UNIVERSITAS INDONESIA
PENILAIAN TINGKAT RESIKO ERGONOMI PADA PEKERJAAN MENGANGKAT DENGAN NIOSH LIFTING EQUATION DI PASAR INDUK CIPINANG TAHUN 2011
SKRIPSI
RUBIWANTO 0706273953
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TAHUN 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
PENILAIAN TINGKAT RESIKO ERGONOMI PADA PEKERJAAN MENGANGKAT DENGAN NIOSH LIFTING EQUATION DI PASAR INDUK CIPINANG TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh RUBIWANTO 0706273953
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TAHUN 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Rubiwanto
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1989 Alamat Rumah
: Desa Subarang kec. Batipuh, Kab. Tanah Datar, Sumbar
No. Telp
: (Handphone) 085781649349
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
TINGKAT
INSTITUSI atau TEMPAT
PERIODE
SMA
SMAN 1 Batipuh, Sumbar
2004 – 2007
SMP
SMPN 1 Batipuh, Sumbar
2001 – 2004
SD
SDN 22 Subarang, Sumbar
1995 – 2001
TK
TK Subarang, Sumbar
1994 – 1995
v Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirahim, Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kelancaran yang luar biasa selama pengerjaan skripsi ini. Salawat beserta salam tidak putus-putusnya penulis haturkan kepada Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan yang dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menuju kesempurnaan dari skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi, penulis banyak dibantu oleh banyak pihak baik dari segi materiil maupun moril. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Zulkifli selaku pembimbing skripsi, pembimbing magang, dan pembimbing akademik selama penulis berkuliah di FKM UI. Terimakasih atas bimbingan, masukan, arahan, nasihat, dukungan, referensi, kritik, dan saran yang membangun. Terima kasih banyak pak! 2. Bapak Doni selaku dosen penguji. Terimakasih atas waktu, saran dan kesediaan Bapak untuk menguji skripsi yang disusun oleh penulis. 3. Bu Yuni selaku penguji luar skripsi. Terimakasih atas waktu, masukkan dan kesediaan menjadi penguji skripsi penulis. 4. Orang tua, yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan, baik dalam doa dan segala hal yang berkaitan dengan skripsi mendukung baik moril maupun materiil Serta seluruh keluarga besar yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. 5. Kepada Bapak Suminta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi tempat penelitian dan pengambilan data. Berserta
vi Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
para
Agen
Beras
di
Pasar
terima
kasih
atas
support
dan
dukungannya.yang telah mengizinkan penulis unruk mengambil data. 6. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan dari awal sampai akhir kuliah dipta, tyo, ade, depi, indra dan dani. 7. Terimakasih buat anak-anak kantin fkm ui. 8. Terimakasih buat anak-anak 2006 khususnya satu orang yang udah ngasih banyak pelajaran buat saya kurang lebih 3 tahun ini. 9. Terimakasih buat para adek kelas angkatan 2008 khususnya habib, kribo, alay, bari, fandi, dan semuanya yang kenal. 10. Teman-teman satu bimbingan : Bule, Dekki, Aby, tempat penulis berkeluh kesah, sharing pengalaman dan informasi lainnya. Akhirnya sidang bersama. 11. Teman-teman K3 2007 yang menjadi tempat penulis bertanya dan berkeluh kesah penghuni perpustakaan lantai 5. Semua angkatan 2007 FKM maupun fakultas lain yang sedang berjuang untuk kelulusan. … 12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi. Terima kasih yang sedalamdalamnya dan sebesar-besarnya.
Depok, 26 Juni 2011
Rubiwanto
vii Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
ABSTRAK
Nama
: Rubiwanto
Program Studi
: Kesehatan Masyarakat
Judul
:”Penilaian Resiko Ergonomi Pada Pekerjaan Mengangkat Dengan Niosh Lifting Equation di Pasar Induk Beras Cipinang Tahun 2011”
Pekerjaan mengangkat merupakan pekerjaan yang memiliki resiko yang tinggi untuk terkena penyakit akibat kerja, jika pekerjaan tersebut dilakukan berulangulang setiap hari dan durasi yang panjang. Di Pasar Induk Beras Cipinang para tukang angkat beras terbiasa melakukan pekerjaan tersebut setiap hari sehingga penulis mengambil resiko ergonomic yang mungkin didapat oleh para pekerja tersebut dengan menggunakan Niosh Lifitng Equation. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Niosh Lifting Equation menunjukan bahwa indeks resiko pengangkatan yang dilakukan oleh pekerja angkat di Pasar Induk Cipinang melebihi 1 yang berarti pekerjaan tersebut beresiko menyebabkan keluhan akibat kerja sehingga diperlukan tindakan pengendalian guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.
Kata Kunci : indeks resiko, niosh lifting equation, pekerjaan mengangkat.
ix Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Rubiwanto Faculty : Public Health Judul
:” Ergonomic Risk Assesment to the lifting task with Niosh Lifting Equation Method At Pasar Induk Cipinang 2011”
Lifting is a work with the high risk for any worker to get disorder, if that work is doing in repetitive way and long duration every day. At Pasar Induk Beras Cipinang, any worker doing lifting job is the major task every day that is the causes why me as a writer doing the risk assessment with the niosh lifting equation to the worker at pasar induk beras cipinang. Result from this research is the risk index for the lifting task at Pasar Induk Beras Cipinang is high and need to be modified to reduce that risk and prevent the illness because manual lifting. Key words : Lifting Index, Niosh Lifting Equation, Lifting Task.
x Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN BEBAS PLAGIAT .......................................................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ............................................. viii ABSTRAK .......................................................................................................... ix ABSTRACT .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3 1.3. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 3 1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 3 1.4.2 Tujuan Khusus....................................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5 1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Penulis ............................................................ 5 1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Fakultas........................................................... 5 1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Pengelola Pasar ............................................... 5 1.6 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6 2.1 Pengertian Ergonomi ...................................................................................... 6 2.2 Pengertian Manual Handling.......................................................................... 7 2.3 Faktor-faktor Berkaitan Manual Handling ...................................................... 8 2.3.1 Faktor Pekerjaan ...................................................................................... 8 2.3.1.1 Beban ........................................................................................... 8 2.3.1.2 Sudut PengangkatanTeknik melakukan ......................................... 9 2.3.1.3 Frekuensi dan durasi ..................................................................... 9 2.3.1.4 Jarak Pengangkatan ....................................................................... 9 2.3.2 Faktor Lingkungan .................................................................................. 10 2.3.2.1 Permukaan Lantai .......................................................................... 10 2.3.2.2 Suhu Lingkungan ........................................................................... 10 2.3.2.3 Pencahayaan .................................................................................. 12 2.3.2.4 Getaran .......................................................................................... 12 2.3.3 Tinjauan Faktor Personal ......................................................................... 13
xi Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
2.3.3.1 Jenis Kelamin ............................................................................................. 13 2.3.3.2 Usia ............................................................................................... 13 2.3.3.3 Status Gizi ..................................................................................... 14 2.3.3.4 Konsumsi Alkohol ......................................................................... 14 2.3.3.5 Merokok ........................................................................................ 14 2.3.3.6 Motivasi......................................................................................... 15 2.3.3.7 Suplemen ....................................................................................... 15 2.4 Keluhan Terkait Manual Handling ................................................................. 16 2.4.1 Musculoskletal Disorder .......................................................................... 16 2.4.1.1 Definisi ........................................................................................... 16 2.4.1.2 Keluhan .......................................................................................... 17 2.4.1.3 Nyeri Otot ....................................................................................... 17 2.4.2 Neck Strain .............................................................................................. 19 2.4.3 Gangguan Pada Bahu .............................................................................. 21 2.4.4 Carpal Tunnel Syndrome ......................................................................... 22 2.4.5 Low Back Pain ....................................................................................... 24 2.5 Manajemen Resiko Manual Handling ............................................................ 24 2.5.1 hazard Identidication............................................................................. 24 2.5.2 Risk Assesment ...................................................................................... 25 2.5.3 Risk Control .......................................................................................... 25 2.5.3.1 Pengendalian Teknik ....................................................................... 26 2.5.3.2 Pengendalian administratif .............................................................. 26 BAB 3 KERANGKA KONSEP .......................................................................... 27 3.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 27 3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................... 28 3.3 Defenisi Operasional ...................................................................................... 29 BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ............................................................. 35 4.1 Desain Penelitian............................................................................................ 35 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 35 4.3 Unit Analisis .................................................................................................. 35 4.4 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data.......................................................... 36 4.5 Instrumen Penelitian....................................................................................... 37 4.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................................ 37 4.7 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 40 BAB 5 GAMBARAN UNIT ANALISIS ............................................................ 41 5.1 Gambaran Aktivitas Manual Handling ........................................................... 41 5.1 Sejarah dan Gambaran Umum Pasar Induk Beras Cipinang ........................... 41 5.2 Maksud dan Tujuan Perusahaan ..................................................................... 44 5.3 Peta Perdagangan ........................................................................................... 45 5.3 Kebutuhan DKI Jakarta .................................................................................. 45 5.4 Peta Perdagangan di PIBC .............................................................................. 45 5.4 Pasokan dan Distribusi Beras di PIBC ............................................................ 46
xii Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
BAB 6 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 48 6.1 Hasil Penelitian Penurunan Beras dari Mobil Dengan Niosh Lifting Equation. 49 6.1.1 Hasil Penelitian Berat Beban ................................................................. 50 6.1.2 Hasil Penelitian Jarak Tubuh dengan Beban(AM) .................................. 50 6.1.3 Hasil Penelitian Jarak Beban dengan Lantai(VM)................................... 51 6.1.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan Beban Antara Pekerja Dengan Titik Pengangkatan(AM)................................................................................. 52 6.1.5 Hasil Penelitian Selisih Jarak pengangkatan antara titik awal dengan titik Akhir(DM) ............................................................................................. 53 6.1.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan Durasi.................................................... 54 6.1.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh ................................................... 54 6.2 Hasil Penelitian Pengangkatan Beras di Kios Dengan Niosh Lifting Equation. 56 6.2.1 Hasil Penelitian Berat Beban ................................................................. 57 6.2.2 Hasil Penelitian Jarak Tubuh dengan Beban(AM) .................................. 57 6.2.3 Hasil Penelitian Jarak Beban dengan Lantai(VM)................................... 58 6.2.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan Beban Antara pekerja Dengan Titik Pengangkatan(AM)................................................................................. 59 6.2.5 Hasil Penelitian Selisih Jarak pengangkatan antara titik awal dengan Titik Akhir(DM) ............................................................................................... 60 6.2.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan Durasi ..................................................... 61 6.2.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh Lifting Equation ........................... 61 6.3 Data Tambahan Hasil Wawancara dan Observasi ............................................. 62 6.3.1 Indeks Massa Tubuh ................................................................................ 62 6.3.2 Umur Pekerja .......................................................................................... 62 6.3.3 Desain Tempat Kerja ............................................................................... 63 6.3.4 Energy Expenditure ................................................................................. 63 6.3.5 Suhu Lingkungan Kerja ........................................................................... 63 6.3.6 Pencahayaan Lingkungan Kerja ............................................................... 63 6.3.7 Keluhan Pada Tulang Belakang ............................................................... 63 BAB 7 PEMBAHASAN ....................................................................................... 64 7.1. Energy Expenditure ........................................................................................ 64 7.2 Biomekanik ..................................................................................................... 65 7.3 Psikofisik ........................................................................................................ 65 7.4 Tinjauan Faktor Pekerjaan ............................................................................... 66 7.4.1 Tinjauan Berat Beban ....................................................................... 66 7.4.2 Tinjauan Jarak Tubuh dengan Beban(HM) ........................................ 67 7.4.3 Tinjauan Jarak Beban dengan Lantai(VM)......................................... 67 7.4.4 Tinjauan Sudut Pengangkatan Beban Antara Pekerja Dengan Titik Pengangkatan(AM)........................................................................ 68 7.4 5 Tinjauan Selisih Jarak Pengangkatan Antara Titik Awal Dengan Titik Akhir(DM) .................................................................................... 68 7.4.6 Tinjauan Frekuensi dan Durasi ......................................................... 69
xiii Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
7.4.7 Tinjauan Indeks Resiko Pengangkatan Masing-masing Tanpa Melihat Frekuensi Pengangkatan(FIRWL dan FILI) ................................................... 69 7.4.8 Tinjauan Indeks Resiko Pengangkatan Masing-masing DenganMelihat Frekuensi Pengangkatan(STRWL dan STLI) .................................. 70 7.4.9 Tinjauan Indeks Pengangkatan Gabungan(CLI) ................................ 71 7.5 Indeks Resiko Pengangkatan Setelah Intervensi Ergonomi .............................. 72 7.6 Peningkatan Kapasitas Kerja ............................................................................ 75 BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 76 8.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 76 8.2 Saran................................................................................................................ 77 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78 LAMPIRAN ......................................................................................................... 80
xiv Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .........................................................................29 Tabel 4.1 Perhitungan Coupling Multiplier ......................................................38 Tabel 6.1 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pekerjaan Menurunkan Beras .............................................................................50 Tabel 6.2 Perhitungan Antara Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pekerjaan Menurunkan Beras .............................................................51 Tabel 6.3 Perhitungan Sudut Pengangkatan Antara Pekerja dan Posisi Beban Pada Pekerjaan Menurunkan Beras ..........................................52 Tabel 6.4 Perhitungan Selisih Jarak Antara Titik Awal Dengan Titik Akhir Pengangkatan Pada Pekerjaan Menurunkan Beras ...................53 Tabel 6.5 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras ..........54 Tabel 6.6 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pengangkatan Beras di Kios ...............................................................57 Tabel 6.7 Perhitungan Antara Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pengangkatan Beras di Kios ...............................................................58 Tabel 6.8 Perhitungan Sudut Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios ......................................................................................59 Tabel 6.9 Perhitungan Selisih Jarak Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat beras di Kios ..................................................................60 Tabel 6.10 Hasil Akhir Perhitungan Variabel Niosh Lifting Equation Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios ........................................61 Tabel 7.1 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras setelah intervensi ergonomi .........................................................................73 Tabel 7.2 Perhiitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Pengangkatan Beras di kios setelah intervensi ergonomic ....................................................75
xv Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1
Pekerjaan Menurunkan Beras dari Mobil....................................49
Gambar 6.2
Pekerjaam Mengangkat Beras di Kios ........................................56
Gambar 6.3
Desain Tempat Kerja .................................................................63
xvi Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Istilah-istilah di Dalam Niosh Lifting Equation Lampiran 2 Rumus-rumus di Dalam Niosh Lifting Equation Lampiran 3 Checklist Niosh Lifting Equation Pekerjaan Menurunkan Beras dari Mobil Lampiran 4 Checklist Niosh Lifting Equation Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios Lampiran 5 Pertanyaan Wawancara Lampiran 6 Checklist Intervensi Pekerjaan Menurunkan Beras Lampiran 7 Checklist Intervensi Pekerjaan Mengangkat Beras
xvii Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta praktek yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif. Terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1988). Ergonomi merupakan suatu pendekatan yang melihat interaksi antara pekerja dengan faktor pekerjaannya yang kemudian digunakan untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya gangguan kesehatan akibat kerja. Statistik pada tahun 2010 yang dilaporkan bahwa terdapat sekitar 11708 keluhan terkait dengan aktivitas manual handling, keluhan-keluhan lebih rinci mencatat sekitar 10258 terkait dengan muscolus skeletal disorder, laporan lain terkait dengan patah tulang dan dislocation sebanyak 194 laporan dan laporan dengan keluhan lain sebanyak 1256 (Work Safe Week, 2010). Department of Labor's Bureau of Labor Statistics (DOL(BLS)), menyimpulkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada pekerja terkait dengan masalah back injuries adalah salah satu kompensasi yang paling banyak diberikan berkaitan dengan penyakit akibat kerja ini diambil dari laporan National Safety Council pada tahun 1990. Mengacu pada laporan Department of Labor's Bureau of Labor Statistics (MDOL(BLS), back injuries tercatat 20 % dari semua penyakit yang terjadi di tempat kerja dan mendekati 25 % dari semua kompensasi yang diberikan kepada para pekerja. Pada tahun 1990 National Safety Council juga menyebutkan sekitar 31 % penyakit terkait kerja disebabkan oleh overexertion. Besarnya proporsi keluhan terhadap pekerja yang terkait dengan manual handling juga dilaporkan oleh NIOSH pada tahun 1981 dimana 60% dari overexertion terkait dengan kegiatan mengangkat dan 20% terkait dengan kegiatan membawa (NIOSH, 1981).
1 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
2
Laporan terkait back pain yang lebih baru yakni pada tahun 2001 oleh The National Hospital Ambulatory Medical Care Survey
menyebutkan bahwa
13,707,000 yang mengunjungi dokternya memiliki keluhan tentang sakit didaerah pungung atau tulang belakang. Di Amerika sendiri permasalahan terkait low back pain menjadi salah satu masalah yang paling mengkhawatirkan di era modern ini di perkirakan 31 juta orang mengalami keluhan tentang low back pain. Ini dibuktikan dengan laporan bahwa sekitar 50% dari semua orang Amerika mengunjungi dokter dengan keluhan sakit di daerah punggung baik yang bersifat mayor maupum bersifat minor. Laporan lain menyebutkan bahwa satu dari tiga penduduk Amerika yang berusia 18 tahun mengunjungi physicians office dengan keluhan sakit di daerah punggung karena melakukan pengangkatan (NHAMCS, 2001). Pasar Induk Beras Cipinang merupakan pusat pemasaran beras dan menjadi tolak ukur dari ketahanan pangan di daerah DKI Jakarta.Selain itu, Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) juga merupakan terminal pangan, yang menjadi media transaksi yang fair antara produsen dan pedagang grosir. Oleh karenanya, Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) disebut juga sebagai daerah produsen (Karawang, Cirebon, Bandung, Serang, Makasar dan lain-lain). Bukan itu saja, Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) juga menjadi tolak ukur ketahanan pangan pokok, khusunya beras di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia. Dengan fungsi yang demikian besar Pasar Induk Beras Cipinang secara tidak langsung menggunakan aktivitas manual handling dalam skala yang cukup besar dalam menjalankan fungsi sebagai pusat pemasaran beras di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya, tercatat sekitar kurang lebih 100 pekerja angkat membantu dalam proses keseharian perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang ini. Oleh sebab itu, secara tidak langsung dengan banyaknya aktivitas manual handling seperti mengangkat dan membawa beras yang dilakukan pekerja di Pasar Induk Cipinang setiap harinya maka kemungkinan besar para pekerja angkat di Pasar Induk Beras Cipinang memiliki risiko yang cukup besar pula untuk terkena penyakit akibat kerja dari pekerjaan yang dilakukannya penyakit tersebut seperti muskolous skeletal disorder (MSDs), low back pain, atau juga mungkin terjadi kecelakaan kerja seperti terjatuh, tertimpa dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
3
1.2 Rumusan Masalah Dari data-data pada latar belakang yang yang diambil dari the Bureau of Labor Statistics, dan The National Academy of Social Insurance, menyatakan biaya yang harus dikeluarkan akibat injuri dan kecelakaan terkait dengan kegiatan mengangkat, membawa, mendorong sekitar 12 miliyar dollar. Data-data tersebut dapat menjadi acuan bahwa dalam pekerjaan mengangkat suatu beban yang tidak dilakukan dengan benar atau dengan massa yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan akibat kerja, tentu saja resiko ini juga dapat terjadi pada pekerjaan sebagai porter atau tukang angkat barang di Pasar Induk Beras Cipinang dimana pekerjaan mereka yang sangat berkaitan dengan mengangkat dan membawa beban bahkan bisa dikatakan bahwa pekerjaan para porter tersebut sebagian besar adalah pengangkatan dan membawa beban. Oleh sebab itu, penulis merasa penting untuk meneliti besarnya tingkat risiko pekerjaan mengangkat yang didapatkan oleh para pekerja di Pasar Induk Beras Cipinang dan untuk kemudian dilakukan pengendalian untuk mengurangi tingkat risiko tersebut. Kegiatan mengangkat serta menurunkan beras ini dipilih karena kegiatan ini adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan pekerja karena saat akan melakukan kegiatan membawa beras sekalipun pekerja terlebih dahulu harus melakukan kegiatan mengangkat, selain itu penulis tidak memilih kegiatan membawa karena penulis berpikir seandainya pada kegiatan mengangkat memiliki risiko ergonomi yang dapat menyebabkan penyakit terkait kerja, maka kegiatan membawa beras dengan jarak yang jauh dan berat beban yang sama pasti akan menghasilkan tingkat risiko yang lebih besar oleh sebab itu penulis memilih kegiatan mengangkat
1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana tingkat risiko pekerjaan manual handling yang dilakukan oleh para porter yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang secara keseluruhan dilihat dengan metode The Revised NIOSH Lifting Equation?
1.4 Tujuan Penelitian
Universitas Indonesia
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
4
1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui tingkat risiko ergonomi yang ditimbulkan oleh pekerjaan mengangkat beras yang dilakukan oleh para porter yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang dengan menggunakan metode NIOSH Lifting Equation.
1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui frekuensi pekerjaan lifting yang dilakukan oleh para tukang angkat beras yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang. 2. Mengetahui durasi pekerjaan lifting yang dilakukan oleh para tukang angkat beras yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang. 3. Mengetahui jarak beban yang diangkat oleh para tukang angkat beras di Pasar Induk Cipinang. 4. Mengetahui berat beban rata-rata yang diangkat oleh para pekerja tukang angkat beras yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang. 5. Melakukan pengendalian terkait faktor-faktor pekerjaan yang mempengaruhi tingkat risiko pengangkatan?
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis 1. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan suatu penelitian serta turun langsung kelapangan. 2. Mendapatkan pengetahuan tentang permasalahan-permasalah kesehatan dan keselamatan kerja khususnya di bidang ergonomi. 3. Sebagai sarana pengaplikasian ilmu kesehatan dan keselamatan kerja yang didapat selama bangku kuliah. 6. Dapat membantu penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai isu-isu keselamatan kerja.
Universitas Indonesia
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
5
1.5.2 Bagi Pengelola Pasar 1. Memberikan informasi tentang bahaya ergonomi serta faktor-faktor yang terkait dengan masalah pengankatan barang. 2. Memberikan masukan bagi pengelola pasar untuk meningkatkan perhatian terhadap para pekerjanya karena kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak setiap pekerja. 3. Memberikan masukan untuk peningkatan atau pengendalian masalah terkait dengan pengangakatan barang.
1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan 1. Sebagai sarana evaluasi dan masukan dalam pengembangan kurikulum maupun metode pengajaran selanjutnya. 2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan peserta didik yang terlatih dalam meneliti. 3. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi / instansi tempat penelitian dalam upaya meningkatkan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan masyarakat. . 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup di dalam penelitian ini adalah kegiatan mengangkat beras dan menurunkan beras.. Selain itu dalam mengukur risiko ergonomic di dalam penelitian ini meggunakan tools ergonomi yaitu The Revised NIOSH lifting equation tadidasari bahwa tools The Revised NIOSH Lifting Equation memiliki variabel-variabel yang sangat spesifik tentang pengukuran resiko pekerjaan mengangkat.
Universitas Indonesia
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu ergos yang bermakna kerja dan nomos yang bermakna hukum alam. Kalau diinterpretasikan dalam maknanya yang lebih luas maka arti dari kata ergonomi itu sendiri adalah suatu ilmu tentang penyesuaian aspek manusia seperti anatomi, fisiologi, psikologi , dan lain-lain dengan segala keterbatasannya dengan faktor pekerjaan. Sehingga
pendekatan
disiplin
ilmu
ergonomi
sendiri
bertujuan
untuk
mengoptimalkan performance kerja manusia seperti ketepatan dan keselamatan kerja di samping untuk mengurangi timbulnya kelelahan yang terlalu cepat dan mampu memperbaiki pendayagunaan manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Junaiani dkk, 2007) Dengan demikian dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa praktek-praktek ergonomi yang dilakukan dengan baik di tempat kerja dapat membantu upaya pencegahan sakit akibat kerja, kondisi kerja dengan penerapan ergonomi yang tidak tepat dapat mengakibatkan keluhan atau rasa sakit pada pekerja akibat pekerjaannya. Lebih jauh undang-undang no. 14 tahun 1969 menyebutkan tentang ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik pada sektor modern, maupun sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern, penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja, perencanaan kerja yang tepat adalah syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi. Peralatan kerjadan mesin dalam industri-industri masih banyak yang didatangkan dari luar negeri dengan ukuran atau antropometri yang disesuaikan dengan pengguna luar negeri yang sangat jauh berbeda dengan antropometri orang Indonesia sehingga perlu dilakukan suatu penyesuaian. Pada sektor informal, pekerjaan pada Umumnya dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan dan kaki.
6 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
7
Hal ini menyebabkan kemungkinan gangguan kesehatan kerja cukup tinggi karena postur-postur janggal yang dilakukan akibat pekerjaan tersebut (Suma’mur, 2004).
2.2 Pengertian Manual Handling Ada beberapa pengertian tentang apa itu yang dimaksud dengan manual handling
diantaranya adalah menurut New Zealand. Departement of Labour
tahun 2001, manual handling adalah menarik, memegang, memutar atau semua pekerjaan yang dilakukan dengan satu atau dua tangan, jari yang terlibat hanya perpanjangan dari tangan untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut Manual Occupational and safety Regulation tahun 2007, manual handling adalah semua transportasi atau pekerjaan yang berhubungan dengan beban(termasuk didalamnya adalah mengangkat, menurunkan, mendorong, membawa atau memindahkan oleh tangan atau menggunakan kekuatan tubuh. Menurut Manual Task Code of Practice, manual handling adalah semua aktivitas yang membutuhkan penggunaan kekuatan manusia untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, atau kegiatan seperti bergerak, memegang benda (Departement of justice and attorney general queensland, 2010). Ditambahkan lagi oleh Manual Task Code of Practice, bahwa kegiatan manual handling juga termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan berulang-ulang atau gerakan-gerakan yang membutuhkan tenaga contohnya mengetik di computer dan semua aktivitas dimana manusia harus berkonsentrasi dan menjaga postur tubuh contohnya adalah mengemudi kendaraan).
2.3 Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Aktivitas Manual Handling Ada beberapa faktor risiko yang berpengaruh dalam suatu pekerjaan manual handling, dimana apabila faktor-faktor tersebut saling berinteraksi maka akan menghasilkan suatu risiko yang dapat menyebabkan injuries, faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
8
2.3.1 Faktor Pekerjaan 2.3.1.1 Beban Dalam suatu pekerjaan seperti mengangkat, membawa, menurunkan, mendorong atau yang lainnya yang berhubungan dengan manual handling, beban adalah salah satu faktor yang sangat signifikan untuk menyebabkan pekerjaan kita itu menjadi pekerjaan yang mengandung risiko tinggi atau tidak, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
A. Berat Beban
Tabel 2.1 Standar Berat Beban Batasan angkat
Tindakan
(kg) Dibawah 16
Batasan angkat ideal
16-34
Prosedur administratif dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung risiko bahaya kesehatan kecuali dengan menggunakan alat bantu
34-55
Sebaiknya operator terpilih dan terlatih . mengggunakan sistem pemindahan material secara terlatih . harus dibawah pengawasan
Diatas 55
Harus memakai peralatan mekanis
Sumber: British commision for occupational health and safety
B. Kemasan Beban Secara alami kemasan beban mempengaruhi kemudahan pekerja dalam melakukan pengangkatan. Selain itu juga akan mepengaruhi besar energi/tenaga yang harus dikeluarkan oleh pekerja. Kemasan beban yang baik akan mengurangi maksimum energi untuk menggenggam beban dan akan meningkatkan acceptable weigh (Nurmianto, 2004). ukuran
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
9
bentuk( membuat suatu benda susah untuk ditangani) pegangan beban yang tidak seimbang permukaan yang rusak
2.3.1.2 Sudut Pengangkatan(Asymetric Angle) Postur tubuh yang tidak stabil atau twisting membuat
semakin besar
kekuatan otot yang dibutuhkan untuk melawan tarikan gravitasi. Menggabungkan percepatan dan beban dengan postur asimetris membuat otot melakukan dua tugas yang berat yaitu satu set otot bekerja untuk mempercepat beban dan lain untuk menjaga integritas dari kolom tulang belakang dan mengontrol percepatan dan perlambatan dari batang itu sendiri. Hasil dari semua ini kontraksi dan cokontraksi meningkat kompresi dan geser pada vertebralis gerak segmen (Granata dan Marras, 2000). alasan, peningkatan refleks dalam tekanan intra-abdomen ketika seseorang mengangkat beban tampaknya menjadi respon normal. Kompresi tulang belakang meningkat ketika beban terangkat dan meningkat bahkan lebih ketika mereka diangkat dengan cepat dan ketika postur yang assymmetric.
2.3.1.3 Frekuensi dam Durasi Berhubungan dengan kelelahan pada pekerja yang tidak memiliki kapasitas fisik yang bagus. Pekerjaan dengan frekuensi yang cepat dan durasi yang panjang dapat membuat otot-otot pekerja kekurangan pasokan oksigen dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan efek kronis yaitu matinya sel-sel otot (Bridger, 1995).
2.3.1.4 Jarak Beban Jarak beban dengan tubuh secara horizontal maupun vertical akan mempengaruhi besarnya reflek otot dalam melakukan pengangkatan beban. Jarak beban dengan tubuh secara horizontal yang ideal adalah kurang dari 25 cm dan jarak vertical beban dengan lantai yang mudah untuk dijangkau adalah 75 cm untuk antropometri orang dengan tinggi 165 cm.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
10
2.3.2 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pekerjaan manual handling diantara faktor lingkungan yang memberikan dampak pada kegiatan manual handling tersebut antara lain suhu, permukaan lantai, ruang gerak, dan getaran (Bridger,1995)
2.3.2.1 Permukaan lantai Pemukaan lantai yang licin atau tidak rata akan mempengaruhi besar atau kecilnya gaya gesekan yang ditimbulkan lantai dengan kaki saat melakukan suatu gerakan manual handling, sehingga gaya yang dibutuhkan akan semakin besar (Nurmianto, 2004).
2.3.2.2 Suhu lingkungan A. Fisiologi Manusia Terhadap Suhu Lingkungan Manusia memiliki kemampuan yang sangat beradaptasi dengan baik untuk mentolerir panas dibandingkan dengan primata lainnya. Hal ini karena manusia memiliki kelenjar keringat, yang dikenal sebagai kelenjar ekrin, di kulit mereka yang mampu menjadi sarana untuk adapatasi dengan melakukan evaporasi. Keseimbangan
termal
atau
Termoregulasi
dicapai
dengan
menyeimbangkan dua faktor utama yang menentukan suhu tubuh yaitu dengan menyeimbangkan panas metabolik yang dihasilkan dan tingkat kehilangan panas. Tujuan termoregulasi adalah untuk mempertahankan suhu inti sekitar 36 - 37°C batas atas inti suhu tubuh yang masih bisa diterima adalah 39,5°C dan lebih dari 42°C akan berakibat fatal. Batas bawah dari suhu inti yang masih bisa diterima adalah 35,5°C dan pada suhu 33°C akan menandai terjadinya jantung gangguan. Seandainya suhu inti tubuh turun lebih lanjut akan sangat berbahaya dan suhu serendah 25°C akan berakibat fatal (Bridger, 1995). Suhu tubuh perifer jaringan, terutama kulit, dapat bervariasi pada kisaran yang lebih luas. Tubuh dapat dianggap memiliki inti yang hangat di mana banyak panas yang dihasilkan. Sumber utama dari panas adalah hati, otak, jantung dan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
11
otot yang bekerja. Kerja otot adalah sumber panas karena efisiensi mekanis otot hanya sekitar 20%. Sedikit panas transfer dari interior ke permukaan tubuh terjadi melalui konduksi, jaringan tubuh merupakan konduktor panas buruk. Panas ditransfer ke kulit dari jaringan tubuh dengan konveksi. Pekerjaan fisik yang berat dalam suhu panas memaksa pekerjaan yang berat pada sistem kardiovaskuler. Vasodilatasi perifer membutuhkan peningkatan aliran darah ke kulit (hingga 10 liter / menit). Namun, otot yang bekerja juga menuntut suplai darah yang meningkat (sampai 25 liter / menit). Sehingga aliran darah ke kulit dan otot dapat ditingkatkan dengan mengalihkan darah dari organ lain, tapi ini merupakan kapasitas cadangan terbatas. Karena output jantung tidak dapat memberikan aliran
darah rata-rata maksimum sekitar 25 liter / menit,
kapasitas jantung merupakan faktor pembatas untuk kerja otot dalam suhu panas (Kroemer, 1991). Sistem kardiovaskular berada dalam tuntutan yang tinggi ketika seseorang bekerja di suhu panas, sebagai output meningkatnya tuntutan pekerjaan fisik dan tubuh manusia untuk pendinginan. Sebuah kondisi yang berbahaya dapat timbul jika hati tidak lagi mampu memenuhi kedua tuntutan. Keadaan ini akan semakin buruk jika pekerja menjadi dehidrasi, serta produksi keringat dan suhu inti meningkat. Peningkatan suhu tubuh yang cepat untuk meningkatkan laju metabolisme, menjadikan panas sebagai produk sampingan dari metabolisme, sehingga keseimbangan panas tubuh menjadi terganggu. Jika suhu inti naik di atas 42°C, tekanan darah dan aliran darah yang dipompa ke organ-organ vital menjadi tidak terpenuhi, seperti ginjal, jantung dan otak. Beberapa kondisi yang buruk dapat muncul ketika tubuh tidak mampu mengatasi termoregulasi.
B. Gangguan Kesehatan Akibat Suhu Lingkungan Ekstrim heat stroke yang diakibatkan termoregulasi yang gagal dan terjadi secara tiba-tiba karena suhu inti naik melebihi 41°C. Kondisi ini dapat berpotensi fatal jika tidak ditanggulangi. Pekerja mungkin akan pusing dan kehilangan arah. Kulit panas, merah dan kering. Pendinginan aktif untuk menurunkan suhu inti tubuh sangat diperlukan.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
12
Kondisi lain yang dapat muncul karena suhu lingkungan yang panas adalah kelelahan. Hal ini dapat terjadi karena sistem termoregulasi dan sistem kardiovaskular tidak dapat lagi berjalan dengan baik. Orang merasa lemah dan mungkin tidak terkoordinasi, pernapasan menjadi pendek dan cepat. Dehidrasi adalah salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap kelelahan. Heat stroke juga dapat terjadi jika dehidrasi tidak ditanggulangi. Dampak lain akibat suhu adalah pingsan, Hal ini sering terjasi karena unacclimatised individu dan dapat menjadi fatal jika penderita tidak dapat berbaring misalnya saat bekerja di ruangan tertutup (Kroemer, 1991).
2.3.2.3 Pencahayaan Lingkungan Kerja Pencahayaan adalah salah satu faktor yang berkaitan dengan kapasitas kerja yang berkaitan dengan kelelahan pada mata serta akan berpengaruh pada keselamatan kerja standart untuk pekerjaan manual handling adalah 150 lux (Jachinski, 1982). Pencahayaan ruangan kerja yang buruk dapat mengakibatkan efek negative bagi para pekerja diantaranya adalah seperti terjadi kelelahan pada mata sehingga pekerja menjadi tidak fokus dalam melakukan pekerjaan, efek lainnya bias disertai dengan pusing bagi para pekerja (Bridger, 1995)
2.3.2.4 Getaran A. Efek Getaran terhadap kesehatan Efek dari getaran dapat menganggu kinerja kesehatan, tugas dan komunikasi di tempat kerja. Getaran diukur dengan menggunakan akselerometer ditempatkan di tempat kerja atau di kursi dimana pengukuran paparan diperlukan. Akselerometer digunakan untuk mengukur getaran dalam tiga sumbu translasi (maju-mundur, atas- bawah, dan sisi ke sisi). getaran di bidang vertikal biasanya yang paling banyak terhitung ketika output yang berbeda akselerometer dikombinasikan (Cole, 1982). Akan tetapi, tidak ada gangguan kesehatan yang murni disebabkan oleh paparan getaran. Kebanyakan orang yang terkena paparan getaran juga terkena
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
13
faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka misalnya postur tubuh yang buruk atau dingin (Wikstrom et al. 1994).
2.3.3 Faktor Personal Faktor individu terkait dengan umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, faktor genetik, tingkat kebugaran, riwayat penyakit, merokok, gaya hidup (Bridger,1995).
2.3.3.1 Jenis Kelamin Perempuan memiliki VO2 maks yang lebih rendah dibandingkan laki-laki dan biasanya memiliki persentase lemak tubuh lebih tinggi. Mereka juga memiliki hemoglobin yang lebih sedikit dari laki-laki. Sehingga output jantung per liter dalam pengambilan oksigen pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria. Bagi seorang wanita, jantung harus memompa lebih banyak darah yang nengandung oksigen daripada seorang pria untuk memberikan satu liter oksigen ke jaringan. Oleh karena itu, perbedaan antara pria dan wanita memiliki implikasi ergonomis dan kapasitas kerja karena perbedaan tersebut. Secara umum, perempuan memiliki kekuatan tubuh yang lebih rendah atas, Kapasitas aerobik juga lebih rendah, karena proporsi lemak subkutan yang lebih besar pada wanita (Bridger, 1995).
2.3.3.2 Usia Kekuatan otot berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Usia diatas 50 tahun cenderung mudah terkena Low Back Pain disebabkan pergerakan lumbar yang sudah tidak stabil. Selain itu, usia juga memiliki efek yang signifikan untuk kapasitas kerja seseorang. VO2 maks akan menurun setelah 20 tahun. Seorang dengan usia 60 tahun memiliki kapasitas aerobic sekitar 70 persen daripada seseorang dengan usia 25 tahun ini mempengaruhi fungsi otot dan kapasitas kerja (Bridger, 1995).
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
14
2.3.3.3 Status Gizi Diet yang seimbang adalah hal penting untuk memastikan jumlah bahan makanan yang cukup dan untuk meminimalkan akumulasi kelebihan lemak tubuh. Kelebihan lemak tubuh menurunkan seseorang relatif VO2 maks. Di negara maju, banyak orang makan makanan yang memiliki tinggi lemak jenuh. Mengangkat menyebabkan konsentrasi plasma kolesterol diendapkan pada dinding dalam arteri yang akhirnya mengarah pada penyakit arteri dikenal sebagai aterosklerosis. Akumulasi terus menerus bentuk kolesterol deposito, disebut plak, yang akhirnya mengurangi luas penampang dari arteri dan dengan demikian menghambat aliran darah. Selain itu, arteri kehilangan fleksibilitas (aterosklerosis disebut 'pengerasan pembuluh darah'). Perubahan-perubahan dalam struktur arteri dapat menghambat aliran darah ke otot dan jantung, sehingga kinerja menurun dan peningkatan risiko serangan jantung. Kekurangan gizi dapat menugurangi proporsi energi untuk otot serta menurunkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Namun, hal ini akan mengurangi kapasitas kerja yang dinamis, hal ini dapat menjadi pertimbangan penting dalam desain pekerjaan di negara-negara berkembang di mana gizi buruk yang endemik (Ulijaszek, 1995),.
2.3.3.4 Konsumsi Alkohol Konsumsi alkohol akan mengakibatkan penurunan efesiensi jantung. Ini juga dapat meterganggufunsi jantung dan dapat memicu hypogicemia atau darah rendah (Bridger, 1995).
2.3.3.5 Merokok Asap rokok mengandung sekitar 4% karbon monoksida. CO memiliki afinitas untuk mengikat dengan hemoglobin (menggabungkan untuk membentuk carboxyhaemoglobin) 200 kali lebih kuat daripada oksigen. Oleh karena itu, merokok dapat mengurangi kapasitas kerja dengan mengurangi oksigen yang terbawa ke dalam darah. Ini juga menyebabkan kerusakan kronis pada sistem pernafasan, yang menganggu sistem paru-paru dan transfer oksigen dari udara ke darah.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
15
Asap tembakau juga mengandung sangat banyak bahan kimia beracun dan karsinogenik yang cenderung berpengaruh pada kapasitas fisik perokok. Bukti terbaru menunjukkan bahwa pekerja non-perokok yang bekerja di ruang yang sama dengan perokok mungkin menderita beberapa efek yang sama seperti perokok sendiri karena bernapas dalam udara yang telah tercemar asap rokok. Asap rokok yang paling berbahaya adalah asap yang yang dikeluarkan dari ujung rokok yang terbakar dan asap yang dihembuskan dari perokok karena belumdisaring oleh jaringan paru-paru perokok. Kedua asap tersebut mengandung proporsi zat beracun yang tinggi.
2.3.3.6 Motivasi Motivasi merupakan faktor yang cukup penting terkait kapasitas kerja. Motivasi pekerja dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti kepribadian, tujuan pribadi dan karir, kebutuhan untuk berprestasi di tempat kerja, dan sebagainya, dan faktor-faktor ekstrinsik seperti organisasi kerja, metode remunerasi dan ketersediaan bentuk-bentuk alternatif pekerjaan. Upah (di mana pekerja dibayar sesuai dengan berapa banyak yang dihasilkan) dapat memotivasi pekerja untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi (Bridger, 1995).
2.3.3.7 Suplemen Masalah yang dihadapi oleh pekerja di banyak negara di Dunia Ketiga adalah tidak mampu memenuhi kebutuhan energi mereka dan dipaksa untuk hidup pada tingkat yang sangat rendah. Sejumlah peneliti telah menyelidiki efek suplementasi makanan pada output, pekerjaan kurang gizi. Penyelidikan ini diantaranya adalah penelitian tentang kinerja pekerja dari kelompok buruh Gambia selama 12 minggu selama waktu kekurangan makanan alami (musim hujan). Para buruh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, salah satu suplemen makanan menerima selama 6 minggu pertama dan suplemen lainnya menerima selama 6 minggu terakhir. Kedua kelompok mendapatkan berat badan selama suplementasi yang periode dan berat hilang ketika
tidak ada
suplemen. Namun, makanan suplementasi tidak berpengaruh pada produktivitas pekerja meskipun energi negatif keseimbangan pekerja diberi suplemen. Fakta
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
16
bahwa para pekerja dibayar pada suatu piecerate dasar dapat menjelaskan produktivitas konstan, yang dipertahankan bahkan di Beban penurunan berat badan. Dalam situasi yang keras seperti ini, pekerja dapat mempertahankan tingkat output di tempat kerja tetapi mengurangi energi yang ditujukan untuk kegiatan rekreasi untuk kompensasi. Ketika ini terjadi, salah satu biaya kerja berkurang aktivitas waktu luang (Diaz et al, 1989).
2.4 Keluhan Otot dan Tulang Terkait Dengan Pekerjaan Manual Handling. Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab seseorang mengalami nyeri atau keluhan pada otot dan tulang di tempat kerja yaitu faktor pekerjaan dan kondisi kesehatan pekerja sendiri. Keluhan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti gangguan muskuloskeletal ditinjau di bawah ini. Selain dua faktor utama tersebut terdapat beberapa faktor lain seperti faktor personal serta lingkungan terkait dengan keluhan-keluhan otot dan tulang pada pekerja. Fungsi dari ahli ergonomi tidak mencoba untuk mendiagnosis kondisi ini tapi untuk mengambil data serta melaporkan gejala, seperti nyeri, ketika mengevaluasi tempat kerja. Terlepas dari apakah ada kondisi yang mendasari, tujuan dari diagnose adalah untuk merancang atau mendesain ulang tempat kerja sehingga memungkinkan orang bekerja lebih nyaman.
2.4.1 Musculoskeletal Disorder (MSDs) 2.4.1.1 Defenisi Pekerjaan menangani beban secara manual (manual handling) yang terdiri dari kegiatan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan pekerjaan-pekerjaan yang mengandung risiko terjadinya gangguan kesehatan pada tubuh manusia. Keluhan muskulouskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan para pekerja mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai dengan keluhan dalam kategori yang berat. Apabila otot menerima beban statis yang secara berulang dengan jangka waktu yang cukup panjang berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya di sebut
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
17
sebagai
musculoskeletal
disorders
(MSDs)
atau
cedera
pada
sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.
2.4.1.2 Keluhan (Symptom) Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan yang sifatnya subjektif, sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan penyakit tersebut. Terdapat beberapa tanda awal yang menunjukkan terjadiny masalah terhadap musculoskleletal yaitu bengkak (swelling), gemetar (trembling), kesemutan (tingling), tidak nyaman (discomfort), rasa terbakar (burning sensation), iritasi, insomnia, dan rasa kaku, keluhan yang menggambarkan tingkat keparah (Humantech, 1995). a.
Tahap 1
Nyeri dan kelelahan pada saat bekerja tetapi setelah beristirahat yang cukup tubuh akan pulih kembali. Tidak mengganggu kapasitas kerja. b. Tahap 2 Keluhan rasa nyeri tetap ada setelah waktu semalam, istirahat, timbul gangguan tidur, dan sedikit mengurangi performa kerja. c. Tahap 3 Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat, nyeri dirasakan saat bekerja, saat melakukan gerakan yang repetitif, tidur terganggu, dan kesulitan dalam menjalankan pekerjaan yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya inkapasitas.
2.4.1.3 Nyeri Otot A. Keterkaitan Nyeri Otot dengan Pekerjaan Keluhan nyeri pada otot diakibatkan oleh akumulasi produk limbah dalam otot yang disebut kram dan dapat disertai oleh kelemahan otot atau spasme (otot
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
18
sementara mungkin kehilangan hingga 50% dari kekuatan normal ketika lelah). Kram di tangan atau lengan bawah yang dikenal lebih umum pada mereka yang pekerjaannya melibatkan tulisan tangan berkepanjangan, mengetik atau gerakan berulang lainnya(Putz-Anderson, 988) . Kram lebih sering terjadi ketika pekerja melakukan pekerjaan dengan postur janggal, kondisi ini sistem otot sendi. Patkin
dapat melemahkan
pada tahun 1989 melaporkan bahwa kram dapat
disebabkan karena desain kerja atau alat kerja yang buruk seperti saat menulis dengan pena yang membutuhkan tekanan untuk menulis dengan baik. Penggunaan pena adalah wajib untuk anak sekolah di beberapa negara karena pena dapat digunakan dengan kekuatan rendah. DOM (delayed-onset muscle soreness) atau nyeri otot yang berulang-ulang adalah respon alami karena peradangan, muncul hingga 12-24 jam setelah paparan, dan memuncak setelah 1-3 hari, kemudian secara bertahap menurun. DOM merupakan indikasi kerusakan otot. Hal ini dapat terjadi setelah terpapar prnggunaan kekuatan otot tinggi secara mendadak, terutama selama eksentrik kontraksi seperti ketika mencoba untuk memegang benda jatuh atau melawan seorang reaksi mendadak dari alat torsi bertenaga (Patkin, 1989). Pada tingkat jaringan mungkin terjadi kerusakan seperti serat otot, menurun triphospahate adenosin intraseluler (ATP) dan berkurangnya aliran darah lokal (Hales, 1994). Biasanya, otot akan pulih dan bahkan menjadi lebih kuat, namun beberapa peneliti percaya bahwa paparan kronis beban statis mencegah pemulihan yang tepat dan menyebabkan kerusakan permanen. Respon primer mungkin disertai dengan perasaan nyeri di otot, yang mengurangi sebagai regenerasi serat otot yang terganggu (Armstrong et al., 1993). Pola aktivitas dalam pekerjaan industri banyak sedikit memiliki kemiripan dengan yang di program pelatihan otot. Salah satu perbedaan utama adalah bahwa waktu istirahat jauh lebih sering dalam pelatihan otot dari pada bekerja, itulah sebabnya bekerja biasanya tidak memiliki efek yang menguntungkan yang sama seperti latihan atau pelatihan. Kerusakan jaringan otot setiap hari dapat melebihi kemampuan perbaikan otot dan pada akhirnya mengarah ke penurunan daripada peningkatan dalam kekuatan atau daya tahan serta mengakibatkan rasa sakit kronis pada otot
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
19
(mialgia). Diperkirakan bahwa perubahan jaringan bertanggung jawab pada nyeri kronis, dengan tidak adanya peradangan, ini disebabkan peningkatan ergonomi desain peralatan dalam kaitannya dengan pencegahan strain dan keseleo.
2.4.2 Neck Strain A. Keterkaitan Neck Strain dengan pekerjaan Tulang belakang leher memiliki beberapa fungsi, terutama untuk mendukung berat kepala dan untuk menyediakan saluran untuk saraf dan titik attachment untuk otot-otot yang mengontrol posisi kepala. Tulang belakang leher Ini terdiri dari tujuh tulang yang dirancang untuk memungkinkan gerakan kepala yang kompleks. Dua yang pertama dikenal dengan vertebra serviks (dikenal sebagai atlas dan sumbu) yang berbeda dari vertebra lain dalam kolom tulang belakang. Sisanya tulang yang memiliki struktur umum yang sama seperti tulang di bagian lain dari tulang belakang dan dikelilingi oleh ligamen anterior dan posterior. Tulang belakang leher terdiri dari tulang belakang tubuh dan diskus intervertebralis, faset sendi, tulang untuk melekatnya ligamen dan otot, dan foramen intervertebralis yang melewati sumsum tulang belakang. Kepala dapat dianggap seimbang di atas tulang belakang leher dengan titik tumpu langsung di atas vertebra servikalis pertama Kepala dianggap berada dalam titik keseimbangan ketika seseorang melihat langsung ke depan. Karena COG kepala terletak di depan tulang belakang leher, kepala harus tegak dilakuakan oleh kontraksi dari posterior otot leher. Otot-otot yang kuat adalah otot- otot postural yang benar , otot- otot sangat penting untuk pemeliharaan postur tegak dan terus-menerus bekerja untuk mencegah kepala jatuh ke depan karena gravitasi. Peran otot-otot leher posterior sangat jelas untuk menjaga postur mengingat bagaimana orang yang duduk dengan dagu terkulai ke depan ke dada ketika orang tidur. Hal ini dapat dihargai bahwa dalam biasa berdiri dan duduk postur, struktur dari tulang belakang leher adalah
untuk menjaga kepala dalam posisi tegak. Karena itu mereka rentan
terhadap kelelahan karena tekanan tambahan yang diberikan oleh pekerjaan.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
20
Otot-otot posterior yang memperpanjang leher lebih kuat dari anterior otot yang melenturkan leher, karena dibantu oleh gravitasi sedangkan otot posterior harus bekerja melawan gravitasi. Sehingga, memainkan sangat penting dalam aktivitas kerja banyak. Karena orientasi miring, itu menghasilkan ekstensi, fleksi lateral dan rotasi kepala ke arah sisi kontraksi. Prolaps diskus intervertebralis dari serviks tulang jarang terjadi. Namun, cakram pasti bisa merosot, seperti pada sendi intervertebralis, dan ini dapat menyebabkan iritasi akar saraf di tulang belakang leher. Nyeri di leher dan bahu bisa terjadi. Degenerasi tulang belakang leher, yang dikenal dengan istilah kedokteran cervical spondylosis, dapat memiliki konsekuensi serius. Kompresi tulang belakang kabel pada tingkat tulang belakang leher dapat terjadi, sehingga dalam kelemahan dan pemborosan tungkai atas. Hal ini kemudian dapat menyebar ke tungkai bawah. Seperti halnya dengan tulang belakang lumbal, beberapa degenerasi tulang belakang leher adalah bagian dari proses alami penuaan (Kapandji, 1974). Degenerasi tulang belakang leher merupakan penyebab potensial dari sakit leher karena mekanik perubahan yang terjadi sebagai akibat yang berkaitan dengan usia proses degeneratif. Fleksi statis dari tulang belakang leher meningkatkan lengan saat kepala sesuai ke sinus dari sudut fleksi. Hal ini meningkatkan beban pada jaringan lunak di daerah leher rahim dan otot-otot leher posterior ditempatkan di bawah beban statis meningkat dalam rangka mempertahankan kepala tertekuk ke depan dalam kesetimbangan dengan gravitasi (Barton, 1992). beban statis meningkat pada otot ini menyebabkan tekanan iskemia dan kelaparan jaringan otot terhadap bahan bakar dan oksigen. Nyeri di leher dan bahu bisa terjadi, yang menyebabkan kejang otot (kontraksi refleks dari otot-otot). Ini, pada gilirannya, dapat memperburuk rasa sakit dan menyebabkan lingkaran setan. Maju-tertekuk posisi dapat dikenai diskus intervertebralis serviks untuk kompresi meningkat dan posterior ligamen ketegangan meningkat. desain ruang kerja yang buruk, contohnya membutuhkan para pekerja harus menekuk leher, dapat menjadi penyebab sakit reversibel atau mungkin memperkuat nyeri akibat perubahan degeneratif yang ada. Sangat berulang, rendah beban pengerahan tenaga dapat
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
21
menyebabkan kerusakan bertahap kekuatan jaringan, akhirnya menghasilkan deformasi dari jaringan dan nyeri pada penggunaan. Pengendalian masalah leher di tempat kerja menyimpulkan bahwa kepala dan leher tidak boleh tertekuk ke depan oleh lebih dari 15 derajat jika stres postural berlebihan harus dihindari (Grandjean, 1987). Ada cukup bukti bahwa fleksi sering atau berkelanjutan dari kepala dan leher di luar ini terkait dengan leher kronis dan nyeri bahu. Hal ini diperburuk jika disertai fleksi oleh rotasi kepala dan jika bahu dan lengan harus bekerja dalam posisi tinggi pada waktu yang sama (Bendix dan Hagberg 1984). 2.4.3 Gangguan Pada Bahu A. Keterkaitan gangguan pada bahu dengan pekerjaan Bukti keterkaitan gangguan pada bahu dengan pekerjaan adalah terjadinya peningkatan risiko gangguan bahu saat bahu tertekuk lebih dari 90 derajat, dengan risiko meningkatnya proporsi dengan persentase dari siklus kerja selama lengan diadakan dalam posisi itu. Odds ratio untuk eksposur tersebut berkisar 1,5-6,5, tapi risiko tinggi ditemukan terjadi ketika fleksi atau penculikan diadakan selama lebih dari 10% dari pekerjaan (Pinnet et al, 2000). Kemungkinan jalur kausal Pekerjaan yang paling banyak adalah melibatkan alat-alat tangan yang berat dengan kombinasi beban berulang dan sikap statis pada tubuh, yang biasanya melibatkan bahu, menjadi penyebab gangguan pada bahu secara tidak langsung. Sendi bahu adalah bagian paling mobile di tubuh dan, bersama dengan jaringan lunak yang terikat. Oleh sebab itu, sendi bahu rentan terhadap cedera dalam kegiatan di mana gerakan-gerakan pada sendi ini dilakukan di atas titik horizontal. Bekerja dengan tangan di atas tinggi bahu adalah stres dan dapat meningkatkan risiko mengembangkan 'sindrom pelampiasan' yang disebut, atau dikenal sebagai 'perenang bahu ' (wieder, 1992) atau sindrom manset rotator. Kelainan ini diketahui lebih sering terjadi pada olahragawan yang menggunakan tindakan overhead yang tinggi. Hal ini menjelaskan mengapa sendi bahu begitu mudah terkilir. Hal ini dapat dibandingkan dengan sendi panggul yang jauh lebih stabil, di mana lebih dari 50% dari kepala femoral tertutup oleh acetabulum. Bahwa sendi bahu membutuhkan aktivitas otot yang akan diadakan di
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
22
tempat yang mungkin waspada ahli ergonomi untuk kerentanan kemungkinan untuk cepat lelah dan kerusakan bila terkena beban statis atau tindakan berulangulang. Salah satu cara paling sederhana untuk mengurangi stres pada bahu dalam pekerjaan dapat memberikan tumpuan yang berarti mendukung berat lengan untuk mengaktifkan otot-otot bahu untuk bersantai. Sebaliknya, setiap kali tangan atau lengan yang digunakan, aktivitas otot yang diperlukan untuk tetap humerus dalam soket dan untuk menahan skapula di tempat pada thorax. Para otot stabilizer skapula berada pada kerugian mekanis besar ketika lengan diadakan maju dari tubuh (atau kantilever) dan kontraksi otot statis diperlukan. Kontraksi ini meningkatkan tekanan pada jaringan sekitarnya, merusak sirkulasi dalam tendon. Bersama dengan beban meningkat, hal ini dapat menyebabkan supraspinatus tendinitis. Iskemia pada otot dapat menyebabkan peningkatan kematian sel dan peradangan kronis yang dialami sebagai nyeri.
2.4.4 Carpal Tunnel Syndrome A. Keterkaitan CTS dengan Pekerjaan Carpal tunnel syndrome (CTS) dikaitkan dengan pekerjaan yang berat dan berulang-ulang saja atau dalam kombinasi dengan faktor-faktor lain (National Institute of Occupational and Health, 1997). Getaran tangan dan pergelangan tangan juga berhubungan dengan kondisi tersebut. Gabungan stress terkait kekuatan dan postur yang ekstrim atau pengulangan sangat terkait dengan CTS. kurangnya perubahan dalam tugas-tugas atau kurangnya istirahat dan kurangnya rotasi pekerjaan juga menjadi pemicu timbulnya CTS. Otot-otot yang melenturkan jari terletak pada lengan bawah dan tendon panjang yang melalui lubang sempit di pergelangan tangan sebelum memasukkan ke dalam jari. Otot inilah yang dikenal dengan carpal tunnel, carpal tunnel juga dilalui oleh saraf dan pembuluh darah tangan. Peningkatan tekanan dalam pergelangan karpal dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome jika itu mempengaruhi saraf median atau mengurangi pasokan darah ke saraf dengan menekan kapiler, yang mengakibatkan kerusakan saraf dan mengurangi kecepatan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
23
konduksi sinyal saraf. Hasilnya adalah sensasi kesemutan dan mati rasa di telapak tangan dan jari. Dalam kasus yang parah, pembedahan mungkin diperlukan untuk meringankan tekanan. Syndrome sindrom pergelangan telah dilaporkan dalam pekerjaan yang membutuhkan gerakan jari yang cepat, seperti mengetik, dan ditemukan di kalangan musisi profesional. Namun, Barton tahun 1992, menyimpulkan bahwa mayoritas kasus carpal tunnel sindrom tidak disebabkan oleh pekerjaan. Hal ini umum terjadi selama kehamilan dan mungkin rekankondisi dari berbagai gangguan lain yang beragam seperti diabetes, tekanan darah tinggi, gangguan ginjal, penggunaan kontrasepsi oral dan arthritis (Hales, 1994). Klasifikasi dan diagnosis CTS pada studi lain telah menemukan bukti dari sebuah hubungan antara gejala CTS dan bekerja. Masalah ini (yaitu diagnosis dan kategorisasi) saat ini meliputi semua penelitian tentang keterkaitan pekerjaan dan gangguan muskuloskeletal. Spondylosis serviks dan stenosis (penyempitan) dari struktur serviks, serta terjepitnya saraf di lengan, dapat menimbulkan gejala yang menyerupai sindrom carpal tunnel. Hal ini menggambarkan bahwa diagnosis dari semua masalah lengan dan tangan sebaiknya diserahkan kepada para ahli karena sakit di daerah ini mungkin, pada kenyataannya, disebabkan oleh penyebab lain. Loslever dan Ranaivosoa tahun 1993, dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa faktor-faktor non-kerja lebih penting daripada faktor pekerjaan. Namun, prevalensi untuk kedua tangan ditemukan berkorelasi positif dengan langkah-langkah fleksi pergelangan tangan dan kekuatan pegangan tinggi. Tampaknya bahwa faktor-faktor seperti pekerjaan yang berulang, postur tubuh dan pergelangan tangan ditentukan oleh tugas dan desain alat dapat menimbulkan gejala CTS. Bahkan, ada bukti bahwa penderita CTS menyebabkan hilangnya sensitivitas taktil. Pegangan penderita menjadi berlebihan sehubungan dengan tuntutan tugas, sehingga menyebabkan kenaikan lebih lanjut tekanan di dalam pergelangan tangan dan ketegangan yang berlebihan dalam struktur lain, sehingga mempercepat terjadinya gangguan (Lowe dan Frievalds, 1998). Jadi, dapat disimpulkan bahwa mendesain ulang peralatan untuk meminimalkan paparan terhadap getaran, pekerjaan yang berulang-ulang dan postur yang ekstrim serta
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
24
kombinasi dengan faktor-faktor lain mungkin akan dapat menurunkan prevalensi gejala CTS di tempat kerja, bahkan jika langkah-langkah ini tidak dapat mengurangi kejadian gangguan.
2.4.5 Low Back Pain Low back yang biasa disebut tulang belakang bagian bawah. Tulang belakang manusia tersusun dari 24 vertebrae yang dipisahkan oleh bantalan hidrolik
fibrokartilago
atau
yang
biasa
dikenal
dengan
sebutan
intervertebratebratal discs. Tulang-tulang tersusun membentuk rangka dan berakhir pada sacrum yang tersambung dengan tulang pinggul pada persendian sacro-illiac (Pheasent, 1986). Rasa nyeri atau cedera pada tulang punggung belakang dapat terjadi jika ketegangan (strain) yang berlebihan terjadi dalam mekanisme tubuh. Bahkan strain yang terlampau berat dapat menyebabkan kerusakan otot, ligamen, dan jika strain terjadi secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang panjang , maka kerusakan dapat mengenai intervebral dics. Akibat bagian dari disc yang selip ke dalam spinal canal akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang amat sangat pada bagian pungung yang disebut sebagai slipped disc (Oborne, 1982)
2.5 Langkah-langkah Manajemen Risiko Manual handling Terdapat beberapa langkah-langkah guna memanajemen risiko-risiko yang berkaitan dengan manual handling sehingga kita dapat mengendalikan risiko tersebut dan menjaga para pekerja tetap sehat serta produktif. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut:
2.5.1 Hazard Identification Melakukan identifikasi semua bahaya yang terkait dengan manual handlimg, pengambilan data dilakukan dengan melihat laporan kecelakaan yang terkait dengan bahaya ergonomi, melakukan konsultasi atau wawancara dengan pekerja, supervisor, dan pihak-pihak yang mengurusi kesehatan dan keselamatan kerja disana, melihat pekerjaan, dan observasi lainya yang dianggap perlu.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
25
2.5.2 Risk assesment Langkah pertama yang dilakuakan dalam risk assesment ini adalah menentukan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi prioritas untuk dinilai, selanjutnya memilih pekerjaan yang akan dinilai, setelah itu barulah mengerti permasalahan dan dapat melakukan tindakan pengendalian. Ada beberapa metode praktis yang dapat dilakukan untuk menilai resiko ergonomi terkait pekerjaan diantaranya adalah 1. RULA (Rapid Upper Limb Assesment) metode ini dikembangkan oleh McAtamney dan Corlett pada tahun 1993. RULA adalah metode yang didesain untuk menyediakan analisis cepat dari kebutuhan upper limb pekerja. Menyediakan pengukuran objektif dari risiko MSDs yang disebabkan kegiatan dimana kebutuhan bagian atas tubuh tinggi tapi kebutuhan seluruh tubuh (seperti punggung dan kaki) relatif rendah. Bagian tubuh yang dinilai adalah upper limb (tangan, pergelangan, siku, bahu), juga leher dan pinggang (postur trunk). 2. REBA dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney pada tahun 2000 sebagai alat untuk menilai postur terhadap risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs). Membentuk penilaian kuantitatif dari tubuh yang berkaitan dengan beban dan aktivitas. Dapat digunakan baik pada postur pergerakan dinamis dan statis, serta menilai hampir semua aktivitas. 3. NIOSH Lifting Equation yang menilai resiko pekerjaan mengangkat yan dilakukan oleh pekerja dengan menilai beberapa faktor yaitu fisiologi, biomekanik dan psikofik.
2.5.3 Risk control Setelah melakukan hazard identifikasi dan risk assesment maka kita akan tahu tentang permasalahan yang ada terkait dengan bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja terkait dengan pekerjaan manual handling maka kita bisa menetapkan pengendaliannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
26
2.5.3.1 Pengendalian teknik Metode teknik lebih diutamakan karena pengendalian ergonomi dipakai untuk menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja. Metode yang lebih diutamakan karena lebih permanen dan efektif dalam menghilangkan risiko ergonomi. Pengendalian teknik yang bisa dilakukan adalah memodifikasi, mendesain kembali atau mengganti dengan syarat: dirancang untuk memenuhi beban dan pekerjaan mudah digunakan dan tidak menyebabkan obstruksi terletak dekat dengan area kerja sehingga akan tersedia dibawah perhatian pengawas sehingga tidak muncul risiko tambahan misalnya forklift muncul tanpa peringatan di area kerja. Adapun pengendalian teknik yang dapat dilakukan adalah a. Mendesain ulang Tempat kerja sehingga memiliki pencahayaan, ruang gerak, serta kondisi lingkungan yang nyaman untuk bekerja b. Bahan/objek/tempat penyimpanan dan pengoperasian c. Menggunakan alat bantu angkat mekanis 2.5.3.2 Pengendalian administratif Berhubungan dengan bagaimana pekerjaan dilakukan, seperti : a. Jadwal kerja menyangkut durasi dan frekuensi pekerjaan dilakukan b. Penggiliran kerja dan waktu istirahat c. Program pelatihan d. Program perawatan dan perbaikan e. Cara Kerja Pengendalian cara kerja berfokus pada cara pekerjaan dilakukan, yakni : Menggunakan mekanik tubuh yang baik Menjaga tubuh untuk berada pada posisi netral.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Teori Didalam suatu aktivitas manual handling baik itu pekerjaan mengangkat, membawa, mendorong, menarik dan yang lain, terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, banyak teori yang menjelaskan terkait dengan faktor tersebut salah satunya adalah dari Manual Task Code Of Practice, 2010 sebagai berikut:
Faktor Pekerjaan: - Berat beban - Bentuk beban - Pegangan - Jarak beban
Faktor Lingkungan: - Temperatur. - Kebisingan. - Pencahayaan. - Kelembapan. - Permukaan lantai.
Pekerjaan Manual Handling
Karakteristik individu - Umur - Jenis kelamin - Motivasi - Kebiasaan - Status gizi
27 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
28
3.2 Kerangka Konsep Berdasarkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi resiko suatu kegiatan manual handling khususnya dalam kegiatan mengangkat maka terbentuklah suatu kerangka konsep yang merupakan simplifikasi dari kerangka teori tersebut dimana diambil faktorfaktor yang langsung berkaitan langsung dengan pengangkatan barang. Kerangka konsep ini juga berdasarkan variabel yang ada pada Niosh Lifting Equation yang mana niosh lifting equation ini adalah tools yang akan penulis gunakan dalam melihat faktor resiko ergonomi dalam mengangkat barang.
Faktor pekerjaan berkaitan dengan aktivitas mengangkat berdasarkan NIOSH Lifting Equation: Berat beban(L) Jarak antara beban dengan lantai(V) Jarak antara orang dengan beban(H) Sudut saat pengangkatan beban(A) Frekuensi pengangkatan(F) Durasi pengangkatan beban Bentuk beban/kemasan(C)
Resiko Pengangkatan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
29
3.4 Defenisi Operasional N
Variabel
Defenisi operasional
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
o 1.
Niosh Lifting Merupakan suatu perhitungan
Lembar
Equation
rekomendasi batas berat objek
pengisian
maka
untuk pekerjaan mengangkat
setelah itu
terlindungi dari resio low back pain
untuk jangka waktu tertentu
dihitung
tanpa menimbulkan resiko low
dengan
dari satu maka sebagian besar
back pain
rumus Niosh
pekerja memiliki resiko yang besar
Lifting
terkena low back pain
Equation
-
-
jika LI(lift index) kurang dari satu Rasio sebagian
besar
pekerja
jika nilai LI( lifting index) lebih
-
Satuan kilogram
-
Berat yang di rekomendasikan oleh
LI=Task Load/RWL 2
RWL
Berat benda yang
Dihitung
direkomendasikan oleh Niosh
dengan
Niosh Lifting Equation adalah 23
Lifting Equation dalam
rumus
kg karena berat tersebut dapat
pekerjaan mengangkat
RWL=LCxH
diterima oleh 75% wanita
m xVm xAm x
-
Rasio
Satuan kilogram
Dm x Fm x Cm
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
30
3.
4.
Load
Berat rata-rata beban yang
Lihat
Berat yang di rekomendasikan oleh Niosh
constant
diangkat oleh pekerja
kemasan atau
Lifting Equation adalah 23 kg karena berat
langsung
tersebut dapat diterima oleh 75% wanita.
ditimbang
Satuan kilogram.
Horizontal
Peningkatan jarak horizontal Dihitung
multiplier
pada waktu awal pengangkatan dengan
origin
dari
tulang
menyebabkan
Rasio
Unit konversi Niosh 0.00...-1.00
Interval
Centimeter
Rasio
belakang rumus Niosh peningkatan Lifting
gaya pada lengan dan leads Equation sehingga meningkatkan stress Hm= 25/ h
7.
pada lumbar.
origin
Horizontal
jarak dari tangan ke titik
Ukur
location
tengah objek pada titik awal
langsung
origin
pengangkatan
dengan meteran pada saat pengangkatan awal dilakukan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
31
8.
Horizontal
Peningkatan jarak horizontal Diukur
multiplier
saat akhir pengangkatan dari dengan
destination
tulang belakang menyebabkan rumus Niosh
Unit Konversi Niosh Niosh 0.00-1.00.
Interval
Centimeter
Rasio
Unit Konversi Niosh 0.00…-1.00
Interval
Centimeter.
Rasio
peningkatan gaya pada lengan Lifting dan
leads
meningkatkan
sehingga Equation stress
lumbar.
9.
pada Hm= 25/ h origin satuan
Horizontal
jarak dari tangan ke titik tengah Meteran
location
objek pada titik tujuan
destination 10 Vertical .
Reflek
yang
menyebabkan Form
multiplier
peningkatan stress pada lumbar pengisian
origin
yang berkaitan dengan jarak Niosh Lifting benda ke lantai pada titik awal Equation pengangkatan benda
Vm origin=(10,003(Vorigi n-75))
11 Vertical
Jarak antara titik tengah benda Meteran
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
32
.
location
dengan lantai pada titik awal
origin
pengangkatan benda
12 Vertical .
Reflek
yang
menyebabkan Form
multiplier
peningkatan stress pada lumbar pengisian
destination
yang berkaitan dengan jarak Niosh Lifting
Unit konversi Niosh 0.00…-1.00.
Interval
Centimeter
Rasio
benda ke lantai pada titik akhir Equation dari pengangkatan benda
Vm origin=(10,003(vdestin atio-75))
13 Vertical .
Jarak antara titik tengah benda Meteran
location
dengan lantai pada titik akhir
destination
pengangkatan benda
14 Distance multiplier
Peningkatan kebutuhan
reflek psikologi
dalam DM = (0.82 + Unit Konversi Niosh 0.00…-1.00.
Interval
akibat (4.5 / D )
total jarak vertikal pada saat melakukan pengangkatan. 15 Distance
Total
jarak
vertikal
saat D= Vhigh-
Centimeter
Rasio
melakukan pengankatan dari Vlow titik awal sampai dengan titik
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
33
akhir 16 Assimetric multiplier
Pengangkatan diluar
suatu
sagital
plane
benda AM = ( 1 -
Unit konversi Niosh 0.00…-1.00.
Interval
Derajat
Rasio
Derajat
Rasio
Unit konversi Niosh 0.00…-1.00.
Interval
akan (0.0032 A)),
menyebabkan perubahan beban standart Am anakat
pada form Niosh Lifting Equation
17 Assimetric origin 18 Assimetric destination 19 Frekuensi .
Sudut pada saat titik awal Busur, pengangkatan benda Sudut pada saat titik akhir Busur, pengangkatan benda Jumlah kegiatan pengankatan Form
multiplier(F
yang
M)
pekerja
dilakukan setiap
oleh hari,
para standart terkait pengisian
vertical location dan duration
Niosh Lifting Equation untuk frekuensi
20 Coupling
Kualitas kemasan barang yang Form
Good= bentuk barang dengan kemasan
Ordinal
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
34
.
Multiplier
diangkat
terkait
bentuk barang
pegangan, pengisian
optimal berbentuk kotak dengan pegangan
Niosh Lifting
dan mudah untuk di pegang
Equation
Fair=bentuk objek yang tidak terlalu optimal memiliki pegangan akan tetapi tidak terlalu bagus sehingga menyebabkan tangan harus memutar saat membawa Poor=desain kemasan yang tidak optimal segi-segi yang tajam, tidak memilki pegangan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik untuk melihat tingkat resiko ergonomi pada pekerjaan mengangkat beras yang dilakukan oleh pekerja di Pasar Induk Beras Cipinang. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan modelling matematis dengan menggunakan Niosh Lifting Equation untuk menilai resiko yang didapat oleh para porter dalam satu kali priode melakukan pengangkatan. Dengan menggunakan desain studi observasional yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap proses pekerjaan mengangkat yang dilakukan para pekerja angkat di Pasar Induk Beras Cipinang.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan bulan Mei 2011 pada waktu jam kerja yaitu jam 08.00-16.00 di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur.
4.3 Unit Analisis Penelitian Unit analisis dalam penelitian ini adalah pekerjaan mengangkat yang dilakukan oleh pekerja angkat di Pasar Induk Beras Cipinang. Pekerjaan manual handling yang diambil datanya adalah kegiatan mengangkat yang tidak termasuk dalam klasifikasi kegiatan mengangkat seperti berikut ini: Pekerjaan yang diambil datanya adalah pekerjaan mengangkat yang bukan salah satu dari pekerjaan berikut: Mengangkat /menurunkan dengan satu tangan. Mengangkat menurunkan melebihi 8 jam kerja. Mengangkat dan menurunkan barang sambil duduk atau berlutut. Mengangkat/ menurunkan di dalam area kerja yang sempit (confined space). Mengangkat dan menurunkan objek yang tidak stabil. Mengangkat dan menurunkan sambil membawa, mendorong atau menarik.
35 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
36
Mengangkat dan menurunkan dengan menggunakan alat bantu. Mengangkat dan menurunkan dengan kecepatan tinggi(>30 inchi/detik). Mengangkat dan mennurunkan di atas lantai yang licin. Mengangkat dan menurunkan dalam kondisi temperatur ekstrim.
4.4 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah data primer Pengumpulan data-data primer dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung kegiatan pengangkatan yang dilakukan oleh pekerja data-data tersebut digunakan untuk mengisi semua variabel yang terdapat dalam tools niosh lifting equation.
Langkah-langkah pengumpulan data primer adalah sebagai berikut: 1. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data horizontal location origin dan horizontal location destination. Keterangan: Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik awal pengangkatan. Hdestination adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik akhir pengangkatan.
2. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data vertical location origin dan destination Keterangan: Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik awal pengangkatan Vdestination) adalah jarak beban dengan lantai di titik akhir pengangkatan
3. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data sudut pengangkatan(assymetric angle) 4. Mengukur, menngumpulkan dan mencatat data jarak total beban secara verikal(distance) 5. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat frekuensi dan durasi pekerjaan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
37
6. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data tentang kemasan beban mencakup bentuk kemasan, permukaan dan handling.
4.5 Instrumen Penelitian Adapun instrumen atau peralatan yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah antara lain: 1. Alat Tulis 2. Busur 3. Form Niosh Lifting Equation 4. Meteran dan Penggaris 5. Stopwacth
4.6 Pengolahan dan Análisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian di klasifikasikan sesuai kebutuhan yang terdapat didalam form pengisian Niosh Lifting Equation 1. Menghitung HM(Horizontal multiplier) dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation HM = 25 / H ( Horigin) Keterangan: H = jarak beban dengan pekerja
1. Menghitung VM(Vertical Multiplier) menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation : VM =(1-0,003(V-75)) Keterangan: V = jarak beban dengan lantai.
2. Menghitung AM (Asymmetric Angle) menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation AM = ( 1 - (0.0032 A))
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
38
Keterangan: A = sudut yang terbentuk antara pekerja dengan titik pengangkatan.
3. Menghitung DM(Distance Multiplier) menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation DM = (0.82 + (4.5 / D ) Keterangan: D = selisih jarak beban dengan lantai pada titik awal dengan titik akhir pengangkatan.
4. Menghitung CM(Coupling Multiplier) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh
Tabel 4.2 Coupling Multiplier
Coupling type
Coupling multiplier V<75
V
Good
1,00
1,00
Fair
0,95
1,00
Poor
0,90
0,90
Sumber: The revised NIOSH Lifting Equation
5. Menghitung FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) yang merupakan berat beban yang dianjurkan pada pengangkatan dtanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan
.FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM.
6. Menghitung STRWL(Single Task Recommended Weight Limit)
yang
merupakan berat beban yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan frekuensi pengangkatan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
39
SRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM , 7. Menghitung FILI(Frequency Independent Lifting Index) adalah indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = Lmaks/ FIRWL
8. Menghitung STLI(Single Task Lifting Indeks) adalah indeks resiko untuk satu kali pengangkatan memperhitungkan frekuensi.
STLI = Lavg/STRWL . 9. New Task Number adalah penomoran pengangkatan berdasarkan nilai STLI yang paling besar.
10. Menghitung Composite Lifting Index(CLI) dengan rumus sebagai berikut :
CLI= STLI1 +
Catatan Pemberian indeks angka pada FILI dan STLI mengikuti penomoran task baru yang berdasarkan pada urutan besar dan kecilnya nialai STLI(yang paling besar diberi indeks 1 dan seterusnya.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
40
Pemberian angka pada FM mengandung arti, misal FM1,2 berarti nilai frekuensi multiplier tersebut didapat dengan terlebih dahulu menambahkan frekuensi (F) pada task pertama dan kedua berdasarkan nomor task yang baru kemudian dicari multipliernya.
4.7 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan tentunya memiliki keterbatasan dimana penulis. penulis tidak mengukur faktor-faktor dari lingkungan dan personal secara mendalam karena keterbatasan waktu dan biaya serta dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti tentang
faktor yang berhubungan langsung dengan
pengangkatan.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
BAB 5 GAMBARAN PERUSAHAAN
5.1 Aktivitas Manual Handling di Pasar Induk Beras Cipinang Pasar Induk Beras Cipinang yang merupakan pusat grosir beras di Jakarta yang mempunyai fungsi untuk memnuhi kebutuhan beras di wilayah Jakarta memiliki volume perdagangan sekitar 5000 ton beras setiap harinya dan memiliki tenaga bongkar muat sekitar 800 orang. Setiap harinya tenaga bongkar muat ini akan melakukan kegiatan-kegiatan manual handling seperti mengangkat, membawa, menarik, mendororng beras. Dari hasil observasi penulis selama 4 hari di Pasar Induk Cipinang, tenaga bongkar muat memiliki dua pekerjaan paling banyak dilakukan yaitu mengangkat, menurunkan dan membawa beras. Durasi pekerjaan para tenaga bongkar muat ini dalam seharinya bisa mencapai 6 jam dengan jam istirahat yang tidak beraturan karena tergantung datangnya pasokan beras dan tergantung dengan pembeli yang bisa datang kapan saja. Akan tetapi rata-rata tenaga bongkar muat ini melakukan pekerjaan dari jam 8 pagi sampai jam 16.00. dengan jeda waktu istirahat rata-rata 2 jam setiap harinya. Jenis pekerjaan manual handling yang banyak dilakukan adalah: 1. Mengangkat atau menurunkan beras di kios 2. Mengangkat atau menurunkan beras dari pick up 3. Membawa beras dari kios ke pick up atau sebaliknya
5.2 Sejarah Pembentukan Pasar Induk Cipinang Pasar Induk Beras Cipinang(PIBC) pada awalnya didirikan dengan beberapa alasan diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan di ibukota yaitu Kebutuhan akan adanya perbaikan dalam sistem pengadaan & penyaluran beras di Ibu kota, DKI Jakarta tidak memiliki lahan sawah, menjaga kestabilan harga beras di daerah DKI Jakarta. Oleh sebab itu, didirikanlah Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebagai realisasi dari pola induk pengadaan dan penyaluran ahan dan pangan untuk DKI Jakarta 1965-1985.
41 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
42
Program yang merupakan bagian dari rencana induk DKI Jakarta 1965-1985. Pemerintah menunjuk PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai pengelola dan Pembina PIBC. Perusahaan ini didirikan akta notaries Soeleman Ardjasasmita, SH, No. 46 tanggal 26 April 1972 TBNRI No. 39 tanggal 16 Mei 1975. Setelah itu diperbaharui dengan akta notaries Rachmad Umar, SH No. 25 tanggal 30 maret 2000. Terakhir diperbaharui lagi dengan akta notaris Yurisa Martanti, SH No. 45 tanggal 15 Agustus 2008 tentang didirikannya PT Food Station Tjipinang Jaya, yang disahkan dengan SK Menteri Kehakiman dan Ham RI No. 16,3 hektar. Diatas lahan itu terdapat bangunan pertokoan, perdagangan, perkantoran, dan pelataran parkir. Selain itu ada berbagai fasilitas lainnya. Diantaranya jalan, bank, masjid, koperasi, pemadam kebakaran, rumah makan, area bongkar muat, dan armada angkutan beras. 5.3 Pasar Induk Beras Cipinang Alamat Kantor
: Jl. Pisangan Lama Selatan No. 1
Nomor telpon
: 4897208, 4718008, 4718282, 47865609
Nomor Fax.
: 4717994, 47865611 Jakarta Timur 13230 – INDONESIA
Alamat Website
: www.ptfoodstation.com
Sebagai pusat pemasaran beras Pasar Induk Beras Cipinang(PIBC) diharapkan dapat menjamin ketersediaan beras di DKI Jakarta melalui distribusi ke pasar-pasar retail. Selain itu, PIBC juga merupakan terminal pangan, yang menjadi media transaksi yang fair antara produsen dan pedagang grosir. Oleh karenanya, PIBC disebut juga sebagai daerah produsen (Karawang, Cirebon, Bandung, Serang, Makasar dan lain-lain). Bukan itu saja, PIBC juga menjadi tolak ukur ketahanan pangan pokok, khusunya beras di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia. Dengan fungsi yang demikian strategis, Pasar Induk Beras Cipinang dilengkapi dengan fasilitas penunjang antara lain:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
43
A. Pergudangan dan parkir Untuk kebutuhan penyimpanan beras, Pasar Induk Beras Cipinang menyediakan gudang dengan luas 35.896 meter persegi dengan pelayanan dan keamanan selama 24 jam. Gudang ini mampu menampung beras sekitar 100.000 ton. Selain itu juga tersedia pelataran parkir seluas 9.500 meter persegi. Ditambah dengan lokasi yang strategis(600 m dari KA jatinegara dan sekitar 800 m dari pintu masuk/keluar tol pisangan tanjung priuk) menjadi nilai yang lebih dan keunggulan Pasar Induk Beras Cipinang tersebut. B. Perdagangan Salah satu potensi dari PT Food Station Tjipinang Jaya adalah jalinan kerjasama dengan para pemasok beras dari daerah produsen , baik dari dalam pulau Jawa, Sulawesi Selatan, dan daerah lainnya. Beras tersebut didistribusikan kepada pedagang grosir di Pasar Induk Beras Cipinang dan sekaligus sebagai importir guna memenuhi kebutuhan pangan. C. Angkutan Untuk pendistribusian beras yaitu dalam proses keluar/ masuk beras di Pasar Induk Beras Cipingng, tersedia sekitas 200 unit kendaraan. Angkutan ini armada milik PIC, PT Wahana Jaya Raya, PT Jampang Sunda kelapa dan Kabapin. Armada angkutan beras juga tersedia dengan kapasitas muat dua ton per unit yang digunakan sebagai sarana transportasi pendistribusian ke pasar wilayah DKI Jakarta. Selain itu, tersedia pula kendaraan truk untuk wilayah Bodetabek, antar provinsi dan antar pulau. D. Kekuatan dan Potensi toko/los terdapat 801 ruang yang terdiri dari toko los tertutup dan terbuka dengan kapasitas tamping 25.000 ton pedagang beras di PIBC
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
44
lebih dari 600 pedagang siap melayani dan menampung beras dari daerah produksi yang dibawa pemasok dan menjual secara grosir ke pasar-pasar wilayah DKI Jakarta dan daerah Bodetabek maupun antar pulau. Pedagang Pemasok Para pemasok beras berasal dari daerah Pantura Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Luar Jawa(Palembang, Lampung, dan Sulawesi Selatan) Masjid Sarana ibadah bagi umat Islam yang berada di area Pasar Induk Beras Cipinang. Masjid juga menjadi tempat diselenggarakannya peringatan hari-hari besar umat Islam. Pemadam kebakaran Untuk mengantisipasi bencana kebakaran di area Pasar Induk Beras Cipinang, tersedia fasilitas kendaraan pemadam kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta. Fasilitas ini juga dapat digunakan sebagai sarana pemadam kebakaran untuk wilayah DKI Jakarta.
Perbankan Dalam rangka mempermudah transaksi perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang, tersedia pula kantor Bank BNI 1946 tbk, Bank Yudha Bhakti, Lippobank, USP Swamitra, Bank Bukopin, BRI serta kerjasama dengan PT Bank DKI. Sedangkan pembayaran untuk perdagangan luar daerah dengan menggunakan LC local. Koperasi
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
45
Pada tahun 1980 telah terbentuk koperasi perdagangan Pasar Induk Cipinang (KOPPIC Jaya). Selain itu sebagai wadah bagi para pedagang beras, KOPPIC Jaya juga menjadi mitra kerja PT Food Station Tjipinang Jaya. Area Bongkar Muat : mampu menampung lebih dari 300 kendaraan besar (truk) dengan tenaga Bongkar Muat sebanyak 800 orang; Armada Dalam Kota dan Luar Jakarta : ada sekitar 200 unit kendaraan armada untuk distribusi ke pasar – pasar wilayah dan tersedia pula truk untuk angkutan keluar kota Jakarta; 5.4 Maksud dan Tujuan Perusahaan a. Membangun dan menyelenggarakan food station (tempat penampungan), perdagangan bahan makanan terutama beras, termasuk gula pasir, terigu dan hasil-hasil lain yang sejenis; b. Membangun dan menyelenggarakan fasilitas yang berkaitan dengan food station diatas, antara lain meliputi pertokoan beras, area parkir, pengangkutan dan lain-lain; c. Menyelenggarakan pengelolaan yang berkaitan dengan kegiatan Food Station seperti unit angkutan dan pergudangan; d. Pengadaan dan penyaluran bahan pokok yaitu beras dan sejenisnya, sehingga tercipta stabilitas supply, distribusi dan standar harga beras, disamping masalah-masalah disposal, dislokasi dan alokasinya dapat diatur dengan tertib dan cepat; e. Menjalankan perdagangan umum, terutama beras,gula pasir, terigu dan hasil palawija serta barang-barang stock filling, termasuk perdagangan secara komisi atas perhitungan dengan pihak lain;
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
46
5.5 Kebutuhan Provinsi DKI Jakarta Dengan perhitungan tingkat konsumsi beras 300 gram per kapita per hari, Jakarta memerlukan sekitar 3.000 ton beras per hari. Saat ini, volume pasokan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang rata-rata 3000-3500 ton per hari dengan demikian, Pasar Induk Beras Cipinang mampu memenuhi kebutuhan beras untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
5.6 Peta Perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang 5.6.1 Para Pelaku Pasar Ada tiga pelaku tata niaga beras di Pasar Induk Beras Cipinang: a. Pedagang daerah b. Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang c. Pedagang Wilayah 5.6.2 Sistem Transaksi Antara lain dengan menggunakan tiga cara: a. Kontan b. Berjangka c. Konsinyasi/ komisi 5.7 Pasokan dan Distribusi Beras di Pasar Induk Beras Cipinang(PIBC) Volume perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang mencapai 5000 ton per hari, dengan perputaran uang mencapai Rp.30.000.000.000,- setiap harinya menjadikan Pasar Induk Cipinang sebagai pemasok beras yang paling berpengaruh untuk ketahanan pangan di daerah DKI Jakarta. Pemasok beras di Pasar Induk Cipinang berasal dari Karawang sekitar 27%, Cirebon 35% (daerah Pantura Jawa Barat), Cianjur 2%, Bandung 10%, Jawa Tengah 20% (Solo, Semarang, Tegal, dll), Jawa Timur 4% (Surabaya, Kediri dll), Lampung, Palembang,Sulawesi Selatan dll
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
47
sekitar 2%. Sedangkan pendistribusian beras mencakup daerah DKI Jakarta dan sekitarnya sekitar 60%, Bodetabek sekitar 10% dan Antar Pulau sekitar 30%( terdiri dari: Pontianak, Bangka, Batam, Medan, Makassar, Jayapura dll).
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
BAB 6 HASIL PENELITIAN
Observasi dan pengukuran dilakukan terhadap kegiatan mengangkat beras secara manual yang dilakukan oleh para pekerja kuli panggul di Pasar Induk Beras Cipinang, khususnya di bagian penyimpanan beras. Hasil pengukuran akan dianalisis dengan menggunakan metode The Revised Niosh Lifting Equation Pengangkatan beras merupakan pekerjaan yang sangat banyak dilakukan oleh para pekerja kuli panggul di Pasar Induk Beras Cipinang, hal ini merupakan sangat wajar karena proses jual beli dengan intensitas tinggi sangat membutuhkan mobilitas para pekerja dalam melakukan pengangkatan beras. Pekerjaan mengangkat yang diteliti dengan Niosh Lifting Equation di dalam penelitian ini adalah: 1. Pekerjaan menurunkan beras dari mobil 2. Pekerjaan mengangkat beras di dalam kios
6.1 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Indeks Resiko Penurunan Beras dari Mobil Dengan Niosh Lifting Equation Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang multitasking dimana jarak beban yang diangkat berbeda-beda dalam satu priode pengangkatan sehingga untuk menentukan resikonya harus memakai indeks pengangkatan gabungan yang sample nya diambil dari beberapa jarak beban yang berbeda. Pengangkatan beras pertama maksudnya adalah beras yang jarak titik awal dengan lantai yang paling jauh dengan kata lain beras ini berada di tumpukan paling atas dan akan diangkat paling awal, begitu seterusnya untuk penomoran pengangkatan kedua dan ketiga. Hasil pengukuran ini meliputi berat beban(L) jarak beban dengan tubuh(H), jarak beban dengan lantai(V), selisih jarak beban pada titik awal dan titik akhir(D), sudut pengangkatan antara pekerja dengan posisi beban(A), bentuk kemasan(C).frekuensi(F). Hasil pengukuran tersebut kemudian di konversikan ke unit konversi Niosh untuk menghitung indeks resiko pengangkatan
masing-masinng(STLI)
dan
indeks
resiko
pengangkatan
gabungan(CLI).
48 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
49
Gambar 6.1 Penurunan Beras Dari Mobil Pick Up
6.1.1 Hasil Penelitian Berat Beban Berat beban yang diangkat 50 kg
6.1.2 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Tubuh ( Horizontal multiplier) Pengukuran jarak beban dengan tubuh(H) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Horigin) dan titik akhir(Hdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari Niosh Lifting Equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh pada variable jarak beban dengan tubuh ini disebut Horizontal Multiplier(HM). Nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel berikut:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
50
Tabel 6.1 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pekerjaan Menurunkan Beras Nomor Pengangkatan
Horiginal
Hdestination
Hmorigin
Hmdestination
(centimeter)
(centimeter)
(konversi niosh)
(konversi niosh)
Pengangkatan Beras 1 30
10
0.83
1.00
Pengankatan Beras 2
35
10
0.71
1.00
Pengangkatan Beras 3 40
15
0.63
1.00
Keterangan Tabel: Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik awal pengangkatan. Hdestination adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik akhir pengangkatan. HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan tubuh pekerja. HM= 25/H( Horigin dan Hdestination) Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan
pertama kali, penomoran berlaku untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
6.1.3 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Lantai (Vertical Multiplier) Pengukuran jarak beban dengan lantai(V) dilakukan dalam tiga tahap yaitu, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Vorigin) dan titik akhir(Vdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh disebut dengan Vertical Multiplier(VM), nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
51
Tabel 6.2 Perhitungan Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pekerjaan Menurunkan Beras Nomor
V origin
V destination
Vm origin
V destination
Pengangkatan
(centimeter)
(centimeter)
(konversi niosh)
(konversi niosh)
Pengangkatan
130
0
0.84
0.78
125
10
0.85
0.81
120
15
0.87
0.84
Beras 1 Pengangkatan Beras 2 Pengangkatan Beras 3
Keterangan Tabel: Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik/|awal pengangkatan Vdestination) adalah jarak beban dengan lantai di titik akhir pengangkatan VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan lantai. VM =(1-0,003(V-75)) Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
6.1.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan (Asimetric Multiplier) Antara Pekerja Dengan Titik Pengangkatan Akhir dan Awal Pengukuran sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan titik pengangkatan(A) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Aorigin) dan titik akhir(Adestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh tersebut disebut dengan Asymetric Angle(AM), nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel diberikut.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
52
Tabel 6.3 Perhitungan Sudut Pengangkatan Antara Pekerja dan Posisi Beban Pada Pekerjaan Menurunkan Beras. Nomor
Aoriginal
Adestination
Am originin
Adestination
Pengangkatan
(derajat)
(derajat)
(konversi niosh)
(konversi niosh)
Pengangkatan
0
90
1.00
0.71
0
90
1.00
0.71
0
90
1.00
0.71
Beras 1 Pengangkatan Beras 2 Pengangkatan Beras 3 Keterangan Tabel : Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik awal dilakukan pengangkatan. Adestination adalah sudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik akhir pengangkatan. AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi antara posisi pekerja dengan titik pengangkatan AM = ( 1 - (0.0032 A)) Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
6.1.5 Hasil Penelitian Jarak Pengangkatan atau Selisih Jarak Antara Titik Awal Dengan Titik Akhir Pengangkatan (Distance Multiplier). Pengukuran selisih jarak pengangkatan beban(D) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan diukur selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan titik akhir. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation yang disebut Distance Multiplier(DM) . Nilai- nilai hasil konversi niosh tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
53
Tabel 6.4 Perhitungan Selisih Jarak Antara Titik Awal Dengan Titik Akhir Pengangkatan Pada Pekerjaan Menurunkan Beras Nomor pengangkatan
D
DM
(centimeter)
( konversi niosh)
Pengangkatan beras 1
130 cm
0.86
Pengangkatan beras 2
115 cm
0.86
Pengangkatan beras 3
105 cm
0.86
Keterangan Tabel: D(distance) adalah selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan titik akhir pengangkatan. D = Vorigin-Vdestination(rumus ini berlaku pada penurunan beban). DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap selisih jarak vertical. DM = (0.82 + (4.5 / D ) Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
6.1.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan durasi Frekuensi 20 pengangkatan/5 menit durasi lebih dari 2 jam kerja, dengan persebaran pengangkatan beras pertama dengan jarak yang sama 2 kali per menit, pengangkatan beras kedua 1 kali per menit dan pengangkatan beras ketiga 1 kali per menit.
6.1.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh Lifting Equation Dari hasil pengukuran variable-variabel sebelumnya di atas dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation, untuk mengetahui indeks resiko pengangkatan, didapat hasil sebagai berikut:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
54
Tabel 6.5 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras Pekerjaan Mengangkat Beras Variabel
1
2
3
HM
0.83
0.71
0.63
VM
0.78
0.85
0.87
DM
0.86
0.86
0.86
AM
1.00
1.00
1.00
CM
0.90
0.90
0.90
FIRWL
11.52
10.74
9.87
FM
0.65
0.75
0.75
STRWL
7.5
8.05
7.40
FILI
4.34
4.65
5.06
STLI
6.66
6.2
6.75
3
1
New
Task 2
Number Keterangan Tabel : HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation HM=25/H( Horigin) VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation VM =(1-0,003(V-75)) AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation AM = ( 1 - (0.0032 A)) DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation DM = (0.82 + (4.5 / D ) CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan. FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
55
STRWL(Single Task Recommended Weight Limit) adalah berat beban yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan frekuensi pengangkatan SRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM , FILI(Frequency Independent Lifting Index) adalah indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi pengangkatan. FILI = Lmaks/ FIRWL STLI(Single Task Lifting Indeks) adalah indeks resiko untuk satu kali pengangkatan memperhitungkan frekuensi. STLI = Lavg/STRWL. New Task Number adalah penomoran pengangkatan berdasarkan nilai STLI yang paling besar.
Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 6.75+ 2.46+1.93=11.14
6.2 Hasil Penelitian Pekerjaan Mengangkat Beras Di Kios Dengan Niosh Lifting Equation Pekerjaan ini juga merupakan pekerjaan yang multitasking dimana jarak beban yang diangkat berbeda-beda dalam satu priode pengangkatan sehingga untuk menentukan resikonya harus memakai indeks pengangkatan gabungan yang sampelnya pengangkatan 3 karung beras yang diambil dari beberapa jarak beban yang berbeda. . Hasil pengukuran pada pekerjaan ini meliputi berat beban(L) jarak beban dengan tubuh(H), jarak beban dengan lantai(V), selisih jarak beban pada titik awal dan titik akhir(D), sudut pengangkatan antara pekerja dengan posisi beban(A), bentuk kemasan(C).frekuensi(F). Hasil pengukuran tersebut kemudian dihitung ke unit konversi Niosh kemudian dilakukan perhitungan indeks resiko pengangkatan
masing-masinng(STLI)
dan
indeks
resiko
pengangkatan
gabungan(CLI).
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
56
Gambar 6.2 penyusunan beras di kios
6.2.1 Hasil Penelitian Berat Beban Berat beban yang diangkat 50 kg
6.2.2 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Tubuh (Horizontal multiplier) Pengukuran jarak beban dengan tubuh(H) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Horigin) dan titik akhir(Hdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari Niosh Lifting Equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh pada variable jarak beban dengan tubuh ini disebut Horizontal Multiplier(HM). Nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
57
Tabel 6.6 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pengangkatan Beras di Kios Nomor
Horigin
H destination
Hmorigin
Hmdestination
Pengangkatan
(centimeter)
(centimeter)
(konversi niosh)
(konversi niosh)
Pengangkatan
10
20
1.00
1.00
10
25
1.00
1.00
10
25
1.00
1.00
beras 1 Pengangkatan beras 2 Pengangkatan beras 3 Keterangan Tabel: Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja pada titik awal pengangkatan. Hdestination adalahjarak beban dengan tubuh pekerja saat titik akhir pengangkatan. HM(Horizontan multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation terhadap jarak tubuh dengan beban. VM=25/H( Horigin dan Hdestination). Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
6.2.3 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Lantai (Vertical Multiplier) Pengukuran jarak beban dengan lantai(V) dilakukan dalam tiga tahap yaitu, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Vorigin) dan titik akhir(Vdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh disebut dengan Vertical Multiplier(VM), nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
58
Tabel 6.7 Perhitungan Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pengangkatan Beras di Kios Nomor
Vorigin
Vdestination
Vmorigin
Vdestination
Pengangkatan
(centimeter)
(centimeter)
(konversi niosh)
(konversi niosh)
Pengangkatan
20
70
0.81
0.99
15
75
0.84
1.00
0
80
0.78
0.99
beras 1 Pengangkatan beras 2 Pengangkatan beras 3
Keterangan Tabel: Vorigin adalah jarak beban dengan lantai/ sejajar dengan tempat berdiri pekerja pada awal pengangkatan. Vdestination adalah jarak beban dengan lantai/di titik akhir pengangkatan. VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan lantai. VM = (1-0,003(V-75)). Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
6.2.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan Antara Posisi Pekerja Dengan Titik Awal dan Akhir Pengangkatan (Asymetric Multiplier) Pengukuran sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan titik pengangkatan(A) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Aorigin) dan titik akhir(Adestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh tersebut disebut dengan Asymetric Angle(AM), nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel diberikut:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
59
Tabel 6.8 Perhitungan Sudut Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios
Nomor
Aorigin
Adestination
Amoriginal
Adestination
Pengangkatan
(derajat)
(derajat)
(konversi niosh)
(konversi niosh)
Pengangkatan
0
45
1
0.86
0
45
1
0.86
0
45
1
0.86
beras 1 Pengangkatan beras 2 Pengangkatan beras 3 Keterangan Tabel: Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik awal dilakukan pengangkatan. Adestination adalah sudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik akhir pengangkatan. AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi antara posisi pekerja dengan titik pengangkatan. AM = ( 1 - (0.0032 A)). Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
6.2.5 Hasil Penelitian Selisih Antara Jarak Pengangkatan Dengan lantai Pada Titik Akhir dengan Titik Awal(Distance Multiplier) Pengukuran selisih jarak pengangkatan beban(D) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan diukur selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan titik akhir. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation yang disebut Distance Multiplier(DM) . Nilai- nilai hasil konversi niosh tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
60
Tabel 6.9 Perhitungan Selisih Jarak Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios Nomor Pengangkatan
D
DM
(centimeter)
(konversi niosh)
Pengangkatan beras 1
50
0.91
Pengangkatan beras 2
60
0.89
Pengangkatan beras 3
80
0.88
Keterangan Tabel: D(distance) adalah
selisih jarak vertical yang dibuat oleh pekerja pada waktu
pengangkatan. D = Vdestination-Vorigin DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap selisih jarak pengangkatan. DM = (0.82 + (4.5 / D ) Catatan: Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
6.2.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan Durasi Frekuensi 15 pengangkatan/ 5menit durasi kerja lebih dari 2 jam, dengan persebaran stiap menit 1 kali pengangkatan dilakukan 1 kali pengangkatan beras 1,2 dan 3.
6.2.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh Lifting Equation Pada Pekerjaan Mengangkat Beras Di Kios Dari hasil pengukuran variabel-variabel sebelumnya di atas dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation, untuk mengetahui indeks resiko pengangkatan masing-masing(STLI),, didapat hasil sebagai berikut:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
61
Tabel 6.10 Hasil Akhir Perhitungan Variabel Niosh Lifting Equation Pada Pekerjaan Pengankatan Beras di Kios
Pekerjaan Mengangkat Beras Variabel
1
2
3
HM
1.00
1.00
1.00
VM
0.99
1.00
0.99
DM
0.91
0.89
0.88
AM
0.86
0.86
0.86
CM
0.90
0.90
0.90
FIRWL
16.03
16.39
15.50
FM
0.75
0.75
0.75
STRWL
12.02
12.29
11.63
FILI
3.11
3.05
3.22
STLI
4.15
4.06
4.29
3
1
New task number 2 Keterangan Tabel :
HM(Horizontan multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation terhadap jarak tubuh dengan beban. HM =25/H( Horigin) VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan lantai. VM =1-0,003(V-75) AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap sudut yang dibentuk posisi pekerja dengan posisi beban. AM = 1 - (0.0032 A) DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap selisih jarak vertical. DM = 0.82 + (4.5 / D) CM(Coupling Handle) adalah klasifikasi bentuk beban dilihat berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh. FIRWL(frequency independent recommended weight limit) adalah
berat beban yang
dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan. FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM STRWL dapat melihat berat beban yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
62
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM , FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko
satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan. FILI = Lmaks/ FIRWL STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi. STLI= L avg/ STRWL New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang paling besar
Karena pekerjaan ini termasuk multitasking, maka perhitungan indeks resiko pengangkatan atau Lifting Index(LI) menjadi Composite Lifting Index(CLI) yaitu indeks resiko gabungan ketiga pengangkatan.
CLI= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 4.29+0.62+0.85=5.76
6.3 Data Tambahan Hasil Wawancara dan Observasi
6.3.1 Indeks massa tubuh Pekerja pertama memiliki tinggi 166 cm dengan berat 68 kg jadi memliki indeks massa tubuh sebesar 24.7 Pekerja kedua memiliki tinggi 164 dengan berat tubuh 64 kg jadi memiliki IMT sebesar 23.88
6.3.2 Umur pekerja Pekerja pertama 28 tahun Pekerja kedua 31 tahun
6.3.3 Desain Tempat Kerja Desain Tempat kerja terlalu sempit karena stok beras yang banyak tidak setara dengan luas kios.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
63
Gambar 6.3 Tata Letak Barang dan Jalan Keluar
6.3.4 Energy Expenditure Dari hasil pengukuran denyut jantung yang bernilai 135 dan 140 denyut per menit maka energy expenditure yang dikeluarkan sekitar 7,4-10 kcal
6.3.5 Suhu Lingkungan Kerja Dari hasil wawancara pekerja menilai area kerja cukup panas dan dari observasi langsung dari penulis tidak terdapat ventilasi atau kipas angin
6.3.6 Pencahayaan Lingkungan Kerja Dari hasil wawancara pekerja menjawab cukup gelap.
6.3.7 Keluhan Pada Tulang Belakang Sering terjadi rasa sakit pada punggung saat malam hari setelah pulang kerja.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
BAB 7 PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas tentang pekerjaan mengangkat beras di Pasar Induk Beras Cipinang yaitu menurunkan beras dari pick up dan mengangkat beras di dalam kios, menggunakan metode Revised NIOSH Lifting Equation, sehingga diketahui risiko yang didapat oleh para pekerja dan pada akhirnya dapat dilakukan tindakan pencegahan berdasarkan hasil yang didapat terutama dalam dalam teknik pengangkatan beban .
7.2 Energy Expenditure Pekerja adalah pengguna dan penghasil energi, Berhubungan dengan pekerjaan mengangkat beras yang berlangsung secara berulang dan dari hasil Pengukuran denyut jantung pekerja yang mencapai 135 dan 140 denyut jantung per menit setelah melakukan pekerjaan maka pekerjaan ini tergolong berat. Hal ini disebabkan karena mengangkat beban secara berulang dan memerlukan tenaga yang lebih banyak dibandingkan dengan dengan pekerjaan mengangkat yang jarang, karena kelelahan pada otot akan lebih cepat terjadi jika frekuensi mengangkat semakin sering, begitupun sebaliknya. Kelelahan pada otot local seperti pada otot tangan contoh mengankat beras dari lantai ke tempat tujuan dengan jarak yang cukup jauh juga akan menyebabkan resiko tambahan. Berdasarkan kapasitas aerobic manusia per kilo kalori per menit dilihat bahwa durasi dalam melakukan pekerjaan menggangkat secara berulang akan menambah resiko timbulnya keluhan akibat pekerjaan. Oleh karena itu, dalam kegiatan mengangkat perlu diatur frekuensi (F), dan durasi bagi para pekerja agar kelelahan otot terhindari dan kebutuhan oksigen dapat tercukupi. Jarak beban dengan lantai(V) dan selisih jarak pengangkatan (D) juga dioptimalakan untuk meningkatkan produktifitas pekerja dan menghindari terjadinya keluhan.
64 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
65
7.2 Biomekanik Berhubungan dengan intervertebral disk antara tulang lumbar dengan tulang sacrum L5/S1 yaitu bagian di tulang belakang manusia yang dampaknya paling terasa apabila kegiatan mengangkat dilakukan dengan berulang. Saat pekerjaan mengangkat dilakukan pada bagian punggung akan mengalami tekanan akibat gaya yang besar, terutama saat beban yang diangkat menjauhi tubuh, ditambah lagi jika dilakukan dengan cara memutar atau terbentuk sudut antara pekerja dengan posisi beban (assymetric angle) adalah 45 derajat dan 90 derajat. Oleh karena itu, berat beban(L) yang diangkat memiliki berat 50 kg, jarak beban dengan tubuh(H) secara horizontal yang melebihi 25 cm yang membuat otot harus bekerja cukup berat dalam menjangkau, dan sudut pengangkatan(A) yang terbentuk saat mengangkat merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk dikendalikan.
7.3 Psikofisik Berdasarkan kekuatan dan kapasitas kerja dalam melakukan kegiatan mengangkat secara manual pada frekuensi dan durasi tertentu. Maka, konstantan berat yang diberlakukan adalah 23 kg. Berat ini menjadi standart berdasarkan penelitian yang berhubungan dengan insiden dan keluhan akibat kerja. Berat tersebut untuk memastikan bahwa tuntutan pekerjaan mengangkat secara manual tidak melebihi kapasitas angkat yang dapat diterima oleh sekitar 99% pekerja pria dan 75% pekerja wanita(NIOSH). Berdasarkan ketiga komponen tersebut diatas terformulasikanlah Lifting Index atau indeks resiko pengangkatan yang menyediakan konsep sederhana untuk membandingkan kebutuhan mengangkat sehubungan dengan kegiatan mengangkat beban yang bervariasi, sehingga menghasilkan batasan beban yang direkomendasikan (RWL) yang bervariasi juga. Secara teori, ukuran indeks resiko pengangkatan gabungan (CLI)>3 biasa digunakan sebagai estimasi bahwa suatu beban kerja dapat menimbulkan LBP akibat pekerjaan dengan nilai.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
66
7.4 Tinjauan Faktor Pekerjaan Pada Kegiatan Mengangkat Beras Ilustrasi pekerjaan dapat dilihat pada bab 6, variabel paling berpengaruh sehingga menimbulkan indeks resiko pengangkatan gabungan (CLI) tinggi adalah nilai massa beban dan Asymetric angle, sedangkan coupling yang sulit dipegang dan tidak mempunyai handle khusus maka nilai untuk coupling adalah fair. Intervensi yang dilakukan akan meninjauan secara detail variabel-variabel yang diukur dalam perhitungan Niosh Lifting Equation
7.4.1 Tinjauan Berat Beban Rata-rata berat beban beras yang diangkat para pekerja adalah sebesar 50 kg setiap kali pengangkatan dengan berat maksimal juga sebesar 50 kg karena paket beras yang dikemas dalam setiap karungnya adalah 50 kg. berat beban 50 kg tentu saja sudah melebihi konstanta NIOSH yaitu sebesar 23 kg. sehingga berat beban yang melebihi dua kali lipat standart Niosh ini menjadi salah satu faktor tingginya indeks ressiko pengangkatan. Berat beban sebesar 50 kg setiap kemasan beras tidak dapat didisain ulang karena telah menjadi suatu aturan yang tidak baku bagi semua agen beras yaitu setiap karung beras harus berisi 50 kg beras, selain itu jika beban dikurangi maka agen beras harus menambah biaya produksi untuk membeli karung 2 kali lipat jika berat beban harus mengikuti standart NIOSH sebesar 23 kg. Upaya perbaikan atau modifikasi ergonomic Memodifikasi beban yang diterima oleh pekerja akan menjadi salah satu faktor kunci untuk membuat indeks resiko pengangkatan pada pengangkatan beras di kios maupun penurunan beras dari pick up kurang dari satu. Oleh sebab itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban pekerja dalam masalah berat ini adalah dengan melakukan team handling yaitu dengan mengangkat beban berdua sehingga beban yang diangkat dapat berkurang karena berat beban akan terbagi. LI=
>
LI=
Dengan melakukan modifikasi ergonomic tersebut maka nilai STLI(indeks pengangkatan masing-masing dan indeks pengangkatan gabungan dapat turun.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
67
Data variable dan hasil perhitungan yang baru dapat dilihat pada halaman lampiran.
7.4.2
Tinjauan Jarak Beban Dengan Tubuh (Horizontal multiplier)
Pada pekerjaan menurunkan beras dari pick up nilai Horizontal multiplier yang terkait dengan jarak beban dengan tubuh pekerja nilai H> 25 cm menyebabkan nilai perhitungan Hm makin kecil dari 1.00 sehingga mempengaruhi nilai risiko indeks masing-masing pengangkatan (STLI) menjadi >1 dan indeks resiko pengangkatan gabungan (CLI) > 3, angka tersebut menandakan pekerja berisiko terkena penyakit otot atau tulang akibat pekerjaan tersebut. Upaya perbaikan/Modifikasi Ergonomi Pengendalian pada jarak tubuh dengan beban sangat mungkin dilakukan yaitu dengan mendekatkan tubuh dengan beban, pengendalian ini juga tidak akan menganggu produktivitas pekerja dan tidak berhubungan dengan faktor lain. Dengan menjadikan jarak beban dengan tubuh(h) < 25 cm maka nilai perhitungan NIOSH menjadi (Hm) = 1.00, akan tetapi masih dibutuhkan intervensi pada faktor lain supaya indeks resiko pengangktan menjadi kurang dari 1
7.4.3 Tinjauan Jarak Beban dengan Lantai (Vertical multiplier) Dalam melakukan pengangkatan beban, nilai jarak beban yang akan dipindahkan dengan lantai (vertical location) pada saat awal pengangkatan (origin) dan saat
akhir pengangkatan (detination) sangatlah signifikan
pengaruhnya. Jarak beban dengan lantai (vertical location) saat awal pengangkatan (Vorigin) yang sangat jauh dari jangkauan pekerja atau sangat dekat dengan lantai akan menyebabkan posisi yang tidak bagus atau membungkuk jadi karung beras paling bawah memiliki nilai yang tinggi resiko terkena low back pain disbanding dengan karung beras
yang paling atas pada saat awal
pengangkatan atau original. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan mengangkat benda dengan posisi duduk tidak dalam posisi berdiri pada awal pengangkatan. Pada titik akhir(Vdestination) jarak beban dengan lantai yang paling jauh pada akhir pengangkatan (vertical location destination )yang paling tinggi akan mengandung resiko yang lebih besar.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
68
Upaya Perbaikan/Modifikasi Ergonomi Jarak beban dengan lantai yang optimal adalah sebesar 75 cm untuk menghasilkan Vertical Multiplier = 1, Terapi di Pasar Induk Beras Cipinang sendiri tidak banyak yang bisa dilakukan dengan nilai vertical multiplier yang dibawah satu karena terkait stok beras yang besar dan luas kios yang sempit sehingga.
7.4.4 Tinjauan
Sudut Pengangkatan Antara Pekerja Dengan Posisi
Beban(Asimetric Multiplier) Sudut pengangkatan adalah sudut yang terbentuk antara posisi pekerja dengan posisi beban pada saat dilakukan pengangkatan. Pada pekerjaan menurunkan beras dari pick up dan mengangkat beras di kios besar sudut yang terbentuk adalah sebesar 90 dan 45 derajat bahkan bisa lebih besar jika posisi tujuan akhir pemindahan sangat jauh, ini terjadi karena pekerja tidak menempatkan tubuh didepan tujuan akhir pengangkatan dan harus melakukan twisting saat melakukan pemindahan beban. Upaya Pengendalian/Modifikasi Ergonomi Jadi pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya sudut pengangkatan adalah pekerja harus melakukan pemindahan benda secara benar yaitu tidak hanya menggerakan tulang belakang tetapi seluruh tubuh dalam pengangkatan. Sehingga, diharapkan pekerja sebisa mungkin melakukan manual lifting dengan
7.4.5
Tinjauan Selisih Jarak Pengangkatan Titik Akhir Dengan Titik Awal (Distance Multiplier) Jarak pemindahan beban dari titik awal-titik akhir (Distance location) pada
penurunan beras cukup tinggi sehingga menghasilkan DM dibawah satu dan mempengaruhi indeks resiko pengangkatan yang didapat dari data cukup tinggi. ini berhubungan dengan tinggi mobil yang membawa beras sehingga pengendalian terhadap variabel ini sulit dilakukan. Pada pekerjaan kedua juga terjadi hal yang sama, pengendalian juga tidak dapat dilakukan karena terkait dengan stok beras yang sangat banyak sehingga penyusunan beras harus ditumbuk
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
69
sangat tinggi yang menghasilkan distance multiplier yang kecil dan berpengaruh pada CLI . tidak banyak pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengurangi nilai jarak ini karena terkait dengan faktor lain seperti luas kios satu-satunya cara adalah dengan menggunakan alat bantu angkat sehingga pekerjaan tidak dilakukan dengan manual lifting.
7.4.6
Tinjauan Frekuensi dan durasi Frekuensi pekerjaan yang tinggi dan durasi yang cukup panjang dengan
hasil pengukuran bahwa pekerja dapat melakukan penurunan beban pada pengangkatn 1, 2, dan 3 berturut turut 2 lift/min, 1lift/ min, dan 1 lift/min. Pada Pekerjaan mengangkat beras di kios frekuensi pada pengangkatan beras 1, 2 dan 3 berturut-turut 1lift/min untuk ketiga pengangkatan Frekuensi ini akan berpengaruh karena durasi pekerjaan yang panjang. Upaya Perbaikan/Modifikasi Ergonomi Oleh sebab itu, dapat dilakukan pengendalian dengan mengurangi jumlah pengangkatan dalam satu menit maksinal 1 kali untuk menghindari keluhan otot dan tulang akibat pekerjaan mengangkat.namun kenyataanya hal ini sulit dilakuakan karena tuntutan dari pelanggan dan jumlah stok beras yang masuk dan keluar
7.4.7 Tinjauan Indeks Resiko Pengangkatan Masing-masing Tanpa Melihat Frekuensi Pengangkatan (FIRWL dan FILI) Dari dua pekerjaan yang diambil datanya dalam proses penelitian ini yaitu pekerjaan menurunkan beras dari mobil dan mengangkat beras di tempat penyimpanan beras pada kios-kios di Pasar Induk Beras Cipinang. Nilai berat beban angkat yang direkomendasikan NIOSH (FIRWL) pada pekerjaan mengangkat beras di kios dan menurunkan beras dari pick up adalah 9-16 kg hasil ini didapat dari hasil perkalian tanpa mengikutsetakan variabel frekuensi. Nilai FIRWL akan merefleksikan gaya tekan (compressive force) dan kekuatan otot (muscle strength) yang besar yang digunakan oleh para pekerja dalam pekerjaannya. Sedangkan, indeks resiko masing-masing pengangkatan (FILI) didapatkan dengan membagi beban maksimal (Lmaks) dengan FIRWL. Tujuan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
70
dari digunakannya beban maksimal adalah untuk menggambarkan beban biomekanik maksimal yang akan dialami oleh pekerja. Karena hasil FILI pada masing-masing pekerjaan melebihi nilai 1, itu menandakan bahwa pekerjaan mengangkat yang dilakukan pada masing-masing pengangkatan membutuhkan gaya tekan dengan gaya otot yang tinggi, sehingga membahayakan tulang belakang khususnya L5/S1. Oleh karena itu, modifikasi ergonomi diperlukan untuk mengurangi kekuatan otot yang berlebihan(strength demand) saat mengangkat.
7.4.8 Tinjauan Indeks Resiko Masing-masing Pengangkatan Dengan Melihat Frekuensi Pengangkatan (STRWL dan STLI) STRWL merupakan berat beban yang direkomendasikan oleh niosh pada masing-masing pekerjaan dengan melihat frekuensi pekerjaan tersebut, STRWL didapat dari hasil perkalian semua variabel yang diukur dalam Niosh Lifting Equation termasuk frekuensi. Karena mengikutsertakan faktor frekuensi dan durasi didalam persamaannya, maka nilai STRWL tidak hanya merefleksikan gaya tekan yang diterima pekerja dalam mengangkat suatu beban( compressive force) , dan kekuatan otot (muscle strength) saja, tetapi juga kebutuhan metabolic saat mengangkat berat beban yang direkomendasikan pada dua pekerjaan ini adalah berkisar dari 7,5-12 kg yang berarti pekerjaan ini membutuhkan kapasitas kerja yang berat karena dalam keadaan ideal berat beban maksimal yang direkomendasikan
adalah
23
kg.
Maka,
STRWL
bisa
dipakai
untuk
mengidentifikasi kebutuhan tenaga yang berlebihan (excessive physical demand). STLI yang didapat dengan cara membagi beban rata-rata (L average) dengan STRWL menghasilkan nilai lebih dari satu yang menggambarkan bahwa kebutuhan metabolic pekerja selama melakukan pekerjaan mengangkat cukup besar , sehingga pekerjaan mengangkat
yang dilakukan oleh pekerja
membutuhkan tenaga yang cukup besar dan dapat menyebabkan para pekerja cepat lelah. Semua nilai indeks resiko pengangkatan melebihi ketetapan NIOSH yaitu STLI> 1 maka perlu dilakukan intervensi atau pengengalian. Oleh sebab itu,
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
71
modifikasi ergonomi dibutuhkan untuk mengurangi resiko ergonomi yang dapat dialami pekerja.
7.4.9 Tinjauan Indeks Pengangkatan Gabungan (CLI) Perhitungan Indeks Resiko Pengangkatan Gabungan (CLI) Pada Pekerjaan menurunkan Beras Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI) pada pekerjaan menurunkan beras dari mobil adalah 11.14 maka pekerjaan ini tergolong memiliki resiko yang tinggi untuk terjadinya low back pain karena CLI yang tidak memiliki resiko terjadinya lowback pain adalah dibawah 3 maka dibutuhkan segera pengendalian yang paling tepat dan paling mungkin untuk dilakukan adalah
pekerjaan
mengangkat 50 kg beras harus dilakukan oleh dua orang karena yang paling berpengaruh dari semua variabel Niosh ysng diukur dari penelitian ini adalah berat beban yang mencapai 50 kg yang berarti melebihi 2 kali lipat standart beban yang ditetapkan oleh Niosh yaitu 23 kg. Pengendalian kedua yaitu mengurangi jarak tubuh dengan beban saat dilakukan pengangkatan(H) dan pengendalian ketiga adalah dengan tidak melakukan twisting saat melakukan pengangkatan tetapi melakuan pemindahan posisi tubuh secara keseluruhan saat melakukan pemindahan beban dari titik awal ke titik akhir sehingga sudut pengangkatan menjadi nol(A)
Perhitungan indeks Resiko Pengangkatan Gabungan(CLI) Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios Berdasarkan data-data yang didapat masing-masing pengangkatan, maka dihasilkan indeks pengangkatan gabungan(CLI) sebesar 5.76 untuk multitasking analisis pada pekerjaan mengangkat beras di Pasar Induk Beras Cipinang. Indeks pengangkatan gabungan(CLI) yang melebihi angka 3, menunjukan bahwa pekerjaan mengangkat beras yang dilakukan oleh tukang kuli panggul ini memiliki resiko yang cukup tinggi untuk mengalami low back pain, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian untuk menghindari terjadinya penyakit terkait kerja. pengendalian yang paling tepat dan paling mungkin untuk dilakukan adalah pekerjaan mengangkat 50 kg beras harus dilakukan oleh dua orang karena yang
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
72
paling berpengaruh dari semua variabel Niosh yang diukur dari penelitian ini adalah berat beban yang mencapai 50 kg mellebihi 2 kali lipat standart beban yang ditetapkan oleh Niosh yaitu 23 kg. hal lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat resiko adalah dengan mengurangi jarak tubuh dengan beban saat dilakukan pengangkatan(H) dan tidak melakukan twisting saat melakukan pengangkatan tetapi melakuan pemindahan posisi tubuh secara keseluruhan saat melakukan pemindahan beban dari titik awal ke titik akhir sehingga sudut pengangkatan(A) menjadi nol.
7.5 Indeks Resiko Pengangkatan setelah Perbaikan Setelah melakukan Beberapa pengendalian yang mungkin bisa dilakukan terkait teknik melakukan pengangkatan yang dapat menurunkan indeks resiko ergonomi yang didapat dari penelitian dengan menggunakan metode NIOSH Lifting Equation adalah: 1. Hindari pengangkatan beban dengan membentuk sudut antara tulang belakang dengan titik pengangkatan (assymmetric angle). Hal ini dapat memberikan tekanan yang tidak merata pada disk dan otot punggung dan AM pada perhitungan NIOSH Lifting Equation menjadi 1 2. Mendekatkan posisi pekerja dengan beban saat melakukan pengangkatan sehingga jarak menjadi kurang dari 25 cm.sehingga HM = 1 3. Melakukan pengangkatan beban dengan berat 50 kg dengan team coupling atau dengan dua orang sehingga berat beban dapat dibagi dua.
7.5.1 Hasil perhitungan NIOSH setelah pengendalian pada pekerjaan mengangkat beras di kios: Setelah melakukan pengendalian diatas indeks resiko
gabungan pada
pekerjaan menurunkan beras dari 11.14 turun menjadi 3.03 angka. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
73
Tabel 7.1 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras setelah intervensi ergonomi Pekerjaan Mengangkat Beras Variabel
1
2
3
HM
1.00
1.00
1.00
VM
0.78
0.85
0.87
DM
0.86
0.86
0.86
AM
1.00
1.00
1.00
CM
0.90
0.90
0.90
FIRWL
14, 95
15.13
15.48
FM
0.75
0.75
0.75
STRWL
11.21
11.34
11.61
FILI
1.67
1.65
1.61
STLI
2.23
2.20
2.15
2
3
New Task Number 1 Keterangan Tabel :
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation HM=25/H( Horigin) VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation VM =(1-0,003(V-75)) AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation AM = ( 1 - (0.0032 A)) DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation DM = (0.82 + (4.5 / D ) CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan. FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg. STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
74
FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko
satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan. FILI = (Lmaks/2)/ FIRWL STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi. STLI= (L avg/2)/ STRWL New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang paling besar
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 2.23+ 0.34+0.46= 3.03 Pada pekerjaan menurunkan beras setelah dilakukan intervensi ergonomi yang mungkin dilakukan terkait faktor pekerjaan indeks resiko gabungannya masih melebihi dari angka ideal yaitu kurang dari angka 3 untuk tiga kali pengangkatan pada masing-masing pekerjaan , oleh sebab itu pengendalian lain yang bisa diakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas kerja para pekerja
7.5.2 Hasil perhitungan NIOSH setelah pengendalian pada pekerjaan mengangkat beras di kios: Setelah dilakukan intervensi ergonomic seperti yang dijelaskan diatas indeks resiko pengangkatan beras di kios dari 5,75 menjadi 2.51. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.2 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Pengangkatan Beras di kios setelah intervensi ergonomi
Pekerjaan Mengangkat Beras Variabel
1
2
3
HM
1.00
1.00
1.00
VM
0.99
1.00
0.99
DM
0.91
0.89
0.88
AM
1.00
1.00
1.00
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
75
CM
0.90
0.90
0.90
FIRWL
18.64
18.42
18.03
FM
0.75
0.75
0.75
STRWL
13.98
13.51
13.52
FILI
1.34
1.36
1.39
STLI
1.78
1.81
1.85
3
1
New task number 2
Keterangan Tabel : HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation HM=25/H( Horigin) VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation VM =(1-0,003(V-75)) AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation AM = ( 1 - (0.0032 A)) DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation DM = (0.82 + (4.5 / D ) CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan. FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg. STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM , FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko
satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan. FILI = (Lmaks/2)/ FIRWL STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi. STLI= (L avg/2)/ STRWL New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang paling besar
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
76
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 1.85+0.28+0.38=2.51 CLI < 3 berarti pengendalian ini cukup untuk menghindari risiko terjadinya keluhan akibat pekerjaan.
7.6 Peningkatan kapasitas kerja Pelatihan Kapasitas kerja dapat ditingkatkan dengan pelatihan fisik (untuk meningkatkan VO2 seorang pekerja) dan pelatihan kerja dalam dengan metode kerja yang lebih efisien (untuk mendapatkan output lebih per liter oksigen yang dikonsumsi oleh pekerja atau untuk memungkinkan pekerja untuk aman mengerahkan lebih besar pasokan dengan menggunakan teknik yang lebih baik). Dalam pekerjaan inidari hasil perhitungan energy ekspenditure maka pekerja membutuhkan VO2 maks 1,5 – 2 L/min. oleh sebab itu pelatihan ketahanan fisik dapat dilakukan untuk meningkatkan VO2 maks seperti jogging dengan teratur dapat meningkatkan VO2 maks sampai dengan 3-4 L/min, sehingga pekerja memiliki kapasitas kerja yang cukup dan terhindar dari kelelahan. Pelatihan khusus dapat dikembangkan untuk memperkuat bagian-bagian tertentu dari sistem muskuloskeletal dengan tujuan meningkatkan kinerja atau mencegah cedera. Latihan kekuatan otot yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan pekerjaan mengangkat adalah push up atau pull up
selama periode
beberapa bulan, serat otot meningkat karena ukuran peningkatan jumlah myofibrils, dan peningkatan dalam kekuatan diamati.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian atau skripsi dengan judul penilaian tingkat resiko ergonomic pada pekerjaan pengangkatan beras di pasar induk beras Cipinang menggunakan Niosh Lifting Equation pada tahun 2011 ini adalah: 1. Berat beban yang diangkat oleh para pekerja melebihi dari rekomendasi niosh dimana berat beban yang diangkat rata-rata lebih dari 23 kg dan itu dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot atau tulang pada pekerja pada jangka waktu yang panjang. 2. Para pekerja melakukan pengangkatan beban dengan jarak yang cukup jauh sehingga risiko menjadi semakin besar. 3. Hasil perhitungan faktor-faktor risiko ergonomi pada niosh lifting equation yaitu horizontal multiplier, vertical multiplier, distance multipilier, asymmetric multiplier, frequency multiplier, dan coupling multiplier pada pekerjaan mengangkat beras di Pasar Induk Cipinang mempunyai nilai <1 yang berarti risiko ergonomi dapat membahayakan pekerja dari segi kelelahan fisik. 4. Indeks resiko masing-masing pekerjaan(Single Task Lifting Index (STLI) dari kegiatan mengangkat beras lebih dari satu . dengan demikian dapat dipastikan bahwa kegiatan mengankat beras tersebut membutuhkan kekuatan otot (strength demands) dan kebutuhan kekuatan fisik (physical demand) yang sangat besar yaitu VO2 maks sebesar 2L/min. 5. Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI) melebihi 3 ini berarti pekerja sangant berisiko terkena penyakit otot atau tulang akibat kerja.
8.2 Saran Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan, tingkat resiko ergonomi pada pekerja di pasar induk beras cipinang dengan menggunakan metode Niosh Lifting Equation. Berada pada tingkat resiko yang tinggi, sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk perbaikan untuk menghindarkan terjadinya gangguan kesehatan akibat kerja pada para pekerja. Oleh sebab itu, penulis mem-
77 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
78
-berikan beberapa rekomendasi dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan berlandaskan dari Niosh Lifting Equation sendiri: 1. Melakukan pekerjaan pengangkatan lebih dari satu orang supaya berat beban dapat dibagi 2. Meningkatkan jarak benda pada awal pengangkatan sehingga jarak tujuan akhir benda menjadi berkurang 3. Memberikan pekerja jeda dalam tempo waktu tertentu sehingga fm dan durasi dapat tereduksi 4. Meminimalkan kegiatan mengangkat dengan beban yang cukup berat secara manual, yaitu dengan menyediakan alat bantu angkat 5. Setelah dilakukan beberapa intervensi diatas indeks resiko gabungan atau CLI dari penurunan beras dari pick up menjadi 3.03 dan indeks risiko gabungan pengangkatan beras di kios menjadi 2.51. 6. Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan latihan ketahanan fisik dan latihan kekuatan otot untuk meningkatkan VO2 maks para pekerja sehingga dapat terhindar dari kelelahan.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011). Low Back Pain. http://www.montana.edu/wwwebm/LowBackPain.htm. Diakses tanggal 20 Mei 2011. Bridger, R. S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill Book Co. Chris,Vanhoven.2010.
Strategies
for
Preventing
Manual
Handling
Injury.
http://www.cdc.gov/niosh/ergonomics. Diakses tanggal 24 Mei 2011. Gilkey, David. 2010. Reducing Back Injuries: The NIOSH Lifting Equation – Past, Present and Future. http://www.cdc.gov/niosh/ergonomics. Diakses tanggal 19 Mei 2011. Johanning, Eckardt. 2000. Evaluation and Management of Occupational Low Back Pain Disorders. American Journal of Industrial Medicine 37: 94-111. http://www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detail_backpain.html. Diakses tanggal 28 April 2011. Manual Handling Operations Regulations.1992. Health and Safety Executive. http://www.hse.gov.uk/contact/faqs/manualhandling.htm Diakses tanggal 9 Juni 2011. Manual Task Code of Practice. 2010. Departement of justice and attorney-General Qeensland. http://www.worksafe.qld.gov.au. Diakses tanggal 10 Juni 2011. McAtamney, Lynn & Hignet, S. 2000. Rapid Entire Body Assesment. CRC Press. Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Prima Printing. Oborne, David J. 1995. Ergonomics at Work: Human Factors in Design and Development. New York: John Wiley & Sons.
79 Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Universitas Indonesia
80
Pheasants, Stepen. 1986. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and Design. London and Philadelpia: Taylor& Francis P.K, Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Pekerja. CV. Haji Masagung: Jakarta Waters Thomas R.,PutzAnderson Vern, Gargn Arun. 1994. Apllications Manual For the Revised Niosh Lifting Equation. Ohio: US Departement of Health and Human Service, CDC NIOSH Division of Biomedical and Behavioral Science.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 1 Istilah di Dalam Niosh Lifting Equation
A Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik awal dilakukan pengangkatan.
Adestination adalahsudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik akhir pengangkatan.
Asymmetric Angle (AM) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi antara posisi pekerja dengan titik pengangkatan.
C Coupling Multiplier (CM) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh.
Composite Lifting Index(CLI) adalah Indeks resiko pengangkatan gabungan
D Distance(D) adalah selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan titik akhir pengangkatan.
Distance Multiplier(DM) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation terhadap selisih jarak vertical
F Frequency Independent Lifting Index(FILI) adalah indeks resiko satu kali
pengangkatan
dengan
memperhitungkan
tanpa
frekuensi
pengangkatan
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 1(Lanjutan) Frequency Independent Recommended Weight Limit (FIRWL) adalah berat
beban
pada
pengangkatan
ini
yang
dianjurkan
tanpa
memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan.
H Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja/di titik awal pengangkatan.
Hdestination adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik akhir pengangkatan.
Horizontal
Multiplier(HM)
adalah
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan tubuh.
S Single Task Recommended Weight Limit (STRWL) adalah berat beban yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
Single Task Lifting Index(STLI) adalah indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi.
V Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik/|awal pengangkatan
Vdestination adalah
jarak beban dengan lantai di
titik akhir
pengangkatan
Vertical Multiplier(VM)
adalah
hasil
perhitungan
menggunakan
rumusan Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan lantai.
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 2 Rumus-rumus di Dalam Niosh Lifting Equation
1. Horizontal multiplier(HM) HM= 25/H( Horigin dan Hdestination)
2. Vertical Multiplier(VM) VM =1-0,003(V-75)
3. Distance(D) D= Vdestination-Vorigin
4. Distance Multiplier DM = 0.82 + (4.5 / D )
5. Asymetric Multiplier AM = 1 - (0.0032 A)
6. Freqency Independent Recommende Weight Limit(FIRWL) FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM 7. Single Task Recommended Weight Limit(STRWL)
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
8. Frequency Independent Lifting Index(FILI)
FILI = Lmaks/ FIRWL
9. Single task Lifting Index(STLI) STLI= L avg/ STRWL
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 2(Lanjutan)
10. Composite Lifting Index(CLI)
CLI= STLI1 +
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 3 Checklist Niosh Lifting Equation
a.
multi-tasking job analysis job worksheet job description: penurunan beras dari mobil
Date: 16 mei 2011
object weight task no.
(kg) Lavg
L max
1
50
50
2
50
3
50
step 1. measure and record task variabel data hands location asymetric angle (Centimeter) (degree) vertical destination (Centimeter) origin destination origin Destination H
V
D
A
frekuensi ratio lift/min
durattion (hours)
couplinng (c)
V
H
A
30
130
10
0
130
0
90
2
2 jam
poor
50
35
125
10
10
115
0
90
1
2 jam
Poor
50
40
120
15
15
105
0
90
1
2 jam
Poor
FILI
SLI
new task no
FM
Lmax/FIWRL
Lavg/STRWL
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili origin karena nilai yang lebih besar task no.
LC
HM
VM
DM
AM
CM
FIRWL
STRWL
1.
23kg
0.83
0.84
0.86
1
0.90
11.52
7.5
4.34
6.66
2
0.65
2.
23 kg
0.71
0.85
0.86
1
0.90
10.74
8.05
4.65
6.2
3
0.75
3.
23 kg
0.63
0.87
0.86
1
0.90
9.87
7.40
5.06
6.75
1
0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 6.75+ 2.46 + 1.93= 11.14
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 4 Checklist Niosh Lifting Equation
multi-tasking job analysis job worksheet job description: pengangkatan beras di kios
Date: 16 mei 2011
object weight task no.
(kg)
step 1. measure and record task variabel data hands location asymetric angle (Centimeter) (degree) vertical destination (Centimeter) origin destination origin destination H
V
H
V
D
A
frekuensi ratio lift/min
durattion (hours)
couplinng (c)
Lavg
L max
A
1
50
50
20
70
10
20
50
0
45
1
3 jam
poor
2
50
50
25
75
10
15
60
0
45
1
3 jam
Poor
3
50
50
25
80
10
0
80\
0
45
1
3 jam
Poor
FILI
SLI
new task no
FM
Lmax/FIWRL
Lavg/STRWL
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili destination karena nilai yang lebih besar task no.
LC
HM
VM
DM
AM
CM
FIRWL
STRWL
1.
23kg
1.00
0.93
0.91
0.86
0.90
15.03
12.02
3.11
4.15
2
0.75
2.
23 kg
1.00
1.00
0.89
0.86
0.90
16.39
12.29
3.05
4.06
3
0.75
3.
23 kg
1.00
0.99
0.88
0.86
0.90
15.50
11.63
3.22
4.29
1
0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 4.49+0.62+0.85=5.76
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 5. Tabel Pertanyaan Wawancara Usia Tinggi badan Berat Badab Denyut Jantung
: : : :
No
Pertanyaan
1.
Sudah berapa lama bapak, bekerja sebagai kuli panggul beras di Pasar Induk Beras Cipinang?
2.
Berapa lama bapak melakukan pekerjaan dalam sehari
3.
Apakah bapak sering merasakan gangguan pada otot atau tulang bapak sehabis bekerja?
10
Menurut bapak, apakah rasa sakit atau keluhan yang bapak rasakan disebabkan oleh pekerjaan?
11
Apakah bapak memiliki pekerjaan lain selain menjadi kuli panggul di Pasar induk beras Cipinang?
12
Apakah bapak biasa meminum obat-obatan atau minuman penambah energy pada saat bekerja?
13
Apakah bapak merokok atau suka minum minauman beralkohol?
14
Apakah kondisi lingkungan seperti suhu, tata letak barang dan pencahayaan memudahkan bapak dalam melakukan kegiatan?
Jawaban
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 6 Checklist Niosh Lifting Equation
a.
multi-tasking job analysis job worksheet job description: penurunan beras dari mobil(hasil intervensi)
Date: 16 mei 2011
object weight task no.
(kg) Lavg
L max
1
50
50
2
50
3
50
step 1. measure and record task variabel data hands location asymetric angle (Centimeter) (degree) vertical destination (Centimeter) origin destination origin Destination H
V
D
A
frekuensi ratio lift/min
durattion (hours)
couplinng (c)
V
H
A
30
130
10
0
130
0
90
2
2 jam
poor
50
35
125
10
10
115
0
90
1
2 jam
Poor
50
40
120
15
15
105
0
90
1
2 jam
Poor
FILI
SLI
new task no
FM
Lmax/FIWRL
Lavg/STRWL
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili origin karena nilai yang lebih besar task no.
LC
HM
VM
DM
AM
CM
FIRWL
STRWL
1.
23kg
1.00
0.84
0.86
1
0.90
14.95
11.21
1.67
2.23
1
0.75
2.
23 kg
1.00
0.85
0.86
1
0.90
15.13
11.34
1.65
2.20
2
0.75
3.
23 kg
1.00
0.87
0.86
1
0.90
15.48
11.61
1.61
2.15
3
0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 2.23+ 0.34+0.46= 3.03
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Lampiran 7 Checklist Niosh Lifting Equation
multi-tasking job analysis job worksheet job description: pengangkatan beras di kios(hasil intervensi)
Date: 16 mei 2011
object weight task no.
(kg)
step 1. measure and record task variabel data hands location asymetric angle (Centimeter) (degree) vertical destination (Centimeter) origin destination origin destination H
V
H
V
D
A
frekuensi ratio lift/min
durattion (hours)
couplinng (c)
Lavg
L max
A
1
50
50
20
70
10
20
50
0
45
1
3 jam
poor
2
50
50
25
75
10
15
60
0
45
1
3 jam
Poor
3
50
50
25
80
10
0
80\
0
45
1
3 jam
Poor
FILI
SLI
new task no
FM
Lmax/FIWRL
Lavg/STRWL
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili destination karena nilai yang lebih besar task no.
LC
HM
VM
DM
AM
CM
FIRWL
STRWL
1.
23kg
1.00
0.99
0.91
1.00
0.90
18.64
13.98
1.34
1.78
2
0.75
2.
23 kg
1.00
1.00
0.89
1.00
0.90
18.42
13.81
1.36
1.81
3
0.75
3.
23 kg
1.00
0.99
0.88
1.00
0.90
18.03
13.52
1.39
1.85
1
0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2) CLI= 1.85+0.28+0.38=2.51
Universitas Indonesia Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011