UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KEPADUAN TIM DAN KECEMASAN KOMPETITIF TERHADAP PERFORMA OLAHRAGA
(THE INFLUENCES OF TEAM COHESION AND COMPETITIVE STATE ANXIETY ON SPORT PERFORMANCE )
SKRIPSI
NIKKI ANTONIO SAPUTRA
0806345272
FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JUNI 2012
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KEPADUAN TIM DAN KECEMASAN KOMPETITIF TERHADAP PERFORMA OLAHRAGA
(THE INFLUENCES OF TEAM COHESION AND COMPETITIVE STATE ANXIETY ON SPORT PERFORMANCE )
SKRIPSI (Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana) NIKKI ANTONIO SAPUTRA 0806345272
FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JUNI 2012 i Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
ii Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
3 Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
4
UCAPAN TERIMA KASIH
“Tidak pernah ada cita-cita yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah upaya yang tak setinggi cita-cita” Bismilliahirahmanirahim. Saya ingat sekitar enam tahun yang lalu, saya memulai perjuangan agar bisa kuliah di fakultas psikologi UI. Alhamdulillah, meskipun lelah, akhirnya perjuangan selama dua tahun tersebut berbuah hasil pada tahun 2008. Singkat cerita, empat tahun setelah itu pun berlalu. Dan Alhamdulillah, yang telah memudahkan segala urusan saya dalam hidup, langkah kecil meniti cita ini pun berhasil saya lalui. Meskipun banyak cobaan dan godaaan selama pengerjaannya, namun saya sangat bersyukur karena telah dipertemukan oleh orang-orang yang menyayangi dan membantu baik langsung maupun tidak langsung hingga masterpiece (sebut saja skripsi) hidup saya bisa diselesaikan dengan baik. Saya ingin mengucapkan terima kasih, khususnya kepada orangorang ini: 1. Papa, Mama, Shely, Suci, Sherina, dan Salsabilla yang selalu mendukung saya dalam bentuk apapun hingga Abang tiba ke titik ini. Makasih Ma, Pa, dan Adek-adekku. Tak ada kata yang bisa menggambarkan betapa bersyukurnya abang karena memiliki kalian. 2. Prof.Dr.M.Enoch Markum dan Mgr.Erita Narhetali, S.Psi selaku pembimbing skripsi saya. Terima kasih buat bimbingannya dan telah bersabar dalam membimbing orang seperti saya, hehe. 3. Pembimbing akademis, Mbak Mita Aswanti. Makasih mbak karena selalu mau mendengar keluhan dan memberi solusi untuk masalah yang saya hadapi. 4. Semua teman seperjuangan Psikomplit (2008), Alita yang mau direpotin nyariin jurnal, Yunda dan Dina yang mau jadi teman travelling, Noe yang mau jadi teman cerita, serta Breda, Nopita, dan Catur yang mau menemani gue melewati tujuh purnama dan seribu malam minggu buat ngerjain skripsi, hehe. Semua teman seperjuangan dan membantu kepengurusan FC08 tahun 2010, khususnya Ella, Jeko, Yudhis, Dian, Tazki, Bang Naim, Mira, Putra Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
5
Aceh, serta semua teman-teman seperjuangan di BEM Opera 2011, khususnya Aqisth, Abang, Niken, Ayya, Lysa, Kitty, Evin, Sapto, Vira, Sisca, dan Wahe yang telah banyak membantu dan mendukung saya selama ini. 5. Alim Nur, teman travelling, teman seperjuangan di Kastrat BEM Opera, serta orang yang rela capek-capek membantu gue ngambil data di Bengkulu. Makasih banyak Lim! 6. Tempat saya belajar dan mempraktekkan ilmu psikologi olahraga, yaitu teman-teman FC08 yang telah memberikan saya kesempatan untuk melatih kalian. Terima kasih buat Rara, Keke, Dedek Imbi, Teya, Kara, Linda, Arky, Belle, Shirin, Mas Io, Davi, Egi, Khaidir, Anchan, Ree, Kinan, Syed, Kirana, Anton, dan lainnya yang gak bisa saya sebutin satu persatu. 7. Sahabat, teman tawa dan duka selama di kampus, khususnya Ayu, Atha, Naufal Zilal, Naufal Umam, Kiko, Emer, Adit Pop, Bimo, Edoy, Arin, Tina, dan Patty. Makasih karena telah menjadi sahabat yang baik buat gue. Terakhir, semua sahabat terbaik gue dari SMA, khususnya Pian, Denny, Nicko, Arif, Dika, Adi, Karin, Dian Ika, dan Kak Manto. Dengan kerendahan hati, Ya Allah. Saya memohon agar Engkau melindungi dan memberkahi orang-orang yang membahagiakan dan membantu saya. Jika ada pertanyaan terkait skripsi ini, saya dapat dihubungi melalui email:
[email protected]. Depok, 11 Juli 2012 Salam Hangat,
Nikki Antonio Saputra
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
7
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul Skripsi Terhadap
: Nikki Antonio Saputra : Psikologi : "Pengaruh Kepaduan Tim dan Kecemasan Kompetitif Performa Olahraga"
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga atlet. Lebih spesifik lagi, peneliti ingin mengetahui faktor apa yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap performa atlet, di antara faktor kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif. Responden penelitian ini adalah atlet sepakbola (n=43) level amatir yang bermain di Liga Utama Sepakbola Kota Bengkulu. Setiap atlet mengisi modifikasi dari alat ukur kepaduan tim dan adaptasi kecemasan kompetitif pada saat 30-45 menit sebelum bertanding. Setelah bertanding, atlet mengisi modifikasi alat ukur kepuasan performa yang mengukur persepsi atlet terhadap performanya dalam pertandingan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kepaduan tim (β = .403, t(40,2) =2.90, p <.01) dan interpretasi kecemasan kompetitif (β = .289, t(40,2) = 2.12, p <.05) mempengaruhi performa olahraga atlet (R2 = .229, p <.01) . Atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim tinggi dan interpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif, lebih mungkin mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim rendah dan interpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu. Kata Kunci: kepaduan tim, interpretasi kecemasan kompetitif, performa atlet
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
8
ABSTRACT Name Study Program Title
: Nikki Antonio Saputra : Psychology : "The Influences of Team Cohesion and Competitive State Anxiety on Sport Performance".
The general purpose of the present study was to determine the effects of team cohesion and athlete's interpretation of competitive state anxiety to their sport performance. Respondent were football's amatir athletes (n=43)who participated in major league football in Bengkulu city, Indonesia. Each athlete completed the modified team cohesion inventory, adaptation of competitive state anxiety inventory 30-45 minutes prior to a competion, and the modified of performance satisfaction scale, 10 minutes after the game. Result showed that athlete's perception about team cohesion (β = .403, t(40,2) =2.90, p <.01) and interpretation of competitive state anxiety (β = .289, t(40,2) = 2.12, p <.05) influencing athlete's performance (R2 = .229, p <.01). Athlete who perceived team cohesion is high and competitve anxiety as fasilitative may have a better performance than athletes who perceived team cohesion is low and competitve anxiety as debilitative. Key Words: team cohesion, interpretation of competitive state anxiety, athlete performance
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
9
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4 1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 4 1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 4 1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6 2.1 Performa ..................................................................................................... 6 2.1.1 Definisi Performa dan Performa Olahraga ........................................ 6 2.1.2 Definisi Performa Atlet ..................................................................... 6 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Performa Atlet ......................... 7 2.1.4 Pengukuran Performa Atlet ............................................................... 8 2.1.9 Modifikasi Alat Ukur Performa Atlet ............................................... 9 2.2 Kepaduan Tim (Team Cohesion) ............................................................... 9 2.2.1 Kelompok dan Tim Olahraga ............................................................ 9 2.2.2 Definisi Kepaduan Tim ..................................................................... 10 2.2.3 Dimensi Kepaduan Tim .................................................................... 12 2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepaduan Tim ......................... 14 2.2.5 Pengukuran Kepaduan Tim ............................................................... 16 2.2.6 Modifikasi Alat Ukur Kepaduan Tim ............................................... 17 2.3 Kecemasan Kompetitif (Competitive State Anxiety) ................................. 18 2.3.1 Definisi Kecemasan .......................................................................... 18 2.3.2 Definisi Kecemasan Kompetitif ....................................................... 19 2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Kompetitif ........... 20 2.3.4 Pengukuran Kecemasan Kompetitif ................................................. 21 2.3.5 Adaptasi Alat Ukur Kecemasan Kompetitif .................................... 22 2.4 Dinamika Hubungan antara Kepaduan Tim, Kecemasan Kompetitif, dan Performa Atlet ............................................................................................ 23 3. METODE PENELITIAN ......................................................................... 25 3.1 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 25 Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
10
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 25 3.2.1 Hipotesis Alternatif .......................................................................... 26 3.2.2 Hipotesis Null .................................................................................. 27 3.3 Tipe Penelitian .......................................................................................... 27 3.4 Responden Penelitian ................................................................................ 27 3.5 Alat Ukur Penelitian .................................................................................. 28 3.5.1 Uji Coba Alat Ukur ............................................................................ 28 3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................... 30 3.6.1 Tahap Persiapan ............................................................................... 30 3.6.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................................... 30 3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................. 32 4. HASIL DAN INTERPRETASI DATA .................................................... 33 4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian .................................................... 34 4.4 Pengaruh Kepaduan Tim dan Interpretasi Kecemasan Kompetitif Terhadap Performa Olahraga Atlet ............................................................. 35 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .............................................. 37 5.1 Kesimpulan dan Diskusi ............................................................................ 37 5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 39 5.4 Saran .......................................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.6.a Dimensi dan Item Alat Ukur Modifikasi Kepaduan Tim .......................................................................................................................... 18 Tabel 2.2.6.b Pembagian Item Berdasarkan Skoring Item favorable dan unfavorable .................................................... 18 Tabel 2.3.5 Dimensi dan Nomor Item Alat Ukur Adaptasi Kecemasan Kompetitif .................................................................. 22 Tabel 3.5.1 Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ................................... 29 Tabel 3.6.2 Rincian Tahap Pelaksanaan Penelitian ......................................... 30 Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Partisipan Berdasarkan Usia, Skor Kepaduan Tim, Kecemasan Kompetitif, dan Performa Atlet .................................................................................. 35 Tabel 4.2 Analisis Hierarchical Regression terhadap Performa Atlet ............ 35
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Model Konseptual Kepaduan Tim ............................................... 14 Gambar 3.2 Model Hipotesis Penelitian .......................................................... 26
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
13
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Gambaran Tim Berdasarkan Partisipan .......................................... 34
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pada saat bermain dalam tim sepakbola Manchester United, David Beckham sempat terkenal sebagai pemain sayap kanan terbaik dunia karena perfomanya yang hebat. Ia mampu membantu timnya menjadi klub yang merajai sepakbola Ingrris dan Eropa. Namun ketika dia memutuskan untuk pindah dan bermain di salah satu tim sepakbola terbaik di dunia, Real Madrid, dia tidak mampu menunjukkan performa memukau, seperti yang pernah dia tunjukkan ketika bermain untuk Manchester United dahulu. Permainannya semakin lama semakin menurun hingga dia kesulitan untuk masuk dalam Tim Nasional Inggris. Padahal sebelumnya Beckham adalah kapten di Tim Nasional Inggris. Dalam dunia olahraga, kita sering melihat fenomena di mana seorang atlet dalam olahraga tim mempunyai performa yang tidak stabil seperti contoh di atas. Berbeda
dengan
olahraga
individu,
dalam
olahraga
tim
yang
hasil
pertandingannya bisa menang, imbang, dan kalah, ketika seorang atlet menampilkan performa yang baik, bisa saja timnya mendapatkan kekalahan, dan juga sebaliknya. Banyak faktor yang mempengaruhi baik buruknya performa atlet di dalam sebuah tim olahraga. Hal ini disebabkan karena performa olahraga dipengaruhi oleh faktor situasi dan individu (Ramzaninezhad, Keshtan, Shahamat, & Kordshooli, 2009). Salah satu faktor situasi yang mempengaruhi performa olahraga dalam olahraga tim adalah team cohesion atau kepaduan tim. Kepaduan tim adalah sebuah proses dinamis yang merefleksikan kecenderungan kelompok untuk terikat bersama dan bersatu dalam mencapai sebuah tujuan, serta kepuasan kebutuhan afeksi dari kelompok (Carron, Widmeyer, & Brawley, 1985). Definisi tersebut menyoroti empat karakteristik penting dari kepaduan tim, yaitu multidimensi (terdiri dari dimensi individual attraction to group-task, individual attraction to group-social, group integration-task, dan group integration-social), dinamis (tingkatnya bisa berubah), instrumental (mempunyai tujuan), dan afeksi. Penelitian empiris yang menguji asosiasi kepaduan tim terhadap performa olahraga menemukan hasil yang konsisten bahwa tingkat kepaduan tim yang
14 Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
15
tinggi mempunyai korelasi positif dan kuat terhadap performa atlet dan kesuksesan tim (Carron, Cohman, Wheeler, Stevens, 2002; Ramzaninezhad, dkk., 2009; Lowther & Lane, 2002). Lebih lanjut, selain dipengaruhi oleh faktor situasi, performa atlet di dalam olahraga tim juga dipengaruhi oleh faktor individu, diantaranya mood (Lowther & Chappel, 2001; Lowther & Lane, 2002), kepercayaan diri dan coping (Levy, Nicholls, & Polman), motivasi dan stres (Cox, 2003), serta competitive state anxiety (Jones & Swain, 1996). Salah satu faktor individu yang ditemukan paling konsisten mempengaruhi performa atlet adalah competitive state anxiety (kecemasan kompetitif). Kecemasan kompetitif adalah pemikiran yang berasal dari sebagian besar perasaan stress yang muncul dari persepsi tentang pentingnya situasi dan ketidakpastian tentang hasil (Burton, 1988 dalam Eys, Hardy, & Carron, 2003). Kecemasan kompetitif bersifat multidimensi dan termanifestasi dalam tiga bentuk, yaitu kecemasan kognitif, kecemasan somatik, dan kepercayaan diri (Martens, Vealey, Burton, 1990). Pada tahun 1908, Yerkes dan Dodson (Cox, 2003; hal. 209) mengajukan hipotesis inverted-U mengenai hubungan antara tingkat kecemasan dengan performa. Yerkes dan Dodson mengemukakan bahwa performa individu akan buruk ketika merasakan tingkat kecemasan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Individu akan mempunyai performa yang optimal ketika memiliki tingkat kecemasan yang moderat (sedang). Penelitian terkini mengenai pengaruh kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga menyatakan bahwa tingginya tingkat intensitas kecemasan mempunyai pengaruh negatif terhadap performa olahraga atlet (Burton, 1998; Woodman & Hardy, 2001 dalam Besharat & Pourbohlool, 2011). Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian lain yang mengungkapkan bahwa tingginya intensitas gejala kecemasan kompetitif selalu menurunkan performa olahraga atlet (Hanin, 1986; Hardy, 1990, 1996; Raglin & Hanin, 2000 dalam Besharat & Pourbohlool, 2011). Namun, penelitian yang disebutkan diatas hanya menguji pengaruh tingkat intensitas kecemasan kompetitif terhadap performa. Padahal menurut Jones dan Swain (1996), selain mengukur intensitas kecemasan kompetitif, juga penting untuk mengukur interpretasi atau penilaian individu
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
16
terhadap gejala kecemasan yang muncul. Tingginya tingkat intensitas kecemasan bisa dinilai berbeda oleh dua orang atlet. Seorang atlet bisa menilai kecemasan yang dirasakannya sebagai suatu hal yang membantu (fasilitative) performa, namun atlet lain bisa menilai kecemasan yang dirasakannya sebagai suatu hal yang mengganggu (debilitative) performa. Performa olahraga dipengaruhi oleh berbagai faktor individu dan situasi. Berdasarkan pernyataan ini, muncul beberapa pertanyaan. Faktor apakah yang memberikan pengaruh lebih kuat terhadap performa atlet, diantara faktor kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif pada olahraga tim?. Selain itu, apakah interaksi antara kepaduan tim dengan interpretasi terhadap kecemasan kompetitif memberikan pengaruh terhadap performa atlet?. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, peneliti ingin menguji pengaruh kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif, serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap performa atlet pada olahraga tim. Lebih spesifik lagi, peneliti ingin menguji faktor apa yang lebih mempengaruhi performa atlet di antara faktor kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif. Penelitian ini akan dilakukan terhadap atlet sepakbola yang mengikuti Liga Sepakbola Utama Kota Bengkulu. Responden merupakan atlet sepakbola tingkat amatir. Peneliti memilih sampel tersebut karena alasan kemudahan dalam proses administrasi penelitian.
1.2
Perumusan Masalah Baik buruknya performa olahraga atlet dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor situasi (Ramzaninezhad dkk., 2009). Salah satu faktor situasi yang mempengaruhi performa adalah kepaduan tim dan salah satu faktor individu yang mempengaruhi performa adalah kecemasan kompetitif. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui faktor manakah yang memberikan pengaruh lebih kuat terhadap performa atlet, di antara faktor kepaduan tim dan kecemasan kompetitif pada olahraga tim. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui pengaruh interaksi antara kepaduan tim dengan kecemasan kompetitif terhadap performa atlet pada olahraga tim.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
17
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap performa atlet pada atlet tim sepakbola level amatir. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi keduanya terhadap performa atlet.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjelaskan
faktor
yang
lebih
mempengaruhi performa atlet, diantara faktor kepaduan tim dan kecemasan kompetitif, pada olahraga tim. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjelaskan pengaruh interaksi dari kedua faktor terhadap performa atlet pada olahraga tim. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan sumbangan teori dalam bidang psikologi olahraga, khususnya mengenai kepaduan tim, kecemasan kompetitif, dan performa olahraga.
1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam penerapan praktis untuk meningkatkan performa atlet dalam olahraga tim, dengan memberikan intervensi terhadap faktor kepaduan tim dan kecemasan kompetitif. Dengan mengetahui faktor mana yang lebih kuat dalam mempengaruhi performa tim, diharapkan rancangan program intervensi peningkatan performa atlet dapat dibuat dengan lebih tepat.
1.5
Sistematika Penulisan Bab 1 merupakan bab pendahuluan. Bab ini membahas latar belakang penelitian mengenai pengaruh moderasi kecemasan kompetitif terhadap hubungan antara kepaduan tim dengan performa olahraga, alasan peneliti tertarik meneliti konstruk tersebut, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian, dan sistematika penulisan. Bab 2 adalah tinjauan pustaka dari variabel yang diteliti. Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai kecemasan kompetitif, kepaduan tim, dan performa olahraga.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
18
Bab 3 merupakan bab metode penelitian, yang memaparkan variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data. Bab 4 menjelaskan hasil penelitian mengenai interaksi hubungan dan pengaruh kecemasan kompetitif dan kepaduan tim terhadap performa olahraga yang
meliputi gambaran responden, hasil
penelitian utama, dan hasil penelitian tambahan. Dan yang terakhir, Bab 5 adalah bagian penutup dari penelitian. Bab ini terdiri dari kesimpulan, diskusi, dan saran.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Performa
2.1.1. Definisi Performa dan Performa Olarhaga Secara umum, performa adalah semua tindakan organisme pada konteks yang khusus dan diperoleh dari proses belajar (Domjan, 2010). Konteks khusus dalam definisi ini merujuk pada jenis kemampuan yang dipelajari individu, seperti olahraga, musik, memasak, melukis, dan sebagainya. Performa yang dihasilkan dari hasil belajar kemampuan olahraga disebut performa olahraga (Suinn, 2005). Lebih lanjut, berdasarkan bentuk keterlibatan atletnya, olahraga terbagi menjadi dua jenis, yaitu olahraga individu dan olahraga tim. Olahraga individu adalah olahraga yang dijalankan secara perseorangan. Sedangkan olahraga tim adalah olahraga yang dijalankan secara berkelompok. Berdasarkan hal ini, maka performa olahraga juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu performa atlet dan performa tim.
2.1.2. Definisi Performa Atlet Berkaitan dengan performa olahraga atlet, Division 47 Exercise and Sport Psychology
of
the
American
Psychological
Association
(dikutip
dari
http://www.apa.org/about/division/div.47.aspx) mengungkapkan bahwa belum ada definisi standar dari performa atlet., di mana performa dapat dianggap sebagai kata benda atau kata kerja. Sebagai kata benda, performa menggambarkan kejadian berbeda di mana pemain menampilkan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan khusus yang dimilikinya. Performa juga dapat menjadi kata kerja, yang menjelaskan proses pelaksanaan rencana aksi dari pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan khusus dari atlet. Performa harus selalu dikembangkan dan memerlukan usaha mencapai beberapa prestasi, yang biasanya diukur dari beberapa standar keberhasilan. Lebih lanjut, Suinn (2005) berpendapat bahwa performa olahraga atlet adalah sekelompok respon kognitif, emosi, dan motorik kompleks yang terbentuk dari pengalaman belajar.
6 Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
7
Performa dihasilkan selama proses latihan dan kompetisi. Meskipun seorang atlet memiliki performa yang sangat baik selama dalam kondisi latihan, namun hal ini tidak akan terlalu berguna, karena tujuan utama dari performa terefleksi dalam kondisi kompetisi. Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa proses pembentukan performa atlet dipengaruhi oleh beberapa komponen, seperti kekuatan respon benar dari atlet, adanya umpan balik untuk respon yang salah, dan kemampuan atlet untuk “memindahkan” respon dari konteks latihan ke dalam konteks kompetisi. Selain itu, Cashmor (2002) mengungkapkan bahwa performa atlet adalah “the execution of learned abilities under testing conditions”. Artinya, performa adalah penerapan hasil belajar pada kondisi yang menguji. Dalam konteks olahraga, kondisi yang paling menguji adalah kondisi kompetisi (Cashmor, 2002). Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa dalam penerapannya, performa melibatkan tiga bentuk kondisi waktu. Bentuk-bentuk penerapan ini terdiri dari: 1. Menghafal fitur-fitur dari performa sebelumnya, misalnya pada saat latihan (masa lalu), 2. Menafsirkan informasi dari lingkungan yang ada (sekarang), 3. Mempertimbangan tindakan yang tepat untuk keadaan tertentu, yang dapat berubah tiba-tiba dalam sebuah pertandingan (masa depan). Hal ini membuat pemain harus memanfaatkan akumulasi pengalaman yang didapatkan dari latihan dan performa masa lalu, serta mengkombinasikannya dengan pengetahuan tentang situasi yang sedang dihadapi pada saat melakukan aksi. Dari berbagai definisi tentang performa olahraga atlet diatas, dapat disimpulkan bahwa performa olahraga atlet adalah seperangkat respon kognitif, emosi, dan motorik kompleks yang terbentuk dari pengalaman belajar. Respon ini berbentuk pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan khusus yang diterapkan pada kompetisi. Performa atlet dihasilkan selama proses latihan dan kompetisi.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Performa Atlet Performa dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor situasi (Ramzaninezhad dkk, 2009). Beberapa faktor individu yang mempengaruhi performa atlet, diantaranya adalah mood (Lane & Chappel, 2001; Lane & Lowther, 2002), kepercayaan diri
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
8
dan coping (Levy dkk., 2009), serta kecemasan kompetitif (Martens dkk., 1990; Woodman & Hardy,
2003). Sedangkan
beberapa faktor situasi
yang
mempengaruhi performa atlet adalah kepaduan tim (Carron dkk., 2002), social fasilitation dan social loafing (Hodge, 1995), serta collective efficacy (Myers dkk., 2004; Ramzaninezhad, 2009).
2.1.4. Pengukuran Performa Atlet Ada dua jenis teknik pengukuran performa olahraga, baik performa atlet maupun performa tim, yaitu pengukuran obejektif dan pengukuran subjektif. Pengukuran objektif merujuk pada pengukuran yang tidak menggunakan ukuran referensi diri individu sebagai dasar pengukuran. Pengukuran objektif performa atlet biasanya menilai performa menggunakan alat-alat pengukur fisiologis, seperti tes jumlah maksimal oksigen yang dihirup (Chamari dkk., 2004), tes kecepatan maksimum, akselerasi, dan kegesitan atlet (Little & Williams, 2005), pergerakan atlet dalam berbagai posisi bermain atau motion analysis (Di Salvo dkk., 2007). Selain itu, pengukuran objektif performa atlet juga menggunakan computerized match analysis system yang mengukur statistik perilaku dari performa individu dalam sebuah pertandingan (Dellal dkk., 2011). Metode ini menganalisa performa individu yang meliputi total jarak berlari, baik dengan ataupun tanpa bola, dalam sebuah pertandingan, dan jumlah operan, serta waktu penguasaan dan sentuhan bola. Sedangkan pengukuran objektif performa tim biasanya menggunakan referensi jumlah menang-kalah tim dalam pertandingan (Ruder & Gill, 1982) dan peringkat tim dalam liga (Ramzanizezhad, 2009). Seperti yang telah disebutkan diatas, performa atlet juga bisa diukur menggunakan ukuran referensi diri atau pengukuran subjektif. Alat ukur ini biasanya berbentuk inventori kertas dan pensil (Lane & Chappel, 2001; Bakker dkk., 2011). Dalam pengukuran ini, atlet yang bersangkutan atau pelatih tim biasanya diminta untuk menilai performa atlet dan tim dalam sebuah pertandingan. Kedua metode pengukuran diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pertama, dari segi biaya. Pengukuran subjektif tidak memerlukan biaya yang besar dibandingkan dengan pengukuran subjektif. Kedua, dari segi
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
9
waktu. Pengukuran subjektif memerlukan waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan pengukuran objektif. Namun, meski pengukuran subjektif memiliki beberapa keuntungan dibandingkan pengukuran objektif, namun dalam objektivitas hasil pengukuran, pengukuran objektif dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pengukuran subjektif. Karena dalam pengukuran subjektif peneliti tidak dapat mengontrol kemungkinan faking responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
2.1.5. Modifikasi Alat Ukur Performa Atlet Untuk mengukur performa olahraga individu, peneliti memodifikasi alat ukur Performance Satisfaction yang dikembangkan oleh Lane dan Chappell (2001). Alat ukur ini menggunakan ukuran referensi diri
untuk mengukur
performa olahraga individu dalam pertandingan. Dalam olahraga tim, dimana hasilnya adalah menang, kalah, atau imbang, akan sangat mungkin seorang pemain menampilkan performa sangat baik, namun timnya masih kalah. Peserta menilai persepsi terhadap performanya dalam dua item, yaitu "Bagaimana perasaan anda tentang performa anda dalam pertandingan tadi?", dan item "Menurut anda, berapa nilai performa anda dalam pertandingan tadi?". Untuk item 1, responden merespon item ini dalam 9 pilihan respon skala likert, dengan pilihan 1 “sangat tidak puas” hingga pilihan 9 “sangat puas”. Sedangkan untuk item 2, responden merespon item ini dalam 9 pilihan respon skala likert, dengan pilihan 1 “sangat jelek” hingga pilihan 9 “sangat baik”.
2.2
Kepaduan Tim (Team Cohesion)
2.2.1. Kelompok dan Tim Olahraga Dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung melihat sekumpulan orang sebagai kelompok. Meski demikian, definisi kelompok yang digunakan dalam psikologi sosial lebih kompleks dari hal ini. Secara umum, kelompok adalah dua orang atau lebih yang berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dalam sebuah hubungan sosial (Forsyth, 2010). Lebih lanjut, Aronson, Wilson, dan Akert (dalam Moran, 2004) mendefinisikan kelompok secara lebih khusus. Menurut mereka, kelompok
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
10
merupakan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Adanya interaksi, pengaruh satu sama lain, dan tujuan bersama, merupakan tiga hal yang membedakan kelompok dengan sekedar kumpulan orang-orang. Contohnya, sekumpulan orang yang kebetulan berenang pada hari yang sama, berbeda dengan sekumpulan atlet renang yang setiap hari latihan bersama. Hal ini berbeda karena sekumpulan atlet renang tersebut tidak hanya mempunyai tujuan yang sama, tetapi mereka juga berinteraksi satu sama lain dengan cara yang formal, seperti melakukan pemanasan sebelum latihan secara bersama-sama. Menurut Moran (2004), sekumpulan orang yang bersatu dalam mencapai tujuan bersama ini disebut sebagai tim. Menurut Carron dan Hausenblas (1998) dalam Moran (2004), tim olahraga adalah jenis kelompok spesial. Hal ini disebabkan karena tim olahraga memiliki 4 karakteristik khusus, yaitu memiliki sense of identity yang kolektif, sekumpulan peran anggota yang berbeda-beda, model komunikasi dalam kelompok yang terstruktur, dan norma kelompok yang menentukan berbagai hal yang harus dan tidak harus dilakukan oleh anggotanya.
2.2.2. Definisi Kepaduan Tim Dalam satu dekade terakhir, kepaduan kelompok telah dipertimbangkan menjadi salah satu variabel penting dalam menentukan kesuksesan kelompok. Menurut Siebold (dalam Carron, Shapcott, & Burke, 2007), konsep kepaduan kelompok pertama kali tercatat dalam cerita perperangan di masa Yunani Kuno. Pada saat itu digambarkan para tentara Spartan yang berjumlah lebih sedikit, berperang menghadapi tentara Persia yang lebih banyak dengan menggunakan kekuatan kepaduan kelompok. Perjuangan tentara Spartan ini kemudian dilihat sebagai simbol ‘kesatuan dan kepaduan’ dari sebuah kelompok. Tidak hanya dalam konteks perperangan militer, kepaduan kelompok juga mempunyai peran yang besar dalam menentukan kesuksesan kelompok dalam konteks olahraga. De Backer (2011) mengungkapkan bahwa kepaduan kelompok merupakan salah satu perilaku orientasi kelompok yang sangat penting dan
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
11
menjadi faktor kunci untuk mencapai performa luar biasa dalam konteks olahraga tim. Dalam konteks olahraga, kepaduan kelompok (group cohesion) disebut sebagai kepaduan tim (team cohesion). Istilah ini dipopulerkan oleh Carron dan koleganya (Cox, 2007). Kepaduan tim didefinisikan sebagai ‘a dynamic process which is reflected in the tendency for a group to stick together and remain united in the pursuit of its instrumental objectives and/or for the satisfaction of member affective needs’ (Carron dkk., 1998, hal. 213 dalam Carron dkk., 2007, hal. 118). Artinya, kepaduan tim merupakan sebuah proses dinamis yang merefleksikan kecenderungan kelompok untuk terikat bersama dan bersatu untuk mencapai sebuah tujuan, serta kepuasan afeksi dari kelompok. Definisi di atas menyoroti empat karakteristik penting dari kepaduan tim, yaitu bersifat multidimensi, dinamis, instrumental, dan afeksi (Carron dkk., 2007). Carron, dkk (1985, hal.192) menjelaskan bahwa karakteristik pertama dari kepaduan tim adalah multidimensi. Kepaduan tim meliputi dimensi individual dan kelompok dari orientasi task cohesion dan social cohesion. Definisi ini menghasilkan empat dimensi dari kepaduan tim yang terdiri dari Group Integration-Task (GI-T), Group Integration-Social (GI-S), Individual Attractions to the Group-Task (ATG-T), dan Individual Attraction to the Social-Task (ATGS). Karakteristik kedua dari kepaduan tim adalah proses dinamis. Kepaduan tim tidak mempunyai sifat yang menetap, tapi mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini disebakan kepaduan tim juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti tingkat keberhasilan atau kegagalan yang dialami oleh tim. Sebagai contoh, sebuah tim sepakbola dapat mencapai tingkat kepaduan yang tinggi jika telah memenangkan banyak pertandingan. Namun tingkat kepaduan tim ini mungkin berkurang jika tim mengalami kekalahan pada satu atau dua pertandingan yang penting. Karakteristik ketiga dari kepaduan tim adalah instrumental. Kepaduan tim merefleksikan tujuan dan alasan dari pembentukan kelompok. Dengan kata lain, orang bergabung atau menjadi tim untuk alasan yang bermanfaat dan untuk mencapai tujuan yang sama. Sedangkan karakteristik yang terakhir adalah afeksi, dimana kepaduan tim memiliki asosiasi yang positif
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
12
dengan afeksi atau perasaan positif (Carron dkk., 2007, hal. 119). Konsep kepaduan tim secara empiris telah dihubungkan dengan sejumlah faktor kelompok dan individual (Eys dkk., 2003). Contoh dari faktor kelompok yang berhubungan dengan kepaduan tim adalah performa tim (Carron dkk., 2002; Ramzaninezhad dkk., 2009), dan collective efficacy (Ramzaninezhad dkk., 2009). Sedangkan faktor individual yang dihubungkan dengan kepaduan tim adalah kepuasan individu, perilaku kesetiaan (Carron dkk., 2007), performa atlet, mood (Lane & Lowther, 2002), dan competitive state anxiety (Eys dkk., 2003).
2.2.3. Dimensi Kepaduan Tim Carron, dkk (1985, hal.192) menjelaskan bahwa setiap anggota tim mengembangkan dan memiliki persepsi tentang timnya secara keseluruhan tentang bagaimana kelompok memenuhi tujuan dan kebutuhan pribadinya. Dalam hal ini, kekuatan persepsi dari anggota tim akan menjelaskan mengapa sebuah kelompok tetap bersatu. Persepsi individu terhadap timnya terdiri dari: 1. Individual attractions to grup (ATG) atau atraksi individu kepada kelompok. Atraksi individu kepada kelompok mencerminkan persepsi individu tentang motivasi pribadi yang berguna untuk menarik dan mempertahankan dirinya dalam kelompok, serta perasaan pribadinya tentang kelompok. Manifestasi dimensi dari kelompok atraksi individu kepada kelompok merupakan persepsi individu tentang motivasi pribadi yang berguna untuk menahannya di dalam kelompok. Berdasarkan hal ini, maka item alat ukur dari dimensi ATG berhubungan dengan masalah yang terkait dengan "aku" dan "saya" (Carron dkk., 1985, hal.192). 2. Group
integration
(GI)
atau
integrasi
kelompok.
Integrasi
kelompok
mencerminkan persepsi individu tentang kedekatan, kesamaan, ikatan dalam kelompok secara keseluruhan, serta tingkat kesatuan kelompok. Manifestasi dimensi dari integrasi kelompok merupakan persepsi individu tentang kedekatan, kesamaan, dan ikatan dalam kelompok secara keseluruhan. Dengan demikian, item alat ukur dari dimensi GI berhubungan langsung dengan masalah yang terkait dengan "kita" dan "kami". Selain itu, Carron, dkk (1985) juga mengungkapkan bahwa terdapat dua orientasi persepsi individu terhadap timnya, yaitu orientasi tugas (task cohesion)
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
13
dan orientasi sosial (social cohesion). Task cohesion atau kepaduan tugas adalah sejauh mana anggota tim dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan atau target spesifik tim yang telah ditentukan. Contoh kepaduan tugas dapat dilihat pada saat sebuah tim sepakbola menjalankan strategi bertahan man to man marking dalam sebuah pertandingan, ketika sebuah tim basket melakukan serangan balik dan bertahan dengan strategi zone marking pada saat diserang, dan sebagainya. Sedangkan social cohesion atau kepaduan sosial adalah sejauh mana anggota tim saling menyukai satu sama lain dan menikmati kepuasan pribadi dengan menjadi bagian dari anggota tim tersebut. Setiap tim olahraga dapat memiliki tingkat kepaduan tugas dan kepaduan sosial yang berbeda. Tim yang sukses bisa saja memiliki kepaduan tugas yang baik namun belum tentu memiliki kepaduan sosial yang baik. Salah satu contohnya terjadi pada tim sepakbola Manchester City yang menjadi juara Liga Inggris pada musim 2011-2012 tahun ini. Tim ini dapat bermain hebat di lapangan, menjalankan strategi menyerang dan bertahan dengan baik. Namun di lain sisi, beberapa pemain andalan mereka seperti Carlos Tevez tidak menyukai pelatihnya dan Mario Balotelli yang banyak tidak disukai oleh rekan satu timnya. Definisi konseptual yang telah dijelaskan diatas menghasilkan empat dimensi kepaduan tim yang terdiri dari Group Integration-Task (GI-T), Group Integration-Social (GI-S), Individual Attractions to the Group-Task (ATG-T), dan Individual Attraction to the Social-Task (ATG-S). Berikut definisi dari setiap dimensi. 1. GI-T merupakan persepsi individu tentang tingkat kesatuan dalam tim secara kolektif mengenai sasaran dan tujuan tim. 2. GI-S merupakan persepsi individu mengenai tingkat kesatuan sosial dalam tim secara kolektif. 3. ATG-T merupakan persepsi individu mengenai keterlibatan dirinya sendiri dalam aspek tugas yang berorientasi pada kelompok. 4. ATG-S merupakan persepsi individu mengenai keterlibatan dirinya sendiri dalam aspek sosial kelompok.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
14
Gambar 2.2. Model konseptual kepaduan tim (Carron dkk., 1985)
Individual attraction to group-task (ATG-T)
Individual attraction to group-social (ATG-S)
Team cohesion (Kepaduan tim)
Group integration-task (GI-T)
Group integrationsocial (GI-S)
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepaduan Tim Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, ada empat kategori faktor yang mempengaruhi kepaduan tim. Empat kategori tersebut adalah faktor lingkungan, faktor individu, faktor kepemimpinan, dan faktor kelompok (tim). Berikut akan dijelaskan mengenai masing-masing kategori dari faktor yang mempengaruhi kepaduan tim. 1) Faktor Lingkungan Dua buah faktor yang ditemukan berhubungan dengan kepaduan tim adalah ukuran kelompok dan tingkat kompetisi. Ukuran kelompok merujuk pada besarnya jumlah anggota dalam kelompok. Secara umum, tingkat kepaduan tim akan menurun karena jumlah anggota kelompok semakin besar (Carron, Hausenblas, Mack, 2005 dalam Carron dkk., 2007; hal.120). Hal ini terjadi karena peningkatan ukuran kelompok dapat membuat komunikasi dan koordinasi yang efektif di dalam kelompok menjadi sulit terjadi. Seperti yang telah disebutkan di atas, tingkat kompetisi juga ditemukan berhubugan dengan kepaduan tim. Lebih spesifik lagi, kepaduan tim menurun karena tingkat kompetisi meningkat (Carron dkk., 2007). Granito dan Rainey (1988) dalam Carron, dkk (2007) mengukur kepaduan tim pada atlet tim sepakbola SMA dan mahasiswa. Dalam penelitian
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
15
tersebut ditemukan bahwa orientasi kepadun tugas dalam kepaduan tim, lebih tinggi pada tim SMA dibandingkan tim mahasiswa. 2) Faktor Individu Beberapa faktor individu yang ditemukan berpengaruh terhadap kepaduan tim adalah kepuasan individu dan perilaku kesetiaan (Carron dkk., 2007; hal 191). Kepuasan individu menjadi faktor individu yang signifikan mempengaruhi kepaduan tim (Carron & Chelladurai, 1981; Martens & Peterson, 1971; dan Williams & Hacker, 1982 dalam Carron dkk., 2007). Sebagai contoh, Martens dan Peterson (1971) dalam Carron, dkk (2007; hal.121) menemukan bahwa atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim tyang inggi dilaporkan memiliki kepuasan individu yang lebih tinggi dibandingkan atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim yang rendah. Lebih lanjut, kepaduan tim juga ditemukan berhubungan dengan perilaku kesetiaan individu (Prapavessis & Carron, 1997 dalam Carron dkk., 2007; hal.121). Hasil penelitian menunjukkan bahwa atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim yang tinggi lebih mungkin untuk hadir tepat waktu dalam latihan dan merasa timnya akan mampu melewati kejadian-kejadian negatif yang dapat merusak keutuhan tim. 3) Faktor Kepemimpinan Dua elemen kepemimpinan yang ditemukan berhubungan dengan kepaduan tim adalah perilaku pemimpin dan gaya pengambilan keputusan. Merujuk pada perilaku pemimpin, penelitian yang dilakukan oleh Gardner, Shields, Bredemeier, dan Bostrom (1996) dan Westre dan Weiss (1991) dalam Carron, dkk (2007), menemukan bahwa pelatih bisa membantu peningkatan tingkat kepaduan tim dengan lebih banyak memberikan latihan dan instruksi, perilaku yang demokratis, dukungan sosial, pemberian umpan balik yang positif, dan mengurangi penggunaan gaya melatih yang otoriter. Lebih lanjut, merujuk pada gaya pengambilan keputusan, ditemukan bahwa persepsi kepaduan tim yang tinggi muncul ketika tim menggunakan pengambilan keputusan yang lebih partisipatif atau demokratis dibandingkan gaya pengambilan keputusan lainnya (Carron dkk., 2007; hal. 122).
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
16
4) Faktor Kelompok (Tim) Faktor kelompok (tim) merujuk pada asosiasi terhadap kelompok secara keseluruhan. Faktor kelompok yang akan didiskusikan disini meliputi peran, norma, collective efficacy, dan performa. Pada olahraga tim, berbagai aspek keterlibatan peran ditemukan mempunyai korelasi yang kuat dengan kepaduan tim (Brawley, Carron, & Widmeyer, 1987 dalam Carron dkk., 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Brawley, dkk (1987) dalam Carron, dkk (2007; hal. 122) menemukan korelasi sebesar 0.56, 0.63, dan 0.57 antara kepaduan tim dengan role clarity (kejelasan peran), role acceptance (penerimaan peran), dan role performance (performa peran). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Eys dan Caroon (2001) dalam Carron, dkk (2007) mengungkapkan bahwa tingginya tingkat kepaduan tim mempunyai korelasi yang negatif dengan role ambiguity (ambiguitas peran). Kepaduan tim akan meningkat ketika ambiguitas peran rendah. Berkaitan dengan norma, penelitian terhadap kepaduan tim dan norma kelompok mengonfirmasi bahwa
konformitas terhadap norma kelompok
mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat kepaduan tim. Lebih lanjut, berbagai penelitian terdahulu juga mengungkapkan bahwa tingkat kepaduan tim yang tinggi mempunyai hubungan yang positif dengan tingginya tingkat collective efficacy dan kesuksesan performa tim (Ramzaninezhad dkk., 2009; Carron dkk., 2002).
2.2.5. Pengukuran Kepaduan Tim Persepsi kepaduan dalam kelompok biasanya diukur menggunakan sosiogram (anggota kelompok ditanya secara rahasia nama anggota kelompok yang ia sukai atau tidak sukai) dan inventori self-report (lapor-diri). Namun dalam hal ini inventori lapor-diri lebih sering digunakan di kalangan peneliti. Salah satu alat ukur kepaduan tim yang pertama kali dikembangkan adalah Sport Cohesiveness Questionnaire (SCQ; Martens, landers, & Loy, 1972 dalam Moran, 2004). Alat ukur ini terdiri dari tujuh item yang mengukur atraksi interpersonal, kekuatan personal, kedekatan, kenyamanan, kerja sama, rasa memiliki, dan persepsi nilai-nilai kelompok. Sayangnya, alat ini mempunyai keterbatasan, yaitu
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
17
tidak pernah divalidasi untuk digunakan terhadap atlet dan hanya fokus pada pengukuran orientasi kepaduan sosial. Untuk mengatasi kelemahan alat ukur ini, para peneliti mengembangkan alat ukur lain, yaitu Team Cohesion Questionnaire (TCQ; Gruber & Gray, 1982 dalam Moran, 2004) dan Multidimensional Sport Cohesion Instrument (MSCI; Yukelson, Weinberg, & Jackson, 1984 dalam Moran, 2004). Namun, kedua alat ukur ini mempunyai kekurangan dalam hal validitas. Pada tahun 1985, Carron dan koleganya mengembangkan alat ukur kepaduan tim yang bernama Group Enviromental Questionnaire (GEQ; Carron, Widmeyer, & Brawley, 1985). Alat ukur ini kemudian menjadi inventori yang paling populer digunakan oleh para peneliti psikologi olahraga. Karena secara umum alat ukur ini mempunyai karakteristik psikometri yang sangat bagus, khususnya dalam hal reliabilitas alat ukur (Moran, 2004). Alat ukur ini terdiri dari 18 item pernyataan yang mengukur empat dimensi dari kepaduan tim, yaitu dimensi Group Integration-task (GI-T; 5 item), Group Integration-social (GI-S; 4 item), Individual Attraction to Group-task (ATG-T; 4 item), dan Individual Attraction to Group-social (ATG-S; 5 item).
2.2.6. Modifikasi Alat Ukur Kepaduan Tim Untuk mengukur kepaduan tim, peneliti memodifikasi alat ukur Group Environment Questionnaire (GEQ; Carron dkk., 1985). Alat ukur ini terdiri dari 18 item yang mengukur empat dimensi dari kepaduan tim. Empat dimensi ini adalah Group Integration-Task (GI-T) yang terdiri dari 5 item, Group IntegrationSocial (GI-S) yang terdiri dari 4 item, Individual Attractions to the Group-Task (ATG-T) yang terdiri dari 4 item, dan Individual Attraction to the Social-Task (ATG-S) yang terdiri dari 5 item. GI-T mengukur persepsi individu tentang tingkat kesatuan dalam tim secara kolektif mengenai sasaran dan tujuan tim, GI-S mengukur persepsi individu mengenai tingkat kesatuan sosial dalam tim secara kolektif,
ATG-T mengukur persepsi individu mengenai keterlibatan dirinya
sendiri dalam aspek tugas yang berorientasi pada kelompok, dan ATG-S mengukur persepsi individu mengenai keterlibatan dirinya sendiri dalam aspek sosial kelompok.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
18
Tabel 2.2.6.a Dimensi dan Item Alat Ukur Modifikasi Kepaduan Tim Skor Min-Maks
Dimensi
Nomor Item
ATG-S
1, 3, 5, 7, 9
5-45
ATG-T
2, 4, 6, 8
4-36
GI-S
11, 13, 17, 14, 19
5-45
GI-T
10, 12, 15, 16, 18, 20
6-54
per Dimensi
Tabel 2.2.6.b Pembagian Item Berdasarkan Skoring item favorable dan unfavorable Nomor Item Favorable
Nomor Item Unfavorable
5, 9, 10, 12, 15, 17, 18
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 19, 20
Dalam melakukan modifikasi, peneliti menambah dua item pernyataan yang merupakan bagian dari dimensi GI-S sehingga alat ukur kepaduan tim yang peneliti modifikasi memiliki 20 item pernyataan. Penambahan item ini untuk menghindari pernyataan yang bersifat double-barrell dari hasil penerjemahan alat ukur. Responden merespon 20 item pernyataan yang terdiri dari 9 pilihan respon skala likert, dengan pilihan 1 adalah “sangat tidak setuju” hingga pilihan 9 “sangat setuju”. Pengukuran persepsi individu terhadap kepaduan tim dilakukan 45-60 menit sebelum responden menjalani pertandingan.
2.3
Kecemasan Kompetitif (Competitive State Anxiety)
2.3.1. Definisi Kecemasan Salah satu aspek yang melekat pada olahraga kompetitf adalah keharusan atlet untuk dapat memenuhi tuntutan kompetisi dan tampil baik di bawah tekanan (Craft, Magyar, Becker, & Felzt, 2003). Dalam mempersepsikan tuntutan kompetisi, atlet dapat menafsirkan situasi yang menekan dalam berbagai cara. Misalnya, tuntutan kompetisi dapat dianggap sebagai bagian alamiah dari kompetisi atau justru membangkitkan kecemasan. The dictionary of the sport and
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
19
exercise sciences (Anshel, Freedson, Hamill, Haywood, Horvat, & Plowman, 1991 dalam Anshel, 1995) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan subjektif dari ketakutan atau persepsi ancaman, yang seringkali disertai dengan meningkatnya
rangsangan
fisiologis.
Definisi
ini
mengindikasikan
dua
karakteristik dari kecemasan. Pertama, kecemasan adalah proses psikologis. Walaupun kecemasan mungkin termanifestasi dalam bentuk respon somatik, seperti meningkatnya detak jantung dan keringat, perasaan cemas berasal dari pikiran. Karakteristik kedua dari kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan. Tujuan utama dari kecemasan adalah untuk mendeteksi adanya bahaya dan ancaman potensial yang berasal dari lingkungan. Kecemasan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu trait dan state (Anshel, 1995). Trait kecemasan merupakan dimensi kepribadian, sedangkan state kecemasan adalah perasaan subjektif, di mana individu secara sadar merasakan ketegangan dan takut. The dictionary of the sport and exercise sciences (Anshel dkk., 1991 dalam Anshel, 1995) mendefinisikan state kecemasan sebagai pengalaman emosional yang dicirikan dengan rasa takut, tegang, dan kadang disertai
dengan
meningkatnya
rangsangan
fisiologis.
State
kecemasan
merefleksikan proses psikologis dan fisiologis. Sedangkan trait kecemasan adalah bentuk kepribadian individu yang cenderung mempersepsikan situasi pasti di lingkungan sebagai suatu hal yang mengancam dan menekan, serta mempunyai kecenderungan mengalami peningkatan state anxiety dalam merespon situasi ini.
2.3.2. Definisi Kecemasan Kompetitif Dalam konteks olahraga, kecemasan atlet sebelum bertanding disebut sebagai competitive state anxiety (kecemasan kompetitif). Menurut Burton (1988) dalam (Eys dkk., 2003, hal. 67), kecemasan kompetitif adalah “thought to derive largely from feelings of stress that arise from perception about the importance of the situations and uncertainty about the outcome”. Berdasarkan definisi ini dapat disimpulkan bahwa kecemasan kompetitif adalah pemikiran yang berasal dari sebagian besar perasaan stres, yang muncul dari persepsi tentang pentingnya situasi dan ketidakpastian tentang hasil.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
20
Martens, dkk (1990) mengembangkan teori kecemasan kompetitif multidimensi, yang menjelaskan bahwa kecemasan kompetitif termanifestasikan dalam tiga bentuk, yaitu kecemasan kognitif, kecemasan somatik, dan kepercayaan diri. Kecemasan kognitif dihipotesiskan memiliki hubungan linier negatif dengan performa atlet, kecemasan somatik dihipotesiskan memiliki hubungan terbalik yang berbentuk U dengan performa atlet, dan kepercayaan diri dihipotesiskan memiliki hubungan linier positif dengan performa atlet. Berdasarkan teori ini, Martens, dkk (1990) mengembangkan sebuah alat ukur kecemasan kompetitif yang bernama Competitive State Anxiety Inventory. Alat ukur ini kemudian banyak digunakan dalam penelitian yang menguji asosiasi antara kecemasan kompetitif dengan performa atlet (Jones & Swain, 1996; Woodman & Hardy, 2003; Besharat & Pourbohlool, 2011). Lebih lanjut, Martens, dkk (1990) menjelaskan bahwa kecemasan kognitif adalah harapan negatif dan kekhawatiran kognitif tentang diri sendiri, situasi yang dihadapi, dan potensi konsekuensi yang akan dihadapi. Misalnya, keraguan tentang diri dan kekhawatiran tentang kekalahan. Kecemasan somatik adalah persepsi dari gairah fisiologis seseorang, misalnya, peningkatan denyut jantung, gemetar, dan berkeringat. Sedangkan, kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang dalam menghadapi tantangan tugas yang akan dilakukan, misalnya berbentuk perasaan santai dan aman.
2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Kompetitif Merujuk pada Endler (1978) dalam Cox (2003), ada lima faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kecemasan kompetitif atlet, yaitu: 1. Takut gagal. 2. Takut mendapatkan evaluasi sosial yang negatif. 3. Takut cedera. 4. Situasi yang ambigu. 5. Tuntutan merubah sesuatu tanpa ada latihan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
21
2.3.4. Pengukuran Kecemasan Kompetitif Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengukuran trait dan state kecemasan cenderung lebih banyak menggunakan inventori kertas dan pensil. Namun hal ini bukan berarti metode lain seperti asesmen perilaku dan fisiologis menjadi tidak berarti. Penggunaan inventori kertas dan pensil lebih sering digunakan karena metode tersebut lebih mudah dikerjakan dibandingkan asesmen perilaku dan fisiologis. Berdasarkan dimensi pengukuran, metode pengukuran trait dan state kecemasan dibagi menjadi dua, yaitu unidimensi dan multidimensi (Cox, 2003). Dalam inventori multidimensi, pengukuran trait dan state kecemasan biasanya mengukur dimensi kecemasan kognitif, somatik, dan kepercayaan diri. Sedangkan pada inventori unidimensi, trait dan state kecemasan diukur secara keseluruhan, tidak dibagi ke dalam dimensi-dimensi. Beberapa jenis inventori yang mengukur trait kecemasan multidimensi adalah Cognitive Somatic Anxiety Questionaire (CSAQ) dan Sport Anxiety Scale (SAS). Sedangkan jenis inventori yang mengukur state kecemasan adalah Activation-Deactivation Checklist (AD-ACL), The Competitive State Anxiety Inventory-2 (CSAI-2), dan The Revised Competitive State Anxiety Inventory-2 (CSAI-2R). Lebih lanjut, seperti yang telah disebutkan diatas, juga terdapat pengukuran trait dan state kecemasan yang bersifat unidimensi. Diantaranya adalah Spielberger’s Trait Anxiety Inventory (TAI), Sport Competition Anxiety Test (SCAT), Spielberger’s State Anxiety Inventory (SAI), The Competitive State Anxiety Inventory (CSAI). Sejak tahun 1990, CSAI-2 telah dipilih menjadi inventori yang digunakan untuk mengukur kecemasan kompetitif (Cox, 2003). CSAI-2 terdiri dari 27 item yang mengukur dimensi kecemasan kognitif, kecemasan somatik, dan kepercayaan diri. Namun pada tahun 2003, pengukuran kecemasan kompetitif dialihkan menggunakan CSAI-2R yang dikembangkan oleh Cox, Martens, dan Russels (2003). Hal ini disebabkan karena CSAI-2 mempunyai item-item yang berkorelasi tinggi dengan satu dimensi lain atau lebih pada konstruk kecemasan kompetitif. Inventori CSAI-2R (Cox dkk., 2003) memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam CSAI-2 dengan membuang 10 item yang berkorelasi tinggi dengan satu atau lebih dimensi lain di dalam inventori. CSAI-2R terdiri dari 17 item
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
22
pernyataan yang mengukur dimensi kecemasan kognitif, kecemasan somatik, dan kepercayaan diri.
2.3.5. Adaptasi Alat Ukur Kecemasan Kompetitif Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan kompetitif adalah adaptasi dari The Revised Competitive State Anxiety Inventory-2 (CSAI-2R; Cox dkk., 2003). Alat ukur ini berisi 17 item pernyataan yang mengukur tiga dimensi dari variabel kecemasan kompetitif. Ketiga dimensi tersebut terdiri dari 5 item gejala kecemasan kognitif, 7 item gejala kecemasan somatik, dan 5 item kepercayaan diri.
Tabel 2.3.5. Dimensi dan Nomor Item Alat Ukur Adaptasi Kecemasan Kompetitif Dimensi
No.Item
Kognitif
2, 5, 8, 13, 15
Somatik
1, 4, 6, 9, 11,14,17
Kepercayaan Diri
3, 7, 10, 12, 16
Dalam mengadaptasi alat ukur ini peneliti menambahkan pengukuran lain terhadap kecemasan kompetitif, yaitu interpretasi atau penilaian individu terhadap gejala kecemasan yang muncul, apakah memfasilitasi atau mengganggu performanya. Pengukuran ini disebut direction scale yang dikembangkan oleh Jones dan Swain (1996). Karena pada alat ukur CSAI-2R (Cox dkk., 2003), kecemasan kompetitif hanya diukur intensitas gejala kecemasannya saja. Untuk mengukur intensitas gejala kecemasan kompetitif, responden diminta untuk merespon 17 item pernyataan dengan 4 pilihan respon, yaitu dengan pilihan 1 adalah “tidak sama sekali” sampai dengan pilihan 4 adalah “sangat banyak”. Sedangkan untuk mengukur penilaian individu terhadap gejala kecemasan, responden diminta untuk merespon 17 item pernyataan dengan 7 pilihan respon, yaitu dengan pilihan -3 adalah “sangat mengganggu” sampai dengan pilihan +3 “sangat memfasilitasi/membantu”. Pengukuran dilakukan 30-45 menit sebelum responden menjalani pertandingan, setelah responden mengisi alat ukur kepaduan Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
23
tim. Responden diminta untuk memilih salah satu respon yang paling menggambarkan diri responden terhadap pernyataan yang ada.
2.4
Dinamika Hubungan antara Kepaduan Tim, Kecemasan Kompetitif, dan Performa Atlet Penelitian empiris yang menguji pengaruh antara kepaduan tim dengan performa mengonfirmasi hasil yang konsisten bahwa level kepaduan tim yang tinggi mempunyai korelasi positif dan kuat terhadap performa atlet dan kesuksesan tim (Carron dkk, 2002; Ramzaninezhad, dkk., 2009). Dalam penelitian mengenai pengaruh kepaduan tim terhadap performa atlet sepakbola, Lane dan Lowther (2002) menemukan bahwa kepaduan tim memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap performa atlet. Lebih lanjut, penelitian mengenai hubungan antara kepaduan tim dengan interpretasi kecemasan kompetitif salah satunya diteliti oleh Eys, dkk (2003). Penelitian ini dilakukan terhadap 276 orang atlet laki-laki dan 116 orang atlet perempuan dari berbagai macam cabang olahraga tim, yang meliputi sepakbola, rugbi, dan hoki. Kepaduan tim diukur dengan menggunakan Group Environment Questionnaire (GEQ; Carron dkk., 1985) pada saat sebelum latihan tim, sedangkan interpretasi kecemasan kompetitif diukur menggunakan Competitive State Anxiety Inventory (CSAI-2; Martens dkk., 1990) pada saat 30-45 menit sebelum bertanding. Hasil dari penelitian ini mengonfirmasi bahwa atlet yang mempersepsikan kecemasannya sebagai suatu hal yang fasilitatif terhadap performa mempunyai persepsi kepaduan tim yang lebih tinggi dibandingkan atlet yang mempersepsikan kecemasan sebagai suatu hal yang mengganggu. Sedangkan penelitian mengenai kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga mengonfirmasi bahwa tingginya level dari gejala kecemasan (intensitas kecemasan) biasanya melemahkan dan mempunyai pengaruh negatif terhadap performa (Burton, 1988; Mellalieu dkk., 2006; Woodman & Hardy, 2001 dalam Besharat & Pourbohlool, 2011). Penelitian lain mengonfirmasi bahwa kecemasan selalu menurunkan performa dalam olahraga (Hanin, 1986; Hardy, 1990, 1996; Hardy dkk., 2004; Raglin & Hanin, 2000 dalam Besharat & Pourbohlool, 2011). Dalam sebuah penelitian mengenai pengaruh intensitas dan interpretasi
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
24
kecemasan kompetitif terhadap performa atlet, Jones dan Swain (1996) mengonfirmasi
bahwa
intensitas
dan
interpretasi
kecemasan
kompetitif
mempengaruhi performa atlet. Intensitas kecemasan memberikan pengaruh negatif terhadap performa, sedangkan interpretasi kecemasan memberikan pengaruh positif terhadap performa. Selain itu, dalam penelitian ini juga dibuktikan bahwa interpretasi kecemasan kompetitif memberikan kontribusi yang lebih besar dalam meramalkan performa olahraga dibandingkan dengan intensitas kecemasan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
3. METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai masalah penelitian, variabel yang diteliti, hipotesis penelitian, tipe dan desain penelitian, responden penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data yang diperoleh.
3.1
Pertanyaan Penelitian Berangkat dari latar belakang penelitian ini, pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh kepaduan tim terhadap performa olahraga? 2. Apakah terdapat pengaruh interpretasi kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga? 3. Faktor apakah yang memberikan pengaruh lebih kuat terhadap performa olahraga diantara faktor kepaduan tim dan kecemasan kompetitif? 4. Apakah
interaksi
antara
kepaduan
tim
dengan
kecemasan
kompetitif
mempengaruhi performa olahraga?
3.2
Hipotesis Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang di atas, maka peneliti mengajukan beberapa asumsi hipotesis penelitian. Pertama, kepaduan tim dan interpretasi terhadap kecemasan kompetitif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa olahraga. Pemain yang mempersepsikan timnya memiliki kepaduan tim yang tinggi akan mempunyai tingkat performa olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan pemain yang mempersepsikan timnya memiliki kepaduan tim yang rendah. Selain itu, pemain yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif akan mempunyai tingkat performa olahraga yang lebih tinggi dibandingkan atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu. Tingkat performa olahraga atlet akan menjadi paling tinggi ketika atlet mempersepsikan timnya memiliki kepaduan tim yang tinggi dan menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif. Lebih lanjut, tingkat
25 Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
26
performa olahraga atlet akan menjadi paling rendah ketika atlet mempersepsikan timnya memiliki kepaduan tim yang rendah dan menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu. Kedua, interaksi antara kepaduan tim dengan kecemasan kompetitif mempengaruhi performa olahraga. Pada saat terjadi interaksi antara faktor kepaduan tim dengan kecemasan kompetitif, pengaruh dari salah satu IV terhadap DV akan berbeda, pada nilai yang berbeda dari IV lainnya. Artinya, ketika terjadi perubahan persepsi atlet terhadap kepaduan tim, maka pengaruh kepaduan tim terhadap performa olahraga akan berbeda ketika interpretasi kecemasan kompetitif juga berubah.
Gambar 3.2. Model Hipotesis Penelitian
Kecemasan Kompetitif Kepaduan
Membantu
Menganggu
>>
>
(Performa Olahraga)
(Performa Olahraga)
<
<<
(Performa Olahraga)
(Performa Olahraga)
Tim
Tinggi
Rendah
3.2.1 Hipotesis Alternatif (HA) 1.
HA1
: Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kepaduan tim terhadap
performa olahraga. Atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim yang tinggi akan mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim yang rendah. 2.
HA2
: Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kecemasan kompetitif
terhadap performa olahraga. Atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif akan mempunyai performa yang lebih baik
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
27
dibandingkan atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal mengganggu. 3.
HA3
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari interaksi hubungan antara
kepaduan tim dengan kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga.
3.2.2 Hipotesis Null (HO) 1.
HO1 :
Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kepaduan tim
terhadap performa olahraga. Atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim yang tinggi tidak akan mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim yang rendah. 2.
HO2 :
Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kecemasan
kompetitif terhadap performa olahraga. Atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif tidak akan mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal mengganggu. 3.
HO3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari interaksi hubungan antara kepaduan tim dengan kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga.
3.3
Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe exploratory field studies. Tipe penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan dan interaksi di antara variabel psikologis, sosiologi, dan pendidikan dalam situasi sosial yang nyata (Kerlinger & Lee, 2000). Exploratory field studies dapat menjelaskan fenomena yang ada dalam dunia nyata lebih baik dari tipe penelitian dalam situasi laboratorium. Lebih lanjut, Kerlinger dan Lee (2000) juga menyatakan bahwa variabel-variabel seperti prasangka, kepaduan tim, dan iklim sosial bisa mempunyai pengaruh yang kuat bila dilakukan dengan menggunakan tipe penelitian ini.
3.4
Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah atlet laki-laki dari 12 tim sepakbola tingkat amatir yang bermain di kompetisi Liga Utama Sepakbola Kota Bengkulu.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
28
Untuk mencapai distribusi data yang mendekati kurva normal, diperlukan sebanyak minimal 30 sampel (Gravetter & Wallnau, 2007). Meskipun demikian, semakin besar jumlah sampel yang digunakan, semakin akurat pula data yang dihasilkan dalam menggambarkan populasi (Kumar, 2005). Dengan kata lain, semakin besar sampel penelitian yang digunakan, maka semakin kecil perbedaan antara sampel dengan nilai populasi (Anastasi & Urbina, 1997). Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti menggunakan sampel lebih dari 30 orang agar distribusi data yang dihasilkan dapat mendekati kurva normal dan dapat merepresentasikan populasi.
3.5
Alat Ukur Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga alat ukur, yaitu modifikasi alat ukur kepaduan tim dari Group Environment Questionnaire (GEQ; Carron dkk., 1985), adaptasi alat ukur kecemasan kompetitif dari The Revised Compeitive State Anxiety Inventory-2 (CSAI-2R; Cox dkk., 2003), dan modifikasi alat ukur Performance Satisfaction dari Lane dan Chappel (2001). Peneliti memberi nama ketiga alat ukur yang telah dimodifikasi dan diadaptasi, yaitu KOI (Kuesioner Atlet Indonesia) untuk alat ukur kepaduan tim, KKO-11 (Kuesioner Kecemasan Olahraga-11) untuk alat ukur kecemasan kompetitif, dan PPS-12 (Performance Satisfaction-12) untuk alat ukur performa atlet. Administrasi alat ukur kepaduan tim dan kecemasan kompetitif dilakukan 30-45 menit sebelum pertandingan dan administrasi alat ukur performa atlet akan dilakukan 10 menit setelah pertandingan.
3.5.1
Uji Coba Alat Ukur Sebelum melakukan uji coba alat ukur, peneliti melakukan modifikasi dan
adaptasi alat ukur dengan cara menerjemahkan alat ukur ke dalam Bahasa Indonesia,
melakukan
back-translation
dengan
expert
judgement
untuk
memastikan konsistensi terjemahan yang dilakukan peneliti, dan meminta tinjauan dari dosen pembimbing. Berdasarkan hasil tinjauan tersebut, peneliti kemudian melakukan modifikasi untuk menyesuaikan alat ukur dengan konteks di Indonesia. Setelah proses ini dilakukan, peneliti kemudian meminta dosen
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
29
pembimbing untuk meninjau kembali alat ukur yang telah diperbaiki, dan melakukan perbaikan serta modifikasi yang terakhir kali. Setelah itu peneliti melakukan uji keterbacaan terhadap 3 orang atlet futsal. Kemudian, peneliti melakukan uji coba alat ukur untuk mengetahui reliabilitas alat ukur hasil adaptasi dan modifikasi. Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta expert judment dari dosen pembimbing dan pelatih sepakbola. Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 30 orang atlet yang memiliki karakteristik sama dengan responden. Hasil uji coba alat ukur ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.5.1 Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penelitian No.
1
2
3
Alat Ukur Kepaduan Tim (GEQ; Carron dkk., 1985) Interpretasi Kecemasan Kompetitif (CSAI-2R; Cox dkk., 2003)
Intensitas Kecemasan Kompetitif (CSAI-2R; Cox dkk., 2003)
Jumlah
α
Item
Cronbach
20 item
.822
17 item
.719
17 item
.773
2 item
.746
Performa Olahraga Individu 4
Performance Satisfaction (Lane dan Chappel, 2001)
Berdasarkan Nunnaly dan Bernstein (1994), koefisien alpha alat ukur di atas 0.6 sudah dinyatakan reliabel. Hasil uji coba alat ukur menunjukkan bahwa semua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai koefisien alpha lebih dari 0,6. Hal ini mengindikasikan bahwa alat ukur ini telah reliabel.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
30
3.6
Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan Peneliti melakukan beberapa persiapan-persiapan sebelum pengambilan data, yaitu melakukan adaptasi dan modifikasi alat ukur, menentukan lokasi pengambilan data, mengajukan permohonan kepada Fakultas Psikologi untuk pembuatan surat izin melakukan pengambilan data kepada atlet sepakbola yang bermain di Liga Utama Sepakbola Kota Bengkulu, memperbanyak kuesioner alat ukur, mencari asisten untuk mengambil data, dan menyiapkan reward untuk responden.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Bengkulu terhadap atlet-atlet dari tim sepakbola peserta Liga Sepakbola Utama Kota Bengkulu tahun 2012. Liga Sepakbola Utama Kota Bengkulu dilangsungkan tiga kali dalam seminggu, pada hari Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Pengambilan data akan dilakukan pada tanggal 11, 12, dan 13 Mei 2012. Ada dua belas tim yang bertanding selama tanggal hari tersebut. Rincian pelakasanan penelitian akan dijelaskan secara lebih rinci pada tabel 3.6.2. Tabel 3.6.2. Rincian Tahap Pelaksanaan Penelitian No.
Deskripsi Kegiatan
1. Pendekatan terhadap tim peserta penelitian akan dilakukan dengan meminta bantuan Pengurus Cabang Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Pengcab PSSI) Kota Bengkulu, sebagai organisasi yang menjalankan Liga Kota Bank Bengkulu tahun 2012, satu bulan sebelum pengambilan data. Pada tahap ini, peneliti akan melakukan konsultasi dan meminta izin dari organisasi tersebut untuk mengadakan penelitian. 2. Setelah mendapatkan izin, peneliti akan meminta bantuan Pengcab PSSI Kota Bengkulu untuk mengadakan pertemuan dengan manajer dan pelatih kepala setiap tim untuk menjelaskan mengenai tujuan dan prosedur penelitian, serta kesediaan mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
31
3. Selama proses pengambilan data, peneliti akan dibantu oleh seorang asisten. Setiap akan berlangsung sebuah pertandingan, masing-masing dari peneliti dan asisten pengambilan data melakukan pengambilan data terhadap salah satu dari dua tim yang bertanding. Untuk tim yang bersedia atletnya menjadi responden penelitian, maka peneliti akan hadir di ruang ganti pemain satu jam sebelum pertandingan dari setiap tim pada hari tersebut. 4. Peneliti menjelaskan prosedur, sifat penelitian, dan informed consent terhadap responden di dalam ruang ganti pemain sebelum responden melakukan pemanasan untuk bertanding. Setelah mendapat persetujuan partisipasi dari para responden, peneliti membagikan alat ukur kepaduan tim yang telah dimodifikasi dan alat tulis kepada seluruh responden. 5. Peneliti memberikan pengarahan singkat dengan membacakan instruksi pengisian alat ukur kepada para responden sebelum alat ukur diisi oleh responden. 6. Pengisian alat ukur kepaduan tim oleh responden hingga selesai. 7. Peneliti membagikan alat ukur kecemasan kompetitif yang telah dimodifikasi kepada seluruh responden. 8. Peneliti kemudian memberikan pengarahan singkat dengan membacakan instruksi pengisian alat ukur kepada para responden sebelum alat ukur diisi oleh responden. 9. Pengisian alat ukur kecemasan kompetitif oleh responden hingga selesai. 10. Peneliti meminta bantuan manajer atau pelatih tim untuk memberikan pengarahan singkat bahwa setelah pertandingan berakhir, para responden akan mengisi satu alat ukur lagi. 11. Sepuluh menit setelah pertandingan berakhir, peneliti membagikan alat ukur kepuasan performa yang telah dimodifikasi kepada seluruh responden. 12. Pengisian alat ukur kepuasan performa oleh responden hingga selesai. 13. Peneliti kemudian memberikan penjelasan singkat bahwa penelitian telah selesai. 14. Memberikan hadiah atas kesediaan partsipasi tim dalam penelitian ini kepada manajer atau pelatih tim dan hadiah atas kesediaan partsipasi atlet kepada setiap responden yang mengikuti penelitian ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
32
3.7
Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti akan melakukan analisis hierarchical multiple regression. Selain akan menghasilkan nilai korelasi dari variabel yang diuji, hierarchical multiple regression juga akan menghasilkan nilai β dari setiap variabel prediktor yang dapat menunjukkan kontribusi yang unik terhadap variabel kriteria (Tabachnick & Fidell, 2007). Lebih lanjut, hierarchical multiple regression juga menghasilkan koefisien pengaruh interaksi kedua faktor terhadap performa olahraga.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
4. HASIL DAN INTERPRETASI DATA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan analisis yang didapatkan berdasarkan pengambilan data yang dilakukan selama tiga dari, yaitu dari tanggal 11 Mei 2012 sampai dengan tanggal 13 Mei 2012. Data yang bisa diolah kemudian dimasukkan ke dalam tabel analisis yang dapat dilihat pada lampiran. Data diolah menggunakan software SPSS versi 17 dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan hierarchical multiple regression. Pada awalnya peneliti berencana melakukan pengambilan data terhadap 12 tim peserta Liga Utama Sepakbola Kota Bengkulu. Namun peneliti hanya berhasil melakukan pengambilan data terhadap 6 tim peserta liga, karena ada 4 tim yang tidak bersedia mengikuti penelitian. Sedangkan untuk 2 tim yang lain, peneliti tidak berhasil mengambil data karena peneliti tidak bisa hadir pada saat kedua tim bertanding. Peneliti berencana menyebarkan 108 paket kuesioner yang dibagikan kepada seluruh pemain, baik pemain inti maupun pemain cadangan dari enam tim yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengontrol kemungkinan perasaan diskriminasi dari pemain, apabila ada pemain yang tidak diikutkan dalam penelitian. Selain itu, hal ini juga dilakukan agar peneliti juga bisa mendapatkan data dari pemain cadangan yang pada saat pertandingan juga ikut bermain. Ada 76 paket kuesioner lengkap yang kembali kepada peneliti. Satu paket kuesioner lengkap terdiri dari tiga alat ukur penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan dua tahap pembersihan data. Tahap pertama adalah memilih kuesioner dari responden yang menjadi pemain inti, serta pemain cadangan yang juga bermain dalam pertandingan. Terakhir, peneliti menyisihkan kuesioner yang tidak diisi dengan lengkap oleh responden. Setelah dilakukan pembersihan data, kuesioner yang dapat digunakan sebanyak 43 paket dari tiga buah alat ukur.
33 Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
34
4.1. Gambaran Umum Responden Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan gambaran umum dari responden yang menjadi sampel penelitian. Gambaran umum dari responden didapatkan dari bagian data kontrol pada kuesioner penelitian.
10 9 8
Jumlah Atlet
7 6 5 4 3 2 1 0 IM
Persipa
Grafik 4.1. Responden
Malalo FC
Sancaka Persipal Torpedo FC Gempar FC
Gambaran
Tim
Berdasarkan
Dari grafik 4.1. dapat diketahui bahwa penyebaran responden yang terlibat dalam penelitian ini cukup merata. Para responden berasal dari 6 tim peserta Liga Utama Kota Bengkulu, yang terdiri dari 16 % pemain tim Indonesia Muda (IM), 19 % pemain tim Persipa, 16 % pemain tim Malalo, 14% pemain tim Sancaka FC, 14% pemain tim Persipal Gempar, dan 20% pemain tim Torpedo FC.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
35
Tabel 4.1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Skor Kepaduan Tim, Kecemasan Kompetitif, dan Performa Atlet
Karakteristik
Mean
SD
Usia
22.81
5.24
Kepaduan Tim
138.28
21.56
Kecemasan Kompetitif
3.60
10.10
Performa Atlet
10.77
4.30
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa usia rata-rata responden adalah 22,81 (SD=5,24), skor rata-rata persepsi kepaduan tim adalah 138,28 (SD=21,56). Lebih lanjut skor rata-rata dari interpretasi kecemasan kompetitif adalah 3,60 (SD=10,10) dan skor rata-rata performa atlet adalah 10,77 (SD=4,30).
Tabel 4.2. Analisis Hierarchical Regression terhadap Performa Atlet Step dan Variabel Prediktor Step 1
R2
Δ R2
.229
.229
Β
Kepaduan Tim (KT)
.403**
Interpretasi Kecemasan Kompetitif (IKK)
.289*
Step 2
.232
.004
KT*IKK
-.060
** p <.01. *p <.05
4.2. Pengaruh Kepaduan Tim dan Interpretasi Kecemasan Kompetitif Terhadap Performa Olahraga Atlet Untuk menguji hipotesis bahwa performa olahraga atlet dipengaruhi oleh kepaduan tim, interpretasi kecemasan kompetitif, dan interaksi kedua prediktor tersebut, dilakukanlah analisis hierarchical regresion.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
36
Hasil analisis yang ada pada step 1 tabel 4.2. menunjukkan bahwa 22.90% varians performa olahraga dapat diramalkan oleh kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif, R2 = .229, F (40, 2)= 5.935, p < .01. Selain itu, juga dapat diketahui bahwa kepaduan tim meramalkan skor performa atlet sebesar β = .403, t(40,2) = 2.90, p <.01 dan interpretasi kecemasan kompetitif sebesar β = .289, t(40,2) = 2.12, p <.05 terhadap performa atlet. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga. Dengan demikian, HO1 dan HO2 penelitian ditolak. Selain itu, berdasarkan nilai
β dari masing-masing
variabel prediktor, dapat diketahui bahwa kepaduan tim memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap performa olahraga dibandingkan dengan interpretasi kecemasan kompetitif. Lebih lanjut, dari tabel 4.2. juga dapat diketahui bahwa ketika interaksi dari kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif menjadi prediktor tambahan dan dimasukkan ke dalam step 2 regresi, terjadi penambahan sebesar 0,4% dari varians performa olahraga yang dapat diramalkan oleh variabel prediktor, di mana 23,20 % varians performa olahraga dapat diramalkan oleh variabel prediktor. Namun, kontribusi interaksi dari kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif ini tidak signifikan karena mempunyai nilai β = -.06, t(39,3) = -.425, p >.05. Suatu hal yang mengindikasikan bahwa interaksi dari kedua variabel tidak signifikan mempengaruhi performa olahraga. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa HO3 penelitian diterima.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejumlah kesimpulan yang didapat dari hasil pengolahan data, diskusi hasil penelitian, dan juga saran-saran yang berkaitan dengan hasil dan metode penelitian.
5.1. Kesimpulan dan Diskusi Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kepaduan tim dan kecemasan kompetitif, serta pengaruh interaksi keduanya terhadap performa atlet. Lebih spesifik lagi, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap performa atlet pada atlet tim sepakbola level amatir. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menjawab masalah penelitian yang diajukan. Kepaduan tim memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap performa olahraga. Dapat disimpulkan bahwa pemain yang mempersepsikan timnya memiliki kepaduan tim tinggi mempunyai persepsi tingkat performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemain yang mempersepsikan timnya memiliki kepaduan tim rendah. Lalu, terdapat pengaruh positif yang signifikan antara interpretasi kecemasan kompetitif pemain terhadap performa olahraga. Hal ini mengindikasikan bahwa pemain yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif mempunyai persepsi tingkat performa olahraga yang lebih tinggi dibandingkan atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu. Lebih lanjut, dapat diketahui bahwa kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif dapat meramalkan 22,90% varians performa atlet. Kepaduan tim memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan interpretasi kecemasan kompetitif, karena kepaduan tim memiliki effect size yang lebih besar dibandingkan interpretasi kecemasan kompetitif. Selain itu, interaksi antara kepaduan tim dengan interpretasi kecemasan kompetitif tidak signifikan mempengaruhi performa atlet. Hal ini dapat berarti bahwa apabila terjadi perubahan nilai tertentu dari persepsi kepaduan tim atau interpretasi kecemasan kompetitif, maka hal ini belum tentu akan mempengaruhi variabel lain.
37 Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
38
Contohnya, ketika terjadi perubahan persepsi atlet terhadap kepaduan tim, maka kepaduan tim belum tentu akan ikut merubah interpretasi kecemasan kompetitif, termasuk pengaruhnya terhadap performa atlet. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini sejalan dan mendukung penelitian-penelitian terdahulu mengenai aosiasi antara kepaduan tim dengan performa olahraga, yang mengonfirmasi bahwa kepaduan tim mempunyai pengaruh yang positif terhadap performa olahraga (Carron dkk., 2002; Ramzaninezhad dkk., 2009; Lowther & Lane, 2002; Patterson dkk., 2005). Walaupun penelitian-penelitian tersebut melakukan pengukuran performa olahraga dengan cara yang berbeda,
di mana Ramzaninezhad, dkk (2009)
mengukur performa tim, Lowther dan Lane (2002); Patterson, dkk (2005) mengukur performa atlet, namun hasil penelitian tersebut menemukan hasil yang konsisten bahwa semakin tinggi kepaduan sebuah tim maka kecenderungan suksesnya performa tim maupun atlet akan semakin tinggi. Temuan lain dari penelitian ini juga mengonfirmasi hasil yang sama dengan penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga, seperti penelitian Jones dan Swain (1996) dan Besharat dan Pourbohlool (2011). Interpretasi kecemasan kompetitif secara positif mempengaruhi performa atlet. Atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif memiliki performa yang lebih baik dibandingkan atlet yang menginterpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu. Selain itu, hasil uji regresi dalam penelitian ini juga sejalan dengan meta-analisis tentang pengaruh interpretasi kecemasan kopetitif terhadap performa atlet yang dilakukan oleh Craft, dkk (2003). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengaruh interpretasi kecemasan kompetitif terhadap performa tidak besar, yang mana hasil uji regresi dari tiap dimensi kecemasan kompetitif menunjukkan bahwa rasa percaya diri memiliki pengaruh paling kuat dan konsisten terhadap performa dibandingkan dengan dimensi lainnya. Selain itu, dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa interpretasi kecemasan kompetitif mempunyai kontribusi yang tidak terlalu besar terhadap performa atlet. Kontribusi yang tidak terlalu besar dari interpretasi kecemasan
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
39
kompetitif terhadap performa atlet ini mungkin disebabkan oleh kompleksitas dari konstruk performa yang banyak dipengaruhi oleh faktor lain. Lebih lanjut, temuan terbaru yang merupakan hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa kepaduan tim memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap performa atlet dibandingkan dengan interpretasi kecemasan kompetitif. Belum ada penelitian terdahulu yang membandingkan pengaruh kedua faktor terhadap performa atlet. Hasil ini dapat menjadi pertimbangan bagi para praktisi psikologi olahraga dalam membuat program intervensi yang bertujuan meningkatkan performa atlet. Jika dihubungkan dengan pernyataan Prapavessis dan Carron (1996) yang mengungkapkan bahwa meningkatkan dinamika dalam tim bisa meningkatkan keadaan psikologis individu, maka program intervensi psikologis dapat langsung difokuskan kepada kepaduan tim. Karena berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa kepaduan tim dapat meningkatkan mood individu (Lane & Lowther, 2002), meningkatkan self-esteem (Julian, Bishop, & Fielder, 1966 dalam Eys dkk., 2003), dan kecenderungan untuk memiliki interpretasi kecemasan kompetitif yang fasilitatif (Eys dkk., 2003). Secara umum dapat disimpulkan bahwa atlet yang memiliki persepsi kepaduan tim tinggi dan interpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif lebih mungkin memiliki performa yang lebih baik dibandingkan individu yang memiliki persepsi kepaduan tim rendah dan interpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu.
5.2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan utama dari penelitian ini berkaitan dengan proses pengambilan data. Selama proses pengambilan data, peneliti menemui beberapa kendala. Pertama, sebagian besar tim baru masuk ke ruang ganti untuk bersiapsiap sekitar 30 menit sebelum pertandingan. Bahkan, beberapa tim tidak masuk ke dalam ruang ganti, namun melakukan persiapan mulai dari ganti baju, pemanasan, dan sebagainya, di tribun penonton atau lintasan lari yang ada di pinggir lapangan. Hal ini mengakibatkan proses pengambilan data menjadi kurang kondusif, sehingga
dapat
menyebabkan
menurunnya
validitas
internal
penelitian.
Berdasarkan observasi peneliti, selama proses pengambilan data banyak
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
40
responden yang malas-malasan dan tidak serius mengisi kuesioner. Kendala lain yang peneliti hadapi adalah banyak pemain dari beberapa tim yang datang terlambat sehingga peneliti harus memberikan penjelasan ulang secara personal mengenai sifat penelitian dan cara pengisian kuesioner. Selain ruang ganti yang tidak kondusif dan waktu pertandingan yang sudah semakin dekat, kendala lain adalah kurang kooperatifnya pemain ketika diminta mengisi satu alat ukur penelitian setelah menjalani pertandingan, sehingga menyebabkan banyak paket kuesioner yang tidak bisa digunakan untuk analisis data. Lebih lanjut, keterbatasan lain dari penelitian ini berkaitan dengan validitas alat ukur. Peneliti belum melakukan pengujian validitas dengan teknik lain yang bisa menghasilkan sebuah koefisien validitas. Validitas alat ukur dalam penelitian ini baru diuji dengan menggunakan teknik expert judgement.
5.3. Saran Berkaitan dengan kendala dan keterbatasan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk melakukan penelitian mengenai variabel kepaduan tim, interpretasi kecemasan kompetitif, dan performa atlet. Saran-saran tersebut adalah: 1. Sebelum melakukan pengambilan data, sebaiknya peneliti memastikan semua tim yang menjadi peserta penelitian benar-benar memahami sifat dan urgensi dari penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pertemuan formal untuk membahas hal ini, menanyakan kesedian partisipasi tim, dan yang paling penting mendorong tim yang bersedia ikut dalam penelitian untuk dapat bekerja sama dengan baik selama proses pengambilan data. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kendala-kendala yang dihadapi peneliti seperti yang dipaparkan dalam diskusi. 2. Karena dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan pengujian validitas alat ukur dengan menggunakan expert judgement, maka untuk penelitian selanjutnya peneliti diharapkan dapat melakukan pengujian tambahan validitas alat ukur dengan teknik lainnya.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
41
3. Untuk penelitian lanjutan mengenai topik kepaduan tim, interpretasi kecemasan kompetitif, dan performa atlet, penting untuk mengujinya terhadap atlet dengan tingkatan berbeda, mulai dari atlet tingkat amatir hingga profesional atau berdasarkan kelompok umur. Selain itu, peneliti juga dapat melakukan pengukuran performa olahraga dengan teknik lainnya, baik teknik pengukuran dengan pendekatan pengukuran objektif maupun subjektif. 4. Saran praktis untuk meningkatkan performa atlet berdasarkan hasil penelitian ini adalah melakukan fokus intervensi pada peningkatan kepaduan tim. Terdapat berbagai macam pendekatan yang bisa dilakukan oleh tim dan pelatih. Manajemen tim dapat membuat program team building secara berkala, melakukan pemusatan latihan tim jangka panjang, membuat goal setting untuk sasaran jangka pendek dan jangka panjang secara bersama-sama dan disepakati oleh seluruh anggota tim. Selain itu, pelatih sebaiknya diberikan pelatihan Coach Effectiveness Training Program (CET) yang mengajarkan bagaimana cara agar pelatih dapat mengembangkan tim yang memiliki suasana yang positif dan pemain dapat merasakan kepuasan serta ketertarikan interpersonal terhadap tim dan anggota tim lainnya (Cox, 2003). 5. Untuk atlet yang merasa kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu performanya, dapat melakukan strategi relaksasi dan teknik restrukturisasi kognitif yang melibatkan penandaan ulang gejala kecemasan sebagai
suatu
hal
yang
positif
dan
memfasilitasi
performa.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A., Urbina, S. (1997). Psychological testing. New Jersey: Prentice Hall International. Ansel, H. M. (1995). Anxiety. Dalam Tony Morris & Jeff Summers (Ed.). Sport Psychology: Theory, Applications and Issues. (1995). John Wiley & Sons, Australia. Besharat, M. A., Pourbohlool, S. (2011). Moderating Effects of Self-Confidence and Sport Self-Efficacy on the Relationship between Competitive Anxiety and Sport Performance. Psychology, volume 2, hal. 760-765. Chamari, K., Hachana, Y., Ahmed, Y. B., Galy, O., Sghaier, F., Chatard, J. C., Hue, O., Wisloff, U. (2004). Field and laboratory testing in young elite soccer players. Br J Sport Med, 38, hal. 191-196. Carron, A. V., Widmeyer, W. N., & Brawley, L. R. (1985). The development of an instrument to asses cohesion in sport team: the group environment questionnaire. Journal Of Sport Psychology, volume 7, hal. 244-266. Carron, A. V., Cohman, M. M., Wheeler, J., Stevens, D. (2002). Cohesion and performance in sport: a meta analysis. Journal of Sport & Exercise Psychology, hal. 168-188. Carron, A. V., Shapcott, K. M., Burke, S. M. (2007). Group cohesion in sport and exercise: Past, present and future. Dalam Mark R. Beauchamp & Mark A. Eys (Ed.), Group Dynamics in Exercise and Sport Psychology Contemporary themes (pp.117-139). New York: Routledge Press. Cox, R. H., Martens, M. P., & Russell, W. D. (2003). Measuring anxiety in athletics: The revised competitive state anxiety inventory–2. Journal Of Sport & Exercise Psychology, volume 25, hal. 519-533. Cox, R. H. (2003). Sport Psychology: Concepts and applications sixth edition. McGraw-Hill International Edition. Craft, L. L., Magyar, T. M., Becker, B. J., & Feltz, D. L. (2003). The Relationship Between the Competitive State Anxiety Inventory-2 and Sport Performance: A Meta-Analysis. Journal Of Sport & Exercise Psychology, volume 25, hal. 44-65.
42 Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
43
De Backer, M., Boen, F., Ceux, T., De Cuyper, B., Høigaard, R., Callens, F., Fransen, K., Broek, G. V. (2011). Do perceived justice and need support of the coach predict team identification and cohesion? Testing their relative importance among top volleyball and handball players in Belgium and Norway. Psychology of Sport and Exercise, volume 12, hal. 192-201. Dellal, A., Chamari, K., Wong, D. P., Ahmaidi, S., Keller, D., Barros, R., Bisciotti, G. N., & Carling, C. (2011). Comparison of physical and technical performance in European soccer match-play: FA Primer League and La Liga. European Journal of Sport Science, volume 11, hal. 51-59. Domjan, M. (2010). The principles of learning and behavior sixth edition. Canada: Wadsworth Cengage Learning. Di Salvo, V., Baron, R., Tschan, H., Calderon Montero, F. J., Bachi, N., & Pigozzi, F. (2007). Performance characteristics according to playing position in elite soccer. International journal of Sports Med, volume 28, hal. 222-227. Eys, M. A., Hardy, J., Carron, A. V., Beauchamp, M. R. (2003). The relationship between task cohesion and competitive state anxiety. Journal of Sport & Exercise Psychology,hal. 66-76. Forsyth, D. R. (2010). Group diynamics fifth edition. Canada: Wadsworth Cengage Learning. Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2007). Statistics for the behavioral sciences. Canada: Thomson Learning, Inc. Hodge, K. (1995). Group Dynamics. Dalam Tony Morris & Jeff Summers (Ed.). Sport Psychology: Theory, Applications and Issues. (1995). John Wiley & Sons, Australia. Jones, G., Swain, A. (1996). Explaining performance variance: The relative contribution of intensity and direction dimensions of competitive state anxiety. Anxiety, Stress, and Coping, volume 9, hal. 1-18. Kerlinger, F. N., Lee, H. B. (2000). Foundations of behavioral research fourth edition (pp. 385-389). Northridge: Thomson Learning Inc. Kumar, R. (2005). Research methodology: A step-by-step for beginners (2nd ed.). London: Sage Publication.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
44
Lane, A. M., Chappel, R. C. (2001). Mood and performace relationships among players at the World Student Games Basketball Competition. Journal of Sport Behavior, volume, 24. Levy, A. R., Nicholls, A. R., Polman, R. C. J. (2009). Pre-competitive confidence, coping, and subjective performance in sport. Scand J Med Sci Sports. Little, T., Williams, A. G. (2005). Specificity of acceleration, maximum speed, and agility in professional soccer players. Journal of Strength and Conditioning Research, volume 19, hal. 76-78. Lowther, J., Lane, A. (2002). Relationship between mood, cohesion, and satisfaction with performance among soccer players. Athletic Insight: The Online Journal of Sport Psychology, volume 4. Myers, N. D., Feltz, D. L., Short, S. E. (2004). Collective efficacy and team performance: A longitudinal study of collegiate football teams. Group Dynamics: Theory, Research, and Practise, volume 8, hal 126-138. Martens, R., Vealey, R. S., & Burton, D. (1990). Competitive anxiety in sport. Champaign, IL: Human Kinetics. Moran, A. P. (2004). Sport and Exercise Psychology: A Critical Introduction. London & New York: Routledge. Nunnaly, J.C., & Bernstein, I.H. (1994). Psychometric theory (3rd ed.). New York: McGraw-Hill. Patterson, M. M., Carron, A. V., Loughead, T. M. (2005). The influence of team norms on the cohesion-self-reported performance relationship: a multi-level analysis. Psychology of Sport and Exercise, hal. 479-493. Ramzaninezhad, R., Keshtan, M. H., Shahamat, M. D., & Kordshooli, S. S. (2009). The relationship between collective efficacy, group cohesion and team performance in professional volleyball teams. Brazilian Journal of Biomotricity, hal. 31-39. Ruder, M.K. & Gill, D.L. (1982). Immediate effects of win-loss on perceptions of cohesion in intramural and intercollegiate volleyball teams. Journal of Sport & Exercise Psychology, volume 4, hal. 227-234. Tabachnick, B. G., Fidell, L. S. (2007). Using multivariate statistics: fifth edition. Pearson Education Inc.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012
45
Woodman, T., & Hardy, L . (2003) .The Relative Impact Of Cognitive Anxiety And Self-Confidence Upon Sport Performance: A Meta-Analysis. Journal of Sports Sciences, volume 21, hal.443-457.
Universitas Indonesia
Pengaruh kepaduan..., Nikki Antonio Saputra, FPsi UI, 2012