PENAKSIRAN RESIKO ERGONOMI DENGAN PENDEKATAN FUZZY LOGIC PADA INDUSTRI KAPAL (STUDI KASUS : PT PAL INDONESIA) Sisna Dadari, Arief Rahman
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected] ABSTRAK Penelitian yang telah dilakukan adalah, melakukan identifikasi masalah yang menjadi penyebab utama dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja, kemudian melakukan assesment sesuai dengan faktor – faktor yang mempengaruhinya, kemudian telah dibuat sebuah perangkat lunak agar dapat mengetahui peta bahaya pada suatu industri kapal, baik digunakan untuk ruang terbuka dan tertutup. Metode yang digunakan dalam pembuatan perangkat lunak ini adalah AS-rate, AF-rate, FA-rate, ADI-rate, Safe T score, RULA, REBA, job strain index, niosh lifting equation, intensitas cahaya, kebisingan, suhu, dan logika fuzzy. Dalam penelitian ini sebagai variabel linguistiknya adalah AS-rate, AF-rate, FA-rate, ADI-rate, Safe T score, RULA, REBA, job strain index, niosh lifting equation, intensitas cahaya, kebisingan, suhu yang kelak dapat digunakan untuk penilaian pada industri kapal. Fungsi keanggotaan yang digunakan dalam variabel linguistik adalah rendah, sedang, tinggi.Aturan fuzzy yang digunakan ada 243 aturan untuk keselamatan, 81 aturan untuk ergonomi, 27 aturan untuk lingkungan. Sistem inferensi fuzzy yang diterapkan adalah metode K.C. Chan. Hasil perhitungan fuzzy digunakan untuk pemetaan yang dibedakan menjadi merah, kuning, hijau. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, digunakan perangkat lunak Visual Basic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menentukan penilaian keselamatan kerja pada industri kapal dapat menggunakan perangkat lunak ini. Dalam penelitian ini, belum ditinjau tentang kesehatan kerja, perangkat lunak yang tela dibangun hanya dapat digunakan untuk 1 area kerja (belum sampai pemetaan keseluruhan area kerja perusahaan). Kata kunci : Keselamatan kerja, Ergonomi, Lingkungan kerja, Fuzzy logic
ABSTRACT Research done is identifying main problem caused in work safety and health, followed by assessment according to the related factors to create a software to help mapping the dangerous aspects in Ships Industries, both in the open and closed area. AS-rate, AF-rate, FA-rate, ADI-rate, Safe T score, RULA, REBA, job strain index, niosh lifting equation, light intensity, noise, temperature, and fuzzy logics are being used to create the software.This research used . AS-rate, AF-rate, FA-rate, ADI-rate, Safe T score, RULA, REBA, job strain index, niosh lifting equation, light intensity, noise,and temperature as the independent variable. The catagories used for independent variable are low, medium and high. There are 243 fuzzy rules appliedfor safety, 81 for ergonomy, and 27 for environment. Fuzzy inferention system used is K. C. Chan’s method. The fuzzy calculation result will then be used to differentiate between red, yellow and green mapping. To solve that, Visual basic is being used. This research shown that to determine work safety issue in Ship industries, this sofware can be use. This research is limited to one work area only. Keywords: Work safety, Ergonomy, Work Environment, Fuzzy Logic
1. PENDAHULUAN
PT.PAL Indonesia, merupakan salah satu industri perkapalan yang memiliki potensi, serta sangat menunjang pembangunan alat transportasi laut dan perkembangan ekonomi wilayah di Indonesia, yang sebagian besar dihubungkan oleh laut. Produk yang dihasilkan pada industri perkapalan bersifat tunggal dan merupakan sebuah pekerjaan proyek dengan nilai ekonomis yang tinggi. Secara garis besar proses produksi pembuatan kapal melewati berbagai kegiatan yaitu proses mendesain (design), penandaan plat (fabrikasi), perakitan bagian blok kecil (Sub Assembly), perakitan blok besar (Assembly), penggabungan blok besar menjadi sebuah kapal (erection), pemasangan mesin-mesin kapal serta kelistrikan (out Fitting), pembersihan permukaan dari karat-karat dan pengecetan (Final Paintin). Dari hasil identifikasi awal dan data historis dapat diketahui bahwa proses Assembly yang ada pada PT. PAL memiliki resiko bahaya akibat banyak posisi kerja yang membahayakan serta ruang yang sempit pada perakitan didalam blok kapal, hasil identifikasi lain yang berhubungan dengan faktor pekerja, pada area assembly sebagian besar pekerja mengeluh menderita sakit dibagian tubuh tertentu karena terus menerus bekerja. Sedangkan hasil identifikasi lain mengenai lingkungan kerja pada area assembly, temperatur pada area tersebut cukup untuk pekerjaan sedang (75% bekerja, 25% istirahat) karena kurangnya ventilasi, banyak mesin yang mengeluarkan panas, dan beroperasi secara bersamaan, serta kebisingan yang ditimbulkan oleh suara mesin juga tinggi (>= 85 dBA). Setelah dilakukan identifikasi awal terhadap kecelakaan dan masalah kerja yang ada pada PT. PAL maka perlu dilakukan Ergonomic Assessment khususnya pada area assembly agar dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk mendukung program ergonomic assessment agar dapat diimplementasikan di perusahaan dengan baik maka tahapan penelitian yang akan dilakukan antara lain adalah dengan melakukan identifikasi masalah yang menjadi penyebab utama dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja pekerja kemudian melakukan ergonomic assessment terhadap faktor-faktor yang bermasalah dengan menggunakan tools
kuisioner, dan metode ergonomi yang sesuai dengan masalah yang diamati, kemudian memberikan penilaian (skor) terhadap faktorfaktor tersebut. Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan ergonomi assessment secara langsung untuk mengindentifikasi masalah yang berpengaruh pada pekerja dan bagaimana mengetahui tingkat prosentase resiko Bengkel Assembly di PT.PAL Indonesia. Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Memberikan kontribusi dalam implementasi ergonomic assessment yang sesuai dengan kondisi perusahaan. 2. Memperoleh masukan mengenai kondisi K3 pada proses pembuatan kapal khususnya assembly dan permasalahan yang dihadapi. 3. Dapat menerapkan metode pada sistem K3 di perusahaan. Adapun ruang lingkup dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Batasan yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Penelitian dilakukan di PT. PAL INDONESIA (PERSERO) – Surabaya. 2. Pemetaan resiko kerja yang diamati adalah pemetaan kegiatan di PT.PAL INDONESIA (PERSERO) – Surabaya pada divisi kapal niaga dengan bengkel yang memiliki tingkat resiko kecelakaan tertinggi sesuai analisa resiko bahaya. 3. Penelitian ini hanya sampai pembuatan software. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semua pekerja pada galangan kapal berjenis kelamin laki-laki sehingga tools yang digunakan dalam penelitian ini hanya untuk jenis kelamin laki-laki. 2. Pengukuran lingkungan kerja yang meliputi pencahayaan, kebisingan, dan Index Suhu Basah dan Bola dilakukan pada saat waktu kerja. 3. Jam kerja per orang : 8 jam sehari (sabtu libur).
2
DASAR TEORI
Risk assessment merupakan penilaian terhadap resiko yang terjadi di lapangan, resiko dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut, postur dan pergerkan tubuh saat bekerja, tugas yang dilakukan, faktor lingkungan dan faktor individual. Setelah itu dilakukan penilaian mengenai tingkat keparahan dan kemungkinan terjadinya resiko tersebut. Assessment keselamatan menurut OHSAS 18001: 2007 tentang kesehatan dan keselamatan kerja Classic Safety mempunyai beberapa metode untuk menunjang tujuan keselamatan dalam sistem kerja, metodemetode tersebut antara lain: 1. AS-rate (Accident severity rate) adalah perhitungan jumlah hari hilang berdasarkan keparahan kecelakaan kerja. 2. AF-rate (accident frequency rate) adalah perhitungan angka kekerapan atau banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi. 3. FA-rate (Fatal Accident Rate) adalah perhitungan angka yang menunjukkan kecelakaan yang mengakibatkan kematian pada tenaga kerja per dua ratus ribu jam kerja orang. 4. ADI-rate (alternate duties injury) adalah perhitungan angka yang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mengalami cidera dalam pekerjaannya per dua ratus ribu jam kerja orang. 5. Safe T-Score I adalah perhitungan untuk membandingkan tingkat kecelakaan dari suatu kurun waktu tertentu. Ergonomic Assesment mempunyai beberapa metode untuk memfasilitasi tujuan evaluasi ergonomi dalam sistem kerja, metodemetode tersebut diantara lain : 1. Cornell Muscuoskeletal Discomfort Questionnaires(CMDQ) perkembanganyang dilakukan oleh Dr. Alan Hedge. CMDQ merupakan kuesioner yang berbasis dan fokus pada ketidaknyamanan tubuh pada saat melakukan pekerjaan. 2. Job Strain Index (JSI) adalah metodologi analisa kerja semi kuantitatif untuk kesalahan pada bagian tangan. Metode Job Strain Index (JSI) pertama kali dikembangkan oleh Dr. J.S Moore dan Dr. A. Garg. JSI merupakan sebuah metode untuk mengestimasikan resiko dari cedera (injury) yang dapat terjadi pada pergelangan tangan dan tangan
berdasarkan kalkulasi gaya, repetisi, postur dan durasi kerja yang ada dalam suatu sistem kerja. 3. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode pengukuran postur tubuh yang dikembangkan oleh Dr. Lynn McAtamey dan Professor E.Nigel Corlett. RULA merupakan metode yang biasa dipakai untuk melakukan estimasi terhadap resiko yang berkaitan dengan pekerjaan pada bagian tubuh atas. 4. Rapid Entire Body Assesment yang telah dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney adalah pengukuran ergonomi yang dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. 5. NIOSH lifting equation merupakan sebuah metode untuk mengevaluasi kerja angkat yang melibatkan kedua tangan. Persamaan NIOSH dikembangkan oleh National Institute for Occupational Safety and Health untuk membantu mengevaluasi aktivitas/pekerjaan pengangkatan beban secara manual pada posisi sagital, dengan memberikan suatu nilai beban angkat kritis yang disarankan untuk pekerjaan mengangkat beban yang disebut Recommended Weight Limit . Assesment lingkungan mempunyai beberapa metode untuk memfasilitasi tujuan evaluasi lingkungan dalam sistem kerja, metode-metode tersebut diantara lain: 1. Kebisingan menurut KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : kep – 51.men/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. 2. Pencahayaan menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. 3. Index Suhu Basah dan Bola ( Wet Bulb Globe Temperature Index ) adalah sebuah Parameter untuk menilai tingkat iklim
kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu kering, suhu basah alami dan suhu bola. Metode Fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Zadeh pada tahun 1965, yang merupakan Fuzzy set (himpunan bilangan Fuzzy). Konsep Fuzzy set ini menyediakan konsep untuk halhal yang berhubungan dengan ketidak pastian dari suatu obeservasi. Menurut Jun yan (1994), fungsi segitiga juga merupakan fungsi standart yang sering digunakan. Contoh segitiga tersebut adalah Variabel yang biasa digunakan dalam Fuzzy adalah variabel linguistik. Sub kriteria keselamatan seperti As-rate, dalam logika fuzzy diasumsikan sebagai variabel linguistik dengan dimisalkan fungsi keanggotaan sebagai berikut:
Representasi fungsi keanggotaan variabel linguistik ADI-rate dimisalkan:
Representasi fungsi kenganggotaan variabel linguistik Safe T Score:
Untuk keanggotaan dimisalkan:
mempresentasikan variabel linguistik
fungsi FA-rate Sub kriteria ergonomi seperti REBA, dalam logika fuzzy diasumsikan sebagai variabel linguistik dengan dimisalkan fungsi keanggotaan sebagai berikut:
Representasi fungsi keanggotaan variabel linguistik AF-rate dimisalkan:
Representasi fungsi keanggotaan variabel linguistik RULA dimisalkan:
Representasi fungsi keanggotaan variabel linguistik cahaya dimisalkan:
Representasi fungsi keanggotaan variabel linguistik Lifting Equation dimisalkan:
Representasi fungsi keanggotaan variabel linguistik suhu dimisalkan:
Representasi fungsi keanggotaan variabel linguistik JSI dimisalkan:
Sub kriteria lingkungan seperti kebisingan, dalam logika fuzzy diasumsikan sebagai variabel linguistik dengan dimisalkan fungsi keanggotaan sebagai berikut:
Pendekatan nilai linguistik pada Fuzzy dapat mempertimbangkan nilai perilaku dari pembuat keputusan, apakah optimis atau pesimis dimana hal ini menggambarkan yang mereka rasakan secara langsung melalui bilangan Fuzzy triangular. Selain pembuatan fungsi keanggotaan, juga perlu menentukan rule base yang didapat dari variabel linguistik. Pembuatan rule base didasarkan pada ekspertis operator lapangan atau seorang yang benar-benar ahli atau bahkan dengan metoda coba-coba, karena belum ada aturan yang mengikat pembuatan rule base. Dalam Aplikasi ini, aplikasi operator fuzzy diasumsikan terdapat 243 aturan fuzzy untuk kriteria keselamatan (seperti terdapat pada lampiran H), dengan contoh sebagai berikut: 1. Jika AS-RATE tinggi, AF-RATE tinggi, FA-RATE tinggi, ADI-rate rendah, SAFE-T-SCORE rendah, maka Ergonomi sedang. 2. Jika AS-RATE tinggi, AF-RATE tinggi, FA-RATE tinggi, ADI-rate
3.
4.
5.
rendah, SAFE-T-SCORE sedang, maka Ergonomi sedang. Jika AS-RATE tinggi, AF-RATE tinggi, FA-RATE tinggi, ADI-rate rendah, SAFE-T-SCORE tinggi, maka Ergonomi tinggi. Jika AS-RATE tinggi, AF-RATE tinggi, FA-RATE tinggi, ADI-rate sedang, SAFE-T-SCORE rendah, maka Ergonomi sedang. Jika AS-RATE tinggi, AF-RATE tinggi, FA-RATE tinggi, ADI-rate sedang, SAFE-T-SCORE sedang, maka Ergonomi tinggi.
Sedangkan untuk kriteria ergonomi terdapat 81 aturan fuzzy, dengan contoh sebagai berikut: 1. Jika REBA rendah, RULA rendah, NIOSH rendah, JSI rendah maka ergonomi rendah 2. Jika REBA rendah, RULA rendah, NIOSH rendah, JSI sedang maka ergonomi rendah 3. Jika REBA rendah, RULA rendah, NIOSH rendah, JSI tinggi maka ergonomi sedang 4. Jika REBA rendah, RULA rendah, NIOSH sedang, JSI rendah maka ergonomi rendah 5. Jika REBA rendah, RULA rendah, NIOSH sedang, JSI sedang maka ergonomi sedang Dan untuk kriteria lingkungan terdapat 27 aturan fuzzy, dengan contoh sebagai berikut: 1. Jika suhu rendah, kebisingan rendah, pencahayaan kurang maka lingkungan rendah 2. Jika suhu rendah, kebisingan rendah, pencahayaan sedang, maka lingkungan rendah Dalam penelitian ini, metode fuzzy inference system (system inferensi fuzzy) yang direpkan, yaitu metode K.C. Chan. Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan menggunakan nilai minimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasinnya ke output dengan menggunakan operator, secara umum dapat dituliskan: = min ( X1; X2; ..;Xn) = ..
Adapun metode defuzzy pada komposisi aturan K.C Chan yang digunakan adalah metode centroid. Metode ini diperoleh dengan cara mengambil titik pusat (XO) daerah fuzzy. Secara umum dituliskan: (X1 * M1)+(...)+(Xn * Mn) X0 = ( M1 + ... + Mn )
Selanjutnya proses pemetaan yang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996. Dimana kisaran indikator aspek dari K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta untuk simbol keselamatan yang direpresentasikan dengan tiga warna adalah sebagai berikut : 1. Warna Hijau, Achievement ini menunjukkan bahwa nilai suatu indikator kinerja telah tercapai. Kisaran untuk kategori ini adalah 85%-100%. 2. Warna Kuning, Achievement ini menunjukkan bahwa nilai suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya telah mendekati target. Jadi pihak perusahaan (manajemen) harus berhati-hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan yang ada. Kisaran untuk kategori ini adalah 60%-84%. 3. Warna Merah, Achievement ini menunjukkan bahwa nilai suatu indikator kinerja benar-benar dibawah target yang telah ditetepakan serta memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran indikator untuk kategori ini adalah 0% -59%. 3
METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini terdiri dari urutan-urutan langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Secara umum terdapat enam tahapan yaitu tahap penentuan kerangka penelitian, tahap pendahuluan penelitian, tahap perancangan ergonomic assessment , tahapan pengumpulan pengumpulan datadan pengolahan data, tahap analisis data dan pembahasan serta tahap simpulan dan saran. 3.1
Tahap Pendahuluan Penelitian Tahapan pendahuluan penelitian akan dibagi menjadi beberapa sub tahap. Adapun sub-sub tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mempelajari disiplin ilmu yang berhubungan dengan topik Tugas Akhir yang ditawarkan yakni tentang ergonomic assesment. 2. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi terkini dari sistem keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PAL dan juga untuk menemukan masalah-masalah kritis yang terdapat dalam objek penelitian. 3. Perumusan Masalah Pada tahap ini yang dilakukan adalah merumuskan masalah dari penelitian yang akan dilakukan. 4. Tujuan Penelitian Pada tahap ini yang dilakukan adalah merumuskan masalah dari penelitian yang akan dilakukan. 3.2 Tahap Perancangan Ergonomic Assessment Pada tahap ini, dilakukan penentuan metode assessment yang akan digunakan. Sehingga dalam meneliti faktor-faktor yang terkait dengan ergonomic assessment akan tepat yang kemudian dijelaskan dalam kerangka penilaian dari tiap-tiap faktor yang ada. 3.3 Tahap Pengumpulan dan pengolahan data Tahap ini menerangkan tentang datadata yang diperlukan untuk melakukan penelitian serta metode yang digunakan dalam pengumpulan data. Kemudian pada tahapan ini juga dijelaskan langkah-langkah dalam pengolahan data. 3.3.1 Tahap Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan Data-data yang diperlukan terbagi atas data primer dan data sekunder. Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari : Pengamatan langsung ke lantai produksi untuk mengambil data posisi tubuh, postur kerja, beban ngkat pada kedua tangan, cidera pada pergelangan tangan, pencahayaan, kebisingan dan data suhu. Pengisian kuisioner yang dilakukan operator terkait dengan masalah ketidak nyamanan bagi pekerja serta wawancara
dengan beberapa pihak terkait yang ada pada Assembly. 3.3.2 Tahap Pengolahan Data Penentuan Skor Ergonomic Assessment Setelah diketahui unsafe condition dan unsafe action, maka dapat diketahui faktorfaktor yang paling berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, faktorfaktor tersebut antara lain Faktor Keselamatan Kerja yang diukur dengan menggunakan AS-rate, AF-rate, FA-rate, ADI- rate, Safe T score. Dan faktor ergonomi dengan pengukuran RULA, REBA, CMDQ, JSI, lifting index. serta faktor lingkungan kerja yang diukur dengan menggunakan perhitungan untuk pencahayaan, kebisingan, dan suhu. Setelah nilai masing-masing faktor didapatkan maka nilai tersebut harus di masukkan dalam variabel linguistik. Dan didapat hasil untuk dimasukkan dalam if then rules, setah itu dengan menggunakan rumus min maka dadapat didapat hasil untuk dimasukkakn ke dalam rumus sederhana centroid method. Sehingga akan didapatkan satu skor yang terintegrasi. 3.4 Tahap Analisis Data dan Pembahasan Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap kondisi existing dari sistem kerja yang diamati dengan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung. Dari analisis ini diharapkan dapat diketahui faktor-faaktor apa saja yang perlu mendapat perhatian khusus dari perusahaan sehingga dapat disusun rancangan ergonomi assessment sistem kerja secara tepat. 3.5 Tahap Simpulan Dan Saran Tahap simpulan dan saran merupakan tahap yang paling akhir pada penelitian ini. Dari tahapan sebelumnya dapat diambil suatu simpulan terhadap permasalahan penelitian ini dan saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Pengumpulan dan Pengolahan Data Evaluasi Kondisi Awal Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai Bahavior Safety yang terdapat pada bengkel assembly, Bahavior Safety ini meliputi unsafe action dan unsafe condition yang berhubungan langsung dengan para pekerja. unsafe action yang dimaksudkan adalah mengoperasikan peralatan tanpa kualifikasi atau wewenang, mengoperasikan
4 4.1
peralatan dengan kecepatan yang tidak aman, gagal memperingatkan, mengubah peralatan pengaman, menggunakan peralatan yang rusak, bekerja di lokasi yang berbahaya tanpa perlindungan yang cukup dan peringatan, posisi bekerja yang tidak aman. Sedangkan Unsafe condition
yang dimaksudkan adalah alat pelindung diri yang tidak sesuia, sistem peringatan yang tidak sesuai, kurangnya ventilasi, paparan kebisingan, pencahayaan yang kurang, memakai personil yang mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, alat bantu kerja yang tidak sesuai (tangga), Kondisi atmosfer yang berbahaya (gas, debu, asap, uap). Pengambilan data dilakukan melalui wawancara serta penyebaran kuisioner terhadap 30 pekerja yang sedang bekerja. Pertanyaan ini untuk mengidentifikasi kondisi eksisting pekerja diperusahaan tersebut. Berdasarkan jawaban dari responden terhadap kuisioner dengan pertanyaan kondis yang tidak aman, diketahui bahwa sebanyak 20 responden mengunakan alat pelindung yang tidak sesuai, 16 responden menggunakan alat bantu kerja yang tidak sesuai, 15 responden berada pada kondisi atmosfer yang berbahaya (gas, debu, asap). Hasil lebih detailnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:
pengaman, dan tidak pernah ada atau bernilai 0 responden gagal memperingatkan. Hasil lebih detailnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Unsafe Action
4.1.1
Tahap Penentuan Skor Awal Skor Awal didapatkan dari hasil perhitungan terhadap faktor-faktor ergonomi, Seperti Cornell Muscuoskeletal Discomfort Questionnaires bertujuan untuk seleksi penelitian dan tidak untuk tujuan diagnostik. Ada 11 bagian tubuh yang di ukur tingkat keluhan sakitnya berdasarkan jawaban dari pekerja. Gambar 4.3 berikut menampilkan perhitungan menggunakan software:
Gambar 4.3 Tampilan software CMDQ Gambar 4.1 Unsafe Condition
Dari kuisioner dengan pertanyaan yang berhubungan dengan unsafe action, 24 responden bekerja dilokasi berbahaya tanpa perlindungan yang sesuai, 16 responden berada pada posisi kerja yang tidak aman, 13 responden bekerja dengan menggunakan peralatan yang rusak, 10 responden pekerja mngoperasikan peralatan tanpa kualifikasi yang sesuai, 3 responden pernah mengoperasikan peralatan dengan kecepatan cepat, 2 responden pernah mengubah peralatan
Rula merupakan metode pengukuran postur tubuh yang biasa dipakai untuk melakukan estimasi terhadap risiko yang berkaitan dengan pekerjaan pada bagian tubuh atas. Perhitungan RULA dilakukan dengan menggunakan software untuk mendapatkan hasil dari skor RULA, dimana skor ini menjelaskan seberapa besar risiko dari postur pekerja tersebut dan rekomendasi apa yang harus dilakukan ketika risiko postur tubuh suatu operator diketahui. Perhitungan RULA terhadap macam-macam postur kerja lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C, dan
hasil akhir dari perhitungan software didapatkan pada gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.5 Hasil perhitungan RULA menggunakan software
Rapid Entire Body Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Perhitungan REBA terhadap macam-macam postur kerja lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran E dan hasil akhir dari perhitungan software didapatkan pada gambar 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.7 Tampilan software perhitungan Job Strain Index
NIOSH lifting equation merupakan sebuah metode untuk mengevaluasi kerja angkat yang melibatkan kedua tangan. Variabel-variabel yang ikut terhitung yaitu variable-variabel dalam kerja seperti horizontal location, vertical location, distance of travel, asymmetric angle, frequency rates and coupling, multipliers. Adapun perhitungannya sebagai berikut:
Gambar 4.8 Tampilan software perhitungan NIOSH lifting equation
Gambar 4.6 Tampilan perhitungan REBA pada software
Enam rating Job Strain Index yang menjadi pengali untuk mendapatkan nilai akhir yaitu Intensity of Exertion (IE), Duration of Exertion (DE), Efforts/Minute (EM), Hand/Wrist Posture (HWP), Speed of Work (SW), Duration per Day (DD). Adapun perhitungan dengan menggunakan software seperti gambar 4.7 berikut:
Perhitungan kebisingan lingkungan kerja dilakukan setiap lima menit selama 8 jam kerja pada bengkel Assembly block CBL, pengukuran tingkat tekanan bunyi diukur dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM). Adapun data yang telah diambil terlampir pada lampiran G. Karena kebisingan yang dihasilkan fluktuatif, maka untuk mengukur kebisingan ditempat yang keadaaan eksistingnya seperti ini dengan menggunakan perhitungan manual Leq dan software seperti pada gambar 4.9:
4.2
Gambar 4.9 Perhitungan kebisingan menggunakan software
Pencahayaan diukur 3 kali untuk dua titik yaitu didalam block dan luar block. Pengukuran cahaya ini menggunakan luxmeter. Perhitungan untuk mengetahui intensitas cahaya ini hanya dengan mendapatkan rata-rata pada tiap titiknya. Untuk mengetahui secara keseluruhan intensitas cahaya lingkungan kerja dengan cara merata-rata dari dua titik pengamatannya. adapun perhitungan menggunakan software seperti gambar 4.10 di bawah ini:
Gambar 4.10 Perhitungan pencahayaan menggunakan software
Variabel Linguistik Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus AS-rate maka didapat hasil 8032. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik seperti pada grafik 4.1, sehingga menghasilkan hasil seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.2 bahwa 8032 berada di garis rendah 0, garis sedang 0, dan garis tinggi 1. Lebih jelasnya dapat dilihat pada perhitungan dan grafik 4.2 dibawah ini: AS-rate 1
0
Gambar 4.11 Perhitungan suhu menggunakan software
3000
6000
8032
Grafik 4.2 Hasil fungsi variabel AS-rate
Rendah = 0 Sedang = 0 Tinggi = 1
Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus AF-rate maka didapat hasil 9. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.2 bahwa 9 berada di garis rendah 0,64; garis sedang 0,36; dan garis tinggi 0. Lebih jelasnya dapat dilihat pada perhitungan dan grafik 4.4 dibawah ini: AF-rate 1
Pengukuran iklim kerja dilakukan dengan menggunakan rumus ISBB = 0,7 SBA + 0,3 SB karena pada saat pengukuran tidak dipengaruhi oleh sinar matahari. Tempat pengukuran berada di bengkel assembly bagian block CBL. Pengukuran dilakukan pada saat siang hari. Hasil pengukuran ruang kerja assembly pada pukul 13,20. Adapun contoh perhitungan software yang tertera pada gambar 4.11 dengan contoh sebagai berikut:
Tinggi
Sedang
Rendah
0
9
Tinggi
Sedang
Rendah
25
50
Grafik 4.4 Hasil fungsi variabel AF-rate
Rendah = 1- (9/25) = 0,64 Sedang = 9/25 = 0,36 Tinggi = 0 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus FA-rate maka didapat hasil 0,27. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.3 bahwa 0,27 berada di garis rendah 0; garis sedang 0,92; dan garis tinggi 0,08. Lebih detailnya perhitungan variabel linguistik dapat
dilihat pada perhitungan dan grafik 4.6 sebagai berikut:
Safe-T Score Rendah
Sedang
Tinggi
FA-rate 1
Tinggi
Sedang
Rendah
-3,1
0
0,25
0,27
Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus ADI-rate maka didapat hasil 0,54. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.4 bahwa 0,54 berada di garis rendah 0,78; garis sedang 0,22; dan garis tinggi 0. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.8 dapat dilihat pada dibawah ini: ADI-rate Tinggi
Sedang
Rendah = 1 Sedang = 0 Tinggi = 0 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus REBA maka didapat hasil 8,5. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.12 bahwa 8,5 berada di garis rendah 0, garis sedang 0, dan garis tinggi 1. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.12 dapat dilihat pada dibawah ini: REBA 1
Rendah
2
0 0,54
2,5
2
Grafik 4.10 Hasil fungsi variabel Safe-T-Score
Rendah = 0 Sedang = 1-((0,27-0,25)/0,25) = 0,92 Tinggi = (0,27-0,25)/0,25 = 0,08
Rendah
0
0,5
Grafik 4.6 hasil fungsi variabel FA-rate
1
-2
5
Grafik 4.8 hasil fungsi variabel ADI-rate
Rendah = 1-(0,54/2,5) = 0,78 Sedang = 0,54/2,5 = 0,22 Tinggi = 0 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus Safe-T-Score maka didapat hasil -3,1. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.10 bahwa -3,1 berada di garis rendah 1, garis sedang 0, dan garis tinggi 0. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.10 dapat dilihat pada dibawah ini:
Sedang
4
Tinggi
8 8,5
Grafik 4.12 Hasil fungsi variabel REBA
Rendah= 0 Sedang = 0 Tinggi = 1 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus RULA maka didapat hasil 6. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.14 bahwa 6 berada di garis rendah 0; garis sedang 0,33; dan garis tinggi 0,67. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.14 dapat dilihat pada dibawah ini:
Lifting Equation RULA Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
1
Tinggi
Tinggi
1 -3
0
0,04
0,5
1
Grafik 4.18 Hasil fungsi variabel Lifting Index 1
4
6
7
Grafik 4.14 Hasil fungsi variabel RULA
Rendah= 0 Sedang = 1-((6-4)/3) = 0,33 Tinggi = (6-4)/3 = 0,67 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus JSI maka didapat hasil 6,7. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.16 bahwa 6,7 berada di garis rendah 0; garis sedang 0,15; dan garis tinggi 0,85. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.16 dapat dilihat pada dibawah ini: JSI 1
Rendah = (0,5-0,04)/0,5 = 0,92 Sedang = (0,04-0)/0,5 = 0,08 Tinggi = 0 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus kebisingan maka didapat hasil 92. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.20 bahwa 92 berada di garis rendah 0; garis sedang 0,65; dan garis tinggi 0,35. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.20 dapat dilihat pada dibawah ini: KEBISINGAN 1
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi 65
85
92
105
Grafik 4.20 Kebisingan 3
5
6,7
7
Grafik 4.16 Hasil fungsi variabel JSI
Rendah= 0 Sedang = 1-((6,7–5)/2) = 0,15 Tinggi = (6,7-5)/2 = 0,85 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus Lifting Equation maka didapat hasil 0,04. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.18 bahwa 0,04 berada di garis rendah 0,92; garis sedang 0,08; dan garis tinggi 0. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.18 dapat dilihat pada dibawah ini:
Rendah= 0 Sedang = 1-((92-85)/20) = 0,65 Tinggi = (92-85)/20 = 0,35 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus pencahayaan maka didapat hasil 70,5. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.22 bahwa 70,5 berada di garis rendah 1, garis sedang 0, dan garis tinggi 0. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.22 dapat dilihat pada dibawah ini:
Jika AS - T, AF – S, FA- S, ADI - S, ST- S , maka = Min ( 1; 0,36; 0,54; 0,78; 0 ) = 0 Jika AS - T, AF – S, FA- R, ADI - R, ST- R , maka = Min ( 1; 0,36; 0,46; 0,22; 1 ) = 0,22
CAHAYA Rendah
Tinggi
Sedang
1
70,5 100
450
1500
Grafik 4.22 Hasil fungsi variabel cahaya
Rendah = 1 Sedang = 0 Tinggi = 0 Dari data yang ada pada perusahaan dan diolah dengan menggunakan perhitungan rumus ISBB maka didapat hasil 28,22. Hasil tersebut dimasukkan dalam fungsi variabel linguistik, seperti yang ditunjukkan pada grafik 4.24 bahwa 28,22 berada di garis rendah 0, garis sedang 0,9; dan garis tinggi 0,1. Lebih detailnya perhitungan fungsi dan grafik 4.24 dapat dilihat pada dibawah ini: SUHU 1
Rendah
25,9
Sedang
28
28,22
Tinggi
30,6
Grafik 4.24 Hasil fungsi variabel suhu
Rendah= 0 Sedang = 1-((28,22-28)/ 2,1) = 0,9 Tinggi = (28,22-28)/ 2,1 = 0,1 4.3
If then rules Dari perhitungan menggunakan fungsi variabel linguistik dengan sub-kriteria keselamatan seperti AS- rate, AF- rate, FArate, ADI- rate, dan Safe T score. Sub-kriteria tersebut memiliki hasil yang berbeda beda baik rendah sedang dan tinggi, dari hasil tersebut dimasukkan ke dalam if-then rules dengan rumus min sehingga menghasilkan perhitungan keselamatan sebagai berikut: Keselamatan Jika AS - T, AF – S, FA- S, ADI - R, ST- R , maka = Min ( 1; 0,36; 0,54; 0,22; 1 ) = 0,22 Jika AS - T, AF – S, FA- S, ADI - R, ST- S , maka = Min ( 1; 0,36; 0,54; 0,22; 0 ) = 0 Jika AS - T, AF – S, FA- S, ADI - S, ST- R , maka = Min ( 1; 0,36; 0,54; 0,78; 1 ) = 0,36
Dari perhitungan menggunakan fungsi variabel linguistik dengan sub-kriteria keselamatan seperti REBA,RULA, NIOSH, JSI. Sub-kriteria tersebut memiliki hasil yang berbeda beda baik rendah sedang dan tinggi, dari hasil tersebut dimasukkan ke dalam ifthen rules dengan rumus min sehingga menghasilkan perhitungan keselamatan sebagai berikut: Ergonomi Jika REBA S, RULA S, NIOSH R, JSI sedang maka ergonomi sedang, maka = min ( 0; 0,33; 0,92; 0,15) = 0 Jika REBA S, RULA S, NIOSH R, JSI tinggi maka ergonomi sedang, maka = min ( 0; 0,33; 0,92; 0,85) = 0 Jika REBA S, RULA S, NIOSH S, JSI sedang maka ergonomi sedang, maka = min ( 0; 0,33; 0,08; 0,15) = 0 Jika REBA S, RULA S, NIOSH S, JSI tinggi maka ergonomi sedang, maka = min ( 0; 0,33; 0,08; 0,85) = 0 Jika REBA S, RULA T, NIOSH R, JSI sedang maka ergonomi sedang, maka = min ( 0; 0,67; 0,92; 0,15) = 0 Dari perhitungan menggunakan fungsi variabel linguistik dengan sub-kriteria keselamatan seperti ISBB, pencahayaan, kebisingan. Sub-kriteria tersebut memiliki hasil yang berbeda beda baik rendah sedang dan tinggi, dari hasil tersebut dimasukkan ke dalam if-then rules dengan rumus min sehingga menghasilkan perhitungan keselamatan sebagai berikut: Lingkungan Jika kebisingan (S), cahaya (S), maka : Min ( 0,65 ; 0 ; 0,92 ) = 0 Jika kebisingan (S), cahaya (S), maka : Min ( 0,65 ; 0 ; 0,08 ) = 0 Jika kebisingan (S), cahaya (R), maka : Min ( 0,65 ; 1 ; 0,92 ) = 0,65 Jika kebisingan (S), cahaya (R), maka : Min ( 0,65 ; 1 ; 0,08 ) = 0,08 Jika kebisingan (T), cahaya (S), maka : Min ( 0,35 ; 0 ; 0,92 ) = 0
suhu (S), suhu (T), suhu (S), suhu (T), suhu (S),
4.4
Center of Grafity Setelah mendapatkan if-then rules dari keselamatan, ergonomi, lingkungan dilanjutkan dengan perhitungan center of grafity. Dari if-then rules dilihat apakah berada pada batas rendah, sedang, tinggi, batas tersebut dapat dilihat seperti pada grafik 4.14. Bila if-then rules menghasilkan bilangan pada batas rendah maka di kalikan dengan 60% atau 0,6 begitu selanjutnya. Nilai 60%, 85%, 100% didapat dari simbol keselamatan yang direpresentasikan dengan tiga warna (merah, kuning, hijau). Lalu nilainya dikalikan dengan batas tersebut, sehingga menghasilkan 0perhitungan seperti dibawah ini:
Rendah
Sedang
60
85
Tinggi
1
0
100
Grafik 4.25 Pemetaan Keselamatan Ergonomi Lingkungan
Keselamatan
= 6,8 % Ergonomi
= 11% Lingkungan
= 0,14 ≈ 14% 5 Penutup 5.1 Kesimpulan Dari pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : 1. Menurut hasil kuisioner Behaviour Safety pada Bengkel Assembly-CBL tedapat beberapa jenis Unsafe Condition secara berurutan dimulai dari yang paling banyak mengisi pada kuisioner tersebut antara lain sebanyak
20 responden menjawab APD yang tidak layak/tidak sesuai, 16 responden menjawab alat bantu kerja tidak sesuai (tangga), 15 responden menjawab berada pada kondisi atmosfer yang bahaya, 8 responden menjawab bahwa masih terdapat pekerja yang tidak sesuai bidangnya dan tidak mempunyai sertifikat keahlian, 7 responden menjawab berada dalam kondisi tidak aman karena kurangnya ventilasi, 7 responden yang menjawab berada pada kondisi paparan kebisingan, 4 responden yang menjawab kurangnya pencahayaan pada tempat kerja, serta sistem peringatan yang tidak sesuai juga merupakan unsafe condition bagi 2 orang responden. 2. Menurut hasil kuisioner Behaviour Safety pada Bengkel Assembly-CBL tedapat beberapa jenis Unsafe Action secara berurutan dimulai dari yang paling banyak mengisi pada kuisioner tersebut antara lain 24 responden menjawab bekerja di lokasi yang berbahaya tanpa perlindungan yang aman, 16 responden menjawab berada posisi bekerja yang tidak aman, 16 orang pekerja berada dalam kondisi tidak aman, 13 responden menjawab kondisi tidak aman karena menggunakan peralatan yang tidak layak pakai, 10 menjawab kegiatan tidak aman berupa pengoperasian peralatan tanpa kualifikasi atau wewenang, 3 responden menjawab kegiatan unsafe seperti mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak aman, 2 responden menjawab kegiatan unsafe seperti mengubah peralatan pengaman, namun sampai saat ini tidak ada kegiatan unsafe dalam hal gagal memperingatkan pada saat pekerjaan berlangsung. 3. Menurut hasil assessment keselamatan pada saverity rate memiliki nilai 8031, Accident Frequensi rate memiliki nilai 9, Fatal accident rate memiliki nilai 0,21, ADI-rate memiliki nilai 0,54, dan Safe-T-score memiliki nilai -3,1. Nilai-nilai tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, karena pada tahun 2010 terdapat fatal
accident rate yaitu kematian yang akan mempengaruhi seluruh perhitungan pada keselamatan. 4. Menurut hasil assessment ergonomi untuk ketidak nyamanan pekerja nilai yang paling tinggi adalah operator fitter 4 di bengkel CBL dengan jumlah nilai 180, operator fitter 3 dengan jumlah nilai 173, dan operator gerinder dengan jumlah nilai 147,5. Hasil assessment itu juga dikuatkan oleh perhitungan RULA dan REBA bahwa pekerja fitter 3, fitter 4, gerinder memiliki nilai score tinggi. Sedangkan pada perhitungan Job Strain Index 3 nilai tertinggi berada pada fitter 5 bernilai 13,5, gerinder bernilai 13,5 dan welder 3 bernilai 7. Dan pada perhitungan NIOSH lifting memiliki nilai yang bagus karena tidak ada nilai diatas 1. 5. Menurut hasil assessment lingkungan untuk kebisingan memiliki hasil diatas standar yang telah ditentukan undangundang yaitu sebesar 92dBA. Untuk pencahayaan memiliki nilai dibawah standar yang berlaku yaitu sebesar 70,50. Dan untuk suhu berada di kolom sedang pada standar yang berlaku. 6. Menurut perhitungan dengan menggunakan metode fuzzy , untuk ketiga kategori seperti keselamatan, ergonomi dan lingkungan yang telah dihitung dengan center of grafity berada pada pada garis rendah, sedang, tinggi. Hasil perhitungan menunjukkan nilai dari ketiga kategori berada pada warna merah yang artinya belum memenuhi target. 5.2 Saran Adapun saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan topik ini adalah sebagai berikut : 1. Perlunya ditambahkan variabel, dan parameter dalam perhitungan fuzzy, sehingga hasilnya bisa lebih tepat atau sesuai dengan yang diharapkan. 2. Perlunya pemantapan if-then rule yang lebih, sehingga hasil logikanya lebih kuat untuk disimpulkan dan sesuai dengan kondisi nyata.
6
Daftar Pustaka
Azadeh, A., Fam, I.M., Khohnoud, M., Nikafrouz. M, (2008). Design and implementation of a fuzzy expert system for performance assessment of an integrated health, safety, environment (HSE) and ergonomic system : The case of a gas refinery. Information Sciences 178, 42804300. Chamidah, N. (2004). Pengukuran Tingkat Implementasi Program K-3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Serta Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment. Tugas Akhir jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Hedge, A., Morimoto, S. And McCrobie, D. (1999) Effects of keyboard tray geometry on upper body posture and comfort, Ergonomics, 42 (10), 13331349. Irwin, J. D Graf, E. R. (1979). Industrial Safety and Health Management. Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, N. J. 07632 Jun Yan, Michael Ryan. (1994). USING FUZZY LOGIC, TOWARDS INTELEGENT SYSTEM, Prentice Hall. K.C. Chan, G.C.I Lin, and S.S Leong. (1995). A more accurate adaptive fuzzy inference system, Computers in Industry, 26, 61-73. McAtamney, L. and Corlett, E.N. (1993). RULA: A survey method for the investigation of work-related upper limb disorders. Applied Ergonomics. 24(2). 91-99. Moore, J.S., and Garg, A. (1995) The Strain Index: A Proposed Method to Analyze Jobs For Risk of Distal Upper Extremity Disorders. American Industrial Hygiene Association Journal, 56(5): 443–458. Muhaimin. (2001). Teknologi Pencahayaan. Refika Aditama, Bandung. Mukhlisani, N. (2008). Pendekatan Metode Structural Equation Modelling untuk Analisa Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dari Tinjauan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di PT.BARATA
INDONESIA (PERSERO) GRESIK. Laporan Tesis Teknik Industri-ITS . Nery, D. (2006). Audit Tool User Guide For The Meat Industry In South Australia. Adelaide: SAFER Industries. O. Salem1, H.Lothlikar2, A. Genaidy3 and T. Abdelhamid4. A Behaviour-Based Safety Approach for Construction Project. July 2007. Proceeding IGLC-15. Michigan, USA Patria, Bhina. (2007). Bagaimana Behavioural Safety Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja. URL:http://inparametric.com/bhina.b log/archives/62 Santoso, G. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya.: Prestasi Pustaka. Sue Hignett and Lynn McAtamney, Rapid entire body assessment (REBA); Applied Ergonomics. 31:201-205, 2000. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatam kerja Waters, T.R, Anderson, V.P, Garg, A. (1994) Application Manual for The Revised NIOSH Lifting Equation. U.S departeen of health an human services, Ohio Wickens, C., Gordon, S., & Liu, Y. (1997). An Introduction to Human Factor Engineering. New York: AddisonWesley Educational Publisher, Inc. Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.