UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN AMANAH DAN MOTIVASI DENGAN ETOS KERJA KADER HIDAYATULLAH
TESIS
AGUNG TRANA JAYA NPM: 0906 596 960
PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN TIMUR TENGAH DAN ISLAM JAKARTA JULI 2011
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN AMANAH DAN MOTIVASI DENGAN ETOS KERJA KADER HIDAYATULLAH
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
AGUNG TRANA JAYA NPM: 0906 596 960
PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN TIMUR TENGAH DAN ISLAM PEMINATAN KAJIAN ISLAM DAN PSIKOLOGI JAKARTA JULI 2011 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Agung Trana Jaya
NPM
: 0906 596 960
Tanda tangan
:
Tanggal
: 12 Juli 2011
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh : Nama : Agung Trana Jaya NPM : 0906 596 960 Program Studi : Kajian Islam dan Psikologi Judul Tesis : Hubungan Amanah dan Motivasi dengan Etos Kerja Kader Ormas Hidayatullah Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Timur Tengah dan Islam, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang : Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog ( .... …………... ......)
Pembimbing
Penguji
: Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA
: Dra. Rochimah Imawati, MSi
Pembaca Ahli/Reader : Prof.Dr Abdul Mujib, Msi
( ......
( ... ……………. ......)
( ................................)
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal
….………...)
: 12 Juli 2011
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains pada Program Studi Timur Tengah dan Islam, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Ole karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog sebagai ketua Program Studi Timur Tengah dan Islam, Program Pasca Pascasarjana, Universitas Indonesia. 2. Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan penulis dalam menyusun tesis ini. 3. Tim penguji, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog sebagai ketua sidang, Dra.Rochimah Imawati,MSi sebagai penguji, Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA sebagai pembimbing dan Prof. Dr. Abdul Mujib, MSi sebagai pembaca ahli. 4. Seluruh dosen PSTTI yang telah memberikan berbagai pengetahuan dan pengajaran kepada penulis selama masa perkuliahan. 5. Orang tua tercinta, ayahanda Ooy Lesmana dan ibunda Imas yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu. 6. Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah (DPP) yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian terhadap para perintis Hidayatullah. 7. Istriku tercinta Siti Mustasyrifah, S.Pd yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun tesis ini dan ananda tersayang Fakhruddin Zulfikar yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyususn tesis ini. 8. Sahabat seangkatan, Muhammad Sholeh yang sering menjadi teman diskusi penulis dalam penyusunan tesis ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi Islam. Jakarta, 16 Juni 2011 Penulis
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Agung Trana Jaya
NPM
: 0906 596 960
Program Studi
: Kajian Islam dan Psikologi
Fakultas
: Program Studi Timur Tengah dan Islam
Jenis karya
: Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul "Hubungan Amanah dan Motivasi Dengan Etos Kerja Kader Ormas Hidayatullah" beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagi pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Jakarta Pada tanggal 12 Juli 2011 Yang menyatakan
Agung Trana Jaya
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
ABSTRAK Nama : Agung Trana Jaya Program Studi : Kajian Islam dan Psikologi, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, 2011 Judul : Hubungan Amanah dan Motivasi dengan Etos Kerja Kader Ormas Hidayatullah. Etos kerja merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Secara umum etos kerja di Indonesia masih rendah namun ada juga yang memiliki etos kerja tinggi. Mereka adalah orang-orang yang mewujudkan sesuatu yang fenomenal dan kontribusinya dikenang oleh orang banyak. Di antara mereka adalah para pelopor lembaga pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara amanah dan motivasi dengan etos kerja kader Hidayatullah yang telah berhasil mengembangkan lembaga ini di berbagai daerah. Hasil penelitian menunjukan bahwa amanah dan motivasi memiliki korelasi yang signifikan dengan nilai determinasi sebesar 42, 6%. Amanah memiliki kontribusi yang sangat tinggi yaitu sebesar 41,5% sedangkan kontribusi motivasi sangat kecil, yaitu sebesar 0,0324%. Penelitian ini menghasilkan persamaan regresi, yaitu Etos Kerja = 49,864 + 0,693 Amanah + 0,132 Motivasi. Koefisien regresi 0,693 menunjukkan bahwa jika setiap sifat amanah bertambah +1 poin, maka etos kerjanya akan bertambah 0,693 poin. Sedangkan koefisien regresi 0,132 menunjukkan bahwa jika motivasi seseorang bertambah +1 poin, maka etos kerjanya akan bertambah juga sebesar 0,132 poin. Kata kunci: etos kerja, amanah, motivasi, kader Ormas Hidayatullah
vi Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
ABSTRACT Nama : Agung Trana Jaya Study Progran : Islamic Studies and Psychology , Master Program of Indonesian University, 2011 Title : Relation between amanah and motivation with the pioneer work ethic of pesantren Hidayatullah. Work ethic is very important things in improving the quality of human resources. Generaly, the work ethic in Indonesia is still low but there also has a high work ethic. They are the pioneers who create something phenomenal and his contribution is remembered by many people. Among of them is the pioneer educational institutions. This study aims to examine the relationship between trustworthiness (amanah) and motivation with the Hidayatullah pioneer work ethic. They were the volunteers who participated founded Hidayatullah Hidayatullah Hidayatullah or cadres assigned to initiate the branch. The results showed that trustworthiness (amanah) and motivation have a significant correlation with the determination of 42, 6%. Trustworthiness (amanah) has a very high contribution that is equal to 41.5% while the contribution of motivation is very small, amounting to 0.0324%. This research resulted in the regression equation, the Ethos Work = 49.864 + 0.693 trustworthiness (amanah) + 0.132 motivation. Regression coefficient of 0.693 indicates that if each trait increased mandate +1 points, then his work ethic will get 0.693 points. While the regression coefficient of 0.132 indicates that if one's motivation increases +1 points, then his work ethic will also increase by 0.132 points. Key words: work ethic, trustworthiness (amanah), motivation, pioneer of Hidayatullah.
vii Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
ﺍﳋﻼﺻـــﺔ ﺍﺳﻢ ﺑﺮﻧﺎﻣﺞ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺔ
:ﺃﻏﻮﻧﺞ ﺗﺮﺍﻧﺎ ﺟﺎﻳﺎ :ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺎﺕ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﻔﺲ ،ﺑﺮﻧﺎﻣﺞ ﻣﺎﺟﺴﺘﲑ ﰲ ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻻﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻴﺔ2011 ، ﻣﻮﺿﻮﻉ :ﺍﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﲔ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻭﺍﻟﺪﺍﻓﻊ ﻣﻊ ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﺪﻯ ﻣﺆﺳﺴﻲ ﲨﻌﻴﺔ ﻫﺪﺍﻳﺔ ﺍﷲ ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﻪ ﺃﳘﻴﺔ ﻛﺒﲑﺓ ﰲ ﺗﻨﻤﻴﺔ ﺟﻮﺩﺓ ﻣﻮﺍﺭﺩ ﺍﻟﺒﺸﺮﻳﺔ .ﺑﺸـﻜﻞ ﻋـﺎﻡ، ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﰲ ﺇﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻴﺎ ﻻ ﻳﺰﺍﻝ ﻣﻨﺨﻔﻀﺎ ﻭﻟﻜﻦ ﻫﻨﺎﻙ ﻣﻦ ﻟﺪﻳﻪ ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﻌﺎﻟﻴﺔ .ﻫﻢ ﻣﺆﺳﺴﻮﻥ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻨﺸﺆﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﺍﺳﺘﺜﻨﺎﺋﻴﺎ ﻭﻳﺘﺬﻛﺮ ﻣﺴﺎﳘﺘﻬﻢ ﰲ ﻛـﺜﲑ ﻣـﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ .ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﺆﺳﺲ ﺍﳌﺆﺳﺴﺎﺕ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻴﺔ .ﺪﻑ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺔ ﺇﱃ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﲔ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻭﺍﻟﺪﺍﻓﻊ ﻣﻊ ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﺪﻯ ﻣﺆﺳﺴﻲ ﲨﻌﻴﺔ ﻫﺪﺍﻳﺔ ﺍﷲ. ﺃﻇﻬﺮﺕ ﺍﻟﻨﺘﺎﺋﺞ ﺃﻥ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻭﺍﻟﺪﺍﻓﻊ ﳍﺎ ﺍﺭﺗﺒﺎﻁ ﻛﺒﲑ ﻣﻊ ﺗﻘﺮﻳﺮ ﻣﻦ .% 42,6ﻟﻸﻣﺎﻧﺔ ﻣﺴﺎﳘﺔ ﻛﺒﲑﺓ ﺟﺪﺍ ﺍﻟﱵ ﺗﺴﺎﻭﻱ % 41.5ﻭﻟﻠﺪﺍﻓﻊ ﻣﺴﺎﳘﺔ ﺻﻐﲑ ﺟﺪﺍ ،ﺗﺼـﻞ ﺇﱃ .% 0.0324ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺃﺩﻯ ﰲ ﻣﻌﺎﺩﻟﺔ ﺍﻻﳓﺪﺍﺭ ،ﻭﻫـﻲ ﺃﺧﻼﻗﻴـﺎﺕ ﺍﻟﻌﻤـﻞ = + 49.864ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ + 0.693ﺍﻟﺪﺍﻓﻊ .0.132ﻣﻌﺎﻣﻞ ﺍﻻﳓﺪﺍﺭ ﻣـﻦ 693،0 ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻛﻠﻤﺎ ﺯﺍﺩﺕ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ 1+ﻧﻘﻄﺔ ،ﺯﺍﺩﺕ ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﻋﻤﻠﻪ ﻣـﻦ 693،0 ﻧﻘﻄﺔ .ﻭﻣﻊ ﺫﺍﻟﻚ ﺃﻥ ﻣﻌﺎﻣﻞ ﺍﻻﳓﺪﺍﺭ ﻣﻦ 132،0ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﺯﺍﺩ ﺍﻟـﺪﺍﻓﻊ 1+ ﻧﻘﻄﺔ ،ﺯﺍﺩ ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﻋﻤﻠﻪ ﺃﻳﻀﺎ ﻣﻦ 0.132ﻧﻘﻄﺔ. ﻣﻔﺘﺎﺡ ﺍﻟﻜﻠﻤﺎﺕ :ﺃﺧﻼﻗﻴﺎﺕ ﺍﻟﻌﻤﻞ ,ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ,ﺍﻟﺪﺍﻓﻊ ،ﻣﺆﺳﺴﻮ ﲨﻌﻴﺔ ﻫﺪﺍﻳﺔ ﺍﷲ
viii Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIYAH ................. v ABSTRAK ................................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9 1.5 Batasan Masalah ............................................................................. 9 1.6 Sistematika Penulisan ..................................................................... 9 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kader Hidayatullah ......................................................................... 11 2.2 Etos Kerja ......................................................................................... 15 2.2.1 Definisi Etos Kerja ............................................................... 15 2.2.2 Fungsi Etos Kerja ................................................................ 17 2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja .................. 21 2.2.4 Etos Kerja dalam tinjauan Al Qur,an dan Hadits ................ 25 2.2.5 Aspek dan Indikator Etos Kerja .......................................... 32 2.3 Amanah ........................................................................................... 48 2.3.1 Definisi Amanah ................................................................. 49 2.3.2 Amanah dalam Al-Quran dan Hadist ................................... 53 2.3.3 Hikmah dan Manfaat Sifat Amanah .................................... 55 2.3.4 Faktor-Faktor yang Membentuk Amanah ........................... 57 2.3.5 Aspek dan Indikator Amanah .............................................. 61 2.4 Motivasi ......................................................................................... 66 2.4.1 Definisi Motivasi ................................................................. 66 2.4.2 Motivasi Kerja ..................................................................... 68 2.4.3 Aspek dan Indikator Motivasi ............................................. 69 2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 74 2.6 Kerangka Berfikir ........................................................................... 75 2.7 Skema Berpikir ............................................................................... 76 2.8 Hipotesis .......................................................................................... 78 3. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 3.2 Jenis Variabel .................................................................................. 3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 3.4 Populasi dan Sampel penelitian ....................................................... Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011 3.5 Instrumen Penelitian .........................................................................
78 78 78 79 77
3.6 Definisi dan Pengukuran Variabel .................................................... 3.6.1 Etos Kerja ................................................................................ 3.6.2 Amanah .................................................................................. 3.6.3 Motivasi ................................................................................... 3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 3.7.1 Uji Validitas ............................................................................ 3.7.2 Uji Reliabilitas ........................................................................ 3.8 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................... 3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 3.9.1 Teknik Pengolahan Data ......................................................... 3.9.2 Analisis Data ........................................................................... 4. PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Instrumen ........................................................................... 4.1.1 Kalibrasi Instrumen Etos Kerja ............................................... 4.1.2 Kalibrasi Instrumen Amanah .................................................. 4.1.3 Kalibrasi Instrumen Motivasi..................................................
81 81 82 84 85 85 86 86 87 87 87 88 88 89 91
4.2 Analisis Data .................................................................................... 92 4.2.1 Analisis Deskriptif .................................................................. 94 4.2.2 Analisis Regresi ...................................................................... 96 4.2.3 Analisis Regresi Hirarkis ......................................................... 98 4.3 Uji Hipotesis dan R2 ......................................................................... 100 4.4 Diskusi............................................................................................... 101 5. Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 103 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 103 5.2 Saran ................................................................................................. 103 DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 105
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ............................................................... 76 Gambar 3.1 Rumusan Masalah Deskriptif Asosiatif ......................................... 79
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daftar Kader Hidayatullah yang Menjadi Responden .................... 13 Tabel 2.2 Variabel Etos Kerja dan Indikatornya ............................................ 49 Tabel 2.3 Aspek dan Indikator Amanah ......................................................... 65 Tabel 2.4 Aspek dan Indikator Motivasi ......................................................... 74 Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Etos Kerja ....................................................... 83 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Amanah ........................................................... 84 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Motivasi .......................................................... 85 Tabel 4.1 Ringkasan Analisis Validitas Instrumen Etos Kerja ....................... 90 Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Validitas Instrumen Amanah .......................... 91 Tabel 4.3 Ringkasan Analisis Validitas Instrumen Motivasi .......................... 93 Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ................................................. 94 Tabel 4.5 Deskripsi Data Umum .................................................................... 95 Tabel 4.6 Sebaran Skor Etos Kerja ................................................................. 95 Tabel 4.7 Sebaran Skor Amanah .................................................................... 95 Tabel 4.8 Sebaran Skor Motivasi .................................................................... 96 Tabel 4.9 Regresi dengan Model Summary .................................................... 96 Tabel 4.10 Hasil ANOVA ................................................................................. 97 Tabel 4.11 Uji t ................................................................................................... 97 Tabel 4.12 Regresi Amanah terhadap hak-hak Allah dan manusia dengan etos kerja ............................................................................... 99 Tabel 4.13 Regresi Amanah terhadap hak-hak Allah dan manusia serta motivasi Intrinsik dengan etos kerja ................................................................ 99 Tabel 4.14 Regresi Amanah terhadap hak-hak Allah dan manusia serta motivasi Intrinsik dan ekstrinsik dengan etos kerja ......................................... 99 Tabel 4.15 Ringkasan Regresi Hirarkis ............................................................ 98
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Angket Sebelum diujicobakan ...................................................... 111 Lampiran 2: Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen ............................... 118 Lampiran 3: Angket Setelah diujicobakan ........................................................ 124
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Salah satu syarat sebuah bangsa untuk maju adalah memiliki etos kerja yang
tinggi. Dengan etos kerja yang tinggi seseorang akan memiliki pandangan dan
sikap yang baik terhadap kerja. Namun sangat disayangkan karena etos kerja di
Indonesia masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari jumlah pengangguran di
Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011,
jumlah pengangguran mencapai 10% atau sekitar 23 juta orang (www.bps.go.id,
2009). Selain itu, indeks pembangunan manusia Indonesia juga masih rendah,
menurut data dari Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo), Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2007 berada di peringkat 107 dari
177
negara
dan
pada
2009
menurun
menjadi
peringkat
ke
111
(www.depkominfo.go.id, 2010). Rendahnya etos kerja di Indonesia juga dapat dilihat dari fenomena yang sering kita lihat setiap hari, misalnya ketidaktepatan masuk jam kerja "jam karet" dan keterlambatan pada acara-acara resmi. Lebih jauh lagi pelaksanaan jam kerja di Indonesia masih rendah, hal ini terjadi terutama pada instansi-instansi pemerintah. Secara resmi badan-badan pemerintah kecuali BUMN mempunyai jam kerja seluruhnya hanya 38 jam per minggu bahkan sering kurang karena keterlambatan (Anoraga, 2009). Indonesia memang memiliki banyak masalah dengan etos kerja namun ditengah keterpurukan ini masih banyak orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Etos kerja yang tinggi biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berjuang mewujudkan cita-cita besar. Mereka adalah para pelopor yang berjuang mewujudkan sebuah idealisme yang awalnya tidak ada menjadi ada. Para pelopor bisnis, para pejuang dan para pelopor dalam pendidikan adalah contoh orangorang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Di antara mereka adalah para pelopor lembaga pendidikan yang memulai perjuangannya dari nol. Salah satu lembaga pendidikan yang dirintis dengan kerja keras para perintisnya adalah Hidayatullah. Kader-kader awal lembaga ini memulai perjuangan mereka dengan hanya berbekal semangat dan keyakinan, tetapi
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
2
mereka mampu menghasilkan sebuah karya yang menasional. Dengan etos kerja yang tinggi pesantren ini berkembang ke seluruh Indonesia. Menurut Mohammad (2006,p.140) "Dari pesantren inilah etos kerja islami benar-benar dipompakan secara maksimal". Mereka bekerja keras tahap demi tahap demi mewujudkan idealisme mereka. Dimulai dengan mengasah keyakinan dan mewujudkan semangat mereka dalam kerja keras hingga terbentuklah lembaga pendidikan yang awalnya berbentuk pesantren. Dari satu pesantren, dibukalah cabang-cabang di berbagai daerah yang hingga kini hampir berada di setiap provinsi. Di antara literatur yang menceritakan kisah perjuangan mereka adalah Tim Majalah Suara Hidayatullah (2010), Mohammad (2006), Tim Da'i dan Da'iyah Hidayatullah (2005) dan Salbu (2007). Hidayatullah dirintis pada tahun 1972 di Balikpapan, Kalimantan Timur oleh Abdullah Said dan kawan-kawan. Perintisan pesantren dimulai dengan pengajian kecil-kecilan dan berpindah-pindah. Abdullah Said sempat meminjam tempat jemuran padi berukuran 3x4 m2. Di tempat ini ia melakukan seluruh kegiatannya dalam membina para santri yang berjumlah 10 orang (Mohammad, 2006) Mohammad (2006) menjelaskan bahwa kelompok pengajian ini sempat dicibir oleh masyarakat bahkan dituduh sebagai aliran sesat. Tetapi tudingan ini membawa hikmah yang besar karena merupakan kesempatan untuk menjelaskan gagasan yang akan dibangun oleh Abdullah Said. Akhirnya ia mendapatkan dukungan dari Wali Kota Balikpapan, Letkol (Pol) H. Asnawi Arbain. Wali Kota Balikpapan menawarkan daerah Gunung Tembak yang masih berupa hutan belukar dan rawa untuk dijadikan area pesantren. Dalam jangka lima bulan, hutan belukar dan rawa berhasil dibenahi dan menjadi pekuminan yang artistik. Sarana pun memadai, ada masjid, perpustakaan, asrama dan ruang belajar. Abdullah Said dikenal ulet, tekun dan penuh percaya diri. Ia juga seorang motivator ulung dan pemompa semangat. Tak pernah mengenal kata menyerah hingga ia berhasil membangun pesantren yang luasnya mencapai 150 Ha yang pada awalnya merupakan hutan dan rawa. Pada 5 Agustus 1976 Pesantren Hidayatullah diresmikan oleh Menteri Agama Prof. Dr. A. Mukti Ali (Salbu, 2007).
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
3
Perjuangan Abdullah Said tidak sampai di situ. Secara intensif ia terus menggelorakan semangat para santrinya untuk membuka cabang-cabang di berbagai daerah. Ia senantiasa memompa etos kerja para santrinya untuk dapat memperluas jaringan di setiap kabupaten sehingga dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan bangsa. Keberhasilan Abdullah Said tidak membuat hidupnya berubah hingga akhir hayatnya (1998) ia tetap hidup sederhana. Ia tidak memiliki rumah pribadi dan mobil pribadi. Ia tetap mendiami salah satu rumah di lingkungan pondok pesantren. Ia boleh tiada tetapi semangat juangnya tidak pernah redup. Pesantren Hidayatullah kini sudah tersebar ke berbagai daerah dan terus mengembangkan diri. Hingga saat ini ia dikenang sebagai tokoh yang tenar dalam bidang pembaruan pondok pesantren dalam bentuk memompa etos kerja para santrinya (Mohammad, 2006). Etos kerja islami yang dipompakan Abdullah Said di pesantren Hidayatullah menjadi bekal para perintis cabang pesantren ini. Sebelum berangkat merintis cabang Abdullah Said tidak memberikan bekal berupa materi melainkan semangat dan keyakinan yang ditanamkan secara mendarah daging, kepatuhan dalam mengemban amanah dan antusias dalam menerima tugas. Banyak cabang berhasil didirikan di daerah pedalaman dengan medan yang sangat sulit (Tim Majalah Suara Hidayatullah., 2010). Penulis sangat terkesan dengan etos kerja para kader Hidayatullah. Selain sering berinteraksi secara langsung dengan mereka, kisah-kisah kerja keras mereka telah dibukukan. Tim Suara Hidayatullah telah menerbitkan buku tentang kisah-kisah mereka. Di antara mereka ada yang rela menembus belantara Papua dengan membawa keluarganya tanpa membawa perbekalan sama sekali, membaur dengan suku terpencil di Mentawai dan di berbagai daerah terpencil lainnya. Perjuangan mereka telah membuahkan hasil, hingga tahun 2010 Hidayatullah telah mendirikan 69 unit Taman Kanak-kanak (TK), 59 unit Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyyah
(SD/MI),
59
unit
Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), 33 unit Sekolah menengah Umum/Madrasah Aliyah (SMU/MA), dan 3 perguruan tinggi yaitu, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIE Hidayatullah) di Kota Depok, Sekolah
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
4
Tinggi Ilmu Syari'ah (STIS) di Balikpapan dan Sekolah Tinggi Agama Islam Lukmanul Hakim (STAIL) di Surabaya. Selain berkiprah di bidang pendidikan, Hidayatullah juga memiliki programprogram dakwah. Melalui media cetak Hidayatullah aktif memberikan sentuhansentuhan dakwah dengan menerbitkan majalah Suara Hidayatullah dengan oplah rata-rata 53.000 eksemplar. Hidayatullah juga menerbitkan buletin al Qolam sebagai media dakwah yang terbit sekali dalam seminggu. Hidayatullah memiliki dua situs resmi internet yaitu, www.hidayatullah.com dan www.hidayatullah.or.id. Hidayatullah banyak berkiprah di bidang sosial. Hal ini dapat dilihat dari aktifnya organisasi ini memberikan bantuan sosial. Hidayatullah memiliki tim SAR yang aktif diterjunkan untuk menanggulangi bencana. Pada musibah sunami di Aceh, SAR Hidayatullah terjun langsung untuk memberikan bantuan, begitu juga pada musibah-musibah ditempat lainnya. Kiprah dibidang sosial juga nampak dari kepeduliannya kepada anak-anak yantim dan tidak mampu. Hidayatullah aktif memberikan pendidikan gratis bagi anak yatim dan tidak mampu bahkan memiliki unit khusus untuk melayani mereka yaitu Pusat Pendidikan Anak Sholeh (PPAS) yang tersebar di seluruh cabang pesantren ini. Untuk dapat mengembangkan organisasi Hidayatullah telah mengalami perubahan status dari organisasi sosial menjadi organisasi massa berbasis kader (DPP Hidayatullah, 2010). dari tahun 2000 hingga 2010. Hidayatullah telah membentuk 33 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) atau telah mencapai 100% jumlah provinsi dan 287 Pimpinan Daerah (DPD) atau 57,4% dari 500 Kab/Kota di seluruh Indonesia (Salbu,2007). Menurut penulis apa yang telah dicapai oleh para kader hidayatullah merupakan sebuah hal yang luar biasa. Mengingat segala keterbatasan yang dimiliki oleh mereka rasanya sulit untuk melakukan pencapaian seperti yang telah disebutkan di atas. Biasanya orang berjuang untuk hal-hal yang bersifat pengabdian setelah mereka mapan secara ekonomi, namun kader-kader Hidayatullah mampu berjuang dan menghasilkan karya yang besar tidak diawali oleh dukungan yang kuat secara finansial. Fenomena inilah yang membuat penulis bertanya-tanya, apa yang mendasari secara psikologis sehingga mereka mampu melakukan pencapaian-pencapaian yang telah di sebutkan di atas.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
5
Dari informasi yang penulis dapatkan, baik dari pengamatan langsung kepada para kader Hidayatullah maupun melalui literatur yang penulis baca penulis berasumsi bahwa salah satu yang membuat mereka memiliki etos kerja yang tinggi adalah sifat amanah dan motivasi yang tinggi. Amanah dalam menerima tugas untuk mengembangkan pesantren sebagai bentuk perjuangan di jalan Allah dan memiliki motivasi yang kuat untuk meraih prestasi di jalan Allah. Alasannya adalah, mereka tidak pernah meminta untuk ditugaskan merintis cabang. Tugas yang mereka emban merupakan amanah yang tidak diperoleh atas permintaan mereka. Mereka malu jika menolak untuk melaksanakan tugas meskipun tugas itu terlalu berat untuk mereka. Mereka yakin jika mereka ikhlash menerima amanah seberat apa pun maka Allah akan memberikan pertolongan (Tim Da'i dan Da'iyah Hidayatullah, 2005). Sikap amanah sebagaimana dijelaskan Mubarok (2009) mengandung karakter pribadi yang penuh kejujuran dan tanggung jawab. Sikap amanah juga mencakup kesetiaan kepada tugas yang diemban. Tanpa keteguhan dalam memegang amanah atau tugas yang diemban oleh para perintis tidak mungkin mereka dapat begitu gigih dalam menjalankan tugas untuk merintis cabang pesantren. Dalam beberapa buku tentang Hidayatullah diceritakan tentang kesetiaan dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan tugas, mereka yang tidak pernah menolak tugas meskipun harus mengorbankan harta dan jiwa. Muhammad (2006), Tim Da'i dan Da'iyah Hidayatullah (2005) dan Tim Suara Hidayatullah (2010) banyak mengulas jerih payah dan pengorbanan mereka ketika bertugas di pedalaman. Syauqi (2009) menjelaskan bahwa konsep al Qur,an jiwa yang amanah adalah jiwa yang tidak hanya jujur tetapi juga teguh untuk mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya, serta menyadari amanah yang diterimanya itu berasal dari tuhan. Tuhanlah yang mengangkat seseorang memperoleh kedudukan, derajat, pangkat, jabatan dan apapun dalam kehidupan ini. Dalam konsep Islam, mengkhianati suatu amanah berarti berkhianat kepada tuhan, sebab pada hakikatnya semua amanah berasal dari tuhan. Memelihara amanah merupakan bagian dari kepribadian Muslim. Sholikhin (2008) menjelaskan bahwa semua janji, disiplin kerja, peraturan, undang-undang
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
6
dan sebagainya termasuk dalam amanah. Amanah lebih kuat dari sumpah dan janji biasa baik tersurat maupun tersiat (meliputi perkataan, perbuatan, tulisan, ikatan bersama). Sumpah jabatan dan tata tertib kepegawaian hakikatnya sama dengan amanah. Mubarok (2009) menjelaskan bahwa sikap amanah sangat berkaitan dengan iman, bahkan kata amanah dan iman berasal dari satu akar. Iman yang kuat dan produktif akan memancarkan sikap amanah yang selanjutnya akan menimbulkan rasa aman bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, rusaknya amanah merupakan sebuah indikator yang menunjukan lemahnya iman. Menurut Mubarok (2009) "amanah mengandung banyak arti, tetapi secara umum berakhlak amanah atau jujur adalah orang yang bisa memelihara hak-hak Allah dan manusia yang ada pada dirinya, yang dengan itu ia tidak pernah menyianyiakan tugas yang diembannya, baik tugas ibadah maupun tugas muamalah" (p. 239). Menurut Mujib (2006) Sikap amanah sesungguhnya telah melekat pada manusia sejak ruh ditiupkan pada jasadnya. Amanah merupakan salah satu potensi fitrah manusia, bahkan amanah adalah pembeda antara manusia dengan binatang. Potensi fitrah yang paling esensial adalah amanah sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Semua manusia memiliki potensi fitrah tersebut (p. 44). Sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka bumi, manusia memiliki potensi kesadaran akan tanggung jawab yang diembannya. Sebagai hamba ia mempunyai amanah untuk menjalankan segala perintah Allah tanpa sedikitpun ada keraguan. Sebagai khalifah Allah yang bertugas memakmurkan bumi, ia dituntut untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Ia memerlukan pemikiran yang cerdas dan kreatif untuk membumikan nilai-nilai ketuhanan. Dari penjelasan tentang amanah di atas, dalam penelitian ini penulis ingin menguji apakah benar ada keterkaitan antara amanah baik itu amanah dalam menunaikan hak-hak Allah maupun amanah dalam menunaikan hak-hak manusia dengan etos kerja kader Hidayatullah. Dengan kata lain penulis akan menempatkan amanah sebagai salah satu variabel prediktor atau variabel bebas yang diduga memiliki hubungan dengan etos kerja sebagai variabel terikat atau variabel kriterium.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
7
Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap, yang didasari oleh nilainilai yang diyakini seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja. Maka moyivasi juga diduga memiliki keterkaitan dengan etos kerja seseorang. Menurut penulis kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan sikapnya dalam bekerja. oleh karena itu penulis menganggap penting untuk meneliti sebesar apa korelasi antara motivasi dengan etos kerja para kader Hidayatullah. Salah satu teori yang dijadikan alasan oleh penulis adalah apa yang dikemukakan oleh Munandar (2008). Ia menyatakan "bila motivasi kerja rendah, maka unjuk kerjanya akan rendah meskipun kemampuannya ada dan baik, serta peluangnya pun tersedia" (Munandar, 2008, p. 235). Dari pernyataan ini penulis memahami bahwa etos kerja memiliki kesamaan makna dengan unjuk kerja yang sangat berhubungan dengan motivasi kerja. Anoraga (2009) menyatakan bahwa: "pada umumnya orang yang dibutuhkan oleh organisasi adalah orang yang bekerja dengan motivasi tinggi. Ada perbedaan antara orang yang bermotif (motivated) untuk bekerja dengan orang yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja. orang yang bermotif untuk bekerja, ia bekerja hanya karena harus memenuhi kebutuhan dan kekurangan dirinya, status, dan pergaulan yang menyenangkan. Pekerjaan yang menyenangkan dan menarik belum tentu dapat memberikan kepuasan baginya dalam menjalankan tugas. Berbeda dengan orang yang bekerja dengan motivasi tinggi, ia adalah orang yang merasa senang dan mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya. Ia akan berusaha memperoleh hasil yang maksimal dengan semangat yang tinggi, serta selalu mengembangkan dan dirinya" (p. 37). Pernyataan Anoraga di atas, memberikan pemahaman kepada penulis bahwa orang yang bermotivasi tinggi merupakan orang yang memiliki unjuk kerja yang tinggi. Menurut Sasone & Harackiawicz (2000) "people are driven by two general motivational forces: instrinsic motivation is performing an activity for the pleasure inheren in the activity, sedangkan extrinsic motivation is driven by external factor" (Story, Stasson, Mahoney & Hart, 2008, p. 707). Dari pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa motivasi seseorang dapat berasal dari dalam diri
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
8
orang tersebut (instrinsik) dan dapat juga berasal dari luar orang tersebut (ekstrinsik). Dari pendapat ini penulis ingin menguji apakah benar motivasi baik secara instrinsik maupun ekstrinsik memiliki keterkaitan dengan etos kerja kader Hidayatullah. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin menguji apakah benar amanah dan motivasi memiliki keterkaitan dengan etos kerja kader Hidayatullah. Oleh karena itu penulis akan menempatkan amanah (aspek amanah terhadap hakhak Allah dan aspek amanah terhadap hak-hak manusia) dan motivasi (aspek instrinsik dan aspek ekstrinsik) sebagai variabel bebas atau prediktor yang akan diuji keterkaitannya atau hubungannya dengan etos kerja kader Hidayatullah.
1.2 Perumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan melalui sejumlah pertanyaan berikut : 1.
Apakah ada korelasi antara amanah aspek amanah terhadap hak-hak Allah dengan etos kerja kader Hidayatullah?
2.
Apakah ada korelasi antara amanah aspek amanah terhadap hak-hak manusia dengan etos kerja kader Hidayatullah?
3.
Apakah ada korelasi antara motivasi aspek instrinsik dengan etos kerja kader Hidayatullah?
4.
Apakah ada korelasi antara motivasi aspek ekstrinsik dengan etos kerja kader Hidayatullah?
5.
Apakah ada korelasi antara aspek-aspek amanah dan aspek-aspek motivasi secara bersamaan dengan etos kerja kader Hidayatullah
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a.
Untuk menguji adanya korelasi antara amanah, baik aspek amanah dalam menunaikan hak-hak Allah maupun amanah dalam menunaikan hak-hak manusia dengan etos kerja kader Hidayatullah.
b.
Untuk menguji adanya korelasi antar motivasi, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik dengan etos kerja kader Hidayatullah.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
9
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a.
Manfaat secara teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan dalam pengembangan
pemikiran psikologi Islam khususnya keterkaitan antara amanah dan motivasi dengan etos kerja. Kesimpulan yang diperoleh juga diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan landasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut khususnya dalam bidang psikologi organisasi dan yang mengadopsi nilai dan ajaran Islam. b.
Manfaat secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis bagi beberapa pihak,
khususnya bagi pengurus Ormas Hidayatullah. Manfaat yang dimaksud adalah: 1.
Diharapkan hasil penelitian ini nantinya bisa menjadi acuan dan bahan diskusi dalam menemukan model pembinaan kader Ormas Hidayatullah.
2.
Menjadi salah satu bahan masukan berharga dalam mengembangkan model peningkatan etos kerja kader Hidayatullah berdasarkan pendekatan yang mempertimbangkan variabel amanah dan motivasi.
3.
Data-data diskriptif dan hasil analisis statistik yang berhasil dan dipaparkan dalam tesis ini dapat di jadikan acuan oleh Departemen Sumber Daya Insani Ormas Hidayatullah untuk menemukan strategi yang tepat dalam meningkatkan etos kerja kader Hidayatullah
1.5 Batasan Masalah Masalah dalam penelitian tesis ini dibatasi pada hubungan amanah dan motivasi dengan etos kerja pada kader Hidayatullah. Terhadap variabel lain, selain variabel tersebut, yang secara hipotetis berhubungan dengan etos kerja, dalam penelitian ini tidak menjadi fokus peneliti.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
10
1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dalam 5 bab, dengan urutan sebagai berikut: 1. Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah kemudian batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. Tinjauan Pustaka Bab ini
memaparkan tinjauan literatur yang berisi tinjauan teori,
penelitian-penelitian sebelumnya dan data yang mereka gunakan, metodologinya dan cara penyelesaiannya, kerangka berpikir, skema berfikir dan hipotesis penelitian. 3. Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metode penelitian yang membahas tentang tempat dan waktu penelitian, jenis variabel, jenis dan rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, definisi dan pengukuran variabel, uji validitas dan reliabilitas, jenis dan cara pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data. 4. Hasil Penelitian Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi deskripsi responden, pengujian persyaratan analisis (uji coba analisis), pengujian hipotesis, pembahasan, dan diskusi. 5. Kesimpulan dan Saran Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
11
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kader Hidayatullah Sebelum membahas etos kerja, amanah dan motivasi secara teoritis, penulis menganggap penting untuk menjelaskan kader Hidayatullah yang menjadi objek penelitian ini. Hidayatullah merupakan organisasi massa (Ormas) Islam yang berawal dari sebuah pesantren yaitu pesantren Hidayatullah. Setelah menjadi Ormas, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Ormas Islam berbasis kader sebagai mana tertuang dalam Ketetapan Munas III Hidayatullah (2010). Kader Hidayatullah sebagaimana tertuang dalam Pedoman Dasar Organisasi Hidayatullah yang kembali dikukuhkan dalam Ketetapan Munas III Hidayatullah (2010) adalah anggota Hidayatullah yang menjadi tenaga inti penggerak organisasi. Untuk menjadi kader Hidayatullah maka tahapan pertama yang harus dilalui adalah menjadi anggota, adapun persyaratan keanggotaan Hidayatullah adalah sebagai berikut: a. Telah berumur 17 tahun atau telah menikah. b. Telah mengikuti pembinaan calon anggota. c. Bersedia menerima dan melaksanakan Pedoman Dasar Organisasi dan peraturan organisasi lainnya. d. Menyatakan diri (berikrar) dengan lisan atau tulisan untuk menjadi anggota Hidayatullah melalui pengurus organisasi terdekat Dalam ketetapan Munas III Hidayatullah (2010) dijelaskan bahwa kader Hidayatullah memiliki hak dan kewajiban, yaitu: 1.
Memahami, melaksanakan dan memegang teguh aqidah, syariat dan akhlaq Islam.
2.
Menaati dan melaksanakan keputusan organisasi dan pimpinan di atasnya selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3.
Mengikuti program-program pembinaan anggota dan halaqah taklim.
4.
Membayar iuran wajib anggota.
Setiap kader Hidayatullah memiliki hak sebagai berikut: 1.
Memilik hak suara dan menyampaikan pendapat, baik dengan lisan maupun tulisan.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
12
2.
Memperoleh perlindungan, pembelaan, bantuan dan pelayanan dari organisasi.
3.
Memperoleh perlakuan hukum yang sama.
4.
Memperoleh kesempatan yang sama dalam pengembangan diri.
5.
Memperoleh kartu anggota.
Keanggotaan Hidayatullah akan berhenti karena hal-hal sebagai berikut: 1. Meninggal dunia. 2. Atas permintaan sendiri. 3. Diberhentikan karena melanggar Pedoman Dasar Organisasi dan atau
peraturan umum organisasi. Rekrutmen anggota Hidayatullah terjadi melalui sosialisasi secara langsung yang disampaikan melalui dakwah dan pembinaan kepada masyarakat. Bentukbentuk dakwah yang dilakukan di antaranya berbentuk training, yaitu life revolution training, Training bina Aqidah, dan pengajaran al Qur,an dengan metode Grand MBA (gerakan dakwah mengajar dan belajar al Qur,an). Rekrutmen juga terjadi melalui lembaga-lembaga usaha Hidayatullah seperti penerbitan dan percetakan, minimarket, dan usaha-usaha lainnya. Jika ada masyarakat yang tertarik untuk bergabung maka selanjutnya akan dilakukan training pembinaan yang disebut training marhalah ula. Training marhalah ula merupakan training untuk jenjang pertama dari training-training pengkaderan berikutnya. Setelah mengikuti training marhalah ula anggota Hidayatullah dapat disebut kader yang akan mendapat tugas sesuai dengan kompetensinya. Anggota yang telah mengikuti training marhalah ula akan mendapatkan pembiaan dalam bentuk halaqoh (kelompok belajar) yang dilaksanakan sekali dalam sepekan. Pembina dalam halaqoh tersebut yang akan memantau apakah kader tersebut dapat direkomendasikan untuk mengikuti jenjang pengkaderan berikutnya yaitu training marhalah wustha (tingkat menengah). Marhalah wustha merupakan training yang harus dilalui untuk menjadi pengurus struktural Hidayatullah. Setelah mengikuti training ini kader Hidayatullah akan mendapatkan tugas yang lebih berat dari sebelumnya
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
13
(marhalah ula) seperti menjadi pengurus inti, pembina, atau ditugaskan untuk membuka cabang baru. Jenjang pengkaderan berikutnya adalah marhalah ulya (tingkat tinggi). Pada jenjang ini masing-masing kader Hidayatullah dituntut untuk memiliki kepakaran tersendiri, contohnya sebagai pakar pendidikan, ekonomi, hukum dan sebagainya. Dalam Ketetapan Munas III Hidayatullah (2010) dijelaskan bahwa kader Hidayatullah memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Kader Hidayatullah adalah anggota yang telah terbukti: a.
Memiliki
pemahaman
yang
baik
terhadap
manhaj
dakwah
Hidayatullah. b. Memiliki prestasi, dedikasi serta loyalitas kepada dakwah Islam di bawah kepemimpinan Hidayatullah. c. Telah mengikuti training kader dan halaqah. 2. Kader Hidayatullah selain mempunyai hak yang sama dengan anggota lainnya, juga berhak untuk: a. Dipilih menjadi pengurus sesuai dengan tingkatannya. b. Menjadi pembina dalam kaderisasi Hidayatullah. c. Mewakili dan mengatasnamakan Hidayatullah dalam forum-forum tertentu yang diatur dalam peraturan organisasi. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah kader-kader Hidayatullah yang telah mengikuti jenjang pengkaderan marhalah wustha. Jumlah kader Hidayatullah yang telah mengikuti jenjang marhalah wustha sangatlah banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Peneliti mengambil sampel 30 orang kader Hidayatullah yang telah mengikuti marhalah wustha dan beberapa orang ikut mendirikan Hidayatullah atau membuka cabang. Adapun nama-namanya adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Daftar kader Hidayatullah yang menjadi responden No
1
Nama kader
Aa Suhendar
Keterangan
Marhalah sekolah
wustha, integral
perintis
Hidayatullah
Depok
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
14
2
Abbas Usman
3
Abdul Malik
4
Abdul Muhaimin
5
Abdul Rasyid
6
Abdurrahim
7
Abdurrahman
8
Abu A'la Abdullah
9
Abu Fakhruddin
10
Ahmad Jayadi
11
Ahmad Muzakki
12
Ali Mufrod
13
Asdar Hajar
14
Asep Supriatna
15
Dhika Ilamsyah
16
Edirman
17
Hamim Tohari
18
Hasan Ibrahim
19
Hasby Alfaruqy
20
Iwan Ruswanda
21
Jaelani Ja'far
22
Lalu Mabrul
23
Mahmud Efendi
Marhalah wustha, ketua tim SAR Hidayatullah. Marhalah wustha, ketua PPAS Hidayatullah Depok Marhalah wustha, perintis cabang Yogyakarta, Ketua Dept. SDI DPP Hidayatullah Marhalah wustha, perintis cabang Palembang Marhalah wustha, guru sekolah integral Hidayatullah Depok Marhalah wustha, perintis cabang Deli Serdang Marhalah wustha, perintis cabang Surabaya, Sekjen DPP Hidayatullah (2010-2015) Marhalah wustha, Sekretaris PW Jakarta (2010-2015) pengasuh Marhalah wustha, yayasan Marhamah, Hidayatullah Jakarta Marhalah wustha, guru sekolah integral Hidayatullah Depok Marhalah wustha, ketua DPD Hidayatullah Depok (2010-2015) Marhalah wustha, perintis cabang Bengkulu Marhalah wustha, sekretaris Pos Da'I Hidayatullah Marhalah wustha, cabang Kayumanis, Bogor
Marhalah wustha, guru sekolah integral Hidayatullah Depok Marhalah wustha, ketua DPP Hdayatullah (2010-2015), perintis cabang Surabaya, pimpinan majalah Suara Hidayatullah perintis Marhalah wustha, Hidayatullah Balikpapan Marhalah wustha, kader awal Hidayatullah Depok Marhalah wustha, perintis sekolah integral Hidayatullah Depok Marhalah wustha, perintis cabang Kota Bogor Marhalah wustha, perintis cabang Cilembeur, Bogor pengasuh Marhalah wustha, yayasan Marhamah, Hidayatullah Jakarta Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
15
24
Maswiana
25
MD Karyadi
26
Munawwir
27
Suheri Abdullah
28
Suriadi Rasyid
29
Suyudi As'ad
30
Syakirin
perintis Marhalah wustha, Hidayatullah Kota Bogor Marhalah wustha, Perintis cabang Cilembeur dan Cikarang, ketua PW Jakarta (2005-2010). Marhalah wustha. Perintis SMP alKautsar, Hidayatullah Cibinong Marhalah wustha, Pengasuh pondok pesantren Hidayatullah Depok Marhalah wustha, ketua PW Hidayatullah Jakarta (2010-2015) Marhalah wustha, perintis sekolah integral Hidayatullah Depok Marhalah wustha, perintis cabang Nganjuk
Setelah menjelaskan tentang kader Hidayatullah dan kader Hidayatullah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Peneliti akan menjelaskan secara teoritis variabel-variabel yang akan diukur pada penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah etos kerja, amanah dan motivasi.
2.2 Etos kerja Pada penelitian ini etos kerja merupakan variabel terikat. Pada bab ini, akan dijelaskan etos kerja dengan pendekatan kepustakaan. Penjelasan tersebut terdiri dari definisi etos kerja, fungsi etos kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja dan aspek serta indikator etos kerja. Dalam tinjauan pustaka ini etos kerja juga akan dijelaskan dengan pendekatan ajaran Islam untuk menyesuaikan dengan objek penelitian yaitu etos kerja kader Hidayatullah yang merupakan organisasi berbasis Islam.
2.2.1
Definisi etos kerja
Secara etimologis etos kerja terdiri dari dua kata, yaitu etos dan kerja. Menurut Balai Pustaka (2005) etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial dan etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sebuah kelompok. Tasmara (2002) memberikan rinciannya terhadap pengertian kerja. "kerja adalah sesuatu yang setidaknya mencakup tiga hal; (1) Dilakukan atas dorongan tanggung jawab, (2) Dilakukan
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
16
dengan kesengajaan dan perencanaan dan (3) Memiliki arah dan tujuan yang memberikan makna bagi pelakunya" (p.24). Dalam bahasa Inggris etos kerja adalah work ethic. Porter (2010) mengemukakan bahwa work ethic adalah "the manifestation of personally held values" (p. 535).
Etos kerja adalah manifestasi dari nilai yang penjadi pegangan hidup seseorang. Sementara itu, Anoraga (2002) mengatakan bahwa "etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja" (p. 29). Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa setiap individu atau kelompok memiliki etos kerja yang berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut peneliti, ada perbedaan antara pendapat Porter dan Anoraga. Porter menekankan bahwa etos kerja merupakan wujud nyata atau penjelmaan dari nilainilai (values) yang diyakini oleh seseorang sedangkan Anoraga menekankan pada aspek pandangan (wordview) seseorang dan sikap terhadap kerja. Dengan kata lain Porter berorientasi pada pengejawantahan nilai-nilai (values) sedangkan Anoraga berorientasi pada nilai-nilai (values) itu sendiri. Pada tahun 2005, Sinamo menjelaskan bahwa "etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral" (p. 26). Jika seseorang atau suatu kelompok menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Sinamo (2005) merinci pendapatnya tentang etos kerja, ia mengatakan "etos kerja adalah spirit, semangat, dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan unggul seperti: rajin, antusias, teliti, tekun, kerja keras, ulet, sabar, bertanggungjawab, hemat, efisien dan menghargai waktu (p.23). Menurut Tasmara (2002) "etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna pada sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal" (p. 20). Tasmara (2002) menjelaskan bahwa etos kerja berkaitan dengan nila-nilai spiritual dan moral seseorang yang diwujudnyatakan dalam bentuk kerja. Etos kerja sebagai perilaku kerja yang khas telah sering dijadikan bahan penelitian. Weber (1904-1905) menemukan Protestan Work Ethic (PWI). Ia
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
17
menyatakan bahwa Protestan Work Ethic (PWI) merupakan faktor utama dibalik kesuksesan kapitalisme barat (Gorski, 2003). Porter (2010) melakukan penelitian tentang etos kerja orang Amerika. Uygur (2009) melakukan penelitian tentang etos kerja islami pada perusahaan menengah kebawah di Turki. Di Indonesia Tasmara (2002) menulis tentang etos kerja islami. Sebagaimana dikemukakan di atas, ada beberapa definisi tentang etos kerja. Porter (2010) mengatakan bahwa etos kerja adalah manifestasi dari nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup seseorang. Menurut peneliti, secara konseptual definisi ini dapat mewakili definisi-definisi yang lainnya. Anoraga (2002) mengatakan bahwa etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa terhadap kerja. Menurut peneliti definisi ini dapat diwakili oleh porter. Keterwakilan itu nampak pada substansi yang disampaikan anoraga yaitu pandangan dan sikap terhadap kerja, dengan kata lain pandangan yang kemudian melahirkan sikap dalam bekerja. Pandangan seseorang dalam bekerja merupakan nilai-nilai yang menjiwai sikapnya dalam bekerja. Dengan demikian, definisi ini dapat diwakili oleh porter (2010) yang mengatakan bahwa etos kerja adalah manifestasi dari nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup seseorang. Pendapat Sinamo (2005) juga memiliki makna yang sepadan dengan porter (2010). Menurut Sinamo (2005) etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada
keyakinan fundamental yang disertai komitmen pada
paradigma kerja yang integral, kemudian ia menjelaskan etos kerja adalah spirit, semangat dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan unggul. Menurut peneliti, definisi ini juga semakna dengan Porter (2010) yaitu nilai-nilai (values) yang dimanifestasikan di dalam bentuk kerja. Hal ini dapat dilihat pada kalimat "seperangkat perilaku positif yang bersumber dari keyakinan fundamental", menurut peneliti perilaku positif adalah manifestasi dari nilai-nilai (values) yang ada pada diri seseorang. Pendapat Tasmara (2002) juga mempunyai makna yang tidak bertentangan dengan porter (2010). Tasmara (2002) menjelaskan bahwa etos kerja adalah totalitas kepribadian seseorang serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna pada sesuatu. Menurut peneliti, hal tersebut sangat berkaitan dengan nilai-nilai (values) yang ia miliki sehingga Tasmara
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
18
(2002) melanjutkan definisinya dengan
bagaimana nilai-inilai tersebut
mendorong seseorang untuk meraih amal yang optimal. Dari analisis beberapa definisi di atas (Porter, 2010), (Tasmara, 2002), (Sinamo, 2005) peneliti menyimpulkan bahwa etos kerja adalah manifestasi dari nilai-nilai (values) dalam bentuk kerja yang menjadi prinsip atau pegangan hidup seseorang atau sebuah kelompok. Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan nilai-nilai (values) adalah nilai-nilai yang bersumber dari ajaran Islam.
2.2.2
Fungsi etos kerja
Rusyan (1989) mengemukakan bahwa etos kerja memiliki tiga fungsi yaitu
sebagai pendorong
tingkah laku, penggairah dalam aktivitas dan penggerak
dalam aktivitas ( Umam, 2009). Ketiga fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a.
Sebagai pendorong aktivitas (performance) Etos kerja dapat berfungsi sebagai pendorong unjuk kerja. Sebagaimana telah
dikemukakan oleh peneliti, bahwa etos kerja bersumber dari keyakinan yang fundamental sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi etos kerja seseorang maka dorongan untuk melakukan unjuk kerja akan semakin tinggi. Tasmara (2002) mengemukakan bahwa "etos kerja memberikan dorongan yang kuat untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance)" (p. 24). Maka dapat dipahami bahwa etos kerja seseorang berfungsi sebagai pendorong untuk timbulnya perbuatan. Ekspresi seseorang terhadap kerja bergantung kepada kedalaman makna kerja yang dapat digali oleh orang tersebut. Pemahaman dan persepsi seseorang terhadap kerja akan terlihat dari bagaimana performance orang tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Orang yang memandang pekerjaannya adalah sesuatu yang tidak bermakna maka tentu ia akan memberikan performance yang rendah dalam pekerjaannya. Sebuah pekerjaan yang sama akan mendapatkan perlakuan yang berbeda. Semua itu bergantung terhadap bagaimana seseorang memandang dan meyakini pekerjaannya. Sebagai contoh, dokter merupakan salah satu profesi yang cukup
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
19
dikenal namun tidak semua dokter memiliki performance yang sama dalam mengemban tugasnya. Dokter yang memaknai pekerjaannya adalah sebagai pengabdian kepada tuhan dan kemanusiaan akan menampakkan totalitas dedikasinya. Pelayanannya akan prima, ia akan memperhatikan setiap pasien dengan setulus hati. Sebaliknya jika seorang dokter berpandangan bahwa profesi yang dia emban adalah sebatas sarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka orientasinya akan selalu tertuju pada besarnya materi yang ingin ia dapatkan. Maka perlakuannya terhadap pasien akan ditentukan oleh seberapa pasien tersebut dapat membayarnya. Allah SWT telah memerintahkan umat-Nya agar bekerja dan pekerjaannya akan dilihat oleh Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Seorang mukmin yang telah berhasil menginternalisasikan ayat ini dalam dirnya maka akan muncul high performance dalam bekerja. Ia sangat yakin bahwasanya amalnya tidak hanya akan mendapat apresiasi di dunia melainkan di akhirat kelak amalnya akan ditampakkan dan ditimbang kualitasnya. Keyakinan seperti ini akan membimbing dia untuk serius dalam bekerja sehingga ia akan bangga melihat amalnya. Allah berfirman:
šχρŠ– u Iä ™ y ρu ( β t θΖã ΒÏ σ÷ ϑ ß 9ø #$ ρu …&ã !è θ™ ß ‘u ρu /ö 3 ä =n Ηu å x ! ª #$ “u z ¡ | ùs #( θ=è ϑ y ã ô #$ ≅ È %è ρu tβθ=è ϑ y è÷ ?s Λ÷ ä Ζ.ä $ϑ y /Î /3 ä ∞ã 7mÎ ⊥t ‹ã ùs οÍ ‰ y ≈κp ¶ ¤ 9#$ ρu = É ‹ø ót 9ø #$ Ο É =Î ≈ã t ’ 4
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
20
Bekerja adalah menjalankan perintah Allah, itulah pendorong internal yang sangat efektif. Kerja akan dilihat oleh Allah, Rasul, dan orang-orang beriman lainnya. Kemudian kerja akan yang maha mengetahui hal yang ghaib, artinya Allah SWT mengetahui kualitas kerja kita, keikhlasan dalam bekerja, kejujuran dan amanah dalam bekerja kemudian amal itu akan disiarkan secara langsung pada hari kiamat. Seorang muslim yang berjiwa sehat tentu saja menginginkan amalnya merupakan sesuatu yang membanggakan.
b. Sebagai penggairah dalam aktivitas Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi akan menampakan gairah yang tinggi dalam bekerja. Gairah dalam bekerja muncul sebagai wujud dari keyakinannya yang mengejawantah dalam bekerja. jika seseorang memiliki gairah yang tinggi dalam bekerja maka ini adalah salah satu tanda bahwa ia memiliki etos kerja yang tinggi. Umam (2009) menjelaskan bahwa gairah dalam bekerja merupakan hal yang timbul dari kualitas etos kerja seseorang atau sebuah kelompok. Bagi masyarakat yang memiliki etos kerja tinggi kerja merupakan sesuatu yang menggairahkan, hal ini dikarenakan: 1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia. 2. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia. 3. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia. 4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita 5. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. Sebaliknya masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah tidak memiliki gairah yang tingi dalam bekerja, hal ini disebabkan oleh pandangan mereka terhadap kerja yang rendah (Umam, 2009). Ia merinci pandangan yang menghilangkan gairah kerja pada mayarakat sebagai berikut: a) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri b) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
21
c) Kerja
dipandang
sebagai
suatu
penghambat
dalam
memperoleh
kesenangan d) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan e) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
c. Sebagai penggerak dalam aktivitas Etos kerja individu atau kelompok masyarakat tercermin dalam aktivitas yang mereka lakukan. Menurut Anoraga (2009) etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap yang khas suatu bangsa atau umat terhadap kerja, maka aktivitas yang tergerakkan oleh etos kerja akan beragam bentuknya. Etos kerja orang Jepang menggerakkan orang jepang untuk produktif dan menghasilkan aktivitas yang disebut dengan kaizen dan hansei yaitu penyempurnaan tiada henti dan perbaikan tiada henti. Etos kerja orang barat menjadi penggerak dalam aktivitas mereka yang bernuansa materialisme, oleh karena itu dikenal istilah time is money. Etos kerja orang Indonesia masih dalam tahap pembangunan. Secara umum etos kerja bangsa Indonesia masih rendah. Badan-badan resmi pemerintah rata-rata bekerja sekitar 33 jam per minggu. Jika dibanding Jepang rata-rata pegawai pemerintah memiliki jam kerja 50 jam per minggu. Dari sisi kualitas bangsa Indonesia sudah lama terjangkit penyakit kerja "asal jadi" tanpa berusaha untuk menghasilkan pekerjaan yang dapat diandalkan mutunya (Anoraga, 2009, p. 32). Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi pasti tidak akan nyaman jika beberapa hari tidak bekerja. Dalam Islam, Iman menuntut adanya pembuktian secara nyata melalui amal, amal adalah kerja. Maka etos kerja bagi seorang muslim sejati akan memunculkan etos mujahadah yaitu kesungguhan dalam mewujudkan cita-citanya. Sebagai seperangkat perilaku positif dalam bekerja yang bersumber dari keyakinan, etos kerja dapat menjadi penggerak dalam bekerja. Sebagai contoh, seorang muslim meyakini bahwa waktu merupakan salah satu nikmat Allah yang paling besar. Dengan keyakinan ini ia akan memiliki perilaku menghargai waktu dan secara operasional perilaku ini dapat menggerakkan ia untuk datang tepat waktu dalam bekerja.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
22
2.2.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja
Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja. faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja yang dijelaskan dalam pembahasan ini mungkin belum mencakup secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi etos kerja. faktor-faktor yang akan dijelaskan dalam pembahasan ini adalah agama, budaya, sosial dan politik serta pendidikan.
a. Agama
Agama merupakan sistem kepercayaan yang bercorak khusus serta mengatur
cara bertingkah laku. Sururin (2004) menjelaskan bahwa sikap keagamaan
merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk bertingkah laku sesuai dengan ketaatan terhadap agamanya (p. 4). Sikap
tersebut muncul karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama
sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan
perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Sikap keagamaan merupakan
integrasi secara kompleks antara pengetahuan, perasaan serta tindak keagamaan
dalam diri seseorang (p. 4). Sikap inilah yang mewarnai kepribadian seseorang
termasuk sikap dalam bekerja.
Islam sebagai agama mendorong pada umatnya untuk bekerja keras, bahkan ia
termasuk bentuk ibadah.
šχρŠ– u Iä ™ y ρu ( β t θΖã ΒÏ σ÷ ϑ ß 9ø #$ ρu …&ã !è θ™ ß ‘u ρu /ö 3 ä =n Ηu å x ! ª #$ “u z ¡ | ùs #( θ=è ϑ y ã ô #$ ≅ È %è ρu tβθ=è ϑ y è÷ ?s Λ÷ ä Ζ.ä $ϑ y /Î /3 ä ∞ã 7mÎ ⊥t ‹ã ùs οÍ ‰ y ≈κp ¶ ¤ 9#$ ρu = É ‹ø ót 9ø #$ Ο É =Î ≈ã t ’ 4
Ajaran Islam mendorong umatnya untuk menjalankan kegiatan atau
pekerjaannya secara tekun dan profesional.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
23
."ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ "ﺇﺫﺍ ﻋﻤﻞ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻋﻤﻼﹰ ﻓﻠﻴﺘﻘﻨﻪ Rasulullah SAW bersabda jika seseorang di antara kalian mengerjakan
sebuah pekerjaan maka tekunilah ia. (HR. Ibnu Sa'ad)
Sebagai contoh, ajaran Islam yang telah menempatkan kegiatan usaha
perdagangan sebagai salah satu bidang penghidupan yang sangat dianjurkan.
Islam juga menempatkan prinsip kebebasan untuk mengejar tujuan keduniawian,
namun Islam juga mengharuskan umatnya untuk bekerja secara etis menurut
norma yang secara garis besar telah disuratkan dan disiratkan dalam al-Qur,an dan
al-Hadis. Dari norma tersebut tampak bagian dan rangkaian sistem nilai yang
mewajibkan manusia untuk bekerja keras.
Sejarah juga telah memberikan bukti bahwa Rasulullah dan para sahabat
adalah orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka berjuang bukan
karena mengejar kekayaan material akan tetapi demi menegakkan kebenaran di
muka bumi. Hidup mereka dipenuhi dengan perjuangan yang tidak pernah surut.
Dimulai dari nol besar hingga bisa memimpin bangsa Arab dan dunia. Semua itu
dipengaruhi oleh kesadaran yang tumbuh dari komitmen terhadap agama (al-
Mubarakfury, 2005).
Banyak ditemukan ajaran-ajaran Islam yang mendorong terbentuknya etos
kerja yang baik seperti, amanah, tawakkal, itsar, sabar, syukur, zuhud dan lain-
lain. Kenyataan ini mendukung bahwa Islam sebagai sumber keyakinan
memberikan pengaruh terhadap etos kerja bagi pemeluknya yang memiliki
komitmen dalam mewujudkan nilai-nilai tersebut. Pengaruh agama terhadap etos kerja juga dekeukukakan Max Weber yang telah melakukan penelitian tentang doktrin predestinasi dalam protestanisme. Penelitain ini menemukan bahwa doktrin tersebut mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisiplin tinggi, bekerja tekun, sistematik, berorientasi sukses (material), tidak mengumbar kesenangan namun hemat dan bersahaja (asketik), serta
menabung
dan
berinvestasi,
yang
akhirnya
menjadi
titik
tolak
berkembangnya kapitalisme di dunia modern. berbagai studi tentang etos kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu dan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas (Sinamo, 2005).
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
24
b. Budaya Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang rendah akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja. Max Weber memformulasikan etos bangsa Jerman antara lain bertindak rasional, berdisiplin tinggi, bekerja keras, berorientasi sukses material, tidak mengumbar kesenangan, hemat dan bersahaja, menabung serta berinvestasi. Menurut Weber inilah pangkal sukses bangsa Eropa (Sinamo, 2005). Sinamo (2005) mngemukakan bahwa pada permulaan 1960-an data-data ekonomi Korea Selatan dan Ghana nyaris sama, GNP kedua negara relatif tidak berbeda dan tingkat kesejahteraan rakyatnya hampir sama. Tetapi 30 tahun kemudian keadaan tersebut berubah drastis. Kondisi kedua negara berbeda bagai bumi dan langit. Korea Selatan berkembang menjadi raksasa industri, termasuk dalam 14 negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia, memiliki banyak perusahaan multi nasional, eksportir otomotivasi, elektronik, dan produkproduk manufaktur lainnya, sedangkan Ghana tetap di tempat sebagai negara miskin. Mengapa hal ini bisa terjadi? Huntington and Harrison (2000) menyebutkan "satu-satunya alasan yaitu perbedaan budaya. Budaya dalam artian perilaku khas suatu kelompok sosial, termasuk cara hidup, gaya hidup, kebiasaan dan nilai-nilainya. (Sinamo, 2005, p. 25).
c. Sosial politik Tatanan kehidupan sosial juga berpengaruh terhadap etos kerja. Masyarakat yang terkotak-kotak dalam kasta tentu tidak bisa memaksimalkan potensi yang ada pada tiap-tiap individu dalam masyarakat tersebut. Kondisi sosial yang primitif tentu saja tidak mendukung untuk terbentuknya etos kerja yang tinggi. Hasil analisa yang dilakukan oleh Pemkot Tanggerang 2009 terhadap penurunan etos kerja pegawai menunjukan bahwa persoalan sosial dapat menurunkan etos kerja seperti masalah keluarga, rumah tangga hubungan suami istri, kenakalan anak anak yang sudah semakin beranjak dewasa (www.tanggerangkota.go.id, 2009)
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
25
Demikian juga dengan kondisi politik, stabilitas politik tentu mendukung terciptanya etos kerja yang baik sebaliknya kondisi politik yang tidak menentu akan memperburuk etos kerja suatu bangsa.
d. Pendidikan Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa akan membuat etos kerja bangsa tersebut meningkat. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang paling penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hanya dengan pendidikan yang baik sebuah bangsa dapat membentuk karakternya dan mentransformasikan kekayaan budaya dan tradisi termasuk etos kerja kepada generasi selanjutnya. Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk membimbing dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara. Transfer nilai-nilai budaya yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Buchori (1994) menjelaskan bahwa ada tiga kemampuan yang dituntut terhadap pendidikan nasional (Syafaruddin, 2008, p. 2). yaitu: 1. Kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan dan keenderungan yang sedang terjadi. 2. Kemampuan untuk menyusun gambaran tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kecenderungan-kecenderungan yang sedang berjalan. 3. Kemampuan untuk menyusun program-program penyesuaian diri yang akan ditempuhnya dalam jangka waktu tertentu. Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah pendidikan menjadi bagian dari sistem sosial yang mendapat pengaruh industri. Dalam konteks ini ada tuntutan agar organisasi pendidikan tidak terjebak dalam rutinisme yang dapat menjerumuskan pada sistem pendidikan yang beku, atau membatu karena tidak mampu merespon dan mengantisipasi perubahan.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
26
Syafaruddin (2008) mengemukakan bahwa hanya dengan pendidikan yang baik, setiap orang akan mengetahui hak dan tanggung jawab sebagai individu, anggota masyarakat dan sebagai makhluk tuhan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam totalitas kehidupan manusia. Pendidikan bertujuan untuk membantu generasi muda mengembangkan semua unsur potensi pribadinya baik spriritualitas, moralitas, sosialitas, rasa maupun rasionalitas (p. 2). Kualitas-kualitas tersebut merupakan unsur-unsur yang sangat diperlukan untuk membentuk etos kerja yang tinggi.
2.2.4 Etos kerja dalam tinjauan al Qur,an dan Hadits Islam sejak masa pertumbuhannya menawarkan prespektif yang unik terhadap etos kerja dan memiliki konsep yang spesifik (Ali dan Al-Owaihan, 2008). Islam memiliki konsep yang menyeluruh terhadap kehidupan termasuk dalam konsep etos kerja. Ali and Al-Owaihan, (2008) mengatakan bahwa " work in Islam is situated in the core of the faith and is considered as an integral part in life" (p.7). bekerja dalam konsep Islam terletak pada aqidah yang dalam dan mengejawantah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Etos kerja islami merupakan konsep yang dapat digali dari al Qur,an dan hadits nabi Muhammad. Menurut Darwish (2001): "the concept of the Islamic work ethic (IWE) has its origin in the Quran, the sayings and practice of Prophet Mohammed, who preached that hard work caused sins to be absolved and that "no one eats better food than that which he eats out of his work." For instance, the Quran often speaks about honesty and justice in trade, and it calls for an equitable and fair distribution of wealth in the society. The Quran encourages humans to acquire skills and technology, and highly praises those who strive in order to earn a living. The Quran is against laziness and waste of time by either remaining idle or engaging oneself in unproductive activity. The ethics of Islam counsels against begging and against living as a parasite on the labors of others". (p.1).
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
27
Konsep etos kerja dalam Islam dapat digali secara orisinil dari al Qur,an. Sebagai contoh, al Qur,an menyatakan bahwa manusia hanya akan memperoleh dari apa yang dikerjakannya (al Qur,an 53:39).
4tëy™ $tΒ āωÎ) Ç≈|¡ΣM∼Ï9 }§øŠ©9 βr&uρ "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya" Al Qur,an secara spesifik dan jelas melarang menipu dalam transaksi bisnis. Dengan kata lain al Qur,an menganjurkan untuk bekerja dengan jujur (al Qur,an 2:188, 9:34 dan 27:9).
$Z)ƒÌsù (#θè=à2ù'tGÏ9 ÏΘ$¤6çtø:$# ’n<Î) !$yγÎ/ (#θä9ô‰è?uρ È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Νä3oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=ä.ù's? Ÿωuρ ∩⊇∇∇∪ tβθßϑn=÷ès? óΟçFΡr&uρ ÉΟøOM}$$Î/ Ĩ$¨Ψ9$# ÉΑ≡uθøΒr& ôÏiΒ "Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. Al Qur,an mencela tokoh agama yang menipu masyarakat untuk mendapatkan keuntungan secara materi sebagaimana firman-Nya dalam al Qur,an Surat at-Taubah (9:34):
Ĩ$¨Ψ9$# tΑ≡uθøΒr& tβθè=ä.ù'u‹s9 Èβ$t7÷δ”9$#uρ Í‘$t6ômF{$# š∅ÏiΒ #ZÏWŸ2 ¨βÎ) (#þθãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ Ÿωuρ sπāÒÏ'ø9$#uρ |=yδ©%!$# šχρã”É∴õ3tƒ šÏ%©!$#uρ 3 «!$# È≅‹Î6y™ tã šχρ‘‰ÝÁtƒuρ È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ 5ΟŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ Νèδ÷Åe³t7sù «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû $pκtΞθà)Ï'ΖムHai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orangorang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
28
Al Qur,an secara tegas menganjurkan untuk berdagang dan melarang praktek riba ( al Qur,an 2: 275, 25:67).
ß≈sÜø‹¤±9$# çµäܬ6y‚tFtƒ ”Ï%©!$# ãΠθà)tƒ $yϑx. āωÎ) tβθãΒθà)tƒ Ÿω (#4θt/Ìh9$# tβθè=à2ù'tƒ šÏ%©!$# (#4θt/Ìh9$# tΠ§ymuρ yìø‹t7ø9$# ª!$# ¨≅ymr&uρ 3 (#4θt/Ìh9$# ã≅÷WÏΒ ßìø‹t7ø9$# $yϑ‾ΡÎ) (#þθä9$s% öΝßγ‾Ρr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 Äb§yϑø9$# zÏΒ yŠ$tã ï∅tΒuρ ( «!$# ’n<Î) ÿ…çνãøΒr&uρ y#n=y™ $tΒ …ã&s#sù 4‘yγtFΡ$$sù ϵÎn/§‘ ÏiΒ ×πsàÏãöθtΒ …çνu!%y` yϑsù 4 ∩⊄∠∈∪ šχρà$Î#≈yz $pκÏù öΝèδ ( Í‘$¨Ζ9$# Ü=≈ysô¹r& y7Í×‾≈s9'ρé'sù Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Al Qur,an menganjurkan untuk memiliki sifat tidak berlebihan dalam belanja atau boros dan tidak juga pelit atau kikir, namun al Qur,an menganjurkan untuk bersikap sederhana (tawassuth). Allah berfirman dalam surat al Furqon (25:67):
$YΒ#uθs% šÏ9≡sŒ š÷t/ tβ%Ÿ2uρ (#ρçäIø)tƒ öΝs9uρ (#θèùÌó¡ç„ öΝs9 (#θà)x'Ρr& !#sŒÎ) tÏ%©!$#uρ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian. Dalam Islam kerja atau amal adalah buah dari keimanan. Iman yang benar tentu akan berbuah amal yang baik. Jika iman tidak mewujudnyata menjadi kerja yang baik (amal shaleh) maka iman tersebut tidak bermanfaat, sebagaimana firman Allah dalam al Qur,an (6:58):
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
29
ôMuΖtΒ#u ôä3s? óΟs9 $pκß]≈yϑƒÎ) $²¡ø'tΡ ßìx'Ζtƒ Ÿω y7În/u‘ ÏM≈tƒ#u âÙ÷èt/ ’ÎAù'tƒ tΠöθtƒ #Zöyz $pκÈ]≈yϑƒÎ) þ’Îû ôMt6|¡x. ÷ρr& ã≅ö6s% ÏΒ Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Al-Hawaly (1999) bahwa:
ﻓﻜﻞ ﻳﻌﻤﻞ ﻭﻓﻖ ﻣﺎ ﻳﻌﺘﻘﺪ ﻭﻳﺮﻯ، ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻫﻮ ﺃﺛﺮ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﻭﺍﻹﺭﺍﺩﺓ Kerja adalah buah dari pada niat dan keinginan, setiap orang yang bekerja akan mengikuti keyakinan dan pandangannya. (Maktabah Syamilah, 2009). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al Qur,an surat al Isra ayat: 84:
Wξ‹Î6y™ 3“y‰÷δr& uθèδ ôyϑÎ/ ãΝn=÷ær& öΝä3š/tsù ϵÏFn=Ï.$x© 4’n?tã ã≅yϑ÷ètƒ @≅à2 ö≅è% Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. Dalam menjelaskan kata Syakilah pada ayat di atas, Ibnu Asyur dalam tafsir Tahrir wa Tanwir meyatakan bahwa:
ﻠﹶﺔﹸﺎﻛﺎ ﺷﻠﹸﻬﺃﹶﺻ ﻭ.ﺎﻬﻠﹶﻴﺄﹶ ﻋﺸﻧﺎ ﻭﻬﺒﺎﺣﺎ ﺻﻫﺎﺩﺘﻲ ﺍﻋﺓﹸ ﺍﻟﱠﺘﲑﺍﻟﺴ ﺍﻟﻄﱠﺮﹺﻳﻘﹶﺔﹸ ﻭ:ﻠﹶﺔﹸﺎﻛﺍﻟﺸﻭ ﻪﻨ ﻣﺐﻌﺸﺘﻲ ﺗﺔﹸ ﺍﻟﱠﺘﺒﻌ ﺍﻟﺸﻲﻫ ﻭ،ﺍﻟﻄﱠﺮﹺﻳﻖﹺ As Syaakilah artinya adalah cara dan jalan yang ditempuh oleh seseorang dalam bekerja. (Maktabah Syamilah, 2009). Senada dengan itu As Sya'rowy menyatakan bahwa:
ﻭﻋﻠﻰ ﻃﺒﻴﻌﺘﻪ،ﺃﻥ ﻛﻞ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﻳﻌﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻃﺮﻳﻘﺘﻪ Sesungguhnya semua manusia mempunyai cara dan kebiasaan masingmasing dalam bekerja. (Maktabah Syamilah, 2009) Islam memberikan tempat yang sangat mulia terhadap bekerja. Pekerjaan yang baik disebut amal sholeh. Dalam al Qur,an amal sholeh selalu dikaitkan dengan iman sedangkan iman adalah suatu hal yang terpenting dalam agama islam. Peneliti menemukan 52 kata keharusan melakukan amal sholeh yang
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
30
disandingkan dengan iman. Hal ini menunjukan iman yang berbentuk keyakinan dalam hati harus diwujudnyatakan dalam bentuk kerja nyata dalam kebaikan. Bahkan Allah SWT menjadikan amal sholeh sebagai syarat untuk berjumpa dengan-Nya:
ﺤﺎﹰﺎﻟﻼﹰ ﺻﻤﻞﹾ ﻋﻤﻌ ﻓﹶﻠﹾﻴﻪﺑﻘﹶﺎﺀَ ﺭﻮﺍ ﻟﺟﺮ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳﻦﻓﹶﻤ Barang siapa ingin bertemu dengan tuhannya hendaklah ia beramal sholeh. Pondasi untuk membangun teori etos kerja islami selain al Qur,an adalah al Hadits. Dalam Hadits nabi Muhammad etos kerja banyak mendapatkan apresiasi. Ali (2005) mengungkapkan ulasan etos kerja dalam tinjauan al Hadits sebagaimana dikutip oleh Ali and Al-Owaihan (2008) adalah sebagai berikut: a. Pursuing legitimate business. Nabi Muhammad mendorong pengikutnya untuk menggunakan pekerjaan sebagai sarana memperoleh keuntungan untuk dirinya, orang lain dan masyarakat. " ‘‘Worshiping has seventy avenues; the best of them is the involvement in an honestly earned living’’. That is, work is the best form of worshiping" ( p. 11). Dalam sebuah Hadits nabi Muhammad mengatakan:‘‘The best work is the one that results in benefit’’ and ‘‘The best of people are those who benefit others’’.(p. 11) b. Wealth must be earned. Ali and Al-Owaihan (2008) menjelaskan bahwa dalam konsep etos kerja islami, kesejahteraan itu harus di usahakan. Ia mendasarkan pendapatnya pada firman Allah " And covet not that by which God hath raised some of you aboveothers; for men shall have of what they earn; and for women shall have of whatthey earn’’. ( al Qur,an 4:32). Setiap orang akan mendapatkan hasil usaha masing-masing baik ia laki-laki maupun perempuan. c. Quality of work. Bangsa Arab sebelum kedatangan nabi Muhammad adalah bangsa yang kurang memiliki sikap disiplin. Mereka mempunyai komitmen hanya untuk suku mereka. Nabi Muhammad melakukan reformasi dalam hal ini dengan menekankan komitmen dan disiplin dalam bekerja bahkan menyatukan keimanan (faith) dan kerja (amal) menuju tatatan masyarakat muslim yang maju. Nabi Muhammad menyatakan " God blesses a person who perfects his craft (does the job right)’’ and
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
31
‘‘God loves a person who learns precisely how to perform his work and does it right’’. (p. 11). d. Wages. Nabi Muhammad memerintahkan pengikutnya agar adil dalam gaji. ‘‘One must give a worker his wage beforehis sweat dries (should be given on time)’’ and ‘‘your wage should be based onyour effort and spending’’. Oleh karena itu pembayaran gaji harus tepat waktu dan seimbang dengan pekerjaan. (Ali and Al-Owaihan, 2008). e. Reliance on self. Salah satu fungsi dari bekrja adalah membuat percaya diri. "Mohamed stated, "No one eats better food than that which he eats out of the work of his hand’’ and ‘‘No earnings are better than that of one’s own effort "(Ali and Al-Owaihan, 2008). f. Monopoly. Ali and Al-Owaihan (2008) mengatakan "dalam Islam monopoli adalah sebuah kesalahan besar. Karena merugikan produsen dan membuat perekonomian menjadi tidak
seimbang. "Prophet
Mohamed, therefore, forbade it stating, ‘‘The supplier is blessed and the monopolist is cursed’’ and ‘‘whoever withholds commodities, is a sinner’’. (p. 12) g. Bribery. Ali and Al-Owaihan (2008)
menyatakan bahwa seperti
monopoli dan menipu, penyuapan juga merupakan kesalahan yang besar. "Mohamed declared, ‘‘God cursed the one who gives and the one who receivesbribery’’. (p.12) h. Deeds and Intentions. Ali and Al-Owaihan (2008) menjelaskan bahwa perbuatan dan niat (deeds and intentions) merupakan hal yang sangat penting dalam konsep etos kerja islami. Dua hal inilah yang dapat dikatakan sebagai pembeda dari konsep etos kerja agama lainnya. "One of thefundamental assumptions in Islam is that intention rather than result is thecriterion upon which work is evaluated in terms of benefit to community (p.12). i. Transparency. Nabi Muhammad memerintahkan kepada umatnya untuk menjalankan bisnis secara transparan. Ali and Al-Owaihan (2008) mengemukakan "pada suatu ketikan nabi Muhammad melakukan inspeksi terhadap para pedagang kurma. Beliau mendapatkan ada kurma yang
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
32
berkualitas rendah dicampur dengan berkualitas tinggi. Lalu beliau memerintahkan untuk memisahkannya. Beliau bersabda "siapa yang menipu kami ia bukan dari golongan kami". Dan jika penjual dan pembeli menyembunyikannya dan berbohong maka keberkahannya akan dicabut. j. Greed Ali and Al-Owaihan (2008) mengemukakan bahwa dalam Islam kerakusan merupakan ancaman bagi stabilitas ekonomi. The prophet Mohamed in his struggle against the elite of Mecca consistently and tirelessly criticized their greediness. He stated, ‘‘Be aware of greediness; it is the living poverty’’ and ‘‘Two qualities are not found in a believer: greediness and immorality’’.(p. 12) k. Generosity. Islam sangat menganjurkan sifat dermawan. Bahkan nabi Muhammad mengatakan bahwa tidak ada kebaikan yang lebih baik dari pada kedermawanan. "The Prophet Mohamed stated that ‘‘There is nothing worse than avariciousness’’. He declared, ‘‘The generous person is closest to God, heaven, people and far from hell’’ and ‘‘He who removes a distress, God blesses in this world and the hereafter’’. (p. 12).
2.2.5 Aspek dan indikator etos kerja Tasmara (2002) mengemukakan bahwa orang yang "mempunyai etos kerja nampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada satu keyakinan mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk terus menerus memperbaiki diri, mencari prestasi bukan prestise, dan tampil sebagai bagian dari umat yang terbaik (khairu ummah)". (p. 73). Tasmara (2002) mengemukakan indikator-indikator dari etos kerja seorang muslim sebagai berikut: 1. Menghargai waktu Salah satu ciri dari orang yang memiliki etos kerja adalah penghayatan, pemahaman tentang betapa berharganya waktu. Satu detik berlalu tidak mungkin ia kembali. Setiap orang tidak memandang apakah ia orang baik atau jahat memiliki jatah waktu yang sama yaitu 24 jam atau 1440 menit atau sama dengan 86400 detik setiap hari. Tergantung kepada masing-masing individu bagaimana ia memanfaatkan waktu tersebut.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
33
Seorang muslim yang memiliki etos kerja akan sangat menghargai waktu sebagaimana Allah bersumpah dengan waktu dalam surat 'al-'Ashr: 1-3:
ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) ∩⊄∪ Aô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ÎóÇyèø9$#uρ ∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati untuk mentaati kebenaran dan nasehat menasehati untuk tetapberada di dalam kesabaran. Para ulama sepakat menerjemahkan wal-'Ashri dengan wawu sebagai sumpah. Artinya, menunjukkan kesungguhan yang luar biasa dari ayat tersebut. Dengan kata lain menunjukan penekanan agar kita memperhatikan dengan penuh kesungguhan. Allah bersumpah dengan waktu menunjukan bahwa waktu merupakan aset ilahiyah yang sangat berharga dimana setiap manusia akan rugi bila tidak bisa memanfaatkannya dengan baik (Tasmara, 2002). Wahbah zuhaily dalam tafsir al Munir mengemukakan bahwa dari ayat ini dapat diambil kesimpulan di antaranya adalah peringatan Allah yang sangat berat bahwasanya seluruh manusia kapanpun akan berada dalam kerugian kecuali mereka yang konsiten dengan empat hal, yaitu: iman, amal sholeh, saling memberikan motivasi dalam kebenaran dan kesabaran (Maktabah Syamilah, 2009). Dengan pemahaman seperti ini maka seorang muslim yang memiliki etos kerja tinggi tidak menginginkan ada waktu yang terbuang tanpa makna. Jiwanya merintih jika ada satu detik yang berlalu tanpa makna. Pengertian terhadap makna waktu merupakan rasa tanggung jawab yang sangat besar atas kemuliaan hidupnya. Sebagai konsekuensinya, dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. Ada semacam bisikan dalam jiwanya agar jangan melewatkan barang sedetik pun kehidupan ini tanpa makna. (Tasmara, 2002). Al-Qur,an meminta setiap muslim untuk memperhatikan dirinya dalam rangka persiapan menghadapi hari esok, Allah berfirman dalam surat al Hasyr ayat 18:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
34
( 7‰tóÏ9 ôMtΒ£‰s% $¨Β Ó§ø'tΡ öÝàΖtFø9uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩⊇∇∪ tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î7yz ©!$# ¨βÎ) 4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Salah satu bukti mengaktualkan ayat al-Qur,an yang berkaitan dengan waktu tersebut tampaklah bahwa setiap muslim adalah manusia yang senang menyusun jadwal harian, mampu merencanakan pekerjaan dan programnya. Setiap muslim semestinya memiliki buku agenda kerja dan agenda harian sebagai bentuk kesadaran terhadap pentingnya waktu (Tasmara, 2002). 2. Memiliki moralitas yang bersih (Ikhlas) Ikhlas terambil dari bahasa arab yang berati bersih atau murni. "Kata ikhlas dapat dipadankan dengan sincere atau pure yang berarti suasana atau ungkapan tentang apa yang benar yang keluar dari hati nuraninya yang paling dalam (bassed on what is truly and deeply felt, free from dissimulation)".(Tasmara, 2002, p. 78). Aziz (2009) mengemukakan bahwa ikhlas adalah:
ﺍﻹﺧﻼﺹ ﺗﺼﻔﻴﺔﹸ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻋﻦ ﻣﻼﺣﻈﺔ ﺍﳌﺨﻠﻮﻗﲔ ﺍﻭ ﺗﺼﻔﻴﺔ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻣﻦ ﻛﻞﹼ ﺷﻮﺏ Ikhlas adalah memurnikan perbuatan dari perhatian manusia atau membersihkan aktivitas dari segala sesuatu yang membuat aktivitas tersebut terkontaminasi dengan hal-hal yang buruk (Maktabah Syamilah, 2009). Bagaikan seorang ibu yang menyusui putra atau putrinya, ia tidak memiliki motivasi lain kecuali memang demikianlah tugas seorang ibu. Kemudian tugas yang dijalankannya secara murni dan suci tersebut membuahkan rasa tanggung jawab. Dia akan menjaganya, memberikan perlindungan dan kasih sayang sehingga tugasnya yang murni tersebut semakin besar dan melahirkan berbagai hasil sebagai akibat dari keterpanggilannya untuk menjaga putra-putrinya tersebut.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
35
Orang yang ikhlas disebut mukhlish. Mereka yang disebut mukhlish melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa motivasi lain kecuali bahwa pekerjaan itu merupakah amanah yang harus ditunaikan sebaik-baiknya. Motivasi unggul yang ada hanyalah pamrih pada hati nuraninya sendiri. Kalaupun ada imbalan itu bukanlah tujuan utama, melainkan sekadar akibat sampingan dari pengabdian dirinya yang murni tersebut (Tasmara, 2002). 3. Menjunjung tinggi kejujuran. Jujur dalam bahasa arab adalah as-shidqu As-Sa'di (2000) dalam tafsirnya menjelaskan bahwa as-shidqu adalah:
ﺍﺳﺘﻮﺍﺀ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﰲ ﺍﻻﺳﺘﻘﺎﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ ﺍﳌﺴﺘﻘﻴﻢ: ﻫﻮ،ﺍﻟﺼﺪﻕ As-shidqu adalah keselarasan lahir dan batin dalam konsistensi terhadap kebenaran (Maktabah Syamilah, 2009). Qusyairy menjelaskan bahwa "as-shidqu adalah kejujuran, orang yang jujur disebut as-shodiq sementara kalimat as-shiddiq adalah bentuk penekanan (shigat mubalaghah) dari kalimat as-shadiq
dan berarti orang yang didominasi
kejujuran". (Tasmara, 2002, p. 80). Dengan demikian, di dalam jiwa seorang yang jujur terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang berpihak pada kebenaran dan sikap moral yang terpuji. "As-shidqu dapat dipadankan dengan honesty yang berasal dari bahasa latin honestus atau honos (honour). Definisi dari kalimat tersebut adalah tidak pernah menipu, berbohong atau melawan hukum. Mereka berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan (free from fraud or deception), hatinya terbuka dan selalu bertindak lurus (open minded and straightfowardness"). (Tasmara, 2002, p. 81). Isa (2005, p. 216) menyatakan bahwa "al Ghazali dalam menyebutkan bahwa kata shiddiq memiliki enam makna, yaitu: 1. Shiddiq lisan, yaitu jujur dalam perkataan, termasuk di dalamnya menepati janji. 2. Shiddiq dalam niat dan kehendak, yakni tidak ada faktor pendorong dalam gerak dan diam kecuali hanya Allah. 3. Shiddiq dalam tekad untuk melakukan amal hanya untuk Allah semata.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
36
4. Shiddiq dalam mewujudkan tekad dengan menghilangkan semua rintangan. 5. Shiddiq dalam mengerjakan semua amal, sehingga amal-amal lahiriyah sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya. 6. Shiddiq dalam mewujudkan maqam-maqam agama seperti khauf, raja, ta'dzhim,zuhud, ridha, tawakkal dan mahabbah. Aziz (2006) mengemukakan pendapat Ibnu Qayyim bahwa jujur merupakan sifat mulia yang mengandung banyak nilai positif. Jujur merupakan karakter terpenting bagi individu yang menginginkan kebahagiaan. "Jujur dimanifestasikan dalam tujuan, keinginan, tindakan, dan aksi. Ibnu Qayyim menjelaskan "tidak ada sifat yang paling berharga bagi seseorang dari kejujuran kepada tuhan dalam semua hal disamping kejujuran dalam niat dan perbuatan." (p. 90). Niat yang benar terletak pada ketegasan dalam berniat. Jika niat telah benar maka hanya tinggal memperbaiki perilaku, yaitu jujur dalam tindakan. Zakariya al-Anshari menyebutkan bahwa kata shiddiq memiliki tiga tempat. Ia menyatakan bahwa shiddiq adalah hukum yang sesuai dengan fakta. Tempatnya adalah lisan, hati dan perbuatan. Shiddiq dalam lisan adalah mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Shiddiq dalam hati adalah tekad yang kuat. Shiddiq dalam perbuatan adalah melakukan sesuatu dengan penuh semangat dan penuh kecintaan. Penyebab shiddiq adalah kepercayaan atas apa yang disampaikan Allah. Sedangkan buahnya adalah pujian dari Allah dan makhluk-Nya
(Isa,
2005). Menurut Tasmara (2002) etos kerja Islami sangat mendorong untuk melahirkan sikap profesional sekaligus memiliki integritas yang tinggi. Dalam hal ini, Stephen R. Covey membedakan antara kejujuran dan integritas.”Honesty is telling the truth, inother word, conforming our words to reality. Integrity is conforming to our words, in other words, keeping promises and fulfilling expectation". ”Kejujuran adalah mengatakan kebenaran, dengan kata lain menyelaraskan kata-kata dengan kenyataan. Integritas adalah menyelaraskan katakata, dengan kata lain, menepati janji dan memenuhi harapan".
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
37
4. Memiliki Komitmen. Tasmara (2002) menyatakan bahwa "yang dimaksud dengan komitmen dalam bahasa inggris commitment (dari bahasa latin: committere) adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga mengikat seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakini (i'tiqad). (p, 85). Kita mengetahui dari sejarah, begitu besar komitmen kaum muslimin pada masa awal kebangkitan Islam. Bilal bin Rabah adalah salah satu contohnya, ketika beliau meempertahankan keyakinan dari intimidasi orang-orang kafir. Bilal bin Rabah memiliki komitmen untuk mempertahankan keyakinannya meskipun orang-orang kafir menyiksanya dengan hebat, beliau diseret di atas padang pasir yang panas kemudian tubuhnya ditindih dengan batu yang besar namun beliau tetap teguh di atas keyakinannya. Begitu juga dengan para sahabat yang lain, mereka menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap perjuangan dalam menegakkan kebenaran. Sebagai bentuk komitmen mereka kepada perjuangan adalah pengorbanan mereka yang begitu besar, mereka semua mempertaruhkan harta dan jiwanya sebagai bentuk komitmen terhadap perjuangan. 5. Istiqomah Istiqomah menurut al-Thobathobai berarti lurus (al-i'tidal), yaitu lurus dalam menunaikan perintah. Dalam istiqomah terdapat konsistensi perilaku individu, baik lahir maupun batin dalam menempuh suatu jalan yang benar tanpa disertai anomali (al-inksiraf) (Mujib, 2006 p. 322). Firman Allah dalam surat Fushilat ayat 30 sebagai berikut:
èπ6 x ×Í ≈‾ =n ϑ y 9ø #$ Ο Þ γ Î Šø =n æ t Α ã ”¨ ∴t Gt ?s #( θϑ ß ≈) s Ft ™ ó #$ Ν § Oè ! ª #$ $Ψo /š ‘u #( θ9ä $%s š % Ï !© #$ β ¨ )Î ∩⊂⊃∪ χ š ρ‰ ß ã t θ?è Ο ó Fç Ζ.ä LÉ 9© #$ πÏ Ψ¨ gp :ø $$ /Î #( ρã ± Ï 0÷ &r ρu #( θΡç “t tø B r ω Ÿ ρu #( θùè $ƒs B r ω ā &r Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
38
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu". Pribadi muslim yang memiliki etos kerja yang tinggi mempunyai sikap konsisten (dalam bahasa Latin consistere; harmony of conduct or practice with profession; ability to be asserted together without contradiction), yaitu kemampuan bersikap taat, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya walaupun harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Mereka tetap teguh pada komitmen, positif, dan tidak rapuh kendati berhadapan dengan situasi yang menekan. Sikap konsisten telah melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas serta mampu mengelola stres dengan tetap penuh gairah. (Tasmara, 2002, p. 86). 6. Disiplin Disiplin berasal dari bahasa latin: disciple, disciplus artinya murid, mengikuti dengan taat, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat menekan (calm controlled behavior: the ability to behave in a controlled and calm way even in a divicult or stressfull situation). (Tasmara, 2002, p. 88). Fathoni (2006) mengungkapkan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran merupakan sikap seseorang yang secara suka rela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. "Pada pengertian disiplin terdapat dua faktor yang sangat penting yaitu faktor waktu dan kegiatan" (Anoraga, 2009, p. 46). Pribadi yang berdisiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab dalam memenuhi kewajibannya. Mata hati dan profesinya terarah pada hasil yang akan diraih sehingga mampu menyesuaikan diri dalam situasi yang menantang. Mereka mempunyai daya adaptabilitas atau keluwesan untuk menerima inovasi atau gagasan baru. Daya adaptabilitasnya sangat luwes dalam cara menangani berbagai perubahan yang menekan. Karena memiliki sikat
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
39
tersebut, mereka tidak tertutup terhadap gagasan-gagasan baru yang bersifat inovatif. (Tasmara, 2002) 7. Kreatif Kata kreativitas berasal dari kata sifat creative yang berarti pandai mencipta. Sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinalitas berpikir. Menurut Komite Penasehat Nasional Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya, kreativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal, murni, dan bermakna (Munandar, 2008). Pribadi muslim yang memiliki etos kerja tinggi selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru dan asli sehingga diharapkan hasil kinerja dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Mereka memahami ayat pertama yang turun kepada Rasulullah SAW, yaitu iqra' yang berarti tidak hanya dalam pengertian membaca, tapi juga mengumpulkan dan merangkum menjadi satu arti. Seorang yang kreatif bekerja dengan informasi, data dan mengolahnya sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat yang besar. (Tasmara, 2002, p. 91). 8. Bertanggung jawab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2005) bertanggung jawab adalah sebuah sikap yang menunjukkan kesiapan dalam memikul akibat dari sebuah perbuatan. Dalam bahasa arab tanggung jawab disebut mas'uliyah sedangkan penanggung jawab disebut mas'ul. Dalam sebuah hadits disebutkan:
ﺌﹸﻮﻝﹲﺴ ﻣﻮﻫﺍﻉﹴ ﻭﺎﺱﹺ ﺭﻠﹶﻰ ﺍﻟﻨﻱ ﻋ ﺍﻟﱠﺬﲑ ﻓﹶﺎﻟﹾﺄﹶﻣﻪﺘﻴﻋ ﺭﻦﺌﹸﻮﻝﹲ( ﻋﺴﻣﺌﹸﻮﻝﹲ )ﻭﺴﺍﻉﹴ ﻓﹶﻤ ﺭﻛﹸﻠﱡﻜﹸﻢ ﻩﻟﹶﺪﻭﺎ ﻭﻬﻠﻌ ﺑﺖﻴﻠﹶﻰ ﺑﺔﹲ ﻋﻴﺍﻋﺃﹶﺓﹸ ﺭﺮﺍﻟﹾﻤ ﻭﻢﻬﻨﺌﹸﻮﻝﹲ ﻋﺴ ﻣﻮﻫ ﻭﻪﺘﻴﻞﹺ ﺑﻠﹶﻰ ﺃﹶﻫﺍﻉﹴ ﻋﻞﹸ ﺭﺟﺍﻟﺮ ﻭﻢﻬﻨﻋ ﻛﹸﻠﱡﻜﹸﻢﺍﻉﹴ ﻭ ﺭ ﺃﹶﻟﹶﺎ ﻓﹶﻜﹸﻠﱡﻜﹸﻢﻪﻨﺌﹸﻮﻝﹲ ﻋﺴ ﻣﻮﻫ ﻭﻩﺪﻴﺎﻝﹺ ﺳﻠﹶﻰ ﻣﺍﻉﹴ ﻋ ﺭﺪﺒﺍﻟﹾﻌ ﻭﻢﻬﻨﺌﹸﻮﻟﹶﺔﹲ ﻋﺴ ﻣﻲﻫﻭ ﻪﺘﻴﻋ ﺭﻦﺌﹸﻮﻝﹲ ﻋﺴﻣ Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya terhadap
apa
yang
dipimpinnya,
pemimpin
masyarakat
akan
diminta
pertanggungjawabannya terhadap masyarakat yang dipimpinnya, seorang lakilaki adalah pemimpin bagi rumah tangganya dan bertanggung jawab terhadap mereka, seorang wanita adalah pemimpin dalam mengurus rumah tangga suaminya dan mengurus anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
40
mereka, dan seorang hamba adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan ia bertanggung jawab kepadanya, ingatlah setiap kalian adalah pemimpin dan akan mempertanggung jawabkan apa yang dipimpinnya. (HR. Bukhari). Pribadi muslim yang memiliki etos kerja tinggi akan menyadari bahwasanya tugas dan pekerjaan yang ia emban adalah amanah. Amanah tersebut tidak hanya harus dipertanggungjawabkan di dunia tetapi juga akan diminta pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Seluruh aktivitas akan dilakukan penuh dengan kesadaran karena ia yakin semua amal perbuataanya terekam dan akan ditampakkan pada hari akhirat. 9. Memiliki jiwa kepemimpinan Konntz (1984) mendefinisikan "kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain sehingga mereka mau berusaha sepenuh hati dan antusias untuk mencapai tujuan kelompok" (Tika, 2010, p. 63). Memimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk memengaruhi dirinya sendiri dan memberikan inspirasi teladan bagi orang lain. Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran sehingga kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada lingkungannya (Tasmara, 2002, p. 103). Pribadi muslim yang memiliki etos kerja mempunyai pandangan yang visioner gagasannya melampaui zamannya. Pemimpin seperti ini akan tampak dari nilai-nilai (values) yang diyakininya. Mereka memiliki daya juang yang tinggi, menghargai orang lain dan terbuka terhadap gagasan bahkan kritik. Gaya kepemimpinan seperti ini adalah gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh Rasulullah SAW, sebuah kepemimpinan yang visioner bahkan gagasan pemikiran beliau melampau zamannya. Kepemimpinan Rasulullah didasari oleh prinsip musyawarah. Terbuka terhadap gagasan orang lain atau anak buahnya. Beliau mampu meyakinkan anak buahnya, memotivasi dan memberikan inspirasi para pengikutnya. Yang paling dominan pada gaya kepemimpinan Rasulullah SAW adalah bentuk kepemimpinan dengan teladan uswatun hasanah (leadership by example) pada kepemimpinan beliau. 10. Hemat dan efisien
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
41
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2005) dijelaskan bahwa hemat berarti berhati-hati menggunakan sesuatu agar tidak boros. Menghemat atau berhemat adalah menggunakan sesuatu dengan cermat agar tidak cepat habis. Hemat berlawanan dengan boros. Sedangkan boros sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Allah SWT berfirman dalam surat al-Isra ayat 26:
#ƒÉ‹ö7s? ö‘Éj‹t7è? Ÿωuρ È≅‹Î6¡¡9$# tø⌠$#uρ tÅ3ó¡Ïϑø9$#uρ …絤)ym 4’n1öà)ø9$# #sŒ ÏN#uuρ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Selanjutnya Allah SWT berfirman dalam surat al-Isra ayat 27:
#Y‘θà'x. ϵÎn/tÏ9 ß≈sÜø‹¤±9$# tβ%x.uρ ( ÈÏÜ≈u‹¤±9$# tβ≡uθ÷zÎ) (#þθçΡ%x. tÍ‘Éj‹t6ßϑø9$# ¨βÎ) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Ayat ini sudah cukup jelas melarang sikap boros dan juga dapat dipahami bahwa ayat ini merupakan anjuran untuk berhemat. Hemat bukan berarti pelit tapi menggunakan sesuatu dengan cermat sehingga kegunaannya menjadi efektif dan efisien. Berhemat bukanlah untuk menumpuk kekayaan sehingga melahirkan sikap individualistis tetapi mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, orang yang hemat akan nampak dari cara hidupnya yang efisien dalam mengelola seluruh sumber daya yang dimilikinya. Ia menjauhkan diri dari sikap yang tidak pruduktif dan mubadzir. Efisien berarti melakukan segala sesuatu
secara benar, tepat, dan akurat.
Efisien juga berarti mampu membandingkan besaran output dan input. Adapun efektivitas berkaitan dengan tujuan atau menetapkan hal yang benar. Efisien berkaitan dengan cara melaksanakannya, sedangkan efektivitas berkaitan dengan arah tujuannya (effectiveness is to do the right things while efficiency is to the thing right) (Tasmara, 2002, p. 106). 11. Memiliki jiwa entrepreneurship. Yahya (2006, p. 5) mengungkapkan bahwa menjadi entrepreneur bisa dilihat dari dua aspek, yaitu:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
42
1.
Seseorang yang melalui kreativitas, inovasi, dan penemuan, dapat mengidentifikasi peluang komersial di sekitarnya. Seseorang yang memiliki kecepatan tinggi untuk lebih dahulu menemukan keuntungan komersial dari gagasan orang-orang yang berada di sekitarnya. Ia tidak perlu menemukan gagasan untuk membuat peluang di sekitarnya nilai komersial. Sebagai contoh, di suatu daerah ditemukan metode pengolahan tanaman yang membuat tanaman tersebut bernilai tinggi. Dengan demikian, seluruh penduduk di sekitar penemu metode itu berpotensi mengembangkan penemuan tersebut.
2.
Seseorang yang secara praktis melihat dan mengeksploitasi peluang untuk menghasilkan uang dengan sukses. Aspek yang kedua ini lebih mengedepankan keyakinan seseorang terhadap peluang yang didapatkannya. Keyakinan terhadap peluang ini dikombinasikan dengan kemampuan untuk menghubungkannya dengan sisi
komersial
sehingga
menghasilkan
sejumlah
uang
sebagai
keuntungan. Pribadi muslim yang memiliki etos kerja mempunyai kesadaran bahwa segala yang tercipta di bumi adalah diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang sholeh untuk dikelola demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia. Jiwa intrepreneurship telah diperlihatkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Rasulullah SAW adalah seorang pedagang besar yang sering mengadakan ekspedisi ke luar negeri. Sahabat Usman bin Affan, Abu Bakar as-Shiddiq dan Abdurrahman bin Auf adalah contoh dari kalangan sahabat nabi yang jiwa intrepreneurshipnya menonjol. 12. Memiliki insting bersaing (fastabiqul khairat). Fastabiqul khairat secara harfiah memiliki arti berlomba-lomba dalam kebaikan. Anjuran ini tertuju baik bagi laki-laki maupun perempuan. Manusia diperintahkan untuk berlomba dalam berbuat kebajikan terhadap manusia dan alam sekitarnya. Dalam al Qur,an surat al-Baqarah:148 disebutkan kata fastabiqul khairat sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
43
ãΝä3Î/ ÏNù'tƒ (#θçΡθä3s? $tΒ tør& 4 ÏN≡uöy‚ø9$# (#θà)Î7tFó™$$sù ( $pκÏj9uθãΒ uθèδ îπyγô_Íρ 9e≅ä3Ï9uρ ∩⊇⊆∇∪ փωs% &óx« Èe≅ä. 4’n?tã ©!$# ¨βÎ) 4 $èŠÏϑy_ ª!$# Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Berlomba-lomba itu berarti siapa lebih cepat, “fastabiqul” bermakna berlomba, adu cepat dan “khairat” itu berarti lebih baik. Jadi memang siapa lebih cepat (dalam mengerjakan kebaikan) maka dia lebih baik (dari muanusia lainnya) dan karenanya maka disukai oleh Allah SWT, sebaliknya yang menunda-nunda dan lambat dalam mengerjakan kebaikan akan kurang disukai oleh Allah SWT apalagi yang sampai tidak mau mengerjakan suatu kebaikan, perintah Tuhan dan menjauhi larangannya (amar ma’ruf nahi munkar) sangatlah dimurkai oleh Allah SWT. Tasmara (2002) menjelaskan bahwa Fastabiqul khairaat dapat dilakukan melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi di dalam berbuat kebaikan dan ibadah dsb. Itulah kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi. Tapi kalau sebaliknya, suka membuat kerusakan. Permusuhan maupun kerusuhan dimana-mana, apalagi sampai berbuat dosa dan durhaka maka jangan disesali diri jika dikucilkan masyarakat dan akan sangat dimurkai oleh Allah SWT sehingga ditimpakan azab dan kutukan-Nya. 13. Pembelajar Konsep manusia pembelajar menjelaskan secara implisit bahwa manusia memiliki kemampuan untuk belajar dan berubah, baik secara fisik maupun mental. Untuk menjalankan misi hidupnya, setiap manusia sudah dibekali dengan unsur jasmani, pikiran dan kalbu, sehingga ia mampu olah pikir dan olah kalbu sekaligus mampu merealisasikan buah pikirannya dan pada akhirnya ia mampu
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
44
belajar memperbaiki atau meningkatkan kualitas pengetahuan, sikap dan perilakunya dan mampu membangun karya dan legenda tentang dirinya. Sesungguhnya risalah Islam turun ke muka bumi untuk memberikan pencerahan dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, surat yang pertama turun adalah surat al-Alaq ayat 1-5:
ù&tø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# ∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ‾=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ‾=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.), 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. As-Syinqiti (1995) menjelaskan dalam tafsir Adhwa,ul bayan bahwa ada 7 pelajaran yang dapat dipetik dari surat al-Alaq 1-5, yaitu: Pertama, perintah membaca yang ditujukan kepada nabi yang tidak bisa membaca. Kedua, membaca hendaknya dilakukan atas nama tuhan. Ketiga, tuhan dalam ayat ini adalah Allah yang maha menghidupkan dan mematikan serta berkuasa terhadap segala sesuatu. Keempat, Allah menyebutkan penciptaan manusia setelah secara umum menerangkan bahwa Ia sang pencipta segala sesuatu. Kelima, Allah menyebutkan penciptaan manusia dari alaqah dan tidak menyebutkan proses sebelumnya yaitu dari tanah. Keenam, Allah mengajar dengan al-Qalam. Ketujuh, Allah mengajari manusia apa yang tidak ia ketahui. Oleh karena itu, belajar merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. 14. Tangguh dan pantang menyerah. Kepribadian tangguh (hardiness) dalam psikologi Islam yaitu kepribadian Ibrahim yaitu satu kepribadian rasuli yang memiliki kepribadian ketuhanan yang tangguh meskipun hidup pada keluarga dan lingkungan yang korup tetapi mampu bertahan hidup, kepribadian ismaili yaitu satu kepribadian rasuli yang mampu bertahan hidup pada situasi dan kondisi yang serba sulit gersang dan tanpa
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
45
bergantung pada orang lain kepribadian ayyubi yaitu satu kepribadian rasuli yang tabah, sabar, tawakal terhadap musibah Allah SWT, berusaha mencari hikmah yang terkandung dalam musibah baik berupa penyakit, kemiskinan maupun penghinaan dari orang lain. Belajar dari berbagai bentuk kepribadian rasuli seorang muslim belajar untuk mengenal diri, lingkungan dan tuhannya, serta tugas-tugas dan kewajiban sehingga ketika terjadi bencana atau musibah mampu bertahan dan terhindar dari stress (Mujib, 2006, p. 232). Ketangguhan pribadi mencerminkan kebahagiaan ketentraman, kedamaian dan ketenangan hati merupakan hal-hal yang dijadikan dambaan setiap manusia. Idealnya manusia dapat menghadapi berbagai masalah dan cobaan yang menimpanya sebagai anugerah dari Allah SWT, karena dengan ketabahan, semangat, penerimaan dan kesabaran dalam menghadapinya manusia akan mengalami peningkatan sikap dan kepribadiannya. Ketangguhan dan keuletan merupakan modal yang sangat besar dalam menghadapi segala tantangan atau tekanan (pressure), sebab sejarah telah membuktikan bahwa betapa banyak bangsa yang mempunyai sejarah pahit, namun akhirnya dapat keluar dengan berbagai inovasi, keuletan dan ketangguhan, sebagaimana tertulis dalam al-Qur,an surat al-Baqarah ayat 249:
tÎÉ9≈¢Á9$# yìtΒ ª!$#uρ 3 «!$# ÈβøŒÎ*Î/ OοuÏWŸ2 Zπt⁄Ïù ôMt7n=xî A's#ŠÎ=s% 7πt⁄Ïù ÏiΒ ΝŸ2 "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar." Menurut Tasmara (2002) izin Allah adalah sunnatullah yang bersifat universal. Bukan milik umat Islam saja tapi milik siapapun. Siapa yang menolak sunnah maka ia telah menolak nikmat Allah. Maka, bekerja keras, ulet dan pantang menyerah adalah ciri dan cara dari kepribadian muslim yang memiliki etos kerja. Pribadi muslim yang memiliki etos kerja mampu melihat realitas dari pengalamannya, mampu merangkum dan melakukan improvisasi untuk mengelola tantangan atau tekanan menjadi kekuatan (how to manage pressure). 15. Berorientasi pada produktivitas. Sinamo (2010) mengatakan bahwa budaya produktif dirumuskan sebagai totalitas kesadaran, pikiran, perasaan, sikap, dan keyakinan yang mendasari,
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
46
menggerakkan, mengarahkan, serta memberi arti pada seluruh perilaku dan proses produktif dalam suatu sistem produksi, baik yang bersifat ekono-komersial, teknoindustrial, atau sosio-kultural. Budaya produktif seporos dan setangkup dengan etos kerja seperti telah ditunjukkan oleh studi manajemen dan sosiologi ekonomi, yaitu bahwa etos kerja adalah faktor utama bagi produktivitas. Tasmara (2002) menyatakan bahwa pribadi muslim yang memiliki etos kerja adalah manusia yang sangat memperhatikan produktivitas. Dirinya merasa dikejar oleh suatu "utang" yang sangat harus segera dibayar apabila kehidupannya tidak bermakna, apabila tidak produktif. Seorang muslim sadar bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi sebagai ujian, untuk mengetahui manusia mana yang prestatif amalnya, seperti tertuang dalam al-Qur,an surat al-Kahfi ayat 7:
Wξyϑtã ß|¡ômr& öΝåκš‰r& óΟèδuθè=ö7oΨÏ9 $oλ°; ZπoΨƒÎ— ÇÚö‘F{$# ’n?tã $tΒ $oΨù=yèy_ $‾ΡÎ) Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. 16. Memperluas jaringan. Mubarok (2009) menyatakan bahwa silaturrahmi artinya menyambung persaudaraan atau menyambung tali kasih sayang. Islam melarang permusuhan di antara sesama manusia. Bahkan sangat menganjurkan untuk berbuat baik meskipun hanya dengan bermuka ramah atau senyuman. Jika terjadi perselisihan dan saling memendam kemarahan maka hal ini tidak boleh melebihi tiga hari. Jika melebihi tiga hari orang tersebut telah berbuat dosa. Silaturahim termasuk perintah agama, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW dalam salah satu hadits:
ﻠﹸﻮﺍﺧﺪ ﺗﺎﻡ ﻧﹺﻴﺎﺱﺍﻟﻨﻠﱡﻮﺍ ﻭﺻ ﻭ،ﺎﻡﺣﻠﹸﻮﺍ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭﺻ ﻭ،ﺎﻡﻮﺍ ﺍﻟﻄﱠﻌﻤﺃﹶﻃﹾﻌ ﻭ،ﻠﹶﺎﻡﻮﺍ ﺍﻟﺴ" ﺃﹶﻓﹾﺸ " ﻠﹶﺎﻡﹴﺔﹶ ﺑﹺﺴﻨﺍﻟﹾﺠ Sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah tali persaudaraan, dan sholatlah setika manusia terlelap tidur kalian akan masuk surga dengan selamat" Tasmara (2002) mengemukakan bahwa pribadi muslim yang memiliki etos kerja menjadikan silaturahim sebagai salah satu ruh pengembangan dirinya. Karena bukan saja bernilai ibadah yang berdimensi ukhrawi tetapi juga bernilai Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
47
bagi kemaslahatan duniawi. Ia akan menduniawikan nilai akhiratnya dan mengakhiratkan nilai duniawinya dengan bersilaturahim. Silaturahim memiliki nilai yang sangat bermanfaat bagi manusia yaitu, pertama, memberikan nilai ibadah. Kedua, apabila dilakukan dengan kualitas akhlak yang mulia dapat memberikan kesan bagi orang lain sehingga dikenang, dicatat, dan dibicarakan banyak orang. Dan ketiga, silaturahim dapat memberikan suatu alur informasi yang memberikan peluang dan kesempatan usaha. Menurut hadis Nabi, siaturrahmi mengandung dua kebaikan, yaitu menambah umur dan menambah rizki, sebagaimana hadits nabi:
ﻪﻤﺣﻞﹾ ﺭﺼ ﻓﹶﻠﹾﻴﻲ ﺃﹶﺛﹶﺮﹺﻩ ﻓﺄﹶ ﻟﹶﻪﺴﻨ ﻳ ﺃﹶﻭﻪﻗﻲ ﺭﹺﺯ ﻓﻂﹶ ﻟﹶﻪﺴﺒ ﺃﹶﻥﹾ ﻳﻩﺮ ﺳﻦﻣ Barangsiapa yang menginginkan diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendalah ia menyabung tali silaturahim. Mubarok (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan diluaskan rizkinya adalah bertambahnya peluang untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dapat berupa uang, makanan, persaudaraan, jaringan, pekerjaan, jodoh, pengalaman, ilmu dan sebagainya. Rizki itu sendiri artinya semua hal yang berfaedah (kullu ma yustafadu). Uang yang kita terima menjadi rizki jika ia membawa faedah. Kenaikan pangkat menjadi rizki jika membawa faedah. Isteri atau suami adalah rizki jika membawa faedah. Jika kesemuanya itu tidak membawa faedah meski jumlahnya banyak, maka itu bukan rizki, tetapi bencana. Betapa banyak orang ketika penghasilannya pas-pasan hidupnya berbahagia dengan anak isterinya, tetapi ketika naik pangkat dan penghasilannya besar justru kelakuannya menjadi berubah dan akhirnya keluarganya menjadi berantakan. Yang dimaksud dengan bertambah umur adalah bukan terletak pada tahunnya, tetapi pada maknanya. Ada orang yang umurnya pendek tapi maknanya panjang, sebaliknya ada orang yang umurnya panjang tetapi justru tidak bermakna. Silaturrahmi akan menambah makna umur kita karena di dalamnya ada unsur perkenalan, publikasi, belajar dan apresiasi. 17. Memiliki semangat perubahan (Spirit of Change). Semangat perubahan lahir dari kesadaran untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup. Pribadi muslim yang memiliki etos kerja selalu sadar bahwa
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
48
perubahan ke arah yang lebih baik harus digagas oleh diri sendiri, hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat ar-Ra'd ayat 11:
... öΝÍκŦà'Ρr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóム4®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# āχÎ)... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri Ayat ini memotivasi pribadi muslim untuk mengambil peran, mengubah nasib, dan menempatkan dirinya pada posisi yang mulia. Hidup seseorang bergantung pada pilihan orang itu sendiri. Sejak bangun dari tidur hingga tidur kembali hidup selalu diperhadapkan kepada pilihan-pilihan termasuk pilihan untuk berubah kearah yang lebih baik atau mempertahankan kebiasaan lama (life is choice). Tasmara (2002) menjelaskan bahwa perubahan ke arah yang lebih baik dimulai dengan semangat untuk mempertanyakan segala sesuatu sehingga benarbenar diyakini. Dengan bertanya akan didapatkan banyak hikmah. Kita sering mendapatkan hadits-hadits Rasulullah yang diawali dengan dialog atau pertanyaan antara sahabat dan Rasulullah. Jika para sahabat tidak banyak yang bertanya maka hadits yang kita terima tidak akan sebanyak yang sekarang kita dapatkan. Oleh karena itu, semangat perubahan ke arah yang merupakan indikator etos kerja yang penting dan relevan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tasmara (2002) mengemukakan 17 indikator etos kerja. Menurut peneliti, indikator-indikator tersebut memiliki relevansi dengan responden pada penelitian ini. Indikator-indikator tersebut merupakan indikator-indikator etos kerja yang dikemukakan Tasmara (2002) di atas juga merupakan indikator-indikator yang bersumber dari ajaran Islam. Dengan demikian indikator-indikator tersebut relevan untuk digunakan sebagai rujukan dalam menyusun alat ukur yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur etos kerja kader-kader Hidayatullah. Sesuai dengan definisi etos kerja yang telah dikemukakan yaitu manifestasi dari nilai-nilai (values) dalam bentuk kerja yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sebuah kelompok. Nilai-nilai yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai yang bersumber dari ajaran Islam. Indikator-indikator tersebut secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
49
Tabel 2.2 Variabel etos kerja dan indikatornya Variabel Etos kerja
2.3
Indikator Menghargai waktu Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas) Menjunjung tinggi kejujuran Memiliki komitmen Istiqomah Disiplin Kreatif Bertanggung jawab Memiliki jiwa kepemimpinan Hemat dan efisien Memiliki jiwa entrepreneurship Memiliki insting bersaing (fastabiqul khairat) Memiliki semangat belajar Tangguh dan pantang menyerah Berorientasi pada produktifitas Memperluas jaringan Memiliki semangat perubahan
Amanah Amanah merupakan variabel bebas yang pertama dalam penelitian ini.
Pembahasan berikut ini akan menguraikan amanah secara teoritis sehingga dapat dibangun sebuah konstruk yang akan melahirkan aspek dan indikator sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Uraian yang dimaksud terdiri dari definisi amanah baik secara etimologi maupun secara terminologi, amanah dalam al Qur,an dan Hadits, hikmah dan manfaat amanah, faktor-faktor yang membentuk amanah dan aspek dan indikator amanah. 2.3.1 Definisi amanah Pada pembahasaan ini akan diuraikan pengertian amanah baik secara bahasa (terminology) maupun secara istilah (etimologi), uraian tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
50
a.
Pengertian secara etimologi Dalam Mu'jam al-wasith Amanah
( )ﺃﻣﺎﻧﺔberasal dari kata:
– ﻳﺄﻣﻦ – ﺃﻣﻨﺎ ﻭﺃﻣﺎﻧﺎ ﻭﺃﻣﺎﻧﺔ ﻭﺇﻣﻨﺎ ﻭﺃﻣﻨﺔﻦﺃﹶﻣ Yang berarti aman, tentram, selamat, percaya, tunduk, penunaian kewajiban yang didasari niat, titipan, kewajiban dan ibadah. Dalam Lisanul Aroby dijelaskan bahwa amanah merupakan sikap yang menghilangkan khianat. Orang yang amanah berarti telah dipercaya sehingga orang merasa aman dan tenteram untuk memberikan amanah kepadanya. Pelantun adzan (muadzin) disebut orang yang memegang amanah (mu'taman) karena dipercaya sebagai penjaga dan pengingat waktu sholat. Amanah adalah tempat ketaatan, ibadah, titipan dan kepercayaan. Dalam sebuah hadits disebutkan amanah adalah kekayaan, dalam arti orang yang dikenal amanah akan menjadi sebab baginya untuk menjadi kaya (Maktabah Syamilah, 2009). Menurut Ali dalam kitab
ﺍﳋﻼﺻﺔ ﰲ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ
amanah adalah (al
wafa), lawannya khiyanat. Al wafa adalah komitmen dan konsisten untuk selalu menunaikan janji, al wafa juga berarti sabar dalam upayanya untuk menjaga amanah yang ada pada dirinya. Al wafa juga berarti menunaikan segala amanah dengan sempurna tanpa menguranginya sedikitpun. Al wafa juga berarti jujur dalam lisan dan perbuatan (Maktabah Syamilah, 2009). Ibnu Atsir menjelaskan bahwa:
ﻭﻫﻮ ﺍﳊﺎﻓﻆ، ﺍﻷﻣﻨﺔ ﲨﻊ ﺃﻣﲔ:ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻷﺛﲑ Ibnu Atsir berkata: kata amanah jamak dari kata amin, atrinya penjaga. (Maktabah Syamilah, 2009). Jadi, menurut Ibnu Atsir amanah adalah pribadi yang dapat dipercaya untuk menjaga dan memelihara urusan yang dibebankan kepadanya. Raghib al Ashfahani, menjelaskan bahwa:
ﻭﳚﻌﻞ ﺍﻷﻣﺎﻥ ﺗﺎﺭﺓ ﺍﲰﺎ ﻟﻠﺤﺎﻟﺔ ﺍﻟﹼﱵ،ﻭﺍﻷﻣﻦ ﻭﺍﻷﻣﺎﻥ ﻭﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﰲ ﺍﻷﺻﻞ ﻣﺼﺎﺩﺭ ﳓﻮ، ﻭﺗﺎﺭﺓ )ﲡﻌﻞ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ( ﺍﲰﺎ ﳌﺎ ﻳﺆﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ،ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﰲ ﺍﻷﻣﻦ Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
51
ﺎﻨﺿﺮﺎ ﻋ ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﺇﹺﻧ، ﺃﻱ ﻣﺎ ﺍﺋﺘﻤﻨﺘﻢ ﻋﻠﻴﻪﻜﹸﻢﻮﺍ ﺃﹶﻣﺎﻧﺎﺗﻮﻧﺨﺗﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃ ﻭ ﺽﹺﺍﻟﹾﺄﹶﺭ ﻭﻤﺎﻭﺍﺕﻠﹶﻰ ﺍﻟﺴﺔﹶ ﻋﺍﻟﹾﺄﹶﻣﺎﻧ Kata al amnu, al amaanu, al amaanatu asalnya adalah masdar. Kata al amaanu kadang-kadang digunakan untuk menyebutkan keadaan yang aman dan kata al amaanatu kadang-kadang digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang dipercayakan kepada manusia. Seperti firman Allah "dan kalian menghianati amanah kalian" atau apa yang dipercayakan kepada kalian. Firman Allah sesungguhnya kami menawarkan amanah kepada langit dan gunung (Maktabah Syamilah, 2009) Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa amanah adalah segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia untuk mengurusnya. Menurut al Hasan bahwa:
ﺍﻟﺪﻳﻦ: ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻫﻲ: ﻭﻗﺎﻝ ﺍﳊﺴﻦ Amanah adalah agama. Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa amanah adalah agama (tugas-tugas keagamaan) (Maktabah Syamilah, 2009) Menurut an Naisabury:
ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻫﻲ ﺍﻟﻄﹼﺎﻋﺔ:ﻴﺴﺎﺑﻮﺭﻱﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨ Amanah adalah at-Tho'ah (ketaatan). Menurut penulis ketaatan yang dimaksud adalah komitmen terhadap kewajiban menunaikan amanah yang diemban (Maktabah Syamilah, 2009).
b. Pengertian secara terminologi Menurut Ibnu Abbas amanah adalah:
ﻫﻲ ﺍﻟﻔﺮﺍﺋﺾ ﺍﻟﱵ ﺍﻓﺘﺮﺿﻬﺎ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎﺩﻩ:ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ Amanah adalah kewajiban-kewajiban yang diwajibkan oleh Allah kepada hamba-hambanya (Maktabah syamilah, 2009). Pengertian ini lebih berorientasi teologis bukan psikologis nama sudah mencakup secara keseluruhan dari aspek agama. Menurut Abu al Aliyah
.(ﻮﺍ ﻋﻨﻪ ﻫﻲ ﻣﺎ ﺃﻣﺮﻭﺍ ﺑﻪ ﻭﻣﺎ:ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻌﺎﻟﻴﺔ )ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
52
Menurut Abu al-Aliyah amanah adalah apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang (Maktabah syamilah, 2009). Sama dengan definisi Ibnu Abbas, Abu al Aliyah lebih membatasi pengertian pada aspek kewajiban dan larangan menurut hukum agama. Menurut Ali (2008)
ﲡﻤﻊ ﻛﻞ ﻣﺎ ﳛﻤﻠﻪ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻣﺮ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺩﻧﻴﺎﻩ ﻗﻮﻻﹰ ﻭﻓﻌﻼﹰ Amanah mencakup setiap hal yang dipercayakan kepada seseorang dari baik itu urusan agama maupun dunia melalui perkataan dan perbuatan (Maktabah Syamilah, 2009). Mubarakfury mengatakan :
، ﺎﻥ ﺍﻟﹾﺈﹺﳝﻦﻴ ﻋﻲﻫﺔﹶ { ﻭﺎﻧﺎ ﺍﻟﹾﺄﹶﻣﻨﺿﺮﺎ ﻋﺎﻟﹶﻰ } ﺇﹺﻧﻌ ﺗﻪﻟﻲ ﻗﹶﻮﺓﹶ ﻓﺬﹾﻛﹸﻮﺭ ﻫﻲ ﺍﻟﹾﻤ: ﺔﹶﺎﻧﺍﻟﹾﺄﹶﻣ
ﻱ ﻛﹶﻠﱠﻒ ﺍﻟﱠﺬﻴﻒﻜﹾﻠﺎ ﺍﻟﺘ ﺑﹺﻬﺍﺩﺮ ﺍﻟﹾﻤ ﺃﹶﻭﻜﹶﻠﱠﻒ ﺍﻟﹾﻤﻦ ﻣ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﺍﻟﻠﱠﻪﻪﻠﹶﻤﻌﻟﹶﺎ ﻳﻔﹶﻰ ﻭﻳﺨ ﺎ ﻛﹸﻞﱡ ﻣﺃﹶﻭ . ﻬﹺﻢﻠﹶﻴ ﻋﺬﹶﻩﻱ ﺃﹶﺧ ﺍﻟﱠﺬﺪﻬ ﺍﻟﹾﻌ ﺃﹶﻭ, ﻩﺎﺩﺒ ﻋﺎﻟﹶﻰ ﺑﹺﻪﻌ ﺗﺍﻟﻠﱠﻪ Amanah (amanah yang disebut dalam firman Allah (inna aradhnal anmanata…) adalah ainul iman atau setiap yang tersembunyi dan tidak diketahui kecuali oleh Allah dari mukallaf atau kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada hambanya atau janji yang telah diambil dari mereka (Tuhfatul Ahwadzi, maktabah syamilah, 2009). Menurut Jumhur Mufassirin:
ﻓﺎﻷﻣﺎﻧﺔ ﻫﻲ ﺍﻟﻔﺮﺍﺋﺾ ﺍﻟﹼﱵ ﺍﺋﺘﻤﻦ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ،ﺮﻳﻦﺍﻟﻘﻮﻝ ﳉﻤﻬﻮﺭ ﺍﳌﻔﺴ Amanah adalah kewajiban-kewajiban yang dipercayakan Allah kepada hamba-hambanya (Maktabah Syamilah, 2009) Definisi ini senada dengan definisi Ali yaitu menjeneralisir amanah pada aspek penunaian hak-hak Allah dan hak-hak manusia yang melekat pada dirinya. Mubarok (2009) mendefinisikan amanah sebagai sikap mental yang didalamnya terkandung unsur kepatuhan kepada hukum (baik hukum agama maupun hukum positif), tanggung jawab kepada tugas, kesetiaan kepada komitmen, keteguhan dalam memegang janji, kesucian dalam tekad dan kejujuran terhadap diri sendiri.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
53
Amanah dalam konteks pembangunan moral bangsa memiliki tiga makna yaitu: pertama, makna kepatuhan kepada hukum, baik hukum yang bersumber dari agama maupun negara. Masyarakat amanah secara hukum adalah masyarakat yang menjunjung tinggi hukum-hukum yang telah disepakati mengatur kehidupan mereka, mematuhi rambu-rambunya dan menegakkan sangsi hukum atas pelanggarannya. Bangsa yang memegang teguh amanah adalah prespektif hukum adalah bangsa yang mampu mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sistem hukum yang dapat memenuhi rasa keadilan rakyatnya (Mubarok, 2009). Menurut Mubarok (2009) makna amanah dalam konteks membangun moral bangsa yang kedua adalah sebagai titipan. Sesuatu yang dititipkan adalah sesuatu yang penjagaannya dipercayakan kepada orang yang dititipi hingga suatu saat sesuatu itu akan diambil oleh orang yang menitipkan. Maksud menitipkan adalah agar sesuatu yang dititipkan itu tetap terjaga dan terlindungi keberadaannya. Anak adalah amanah, istri adalah amanah bagi suaminya demikian pula sebaliknya, murid adalah amanah bagi gurunya, rakyat adalah amanah bagi pemimpinnya (Mubarok, 2009). Mubarok (2009) amanah juga berarti tanggung jawab. Predikat manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, di samping mengandung makna kewajiban manusia menegakkan hukum tuhan di muka bumi juga mengandung arti hak manusia mengelola alam sebagai fasilitasnya. Pejabat publik, (presiden, gubernur, menteri dan seterusnya hingga pejabat rendah) adalah pemegang amanah tanggung jawab. Otoritas yang dipegangnya bukan pada aspek kekuasaan, tetapi pada aspek pengelolaan dan pelayanan, sehingga seorang pemimpin disebut sebagai pelayan masyarakat. Mubarok (2009) memberikan definisi amanah yang secara konseptual dapat mencakup uraian-uraian di atas, yaitu amanah adalah memelihara hak-hak Allah dan hak-hak manusia yang dengan itu lahirlah tanggung jawab baik dalam terhadap tugas-tugas ibadah maupun muamalah.
Melihat definisi ini sudah
mencakup pendapat-pendapat di atas maka peneliti menggunakan definisi ini sebagai definisi konseptual pada penelitian ini.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
54
2.3.2
Amanah dalam al Qur,an dan hadits
Mubarok (2009) menjelaskan bahwa amanah dalam al-Qur,an terdiri dari beberapa konteks, yaitu: a. Amanah sebagai tanggung jawab pengelolaan ( al- Qur,an , 33: 72)
βr& š÷t/r'sù ÉΑ$t6Éfø9$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# ’n?tã sπtΡ$tΒF{$# $oΨôÊttã $‾ΡÎ) ∩∠⊄∪ Zωθßγy_ $YΒθè=sß tβ%x. …çµ‾ΡÎ) ( ß≈|¡ΡM}$# $yγn=uΗxquρ $pκ÷]ÏΒ zø)x'ô©r&uρ $pκs]ù=Ïϑøts† Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
b. Amanah sebagai hutang atau janji yang harus ditunaikan (al Qur,an, 2: 283).
zÏΒr& ÷βÎ*sù ( ×π|Êθç7ø)¨Β Ö≈yδÌsù $Y6Ï?%x. (#ρ߉Éfs? öΝs9uρ 9x'y™ 4’n?tã óΟçFΖä. βÎ)uρ Ÿωuρ 3 …çµ−/u‘ ©!$# È,−Gu‹ø9uρ …çµtFuΖ≈tΒr& zÏϑè?øτ$# “Ï%©!$# ÏjŠxσã‹ù=sù $VÒ÷èt/ Νä3àÒ÷èt/ tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 3 …çµç6ù=s% ÖΝÏO#u ÿ…çµ‾ΡÎ*sù $yγôϑçGò6tƒ tΒuρ 4 nοy‰≈y㤱9$# (#θßϑçGõ3s? ÒΟŠÎ=tæ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
c. Amanah sebagai tanggung jawab keadilan pemegang kekuasaan (al Qur,an, 4: 58) Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
55
t÷t/ ΟçFôϑs3ym #sŒÎ)uρ $yγÎ=÷δr& #’n<Î) ÏM≈uΖ≈tΒF{$# (#ρ–Šxσè? βr& öΝä.ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) $Jè‹Ïÿxœ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 3 ÿϵÎ/ /ä3ÝàÏètƒ $−ΚÏèÏΡ ©!$# ¨βÎ) 4 ÉΑô‰yèø9$$Î/ (#θßϑä3øtrB βr& Ĩ$¨Ζ9$# #ZÅÁt/ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
d. Amanah sebagai kesetiaan kepada tugas yang diemban (al Qur,an, 8: 27)
öΝçFΡr&uρ öΝä3ÏG≈oΨ≈tΒr& (#þθçΡθèƒrBuρ tΑθß™§9$#uρ ©!$# (#θçΡθèƒrB Ÿω (#θãΖtΒ#u zƒÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩⊄∠∪ tβθßϑn=÷ès? Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui. e. Amanah sebagai karakter pribadi yang penuh tanggung jawab (al Qur,an, 23: 8)
∩∇∪ tβθãã≡u‘ öΝÏδωôγtãuρ öΝÎγÏF≈oΨ≈tΒL{ öΝèδ tÏ%©!$#uρ Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dari penelusaran amanah dalam al Qur,an dapat disimpulkan bahwa amanah merupakan sikap yang didalamnya terkandung tanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya alam baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Dalam konteks ini peneliti berpendapat bahwa amanah juga mengandung sikap tanggung jawab seseorang dalam mengelola apa yang dipercayakan kepadanya. Amanah juga mengandung
pengertian sebuah sikap yang teguh dalam
memegang janji dan komitmen dalam menunaikan hutang. Sebagai mana Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
56
disebutkan dalam al Qur,an, 2:283 seseorang yang memiliki sifat amanah tercermin dari dirinya keteguhan dalam memegang janji dan memiiki komitmen terhadap pembayaran utang. Aspek-aspek lain dari sifat amanah yang dapat di ambil dari ayat-ayat di atas adalah sifat adil dalam memegang kekuasaan, kesetiaan kepada tugas yang diemban dan puncak dari semua itu adalah kepribadian yang penuh tanggung jawab. Untuk menelusuri amanah lebih lanjut, peneliti menelusuri sifat amanah dalam hadits nabi. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan: "amanah adalah sifat dasar nabi Muhammad" (Maktabah Syamilah, 2009). Oleh karena itu nabi Muhammad mendapat julukan dari kaumnya sebagai al-Amin atau orang yang terpercaya. Penelusuran amanah dalam hadits juga menemukan bahwa sifat amanah mengandung profesionalisme dalam mengelola sebuah urusan. "jika amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari kiamat, bagaimana amanah disia-siakan? Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya" (Maktabah Syamilah, 2009). Nabi Muhammad mengecam orang yang tidak dapat memegang amanah bahkan memasukannya ke dalam golongan orang-orang munafik.
2.3.3 Hikmah dan manfaat amanah a. Secara biologis Meskipun amanah merupakan kondisi psikologis yang dapat diukur melalui perilaku yang nampak, ia dapat membawa pengaruh positif tehadap kesehatan biologis. Sifat amanah menunjukkan kualitas religiusitas dan spiritualitas seseorang. Sesuai dengan hadits nabi:
ﺔﹶ ﻟﹶﻪﺎﻧ ﻻ ﺃﹶﻣﻦﻤﺎﻥﹶ ﻟﻤﻻ ﺇﻳ Tidak beriman orang yang tidak memiliki sifat amanah (HR. Ahmad, Maktabah Suamilah, 2009). Dari hadits ini dapat dipahami bahwa semakin tinggi sifat amanah yang dimiliki seseorang maka semakin baik pula kualitas spiritualnya. Hawari (2009) menjelaskan bahwa kualitas spiritual dan religiusitas seseorang sangat berpengaruh pada kesehatan medis. Puchalski (2000) menyatakan bahwa "dalam penelitian ternyata intervensi psikoreligius dapat
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
57
membantu proses penyembuhan dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh". (Hawari, 2009, p. 2). b. Secara psikologis Menurut peneliti, secara psikologis sifat amanah bisa membebaskan manusia dari rasa bersalah (guilty feeling), meningkatkan percaya diri (confidence) dan terhindar dari kecemasan (anxiety). Hal ini dikarenakan amanah memiliki kesesuaian (kongruen) dengan fitrah manusia yang dilahirkan dalam keadaan siap mengemban amanah sebagai hamba dan khalifah Allah. Hal ini berdasarkan pendapat Hawari (2009) yang menyatakan bahwa "agama dapat berperan sebagai pelindung dari berbagai masalah psikis (psikopatologi)" (p. 5). "Pengamalan ajaran agama (Islam) dapat meningkatan derajat kesejahteraan bebas dari stress, cemas dan depresi" ( Hawari, 2009, p. 9). c. Secara sosial Sifat amanah memberikan manfaat yang besar dalam membangun stabilitas sosial. Amanah akan melahirkan rasa saling percaya satu sama lainnya. Amanah juga dapat melahirkan tanggung jawab sosial yang tinggi dan mendukung terciptanya situasi sosial yang aman (Ancok, 2004). d. Secara religius Secara religius amanah merupakan perintah agama dan merupakan pembeda manusia dengan binatang. Amanah juga merupakan indikator keimanan dan keistimewaan manusia dibanding dengan makhluk tuhan yang lain, dalam sebuah hadits disebutkan:
ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺃﲪﺪ."ﻻ ﺍﳝﺎﻥ ﳌﻦ ﻻ ﺃﻣﺎﻧﺔ ﻟﻪ ﻭﻻ ﺩﻳﻦ ﳌﻦ ﻻ ﻋﻬﺪ ﻟﻪ Tidak beriman orang yang tidak punya sifat amanah dan tidak beragama orang yang tidak menepati janji (HR Ahmad)
2.3.4 Faktor-faktor yang membentuk amanah 1. Fitrah Najati (2004) menjelaskan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitah yang cenderung menganut agama yang lurus. Mereka memiliki kecenderungan
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
58
untuk mengenal tuhan, berpihak pada kebenaran, berbuat kebajikan, dan menghindari sikap menyimpang. Menurut Ibnul Qayyim, manusia diciptakan untuk mencintai kebaikan dan membenci kejahatan. Hal ini tertanam dalam fitrah dan syariat diturunkan untuk merinci dan menjelaskan hal tersebut. Dengan memegang prinsip agama manusia diharuskan untuk dapat menilai hal yang baik dan hal yang buruk, namun pada dasarnya ajaran agama diturunkan untuk menyempurnakan dan mengakui eksistensi fitrah, bukan untuk merubahnya. (Aziz, 2006, p. 175). Mujib (2006) menjelaskan bahwa fitrah manusia yang paling esensial adalah penerimaan terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi. Meskipun fitrah manusia bisa baik dan bisa buruk namun potensi primer dari fitrah adalah baik. Artinya kecenderungan manusia untuk berbuat baik lebih besar daripada kecenderungan untuk berbuat buruk. Mubarok (2009) menjelaskan bahwa fitrah adalah potensi psikologis dan rohaniah yang sudah ada dalam desain awal penciptaannya, baik potensi yang mendorong kepada hal-hal positif maupun negatif. Sikap amanah merupakan salah satu potensi ruhaniah yang melekat sejak ruh ditiupkan kepada janin ketika masih di alam rahim. Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa fitrah manusia berisi potensi untuk berpihak dan menerima kebenaran. Amanah sebagai hamba dan khalifah Allah merupakan fitrah manusia yang paling esensial. Namun fitrah manusia memiliki potensi sekunder yaitu memiliki kecenderungan terhadap keburukan. Oleh karena itu, hal terpenting untuk mengembangkan potensi fitrah adalah dengan pendidikan, sebagaimana hadits nabi:
ﻛﻞ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ ﺃﻭ ﻳﻨﺼﺮﺍﻩ ﺃﻭ ﳝﺠﺴﺎﻧﻪ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian ayah dan Ibnunya yang menjadikan ia sebagai seorang yahudi, nasrani atau majusi (HR. Bukhari dan Muslim) Pendidikan memiliki peran penting dalam menginternalisasikan sifat amanah ke dalam kepribadian. Pendidikanlah yang akan memproses manusia apakah potensi fitahnya yang primer akan terus berkembang dan menjadi sikap mental atau justru potensi buruknya yang lebih berkembang. Jika pendidikan dalam
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
59
cakupan formal maupun nonformal mengokohkan potensi primer fitrah manusia maka akan lahir manusia yang memiliki sikap amanah yang tinggi sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi namun jika pendidikan yang diterima baik secara formal maupun nonformal justru malah menghancurkan potensi fitrah maka yang terlahir adalah sikap-sikap menyimpang yang jauh dari sikap amanah sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. 2. Shibghoh (internalisasi) agama Dalam al-Mu'jam al-Wasith, shibgoh adalah celupan warna yang menjadi warna dasar bagi kain. Shibghoh juga berarti apa yang digunakan untuk mencelup serta apa yang bentuk dari celupan tersebut. Dalam Lisanul Arab, shibgah berarti agama dan fitrah. Disebutkan juga bahwa shibgoh adalah sesuatu yang dijadikan sebagai proses untuk dekat kepada Allah (Maktabah Syamilah, 2009). Allah berfirman dalam surat al-Baqarah: 138 sebagai berikut:
∩⊇⊂∇∪ tβρ߉Î7≈tã …ã&s! ßøtwΥuρ ( Zπtóö7Ϲ «!$# š∅ÏΒ ß|¡ômr& ôtΒuρ ( «!$# sπtóö7Ϲ Shibghah Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. Dalam al Qur,an terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia (2010) dijelaskan bahwa kalimat shibghatullah berarti celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Darwisy (1994) dalam I'robul Qur,an wa bayanihi mendefinisikan shibghatullah sebagai berikut:
ﻲ ﺻﺒﻐﺔﺎ ﻫﻨﺎ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﲰ ﺑﻜﺴﺮ ﺍﻟﺼﺎﺩ ﻣﺼﺪﺭ ﻫﻴﺌﺔ ﻣﻦ ﺻﺒﻎ ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ: (ﺔﹶﻐﺒ)ﺻ .ﻟﻈﻬﻮﺭ ﺃﺛﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺘﻨﻘﻪ Shibghah dengan huruf shod dibaca kasrah adalah mashdar (kata benda) yang menunjukan bentuk
dari shabagha (celupan) dan maksudnya adalah
agama, disebut shibghah karena dampaknya terlihat pada pemeluknya (Maktabah Syamilah, 2009). Dengan definisi ini dapat dipahami bahwa agama merupakan celupan yang terinternalisasi dalam kepribadian pemeluknya. Kepribadian yang telah terbentuk oleh agama ini nampak dalam tingkah laku para pemeluknya. Maka semakin
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
60
tershibghah dengan agama semakin nampak nilai-nilai agama dalam kepribadian para pemeluknya. Zuhaily (1996) menjelaskan bahwa shibghah adalah celupan yang warnanya meresap sehingga menimbulkan warna khas. Istilah ini juga sering dipakai oleh orang kristen sebagai pertanda ia masuk ke dalam agama kristen yaitu dengan dicelupkan ke dalam air (baptis). Bagi seorang muslim, iman adalah penyuci diri dari kesyirikan. Pengaruh iman bagi seorang muslim akan sangat nampak seperti pengaruh celupan warna pada kain (tafsir al-Munir , maktabah syamilah, 2009). Sya'rowi dalam tafsir sya'rowi menjelaskan bahwa shibghah dapat terjadi pada kain yang memiliki serat sehingga warna yang dijadikan pencelupnya meresap hingga kedalam seratnya. Oleh karena itu, kain yang telah tershibghah tersebut tidak luntur. Dengan konsep ini seorang muslim yang telah tershibghah dengan iman berarti iman telah merasuk kedalam jiwanya sehingga tidak akan luntur oleh berbagai godaan. beliau berkata:
{ ﻓﻜﺄﻥ ﺍﻹﳝﺎﻥ ﺑﺎﷲ ﻭﻣﻠﺔ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﺍﷲ ﻋﻠﻰﺔﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪﻐﺒ } ﺻ:ﻗﻮﻟﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﳌﺎﺫﺍ ﻛﻠﻤﺔ ﺻﺒﻐﺔ؟ ﺣﱴ..ﺭﺳﻠﻪ ﻫﻲ ﺍﻟﺼﺒﻐﺔ ﺍﻹﳍﻴﺔ ﺍﻟﱵ ﺗﺘﻐﻠﻐﻞ ﰲ ﺍﳉﺴﺪ ﺍﻟﺒﺸﺮﻱ ﺇﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺻﺒﻐﺔ ﻣﻦ ﺧﺎﺭﺝ ﺟﺴﻤﻚ ﻭﻟﻜﻨﻬﺎ..ﻧﻌﺮﻑ ﺃﻥ ﺍﻹﳝﺎﻥ ﻳﺘﺨﻠﻞ ﺟﺴﺪﻙ ﻛﻠﻪ ﺻﺒﻐﺔ ﺟﻌﻠﻬﺎ ﺍﷲ ﰲ ﺧﻼﻳﺎ ﺍﻟﻘﻠﺐ Firman Allah SWT Shibghatullah, seolah iman kepada Allah dan ajaran nabi Ibrahim dan apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad merupakan celupan ilahi yang merasuk kedalam jasad manusia... dan mengapa menggunakan kalimat shibghah? Karena supaya kita tahu bahwa iman merasuk kedalam seluruh jasad..tidak disebut shibghah jika ia hanya menempel dijasad saja tetapi Allah menjadikan shibghah tersebut bersarang dalam hati. (Sya'rowi, Maktabah Syamilah, 2009). Sebagaimana dijelaskan di atas, shibghah adalah celupan yang mewarnai sesuatu. Dalam konteks amanah, peran shibghah merupakan proses internalisasi sifat amanah ke dalam kepribadian seseorang. Semakin kuat shibghah atau internalisasi amanah yang ia dapatkan maka akan semakin kuat pula sifat amanah itu mewarnai kapribadiannya.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
61
2.3.5
Aspek dan indikator amanah
Mubarok (2009) mengemukakan bahwa "secara umum orang yang berakhlak amanah adalah orang yang bisa menjaga hak-hak Allah dan hak-hak manusia yang ada pada dirinya, yang dengan itu ia tidak pernah menyia-nyiakan tugas yang diembannya baik tugas ibadah maupun tugas muamalah" (p. 139). Mubarok (2009) menjelaskan bahwa "amanah dapat dipahami sebagai sikap mental yang di dalamnya terkandung unsur kepatuhan kepada hukum (baik hukum agama maupun hukum negara), tanggung jawab kepada tugas, kesetiaan kepada komitmen, keteguhan dalam memegang janji dan kejujuran terhadap diri sendiri" (p. 233). Dari apa yang dikemukakan Mubarok (2009) di atas maka aspek dan indikator amanah dapat diuraikan bahwa amanah memiliki 2 aspek yaitu: 1). Amanah terhadap hak-hak Allah dan 2). Amanah terhadap hak-hak manusia. Amanah memiliki beberapa indikator yaitu: 1). Patuh terhadap hukum (baik hukum agama maupun hukum negara). 2). Tanggung jawab terhadap tugas (baik tugas ibadah maupun muamalah). 3). Kesetiaan kepada komitmen. 5). Keteguhan dalam memegang janji. 5). Kejujuran terhadap diri sendiri. Aspek dan indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Amanah terhadap hak-hak Allah. Penunaian hak-hak Allah merupakan aspek amanah yang bersifat vertikal. maksudnya adalah amanah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan posisi manusia sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah manusia terikat dengan hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan ibadah murni (mahdhah). Dalam konteks ini hubungan antara manusia sebagai hamba dan Allah sebagai tuhan telah diatur dalam hukum syariat. Dalam hukum syariat ditetapkan bagaimana seharusnya seorang manusia menunaikan hak-hak Allah. Hukum-hukum syariat yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) meliputi tata cara beribadah seperti wudhu, shalat, puasa dan haji. Hukum-hukum tersebut bersifat baku dan tidak terpengaruh oleh tempat dan waktu (mahdhah). Amanah dalam menunaikan hak-hak Allah akan menimbulkan tanggung jawab terhadap tugas-tugas ibadah. Dengan demikian, sesuai dengan
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
62
pendapat Mubarok (2009) indikator pertama dari amanah adalah tanggug jawab terhadap tugas-tugas ibadah. Dalam konteks amanah pada kader Hidayatullah, menurut peneliti indikator tersebut merupakan indikator yang sangat relevan untuk digunakan karena kultur yang dibangun di Hidayatullah sangat kental dengan nuansa-nuansa ibadah sebagaimana dikemukakan oleh salbu (2007). Selain memiliki kewajiban dalam bentuk ibadah, manusia juga memiliki tanggung jawab melaksanakan hukum-hukum yang bersumber dari Allah yaitu hukum syariat. Hukum ini meliputi aturan-aturan yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Secara pribadi dapat dicontohkan hukum yang mengatur cara berpakaian, dalam keluarga ada aturan syariat yang mengatur tentang keluarga dan di dalam bermasyarakat ada hukum syariat yang mengatur tentang hukum pidana dan perdata. Hukum-hukum tersebut merupakan amanah dari Allah dan manusia memiliki tanggung jawab untuk menunaikannya. Dalam konteks amanah pada kader Hidayatullah, menurut peneliti indikator tersebut sangat relevan untuk digunakan. Sebagaimana tertuang dalam Pedoman Dasar Organisasi (PDO) Hidayatullah, bahwa salah satu misi Hidayatullah adalah terhahirnya masyarakat Qur,ani dan terselenggaranya syariat Islam oleh segenap kaum muslimin (Ketetapan Munas Hidayatullah III Hidayatullah, 2010). Dengan demikian kader Hidayatullah memiliki kriteria sebagai orang yang memiliki kepatuhan kepada hukum syariat. Oleh karena itu, peneliti menempatkan indikator ini sebagai indikator kedua untuk mengukur amanah pada kader Hidayatullah. 2. Amanah terhadap hak-hak manusia Merujuk kepada pendapat Mubarok (2009), aspek kedua dari amanah adalah menunaikan hak-hak manusia. Mubarok (2009) menjelaskan bahwa dalam amanah terkandung kepatuhan terhadap hukum. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kepatuhan terhadap hukum dimaknai sebagai kepatuhan kepada hukum syariat, namun selain mengandung kepatuhan terhadap huku syariat amanah juga mengandung unsur kepatuhan yang dimiliki warga negara terhadap hukum-hukum negara. Mematuhi hukum-hukum negara termasuk ke dalam aspek amanah terhadap hak-hak manusia. Mubarok (2009) menjelaskan bahwa mematuhi hukum negara bertujuan untuk membela manusia dari ketidakadilan dan agar setiap orang
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
63
dilindungi hak-haknya dan dijamin. Penegakan hukum dimaksudkan untuk memberikan rasa aman pada masyarakat. Pelanggaran hukum oleh warga negara akan menimbulkan gangguan psikologis pada masyarakat. Pengabaian penegakan hukum oleh aparat akan mengusik rasa keadilan masyarakat yang pada akhirnya akan menimbulkan kekacauan sosial. Amanah dalam konteks mematuhi hukumhukum negara, sebagaimana dijelaskan di atas termasuk ke dalam aspek amanah terhadap hak-hak manusia. Mubarok (2009) mengemukakan bahwa masyarakat amanah secara hukum adalah masyarakat yang menjunjung tinggi hukum-hukum yang telah disepakati mengatur kehidupan mereka, mematuhi rambu-rambunya dan menegakan sangsi hukum atas pelanggarannya. Bangsa yang
memegang teguh amanah dalam
prespektif hukum adalah bangsa yang mampu mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sistem hukum yang memenuhi rasa keadilan rakyatnya. Dalam konteks penelitian ini, amanah dalam prespektif hukum merupakan rambu-rambu bagi kader Hidayatullah dalam menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan tugas sebagai kader yang ditugaskan untuk mendirikan cabang, kader-kader Hidayatullah memiliki kewajiban untuk mengikuti aturan-aturan hukum mengenai perizinan dan legalitas lainnya dari negara untuk mendirikan cabang di berbagai daerah. Dengan demikian amanah dalam prespektif hukum merupakan indikator penting bagi amanah pada kader-kader Hidayatullah dalam menjalankan tugasnya sehingga peneliti menempatkan indikator ini sebagai indikator ketiga untuk mengukur amanah pada kader Hidayatullah. Indikator amanah berikutnya yang dikemukakan oleh Mubarok (2009) adalah tanggung jawab terhadap tugas baik tugas-tugas ibadah maupun tugas-tugas muamalah. Tanggung jawab terhadap tugas-tugas ibadah telah dijelaskan di atas dan ia merupakan indikator yang menjadi bagian dari aspek amanah terhadap hakhak Allah. Tanggung jawab terhadap tugas dalam konteks hubungan antar manusia merupakan indikator amanah yang sangat penting dalam kaitannya dengan pengukuran amanah kader Hidayatullah. Hal tersebut disebabkan oleh pentinggnya proses penugasan kader Hidayatullah untuk mengembangkan organisasi tersebut. Sebagaimana dijelaskan pada bab.1, kader-kader Hidayatullah
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
64
adalah orang-orang yang memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam mengemban tugas untuk mengembangkan organisasi. Oleh karena itu dalam waktu yang relatif singkat (1976-2009) cabang Hidayatullah telah tersebar di 33 provinsi. Dengan demikian indikator tersebut sangat relevan untuk mengukur amanah kader Hidayatullah sehingga peneliti menempatkannya sebagai indikator ke-4. Menepati janji merupakan indikator kelima dari indikator-indikator amanah yang dikemukakan oleh Mubarok (2009). Menurut peneliti indikator ini sangat relevan untuk dijadikan rujukan dalam mengukur amanah pada kader Hidayatullah. Menepati janaji merupakan kriteria yang sangat penting untuk dimiliki oleh kader-kader organisasi yang berbasis agama. Oleh karena itu indikator ini merupakan indikator yang relevan dalam penelitian ini. Indikator keenam dari indikator-indikator amanah yang dikemukakan oleh Mubarok (2009) adalah setia terhadap komitmen. Ini juga merupakan indikator yang sangat relevan dalam konteks amanah kader Hidayatullah. Sebagaimana dikemukakan Tasmara (2002), komitmen merupakan "keyakinan yang mengikat dengan kokoh sehingga menggerakkan perilaku seseorang menuju arah tertentu yang diyakininya" (p. 85) komitmen merupakan kriteria yang harus dimiliki oleh kader Hidayatullah karena karakteristik ini sangat diperlukan dalam menjalankan tugas yang tidak menjanjikan secara material. Indikator ketujuh dari indikator-indikator yang dikemukakan oleh mubarok (2009) adalah jujur terhadap diri sendiri. Indikator ini dapat dijelaskan dengan pendapat Tasmara (2002) "jujur terhadap diri sendiri dimulai dengan sikap disiplin, taat dan berani untuk mengakui kekurangannya sendiri. Dia mampu mengendalikan diri dan tidak memaksakan kehendak, apabila keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya" (p. 84). "Orang yang jujur terhadap diri sendiri memiliki keterbukaan jiwa, dengan gagah berani ia mengakui kelemahan dirinya sendiri dan dengan gagah berani pula ia mampu menolak segala hal yang bertentangan dengan prinsip moral yang diyakininya" (p. 18). Menurut peneliti, Jujur terhadap diri sendiri merupakan indikator yang relevan dalam konteks amanah pada kader Hidayatullah. Jujur terhadap diri sendiri memiliki implikasi terhadap kebulatan tekad seseorang. Menjadi kader sebuah organisasi nirlaba
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
65
memerlukan kebulatan tekad karena organisasi tersebut tidak menjanjikan keuntungan sebagaimana perusahaan yang memiliki orientasi keuntungan. Amanah dapat dipadankan dengan trust, yaitu perilaku yang dapat dipercaya dan dapat mempercayai orang lain. Caldwell & Hayes (2007) mengemukakan bahwa "one person trusts another when the second person is trustworthy" (p. 264). Seseorang mempercayai orang lain ketika orang tersebut dapat dipercaya. Dengan demikian dalam konteks perkembangan organisasi trust sangat diperlukan. Seorang pemimpin tidak akan dapat menjalankan roda organisasi dengan baik jika ia tidak dipercaya oleh anggota organisasi tersebut. Mubarok (2009) mengemukakan bahwa. "budaya amanah adalah perilaku yang bersendikan kepatuhan kepada moralitas agama, kepada moralitas hukum, tanggung jawab vertikal dan horizontal dan kejujuran terhadap diri sendiri, serta kesadaran atas implikasi dari suatu keputusan" (p. 233). Aspek dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada pendapat Mubarok (2009). Dari pendapat tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa amanah memiki 2 aspek yaitu, pertama, penunaian amanah terhadap hakhak Allah. Kedua, penunaian amanah terhadap hak-hak manusia. Adapun indikator-indikatornya adalah: 1). Patuh terhadap hukum syariat. 2). Patuh terhadap hukum negara. 3). Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas ibadah. 4). Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas muamalah. 5). Teguh dalam memegang janji. 6). Setia pada komitmen. 7). Jujur terhadap diri sendiri. Dari pembahasan di atas aspek dan indikator amanah dapat dirangkum dalam tabel berikut ini: Tabel 2.3 Aspek dan Indikator Amanah No 1.
Aspek Amanah terhadap hak-hak Allah
2.
Amanah terhadap hak-hak manusia
Indikator Patuh terhadap hukum syariat Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas ibadah Patuh terhadap hukum negara Teguh dalam memegang janji Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas muamalah Setia terhadap komitmen Jujur terhadap diri sendiri
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
66
2.4 Motivasi Motivasi merupakan variabel bebas yang kedua pada penelitian ini. Dalam pembahasan ini akan diuraikan definisi motivasi, motivasi kerja serta aspek dan indikator motivasi. Uraian tersebut adalah sebagai berikut:
2.4.1 Definisi Motivasi Motivasi merupakan istilah yang lazim digunakan untuk mengetahui maksud seseorang atas suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu. Sperling (1987) mengemukakan bahwa " Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjusment is said to satisfy the motive" motivasi didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motivasi (Mangkunegara, 2009). Uno (2010) mengemukakan bahwa motivasi adalah "kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi tidak bisa diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit munculnya suatu tingkah laku tertentu" (p. 3). Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan yang pada saat-saat tertentu menuntut pemuasan, di mana hal-hal yang dapat memberikan pemuasan pada suatu kebutuhan adalah menjadi tujuan dari kebutuhan tersebut. Prinsip yang umum berlaku bagi kebutuhan manusia adalah setelah kebutuhan itu terpuaskan, maka setelah beberapa waktu kemudian muncul kembali dan menuntut pemuasan lagi (Anoraga, 2009). Stanton (1981) mendefinisikan bahwa " a motive is a stimulated need which a goal-oriented individual seek to satisfy". (suatu motivasi adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi pada tujuan individu dalam mencapai rasa puas) (Mangkunegara, 2009). Para ahli psikologi memberikan kesamaan antara motivasi dengan needs (dorongan, kebutuhan) (Anoraga, 2009). Dari penjelasan di atas
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
67
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah yang melatarbelakangi individu untuk berbuat mencapai tujuan tetentu. Uno (2010) mengemukakan bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Motivasi biogenetis Motivasi biogenetis adalah motivasi-motivasi yang berasal dari kebutuhankebutuhan organisme demi keberlangsungan hidupnya, misalnya lapar, haus kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, bernafas, seksualitas dan sebagainya 2. Motivasi sosiogenetis Motivasi sosiogenetis adalah motivasi-motivasi yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Motivasi ini berkembang dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh kebudayaan lingkungan setempat, misalnya keinginan untuk mendengarkan musik, makan makanan tertentu, dan sebagainya. 3. Motivasi teologis Motivasi teologis adalah kebutuhan-kebutuhan manusia dalam kaitannya sebagai hamba tuhan. Motivasi teologis berkaitan dengan interaksi antara hamba dengan tuhannya seperti ibadah dalam kehidupan sehari-hari dan keinginan untuk mengabdi kepada tuhan YME untuk merealisasikan norma-norma sesuai dengan agamanya. Dari beberapa pendapat ahli sebagaimana yang telah dikutip peneliti. Peneliti menyimpulkan bahwa motivasi adalah sebuah proses yang melatarbelakangi dan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Hal yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu dapat bersumber dari dalam dirinya melalui mekanisme biologis. Hal ini dapat dicontohkan dengan perasaan lapar yang memotivasi seseorang untuk makan, rasa haus memotivasi seseorang untuk minum dan seterusnya. Motivasi juga dapat bersumber dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki perasaan bersalah termotivasi untuk meminta maaf. Hal ini terjadi setelah melalui proses interaksi dirinya dengan apa yang ada di luar dirinya.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
68
2.4.2
Motivasi kerja
Motivasi kerja merupakan fenomena yang penting untuk dipahami baik sebagai kajian teoritis maupun dalam praktek di lapangan. Dengan memahami motivasi kerja kita dapat terbantu untuk memahami apa yang mendorong Thomas Elpha Edison untuk menemukan bola lampu yang pertama, apa yang mendorong Florence Nightingale untuk mengembangkan ilmu keperawatan, dan apa yang mendorong para ilmuwan untuk menemukan hal-hal yang menakjubkan seperti menjelajahi angkasa, menelusuri dasar laut dan menemukan hal-hal yang luar biasa (Grant & Shin, 2011). Motivasi kerja menurut Munandar (2008) dapat dipandang sebagai suatu ciri yang ada pada tenaga kerja ketika diterima masuk bekerja di perusahaan yang dibawa masuk oleh tenaga kerja. Selama bekerja, motivasi kerja tenaga kerja mengalami perubahan-perubahan sebagai hasil interaksi antara tenaga kerja dengan lingkungan kerjanya, sehingga dapat pula dipandang sebagai keluaran dari tenaga kerja. Tenaga kerja mulai bekerja dengan derajat motivasi kerja tertentu. Tergantung dari apa yang dialami selama bekerja, dan tergantung bagaimana ia mempersepsikan imbalan yang diberikan kepadanya atas unjuk-kerjanya. Ia akan mengalami kenaikan dan penurunan dari motivasi kerjanya. Igalens & Roussel (1999) melakukan penelusuran tentang teori motivasi kerja. Teori yang ia telusuri di antaranya Kafner's taxonomy of motivation theory (1990), Campbell, Dunnette, Lawler and Weick (1970). Dalam penelusuran itu ditemukan bahwa motivasi adalah sebuah proses yang mendorong sebuah individu untuk secara suka rela memberikan pengorbanan dalam pekerjaannya. ”they describe motivation as a process that drive the individual to voluntarily produce effort in his work". (p. 1006). Cormick (1985) mengemukakan bahwa "Work motivation is defined as conditions which influence the arousal, direction, and maintenance of behaviors relevant in work setting". (motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2009). Clark (2003) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah "the process that initiates and maintains goal-directed performance. It energizes our thinking, fuels
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
69
our enthusiasm and colors our positive and negative emotional reactions to work and life. Motivation generates the mental effort that drives us to apply our knowledge and skills" (p. 2). Motivasi kerja adalah proses yang memulai dan menjaga performance untuk mencapai tujuan. Ia memberikan pemikiran kita energi, membakar antusias kita dan mewarnai reaksi positif dan negatif emosi kita dalam kehidupan dan pekerjaan. Motivasi membangkitkan daya mental yang mendorong kita untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan kita. Secara singkat pendapat Clark (2003) menunjukkan bahwa motivasi kerja membimbing kita untuk menanam banyak atau sedikitnya daya pikir kita untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas unjuk kerja kita. Namun motivasi tanpa pengetahuan yang memadai tidak memiliki pengaruh yang besar. "Successful performance always involves the cooperation of motivation and knowledge in supportive work environments. Without adequate knowledge, motivation alone does not increase useful performance" (p. 2). Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sebuah proses psikologis baik secara internal maupun eksternal yang mendorong kualitas dan kuantitas unjuk kerja seseorang.
2.4.3
Aspek dan indikator motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang tidak dapat dipahami secara langsung dengan kongkrit. Menurut para ahli, motivasi kerja dapat di ukur melalui usaha (effort) seseorang yang nampak ketika bekerja. Menurut Igalens & Roussel (1999) para ahli yang mengusulkan usaha (effort) untuk mengukur motivasi para ilmuwan yang dimaksud adalah Campbell dan Pritchard (1976), Graen (1969), Lawler (1968), Porter dan Lawler (1968). Usaha (effort) dapat diasilkan dari harapan seseorang akan hasil yang akan didapatkan dari usahanya (expectancy), seberapa besar hubungan antara prestasi kerjanya dengan hasil yang ia dapatkan, dan seberapa penting ia menilai penghasilan yang ia dapatkan (p. 1006). Menurut Barbuto, Fritz, & Marx (2002) motivasi bersumber dari instrinsik process, instrumental, self-concept exsternal, self-concept internal, dan goal internalization (p. 603).
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
70
Instrinsict process adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang. Bekerja itu sendiri merupakan insentif bagi dirinya sendiri jika ia menemukan kesenangan dan kepuasan dari pekerjaannya. Instrumental adalah hal-hal yang diharapkan sebagai hasil dari prestasi kerjanya, seperti promosi dan kenaikan gaji. Self-concept exsternal adalah keinginan untuk memperoleh tempat yang terhomat di tengah-tengah rekan kerjanya dan berupaya meningkatkan status sosial. Self-concept internal adalah dorongan meningkatkan prestasi dan kepuasan pribadi dalam pekerjaannya dan goal internalization adalah internalisasi dari tujuan seseorang dalam bekerja sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk meraih tujuan tersebut (Barbuto, Fritz, & Marx, 2002, p. 603-606) Berdasarkan pendapat Story, Stasson, Mahoney & Hart (2008) 7 indikator di atas dapat di kelompokan ke dalam 2 aspek, yaitu aspek instrinsik dan eksrinsik. Sasone & Harackiawicz (2000) menemukan bahwa "people are driven by two general motivational forces: instrinsic motivation is performing an activity for the pleasure inheren in the activity, sedangkan extrinsic motivation is driven by external faktor" (Story, Stasson, Mahoney & Hart, 2008, p. 707). Motivasi instrinsik dapat diamati dari perilaku kerja yang tidak tergantung kepada faktor-faktor di luar dirinya. Menurut peneliti, motivasi yang banyak mempengaruhi para kader Hidayatullah adalah motivasi yang bersifat intrinsik. Hal itu dikarenakan secara eksternal tidak ada penghargaan baik secara materi maupun non materi yang dijanjikan. Mereka bekerja dengan kesadaran pengabdian sehingga tidak membutuhkan reward dan punishment. Meskipun para kader Hidayatullah lebih banyak dipengaruhi oleh motivasi yang bersifat instrinsik namun tidak berarti motivasi ekstrinsik tidak berperan sama sekali. Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, faktor-faktor internal tetap memberikan pengaruh namun tidak mendominasi. Banyak di antara mereka yang berupaya meningkatkan kesejateraan secara materi dan meningkatkan status sosialnya. Pendapat Story, Stasson, Mahoney & Hart (2008), senada dengan Uno (2010). Uno ( 2010) menjelaskan bahwa motivasi memiliki dua dimensi atau aspek yaitu aspek instrinsik dan ekstrinsik. Uno ( 2010) mengemukakan bahwa indikator motivasi adalah: 1). Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. 2).
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
71
Melaksanakan tugas dengan target yang jelas. 3). Memiliki tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugas. 4). Memiliki perasaan senang dalam bekerja. 5). Berusaha untuk unggul. 6). Berusaha untuk memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya. 7). Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya. 8). Bekerja dengan harapan untuk memperoleh insentif. 9). Bekerja dengan harapan memperoleh perhatian dari teman dan atasan. Indikator-indikator motivasi di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas merupakan indikator dari orang yang memiliki kesadaran akan pentingnya tugas yang diemban. Dalam konteks motivasi pada kader Hidayatullah, semangat yang sering dipompakan kepada kader-kader dalam menjalankan tugas mereka adalah kesadaran akan tanggung jawab untuk memperjuangkan Islam. Tanggug jawab tersebut diwujudkan dalam bentuk program-program organisasi yang kemudian dilaksanakan oleh para kader. Semakin besar rasa tanggung jawab yang dimiliki maka semakin kuat pula dorongan untuk menyelesaikan program-program organisasi. Melihat dari sifatnya, tanggung jawab dalam melaksanankan tugas merupakan indikator dari motivasi yang bersifat instrinsik. Tanggung jawab merupakan suatu sikap yang muncul dari diri sendiri sehingga tidak terpengaruh oleh reward and punishment. Oleh karena itu, menurut peneliti tanggung jawab dalam melaksanakan tugas merupaka indikator yang relevan dalam mengukur motivasi kader Hidayatullah. 2. Melaksanakan tugas dengan target yang jelas Orang yang memilki motivasi yang tinggi dapat dilihat dari kejelasan target yang akan dicapai dalam melaksanakan tugas. Kesadaran yang tingi akan pentingnya target yang ingin dicapai akan menimbulkan dorongan yang kuat untuk bekerja keras dalam melaksanakan tugas yang diemban. Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki target yang jelas akan bekerja dengan sekedarnya karena tidak memilki target yang jelas. Tujuan dan target yang jelas , merupakan hal yang penting untuk sebagai indikator motivasi. Indikator ini relevan untuk dijadikan rujukan dalam mengukur motivasi kader-kader Hidayatullah dalam menjalankan tugas mereka.
Kader-
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
72
kader Hidayatullah yang diutus ke berbagai daerah untuk mendirikan cabang Hidayatullah tidak mungkin akan berhasil jika tidak memiliki kesadaran untuk mencapai target yang diinginkan. Oleh karena itu menurut peneliti, melaksanakan tugas dengan terget yang jelas merupakan indikator motivasi yang bersifat instrinsik. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2010) yang menempatkan pelaksanaan tugas dengan target yang jelas merupakan indikator dari motivasi instrinsik. 3. Memiliki tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugas. Dalam konteks motivasi kader Hidayatullah, memiliki tujuan yang jelas merupakan indikator motivasi instrinsik. Hal ini dapat dilihat dari kuatnya dorongan internal dalam melaksanakan tugas dari organisasi. Sebagai contoh, kader Hidayatullah yang ditugaskan untuk membuka cabang di daerah terpencil tidak mendapatkan iming-iming akan mendapatkan keuntungan material yang jelas jika ia berhasil, akan tetapi mereka dibina dan diberikan pemahaman bahwa tugas yang mereka emban adalah dalam rangka perjuangan menyebarkan dakwah Islam.Oleh karena itu tujuan mereka dalam menjalankan tugas merupakan tujuan yang bersifat internal sehingga indikator ini termasuk ke dalam indikator motivasi yang bersifat instrinsik. 4. Memiliki perasaan senang dalam bekerja. Menurut peneliti, perasaan senang dalam bekerja dapat dikategorikan sebagai ciri dari orang yang memiliki motivasi instrinsik. Peneliti sepakat dengan Uno (2010) yang menempatkan indikator ini ke dalam indikator motivasi yang menjadi bagian dari indikator-indikator motivasi yang bersifat instrinsik. Dalam konteks motivasi kader Hidayatullah, perasaan senang dalam bertungas muncul dari perasaan bangga dapat menjadi bagian dari proses perjuangan
menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan melalui program-
program organisasi. Hal ini dapat ditemukan dalam buku "menjemput pertolongan Allah" yang ditulis oleh Tim Da'i dan Da'iyah Hidayatullah (2005). 5. Berusaha untuk unggul. Berusaha untuk unggul merupakan indikator motivasi yang relevan untuk mengukur motivasi kader Hidayatullah. Berdasarkan pembahasan pada bab satu kader Hidayatulllah mampu meraih berbagai pencapaian yang luar biasa sehingga
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
73
dapat dikatakan bahwa mereka berusaha untuk mencapai keunggulan dalam melaksanakan dan mengembangkan program-program organisasi. Tanpa sebuah usaha untuk meraih keunggulan rasanya tidak mungkin Hidayatullah akan menjadi sebuah organisasi besar seperti sekarang ini. 6. Berusaha untuk memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya. Berusaha memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerja merupakan salah satu indikator orang yang memiliki motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar dirinya. Kekurangan dalam hidup dan kebutuhan kerja merupakan kebutuhan yang berasal dari interaksi dirinya dengan lingkungannya. Kekurangan hidup di sini bukan merupakan kebutuhan fisiologis yang secara primer harus terpenuhi. Kekurangan dalam hidup yang dimaksud di sini adalah keinginan untuk melengkapi fasilitas hidup yang dimiliki setelah mengetahui dan tertarik terhadap sebuah fasilitas hidup. Kebutuhan kerja yang dimaksud di sini merupakan kebutuhan akan sebuah fasilitas untuk menunjang pekerjaannya sehingga dengan fasilitas tersebut pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah. 7. Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya. Senang memperoleh pujian merupakan ciri dari orang yang memiliki motivasi ekstrinsik. Pujian merupakan sesuatu ungkapan penghargaan yang diperoleh dari orang lain. Seseorang yang mendapat pujian atas pekerjaannya kemudian merasa sangat senang dan lebih semangat lagi dalam bekerja menandakan bahwa ia memiliki motivasi ekstrinsik. Sebaliknya jika seseorang mendapat pujian atas pekerjaannya namun kemudian ia menerima pujian tersebut dengan sekedarnya menunjukan lemahnya motivasi ekstrinsik pada orang tersebut. 8. Bekerja dengan harapan untuk memperoleh insentif. Insentif merupakan tambahan hasil yang dia peroleh dari pekerjaan tertentu. Bekerja dengan dorongan ingin mendapatkan insentif merupakan indikator dari terjadinya motivasi ekstrinsik. Dalam konteks motivasi kader Hidayatullah, motivasi seperti ini dapat terjadi pada saat melakukan tugas dakwah. Jika ia memiliki dorongan yang kuat untuk memperoleh insentif dari tugas tersebut maka
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
74
itu merupakan sebuah tanda bahwa ia memiliki motivasi eknstrinsik dalam melaksanakan tugas. 9. Bekerja dengan harapan memperoleh perhatian dari teman dan atasan. Harapan untuk memperoleh perhatian dari teman merupakan sebuah tanda terjadinya motivasi ekstrinsik dalam diri seseorang. Sebagai contoh bila seseorang bekerja dan mendapatkan perhatian dari teman dan atasan kemudian ia menjadi lebih semangat dan performance kerjanya meningkat dan ketika teman dan atasan tidak memberikan perhatian kemudian semangat dan performace-nya menurun maka itu adalah sebuah tanda bawa orang tersebut memiliki motivasi ekstrinsik. Dari uraian aspek dan indikator motivasi di atas, maka aspek dan indikator motivasi dapat dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Aspek dan indikator motivasi No 1.
Aspek Instrinsik
2.
Ekstrinsik
2.5
Indikator Melaksanankan tugas dengan penuh semangat Melaksanakan tugas dengan target yang jelas Memiliki tujuan yang jelas dan menantang Memiliki perasaan senang dalam bertugas Selalu berusaha untuk unggul Selalu berusaha untuk memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya Senang menerima pujian atas pekerjaan Bekerja dengan harapan memperoleh insentif Bekerja dengan tujuan mendapat perhatian dari teman dan atasan
Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas hubungan amanah dengan etos kerja secara
eksplisit belum banyak ditemukan. Peneliti telah mencari di perpustakaan Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Jakarta, Perpustakaan Nasional Indonesia dan jurnal internasional proquest. Hanya ada satu penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Edarmayati Latief (2009) dengan berjudul Hubungan antara Amanah dan Etos Kerja dengan Profesionalisme Amil Zakat pada Rumah Zakat Indonesia.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
75
Tesis ini membahas profesionalisme dari perspektif psikologi Islam. Profesionalisme dapat dijelaskan oleh etos kerja dan perilaku amanah terhadap tanggung jawab tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk menggambarkan dan mengukur profesionalisme dari perspektif Islam dan terkait pandangan psikologi Islam dalam perilaku etos kerja dan amanah. Beberapa pendekatan teoritis telah dieksplorasi berkaitan dengan profesional, etos kerja dan amanah. Pendekatan teoritis kemudian dibuktikan dengan serangkaian analisis kuantitatif. Sampelnya adalah 93 orang amil zakat sebagai responden dari Rumah Zakat Indonesia telah dikumpulkan untuk mengukur tiga variabel yang disebutkan di atas. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara profesionalisme kalangan praktisi, etos kerja dan amanah. Akan tetapi ketika data dari variabel-variabel ini telah mendapatkan hasil agregasi tampak adanya korelasi yang lemah, hasil ini juga muncul dalam uji regresi. Dari uji regresi ini diperkirakan telah ada pengaruh yang kuat etos kerja yang tepat, seperti disiplin, keseriusan, kejujuran terhadap sikap profesionalisme para amil. Perilaku amanah seperti ibadah, kadar keyakinan dan sikap independen bukan merupakan faktor penting dan tidak signifikan terhadap sikap profesionalisme dari para amil.
2.6 Kerangka Berpikir a. Amanah dan etos kerja Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana dikemukakan peneliti pada bab.2, peneliti meyakini bahwa amanah memiliki hubungan dengan etos kerja. Sifat amanah muncul dari keimanan seseorang dan mengejawantah dalam perilaku termasuk perilaku kerja (Mubarok, 2009). Banyak tulisan yang menjelaskan bahwa pekerjaan adalah amanah, di antaranya adalah, Mubarok (2009), Sinamo (2005), Tasmara (2002). Dengan memperhatikan pendapat para ahli tersebut peneliti meyakini bahwa ada hubungan yang erat antara amanah dan etos kerja. Mujib (2006) mengatakan bahwa " fitrah manusia yang paling esensial adalah penerimaan terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah di muka
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
76
bumi" (p. 44). Peran manusia sebagai khalifah di muka bumi menurut peneliti berkaitan dengan aktivitas bekerja. Oleh karena itu dengan berpijak pada teori tersebut
dan didukung oleh Mubarok (2009) peneliti membangun hipotesis
bahwa amanah memiliki hubungan dengan etos kerja. Dengan demikian penelitian ini akan menguji apakah benar ada hubungan antara amanah (baik amanah terhadap hak-hak Allah maupun aspek amanah terhadap hak-hak manusia dengan etos kerja. b. Motivasi dan etos kerja Menurut Munandar (2008) motivasi sangat berhubungan dengan etos kerja. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi unjuk kerja (performance) disamping kemampuan (ability) dan peluang (opportunity. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menempatkan motivasi dan aspek-aspeknya baik aspek instrinsik maupun aspek ekstrinsik sebagai variabel independen
yang
berhubungan dengan etos kerja sebagai variabel dependen. Peneliti berasumsi bahwa motivasi memiliki keterkaitan dengan etos kerja. Clark (2003) menggerakkan bahwa "motivasi kerja membimbing kita untuk menanam banyak atau sedikitnya daya pikir kita untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas unjuk kerja kita" (p. 2). Pendapat ini menyakinkan peneliti bahwa ada keterkaitan antara motivasi dengan etos kerja. Penelitian ini akan menguji apakah benar ada keterkaitan antara motivasi dengan etos kerja.
2.7 Skema Berpikir Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang masing-masing terdiri dari dua aspek, yaitu variabel amanah yang terdiri dari aspek amanah terhadap hak-hak Allah dan amanah terhadap hak-hak manusia dan variabel motivasi yang terdiri dari aspek instrinsik dan ekstrinsik. variabel dependen pada penelitian adalah variabel etos kerja. Variabel indepeden dapat dikatakan sebagai variabel prediktor atau variabel stimulus sedangkan variabel dependen dapat disebut sebagai variabel output atau variabel kriterium. Variabel-variabel tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
77
Variabel Amanah : (Aspek Anamah terhadap hak-hak Allah): 1. Patuh terhadap hukum syariat. 2. Tanggung jawab terhadap tugastugas ibadah.
Variabel Amanah : (Aspek Anamah terhadap hak-hak Manusia): 1. Patuh terhadap hukum negara. 2. Tanggung jawab terhadap tugastugas muamalah. 3. Teguh dalam memegang janji. 4. Setia pada komitmen. 5. Jujur terhadap diri sendiri
Variabel Motivasi: (aspek instrinsik): 1. Melaksanankan tugas dengan penuh semangat 2. Melaksanakan tugas dengan target yang jelas 3. Memiliki tujuan yang jelas dan menantang 4. Memiliki perasaan senang dalam bertugas 5. Selalu berusaha untuk unggul
Variabel Etos Kerja Islami: 1. Menghargai waktu 2. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas) 3. Menjunjung tinggi kejujuran 4. Memiliki komitmen 5. Istiqomah 6. Disiplin 7. Kreatif 8. Bertanggung jawab 9. Memiliki jiwa kepemimpinan 10. Hemat dan efisien 11. Memiliki jiwa entrepreneurship 12. Memiliki insting bersaing (fastabiqul khairat) 13. Memiliki semangat belajar 14. Tangguh dan pantang menyerah 15. Berorientasi pada produktifitas 16. Memperluas jaringan 17. Memiliki semangat perubahan
Variabel Motivasi: (aspek ekstrinsik): 1. Selalu berusaha untuk memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya 2. Senang menerima pujian atas pekerjaan 3. Bekerja dengan harapan memperoleh insentif. 4. Bekerja dengan tujuan mendapat perhatian dari teman dan atasan.
Bagan. 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
78
2.8 Hipotesis Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H0
: Tidak ada hubungan antara amanah dan motivasi dengan etos kerja
Hipotesis ini dapat diurai sebagai berikut: 1. Tidak ada hubungan antara amanah (aspek amanah terhdapa hak-hak Allah) dengan etos kerja kader Hidayatullah. 2. Tidak ada hubungan antara amanah (aspek amanah terhadap hak-hak manusia) dengan etos kerja kader Hidayatullah. 3. Tidak ada hubungan antara motivasi (aspek instrinsik) dengan etos kerja kader HIdayatullah. 4. Tidak ada hubungan antara motivasi (aspek ekstrinsik) dengan etos kerja kader Hidayatullah.
Ha
: Ada hubungan antara amanah dan motivasi dengan etos kerja
Hipotesis ini dapat diurai sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara amanah (aspek amanah terhadap hak-hak Allah) dengan etos kerja kader Hidayatullah. 2. Ada hubungan antara amanah (aspek amanah terhadap hak-hak manusia) dengan etos kerja kader Hidayatullah. 3. Ada hubungan antara motivasi (aspek instrinsik) dengan etos kerja kader Hidayatullah. 4. Ada hubungan antara motivasi (aspek ekstrinsik) dengan etos kerja kader Hidayatullah.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
79
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Jakarta dengan responden para kader Hidayatullah yang berada di beberapa daerah seperti Bogor, Depok, Bengkulu, Medan, Surabaya, Irian Jaya, Makassar, Balikpapan dan Yogyakarta. Peneliti memperoleh data tentang para peintis pesantren Hidayatullah dari kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah di Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juni tahun 2011. Penelitian ini meliputi pengumpulan data, studi kepustakaan, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan dan uji kepercayaan instrumen (uji validitas dan reliabilitas). Selanjutnya dilaksanakan penyebaran instrumen penelitian kepada responden yang terpilih sebagai sampel. Dari hasil instrumen yang telah disebar, peneliti melakukan pengolahan dan analisis data sehingga akan diperoleh penarikan kesimpulan.
3.2 Jenis variabel 3.2.1
Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah amanah dengan dua aspek yaitu aspek amanah terhadap hak-hak Allah dan aspek amanah terhadap hak-hak manusia serta
motivasi
dengan dua aspek yaitu aspek instrinsik dan aspek
ekstrinsik.
3.2.2 Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah etos kerja.
3.3 Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang informasi dan datadatanya dikelola dengan statistik. Sesuai dengan sifatnya penelitian ini akan menganalisa keterkaitan antara variabel penelitian. Adapun variabel yang dikaji terdiri dari 5 variabel yaitu:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
80
Amanah (amanah terhadap hak-hak Allah) (X1)), (amanah terhadap hak-hak manusia (X2)), Motivasi (motivasi instrinsik (X3)), (motivasi ekstrinsik (X4), dan Etos Kerja (Y). Dalam paradigma ini terdapat 5 rumusan masalah deskriptif asosiatif seperti dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Amanah terhadap hak-hak Allah (X1)
R
Amanah terhadap hak-hak Manusia (X2) Etos Kerja (Y)
Motivasi instrinsik (X3)
Motivasi ekstrinsik (X4)
Bagan 3.1 Rumusan Masalah Deskriptif Asosiatif
3.4 Populasi dan sampel penelitian 3.4.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Hasan, 1999). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para kader Hidayatullah. Kader Hidayatullah yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kader Hidayatullah yang ikut serta mendirikan Hidayatullah atau kader Hidayatullah yang ditugaskan untuk merintis cabang Hidayatullah. Peneliti memilih para kader Hidayatullah berdasarkan pokok permasalahan penelitian dan terjangkau oleh peneliti. Mengingat peneliti merupakan anggota Hidayatullah dan memiliki hubungan yang cukup baik dengan populasi penelitian ini. Peneliti berupaya untuk mendapatkan data mengenai para kader Hidayatullah dari dokumentasi yang dimiliki oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah di
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
81
Jakarta dan dari beberapa orang kader Hidayatullah yang dikenal oleh peneliti. Dalam buku yang ditulis oleh Salbu (2007) ditemukan sekitar 50 orang sebagai kader yang terlibat dalam mendirikan Hidayatulllah dan pernah ditugskan untuk membuka canbang, peneliti berhasil menjalin komunikasi dengan 30 di antaranya. Mereka inilah yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya ada yang sudah meninggal, sudah berusia lanjut sehingga tidak bisa dijadikan responden. Untuk uji validitas dan reliabilitas peneliti memilih 30 orang pengurus Hidayatullah yang menurut peneliti memiliki kriteria yang sama dengan responden.
3.4.2
Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut (Hasan, 1999). Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Mengingat jumlah pada populasi pada penelitian ini di bawah 100 orang maka peneliti memutuskan untuk melibatkan seluruh populasi, yaitu 30 orang kader Hidayatullah sebagai responden pada penelitian ini.
3.4.3
Teknik Sampling
Menurut Suryabrata (2003), berdasarkan peluang setiap responden untuk menjadi sampel, maka dibedakan atas dua macam teknik sampling, yaitu : 1) propability sampling dan 2) non propability sampling (p. 28). Adapun dalam penelitian ini digunakan tehnik nonpropability sampling, yaitu tehnik sampling tuntas. Dengan teknik sampling tuntas, maka secara otomatis seluruh responden atau anggota populasi menjadi sampel dalam penelitian ini. Dengan teknik sampling tuntas diharapkan penelitian ini dapat memenuhi syarat prosedural dan teoritis sebuah karya penelitian, sehingga secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat dianggap sah.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
82
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket ini diberikan kepada responden. Sebelum angket diberikan, peneliti membuat kisikisi dan butir-butir pernyataan mengenai variabel yang akan diteliti. Kemudian angket diuji validitasnya secara konten yaitu diperiksa dan disahkan oleh dosen pembimbing sebagai instrumen yang siap diujicobakan untuk memperoleh validitas dan reliabilitasnya.
3.6 Definisi dan Pengukuran Variabel 3.6.1
Etos Kerja
a. Definisi Konseptual Berdasarkan analisis dari beberapa pendapat ahli sebagaimana dikemukakan pada bab 2, peneliti memberikan definisi etos kerja adalah manifestasi dari nilainilai (values) dalam bentuk kerja yang menjadi prinsip atau pegangan hidup seseorang. Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan nilai-nilai (values) adalah nilai-nilai yang bersumber dari ajaran Islam.
b. Definisi Operasional Sebagaimana dikemukakan pada definisi konseptual, definisi operasional dalam penelitian ini adalah manifestasi dari nilai-nilai (values) dalam bentuk kerja yang menjadi prinsip atau pegangan hidup kader Hidayatullah yang menjadi responden pada penelitian ini. Variabel ini diukur menggunakan alat ukur rancangan peneliti dengan mengadaptasi aspek dan indikator yang dikemukakan oleh Tasmara (2002). Indikator-indikator tersebut adalah: 1). Menghargai waktu. 2). Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas) 3).Menjunjung tinggi kejujuran. 4). Memiliki komitmen. 5). Istiqomah. 6). Disiplin. 7). Kreatif. 8). Bertanggung jawab. 9).Memiliki jiwa kepemimpinan. 10). Hemat dan efisien. 11). Memiliki jiwa entrepreneurship. 12). Memiliki insting bersaing (fastabiqul khairat). 13). Memiliki semangat belajar. 14). Tangguh dan pantang menyerah. 15). Berorientasi pada produktifitas. 16). Memperluas jaringan. 17). Memiliki semangat perubahan.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
83
c.
Kisi-Kisi Instrumen Berdasarkan definisi operasional di atas, di bawah ini adalah rancangan
instrumen penelitian dalam bentuk tabel: Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Etos Kerja No 1 2
Indikator Menghargai waktu Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
Favourabel 1 17
Unfavourabel 2 23
Jumlah 2 2
3
Menjunjung tinggi kejujuran
4,5
3
3
4
Memiliki komitmen
6,7
8
3
5
Istiqomah
10
9
2
6
Disiplin
11
12
2
7
Kreatif
13,14
15
3
8
Bertanggung jawab
18
16
2
19 37 22 25
20 38 21 24
2 2 2 2
26,27 29 35 33 31 21
28 30 36 34 32 17
3 2 2 2 2 38
9 10 11 12
Memiliki jiwa kepemimpinan Hemat dan efisien Memiliki jiwa entrepreneurship Memiliki insting bersaing (fastabiqul khairat) 13 Memiliki semangat belajar 14 Tangguh dan pantang menyerah 15 Berorientasi pada produktifitas 16 Memperluas jaringan 17 Memiliki semangat perubahan Jumlah
3.6.2
Amanah
a. Definisi Konseptual Secara konseptual definisi amanah yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada definisi yang disampaikan oleh Mubarok (2009) yaitu memelihara hakhak Allah dan hak-hak manusia yang dengan itu lahirlah tanggung jawab baik dalam terhadap tugas-tugas ibadah maupun muamalah.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
84
b. Definisi Operasional Definisi operasional amanah dalam penelitian ini adalah sifat amanah atau perilaku memelihara hak-hak Allah dan hak-hak manusia pada dirinya yang dengan itu ia tidak pernah menyia-nyiakan tugas yang diembannya, baik tugas ibadah maupun tugas muamalah yang dimiliki oleh para kader Hidayatullah yang menjadi responden pada penelitian ini. Variabel ini diukur dengan alat ukur rancangan peneliti dengan merujuk kepada teori Mubarok (2009) yang meliputi 2 aspek yaitu, pertama, penunaian amanah terhadap hak-hak Allah. Kedua, penunaian amanah terhadap hak-hak manusia. Adapun indikator-indikatornya adalah: 1). Patuh terhadap hukum syari'at. 2). Patuh terhadap hukum negara. 3). Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas ibadah. 4). Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas muamalah. 5). Teguh dalam memegang janji. 6). Setia pada komitmen. 7). Jujur terhadap diri sendiri.
c. Kisi-kisi Instrumen Berdasarkan definisi operasional tersebut, di bawah ini adalah rancangan instrumen penelitian dalam bentuk tabel: Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Amanah No Aspek 1. Amanah terhadap hak –hak Allah 2. Amanah terhadap hak-hak manusia
Jumlah
Indikator Patuh terhadap hukum syariat Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas ibadah
Favourabel 7,8 1,3
Unfavourabel 5,6 2,4
Jumlah 4 4
Teguh dalam memegang janji Patuh terhadap hukum negara Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas muamalah Setia terhadap komitmen Jujur terhadap diri sendiri
21,23 18,26 9,12, 14
22 25 10
3 3 4
15,11 20,13, 15
16, 17, 19 24 11
6 3 26
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
85
3.6.3
Motivasi
a. Definisi konseptual Sebagaimana dikemukakan pada bab dua, definisi konseptual motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses psikologis baik secara internal maupun eksternal yang mendorong kualitas dan kuantitas unjuk kerja seseorang.
b. Definisi Operasional Definisi operasional motivasi dalam penelitian ini adalah suatu proses psikologis baik secara internal maupun eksternal yang mendorong kualitas dan kuantitas unjuk kerja kader Hidayatullah yang menjadi responden pada penelitian ini baik secara instrinsik maupun ekstrinsik dalam menjalankan tugas mereka. Untuk mengukur sikap amanah para kader Hidayatullah peneliti menggunakan alat ukur rancangan peneliti dengan dengan merujuk kepada pendapat
Uno
(2010). Indikator-indikator tersebut adalah : 1). Melaksanankan tugas dengan penuh semangat. 2). Melaksanakan tugas dengan target yang jelas. 3). Memiliki tujuan yang jelas dan menantang. 4). Memiliki perasaan senang dalam bertugas. 5). Selalu berusaha untuk unggul. 7). Selalu berusaha untuk
melengkapi
kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya. 7). Senang menerima pujian atas pekerjaan. 8). Bekerja dengan harapan memperoleh insentif. 9).Bekerja dengan tujuan mendapat perhatian dari teman dan atasan.
c. Kisi-kisi Instrumen Berdasarkan definisi operasional di atas, di bawah ini adalah rancangan instrumen penelitian dalam bentuk tabel: Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Motivasi No Aspek 1. Instrinsik
Indikator Favourabel Melaksanankan tugas dengan 3, 14 penuh semangat Melaksanakan tugas dengan 16, 20 target yang jelas Memiliki tujuan yang jelas 10, 11 dan menantang Memiliki perasaan senang 7, 18 dalam bertugas
Unfavourabel 12
Jumlah 3
23
3
22
3
24
3
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
86
2.
Ekstrinsi k
Selalu berusaha untuk unggul Selalu berusaha untuk memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya Senang menerima pujian atas pekerjaan Bekerja dengan harapan memperoleh insentif Bekerja dengan tujuan mendapat perhatian dari teman dan atasan
Jumlah
2, 19 13
15 1
3 2
4, 9
8
3
17
21
2
5, 6
25
3
16
9
25
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, alat untuk mengevaluasi harus valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian tersebut valid. Instrumen penelitian diukur validitasnya secara konten, kemudian untuk memperkuat keakuratan dari instrumen tersebut maka diujicobakan terlebih dahulu kemudian dihitung nilai validitas dan reabilitasnya.
3.7.1
Uji Validitas
Alat ukur instrumen (angket) dikatakan baik apabila hasilnya memiliki kesejajaran dan keabsahan. Sebuah item dikatakan valid jika mempunyai dukungan besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah, atau dapat dikatakan bahwa sebuah item mempunyai validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai korelasi yang tinggi skor totalnya. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas butir adalah rumus korelasi r-product moment dengan alat bantu software SPSS13,0.
3.7.2
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengujian reliabilitas digunakan rumus reliabilitas α dengan teknik Alpha Cronbach, yaitu untuk mengukur homogenitas item-item pernyataan. Pengujian ini menggunakan software SPSS 13.0. Hasil
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
87
jawaban tiap pertanyaan diuji secara statistik. Suatu alat ukur bisa dinyatakan reliabel bila nilai α adalah 0,70-0,95.
3.8 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Untuk memperoleh data peneliti menggunakan teknik penyebaran angket yang telah terseleksi melalui uji validitas dan reliabilitas. Teknik ini dipakai untuk mendapatkan data sebagai objek penelitian. Dengan demikian data yang diperoleh merupakan data primer. Angket yang digunakan merupakan angket skala bertingkat yang mengandung sebuah pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable) dan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan mulai dari sangat sesuai (SS) sampai kepada sangat tidak sesuai (STS). Kepada responden diberi petunjuk agar memilih jawaban sesuai pilihan yang disediakan. Pilihan jawaban yang tersedia pada setiap pernyataan favorabel terdiri dari :
SS S AS TS STS
= Sangat sesuai = Sesuai = Agak sesuai = Tidak sesuai = Sangat tidak sesuai
skor skor skor skor skor
=5 =4 =3 =2 =1
Adapun untuk pernyataan unfavorabel adalah:
SS S AS TS STS
= Sangat sesuai = Sesuai = Agak sesuai = Tidak sesuai = Sangat tidak sesuai
skor skor skor skor skor
=1 =2 =3 =4 =5
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1
Teknik Pengolahan Data Pengolahan data menggunakan komputer, yang dilakukan melalui suatu
proses dengan tahapan sebagai berikut: 1) Editing Langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
88
2) Skoring Memberikan skor atas jawaban dari setiap pernyataan sesuai dengan penetapan skor yang ada atau dibuat. 3) Koding Melakukan pengkodean terhadap setiap variabel untuk memudahkan dalam pengolahan data. 4) Entri Data Memasukkan data yang sudah diperoleh kedalam program komputer. 5) Tabulasi Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
3.9.2
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dengan analisis regresi, perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat. Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi linier pada variabel bebas amanah dan motivasi yang dihubungkan dengan variabel terikat yaitu etos kerja. Adapun analisis pada penelitian ini diolah menggunakan SPSS 13.0 for windows.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
89
4. HASIL PENELITIAN
4.1 Uji Coba Instrumen Pada uji coba penelitian ini, peneliti membuat instrumen berdasarkan tinjauan teori dengan 3 variabel, yaitu: a. Variabel etos kerja dengan indikasinya 38 item, terdiri dari 21 item favorable dan 17 item unfavorable. b. Variabel Amanah, dengan indikasi 26 item, terdiri dari 16 item favorable dan 10 item unfavorable. c. Variabel Motivasi dengan indikasi 25 item, terdiri dari 16 item favorable dan 9 item unfavorable. Tujuan uji coba ini untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, yang akan digunakan dalam penelitian.
4.1.1 Kalibrasi Instrumen Etos Kerja Proses pengembangan instrumen etos kerja dimulai dengan penyusunan butir instrumen sebanyak 38 item pernyataan. Penyusunan instrumen mengacu pada indikator-indikator pada kisi-kisi instrumen pada Tabel 3.1. Tahap selanjutnya konsep instrumen diperiksa oleh dosen pembimbing terutama menyangkut validasi konstruk, yaitu seberapa jauh butir-butir instrumen mengukur indikator-indikator dari variabel etos kerja. Setelah konsep instrumen disetujui, kemudian diujicobakan kepada 30 pengurus
Hidayatullah sebagai
sampel uji coba. Proses kalibrasi instrumen dilakukan dengan menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui validitas butir dan reliabilitas instrumen. Dalam analisis instrumen ini menggunakan program SPSS 13,0, terdapat tiga analisis. Bagian pertama berisi butir-butir soal yang dianalisis validitasnya, bagian kedua berisi hasil analisis reliabilitas instrumen keseluruhan butir soal dimana soal yang tidak valid juga diikutkan dalam analisis. Sedangkan bagian ketiga berisi hasil analisis reliabilitas soal-soal yang valid saja. Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir, ditemukan ada 15 butir pernyataan yang tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan butir yang lainnya
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
90
dinyatakan valid. Adapan kisi-kisi instrumen setelah diujicobakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Ringkasan uji validitas dan reliabilitas instrumen etos kerja No 1 2
Indikator Menghargai waktu Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas) 3 Menjunjung tinggi kejujuran 4 Memiliki komitmen 5 Istiqomah 6 Disiplin 7 Kreatif 8 Bertanggung jawab 9 Memiliki jiwa kepemimpinan 10 Hemat dan efisien 11 Memiliki jiwa entrepreneurship 12 Memiliki insting bersaing (fastabiqul khairat) 13 Memiliki semangat belajar 14 Tangguh dan pantang menyerah 15 Berorientasi pada produktifitas 16 Memperluas jaringan 17 Memiliki semangat perubahan Jumlah *= item tidak valid
Favourabel 1 17
Unfavourabel 2 23
Jumlah 2 2
4,5 6*,7* 10 11 13,14* 18* 19 37* 22 25*
3 8 9 12* 15* 16 20 38* 21 24
3 3 2 2 3 2 2 2 2 2
26,27* 29* 35* 33 31* 21
28 30* 36 34 32* 17
3 2 2 2 2 38
Berdasarkan rumus Alpha Cronbach, perhitungan reliabilitas instrumen etos kerja pada kader Hidayatullah, yang memuat 38 butir termasuk 15 butir yang tidak valid diperoleh harga α = 0,775. Sedangkan perhitungan kedua yang memuat butir valid saja, yakni 30 butir, harga reliabilitasnya adalah α = 0,895. Tampak bahwa makin valid butir instrumen, makin tinggi harga reliabilitasnya.
4.1.2 Kalibrasi Instrumen Amanah Proses pengembangan instrumen amanah dimulai dengan penyusunan butir instrumen sebanyak 26 item pernyataan. Penyusunan instrumen mengacu pada indikator-indikator pada kisi-kisi instrumen pada Tabel 3.2.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
91
Tahap selanjutnya konsep instrumen diperiksa oleh dosen pembimbing terutama menyangkut validasi konstruk, yaitu seberapa jauh butir-butir instrumen mengukur indikator-indikator dari variabel amanah. Setelah konsep instrumen disetujui, kemudian diujicobakan kepada 30 pengurus
Hidayatullah sebagai
sampel uji coba. Proses kalibrasi instrumen dilakukan dengan menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui validitas butir dan reliabilitas instrumen. Dalam analisis instrumen ini menggunakan program SPSS 13,0, terdapat tiga analisis. Bagian pertama berisi butir-butir soal yang dianalisis validitasnya, bagian kedua berisi hasil analisis reliabilitas instrumen keseluruhan butir soal dimana soal yang tidak valid juga diikutkan dalam analisis. Sedangkan bagian ketiga berisi hasil analisis reliabilitas soal-soal yang valid saja. Berdasarkan hasil pengujian validitas butir, butir soal pada kuesioner yang semula berjumlah 26 butir, ternyata ditemukan 6 butir pernyataan yang tidak valid atau dinyatakan drop yaitu butir nomor 2, 4, 13, 18, 20, 26. Sedangkan butir yang lainnya dinyatakan valid. Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Validitas Instrumen Amanah No Aspek 1. Amanah terhadap hak –hak Allah 2. Amanah terhadap hak-hak manusia
Indikator Patuh terhadap hukum syariat Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas ibadah Teguh dalam memegang janji Patuh terhadap hukum negara Memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas muamalah Setia terhadap komitmen Jujur terhadap diri sendiri Jumlah *= item tidak valid
Favourabel 7,8
Unfavourabel 5,6
Jumlah 4
1,3
2*,4*
4
21,23
22
3
18*,26*
25
3
9,12, 14
10
4
15,11 20*,13* 15
16, 17, 19 24 11
6 3 26
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
92
Berdasarkan rumus Alpha Cronbach, perhitungan reliabilitas instrumen amanah pada kader Hidayatullah, yang memuat 26 butir termasuk 6 butir yang tidak valid diperoleh harga α = 0,8368. Sedangkan perhitungan kedua yang memuat butir valid saja, yakni 20 butir, harga reliabilitasnya adalah α = 0,8713. Tampak bahwa makin valid butir instrumen, makin tinggi harga reliabilitasnya.
4.1.3 Kalibrasi Instrumen Motivasi Proses pengembangan instrumen motivasi dimulai dengan penyusunan butir instrumen sebanyak 25 item pernyataan. Penyusunan instrumen mengacu pada indikator-indikator pada kisi-kisi instrumen pada Tabel 3.3. Tahap selanjutnya konsep instrumen diperiksa oleh dosen pembimbing terutama menyangkut validasi konstruk, yaitu seberapa jauh butir-butir instrumen mengukur indikator-indikator dari variabel motivasi. Setelah konsep instrumen disetujui, kemudian diujicobakan kepada 30 pengurus
Hidayatullah sebagai
sampel uji coba. Proses kalibrasi instrumen dilakukan dengan menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui validitas butir dan reliabilitas instrumen. Dalam analisis instrumen ini menggunakan program SPSS 13,0, terdapat tiga analisis. Bagian pertama berisi butir-butir soal yang dianalisis validitasnya, bagian kedua berisi hasil analisis reliabilitas instrumen keseluruhan butir soal dimana soal yang tidak valid juga diikutkan dalam analisis. Sedangkan bagian ketiga berisi hasil analisis reliabilitas soal-soal yang valid saja. Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir, ditemukan ada 5 butir pernyataan yang tidak memenuhi persyaratan yaitu butir nomor 3, 7, 8, 12, 18. Sedangkan butir yang lainnya dinyatakan valid.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
93
Tabel 4.3 Ringkasan Analisis Validitas Instrumen Motivasi No Aspek 1. Instrinsik
Indikator Favourabel Melaksanankan tugas 3*, 14 dengan penuh semangat Melaksanakan tugas 16, 20 dengan target yang jelas Memiliki tujuan yang 10, 11 jelas dan menantang Memiliki perasaan 7*, 18* senang dalam bertugas Selalu berusaha untuk 2, 19 unggul 13 2. Ekstrinsik Selalu berusaha untuk memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya Senang menerima 4, 9 pujian atas pekerjaan Bekerja dengan harapan 17 memperoleh insentif 5, 6 Bekerja dengan tujuan mendapat perhatian dari teman dan atasan Jumlah 16 *= item tidak valid
Unfavourabel 12*
Jumlah 3
23
3
22
3
24
3
15
3
1
2
8*
3
21
2
25
3
9
25
Berdasarkan rumus Alpha Cronbach, perhitungan reliabilitas 25 instrumen motivasi pada kader Hidayatullah, yang memuat 25 butir termasuk 5 butir yang tidak valid diperoleh harga α = 0,6979. Sedangkan perhitungan kedua yang memuat butir valid saja, yakni 20 butir, harga reliabilitasnya adalah α = 0,8108. Tampak bahwa makin valid butir instrumen, makin tinggi harga reliabilitasnya.
4.2 Analisis Data Data yang dihasilkan pada penelitian ini meliputi variabel etos kerja, amanah (amanah terhdap hak-hak Allah dan amanah terhadap hak-hak manusia) dan motivasi (motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik) kader Hidayatullah. Data tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
94
Tabel 4.4 Rekapitulasi data hasil penelitian No. Resp
Etos kerja (Y)
Amanah terhadap Allah (X1)
Amanah terhadap manusia (X2)
Motivasi instrinsik (X3)
Motivasi ekstrinsik (X4)
1
82
29
50
39
37
2
86
19
41
34
33
3
89
23
39
32
28
4
89
26
57
40
22
5
80
22
46
36
28
6
74
21
37
33
28
7
74
18
32
44
38
8
68
18
33
45
41
9
100
29
58
31
20
10
59
15
36
34
34
11
66
17
38
32
25
12
86
22
50
36
30
13
91
24
64
51
31
14
81
19
55
35
30
15
97
19
56
44
34
16
94
18
48
43
39
17
81
19
36
42
27
18
90
20
49
33
28
19
72
23
46
34
28
20
90
22
46
37
28
21
87
21
49
39
26
22
82
21
52
38
28
23
91
20
48
36
27
24
90
18
53
40
27
25
93
18
50
38
32
26
82
29
51
39
37
27
77
25
51
37
31
28
87
23
47
38
24
29
86
19
41
34
33
30
82
26
47
36
23
Jumlah
2506
643
1406
1130
897
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
95
4.2.1 Analisis Deskriptif Adapun ringkasan data umum pada masing-masing variabel penelitian ini secara deskriptif dapat digambarkan pada tabel-tabel berikut ini : Tabel 4.5 Deskripsi Data Umum Variabel
N
Mean
SD
Range
Etos kerja Amanah Motivasi
30 30 30
83,5 68,3 67,6
9,3 10,2 8,3
41 38 35
Skor Minimum 59 50 51
Skor Maksimal 100 88 86
Tabel 4.6 Sebaran Skor Etos Kerja Kategori
Rumus
Rentang Skor
Tinggi Sedang Rendah ∑
x > M +SD M-SD≤x≤ M + SD x< M – SD
x>92,8 74,2<x<92,8 x<74,2
Frekuensi Persentase Responden 4 13,3% 20 66,6% 6 20% 30 100%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 13,3% kader Hidayatullah memiliki etos kerja yang tinggi 66,6% memiliki etos kerja yang sedang dan 20% memiliki etos kerja yang rendah.
Tabel 4.7 Sebaran Skor Amanah Kategori
Rumus
Rentang Skor
Tinggi Sedang Rendah ∑
x > M +SD M-SD≤x≤ M + SD x< M – SD
x>78 58,1<x<78 x<58,1
Frekuensi Persentase Responden 6 20% 18 60% 6 20% 30 100%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 20% kader Hidayatullah memiliki sifat amanah yang tinggi 60% memiliki sifat amanah yang sedang dan 20% memiliki sifat amanah yang rendah.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
96
Tabel 4.8 Sebaran Skor Motivasi Kategori
Rumus
Rentang Skor
Tinggi Sedang Rendah ∑
x > M +SD M-SD≤x≤ M + SD x< M – SD
x>75,9 59,3 <x<75,9 x<59,3
Frekuensi Persentase Responden 7 23,3% 20 66,7% 3 10% 30 100%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 23,3%
kader Hidayatullah
memiliki motivasi yang tinggi 66,7% memiliki motivasi yang sedang dan 10% memiliki motivasi yang rendah.
4.2.2 Analisis Regresi Adapun analisis hasil penelitian menggunakan uji regresi linier ganda dan hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.9 Regresi dengan Model Summary Model Summary
Change Statistics Model 1
Adjusted Std. Error of R Square R Square R Square the Estimate Change F Change R 4.728 .431 7.596 .340 .431 .656a
df2
df1 4
25
Sig. F Change .006
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Ekstrinsik, Amanah_Allah, Motivasi_Intrinsik, Amanah_Manusia
Pada tabel tersebut diperoleh data bahwa korelasi antara aspek-aspek amanah dan motivasi dengan etos kerja secara bersama-sama adalah sebesar 0,656. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara amanah dan motivasi dengan etos kerja adalah kuat karena r = 0,656 dengan signifikasi 0,006. Sedangkan koefisien determinasi atau R Square adalah 0,431. Ini artinya 0,431 atau 43,1 % kontribusi keempat aspek variabel amanah dan motivasi secara bersamaan terhadap etos kerja. Hubungan antara amanah dan motivasi terhadap etos kerja ternyata signifikan sebagaimana tabel berikut.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
97
Tabel 4.10 Hasil Analisis of Varians (ANOVA) ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1091.052 1442.415 2533.467
df 4 25 29
Sig. .006a
F 4.728
Mean Square 272.763 57.697
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Ekstrinsik, Amanah_Allah, Motivasi_Intrinsik, Amanah_Manusia b. Dependent Variable: EtosKerja
Regresi dari keempat aspek yaitu amanah terhadap hak Allah, amanah terhadap hak manusia, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik berada pada besaran signifikansi 0,006. Hal ini memberikan makna bahwa hubungan keempat aspek tersebut dengan etos kerja memiliki korelasi positif yang
signifikan.
Karena koefisien signifikannya lebih kecil dari batas baku signifikan yaitu 0,05 atau 5%. Untuk mengetahui nilai signifikansi masing-masing aspek, peneliti menyajikannya dalam tabel berikut.
Tabel.4.11 Nilai signifikansi per aspek atau uji t Coefficientsa
Model 1
(Constant) Amanah_Allah Amanah_Manusia Motivasi_Intrinsik Motivasi_Ekstrinsik
Unstandardized Coefficients Std. Error B 16.510 51.608 .449 -.104 .233 .758 .383 .099 .346 -.171
Standardized Coefficients Beta -.041 .633 .048 -.094
t 3.126 -.231 3.257 .258 -.495
Sig. .004 .819 .003 .799 .625
a. Dependent Variable: EtosKerja
Dari table di atas dapat diketahui nilai signifikansi masing-masing aspek variabel independen dihubungkan dengan seluruh aspek terhadap variabel dependen. Aspek amanah terhadap hak-hak Allah memiliki nilai signifikansi sebesar 0.819. Nilai ini menunjukkan bahwa aspek amanah terhadap hak-hak Allah memiliki korelasi negatif dengan etos kerja karena nilai signifikansinya
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
98
lebih besar dari 0,5 dan nila B -0,41. Dengan kata lain amanah terhadap hak-hak Allah merupakan aspek yang memiliki korelasi dengan etos kerja namun tidak signifikan. Aspek amanah terhadap hak-hak manusia memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003. Nilai ini menunjukkan bahwa amanah terhadap hak-hak manusia memiliki korelasi positif yang signifikan dengan etos kerja karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,5. Dengan kata lain amanah terhadap hak-hak manusia memiliki korelasi positif yang signifikan dengan atos kerja dengan nilai B sebesar 0.633. Motivasi instrinsik memiliki nilai signifikansi sebesar 0,799. Nilai ini me nunjukkan bahwa motivasi instrinsik memiliki korelasi positif dengan etos kerja dengan nilai B sebesar 0,048. Namun motivasi instrinsik bukan merupakan variabel yang signifikan karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,5. Motivasi ekstrinsik memiliki nilai signifikansi sebesar 0,625. Nilai ini menunjukan bahwa motivasi ekstrinsik memiliki korelasi yang tidak signifikan dengan etos kerja karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0.5. Nilai B adalah 0,094 menunjukan bahwa motivasi ekstrinsik memiliki korelasi negatif dengan etos kerja.
4.2.3 Analisis Regresi Hirarkis Untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing aspek pada
variabel
bebas terhadap variabel terikat, peneliti melakukan analisis regresi berjenjang (hirarkhis) terhadap 4 aspek dari variabel independen dengan variabel dependen. Adapun hasil regresi tersebut disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.11 Regresi aspek amanah terhadap hak-hak Allah dengan etos kerja Model Summary
Change Statistics Model 1
R Square Change .088a
F Change 2.685
df2
df1 1
28
Sig. F Change .112
a. Predictors: (Constant), Amanah_Allah
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
99
Tabel 4.12 Regresi aspek amanah terhadap hak-hak Allah dan manusia dengan etos kerja Model Summary
Change Statistics Model 1
R Square F Change Change 9.981 .425a
df2
df1
27
2
Sig. F Change .001
a. Predictors: (Constant), Amanah_Manusia, Amanah_Allah
Tabel 4.13 Regresi aspek amanah terhadap hak-hak Allah, manusia dan motivasi intrinsik dengan etos kerja Model Summary
Change Statistics Model 1
R Square F Change Change 6.408 .425a
df2
df1
26
3
Sig. F Change .002
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Intrinsik, Amanah_Allah, Amanah_ Manusia
Tabel 4.14 Regresi aspek amanah terhadap hak-hak Allah, manusia, motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik dengan etos kerja Model Summary
Change Statistics Model 1
R Square F Change Change 4.728 .431a
df2
df1 4
25
Sig. F Change .006
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Ekstrinsik, Amanah_Allah, Motivasi_ Intrinsik, Amanah_Manusia
Dari hasil regresi hirarki pada masing-masing aspek tersebut dapat diringkas di dalam tabel berikut ini:
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
100
Tabel 4.15 Ringkasan regresi hirarkis No
IV
R2
Kontribusi
Signifikansi
Varians
1
X1
0,088
8,8%
Tidak signifikan
2
X1,2
0,425
33,7%
Signifikan
3
X1,2,3
0,425
0%
Tidak signifikan
4
X1,2,3,4
0,431
0,6%
Tidak Signifikan
43,1%
Menurut tabel di atas, aspek amanah terhadap hak manusia, pada variabel amanah mampu menjadi prediktor yang kuat bagi etos kerja dengan prosentase prediktif sebesar 33,7 %. Selain itu, aspek amanah terhadap hak Allah juga dapat menjadi prediktor dengan perolehan sebesar 8,8%. Sementara variabel lain yaitu motivasi instrinsik memiliki sumbangan prediktif bervariasi antara 0 %
dan
motivasi ekstrinsik memiliki sumbangan prediktif sebesar 0,6 %.
4.3 Uji Hipotesis dan R2 Tujuan dari uji hipotesis pada bagian ini adalah untuk menjawab pertanyaan dan masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah ada hubungan antara aspek-aspek amanah dan motivasi dengan etos kerja”. Berdasarkan tabel di atas, yakni ditemukan koefisien regresi sebesar (0,431), dapat disimpulkan bahwa seluruh aspek pada variabel independen (predictors), yaitu aspek amanah terhadap hakhak Allah, amanah terhadap hak-hak manusia, motivasi instrinsik, dan motivasi ekstrinsik secara total memiliki hubungan positif yang signifikan (sig,0,006). Adapun rinciannya terdiri dari masing-masing hipotesisnya akan diuji di bawah ini : 1.
Berdasarkan tabel 4.15 di atas diketahui bahwa aspek amanah terhadap hakhak Allah pada variabel amanah memiliki hubungan yang signifikan sebesar 8,8%
yang berarti bahwa hubungan regresi antara variabel bebas amanah
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
101
terhadap hak-hak Allah dengan etos kerja termasuk signifikan. Dengan demikian amanah terhadap hak-hak Allah menjadi penyumbang terhadap R2 total. 2.
Berdasarkan tabel 4.15, di atas diketahui bahwa amanah terhadap hak-hak manusia memiliki buhungan dengan etos kerja sebesar 33,7% . hal ini menunjukan bahwa hubungan regresi antara variabel bebas amanah terhadap hak-hak manusia dengan etos kerja adalah signifikan. Dengan demikian amanah terhadap hak-hak manusia menjadi penyumbang besar terhadap R2 total.
3.
Berdasarkan tabel 4.15, di atas diketahui bahwa motivasi instrinsik pada variabel motivasi memiliki hubungan dengan etos kerja sebesar 0 % . hal ini menunjukan bahwa motivasi instrinsik memikili hubungan dengan etos kerja yang tidak signifikan karena tidak menjadi penyumbang terhadap R 2 total.
4.
Berdasarkan tabel 4.15, diketahui bahwa motivasi ekstrinsik memiliki hubungan denga etos kerja sebesar 0,6 %. Hal ini menunjukan bahwa aspek motivasi ekstrinsik memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan etos kerja karena hanya menyumbang sebesar 0,6% terhadap R 2 total.
4.4 Diskusi Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui bahwa amanah kepada manusia merupakan variabel yang memiliki korelasi positif dengan etos kerja dengan nilai signifikansi sebesar 0,003. Nilai ini merupakan nilai signifikansi yang sangat tinggi dibanding nilai signifikansi aspek-aspek yang lain. Amanaha terhadap hakhak manusia juga merupakan penyumbang terbesar, yaitu sebesar 33,7 % terhadap prediksi etos kerja. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa aspekaspek yang lain memiliki nilai signifikansi yang rendah. Menurut peneliti, berdasarkan temuan-temuan di atas hal tersebut disebabkan karena amanah terhadap hak-hak manusia dapat mewakili aspek-aspek yang lain. Amanah merupakan sifat yang bersumber dari iman kepada Allah. Secara operasional amanah terhadap-hak-hak manusia juga mengandung unsur-unsur amanah terhadap hak-hak Allah. Dengan kata lain, di dalam amanah terhadaphak-hak manusia juga terkadung amanah terhadap hak-hak Allah. Besarnya sumbangan prediktif amanah terhadap hak-hak manusia dibanding amanah
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
102
terhadap hak-hak Allah juga dapat disebabkan karena indikator amanah terhadap hak-hak manusia lebih banyak dibandingkan indikator amanah terhadap hak-hak manusia. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa amanah merupakan sifat yang muncul sebagai manifestasi dari keimanan kepada Allah. Dengan kata lain amanah merupakan sifat yang muncul dari aspek instrinsik manusia yaitu dari keyakinan di dalam diri sendiri bahwa seseorang memiliki kawajiban untuk menunaikan hak-hak yang ada pada dirinya baik hak-hak allah maupun hak-hak manusia. Suatu hal yang cukup mengherankan dari temuan-temuan di atas adalah motivasi instrinsik tidak menjadi penyumbang prediktif terhadap etos kerja, kontribusinya adalah 0%. Namun jika dihubungkan dengan sifat amanah maka hal tersebut tidaklah mengherankan karena kontribusi motivasi instrinsik diwakili oleh amanah terhadap hak-hak manusia. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa amanah terhadap hak-hak manusia memiliki kontribusi yang sangat besar yaitu sebesar 33,7%. Dengan kata lain orang yang memiliki sifat amanah secara otomatis ia memiliki motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik memiliki sumbangan prediktif terhadap etos kerja lebih besar dari motivasi instrinsik yaitu sebesar 0,6%. Hal ini menunjukan bahwa motivasi ekstrinsik merupakan aspek yang tidak dapat diwakili oleh amanah. Tidak seperti motivasi instrinsik yang tidak memiliki kontribusi terhadap etos kerja, motivasi ekstrinsik memiliki kontribusi meskipun kecil. Hal tersebut menurut peneliti menunjukan bahwa motivasi instrinsik bersifat manusiawi yang selalu melekat pada setiap orang. Dalam konteks etos kerja kader Hidayatullah motivasi ekstrinsik meskipun kecil tetap memiliki pengaruh. Dengan kata lain tinggi rendahnya etos kerja kader Hidaytullah tidak dipengaruhi secara dominan oleh motivasi ekstrinsik.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
103
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan temuan-temuan pada bab.4 yang akan menjadi jawaban dari rumusan penelitian ini. Kesimpulan tersebut adalah: 1. Terdapat korelasi yang signifikan antara seluruh aspek dari dua variabel independen yaitu variabel amanah motivasi dengan etos kerja kader Hidayatullah. 2. Terdapat korelasi antara amanah (aspek amanah terhadap hak-hak Allah) dengan etos kerja kader Hidayatullah meskipun tidak signifikan. 3.
Terdapat korelasi yang signifikan antara amanah (aspek amanah terhadap hak-hak manusia) dengan etos kerja kader Hidayatullah.
4. Terdapat korelasi antara motivasi (aspek instrinsik) dengan etos kerja kader Hidayatullah meskipun tidak signifikan. 5. Terdapat korelasi antara motivasi (aspek ekstinsik) dengan etos kerja kader Hidayatullah meskipun tidak signifikan.
5.2 Saran-saran Secara spesifik, saran yang dipandang perlu untuk disampaikan kepada beberapa pihak dipaparkan sebagai berikut : A. Untuk Pengurus Hidayatullah (Departemen Sumber Daya Insani) Untuk meningkatkan etos kerja kader Hidayatullah peneliti menyarankan untuk menyampaikan materi-materi yang dapat meningkatkan sifat amanah dalam pelatihan-pelatihan atau training-training pengkaderan Hidayatullah. Dengan meningkatnya sifat amanah pada kader-kader Hidayatullah maka secara otomatis motivasi instrinsik keder-kader. Peningkatan etos kerja Kader Hidayatullah juga tidak boleh mengabaikan motivasi ekstrinsik. Peneliti menyarankan untuk meningkatkan motivasi ekstrinsik seperti meningkatkan tunjangan, jenjang karir yang lebih menantang, dan keuntungan-keuntungan lain yang dapat meningkatkan motivasi ekstrinsik sehingga menjadi penguat untuk tercapainya etos kerja yang maksimal pada kader-kader Hidayatullah.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
104
B. Untuk kader Hidayatullah Kepada kader-kader Hidayatullah peneliti menyarankan untuk meningkatkan sifat amanah agar etos kerja yang telah dimiliki dapat meningkat dengan signifikan. Untuk meningkatkan sifat amanah, peneliti menyarankan agar indikator-indikator amanah dapat diinternalisasikan ke dalam kepribadian masingmasing. Dengan memiliki sifat amanah otomatis akan memiliki motivasi instrinsik. Peneliti juga menyarankan untuk meningkatkan motivasi ekstrinsik agar etos kerja yang telah dimiliki dapat lebih meningkat. C. Untuk Peneliti Lain Kepada peneliti lain yang tertarik kepada tema etos kerja dan variabel lain yang diduga berkaitan, kami menyarankan: 1. Untuk melakukan penelitian tentang tema ini dengan mengambil sampel dan populasi yang lebih besar agar diperoleh hasil dan temuan yang lebih berarti dan bermanfaat. 2. Untuk menggunakan variabel independen yang lain yang diduga berkaitan dengan etos kerja. Variabel-variabel yang dimaksud adalah variabelvariabel yang didekati dengan paradigma psikologi Islam maupun psikologi barat agar dapat ditemukan variabel-variabel lain yang memiliki keterkaitan dengan etos kerja sehingga variabel-variabel yang berkaitan dengan etos kerja dapat terungkap dengan tuntas. 3. Untuk melakukan penelitian dengan melibatkan variabel yang tidak hanya berkaitan dengan kondisi psikologis semata tetapi melibatkan variabelvariabel yang merujuk kepada kondisi lingkungan seperti korelasi manajemen syariah, pola kepemimpinan islami, struktur budaya organisasi islami dengan etos kerja. Dengan demikian kajian tentang etos kerja menjadi semakin lengkap.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
105
DAFTAR REFERENSI
Al qur,an dan terjemahannya. Maktabah Syamilah (2010). Versi 27 g. Ketetapan Musyawarah Nasional III Hidayatullah (2010).
Ahmad, K. (2009). Leadership and work motivation from the cross cultural perspective. International journal of commerce & management, 19 (1), 7284. Ali, A,J. & Al-owaihan, A. (2008). Islamic work ethic: a critical review. Cross cultural management, 15(1), 5-19. Doi:10.1108/13527600810848791 Alwisol. (2010). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press. Ancok, D. (2004). Psikologi terapan. Yogyakarta: Darussalam. Anoraga, P. (2009). Psikologi kerja. Jakarta: Riena Cipta. Aziz, A, (2006). Kesehatan jiwa, kajian korelatif pemikiran ibnul qayyim dan psikologi modern. Jakarta: Pustaka Azzam. Balai Pustaka. (2005). Kamus besar bahasa indonesia, cet. 5 . Jakarta: Balai Pustaka. Barbuto, J., Fritz, S., & Marx, D. (2002). A field examination of two measures of work motivation as predictors of leaders' influence tactics. The journal of social psychology, 142(5), 601-16. Caldwell, C., & Hayes, L. (2007). Leadership, trustworthiness, and the mediating lens. The journal of management development, 26(3), 261-281. Clark, R. E. (2003). Fostering the work motivation of individuals and teams. Performance improvement, 42(3), 21-29. Darwish A. Y. (2001). Islamic work ethic - a moderator between organizational commitment and job satisfaction in a cross-cultural context. Personal review, 30(2), 152-169. (document id: 115925075). Duffy, J. (2007). Work motivation: history, theory, research, and practice. Canadian Psychology, 48(4), 275-275-276. Fathoni, A. (2006). Organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
106
Feist, Jess & Feist, G. J. (2009). Theories of personality. Seventh ed. Newyork: mc-Graw Hill. George, L., & Sabapathy, T. (2011). Work motivation of teachers: relationship with organizational commitment/la motivation au travail des enseignants: la relation avec l'engagement organisational. Canadian social science, 7(1), 90-99 Gorski, P, S. (2003). The protestant ethic and the spirit of capitalism/the protestant ethic and the spirit of capitalism and other writings . Proquest psychology journals. (document id: 532739811). Grant, A & Shin, J. (2011). Work motivation: directing, energizing, and maintaining effort. Pennsylvania: Wharton School Haque,
A.,
Mohamed,
Y.
(2009).
Psikologi
of
personality:
islamic
persepectives. Singapore: Cengage Learning. Harrison, W. (2007). Work motivation: history, theory, research, and practice. Personnel psychology, 60(2), 503-505. Haryanto. (2008). Rasulullah way of managing people. Jakarta: Khalifa. Hasan, M.I. (1999). Pokok-pokok materi statistik deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara. Hawari,D. (2009). Integrasi agama dalam pelayanan medik. Jakarta: Balai penerbit fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Hefni, H. (2008). The 7 islamic daily habits. Jakarta: Pustaka Ikadi. Husain, M, G. (2003). Psikologi dan masyarakat dalam prespektif islam. Bandung: Pustaka. Igalens, J., & Roussel, P. (1999). A study of the relationships between compensation package, work motivation and job satisfaction. Journal of organizational behavior, 20(7), 1003-1025. Isa, A,Q. (2009). Hakikat tasawuf. Jakarta: Qisthi Press Khavari, K. (2006). The art of hapiness. Jakarta: Serambi Kiyonari, T., Yamagishi, T., Cook, K., & Cheshire, C. (2006). Does trust beget trustworthiness? Trust and trustworthiness in two games and two cultures: a research note*. Social psychology quarterly, 69(3), 270-283. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/212702012?Accountid=17242
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
107
Kumar, N & Rose, R,C. (2009). Examining the link between islamic work ethic and innovation capability, journal of management development vol. 29. no. 1. Latham, G. P., & Pinder, C. C. (2005). Work motivation theory and research at the dawn of the twenty-first century. Annual review of psychology, 56, 485-516. Latief, E. (2010). Hubungan antara amanah dan etos kerja dengan profesionalisme amil zakat pada rumah zakat indonesia. Jakarta: PSTTI Universitas Indonesia Leat, M., & El-Kot, G. (2009). Interpersonal trust at work, intrinsic motivation, work-related tension and satisfaction in egypt. International journal of workplace health management, 2(2), 180-194. Lee, H., & Liu, C. (2009). The relationship among achievement motivation, psychological
contract
and
work
attitudes. Social
behavior
and
personality, 37(3), 321-328. Retrieved may 19, 2011, from proquest psychology journals. (document id: 1768540751). Majid, N at al. (1999). Nilai & makna kerja dalam islam. Jakarta: Nuansa Madani. Mangkunegara, A,P. (2009). Manajemen sumber daya manusia perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Marylène,G, & Deci, E. (2005). Self-determination theory and work motivation. Journal of organizational behavior, 26(4), 331-331+. Mohammad, H. (2006). Tokoh-tokoh islam yang berpengaruh abad 20. Jakarta: Gema Insani Press Moynihan, D. P., & Pandey, S. K. (2007). Finding workable levers over work motivation:
comparing
job
satisfaction,
job
involvement,
and
organizational commitment. Administration & society, 39(7), 803816,818-832. Mubarakfury, S. (2005). Sirah nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al Kautsar. Mubarok, A. (2009). Akhlak mulia sebagai konsep pembangunan karakter. Jakarta: gerakan masyarakat peduli akhlak mulia, yayasan Puri Cikeas dan Wahana Aksara Prima.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
108
Mujib, A. (2006). Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Munandar, A, S. (2008). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Najati, M. U. (2004). Psikologi dalam prespektif hadis. Jakarta: Pustaka Alhusna ------------------------ (2005). Ilmu jiwa dalam al qur,an. Jakarta: Pustaka Azzam. Novliadi, F. (2009). Hubungan antara organization-based self esteem dengan etos kerja. USU e-repository. Othman, A. K., Abdullah, H. S., & Ahmad, J. (2009). The influence of work motivation on emotional intelligence and team effectiveness. Vision, 13(4), 1-14. Ott, Steven J. Parkes, Sandra J. Simpson, Richard B. (classic reading in organizational bahavior, 4th ed. USA: Thomson Wadsworth. Peterson, M.F. & Ruiz-Quintanilla, s. (2003). Cultural socialization as a source of intrinsic work motivation. Group & organization management, 28(2), 188188. Porter, G. (2004). Work, work ethic, work excess journal of organizational change management; 2004; 17, 5; proquest psychology journals ----------------. (2010). Work ethic and ethical work: distortions in the american dream. Journal of business ethics, 96(4), 535-550. Retrieved may 19, 2011, from abi/inform global. (document id: 2158427491). Qardhawy, Y. (2008). Niat dan ikhlas. Jakarta: Pustaka Al kautsar Salbu, M. (2007). K.H. Abdullah said, pendiri pondok pesantren hidayatullah, pokok-pokok pikiran, kiprah dan perjuangannya. Samir, A, A.
(2009). Business ethics in Islam: the glaring gap in
practice. International journal of islamic and middle eastern finance and management, 2(4), 278-288. Retrieved may 19, 2011, from abi/inform global. (document id: 1920071611). Sastradipoera, K (2006). Pengembangan dan pelatihan, suatu pendekatan manejemen sumber daya manusia. Bandung: Kappa-Sigma. Sastrohardiwiryo, S, B,
(2005). Manajemen tenaga kerja indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
109
Sholikhin, M (2008). Hadirkan allah di hatimu. Solo: Tiga Serangkai Putra Mandiri. Sinamo, J,H. (2008). 8 etos kerja profesional. Jakarta: PT.Makta Printindo. Spink, P. (1996). Work motivation--models for developing countries. Human relations, 49(4), 501-501. Stewart, W., & Roth, P.. (2007). A meta-analysis of achievement motivation differences between entrepreneurs and managers*. Journal of small business management, 45(4), 401-421. Retrieved may 19, 2011, from abi/inform global. (document id: 1378966581). Story, P., Stasson, M., Mahoney, J., & Hart,J. (2008). A two-factor model of achievement motivation. Social behavior and personality, 36(5), 707-708. Retrieved may 19, 2011, from proquest psychology journals. (document id: 1569098191). Sururin. (2004). Ilmu jiwa agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syafaruddin. (2008). Efektivitas kebijakan pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Syauqi, R. (2009). Kepribadian qur'ani. Jakarta: Wni Press Tasmara, T. (2002). Membudayakan etos kerja islami. Jakarta: Gema Insani Press. Taufiq, M,I. (2006). Panduan lengkap & praktis psikologi islam. Jakarta: Gema Insani Press. Tika, M, P. (2010). Budaya organisasai dan peningkatan kinerja perusahaan. Jakarta: Buni Aksara. Tim Da'i dan Da'iyah Hidayatulah. (2005). Menjemput pertolongan Allah. Jakarta: Pustaka Inti. Tim Suara Hidayatullah . (2010). Memilih untuk berani. Jakarta: Lentera Optima Pustaka. Tormala, Z. L., & Clarkson, J. J. (2008). Source trustworthiness and information processing in multiple message situations: a contextual analysis. Social cognition,26(3),357-367. Umam, K. (2009). Etos kerja. Khaerul21′s blog.html Uno, H. B (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
110
Uygur, S.. (2009). The islamic work ethic and the emergence of turkish sme owner-managers :eben ac, 2008. Journal of business ethics, 88(1), 211225. Retrieved may 19, 2011, from abi/inform global. (document id: 1819754491). www.bps.go.id (2010) www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/indeks-pembangunan-manusiaindonesia-menurun (2010). www.tanggerangkota.go.id, (2009). Yahya, H & Sarbana, B. (2006). Siapa berani jadi entrepreneur. Jakarta: Gramedia. Yousef, D. (2000). Organizational commitment as a mediator of the relationship between islamic work ethic and attitudes toward organizational change. Human relations, 53(4), 513-537 -------------- (2000). The islamic work ethic as a mediator of the relationship between locus of control, role conflict and role ambiguity - a study in an islamic country setting. Journal of managerial psychology, 15(4), 283-292. Ziegler, M., Schmidt-Atzert, L., Bühner, M. & Krumm, S. (2007). Fakability of different
measurement
questionnaire,
methods
semi-projective,
science, 49(4), 291-307.
for
achievement
and
motivation:
objective. Psychology
Retrieved may 19, 2011, from proquest
psychology journals. (document id: 1438396591).
Universitas Indonesia
Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
Lampiran 1: Kisi-kisi dan angket penelitian
1. Kisi-Kisi dan Angket Instrumen Etos Kerja a. Kisi-Kisi Instrumen Etos Kerja No 1 2
Indikator Menghargai waktu Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
Favourabel 1 17
Unfavourabel 2 23
Jumlah 2 2
3
Menjunjung tinggi kejujuran
4,5
3
3
4
Memiliki komitmen
6,7
8
3
5
Istiqomah
10
9
2
6
Disiplin
11
12
2
7
Kreatif
13,14
15
3
8
Bertanggung jawab
18
16
2
9 10 11 12
Memiliki jiwa kepemimpinan Hemat dan efisien Memiliki jiwa entrepreneurship Memiliki insting bersaing (fastabiqul khairat) Memiliki semangat belajar Tangguh dan pantang menyerah Berorientasi pada produktifitas Memperluas jaringan Memiliki semangat perubahan Jumlah
19 37 22 25
20 38 21 24
2 2 2 2
26,27 29 35 33 31 21
28 30 36 34 32 17
3 2 2 2 2 38
13 14 15 16 17
b. Angket instrumen etos kerja No 1
2
3
4
5
Peryataan SS Saya merasa cemas bila tidak bisa memanfaatkan waktu luang dengan baik meskipun telah berusaha Saya senang bila agenda kerja mendadak dibatalkan karena bisa istirahat untuk persiapan hari esok Saya khawatir jika memiliki staf yang jujur karena takut membocorkan rahasia Lebih baik berkata jujur walaupun merugikan diri sendiri daripada berbohong meskipun menguntungkan Saya berkata jujur meskipun dapat menyinggug
S
KS TS
111 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
STS
Lanjutan
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
19
20
21
22
23
24
perasaaan orang lain Bagi saya istirahat lebih baik dari pada melakukan kebaikan tanpa niat yang jelas Menurut saya, komitmen itu akan terbangun seiring dengan berjalannya waktu Saya meminta pindah tugas jika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan Saya memberikan sumbangan sumbangan amal setelah mendapat keuntungan dari bisnis saja Saya lebih baik menolak tawaran ceramah di depan para pejabat bila berbenturan dengan jadwal rutin mengajar di pesantren Bagi saya datang lebih awal lebih baik dari pada datang tepat waktu Menurut saya, agenda kerja yang telah disepakati bukan penghalang untuk melakukan kebaikan secara spontan Saya lebih suka mendapatkan tugas baru dari pada melanjutkan yang sudah berjalan Saya merasa tertekan jika harus bekerja dengan aturan yang kaku meskipun insentifnya tinggi Saya keberatan jika harus mencari sendiri jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi Jika ada staf yang melakukan kesalahan sehingga banyak orang yang mengadu maka saya akan memanggilnya dan membeberkan kekeliruannya di depan umum agar menjadi pelajaran baginya Saya lupa terhadapa kebaikan yang pernah dilakukan Hidup saya terasa gagal jika ada satu tugas yang tidak selesai Saya malu jika ada anak buah saya yang melanggar peraturan Saya menjelaskan dan merinci tugas anak buah lalu menunggu laporan. Menurut saya, kegagalan adalah pertanda buruk pada masa yang akan datang Menurut saya, peluang usaha tidak dicari melainkan dapat diciptakan Saya mengharapkan balasan dari kebaikan yang pernah saya lakukan. Menurut saya, pemenang itu adalah yang dapat
112 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
menjatuhkan saingan Saya lebih semangat bekerja jika ada saingan Saya mencari metode terbaru dalam mendidik santri Saya memiliki catatan tentang hal-hal penting dari pengalaman Saya lebih mementingkan bekerja dari pada belajar Saya memilih tugas yang berat karena merupakan ajang untuk meningkatkan kemampuan meskipun ada pilihan yang lebih ringan. Saya memilih tugas yang ringan sehingga tidak merepotkan Saya menggunakan teknologi baru dalam berdakwah, seperti multi media dll Saya mengutamakan kebiasaan senior karena lebih dapat dipercaya Saya senang berkenalan dan mencari teman baru dari pada berdiskusi dengan teman lama Saya lebih senang meningkatkan kualitas pesantren yang sudah ada dari pada memperluas membuka cabang baru Saya lebih senang menulis buku di rumah dari pada ikut seminar Saya mengikuti infotainment dapat meningkatkan wawasan Saya menghindari pengeluaran untuk pendidikan selama kebutuhan primer belum terpenuhi Saya memberikan sumbangan amal meskipun kebutuhan primer belum terpenuhi
25 26 27
28 29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
2. Kisi-Kisi dan Angket Instrumen Amanah a. Kisi-Kisi Instrumen Amanah No
1.
Aspek
Indikator
Favourabel
Unfavourabel
Jumlah
Amanah
Patuh terhadapa hukum
7,8, 6
5,
4
terhadap
syariat
hak Allah
Tanggung jawab
1, 3
2, 4
4
terhadap tugas-tugas ibadah
113 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
2.
Amanah
Teguh dalam
terhadap
memegang janji
hak
Patuh kepada hukum
manusia
positif
Tanggung jawab
21,23
22
3
18,26
25
3
9,12, 14
10
4
15,11
16, 17, 19
6
20,13,
24
3
15
11
26
terhadap tugas-tugas muamalah
Setia terhadap komitmen
Jujur terhadap diri sendiri
Jumlah
b. Angket Instrumen Amanah No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Peryataan SS Saya melaksanakan semua shalat wajib tepat waktu meskipun banyak tugas Saya mengingat Allah setelah semua tugas selesai saja Saya melaksanakan ibadah sunnah seperti ibadah wajib Saya sulit berkonsentrasi bekerja bila dilakukan sambil berdzikir Menurut saya, meninggalkan larangan Allah itu harus bertahap Saya takut melanggar larangan Allah karena dapat membahayakan Menurut saya, melakukan sesuatu yang haram dalam jumlah yang sedikit sama saja dengan melakukannya dalam jumlah banyak Saya menhindari penggunaan uang organisasi untuk berobat meskipun dalam kondisi kritis Saya menyisihkan sebagian harta saya untuk menyantuni orang yang membutuhkan meskipun penghasilan saya paspasan Menurut saya, dalam keadaan terdesak boleh menggunakan harta orang yang dititipkan tanpa
S
KS TS
STS
114 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
meminta izin pemiliknya asalkan dapat menggantinya Saya menjaga harta orang lain yang dititipkan lebih dari menjaga harta sendiri Saya siap menanggung resiko atas harta yang diamanahkan meskipun bukan karena kelalaian sendiri Saya menolak amanah organisasi karna amanah tersebut terlalu berat Hidup saya terasa gagal jika gagal menunaikan amanah organisasi Saya mengorbankan kepentingan pribadi demi menunaikan amanah dari pimpinan Saya bersungguh-sungguh menunaikan amanah organisasi untuk menjaga nama baik Saya merasa terikat dengan tugas karena banyak manfaat yang saya dapatkan Bagi saya, mematuhi peraturan pemerintah adalah ibadah Tugas yang saya jalani saat ini hanyalah sarana untuk mencari nafkah Saya menyusun laporan hanya berdasarkan fakta yang terjadi Saya mencatat setiap janji dan mengevaluasinya Saya takut menglanggar janji karena bisa dituduh munafiq Saya merasa tertekan bisa tidak dapat menunaikan janji meskipun telah berusaha maksimal Saya menyesuaikan laporan agar dapat diterima dengan baik Saya mematuhi hukum pemerintah karena takut mendapatkan sangsi Saya mengingatkan seluruh staff untuk mematuhi aturan pemerintah
115 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
3. Kisi-Kisi dan Angket Instrumen Motivasi a. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi No Aspek 1. Instrinsik
2.
Ekstrinsik
Indikator Favourabel Melaksanankan tugas 3, 14 dengan penuh semangat Melaksanakan tugas 16, 20 dengan target yang jelas Memiliki tujuan yang 10, 11 jelas dan menantang Memiliki perasaan 7, 18 senang dalam bertugas Selalu berusaha untuk 2, 19 unggul Selalu berusaha untuk 13 memenuhi kekurangan hidup dan kebutuhan kerjanya Senang menerima 4, 9 pujian atas pekerjaan Bekerja dengan harapan 17 memperoleh insentif Bekerja dengan tujuan 5, 6 mendapat perhatian dari teman dan atasan Jumlah 16
Unfavourabel 12
Jumlah 3
23
3
22
3
24
3
15
3
1
2
8
3
21
2
25
3
9
25
b. Angket Instrumen Motivasi No 1 2
3
4
5
6
7
Peryataan Saya merasa cukup dengan penghasilan saat ini Saya bekerja keras agar dapat melampaui prestasi teman-teman. Saya memompa semangat teman-teman meskipun diri sendiri sedang loyo Saya bekerja lebih keras setelah mendapat pujian untuk membuktikan kemampuan Saya merasa lebih semangat bila ada teman atau atasan yang menemani dalam bertugas. Penghargaan atas prestasi yang saya kerjakan, mendorong saya bekerja lebih giat. Saya merasa kurang bermakna jika tidak
SS
S
KS TS
STS
116 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
mendapatkan tugas untuk membuka cabang baru Semangat saya jadi berkurang jika prestasi saya tidak mendapatkan apresiasi dari pimpinan Dengan keterampilan yang saya miliki, kesempatan untuk mendapatkan penghargaan terbuka luas. Mengerjakan tugas yang menantang, bagi saya merupakan kesempatan besar untuk maju. Saya terdorong untuk meningkatkan kemampuan , ketika ada tugas-tugas menantang. Tugas-tugas berat yang diberikan membuat semangat saya berkurang karena lelah. Untuk meningkatkan penghasilan, saya bersedia mengerjakan tugas tambahan. Saya melakukan hal yang terbaik dalam tugas saya, meskipun harus mengorbankan urusan lain. Saya melaksanankan tugas dengan mengalir apa adanya Saya menolak tugas dari pimpinan jika tidak ada target yang jelas Meskipun bekerja dengan penuh pengabdian, saya tetap menginginkan agar pendapatan saya bertambah Saya senang membantu teman, walaupun tugasnya tidak terkait dengan tugas saya. Saya merasa gelisah, jika ada teman yang melampaui prestasi saya Sebelum melaksanakan pekerjaan, terlebih dahulu saya menentukan target pelaksanaannya. Kepuasan saya dalam mengemban tugas membuat saya merasa cukup dengan hidup sederhana Saya bekerja keras hanya karena menjalankan tugas dari pimpinan Target yang akan dicapai akan terlihat setelah saya terjun menjalankan tugas Saya berusaha untuk menerima tugas dengan senang hati walaupun terasa berat Saya merasa malu jika ada yang menceritakan keberhasilan saya di depan teman atau atasan
117 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
Correlations
e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
e8
e9
e1 0
e1 1
e1 2
e1 3
e1 4
e1 5
e1 6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
etoske rja 0,560 0,001 30 0,466 0,009 30 0,615 0,000 30 0,493 0,006 30 0,452 0,012 30 -0,289 0,121 30 -0,301 0,106 30 0,645 0,000 30 0,592 0,001 30 0,510 0,004 30 0,667 0,000 30 -0,043 0,820 30 0,441 0,015 30 0,322 0,083 30 0,284 0,128 30 0,561 0,001 30
118 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
e1 7
e1 8
e1 9
e2 0
e2 1
e2 2
e2 3
e2 4
e2 5
e2 6
e2 7
e2 8
e2 9
e3 0
e3 1
e3 2
e3 3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
0,480 0,007 30 0,149 0,432 30 0,556 0,001 30 0,569 0,001 30 0,519 0,003 30 0,633 0,000 30 0,538 0,002 30 0,627 0,000 30 0,066 0,728 30 0,488 0,006 30 0,145 0,444 30 0,381 0,038 30 -0,329 0,075 30 0,224 0,235 30 0,157 0,406 30 0,160 0,399 30 0,371 0,044
119 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
e3 4
e3 5
e3 6
e3 7
e3 8
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 0,469 0,009 30 0,095 0,616 30 0,677 0,000 30 0,000 1,000 30 -0,292 0,117 30
Correlations
amana h
a1
a2
a3
a4
a5
a6
a7
a8
a9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
0,615
0,000 30
0,341
0,065 30
0,614
0,000 30
0,117
0,537 30
0,432
0,017 30
0,690
0,000 30
0,754
0,000 30
0,679
0,000 30 0,612
120 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
a10
a11
a12
a13
a14
a15
a16
a17
a18
a19
a20
a21
a22
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
0,000 30
0,388
0,034 30
0,757
0,000 30
0,630
0,000 30
0,173
0,360 30
0,449
0,013 30
0,552
0,002 30
0,483
0,007 30
0,525
0,003 30
0,065
0,732 30
0,414
0,023 30
0,151
0,425 30
0,379
0,039 30
0,416
0,022 30
121 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
a23
a24
a25
a26
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
0,495
0,005 30
0,490
0,006 30
0,432
0,017 30
0,155
0,414 30
Correlations
Motiva si
m1
m2
m3
m4
m5
m6
m7
m8
m9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
0,521
0,003 30
0,448
0,013 30
0,239
0,204 30
0,374
0,042 30
0,646
0,000 30
0,597
0,001 30
-0,267
0,154 30
-0,268
0,153 30
0,441
0,015 30
122 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
m10
m11
m12
m13
m14
m15
m16
m17
m18
m19
m20
m21
m22
m23
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
0,571
0,001 30
0,475
0,008 30
0,195
0,301 30
0,501
0,005 30
0,377
0,040 30
0,430
0,018 30
0,364
0,048 30
0,443
0,014 30
0,114
0,550 30
0,378
0,039 30
0,506
0,004 30
0,396
0,030 30
0,432
0,017 30
0,380
0,039 30
123 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
m24
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
m25
0,381
0,038 30
0,370
0,044 30
Reliability Statistics motivasi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,698
N of Items 25
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,811
N of Items 20
Amanah Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,871
N of Items 20
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,837
N of Items 26
Etos kerja Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,895
N of Items 23
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,775
N of Items 38
124 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
INSTRUMEN PENGUKURAN ETOS KERJA, AMANAH DAN MOTIVASI KADER ORMAS HIDAYATULLAH A. Pengantar 1. Instrumen ini diedarkan kepada Bapak dengan maksud untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara sifat amanah dan motivasi dengan etos kerja para kader Ormas Hidayatullah baik di pusat maupun di cabangcabang. 2. Instrumen ini diharapkan dapat diisi dengan baik sesuai dengan kondisi yang Bapak alami atau Bapak ketahui dengan memilih salah satu dari lima jawaban yang telah disediakan. 3. Kesediaan Bapak dalam mengisi instrumen ini merupakan sumbangan yang berharga dalam upaya meningkatan etos kerja. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. B. Petunjuk pengisian 1. Sebelum mengisi pernyataan-pernyataan berikut, kami mohon kesediaannya untuk membaca terlebih dahulu pentunjuk pengisian ini. 2. Pada setiap pernyataan, pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Bapak, lalu bubuhkan tanda 'cek' () pada kolom yang telah disediakan. 3. Jawaban yang telah disediakan adalah berupa pilihan, yaitu Sangat sesuai (SS) Sesuai (S) Kurang sesuai (KS) Tidak sesuai (TS) Sangat tidak sesuai (STS)
4. Contoh pengisian No Pernyataan SS 1 Saya merasa berdosa bila tidak bisa memanfaatkan waktu luang dengan baik meskipun telah berusaha
1. Etos kerja No Pernyataan SS 1 Saya merasa berdosa bila tidak bisa memanfaatkan waktu luang dengan baik meskipun telah berusaha 2 Saya senang bila agenda kerja mendadak dibatalkan karena bisa istirahat untuk persiapan hari esok 3 Saya khawatir jika memiliki staf yang jujur karena
S
KS TS
STS
S
KS TS
STS
125 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 21
22
takut membocorkan rahasia Lebih baik berkata jujur walaupun merugikan diri sendiri daripada berbohong meskipun menguntungkan Saya berkata jujur meskipun dapat menyinggung perasaaan orang lain Menurut saya, komitmen itu akan terbangun seiring dengan berjalannya waktu Saya meminta pindah tugas jika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan Saya memberikan sumbangan amal setelah mendapat keuntungan dari bisnis saja Saya menolak tawaran ceramah di depan para pejabat bila berbenturan dengan jadwal rutin mengajar di pesantren Bagi saya datang lebih awal lebih baik dari pada datang tepat waktu Menurut saya, agenda kerja yang telah disepakati bukan penghalang untuk melakukan kebaikan secara spontan Saya lebih suka mendapatkan tugas baru dari pada melanjutkan yang sudah berjalan Saya merasa tertekan jika harus bekerja dengan aturan yang kaku meskipun insentifnya tinggi Jika terbukti melakukan pelanggaran aturan organisasi yang ringan sekalipun maka saya siap mengundurkan diri Hidup saya terasa gagal jika ada satu tugas yang tidak selesai Saya malu jika ada anak buah saya yang melanggar peraturan Menurut saya, kegagalan adalah pertanda buruk pada masa yang akan datang Menurut saya, peluang usaha tidak dicari melainkan dapat diciptakan Saya merasa sukses jika ada orang lain yang berhasil Saya lebih semangat bekerja jika ada saingan Saya mencari metode terbaru dalam mendidik santri Saya memilih tugas yang ringan sehingga tidak
126 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
Lanjutan
23
merepotkan Saya lebih senang meningkatkan kualitas pesantren yang sudah ada dari pada memperluas membuka cabang baru
2. Sifat Amanah No Pernyataan SS 1 Saya melaksanakan semua shalat wajib tepat waktu meskipun banyak tugas 2 Saya melaksanakan ibadah sunnah seperti ibadah wajib 3 Menurut saya, meninggalkan larangan Allah itu harus bertahap 4 Saya takut melanggar larangan Allah karena dapat membahayakan 5 Menurut saya, melakukan sesuatu yang haram dalam jumlah yang sedikit sama saja dengan melakukannya dalam jumlah banyak 6 Saya menolak menggunakan uang organisasi untuk berobat meskipun dalam kondisi kritis 7 Saya menyisihkan sebagian harta untuk menyantuni orang yang membutuhkan meskipun penghasilan masih paspasan 8 Menurut saya, dalam keadaan terdesak boleh menggunakan harta orang yang dititipkan tanpa meminta izin pemiliknya asalkan dapat menggantinya 9 Saya menjaga harta orang lain yang dititipkan lebih dari menjaga harta sendiri 10 Saya siap menanggung resiko atas harta yang diamanahkan meskipun bukan karena kelalaian sendiri 11 Hidup saya terasa gagal jika gagal menunaikan amanah organisasi 12 Saya mengorbankan kepentingan pribadi demi menunaikan amanah dari pimpinan 13 Saya bersungguh-sungguh menunaikan amanah organisasi untuk menjaga nama baik 14 Saya merasa terikat dengan tugas karena banyak manfaat yang saya dapatkan 15 Tugas yang saya jalani saat ini hanyalah sarana
S
KS TS
127 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
STS
Lanjutan
16 17
18
19
20
untuk mencari nafkah Saya mencatat setiap janji dan mengevaluasinya Saya takut melanggar janji hanya karena bisa dituduh munafiq Saya merasa tertekan bisa tidak dapat menunaikan janji meskipun telah berusaha maksimal Saya menyesuaikan laporan agar dapat diterima dengan baik Saya mematuhi hukum pemerintah karena takut mendapatkan sangsi
3. Motivasi No Pernyataan SS 1 Saya merasa cukup dengan penghasilan saat ini 2 Saya bekerja keras agar dapat melampaui prestasi teman-teman 3 Saya bekerja lebih keras setelah mendapat pujian untuk membuktikan kemampuan 4 Saya merasa lebih semangat bila ada teman atau atasan yang menemani dalam bertugas. 5 Penghargaan atas prestasi yang saya kerjakan, mendorong saya bekerja lebih giat. 6 Dengan keterampilan yang saya miliki, kesempatan untuk mendapatkan penghargaan terbuka luas. 7 Mengerjakan tugas yang menantang, bagi saya merupakan kesempatan besar untuk maju. 8 Saya terdorong untuk meningkatkan kemampuan , ketika ada tugas-tugas menantang. 9 Untuk meningkatkan penghasilan, saya bersedia mengerjakan tugas tambahan. 10 Saya melakukan hal yang terbaik dalam tugas saya, meskipun harus mengorbankan urusan lain. 11 Saya melaksanankan tugas dengan mengalir apa adanya 12 Saya menolak tugas dari pimpinan jika tidak ada target yang jelas 13 Saya keberatan jika tunjangan saya disamakan dengan kader yang lebih junior 14 Saya merasa gelisah, jika ada teman yang melampaui prestasi saya
S
KS TS
128 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011
STS
Lanjutan
15
16
17
18
19
20
Sebelum melaksanakan pekerjaan, terlebih dahulu saya menentukan target pelaksanaannya. Kepuasan saya dalam mengemban tugas membuat saya merasa cukup dengan hidup sederhana Saya bekerja keras hanya karena menjalankan tugas dari pimpinan Saya tetap bekerja meskipun targetnya belum ditentukan Saya berusaha untuk menerima tugas dengan senang hati walaupun terasa berat Saya merasa malu jika ada yang menceritakan keberhasilan saya di depan teman atau atasan
Nama : ………………….. Usia saat ini : ………………….. Pendidikan terakhir : ………………….. Status : ………………….. Lama betugas di Hidayatullah : ………………….. JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA'
129 Studi inhibisi..., Agung Trana Jaya, FiSIPUI, 2011