UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN PELABUHAN PULAU BAAI DI BENGKULU 1968-2010
TESIS
EVA RIANA NPM 0906587483
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPOK JANUARI 2012 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN PELABUHAN PULAU BAAI DI BENGKULU 1968-2010
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
EVA RIANA NPM 0906587483
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPOK JANUARI 2012 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Humaniora Jurusan Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Prof. Dr. Susanto Zuhdi, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis dan beliau juga telah begitu teliti membaca dan mengoreksi tesis ini sehingga dapat selesai dengan baik. (2) Instansi-instansi terkait pendukung penelitian: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, Administrator Pelabuhan Pulau Baai, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu, Badan Statistik Daerah Propinsi Bengkulu, Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi Bengkulu, PT. (Persero) Pelindo II Pusat, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan,
Badan
Penelitian
Perhubungan.
Terima
kasih
telah
dan
Pengembangan
memberikan
Kementerian
kesempatan
untuk
memperoleh data yang saya perlukan. (3) Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada Bapak Pieter H. B. Fina (Kepala Administrator Pelabuhan Pulau Baai), Bapak Turniadi (Staf PT Pelindo II Cab. Bengkulu), Bapak Amir Wijaya (Staf PT Pelindo II Cab Bengkulu), Bapak Hermawan (Staf IT PT Pelindo II Cab. Bengkulu), Bapak Sugeng Darojati (Staf Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu), Bapak Eko Hadi Saputra (Staf Bappeda Propinsi Bengkulu), Bapak Arief Adhi Wibowo (PT. (Persero) Pelindo II Jakarta) dan Ibu Feronika S P,S.S, MM.Tr (Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan Balitbang Kementrian Perhubungan). Terima
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
kasih telah memberikan bantuan informasi, arahan dan kemudahaan selama penelitian berlangsung. (4) Prof. Susanto Zuhdi, Dr. Priyanto Wibowo dan Dr. Yuda B. Tangkilisan, selaku tim penguji dalam ujian seminar proposal, ujian pra tesis dan ujian tesis. Terima kasih telah memberikan koreksi dan saran yang sangat berarti bagi penyempurnaan tesis ini. (5) Dr. Priyanto Wibowo, selaku Kepala Departemen Sejarah, yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama menjalankan masa studi. (6) Para dosen yang telah memberikan pencerahan dan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan. Terima kasih ditujukan kepada Prof Dr. R.Z Leirissa (Alm) sebagai guru terbaik yang mengajarkan metodologi sejarah, Prof. Dr. A.B Lapian (Alm) sebagai inspirator penulisan Sejarah Maritim yang telah memberikan saran dalam pemilihan periode penelitian, Prof. Dr Susanto Zuhdi yang telah mempersuasi dan mendorong saya ―kembali ke kampung halaman‖ untuk menentukan topik penelitian, Prof. Dr. Robert M.Z Lawang, Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA, Dr. Saleh A. Djamhari, Wardiningsih, Ph.D, Tri Wahyuning Mundaryanti, M.Si, Mona Lohanda, M.Phil, Dr. Djoko Marihandono, Dr. Yuda B. Tangkilisan Dr. Mohammad Iskandar, Dr Suharto, Dr. Masyhuri, Linda Sunarti, M.Hum, Muhammad Wasith, M.Hum dan Bondan Kanumoyoso, M.Hum. (7) Drs. Setiadi Sulaiman dan Drs. Abdul Syukur, M.Hum yang selalu memberikan motivasi dan antusiasme yang besar untuk segera menyelesaikan studi. (8) Suami saya terkasih, Raden Danieli Sapyudin, sebagai pendamping yang selalu sabar menemani disaat-saat yang sulit dan selalu memberikan keyakinan dan ketegaran bahwa saya bisa melalukan yang terbaik. (9) Orang tua saya tercinta yang telah memberikan dukungan materil dan moril serta doa tanpa jeda. Ucapan terima kasih teruntuk bak dan mamak, Bapak H. Rusdi Tolib dan Ibu Hj. Nasiah, mamah dan bapak mertua, Ibu Siti Masitoh dan Bapak Rd. Oo Mustopa. Terim kasih telah begitu besar memberikan cinta dan kekuatan untuk terus bertahan dalam perjuangan kehidupan. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
(10) Saudara-saudara terbaik saya yang telah memberikan motivasi kuat dan bantuan materi yang tidak terhitung, kepada Ayuk Suprohaita dan Mas Edy Budiyarso, Dang Hijrah Saputra dan Ayuk Nurmizen Okpiarwanty, Ceu Ratna Yulia Dewi dan Kak Zainul, Aa Rojali Hikmat dan Teh Atin Kurnia, Aa Cecep Lukman Yasin dan Kak Rahmah, Elis Nur Aisyah dan Deni Kurniadi serta dede Septina Rahmawati. Tidak lupa pula ponakan-ponakan tersayang yang selalu memberikan keceriaan: Rahmaditha Maharani, M. Danish Rabbani, Hanifah, dan Sulthan Al Abqarry Saputra. (11) Keluarga Bapak Zen Basri dan Ibu Misanah. Terima kasih telah memberikan tempat tinggal dan suasana kekeluargaan yang nyaman selama penelitian di Bengkulu. (12) Teman-teman diskusi dan berbagi ilmu selama perkuliahan, Mas Tri Chandra Aprianto,
Setiady
Sulaiman,
Sugih
Biantoro,
Mbak
Sri
Sesanti
Mulyaningrum, Happy Emeralda, dan Mas Amin Rahayu. Terima kasih untuk kebersamaan singkat yang penuh warna. (13) Sahabat-sahabat yang selalu menabuh genderang semangat, Sitti Rizqiyah, Fatty, Nofita Indah, Sari Mila, Rini Prilani, Winda Nurohma Eka, dan Endang Istianti. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Karya ini menjadi persembahan saya kepada Propinsi Bengkulu, Land of Rafflesia sebagai bentuk kecintaan saya atas tanah leluhur yang tidak pernah hilang dalam ingatan meskipun jarak membentang memisahkan.
Depok, 4 Januari 2012 Penulis
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Eva Riana Program Studi : Ilmu Sejarah Judul : Pembangunan dan Perkembangan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu 1968-2010 Tesis ini membahas proses pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu tahun 1968–2010. Fokus penelitian ini menekankan pada perkembangan aktivitas pelabuhan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang dalam perdagangan antar pulau maupun luar negeri di Propinsi Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif-analisis. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama Kerajaan Silebar yang direvitalisasi pada masa pemerintahan Orde Baru. Latar belakang pembangunan kembali pelabuhan Pulau Baai ini untuk menunjang aktivitas perdagangan komoditi ekspor yang dihasilkan oleh daerah belakang. Perkembangan aktivitas pelabuhan mengalami kemajuan seiring dengan peningkatan hasil produksi komoditi daerah belakang. Komoditi ekspor andalan berasal dari sektor pertambangan yaitu batu bara dan sektor perkebunan yaitu karet dan kelapa sawit olahan (Crude Palm Oil/CPO). Pelabuhan Pulau Baai dalam pelaksanaan operasional mengalami kendala yaitu sedimentasi yang tinggi yang menyebabkan alur pelayaran pelabuhan mengalami pendangkalan. Meskipun terjadi sedimentasi yang menghambat, namun tidak mempengaruhi aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai yang semakin meningkat terutama sejak tahun 2000 dan mengalami kenaikan ekspor pada tahun 2010. Kata kunci: Pelabuhan, Pulau Baai, Bengkulu
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
ABSTRACT
Name : Eva Riana Study Program: History Science Topic : The Establishment and Development of Pulau Baai Port in Bengkulu on 1968 – 2010 This thesis discusses the process of the establishment and development of the Pulau Baai Port in Bengkulu on 1968 – 2010. It emphasizes on the export-import activities of the port in the province of Bengkulu. This study uses the method of historical research by presenting the research results in the descriptive-analytical form. The study finds that the Pulau Baai Port is an old port of Silebar Empire which revitalized during the reign of the Orde Baru era. The background of rebuilding the Pulau Baai Port is to support the export of commodity from the hinterland products. The development of port activities were in line with the increase of the productions such as rubber, oil palm plantation (Crude Palm Oil/CPO) and coal which become the main good of commodity. Despite the Pulau Baai Port had obstacles as the consequence of high sedimentation the export activity at the Pulau Baai Port was rising since 2000 and reached its peak in 2010. Key words: Port, Pulau Baai, Bengkulu
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ……………………. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………… LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… KATA PENGANTAR ……………………………………………………… LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ……………………… ABSTRAK ………………………………………………………………… ABSTRACT ………………………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. DAFTAR TABEL …………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… DAFTAR AKRONIM ………………………………………………………
i ii iii iv v viii ix x xi xiii xiv xv
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………… 1.3 Batasan Masalah …………………………………………………… 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….. 1.5 Tinjauan pustaka …………………………………………………… 1.6 Kerangka Konseptual ……………………………………………… 1.7 Metode dan Sumber Penelitian ……………………………………. 1.7.1 Metode Penelitian …………………………………………… 1.7.2 Sumber Penelitian …………………………………………… 1.8 Sistematika Penulisan ………………………………………………
1 6 6 7 8 11 14 14 15 16
2. BENGKULU DAN GAMBARAN POTENSI DAERAH PEDALAMAN 2.1 Keadaan Geografis …………………………………………………. 2.1.1 Letak dan Luas Daerah ………………………………………. 2.1.2 Geomorfologi …………………………………………………. 2.1.3 Hidrologi ……………………………………………………… 2.1.4 Geologi ………………………………………………………… 2.2 Bengkulu: Dari Keresidenan Menjadi Propinsi ……………………… 2.3 Pembangunan Daerah Bengkulu Pasca Menjadi Propinsi…………… 2.4 Penduduk dan Transmigrasi ………………………………………… 2.5 Gambaran Daerah Pedalaman ……………………………………… 2.6 Masalah Transportasi dan Distribusi Komoditi …………………….
18 18 19 20 21 22 25 30 33 37
3. REVITALISASI PELABUHAN PULAU BAAI 1968-1984 3.1 Sekilas Sejarah Pelabuhan Bengkulu di Pantai Barat Sumatera …… 3.2 Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1968-1984…………… 3.3 Masa Pembangunan Fisik Pelabuhan ………………………………… 3.4 Sarana dan Prasarana Pelabuhan ……………………………………... 3.5 Organisasi Pengelolaan Pelabuhan: PT (Persero) Pelindo II…………..
44 50 56 59 64
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
4. PERKEMBANGAN AWAL AKTIVITAS PELABUHAN PULAU BAAI 1984-1990 4.1 Pelabuhan dan Jaringan Daerah Belakang…………………………….. 67 4.1.1 Perkembangan Komoditi Andalan Daerah Belakang…………… 68 4.1.2 Akses Jaringan Pelabuhan dan Daerah Belakang………………. 83 4.2 Aktivitas Pelabuhan Pada Periode Awal ……………………………. 86 4.2.1 Kunjungan Kapal ……………………………………………… 86 4.2.2 Aktivitas Bongkar Muat .................................................……… 88 5. MASA PENINGKATAN MENUJU PUNCAK 1990-2010 5.1 Periode Pasang Surut 1990-2000 ………………………………........ 5.2 Periode Menuju Puncak.2000-2010…………………………………. 5.2.1 Kunjungan Kapal ……………………………………………… 5.2.2 Aktivitas Bongkar Muat ……………………………………….
94 97 98 99
6. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 6.2 Epilog………………………………………………………………..
109 110
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… LAMPIRAN
113
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perincian Pemasukan Transmigrasi Tahun 1975-1986.…………...
32
Tabel 4.1 Produksi Beras Pada Pelita III ……………………………………
70
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan PMDN Bidang Usaha Perkebunan di Propinsi Bengkulu…………………………………………….
74
Tabel 4.3 Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Negara di Propinsi Bengkulu………………………………………………... 75 Tabel 4.4 Produksi Tanaman Pekebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu Pada Awal Pelita IV…………………………………………………
77
Tabel 4.5 Produksi Batu Bara di Propinsi Bengkulu Tahun 1984 - 1989 ……………………………………………….
79
Tabel 4.6 Jumlah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Bengkulu ………………………………………………………..
81
Tabel 4.7 Daerah Belakang Pelabuhan Pulau Baai ………………………….
85
Tabel 4.8 Kegiatan Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1984-1988 ………………………………………………….
87
Tabel 4.9 Kegiatan Bongkar Muat dan Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1984……………………………………………
89
Tabel 5.1 Arus Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010 …………………………………………………..
98
Tabel 5.2 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan KegiatanPemuatan Batubara Tahun 2009 ……………………………………………
105
Tabel 5.3 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan Kegiatan PemuatanBatubara Tahun 2010 ……………………….
105
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Propinsi Bengkulu…………………………………………… 18 Gambar 3.1 Peta Lokasi Pelabuhan Pulau Baai dan Pelabuhan Bengkulu Lama ……………………………………………………………..
52
Gambar 4.1 Kegiatan Bongkar Muat Antar Pulau di Pelabuhan Pulau Baai 1984-1988 ……………………………………………………….
90
Gambar 4.2 Arus Ekspor Impor Melalui Pelabuhan Pulau Baai 1984-1988 ………………………………………………………...
92
Gambar 5.1 Volume Ekspor Baru Bara Melalui Pelabuhan Pulau Baai 1990-2000 …………………………………………………………
95
Gambar 5.2 Volume Ekspor Karet Melalui Pelabuhan Pulau Baai 1990-2000 …………………………………………………………. 96 Gambar 5.3 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010 ………………………………………….......................
99
Gambar 5.4 Arus Muat Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010 ………………………………………………………... 101 Gambar 5.5 Volume Muat Antar Pulau Komoditi Batu Bara dan CPO 2001-2010 ………………………………………………………… 101 Gambar 5.6 Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010 ……………………………………………..………… 103 Gambar 5.7 Volume Ekspor Komoditi Andalan Melalui Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010 ………………………………………………………… 103 Gambar 5.8 Arus Impor Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010 ……………………………………………………….
107
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
DAFTAR AKRONIM
ACZ
: Aannemers Combinatie Zinkweken
BPP
: Badan Pengusahaan Pelabuhan
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
CPO
: Crude Palm Oil
DATI I
: Daerah Tingkat I
DIP
: Daftar Isian Proyek
DWT
: Dead Weight Tonnage
GBHN
: Garis Besar Haluan Negara
GM
: General Manager
GT
: Gross Tonnage
GRT
: Gross Register Tonnage
Ha
: Hektar
ISPS
: International Ship and Port Facility Security
KK
: Kepala Keluarga
KP
: Kuasa Pertambangan
KT
: Kapal Tunda
KM
: Keputusan Menteri
M LWS
: Mean Lower Water Spring
MP
: Motor Pandu
NES
: Nucleus Estates Smallholder
PELNI
: Pelayaran Nasional Indonesia
PERUM
: Perusahaan Umum
PN
: Perusahaan Negara
PT
: Perseroan Terbatas
PTPN
: PT. Perkebunan Nusantara
PELITA
: Pembangunan Lima Tahun
PIR
: Perkebunan Inti Rakyat
PBS
: Perkebunan Swasta Besar
Pelindo
: Pelabuhan Indonesia
REPELITA
: Rencana Pembangunan Lima Tahun Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
RUPSLB
: Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
SFD
: Saudi Fund for Development
SKB
: Surat Keputusan Bersama
SBNP
: Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
SR
: Stripping Ratio
TGAL
: Tanah, Gedung, Air dan Listrik
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Hingga saat ini transportasi laut menempati posisi utama dalam
pendistribusian komoditas antar negara-negara di dunia. Hal ini dikarenakan transportasi laut dipandang sebagai alternatif yang paling baik ditinjau dari segi ekonomi dan efisiensi. Jumlah dan volume pendistribusian yang relatif bisa jauh lebih besar juga merupakan salah satu alasan berkembang jenis transportasi laut dan prasarana pendukungnya dalam hal ini pelabuhan. 1 Pelabuhan merupakan salah satu mata rantai transportasi yang menunjang roda perekonomian negara atau suatu daerah dimana pelabuhan itu berada. Perindustrian, pertambangan, pertanian dan perdagangan pada umumnya membutuhkan jasa transportasi termasuk jasa pelabuhan. Oleh sebab itu pengembangan suatu pelabuhan bukan saja untuk kepentingan pelabuhan, tetapi juga untuk berbagai sektor yang ditunjang. Dalam
penelitian
ini
penulis
tertarik
untuk
mengkaji
mengenai
pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu pada tahun 1968-2010. Perkembangan yang dimaksud dalam penelitian di sini adalah suatu proses pembangunan dan perkembangan insfrastruktur dalam hal ini pelabuhan lama yang dibangun kembali dan diusahakan oleh pemerintah dalam upaya untuk mendukung perkembangan ekonomi daerah. Titik tolak periode penulisan ini dimulai pada saat Bengkulu secara resmi menjadi Propinsi Daerah Tingkat I pada tahun 1968. 2 Bengkulu mulai membangun daerah secara otonom dan menata kehidupan ekonomi dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki. Propinsi Bengkulu berdiri hampir bersamaan dengan dimulai program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dicanangkan oleh Pemerintah Orde Baru. 3 Pembangunan Nasional
1
Bambang Triatmodjo, Pelabuhan. Yogjakarta: Beta Offset, hal 2-4 Bengkulu secara resmi menjadi propinsi yang ke-26 pada tanggal 18 November 1968 yang sebelumnya merupakan bagian dari Keresidenan Sumatera Selatan. 3 Awal masa Orde Baru menerima beban berat dari buruknya perekonomian Orde Lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah Orde Baru berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan mengendalikan inflasi, stabilitas politik Universitas Indonesia 2
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
pada masa Orde Baru berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Adapun Trilogi Pembangunan terdiri dari; pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Strategi pembangunan pada masa Orde Baru yang menekankan pada konsep pertumbuhan, stabilitas dan pemerataan menjadi acuan perencanaan pembangunan nasional. Arah dan kebijakan pembangunan disusun secara sentralistik dan bersifat top-down, sehingga perkembangan pembangunan daerah dapat ditinjau dari program-program Repelita yang dirancang oleh pemerintah pusat yang kemudian diselaraskan dengan programprogram pemerintah daerah. Setelah berdiri menjadi propinsi, Bengkulu mulai melaksanakan programprogram pembangunan daerah yang dirancang selaras dengan program pemerintah pusat yang merujuk pada program Repelita. Dalam perencanaan pembangunan Propinsi Bengkulu periode awal berdiri, sasaran pembangunan difokuskan pada upaya menata kehidupan ekonomi dengan melakukan program-program prioritas yaitu perbaikan sandang, pangan, memperluas lapangan kerja dan perbaikan sarana dan prasana pendukung gerak perekonomian. Pada Pelita I program pemerintah dititikberatkan pada sektor pertanian untuk meningkatkan produksi beras serta perbaikan infrastruktur transportasi yang berguna untuk mendorong pemerataan pembangunan, mobilitas barang dan jasa serta pertumbuhan ekonomi. 4 Keadaan Bengkulu selama hampir 30 tahun setelah kemerdekaan merupakan daerah yang terisoliasi sehingga pembangunan daerah Bengkulu tertinggal dari daerah lain. Hal ini disebabkan oleh akses perhubungan darat yang terputus seperti jalan dan jembatan yang mengalami kerusakan berat akibat strategi bumi hangus pada masa perang revolusi. Dengan keadaan demikian, pembenahan sarana perhubungan baik darat, laut dan udara merupakan prioritas utama dalam
tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Program Repelita I mulai berlaku tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan masa Orde Baru. Lihat Ikhtisar Repelita dalam tulisan Shinichi Ichimura (ed), Pembangunan Ekonomi Indonesia: Masalah dan Analisis. Jakarta: UI Press, 1989, hal 9-10 4 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, hal 93 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
program pembanguan daerah Bengkulu untuk mendukung kelancaran roda perekonomian.5 Perbaikan dan pembangunan sarana perhubungan dilakukan dengan bertahap dan berkelanjutan. Dalam hal ini program peningkatan pembangunan infrastruktur perhubungan dibarengi dengan kebutuhan sarana dan prasarana tersebut untuk menunjang perkembangan ekonomi. Pada tahap Pelita I (19691974) program pokok pemerintah dititikberatkan pada peningkatan usaha pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pokok, maka pembangunan dan perbaikan sarana prasarana transportasi difokuskan pada jalan dan jembatan. Selanjutnya, dalam program Pelita II (1974-1979) lebih menekankan pada pemerataan penduduk dan perluasan kesempatan kerja melalui transmigrasi, sedangkan pada Pelita III (1979–1984) kebijakan ekonomi diarahkan pada peningkatan ekspor dengan membuka sektor perkebunan dan pertambangan. Sejalan dengan kondisi ini maka dibutuhkan pembangunan sarana transportasi laut dan prasarananya dalam hal ini pelabuhan sebagai pintu gerbang ekspor impor barang dan mobilisasi orang. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan samudera yang dibangun oleh pemerintah pusat yang direalisasikan pada Pelita III (1979–1984). Pembangunan pelabuhan ini sebenarnya telah diusulkan oleh pemerintah daerah jauh sebelum Bengkulu menjadi propinsi pada tahun 1968, namun pembangunannya baru dapat terealisasi pada tahun 1980. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama yang dibangun kembali
menjadi
pelabuhan samudera.
Latar
belakang
pembangunan pelabuhan ini karena pada saat itu Pelabuhan Bengkulu Tapak Paderi yang menjadi pintu gerbang ekspor-impor di Bengkulu mengalami kendala operasional dan tidak dapat berfungsi optimal. Pelabuhan Pulau Baai terletak di Teluk Pulau atau lebih dikenal Teluk Silebar yang dahulu merupakan pintu masuk kapal-kapal asing yang ingin menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Silebar. 6 Komoditi perdagangan
5
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur..Op Cit hal 34 Dahulu Bengkulu dikenal dengan sebutan Sillebar dan menghasilkan lada. Pada abad ke-16 Bengkulu berada di bawah pengaruh Banten. Ketika Kerajaan Banten terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dan anaknya Sultan Haji yang dibantu VOC (Kompeni Belanda) pada 1682, dampaknya sampai ke Bengkulu. Rakyat Bengkulu memihak Sultan Ageng Tirtayasa yang mempertahankan kemerdekaannya. Dengan kalahnya Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji Universitas Indonesia 6
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
utama daerah Bengkulu (Silebar) adalah lada. Daerah Bengkulu (Silebar) terkenal sebagai penghasil dan pemasok lada karena Kerajaan Silebar telah menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Banten yang pada saat itu pelabuhannya menjadi bandar perdagangan yang ramai. Perkembangan pelabuhan Banten menjadi bandar dagang pada masa pelayaran dan perdagangan niaga abad ke 16 berdampak positif bagi daerah Bengkulu menjadi terkenal sebagai daerah penghasil lada. Hal inilah yang menjadi daya tarik kerajaan-kerajaan besar seperti Kerajaan Aceh, Kerajaan Indrapura dan bangsa Barat (kolonial Inggris dan Belanda) untuk datang dan berusaha memonopoli perdagangan lada di Bengkulu. Pada masa Orde Baru, pelabuhan lama Kerajaan Silebar ini direvitalisasi menjadi pelabuhan samudera untuk menunjang aktivitas ekspor-impor di Propinsi Bengkulu dan memperlancar arus ekspor hasil produksi daerah belakang (hinterland). Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai direalisasikan pada Pelita III (1979-1984) sejalan dengan pembangunan ekonomi pada Pelita III yang menitikberatkan pada peningkatan ekspor baik dari sektor non migas. Selain itu program transmigrasi yang dimulai pada Pelita II menjadikan Bengkulu salah satu daerah tujuan transmigrasi juga turut mendukung dibangun sebuah pelabuhan yang berperan sebagai pintu gerbang arus masuk para transmigrasi ke daerah Bengkulu. 7 Secara geografis, Pelabuhan Pulau Baai sangat strategis dan terbuka untuk perdagangan dalam negeri dan luar negeri karena berada di pantai barat Sumatera dan langsung berhadapan dengan Samudera Indonesia. Selain itu keberadaan
dan VOC, pada 22 Agustus 1682 Sultan Haji menandatangani perjanjian VOC yang merugikan kerajaan Banten. Inggris yang menjadi saingan Belanda di Banten terpaksa keluar. Inggris kemudian menuju ke Bengkulu, mereka menetap disana dan berhasil menguasai perdagangan lada sampai kurang lebih 150 tahun. Bengkulu menjadi satu-satunya koloni Inggris di Nusantara yang akhirnya harus dilepaskan kepada Belanda sebagai konsekuensi perjanjian London 1824 (Treaty of London) pada 17 Maret 1824. Berdasarkan perjanjian tersebut Bengkulu ditukar dengan Tumasik (Singapura) dan daerah semenanjung Malaka sebagai wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara. Lihat Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia. Jakarta: Kompas, 2005. hal 117118 dan lihat juga Adrian B. Lapian, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Kota Bengkulu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984, hal 71 7 Sasaran utama program transmigrasi adalah perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu peningkatan pemanfaatan lahan produktif untuk pengembangan sektor perkebunan merupakan strategi untuk meningkatkan nilai ekspor dari perkebunan yang diusahakan di daerah-daerah transmigrasi. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
pelabuhan Pulau Baai juga didukung dengan daerah hinterland yang potensial, terutama komoditi pertambangan, perkebunan dan pertanian. Dengan adanya potensi daerah yang memadai serta didukung oleh pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur penggerak perekonomian, maka pembangunan pelabuhan menjadi sangat penting guna menarik investor untuk menanamkan modal. Pelabuhan Pulau Baai setelah resmi mulai beroperasi pada tahun 1984. Perkembangan pelabuhan mengalami kemajuan yang pesat karena didukung oleh hasil-hasil produksi dari daerah belakang yang meningkat dan membutuhkan pendistribusian melalui pelabuhan. Gerak aktivitas pelabuhan semakin mengeliat didorong oleh hasil produksi perkebunan yang diusahakan oleh rakyat dan pemerintah berupa karet dan kopi yang semakin meningkat. Aktivitas ekspor dari sektor perkebunan mulai menunjukan kemajuan yang berarti pada tahun 1991 dengan berhasil menyalurkan ekspor perdana langsung ke Amerika Serikat berupa hasil produksi karet.8 Selain itu pertambangan batubara yang mulai dieksplorasi pada Pelita III telah berproduksi dan menjadi komoditi ekspor andalan daerah Bengkulu yang setiap tahun mengalami peningkatan permintaan. Selain itu dari sektor perkebunan ekspor andalan dari Propinsi Bengkulu yang didistribusikan melalui Pelabuhan Pulau Baai adalah karet dan Crude Palm Oil (CPO).9 Dalam perkembangan selanjutnya sampai akhir tahun 2000, pelabuhan ini mengalami pasang surut akibat kendala operasional yang menyebabkan semakin menurun aktivitas pelabuhan dan komoditas ekspor yang didistribusikan melalui pelabuhan. Kendala operasional yang dihadapi Pelabuhan Pulau Baai adalah masalah kondisi fisik alur pelayaran yang sangat dipengaruhi oleh sedimentasi di mulut alur masuk. Pendangkalan yang terjadi di alur masuk pelabuhan menghambat kapal-kapal yang akan masuk ke pelabuhan sehingga aktivitas bongkar-muat dari kapal-kapal besar tidak dapat dilakukan di dermaga, tetapi menggunakan tongkang. Meskipun Pelabuhan Pulau Baai mengalami kendala opersional akibat sedimentasi yang tinggi, namun aktivitas pelabuhan terus meningkat sejak tahun
8
―Bengkulu kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 60 9 Lihat Data Arus Ekspor Impor Pelabuhan Pulau Baai yang dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
2000 dan mencapai puncak ekspor pada tahun 2010. Volume ekspor yang meningkat secara signifikan pada tahun 2010 mencapai 2.052.155 ton merupakan pencapaian tertinggi dalam sejarah aktvitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai.
1.2
Perumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai proses
pembangunan dan perkembangan aktivitas pelabuhan Pulau Baai sejak tahun 1968-2010. Dari rumusan permasalahan tersebut, maka diajukan beberapa pertanyaan penelitian mengenai: 1.
Apa latar belakang yang mendorong dibangun kembali Pelabuhan Pulau Baai? Apa saja faktor pendukung dan penghambat perkembangan Pelabuhan Pulau Baai?
2.
Bagaimana
pasang
surut
aktivitas
pelabuhan
dalam
masa
awal
perkembangannya? 3.
Mengapa aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai dapat terus meningkat sampai tahun 2010?
1.3
Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka dalam
penelitian ini batasan spasial difokuskan di wilayah Propinsi Bengkulu sebagai lokasi Pelabuhan Pulau Baai yang tepat berada di Kecamatan Silebar, Kotamadya Bengkulu dengan batasan temporal pada periode 1968-2010. Batasan awal periode ini dimulai saat Bengkulu menjadi propinsi secara resmi pada tahun 1968. Tahun ini menjadi pijakan awal penataan kehidupan ekonomi daerah Bengkulu dan upaya perencanaan pembanguan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pintu gerbang ekspor dan impor yang dapat mendorong perkembangan dan kemajuan daerah Bengkulu. Batasan akhir dari penelitian ini adalah perkembangan terakhir pada tahun 2010 yang menunjukan masa puncak aktivitas ekspor Pelabuhan Pulau Baai yang mencapai 2.052.155 ton. Puncak ekspor pada tahun 2010 merupakan pencapaian tertinggi dalam sejarah aktvitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai. Alasan penulis membatasi penelitian sampai tahun 2010 karena berdasarkan sumber arus barang Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
ekspor yang dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu menyebutkan bahwa pada periode ini aktivitas pelabuhan ini mengalami masa puncak yaitu peningkatan ekspor yang signifikan berasal dari komoditi batubara yang mencapai 1.859.603 ton.10 Namun di sisi lain hal yang menarik penulis temukan pada tahun 2010, berdasarkan pada literatur surat kabar menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2010, terjadi penurunan aktivitas pelabuhan yang disebabkan oleh pendangkalan alur pelabuhan yang mengakibatkan banyak kapal yang kandas di Pelabuhan Pulau Baai. Selama periode Januari-Oktober 2010 sebanyak 156 kapal berbagai ukuran kandas di alur pelayaran pintu masuk pelabuhan Pulau Baai, dengan kata lain terhitung sekitar 15 unit kapal kandas tiap bulan. 11 Kondisi ini semakin mengkhawatirkan menyusul semakin parah pendangkalan di jalur pelayaran yang mengakibatkan pelabuhan ini terancam ditutup. Hal ini menjadi sangat kontradiktif mengingat pada tahun 2010 aktivitas ekspor mengalami kenaikan yang tajam namun tidak terpengaruh oleh kendala operasional yang dihadapi oleh pelabuhan. Berdasarkan gambaran ini peneliti sangat tertarik untuk mengkaji mengapa Pelabuhan Pulau Baai dapat mencapai masa puncak pada tahun 2010
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada perumusan dan pembatasan masalah diatas,
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu pada periode tahun 1968 sampai 2010. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan bagi kebijakan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi ekonomi daerah yang didukung oleh pelabuhan sebagi satu subsistem dari sistem perekonomian dan perdagangan yang mengerakan kemajuan daerah. Selain itu dalam bidang akademis, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam bidang penulisan Sejarah Maritim khususnya mengenai pelabuhan. Mengingat,
10
Arus Barang Ekspor Melalui Cabang Pelabuhan Bengkulu Tahun 2001-2010. Sumber PT. (Persero) Pelindo Cabang II Bengkulu, 2010 11 ―156 Kapal besar kandas di Pulau Baai‖. Bisnis, 09 November 2010. Diunduh tanggal 10 Januari 2011 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas meliputi 2/3 lautan yang membentang dari Sabang sampai Merauke, namun masih begitu banyak celah topik penelitian Sejarah Maritim di Indonesia yang belum dijadikan kajian yang khusus dan mendalam.
1.5
Tinjauan Pustaka Studi Sejarah Maritim, khususnya tentang kota-kota pelabuhan di Indonesia
sebenarnya telah dirintis oleh beberapa penulis. Tulisan yang menjadi inspirasi awal dari pemilihan topik ini adalah hasil penelitian tesis Susanto Zuhdi mengenai perkembangan pelabuhan dan kota Cilacap pada tahun 1830-1942.12 Dalam tulisan ini, didapatkan gambaran bagaimana hubungan antara perkembangan pelabuhan mempengaruhi perkembangan kota, selain itu lokasi Cilacap yang berada di daerah belakang yang membuat Cilacap hampir-hampir tidak dikenal, tidak menjadikan pelabuhan di wilayah ini tidak memiliki arti penting dalam jaringan pelayaran dan perdagangan. Meskipun pada akhirnya pelabuhan ini runtuh, namun telah memberikan gambaran bahwa sebuah pelabuhan di lokasi yang salah (tidak strategis) pernah juga jaya dalam dinamika pelayaran niaga. Pola ini hampir sama dengan keberadaan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu yang berada di jalur pantai barat Sumatera, jalur pelayaran yang dipandang tidak memiliki posisi strategis namun menjadi sebuah pelabuhan ekspor impor. Inilah asumsi awal yang mendorong penulis untuk mencoba melihat bagaimana perkembangan yang terjadi di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Buku selanjutnya yang patut dicatat sebagai acuan yang memberikan wawasan dan perspektif baru dalam memandang tanah air serta urgensi Sejarah Maritim adalah karangan Adrian B. Lapian yang berjudul Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut. Tulisannya tentang sejarah laut di Laut Sulawesi telah memberikan gambaran dalam memahami teori dan metodologi penulisan sejarah maritim. Tidak hanya itu, tulisannya yang berjudul Sejarah Nusantara Sejarah
12
Hasil penelitian Susanto Zuhdi mengenai Perkembangan Pelabuhan dan Kota Cilacap Tahun 1830-1942 merupakan tesis pada Universitas Indonesia Program Studi Sejarah Program Pascasarjana tahun 1991 telah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Cilacap (1830-1942): Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan, Jakarta: KPG, 2002. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Bahari13, telah membangkitkan kebanggaan dan jiwa kebaharian yang selama ini terlupakan. Mengenai pelabuhan dan jaringan perdagangan, tulisan karya Singgih Tri Sulistiyono yang berjudul The Java Sea Network: Patterns in The Process of National Economic Integration in Indonesia, 1870s-1970s pun memberikan sumbangan pemikiran dalam melihat bagaimana jaringan laut telah mebanguan integrasi ekonomi nasional di Indonesia. Sejak abad ke-19, penulisan Sejarah Maritim telah berkembang dan cukup banyak menjadi bahan kajian yang dilakukan oleh para peneliti asing. Penulisan sejarah dengan perspektif baru ini awalnya dirintis oleh Ferdinand Braudel yang mengkaji tentang perdagangan maritim di Laut Tengah. 14 Selanjutnya, K.N Chauduri15 mengenai pelayaran niaga di Lautan Hindia, kemudian Frank Broeze mengkaji tentang kota pelabuahan di Asia Tenggara 16, Kenneth R. Hall17 mengkaji tentang perdagangan maritim dan perkembangan Negara di Asia Tenggara dan J. Kathirithamby-Wells dengan bukunya The Southeast Asian Port and Polity, Rise and Demise, yang lebih memfokuskan pada kajian bagaimana muncul dan hancurnya pelabuhan dan pemerintah di Asia Tenggara. Berdasarkan kajian literatur hasil penelitian beberapa penulis diatas menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini bahwa pelabuhan berperan penting sebagai pintu gerbang perdagangan dan eksistensi pelabuhan tidak berdiri sendiri namun bersinergi dengan daerah belakang (hinterland). Sementara kajian Sejarah Maritim di wilayah Asia Tenggara khususnya Indonesia yang dihasilkan oleh peneliti lokal masih belum cukup memadai. Terlebih, untuk wilayah Sumatera khususnya Bengkulu yang berada di jalur pantai barat Sumatera. Salah satu tulisan yang mendalam dan komprehensif mengenai pelayaran pantai barat Sumatera adalah karya Gusti Asnan yang 13
Adrian B. Lapian, Sejarah Nusantara Sejarah Bahari. Pidato pengukuhan yang diucapkan pada upacara penerimaan jabatan Guru Besar Luar Biasa Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tanggal 4 Maret 1992 14 Braudel, Ferdinand. The Mediterranean and the Mediterranean World in The Age of Philip II. Volume II.London: University of California Press, 1995. 15 Chauduri, K.N. Trade and Civilisation in the Indian Ocean, An Economic History from The Rise of Islam to 1750. Cambridge: Cambridge University Press, 1985. 16 Broeze, Frank. Brides of the Sea: Port Cities of Asia From the 16 th-20th Centuries, Kensington: New South Wales University Press, 1989. 17 Hall, Kenneth R. Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia. Honolulu: University of Hawaii Press, 1985. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
berjudul Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. 18 Namun dalam tulisannya ini, Gusti Asnan hanya membatasi pelayaran pantai barat Sumatera pada masa kekuasaan kolonial Belanda yang hanya meliputi Indrapura di selatan hingga Singkel di utara. Kawasan ini dalam literatur kolonial disebut Sumatra’s Westkust karena secara administratif masuk dalam Government’s Sumatra Westkust pada periode tahun 1819 hingga 1906. Dalam pembahasannya, Gusti Asnan tidak memasukan Bengkulu dalam kajiannya karena pada kurun waktu tersebut, Bengkulu merupakan salah satu wilayah yang merdeka dari kekuasaan Belanda. Pada periode itu Bengkulu dikuasai oleh Inggris dan menjadi satu-satunya daerah koloni Inggris di Sumatera. Dalam situasi ini terjadi persaingan ketat antara kekuatan Belanda dan Inggris dalam memperebutkan wilayah kekuasaan di Sumatera. Meskipun Gusti Asnan tidak mengkaji Bengkulu dalam tulisannya, namun hasil penelitiannya ini telah memberikan pemahaman situasi dan gambaran umum bagaimana dunia pelayaran niaga pantai barat Sumatera pada periode abad ke-18. Tulisan-tulisan selanjutnya dari beberapa literatur yang didapatkan mengenai Bengkulu, lebih terfokus pada kajian sejarah sosial seperti tulisan yang disunting oleh A.B Lapian berjudul Sejarah Sosial Daerah Bengkulu, tulisan Agus Setiyanto mengenai Migrasi, Kolonisasi, dan Mobilitas Sosial Orang Bugis di Bengkulu Abad XVI – XIX dan Oran-Orang Besar Bengkulu: Riwayatmu Dulu lebih merujuk pada sejarah politik, tulisan Firdaus Burhan yang berjudul Bengkulu dalam Sejarah yang lebih menekankan pada sejarah etnis, dan beberapa karya lainnya yang lebih memfokuskan pada penguasaan politik dan ekonomi kolonial Barat di Bengkulu yang disertai oleh reaksi pelawanan rakyat Bengkulu. Penulisan Sejarah Maritim yang mengkaji khusus mengenai pelabuhan secara spesifik belum ditemukan. Tulisan mengenai pelabuhan hanya menjadi bagian kecil dalam lintas sejarah Bengkulu. Alasan inilah yang menjadi arti penting mengapa kajian ini layak untuk mendapat perhatian lebih mendalam Selain itu Bengkulu tidak hanya merupakan daerah yang memiliki pesisir pantai
18
Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Yogjakarta: Penerbit Ombak, 2007. Buku Gusti Asnan ini merupakan terjemahan dari disertasi doktoral pada Fachbereich fur Sozialwissenschften, Universitat Bremen, Jerman yang berjudul Trading and Shipping Activities: TheWest Coasts of Sumatera 1819-1906 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
yang potensial, namun juga pernah mencatat sejarah penting dalam pelayaran niaga pada masa jayanya.
1.6
Kerangka Konseptual Untuk memahami perkembangan pelabuhan dengan berbagai aspeknya,
maka perlu dipahami terlebih dahulu konsep dan teori mengenai pelayaran dan pelabuhan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menyebutkan pelayaran merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. 19 Sedangkan kepelabuhan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat pemindahan intra dan/ atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. 20 Arti
pelabuhan
yang
dimaksud
dalam
Undang-Undang
Pelayaran
menyebutkan bahwa pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Fungsi pokok pelabuhan adalah tempat untuk berlabuh kapal dan terminal pemindahan barang dan penumpang. Fungsi lainnya adalah sebagai interface (menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang dibutuhkan untuk pemindahan dari kapal ke angkutan darat dan sebaliknya), sebagai link (mata rantai dalam proses transformasi mulai dari tempat asal barang ke tempat tujuan), sebagai gateway (pintu gerbang dari suatu negara atau daerah), dan sebagai industry entity (pelabuhan dapat memiliku bagian industrial lengkap dengan jaringan dan jasa transformasinya). Berdasarkan fungsi tersebut pelabuhan dapat 19 20
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, hal 2-3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 …., Op Cit Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
mendorong pertumbuhan dan perkembangan perdagangan pelayaran dan industri serta kota pelabuhan sendiri. 21 Menurut Susanto Zuhdi, eksistensi dan peran pelabuhan tidak dapat dilepaskan dari daerah belakang (hinterland), tempat produk ekspor (cash-crops) dihasilkan, dan pasar dunia tempat komoditi itu dijual. Lalu lintas ekspor juga diimbangi oleh kegiatan impor, yakni barang-barang yang didatangkan dari luar negeri dan didistribusikan ke daerah-daerah pedalaman. Dilihat dari arus kegiatan tersebut maka prasaranan dan sarana komunikasi dan transportasi memegang peran penting.22 Selain itu untuk melihat dinamika dan gerak kerja sebuah pelabuhan, dapat dikaji hubungan dan persaingan antara pelabuhan tersebut dengan pelabuhan disekitarnya. 23 Untuk menunjang fungsi pelabuhan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang, maka aktivitas yang terjadi di pelabuhan meliputi aktivitas bongkar dan muat barang dari dan ke pelabuhan. Aktivitas bongkar merupakan kegiatan menurunkan barang-barang yang didatangkan dari luar daerah, sedangkan aktivitas muat merupakan
kegiatan
pengapalan
barang-barang
hasil
produksi
untuk
didistribusikan ke luar. Barang-barang yang dibongkar muat di pelabuhan berasal dari perdagangan antar pulau dan antar negara. Arus barang bongkar dan arus barang muat ditujukan untuk perdagangan dalam negeri disebut arus bongkar muat antar pulau. Sedangkan arus barang bongkar dan arus barang muat yang ditujukan untuk perdagangan luar negeri disebut ekspor dan impor. Arus barang yang ditujukan untuk ke luar negeri disebut ekspor dan arus barang yang didatangkan berasal dari luar negeri disebut impor. Pembangunan
suatu
pelabuhan
diperlukan
untuk
melayani
dan
meningkatkan kegiatan ekonomi daerah di belakangnya dan untuk menunjang kelancaran perdagangan antar pulau maupun antar negara sehingga pelabuhan ini banyak mendukung perkembangan kota di dekatnya atau daerah belakang. Volume perdagangan penting untuk menentukan layak atau tidaknya pelabuhan 21
Linda Sunarti, Pembangunan dan Perkembangan Swettenham di Malaysia 1900-1983. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia 22
Susanto Zuhdi, Perkembangan Pelabuhan dan Kota Cilacap Tahun 1830-1942.Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, hal 1-2 23 Berdasarkan diskusi pada saat bimbingan tesis dengan Susanto Zuhdi pada tanggal 21 Desember 2011 di Ruang Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
tersebut dibangun. Ketersediaan hubungan dengan daerah pedalaman merupakan pendukung utama di dalam menentukan lokasi pelabuhan. Kemajuan tersebut akan didukung oleh adanya jalan raya yang baik, jalan kereta api maupun jalan air yang menuju kota pedalaman. Tanpa prasarana tersebut keberadaan pelabuhan tidak akan banyak berarti bagi perkembangan daerah. Pembangunan pelabuhan memakan biaya besar yang nominalnya mencapai ratusan miliyar. Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang matang untuk memutuskan pembangunan suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan pelabuhan biasanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi, politik dan teknis. Ketiga dasar pertimbangan tersebut saling berkaitan, tetapi biasanya yang paling menentukan adalah pertimbangan ekonomi. Beberapa faktor yang memerlukan perhatian serta pertimbangan dalam pengembangan pelabuhan ialah: 1. Pertumbuhan/perkembangan ekonomi daerah belakang (hinterland) dari pelabuhan yang bersangkutan 2. Perkembangan industri yang terkait dengan pelabuhan 3. Data arus barang muatan (cargo flow), sekarang dan perkiraan yang akan datang serta jenis dan macam komoditi yang akan keluar/masuk 4. Tipe dan ukuran kapal yang diperkirakan akan memasuki pelabuhan 5. Jaringan jalan (prasarana dan sarana angkutan dari/ke hinterland 6. Alur masuk/keluar menuju laut 7. Aspek nautis dan hidraulis 8. Dampak keselamatan dan lingkungan hidup 9. Analisis ekonomi dan keuangan. 24 Dengan melihat berbagai aspek pelabuhan tersebut maka terdapat beberapa hal yang dapat dikaji di antaranya adalah peranan kawasan pedalaman terhadap perkembangan pelabuhan, letak pelabuhan yang strategis, fasilitas pelabuhan, kebijakan pemerintah terhadap
perkembangan pelabuhan,
perkembangan
pelabuhan dan dampak terhadap kawasan pedalamannya. Dari kerangka teori di atas studi mengenai pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu, akan menitikberatkan pada proses pembangunan dan perkembangan 24
H. A. Abbas Salim, Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan. Jakarta: Pustaka Jaya, hal 102 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
pelabuhan Pulau Baai, hubungan antara wilayah belakang dan pelabuhan dalam rangka mendukung peran pelabuhan sebagai pintu gerbang arus distribusi hasil produksi. Selain itu dalam penelitian ini akan mengkaji kendala operasional pelabuhan dan kebijakan pemerintah dan PT Pelindo II dalam menanggulangi masalah tersebut dalam upaya mengoptimalisasikan peran pelabuhan.
1.7
Metode dan Sumber Penelitian
1.7.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dan penyajian hasil penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif-analisis yang lebih banyak menguraikan kejadian dalam dimensi ruang dan waktu. Sesuai dengan kaidahkaidah penelitian sejarah, maka penelitian ini menempuh beberapa langkah atau tahapan sebagai berikut 25: a.
Heuristik. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan beberapa sumber baik sumber primer maupun sekunder.
b.
Verifikasi. Pada tahap ini peneliti melakukan pengujian otentitas dan kredibilitas terhadap beberapa sumber yang telah diperoleh. Peneliti menguji validitas sumber lisan dengan cara memilih verifikasi cross-check informasi dengan sumber dokumen lain yaitu surat kabar umum dan majalah yang sejaman dengan topik penelitian. 26 Selain itu, peneliti juga menguji sumber lisan melalui wawancara para sumber untuk menguji validitas data dan melakukan wawancara disesuaikan dengan peran dan jiwa zaman para sumber.
c.
Interpretasi. Tahap ini peneliti mengelompokkan dan mengklasifikasikan fakta-fakta yang terkait dan selanjutnya menganalisa dan mengadakan sintesa berdasarkan pada bahan-bahan yang dijadikan sumber penelitian.
25
Lihat Renier, G.J. History its Purpose and Method.Terj. Muin Umar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997 dan Basri M.S. Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik) Jakarta: Restu Agung, 2006.
26
P. Lim Pui Hen, James H. Morrison dan Kun Chong Guan (ed.), Sejarah Lisan di Asia Tenggara, R. Z. Leirissa (alih bahasa), Jakarta: LP3ES, 2000, hal 14. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
d.
Historiografi. Pada tahap ini peneliti mengungkapkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sistematis dan logis. Pada tahap penulisan sejarah ini menyajikan tiga bagian yaitu pendahuluan, hasil penelitian, dan kesimpulan.
1.7.2 Sumber Penelitian Penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder, yang didapat dari sumber tertulis dan lisan. Sumber tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang dikumpulkan disimpan oleh lembaga pemerintah maupun perorangan. Sumber tertulis berupa arsip laporan pemerintah daerah mengenai perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah seperti Monografi Daerah Bengkulu, laporan Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Buku Data Pokok Perencanaan Pembangunan Daeah yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), laporan statistik mengenai perkembangan ekonomi daerah dan demografi penduduk yang terangkum dalam Bengkulu Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Mengenai arus bongkar muat barang, penulis mendapatkan sumber laporan statistik mengenai aktivitas pelabuhan pulau Baai yang dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu dan Statistik Perhubungan dari Badan Pusat Statistik. Dalam penelitian ini penulis juga mendapatkan sumber Master Plan dan Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu yang dirancang oleh Departemen Pehubungan, laporan mengenai hasil-hasil produksi daerah, ekspose yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu. Selain itu penulis juga mendapatkan beberapa sumber kebijakan seperti Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Propinsi Bengkulu, Program Strategis Sektor Perhubungan Propinsi Bengkulu dan Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Propinsi Bengkulu sebagai rujukan data untuk menganalisis arah dan rencana pengembangan pelabuhan Pulau Baai dari segi kebijakan. Untuk mendukung arsip dan dokumen yang berasal dari pemerintah, penulis juga menggunakan sumber tertulis berupa surat kabar sejaman yang memberikan gambaran umum situasi yang terjadi untuk digali lebih mendalam masalah yang Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
ada dilapangan serta saling memperkuat data baik dari sumber laporan pemerintah dan surat kabar. Sumber tertulis yang mencatat tentang pembangunan dan perkembangan pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu yang belum sepenuhnya mencukupi akan dikombinsikan dengan sumber lisan yang didapat melalui pendekatan sejarah lisan (oral history) yaitu dengan melakukan wawancara para pelaku sejarah yang sejaman dan masih hidup sekarang ini. 27 Para pelaku sejarah tersebut antara lain pihak pemerintah yang mengeluarkan kebijakan, pihak kepelabuhan yang mengatur dan mengelola pelabuhan, dan masyarakat umum sebagai pengguna fasilitas pelabuhan. Disamping sumber tertulis dan sumber lisan, penulis juga menggunakan sumber lain berupa peta lokasi daerah sebagai penunjang untuk menggambarkan wilayah serta foto-foto dari koleksi lembaga atau perorangan. Selain itu tinjauan langsung ke lokasi penelitian juga dilakukan untuk melihat kondisi real yang terjadi dilapangan.
1.8
Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan hasil penelitian ini akan dijabarkan dalam
beberapa bab yang terdiri dari enam bab. Bab I Pendahuluan. Dalam bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tinjauan pustaka, kerangka konseptual dan metode penelitian. Bab II Bengkulu dan Gambaran Potensi Daerah Pedalaman. Dalam bagian bab ini penulis mengambarkan bagaimana kondisi geografis Propinsi Bengkulu, potensi sumber daya alam daerah pedalaman serta kilas balik mengenai keadaan Bengkulu pasca menjadi propinsi, program pembangunan Propinsi Bengkulu dalam bidang perhubungan darat dan laut sehingga dapat menggambarkan bagaimana pentingnya pembangunan Pelabuhan Pulau Baai. Bab III Revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai 1968-1984. Dalam bab ini penulis menjabarkan latar belakang pembangunan Pelabuhan Pulau Baai, tahap pembangunan pelabuhan dan sarana dan prasarana pendukung, organisasi pengelolaan pelabuhan serta kilas balik mengenai sejarah Pelabuhan Bengkulu di pantai barat Sumatera.
27
P. Lim Pui Hen, James H. Morrison dan Kun Chong Guan (ed.), Sejarah Lisan di Asia Tenggara..Op Cit Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Bab IV Perkembangan Awal Aktivitas Pelabuhan Pulau Baai 1984-1990. Dalam bab IV penulis mengkaji bagaimana perkembangan aktivitas pelabuhan setelah difungsikan kembali, hubungan pelabuhan dengan daerah belakang serta ketersediaan barang-barang komoditi sehingga mendukung gerak pelabuhan sebagai pintu gerbang keluar masuk arus barang. Bab V Masa Peningkatan Menuju Puncak 1990-2010. Dalam bab ini menggambarakan aktivitas pelabuhan pada masa menuju puncak 1990-2010, faktor-faktor apa yang menyebabkan Pelabuhan Pulau Baai mengalami kenaikan ekspor pada tahun 2010. Bab VI Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan epilog yang berisi pandangan penulis terhadap perkembangan Pelabuhan Pulau Baai mendatang berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
BAB 2 BENGKULU DAN GAMBARAN POTENSI DAERAH PEDALAMAN
2.1
Keadaan Geografis
2.1.1 Letak dan Luas Daerah Secara geografis, Propinsi Bengkulu terletak di pantai barat Pulau Sumatera tepatnya pada garis astronomis 2016 ‗9‖ – 30 31‘17‖ LS dan 10101‘ – 103041‘5‖ BT, membujur dari Utara ke Selatan, sejajar dengan pegunungan Bukit Barisan di sebelah timur dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia di sebelah barat. Propinsi Bengkulu memiliki panjang pantai sekitar ± 525 km dan luas wilayah seluas 1.978.870 ha atau 19.788,7 km2 termasuk pulau-pulau yang terletak di Samudera Indonesia. 28
Gambar 2.1 Peta Propinsi Bengkulu Propinsi Bengkulu secara administratif berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat di sebelah Utara, Propinsi Lampung di sebelah Selatan, Propinsi Jambi dan Sumatera Selatan di sebelah Timur dan berbatasan dengan Samudera Indonesia di sebelah Barat. Selain wilayah daratan terdapat pula tiga buah pulau yang menjadi 28
―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1979 hal 27 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
bagian dari daerah Bengkulu yaitu: Pulau Enggano yang berpenduduk lebih kurang 1000 orang, Pulau Tikus yang hanya dihuni oleh Penjaga Mercu Suar dan Pulau Mega yang hanya merupakan Pulau Karang. 29 Daerah Bengkulu pada awal berdiri menjadi propinsi terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan 1 (satu) Kotamadya yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan dengan luas 5.949 km2, Kabupaten Rejang Lebong dengan luas 4.110 km2, Kabupaten Bengkulu Utara dengan luas 9.585 km2 dan Kotamadya Bengkulu dengan luas 145 km2.30 Namun dalam perkembangannya kemudian terjadi pemekaran wilayah sebagai konsekuensi pemberlakuan otonomi daerah tahun 1999. Kabupaten baru hasil pemekaran wilayah tersebut adalah Kabupaten Muko-Muko dan Kabupaten Bengkulu Tengah (pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara), Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Lebong (pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong), Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma (pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan).
2.1.2 Geomorfologi Secara geomorfologi Propinsi Bengkulu terletak di bagian barat Bukit Barisan yang membelah daerah Bengkulu menjadi dua bagian, yaitu bagian barat Bengkulu merupakan daerah pantai dengan dataran rendah yang agak landai dan sempit dan di bagian timur merupakan daerah pegunungan dengan dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan keadaan permukaan yang bergelombang. Dataran rendah dengan jalur ketinggian sekitar 0-100 m dpl yang diklasifikasikan sebagai low land yang merupakan dataran pantai berada disebelah barat Propinsi Bengkulu menelusuri pesisir pantai dari Utara sampai Selatan; Ketahun – MukoMuko dan peisisr kota Bengkulu – Manna – Padang Guci yang pada umumnya datar, agak landai dan terdapat cekungan yang berada di belakang beting pasir, sedangkan pesisir antara Ketahun – Kota Bengkulu dan Padang Guci – Manna – Masat merupakan dataran pantai yang sempit dan langsung berbatasan dengan pegunungan.
29
―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Team Monografi Daerah Bengkulu Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1979 hal 27 30 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 35-36 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Daerah dataran tinggi adalah di pedalaman yaitu sebelah Timur dataran rendah dengan jalur ketinggian 100-1.000 m dpl yang merupakan lereng pegunungan Bukit Barisan. Daerah dataran tinggi mendominasi daerah Bengkulu dengan luas mencapai ± 1.270.435 Ha atau 64,20%. Topografi daerah ini umumnya bergelombang sampai berbukit dengan bagian-bagian datar yang sempit dan daerah cekungan seperti daerah Curup, Kepahyang dan Muara Aman. Di celah bukit barisan terdapat dataran tinggi Rejang Lebong yang sekaligus merupakan Kabupaten Rejang Lebong dengan ketinggian antara 600-800 m. 31 Terdapat pegunungan dan bukit yang mendominasi hampir sebagian wilayah Bengkulu bagian barat yaitu Bukit Kaba (tinggi 1936 m) merupakan gunung berapi yang berada di sekitar kota Curup (Ibukota Kabupaten Rejang Lebong), Gunung Sebelat (tinggi 2383 m), Gunung Hulu Palik (tinggi 2493 m), dan Gunung Bungkuk yang dijadikan tanda daerah Bengkulu. 32 Daerah pegunungan ada disebelah Timur, yaitu berupa Bukit Barisan yang arahnya memanjang dari Utara ke Selatan dengan ketinggian diatas 1.000 m dpl dan daerah ini berbatasan langsung dengan Propinsi Sumatera Selatan dan Jambi. 33
2.1.3 Hidrologi Jajaran Bukit Barisan yang melintasi Pulau Sumatera merupakan garis pemisah air (Water Shade) yang membagi hujan yang turun di daerah ini sebagian mengalir ke arah timur (Selat Bangka) dan sebagian lagi ke arah barat yaitu Samudera Indonesia. Sungai-sungai yang ada daerah Bengkulu hampir keseluruhannya mengalir dan bermuara ke Samudera Indonesia. Satu-satunya sungai yang mengalir ke arah Barat melalui celah-celah bukit adalah Sungai Musi. Hulu sungai Musi berada di dataran tinggi Rejang Lebong dan berakhir di Sumsang Propinsi Sumatera Selatan. Tipe sungai-sungai di daerah Bengkulu merupakan sungai yang dangkal, hal ini disebabkan karena antara garis pemisah air dengan Samudera Indonesia relatif pendek yakni sekitar 40-60 km sehingga
31
Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur …Op.Cit hal 36-37 32 ―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Team Monografi Daerah Bengkulu…Op Cit, hal 27 33 ―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 5-6 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
sungai–sungai yang bermuara ke Samudera Indonesia tersebut beraliran pendek, tidak lebar dan relatif deras.34 Kondisi aliran sungai seperti ini menguntungkan untuk sumber air irigasi tetapi kurang baik fungsinya untuk lalu lintas. Sungai dalam bahasa Bengkulu disebut Air. Di propinsi ini mengalir ± 120 sungai besar dan kecil yang berhulu pada sisi Bukit Barisan dan mengalir ke Samudera Indonesia dan juga Propinsi Sumatera Selatan. Adapun sungai-sungai yang mengalir ke Samudera Indonesia antara lain: Air Manjuto, Air Selagan, Air Ipuh, Air Sebelat, Air Lais, Air Bengkulu, dan Air Seluma. Sedangkan sungai yang mengalir ke Sumatera Selatan adalah Air Musi dan Air Betiti. Di antara sungai-sungai tersebut telah banyak dimanfaatkan untuk keperluan air bersih seperti Air Bengkulu, untuk irigasi seperti Air Manjuto, Air Lais dan Air Seluma dan angkutan sungai seperti Air Ketahun.
2.1.4 Geologi Daerah Bengkulu memiliki tanah yang umumnya subur, tidak terdapat tanah gersang dan gundul. Struktur dan jenis tanah daerah Bengkulu berdasarkan Peta Tanah Eksplorasi Sumatera Selatan tahun 1964 meliputi 15 wilayah satuan peta dengan 11 jenis tanah yang berupa organosol, alluvial, regosol, renzina, latosol, andosol, litosol, pedsolik dan pedsol.35 Sedangkan berdasarkan peta ―Geologie of Indonesia by Dit Geologie Indonesia and published by the U.S Geological Survey 1965 maka secara geologi dari pantai ke arah Bukit Barisan formasi batu-batuan dapat dibagi menjadi: a.
Sedimen quarter/resen berupa terumbu koral
b.
Batuan tertier-neogen yang umumnya berupa berbagai sedimen
c.
Batuan Miosen yang berupa batu tua (old andesits formation)
d.
Batuan/formasi andesit tua dan disertai interupsi batuan asam yang membawa mineral-mineral emas, perak, seng, timah hitam ataupun tembaga
34
―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI hal 4 35 Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur …Op Cit hal 36-37 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
e.
Batuan vulkanik muda/quarter dari jenis-jenis masa menengah, dan asam berupa larva dan tufa. Kedua formasi batuan tersebut terakhir membentuk pegunungan Bukit Barisan. 36
2.2
Bengkulu: Dari Keresidenan Menjadi Propinsi Berdasarkan sejarahnya, Bengkulu pernah berada di bawah kekuasaan
Inggris (1685-1825), Belanda (1825-1945) dan Jepang (1942-1945). Bengkulu secara administrasi berbentuk keresidenan sejak tahun 1878 yang terdiri dari daerah-daerah yang ada di Bengkulu dan ditambah dengan daerah Krui, Tanjung Sakti, dan Muara Sindang. Namun setelah masa pendudukan Jepang tahun 1942, daerah Krui, Tanjung Sakti dan Muara Sindang masuk ke dalam susunan Keresidenan Palembang dan Lampung. 37 Pasca kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seluruh daerahdaerah di Indonesia
menanti keputusan dari Pemerintah Pusat
untuk
menyesuaikan diri dengan Negara Republik Indonesia yang baru merdeka. Didahului oleh Keputusan Presiden tanggal 20 September 1945 maka Sumatera dijadikan sebuah propinsi. Gubernur pertama yang diangkat menjadi wakil pemerintah pusat dan berkuasa penuh untuk mengurus segala sesuatu di Sumatera adalah Mr. Teuku Mohammad Hassan.38 Adanya Propinsi Sumatera ini, maka satu per satu daerah diberi tanggungjawab dan secara resmi pemerintah di bawah kekuasaan Republik Indonesia mulai berjalan. Pada tanggal 3 Oktober 1945, Gubernur Sumatera mengangkat residen seSumatera, termasuk pula keresidenan Bengkulu dengan residennya Ir. Indracaya dan dilanjutkan dengan pembentukan KNI (Komite Nasional Indonesia) Keresidenan.39 Meskipun sebelumnya sejak tahun 1878 secara administrasi
36
Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur …Op Cit hal 36-37 37 Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu. Kenang-Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi Bengkulu. Palembang: Sriwijaya Media Utama, 1993. hal 28 38 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Daerah Bengkulu. Proyek Penelitian Sejarah dan Budaya. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1977/1978. hal 196-197 39 Dengan adanya KNI ini maka Keresidenan Bengkulu sebagai daerah administrasi diberi hak mengatur rumah tangganya sendiri antara tahun 1947-1950 yang kemudian berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera tanggal 12 April 1946 No 8/m.g.s KNI mengalami perubahan menjadi DPR Keresidenan.,Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Daerah Bengkulu… Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Bengkulu berbentuk keresidenan namun secara resmi Keresidenan Bengkulu dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1945. Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan,
Keresidenan
Bengkulu terlibat penuh secara aktif dalam gerakan melawan dan mengusir penjajah, mulai dari gerakan merebut senjata dari tentara Jepang di Kepahiang, Curup dan Manna, sampai pada perang melawan tentara Belanda yang berusaha untuk mencengkramkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Dalam keadaan perang menghadapi Belanda tersebut, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 10 Tahun 1948 yang menyatakan bahwa Propinsi Sumatera dipecah menjadi tiga propinsi, yaitu terdiri dari Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Sumatera Tengah dan Propinsi Sumatera Selatan. 40 Pada tiap propinsi ini dijadikan Pemerintahan
militer
dan
Keresidenan Bengkulu
menjadi
bagian dari
Pemerintahan militer Propinsi Sumatera Selatan (1945-1968). Daerah Bengkulu pada masa revolusi dijadikan pusat komando perjuangan daerah Sumatera Selatan. Dalam strategi perang mempertahankan kemerdekaan, rakyat
Bengkulu
menjalankan taktik perang gerilya dengan sistim bumi hangus. Banyak bangunanbangunan peninggalan Pemerintah Belanda seperti gedung-gedung, jembatanjembatan dihancurkan dalam rangka untuk memutuskan hubungan dalam gerak para penjajah yang ingin kembali berkuasa. Sebagai akibar dari taktik bumi hangus tersebut mengakibatkan daerah Bengkulu menjadi terisolasi baik antar daerah Bengkulu sendiri maupun terhadap daerah luar.41 Setelah perang revolusi berakhir (1950-1968) merupakan periode dimana Bengkulu menjadi daerah yang terisolasi dan terbengkalai. Keadaan Bengkulu yang hancur akibat perang tidak segera dibangun kembali dan Bengkulu menjadi daerah yang jauh dari sentuhan pembangunan selama periode yang cukup lama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Alamsyah Ratu Prawira Negara dalam sambutannya pada acara reuni para tokoh pejuang se-Sumatera bagian Selatan di Bengkulu pada tanggal 16 Januari 1988. Daerah Bengkulu seolah-olah hilang dari peta Indonesia. Pada waktu itu banyak orang Indonesia tidak mengetahui bahwa daerah Bengkulu adalah 40
Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Daerah Bengkulu …Op.Cit. hal 202203 41 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989 hal 34-35 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keadaan terisolir dan terbengkalai yang cukup lama ini mengakibatkan daerah Bengkulu jauh ketinggalan hampir dalam segala bidang dibandingkan dengan daerah lain. 42 Kondisi daerah Bengkulu yang terisolasi mengakibatkan pembangunan keresidenan Bengkulu sangat terbelakang dibandingkan daerah-daerah lainnya. Upaya pembangunan untuk merehabilitasi sarana dan prasarana yang sudah hancur tidak terealisasi, begitu pula pelaksanaan pembangunan untuk proyekproyek baru sama sekali tidak ada.43 Ketertinggalan pembangunan di segala bidang akibat keadaan yang terisolasi inilah yang menjadi salah satu alasan Bengkulu ingin memperjuangkan diri menjadi daerah tingkat I yang otonom. Di samping itu latar belakang adanya rencana pemerintah pusat untuk menghapuskan sistem keresidenan termasuk keresidenan Bengkulu menjadi bahan pertimbangan daerah Bengkulu menjadi propinsi. Dengan sistem keresidenan dihapuskan, secara psikologis menyebabkan kekhawatiran bagi rakyat Bengkulu bahwa daerah Bengkulu sebagai kesatuan akan ikut lenyap dan hanya menjadi sebuah nama dari kota kecil saja. Padahal bagi rakyat Bengkulu selama perjuangan perang kemerdekaan dan masa revolusi fisik rakyat Bengkulu telah memberikan andil besar dengan pengorbanan materil maupun jiwa raga mereka.44 Perang kemerdekaan telah menyebabkan hubungan lalu lintas antara pusat keresidenan dan kabupaten Bengkulu Selatan putus sama sekali, demikian pula hubungan lalu lintas antara pusat keresidenan dan kabupaten Bengkulu Utara. Beberapa pusat-pusat pertanian seperti Kemumu, Aur Gading, pusat-pusat perkebunan di Bukit Kaba dan Bukit Daun dan tambang-tambang emas di Lebong Tandai dan Lebong Simpang juga hancur. Sejak Sumatera Selatan menjadi Daerah Tingkat I yang terdiri dari keresidenan-keresidenan Palembang, Bengkulu, Lampung dan Bangka-Belitung dan berpusat di kota Palembang, dalam pelaksanaannya sebagai pusat pemerintaahan belum dapat menaungi beberapa keresidenan yang ada di 42
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, hal 34-35 43 Ibid 44 Lihat Pendahuluan: Bahan Pertimbangan Untuk Pembentukan Daerah Tingkat I Bengkulu dalam Buku Kenang-Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi Bengkulu…Op Cit hal 25-26 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
bawahnya. Hal ini karena Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai satu unit pemerintahan terlalu besar untuk mengurus dirinya sendiri dengan beberapa keresidenan.45 Alasan tersebut semakin memperkuat keinginan daerah keresidenan Bengkulu memperjuangkan diri menjadi propinsi. Kebutuhan pembangunan daerah yang belum dapat terlaksana sesuai harapan dalam waktu singkat menyebabkan tidak ada solusi lain bagi daerah Bengkulu untuk menyelesaikan persoalan tersebut selain dengan mengalihkan pusat kekuasaan politik di Bengkulu sendiri. Selain itu dengan Bengkulu secara otonomi menjadi Daerah Tingkat I diharapkan agar jarak antara Jakarta dan Bengkulu dapat dipersingkat dan tidak lagi melalui Palembang. 46 Keputusan Bengkulu untuk menjadi daerah tingkat I tidak hanya alasan pembangunan yang terbengkalai saja. Namun bahan pertimbangan juga berdasarkan pada penyelidikan mengenai luas daerah, jumlah penduduk, produksi bahan makanan, hasil pertanian/perikanan serta kemungkinan bagi industri dan pertambangan sehingga Keresidenan Bengkulu sanggup menjadi propinsi. 47
2.3
Pembangunan Daerah Bengkulu Pasca Menjadi Propinsi Setelah melalui perjuangan panjang akhirnya daerah Bengkulu menjadi
sebuah propinsi. Berdasarkan Undang-Undang No 9 tahun 1967 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1968 propinsi Bengkulu resmi berdiri pada tanggal 18 November 1968.48 Propinsi Bengkulu lahir pada masa Orde Baru dan hampir bersamaan dengan saat dimulai pelaksanaan program Pembangunan Lima Tahun (Pelita) pertama pada tahun 1969. 49 Pembangunan di daerah Bengkulu merupakan
45
Lihat Pendahuluan: Bahan Pertimbangan Untuk Pembentukan Daerah Tingkat I Bengkulu dalam Buku Kenang-Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi Bengkulu…Op Cit hal 25-26 46 Ibid 47 Ibid 48 Rancangan Undang-Undang tentang pembentukan Propinsi Bengkulu disahkan menjadi UndangUndang oleh DPR-GR tanggal 28 Juli 1967 dalam Persidangan ke IV Rapat Pleno terbuka ke 83 dan kemudian diundangkan dan disahkan oleh Pj. Presiden R.I tanggal 12 September 1967 menjadi Undang-Undang 9 tahun 1967, dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 19 tahun 1967, dikutip dalam buku Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi Bengkulu hal 213-218. 49 ―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖ Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990. hal 1 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
bagian integral dari pembangunan nasional dan bertumpu pada Trilogi Pembangunan. Makin berhasil pelaksanaan pembangunan maka makin nyata dukungannya kepada peningkatan ketahanan nasional dan pemantapan perwujudan Wawasan Nusantara. Sejalan dengan adanya Repelita yang dirancang oleh pemerintah pusat yang bersifat top down, maka keadaan dan perkembangan pembangunan propinsi Bengkulu dapat ditinjau melalui arah kebijakan program pemerintah yang tertuang dalam Pembangunan Lima Tahun dan hasil pencapaiannya. Setelah menjadi propinsi baru, keadaan pembangunan fisik di daerah Bengkulu belum banyak yang dapat terlaksana. Pada periode awal Pelita I (19691974) provinsi Bengkulu masih disibukkan dengan konsolidasi aparatur pemerintahan baik dalam pembentukan kelembagaan maupun dalam merekrut tenaga pegawai. Sebagai konsekuensi logis dari Propinsi Bengkulu yang baru terbentuk maka aparatur pemerintah sangat minim. Dengan kata lain prasarana fisik pamong praja (gedung kantor), personil, fasilitas lain-lainnya jauh masih ketinggalan. Karena itu pada awal Pelita penataan aparatur pemerintahan menjadi salah satu program pokok pembangunan. 50 Masalah utama yang dihadapi pada Pelita I adalah masalah kekurangan dana untuk mewujudkan pembangunan. Selama Pelita I dana yang tersedia sebesar Rp. 4.875.555.655 yang berasal dari sektoral/APBN, regional/ APBD, Inpres-Inpres dan Banpres. 51 Pada awal tahun 1969 penduduk propinsi Bengkulu sekitar 468.828 jiwa atau dengan kepadatan 24 orang/km2. Jumlah pnduduk yang masih sangat jarang berimbas pada tenaga kerja untuk pembangunan menjadi sangat kurang. Sementara di pihak lain tanah/lahan usaha cukup banyak tersedia baik untuk perluasan pertanian dan perkebunan maupun transmigrasi. Pada periode ini pertambahan penduduk berupa tenaga kerja yang produktif sangat lambat.52 Penggunaan tanah yang produktif baru sedikit yaitu sekitar 130.000 Ha atau 6,56% dari luas daerah berupa pertanian ladang, sawah, kebun-kebun campuran dan pekarangan. Prasarana produksi dan tingkat usaha tani masih terbatas dan 50
―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖ Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990. hal 1 51 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 92-93 52 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
ekstensif. Selain itu rangsangan usaha tani masih kurang dan pemasaran hasil pertanian yang sulit menjadi kendala produktivitas pertanian menjadi rendah. Produksi pangan umumnya hanya untuk kebutuhan dan konsumsi daerah setempat dan kadang-kadang mengalami kekurangan. 53 Bidang pendidikan masih tertinggal baik mutu dan prasarananya. Sekolah dari semua tingkatan umumnya masih minim, dan khususnya perguruan negeri belum ada. Karena itu warga Bengkulu yang ingin melanjutkan pendidikannya terpaksa belajar ke luar daerah yang umumnya adalah luar Jawa. 54 Berkaitan dengan masalah yang dihadapi pada periode awal pembangunan propinsi Bengkulu, program pokok Pelita I adalah penataan/komsolidasi aparatur pemerintahan, pembangunan prasarana perhubungan dan pertanian. Pembangunan dalam Pelita I masih bersifat sporadis dalam skala kecil sehingga belum banyak yang dapat dicapai. Berdasarkan Repelita I, sasaran pembangunan dititikberatkan pada peningkatan sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan serta perbaikan sarana dan prasarana jalan guna membuka isolasi daerah.55 Perkembangan dan hasil yang dapat dicapai pada Pelita I di antaranya adalah peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada jalan Negara dan propinsi, pengembangan irigasi ± 22.467 Ha, pelaksanaan transmigrasi sebanyak 1.688 KK atau ± 7.888 jiwa, pengembangan pendidikan dan penambahan sekolah dan tenaga pengajar terutama untuk SD, SLTP dan SLTA. 56 Selain itu program yang terlaksana pada Pelita I dalam pembangunan sektor lain berupa penambahan jumlah gedung kantor, rumah dinas, sarana kesehatan, air bersih, pelaksanaan pengerukan pelabuhan, perbaikan dan pemeliharaan pelabuhan udara Padang Kemiling, peningkatan jaringan pos dan telekomunikasi serta Radio Rakyat Indonesia (RRI) Bengkulu. 57 Demikian pula dalam Pelita II (1974-1979) Propinsi Bengkulu masih disibukkan oleh kegiatan konsolidasi aparatur pemerintah namun kegiatan 53
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 92-93 54 Ibid 55 Lihat dokumen Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I Tahun 1969/70 – 1973/74 Diunduh pada tanggal 22 Juli 2011 56 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur….Ibid 57 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
pembangunan sudah lebih banyak dibandingkan dengan Pelita Pertama. Sampai pada awal Pelita ke tiga kondisi daerah Bengkulu masih dalam keadaan terisolasi dimana hubungan antar daerah baik dalam Propinsi Bengkulu sendiri maupun ke luar daerah masih sangat sulit, penduduk masih sangat kurang yaitu ± 654.000 jiwa, kehidupan ekonomi rakyat masih lemah, produksi bahan pangan masih minus dan pendidikan masih ketinggalan jauh dibandingkan dengan daerah lain. 58 Masalah pokok yang dihadapi pada Pelita II adalah masalah kekurangan tenaga kerja dan dana. Tenaga kerja sebagai pemikir dan manpower, baik untuk mengisi
aparatur
pemerintah
untuk
melaksanakan
pemerintahan
dan
pembangunan belum memadai. Pembangunan pertanian, transmigrasi, perhubungan, pendidikan, aparatur pemerintah dan lain-lain belum banyak yang dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana pembangunan. Dana keseluruhan pada Pelita II sebesar Rp 48.475.575.000. Program pokok pada Pelita II yaitu melanjutkan konsolidasi aparatur pemerintah dan pembangunan pertanian, transmigrasi dan prasarana perhubungan.59 Meskipun pembangunan pada saat itu baru berkembang, namun masih terbatas pada proyek-proyek skala kecil dan pada lokasi-lokasi yang mudah terjangkau untuk pelaksanaannya, baik di bidang pertanian, transmigrasi, pengairan
maupun
prasarana
perhubungan,
pendidikan
dan
aparatur
pemerintahan. Khususnya aparatur pemerintahan terutama bidang prasarana fisik, pamong praja, merekrut dan menambah tenaga kerja, pengadaan fasilitas dan lainlain. Keadaan dan perkembangan pembangunan secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:60 1.
Perhubungan darat baik dalam maupun luar daerah masih sulit kecuali jalan negara jurusan Bengkulu-Lubuk Linggau sepanjang 140 km dengan jalan kondisi cukup baik. Sedangkan akses menuju daerah yang lainnya sulit ditempuh karena dalam keadaan rusak berat. Hubungan ke Utara (MukoMuko) dan Selatan (Bintuhan) sangat sulit. Jalan dan jembatan yang ada
58
―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990. hal 1 59 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur, Op Cit hal 93 60 ―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖, Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu…Op Cit hal 14-16 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
sebagian besar dalam keadaan rusak berat bahkan masih banyak yang belum ada jembatan sama sekali 2.
Perhubungan laut dan telekomunikasi masih sulit dan terbatas. Pelabuhan laut tidak berfungsi, sedangkan rencana pelabuhan baru (Pulau Baai) masih dalam taraf survei, kelayakan baik dari sudut ekonomi maupun dari sudut teknis.
3.
Perhubungan laut dan telekomunikasi masih sangat terbatas dengan frekuensi 2 kali seminggu Jakarta-Bengkulu PP.61 Baru setelah Pelita III (1979-1984) pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan dengan pesat, isolasi terbuka, swasembada pangan tercapai, penduduk berkembang dengan cepat melalui transmigrasi baik umum maupun spontan dan pendidikan berkembang dengan pesat. Masalah pokok yang dihadapi Pelita III adalah masalah perhubungan, kesejahteraan penduduk, kependudukan, tenaga kerja serta pendidikan. Program pokok Pelita III adalah: 1.
Peningkatan
prasarana
perhubungan
darat,
laut
dan
udara
dan
telekomunikasi dalam rangka membuka isolasi. 2.
Peningkatan pembangunan sektor pertanian dalam rangka untuk mencapai swasembada pangan dan meningkatkan produksi tanaman eksport
3.
Pembangunan daerah transmigrasi dalam rangka untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja dan pemerataan pembangunan.
4.
Peningkatan pembangunan sektor pendidikan dengan penekanan pada pendirian Perguruan Tinggi Negeri. 62 Pembangunan pada Pelita III telah berkembang pesat dan menyeluruh baik
di bidang perhubungan, pertanian dengan pengairan dan transmigrasi maupun di bidang pendidikan dan khusunya aparatur pemerintah telah memadai. Sejak pembangunan berencana dilakukan mulai Pelita I, II dan seterusnya baru pada Pelita III keadaan dan perkembangan pembangunan dirasakan lebih nyata peningkatannya terutama karena disebabkan oleh aparatur pemerintah lebih
61
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, Op Cit hal 94 62 ―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990… Op Cit hal 14 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
memadai, dana cukup besar, dedikasi dan kebijaksanaan pemerintah daerah serta dukungan lapisan masyarakat.63 Perkembangan Bengkulu pada periode Pelita III dan IV membawa kemajuan signifikan ditandai oleh terbuka akses jaringan perhubungan darat, laut dan udara menuju Bengkulu yang selama ini terisolasi. Bengkulu mengalami perkembangan pesat periode ini pada saat Gubernur Soeprapto yang memimpin Propinsi Bengkulu selama dua periode. Kemajuan Bengkulu ditandai oleh pembangunan infrastruktur yang ikut mendorong perkembangan perekonomian. Selain itu, penggunaan lahan bagi pertanian dan perkebunan yang diusahakan oleh pemerintah, swasta maupun rakyat berkembang pesat dengan peningkatan jumlah hasil produksi daerah sehingga semakin menggiatkan laju pertumbuhan ekonomi Bengkulu. Dalam bidang pertambangan juga mulai dieksplorasi dan dieksploitasi, terutama batubara. Salah satu perusahaan pertambangan batubara yang berdiri dan berproduksi adalah PT. Bukit Sunur pada tahun 1984.
2.4
Penduduk dan Transmigrasi Penduduk Bengkulu terdiri dari beberapa suku bangsa Indonesia. Perincian
menurut golongan etnis masih dapat dilihat jelas, karena setiap suku ini menggunakan bahasa dan juga adat istiadat sendiri. Kelompok etnis di daerah Bengkulu terdiri dari: suku Melayu di Kotamadya Bengkulu; Suku Serawai, suku Pasemah dan suku Kaur/Mulak berada di Kabupaten Bengkulu Selatan; suku Rejang dan suku Lembak berada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara; suku Muko-Muko dan suku Enggano di Kabupaten Bengkulu Utara. Kelompok-kelompok etnis ini merupakan penduduk asli di daerah Bengkulu. Kelompok etnis yang ada di Bengkulu mengalami proses asimilasi dengan suku-suku yang ada di daerah ini sendiri maupun suku pendatang dari luar daerah maupun bangsa asing. Suku daerah lain atau bangsa asing yang banyak memberi pengaruh terhadap kebudayaan suku asli Bengkulu adalah Minangkabau, Banten dan Jawa, Bugis, India, Inggris dan Cina. 64
63
Ibid ―Monografi Daeah Bengkulu Jilid I‖. Tim Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Op.Cit, hal 31 Universitas Indonesia 64
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Suku bangsa lain datang ke Bengkulu karena perdagangan dan pelayaran pada abad ke -16 dan sejak masa pemerintah Belanda, kelompok etnis ini bertambah dengan kedatangan suku-suku bangsa di Indonesia melalui program transmigrasi (koelie ordenantie) yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan kebijakan Politik Etis. 65 Pada masa pemerintahan Orde Baru, Bengkulu menjadi salah satu daerah tujuan transmigrasi yang pelaksanaan programnya dimulai pada Pelita II (19741979). Berdasarkan sasaran Repelita II yang menitikberatkan pada pemerataan pembanguan di luar Pulau Jawa melalui program transmigrasi. Tujuan program transmigrasi adalah membuka kesempatan kerja dengan memperluas pemanfaatan lahan-lahan tidur di luar Pulau Jawa untuk dikembangkan menjadi usaha meningkatkan perekonomian dari sektor perkebunan dan pertanian. 66 Pada awal tahun 1969 pasca Bengkulu menjadi propinsi, jumlah penduduk sekitar 468.828 jiwa atau dengan kepadatan 24 orang/km2. Jumlah penduduk yang masih sangat jarang sementara perbandingan tanah/lahan usaha cukup banyak tersedia baik untuk perluasan pertanian dan perkebunan maupun transmigrasi. Pada periode ini pertambahan penduduk berupa tenaga kerja yang produktif sangat lambat sehingga berimbas pada pembangunan daerah yang kekurangan tenaga kerja pelaksana pembangunan. 67 Pertambahan penduduk propinsi Bengkulu dilihat dari pertumbuhannya mengalami peningkatan cukup pesat terutama pada periode tahyn 1971-1980 dan periode 1980-1990. Pertumbuhan pesat penduduk Bengkulu pada periode tersebut didorong oleh angka kelahiran total yang tinggi dan juga dipengaruhi oleh tingginya migrasi masuk ke Propinsi Bengkulu. Migrasi masuk terutama pada transmigran dari Pulau Jawa dan Bali. Propinsi Bengkulu merupakan salah satu propinsi di Pulau Sumatera yang ditetapkan menjadi pengembang daerah transmigrasi dan sekitar sebagai daerah penerima transmigrasi dari Pulau Jawa dan Bali. Selain transmigran, migrasi ke propinsi Bengkulu pada periode itu
65
Ibid Lihat Dokumen Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2011 67 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 93 Universitas Indonesia 66
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
terdiri dari para pendatang yang berasal dari propinsi terdekat seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara yang bertujuan untuk bekerja atau berusaha sebagai pedagang, nelayan dan petani perkebunan. 68 Berikut perincian migrasi masuk ke Propinsi Bengkulu melalui program transmigrasi yang dicanangkan oleh Pemerintah yang pelaksananya dimulai pada Pelita II. Tabel 2.1 Perincian Transmigrasi Tahun 1975-1986 Tahun
Target KK
Realisasi KK
1974/1975 1975/1976 1976/1977 1977/1978 1978/1979 JUMLAH 1979/1980 1980/1981 1981/1982 1982/1983 1983/1984 JUMLAH 1984/1985 1985/1986 1986/1987
600 500 500 2.000 2.000 5.600 2.000 2.000 3.050 6.145 1.200 14.395 2.365 1.140 1.100
314 786 499 2.001 2.000 5.600 2.000 2.000 2.901 6.145 1.149 14.195 2.195 1.070 1.085
Jiwa 1.338 3.725 2.517 9.493 8.067 25.140 7.846 8.634 12.127 26.634 5.285 60.526 9.057 4.420 4.723
Berdasarkan data di atas, terjadi peningkatan jumlah para pendatang ke daerah Bengkulu melalui transmigrasi pada tahun 1982/1983. Peningkatan jumlah transmigrasi tersebut disebabkan oleh pada saat itu pemerintah mengupayakan pengembangan daerah pedalaman dengan melakukan pembangunan sektor-sektor perkebunan guna menunjang peningkatan komoditas hasil produksi daerah Bengkulu. Pada transmigran tersebut ditempatkan dan bekerja di daerah-daerah perkebunan yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Selain itu penduduk transmigrasi juga melakukan usaha pembukaan lahan secara swadaya untuk memanfaatkan lahan sehingga dapat produktif dalam bentuk perkebunan swadaya dengan komoditi berupa kopi, cengkeh, lada dan lainya.
68
Bengkulu Dalam Angka Tahun 2001. Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu., 2001. hal 12-13 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
2.5
Gambaran Potensi Daerah Pedalaman Secara administratif Propinsi Bengkulu pada awal berdiri memiliki 1
kotamadya yaitu Kota Bengkulu dan 3 kabupaten daerah tingkat II yaitu Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Rejang Lebong. Luas wilayah masing-masing daerah tingkat II adalah Kabupaten Bengkulu Utara dengan luas 458,542 Ha, Kabupaten Bengkulu Selatan 594,914 Ha, Kabupaten Rejang Lebong 410.980 Ha dan Kotamadya Bengkulu 14.452 Ha.69 Daerah ini memiliki potensi dalam bidang perkebunan, pertanian dan pertambangan sehingga menjadi daerah belakang dari Pelabuhan Pulau Baai sebagai pemasok komoditi perdagangan. Dalam bahasan mengenai gambaran potensi daerah pedalaman ini, pembahasan difokuskan pada potensi daerah pedalaman sebagai daerah yang berkembang menjadi daerah pemasok komoditi perdagangan. Sehingga dalam hal ini tidak mengkaji masalah pemekaran wilayah dan perkembangannya, tetapi lebih menggambarkan secara umum potensi daerah pedalaman yang terdiri dari tiga kabupaten (sebelum pemekaran) dan satu kotamadya. Berikut gambaran daerah pedalaman Propinsi Bengkulu yang menjadi daerah belakang (hinterland) Pelabuhan Pulau Baai. Kota Bengkulu memiliki luas wilayah 144,52 km² dan terletak di tepi pantai pulau Sumatra yang menghadap ke Samudera India. Provinsi Bengkulu sendiri terletak pada pantai barat pulau Sumatra pada posisi 101° 1' - 104° 46' BT dan 2° 16' sampai 5° 13' LS, yang membujur sejajar dengan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dengan panjang pantai 525 km dan luas teritorial 48.075 km². Kota ini terkenal karena pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939-1942 pada masa HindiaBelanda. Selain itu, di kota ini terdapat benteng peninggalan Kerajaan Inggris, Fort Marlborough, yang terletak di tepi pantai. Sekarang daerah pantai di dekat benteng ini sedang diupayakan untuk dikembangkan untuk tujuan pariwisata internasional. Di kota ini terletak satu-satunya universitas negeri di provinsi Bengkulu, yaitu Universitas Bengkulu (UNIB). Kota Bengkulu sering dilanda gempa tektonik yang berepisentrum di pertemuan lempeng tektonik Samudera
69
―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 5-6 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
India dan lempeng tektonik Asia. 70 Wilayah kotamadya Bengkulu dikembangkan sebagai pusat perekonomian dan pariwisata. Daerah ini tidak dikosentrasikan pada pengembangan wilayah perkebunan, namun kotamadya Bengkulu menjadi daerah belakang dari Pelabuhan Pulau Baai sebagai daerah yang membutuhkan suplai barang-barang konsumsi seperti Sembilan Bahan Pokok (sembako) dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Kabupaten Bengkulu Utara memiliki luas wilayah 458,542 Ha. Ibu kotanya ialah Arga Makmur. Wilayah Bengkulu Utara yang mencakup Pulau Enggano merupakan kabupaten paling luas di provinsi Bengkulu. Tanah Bengkulu Utara subur dan cocok untuk perkebunan. Kelapa sawit, kakao, karet, dan kopi adalah andalan kabupaten ini, selain pernah menjadi tempat pendulangan emas oleh bangsa Inggris mendulang emas dan hingga kini masih didulang secara tradisional. Komoditas kayu gelondongan dan rotan juga dihasilkan di sini. Penduduk asli Kabupaten Bengkulu Utara adalah suku Rejang. Suku bangsa pendatang adalah Jawa, Bali, Minang, Sunda, dan Batak. Program transmigrasi rutin diberlakukan sejak Gunung Agung di Bali meletus pada tahun 1963. 71 Perkebunan kelapa sawit, merupakan areal perkebunan yang sangat luas di Kabupaten Bengkulu Utara dan sangat diminati oleh para investor dan masyarakat. Pola pembinaan perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara yang menjadikan kemitraan sebagai basis utamanya adalah: -
Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), dikenal dengan adanya plasma (milik masyarakat) dan inti (milik perusahaan).
-
Pola PBS (Perkebunan Besar Swasta)
-
Pola UPT (Unit Pelaksana Teknis), dimana dilakukan pembinaan secara menyeluruh hingga kelembagaan petani.
-
Pola Parsial/Swadaya.
Pekebunan kelapa sawit banyak diusahakan karena selain harganya yang tinggi dan stabil, juga kelapa sawit merupakan bahan baku beberapa industri besar, juga sebagai bahan baku BBM alternatif (Bio Diesel). Sebelum pemekaran daerah Muko-Muko dan Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara adalah 70
Darliansyah Putra, ―Sejarah Terbentuknya Propinsi Bengkulu‖ <www.bengkulu-online.com> Diunduh pada tanggal 12 Maret 2011 71 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
penghasil kelapa sawit buah tanda segar dan CPO di Propinsi Bengkulu, karena memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit terbanyak. Sekarang setelah pemekaran, pabrik pengolah kelapa sawit hanya ada 4 (empat) yaitu PT. Agricinal, PT. Puding Mas, PT. Alno dan PT. Sandabi. Sedangkan karet, merupakan unggulan kedua yang diminati oleh para investor dan masyarakat. Di Kabupaten Bengkulu Utara hanya ada satu pabrik pengolahan karet, yaitu PT. Pamorganda di Kecamatan Putri Hijau. 72 Pertambangan yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara di antaranya adalah batubara. Kabupaten Bengkulu Utara adalah merupakan daerah penghasil batubara terbesar di Propinsi Bengkulu. Beberapa perusahaan tambang batubara yang melakukan eksploitasi di Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut: -
PT. Rekasindo Guriang, lokasi penambangan di Kecamatan Putri Hijau. Perusahaan ini juga mempunyai pelabuhan khusus batubara yang berlokasi di Pasar Sebelat, Kecamatan Putri Hijau.
-
PT. Injatama, lokasi penambangan di Desa Tanjung Dalam dan sekitar Kecamatan Napal Putih. Perusahaan ini juga mempunyai pelabuhan khusus batubara di Desa Pasar Ketahun, Kecamatan Ketahun.
-
PT. Bara Adhipratama, lokasi penambangan di Desa Bukit Harapan dan sekitarnya, Kecamatan Napal Putih.
Untuk jenis tambang emas dan perak produksi sampai bulan April 1995, dan setelah bulan itu perusahan pertambangan tidak lagi berproduksi. Lokasi penambangan tersebut berlokasi di Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih. Setelah ditinggal oleh Perusahaan CV. Firman Ketahun, selanjutnya dikelola oleh masyarakat secara tradisional. 73 Kabupaten Rejang Lebong memiliki luas wilayah 4.109,8 km² dan populasi sekitar 250.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Curup Terletak di Pegunungan Bukit Besar dan berjarak 85 km dari Kota Bengkulu. Penduduk asli terdiri dari suku Rejang dan suku Lembak. Suku Lembak mendiami Kecamatan Kota Padang, Padang Ulak Tanding, dan Sindang Kelingi. Perkebunan rakyat yang terdapat di
72
―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI hal 113. 73 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
kabupaten ini adalah perkebunan kopi dan karet. Palawija banyak ditanam di lereng Bukit Kaba, sebagian lagi merupakan petani pembuat gula aren. Kabupaten Rejang Lebong terkenal dengan daerah pertambangan emas tepatnya di daerah Lebong Simpang. Daerah pertambangan di Rejang Lebong sudah diekplorasi diusahakan oleh Perusahaan Hindia Belanda Mijnbouw Maatschappij Simau sejak tahun 1930 sampai tahun 1940. Selama rentang waktu tersebut emas dieksplotasi secara besar-besaran sampai akhirnya deposit emas di Rejang Lebong dinyatakan habis dan tidak dikerjakan lagi oleh perusahaan tersebut karena diperkirakan hasilnya sudah tidak memadai lagi. Selain itu pada masa perang revolusi, pertambangan ini dibumihanguskan oleh Belanda sehingga mengakibatkan daerah pertambangan rusak parah dan pertambangan ini akhirnya hanya dilakukan oleh rakyat yang masih berusaha mencari emas secara pribadi atau kelompok ataupun usaha kecil-kecilan. 74 Pertambangan emas mulai kembali diusahakan pada akhir Pelita III. Terdapat satu perusahaan pertambangan emas yang melakukan usaha penggalian yaitu PT Lusang Mining yang mulai berproduksi pada tahun 1985. 75 Hasil pertambangan emas di Propinsi Bengkulu masih berjumlah skala kecil dan hanya dipasarkan di dalam negeri. 76 Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan dengan daerah sekitarnya adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kota Bengkulu, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Lampung dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam bidang perkebunan. Hal ini ditandai oleh luas tanaman perkebunan yang merata di seluruh kecamatan, dengan komoditi utama adalah kelapa sawit 11.834 hektar dengan produksi 97.952,9 ton, kopi 3,055 hektar dengan produksi 1.830 ton, karet 4.119 hektar dengan produksi 4.486,12 ton,
74
Lihat Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi Bengkulu, Dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Palembang: Penerbit Sriwijaya Media Utama, 1993, hal 35 75 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op.Cit, hal 125-127 76 ―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 8 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
coklat 1.437 hektar dengan produksi 600 ton, kelapa 875 hektar dengan produksi 1.313 ton.77 Bidang pertambangan, Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki potensi bahan galian yaitu Bahan Galian Golongan A, Galian B dan Bahan Galian C. Bahan Galian A yang dimiliki oleh Bengkulu Selatan adalah minyak dan gas bumi. Untuk Bahan Galian B yang dimiliki oleh Bengkulu Selatan adalah emas primer, mineral sulfida, timbal dan seng, batubara, marmer dan biji besi. Bahan Galian Golongan C seperti batu pasir, koral, dan batu kali. Bahan tersebut dikelola oleh beberapa perusahaan. Namun bahan galian seperti granit, fosfat dan bentonit yang tersebar di beberapa kecamatan belum disentuh78
2.6
Masalah Transportasi dan Distribusi Komoditi Panjang daerah Bengkulu dari Utara sampai ke Selatan ± 550 km,
sedangkan lebarnya 140 km. Akses menuju dari Utara hingga ke Selatan dihubungkan oleh satu jalan raya yang banyak melintasi sungai-sungai besar dan kecil. Demikian juga dari barat sampai ke timur dihubungkan oleh satu jalan raya yang pada saat Bengkulu masih menjadi keresidenan merupakan alat penghubung antara Keresidenan Bengkulu dengan Keresidenan Palembang. Jalan raya dari Utara ke Selatan menghubungkan kota-kota Muko-Muko, Ketahun, Lais, Bengkulu, Tais, Manna dan Bintuhan, sedangkan jalan raya dari Barat ke Timur menghubungkan kota-kota Bengkulu, Kepahyang, Curup dan Lubuk Linggau. Pada umumnya hampir seluruh jalan-jalan yang ada di daerah Bengkulu dalam keadaan rusak dan sangat terlantar. Selain itu jembatan yang menghubungkan jalan-jalan tersebut juga dalam keadaan rusak parah. Kerusakan jalan dan jembatan yang ada di Bengkulu merupakan akibat strategi bumi hangus yang digunakan dalam perang revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan. 79 Putusnya akses perhubungan ini tidak hanya akses menuju ke luar, namun juga antar daerah dalam Keresidenan Bengkulu pun sulit dicapai. Perbaikan saranan pehubungan pasca kemerdekaan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan 77
“Potensi daerah dan peluang investasi Kabupaten Bengkulu Selatan‖ Diunduh 20 Desember 2011 78 Ibid 79 Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi Bengkulu,.. Op.Cit. hal 56-60 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
oleh Dati I Sumatera Selatan sebagai pusat Keresidenan Bengkulu. Kondisi daerah Bengkulu yang terbengkalai tanpa pembangunan dan terisolasi dalam waktu lama menyebabkan daerah Bengkulu terhambat perkembangannya. Untuk itulah perjuangan Keresidenan Bengkulu menjadi daerah tingkat I merupakan suatu urgensi untuk pembangunan dan perkembangan daerah Bengkulu selanjutnya.80 Rehabilitasi akses perhubungan darat berupa jalan dan jembatan menjadi program utama pada periode awal pembangunan daerah Bengkulu pasca menjadi propinsi. Bengkulu lahir bertepatan dengan program rencana pembangunan lima tahun yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru. Pada Pelita I (1969-1974) pembangunan sektor perhubungan darat menjadi program penting untuk membuka isolasi daerah-daerah terpencil sehingga mendorong perkembangan daerah. Meskipun program pembangunan Propinsi Bengkulu pada tahap awal Pelita I lebih terkonsentrasi pada penataan aparatur pemerintah, namun program peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada jalan negara dan propinsi sudah mulai terlaksana. Pembangunan infrastruktur berjalan bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan rencana Pelita yang terus disempurnakan. 81 Hubungan darat untuk perpindahan barang dan orang mempergunakan kendaraan bermotor dan gerobak yang ditarik hewan (kerbau dan sapi). Daerah Bengkulu yang membujur dari Utara ke Selatan dan berada di antara beberapa propinsi yang mengapitnya belum dapat terjalin interaksi antar daerah dengan mudah. Hal ini disebabkan oleh sarana-prasarana perhubungan yang tidak kondusif. Kondisi jalan yang paling baik pada saat itu adalah jalan raya negara yang menghubungkan Propinsi Bengkulu dengan Propinsi Sumatera Selatan. (Palembang). Akses yang menghubungkan Bengkulu-Palembang dapat melalui dua jalur yaitu melewati Lubuk Linggau dan Pagar Alam. 82 Sementara jalan raya menuju ke Utara (Bengkulu – Sumatera Barat) pada saat ini belum dapat ditempuh dengan baik. Perjalanan hanya dapat ditempuh
80
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 35-36 81 ―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983”, Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, hal 21-23 82 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
sampai ke Muko-Muko dengan kendaraan jenis Jeep dalam keadaan tertentu saja. Sebaliknya jalan raya ke arah selatan baru dapat ditempuh sampai Manna (Ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan). Sedangkan hubungan dengan Propinsi Lampung masih terputus sama sekali. 83 Kesulitan akses perhubungan darat tidak hanya terjadi saat menuju keluar daerah, namun didalam daerah sendiri banyak terdapat daerah-daerah yang sukar dicapai (terisolir). Keadaan ini tidak jauh berbeda pada Pelita II (1974-1979) dimana keterbatasan sarana dan prasarana perhubungan juga masih mewarnai permasalahan yang dihadapi daerah Bengkulu. Namun situasi ini kemudian berubah dan mengalami perkembangan yang pesat memasuki Pelita III (19791984) dan Pelita IV (1984-1989). Pada periode ini sarana perhubungan semakin baik dengan adanya program Pelita yang mengarahkan kepada peningkatan saranan perhubungan untuk memperlancar pertumbuhunan dan perkembangan ekonomi daerah. Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah untuk membangun pertumbuhan ekonomi dengan mendorong terciptanya industri manufaktur dan peningkatan hasil produksi pertanian, perkebunan dan pertambangan, maka pembangunan sarana dan prasarana perhubungan menjadi program yang vital. Selain itu konsekuensi logis adanya pembangunan sarana perhubungan yang baik akan
menciptakan
pembangunan.
peluang
investasi
modal
untuk
mempercepat
laju
84
Pada akhir Pelita IV, perhubungan darat sudah cukup lancar dengan frekuensi yang memadai, semua ibukota kecamatan telah dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Hampir tidak ada lagi daerah terisolir dan sampai ke daerah perbatasan telah dapat dicapai. Hanya kondisi jalan dan jembatan sebagian belum mantap dan tempat-tempat mengalami kerusakan yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Pencapaian hasil pembangunan selama sepuluh tahun terhitung sejak awal Pelita III sampai IV sangat signifikan dimana isolasi daerah Bengkulu dapat terbuka baik melalui perhubungan, darat, laut dan udara. Pembangunan yang telah dicapai ini terus dilanjutkan pada Pelita V (1989-1994). Kondisi jalan semakin terus ditingkatkan dalam upaya memperlancar akses perhubungan darat 83
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 46-49 84 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
dari Propinsi Bengkulu dan propinsi tetangga. Jalan poros pantai barat mulai dari perbatasan Propinsi Sumatera Barat sampai perbatasan Propinsi Lampung telah dapat dilalui dengan kendaraan roda empat. Kemajuan dalam sektor perhubungan yang juga dibarengi oleh peningkatan hasil produksi daerah Bengkulu dalam bidang perkebunan dan pertanian sehingga hal ini saling bersinergi mempermudah distribusi hasil-hasil produksi. Sedangkan transportasi laut untuk menghubungkan daerah Bengkulu dengan luar dalam upaya mendistribusikan barang yang masuk dan keluar juga mengalami kendala. Daerah Bengkulu pada saat itu hanya memiliki pelabuhan kecil di Kota Bengkulu yaitu Pelabuhan Bengkulu Lama yang berada di pantai Tapak Paderi. Pelabuhan ini dibangun pada masa Inggris dan merupakan pelabuhan pantai yang berada di tengah kota. Kondisi pelabuhan itu hanya dapat disinggahi oleh kapal-kapal kecil dengan tonnage sangat terbatas. Semua kapal samudera yang singggah di Pelabuhan Bengkulu akibatnya terpaksa berlabuh di tengah lautan dan disana barulah kapal-kapal dapat membongkar dan menerima penumpang dan muatan.85 Pada saat Bengkulu masih terisolasi dan sulit dicapai melalui perhubungan darat, kedudukan perhubungan laut dalam hal ini Pelabuhan Bengkulu menjadi sangat penting terutama dalam rangka mengangkut penumpang-penumpang yang akan berpergian dari dan akan ke Pulau Jawa, atau mengangkut barang-barang kebutuhan pokok bagi penduduk seperti beras, gula, rokok dari Pulau Jawa. Keadaan sarana dan prasarana perhubungan darat yang tidak memungkinkan bagi mobilisasi maka pelabuhan sangat berperan penting sebagai pintu utama masuk dan keluarnya barang dan orang dari dan menuju ke daerah Bengkulu. 86 Pelabuhan Bengkulu Lama (Tapak Paderi) mengalami masalah operasional yaitu pendangkalan akibat sedimentasi sehingga dibutuhkan pengerukan dan perawatan berkala.
Pendangkalan ini
menyebabkan banyak kapal-kapal
berkapasitas besar seperti kapal-kapal PELNI tidak dapat merapat dan bersandar ke dermaga sehingga kapal-kapal harus membongkar muatan di tengah laut yaitu
85
Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi, Op Cit, hal 119-120 86 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
di Pulau Tikus. 87 Aktivitas bongkar muat barang yang dilakukan dengan menggunakan tongkang yang kemudian dibawa ke bibir dermaga mengakibatkan peningkatan biaya bongkar muat dan mengurangi efisiensi waktu. Keadaan demikian menjadi kendala perkembangan Pelabuhan Bengkulu dan pengunaan pelabuhan. Seperti yang dijabarkan dalam buku Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi mengenai kondisi fisik pelabuhan Bengkulu. Dalam waktu mendatang Pelabuhan Bengkulu masih tetap dapat dipergunakan secara efisien dan menguntungkan, serta dapat menampung seluruh kegiatan-kegiatan dalam waktu singkat, asal saja rehabilitasi redetransport (tongkang-tongkang dan motor) waltransport, perbaikan pier dan kade, pengerukan vaargeul dan perbaikan alat-alat navigasi (tanda/lampu-lampu) dapat dilakukan. Keadaan gedung-gedung masih cukup baik. Kapasitas pelabuhan ini (kalau tidak dirawat) masih belum dipakai secara 100% dengan ukuran kenyataan kegiatan ekonomi dewasa ini ketidakpastian datangnya kapal juga mempengaruhi merosotnya pemakaian pelabuhan. (kapan barang tersedia, kapal tidak ada, kapan kapal tiba, barang muatan tidak tersedia) akibatnya banyak kapal malas singgah di Bengkulu dan sebaliknya. Pengusaha malas mengirim barang lewat Bengkulu. 88 Pembangunan pelabuhan samudera menjadi harapan besar bagi rakyat Bengkulu. Dengan pelabuhan samudera yang baru, kapal-kapal samudera dapat mengangkut hasil-hasil hutan dan perkebunan dari Bengkulu ke Pulau Jawa. Selain itu secara politis, kedudukan perhubungan laut sangat penting guna menghubungkan daerah Bengkulu dengan pemerintah pusat di Jakarta. Pada saat Bengkulu masih menjadi daerah yang sulit diakses dan minim pembangunan, masalah perbaikan sistem perhubungan laut menjadi salah satu prioritas
kebutuhan
mendesak
yang
menjadi
pertimbangan
dalam
memperjuangkan Keresidenan Bengkulu menjadi propinsi. 89 Untuk merealisasikan pembangunan pelabuhan baru telah dilakukan kegiatan ke arah pembukaan pelabuhan yang dimulai dengan pemetaan, pengukuran dalam, perbaikan jalan, pemotretan, peninjauan-peninjauan serta 87
Wawancara Turniadi (49 tahun), Supervisi Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 bertempat di Kantor Pelabuhan Pulau Baai 88 Lihat Laporan Presedium Persiapan Propinsi Bengkulu Biro Ekonomi/Keuangan dan Pembangunan.Rentjana Garis Besar Pembangunan Ekubang, hal 345-346 89 Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi,..Op Cit, hal 119-120 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
perencanaan kasar sementara. Pembangunan pelabuhan yang baru merupakan proyek yang tidak mudah karena harus didasarkan pada perencanaan yang matang dari segi lokasi dan biaya. 90 Dalam laporan mengenai kondisi pelabuhan laut Bengkulu dan rencana pembangunan pelabuhan baru dijelaskan: Proyek ini memerlukan survey yang teliti, memperhatikan kelakukan alam, antara lain arus dan pasang setempat, keadaan tanah sekitarnya, persiapanpersiapan yang baik, pengamanan (misalnya malaria bestrijding, pengeringan rawa-rawa, pencegahan pelumpuran, pendangkalan dan sebagainya) supaya dapat dipergunakan ratusan tahun lamanya, setelah mengeluarkan biaya-biaya yang maha besar, sehingga dapatlah dikatakan proyek ini termasuk jangka panjang dan proyek nasional. 91 Langkah-langkah kongret usaha pembukaan pelabuhan samudera mulai dilakukan. Pada tanggal 31 Januari dan 1 februari 1967 dari Jakarta datang Ir Saad dari Waskita Karya dan Ir Sudjono dari Departemen Maritim untuk mengadakan peninjauan lokasi. Mereka optimis bahwa proyek pembangunan pelabuhan baru ini akan terlaksana dan terus melakukan survey sehingga akan menelorkan preliminary design dan melanjutkan menjadi final design.92 Berdasarkan hasil peninjauan dari segi teknis dan ekonomis, akhirnya lokasi yang dipilih untuk dibangun pelabuhan samudera adalah Pelabuhan Pulau Baai yang berjarak ± 15 km dari kota Bengkulu. Pertimbangan pemilihan di lokasi ini karena melihat sebelumnya pelabuhan ini dahulu merupakan pelabuhan lama yang sudah dibangun oleh Inggris pada saat berkuasa di Bengkulu. Menurut para ahli pelabuhan dari pusat bahwa dilihat dari segi geografis di Pulau Baai (Sungai Tanjung Aur) jika dibangun fasilitas pelabuhan yang baik akan menarik untuk disinggahi bagi kapal-kapal besar dari Colombo, Singapura dan Australia yang akan membuang sauh (bunkeren).93 Namun realisasi pembangunan pelabuhan samudera yang baru tidak dapat serta-merta dilakukan mengingat Bengkulu masih menjadi Keresidenan. Proyek ini membutuhkan dana yang besar dan waktu yang tidak singkat. Proyek pembangunan pelabuhan adalah proyek nasional yang didanai oleh pusat sehingga hal tersebut hanya dapat terlaksana jika Bengkulu menjadi daerah tingkat I. 90
Laporan Presedium Persiapan Propinsi Bengkulu Biro Ekonomi/Keuangan…Op Cit, hal 347 Laporan Presedium Persiapan Propinsi Bengkulu Biro Ekonomi/Keuangan dan Pembangunan.Rentjana Garis Besar Pembangunan Ekubang. Hal 345-346 92 Ibid 93 Ibid Universitas Indonesia 91
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Pada saat Bengkulu menjadi propinsi, prioritas pembangunan pelabuhan belum dapat tercapai karena program pokok pembangunan yang utama pada periode awal pembangunan yaitu konsolidasi aparatur pemerintahan dan rehabilitasi sarana dan prasarana perhubungan darat. Dengan demikian, untuk mengatasi masalah transportasi laut di Bengkulu adalah dengan melakukan perbaikan sarana pelabuhan dan pengerukan. Memasuki Pelita II, keadaan lalu lintas laut dan distribusi barang melalui pelabuhan Bengkulu semakin sulit, pelabuhan ini tidak disinggahi oleh kapal penumpang milik PELNI atau kapal besar lainnya. Kapal PELNI hanya sesekali datang untuk mengambil hasil bumi di Bengkulu terutama kopi. Selain Pelabuhan Bengkulu Lama, terdapat juga pelabuhan pantai atau perkampungan nelayan yang ada disepanjang pantai Bengkulu, antara lain terdapat di kota-kota Muko-Muko, Pasar Pantai, Ipuh, Manna, Bintuhan, Linau dan Pulau Enggano. Lalu lintas laut di pelabuhan ini diselenggarakan oleh kapal rakyat yang berukuran kurang dari 50 ton menuju dalam daerah Bengkulu yaitu Muko-Muko, Ipuh, Manna, Bintuhan dan Enggano serta menuju keluar daerah dengan tujuan Padang (Muara Padang), Panjang (Lampung) dan Jakarta (Pasar Ikan). Selain itu hubungan lalu lintas sungai merupakan hubungan rakyat biasa berupa sampan kecil dan rakit bambu. Pada saat itu hanya sungai Ketahun yang memiliki perahu bermotor yang menghubungkan Ketahun dan Napal Putih ke arah tambang emas Lebong Tandai. 94 Setelah melewati pengajuan pembangunan pelabuhan baru kepada pemerintah pusat yang mana hal ini telah lama diperjuangkan sejak Bengkulu berdiri, akhirnya pembangunan pelabuhan samudera baru dapat direalisasikan pada Pelita III tahun 1978/1979. Proses perencanaan pembangunan pelabuhan dilakukan dengan studi kelayakan dan pelaksanaan pembangunan fisik dimulai pada tahun 1980.
94
―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖. Tim Penyusun Monografi Daerah Bengkulu, hal 11 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
BAB 3 REVITALISASI PELABUHAN PULAU BAAI 1968-1984
3.1
Sekilas Sejarah Pelabuhan Bengkulu di Pantai Barat Sumatera Secara historis, sebelum Kompeni Inggris (1685-1825) berkuasa, Bengkulu
merupakan daerah merdeka yang diperintah oleh kerajaan-kerajaan lokal seperti Kerajaan Anak Sungai (Manjuto) di Muko-Muko, Kerajaan Sungai Serut di sekitar Bengkulu dan Kerajaan Sungai Lemau di daerah Pondok Kelapa, Kerajaan Silebar di sekitar Bengkulu-Jenggalu dengan pelabuhannya Pulau Baai dan Kerajaan Serawai di daerah Bengkulu Kerajaan-kerajaan yang berdiri di wilayah Bengkulu terbentuk melalui konfederasi dari beberapa marga yang pada umumnya bersifat genealogis. 95 Asal nama Bengkulu berdasarkan sejarah pedagang Eropa di Banten, ada yang menghubungkan nama Bengkulu dengan Banten-Kulon sehingga di peta Barat namanya menjadi Bencoolen (Inggris) dan Bengkoelen (Belanda) berarti tanah di bagian barat. Menurut beberapa sumber Palembang, kata Bengkulu berasal dari kata ―Bangka Hulu‖ yaitu sungai yang mengalir di wilayah tersebut (Bengkulu) dan juga daerah ini menjadi penyeimbang Pulau Bangka yang terletak di bagian hilir Sungai Musi. Menurut masyarakat setempat, nama Bengkulu dijelaskan berasal dari ungkapan ―empang-ka-hulu‘‘ (jangan ke hulu), yakni upaya penduduk setempat untuk menahan ekspansi Aceh agar tidak masuk ke bagian pedalaman.96 Berdasarkan asal nama tersebut dapat mengungkapkan bukti bahwa adanya hubungan kegiatan pelayaran pelaut Banten yang mengarungi Samudera Hindia sampai di Silebar (Bengkulu) dan pelayaran pelaut Aceh sepanjang pantai barat pulau Sumatera sampai ke selatan. Pelayaran niaga di Bengkulu menjadi ramai dimulai tahun 1511 saat Malaka jatuh ke tangan Portugis. Akibat Malaka yang jatuh ke tangan Portugis 95
Agus Setiyanto, ―Sejarah Bengkulu”, 29 Desember 2010. . Lihat Aryandini Novita dan Darmansyah, “Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial” yang mengutip sumber tulisan Agus Setiyanto, Elite Pribumi Bengkulu Perspektif Sejarah Abad ke 19. Jakarta: Balai Pustaka, 2001 96 Adrian B. Lapian, Mendekati Sejarah Nusantara dari Laut. The Habibie Center. Years 19992010. Makalah Presentasi Penerimaan Habibie Award 2010, Puri Ratna, Hotel Grand Sahid Jaya. Jakarta: Penerbit Yayasan Sumber Data Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM IPTEK), 2010, hal 24-25 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
menyebabkan para pedagang Islam mengalihkan jalur perdagangannya—yang semula menggunakan Selat Malaka— dialihkan melalui pantai barat Sumatera dan Selat Sunda. Akibatnya, Pelabuhan Banten dan Sunda Kelapa bertambah ramai dan sekaligus memberikan dampak yang positif bagi perkembangan beberapa kota pelabuhan di sepanjang pantai barat Sumatera seperti Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung. Posisi kota yang berada di muara sungai membuat kota-kota ini menjadi pintu masuk yang strategis bagi dunia. Pelabuhan yang diramaikan oleh para pedagang yang singgah menjadikankan wilayah di jalur pantai barat Sumatera menjadi penting dalam dinamika pelayaran dan perdagangan internasional. Tidak hanya sebagai pusat perdagangan, daerahdaerah ini kemudian menjadi pusat penyebaran agama Budha dan Islam. Peralihan jalur pelayaran melalui pantai barat Sumatera membawa pengaruh yang besar terhadap perdagangan di Bengkulu. Pelabuhan-pelabuhan nelayan di sepanjang pantai Bengkulu, seperti Muko-muko, Selebar, Seluma, Manna, Bintuhan, dan Krui menjadi berkembang dan menjadi ramai. Pada masa kejayaan jalur niaga di pantai barat Sumatera, Bengkulu merupakan salah satu daerah yang berkembang menjadi kota pelabuhan. Pelabuhan Bengkulu pada awalnya merupakan sebuah pelabuhan yang hampirhampir tidak dikenal (terra incognita)97 kemudian akhirnya dikenal oleh pedagang Islam karena adanya pengalihan jalur pelayaran dari Selat Malaka ke pantai barat Sumatera. Konsekuensi ini mengubah Pelabuhan Bengkulu berkembang menjadi bagian penting dalam lintas perdagangan maritim sebagai pengekspor komoditi lada. Sejak abad ke-16, Bengkulu menjadi penghasil lada terbesar di samping Pelembang dan Lampung. Potensi yang dimiliki Bengkulu inilah mengundang bangsa asing (terutama Belanda dan Inggris) datang untuk menguasai perdagangan lada. 98 Kedatangan bangsa Inggris ke Bengkulu dan akhirnya berkuasa selama 150 tahun merupakan konsekuensi dari kekalahan Inggris dalam persaingan dengan VOC memperebutkan bandar perdagangan di Pelabuhan Banten. Pada tahun 1659 97
Meminjam istilah Susanto Zuhdi dalam menjelaskan perkembangan Pelabuhan Cilacap. Lihat Susanto Zuhdi., Cilacap 1830-1942 Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan Di Jawa. Jakarta: Gramedia, 2001, hlm xiv. 98 Lihat Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia. Jakarta: Kompas, 2005, hal 117118 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
VOC
menandatangani
kesepakatan
dengan
Kesultanan
Banten
untuk
mendapatkan monopoli rempah-rempah di pelabuhan Banten. Dengan VOC menguasai perdagangan di Banten maka Inggris terpaksa mulai mencari daerah lain di pantai barat Sumatera yang menghasilkan rempah-rempah. Awalnya Inggris ingin mendirikan pangkalan dagang di Aceh tapi ditolak oleh sang Sultan Aceh, Sultan Zakiyat-ud-udin Inayat Syah. Inggris sebenarnya berencana ingin ke Pariaman dan Barus di Sumatera Barat. Mereka kemudian mengalihkan perhatian ke Bengkulu karena kebetulan penguasanya mengirimkan surat lebih dahulu bahwa mereka sudi menerima Inggris dalam rangka mendirikan pos perdagangan. Hal ini bisa dipahami karena wilayah Bengkulu selalu dalam posisi terjepit oleh politik ekspansionis Kesultanan Banten di Selatan dan Aceh di Utara. Di tahun 1685 Inggris sampai di Bengkulu dan diterima oleh penguasa Bengkulu saat itu yaitu Orang Kaya Lela dan Patih Setia Raja Muda. 99 Kedatangan Inggris pertama kali di Bengkulu, berlabuh di Muara Sungai Bengkulu pada tanggal 24 Juni 1685. Rakyat Kerajaan Sungai Lemau dan Kerajaan Silebar menyambut kedatangan bangsa Inggris dengan baik dan ramah. Hal ini ada kaitan dengan situasi Kerajaan Banten di bawah kekuasaan Sultan Haji. Semasa Banten dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan kemudian Sultan Ageng Tirtayasa, Bengkulu merupakan daerah pengaruh politik Banten. Setelah Sultan Ageng dapat dikalahkan oleh anaknya sendiri Sultan Haji (1683), dan Sultan Haji pun menang karena bantuan VOC, maka Bengkulu merasa bebas atau tidak ada kaitan lagi dengan kekuasan politik Banten. 100 Pengaruh Inggris di Bengkulu dimulai pada tanggal 12 Juli 1685, ketika Ralph Ord, wakil dari East Indian Company (EIC), menandatangani perjanjian dagang dengan para pemimpin lokal di Bengkulu. Isi perjanjiannya adalah para pemimpin lokal menyediakan lada bagi perusahaan ini sebagai imbalan pihak Inggris akan membantu melindungi daerah Bengkulu dari usaha penjajahan bangsa Belanda. Dalam upaya menguasai Bengkulu, Inggris membangun perbentengan. Pada awalnya, Inggris membangun benteng pada sebidang tanah yang berada di antara 99
Firdaus Burhan, Bengkulu dalam Sejarah. Jakarta: Yayasan Pengembang Seni Budaya Nasional Indonesia, 1988, hal 2-3 100 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
laut dan sungai Serut (Muara Sungai Bengkulu) pada tahun 1865. Benteng pertama Inggris tersebut diberi nama Fort York. Bangunan ini murni berfungsi sebagai tempat pertahanan utama Inggris (EIC) dalam mempertahankan daerah penghasil rempah-rempahnya dari serangan Belanda dan Perancis. Fort York ini didirikan di dekat sungai dan rawa mangrove yang tidak sehat dan menyebabkan wabah malaria, maka Fort York ini ditinggalkan dan benteng pertahanan Inggris dipindahkan ke daerah tepi pantai barat yang strategis yang kemudian terkenal sebagai Fort Marlborough.101 Berdasarkan penelitian arkeologi kolonial di Bengkulu yang dilakukan oleh Aryandini Novita dari Balai Arkeologi Palembang pada tahun 1998 yang membahas tata ruang kota dan pola pemukiman di Kota Bengkulu pada abad XVIII, menyimpulkan bahwa Inggris sebagai penguasa telah menempatkan komponen-komponen kota
berdasarkan
fungsinya.
Selain
itu
Bengkulu
dikembangkan sebagai sebuah kota yang perekonomiannya dititikberatkan pada pelayaran dan perdagangan, sehingga Inggris menetapkan Pelabuhan Bengkulu sebagai kawasan yang paling penting di antara kawasan-kawasan lainnya. 102 Pelabuhan Bengkulu terletak 270 meter di sebelah barat dari Benteng Marlborough, pada titik koordinat 3o 47' 8,2" LS dan 102 o 15' 6,4" BT. Berdasarkan lukisan Joseph C. Stadler dalam buku Prints of South East in The India Office Library diketahui pelabuhan tersebut merupakan milik Inggris (EIC). Berdasarkan atas lukisan tersebut terlihat di Pelabuhan Bengkulu, Inggris mendirikan bangunan yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan. Keterangan pada lukisan tersebut menyebutkan juga perairan di Pelabuhan Bengkulu dangkal dan terdapat dataran batu karang sehingga kapal-kapal yang datang ke Bengkulu tidak dapat merapat, sehingga harus membongkar muatannya 0,5 mil dari dermaga. 103 Benteng Marlborough menjadi titik awal perkembangan Kota Bengkulu 101
Benteng baru tersebut dinamakan ―Marlborough‖ untuk menghormati John Churchill, pahlawan perang Inggris di Eropa, yang bergelar Duke of Marlborough. Pembangunan benteng Marlborough dilakukan tahun 1714 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal (Inggris) yang dijabat oleh Joseph Collet. Benteng yang selesai dibangun pada tahun 1719 itu menjadi cikal bakal Kota Bengkulu 102 Aryandini Novita, Darmansyah, ―Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial ‖. Diunduh tanggal 20 Desember 2010 103
Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
masa kolonial Inggris. Sebagai bagian dari sistem pertahanan, benteng sangat berperan dalam pengamanan sebuah pemukiman. Oleh karena itu, lokasi benteng seharusnya di wilayah-wilayah yang dianggap strategis. Benteng Marlborough merupakan bangunan pertahanan yang melindungi Kota Bengkulu sebagai pusat perdagangan lada Inggris. Perkembangan pelabuhan pada masa itu dibarengi oleh pembangunan Benteng yang berfungsi sebagai pelindung kawasan perekonomian, kawasan pemerintahan dan juga pemukiman. Pendirian benteng yang dekat dengan pelabuhan mempunyai lokasi yang strategis Benteng Marlborough terletak di lokasi yang strategis karena berada di ketinggian ± 18 m di atas permukaan laut, sehingga dapat menjadi tempat untuk mengamati pemukiman di sekitarnya yang terdiri dari kawasan pemerintahan, kawasan perekonomian, dan kawasan hunian. Dengan demikian, hal ini memungkinkan dengan mudah mengamati kapalkapal yang melintasi perairan Bengkulu. Selain itu pengawasan di atas bastion benteng tersebut dapat mengamati titik terjauh hingga muara Sungai Selebar dan Sungai Lemau yang merupakan lokasi kerajaan-kerajaan di Bengkulu pada masa itu. Kedua sungai-sungai tersebut juga merupakan media transportasi untuk mengangkut
lada dari daerah pedalaman. 104 Keadaan demikian sangat
menguntungkan Inggris untuk mempertahankan monopoli perdagangan lada di Bengkulu. Letak pelabuhan yang berada di teluk juga dianggap menguntungkan karena arus laut lebih tenang, sehingga kapal-kapal yang melintasi perairan tersebut lebih aman serta abrasi pantai yang disebabkan oleh ombak lebih sedikit. Di samping itu Benteng Marlborough yang terletak di ketinggian ± 18 meter dari permukaan laut berfungsi juga untuk mengawasi lalu lintas kapal yang berlayar di perairan Teluk Bengkulu dan kapal-kapal yang keluar masuk sungaisungai yang berada di sekitar Kota Bengkulu. 105 Dari sumber sejarah diketahui bahwa di perairan Bengkulu terdapat daratan batu karang sehingga kapal-kapal yang masuk ke Pelabuhan Bengkulu harus membongkar muatannya di laut dan dibawa oleh kapal-kapal yang lebih kecil. Hal itu dapat dijadikan pula oleh 104
William Marsden, The History of Sumatra. Kuala Lumpur: Oxford University Press 1975, hal 145 105 Aryandini Novita, Darmansyah, ―Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial‖. Diunduh tanggal 20 Desember 2010 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Inggris untuk melindungi kapal-kapal dagangnya dari serangan darat. Setelah dirasa cukup aman dan kondusif dengan adanya benteng tersebut, maka dibangun pemukiman dan sarana pemerintahan di luar benteng yang kemudian menjadi cikal bakal perkembangan kota. Perkembangan kota dan pelabuhan Bengkulu semakin ramai dengan kebijakan Inggris mengundang para pedagang Cina, Arab dan India untuk berdagang dan bermukim di Bengkulu. Hal ini berdampak pada perkembangan penduduk dan kawasan baru dengan kemunculan kawasan pemukiman Cina, Arab dan India yang berada dekat dengan Benteng Malborough. Selain itu dengan kedatangan bangsa asing ini yang membawa kebudayaan yang berbeda memberikan pengaruh dan warna baru dalam kebudayaan lokal Bangkulu. Pengaruh-pengaruh sosial budaya terlihat dalam seni budaya yang banyak dipengaruhi oleh bangsa lain atau daerah lain, seperti Upacara Tabot (pengaruh dari India), Mendundang Benih (pengaruh Majapahit), adat perkawinan (pengaruh Pagaruyung) dan sebagainya.106 Inggris pada saat memegang monopoli perdagangan di Bengkulu menempatkan
Benteng
perdagangannya.
Marlborough
Keberadaan pusat
sebagai
pelindung
dari
pusat
perdagangan ditunjang juga dengan
menempatkan pos-pos di wilayah-wilayah yang dianggap cukup memiliki akses dalam jalur perdagangan, yaitu sungai-sungai di wilayah Bengkulu yang bermuara di Samudera Indonesia. Pos-pos tersebut seperti Benteng Anna dan Victory di Bengkulu bagian Utara dan Benteng Linau dan Muara Sambat di bagian Selatan didirikan untuk melindungi wilayah-wilayah tersebut. Pada masa pemerintahan Raffles, Pelabuhan Bengkulu merupakan pelabuhan bebas bea (free port) yang pertama. Kolonel Belanda Nahyus memuji kelancaran administrasi ekspor impor dan kerapian kota Fort Marlborough. Perkembangan kota pada masa kolonial Inggris lebih terpusat di daerah pantai yang menjadi pintu gerbang ekonomi. 107 Setelah terjadi pengalihan kekuasaan ke tangan Belanda lewat perjanjian 106
Adrian B. Lapian, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Kota Bengkulu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1978, hal 55 107 Firdaus Burhan, Bengkulu dalam Sejarah. Jakarta: Yayasan Pengembang Seni Budaya Nasional Indonesia, 1988 Op.Cit, hal 6-7 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
London (Treaty of London) pada 17 Maret 1824 berakhirlah kekuasaan Inggris di Bengkulu dan perkembangan kota Bengkulu terus meluas hingga ke daerah daratan yang menjauh dari garis pantai. Bengkulu akhirnya ditukar dengan Tumasik atau Singapura dan daerah Semenanjung Malaka sebagai wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara.108 Perkembangan kota Bengkulu pada masa kolonial Belanda kurang signifikan dibandingkan pada masa kolonial Inggris. Hal itu disebabkan Belanda tidak memprioritaskan pembangunan kota Bengkulu sebagaimana Inggris yang menganggap penting Bengkulu sebagai koloni Inggris satu-satunya di Sumatera. Kebijakan Belanda di Bengkulu lebih menitikberatkan eksploitasi daerah daratan pedalaman melalui Tanam Paksa, sehingga akhirnya perkembangan Pelabuhan Bengkulu dengan perdagangan maritim menurun dan beralihlah konsentrasi ekonomi daerah Bengkulu dari perdagangan menjadi agraris. 109
3.2
Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1968-1984 Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama yang sudah berdiri sejak
zaman Kerajaan Silebar dan dibangun kembali menjadi pelabuhan samudera untuk kebutuhan ekspor dan impor barang dari dan ke Bengkulu pada masa Orde Baru. Sebelum Pelabuhan Pulau Baai dibangun, pelabuhan yang ada di Bengkulu yang menjadi pintu gerbang lalu lintas ekspor impor barang adalah Pelabuhan Bengkulu Lama (Pelabuhan Tapak Paderi) yang berada di pusat kota Bengkulu. Namun pelabuhan ini dalam pelaksanaan operasionalnya mengalami kendala pendangkalan terus-menerus sehingga menyebabkan pelabuhan tidak berfungsi secara optimal. Kondisi pendangkalan semakin parah sehingga kapal-kapal besar tidak dapat masuk ke Bengkulu sehingga menyulitkan aktivitas ekspor dan impor barang dari dan ke Bengkulu. Untuk itu pembangunan pelabuhan Pulau Baai dilakukan sebagai sarana mendukung gerak perekonomian Propinsi Bengkulu
108
Adrian B. Lapian, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Kota Bengkulu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan..Op Cit 109 Aryandini Novita, Darmansyah, ―Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial ”. Diunduh tanggal 20 Desember 2010 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
yang mengalami kemacetan akibat arus lalu lintas perdagangan ekspor impor yang tersendat.110 Nama ―Pulau Baai‖ jika dijabarkan terdiri dari dua kata Belanda yaitu Poelou dan Baai yang artinya Pulau Teluk. Secara harfiah, kata Baai sendiri dalam bahasa Inggris merujuk pada kata ―Bay‖ yang juga berarti teluk. Daerah Pulau Baai ini secara alami sebenarnya merupakan sebuah teluk yang berbentuk menyerupai pulau sehingga disebut Teluk Pulao. Teluk ini merupakan salah satu teluk yang terbentuk akibat erosi air laut secara terus-menerus yang disebabkan oleh gelombang air laut yang besar di sepanjang pantai Bengkulu. 111 Dahulu pada saat Bengkulu masih berdiri kerajaan-kerajaan, daerah Pulau Baai merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Silebar yang lebih dikenal sebagai Teluk Silebar. Teluk ini menjadi pelabuhan pintu masuk kapal asing yang ingin mendarat ke Bengkulu. 112 Namun berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, Pulau Baai diartikan sebagai pulau selamat tinggal (dalam bahasa Inggris ―Bye‖) karena Pelabuhan Pulau Baai ini dahulu merupakan tempat masuk dan keluar kapal-kapal asing yang datang dan pergi dari dan menuju Bengkulu. Menurut masyarakat setempat, ketika kapal-kapal asing meninggalkan pelabuhan dengan melambaikan tanggan dan mengucapkan salam perpisahan ―Bye‖ sehingga masyarakat terbiasa menyebut pelabuhan tersebut Pulau Baai. 113 Jika dikaitkan makna kata Pulau Baai sebagai pelabuhan selamat tinggal, pelabuhan ini memang pada akhirnya ditinggalkan ketika Kerajaan Silebar mengalami kemunduran. Perjanjian antara pemerintah Inggris dan Kerajaan Silebar yang memberikan hak monopoli perdagangan lada dan tanah kepada Inggris untuk membangun benteng pertahanan menjadi titik legitimasi kekuasaan Inggris di Bengkulu dan
110
Wawancara Turniadi (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 111 Secara geografis Bengkulu terletak di wilayah pantai barat Sumatera dan memiliki pantai yang panjang dan curam dengan gelombang air laut yang besar sehingga terus-menerus menyebabkan erosi. Akibat erosi air laut itu telah terbentuk beberapa teluk, yaitu Teluk Pulao, Teluk Sambat, Teluk Krui, Teluk Terumbang, Teluk Belimbing. Lihat Agus Setiyanto, Orang-Orang Besar Bengkulu Riwayatmu Dulu. Yogjakarta: Penerbit Ombak, 2001, hlm 1 112 Encyclopeadie van Nederlandsch-Indie, Eerste deel, A.G (‗sGrabvenhage: Martinus-Nijhoff, 1917), hal 269 113 Wawancara Bahari, (55 tahun) warga masyarakat nelayan yang tinggal di daerah Pulau Baai. Wawancara dilakukan pada tanggal 6 Mei 2011 di kampung nelayan Selebar. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
kehancuran bagi kekuasaan Kerajaan Silebar.114 Pembangunan Benteng Malborough beserta Pelabuhan Bengkulu menjadi cikal-bakal perkembangan awal kota Bengkulu sehingga mematikan aktivitas perdagangan di Teluk Silebar (Pulau Baai). Selain itu faktor yang menyebabkan daerah Pulau Baai pada saat itu ditinggalkan karena masalah kesehatan dimana wilayah ini merupakan daerah rawa yang rawan terjangkit wabah malaria. 115 Pelabuhan Pulau Baai terletak di ibukota Propinsi Bengkulu yang jaraknya dari kota Bengkulu + 20 km ke arah Selatan. Pelabuhan ini berada di Kecamatan Selebar tepatnya pada posisi antara 03o 47‘ 30‘‘LS dan 102o 15‘ 04‘‘ BT.116 Pelabuhan Bengkulu Lama (Tapak Paderi)
Pelabuhan Pulau Baai ± 20 km dari kota Bengkulu
Gambar 3.1 Peta Lokasi Pelabuhan Pulau Baai dan Pelabuhan Bengkulu Lama 117
114
Lihat ―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Disusun oleh Tim Monografi Daerah Bengkulu, hal 13 115 Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 116 ―Company Profil Pelabuhan Pulau Baai‖. PT. (Pesero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Bengkulu 117 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Pelabuhan Pulau Baai merupakan satu satunya pelabuhan laut yang terbuka untuk umum dan merupakan pelabuhan samudera di daerah Propinsi Bengkulu. Posisinya sangat strategis berhadapan dengan Samudera Indonesia dan terbuka untuk perdagangan dalam negeri maupun luar negeri, sebagai pelabuhan alam yang sangat terlindung dari gangguan gelombang laut karena kolam pelabuhan dengan laut dibatasi olah lidah pasir 118 yang lebarnya antara 800 – 1.000 m.119 Pelabuhan ini memiliki areal tanah daratan seluas 1.192,6 pelabuhan dengan perairan dalam seluas 1.000
Ha
dan kolam
Ha dan perairan luar seluas
120
2.183,47 Ha.
Keadaan hidro oceaonografi di daerah Pulau Baai. Pelabuhan Pulau Baai terletak di bekas rawa dengan dasar pasir lembut dan panjang kolam 4 km, lebar 2,5 km dan mempunyai alur masuk pelabuhan sepanjang 800 m, lebar 80 m dengan kedalaman -7 M LWS. Pelabuhan Pulau Baai juga didukung oleh Break Water (Penahan Gelombang) di sebelah kiri sepanjang 652 m dan kanan sepanjang 420 m. Kedalaman kolam mencapai -2 s/d -12 M LWS. Pelabuhan Pulau Baai dapat disinggahi oleh kapal kapal dengan ukuran 35.000 DWT. 121 Daerah pemanduan adalah berjarak 1 mil dari pantai keluar Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Posisi kedatangan kapal untuk berlabuh adalah 03o 52‘– 32‘‘ LS dan 102o 15‘– 42‘‘ BT. Pelayanan untuk kapal pandu adalah prioritas utama untuk kapal-kapal datang maupun berangkat tergantung dari pada keadaan cuaca. 122 Karakteristik gelombang berubah-ubah tergantung musim dan kecepatan angin. Tinggi gelombang pada umumnya rata-rata berkisar antara
0.1 s/d 2 m
sampai dengan maksimum 4 m pada kedalaman -15 M LWS (pada ujung Break
118
Lidah pasir ini terbentuk oleh angkutan pasir pantai (littoral sand drift) yang berasal dari sebelah hulu (updrift) Tanjung Kerbau, Tanjung Kerbau itu sendiri merupakan terumbu koral yang asalnya terlepas dari pantai, keberadaannya mula-mula berbentuk tombolo, kemudian tombolo tumbuh dan menyatu dengan terumbu koral, sehingga arus pasir melewati terumbu koral tersebut dan membentuk endapan berupa lidah pasir di Pulau Baai. Lihat ―Sejarah Singkat‖ dalam Gambaran Umum Pelabuhan Bengkulu <www.bengkuluport.com> Diunduh tanggal 5 Maret 2011 Pukul 21.30 WIB 119 ―Company Profil Pelabuhan Pulau Baai”. PT. (Pesero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Bengkulu 120 Luas tanah daratan daerah lingkungan kerja pelabuhan mengacu pada SKB No.20 th 1991 dan KM. 15 tahun 1991 tanggal 19 Februari 1991 antara Menteri Dalam Negeri dengan Menteri Perhubungan. Lihat ―Karakteristik Pelabuhan Pulau Baai‖ <www.bengkuluport.com> Diunduh tanggal 5 Maret 2011 Pukul 21.30 WIB 121 Ibid 122 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Water utama pada saat dibangun). Periode gelombang berkisar antara 8 s/d 15 detik. Panjang gelombang mencapai kejauhan berkisar antara 1 s/d 25 m. Arah gelombang membentuk sudut berkisar antara 260 0 – 320 0 dari utara. Dari data ini menunjukan gelombang pantai di Pelabuhan Pulau Baai merupakan gelombang yang tinggi karena berhadapan dengan Samudera Indonesia yang gelombangnya terkenal besar.123 Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama yang dibangun kembali menjadi pelabuhan samudera. Pelabuhan ini dibangun karena pelabuhan yang ada (Pelabuhan Bengkulu Tapak Paderi) selama ini sebagai pintu masuk barang dan orang tidak dapat beroperasi secara optimal. Hal ini disebabkan oleh kendala operasional yaitu pendangkalan yang terus menerus terjadi sehingga mengakibatkan kapal-kapal dengan kapasitas tonase yang besar tidak dapat bersandar ke dermaga pelabuhan. 124 Kondisi demikian sangat menghambat aktivitas lalu lintas barang dan orang melalui pelabuhan untuk keluar masuk dari dan ke Bengkulu, di samping itu juga masalah transporasi darat yang menghubungkan daerah Bengkulu dengan daerah luar masih belum lancar. Sehingga kebutuhan transportasi laut dimana
pelabuhan
sebagai
prasarananya
sangat
dibutuhkan
untuk
menunjang kelancaran arus lalu lintas barang hasil produksi maupun konsumsi dan mobilitas orang dari dan menuju ke Bengkulu. Usaha pengajuan usulan pembangunan pelabuhan yang baru telah diajukan kepada pemerintah pusat jauh sebelum propinsi Bengkulu berdiri pada tahun 1968. Pembangunan pelabuhan samudera menjadi prioritas utama karena secara potensi, daerah Bengkulu menghasilkan komoditi ekspor yang dapat menggerakan pertumbuhan daerah Bengkulu. 125 Bengkulu lahir menjadi propinsi hampir bersamaan dengan awal Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dirancang oleh Pemerintah Orde Baru. Rencana pembangunan daerah dibuat secara 123
―Karakteristik Pelabuhan Pulau Baai‖ <www.bengkuluport.com> Diunduh tanggal 5 maret 2011 124 Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 125 Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi. Palembang: Penerbit Sriwijaya Media Utama, 1993, hal 346 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
sentralistik
mengacu
kepada
Repelita
sebagai
rancangan
besar
pembangunan nasional yang ingin dicapai. Pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pada Pelita I sasaran pembangunan dititikberatkan pada penataan kehidupan perekonomian yang difokuskan pada penurunan inflasi dan peningkatan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu pembangunan sarana prasarana baru terbatas pada perbaikan jalan dan jembatan untuk menunjang gerak perekonomian dan menghubungkan daerah-daerah yang terisolasi. 126 Pembangunan pelabuhan Pulau Baai baru dapat terealisasi pada Pelita III. Pada periode ini perkembangan daerah Bengkulu sebagai daerah transmigrasi dan sektor perkebunan sebagai penghasil komoditi ekspor meningkat memadai
hasilnya sehingga dibutuhkan pelabuhan samudera yang untuk
menunjang
aktivitas
perdagangan
ekspor
impor.
Pembangunan pelabuhan yang baru ini menjadi kebutuhan yang penting karena kondisi Pelabuhan Bengkulu Lama yang semak in memburuk sehingga menghambat aktivitas distribusi barang. Di tingkat pusat, arah kebijakan pemerintah dalam pengembangan pelayaran samudera diarahkan untuk mening katkan pelayanan jasa angkutan laut internasional dari dan ke luar negeri terutama untuk barang-barang perdagangan ekspor Indonesia. Persaingan yang semakin tajam dalam bidang pelayaran antar benua dapat mempengaruhi peranan pelayaran samudera nasional. Mengingat hal itu maka khusus untuk pengangkutan barang barang pemerintah yang diimpor telah ditempuh kebijak an yang tertuang dalam Keppres No. 18 Tahun 1982. Keppres itu menentukan bahwa pengangkutan barang-barang pemerintah dari negara-negara lain agar dilaksanakan oleh kapal-kapal nasional. 127 Pelabuhan Pulau Baai dibangun pada periode ke III Pembangunan Lima Tahun. Hal ini sesuai dengan sasaran program-program di bidang perhubungan
126
Lihat Rencana Pembangunan Lima Tahun I <www.bappenas.go.id> Diunduh tanggal 10 Oktober 2011 Pukul 11.15 WIB 127 Pidato Kenegaraan Tahun 1989 Bidang Perhubungan dan Pariwisata <www.bappenas.go.id> Diunduh tanggal 10 Oktober 2011 Pukul 13.00 WIB Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
laut pada Repelita III yang terus ditingkatkan untuk lebih memantapkan sistem pelayaran yang terpadu, sehingga terdapat kesatuan antara pelayaran samudera, pelayaran nusantara, pelayaran khusus, pelayaran lokal/rakyat dan pelayaran perintis, yang kegiatannya lebih meluas ke seluruh pelosok tanah air. 128 Selain itu arah kebijakan pemerintah yang menitikberatkan pada peningkatan perdagangan ekspor-impor pada Repelita III menjadi salah satu alasan Pelabuhan Pulau Baai dibangun untuk mendukung program pemerintah pusat mengembangkan sektor perdagangan ekspor di daerah-daerah sebagai penghasil komoditi.
3.3
Masa Pembangunan Fisik Pelabuhan Pembangunan pelabuhan merupakan pembangunan insfrastruktur yang
memakan biaya yang besar. Oleh karena itu pembangunan tersebut harus melalui proses perencanaan yang matang. Tahap perencanaan pembangunan pelabuhan dimulai dengan penentuan lokasi pelabuhan yang akan dibangun dengan melakukan studi tinjauan topografi dan geologi, tinjauan pelayaran dan tinjauan sedimentasi. Tahap perencanaan pembangunan pelabuhan Pulau Baai mulai dilakukan dengan studi pendahuluan pada tahun 1978. Direktorat Jendral Perhubungan Laut pada saat itu menunjuk Nedeco, konsultan dari Belanda untuk mencari lokasi pelabuhan. Berdasarkan hasil tinjauan yang dilakukan Nedeco, di sepanjang pantai barat Propinsi Bengkulu kondisinya kurang ideal untuk pembangunan pelabuhan Samudera, karena kurang memenuhi tiga syarat yang terkait dengan hidro-oseanografi yaitu gelombang relatif kecil atau perairan terlindung, transpor sedimen kecil dan alur pelayaran tersedia. 129 Hasil studi Nedeco dan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut tertuang dalam laporan yang berjudul Preliminary Design of Harbour Entrance, Bengkulu/ Pulau Bay Harbour Project 130 menyebutkan pelabuhan Pulau Baai terpilih sebagai 128
Pidato Kenegaraan Tahun 1980 Bidang Perhubungan dan Pariwisata <www.bappenas.go.id> diakses tanggal 10 Oktober 2011 Pukul 13.00 WIB 129 Laporan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu: Teknik Penanggulangan Sedimentasi Pada Alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu 130 Microfilm Laporan Akhir: Penelitian Model Hidraulik Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu (Dua Dimensi) Stabilitas Pemecah Gelombang dan Penetrasi Gelombang Februari 1986 Laboratorium Teknik Pantai Yogjakarta Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
lokasi pelabuhan terbaik dari lokasi – lokasi yang ada (meskipun tidak sempurna). Keunggulan lokasi Pulau Baai diantaranya adalah tersedia kolam labuh yang cukup luas dan dalam, tersedia areal untuk pengembangan pelabuhan yang cukup luas dan relatif dekat dengan ibukota propinsi. Morphologi Pulau Baai sebelum dibangun merupakan suatu lagun atau kolam yang terbentuk oleh lidah pasir yang membujur dari arah selatan ke utara. Lidah pasir ini terbentuk oleh angkutan pasir pantai (littoral sand drift) yang berasal dari sebelah hulu (updrift) Tanjung Kerbau, Tanjung Kerbau itu sendiri merupakan terumbu koral yang asalnya terlepas dari pantai, keberadaannya mulamula berbentuk tombolo, kemudian tombolo tumbuh dan menyatu dengan terumbu koral, sehingga arus pasir melewati terumbu koral tersebut dan membentuk endapan berupa lidah pasir di Pulau Baai. Kolam yang terbentuk oleh lidah pasir merupakan kolam yang ideal untuk dijadikan kolam pelabuhan karena terlindung dari gelombang dan berukuran luas. Untuk itu harus ada alur masuk yaitu dengan menembus lidah pasir dan membangun pemecah gelombang ditempat masuk.131 Setelah melakukan studi tinjauan lokasi, Nedeco juga bekerja sama dengan dengan konsultan lokal PT. Dwi Delta, Direktorat Jendral perhubungan laut serta laboratorium Teknik Pantai UGM Yogyakarta untuk merancang pembangunan pelabuhan Pulau Baai. Dalam studi ini dikaji mengenai tinjauan sedimentasi yang hasilnya menyatakan bahwa adanya fenomena alam yaitu gerakan pasir dari Selatan ke Utara sepanjang sisi pantai lokasi Pulau Baai (sedimen transport) dengan perkiraan volume + 600.000–800.000 m3/tahun dan mengendap dialur antara + 400.000–500.000 m3/tahun. 132 Untuk mengantisipasi sedimentasi yang tinggi akibat adanya fenomena alam tersebut dan juga mempertahankan kedalaman alur -10 M LWS maka dalam rancangan pelabuhan Pelabuhan Pulau
Baai,
pihak
konsultan Nedeco
merekomendasikan pembangunan sepasang Break Water133 sebelah Selatan (kiri)
131
―Sejarah Singkat dalam Gambaran Umum Pelabuhan Bengkulu‖, lihat Diunduh tanggal 15 Maret 2011 132 ―Company Profile Pelabuhan Pulau Baai‖, PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2008 133 Break Water (Pemecah Gelombang) adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan di laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar dari laut. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
panjang 652 m, sebelah Utara (kanan) panjang 420 m‘ sebagai pelindung alur pelayaran dan Sand Trap134 Break Water sebelah Selatan bagian kiri (South Western) yang diprediksi dan diperhitungkan menampung pasir dengan kapasitas 4.000.000 m3. Namun demikian untuk mempertahankan agar pasir tidak masuk ke alur pelabuhan maka daerah penampung pasir (Sand Trap) harus dilakukan pengerukan setiap lima tahun. Proyek Pelabuhan Samudera Pulau Baai secara fisik mulai dikerjakan tahun anggaran 1980/1981. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan semi alam yaitu suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada alur masuk. Pembangunan pelabuhan ini memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk kolam pelabuhan. Pengerukan dan pemotongan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan masuk/keluar kapal. 135 Proses pemotongan lidah pasir untuk pembuatan alur masuk kolam pelabuhan dan Break Water Pelabuhan Pulau Baai dilaksanakan oleh kontraktor ACZ (Aannemers Combinatie Zinkweken B.V) dari Belanda pada bulan Juli 1984. Pengerukan awal dilakukan sampai mencapai kedalaman -6 M LWS dan kemudian pada bulan Desember 1984 pengerukan alur masuk dilanjutkan sampai mencapai kedalaman -10 M LWS. Pembangunan fasilitas pelabuhan dilakukan dengan cara bertahap sejalan dengan kebutuhan pengguna jasa pelabuhan. Pada awal pembangunan fisik Pelabuhan Pulau Baai dilakukan kegiatan-kegiatan pembangunan dermaga, alur masuk, pemecah gelombang, jalan angkutan, kantor, listrik, air bersih, telekom, pagar pelabuhan. Biaya keseluruhan pembangunan sekitar Rp 61. 067. 797.400 yang merupakan anggaran dana yang bersumber dari pusat dalam bentuk Daftar Isian Proyek (DIP).136 Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai ini selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Desember 1984.
Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal dapat melakukan bongkar-muat barang dengan mudah. Lihat Bambang Triatmodjo, Pelabuhan. Yogjakarta: Beta Offset 1999, hal 125 134 Sand Trap merupakan bangunan yang berfungsi sebagai penampung pasir saat terjadi sedimentasi 135 Bambang Triatmodjo, Pelabuhan...Op Cit, hal 16 136 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 35-36 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
3.4
Sarana dan Prasarana Pelabuhan Pelabuhan Pulau Baai yang dibangun pada tahun 1980 mulai beroperasi
pada bulan Juli 1984. Sebagai pelabuhan yang baru berkembang, Pelabuhan Pulau Baai melakukan upaya mengembangkan sarana dan prasarana pelabuhan untuk mendukung dan meningkatan pelayanan pelabuhan sehingga dapat bersaing dengan pelabuhan lain disekitarnya. Pengembangan fasilitas pelabuhan terus dilakukan secara bertahap sejalan dengan kebutuhan pengguna jasa dan pertumbuhan ekonomi perdagangan nasional dan internasional. Dalam pelaksanaan operasionalnya, Pelabuhan Pulau Baai memberikan pelayanan pelabuhan dalam bentuk pelayanan jasa kapal, pelayanan jasa barang, pelayanan terminal dan pelayanan penyewaan Tanah, Gedung, Air dan Listrik (TGAL). Sarana, prasarana dan fasilitas pelabuhan merupakan syarat utama yang harus ada guna mendukung pelayanan yang baik dan cepat. Adapun sarana, prasarana dan fasilitas yang ada di Pelabuhan Pulau Baai pada saat awal pembangunan dan kemudian berkembang sejalan dengan kebutuhan pengguna pelabuhan yang semakin meningkat dapat dijabarkan sebagai berikut: -
Pemecah Gelombang (Break Water) Pemecah gelombang merupakan bagunan yang digunakan untuk melindungi
daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Gelombang yang besar datang dari laut lepas akan dihalangi oleh bangunan ini. Apabila daerah perairan sudah dilindungi secara alamiah, maka tidak diperlukan pemecah gelombang. 137 Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan semi alam yang memanfaatkan kolam pelabuhan yang terlindungi dari gelambang dengan cara menembus lidah pasir sebagai alur masuk. Berdasarkan studi rancangan pelabuhan yang dilakukan Nedeco, terjadi fenomena alam berupa pergerakan pasir (sedimen transport) dari Selatan ke Utara sepanjang sisi pantai lokasi Pulau Baai. Untuk mengatasi masalah tersebut dibangun sepasang penahan gelombang (break water) dimuka alur masuk pelabuhan pada tahun 1982. Pada tahap awal pembuatan break water direncanakan berukuran panjang 470 m (sebelah kiri) dan panjang 420 m (sebelah kanan). Namun kendala teknis pelabuhan yang diprediksi akan mengalami 137
Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Op Cit Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
pendangkalan akibat sedimentasi maka dilakukan perpanjangan break water sepanjang 257 m tahun 1989.138 -
Alur pelayaran Alur pelayaran merupakan jalur yang berfungsi untuk mengarahkan kapal-
kapal yang akan keluar-masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan. Apabila laut dangkal maka akan dilakukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang diperlukan. Alur pelayaran Pelabuhan Pulau Baai merupakan alur yang dibangun dengan cara menembus lidah pasir yang secara alami melindungi kolam pelabuhan. 139 Sebelum dibangun menjadi pelabuhan samudera, Pulau Baai merupakan pelabuhan lama yang berada di Teluk Silebar yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Silebar. Pada saat itu kapalkapal yang ingin singgah dan menjalin perdagangan berlabuh di Teluk Silebar. Namun sejalan dengan tuntutan perkembangan daerah Bengkulu yang membutuhkan pelabuhan samudera, maka dibutuhkan alur pelayaran yang luas dan dalam sehingga dapat disinggahi oleh kapal-kapal berukuran besar. Proses pembangunan alur pelayaran Pelabuhan Pulau Baai dengan cara pemotongan lidah pasir dikerjakan pada tahun 1982 oleh kontraktor dari Belanda ACZ (Aannemers Combinatie Zinkweken B.V).140 Alur pelayaran pelabuhan Pulau Baai memiliki panjang 1.000 m dan luas 400 m serta kedalaman berdasarkan rancangan -10 M LWS untuk dapat menampung kapal yang masuk dengan kapasitas sampai 35.000 DWT. Pada saat perencanaan awal pembangunan pelabuhan, Nedeco merekomendasikan agar dilakukan perawatan berkala untuk menjaga kedalaman alur pelayaran dan mengatasi sedimentasi yang tinggi di daerah pantai sekitar Pelabuhan. Alur pelayaran pelabuhan Pulau Baai ini dalam perkembangannya selalu mengalami pendangkalan yang terus-menerus harus dilakukan pengerukan sehingga tingkat kedalaman alur pelayaran ini mengalami fluktuasi. Pada tahun 1984, kedalaman alur pelayaran pelabuhan mencapai -10 M LWS sehingga aktivitas pelayaran di pelabuhan ini berjalan lancar. 138
Laporan Perkembangan Pelabuhan Bengkulu kepada Direksi & Komisaris PT. Pelabuhan Indonesia II (persero), 2008 139 Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 140 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
-
Kolam Pelabuhan Merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk melakukan
bongkar-muat, melakukan gerakan untuk memutar (di kolam putar). Kolam pelabuhan harus terlindungi dari gangguan gelombang dan mempunyai kedalaman yang cukup. Salah satu pertimbangan pemilihan lokasi Pelabuhan Pulau Baai untuk dibangun kembali menjadi pelabuhan samudera adalah kolam pelabuhan yang luas. Selain itu kolam pelabuhan ini secara alami terlindungi oleh lidah pasir sehingga kapal-kapal yang masuk dan berlabuh akan aman dari gangguan gelombang. Luas kolam Pelabuhan Pulau Baai ini sekitar 1.000 Ha. Dengan adanya kolam pelabuhan yang luas menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki pelabuhan karena kapal-kapal dapat berlabuh melakukan aktivitas bongkar muat dan melakukan gerakan memutar dengan aman.141 -
Dermaga Merupakan bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatkan kapal
dan menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Terdapat dua dermaga yang dibangun di Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 1984 yaitu Dermaga samudera dan Dermaga Lokal. Dermaga Samudera merupakan dermaga yang diperuntukan untuk kapal-kapal yang berlabuh dan melakukan aktivitas bongkar muat berupa barang-barang komoditi ekspor dan impor. Komoditi ekspor utama dari daerah Bengkulu adalah batubara, sehingga untuk mendukung aktivitas muat tersebut dermaga ini dilengkapi fasilitas conveyor belt. Dermaga Samudera memiliki panjang 165 m, lebar 18 m dan kedalaman -10 M LWS. Konstruksi bangunan dermaga ini terdiri dari tiang pancang pipa baja dan lantai dermaga merupakan konstruksi beton bertulang. Selain itu dermaga samudera dilengkapi dengan 11 buah bolder dan 20 buah fender.142 Selain Dermaga Samudera, pada tahun 1984 juga dibangun Dermaga Lokal yang melayani kapal-kapal lokal yang akan berlabuh di dermaga Pelabuhan Pulau Baai. Ukuran Dermaga Lokal memiliki panjang 124 m dan lebar 18 m. Dermaga ini dibangun untuk menampung kapal dengan kapasitas 5 ton/m3 sehingga
141
Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 142 Data Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai, dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2004 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
kedalamannya dirancang hanya mencapai -3,5 M LWS. Pengguna jasa pelabuhan semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya daerah pedalaman yang membutuhkan sarana pendistribusian hasil-hasil produksi. Pelabuhan Pulau Baai menjadi satu jaringan pendisribusian komoditi yang dihasilkan daerah belakang ke luar daerah sekaligus sebagai pintu gerbang bagi masuknya barang-barang konsumsi yang tidak diproduksi oleh daerah belakang. Sejalan dengan kebutuhan tersebut, maka pada tahun 1991 dibangun Dermaga Nusantara sebagai dermaga untuk melayani kapal-kapal antar pulau yang akan berlabuh dan melakukan aktivitas bongkar muat. Dermaga ini berukuran panjang 84 m, lebar 18 m dan kedalaman -7 M LWS. Kapasitas muatan kapal yang dapat berlabuh di dermaga ini berukuran 5 ton/m3 dan digunakan untuk aktivitas bongkar muat barangbarang general cargo. 143 -
Gudang dan Lapangan Penumpukan Pelabuhan Pulau Baai memiliki fasilitas gudang yang terdapat di belakang
dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus menunggu pengapalan. Pada tahun 1984 dibangun dua Gudang Samudera dan Gudang Lokal. Gudang Samudera memiliki luas 2.450 m2 dengan panjang 70 m dan lebar 40 m. Konstruksi bangunan Gudang Samudera yang dirancang permanen dari kuda-kuda baja. Sedangkan Gudang Lokal dibangun pada tahun yang sama seluas 1. 750 m2 dengan panjang 50 m dan lebar 35 m. Konstruksi bangunan gudang ini pun sama dengan Gudang Samudera dirancang permanen dari kuda-kuda baja. Selain gudang, terdapat juga Lapangan Penumpukan Samudera (luas 2.500 m) dan Lapangan Penumpukan Lokal (3.000 m) yang dibangun pada tahun 1989. 144 Selain gudang dan lapangan penumpukan barang-barang umum, Pelabuhan Pulau Baai juga menyediakan fasilitas stock pile batubara, stock pile cangkang, dan storage tank CPO. -
Peralatan Bongkar Muat Peralatan bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai seperti kran darat
berupa mobil crane sejumlah satu unit dengan kapasitan 25 ton. Selain itu
143
Data Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai, dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2004 144 Lihat Laporan Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai kepada Direksi PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
terdapat juga kendaraan untuk mengangkat/memindahkan barang seperti forklift berjumlah 3 unit dengan kapasitas angkut 2 ton dan 3 ton. Pengadaan fasilitas bongkar muat berupa mobil crane dan forklift sudah terealisasi pada awal pelabuhan ini beroperasi tahun 1984. 145 Fasilitas yang tersedia untuk mendukung aktivitas pelabuhan yaitu alat penambat. Pelabuhan Pulau Baai memiliki satu unit kapal tunda (tug boat) bernama K.T Selat Bunga Laut yang digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat ke dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke dermaga. Pengadaan fasilitas kapal tunda ini baru terealisasi dan beroperasi pada tahun 1989.146 Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan yang dikembangkan sebagai pelabuhan ekspor dengan komoditi pertambangan batubara. Sejalan dengan usaha pengalian pertambangan batubara yang mulai digiatkan pada tahun 1984, Pelabuhan Pulau Baai sebagai terminal pendistribusian komoditi batubara dari daerah Bengkulu maka dibangun fasilitas pendukung berupa conveyor belt147 untuk memperlancar aktivitas bongkar muat batubara. Fasilitas conveyor belt berada di Dermaga Samudera berjumlah 2 unit. Pembangunan fasilitas ini dilakukan secara simultan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna jasa pelabuhan yaitu perusahaan pertambangan batubara dan juga peningkatan hasil tambang batubara dari tahun ke tahun. Conveyor belt pertama - disebut conveyor belt ―A‖- dibangun pada tahun 1989 mempunyai kapasitas muatan sebesar 500 ton/jam. 148 Kemudian pada tahun 1995 dilakukan penambahan kembali fasilitas conveyor belt ―B‖di Dermaga Samudera dengan daya tampung lebih besar yaitu 500-1.000 ton/jam. Dengan dibangunnya fasilitas conveyor belt ‗B‖ yang bermuatan lebih besar maka pihak pelabuhan dapat meningkatkan pelayanan yang lebih maksimal guna menarik para pengusaha pertambangan batubara untuk menggunakan jasa Pelabuhan Pulau Baai. 149 145
Ibid Lihat Laporan Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai kepada Direksi PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 147 Conveyor belt merupakan fasilitas alat pengangkut berbentuk loader berjalan untuk pelayanan muatan kering berupa biji-bijian, pasir dan batu bara. 148 Laporan Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai kepada Direksi PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 149 Ibid Universitas Indonesia 146
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
-
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Pelabuhan Pulau Baai memiliki sarana bantu navigasi pelayaran berupa
menara suar yang terdapat di beberapa wilayah yaitu Kd Limun (1 unit), Pulau Tikus (1 unit), Pulau Enggano (1 unit), Manna Bengkulu Selatan (1 unit), Bengkulu Selatan (1 unit). Selain mercu suar, terdapat juga lampu penuntun kapal (2 unit), lampu merah dan hijau (2 unit), rambu suar (6 unit), pelampung penuntun (1 unit), tanda silang (4 unit), anak pelampung (4 unit). 150
3.5 Organisasi Pengelolaan Pelabuhan: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Pelabuhan Pulau Baai merupakan salah satu cabang pelabuhan dibawah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Sejarah berdiri PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) tidak bisa dilepaskan dari keputusan pemerintah Republik Indonesia yang membentuk Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII untuk mengelola pelabuhan di seluruh Indonesia pada tahun 1960. Keputusan ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No 1 tahun 1960 tentang pengelolaan pelabuhan umum yang dilakukan oleh Badan Perusahaan Pelabuhan (BPP).151 Dalam perkembangannya pemerintah mulai memisahkan aspek operasional dan komersial yang ada dalam pengelolaan pelabuhan. Sejak tahun 1964 Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang terdiri dari PN Pelabuhan I Hingga Pelabuhan VIII hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan aspek komersialnya saja. Adapun aspek operasional pelabuhan dikordinasikan oleh lembaga pemerintah yang disebut Port Authority.152 Seiring dengan perjalanan waktu, pemerintah kembali membuat peraturan baru dalam hal pengelolaan pelabuhan. Pada tahun 1983, BPP diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum). Konsekuensinya, BPP hanya mengelola pelabuhan umum yang diusahakan saja. Sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan dilakukan langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan. 153
150
PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen Kompilasi Data, Desember, 2006 151 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Profil Perusahaan. Diterbitkan oleh PT (Persero) Pelindo II 152 Ibid 153 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Melalui keputusan itu, pemerintah juga sekaligus menyederhanakan jumlah institusi yang mengurus pelabuhan umum yang diusahakan. Perdasarkan Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 1983 juncto PP No 5 tanggal 5 Februari 1985 PERUM Pelabuhan dibagi menjadi empat wilayah operasi, termasuk salah satunya Perum Pelabuhan II. Keempat PERUM itu merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN) yang berada dibawah pembinaan Departemen Pehubungan Republik Indonesia. Namun status itupun kembali direvisi. Pada tahun 1992 keempat PERUM itu diubah menjadi PT Pelabuhan Indonesia I sampai IV (Persero). Nama Perum Pelabuhan II pun otomatis menjadi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero). Keputusan itu berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH, Nomor 3 tanggal 1 Desember 1992 yang memuat bentuk Perusahaan Umum diubah menjadi Perusahaan Perseroan untuk memenuhi ketentuan UU Nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas.154 Kemudian perubahan tersebut juga ditetapkan melalui ketetapan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 14 Januari 1998, dan telah diaktanotariskan di hadapan notaries Imas Fatimah, SH, Nomor 4 tanggal 14 Januari serta telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No C2 -17612-HT.01.01.TH.98 tanggal 6 Oktober 1998.155 Kantor Pusat PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) berkedudukan di Jakarta, memiliki wilayah operasi di 10 propinsi dan mengelola 12 Pelabuhan yang diusahakan yaitu: Pelabuhan Teluk Bayur di Propinsi Sumatera Barat, Pelabuhan Jambi di Provinsi Jambi, Pelabuhan Boom Baru Palembang di Propinsi Sumatera Selatan, Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu di Propinsi Bengkulu, Pelabuhan Panjang di Propinsi Lampung, Pelabuhan Tanjung Pandan dan Pelabuhan Pangkal Balam di Propinsi Bangka Belitung, Pelabuhan Banten di Propinsi Banten, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Sunda Kelapa di Propinsi DKI Jakarta, Pelabuhan Cirebon di Propinsi Jawa Barat serta Pelabuhan Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat.156
154
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Profil Perusahaan. Diterbitkan oleh PT (Persero) Pelindo II Ibid 156 Ibid Universitas Indonesia 155
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Struktur organisasi Pelabuhan Bengkulu, dipinpin oleh seorang general manager (GM) yang membawahi 5 (lima) manager untuk pelayanan jasa, usaha terminal, teknik dan sistem operasi, keuangan dan sumber daya manusia dan umum. Manager-manager itu membawahi beberapa asisten manager menurut bidangnya. Selain membawahi manager-manager, GM juga membawahi pula asisten GM kendali mutu. Lihat struktur Organisasi PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Bengkulu pada lampiran.157
157
PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen Kompilasi Data, Desember, 2006 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
BAB 4 PERKEMBANGAN AWAL AKTIVITAS PELABUHAN PULAU BAAI 1984-1990
Bab ini mendeskripsikan perkembangan awal aktivitas Pelabuhan Pulau Baai setelah dibangun dan resmi beroperasi sehingga pelabuhan ini dapat menjalankan fungsi dan perannya. Selain itu aktivitas pelabuhan tidak lepas dari hubungannya dengan keberadaan daerah belakang yang menjadi pemasok komoditi perdagangan yang menggerakkan pelabuhan. Untuk itu dalam bab ini akan dibahas bagaimana hubungan pelabuhan dan jaringan daerah belakang yang pada saat itu mulai berkembang menghasilkan komoditi perdagangan.
4.1
Pelabuhan dan Jaringan Daerah Belakang Eksistensi Pelabuhan Pulau Baai didukung oleh perkembangan daerah
belakang (hinterland) yang memiliki potensi dalam bidang pertambangan dan perkebunan. Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai menjadi penting untuk mendistribusikan komoditi hasil produksi daerah belakang dan juga sebagai sebagai pintu masuk lalu lintas arus barang ke Bengkulu. Akses jaringan pelabuhan dengan daerah belakang dihubungkan dengan jalan raya. Barangbarang yang dibongkar muat di pelabuhan diangkut mengunakan truk-truk untuk dipasarkan, baik untuk keperluan konsumsi di dalam maupun sebaliknya untuk keperluan pendistribusian barang keluar daerah Bengkulu melalui pelabuhan. Jaringan dan perkembangan daerah belakang menghasilkan komoditi perdagangan guna mendukung gerak pelabuhan dan juga akses jalan yang menghubungkannya. Bengkulu memiliki beberapa komoditi yang potensial untuk diperdagangkan baik untuk kebutuhan dalam negeri (antar pulau) maupun tujuan ke luar negeri (ekspor). Komoditi tersebut berasal dari sektor perkebunan, pertambangan dan industri berbasis agraris. Dari sektor perkebunan, komoditi potensial di antaranya adalah karet, kelapa sawit, kopi, cengkeh, dan lada. Sektor pertambangan adalah batubara yang sudah diproduksi mulai tahun 1984. Selain pertambangan, produk industri pengolahan yang menjadi komoditi adalah kayu moulding, mebel rotan,
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
udang beku, bekicot dalam kaleng, karet mentah (crumb rubber), kopi dan kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).158 Dari sejumlah komoditi yang ada, tidak semua didistribusikan melalui Pelabuhan Pulau Baai. Komoditi andalan yang dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai hanya hasil perkebunan karet, kelapa sawit (CPO) dan hasil pertambangan batubara. Komoditi lain seperti kopi, lada, cengkeh dan produk industri seperti kopi, kayu moulding, mebel rotan, udang beku, bekicot dalam kaleng, didistribusikan melalui Pelabuhan Pulau Baai dalam berjumlah skala kecil. 159 Volume ekspor komoditi yang rendah dari daerah Bengkulu melalui Pulau Baai berkaitan dengan beberapa komoditi tersebut merupakan hasil produksi yang musiman dan tergantung pada kondisi alam yang mempengaruhi keberhasilan panen. Selain itu nilai tukar (terms of trade) dan permintaan pasar yang tidak stabil menyebabkan beberapa jenis komoditi cenderung berfluktuasi setiap tahun. 160 Oleh karena itu pembahasan mengenai komoditi hasil produksi daerah belakang difokuskan hanya pada komoditi andalan yang menjadi primadona dari daerah Bengkulu yang dipasarkan melalui Pelabuhan Pulau Baai.
4.1.1 Perkembangan Komoditi Andalan Daerah Belakang Sebelum tahun 1960 daerah Bengkulu telah mensuplai hampir semua kebutuhan untuk Propinsi Bengkulu, bahkan sampai meluas ke daerah Sumatera Selatan bagian barat. Di pasaran daerah ini cukup terkenal dengan apa yang disebut ―beras lebong‖. Daerah Rejang Lebong menjadi gudang beras utama daerah Bengkulu yang kemudian meluas ke daerah Kabupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara. Di daerah Bengkulu Utara sebelum perang kemerdekaan juga merupakan daerah gudang beras seperti Kecamatan Lais dengan pusatnya di Kemumu dan meluas area persawahan sampai Kecamatan Kerkap, Pondok Kelapa, dan Kecamatan Taba Penanjung. 161 158
―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994 hal 8 159 Lihat Data Arus Ekspor Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1990-2000 dan Data Arus Ekspor Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010 yang dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 160 Profile Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989. hal 229 161 Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bengkulu Aspek Geografi Budaya Dalam Wilayah Pembangunan Daerah Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1978 hal 60. Bandingkan Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Setelah Bengkulu menjadi propinsi, peningkatan sektor pertanian semakin digalakan. Hal ini sesuai dengan program Pelita I dan Pelita II, sasaran pembangunan diarahkan pada peningkatan sektor pertanian terutama beras untuk memenuhi kebutuhan pangan162. Pembangunan sub sektor tanaman pangan khususnya beras menjadi salah satu prioritas utama dalam program pembangunan di Propinsi Bengkulu yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bengkulu sendiri juga untuk menunjang kebutuhan pangan secara nasional. Komoditi-komoditi sub sektor tanaman pangan terpenting Propinsi Bengkulu terdiri atas beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, sayur-sayuran dan buah-buahan. Program pembangunan pertanian yang dicanangkan pemerintah mulai berkembang dengan membuka daerah-daerah baru, baik pertanian kering maupun sawah dengan prasarana pengairan (irigasi sedang, kecil dan desa) serta rehabilitasi dan pemeliharaan pengairan yang telah ada. Pembangunan pengairan ditujukan untuk menunjang produksi pertanian dan pembangunan daerah pada umumnya. Hal ini dilakukan melalui usaha-usaha pengaturan dan pengelolaan air bersih beserta sumber-sumber air dengan kegiatan rehabilitasi, penyempurnaan dan pembangunan irigasi serta pengembangan daerah rawa dan penyelamatan hutan, tanah dan air. Pembangunan irigasi baru di antaranya Air Seluma dan Air Lais yang pelaksanaannya dalam taraf pembangunan bendungan dan saluran induk. Sampai akhir Pelita II, penggunaan tanah produktif pada tahun 1975 baru sekitar 203.100 Ha dan produksi pangan pada umumnya masih terbatas untuk kebutuhan lokal, karena tingkat usaha tani belum berkembang dan sarana penghubung yang sulit menghambat pemasaran produksi. 163 dalam Profil Propinsi Bengkulu untuk Program Pembangunan Daerah Tk I Bengkulu Buku 1, 1978 hal 41 162 Program Pemerintah Daerah yang pertama pada tahun 1974, yang dikenal dengan Tri Krida Program Pemerintah Daerah, sejalan dengan Reoelita II telah menitikberatkan pada sektor pertanian dengan meningkatkan sektor industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Skala prioritas yang digariskan pada kebijakan umum Repelita II Propinsi Bengkulu: membuka daerah terpencil, menambah dan membina tenaga kerja melalui kebijaksanaan transmigrasi dan peningkatan usaha pertanian bahan pangan dan peningkatan serta perluasan areal tanaman perkebunan rakyat. Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bengkulu Aspek Geografi Budaya ….Ibid 163 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, hal 95 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Perkembangan sektor pertanian semakin menunjukan peningkatan pada Pelita III dan IV. Tujuan pembangunan sektor pertanian di Propinsi Bengkulu adalah untuk meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan para petani. Sasaran pembangunan sektor pertanian pada Pelita III dan IV adalah usaha untuk mencapai swasembada pangan. Dalam rangka untuk mencapai tujuan itu maka selama Pelita III dan IV ditempuh usaha-usaha intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi secara menyeluruh. Program intensifikasi meliputi pembukaan daerahdaerah baru melalui kegiatan transmigrasi, rehabilitasi dan diversifikasi lahan sawah dan lahan kering yang ditunjang oleh prasarana dan sarana pengairan yang pelaksanaannya dilakukan di seluruh daerah tingkat II di Propinsi Bengkulu. 164 Usaha peningkatan pertanian melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pada Pelita III menunjukan hasil yang signifikan. Sejak tahun 1982 dan 1983 produksi pertanian terutama beras mencapai surplus sehingga pada Pelita III sasaran swasembada pangan tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. 165 Tabel 4.1 Produksi Beras Pada Pelita III Tahun
1979 1980 1981 1982 1983
Penduduk (Orang) 714.243 773.507 814.610 858.143 909.983
Produksi Beras (Ton) 99.960 109.797 105.952 142.124 149.529
Konsumsi Minus/Surplus Beras Beras (Ton) (Ton) 99.994 - 34 102.690 + 7.107 114.045 - 8.093 120.140 + 21.984 127.397 + 22.132
Propinsi Bengkulu mengalami surplus beras mulai tahun 1982 sebesar 21.984 ton dan pada tahun 1983 mengalami kenaikan menjadi 22.132 ton. Peningkatan hasil produksi beras didukung oleh kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan pangan guna memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. 166
164
―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983 hal 58-60 165 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal 98-105 166 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Surplus produksi beras sampai akhir Pelita IV terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagai gambaran peningkatan pada tahun 1984, surplus produksi beras mencapai 20.555 ton, tahun 1985 surplus beras sebesar 20.427 ton dan target swasembada pangan mencapai puncaknya pada tahun 1987 dengan surplus sebesar 33.324 ton beras. 167 Usaha intensifikasi melalui program Operasi Khusus (Opsus) dan usaha ekstensifikasi melalui perluasan areal yang didukung oleh pembangunan proyekproyek irigasi serta sarana perhubungan yang semakin lancar, maka sasaran pembangunan menuju swasembada pangan pada Pelita III dan IV dapat terlaksana.168 Pada periode 1982-1989, program swasembada pangan dapat terlaksana dengan produksi beras daerah Bengkulu mengalami peningkatan yang signifikan. Namun kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan bertambah jumlah penduduk. Dengan demikian untuk mencukupi kebutuhan tersebut, Propinsi Bengkulu mendapat pasokan dari daerah lain terutama Pulau Jawa. Hal ini terlihat dari aktivitas bongkar antar pulau di Pelabuhan Pulau Baai, beras menjadi salah komoditi utama yang masuk ke Bengkulu secara kontinyu. Jumlah volume beras yang masuk ke Propinsi Bengkulu bersifat fluktuatif berdasarkan permintaan daerah yang disesuaikan dengan jumlah produksi beras yang dihasilkan di daerahnya sendiri. 169 Pada masa krisis ekonomi tahun 1998, jumlah volume beras yang masuk ke Propinsi Bengkulu meningkat. Kondisi ini terus berlanjut sampai saat ini, Propinsi Bengkulu mengalami defisit beras sehingga membutuhkan suplai yang didatangkan dari daerah lain. Jumlah produksi beras yang menurun disebabkan oleh peralihan lahan-lahan persawahan menjadi lahan perkebunan dengan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti kelapa sawit dan karet. Selain itu rusaknya jaringan irigasi yang tidak terawat dengan baik mengakibatkan semakin berkurang areal persawahan di Propinsi Bengkulu.
167
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal 98-105 168 Ibid 169 Lihat lampiran Data Arus Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Pulau Baai Tahun 19902000 yang dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu dan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Pulau Baai dalam buku Bengkulu Dalam Angka, Badan Pusat Statistik. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Bidang Perkebunan. Jauh sebelum daerah eks Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi pada tahun 1968, pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, di daerah ini sudah terdapat beberapa pusat pengembangan produksi, baik pangan maupun hasil-hasil untuk diekspor. Daerah Bengkulu terkenal dengan bermacammacam hasil perkebunan besar atau onderneming seperti perkebunan teh di Kabawetan, dan Bukit Daun termasuk daerah Rejang Lebong. Di daerah ini dijumpai perkebunan kina, kopi, tembakau dan lainya. Perkebunan besar dan kecil diusahakan mulai dari daerah pantai sampai ke pedalaman dengan tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, lada, karet, kopi. Beberapa daerah penghasil produk pertanian/perkebunan seperti beras dari daerah Bengkulu Selatan; kopi, tembakau dan beras dari daerah Rejang Lebong; kelapa, karet, kopi, dari daerah Bengkulu Utara.170 Pembangunan sektor perkebunan mulai ditingkatkan pada Pelita II dengan melakukan peremajaan tanaman perkebunan yang berumur tua peninggalan masa Hindia
Belanda.
Namun
peremajaan
ini
dilakukan
bertahap
untuk
mempertahankan ketersediaan produksi tanaman perkebunan meskipun hasilnya tidak mencukupi. Upaya ini dilakukan mengingat tanaman perkebunan yang baru masih berumur muda dan belum dapat menghasilkan. Hasil produksi perkebunan yang banyak di tanam di Propinsi Bengkulu, antara lain kopi, kelapa sawit, karet, lada, cengkeh, kapuk, jahe, cassivera, aren/enau, kemiri, pala, kelapa dan coklat.171 Komoditi kopi, karet dan kelapa sawit merupakan hasil perkebunan yang paling diandalkan karena bernilai ekonomi tinggi. Banyak perusahaan perkebunan swasta maupun negara tertarik menginvestasikan modal untuk pengembangan perkebunan karet dan kelapa sawit. Sedangkan komoditi kopi merupakan tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat. Perkebunan di Propinsi Bengkulu diusahakan oleh masyarakat secara swadaya (perkebunan rakyat) juga diusahakan secara besar-besaran oleh perkebunan besar swasta dan perkebunan yang dikelola perusahaan negara dengan pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan plasma (Nucleus Estate 170
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bengkulu Aspek Geografi Budaya Dalam Wilayah Pembangunan Daerah Bengkulu…Op Cit, hal 56-57 171 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Smallholder/NES). Daerah penghasil perkebunan berada di daerah Bengkulu terutama terdapat di Kecamatan Kepahyang. Kecamatan Curup dan Kecamatan Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara seperti Kecamatan Kerkap, Kecamatan Lais, dan Kecamatan Taba Penanjung. Daerah-daerah ini memegang peranan penting dalam perkebunan kopi, karet, cengkeh dan kelapa yang merupakan tanaman-tanaman komoditi utama menunjang ekspor non migas. 172 Perkebunan rakyat merupakan komponen kegiatan perekonomian yang menonjol dalam kehidupan rakyat di Bengkulu terutama menghasilkan tanaman ekspor berupa kopi, lada dan cengkeh. Sebelumnya, perkebunan rakyat dilaksanakan secara tradisional dan kurang mendapat pembinaan dari Pemerintah. Namun sejak pelaksanaan Pelita, pembinaan perkebunan rakyat di Propinsi Bengkulu dilakukan melalui program intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi tanaman perkebunan serta diversifikasi. Selain usaha pembinaan perkebunan rakyat, dalam rangka menunjang program peningkatan produksi non migas, telah dicadangkan lahan seluas 400.000 Ha untuk perkebunan besar baik dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). 173 Perkembangan luas lahan perkebunan di daerah Bengkulu mulai mengalami kemajuan memasuki tahun 1984 (akhir Pelita III) dimana mulai masuk penanaman modal ke daerah Bengkulu. Sebelumnya, pembangunan perkebunan besar swasta di Propinsi Bengkulu jumlahnya sangat minim sekali karena fasilitas perhubungan darat maupun perhubungan laut masih terbatas. Di samping masalah transportasi yang terbatas, prosedur pemasaran belum merangsang pada investor untuk menanamkan modal di bidang perkebunan. 174 Pada akhir Pelita III (1979-1984), pembangunan perkebunan-perkebunan yang dikelola swasta dan pemerintah mulai berkembang, hal ini disebabkan karena fasilitas penunjang kelancaran produksi dan distribusi tumbuh dengan baik. Konsekuensi logis dari peningkatan sarana dan prasarana perhubungan yang 172
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Aspek Geografi Budaya Wilayah Pembangunan Daerah Bengkulu ….Op Cit hal 60 173 Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989 hal 113, lihat juga Monografi Daerah Bengkulu Tahun 1983, hal 67 174
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
semakin mempermudah pendistribusian, maka secara tidak langsung membuka peluang untuk menarik minat investor untuk menanamkan modal. Perkebunan
Besar
Swasta
maupun
Negara
dikembangkan
untuk
meningkatkan jumlah komoditi ekspor dari sektor non migas. Perkebunanperkebunan ini mengusahakan penanaman jenis tanaman yang bernilai ekonomis tinggi di pasaran seperti karet, kelapa sawit, coklat dan aneka tanaman perkebunan lainnya. Hasil produksi perkebunan yang bernilai ekspor ini telah memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu usaha perkebunan yang memanfaatkan lahan-lahan produktif yang
masih
belum
tergarap mampu
mendorong
perkembangan daerah Bengkulu melalui pemerataan pembangunan. Memasuki Pelita IV, langkah awal pengembangan perkebunan besar dirangsang dengan oleh Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu No 241 Tahun 1983 yang berisi program pencadangan lahan seluas 400.000 Ha untuk pengembangan perkebunan. Program pencadangan lahan perkebunan yang didukung oleh perkembangan infrastruktur perhubungan yang semakin baik akhirnya mampu menarik penanam modal dari beberapa perusahaan perkebunan. 175 Di bawah ini daftar perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) bidang usaha perkebunan yang berdiri di Propinsi Bengkulu. 176 Tabel 4.2 Daftar Perusahaan PMDN Bidang Usaha Perkebunan Di Propinsi Bengkulu Nama Perusahaan PT. Onasis-Babatan PT. Sahabat Mewah PT. Daria Dharma PT. Agricipal PT. Perkebunan XXIII
Lokasi
Bidang Usaha Kelapa, cengkeh Bengkulu Kelapa sawit Kec. Muko-Muko Bengkulu Kelapa sawit Utara Kec. Muko-Muko Seblat Kelapa sawit Seluma Kab Bengkulu Karet, kelapa Selatan. PB. Penajung, Talo dan kelapa dan Pino sawit Babatan
Jumlah
Luas Areal 400 Ha 5.000 Ha 5.000 Ha 8.900 Ha 79.650 Ha
93.050 Ha
175
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur… Ibid ―Monografi Daerah Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983 ….Op Cit hal 65 Universitas Indonesia 176
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Perusahaan yang berasal dari penanaman modal dalam negeri yang memiliki areal yang paling luas dan sudah mengalami kemajuan adalah PT Perkebunan (PTP) XXIII. Perusahaan perkebunan ini merupakan perusahaan milik negara yang melakukan pengembangan perkebunan dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Perkebunan Pola PIR yang dikelola oleh PTP XXIII yaitu PIR V dan PIR VI dengan jenis tanaman karet berada di Kecamatan Seluma, Bengkulu Selatan. Kemudian PIR VII dengan komoditi tanaman kelapa sawit berada di Kecamatan Talo, Pino dan Seluma. Selain itu PTP XXIII juga mengembangkan Perkebunan Inti Rakyat Khusus (PIRSUS) tanaman karet di Lais, Muara Santan dan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara.177 Pada tanggal 1 Oktober 1986 ditandatangani persetujuan bantuan dari Saudi Fund for Development (SFD) sebesar SR 91,3 juta, equivalent Rp. 27,6 milyar untuk pembangunan Perkebunan Inti Rakyat kelapa sawit (NES VII Talo/Pino), Kabupaten Bengkulu Selatan yang realisasinya dimulai tahun 1987. Dari lahan 400.000 Ha yang dicadangkan sampai pertengahan tahun 1988 sudah tersalur untuk perkebunan ± 245.000 Ha kepada 73 perusahaan terutama untuk tanaman karet, kelapa sawit, coklat dan aneka tanaman perkebunan lainnya. 178 Berikut perkebunan besar swasta dan perkebunan yang dikelola pemerintah melalui pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat yang mulai berkembang pada Pelita III. Tabel 4.3 Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Negara di Propinsi Bengkulu No 1 2 3 4
1 2 3
Uraian PTP XXIII PIR/NES V PIR/NES VI PIR/NES VII PIRSUS Jumlah Perkebunan Swasta Besar (PBS) PT. Bio Tehnologie Nusantara PT. Vivagrinusa PT. Tirta Selapan Indah
Jenis Komoditi
Luas Areal
Karet Karet Kelapa Sawit Karet
6.250 Ha 25.000 Ha 51.000 Ha 25.000 Ha 107.250 Ha
Kelapa sawit Ubi kayu Pabrik sirup
8.000 Ha 2.000 Ha 3.000 Ha
177
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal 114 178 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
No
Uraian Jenis Komoditi (Sambungan) 4 PT. Wisudharapuri Agro System Tebu 5 PT. Merdeka Jaya Pertenakan domba 6 PT. Tela Jaya Ubi kayu 7 PT. Usaha Sarana Kelapa sawit 8 PT. Kreasi Karet 9 PT. Bernat Mukti Kepala sawit 10 PT. Pantarai Utama Ubi kayu 11 PT. Dolog Martimbang Tebu 12 PT. Mahyudin Kelapa sawit 13 PT. Bumi Karya Makmur Kelapa sawit 14 PT. Sinar Alam Lestari Ubi kayu/pabrik 15 PT. Sri Nurasti Kelapa sawit/coklat 16 PT. Sumber Sarana Pembangunan Abaca Jumlah Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu, 1984
Luas Areal 10.000 Ha 200 Ha 1.000 Ha 5.000 Ha 2.400 Ha 10.000 Ha 3.000 Ha 1.850 Ha 5.000 Ha 6.000 Ha 220 Ha 5.000 Ha 1.000 Ha 63.670 Ha
Perkembangan perkebunan pola PIR/NES sampai dengan awal Pelita IV dapat dikuti pada tabel di atas, dimana dari 4 (empat) perusahaan perkebunan yang dikelola oleh PTP XXIII di Propinsi Bengkulu yang paling luas menggunakan areal tanah adalah NES/PIR VII dengan luas areal 51.000 Ha. 179 Di antara perusahaan besar swasta yang sudah mulai dengan kegiatan di lapangan yang intensif adalah PT. Daria Darma untuk kelapa sawit seluas 10.000 Ha, PT. Agricinal untuk kelapa sawit seluas 8.900 Ha, PT. Bio Nusantara Teknologi untuk kelapa sawit seluas 8.000 Ha. 180 Dalam perkembangan selanjutnya perkebunan-perkebuna besar ini menghasilkan komoditi unggulan dari daerah Bengkulu yang dipasarkan ke luar melalui Pelabuhan Pulau Baai maupun menggunakan transportasi darat. Komoditi unggulan tersebut adalah kopi, karet dan kelapa sawit. Selain perkebunan swasta besar, komoditi ekspor dari propinsi Bengkulu berasal dari perkebunan rakyat dengan tanaman kopi sebagai jenis komoditi yang sangat menonjol jumlahnya dibandingkan komoditi lainnya. Tanaman kopi banyak dihasilkan dari daerah Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Selatan. Tanaman komoditi cengkeh banyak terdapat di 179
―Monografi Daerah Bengkulu Tahun 1993‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983,…Op Cit hal 66 180 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal 116 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Kebupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara dan juga terdapat di Kabupaten Rejang Lebong serta Kotamadya Bengkulu. Untuk mengetahui hasil produksi dari perkebunan rakyat sampai pada awal Pelita IV Propinsi Dati I Bengkulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 181 Tabel 4.4 Produksi Tanaman Pekebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu Pada Awal Pelita IV (Tahun 1984) Jenis Komoditi Hasil Produksi (Ton) Karet 5.769.380 Kelapa 6.335.880 Kopi 27.238.300 Kopra 45.240 Lada 186.720 Cassiavera 194.880 Cengkeh 1.629.140 Kemiri 215.500 Aren/Enau 1.822.150 Tebu 50.700 Tembakau 117.400 Jahe 702.500 Sumber: Dinas Perkebunan Tingkat I Bengkulu Berdasarkan data diatas, kopi merupakan komoditi hasil pertanian rakyat yang paling besar jumlahnya sebesar 27.238.300 ton. Kemudian diikuti oleh kelapa, karet, aren dan cengkeh. Hasil produksi perkebunan rakyat ini tidak banyak diekspor karena harga komoditi ini mengalami fluktuasi di pasaran. Selain itu tanaman musiman ini juga dipengaruhi oleh jumlah panen yang tergantung oleh lingkungan dan perawatan tanaman yang rentan terserang hama sehingga hasil produksi mengalami pasang surut. Bidang Pertambangan. Propinsi Bengkulu memiliki bahan tambang yang cukup banyak jenis dan potensinya. Bahan tambang tersebut antara lain emas, perak, tembaga, seng, timbal, mangan, titan, pasit besi, batubara, marmer, pasir kwarsa, belerang, pospat, rembesan minyak, kaolin kapur, air mineral dan lainnya. Beberapa bahan tambang sejak sebelum Indonesia merdeka telah ditambang oleh
181
―Monografi Daerah Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983…. Op Cit hal 67 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
penjajah yaitu emas dan perak.182 Usaha memperluas penggalian tambang yang potensial terus dilakukan. Namun baru Pada Pelita III dan IV, sesuai dengan sasaran program pemerintah untuk meningkatkan sektor pertambangan sebagai komoditi ekspor, maka eksplorasi dan eksploitasi pertambangan baik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah maupun pihak swasta mulai terlaksana. Pemerintah daerah mengupayakan penelitian mengenai kandungan bahan galian yang potensial sehingga tersedia data bahan galian sebagai promosi dan penarik minat investor. Pada akhir Pelita III jumlah pergusaha pertambangan yang telah beroperasi di Propinsi Bengkulu ada tiga perusahaan batubara dengan luas areal 20.925 dan satu perusahaan tambang emas dengan luas areal 4.654 ha. 183 Dalam pembahasan ini lebih menekankan pada pertambangan batubara yang menjadi komoditi ekspor andalan dari Propinsi Bengkulu. Batubara menjadi komoditi ekspor utama sumber daya mineral yang dimanfaatkan oleh Propinsi Bengkulu untuk meningkatkan jumlah pendapatan daerah di sektor pertambangan. Potensi batubara banyak terdapat di pegunungan sekitar daerah Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Utara. 184 Setelah diadakan penyelidikan mutu dan jumlah kandungan batubara di daerah ini baru pada tahun 1984 mulai dieksplorasi dan dieksploitasi. Perusahaan pertambangan pertama yang berdiri pada periode itu adalah PT. Bukit Sunur dan mulai berproduksi pada tahun 1985. Kemudian berdiri perusahaan tambang lainnya yaitu PT. Danau Mas Hitan dan PT. Cipta Sumber Alam yang mulai berproduksi pada tahun 1987. Ketiga Perusahaan pertambangan barubara ini mengalami peningkatan produksi pada tahun 1989 dan memberikan sumbangan nilai ekspor bagi pendapaatan daerah Bengkulu. Berikut produksi batubara dari tahun 1984 sampai akhir Pelita IV185
182
Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi Bengkulu, Dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Palembang: Penerbit Sriwijaya Media Utama, 1993. hal 35 183 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, Op Cit hal 125 184 Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi Bengkulu…Op Cit, hal 36 185 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal 125 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Tabel 4.5 Produksi Batubara di Propinsi Bengkulu Tahun 1984 s.d 1989 No
1 2 3
Nama Perusahaan
Produksi Dalam Ton 1984 1985 1986
1987
1988
1989
PT. Bukit Sumur PT. Danau Mas Hitam PT. Cipta Sumber Alam Jumlah
-
14.963
95.294,6
115.617,71
181.159,9
26.293.44
Jumlah Produksi Pelita IV 433.328,6
-
-
-
146.901,75
305.196
10.056.03
462.158,8
-
-
-
14.095,31
-
-
14.095,3
14.963
95.294,6
276.614,77
486.355,9
36.349,47
909.577,7
Dari data di atas menunjukan perusahaan batubara yang paling produktif adalah PT. Bukit Sunur yang sudah mulai melakukan eksplorasi dan berproduksi pada tahun 1985 dengan jumlah 14.963 ton. Selain itu PT. Danau Mas Hitam juga merupakan perusahaan pertambangan batubara yang juga produksinya terus mengalami kemajuan dan perusahaan ini mulai berproduksi pada tahun 1987 dengan jumlah 146.901,75 ton.186 Potensi pertambangan batubara di Propinsi Bengkulu yang paling menonjol terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara. Selain itu terdapat juga di Bengkulu Selatan dan Rejang Lebong, namun belum semua potensi tersebut dapat diproduksi. Kegiatan pengusahaan pertambangan di Bengkulu lebih banyak didominasi oleh pengusahaan bahan galian batubara. Hal ini disebabkan potensi batubara di Propinsi Bengkulu mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Dari tahapan eksplorasi yang telah dilaksanakan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Bengkulu maupun pihak swasta, telah dilokalisir daerah-daerah yang mengandung bahan galian batubara, beberapa lokasi baru dilaksanakan tahapan eksplorasi, prospek dan pendahuluan sedangkan beberapa tempat sudah rinci dan sudah ada yang ditambang (berproduksi). Cadangan batubara yang terukur dari hasil penelitian Balitbang Propinsi Bengkulu menunjukan sebesar 122.913.304 ton dengan cadangan tertunjuk sebesar 169.295.783 ton. Hasil penelitian tersebut juga memperlihatkan cadangan tereka sebesar 101.087.783,89 ton. Dari jumlah tersebut yang layak tambang sekitar 50 juta ton. 187 186
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Ibid PT (Persero) Pelindo II Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu, Dokumen Kompilasi Data, Desember 2006. hal 4-11 Universitas Indonesia 187
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Gambaran lain dari sisi pertambangan di Propinsi Bengkulu adalah kondisi geologi Bengkulu yang sulit dimana dalam penjelasannya akan digambarkan bertolak ukur dengan parameter yang disebut SR (Stripping Ratio). SR 8 berarti diperlukan 8 m3 menggali tanah untuk mendapatkan batubara. Untuk kondisi Bengkulu, SR berkisar antara 7-8.188 Untuk produksi batubara dengan kondisi ekspoitasi SR sebesar ini diperlukan sisi teknis dan ekonomis yang baik. Apabila secara teknis dan ekonomis kurang baik, walaupun dengan cadangan batubara yang besar sekitar 50 juta ton di Bengkulu, akan sulit memanfaatkan cadangan batubara yang ada. Ideal produksi batubara apabila SR adalah berkisar antara 5-6. Kesulitan selama ini adalah sarana transportasi jalan darat, dimana untuk mengangkut batu bara dari lokasi-lokasi jauh seperti di Bengkulu Utara (Ketahun, dengan SR 8) ke Pelabuhan Pulau Baai diperlukan truk-truk kapasitas besar dengan gandar 25 ton, sedangkan jalan-jalan yang ada di Bengkulu adalah dengan kapasitas gandar 8 ton. Untuk dapat memanfaatkan batubara dengan SR tinggi diperlukan perbaikan sarana jalan darat atau rel kereta api yang memadai untuk angkutan batubara. Selain pertanian, perkebunan dan pertambangan, di Propinsi Bengkulu industri mulai berkembang memasuki Pelita IV sejalan dengan perkembangan sektor perkebunan dan penanaman modal yang masuk ke Bengkulu. Bertitik tolak dari Program Pelita IV Propinsi Bengkulu yaitu meningkatkan sektor Industri dengan menitikberatkan pada industri pengolahan bahan dasar, maka awal Pelita IV industri yang berkembang sebagian besar adalah jenis industri kecil, sedangkan jenis industri lainnya masih belum berkembang. Ditinjau dari kekayaan alamnya, sebagai sumber bahan baku propinsi Bengkulu mempunyai prospek yang baik, terutama untuk industri besar yang menunjang sektor pertanian, pertambangan dan perdagangan. Keadaan sektor perindustrian pada awal Pelita IV masih terbatas pada industri-industri kecil kerajinan rakyat seperti: industri bahan bangunan, industri makanan dan minuman
188
Sumber wawancara dengan Sub Dinas Pertambangan Umum. Dinas ESDM Propinsi Bengkulu yang dikutip dari PT (Persero) Pelindo II,Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu…Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
industri pakaian jadi/barang dari kulit, industri kayu, hasil dari kayu dan perabotan dan industri kerajinan rakyat.189 Perkembangan industri berbasis perkebunan mulai dibangun pada tahun 1988 sejalan dengan peningkatan hasil sektor perkebunan yang dikelola oleh Pekebunan Besar Swasta (PBS). Pabrik-pabrik pengolahan didirikan seperti pabrik kepala sawit mini di NES VII Pino Kabupaten Bengkulu Selatan dengan kapasitas 5 ton/hari sawit tandan besar segar. Hasil perkebunan kelapa sawit diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). Industri pengolahan kelapa sawit mulai meningkat jumlahnya di Propinsi Bengkulu pada era tahun 1990-an. Peningkatan jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit dibarengi oleh perkebunan besar kelapa sawit yang mulai berproduksi. Selain itu semakin luas areal lahan perkebunan kelapa sawit memasuki tahun 2000 juga menjadi faktor pendukung perkembangan industri ini. Berikut perkembangan jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit di Propinsi Bengkulu yang dilansir oleh Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu.
No 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12
Tabel 4.6 Jumlah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Propinsi Bengkulu Nama Pabrik Lokasi Pabrik Kapasitas Sudah Berproduksi (CPO) (ton/jam) PT. Agricinal Seblat, Kab.Bengkulu Utara 60 PT. Mitra Puding Mas Idem 60 Pondok Kelapa, Kab. PT. Bio Nusantara Teknologi Bengkulu Utara 30 PT.Daria Darma Pratama Ipuh, Muko-Muko 60 PT.Agri Mitra Karya Penarik, Muko-Muko 30 PT. Bumi Mentari Karya Pondok Suguh, Muko-Muko 30 PT. Sentosa Jaya Abadi Lubuk Pinang, Muko-Muko 30 PT Agro Muko Bunga Tanjung Estate Air Dikit, Muko-Muko 30 Muko-Muko Utara, MukoSari Bulan Estate Muko 60 PTPN VII Talo Pino Pring Baru, Seluma 30 PT. Agri Andalas Pasar Ngalam, Seluma 60 Padang Jaya, Kab. Bengkulu PT. Sandabi Indah Utara 30 PT. Muko-Muko Indah Lestari Penarik, Kab. Bengkulu Utara 45 555 Jumlah 13 Pabrik Belum Berproduksi (CPO)
189
―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 198‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983. hal 85 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
1 2 3
PT. Putra Yanggara Agro PT. Bengkulu Mandiri (BUMD) PT. Seluma Indah Lestari
4
PT. Bengkulu Mandiri (BUMD) Jumlah Produksi Minyak Goreng
Air Lakok, Batu Nau, Kab. Bengkulu Utara Kancing, Kab. Bengkulu Utara Lanjuk, Seluma Tambangan, Kab. Bengkulu Selatan 4 Pabrik
Tl. Denau, Kab. Bengkulu 1 PT. Bengkulu Mandiri (BUMD) Utara Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu, 2009
15 30 45 30 120
200 lt/jam
Dari sejumlah pabrik pengolahan kelapa sawit yang telah ada di Propinsi Bengkulu, jumlah produksi masih tergolong rendah rata-rata 30 ton per jam dengan akumulasi produksi dari seluruh pabrik berjumlah 555 ton/jam. Akibat kapasitas dan volume produksi pabrik kelapa sawit di Propinsi Bengkulu yang masih rendah, maka untuk memenuhi ekspor CPO Propinsi Bengkulu mendapat pasokan dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung. 190 Selain pabrik pengolahan kelapa sawit, di Propinsi Bengkulu juga berdiri pabrik pengolahan karet dan pabrik pengalengan bekicot. Pabrik pengolahan karet (crumb rubber) didirikan di NES V Bengkulu Selatan dengan kapasitas 20 ton/hari karet kering dan beroperasi sejak Januari 1989. Selain pabrik kelapa sawit, terdapat pabrik pengalengan daging bekicot yang berada di Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Utara dengan produksi 1,5 ton/hari bekicot. Hasil pengalengan daging bekicot ini menjadi salah satu komoditi ekspor dari industri pengolahan dengan nilai ekspor US $ 31.670.191 Produk industri pengolahan yang menjadi komoditi ekspor dari Propinsi Bengkulu adalah berasal dari pengolahan hasil perkebunan seperti CPO, karet kering (crumb rubber), dan kopi. Dari hasil hutan berupa kayu moulding, kayu gergajian dan mebel rotan. Untuk produk dari industri rumah tangga pada umumnya untuk kebutuhan lokal dan perdagangan antar pulau. 192
190
Wawancara Turniadi (49 Tahun), Supervisor Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, wawancara dilakukan di kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu tanggal 5 Mei 2011 191 ‖10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op. Cit, hal 124-125 192 ‖Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994. hal 8 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
4.1.2 Akses Pelabuhan dan Jaringannya Daerah Bengkulu merupakan daerah yang terisoliasi pasca kemerdekaan. Keadaan ini disebabkan oleh jalan dan jembatan yang menghubungkan daerah Bengkulu dengan luar dan antar daerah dalam Propinsi Bengkulu dalam kondisi rusak. Untuk itu program prioritas setelah daerah Bengkulu menjadi propinsi adalah perbaikan sarana jalan dan jembatan untuk menjebol isolasi daerah Bengkulu. Perkembangan jalan mengalami peningkatan yang pesat pada Pelita III. Hubungan antar daerah sudah dapat dicapai dengan lancar dengan menggunakan kendaraan roda empat. Peningkatan sarana transportasi yang semakin lancar memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan daerah belakang dalam mendistribusikan hasil-hasil produksinya. Perkembangan akses jalan raya dan sarana transportasinya juga memberikan kontribusi yang besar terhadap keberadaan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pintu gerbang lalu lintas barang. Hubungan pelabuhan dan daerah belakang terjalin dengan baik dengan adanya kelancara akses jalan sehingga keduanya saling bersinergi dan memainkan perannya masing-masing. Berdasarkan Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Propinsi Bengkulu, Propinsi ini mempunyai prasarana jalan darat yaitu Jalan Negara sepanjang 721 ,40 km, yang menghubungkan seluruh ibukota kabupaten atau kota maupun kecamatan sampai ke masing-masing perbatasan dengan Propinsi Lampung, Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Sumatera Selatan dan Ptopinsi Jambi. 193 Panjang jalan Propinsi Bengkulu yang menghubungkan setiap kecamatan adalah 1.174 km. Jalan ini merupakan jaringan antar kecamatan atau kebupaten di Propinsi Bengkulu dan jaringan-jaringan di propinsi lainya di Pulau Sumatera. 194 Transportasi jalan yang ada di wilayah Propinsi Bengkulu dibagi dalam dua bagian yaitu transportasi antar wilayah (inter-regional) dan transportasi intrawilayah (intra-regional). Transportasi antarwilayah yaitu transportasi yang menghubungkan antar Propinsi Bengkulu dengan propinsi yang lain melalui jalan arteri primer antara lain: 193
―Tataran Transportasi Wilayah Propinsi Bengkulu‖, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu, 2004 hal 3-28 194 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
1.
Jalur lintas barat Sumatera yaitu jalur yang menghubungkan Bandar Lampung-Krui-Bengkulu-Argamakmur-Muko-Muko-Painan-Padang
2.
Jalur lintas Barat-lintas Tengah Sumatera yaitu jalur yang menghubungkan Bengkulu-Curup-Lubuk Linggau195 Jalan antar wilayah, terdapat juga jaringan utama. Di Propinsi Bengkulu
jaringan jalan utama yang menghubungkan antar kota dan antar propinsi terbagi menjadi tiga poros jalan: 1.
Jalur Lintas Utara yang menghubungkan kota Bengkulu – Kerkap – Lais – Muko-Muko – Propinsi Sumatera Barat. Jalur jalan ini melintasi wilayah pesisir pantai Barat merupakan jalur jalan utama menuju Kabupaten Bengkulu Utara. Kota kecamatan yang berada pada jalur ini adalah Pondok Kopi, Kerkap, Lais dan Lubuk Durian
2.
Jalur Lintas Selatan yang menghubungkan kota Bengkulu – Manna – Bintuhan – Propinsi Lampung.
3.
Jalur Lintas Tengah yang menghubungkan antar kota Bengkulu – Kepahyang – Curup – Lubuk Linggau – Propinsi Sumatera Selatan. Jalan ini sudah lama berkembang dan berfungsi sebagai jalur jalan regional. 196 Transportasi inter wilayah (inter regional), yaitu transportasi yang
menghubungkan wilayah dalam Propinsi Bengkulu dan bersifat transportasi lokal, antara lain: 1
Jalur jalan yang menghubungkan Kabupaten ke Kabupaten atau Kabupaten ke kota
2
Jalur jalan yang menghubungkan antara kabupaten dan kecamatankecamatan
3
Jalur jalan yang menghubungkan antara kecamatan ke desa-desa Pelabuhan Pulau Baai yang berada di ibukota Propinsi Bengkulu memiliki
beberapa wilayah yang menjadi daerah belakangnya. Berikut daerah belakang yang transaksi melalui Pelabuhan Pulau Baai dalam tabel di bawah ini:
195
Khairul Amri, Analisis Sistem Transportasi di Propinsi Bengkulu dalam Mendukung Bengkulu Kota Pelajar, Prodi Teknik Sipil, Universitas Bengkulu dalam Jurnal Pendidikan Serunai, hal 6465 196 Khairul Amri, Analisis Sistem Transportasi di Propinsi Bengkulu dalam Mendukung Bengkulu Kota Pelajar, Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Tabel 4.7 Daerah Belakang Pelabuhan Pulau Baai 197 No 1 2 3
Daerah Tingkat II Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara
Luas (Km)
Penduduk
5.949,14 4.109,80 9.585,24
375.026 450.164 473.818
4 Kota Bengkulu 144,52 293.918 5 Lebong 1.929,24 89.690 6 Kaur 2.365,05 112.628 7 Seluma 2.400,44 182.104 8 Kepahyang 704,57 116.882 9 Muko – Muko 4.036,70 138.690 Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
Komoditi Ekspor Impor batubara, CPO kopi, jahe, sayur-mayur batubara, karet, CPO, cangkang penumpang, BBM kopi CPO batubara, karet, biji besi kopi, teh CPO, karet, kakao
Daerah Kabupaten Bengkulu Utara dan sekitarnya yang memiliki komoditi hasil pertanian, seperti karet, minyak kelapa kawit (CPO), yang berasal dari perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS) PT. Agromuko, PT. Arpinta, PT Bunga Tanjung Estate, PT Alno, PT Mitra Puding Mas, PT. Agricinal, dan PT. Bio Nusantara serta hasil tambang batubara. Selain itu daerah pemasok komoditi berasal dari Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahyang termasuk Pagar Alam dan sekitarnya menghasilkan komoditi pertanian dan perkebunan, seperti karet, kopi, jahe, rebung kaleng. Selainjutnya daerah penghasil komoditi juga berada di Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur dan sekitarnya menghasilkan karet, minyak Kelapa Sawit (CPO), yang berasal dari perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS) PT. Agriandalas, PTPN VII, serta hasil tambang batubara.198 Komoditi
hasil
produksi
daerah
belakang
yang
paling
dominan
didistribusikan melalui Pelabuhan Pulau Baai adalah batubara, karet, CPO. Beberapa komoditi lainnya didistribusikan dalam jumlah kecil dan sebagian dipasarkan melalui pelabuhan lain seperti Pelabuhan Padang, Pelabuhan Palembang dan Pelabuhan Lampung. Kondisi demikian disebabkan oleh jarak yang jauh antara daerah penghasil komoditi menuju ke Pelabuhan Pulau Baai 197
―Hinterland yang Transaksi di Pelabuhan Pulau Baai‖ Laporan PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, lihat juga Data Company Profile Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Laporan PT (Persero) Pelindo II Pada Acara Penyambutan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Pelabuhan Pulau Baai 198 ―Hinterland yang Transaksi di Pelabuhan Pulau Baai‖ Laporan PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
sehingga lebih memungkinkan menuju ke pelabuhan yang terdekat mengingat efisiensi waktu dan biaya tempuh. 199
4.2 Aktivitas Pelabuhan Pada Periode Awal Setelah Pelabuhan Pulau Baai resmi beroperasi pada bulan Desember 1984, kegiatan perekonomian pantai barat Sumatera khususnya Bengkulu mulai bergairah dan berkembang. Pelabuhan Pulau Baai yang berperan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang dan orang bagi Propinsi Bengkulu telah memberikan manfaat besar dalam mendorong perkembangan gerak perekonomian Kemajuan aktivitas pelabuhan ini dibarengi oleh peningkatan hasil komoditi ekspor dari daerah belakang yang semakin berkembang. Dengan demikian hubungan antara perkembangan daerah belakang memberi dukungan terhadap keberadaan pelabuhan sebagai pintu keluar pendistribusian komoditi yang dihasilkan ke daerah lain. Sebaliknya peran pelabuhan juga sebagai pintu masuk arus lalu lintas barang-barang konsumsi yang tidak dihasilkannya sendiri. Berdasarkan hirarki peran dan fungsi pelabuhan di pantai barat Sumatera, Pelabuhan Pulau Baai diklasifikasikan sebagai pelabuhan nasional utama tersier yang melayani kegiatan pelayaran lintas propinsi dan internasional dalam jumlah menengah. 200 Dengan demikian, berdasarkan hirarki peran dan fungsi yang telah ditetapkan tersebut, maka aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Pulau Baai meliputi aktivitas bongkar muat dalam negeri dan luar negeri (ekspor dan impor).
4.2.1 Kunjungan Kapal Sejak uji coba Pelabuhan Samudera Pulau Baai pada 23 Juli 1984 dan berjalan sukses, maka fungsi pelabuhan lama (Pelabuhan Tapak Paderi) dialihkan fungsinya menjadi pelabuhan nelayan (perikanan). Pelabuhan Pulau Baai sejak awal beroperasi hanya disinggahi oleh kapal-kapal barang dan belum berfungsi untuk angkutan kapal penumpang. Kendati demikian, keberadaan pelabuhan ini
199
Wawancara Sugeng Darojati, Kasi Kepelabuhan dan Perkapalan, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu. Wawancara tanggal 4 Mei 2011 di Kantor Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu. 200 PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen Kompilasi Data, Desember 2006 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
telah melancarkan perdagangan dari dan keluar negeri serta perdagangan antar pulau. 201 Arus kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai menurut jenis pelayarannya terdiri atas pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri, pelayaran perintis dan kapal negara/ tamu. Selain Pelabuhan Pulau Baai terdapat juga beberapa pelabuhan kecil yang penting bagi perekonomian rakyat di daerah Bengkulu seperti pelabuhan alam di Muko-Muko, Ketahun, Manna, Bintuhan dan Pulau Enggano (Malakoni). Pelabuhan-pelabuhan pantai tersebut hanya dapat dirapati oleh kapal motor berukuran maksimum 60 ton. Barang yang dibongkar dan dimuat yaitu hasil bumi dan barang kebutuhan rakyat setempat. 202 Pelabuhan Pulau Baai setelah dapat beroperasi difungsikan sebagai simpul untuk memperlancar hubungan dengan Pulau Enggano melalui pelayaran perintis. Sebelumnya, terdapat kapal perintis menuju ke Pulau Enggano tetapi jadwalnya sering tidak tentu dan home base di Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Untuk mengatasi masalah tersebut kapal perintis telah diusahakan home base di Pelabuhan Pulau Baai. 203 Pada tahun pertama beroperasi 1984, kegiatan yang terjadi di pelabuhan Pulau Baai antara lain tiap setengah bulan disinggahi oleh kapal perintis dengan jalur: Jakarta-Enggano-Bengkulu-Padang yang membawa penumpang, ternak, dan barang-barang. Hal ini terlihat dari kunjungan kapal yang ramai singgah ke Pelabuhan Pulau Baai. 204 Namun pada tahun berikutnya kunjungan kapal tidak sebanyak pada awal kali pertama Pelabuhan Pulau Baai beroperasi. Kegiatan kunjungan kapal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Kegiatan Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai 1984-1988205 Uraian Kapal GRT
1984 697 207.840
1985 475 211.184
1986 462 405.003
1987 450 572.646
201
1988 423 753.383
Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1995, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1995. hal 55 202 Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983, Op Cit hal 118 203 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, Op Cit hal 139-140 204 Ibid 205 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Pada periode awal aktivitas kunjungan kapal berkisar pada aktivitas bongkar muat barang dengan kapasitas ± 245.000 ton per tahun. Namun sejalan dengan komoditi yang semakin berkembang dan meningkat, maka jumlah daya tampung semakin meningkat. Kapasitas bongkar muat di Pelabuhan bertambah dengan semakin meningkat barang-barang komoditi yang dimuat dikapal-kapal mencapai ± 600.000 ton per tahun. 206 Peningkatan kapasitas tersebut disebabkan oleh bertambah besar muatan kapal berupa muatan curah dan break bulk cargo207. Kunjungan dan kapasitas muatan kapal menunjukan peningkatan mulai tahun 1986 dengan adanya komoditi batubara (muatan curah kering) yang sudah diproduksi dan dikapalkan melalui pelabuhan Pulau Baai. 208 Kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai pada periode 1984-1988 berkisar 400-600 kapal per tahun. Dengan melihat jumlah kapal yang merapat dan arus bongkar muat barang di pelabuhan ini jelas terlihat bahwa aktivitas di pelabuhan tersebut masih rendah dan kapasitasnya banyak menganggur. Hal ini dapat dipahami karena daerah belakang belum berkembang dan volume komoditi yang dihasilkan daerah belakang masih rendah. Selain itu pada tahun 1984 sektor perkebunan dan pertambangan masih baru diusahakan dan belum berproduksi secara maksimal dan fasilitas pelabuhan belum sepenuhnya mendukung kelancaran aktivitas bongkar muat seperti fasilitas conveyor belt yang baru dibangun pada tahun 1989.
4.2.2 Aktivitas Bongkar Muat Arus bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai terdiri dari arus perdagangan dalam negeri (antar pulau) dan luar negeri (ekspor dan impor). Kegiatan bongkar muat barang untuk perdagangan dalam negeri, luar negeri (ekspor dan impor) dilakukan di Dermaga Samudera dan Dermaga Nusantara. Setelah Pelabuhan Pulau Baai dapat berfungsi kembali manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat dengan suplai kebutuhan masyarakat berupa bahan 206
―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1983 hal 119 207 Break Bulk Cargo atau biasa disebut general cargo merupakan barang-barang umum yang dimuat secara terpisah, tidak menggunakan intermoda atau container. Barang-barang tersebut seperti semen, minyak, biji-bijian yang dimuat dalam bentuk tas, gulung, tong, kotak-kotak, kardus, drum, palet, karung, kendaraan, dan lain-lain. 208 ―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
bangunan pupuk, BBM dan sembilan bahan pokok yang lancar. Hal ini menjadi satu kontribusi yang berarti dari peran Pelabuhan Pulau Baai. Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Pulau Baai pada periode awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berikut kegiatan arus kapal beserta penumpang dan kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 1984. Tabel 4.9 Kegiatan Bongkar Muat dan Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1984 209 Perincian Satuan Bongkar Muat buah 738 738 Jumlah kapal orang 335 251 Penumpang Ternak (Sapi, Kerbau) ekor 2.243 Barang-barang Semen ton 47.187 Beras ton 10.987 Garam ton 1.660 Terigu ton 1.243 Gula Pasir ton 1.071 Pupuk ton 2.408 Air ton 150 Rotan ton 45 Karet M3 16 Kayu gergajian M3 4 13.866,4 Kayu log ton 91.372,8 BBM ton 14.644,5 82,5 Aspal ton 498 Aspal Butas ton 25.200 Besi ton 1.335 Alat-alat berat ton 2.476 279 General cargo ton 104 13 Lain-lain M.T 27 121.173 Jumlah M.T 108.844,5 117.997,7 Sumber: Bagian Pengusahaan Pelabuhan Laut Bengkulu Berdasarkan data di atas, jenis-jenis barang yang dibongkar di Pelabuhan Pulau Baai berupa barang konsumsi seperti beras, terigu, gula pasir, semen, besi, hewan, pupuk, BBM, aspal, minyak dan lain-lain. Untuk jenis barang yang dimuat adalah karet, kayu bulat, kayu gergajian, rotan, dan hasil perkebunan lainnya. 210
209 210
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur, Op Cit hal 117 Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Pada tahun 1984, permintaan bahan bangunan berupa semen dan aspal meningkat terkait dengan program pembangunan jalan dan jembatan yang diperluas dan semakin ditingkatkan oleh pemerintah di Propinsi Bengkulu. Barang-barang konsumsi yang dibongkar di Pelabuhan Pulau Baai didatangkan dari Pulau Jawa. Perkembangan aktivitas bongkar muat semakin meningkat setiap tahunnya. Aktivitas bongkar barang di Pelabuhan Pulau Baai menunjukan peningkatan yang tidak drastis. Barang-barang yang dibongkar adalah barang-barang konsumi seperti beras, gula, terigu, pupuk, BBM, semen dan aspal. Kenaikan permintaan kebutuhan konsumsi yang mendorong peningkatan jumlah barang yang masuk. Aspal, semen dan BBM merupakan barang konsumsi yang tingkat permintaannya tinggi. Hal ini berkaitan dengan program pembangunan infrastruktur yang pada saat itu sedang gencar dilaksanakan oleh pemerintah daerah propinsi Bengkulu. Di sisi lain kenaikan yang signifikan terlihat pada aktivitas muat barang antar pulau. Peningkatan aktivitas muat di Pelabuhan Pulau Baai didukung oleh jumlah hasil komoditi daerah belakang yang semakin meningkat. Berikut kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai sampai tahun 1988 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini. Ton
350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000
50,000 0 BongkarAntar Pulau
1984 100,894
1985 142,464
1986 170,534
1987 161,198
1988 166,878
Muat Antar Pulau
68,129
52,907
77,069
128,687
326,008
Gambar 4.1 Kegiatan Bongkar Muat Antar Pulau di Pelabuhan Pulau Baai 1984-1988 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Komoditi yang dimuat untuk dipasarkan antar pulau di antaranya batubara, kayu bulat, kayu gergajian, karet dan kopi. Komoditi dominan yang dimuat berdasarkan jumlah volumenya adalah batubara, kayu bulat dan kayu gergajian. Sedangkan untuk komoditi karet dan kopi dipasarkan dalam jumlah kecil dan tidak selalu ada tiap tahunnya. Kondisi ini disebabkan oleh dua komoditi tersebut jumlahnya masih terbatas karena perkebunan masih taraf baru
mulai
dikembangkan dan belum dapat berproduksi. Sementara hasil komoditi kopi dan karet yang ada berasal dari tanaman usia tua yang produksinya sudah tidak optimal. 211 Pada tahun 1987 dan 1988 terjadi peningkatan volume barang yang dimuat melalui pelabuhan. Peningkatan volume tesebut berasal dari komoditi batubara
yang
mulai
meningkat
produksinya.
Sejak
1984
perusahaan
pertambangan batubara di Propinsi Bengkulu yang telah berproduksi aktif ada tiga yaitu PT. Bukit Sunur, PT. Danau Mas Hitam dan PT. Cipta Sumber Alam. Perusahaan tambang PT Bukit Sunur merupakan perusahaan yang memproduksi batubara yang paling besar kapasitas produksinya mencapai 181.159,9 ton pada tahun 1988. Aktivitas bongkar muat antar pulau diprioritaskan untuk memenuhi pengadaan dan penyaluran bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat. Pemasaran dan penyaluran kebutuhan pokok di Propinsi Bengkulu relatif stabil dan terdistribusi lancar sehingga tingkat harga barang-barang konsumsi tidak mengalami lonjakan yang berbeda dari daerah lain. Kebijaksanaan aktivitas pelabuhan diupayakan untuk menekan serendah mungkin volume impor untuk semua barang keperluan dalam negeri dengan tujuan menjaga daya saing industri dalam negeri. Sedangkan kegiatan ekspor dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) dengan mengganti barang-barang baku menjadi barang jadi. 212 Kontribusi penting Pelabuhan Pulau Baai sebagai saran penunjang gerak perekonomian dalam perdagangan ekspor impor telah memberi dampak positif 211
Lihat rincian data barang yang dibongkar dan dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai pada lampiran yang dirangkum dari sumber Statistik Perhubungan Tahun 1986, Perwakilan Biro Pusat Statistik Propinsi Bengkulu, 1986 dan Bengkulu Dalam Angka Tahun 1988, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dan Pemerintahan Daerah Tingkat I Bengkulu dan data juga dapat dilihat dalam Bengkulu Dalam Angka Tahun 1989, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dan Pemerintahan Daerah Tingkat I Bengkulu. 212 Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, hal 227 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
bagi pertumbuhan ekonomi Propinsi Bengkulu. Keberadaan Pelabuhan Pulau Baai menjadi salah satu daya tarik bagi para investor untuk menanamkan modal di Propinsi Bengkulu. Perkembangan tersebut dapat dilihat dengan penaman modal dalam negeri yang semakin marak menginvestasikan modal pada sektor perkebunan. Kelancaran arus distribusi barang dari wilayah belakang ke pelabuhan didukung oleh perkembangan transportasi jalan yang semakin baik. Kegiatan ekspor mulai berkembang pada tahun 1982 seiring dengan perbaikan prasarana
perhubungan darat
dan
laut.
Sedangkan kegiatan
perdagangan luar negeri di bidang impor di Propinsi Bengkulu telah berkembang sejalan dengan pemasukan dalam barang-barang dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan proyek-proyek pemerintah.213 Berikut arus ekspor impor melalui pelabuhan Pulau Baai selama periode awal beroperasi tahun 1984 sampai tahun 1988.214 Ton 200000 180000 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Ekspor
1984 19.382
1985 23,195
1986 113,446
1987 120,764
1988 186,826
Impor
1.332
1,122
6,871
439
6,555
Gambar 4.2 Arus Ekspor Impor Melalui Pelabuhan Pulau Baai 1984-1988
213 214
Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, hal 227 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur, Op Cit Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Pada periode ini jenis komoditi ekspor antara lain kopi, kayu, rotan karet dan batubara. Namun komoditi paling tinggi volume muatan yang dikapalkan melalui Pelabuhan Pulau Baai adalah batubara, kayu bulat dan kayu gergajian. Perolehan nilai ekspor antara komoditi pertanian dan pertambangan non migas berimbang setiap tahun, hal ini menunjukan bahwa peranan kedua sektor tersebut sangat vital bagi Propinsi Bengkulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian dan pertambangan non migas merupakan tulang punggung ekspor Bengkulu. Komoditi ekspor utama melalui Pelabuhan Pulau Baai pada periode 19841988 didominasi oleh batubara, kayu bulat dan kayu gergajian. Untuk komoditi karet dan kopi mengalami penurunan arus ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai. Ekspor komoditi kopi mengalami penurunan drastis pada akhir tahun 19881990.215 Hal ini erat kaitannya dengan serangan hama penyakit pada perkebunan kopi rakyat. Selain itu banyak kebun kopi yang direhabilitasi sehingga belum sempat menghasilkan. Pada tahun 1988 arus ekspor komoditi kayu juga mulai menunjukan penurunan. Hal ini ditunjukan dengan volume ekspor yang semakin berkurang. Penurunan ekspor kayu erat hubungannya dengan pertumbuhan industri pengolahan kayu yang mengolah barang setengah jadi menjadi bahan jadi seperti plywood dan furniture. Sebaliknya komoditi batubara pada periode yang sama menunjukan kenaikan ekspor.216 Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan ekspor batubara di pelabuhan Pulau Baai menunjukan angka kenaikan yang progresif dan cukup tajam pada tahun 1989. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi batubara dan juga fasilitas pendukung aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Pulau Baai. Pada tahun 1989 dibangun fasilitas conveyor belt217 dengan kapasitas 500 ton untuk mempermudah aktivitas pengapalan muatan curah kering seperti barubara.
215
Lihat rincian data barang yang dibongkar dan dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai Periode 1989–2000 pada lampiran yang dirangkum dari sumber Statistik Perhubungan Tahun 1988 dan sumber Bengkulu Dalam Angka Tahun 1988 dan Bengkulu Dalam Angka Tahun 1989. 216 Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, Op Cit hal 228-229 217 Fasilitas conveyor belt merupakan alat pengangkut berbentuk loader berjalan untuk pelayanan muatan kering berupa biji-bijian, pasir dan batubara Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
BAB 5 MASA PENINGKATAN MENUJU PUNCAK 1990-2010
5.1
Periode Pasang Surut 1990-2000 Memasuki era 1990-an perkembangan aktvitas pelabuhan dan kemajuan
ekspor mulai merangkak naik setelah fasilitas pendukung pelabuhan ditingkatkan dan komoditi perdagangan dari daerah belakang sudah menghasilkan. Volume dan jenis komoditi yang dimuat melalui pelabuhan setiap periode mengalami fluktuasi. Hal ini berkaitan dengan permintaan di pasar yang fluktuatif dan ketersediaan komoditi dari daerah belakang juga mempengaruhi jumlah komoditi yang didistribusikan. Walau begitu, terjadi peningkatan aktivitas di Pelabuhan Pulau Baai. Jenis dan volume komoditi ekspor di Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 1990-2000 masih tetap diwarnai oleh komoditi barubara dan karet. Dominasi terbesar muatan komoditi batubara tetap menjadi komoditi primadona yang dikapalkan melalui Pelabuhan Pulau Baai. Komoditi karet mulai didistribusikan kembali pada tahun 1991 setelah sebelumnya tahun 1989-1990 mengalami kekosongan muatan akibat kapasitas produksi karet yang rendah dari daerah belakang. Karet berhasil diekspor kembali langsung ke Amerika Serikat yang berasal dari hasil perkebunan pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR).218 Pada tahun selanjutnya perkembangan berbeda terjadi pada tahun 1998, jenis komoditi kelapa sawit olahan (Crude Palm Oil) mulai muncul sebagai komoditi ekspor.219 Ekspor batubara pada periode ini mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 1995. Kenaikan volume ekspor ini disebabkan oleh peningkatan fasilitas pelabuhan yang mendukung aktvitas bongkar muat batubara dengan kapasitas yang lebih besar. Pada tahun ini dibangun penambahan alat conveyor belt kapasitas 1.000 ton. Dengan demikian dapat disimpulkan, fasilitas pelabuhan yang baik akan sangat berpengaruh besar pada peningkatan kapasitas pelabuhan dalam memuat komoditi perdagangan. Berikut gambaran ekspor batubara yang
218
―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989-1994, .hal 60 219 Lihat rincian data barang yang dibongkar dan dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai Periode 1989–2000 pada lampiran yang dirangkum dari sumber Statistik Perhubungan Tahun 198 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
dikapalkan melalui pelabuhan Pulau Baai pada periode 1989-2000 yang disajikan dalam grafik. Ton
1400000
1,253,719
1200000
1,210,770 949,542
1000000 650,361 647,169
800000 600000
383,311
400000 200000
668,646
36,311 6,307
89,310 50,353
0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Gambar 5.1 Volume Ekspor Batubara Melalui Pelabuhan Pulau Baai 1990-2000 Peningkatan volume ekspor dipengaruhi oleh tingkat permintaan pasar yang tinggi. Selain itu dukungan dari daerah belakang sebagai pemasok komoditi juga memberikan kontribusi yang besar terhadap aktivitas ekspor. Pemasaran batubara selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk kebutuhan ekspor ke negara-negara Asia, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, India, Thailand dan Bangladesh. 220 Arus komodiri ekspor pada era tahun 1990-an juga berasal dari karet yang menjadi komoditi unggulan kedua setelah batubara. Komodiri karet mulai diekspor kembali pada tahun 1991 yang sebelumnya mengalami kekosongan produksi. Ekspor perdana komoditi karet pada tahun 1991 ini berasal dari perkebunan pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat dengan negara tujuan Amerika Serikat.221 Puncak ekspor karet dan puncak ekspor terjadi pada tahun 1995. Peningkatan areal Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) telah menghasilkan peningkatan produksi yang signifikan. Selain Amerika Serikat, negara tujuan ekspor komoditi karet adalah Singapura dan 220
Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989 hal 229 ―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989-1994, .hal 60 Universitas Indonesia 221
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Belanda. Periode tahun 1990-2000 merupakan periode pasang surut dimana volume komoditi ekspor karet mengalami kenaikan dan penurunan yang masih terlihat tajam. Volume arus ekspor karet pada tahun 1990-2000 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Ton
4000
3,553
3,445
3500 3000 2500 2000
1,663
1500
1,005 716
1000 500
644
635
682
320 0
0
0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Gambar 5.2 Volume Ekspor Karet Melalui Pelabuhan Pulau Baai 1990-2000 Perkembangan arus ekspor komoditi perkebunan berupa kopi dan cengkeh pada periode 1990-2000 mengalami penurunan produksi dan tidak mencukupi untuk diekspor. Penurunan ini terjadi disebabkan oleh areal tanaman kopi yang berkurang sebagai akibat penertiban petani pekebun kopi dari kawasan hutan lindung, sedangkan untuk komoditi cengkeh mengalami penurunan akibat serangan hama penyakit. Kedua komoditi ini meskipun tidak dapat diperuntukan sebagai komoditi ekspor pada periode ini namun masih berproduksi dalam jumlah kecil. 222 Pada akhir era tahun 1990 jenis komoditi ekspor dari hasil perkebunan mulai bertambah berupa kelapa sawit olahan (Crude Palm Oil/CPO) yang diekspor melalui pelabuhan Pulau Baai. Meskipun kapasitas produksinya masih terbatas, CPO mulai diekspor dengan jumlah 26,619 ton pada tahun 1998. Perkembangan hasil produksi semakin meningkat pada tahun 2000 menjadi 130,329 ton. Kemajuan ekspor CPO sejalan dengan makin berkembang pabrik-pabrik 222
―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989-1994, hal 60 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
pengolahan minyak kelapa sawit di Propinsi Bengkulu yang sudah berproduksi. Selain itu areal perkebunan kelapa sawit yang semakin meluas ikut mendukung pencapaian hasil produksi CPO yang kian meningkat
5.2
Periode Menuju Puncak 2000-2010 Pelabuhan Pulau Baai mengalami kemajuan yang signifikan memasuki
periode 2000-2010. Pelabuhan ini meraih sertifikat ISO 9002 (level of service) sejak tahun 2000 dan pada bulan Juli 2004 meraih sertifikat Comply ISPS-Code (International Ship and Port Facility Security).223 Penghargaan yang telah diberikan kepada Pelabuhan Pulau Baai tersebut memberikan gambaran bahwa pelabuhan ini telah mampu melayani kegiatan pelayanan pelabuhan dengan baik dan memenuhi standar fasilitas keamanan pelabuhan bagi pelayaran internasional. Berdasarkan tatanan pelabuhan nasional sesuai dengan lampiran 1B Kemenhub No 53 tahun 2003 mengenai Hirarki Peran dan Fungsi Pelabuhan Laut, maka di propinsi Bengkulu ditetapkan Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, berfungsi sebagai tempat persinggahan kapal, tempat bongkar muat dan juga sebagai simpul kegiatan ekspor dan impor bagi propinsi Bengkulu. 224 Kemajuan daerah belakang yang semakin pesat dalam menghasilkan komoditi perkebunan dan pertambangan memberikan kontribusi terhadap peningkatan aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai. Masa puncak pelabuhan ini dilihat dari gambaran aktivitas pelabuhan Pulau Baai pada periode 2000-2010 yang semakin menunjukan kemajuan dari perkembangan awal pelabuhan. Namun di sisi lain pada saat aktivitas pelabuhan mengalami masa puncak, pelabuhan mengalami kendala operasional yaitu pendangkalan alur pelayaran akibat sedimentasi. Hal ini berbanding terbalik, meskipun pelabuhan terkendala oleh masalah alur yang dangkal namun aktivitas pelabuhan tetap berjalan dan menunjukan peningkatan.
223
―Company Profile Pelabuhan Pulau Baai‖, PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2000. Berdasarkan wawancara dengan Turniadi (49 Tahun), Supervisor Teknik Sipil Pelabuhan Pulau Baai, wawancara dilakukan tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu. 224 PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen Kompilasi Data, Desember 2006 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
5.2.1 Kunjungan Kapal Memasuki tahun 2000 kegiatan kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai meningkat
jumlahnya
berdasarkan isi kotor (Gross Tonnage/GT)
dari
perkembangan periode sebelumnya. Hal ini dimungkinkan semakin besarnya jumlah muatan komoditi yang mengalir dari daerah belakang ke Pelabuhan Pulau Baai. Peningkatan jumlah muatan ekspor terutama dari batubara di Pelabuhan Pulau Baai dibarengi oleh produksi baru bara yang meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu pemintaan pasar yang meningkat juga mendorong aktivitas ekpor yang tinggi melalui Pelabuhan Pulau Baai. Berikut arus kunjungan kapal pada periode 2000-2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 225 Tabel 5.1 Arus Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010 Tahun Kapal (Unit) Gross Tonnage (GT) 2001 474 797,557 2002 402 593,755 2003 546 830,662 2004 607 922,311 2005 849 856,114 2006 872 930,637 2007 888 1,020,130 2008 872 934,575 2009 988 1,141,522 2010 1,171 1,525,483 Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010 Secara umum gambaran arus kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai pada periode 2001-2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan periode awal. Hal itu ditunjukan oleh jumlah isi kotor yang meningkat dari periode sebelumnya. Meskipun pada periode 2001-2010 terjadi pasang surut namun terlihat tidak mengalami kenaikan dan penurunan yang tajam. Kunjungan kapal mulai menunjukan peningkatan pada tahun 2003 sebanyak 546 unit dan semakin meningkat pada tahun 2009 dan mencapai puncaknya pada
225
Laporan Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010 yang dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
tahun 2010. Kunjungan kapal yang meningkat terkait dengan aktivitas bongkar muat antar pulau dan aktivitas ekspor yang turut mengalami peningkatan. 226 Jika ditinjau dari operasional di lapangan, Pelabuhan Pulau Baai mengalami pendangkalan alur masuk pelabuhan akibat sedimentasi. Namun hal ini tidak berarti berpengaruh terhadap kunjungan kapal, hanya saja kapal-kapal yang masuk pelabuhan menjadi terbatas pada ukuran-ukuran tertentu saja. 227 Bisa dikatakan, aktivitas ekspor impor dan bongkar muat antar pulau tetap berjalan meskipun terkendala masalah operasional.
5.2.2 Aktivitas Bongkar Muat Aktivitas bongkar muat antar pulau di Pelabuhan Pulau Baai bertujuan untuk pengadaan dan pemenuhan suplai komoditi antar pulau dan juga barang konsumsi. Arus bongkar barang di Pelabuhan Pulau Baai juga meningkat karena tingkat permintaan barang konsumsi daerah Propinsi Bengkulu yang tinggi. Berikut arus barang yang dibongkar di Propinsi Bengkulu periode 2001-2010. Ton 600,000
542,867
500,000
470,385
400,000 300,000
313,722 308,839
312,876 305,164
528,497
396,066
299,284 289,332
200,000 100,000 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010 (NOV)
Gambar 5.3 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010228
226
Sumber data Arus Kunjungan Kapal dapat diunduh pada web <www.bengkuluport.com> Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu. Tataran Transportasi Wilayah Propinsi Bengkulu: Laporan Akhir, 2004. hal 2-3 228 Lihat Data Arus Barang Bongkat di Pelabuhan Pulau Baai Periode 2001-2010 pada lampiran. Lihat juga laporan Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu Universitas Indonesia 227
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Berdasarkan tingkat volume barang yang masuk, barang-barang konsumsi yang utama dibongkar di Pelabuhan Pulau Baai pada periode 2000-2010 adalah Bahan Bakar Minyak (BBM), semen, pupuk, beras, aspal, garam dan alat berat.229 Barang-barang konsumsi ini didatangkan dari Pulau Jawa. Volume arus barang bongkar yang meningkat dari tahun ke tahun didominasi oleh permintaan semen dan BBM. Pada tahun 2007 arus barang bongkar menunjukkan kenaikan 296,066 ton. Kemudian pada tahun 2008 naik menjadi 470, 385 ton dan puncak arus bongkar terjadi pada tahun 2009 mencapai 542,867 ton. Sebaliknya arus barang bongkar pada tahun 2010 terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2009. Hal ini dimungkinkan karena aktivitas pelabuhan mengalami kendala akibat pendangkalan di alur masuk pelabuhan yang membuat kapal-kapal yang datang membawa barang yang akan dibongkar di Pelabuhan mengalami kemacetan. Kondisi alur masuk pelayaran yang mencapai kedalan -3,5 M LWS menyebabkan banyak kapal kandas dan tidak dapat masuk ke pelabuhan. Kapal-kapal pengangkut barang yang berkapasitas sedang dan besar tidak dapat masuk ke pelabuhan sehingga harus menunggu di pintu alur masuk untuk dipandu oleh kapal pandu menuju dermaga. Keadaan ini mengakibatkan barang-barang seperti semen, BBM terhambat dan kadang mengalami kekosongan karena keterlambatan aktivitas bongkar di Pelabuhan Pulau Baai yang harus memakan waktu lama. Hal ini tidak berimbas pada kelangkaan BBM yang sering terjadi di Propinsi Bengkulu dan harga barang seperti semen, beras mengalami kenaikan dan mahal di pasaran Propinsi Bengkulu. 230 Aktivitas muat merupakan aktivitas pendistribusian barang keluar daerah antar pulau guna memenuhi suplai barang dalam negeri. Berdasarkan jumlah muatan barang yang dikapalkan melalui Pelabuhan Pulau Baai untuk pelayaran antar pulau menunjukan kenaikan yang lambat. Barang-barang utama yang dimuat adalah batubara dan CPO. Untuk komoditi lain seperti kayu log, kayu gergajian, karet dan cangkang terlihat dimuat dalam jumlah skala kecil dan tidak setiap tahun secara regular dimuat. Konsekuensi logis dari jenis komoditi yang
229
Ibid ―Gara-Gara Pelabuhan Pulau Baai Dangkal, Pasokan BBM Terhambat‖. Diakses 23 Agustus 2010 Universitas Indonesia 230
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
didistribusikan berkurang, maka mempengaruhi jumlah arus barang yang dimuat. Dengan demikian kenaikan arus barang muat terlihat tidak signifikan. Berikut arus barang muat melalui Pelabuhan Pulau Baai dapat dilihat dari grafik di bawah ini. Ton 600,000
500,000
478,802 411,418
400,000
300,000
175,566 188,536
200,000
218,644 169,345
138,938 116,417
117,638
100,000 87,227 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010 (NOV)
Gambar 5.4 Arus Muat Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010 Arus barang muat dari segi jumlahnya didominasi oleh batubara. Peningkatan arus barang muat melalui Pelabuhan menunjukan kenaikan pada tahun 2008. Kenaikan barang muat pada tahun 2008 didominasi oleh komoditi batubara yang berjumlah 133,062 ton dan CPO berjumlah 84,223 ton. 231 Pada tahun 2009 meningkat arus muat juga didominasi oleh batubara yang berjumlah 307,188 ton dan CPO berjulah 107,230. Puncak arus muat barang terjadi pada tahun 2010 dimana jumlah batubara yang dimuat mencapai 359,170 dan CPO mencapai 119,632 ton. Daerah tujuan muat batubara dan cangkang dalam pelayaran antar pulau dikapalkan ke Padang, Sibolga dan Tarakan. 232 Volume muat batubara dan CPO dapat dilihat pada grafik berikut ini.
231 232
Lihat Arus Barang Muat Melalui Pelabuhan Pulau Baai Pada Periode 2001-2010 pada lampiran. Ibid Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Ton 400,000 350,000 300,000
250,000 Batubara
200,000
CPO
150,000 100,000 50,000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 5.5 Volume Muat Antar Pulau Komoditi Batubara dan CPO 2001-2010 Arus muat barang dari komoditi batubara dan CPO mengalami kenaikan disebabkan permintaan batubara di dalam negeri yang meningkat. Selain itu pada tahun 2010 terjadi peningkatan produksi CPO dan batubara dari daerah belakang. 233 Pada tahun 2009, kegiatan pemuatan batubara mencapai 1.466.468 ton yang berasal dari 12 perusahaan batubara. Sedangkan pada tahun 2010 kegiatan pemuatan batubara meningkat mencapai 2.041.444 ton yang berasal dari 14 perusahaan batubara. Dari beberapa perusahaan yang melakukan kegiatan pemuatan batubara di Pelabuhan Pulau Baai, PT Rekasindo dan PT Bukit Sunur yang terbesar melakukan pemuatan.234 Dari keseluruhan total kegiatan pemuatan batubara tersebut sebagian ditujukan untuk muatan antar pulau dan yang terbesar ditujukan untuk muatan ekspor. Aktivitas ekspor pada periode 2000–2010 mulai mengalami kemajuan pada tahun 2004 dan terus meningkat dan mencapai puncak pada tahun 2010 dengan jumlah 2.050.155 ton. Komoditi ekspor unggulan yaitu batubara, karet, cangkang dan CPO. Komoditi ekspor yang dominan adalah batubara yang hampir mencapai
233
Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu 234 Lihat data Daftar Perusahaan Batu Bara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan Batu Bara Tahun 2009 dan Tahun 2010 pada lampiran, sumber Laporan PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
mencapai 95 persen dari total volume ekspor Propinsi Bengkulu. 235 Komoditi ekspor yang menduduki peringkat kedua adalah karet dan dikuti oleh cangkang dan CPO.236 Komoditi yang selalu rutin dimuat adalah batubara, sedangkan untuk komoditi lain bersifat fluktuatif. Namun pada tahun 2003 karet mulai menjadi komoditi yang kontinu diekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai. Berikut peningkatan arus barang ekspor dapat dilihat pada grafik arus barang ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010. Ton 2,500,000
2,000,000 2,052,155 1,500,000 991,261
1,000,000
807,826 500,000
410,606 405,176
627,925
1,071,277 1,000,988
663,245
384,651
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010 (NOV)
Gambar 5.6 Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010237 Peningkatan arus barang ekspor menunjukan kemajuan yang signifikan mulai tahun 2007 mencapai 807,826 ton dan terus mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar 1,000,988 ton. Berdasarkan tingkat volumenya, ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai berasal dari empat komoditi andalan yaitu batubara, kemudian diikuti oleh karet, cangkang dan CPO. Puncak ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 2010 mencapai 2,052,155 ton dengan komoditi utama batubara. Puncak ekspor pada tahun 2010 merupakan pencapaian tertinggi
235
Bengkulu dalam Angka Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, 2000. PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Pelabuhan Bengkulu. Dokumen Kompilasi Data, Desember 2006. 237 Data Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010, dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010 Universitas Indonesia 236
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
ekspor batubara dalam sejarah aktvitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai. 238 Berikut volume arus ekspor komoditi andalan yang dikapalkan melalui Pelabuhan Pulau Baai dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Ton 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000
Batubara
1,000,000
CPO
800,000
Karet
600,000
Cangkang
400,000 200,000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 5.7 Volume Ekspor Komoditi Andalan Melalui Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010239 Berdasarkan grafik di atas, volume ekspor batubara mulai mengalami peningkatan sejak tahun 2007 dengan jumlah 960,543 ton kemudian pada tahun 2008 mencapai 989.422 ton dan 2009 ton mengalami kenaikan menjadi 991.671 ton dan ekspor batubara mencapai puncaknya pada tahun 2010 dengan kenaikan volume ekspor yang tajam mencapai 1.859.603. 240 Keberhasilan ini didukung oleh tingkat produksi batubara yang tinggi dari daerah belakang. 241 Ekspor batubara pada tahun 2009-2010 merupakan masa puncak ekspor yang dukung oleh produksi batubara yang tinggi dari perusahaan-perusahaan batubara yang melakukan kegiatan pemuatan di Pelabuhan Pulau Baai. Pada tahun 2009 terdapat 12 perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pemuatan batubara dengan jumlah volume produksi yang meningkat. Gambaran 238
Wawancara Turniadi (50 tahun), Supervisor Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu dan Amir Wijaya (49 tahun), Supervisor Administrasi Umum PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, wawancara dilakukan tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 239 Data Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010, dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010 (Telah diolah kembali) 240 Lihat Data Arus Barang Ekspor…Ibid 241 PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Pelabuhan Bengkulu, Dokumen Kompilasi Data, Desember, 2006. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
peningkatan produksi dan total volume kegiatan pemuatan batubara melalui Pelabuhan Pulau Baai dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.2 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan KegiatanPemuatan Batubara Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Perusahaan Batubara Jumlah (dalam ton) PT. Core Mineral Indonesia 590.566 PT Bukit Bara Sejahtera 188.479 PT Ratu Samban Mining 175 785 PT Bara Adipratama 158.415 PT Inti Bara Perdana 150.716 PT Titan 63.213 PT Mineral Anugerah Sejahtera 40.759 PT Panca Makmur Bersama 36.633 PT Sanfax 36.223 PT Indonesia Riau Sri Avantika 16.316 PT Emirat 7.541 PT Saribumi Adilestari 1.732 Jumlah 1.466.468 Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2009 (telah diolah) Dari tabel di atas menunjukan peningkatan produksi batubara merupakan faktor utama penggerak aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai meningkat. Total jumlah produksi dari keseluruhan perusahaan batubara yang mencapai 1.466.468 ton dimuat terutama untuk tujuan ekspor ke luar negeri dan sebagian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2010 merupakan puncak ekspor batubara dengan pencapaian volume ekspor yang naik secara signifikan mencapai angka 1,859,603 ton. Peningkatan ini didukung oleh total volume produksi dari perusahaan-perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pemuatan. Berikut daftar perusahaan batubara yang melakukan pemuatan di Pelabuhan Pulau Baai. Tabel 5.3 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan Batubara Tahun 2010 No 1 2 3 4
Nama Perusahaan Batubara PT. Rekasindo PT. Bukit Sunur PT. Ratu Samban Mining PT. Irsa
Jumlah (dalam ton) 486.532 452.015 214.446 213.521 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PT. Titan Mining 201.341 PT. Bara Adi Pratama 122.758 PT. Bar Indah Lestari 95.235 PT Cita Selaras 86.979 PT. Sanfax 47.759 PT. Indonesia Riau 40.583 PT. Panca Makmur Bersama 36.214 PT. Borneo 28.144 PT. Danau Mas Hitam 9.025 PT Iru 6.892 Jumlah 2.041.444 Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010 (telah diolah) Perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pemuatan batubara melalui Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 14 perusahaan dengan total jumlah muatan mencapai 2.041.444 ton. Perusahaan pertambangan batubara yang paling besar melakukan pemuatan adalah PT Rekasindo dan PT Bukit Sunur. Pada periode tahun 2007-2010 Pelabuhan Pulau Baai mulai mengalami kenaikan aktivitas ekspor yang sebelumnya mengalami kondisi yang menurun akibat pemanfaatan Pelabuhan Pulau Baai yang kurang optimal. Pada masa puncak aktivitas ekspor yang mulai menunjukan kenaikan pada tahun 2007, Pelabuhan Pulau Baai mengalami kendala operasional berupa sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan alur pelayaran. Puncak pendangkalan pelabuhan terjadi pada tahun 2010 dengan kedalaman alur pelayaran mencapai -3,5 M LWS yang sebelumnya -10 M LWS. Pendangkalan di pintu masuk pelabuhan ini menyebabkan banyak kapal-kapal kandas dan kapal bertonase besar tidak dapat masuk ke pelabuhan. Namun, hal ini tidak menunjukan pengaruh yang berarti bagi aktivitas ekspor dari Pelabuhan Pulau Baai. Dalam mengatasi kendala operasional tersebut agar pelabuhan tetap dapat melakukan aktivitas muat, maka cara ang dilakukan adalah dengan sistem transshipment. Komoditi ekspor yang akan dikapalkan menggunakan kapal angkut berkapasitas 30 ribu ton dan tongkang menuju Pulau Tikus dimana kapal-kapal besar pengangkut komoditi ekspor bersandar. Cara ini menjadi tidak efisien dalam hal waktu dan biaya bongkar-muat. Namun tidak ada cara lain, bagi kegiatan pemuatan batubara dari perusahaan-perusahaan Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
pertambangan
batubara
yang
tergantung
dengan
pelabuhan
ini
dalam
mendistribusikan hasil produksi.242 Berdasarkan gambaran volume ekspor komoditi andalan pada tahun 20012010, komoditas penopang diekspor dari pelabuhan Pulau Baai Bengkulu hanya batubara, karet setengah jadi (crumb rubber) dan cangkang kelapa sawit, sedangkan jenis kopi, kakao dan minyak mentah kelapa sawit (CPO) dikapalkan dari pelabuhan daerah lain. Negara tujuan ekspor batubara dan cangkang yaitu Malaysia, India, Thailand, Philipina dan Jepang. Untuk karet (crumb rubber) diekspor ke negara Amerika melalui Singapura. 243 Komoditi CPO dan kopi yang mengalami penurunan muatan melalui Pelabuhan Pulau Baai disebabkan oleh pendangkalan alur masuk pelabuhan menyebabkan kapal-kapal pelayaran pengangkut hasil produksi yang akan diekspor berkurang. Kapal-kapal ini lebih memilih untuk singah ke pelabuhan lain seperti di Pelabuhan Teluk Bayur dan Pelabuhan Panjang. Akibat kunjungan kapal-kapal yang menurun maka produsen penghasil komoditi enggan mendistribusikan ke Pelabuhan Pulau Baai. Perusahaan-perusahaan perkebunan di wilayah Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan menyediakan CPO dan batubara. Namun perusahaan ini mengalirkan hasil produksinya untuk didistribusikan melalui pelabuhan lain yang terdekat. Seperti Perusahaan minyak kelapa sawit/CPO di wilayah Bengkulu Utara mengekspor ke Padang, sedangkan perusahaan minyak kelapa sawit/CPO Bengkulu Selatan diekspor ke Pelabuhan Jambi, Pelabuhan Tanjung Api-Api (Palembang) dan Pelabuhan Panjang (Lampung).244 Dengan demikian dapat dikatakan, puncak aktivitas ekspor dari Pelabuhan Pulau Baai hanya berasal dari komoditi batubara dan karet. Gambaran aktivitas impor di Pelabuhan Pulau Baai hanya berjumlah skala kecil. Hal ini karena Pelabuhan Pulau Baai lebih dominan melayani aktivitas ekspor. Arus barang impor yang masuk melalui Pelabuhan Pulau Baai dilihat dari 242
Amin Wijaya, (48 tahun), Supervisor Administrasi Umum PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, tanggal 5 Mei 2011, di Kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 243
Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu 244 Wawancara Sugeng Darojati, (40 tahun), Kasi Kepelabuhan dan Perkapalan, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu, tanggal 4 Mei 2011, di Kantor Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
volume terbilang rendah hanya mencapai kisaran 1,000 ton sampai 23,000 per tahun. Rendahnya arus barang impor dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Ton 25,000 23,031 20,000
15,000
10,000
8,499 6,258
3,248
5,000
2,056 1,212 0
618
0 2001
2002
2003
2004
4,101
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010 (NOV)
Gambar 5.8 Arus Impor Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010 Aktivitas impor melalui Pelabuhan Pulau Baai hanya berjumlah skala kecil. Hal ini karena pelabuhan ini lebih banyak melayani aktivitas ekspor dari pada impor. Dari segi jenisnya, barang impor yang masuk melalui Pelabuhan adalah pupuk, beras, garam, gula pasir dan aspal. Pada tahun 2001 arus barang impor yang masuk melalui Pelabuhan Pulau Baai hanya pupuk. Kemudian pada tahun 2002 barang impor yang masuk mencapai kenaikan yang cukup drastis dengan adanya impor beras yang didatangkan dari India. Pada tahun 2007 arus barang impor mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu tajam. Pada tahun 2007-2010 komoditi impor yang masuk ke Pelabuhan Pulau Baai berupa aspal curah yang dari Singapura.245
245
Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
BAB 6 PENUTUP
6.1
Kesimpulan Usaha pengajuan usul pembangunan Pelabuhan Pulau Baai sudah
diupayakan sejak Propinsi Bengkulu berdiri pada tahun 1968. Namun realisasi pembangunan fisik Pelabuhan Pulau Baai terlaksana pada tahun 1980. Hal ini disebabkan karena prioritas pembangunan pada program Pelita I dan II lebih dulu difokuskan konsolidasi aparatur negara, perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan serta pengembangan daerah belakang sebagai pemasok komoditi perdagangan sehingga mendukung aktivitas pelabuhan. Seiring dengan perkembangan daerah belakang yang semakin pesat menghasilkan komoditi perdagangan, maka perkembangan aktivitas Pelabuhan Pulau Baai yang mulai beroperasi tahun 1984 turut mengalami peningkatan. Perkembangan daerah belakang yang menghasilkan komoditi ekspor andalan seperti karet, kopi, kelapa sawit olahan dan batubara turut ikut mendorong aktivitas pelabuhan semakin mengeliat memasuki era tahun 1990. Berdasarkan temuan data aktivitas pelabuhan selama periode tahun 19842010, pelabuhan ini lebih banyak didominasi oleh aktivitas ekspor dengan komoditi utama yaitu batu-bara. Komoditi batubara menjadi tulang sendi utama penggerak aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai. Sedangkan komoditi andalan lainnya dari sektor perkebunan seperti karet, kopi dan CPO mengalami fluktuasi dan pasang surut setiap tahunnya sehingga tidak selalu kontinyu dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai. Kondisi demikian disebabkan oleh Pelabuhan Pulau Baai mengalami kendala operasional berupa tingkat sedimentasi yang tinggi yang menyebabkan pendangkalan di pintu alur masuk pelabuhan. Kendala operasional ini menyebabkan biaya operasioanal pelabuhan yang besar karena dibutuhkan pengerukan rutin setiap tahunnya. Pada tahun 2010 merupakan puncak aktivitas pelabuhan. Namun di sisi lain terjadi pendangkalan yang parah pada alur pelabuhan Pulau Baai hingga mencapai kedalaman -3,5 M LWS. Kondisi alur pelabuhan yang semakin dangkal Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
menyebabkan kapal-kapal besar berukuran 15.000 ton tidak dapat masuk dan kandas di pintu masuk pelabuhan. Namun situasi ini tidak berdampak pada turunnya aktivitas ekspor di Pelabuhan ini. Dalam kondisi yang mengkhawatirkan terancam lumpuh, Pelabuhan Pulau Baai mengalami kemajuan puncak ekspor pada tahun 2010. Hal ini sangat kontradiktif, mengingat alur pelayaran merupakan hal yang sangat vital sebagai pintu masuk kapal-kapal ke pelabuhan. Muatan ekspor di Pelabuhan Pulau Baai yang mengalami puncaknya, didominasi oleh batubara. Komoditi lain seperti CPO dan karet mengalami penurunan. Dengan demikian dapat dikatakan, masa puncak aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai hanya bertumpu pada satu komoditi ekspor yaitu batubara, tetapi tidak diimbangi dengan komoditi andalan lainnya Pegembangan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pelabuhan utama pada akhirnya menjadi dilematis karena di satu sisi berperan terhadap peningkatan ekspor batubara yang mencapai puncaknya pada tahun 2010 tetapi di sisi lain menurunkan jumlah jenis komoditi yang selama ini menjadi andalan Bengkulu yaitu CPO dan karet. Kedua komoditi akhirnya harus didistribusikan melalui pelabuhan daerah lain sehingga hal ini menyebabkan kerugian bagi pihak PT (Persero) Pelindo II dan juga mengurangi pendapatan daerah. Tidak hanya itu, dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya masalah pendangkalan adalah arus suplai barang konsumsi yang tersendat karena aktivitas bongkar muatan kapal di pelabuhan terlambat. Akibatnya tak jarang daerah Bengkulu mengalami kelangkaan barang-barang konsumsi dan terpaksa mendatangkan barang-barang tersebut dari pelabuhan daerah lain. Jadi, sudah dipastikan harga barang-barang konsumsi di pasaran akan meningkat akibat tidak optimalnya peran pelabuhan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang.
6.2
Epilog Jika dilihat dari potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Propinsi
Bengkulu, daerah ini besar peluangnya untuk menjadi daerah yang maju perekonomianya terutama dari sektor perkebunan dan pertambangan. Namun kemajuan suatu wilayah tidak dapat didukung hanya karena memiliki potensi
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
sumber daya alam saja, namun juga harus didukung oleh infrastruktur yang baik sebagai akses transportasi pendistribusian hasil-hasil produksi tersebut. Perkembangan perdagangan dunia pada masa globalisasi sekarang ini membutuhkan akses transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan lainnya bahkan negara satu dengan lainnya. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan transportasi laut yang dapat mengakut komoditi perdagangan dalam skala besar dengan waktu yang efisien. Di sinilah peran pelabuhan menjadi satu kebutuhan penting untuk dikembangkan sebagai pintu gerbang lalu lintas komoditi perdagangan baik tujuan antar pulau maupun antar negara. Pelabuhan Pulau Baai yang didukung oleh daerah hinterland yang prospektif menghasilkan komoditi yang bernilai ekspor tinggi, sudah selayaknya dikembangkan dan diberikan perhatian khusus dalam hal peningkatan fasiltas pelabuhan dan penaggulangan kendala operasional yang selama ini membuat pelabuhan ini tidak berfungsi optimal. Masa puncak ekspor yang selama ini dicapai bisa melebihi target jika pengembangan infrastruktur ditingkatkan dan pelabuhan dalam kondisi yang prima sehingga hal ini dapat mendukung pencapaian ekspor yang semakin meningkat untuk waktu ke depan. Jika ditinjau dari posisi Pelabuhan Pulau Baai yang berdampingan dengan Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Palembang yang sudah berkembang lebih dulu. Maka Pelabuhan Pulau Baai juga dapat berkembang mengimbangi kemajuan pelabuhan-pelabuhan tersebut. Pelabuhan Pulau Baai mempunyai daerah hinterland yang juga berbatasan dengan pelabuhan-pelabuhan tersebut. Namun jika dilihat dari segi jarak tempuh yang menghubungkan daerah belakang dengan Pelabuhan Pulau Baai, sebenarnya jarak tersebut lebih terjangkau, namun belum ada akses jalur transportasi kereta api yang dapat mengangkut komoditi perdagangan tersebut secara massal. Dengan pengembangan sektor perkebunan dan pertambangan daerah belakang yang didukung oleh peningkatan infrastruktur transportasi jalur kereta api serta pelabuhan dengan fasilitas
yang
baik,
niscaya keterbatasan
perkembangan Propinsi Bengkulu yang selama ini terisolasi mampu menjadi daerah yang maju. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Peran penting pelabuhan tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah secara makro, namun juga memberikan sumbangan yang besar terhadap kelancaran arus barang-barang konsumsi bagi masyarakat sehingga jumlah dan harga barang konsumsi di pasaran dapat terkendali dan terjangkau oleh masyarakat secara umum. Sedangkan ditinjau dari kancah perdagangan global, Pelabuhan Pulau Baai berada pada perairan Samudera Hindia yang sedang dikembangkan menjadi jalur alternatif pelayaran akibat volume hilir mudik kapal-kapal dagang di jalur Selat Malaka yang semakin meningkat. Orientasi perdagangan dunia sekarang telah beralih ke negara-negara industri baru di kawasan Asia Timur, yang sudah pasti pada masa yang akan datang perkembangan akitivitas perdagangan di jalur Selat Malaka semakin padat dan ramai.. Perairan Samudera Hindia ini dapat dipakai sebagai rute alternatif yang dapat dilalui oleh kapal-kapal dagang dan tankertanker minyak, sehingga keberadaan sebuah pelabuhan dalam rute ini akan semakin diperlukan. Dalam hal ini, Pelabuhan Pulau Baai telah menempati lokasi yang strategis sehingga pelabuhan ini dapat dipersiapkan sebagai pelabuhan yang dapat mampu menghadapi perkembangan globalisasi dan ikut berkontribusi bagi kelancaran aktivitas perekonomian dunia.
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Arsip Bengkulu Dalam Angka 1988, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Bengkulu Dalam Angka 1989, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Bengkulu Dalam Angka 1990, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Bengkulu Dalam Angka 2000, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Bengkulu Dalam Angka 2007, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Bengkulu Dalam Angka 2009, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Bengkulu Dalam Angka 2010, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1982, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1986, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1994, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1996, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1998, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2001, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2006, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2007, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2009, Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu Program Strategis Sektor Perhubungan Provinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu Proposal Pembangunan Jalur Kereta Api Kora Padang-Pulau Baai dalam Menunjang Pembangunan Wilayah Propinsi Bengkulu, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu Dinas Perhubungan, 2007 Proposal Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, 2007 Proposal Studi Sedimentasi Di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, 2007 Proposal Pengembangan Break Water Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, 2007 Proposal Pengerukan Alur Pelabuhan Pulau Baai, Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, 2007 Monografi Daerah Bengkulu Jilid I. Tim Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Project Prospectus Development of Port Related Industry At Bengkulu Port, Indonesia Port Corpration II, 1984 Laporan Tahunan Tahun Anggaran 1981/1982. Kantor Wilayah Departemen Penerangan Propinsi Bengkulu. Proyek Operasi Penerangan Bengkulu ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994 Pendapatan Regional Propinsi Bengkulu 1983-1991. Perwakilan Biro Pusat Statistik. Kantor Statistik Propinsi Bengkulu Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. 22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Monografi Propinsi Bengkulu 1995, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Indonesia Port Corpration II Corporate Primer, 1993 Buku Data Pokok Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Dati I Bengkulu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 1995/1996 Tataran Transportasi Wilayah Propinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu, 2004 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Rencana Induk Pelabuhan Bengkulu Propinsi Perhubungan Republik Indonesia, 2008
Bengkulu,
Departemen
Laporan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI, 2008 Company Profile PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), 2008 Buku Anwar, Rosihan. Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005 Braudel, Ferdinand. The Mediterranean and the Mediterranean World in The Age of Philip II. (Volume II) London: University of California Press, 1995. Broeze, Frank. Brides of the Sea: Port Cities of Asia From the 16th-20th Centuries, Kensington: New South Wales University Press, 1989. Burhan, Firdaus. Bengkulu dalam Sejarah. Jakarta: Yayasan Pengembang Seni Budaya Nasional Indonesia, 1988 Chauduri, K.N. Trade and Civilisation in the Indian Ocean, An Economic History from The Rise of Islam to 1750. Cambridge: Cambridge University Press, 1985. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Dault, Adhyaksa. Pemuda dan Kelautan. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo, 2008 Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Ekonomi Indonesia Selama Empat Tahap Pelita. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1989. Hall, Kenneth. Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia. Honolulu: University of Hawaii Press, 1985. Ichimura, Shinichi (Ed). Pembangunan Ekonomi Indonesia. Masalah dan Analisis. Jakarta: UI Press, 1989 Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Yogjakarta: Penerbit Ombak, 2007. Lapian, Adrian B. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut. Jakarta: Komunitas Bambu, 2008 ______________, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke 16-17. Jakarta: Komunitas Bambu, 2008 ______________, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Bengkulu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984 Reid, Anthony. Pendahuluan: Pasar dan Misteri. Dalam Anthony Reid (Ed). Sumatera Tempo Doeloe Dari Marco Polo sampai Tan Malaka. Jakarta: Komunitas Bambu, 2010 Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Yogjakarta: Gajah Mada University Press, 1989. Setiyanto, Agus. Orang-Orang Besar Bengkulu Riwayatmu Dulu. Yogjakarta: Penerbit Ombak, 2001 ___________, Elite Pribumi Bengkulu Perspektif Sejarah Abad ke 19. Jakarta: Balai Pustaka, 2001 Soedjono, Wiwoho. Pengangkutan Laut Dalam Hubungannya Dengan Wawasan Nusantara. Jakarta: Bina Aksara, 1983. Susanto, Darwin. Menyibak Misteri Bangkahulu. Yogjakarta: Penerbit Ombak, 2010 Tim Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Provinsi Bengkulu, Sejarah Daerah Bengkulu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1977/1978 Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Tim Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Provinsi Bengkulu. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Bengkulu. Departement Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, 1978/1979 Triatmodjo, Bambang. Pelabuhan. Yogjakarta: Beta Offset, 2003 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, P. Lim Pui Hen, James H. Morrison dan Kun Chong Guan (ed.), Sejarah Lisan di Asia Tenggara, R. Z. Leirissa (alih bahasa), Jakarta: LP3ES, 2000 Purwaka, Tommy H. Pelayaran Antar Pulau Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 1993 Zuhdi, Susanto. Cilacap 1830-1942 Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan Di Jawa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 2001 Karya yang tidak dipublikasikan Linda Sunarti, Pembangunan dan Perkembangan Swettenham di Malaysia 19001983. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Makalah dan Jurnal Novita, Aryandini dan Darmansyah, Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial (Makalah) Lapian, Adrian B. Mendekati Sejarah Nusantara dari Laut. The Habibie Center. Years 1999-2010. Makalah Presentasi Penerimaan Habibie Award 2010, Puri Ratna, Hotel Grand Sahid Jaya. Jakarta: Penerbit Yayasan Sumber Data Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM IPTEK), 2010 Lapian, Adrian B. Sejarah Nusantara Sejarah Bahari. Pidato pengukuhan yang diucapapkan pada upacara penerimaan jabatan Guru Besar Luar Biasa Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tanggal 4 Maret 1992 Tata Kota Bengkulu Abad XVIII dalam Jurnal Arkeologi Siddhayatra Nomor 1/III/Mei/, 1998 Artikel Surat Kabar/Majalah Online: Agus
Setiyanto, Sejarah Desember 2010
Bengkulu, Diakses 29
Gambaran Umum Pelabuhan Bengkulu: Sejarah Diakses 10 Desember 2010
Singkat,
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
156 Kapal besar kandas di Pulau Baai. Bisnis, 09 November 2010. Diakses 10 Januari 2011 Dua Kapal Kandas di Pelabuhan Pulau Baai. Tempointeraktif: Sabtu, 26 September 2009 Diakses pada tanggal 29 September 2011 Pendangkalan Ancam Pelabuhan Baai. Media Indonesia: Jumat, 12 November 2010. Dakses tanggal 26 Juni 2011 Gara-Gara Pelabuhan Pulau Baai Dangkal, Pasokan BBM Terhambat..Media Indonesia, Diakses 22 Juni 2011 Pelindo Optimistis Pengapalan Batu Bara terus Meningkat. Diakses Rabu, 24 November2010 Pelabuhan Pulau Baai Alami Pendangkalan Hebat. Diakses 20 Januari 2011. Wawancara: Amin Wijaya, (48 tahun), Supervisor Administrasi Umum PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, tanggal 5 Mei 2011, di Kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu Bahari, (55 tahun), warga kampong nelayan desa Selebar, tanggal 6 Mei 2011, di kampung nelayan desa Selebar Eko Hadi Saputra, (33 tahun), Staff Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi Bengkulu, tanggal 7 Mei 2011 di Kantor Bappeda Propinsi Bengkulu Sugeng Darojati, (40 tahun), Kasi Kepelabuhan dan Perkapalan, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu, tanggal 4 Mei 2011, di Kantor Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu Turniadi, (50 tahun), Supervisor Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, tanggal 5 Mei 2011, di Kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu. Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Lampiran 1
DATA FASILITAS PELABUHAN BENGKULU A.Fasilitas Kolam & Dermaga. NO NAMA FASILITAS 1 2
PANJANG (M') 4.000
LEBAR (M') 2.500
Kolam Pelabuhan Break Water ( Penahan Gelombang) - Sebelah Kiri 652 6 - Sebelah Kanan 420 6 3 Alur Masuk Pelabuhan : - Kanal 1.000 400 - Alur Pelayaran 1.900 80 4 Dermaga Samudera 165 18 5 Dermaga Nusantara 84 18 6 Dermaga Lokal 124 10 7 Dolpin Dermaga Samudera - Breasting Dolpin 2 buah 5,5 6,5 - Moring Dolpin 4 buah 3,5 4 B.Fasilitas Tanah, Lapangan & Gudang Penumpukan NO NAMA FASILITAS PANJANG LEBAR (M') (M') 1 Tanah Daratan 2 Kolam Pelabuhan : - Perairan Dalam - Perairan Luar 3 Gudang Samudera 70 35 4 Gudang Lokal 50 35 5 Lapangan Penumpukan - Lapangan Samudera - Nusantara C. Fasilitas Peralatan NO NAMA FASILITAS JUMLAH SATUAN 1 Kapal Tunda 1 Unit 2 Kapal Pandu 1 Unit 3 Conveyor belt - Conveyor Belt A 1 Unit - Conveyor Belt B 1 Unit 4 Crane IHI 1 Unit 5 Forklift Datsun 2 Unit Forklift Toyota 1 Unit 6 Hoper Box 4 Buah 7 PMK 1 Unit 8 Air Minum (Bak Reservoir) - Dermaga Samudera 1 Unit - Dermaga Lokal 1 Unit
KEDALAMAN
KET
- 2 s/d -12 M LWS
Baik
-
Baik Baik
- 1 s/d -7 M LWS - 7 M LWS - 7 M LWS - 7 M LWS - 3 M LWS
Baik Baik Baik Baik Baik
- 10 M LWS - 6 M LWS
Baik Baik
LUAS 1.192,6 Ha
Baik
1.000 Ha 2.183,47 Ha 2.450 M2 1.750 M2
Baik Baik Baik Baik
1.100 M2 6.772 M2
Baik Baik
KAPASITAS 1.160 HP 400 HP
KET Baik Baik
500 T/JAM 1000 T/JAM 25 TON 2 TON 3 TON 8 TON 5 TON
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
50 TON 50 TON
Baik Baik
Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
KET
Lampiran 2 Struktur Organisasi Pelabuhan Bengkulu PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA II CABANG BENGKULU
General Manager
Manager Pelayanan Jasa
Manager Usaha Terminal
Manager Teknik & Sistem Operasi
Manager Keuangan
Manager SDM & Umum
Supervisor Rendal
Supervisor Pelayanan Bongkar Muat
Supervisor Teknik Sipil
Supervisor Anggaran & Akuntansi
Supervisor Adm.Umum & RT
Supervisor Pelayanan, Ka pal & Barang
Supervisor Peralatan
Supervisor Alat Apung
Supervisor Pendapatan & Pembend
Supervisor Sumber Daya Manusia
Supervisor Pelayanan Umum
Supervisor Administrasi Uster
Supervisor Sistem Informasi
Supervisor Pemandu & Penunda
Supervisor TELKOM & Administrasi
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Lampiran 3
Peta Lay Out Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, 2010 (Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Lampiran 4
Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan Batubara dan Cangkang Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Perusahaan Batubara PT. Core Mineral Indonesia PT Inti Bara Perdana PT Mineral Anugerah Sejahtera PT Bara Adipratama PT Bukit Bara Sejahtera PT Ratu Samban Mining PT Indonesia Riau Sri Avantika PT Titan PT Emirat PT Panca Makmur Bersama PT Saribumi Adilestari PT Sanfax Jumlah Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2009
Jumlah (ton) 590.566 150.716 40.759 158.415 188.479 175 785 16.316 63.213 7.541 36.633 1.732 36.223 1.466.468
Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan Batubara dan Cangkang Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Perusahaan Batubara PT. Bukit Sunur PT. Danau Mas Hitam PT. Irsa PT. Rekasindo PT. Indonesia Riau PT. Titan Mining PT. Bar Indah Lestari PT. Borneo PT. Ratu Samban Mining PT. Bara Adi Pratama PT Cita Selaras PT. Sanfax PT Iru PT. Panca Makmur Bersama Jumlah Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
Jumlah (ton) 452.015 9.025 213.521 486.532 40.583 201.341 95.235 28.144 214.446 122.758 86.979 47.759 6.892 36.214 2.041.444
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
DOKUMENTASI FOTO
Foto 1 Pelabuhan Bengkulu Lama, 1930 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 2 Kondisi kolam pelabuhan tahun 1980 sebelum pemotongan lidah pasir menjadi alur pelayaran (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 3 Alur masuk kolam Pelabuhan Pulau Baai setelah dilakukan pengerukan dan pemotongan lidah pasir tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 4 Lay Out Pelabuhan Pulau Baai (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 5 Peresmian Pelabuhan Pulau Baai oleh Presiden Soeharto tahun 1984 (Repro Eva Riana Sumber: “10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu”, Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 1984-1989)
Foto 6 Meriam yang ditemukan pada saat pengerukan alur pelabuhan (Dokumentasi Eva Riana)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 7 Kolam Pelabuhan Pulau Baai luas 1.000 Ha (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 8 Pemecah Gelombang (Break Water) dibangun tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Foto 9 Kantor Pelabuhan Pulau Baai PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu (Dokumentasi Eva Riana)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 10 Dermaga Lokal dibangun tahun 1980 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 11 Dermaga Samudera dibangun 1984 sebagai dermaga ekspor (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 12 Dermaga Nusantara dibangun tahun 1991 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 13 Gudang Samudera dibangun tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 14 Gudang Lokal dibangun tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 15 Lapangan penumpukan yang dibangun tahun 1989 dan tahun 1995 (Dokumentasi Eva Riana)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 16 Fasilitas Conveyor Belt sebagai peralatan penunjang bongkar muat barang curah kering, 1989 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Foto 17 Conveyor Belt A, peralatan bongkar muat batu bara dengan kapasitas 500 ton/jam di Dermaga Samudera, 1989 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 18 Conveyor Belt B, kapasitas 1.000 ton/jam di Dermaga Samudera, 1995 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 19 Aktivitas Muat Batu Bara ke Tongkang Menggunakan Conveyor Belt di Dermaga Samudera Pulau Baai (Dokumentasi Eva Riana)
Foto 20 Mobil crane dioperasikan tahun 1984 (Dokumentasi Eva Riana)
Foto 21 Forklift dioperasikan tahun 1984 dan penambahan forklift tahun 2005 (Dokumentasi Eva Riana)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 22 Kapal Tunda T.B Selat Bunga Laut, 1978 (Dokumetasi Eva Riana)
Foto 23 Motor Pandu Pelabuhan Pulau Baai, 2003 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 24 Mobil Pemadam Kebakaran (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 25 Reservoir Dermaga Nusantara, 2005 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Figure 26 Kondisi Alur Pelayaran tahun 2002 yang dipertahankan kedalaman sampai – 10 M LWS (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Foto 27 Kondisi Alur Pelayaran Tahun 2007 yang tidak dilakukan pengerukan (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 28 Kondisi alur pelayaran tahun 2010 mencapai kedalaman - 3,5 M LWS akibat sedimentasi (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Foto 29 Kondisi alur pelayaran akibat sedimentasi tahun 2010 dari foto udara (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 30 Jalur masuk kapal tidak melalui alur pelayaran (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Foto 31 Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan Pulau Baai (Sumber: Suara Pembaharuan)
Foto 32 Sedimentasi mengakibarkan kapal besar kandas di alur masuk pelabuhan dan ditarik menggunakan motor pandu (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012