1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang-orang asing atau
orang luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyak dibukanya lembaga-lembaga yang mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing dalam berbagai kepentingan, baik pengajaran maupun komunikasi praktis. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, sebagaimana pula bahasa lain sebagai bahasa asing, ditujukan guna memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar. Hal ini mengandung maksud bahwa mereka diharapkan mampu mempergunakan bahasa Indonesia untuk berbicara dengan lancar dan sekaligus dapat mengerti bahasa yang diujarkan penutur aslinya (Wojowasito, 1977: 1-2). Tercapainya maksud dan tujuan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur bahasa asing dipengaruhi oleh tiga komponen. Ketiga komponen tersebut adalah pembelajar, materi pembelajaran, dan proses pembelajaran. Hubungan ketiga komponen tersebut sangatlah penting sehingga akan menentukan hasil pembelajaran. Pertama, pembelajaran merupakan komponen yang sangat menonjol keberadaanya karena karateristik dan peran pembelajar BIPA dapat dilihat dari a) motivasi, b) tujuan pembelajaran, c) bakat, d) ciri personal, e) cara/strategi belajar, f) kemampuan kognitif, g) pengetahuan/kemampuan.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Kedua, penyelenggara BIPA. Dalam hal ini penyelenggara BIPA perlu memahami karakteristik dan peran pembelajar karena setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan berbeda. Ketiga, proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pemahaman yang baik harus dimunculkan ketika menyiapkan bahan-bahan ajar. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana pengajar menentukan dan membuat model-model pembelajaran. Dalam konteks ini model pembelajaran mendapat tempat yang signifikan dalam keberhasilan pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa tujuan pembuatan model pembelajaran diarahkan untuk: 1. memberikan wahana bagi pembelajar untuk mempraktikan kaidah-kaidah bahasa yang didapatnya di kelas. Dengan cara ini, pembelajar akan menyadari sejauh mana pencapaian pembelajarannya; 2. memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk berani berkomunikasi dalam suasana yang alami; 3. memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk meningkatkan kelancaran berbahasanya; 4. memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk mendapat informasi yang faktual sesuai dengan kebutuhan belajar. Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal yang dilakukan pada setiap lembaga pendidikan untuk semua tingkat pendidikan, dengan model pembelajaran apapun, diarahkan agar setiap pembelajar memiliki empat keterampilan1, yaitu:
1
Menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006),
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
memiliki keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Adapun empat keterampilan untuk tingkat dasar2, antara lain: 1. keterampilan mendengarkan, meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran; 2. keterampilan berbicara, meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan pendapat atau saran, diskusi dan lainnya; 3. keterampilan membaca, meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas; 4. keterampilan menulis, meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, ringkasan paragraf dan lainnya. Terkait dengan maksud dan tujuan pembelajaran BIPA serta keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh setiap pembelajar bahasa, seperti yang telah dijabarkan di atas, pembelajaran BIPA masih banyak terkendala, diantaranya belum adanya kurikulum standar dan belum variatifnya bahan ajar. Secara faktual, kurikulum pembelajaran BIPA sampai dengan saat ini ternyata belum ada kurikulum BIPA yang dijadikan kurikulum standar. Selama ini 2
Sebagaimana ruang lingkup pembahasan, maka penulis mengidentifikasi keterampilan untuk tingkat dasar
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
penyelenggara pendidikan memiliki kebebasan untuk menyusun kurikulumnya sendiri. Dalam penyusunannya, standar kurikulum yang digunakan tersebut disandarkan pada tujuan agar dapat menampung berbagai perkembangan penggunaan bahasa. Misalnya pendekatan pembelajaran terhadap orang yang belajar bahasa, mereka tidak lagi dipandang sebagai objek, tetapi sebagai subjek (pelaku) dalam proses belajar bahasa. Segala kegiatan dalam pembelajaran bahasa, harus berpusat pada mereka yang belajar bahasa. Sebagai bahan ajar, bahasa tidak dipelajari sebagai bagian-bagian, tetapi dipelajari sebagai satu keutuhan, sesuai dengan bidang pemakaiannya (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 208: 267). Selain kurikulum, hingga saat ini pula bahan ajar untuk pembelajaran BIPA masih belum banyak yang ditawarkan kepada penggunanya itu sendiri. Bahan ajar hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja yang menyelenggarakan BIPA. Hal ini dikarenakan banyak sekolah atau penyelenggara BIPA masih sibuk dalam menjaga program mereka agar tidak diketahui oleh lembaga penyelenggara BIPA yang lain karena takut ditiru. Mungkin salah satu faktor pendorong mereka melakukan hal ini adalah berkaitan dengan masalah komoditas ekonomi yang dapat dimonopoli oleh kelompok tertentu. Kondisi ini pula di tambah dengan teknik mengajar yang monoton, satu arah, dan tidak terprogram. Namun sayangnya tidak banyak yang menyadari dan melakukan pengembangan sistem pengajaran secara konsisten, bahwa setiap siswa BIPA menuntut kegiatan belajar (bukan kegiatan mengajar) yang menarik dan bermakna. Kegiatan belajar yang menarik saja tidak cukup jika pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan kepada
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
siswa tidak bermakna. Sebaliknya, walaupun pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan sangat penting dan bermakna, tetapi diajarkan dengan cara yang tidak menarik bagi siswa, maka akan menimbulkan kegiatan belajar yang tidak efektif. Berdasarkan temuan survei yang dilakukan oleh Alwasilah (2000:127) para pengajar BIPA di Australia melaporkan sejumlah kesulitan yang dialaminya. Di antaranya adalah (1) lemahnya keterampilan menyimak dan kesulitan menguasai afiksasi bahasa Indonesia, (2) kendala akademis yang berkaitan dengan metodologi pengajaran BIPA. Selain itu beberapa praktisi pengajar BIPA, baik di dalam maupun di luar negeri menemukan berbagai permasalahan yang dimiliki oleh pengajar asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Rosidi (2000:392) menemukan bahwa penutur Jepang mengalami kesulitan dengan
imbuhan, khususnya kata yang
menggunakan awalan, sisipan, dan akhiran seperti ; ber-, meng-,men-, me-kan, mem-. per-kan, mem-per-i, dan lain sebagainya. Selain itu, pembelajar pemula mengalami kesulitan dalam mencari kosa-kata sulit dalam kamus, apakah kata tersebut kata dasar atau kata jadian. Selain pada tingkat dasar, begitu pula hasil penelitian berkenaan dengan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia para pembelajar BIPA di tingkat menengah di Indonesian Language and Culture Intensive Course (ILCIC), penellitian dalam kurun waktu 1999-2000 yang dilakukan oleh Setya Try Nugraha (2000:7) didapatkan hasil di antaranya adalah ketidakefektifan kalimat sebanyak 422 kesalahan, kesalahan pemilihan kata sebanyak 228, kesalahan penggunaan afiks sebanyak 203 kesalahan, tidak lengkapnya fungsi-fungsi kalimat sebanyak
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
113, kesalahan pemakaian preposisi sebanyak 52,
pembalikan urutan kata
sebanyak 74 kesalahan, penggunaan konstruksi pasif sebanyak 37, kesalahan pemakaian konjungsi sebanyak 25, ketidaktepatan pemakaian kata yang ada 17 kesalahan, dan kesalahan dalam pembentukan jamak sebanyak 9 kesalahan. Jadi kesalahan mencolok terjadi pada pembuatan kalimat yang efektif disusul kesalahan pemilihan kata, pemakaian afiks, dan tidak lengkapnya fungsi-fungsi dalam kalimat. Kesulitan-kesulitan
lainnya
dikemukakan
oleh
Hidayat
(dalam
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2008: 273), bahwa berbagai kendala yang membuat pembelajar BIPA kesulitan menguasai struktur bahasa Indonesia, yaitu: 1. kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI, masih kurang mereka pahami; 2. pemahaman terhadap konsep struktur kalimat Bahasa Indonesia (BI) masih samar-samar; 3. satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai; 4. kerancuan terhadap pemahaman posisi fungsi, kategori dan peran dalam sebuah kalimat; 5. penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan berbahasa ibunya; 6. struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu mereka; 7. penguasaan kosa kata dan pembentukannya belum banyak mereka ketahui; 8. penguasaan membaca buku-buku kebahasaan masih kurang.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran BIPA di atas, baik kendala yang muncul dari pengajar, pembelajar maupun objek yang diajarkan, menjadi sebuah permasalahan yang memerlukan obat penawar yang setidaknya dapat menjadi alternatif penyembuhan. Oleh karena itu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat sangat diperlukan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Dengan demikian, peneliti meyakini bahwa, penggunaan strategi yang tepat akan sangat membantu pembelajaran BIPA meraih keberhasilan dalam proses pembelajarannya, salah satunya adalah model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Model Pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dalam keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) di tingkat dasar, dengan alasan bahwa: 1) belum banyaknya model
pembelajaran afiksasi yang disesuaikan dengan
pembelajar BIPA; 2) masih ada pengajar yang kesulitan dalam memberikan pembelajaran afiksasi untuk pembelajar BIPA; 3) model pembelajaran afiksasi melalui penggunaan media Cakram Digital (CD) interaktif dapat meningkatkan kemampuan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar BIPA tingkat dasar.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
B.
Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang penelitian
tersebut adalah sebagai berikut. 1) Masih minimnya bahan pembelajaran afiksasi terutama pada afiksasi awalan pembentuk verba: meN-, untuk pembelajar BIPA tingkat dasar yang diajarkan di sekolah. 2) Pembelajar BIPA tingkat dasar masih kesulitan menguasai afiksasi bahasa Indonesia. 3) Pembelajar BIPA tingkat dasar masih mengalami kesulitan dalam memahami arti kata dasar dan kata yang berimbuhan. 4) Tidak banyaknya pengajar yang memanfaatkan model pembelajaran dengan menggunakan media Cakram Digital (CD) interaktif untuk meningkatkan keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar BIPA tingkat dasar.
C.
Pembatasan Masalah Berdasarkan beberapa identifikasi masalah di atas, serta keterbatasan yang
dmiliki peneliti, masalah yang diteliti perlu dibatas. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan pada kurikulum pembelajaran afiksasi pada pembelajar BIPA tingkat dasar yaitu pada imbuhan meN-, peN-, di- ,dan akhiran
–an, maka
penulis hanya membatasi pembahasan pada pengajaran afiksasi pembentuk Verba meN- melalui media Cakram Digital (CD) interaktif.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
2. Keterampilan menulis kata berafiks (awalan meN- ) dalam kalimat.
D.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang terangkum dalam pembatasan
masalah, penelitian ini akan difokuskan pada “Model Pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dapat meningkatkan keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) di tingkat dasar”. Masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah perencanaan pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif
pada
siswa kelas VII
SMP Mutiara Nusantara
International School di Bandung?, meliputi: a) materi b) komponen materi untuk cakram digital. 2.
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif
pada siswa kelas VII
SMP Mutiara Nusantara
International School di Bandung?, meliputi: a) Langkah-langkah penggunaan Cakram Digital. b) Petunjuk dan penilaian materi soal pada Cakram Digital. c) Petunjuk untuk guru dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
3.
Bagaimanakah hasil model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif
pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara
International School di Bandung?, meliputi: a) Hasil kemampuan afksasi siswa melalui penggunaaan cakram Digital (CD) interaktif. b) Hasil respon siswa terhadap penggunaaan cakram Digital (CD) interaktif.
E.
Tujuan Penelitian Berkenaan dengan identifikasi masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk. 1. Tujuan Umum Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk BIPA akan berhasil apabila didukung oleh pembelajar, materi pembelajaran, dan proses pembelajaran. Penggunaan materi yang inovatif dan kreatif didukung oleh pembelajar yang tepat dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa siswa baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu,
pembelajaran afiksasi Bahasa
Indonesia melalui media Cakram Digital (CD) interaktif diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis kata berafiks. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah. a) Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
b) Mendeskripsikan
pelaksanaan pembelajaran afiksasi melalui media
Cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung. c) Mendeskripsikan
hasil model pembelajaran afiksasi melalui media
cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung.
F.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. menambah kajian inovasi pembelajaran bahasa Indonesia bagi model pembelajaran afiksasi untuk pembelajar BIPA tingkat dasar; b. mengembangkan konsep model pembelajaran afiksasi dalam keterampilan menulis kata bearfiks dalam kalimat untuk pembelajaran BIPA tingkat dasar. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengajar BIPA Model pembelajaran dengan interaktif merupakan alternatif
menggunakan Cakram Digital (CD) model pembelajaran dalam rangka
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
meningkatkan kualitas keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajaran bahasa Indonesia di bidang morfologi. b. Siswa/pembelajar BIPA Penerapan model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dapat mengembangkan potensi, kemampuan, dan motivasi siswa dalam menguasai keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat. c. Sekolah Internasional Penggunaan model pembelajaran media Cakram Digital (CD) interaktif merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran bahasa Indonesia bagi pembelajaran BIPA tingkat dasar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran afiksasi. d. Peneliti Penerapan model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dapat dilakukan pada populasi yang lebih banyak dan lebih luas.
G.
Anggapan Dasar Penelitian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut.
1. Afiksasi dalam bahasa Indonesia merupakan rumpun tatabahasa yang besifat unik. Keunikan ini menjelaskan bahwa afiks di dalam bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting sebab kehadiran imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya. Kesalahan dalam menggunakan afiksasi berakibat pada
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
kesalahan dalam mengartikan suatu kata atau kalimat sehingga aktifitas komunikasi dapat terhambat baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, penggunaan afiksasi yang benar dalam Bahasa Indonesia mutlak diperlukan. 2. Kemampuan menulis kata berafiks Pembelajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) yang dimiliki
berbeda-beda sehingga hal tersebut perlu
diajarkan, dilatihkan, dan dipraktikan secara berkesinambungan. 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang didukung oleh model pembelajaran yang tepat bagi Pembelajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) akan mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal.
H.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho : Tidak terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Mutiara Nusantara International School pada keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat setelah diberi pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif. Ha : Terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Mutiara Nusantara International School pada keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat setelah diberi pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
I.
Paradigma Penelitian
Kemampuan Menulis Awalan me-
Afiksasi
Prates
Analisis Konsep
Rancangan Model
Media CD Interaktif
Implementasi Media CD Interaktif
Pascates
Hasil Pembelajaran
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
J.
Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variable
terikat. Penerapan model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing yang dilaksanakan di sekolah internasional, yaitu siswa Sekolah Menengah Mutiara Nusantara International School di Komplek Graha Puspa Jalan Sersan Bajuri Cihideung Parompong Bandung ditempatkan sebagai variabel bebas. Sedangkan hasil belajar yang berupa peningkatan keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat ditempatkan sebagai variabel terikat. Untuk memberikan kejelasan tentang variabel-variabel penelitian ini, berikut peneliti uraikan beberapa definisi operasional. 1.
Model Pembelajaran Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam hal ini model pembelajaran merupakan upaya manipulasi pengajar dalam menggunakan media Cakram Digital (CD) guna tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan kata lain pula, model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2.
Media Cakram Digital (CD) interaktif Cakram Digital (CD) Interaktif merupakan sebuah media yang berformat multimedia yang dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk).
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
CD Interaktif ini merupakan hasil pemecahan suatu masalah berdasarkan pendekatan komunikasi audio visual. CD Interaktif biasanya berbasis komputer serta menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri atas teks, grafis, foto, video, animasi, numeric, narasi dan interaktifitas yang diprogram berdasarkan teori pembelajaran dan dikemas dalam piringan compact disk (CD). 3.
Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia Afiksasi adalah proses pertumbuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur, yaitu: dasar atau bentuk dasar, afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan. Bentuk dasar yang menjadi dalam proses afiksasi adalah bentuk akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi misalnya „meja, beli, sikat‟. Afiksasi dapat juga berupa kompleks seperti „terbelakang‟ pada kata „keterbelakangan‟, „berlaku‟ pada kata „memberlakukan‟, „aturan‟ pada kata „beraturan‟, dapat juga bersifat frasa, seperti „ikut serta‟ pada kata „keikutsertaan‟, „tiba di Jakarta‟ pada kata „setiba di Jakarta‟.
4.
Keterampilan Menulis kata Berafiks. Keterampilan menulis kata berafiks adalah keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa BIPA untuk merangkaikan kata dasar atau dasar kata yang disesuaikan dengan imbuhan yang dilekatkanya dengan baik.
5.
Sekolah Internasional Sekolah internasional adalah sekolah yang menetapkan standar kompetensi lulusan,
kurikulum,
proses
belajar
mengajar,
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
manusia,
Fasilitas,
17
manajemen, pembiayaan, dan penilaian berstandar internasional. Dalam sekolah Internasional proses belajar mengajar disampaikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia apabila sekolah tersebut berada di Indonesia. 6.
BIPA Bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan bahasa asing, seperti halnya bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Prancis, dan sebagainya bagi penutur Indonesia. Hal ini berarti bahwa bahasa asing merupakan bahasa yang dipelajari atau dikuasai seseorang setelah bahasa pertamanya. Bahasa asing itu sebagai bahasa kedua (B2) dan bahasa pertama sebagai bahasa kesatu (B1). Jadi, bahasa Indonesia dalam hal ini dapat disebut B2 bagi penutur asing yang bahasa pertamanya (B1) bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Mandarin, Tagalog, dan sebagainya.
Sulistiyo, 2012
Model Pembelajaran Afiksasi... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu