan menandatangani informed consent
Universitas Indonesia 24 Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
25
3.3.2. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoboglin E Subjek penelitian adalah keluarga pasien thalassemia mayor (thalassemiaβ atau thalassemia-β/HbE) di Poliklinik Thalassemia RSCM serta memenuhi kriteria masukan dan tolakan Kriteria masukan 1. Usia 18-60 tahun 2. Bersedia mengikuti penelitian ini dan menandatangani informed consent Kriteria tolakan 1. Menerima transfusi dalam 3 bulan terakhir 2. Hamil 3. Perdarahan
3.4.
Besar sampel Sampel diambil secara consecutive sampling sampai jumlah subjek
terpenuhi. Besar sampel untuk profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal yang dapat digunakan sebagai nilai rujukan retikulosit ditetapkan berdasarkan kriteria dari Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) yaitu minimal 120 subjek lelaki dan 120 subjek perempuan. Tidak ada perhitungan besar sampel untuk subjek profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE. Besar sampel ditentukan sebesar 100 subjek dan pengolahan data dilakukan secara deskriptif.
3.5.
Batasan operasional a. Usia dihitung berdasarkan tanggal lahir yang tercantum pada kartu identitas yaitu kartu tanda penduduk (KTP), dinyatakan dalam tahun b. Lelaki dan perempuan dilihat dari KTP c. Pemeriksaan untuk nilai rujukan terdiri dari pemeriksaan penyaring yaitu hemoglobin, VER, HER, KHER, leukosit, serta pemeriksaan aktivitas ALT, kadar albumin, kreatinin serum, feritin dan CRP. Kadar hemoglobin >12 g/dL. Kadar VER 82-92 fL. Kadar HER 27-31 pg. Kadar KHER 3236 g/dL. Jumlah leukosit 5.000-10.000/μL. Kreatinin serum dalam batas
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
26
nilai rujukan bila pada lelaki 0,67-1,17 mg/dL dan perempuan 0,51-0,95 mg/dL.40 Aktivitas ALT dalam batas rentang rujukan bila pada lelaki <41 U/L dan perempuan <33 U/L.41 Kadar albumin dalam batas rentang rujukan bila 3,5-5,2 g/dL.42 Kadar CRP dalam batas rentang rujukan bila <5 mg/L.43 Kadar feritin serum dalam batas rentang rujukan bila 15-300 µg/L.44 d. Defisiensi besi ditentukan berdasarkan: -
Saturasi transferin <20%45, dan
-
Feritin serum ≤15 ng/mL46
e. Diagnosis pembawa sifat thalassemia-β atau HbE ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan elektroforesis hemoglobin sebagai berikut:47-49 -
Pembawa sifat Thalassemia-β: HbA2 3,5-7%
-
Pembawa sifat HbE: HbE 25-40%
f. Fraksi retikulosit terdiri dari: LFR, MFR, HFR, dan IRF
3.6.
Bahan penelitian dan cara kerja Bahan penelitian berupa 3 mL darah tripotassium ethylene diamine tetra
acetate (K3EDTA) dan 3 mL darah yang ditampung dalam tabung vakum clot activator yang diambil dari vena cubiti. Cara kerja untuk profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal, popilasi umum dan peserta uji kesehatan (medical checkup) diberi penjelasan mengenai penelitian, kemudian diminta kesediaannya untuk mengisi dan menandatangani lembar informed consent kemudian dilakukan pengambilan darah dari vena cubiti, sebanyak 6 mL. Tiga milliliter darah dimasukkan ke dalam tabung vakum K3EDTA untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, hitung retikulosit dan fraksinya, dan 3 mL dimasukkan ke tabung vakum yang mengandung clot activator untuk pemeriksaan kreatinin, ALT, albumin, CRP, dan feritin. Cara kerja untuk penelitian profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE, keluarga dari pasien thalassemia mayor diberi penjelasan mengenai penelitian kemudian diminta kesediaannya untuk mengisi dan menandatangani lembar informed consent. Selanjutnya ditanyakan hubungan
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
27
kekeluargaan dengan pasien thalassemia mayor, yang diambil untuk penelitian ini hanya orang tua dan saudara kandung pasien thalassemia mayor. Kemudian dilakukan pengambilan darah dari vena cubiti sebanyak 6 ml, yang terdiri dari 3 mL ke dalam tabung K3EDTA dan 3 mL ke tabung clot activator. Darah K3EDTA digunakan untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, hitung retikulosit dan fraksinya, serta elektroforesis hemoglobin. Serum dari darah dalam tabung clot activator digunakan untuk pemeriksaan saturasi transferin, feritin serum, dan CRP.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
28
3.7.
Alur penelitian
1. Pemeriksaan profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal Peserta uji kesehatan atau populasi umum Informed consent Dinyatakan sehat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Dinyatakan tidak sehat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik Sampel ditolak
6 mL darah 3 mL darah K3EDTA
3 mL darah beku
serum Pemeriksaan Hb, VER, HER, KHER, leukosit, retikulosit dan fraksinya
Hb, VER, HER, KHER, leukosit, ALT, albumin, kreatinin serum di luar rentang rujukan Sampel ditolak
Pemeriksaan ALT, albumin, kreatinin serum Hb, VER, HER, KHER, leukosit, ALT, albumin, kreatinin serum dalam rentang rujukan Sisa serum disimpan pada -200C Pemeriksaan CRP, feritin serum
Dalam rentang rujukan
Di luar rentang rujukan
Analisis data retikulosit dan fraksinya
Sampel ditolak
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
29
2. Pemeriksaan parameter retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemogobin E Keluarga pasien thalassemia mayor (thalassemia-β atau thalassemia-β/HbE) Informed consent Memenuhi kriteria masukan dan tolakan 6 mL darah 3 mL darah K3EDTA
3 mL darah beku
Pemeriksaan hemoglobin, VER, HER, KHER, retikulosit dan fraksinya, elektroforesis hemoglobin
Disimpan pada -200C
Pemeriksaan saturasi transferrin, feritin serum, CRP Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE
Tidak
Ya
Sampel ditolak
3.8.
Pemeriksaan
3.8.1. Pemeriksaan pendahuluan Sebelum penelitian, dilakukan kalibrasi dan kontrol pada alat hitung sel darah automatik Sysmex XN-2000. Selanjutnya dilakukan uji ketelitian within run dan between day serta uji ketepatan menggunakan bahan kontrol XN-check dengan nilai normal, agak tinggi, dan tinggi. Uji ketelitian within run menggunakan bahan kontrol dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut pada hari yang sama. Uji ketelitian between days dilakukan selama 5 hari berturut-turut selama penelitian berlangsung. Uji ketepatan dilakukan setiap hari selama penelitian berlangsung. Selain itu juga dilakukan uji ketelitian within run menggunakan darah K3EDTA segar dengan nilai rendah, normal dan tinggi
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
30
sebanyak 5 kali. Parameter yang dinilai adalah CV dan d dari HRR, HRA, IRF, HFR, MFR, dan LFR. relatif dan absolut.
3.8.2. Pemeriksaan retikulosit Pemeriksaan hemoglobin, retikulosit, LFR, MFR, HFR dan IRF50
Alat 1.
Alat hitung sel darah automatik Sysmex XN-2000
2.
Tabung K3EDTA
Bahan
: Darah K3EDTA
Reagen 1.
Cellpack DCL: berisi sodium chloride 0,7%, Tris buffer 0,2%, EDTA-2K 0,02%. Reagen ini merupakan diluen dan digunakan untuk menghitung jumLah dan ukuran eritrosit dan trombosit dengan hydrodynamic focusing (DC detection).
2.
Cellpack DST: berisi sodium chloride 15,7%, Tris buffer 4,3%, EDTA-2K 0,4%. Reagen ini merupakan diluen terkonsentrasi dan digunakan untuk menghitung jumlah dan ukuran eritrosit dan trombosit dengan hydrodynamic focusing (DC detection).
3.
Cellpack DFL: berisi Tricine buffer 0,17%. Reagen ini merupakan diluen dan digunakan bersama dengan Fluorecell RET untuk menganalisis retikulosit, atau bersama dengan Fluorecell PLT untuk menganalisis trombosit, dengan metode flowsitometri.
4.
Sulfolyser: berisi sodium lauryl sulfate 1,8%. Reagen ini digunakan untuk menghitung konsentrasi hemoglobin
5.
Lysercell WNR: berisi organic quatermary ammonium salts 0,2%, nonionic surfactant 0,1%. Reagen ini digunakan bersama dengan Fluorocell WNR untuk menganalisis hitung leukosit, basofil, dan eritrosit berinti. Lysercell digunakan untuk menghemolisis eritrosit.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
31
6.
Fluorocell WNR: berisi polymethine dye 0,005%, etilen glikol 99,9%. Reagen ini digunakan untuk mewarnai sel berinti sehingga menghitung leukosit, basofil dan eritrosit berinti.
7.
Fluorocell RET: berisi polymethine dye 0,03%, metanol 7,9%, etilen glikol 92%. Reagen ini digunakan untuk mewarnai retikulosit sehingga dapat menghitung retikulosit.
8.
Fluorocell PLT: berisi oxazine dye 0,003%, etilen glikol 99,9%. Reagen ini digunakan untuk mewarnai trombosit sehingga dapat menghitung trombosit
9.
Cellclean: berisi sodium hypochlorite (konsentrasi chlorine 5%). Reagen ini merupakan detergen dan digunakan untuk membersihkan residu selular dan protein darah dari sistem hidrolik, detektor, dan tabung aspirasi darah utuh.
Bahan Kontrol Bahan kontrol XN check 3 level 1. XN-check level 1 (no lot. 41951101), ED 05-10-2014 2. XN-check level 2 (no lot. 41951102), ED 05-10-2014 3. XN-check level 3 (no lot. 41951103), ED 05-10-2014
Prinsip pemeriksaan retikulosit Retikulosit dianalisis menggunakan metode flowsitometri dengan laser semikonduktor.
Bahan pemeriksaan darah EDTA sebanyak 5 μL dihisap ke
dalam alat, kemudian diencerkan dengan Cellpack DFL sebanyak 1 mL, dan dikirim ke reaction chamber. Pada saat bersamaan 20 μL Fluorecell RET ditambahkan ke dalam darah yang telah diencerkan sebelumnya, sehingga terbentuk pengenceran 1:204. Setelah diinkubasi 27 detik darah yang telah diencerkan terwarnai. Untuk pewarnaan retikulosit dipakai zat warna fluorokrom yaitu polymethine yang mewarnai RNA retikulosit. Sebanyak 3.3 μL darah yang telah terwarnai dikirimkan ke optical detector block untuk dianalisis secara flowcytometry by semi-conductor laser. Menghasilkan diagram 2 dimensi foward scatte dan side fluorescence. Retikulosit yang telah diwarnai berjalan pada aperture yang disinari laser dan menghasilkan fluoresensi. Forward scatter light memberi informasi mengenai ukuran retikulosit dan side scatter light memberi
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
32
informasi tentang intensitas fluoresensi sel berdasarkan kandungan RNA/DNA, seperti pada gambar 3.2. Berdasarkan fluorosensi yang dihasilkan retikulosit dibedakan menjadi tiga jenis yaitu high fluoroscence, middle fluoroscence, dan low fluoroscence. Didapatkan 3 rasio dari masing-masing jenis fluoresensi terhadap jumlah retikulosit yaitu high fluoroscence ratio (HFR), middle fluoroscence ratio (MFR), low fluoroscence ratio (LFR), dan immature reticulocyte fraction (IRF).
Cellpack DFL: 1 mL
Fluorecell RET: 20 μL
1:204
Darah 5 μL
27”
3.3 μL
Gambar 3.1. Prinsip analisa retikulosit pada Sysmex XN-200050
Gambar 3.2. Scattergram retikulosit50
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
33
Hitung retikulosit relatif (HRF) = Jumlah partikel di zona retikulosit
X 100
Jumlah partikel di zona eritrosit matur + jumlah partikel di zona retikulosit Hitung retikulosit absolut (HRA)
= RET%
Low FluorescenceRatio (LFR)
= 100 – HFR – MFR
Middle Fluorescence Ratio (MFR) =
High Fluorescence Ratio (HFR)
=
x RBC 100
Jumlah partikel dalam zona MFR X 100 Jumlah partikel dalam zona retikulosit Jumlah partikel dalam zona HFR Jumlah partikel dalam zona retikulosit
X 100
Immature Retikculocyte Fraction (IRF) = MFR + HFR
3.9. 1.
Pengolahan data Data hasil uji ketelitian menggunakan bahan kontrol XN-check 3 level dan bahan kontrol darah K3EDTA dilaporkan dalam bentuk rerata, SD, dan nilai CV yang dinyatakan dalam persentase (%). Hasil uji ketepatan menggunakan bahan kontrol XN-check dilaporkan dalam bentuk penyimpangan/deviasi (d) terhadap nilai target yang dinyatakan dalam persentase (%). Penyimpangan dihitung dari selisih terbesar antara nilai yang diperiksa dengan nilai target kontrol dibagi dengan nilai target kontrol.
2.
Data maturitas retikulosit pada orang dewasa normal untuk penetapan nilai rujukan diolah menggunakan program statistial product and service solution (SPSS) ver 20.0. Hasil disajikan dalam bentuk tabel. Untuk menghitung nilai rujukan, sampel dikelompokkan menjadi kelompok lelaki dan perempuan, kemudian dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov untuk menilai sebaran data. Untuk mengetahui adanya perbedaan data antara kelompok lelaki dan perempuan digunakan uji t tidak berpasangan bila distribusi data normal, dan uji Mann Whitney bila distribusi data salah satu atau kedua kolompok tidak normal. Jika data antara lelaki dan perempuan tidak berbeda bermakna maka pengolahan data digabung antara kedua kelompok tersebut, sedangkan jika berbeda bermakna maka dilanjutkan dengan uji deviasi normal baku dengan rumus berikut
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
34
x1 = rerata kelompok lelaki x2 = rerata kelompok perempuan s1 = simpang baku kelompok lelaki s2 = simpang baku kelompok perempuan n1 = jumlah sampel kelompok lelaki n2 = jumlah sampel kelompok perempuan
Selajutnya nilai z dibandingkan dengan nilai kritis z* z* = 3 (N/240)1/2, N = total sampel Bila rerata jumlah subjek pada setiap kelompok lelaki dan perempuan adalah 120 maka nilai z* adalah 3. Nilai rujukan kelompok lelaki dan perempuan harus dipisah bila nilai z lebih besar dari z*. Nilai rujukan kelompok lelaki dan perempuan digabung bila nilai nilai z lebih kecil dari z* Interval nilai rujukan menggunakan kisaran persentil 2,5 – 97,5%. 3.
Data deskriptif maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE akan dianalisis dengan statistik deskriptif (umur, hemoglobin, hitung retikulosit, nilai HFR, MFR, LFR, dan IRF relatif dan absolut).
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
35
Pengolahan data profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal Data nilai retikulosit lelaki
Data nilai retikulosit perempuan
Uji distribusi data Kolmogorov Smirnov
Distribusi data normal (p>0,05)
Salah satu atau kedua distribusi data tidak normal (p<0,05)
Uji parametrik 2 kelompok tidak berpasangan : Independent t test
Uji non parametrik 2 kelompok tidak berpasangan : uji Mann Whitney
Data lelaki dan perempuan berbeda bermakna p<,0,05
Data lelaki dan perempuan tidak berbeda bermakna p>,0,05
Data lelaki dan perempuan berbeda bermakna p<,0,05
Data lelaki dan perempuan tidak berbeda bermakna p>,0,05
Uji deviasi normal baku
z > z*
z < z*
Nilai rujukan lelaki dan perempuan dipisah
Nilai rujukan lelaki dan perempuan digabung
Nilai rujukan: Persentil 2,5%-97,5%
Nilai rujukan: Persentil 2,5%-97,5%
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
36
Pengolahan
data
profil
maturitas
retikulosit
pada
pembawa
sifat
thalassemia-β atau hemoglobin E Data retikulosit, HFR, MFR, LFR, IRF relatif dan absolut
Uji distribusi data Kolmogorov Smirnov
Distribusi data normal (p>0,05)
Nilai retikulosit: Rerata ± SD
Salah satu atau kedua distribusi data tidak normal (p<0,05)
Nilai retikulosit: Median (nilai terendah – nilai tertinggi)
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
37
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Uji ketelitian dan ketepatan Uji ketelitian within run dan ketepatan hitung retikulosit dan fraksinya dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut pada hari yang sama menggunakan bahan kontrol XN-check level 1 (tinggi), level 2 (agak tinggi) dan level 3 (normal). Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol level 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada tabel 4.1, 4,2, dan 4.3.
Tabel 4.1. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 1 HRR (%) Target
4,89
HRA (10^6/uL) 0,1154
1
4,89
0,1120
34,3
65,7
29,0
5,3
2
4,86
0,1108
34,4
65,6
27,3
7,1
3
4,89
0,1144
38,5
61,5
31,0
7,5
4
5,09
0,1186
36,6
63,4
31,0
5,6
5
5,04
0,1179
37,4
62,6
31,3
6,1
Mean
4,95
0,1147
36,24
63,76
29,92
6,32
SD
0,10
0,0035
1,85
1,85
1,73
0,95
CV (%)
2,09
3,02
5,11
2,91
5,78
15,03
d (%)
(-0,61) – 4,09
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
36,3
63,7
29,8
6,5
(-3,99) – 2,77 (-5,51) – 6,06 (-3,45) – 2,98 (-8,39) – 5,03 (-18,4) – 9,2
Tabel 4.2. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 2 HRR (%) Target
2,06
HRA (10^6/uL) 0,0916
1
1,9
0,0830
34,7
65,3
28,9
5,8
2
2,1
0,0916
34,1
65,9
27,1
7,0
3
2,16
0,0944
36,5
63,5
29,9
6,6
4
1,93
0,0845
33,9
66,1
27,7
6,2
5
1,98
0,0869
36,7
63,3
29,4
7,3
Mean
2,01
0,0881
35,18
64,82
28,60
6,58
SD
0,11
0,0048
1,33
1,33
1,17
0,60
CV (%)
5,55
5,46
3,78
2,05
4,09
9,14
d (%)
(-7,77) - 4,85
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
35,2
64,8
29,2
6,0
(-9,39) - 3,06 (-3,69) - 4,26 (-2,31) - 1,70 (-5,14) - 2,40 (-3,33) - 21,67
Universitas Indonesia 37 Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
38
Tabel 4.3. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 3 HRR (%) Target
0,89
HRA (10^6/uL) 0,0478
1
0,82
0,0432
28,8
71,2
24,3
4,5
2
0,83
0,0437
30,8
69,2
27,4
3,4
3
0,85
0,0449
27,0
73,0
23,0
4,0
4
0,84
0,0445
28,3
71,7
23,4
4,9
5
0,91
0,0479
27,2
72,8
23,0
4,2
Mean
0,85
0,0448
28,42
71,58
24,22
4,2
SD
0,04
0,0018
1,53
1,53
1,86
0,56
CV (%)
4,16
4,09
5,37
2,13
7,66
13,36
d (%)
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
25,2
74,8
21,2
4,0
(-7,87) - 2,25 (-9,62) - 0,21 7,14 - 22,22 (-7,49) - (-2,41) 8,49 - 29,52 (-15,00) - 22,50
Uji ketelitian within run retikulosit dan fraksinya menggunakan 3 darah K3EDTA dengan hitung retikulosit rendah, normal, dan tinggi dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut pada hari yang sama. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit rendah, normal, dan tinggi dapat dilihat pada tabel 4.4, 4.5, dan 4.6..
Tabel 4.4. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit rendah No
HRR (%)
HRA (10^6/uL)
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
1
0,20
0,0063
1,1
98,9
1,1
0
2
0,23
0,0074
0,9
99,1
0,9
0
3
0,19
0,0061
2,2
97,8
2,2
0
4
0,23
0,0072
1,8
98,2
1,8
0
5
0,24
0,0077
2,6
97,4
2,6
0
Mean
0,22
0,0069
1,72
98,28
1,72
*
SD
0,02
0,0007
0,72
0,72
0,72
*
CV (%)
9,94
10,12
41,80
0,73
41,80
*
Keterangan: * tidak dapat dihitung
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
39
Tabel 4.5. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit normal No
HRR (%)
HRA (10^6/uL)
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
1
1,26
0,0655
6,5
93,5
5,8
0,7
2
1,22
0,0631
7,8
92,2
6,9
0,9
3
1,30
0,0669
6,7
93,3
6,3
0,4
4
1,23
0,0638
7,1
92,9
6,8
0,3
5
1,25
0,0645
6,1
93,9
5,5
0,6
Mean
1,25
0,0648
6,84
93,16
6,26
0,58
SD
0,03
0,0015
0,65
0,65
0,61
0,24
CV (%)
2,49
2,30
9,45
0,69
9,76
41,16
Tabel 4.6. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit tinggi No
HRR (%)
HRA (10^6/uL)
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
1
5,51
0,1592
14,0
86,0
8,2
5,8
2
5,10
0,1489
9,6
90,4
7,3
2,3
3
5,38
0,1603
8,8
91,2
8,7
0,1
4
5,70
0,1676
11,6
88,4
8,0
3,6
5
5,77
0,1696
11,2
88,8
9,2
2,0
Mean
5,50
0,1611
11,04
88,96
8,28
2,76
SD
0,27
0,0082
2,01
2,01
0,72
2,11
CV (%)
4,88
5,08
18,22
2,26
8,68
76,46
Uji ketelitian dan ketepatan between days retikulosit dan fraksinya menggunakan bahan kontrol XN-check level 1, level 2 dan level 3 dilakukan sebanyak 5 hari berturut-turut selama penelitian berlangsung. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol level 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada tabel 4.7, 4.8, dan 4.9.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
40
Tabel 4.7. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 1 HRR (%) Target
4,89
HRA (10^6/uL) 0,1154
1
5,31
0,1269
39,1
60,9
31,9
7,2
2
5,16
0,1228
35,8
64,2
29,4
6,4
3
5,29
0,1222
37,6
62,4
31,0
6,6
4
5,38
0,1259
38,2
61,8
31,8
6,4
5
5,26
0,1247
35,9
64,1
29,5
6,4
Mean
5,28
0,1245
37,32
62,68
30,72
6,60
SD
0,08
0,0020
1,44
1,44
1,21
0,35
3,87
2,30
3,94
5,25
CV (%) d (%)
1,52
1,60
5,52 - 10,02
5,89 - 9,10
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
36,3
63,7
29,8
6,5
(-1,38) - 7,71 (-4,40) - 0,78 (-1.34) - 7.05 (-1,54) - 10,77
Tabel 4.8. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 2 HRR (%) Target
2,06
HRA (10^6/uL) 0,0916
35,2
64,8
29,2
6,0
1
2,14
0,0942
36,7
63,3
31,4
5,3
2
2,12
0,0941
38,2
61,8
32,9
5,3
3
2,17
0,0957
37,9
62,1
30,2
7,7
4
2,15
0,0950
36,3
63,7
30,9
5,4
5
2,19
0,0970
35,1
64,9
28,7
6,4
Mean
2,15
0,0952
36,84
63,16
30,82
6,02
SD
0,03
0,0012
1,26
1,26
1,54
1,05
CV (%)
1,25
1,26
3,41
1,99
5,01
17,40
d (%)
2,91 - 6,31
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
2,73 - 5,90 (-0,28) – 8,52 (-4,63) - 0,15 (-1,71) - 12,67 (-11,67) - 28,33
Tabel 4.9. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 3 HRR (%) Target
0,89
HRA (10^6/uL) 0,0478
1
0,93
0,0493
25,6
74,4
20,5
5,1
2
0,93
0,0496
24,3
75,7
20,2
4,1
3
0,79
0,0416
28,8
71,2
24,6
4,2
4
0,79
0,0419
27,6
72,4
22,4
5,2
5
0,88
0,0470
26,5
73,5
21,9
4,6
Mean
0,86
0,0459
26,56
73,44
21,92
4,64
SD
0,07
0,0039
1,74
1,74
1,76
0,50
CV (%)
8,17
8,51
6,56
2,37
8,03
10,84
d (%)
IRF (%)
LFR (%)
MFR (%)
HFR (%)
25,2
74,8
21,2
4,0
(-11,24) - 4,49 (-12,97) - 3,77 (-3,57) - 14,29 (-4,81) - 1,20 (-4,72) - 16,04 2,50 – 30.00
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
41
Rekomendasi pabrik untuk CV MFR dan HFR adalah ≤50% dan ≤100% Nilai CV yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa ketelitian pemeriksaan HFR dan MFR sangat rendah sehingga hasil pengukuran kedua parameter dengan menggunakan XN-2000 tidak dapat dipercaya.
4.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya 4.2.1. Subjek penelitian Sebanyak 149 lelaki dan 138 perempuan peserta uji kesehatan dan populasi umum yang dinyatakan sehat setelah dilakukan pemeriksaan penyaring didapatkan 129 lelaki dan 120 perempuan yang memenuhi kriteria masukan dan tolakan. Alasan peserta tidak memenuhi kriteria masukan atau tolakan antara lain terdapat mikrositik hipokrom, makrositik, peningkatan CRP dan ALT, serta penurunan feritin, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Alasan bahan pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria masukan atau tolakan Alasan
Lelaki
Perempuan
Mikrositik hipokrom saja
5
2
Feritin <15 μg/L tanpa mikrositik hipokrom
0
3
Mikrositik hiporkom dan feritin <15 μg/L tanpa anemia
0
2
Anemia mikrositik hipokrom dan feritin <15 μg/L
0
9
Makrositik
3
0
CRP >5 mg/L tanpa leukositosis
4
0
CRP >5 mg/L dan leukositosis
7
2
ALT >41U/L (lelaki)
1
0
Total
20
18
4.2.2. Karakteristik subjek Subjek penelitian terdiri dari 129 lelaki dan 120 perempuan dengan rentang usia 18-60 tahun. Empat (1.6%) subjek berada pada kelompok usia 18-20 tahun, 77 (30,9%) subjek berada pada kelompok usia 21-30 tahun, 75 (30,1%) subjek berada pada kelompok 31-40 tahun, 72 (28,9%) subjek berada pada
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
42
kelompok 41-50 tahun, 21 (8,4%) subjek berada pada kelompok usia 51-60 tahun, seperti terlihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Distribusi usia subjek penelitian nilai rujukan retikulosit dan fraksinya
4.2.3. Perhitungan statistik Pada hasil masing-masing parameter retikulosit dan fraksinya terdapat beberapa pencilan (outlier). Eliminasi pencilan dilakukan menurut kriteria Chauvenet.51 Perhitungan untuk eliminasi pencilan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah pencilan dieliminasi kemudian dihitung nilai rujukan retikulosit dan fraksinya. Hasil uji deviasi normal baku parameter retikulosit dan fraksinya untuk mengetahui apakah nilai rujukan kelompok lelaki dan perempuan dipisah atau digabung dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan parameter HRR didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,590) sehingga nilai rujukan HRR kelompok lelaki dan perempuan digabung. Nilai rujukan HRR adalah 0,7 – 2,2%. Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan parameter HRA didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001). Hasil perhitungan uji deviasi normal baku parameter HRA didapatkan 3,3 sehingga nilai rujukan HRA kelompok lelaki dan perempuan dipisah. Nilai rujukan HRA lelaki adalah 35.988 – 101.198 /µL dan perempuan adalah 26.400 – 105.000 /µL.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
43
Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan parameter IRF relatif didapatkan perbedaan bermakna (p=0,008).
Hasil
perhitungan uji deviasi normal baku parameter IRF relatif didapatkan 2,4 sehingga nilai rujukan IRF relatif kelompok lelaki dan perempuan digabung yaitu 2,4 – 13,4%. Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan parameter IRF absolut didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001).
Hasil
perhitungan uji deviasi normal baku parameter IRF absolut didapatkan 3,3 sehingga nilai rujukan IRF absolut kelompok lelaki dan perempuan dipisah. Nilai rujukan IRF absolut lelaki adalah 1.343 – 10.049 /µL dan perempuan adalah 764 – 11.223/µL. Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan parameter LFR relatif didapatkan perbedaan bermakna (p=0,008). Hasil perhitungan uji deviasi normal baku parameter LFR relatif didapatkan 2,4 sehingga nilai rujukan LFR relatif kelompok lelaki dan perempuan digabung yaitu 86,6 – 97,4%. Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan parameter LFR absolut didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001). Hasil perhitungan uji deviasi normal baku parameter LFR absolut didapatkan 3,3 sehingga nilai rujukan IRF absolut kelompok lelaki dan perempuan dipisah. Nilai rujukan LFR absolut lelaki adalah 32.444 – 97.573 /µL dan perempuan adalah 25.634 – 92.063 /µL.
Tabel 4.11. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya Parameter
Satuan
HRR*
%
HRA
/μL
IRF relatif*
%
IRF absolut
/μL
LFR relatif*
%
LFR absolut
/μL
Lelaki
Perempuan 0.7 – 2.2
35.988 – 101.198
26.400 – 105.000
2,4 – 13,4 1.343 – 10.049
764 – 11.223
86,6 – 97,4 32.444 – 97.573
25.634 – 92.063
Keterangan *nilai rujukan lelaki dan perempuan sama
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
44
4.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E 4.3.1. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah anggota keluarga dari pasien thalassemia yang berobat ke poliklinik thalassemia RSCM dan memenuhi kriteria masukan dan tolakan. Sebanyak 113 orang yang setuju mengikuti penelitian ini, dan 15 di antaranya dieksklusi karena hasil elektroforesis hemoglobin tidak sesuai thalassemia-β trait atau HbE trait. Subjek penelitian sebanyak 98 orang dikelompokkan menjadi kelompok tanpa defisiensi besi (90 orang, 91,8%) dan dengan defisiensi besi (8 orang, 8,2%) berdasarkan hasil saturasi transferin dan feritin.
4.3.2. Karakteristik subjek penelitian Subjek penelitian sebanyak 98 orang terdiri dari 26 lelaki dan 72 perempuan. Tabel 4.11 menunjukkan gambaran karakteristik subjek berdasarkan kadar hemoglobin, VER, HER, dan KHER, hasil elektroforesis hemoglobin, saturasi transferin, dan feritin.
Tabel 4.12. Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E Parameter
Lelaki (n:26)
Perempuan (n:72)
Hemoglobin (g/dL)
13,7 ± 1,3
11,2 ± 1,0
VER (fL)
68,3 (60,9 – 80,7)
64,0 (59,0 – 81,8)
HER (pg)
22,0 (18,7 – 26,5)
19,7 (17,4 – 28,8)
KHER (g/dL)
32,0 ± 1,0
31,2 (29,2 – 35,4)
14
58
12
14
Saturasi transferin (%)
33,95 ± 11,16
28,8 ± 10,0
Feritin (ng/mL)
170,9 ± 92,2
62,5 (5,4 – 263,4)
Elektroforesis hemoglobin Thalassemia-β (subjek)
trait
HbE trait (subjek)
Berdasarkan hasil saturasi transferin dan feritin, subjek penelitian pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dibagi menjadi kelompok tanpa defisiensi besi dan kelompok dengan defisiensi besi. Pada penelitian ini terdapat 90 (91,8%)
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
45
subjek tanpa defisiensi besi dan 8 (8,2%) subjek dengan defisiensi besi dan seluruh delapan subjek tersebut adalah perempuan. Tabel 4.12. menunjukkan karakteristik subjek tanpa defisiensi besi dan dengan defisiensi besi. Pada subjek lelaki, empat (15,4%) orang memiliki kadar hemoglobin <12 g/dL. Pada subjek perempuan, 58 (76,3%) orang memiliki kadar hemoglobin <12 g/dL, yang terdiri dari 27 orang dengan kadar hemoglobin <12 g/dL, 21 orang <11 g/dL, dan 10 orang <10 g/dL. Pada subjek perempuan dengan defisiensi besi, hanya satu dari Sembilan subjek yang memiliki Hb 13,5 g/dL, sisanya memiliki Hb <12 g/dL. Tabel 4.13. Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E tanpa defisiensi besi dan dengan defisiensi besi Keterangan
Subjek tanpa defisiensi besi
Subjek dengan defisiensi besi
n: 90
n: 8
Lelaki
26 orang
0 orang
Perempuan
64 orang
8 orang
Lelaki
13,7 ± 1,3
Tidak ada subjek
Perempuan
11,2 ± 1,0
10,9 ± 1,3
VER (fL)
64,1 (59,0 – 81,8)
64,2 ± 5,4
HER (pg)
20,1 (17,8 – 28,8)
18,9 (17,4 – 25,6)
KHER (g/dL)
31,4 (29,2 – 35,4)
30,7 ± 1,4
Saturasi transferin (%)
31,8 ± 9,6
14,3 ± 4,1
Feritin (ng/mL)
90,5 (16,4 – 365,0)
11,6 ± 4,1
Thalassemia-β trait
65 subjek
7 subjek
HbE trait
25 subjek
1 subjek
Jenis kelamin
Hemoglobin (g/dL)
Elektroforesis hemogloblin
4.3.3. Profil maturitas retikulosit Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE tanpa dan dengan defisiensi besi dapat dilihat pada tabel 4.14 dan 4.15.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
46
Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lelaki Tabel 4.14. Parameter
Sehat
Pembawa sifat thalB tanpa def besi
Pembawa sifat HbE tanpa def besi
n:129
n:14
n:12
Hb (g/dL)
15,4 ± 1,0
12,9 ± 1,1
14,6 ± 0,8
VER (fL)
86,9 ± 2,6
64,1 ± 3,1
74,9 ± 3,0
HER (pg)
29,4 ± 1,1
20,0 ± 1,2
24,7 ± 1,1
KHER (g/dL)
33,8 ± 0,8
31,2 ± 0,5
33,0 ± 0,5
HRR (%)
1,28 ± 0,3
1,39 ± 0,50
1,03 ± 0,28
66.706 ± 16.793
89.814 ± 35.326
61.800 ± 20.604
7.3 ± 2.5
16,9 ± 7,9
10,5 ± 3,1
5.012 ± 2.307
16.750 ± 12.209
6.930 ± 4.296
92,6 ± 2,5
83,2 ± 7,9
89,5 ± 3,1
62.018 ± 15.703
73.064 ± 25.598
54.870 ± 16.498
HRA (/uL) IRF (%) IRF absolut (/uL) LFR (%) LFR absolut (/uL)
Tabel 4.15. Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE perempuan Parameter
Sehat
Pembawa sifat thal-β tanpa def besi
Pembawa sifat thal-β dengan def besi
Pembawa sifat HbE tanpa def besi
Pembawa sifat HbE dengan def besi
n:120
n:51
n:7
n:13
n:1
Hb (g/dL)
13,4 ± 1,0
11,0 ± 0,8
10,9 ± 1,4
12,1 ± 1,0
10,3
VER (fL)
87,7 ± 3,3
63,2 ± 2,1
63,6 ± 5,8
76,4 ± 4,1
69,5
HER (pg)
29,4 ± 1,4
19,6 ± 0,8
19,5 ± 2,8
25,2 ± 2,0
22,2
KHER (g/dL)
33,5 ± 0,9
31,0 ± 0,6
30,6 ± 1,6
33,0 ± 1,2
31,9
HRR (%)
1,30 ± 0,4
1,50 ± 0,35
1,20 ± 0,44
1,12 ± 0,37
0,84
HRA (/uL)
59.385 ± 18.206
84.055 ± 19.610
52.359 ± 22.034
53.700 ± 18.625
39.100
IRF (%)
6,3 (0,2 – 14,7)
13,0 ± 3,4
15,8 ± 6,9
10,2 ± 3,3
11,4
IRF absolut (/uL)
3.577 (169 – 15.237)
11.008 ± 3.913
7.715 ± 4.073
5.387 ± 2.328
4.500
LFR (%)
93,7 (85,3 – 97,7 0
87,0 ± 3,4
84,2 ± 6,9
89,8 ± 3,3
88,6
55.203 ± 16.179
73.047 ± 17.030
44.643 ± 19.574
48.313 ± 16.871
34.600
LFR absolut (/uL)
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
47
Dari table 4.14 dan 4.15 terlihat bahwa kadar Hb, VER, HER, dan KHER pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lebih rendah dari orang sehat. Kadar Hb, VER, HER, dan KHER pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi dari pembawa sifat HbE. Nilai HRR dan HRA pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi daripada pembawa sifat HbE. Pada pembawa sifat thalassemia-β, IRF lebih tinggi daripada pembawa sifat HbE, sedangkan LFR lebih rendah daripada pembawa sifat HbE. Sebagian besar pembawa sifat thalassemia-β atau HbE memiliki hasil HRR dan HRA normal. Nilai IRF pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lebih tinggi dari pada nilai rujukan orang normal. Hasil retikulosit dan fraksinya pada subjek dengan defisiensi besi lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
48
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Uji ketelitian dan ketepatan Hasil uji ketelitian within run pemeriksaan retikulosit dan fraksinya menggunakan bahan kontrol XN-Check ketiga level masih dalam batas yang diperkenankan pabrik yaitu CV ≤15% untuk parameter HRR dan HRA, CV ≤30% untuk IRF dan LFR, CV ≤50% untuk MFR, dan CV ≤100% untuk HFR50, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1.Hasil uji ketepatan juga masih dalam batas yang diperkenankan pabrik yaitu d ±20% untuk parameter HRR dan HRA, d ±30% untuk parameter IRF, LFR, MFR, dan HFR, seperti yang terlihat pada Tabel 5.2. Peneliti tidak mendapatkan data pembanding dari penelitian lain untuk hasil uji ketepatan dan ketelitian parameter retikulosit dan fraksinya menggunakan Sysmex XN-2000.
Tabel 5.1. Perbandingan hasil uji ketelitian within run kontrol XN-Check dengan rekomendasi pabrik50 Penelitian
Parameter HRR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HRA
Peneliti Rekomendasi pabrik
IRF
Peneliti Rekomendasi pabrik
LFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
MFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
Level 1 2,09
CV (%) Level 2 5,55
Level 3 4,16
≤15
≤15
≤15
3,02
5,46
4,09
≤15
≤15
≤15
5,11
3,78
5,37
≤30
≤30
≤30
2,91
2,05
2,13
≤30
≤30
≤30
5,78
4,09
7,66
≤50
≤50
≤50
15,03
9,14
13,36
≤100
≤100
≤100
Universitas Indonesia 48 Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
49
Tabel 5.2. Perbandingan hasil uji ketepatan within run kontrol XN-Check dengan rekomendasi pabrik50 Penelitian
Parameter
HRR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HRA
Peneliti Rekomendasi pabrik
IRF
Peneliti Rekomendasi pabrik
LFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
MFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
d (%) Level 1
Level 2
Level 3
(-0,61) – 4,09
(-7,77) – 4,85
(-7,87) – 2,25
d ±20%
d ±20%
d ±20%
(-3,99) – 2,77
(-9,39) – 3,06
(-9,62) – 0,21
d ±20%
d ±20%
d ±20%
(-5,51) – 6,06
(-3,69) – 4,26
7,14 – 22,22
d ±30%
d ±30%
d ±30%
(-3,45) – 2,98
(-2,31) – 1,70
(-7,49) - (-2,41)
d ±30%
d ±30%
d ±30%
(-8,39) – 5,03
(-5,14) – 2,40
8,49 – 29,52
d ±30%
d ±30%
d ±30%
(-18,4) – 9,2
(-3,33) – 21,67
(-15,00) – 22,50
d ±30%
d ±30%
d ±30%
Tabel 5.3 memperlihatkan hasil uji ketelitian within run menggunakan 3 darah K3EDTA. Rekomendasi pabrik untuk CV parameter retikulosit dan fraksiya hanya untuk level normal dan tinggi, sedangkan untuk level rendah tidak tertulis nilai CV. Nilai CV within run parameter retikulosit level normal dan tinggi dalam batas CV yang direkomendasikan oleh pabrik.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
50
Tabel 5.3. Perbandingan hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan rekomendasi pabrik50 Penelitian
Parameter
HRR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HRA
Peneliti Rekomendasi pabrik
IRF
Peneliti Rekomendasi pabrik
LFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
MFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
CV (%) Level rendah
Level normal
Level tinggi
9,94
2,49
4,88
Tidak ada data
≤15
≤15
10,12
2,30
5,08
Tidak ada data
≤15
≤15
41,80
9,45
18,22
Tidak ada data
≤30
≤30
0,73
0,69
2,26
Tidak ada data
≤30
≤30
41,80
9,76
8,68
Tidak ada data
≤50
≤50
0
41,16
76,46
Tidak ada data
≤100
≤100
Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan pemeriksaan retikulosit dan fraksinya menggunakan bahan kontrol XN-Check level 1, 2, dan 3 masih dalam batas yang diperkenankan pabrik, seperti yang terlihat pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
51
Tabel 5.4. Perbandingan hasil uji ketelitian between days kontrol XN-Check dengan rekomendasi pabrik50 Penelitian
Parameter
HRR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HRA
Peneliti Rekomendasi pabrik
IRF
Peneliti Rekomendasi pabrik
LFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
MFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
HFR
Peneliti Rekomendasi pabrik
CV (%) Level 1
Level 2
Level 3
1,52
1,25
8,17
≤15
≤15
≤15
1,60
1,26
8,51
≤15
≤15
≤15
3,87
3,41
6,56
≤30
≤30
≤30
2,30
1,99
2,37
≤30
≤30
≤30
3,94
5,01
8,03
≤50
≤50
≤50
5,25
17,40
10,84
≤100
≤100
≤100
Tabel 5.5. Perbandingan hasil uji ketepatan between days kontrol XN-Check dengan rekomendasi pabrik50 Penelitian
Parameter
d (%) Level 1
Level 2
Level 3
Peneliti Rekomendasi pabrik
HRR
5,52 – 10,02 d ±20%
2,91 – 6,31 d ±20%
(-11,24) – 4,49 d ±20%
Peneliti Rekomendasi pabrik
HRA
5,89 – 9,10 d ±20%
2,73 – 5,90 d ±20%
(-12,97) – 3,77 d ±20%
Peneliti Rekomendasi pabrik
IRF
(-1,38) – 7,71 d ±30%
(-0,28) – 8,52 d ±30%
(-3,57) – 14,29 d ±30%
Peneliti Rekomendasi pabrik
LFR
(-4,40) – 0,78 d ±30%
(-4,63) – 0,15 d ±30%
(-4,81) – 1,20 d ±30%
Peneliti Rekomendasi pabrik
MFR
(-1,34) – 7,05 d ±30%
(-1,71) – 12,67 d ±30%
(-4,72) – 16,04 d ±30%
Peneliti Rekomendasi pabrik
HFR
(-1,54) – 10,77 d ±30%
(-11,67) – 28,33 d ±30%
2,50 – 30,00 d ±30%
Rekomendasi pabrik untuk CV MFR dan HFR adalah ≤50% dan ≤100% Nilai CV yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa ketelitian pemeriksaan HFR dan MFR sangat rendah sehingga hasil pengukuran kedua parameter dengan menggunakan XN-2000 tidak dapat dipercaya.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
52
5.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya Pada penelitian ini jumlah subjek adalah 129 lelaki dan 120 perempuan. Jumlah subjek tersebut memenuhi jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi yaitu minimal 120 untuk masing-masing kelompok. Nilai rujukan parameter HRR baik lelaki maupun perempuan adalah 0,7 – 2,2%. Hasil tersebut lebih tinggi daripada penelitian oleh Wirawan, 20065, seperti terlihat pada Tabel 5.6. Variasi nilai rujukan beberapa penelitian dapat disebabkan perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta model alat hematologi yang dipakai.
Tabel 5.6. Nilai rujukan HRR berbagai penelitian Penelitian
Jumlah subjek
Etnis
HRR (%)
Keterangan
Indonesia
0,70 – 2,20
Sysmex XN-2000
Melayu, Cina, India
0,40 – 1,60
Sysmex XE-5000
Belanda
0,43 – 1,36
Sysmex XE-5000
India
0,42 – 1,82
Sysmex XE-2100
Indonesia
0,50 – 2,00
Sysmex XT-2000i
Belgia
0,61 – 2,16
Abx Pentra 120 Retic
0,61 – 1,79
Coulter Gen-S
0,44 – 1,55
Sysmex SE 9500
0,61 – 2,24
Abbott Cell Dyn 4000
0,50 – 1,40
Bayer Advia 120
(orang) 249
Penelitian ini
(L: 129, P: 120) 1376
Ambayya dkk, 201452
(L: 469, P: 907)
Pekelhering dkk, 201053
309 (L: 133, P: 176) 100
Sehgal dkk, 201354
(L: 54, P: 46)
Wirawan, 2006
5
240 (L: 120, P: 120)
Van den Bossche dkk, 200255
317 (L:142, P: 175)
Keterangan: L: lelaki, P: perempuan
Nilai rujukan parameter HRA lebih tinggi dari berbagai penelitian ini, seperti yang terlihat pada tabel 5.7. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta model alat hematologi yang dipakai.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
53
Tabel 5.7. Nilai rujukan HRA berbagai penelitian Penelitian
Penelitian ini
Pekelhering dkk, 201053
Wirawan, 20065
Van den Bossche dkk, 200255
Jumlah Subjek
Etnis
249
HRA (/μL)
Keterangan
Lelaki
Perempuan
Indonesia
35.988 – 101.198
26.400 – 105.000
Sysmex XN-2000
Belanda
23.000 – 70.100
17.000 – 63.800
Sysmex XE-5000
Indonesia
24.000 – 110.000
24.000 – 95.000
Sysmex XT-2000i
Belgia
31.000 – 130.000
22.000 – 95.000
Abx Pentra 120 Retic
30.000 – 90.000
24.000 – 73.000
Coulter Gen-S
16.000 – 70.000
16.000 – 66.000
Sysmex SE 9500
30.000 – 110.000
21.000 – 98.000
Abbott Cell Dyn 4000
29.000 – 69.000
19.000 – 64.000
Bayer Advia 120
(L: 129, P: 120) 309 (L: 133, P: 176) 240 (L: 120, P: 120) 317 (L:142, P: 175)
Nilai rujukan parameter IRF relatif pada penelitian berbeda dengan berbagai penelitian lain, seperti yang terlihat pada tabel 5.8. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta model alat hematologi yang dipakai. Nilai rujukan IRF absolut pada penelitian ini adalah 1.343 – 10.049 /μL (lelaki) dan 764 – 11.223 /μL (perempuan). Peneliti tidak mendapatkan data pembanding dari penelitian lain untuk nilai rujukan IRF absolut.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
54
Tabel 5.8. Nilai rujukan IRF relatif berbagai penelitian Penelitian
Jumlah subjek
Etnis
IRF (%)
Keterangan
Indonesia
2,4 – 13,4
Sysmex XN-2000
0 – 8,9
Sysmex XE-5000
(L: 469, P: 907)
Melayu, Cina, India
309
Belanda
1,6 – 10,5
Sysmex XE-5000
India
2,00 – 16,52
Sysmex XE-2100
Indonesia
1,4 – 14,6
Sysmex XT-2000i
Belgia
0,14 – 0,35
Abbott Cell Dyn 4000
249
Penelitian ini
(L: 129, P: 120) 1376
Ambayya dkk, 201452 Pekelhering dkk, 201053
(L: 133, P: 176) 100
Sehgal dkk, 201354
(L: 54, P: 46)
Wirawan, 2006
5
240 (L: 120, P: 120) 317
Van den Bossche dkk, 200255
(L:142, P: 175)
Keterangan: L: lelaki, P: Perempuan Nilai rujukan parameter LFR relatif pada penelitian ini berbeda dengan berbagai penelitian lain, seperti yang terlihat pada tabel 5.9. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta model alat hematologi yang dipakai. Nilai rujukan LFR absolut pada penelitian ini adalah 32.444 – 97.573 /μL (lelaki) dan 25.634 – 92.063 /μL (perempuan). Peneliti tidak mendapatkan data pembanding dari penelitian lain untuk nilai rujukan LFR absolut. Tabel 5.9. Nilai rujukan LFR relatif berbagai penelitian Penelitian
Jumlah subjek (orang) 249 (L: 129, P: 120) 309
Penelitian ini Pekelhering dkk, 201053 Sehgal dkk, 201354 Wirawan, 2006 Van den Bossche dkk, 200255
5
Etnis Indonesia
LFR (%) 86,6 – 97,4
Keterangan Sysmex XN-2000
Belanda
89,9 – 98,4
Sysmex XE-5000
(L: 133, P: 176) 100
India
82,47 – 97,99
Sysmex XE-2100
(L: 54, P: 46) 240
Indonesia
85,4 – 98,6
Sysmex XT-2000i
(L: 120, P: 120) 317
Belgia
84,6 – 97,1 88,3 – 98,0
Sysmex SE-9500 Bayer Advia 120
(L:142, P: 175)
Keterangan: L: lelaki, P: perempuan
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
55
5.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat Thalassemia-β atau hemoglobin E Pada penelitian ini didapatkan 8 (11.1%) dari 98 subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE yang mengalami defisiensi besi. Semua subjek tersebut adalah perempuan. Jumlah ini lebih rendah daripada penelitian Dolai dkk6 pada pasien thalassemia minor di India dengan defisiensi besi sebanyak 29,67% pada perempuan dan 3,38% pada lelaki. Tidak didapatkan lelaki dengan defisiensi besi kemungkinan disebabkan jumlah subjek lelaki hanya sedikit yaitu 26 orang. Subjek perempuan lebih banyak disebabkan kebanyakan pasien yang berobat ke poliklinik Thalassemia RSCM diantarkan oleh ibunya yang kemudian menjadi subjek penelitian ini. Lebih tingginya defisiensi besi pada perempuan dapat disebabkan adanya kehilangan darah saat menstruasi. Pada penelitian ini kadar hemoglobin pada subjek dengan defisiensi besi lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi, tetapi nilai VER dan HER antara kedua kelompok tidak terlalu berbeda. Hasil hematologi tersebut mirip dengan hasil penelitian Dolai dkk seperti yang terlihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.10. Perbandingan data hemoglobin, VER, HER antara subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE dengan dan tanpa defisiensi besi Parameter
Hemoglobin (g/dL)
Penelitian ini
Penelitian Dolai dkk, 20126
Tanpa defisiensi besi
Defisiensi besi
Tanpa defisiensi besi
Defisiensi besi
L: 13,7 ± 1,3
P: 10,9 ± 1,3
11,21 ± 0,22
9,78 ± 0,19
P: 11,2 ± 1,0
VER (fL)
64,1 (59,0 – 81,8)
64,2 ± 5,4
66,70 ± 1,33
66,24 ± 1,32
HER (pg)
20,1 (17,8 – 28,8)
18,9 (17,4 – 25,6)
20,56 ± 0,41
20,18 ± 0,4
Keterangan: L: lelaki, P: perempuan
Berdasarkan nilai rujukan retikulosit dan fraksinya yang didapatkan pada penelitian ini, sebagian besar pembawa sifat thalassemia-β dan HbE memiliki nilai HRR dan HRA normal. Fraksi retikulosit imatur, yaitu IRF pada pembawa sifat thalassemia-β dan HbE lebih tinggi daripada orang normal. Peningkatan fraksi retikulosit imatur ini sejalan dengan penelitian oleh Wagner dkk56. Pada
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
56
thalassemia terjadi hiperplasia eritroid ringan tetapi hitung retikulosit normal karena adanya eritropoiesis inefektif.57 Fraksi IRF yang lebih tinggi dibandingkan orang normal menunjukkan adanya aktivitas eritropoiesis lebih tinggi walaupun terdapat eritropoiesis inefektif.8,10 Peningkatan aktivitas eritropoiesis pada thalassemia-β atau HbE merupakan respons tubuh untuk mengatasi anemia. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah retikulosit. Eritropoiesis inefektif terjadi akibat penghancuran precursor eritroid yang mengandung presipitat rantai alfa berlebih di sumsum tulang. Akibatnya peningkatan retikulosit tidak setinggi seperti pada keadaan eritropoiesis efektif. Pada pemeriksaan retikulosit didapatkan normal sampai meningkat ringan. Eritropoiesis inefektif juga menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi retikulosit matur sehingga fraksi retikulosit imatur meningkat. Dengan demikian, peningkatan fraksi retikulosit imatur disertai hitung retikulosit normal, seperti pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE di penelitian ini menunjukkan terdapat eritropoiesis inefektif. 35, 57 Nilai Hb, VER, HER, KHER pembawa sifat thalassemia-β lebih rendah daripada pembawa sifat HbE; sedangkan HRR, HRA dan fraksi retikulosit imatur lebih tinggi daripada pembawa sifat HbE. Hal ini menunjukkan kelainan hematologi pembawa sifat thalassemia-β pada penelitian ini lebih berat daripada pembawa sifat HbE sehingga usaha kompensasi tubuh dengan meningkatkan aktivitas eritropoiesis. Pada hasil laboratorium peningkatan aktivitas eritropoiesis ini ditunjukkan dengan peningkatan HRR dan HRA yang lebih besar pada pembawa sifat thalassemia-β daripada pembawa sifat HbE. Fraksi retikulosit imatur pada pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi menunjukkan eritropoiesis inefektif pembawa sifat thalassemia-β lebih berat daripada pembawa sifat HbE. Hitung retikulosit dan fraksinya pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE dengan defisiensi besi lebih rendah daripada tanpa defisiensi besi. Besi merupakan salah satu bahan baku pada proses eritropoiesis. Pada defisiensi besi terjadi penurunan jumlah cadangan besi tubuh sehingga aktivitas eritropoiesis menurun yang menyebabkan jumlah retikulosit akan menurun. Hal ini terlihat pada hitung retikulosit yang menurun. Walaupun fraksi retikulosit imatur pada subjek defisiensi besi lebih rendah daripada tanpa defisiensi besi, tetapi nilainya
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
57
masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sehat. Hal ini menunjukkan eritropoiesis inefektif tetap terjadi pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE dengan defisiensi besi. Pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE, terdapat 10 orang memiliki hasil saturasi transferin rendah tetapi nilai feritin serum normal. Dari 10 orang tersebut, 9 di antaranya memiliki nilai CRP yang normal sedangkan satu memiliki nilai CRP meningkat. Feritin dan CRP merupakan protein fase akut sehingga kadarnya meningkat saat inflamasi. Perbedaan keduanya adalah kadar CRP cepat menurun setelah inflamasi yaitu 48 jam setelah inflamasi, sedangkan feritin dapat bertahan di darah hingga 10 hari setelah inflamasi. Akibatnya kadar CRP sudah kembali normal tetapi feritin mungkin belum kembali ke kadar awalnya, sehingga kadar feritin mungkin lebih rendah daripada kadar yang terukur saat penelitian ini.58,59
5.4. Keterbatasan penelitian Hasil nilai rujukan retikulosit dan parameternya yang didapatkan pada penelitian ini hanya dapat digunakan untuk orang dewasa Indonesia menggunakan alat Sysmex XN-2000. Nilai rujukan ini tidak berlaku untuk anak dan bayi.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
58
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Telah dilakukan penelitian pada 229 subjek sehat dan 98 subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE menggunakan alat hitung sel darah otomatik Sysmex XN-2000. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Nilai rujukan parameter retikulosit dan fraksitnya pada orang dewasa adalah Parameter
Satuan
HRR*
%
HRA
/μL
IRF relatif*
%
IRF absolut
/μL
LFR relatif*
%
LFR absolut
/μL
Lelaki
Perempuan 0.7 – 2.2
35.988 – 101.198
26.400 – 105.000
2,4 – 13,4 1.343 – 10.049
764 – 11.223
86,6 – 97,4 32.444 – 97.573
25.634 – 92.063
Keterangan *nilai rujukan lelaki dan perempuan sama Pemeriksaan MFR dan HFR memiliki ketelitian yang sangat rendah sehingga hasil kedua parameter tersebut tidak dapat dipercaya.
2. Hitung retikulosit relative dan absolute pembawa sifat thalassemia-β atau HbE tanpa defisiensi besi dalam rentang nilai rujukan. Fraksi retikulosit imatur yang ditandai dengan IRF pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE tanpa defisiensi besi lebih tinggi dari subjek sehat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat eritropoiesis inefektif pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE. Pembawa sifat thalassemia-β memiliki nilai hitung retikulosit dan fraksinya lebih tinggi dari pada pembawa sifat HbE. Hal ini menunjukkan bahwa eritropoiesis inefektif pada pembawa sifat thalassemia-β lebih berat daripada pembawa sifat HbE
3. Hitung retikulosit dan fraksinya pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi lebih rendah daripada pembawa sifat thalassemia-β
58 Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
59
atau HbE tanpa defisiensi besi. Walaupun demikian, fraksi retikulosit imatur pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi lebih tinggi daripada subjek sehat. Hal ini menunjukkan walaupun terdapat penurunan aktivitas eritropoiesis karena rendahnya cadangan besi, tetapi eritropoiesis inefektif tetap terjadi pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi.
6.2. Saran Berikut adalah saran pada penelitian ini: 1. Disarankan agar bahan kontrol XN-check memiliki nilai kontrol parameter retikulosit dan fraksinya dengan nilai rendah untuk meningkatkan ketelitian dan ketepatan alat Sysmex XN-2000. 2. Ketelitian parameter MFR dan HFR sangat rendah sehingga kedua parameter tersebut disarankan untuk tidak digunakan oleh klinisi. 3. Disarankan penelitian dengan jumlah sampel pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi yang lebih banyak sehingga dapat dinilai secara analitik hubungan antara maturitas retikulosit dengan status besi tubuh. Jumlah sampel diperkirakan dengan rumus besar sampel: n = Zα2 PQ d2 Prevalensi defisiensi besi pada thalassemia minor lelaki dan perempuan berbeda sehingga besar sampel antara lelaki dan perempuan dihitung terpisah. Perkiraan besar sampel untuk lelaki: Zα = 1.96 P = 0.036 Q = 1 – P = 1 – 0.03 = 0.97 d = 0.01 n =(1.96)2 . 0.03 . 0.97. = 1.118 0.012
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
60
Perkiraan besar sampel untuk perempuan: Zα = 1.96 P = 0.36 Q = 1 – P = 1 – 0.3 = 0.7 d = 0.1 n =(1.96)2 . 0.3 .0.7 = 84 0.12
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
61
DAFTAR PUSTAKA
1.
Laudicina RJ. Hemoglobinopathies: qualitative defects. Dalam: McKenzie SB, Williams JL (penyunting). Clinical Laboratory Hematology. Edisikedua. New Jersey: Pearson, 2010. h. 211-30.
2.
Andriastuti M, Sari TT, Wahidiyat PA, Putriasih SA. Kebutuhan transfusi darah
pasca-splenektomi
pada
thalassemia
mayor.
Sari
Pediatri
2011;13(4):244-9. 3.
Randolph TR. Thalassemia. Dalam: McKenzie SB, Williams JL (penyunting). Clinical Laboratory Hematology. Edisikedua. New Jersey: Pearson, 2010. h. 231-56.
4.
Pootrakul P, Sirankapracha P, Hemsorach S, Moungsub W, Kumbunlue R, Piangitjagum A, et al. A correlation of erythrokinetics, ineffective erythropoiesis, and erythroid precursor apoptosis in Thai patients with thalassemia. Blood 2000;96:2606-12.
5.
Wirawan R. Uji ketelitian, ketepatan dan nilai rujukan parameter retikulosit orang Indonesia dewasa di Jakarta menggunakan alat hitung sel darah otomatik Sysmex XT 2000i. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI, 2006.
6.
Dolai TK, Nataraj KS, Sinha N, Mishra S, Bhattacharya M, Ghosh MK. Prevalence of iron deficiency in thalassemia minor: a study from tertiary hospital. Indian J Hematol Blood Transfus 2012;28(1):7–9.
7.
Riley RS, Ben-Ezra JM, Tidwell A. Reticulocyte enumeration: past& present. Lab Med 2001;32:599-608.
8.
Weatherall DJ. Haemoglobin and the inherited disorders of globin synthesis. Dalam: Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham EGD (penyunting). Postgraduate
Haematology.
Edisikelima.
Massachusetts:
Blackwell
Publishing, 2005. h.85-103. 9.
McKenzie SB. Hemoglobin. Dalam: McKenzie SB(penyunting). Clinical Laboratory Hematology. Edisikedua. New Jersey: Pearson, 2010. h. 85-103.
10. Weatherall DJ. Disorders of Globin Synthesis: The Thalassemias. Dalam: Lichtman MA, Beutler E, Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
62
(penyunting). Williams hematology. Edisiketujuh. New York: McGraw-Hill Medical, 2007. h. 633-66. 11. Aggarwal R, Prakash A, Aggarwal M. Thalassemia: an overview. J ScienSoc 2014;41(1):3-6. 12. Higgs DR, Engel JD, Stamatoyannopoulos GS. Thalassaemia. Lancet 2012;379:373-83. 13. Genetic disorder of haemoglobin. Dalam: Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH, (penyunting). Essential haemotology. Edisikelima. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2006. h.72-93. 14. Stamatoyannopoulos G. Control of globin gene expression during development and erythroid differentiation. ExpHematol 2005;33(3):259-78. 15. RundD, Rachmilewitz E. β-Thalassemia. N Engl J Med 2005;353:1135-46. 16. Olivieri NF. The betha-thalassemias. N Engl J Med. 1999;341(2):99-107. 17. Centis F, Tabellini L, Lucarelli G, Buffi O, Tonucci P, Persini B, dkk. The importance of erythroid expansion in determining the extent of apoptosis in erythroid precursors
in patients
with
β-thalassemia major.
Blood.
2000;96(10):3624-9. 18. Srinoun K, Svasti S, Chumworathayee W, Vadolas J, Vattanaviboon P, Fucharoen S, dkk. Imbalanced globin chain synthesis determines erythroid cell pathology in thalassemic mice. Haematologica. 2009;94:1211-9. 19. Martin M, Thompson AA. Thalassemia. Pediatr Clin N Am 2013;60:1383-91. 20. Bain BJ. Other significant haemoglobinopathies. Dalam: Bain BJ. (penyunting) Haemoglobinopathy diagnosis. Edisi kedua. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2006. h. 190-233. 21. Olivieri NF. Treatment strategies for hemoglobin E beta-thalassemia. Blood Rev 2012;26S:S28-30. 22. Vichinsky E. Hemoglobin E syndromes. Hematol Am Soc Hematol Educ Prog 2007;2007(1):79-83. 23. PremawardhenaA,
Fisher
CA,
Olivieri
NF.
Haemoglobin
E
beta
thalassaemiain Sri Lanka. Lancet 2005;366(9495):1467–70. 24. Goodnough LT, Nemeth E, Ganz T. Detection, evaluation, and management of iron-restricted erythropoiesis. Blood 2010 116: 4754-61.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
63
25. Musallama KM, CappelliniMD, Woodb JC, Taher AT. Iron overload in nontransfusion-dependent thalassemia: a clinical perspective. Blood Rev 2012;26S:S16–9. 26. KohgoY, Ikuta K,Ohtake T,Torimoto Y,Kato J. Body iron metabolism and pathophysiology of iron overload. Int J Hematol 2008;88:7–15. 27. Bull BS. Morphology of the erythron. Dalam: Lichtman MA, Beutler E, Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO (penyunting). Williams hematology. Edisiketujuh. USA: McGraw-Hill Medical, 2007. h. 369-86 28. Dessypris EN, Sawyer ST. Erythropoiesis. Dalam: Greer JP, Foerster J, Rodgers
GM,
Paraskevas
F,
Glader
B,
Arber
DA,
dkk.
(penyunting)Wintrobe’s clinical hematology. Edisikeduabelas. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2009. h.106-21. 29. Prchal JT. Production of erythrocytes. Dalam: Lichtman MA, Beutler E, Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO (penyunting). Williams hematology. Edisiketujuh. USA: McGraw-Hill Medical, 2007. h. 393-404. 30. Buttarello M, Bulian P, Farina G, Petris MG, Temporin V, Toffolo L. Five fully automated methods for performing immature reticulocyte fraction: comparison in diagnosis of bone marrow aplasia. Am J ClinPathol 2002;117:871-9. 31. Morceau F, Dicato M, Diederich M. Pro-inflammatory cytokine-mediated anemia: regarding molecular mechanisms of erythropoiesis. Mediator Inflam 2009;2009:1-11. 32. Faquin WC, Schneider TJ, Goldberg MA. Effect of inflammatory cytokines on hypoxia-induced erythropoietin production. Blood 1992;79(8):1987-94. 33. Barany
P.
Effect
of
inflammatory
cytokines
on
hypoxia-induced
erythropoietin production. Nephrol Dial Transplant 2001;16:224-7. 34. Hubbard J. The erythrocyte. Dalam: Mackenzie SB, Williams JL (penyunting) Clinical Labortory Hematology. Edisikedua. New Jersey: Pearson, 2010. h.62-84. 35. Watanabe K, Kawai Y, Takeuchi K, Shimizu N, Iri H, Ikeda Y, dkk. Reticulocyte maturity as an indicator for estimating qualitative abnormality of erythropoiesis. J ClinPathol 1994;47:736-9.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
64
36. Bain BJ, Lewis SM, Bates I. Basic haematological techniques. Dalam: Bain BJ, Lewis SM, Bates I (penyunting). Dacie and Lewis practical haematology. Edisikesepuluh. Philadelphia: Churchill Livingstone 2006. h. 36-40. 37. Briggs C, Grant D, Machin SJ. Comparison of the automated reticulocyte counts and immature reticulocyte fraction measurements obtained With the ABX Pentra 120 retic blood analyzer and the Sysmex XE-2100 automated hematology analyzer. Lab Hematol 2001;7:75-80. 38. Analyzer and the Sysmex XE-2100 Automated Hematology Analyzer. Lab Hematol 2001;7:75-80. 39. Buttarello M, Plebani M. Automated blood cell counts: state of the art. Am J ClinPathol 2008;130:104-16. 40. Leaflet pemeriksaan CREP2. Roche Cobas c system. Indianapolis: Roche Diagnostic; 2013. 41. Leaflet pemeriksaan ALTL. Roche Cobas c system. Indianapolis:Roche Diagnostics; 2006. 42. Leaflet pemeriksaan ALB2. Roche Cobas c system. Indianapolis: Roche Diagnostic; 2006. 43. Leaflet pemeriksaan CRPLX. Roche Cobas c system. Indianapolis:Roche Diagnostics; 2006. 44. Joint World Health Organization/Centers for Disease Control and Prevention Technical Consultation on the Assessment of Iron Status at the Population Level. Assessing the iron status of populations. Geneva: World Health Organiztion, 2007. 45. Wish JB. Assessing iron status: beyond serum ferritin and transferrin saturation. Clin J Am Soc Nephrol 2006;1:S4–8 46. World Health Organization. Serum ferritin concentrationsfor the assessment of ironstatus and iron deficiency inpopulations. Geneva: WHO Vitamin and Mineral Nutrition Information System, 2011. 47. Wirawan R. Analisa hemoglobin dengan cara konvensional dan mikrokapiler elektroforesis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011. h. 36-40, 66-86.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
65
48. Randolph TR. Hemoglobinopathies (structural defect in hemoglobin). Dalam: Rodak BF, Fritsma GA, Keohane EM. (penyunting) Hematology: clinical principles and applications. Missouri: Elsevier Saunders; 2012. h. 380-383. 49. Atmakusumah TD, Wahidiyat PA, Sofro AS, Wirawan R, Tjitrasari T, Setyaningsih I. Pencegahan Thalasemia. Jakarta: Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. h. 1-35. 50. Sysmex Automated Hematology Analyzer XN-2000 Instruction for Use. Kobe: Sysmex Corporation 2011. 51. Katayev A, balciza C, SeccombeDw. Establishing reference intervals for clinical laboratory test results: is there a better way? Am J ClinPathol 2010;133:180-6. 52. Ambayya A, Su AT, Osman NH, Nik-Samsudin NR, Khalid K, Chang KM, dkk. Haematological reference intervals in a multiethnic population. PLoS ONE 2014;9(3):e91968. 53. Pekelharing JM, Hauss O, de Jonge R, Lokhoff J, Sodikromo J, Spaans M, et al. Haematology Reference Intervals for Established and Novel Parameters in Healthy Adults. Sysmex J Int 2010;1:1-11. 54. Sehgal KK, Tina D, Choksey U, Dalal RJ, Shanaz KJ. Reference range evaluation of complete blood count parameters with emphasis on newer research parameters on the complete blood count analyzer Sysmex XE-2100. Ind J PatholMicrobiol 2013;56(2):120-4. 55. Van den Bossche J, Devreese K, Malfait R, Van de Vyvere M, Wauters A, Neels H, dkk. Reference Intervals for a Complete Blood Count Determined on different Automated HaematologyAnalysers: AbxPentra 120 Retic, Coulter Gen-S, Sysmex SE 9500, Abbott Cell Dyn 4000 and Bayer Advia 120. ClinChem Lab Med 2002;40(1):69–73. 56. Wagner SC, Grando AC, de Castro SM. Reticulocyte indices in β thalassemia trait individuals. Rev Bras HematolHemoter 2011;33(5):393-7. 57. Wollmann M, Gerzson BMC, Schwert V, Figuera RW, Ritzel GO. Reticulocyte maturity indices in iron deficiency anemia. Rev Bras HematolHemoter 2014;36(1):25-8.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
66
58. Kilicarslani A, Uysal A, Roach EC. Acute phase reactants. ActaMedica 2013; 2: 2–7. 59. Beard JL, Murray-Kolb LE, Rosales FJ, Solomons NW, Angelili ML. Interpretation of serum ferritin concentrations as indicators of total-body iron stores in survey populations: the role of biomarkers for the acute phase response. Am J ClinNutr 2006;84:1498 –505.
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
67
Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat No Usia HRR HRA IRF (%) (tahun) (%) (/μL) 18 0,98 49.700 3,8 1 20 2,03 112.900 10,0 2 21 1,02 56.200 5,8 3 22 1,29 66.200 10,2 4 23 0,97 54.900 9,1 5 23 1,25 62.000 11,7 6 23 1,65 87.300 5,4 7 24 0,94 51.200 10,9 8 24 1,20 64.900 10,5 9 24 1,64 90.200 5,4 10 24 1,40 82.600 2,8 11 24 1,34 75.800 4,7 12 25 1,01 50.000 4,4 13 26 1,50 78.800 10,3 14 26 1,20 73.700 6,3 15 27 1,06 61.700 8,1 16 27 1,58 88.500 7,5 17 27 1,64 83.100 11,8 18 27 1,42 85.200 6,9 19 27 0,94 47.200 7,7 20 27 1,27 63.200 4,7 21 27 1,48 79.800 6,2 22 27 0,99 53.200 7,3 23 28 1,10 57.500 2,0 24 28 1,49 86.600 7,2 25 28 0,98 53.900 5,9 26 28 1,33 72.000 5,0 27 29 1,35 71.700 8,9 28 29 1,31 70.200 10,7 29 29 0,88 46.200 4,3 30 29 1,50 75.600 6,9 31 29 1,60 101.400 6,7 32 30 1,41 69.100 3,9 33 30 1,33 71.600 7,5 34 30 1,89 93.400 13,5 35
LFR (%) 96,2 90,0 94,2 89,8 90,9 88,3 94,6 89,1 89,5 94,6 97,2 95,3 95,6 89,7 93,7 91,9 92,5 88,2 93,1 92,3 95,3 93,8 92,7 98,0 92,8 94,1 95,0 91,1 89,3 95,7 93,1 93,3 96,1 92,5 86,5
MFR (%) 3,8 9,0 5,2 8,6 8,4 9,7 4,8 9,7 9,7 5,0 2,5 4,5 4,3 8,8 6,2 7,3 6,7 10,2 6,3 6,6 4,7 5,8 6,8 2,0 6,7 5,2 4,7 7,8 9,2 4,1 6,3 6,3 3,6 6,7 11,7
HFR (%) 0,0 1,0 0,6 1,6 0,7 2,0 0,6 1,2 0,8 0,4 0,3 0,2 0,1 1,5 0,1 0,8 0,8 1,6 0,6 1,1 0,0 0,4 0,5 0,0 0,5 0,7 0,3 1,1 1,5 0,2 0,6 0,4 0,3 0,8 1,8
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
68
Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat No Usia HRR (%) HRA IRF (%) (tahun) (/μL) 36 30 1,53 82.5.00 7,9 30 1,07 59.000 5,4 37 30 0,88 41.900 4,8 38 31 0,80 45.600 3,9 39 31 1,73 89.600 9,0 40 31 1,70 93.700 5,9 41 32 1,53 75.600 4,8 42 32 1,11 54.700 7,0 43 32 1,72 92.000 9,1 44 33 1,52 85.300 5,9 45 33 1,05 56.200 5,4 46 33 1,18 61.200 7,6 47 33 1,12 64.200 6,4 48 33 1,00 55.800 9,3 49 33 1,28 69.200 8,3 50 34 1,07 55.600 6,1 51 35 1,83 100.500 8,8 52 36 1,38 75.800 5,6 53 36 1,17 53.000 11,5 54 36 1,42 76.000 5,2 55 36 1,14 61.600 7,0 56 36 1,07 47.900 5,2 57 37 1,01 48.200 7,0 58 38 0,86 39.000 11,9 59 38 1,22 63.200 6,5 60 39 1,43 73.100 7,9 61 39 0,96 51.600 6,2 62 39 1,21 65.600 13,6 63 39 1,42 77.100 12,6 64 39 0,81 40.600 2,1 65 40 1,05 54.000 7,1 66 40 0,81 39.900 7,8 67 40 0,70 33.200 4,2 68 41 1,07 54.200 3,1 69
LFR (%) 92,1 94,6 95,2 96,1 91,0 94,1 92,5 93,0 90,9 94,1 94,6 92,4 93,6 90,7 91,7 93,9 91,2 94,4 88,5 94,8 93,0 94,8 93,0 88,1 93,5 92,1 93,8 86,4 87,4 97,9 92,9 92,2 95,8 96,9
MFR (%) 7,3 5,3 4,6 3,2 8,0 5,7 4,5 5,7 7,8 5,6 5,1 7,2 5,3 8,1 7,4 5,7 7,8 5,5 10,6 4,7 6,3 4,9 6,2 9,8 6,0 7,4 5,8 12,2 11,0 2,1 6,0 6,9 3,8 2,8
HFR (%) 0,6 0,1 0,2 0,7 1,0 0,2 0,3 1,3 1,3 0,3 0,3 0,4 1,1 1,2 0,9 0,4 1,0 0,1 0,9 0,5 0,7 0,3 0,8 2,1 0,5 0,5 0,4 1,4 1,6 0,0 1,1 0,9 0,4 0,3
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
69
Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat No Usia HRR (%) HRA IRF (%) (tahun) (/μL) 41 1,02 51.900 5,2 70 41 1,72 97.500 6,2 71 41 0,93 42.800 6,5 72 41 1,40 68.200 8,5 73 42 1,82 95.000 6,9 74 42 1,37 72.700 10,9 75 42 1,24 59.000 10,3 76 42 1,28 67.100 3,5 77 42 1,77 87.100 4,7 78 42 1,37 72.200 7,1 79 42 1,02 50.800 9,9 80 42 1,30 70.700 5,1 81 42 1,07 52.800 11,8 82 42 1,85 99.900 9,3 83 43 1,37 73.700 6,9 84 43 1,53 86.000 11,5 85 43 0,92 44.100 6,9 86 43 1,12 57.900 7,9 87 43 1,63 90.800 8,6 88 43 1,37 69.000 3,8 89 43 1,29 72.900 11,5 90 44 1,21 61.600 6,9 91 44 1,38 77.100 8,8 92 44 1,18 68.000 10,3 93 44 1,26 64.500 7,1 94 44 1,51 75.000 10,4 95 44 1,12 55.900 6,8 96 45 1,55 78.300 8,3 97 45 2,11 117.700 10,0 98 45 0,85 43.500 5,1 99 45 1,40 75.600 7,4 100 46 1,44 66.100 11,2 101 46 0,85 46.800 8,0 102 46 1,11 56.700 10,6 103
LFR (%) 94,8 93,8 93,5 91,5 93,1 89,1 89,7 96,5 95,3 92,9 90,1 94,9 88,2 90,7 93,1 88,5 93,1 92,9 91,4 96,2 88,5 93,1 91,2 89,7 92,9 89,6 93,2 91,7 90,0 94,9 92,6 88,8 92,0 89,4
MFR (%) 4,9 5,5 6,0 7,8 6,6 8,6 9,9 3,4 4,0 6,8 9,0 4,3 10,7 8,3 6,2 10,5 6,7 6,7 7,9 3,5 9,9 6,4 7,9 9,4 6,5 9,3 6,2 7,5 9,3 4,8 6,5 10,1 7,8 9,7
HFR (%) 0,3 0,7 0,5 0,7 0,3 2,3 0,4 0,1 0,7 0,3 0,9 0,8 1,1 1,0 0,7 1,0 0,2 1,2 0,7 0,3 1,6 0,5 0,9 0,9 0,6 1,1 0,6 0,8 0,7 0,3 0,9 1,1 0,2 0,9
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
70
Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat No Usia HRR HRA (tahun) (%) (/μL) 46 1,22 60.100 104 46 1,77 90.300 105 46 1,95 106.900 106 46 0,75 35.200 107 47 1,34 66.200 108 47 1,46 70.700 109 47 1,43 78.900 110 47 1,50 77.900 111 47 1,39 74.500 112 47 0,75 38.700 113 48 1,26 69.000 114 48 1,33 68.500 115 48 1,21 64.000 116 49 1,19 60.900 117 49 0,95 48.600 118 49 1,40 78.000 119 50 0,97 48.700 120 52 0,87 45.800 121 52 1,28 64.300 122 53 1,41 67.300 123 53 1,53 79.300 124 53 0,73 33.100 125 54 1,09 57.600 126 54 1,61 75.500 127 55 1,25 62.800 128 56 0,91 40.300 129
IRF (%) 4,6 7,7 7,8 11,5 5,9 8,8 6,1 10,3 9,6 3,8 7,1 7,6 6,1 9,0 4,3 8,2 4,9 2,9 5,9 15,0 7,7 5,2 4,3 10,2 4,9 7,5
LFR (%) 95,4 92,3 92,2 88,5 94,1 91,2 93,9 89,7 90,4 96,2 92,9 92,4 93,9 91,0 95,7 91,8 95,1 97,1 94,1 85,0 92,3 94,8 95,7 89,8 95,1 92,5
MFR (%) 4,2 6,7 7,0 9,5 5,3 8,1 5,6 9,3 8,7 3,8 6,5 7,3 5,8 8,1 4,3 7,9 4,3 2,9 5,1 12,2 7,0 4,8 4,3 9,2 4,7 6,9
HFR (%) 0,4 1,0 0,8 2,0 0,6 0,7 0,5 1,0 0,9 0,0 0,6 0,3 0,3 0,9 0,0 0,3 0,6 0,0 0,8 2,8 0,7 0,4 0,0 1,0 0,2 0,6
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
71
Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat No Usia HRR HRA IRF (%) (tahun) (%) (/μL) 18 1,07 49.900 5,4 130 19 1,71 73.400 8,5 131 21 1,17 52.900 3,6 132 22 1,72 77.100 5,5 133 22 1,01 46.200 4,7 134 22 0,85 41.600 5,7 135 23 1,52 84.500 6,2 136 23 1,51 64.600 5,8 137 23 1,21 58.700 7,1 138 23 1,49 61.500 5,0 139 24 0,67 32.600 5,5 140 24 0,59 25.600 7,2 141 25 1,04 50.000 5,4 142 25 1,04 46.200 3,1 143 25 0,63 29.900 13,9 144 25 1,06 45.200 3,4 145 25 1,06 50.800 5,5 146 26 0,52 27.200 3,4 147 26 0,65 26.400 2,9 148 26 1,52 80.100 6,5 149 27 1,60 96.000 4,8 150 27 1,71 69.900 6,7 151 27 3,33 165.200 21,0 152 27 1,17 52.300 6,8 153 27 2,25 104.400 8,1 154 27 1,10 48.500 7,0 155 27 0,97 46.500 5,4 156 27 1,47 72.200 8,7 157 28 1,03 47.200 3,6 158 28 0,86 38.400 3,4 159 28 1,16 55.700 8,5 160 28 0,62 29.300 2,4 161 28 1,66 72.000 8,5 162 29 1,37 61.700 9,9 163 29 2,50 105.000 7,0 164
LFR (%) 94,6 91,5 96,4 94,5 95,3 94,3 93,8 94,2 92,9 95,0 94,5 92,8 94,6 96,9 86,1 96,6 94,5 96,6 97,1 93,5 95,2 93,3 79,0 93,2 91,9 93,0 94,6 91,3 96,4 96,6 91,5 97,6 91,5 90,1 93,0
MFR (%) 5,4 7,8 3,6 5,1 4,2 5,5 5,7 5,5 6,5 4,4 4,6 6,9 5,1 2,8 12,6 3,1 5,1 3,4 2,6 6,4 4,6 6,3 15,1 6,2 7,4 6,7 5,1 7,9 3,6 3,0 7,9 2,4 7,3 9,0 6,8
HFR (%) 0,0 0,7 0,0 0,4 0,5 0,2 0,5 0,3 0,6 0,6 0,9 0,3 0,3 0,3 1,3 0,3 0,4 0,0 0,3 0,1 0,2 0,4 5,9 0,6 0,7 0,3 0,3 0,8 0,0 0,4 0,6 0,0 1,2 0,9 0,2
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
72
Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat No Usia HRR HRA (/μL) IRF (%) (tahun) (%) 29 1,36 59.400 5,6 165 30 1,53 77.000 3,4 166 30 1,03 50.800 8,3 167 30 1,82 84.100 9,1 168 30 1,33 60.800 9,9 169 30 1,39 64.900 7,6 170 30 1,44 71.900 7,0 171 30 1,04 47.700 3,7 172 30 1,35 59.700 7,1 173 31 1,30 57.200 4,4 174 31 1,54 73.300 4,8 175 31 2,07 82.800 7,7 176 31 1,22 56.900 7,2 177 31 1,86 90.000 5,4 178 31 1,24 54.200 7,8 179 31 1,22 64.800 5,8 180 31 1,48 74.600 6,9 181 31 1,57 59.500 10,3 182 32 0,92 38.200 7,9 183 32 1,26 55.600 2,8 184 32 1,48 72.200 8,9 185 32 1,52 70.100 5,0 186 32 0,70 29.800 3,7 187 32 1,05 49.100 2,4 188 32 1,35 62.900 4,8 189 32 2,56 06.200 18,8 190 32 1,63 79.400 6,7 191 33 1,56 74.100 5,8 192 33 1,30 56.400 7,1 193 33 1,20 54.700 3,1 194 33 1,43 69.500 6,0 195 33 1,36 64.100 9,8 196 33 0,95 39.300 5,1 197 33 1,20 59.800 5,1 198
LFR (%) 94,4 96,6 91,7 90,9 90,1 92,4 93,0 96,3 92,9 95,6 95,2 92,3 92,8 94,6 92,2 94,2 93,1 89,7 92,1 97,2 91,1 95,0 96,3 97,6 95,2 81,2 93,3 94,2 92,9 96,9 94,0 90,2 94,9 94,9
MFR (%) 5,4 3,3 7,1 8,6 9,4 6,3 6,3 3,5 6,5 4,3 4,6 7,3 6,5 5,2 7,3 5,5 6,3 9,0 7,1 2,7 7,5 4,8 3,5 2,2 4,5 11,3 6,3 5,4 6,8 2,4 5,4 8,8 4,7 4,4
HFR (%) 0,2 0,1 1,2 0,5 0,5 1,3 0,7 0,2 0,6 0,1 0,2 0,4 0,7 0,2 0,5 0,3 0,6 1,3 0,8 0,1 1,4 0,2 0,2 0,2 0,3 7,5 0,4 0,4 0,3 0,7 0,6 1,0 0,4 0,7
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
73
Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat No Usia HRR HRA IRF (%) (tahun) (%) (/μL) 34 0,78 32.500 3,3 199 34 0,74 32.700 6,4 200 34 2,02 94.300 6,8 201 35 1,66 81.300 5,7 202 35 1,22 53.600 7,3 203 36 1,24 49.600 6,3 204 36 1,13 52.100 3,5 205 36 1,09 50.500 2,6 206 36 0,97 45.900 6,0 207 37 1,11 55.500 6,3 208 37 1,57 67.500 9,6 209 38 1,51 70.100 6,5 210 38 1,41 65.700 4,3 211 38 1,28 62.200 8,8 212 39 0,94 38.100 4,9 213 39 1,13 51.200 8,8 214 39 1,31 65.500 3,8 215 40 1,02 50.400 6,3 216 40 1,83 87.500 12,8 217 40 1,38 59.200 9,8 218 41 1,05 42.700 6,4 219 41 0,78 37.800 3,6 220 41 1,06 46.900 3,9 221 42 1,31 60.100 4,8 222 42 1,12 55.400 6,8 223 42 1,20 45.700 12,0 224 43 1,02 43.500 3,2 225 43 0,47 18.700 9,3 226 44 2,38 107.300 14,2 227 45 1,61 61.700 12,1 228 45 1,26 52.900 9,2 229 46 1,21 51.400 7,0 230 47 1,20 51.600 10,6 231 47 1,72 75.300 8,8 232
LFR (%) 96,7 93,6 93,2 94,3 92,7 93,7 96,5 97,4 94,0 93,7 90,4 93,5 95,7 91,2 95,1 91,2 96,2 93,7 87,2 90,2 93,6 96,4 96,1 95,2 93,2 88,0 96,8 90,7 85,8 87,9 90,8 93,0 89,4 91,2
MFR (%) HFR (%) 3,3 5,9 5,9 5,2 6,9 5,7 3,5 2,2 5,5 5,1 9,2 6,1 4,2 7,9 4,3 8,0 3,7 5,8 10,8 9,2 6,0 3,6 3,7 4,3 5,8 10,8 3,2 8,1 12,0 11,4 7,9 6,7 9,5 8,3
0,0 0,5 0,9 0,5 0,4 0,6 0,0 0,4 0,5 1,2 0,4 0,4 0,1 0,9 0,6 0,8 0,1 0,5 2,0 0,6 0,4 0,0 0,2 0,5 1,0 1,2 0,0 1,2 2,2 0,7 1,3 0,3 1,1 0,5
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
74
Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat No Usia HRR HRA IRF (tahun) (%) (/μL) (%) 47 0,99 48.000 3,5 233 47 0,92 42.800 3,9 234 49 2,24 94.800 8,6 235 49 0,81 38.600 3,2 236 49 1,31 65.900 9,0 237 50 1,73 73.500 7,5 238 50 1,76 66.500 14,0 239 51 2,19 92.600 10,7 240 51 1,40 59.500 8,7 241 52 1,15 52.000 5,4 242 55 1,26 63.600 3,2 243 56 1,29 60.900 6,4 244 57 1,48 82.400 14,7 245 57 1,17 57.600 4,0 246 57 1,20 49.400 2,3 247 57 1,07 45.700 5,9 248 59 1,35 62.200 11,6 249
LFR (%) 96,5 96,1 91,4 96,8 91,0 92,5 86,0 89,3 91,3 94,6 96,8 93,6 85,3 96,0 97,7 94,1 88,4
MFR (%) 3,3 3,7 8,0 3,0 7,2 6,5 11,6 9,2 8,2 4,8 2,8 6,0 13,3 3,9 2,3 5,0 10,6
HFR (%) 0,2 0,2 0,6 0,2 1,8 1,0 2,4 1,5 0,5 0,6 0,4 0,4 1,4 0,1 0,0 0,9 1,0
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Universitas Indonesia Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
75
Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E No Elektroforesis Kelompok Jenis Hb kelamin
Usia Hb VER (thn) (g/dL) (fL)
HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L) (%)
1
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
28
11,7
64,0
20,2
31,6
1,55
89.600
17,8 82,2 14,9
2,9
31,4
365,0
1,18
2
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
46
13,0
60,6
18,7
30,9
2,49
173.100
21,4 78,6 14,8
6,6
57,8
175,8
1,04
3
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
41
13,4
63,6
19,9
31,3
0,92
61.900
7,6
92,4
7,1
0,5
42,5
200,8
1,81
4
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
31
12,9
64,7
19,9
30,7
0,71
46.100
8,6
91,4
7,6
1,0
21,1
247,7
5,20
5
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
36
13,3
62,3
19,4
31,2
1,17
80.000
18,9 81,1 16,4
2,5
28,6
137,3
0,33
6
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
33
14,4
62,3
19,7
31,6
1,44
105.100
13,4 86,6 11,9
1,5
30,5
307,2
0,60
7
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
34
11,0
63,2
19,2
30,4
1,83
104.900
10,8 89,2
9,8
1,0
26,9
106,8
2,47
8
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
34
11,6
62,9
19,7
31,4
1,44
84.700
23,0 77,0 15,3
7,7
28,3
340,0
3,48
9
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
34
14,5
66,5
20,7
31,1
1,38
96.700
13,9 86,1 12,3
1,6
21,0
94,0
0,72
10
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
46
14,2
63,5
20,5
32,2
1,03
71.500
20,0 80,0 17,1
2,9
29,4
45,2
1,10
11
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
32
12,7
64,0
20,2
31,6
1,61
101.100
29,8 70,2 19,9
9,9
25,9
148,9
3,18
12
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
18
12,1
73,9
23,6
31,9
0,69
35.400
5,0
0,8
23,3
66,2
1,30
13
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
30
11,9
63,1
19,2
30,4
1,14
70.800
14,0 86,0 12,2
1,8
24,3
140,9
2,92
14
Thal B trait
Tanpa DF
Lelaki
40
13,2
62,1
19,2
31,0
1,99
136.500
31,7 68,3 19,5
12,2
44,4
176,3
0,10
15
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
36
10,6
60,9
19,3
31,7
1,48
81.100
14,9 85,1 13,2
1,7
31,0
72,2
0,05
16
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
23
10,8
64,3
20,4
31,7
1,50
79.500
13,3 86,7 10,8
2,5
23,1
24,2
0,56
17
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
29
12,7
62,0
19,5
31,5
1,11
72.200
15,5 84,5 12,9
2,6
38,0
207,5
0,92
18
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
31
11,3
61,2
19,1
31,1
1,57
93.100
12,8 87,2 11,5
1,3
38,5
42,8
3,21
19
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
34
11,0
63,8
19,3
30,3
1,28
72.800
14,2 85,8 12,2
2,0
44,2
87,3
1,22
20
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
39
9,0
61,5
18,6
30,3
1,26
60.900
15,3 84,7 13,4
1,9
32,3
53,6
0,97
21
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
38
10,1
68,7
20,9
30,4
2,11
101.900
14,0 86,0 12,4
1,6
49,3
84,4
0,02
22
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
45
10,9
61,0
17,8
29,2
0,94
57.400
15,4 84,6 14,1
1,3
31,5
79,4
11,29
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
95,0
4,2
Universitas Indonesia
76
Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E No Elektroforesis Kelompok Hb
Jenis kelamin
Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L) (%)
23
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
34
10,7
63,1
19,1
30,2
1,81
101.500
13,1 86,9 12,2
0,9
28,9
36,3
2,71
24
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
27
11,3
59,0
17,8
30,2
1,68
106.500
11,5 88,5
9,8
1,7
35,0
61,7
3,29
25
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
44
11,3
64,0
19,6
30,5
1,15
66.500
8,2 91,8
7,8
0,4
25,0
36,4
0,30
26
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
32
11,9
64,0
19,4
30,3
1,47
90.300
8,6 91,4
7,8
0,8
18,7
43,3
1,19
27
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
38
12,1
66,6
20,5
30,8
1,74
102.700
17,7 82,3 12,3
5,4
29,9
45,5
1,23
28
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
43
11,5
62,9
19,1
30,3
1,50
90.500
13,1 86,9 11,2
1,9
24,9
28,2
0,69
29
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
42
10,3
61,4
19,6
31,9
1,70
89.400
10,9 89,1 10,0
0,9
29,9
92,3
3,55
30
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
34
9,9
61,9
19,3
31,1
1,06
54.500
12,6 87,4 10,9
1,7
26,9
22,2
1,63
31
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
26
11,4
64,0
19,9
31,1
1,01
57.900
4,6 95,4
4,4
0,2
32,8
63,2
0,12
32
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
44
9,7
64,8
19,9
30,7
1,62
79.100
16,1 83,9 10,5
5,6
17,1
216,4
100,03
33
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
34
10,8
64,6
20,3
31,5
1,34
71.200
13,4 86,6 11,6
1,8
19,4
100,3
3,13
34
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
53
10,9
65,6
21,2
32,2
1,77
91.200
15,2 84,8 12,4
2.8
26,8
248,5
0,80
35
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
53
10,2
66,1
20,1
31,4
1,18
59.800
11,9 88,1 11,4
0,5
33,2
85,5
0,28
36
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
51
10,0
66,3
20,7
31,2
1,95
94.400
17,8 82,2 16,0
1,8
34,7
14,8
0,20
37
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
32
9,9
60,1
19,3
32,0
2,05
105.400
8,9 91,1
8,0
0,9
33,7
227,9
0,46
38
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
32
10,8
61,2
18,9
30,9
1,55
88.300
13,6 86,4 11,9
1,7
28,4
99,2
1,83
39
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
35
11,1
64,8
19,5
30,2
1,60
90.900
12,5 87,5 11,3
1,2
27,5
49,4
1,90
40
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
23
9,8
66,3
21,8
31,3
1,11
52.400
14,3 85,7 12,8
1,5
21,1
26,2
1,92
41
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
49
13,0
60,6
19,0
31,3
1,66
113.900
11,0 89,0 10,0
1,0
40,3
164,0
0,23
42
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
33
9,9
63,6
20,0
31,4
1,04
51.500
16,5 83,5 14,9
1,6
28,2
56,0
0,47
43
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
38
10,8
63,7
20,3
32,0
1,32
70.100
7,9 92,1
7,1
0,8
34,5
93,2
0,46
44
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
39
11,0
64,2
19,8
30,8
1,33
73.900
6,2 93,8
5,8
0,4
22,1
64,7
1,61
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
77
Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E No Elektroforesis Kelompok Jenis Hb kelamin
Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L) (%)
45
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
31
9,9
60,4 18,9
31,2
1,95
102.400
12,6 87,4 11,6
1,0
46,9
50,8
0,26
46
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
45
11,9
64,2 19,4
30,3
1,65
101.000
15,9 84,1 13,1
2,8
34,2
199,0
2,08
47
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
37
11,9
60,7 18,4
30,3
0,82
53.100
14,8 85,2 13,3
1,5
33,7
80,8
2,32
48
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
30
12,2
65,2 20,3
31,1
0,94
56.500
9,4 90,6
7,9
1,5
23,7
263,4
4,79
49
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
34
10,7
63,9 20,4
31,9
2,02
105.800
14,0 86,0 12,0
2,0
30,2
261,1
0,32
50
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
36
10,7
65,1 20,1
30,8
1,57
83.700
18,6 81,4 13,5
5,1
24,4
111,9
2,79
51
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
30
10,7
62,8 19,6
31,2
1,51
82.400
7,4 92,6
6,8
0,6
26,3
246,5
0,28
52
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
42
11,2
62,3 19,5
31,4
1,44
82.500
14,0 86,0 12,8
1,2
27,8
86,8
5,94
53
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
38
11,9
59,8 18,3
30,6
1,79
116.500
16,6 83,4 14,3
2,3
10,9
42,4
1,23
54
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
30
11,3
62,4 19,4
31,1
1,43
83.200
16,6 83,4 14,4
2,2
26,3
127,7
0,29
55
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
36
12,6
65,9 20,2
30,6
0,97
60.600
14,6 85,4 12,4
2,2
17,5
41,0
1,49
56
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
37
10,9
61,6 19,2
31,2
1,23
69.700
6,5 93,5
6,1
0,4
25,9
56,8
0,39
57
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
36
11,4
60,2 18,8
31,1
1,68
102.100
16,4 83,6 14,6
1,8
52,5
38,1
0,19
58
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
39
9,7
62,0 19,5
31,5
1,39
69.100
12,8 87,2 11,4
1,4
19,5
29,3
1,93
59
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
33
12,0
64,1 19,5
30,4
1,19
73.300
9,0 91,0
8,1
0,9
40,0
90,5
3,14
60
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
45
11,0
63,4 19,5
30,7
2,16
122.000
9,8 90,2
9,3
0,5
32,4
29,1
0,61
61
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
39
11,6
62,3 19,3
31,0
2,08
124.800
10,9 89,1
9,5
1,4
29,4
146,3
2,07
62
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
54
11,1
66,1 20,5
31,0
1,77
95.900
18,1 81,9 15,1
2,6
36,2
141,2
0,25
63
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
43
11,0
64,0 20,2
31,6
2,07
112.600
14,8 85,2 12,9
1,9
31,8
84,0
8,51
64
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
21
11,5
63,0 20,4
32,3
1,37
77.400
17,3 82,7 14,4
2,9
18,4
40,9
2,01
65
Thal B trait
Tanpa DF Perempuan
52
11,8
62,4 19,0
30,4
1,47
91.400
12,6 87,4 11,0
1,6
19,7
16,7
3,58
66
Thal B trait
25
13,5
75,8 25,6
33,8
0,83
43.800
6,7 93,3
0,4
17,7
7,9
0,15
DF
Perempuan
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
6,3
Universitas Indonesia
78
Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E No Elektroforesis Kelompok Jenis Hb kelamin
Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L) (%)
67
Thal B trait
DF
Perempuan
32
11,7
64,9 18,9
29,5
0,97
60.000
11,0 89,0
9,0
2,0
17,4
14,1
3,26
68
Thal B trait
DF
Perempuan
49
9,9
59,2 17,4
29,4
0,96
54.600
24,0 76,0 16,9
7,1
15,4
10,9
2,63
69
Thal B trait
DF
Perempuan
25
10,8
60,7 18,3
30,2
1,44
85.000
12,8 87,2 11,1
1,7
10,1
14,5
1,56
70
Thal B trait
DF
Perempuan
43
10,1
60,6 18,8
31,1
2,11
11.300
24,4 75,6 16,7
7,7
16,2
14,9
4,86
71
Thal B trait
DF
Perempuan
16
9,3
60,0 17,5
29,2
1,04
55.300
19,9 80,1 16,9
3,0
6,9
5,4
0,07
72
Thal B trait
DF
Perempuan
36
11,0
64,3 20,0
31,2
1,03
56.500
11,9 88,1 10,1
1,8
12,7
14,0
1,23
73
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
27
16,0
72,9 24,0
32,9
1,69
112.900
15,3 84,7 13,2
2,1
19,2
40,0
4,89
74
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
36
13,9
73,9 23,5
31,8
1,38
81.600
14,7 85,3 13,3
1,4
38,0
151,5
0,70
75
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
54
14,4
80,7 26,5
32,8
0,91
49.500
11,1 88,9
9,8
1,3
46,1
106,2
2,97
76
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
40
15,3
74,6 24,4
32,8
1,04
65.100
9,8 90,2
8,5
1,3
42,7
254,7
0,40
77
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
36
13,8
74,5 24,9
33,4
0,75
41.600
10,2 89,8
8,8
1,4
39,2
213,0
1,90
78
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
29
14,1
70,0 23,3
33,3
0,83
50.300
7,9 92,1
7,3
0,6
10,4
27,5
0,47
79
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
49
14,0
75,0 24,8
33,1
0,95
53.600
11,3 88,7 10,9
0,4
43,5
312,0
1,01
80
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
45
14,6
75,9 25,2
33,2
0,98
56.800
6,0 94,0
5,5
0,5
42,9
193,1
2,09
81
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
25
14,1
71,5 23,8
33,3
0,70
41.500
6,9 93,1
6,5
0,4
52,0
186,4
0,32
82
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
22
15,1
73,1 23,9
32,6
1,23
77.900
12,8 87,2 11,0
1,8
41,8
92,2
2,93
83
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
37
14,1
77,6 26,3
33,9
0,89
47.700
7,3 92,7
7,1
0,2
34,1
197,7
0,10
84
HbE trait
Tanpa DF
Lelaki
39
16,1
78,6 25,8
32,8
1,01
63.100
12,7 87,3 11,6
1,1
37,4
115,7
0,72
85
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
29
12,8
73,4 23,8
32,4
1,07
57.600
7,7 92,3
7,0
0,7
27,7
25,5
0,24
86
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
47
10,6
68,9 22,5
32,6
0,63
29.700
6,7 93,3
6,5
0,2
24,0
17,7
0,23
87
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
33
10,6
67,8 21,1
31,1
1,57
79.000
12,2 87,8 10,4
1,8
59,7
139,5
0,10
88
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
33
13,2
77,9 24,5
31,4
0,90
48.500
7,6 92,4
0,4
40,1
16,4
0,21
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
7,2
Universitas Indonesia
79
Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E No Elektroforesis Kelompok Jenis Hb kelamin
Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L) (%)
89
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
39
13,3
78,9 26,2
33,3
1,05
53.200
12,5 87,5 11,0
1,5
46,1
35,6
0,45
90
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
40
13,2
79,5 25,8
32,4
1,47
75.300
9,6 90,4
8,8
0,8
25,8
82,8
5,78
91
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
45
11,4
76,7 27,1
35,4
0,67
28.100
17,8 82,2 13,9
3,9
34,6
130,0
3,12
92
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
42
11,1
77,4 25,8
33,3
1,13
48.600
9,5 90,5
8,8
0,7
30,0
51,6
2,23
93
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
53
11,1
78,6 25,9
32,9
1,40
60.100
7,0 93,0
6,3
0,7
27,4
64,9
0,12
94
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
26
11,8
77,8 25,7
33,1
1,67
76.700
12,3 87,7 11,5
0,8
28,5
47,1
3,77
95
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
23
13,4
81,8 28,8
35,2
0,75
34.900
14,0 86,0 11,7
2,3
39,1
103,1
1,00
96
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
39
12,1
75,5 24,5
32,4
1,49
73.600
7,7 92,3
7,2
0,5
32,9
73,7
5,29
97
HbE trait
Tanpa DF Perempuan
30
12,2
78,9 26,0
33,0
0,70
32.800
7,9 92,1
7,5
0,4
32,7
93,6
0,27
98
HbE trait
34
10,3
69,5 22,2
31,9
0,84
39.100
11,4 88,6 10,1
1,3
12,4
5,6
0,98
DF
Perempuan
Keterangan DF: defisiensi besi, HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
80
Lampiran 4. Perhitungan kriteria Chauvenet untuk menentukan nilai pencilan yang dieksklusi pada perhitungan nilai rujukan retikulosit dan fraksinya Berdasarkan kriteria Chauvenet, rasio deviasi maksimal terhadap simpang baku (dmax/SD) untuk jumlah sampel 120 adalah 2.86. Deviasi kritikal adalah (dmax/SD) x simpang baku. Suatu pencilan dieksklusi apabila hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal.
1. Hitung retikulosit relatif No sampel 58
Jenis kelamin Lelaki
Nilai HRR 2.11
Rerata 1.28
Simpang baku 0.30
Deviasi kritikal 0.858
Deviasi sampel 0.83
151
Perempuan
2.24
1.32
0.44
1.258
0.92
156
Perempuan
2.50
1.32
0.44
1.258
1.18
173
Perempuan
3.33
1.32
0.44
1.258
2.01*
184
Perempuan
2.25
1.32
0.44
1.258
0.93
203
Perempuan
2.56
1.32
0.44
1.258
1.24
249
Perempuan
2.38
1.32
0.44
1.258
1.06
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
2. Hitung retikulosit absolut No sampel 16
Jenis kelamin Lelaki
Nilai HRA 112.900
Rerata 67.101
Simpang baku 17.320
Deviasi kritikal 49.535,2
Deviasi sampel 45.798
58
Lelaki
117.700
67.101
17.320
49.535,2
50.598*
173
Perempuan
165.200
60.267
20.543
58.752,98
104.932*
203
Perempuan
106.200
60.267
20.543
58.752,98
45.932
249
Perempuan
107.300
60.267
20.543
58.752,98
47.032
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
81
3. Immature reticulocyte fraction relatif No sampel 57
Jenis kelamin Lelaki
Nilai IRF 15.0
Rerata 7.4
Simpang baku 2.6
Deviasi kritikal 7.436
Deviasi sampel 7.6*
166
Perempuan
14.7
6.7
3.3
9.438
8.0
173
Perempuan
21.0
6.7
3.3
9.438
14.3*
203
Perempuan
18.8
6.7
3.3
9.438
12.1*
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
4. Immature reticulocyte fraction absolut No sampel 25
Jenis kelamin Lelaki
Nilai IRF 12.609
Rerata 5.071
Simpang baku 2.394
Deviasi kritikal 6.846,84
Deviasi sampel 7.538*
58
Lelaki
11.770
5.071
2.394
6.846,84
6.699
152
Perempuan
11.200
4.395
3.999
11.437,14
6.805
166
Perempuan
12.113
4.395
3.999
11.437,14
7.718
173
Perempuan
34.692
4.395
3.999
11.437,14
30.297*
203
Perempuan
19.966
4.395
3.999
11.437,14
15.571*
249
Perempuan
15.237
4.395
3.999
11.437,14
10.842
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
5. Low fluorescence ratio relatif No sampel 57
Jenis kelamin Lelaki
Nilai LFR 85.0
Rerata 92.6
Simpang baku 2.6
Deviasi kritikal 7.436
Deviasi sampel -7.6*
166
Perempuan
85.3
93.2
3.3
9.438
-7.9
173
Perempuan
79.0
93.2
3.3
9.438
-14.2*
203
Perempuan
81.2
93.2
3.3
9.438
-12.0*
249
Perempuan
85.8
93.2
3.3
9.438
-7.4
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
82
6. Low fluorescence ratio absolut No sampel 58
Jenis kelamin Lelaki
Nilai LFR 105.930
Rerata 62.018
Simpang baku 15.703
Deviasi kritikal 44.910,58
Deviasi sampel 43.912
156
Perempuan
97.650
55.830
17.516
50.095,76
41.820
173
Perempuan
130.508
55.830
17.516
50.095,76
74.678*
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
7. Medium fluorescence ratio relatif No sampel 166
Jenis kelamin Perempuan
Nilai MFR 13.3
Rerata 6.1
Simpang baku 2.6
Deviasi kritikal 7.436
Deviasi sampel 7.2
173
Perempuan
15.1
6.1
2.6
7.436
9.0*
174
Perempuan
12.6
6.1
2.6
7.436
6.5
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
8. Medium fluorescence ratio absolut No sampel 25
Jenis kelamin Lelaki
Nilai MFR 10.928
Rerata 4.582
Simpang baku 2.092
Deviasi kritikal 5.983,12
Deviasi sampel 6.346*
58
Lelaki
10.946
4.582
2.092
5.983,12
6.364*
152
Perempuan
9.450
3.939
2.987
8.542,82
5.511
166
Perempuan
10.959
3.939
2.987
8.542,82
7.020
173
Perempuan
24.945
3.939
2.987
8.542,82
21.006*
203
Perempuan
12.001
3.939
2.987
8.542,82
8.062
249
Perempuan
12.876
3.939
2.987
8.542,82
8.937*
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
83
9. High fluorescence ratio relatif No sampel 45
Jenis kelamin Lelaki
Nilai HFR 2.3
Rerata 0.7
Simpang baku 0.5
Deviasi kritikal 1.43
Deviasi sampel 1.6*
57
Lelaki
2.8
0.7
0.5
1.43
2.1*
115
Lelaki
2.1
0.7
0.5
1.43
1.4
152
Perempuan
2.0
0.7
0.9
2.574
1.3
173
Perempuan
5.9
0.7
0.9
2.574
5.2*
203
Perempuan
7.5
0.7
0.9
2.574
6.8*
223
Perempuan
1.8
0.7
0.9
2.574
1.1
228
Perempuan
2.4
0.7
0.9
2.574
1.7
249
Perempuan
2.2
0.7
0.9
2.574
1.5
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
10. High fluorescence ratio absolut No sampel 25
Jenis kelamin Lelaki
Nilai HFR 1.681
Rerata 489
Simpang baku 374
Deviasi kritikal 1.069,64
Deviasi sampel 1.192*
45
Lelaki
1.672
489
374
1.069,64
1.183*
57
Lelaki
1.884
489
374
1.069,64
1.395*
139
Perempuan
1.011
499
1.158
3.311,88
512
152
Perempuan
1.750
499
1.158
3.311,88
1.251
166
Perempuan
1.154
499
1.158
3.311,88
655
173
Perempuan
9.747
499
1.158
3.311,88
9.248*
203
Perempuan
7.965
499
1.158
3.311,88
7.466*
207
Perempuan
1.389
499
1.158
3.311,88
890
223
Perempuan
1.186
499
1.158
3.311,88
687
228
Perempuan
1.596
499
1.158
3.311,88
1.097
249
Perempuan
2.361
499
1.158
3.311,88
1.862
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi kritikal
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
84
Lampiran 5. Uji deviasi normal baku untuk nilai rujukan retikulosit dan fraksinya. Parameter
Jumlah subjek Lelaki Perempuan 129 119 128 119 128 118 128 118 127 118 126 118
Lelaki 1,3 66.706 7,3 5.012 0,7 459
Rerata Perempuan 1,28 59.385 6,5 4.006 0,6 357
HRR HRA IRF relatif IRF absolut HFR relatif HFR absolut 129 119 6,7 MFR relatif 127 118 4.482 MFR absolut 128 118 92,6 LFR relatif 129 118 62.018 LFR absolut a nilai rujukan lelaki dan perempuan digabung b nilai rujukan lelaki dan perempuan dipisah
Simpang baku Lelaki Perempuan 0,3 0,4 16.793 18.206 2,5 2,8 2.308 2.489 0,46 0,47 322 369
0,4a 3,3b 2,4a 3,3b 1,67a 2,3a
6,1 3.685
2,2 1.948
2,4 2.135
2,05a 3,04b
93,4 55.203
2,5 15.703
2,8 16.179
2,4a 3,35b
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
z
Universitas Indonesia
85
Lampiran 6. Keterangan lolos kaji etik
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
86
Lampiran 7. Surat keterangan ijin penelitian
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
87
Lampiran 8. Informasi penelitian INFORMASI PENELITIAN Profil Maturitas Retikulosit pada Orang Dewasa Normal serta Pembawa Sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E dengan Sysmex XN-2000 Bapak/Ibu/Sdr/i yang terhormat, bacalah informasi di bawah ini dengan baik. Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini karena Bapak/Ibu/Saudara/i adalah peserta uji kesehatan (medical check up) atau Bapak/Ibu/Saudara/I adalah keluarga dari pasien thalassemia mayor yang membawa sifat thalassemia. Thalassemia adalah salah satu kelainan darah yang dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia) terus-menerus. Thalassemia mayor adalah thalassemia yang perlu transfusi darah terus-menerus. Keluarga dari pasien thalassemia mayor merupakan pembawa sifat thalassemia. Pada penelitian ini akan diperiksa kematangan sel darah merah untuk mengetahui aktivitas proses pembentukan sel darah merah di dalam tubuh. Di samping itu juga akan dilakukan pemeriksaan status besi karena jumlah besi di tubuh mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah. Penelitian ini ingin mendapatkan gambaran aktivitas proses pembentukan sel darah merah baik pada orang normal maupun pada keluarga pasien thalassemia baik yang defisiensi besi ataupun tidak defisiensi besi. Dengan mengetahui aktivitas proses pembentukan sel darah merah, dapat mengarahkan terapi anemia. Di samping itu karena dilakukan juga pemeriksaan status besi, Bapak/Ibu/saudara/I dapat mengetahui apakah terdapat defisiensi besi atau tidak. Apabila Bapak/Ibu/saudara/i bersedia mengikuti penelitian ini, kami akan melakukan pengambilan darah di daerah lipat siku sebanyak 6 mL (setengah sendok makan). Tindakan pengambilan darah biasanya hanya menimbulkan nyeri ringan dan tidak menjadi masalah serius. Perdarahan dapat dicegah dengan penekanan pada tempat pengambilan darah setelah jarum dicabut. Selain itu, kami juga akan mengambil beberapa data dari rekam medis yang dianggap perlu dan berhubungan dengan penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam pelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada sangsi apapun bila Bapak/Ibu/Saudara/i menolak untuk berpartisipasi. Bapak/Ibu/Saudara/i tidak dikenai biaya apapun dan semua informasi yang didapat dari penelitian ini akan dijaga kerahasiannya. Bapak/Ibu/Saudara/i diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas. Bila ada masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dapat menghubungi peneliti yaitu: Peneliti, dr. Cussi Lestari Siladjaja Departemen Patologi Klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro no.71 Jakarta Pusat Telp. (021) 314 2265, 0811 8300983
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
88
Lampiran 9. Formulir persetujuan mengikuti penelitian PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
Yang bertanda-tangan di bawah ini:
Nama
:
Usia
:
Alamat
:
No. telp
:
Tahun
setelah mendapat keterangan dan penjelasan secukupnya serta menyadari manfaat penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul: Profil Maturitas Retikulosit pada Orang Dewasa Normal serta Pembawa Sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E dengan Sysmex XN-2000 secara sukarela menyetujui diri sendiri diikutsertakan dalam penelitian ini. Jakarta, …………………2014
Pemberi penjelasan,
(
Peserta penelitian,
)
(……………………..)
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Universitas Indonesia