UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK PERAWATAN HIPERPIGMENTASI GINGIVA DENGAN BUR DIAMOND DAN LASER DIODA
TESIS
LUKY TRI HARIATI 1006785540
PEMBIMBING: 1. DRG. HARI SUNARTO, Sp. Perio (K) 2. DRG. IRENE SUKARDI, Sp. Perio (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI PERIODONSIA JAKARTA 2013
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK PERAWATAN HIPERPIGMENTASI GINGIVA MENGGUNAKAN BUR DIAMOND DAN LASER DIODA
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi Program Studi Periodonsia
LUKY TRI HARIATI 1006785540
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI PERIODONSIA JAKARTA 2013
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subbahanu Wata’ala atas berkah dan Rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Tesis dengan baik. Penulisan Tesis ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, penulisan Tesis ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. drg Hari Sunarto, Sp.Perio(K) selaku Kepala Departemen Periodonsia FKG UI, dan Pembimbing I yang telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. 2. drg. Irene Sukardi, Sp.Perio(K) selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. 3. drg. Yulianti Kemal, Sp.Perio(K) selaku Koordinator Pendidikan Spesialis Periodonsia FKG UI yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasihat yang sangat bermanfaat bagi penulis. 4. Prof.SWA.Prayitno, drg, SKM, MscD, PhD, Sp.Perio(K) selaku Guru Besar Periodonsia FKG UI yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasihat yang sangat bermanfaat bagi penulis. 5. Staf Dosen Bagian Periodonsia FKG UI: Dr.drg. Sri Lelyati, SU, Sp.Perio (K), Dr.drg. Yuniarti Syafril, Sp.Perio(K), drg. Natalina, Sp.Perio(K), drg. Robert Lessang, Sp.Perio(K), drg. Fatimah Maria Tadjoedin, Sp.Perio, drg. Felix, Sp Perio, drg. Irwan, Sp.Perio, drg. Yudha, Sp.Perio yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama pendidikan dengan penuh kesabaran. 6. RSKGM FKG-UI yang telah menyediakan tempat bagi terlaksananya penelitian.
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
7. Suami tercinta, Doni Syamsurianto, ST. MM yang selalu memberikan dukungan dengan penuh cinta dan kesabaran. 8. Anak-anak tersayang: Rannan, Kalila dan Chiarra yang secara tidak lansung selalu memberikan semangat dan dukungan. 9. Teman seperjuangan PPDGS Perio 2010, Iin, Moura, Raymond, Rahma, Albert, Andrew, Levina, Cindy dan Sandra 10. Teman teman PPDGS Periodonsia 2009, PPDGS Periodonsia 2011, PPDGS Periodonsia 2012, serta para alumni, terima kasih atas segala motivasi dan persahabatan kita. 11. Pak Satimin, Bu Sumarni, Bu Marleni, dan Mba Lia, terima kasih atas segala motivasi, dan bantuan dengan penuh kesabaran selama penulis menempuh pendidikan di bagian Periodonsia FKG UI. 12. Staf perpustakaan FKG UI: Pak Yanto, Pak Asep, Pak Enoh, terima kasih atas segala bantuan dalam pencarian literatur, dan lainnya selama program pendidikan penulis. 13. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi, Ayahanda Kadarusman dan Ibunda Sutjiati. Terima kasih atas doa, motivasi, pengorbanan, kasih sayang dan dukungan selama masa pendidikan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tesis ini. Dan semoga dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bidang Periodonsia di masa yang akan datang.
Jakarta, Desember 2013 \
Penulis
Luky Tri Hariati
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Luky Tri Hariati
NPM
: 1006785540
Program Studi
: Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia
Departemen
: Periodonsia
Fakultas
: Kedokteran Gigi
Jenis Karya
: Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Efek Perawatan Hiperpigmentasi Gingiva Menggunakan Bur Diamond dan Laser Dioda. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Jakarta
Pada tanggal : 19 Desember 2013 Yang menyatakan
Luky Tri Hariati
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
ABSTRAK
Latar belakang: Pigmentasi melanin sering terjadi pada gingiva sebagai hasil dari deposisi melanin yang berlebihan (hiperpigmentasi). Kelainan ini secara klinis tidak menimbulkan masalah medis, tetapi secara estetis akan menimbulkan masalah.
Perawatan
hiperpigmentasi
gingiva
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan bur diamond dan laser dioda. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecepatan peyembuhan dan rasa sakit akibat perawatan hiperpigmentasi gingiva dengan menggunakan bur diamond dan laser dioda. Metode: 19 subjek dilakukan depigmentasi gingiva dari premolar kedua ke incisivus pertama kiri dengan menggunakan diamond bur dan laser dioda pada sebelah kanan. Parameter klinik yang dicatat adalah rasa sakit dan kecepatan penyembuhan. Rasa sakit dilihat dengan melakukan evaluasi menggunakan Visual Analoque Scale (VAS) pada hari pertama dan minggu pertama, sementara kecepatan penyembuhan dievaluasi
1, 2 dan 3 minggu setelah tindakan
depigmentasi dengan menggunakan kriteria yang diberikan oleh Pressure, Ulcer, Scale, Healing (PUSH). Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa penyembuhan lebih cepat setelah menggunakan laser dioda dibandingkan diamond bur. Kesimpulan: Terdapat perbedaan rasa sakit pada depigmentasi gingiva dengan bur diamond dan laser dioda.
Kata kunci: hiperpigmentasi gingiva, bur diamond, laser dioda, penyembuhan, rasa sakit
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Background: Melanin Pigmentation is often happening on gingival as a result of excessive melanin deposition (hyperpigmentation). Clinically, this defect has no medical effect, however esthetically could creates problem. Gingival hyperpigmentation treatment could be carried out by way of using diamond bur and diode laser. Objective: this research is intended to observe the speed of wound healing and pain caused by the treatment of gingival hyperpigmentation using diamond bur and diode laser. Method: There are 19 subjects with gingival hyperpigmentation in maxila anterior from the first left side premolar to right side. Depigmentation using diamond bur on the left side and diode laser on the right side (split mouth technique). Clinical parameters recorded are the degree of pain and the speed of healing. The degree of pain is observed through Visual Analoque Scale (VAS) on the first day and after 1 week. The speed of wound healing is evaluated after 1,2, and 3 weeks after depigmentation treatment uisng criteria given by Pressure, Ulcer, Scale, Healing (PUSH). Result: This research shows that the speed of would healing is faster after applying diode laser compared to that of using diamond bur. Conclusion: There is difference of pain on gingival depigmentation using diamond bur and diode laser.
Keyword: gingival hyperpigmentation, diamond bur, diode laser, wound healing, pain
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................................v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN...............................................................................................1 1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 1 1.2 Permasalahan Penelitian ...................................................................................... 2 1.2.1 Umum ......................................................................................................... 2 1.2.2 Khusus......................................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3 1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 3 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................4 2.1 Hiperpigmentasi Melanin .................................................................................... 4 2.2 Laser .................................................................................................................... 8 2.2.1 Tinjauan Karakteristik Teknis Laser Dioda .............................................. 10 2.4 Kerangka Teori .................................................................................................. 23
3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ..................................................25 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................................. 25 3.2. Hipotesis ............................................................................................................ 25 3.2.1 Umum ....................................................................................................... 25 3.2.2 Khusus........................................................ Error! Bookmark not defined.
4. METODE PENELITIAN ................................................................................26 4.1 4.2 4.3 4.4. 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9
Jenis Penelitian .................................................................................................. 26 Subjek Penelitian ............................................................................................... 26 Kriteria Inklusi................................................................................................... 26 Kriteria Eksklusi ................................................................................................ 27 Tempat dan waktu penelitian ............................................................................. 27 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................. 27 Definisi Operasional .......................................................................................... 28 Cara Kerja Penelitian ......................................................................................... 29 Alur Kerja .......................................................................................................... 30
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
5. HASIL PENELITIAN .....................................................................................32 5.1 5.2 5.2
Uji Normalitas ................................................................................................... 32 Tabel Frekuensi .................................................. Error! Bookmark not defined. Analisis Chi-Square ........................................................................................... 34
6. PEMBAHASAN ...............................................................................................35 6.1 6.2 6.3
Karakteristik Subjek Penelitian ......................................................................... 35 Hasil Perawatan Depigmentasi antara Bur Diamond dan Laser Dioda pada Kelainan Hiperpigmentasi Hingiva terhadap Penyembuhan Luka .................... 36 Hasil Perawatan Depigmentasi antara Bur Fiamond dan Laser Dioda pada Kelainan Hiperpigmentasi Gingiva terhadap Rasa Sakit................................... 37
7. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................39 7.1 7.2
Kesimpulan ........................................................................................................ 39 Saran .................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................40
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lapisan basal gingiva yang berisikan pigmen Melanosit yang berisikan sel yang memberikan warna biru kecoklatan (brownishhue) ke gingiva. Terdapat juga beberapa sel di connective tissue yang menempati granula melanin – melanophores. ........................ 4
Gambar 2.2. Diagram Melanosit. Juluran melanosit meluas hingga ke antara keratonosit. Granul melanin disintesis di dalam melanosit, kemudian bermigrasi ke dalam keratinosit. ..................................... 5
Gambar 2.3. Diagram Melanosit, ilustrasi gambaran utama melanogenesis. Tirosinase di sintesis dalam retikulum endoplasma yang kasar dan diakumulasikan dalam vesikel kompleks Golgi. Vesikel yang bebas sekarang dinamakan melanosom. .................................................... 6
Gambar 2.4. Mekanisme laser ................................................................................. 9
Gambar 2.5. Sistem Dental laser dioda (Fotona XD-2) ........................................ 11
Gambar 2.6. Skema sederhana tipikal laser dioda ................................................ 11
Gambar 2.7. Koefisien serapan chromopores relatif terhadap panjang gelombang. ....................................................................................................... 14
Gambar 2.8. Kerangka Teori ................................................................................. 24
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................... 245
Gambar 4.1. Alur Kerja......................................................................................... 30
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Informasi Penelitian................................................................. 44 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Pasien................................................................ 46 Lampiran 3. Surat Ethical Clearance.....................................................................47 Lampiran 4. Data hasil statistik Chi Square........................................................... 48 Lampiran 5. Skala pengukuran...............................................................................54 Lampiran 6. Foto skala penyembuhan................................................................... 55 Lampiran 7. Foto pasien penelitian........................................................................ 56
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Senyum menggambarkan perasaan gembira, sukses, sensualitas, afeksi,
menunjukkan kepercayaan diri dan kebaikan.1 Senyum itu lebih dari salah satu cara komunikasi dan merupakan alat untuk sosialiasi dan atraksi. Harmoni senyum ditunjukkan tidak hanya oleh bentuk, posisi dan warna gigi tetapi juga oleh lapisan gingiva.2 Menurut penelitian 50% orang menganggap senyum adalah hal paling penting dari wajah dan saat ini perbaikan senyum lebih banyak dilakukan daripada mata dan bagian wajah lainnya.3 Gingiva merupakan salah satu komponen penting yang dapat membuat senyum terlihat menarik. Hiperpigmentasi melanin sering kali terjadi pada gingiva sebagai hasil dari deposisi melanin yang tidak normal dimana hal ini dapat terlihat pada semua ras dan pada semua umur dan tidak memandang gender.1,3 Pigmentasi melanin cukup banyak terdokumentasi dalam literatur, dan multi faktor karena bisa melibatkan faktor fisiologi dan patologi. Pigmentasi melanin dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan sistemik dan atau lokal termasuk genetik, merokok, penggunaan obat jangka panjang khususnya antimalaria dan antidepresan tricyclic4,5. Kelainan ini secara klinis tidak menimbulkan masalah medis, tetapi secara estetis akan menimbulkan masalah, karena akan terlihat pada saat bicara atau tersenyum khususnya pada seseorang yang memiliki garis senyum tinggi (gummy smile). Masalah estetis juga terjadi pada orang-orang berkulit normal (tidak hitam/putih) dengan pigmentasi gingiva yang parah atau sedang.1,3,6 Depigmentasi gingiva adalah prosedur pembedahan plastik periodontal dimana hiperpigmentasi gingiva dibuang dengan berbagai macam teknik. Indikasi pertama untuk depigmentasi adalah kebutuhan pasien untuk peningkatan estetis. Pemilihan teknik seharusnya berdasarkan pada hasil klinis dan preferensi individu.7 Teknik yang digunakan di masa lampau untuk merawat pigmentasi gingiva adalah chemical cauterization8, gingivectomy9, scalpel scraping procedure10 dan ablation of gingiva11 Teknik terkini dari pigmentasi gingiva adalah cryotherapy12, autograft gingival bebas13 dan terapi laser.14 1
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
2
Prosedur ablasi gingiva menggunakan bur diamond merupakan teknik yang sederhana, efektif dan tidak membutuhkan alat canggih dan waktu lama apabila dibandingkan dengan teknik bedah lain4,7,11,15 Pemakaian Laser dahulu dianggap sebagai alat yang mahal dan jarang ditemukan di praktek kedokteran gigi, tetapi sekarang lebih dari 20% praktek kedokteran gigi telah secara aktif menggunakan dental laser secara teratur. Penelitian dan inovasi di bidang laser kedokteran gigi telah banyak dilakukan sehingga meningkatkan kemudahan penggunaan alat tersebut.16 Untuk tetap update dengan kemajuan dental laser, ahli klinis mempunyai tugas untuk tetap mengikuti perkembangan ilmu sains baru, penelitian dan teknologi. Dental Laser, meskipun masih dipertimbangkan sebagai teknologi yang sedang berkembang, sudah banyak bukti mengenai efektivitas dan efisiensinya, sehingga memberikan alasan kuat pemakaiannya dalam bidang kedokteran gigi. Dari berbagai jenis laser yang dapat digunakan dalam kasus depigmentasi gingiva, laser dioda memiliki beberapa keuntungan, meliputi ukurannya yang kecil, harga lebih terjangkau dan keanekaragaman dalam hal aplikasi perawatan kelainan jaringan lunak, sehingga memungkinkan juga menggambarkan penambahan nilai dalam keseharian dokter gigi.17
1.2 Permasalahan Penelitian 1.2.1
Umum
Apakah terdapat perbedaan efek perawatan hiperpigmentasi gingiva antara bur diamond dan laser dioda
1.2.2
Khusus
1.2.2.1 Apakah
terdapat
perbedaan
kecepatan
penyembuhan
perawatan
hiperpigmentasi gingiva antara bur diamond dan laser dioda 1.2.2.2 Apakah terdapat perbedaan rasa sakit perawatan hiperpigmentasi gingiva antara bur diamond dan laser dioda
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
3
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk menganalisis adanya efek perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk menganalisis perbedaan kecepatan penyembuhan pada perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda. 1.3.2.2 Untuk menganalisis perbedaan rasa sakit pada perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk mendapatkan perawatan alternatif yang memberikan kepuasan estetis dan rasa nyaman pada pasien hiperpigmentasi gingiva. 1.4.2 Peneliti dan teman sejawat dokter gigi dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk memilih alternatif perawatan hiperpigmentasi gingiva. 1.4.3 Untuk aplikasi Ilmu Pengetahuan yang baru mengingat bahwa teknologi laser dioda merupakan salah satu teknik pengetahuan baru.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hiperpigmentasi Melanin Hiperpigmentasi melanin disebabkan oleh deposisi melanin yang berlebih
pada lapisan basal dan suprabasal epithelium. Melanin ini diproduksi oleh melanosit. Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat pada epidermis, dijumpai di bawah atau di antara sel-sel stratum basalis .18,19 Asal embriologi dari melanosit berasal dari sel krista neural. Pemeriksaan melanosit pada manusia dengan mikroskop elektron memiliki bentuk badan sel bulat tempat bermulanya cabang-cabang panjang yang ireguler dalam epidermis dan epitel oral. Cabangcabang ini berada di antara sel-sel stratum basalis dan stratum spinosum.19,20
Gambar 2.1. Lapisan basal gingiva yang berisikan pigmen Melanosit yang berisikan sel yang memberikan warna biru kecoklatan (brownish-hue) ke gingiva. Terdapat juga beberapa sel di connective tissue yang menempati granula melanin – melanophores.
4
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
5
Gambar 2.2. Diagram Melanosit. Juluran melanosit meluas hingga ke antara keratonosit. Granul melanin disintesis di dalam melanosit, kemudian bermigrasi ke dalam keratinosit.
Mikroskop elektron memperlihatkan sel yang berwarna pucat, berisikan banyak mitokondria kecil, kompleks golgi sangat berkembang, sistema pendek pada retikulum endoplasma yang kasar.19 Meskipun melanosit tidak dilekatkan dengan keratinosit yang berdekatan dengannya oleh desmosom, melanosit ini didekatkan ke lamina basalis secara hemidesmosom. Melanin dibentuk oleh melanosit dan enzim tirosinase yang memainkan peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone. Dopaquinone yang telah melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim tirosinase dibentuk dalam ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma kasar, melanosit diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi. Empat tahapan yang dapat dibedakan pada pembentukan granul melanin yang matang. 18 Pada tahap pertama sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari aktivitas enzim tirosinase, dan pembentukan substansi granul halus pada bagian perifernya. Untaian-untaian padat elektron memiliki suatu susunan molekul tirosinase yang rapi pada sebuah matrik protein.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
6
Gambar 2.3. Diagram Melanosit, ilustrasi gambaran utama melanogenesis. Tirosinase di sintesis dalam retikulum endoplasma yang kasar dan diakumulasikan dalam vesikel kompleks Golgi. Vesikel yang bebas sekarang dinamakan melanosom. Tahap kedua adalah tahap dimana melanin diakumulasikan dan membentuk melanosom tahap III. Pada tahap akhir, struktur ini hilang dengan aktivitas tirosinase dan membentuk granul melanin. Granul melanin bermigrasi ke arah juluran melanosit dan masuk ke dalam keratinosit. Selanjutnya di tahap ketiga peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit terlihat. Pada tahap keempat Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan melanin secara sempurna mengisi vesikel. Utrastruktur tidak ada yang terlihat. Granul yang matang berbentuk elips, dengan panjang 1 µm dan diameter 0,4 µm. Meskipun melanosit yang membentuk melanin, namun sel-sel epitel/keratinosit lah yang menjadi gudang, dan berisi lebih banyak melanin, dibandingkan melanosit sendiri. Faktor-faktor penting dalam interaksi antara keratinosit dan melanosit yang menyebabkan pigmentasi adalah (1) kecepatan pembentukan granul melanin dalam melanosit; (2) perpindahan granul ke dalam keratinosit, dan; (3) penempatan terakhirnya dalam keratinosit.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
7
Pada manusia, rasio dopa-positif melanosit terhadap keratinosit pada stratum basal adalah konstan di dalam setiap area tubuh, tetapi bervariasi dari satu regio ke regio yang lain. Jenis kelamin dan ras tidak mempengaruhi jumlah melanosit/unit area. Perbedaan pada warna kulit terutama karena perbedaan jumlah granul melanin pada keratinosit. Pigmentasi melanin biasanya terjadi pada golongan etnis kulit hitam. Melanin pada setiap etnik atau ras mempunyai perbedaan. Melanin hiperpigmentation tingkat tinggi umumnya dapat diamati pada orang afrika, asia timur, atau etnis hispanic Secara umum, individual pada orang kulit putih mempunyai lebih sedikit melanin dan melanosomes dibandingkan dengan orang kulit gelap.20 Pigmentasi pada pigmen
membran mukosa dapat berupa penambahan kadar
(hiperpigmentasi)
atau
dapat
juga
pengurangan
kadar
pigmen
(hipopigmentasi). Pigmentasi pada mukosa mulut dapat terjadi secara fisiologis dan patologis, serta berasal dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen). Faktor eksogen berupa berbagai keracunan zat asing yaitu bismuth, timah, mercury, perak, arsen, dan fosfor terapi antimalari dan antidepresan tricyclic medikasi kemoterapi yang menggunakan obat doxorubicin, busulfan, cyclophosphamide atau 5-fluorouracil, termasuk juga pada pasien AIDS yang menggunakan zidovudine (AZT), clofazimine atau ketoconazolc. Faktor endogen antara lain gangguan pada kelenjar endokrin, hiperpituitary, hormon sex wanita, neurofibromatosis,
hemacromatosis,
carotenemia,
Kadar
bilirubin
yang
meningkat, sindrom allbright, malignan melanoma, sindrom Peutz-Jeghers, trauma,
hemachromatosis,
penyakit
pulmonari
kronik
dan
racial
pigmentation.4,5,21 Hiperpigmentasi gingiva secara klinis tampak seperti cahaya berwarna
coklat gelap dan kadang-kadang biru kehitaman yang sebagian besar berada di gingiva cekat labial anterior, Warnanya sering difusi, simetris, band atau pita seperti gelap berbentuk tidak teratur, patch dengan tepi yang berbatas tegas.
22,23
Kondisi ini fisiologis dan harus dibedakan dari kondisi-kondisi patologis yang menghasilkan pigmentasi. Diagnosis banding pigmentasi oral diatur sesuai dengan warna konfigurasi, dan distribusinya.24,25
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
8
Penentuan pigmentasi melanin bersifat fisiologis atau patologis adalah dengan mengetahui riwayat medis dan gigi secara lengkap, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, dan tes laboratorium jika diperlukan. Hiperpigmentasi fisiologis biasanya secara klinis terlihat melalui perbatasan reguler dan kecil, simetris, dan seragam dalam warna, juga tampak datar atau sedikit lebih tinggi. Sebaliknya, batas tidak teratur, variasi warna, dan permukaan ulserasi menunjukkan keganasan. Dalam melakukan pemeriksaan harus mencakup onset dan durasi lesi pigmentasi,jumlah, distribusi, ukuran, bentuk,warna, kapan timbul hiperpigmentasi, timbulnya tanda-tanda dan gejala sistemik (misalnya, malaise, kelelahan, penurunan berat badan), penggunaan resep dan obat nonprescription, dan kebiasaan merokok.22,26,27 Kebutuhan untuk terapi kosmetik gingival melanin pigmentation untuk meningkatkan estetis adalah paling umum dengan berbagai macam teknik5,28(1) De-epithelization (teknik scalpel, teknik abrasi gingiva menggunakan diamond bur); (2) Kombinasi scalpel dan bur; (3) Gingivectomy; (4) Gingivectomy dengan autografting gingival bebas; (5) Acellular dermal matrix allograft (ADMA); (6) Electrosurgery; (7) Cryosurgery (menggunakan liquid nitrogen, menggunakan sistem ekpansi gas); (8) Agen kimia (90% phenol dan 95% alkohol, Ascorbic acid); (9) Laser (Nd:YAG, laser semikonduktor dioda, laser CO2, laser Argon). Berbagai teknik di atas dapat digunakan untuk depigmentasi. Pemilihan teknik harus berdasarkan pada keahlian klinis, kemampuan pasien dan kesukaan individu. Perawatan harus dilakukan dengan hati hati, dengan perhatian khusus untuk melindungi jaringan di sekitarnya karena penggunaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan resesi gingiva, kerusakan pada periosteum dan tulang. Termasuk menyebabkan rasa sakit, tidak nyaman dan penyembuhan yang lama.29,30
2.2
Laser LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
memperkuat cahaya dengan cara mengambil berkas cahaya yang lemah dan membuatnya menjadi berkas yang kuat. Sinar laser terbuat dari cahaya yang semuanya terdiri dari panjang gelombang yang sama. Berkas cahaya dalam
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
9
cahaya biasa mengalir ke arah yang berbeda. Sinar laser bergerak dalam arah yang sama persis tidak menyebar dan tidak melemah.31
Gambar 2.4. Mekanisme laser
Setiap gelombang dari cahaya mempunyai 3 sifat dasar yaitu velositas (kecepatan cahaya); amplitude (energi dari gelombang) yang dapat disebut juga pengukuran vertikal dari gelombang; Panjang gelombang (Pengukuran horisontal dari gelombang) yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah berkisar 45010.600 nm.18 Terobosan untuk laser di bidang kedokteran gigi muncul pada pertengahan 1990-an, dengan beragam tipe laser (Nd:YAG, Er,Cr:YSGG, Er:YAG, CO2) dengan beragam panjang gelombang (1064 nm, 2780 nm, 2940 nm, 10600 nm). Tujuannya untuk membantu kebutuhan dokter gigi dalam prosedur jaringan lunak maupun keras. Berdasarkan medium aktif, panjang gelombang, indikasi dan penyerapannya laser dapat disimpulkan menjadi:32
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
10
Tabel 2.1. Interaksi laser dengan jaringan. Medium aktif
Panjang
Diserap oleh
Indikasi
Yang harus
Gelombang Karbondioksida
10.600 nm
diperhatikan Air
(CO2)
Jaringan
Dapat memperlambat
Lunak
penyembuhan karena residu karbon
Erbium-Yttrium-
2.940 nm
Aluminum-
Air,
Jaringan
Harus digunakan
Hidroksiapatit
Lunak dan
dengan semprotan air
Jaringan Keras
Garnet (Er:YAG) Nedynum:Yttriu
1.064 nm
m-Aluminum-
Jaringan
Jaringan
Dapat mempengaruhi
Berpigmentasi
Lunak
permukaan implan
Jaringan
Jaringan
Dapat penetrasi ke
Berpigmentasi
Lunak
jaringan lunak sampai
Garnet (NdYAG) Indium-GalliumArsenide-
635-980 nm
Posphide (Dioda)
kedalaman 3mm
Panjang gelombang mempengaruhi kerusakan jaringan kolateral. Pada umumnya, semakin pendek panjang gelombang laser (contoh 809 nm – 980 nm diode dan 1064 nm Nd:YAG) lebih dalam penetrasinya ke jaringan lunak. Perluasan penetrasi jaringan oleh panjang gelombang yang lebih pendek berhubungan dengan jaringan berpigmentasi dan koefisien absorpsi dalam air yang rendah. Penetrasi jaringan dapat dikontrol dengan seleksi parameter yang tepat, seperti tingkat kekuatan, tingkat repetisi pulse, pulse width, dan energi densitas. Sebaliknya, panjang gelombang yang lebih panjang (2940 nm Er:YAG, 2780 nm Er,Cr:YAG, dan 10,600 nm CO2) menunjukkan penetrasi jaringan yang lebih dangkal karena koefisien absorpsi dalam air yang tinggi.33
2.2.1
Tinjauan Karakteristik Teknis Laser Dioda
2.2.1.1 Bentuk Dasar Laser Dioda Salah satu keuntungan dari laser dioda dibandingkan dengan sistem laser lainnya, yang secara langsung dapat dilihat dengan mata, adalah ukurannya. Pengembangan mikro-struktur sel dioda yang mampu memancarkan sinar laser
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
11
telah secara drastis mengurangi besar sistem laser. Laser dioda kedokteran gigi yang paling baru telah didesain untuk memiliki dimensi yang mirip dengan ukuran telpon standar (Gambar 2.5).
Gambar 2.5. Sistem Dental laser dioda (Fotona XD-2)
Hanya media material aktif pada (seperti GaAIAs – Gallium Alumunium Aresinde) digunakan pada laser dioda. Karena sifat kristal sebagai medium yang aktif, akhir dari kristal dapat secara selektif dipoles sehubungan dengan indeks refraktif internal untuk menghasilkan permukaan reflektif total dan sebagian sehingga memberikan fungsi yang sama dengan resonator optik dari sistem laser yang lebih besar. Pelepasan arus menyeberangi medium aktif melepaskan foton dari medum aktif, akhirnya menghasilkan pembangkitan sinar laser dengan panjang gelombang spesifik, yang ditentukan oleh medium aktif yang digunakan (Gambar 2.6).
Gambar 2.6. Skema sederhana tipikal laser dioda
Saat ini, setiap chip dioda menghasilkan secara relatif hasil yang rendah energi. Beberapa laser dioda yang rendah energi, beroperasi dalam kisaran miliwatt,
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
12
biasanya digunakan untuk terapi laser level rendah LLLT (low level laser therapy). Untuk mendapatkan tenaga yang cukup untuk berbagai prosedur kedokteran gigi (misalnya operasi jaringan lunak), laser dioda kedokteran gigi saat ini menggunakan tumpukan ‘chip’ dioda individual secara paralel untuk mendapatkan tingkat energi yang tepat (beberapa watt). Beberapa laser dioda kedokteran gigi juga dapat diset untuk tenaga yang lebih rendah (kisaran miliwatt) dan juga dapat melakukan prosedur LLLT.33 Disain sistem laser dioda juga memberikan beberapa keuntungan. Telah disebutkan bahwa ukurannya yang kecil berarti alat ini hanya membutuhkan ruang kecil dan memastikan portabilitas sistem laser karena ringan. Juga telah disebutkan kisaran harga laser dioda yang menarik, yang membuatnya dapat dijangkau oleh banyak dokter gigi, yang ingin melakukan proder perawatan gigi dengan lebih cepat dan lebih efisien dan berharap untuk mengembangkan pelayanan mereka.34 Keuntungan lainnya yang saat ini ditawarkan adalah laser dioda bersifat praktis dan cepat (biasanya aktif dalam beberapa detik) di mana perawatan berkas laser sudah bisa digunakan segera setelah dinyalakan. Sistem laser lainnya umumnya membutuhkan beberapa menit sebelum siap digunakan. Juga, laser dioda hanya menggunakan energi yang cukup kecil jika dibandingkan dengan sistem laser lainnya, sehingga dapat menghemat listrik dan juga melestarikan lingkungan. Aspek penting lainnya untuk dipertimbangkan adalah jangakaun penggunannya dan reliabilitas dari teknologi laser dioda, dengan lebih dari 40 juta potong dihasilkan tiap tahunnya yang digunakan dalam berbagai alat dari pemutar DND dan penunjuk laser untuk menunjukkan seni laser dioda kedokteran gigi.33
2.2.1.2 Mode emisi sinar laser Laser dikatakan bergerak baik sebagai continuos wave (CW) maupun pulsed mode. Hal ini berkaitan dengan tingkat emisi sinar laser dengan waktu dan keuntungan utama dari pulsed mode adalah kapasitas dari jaringan yang dituju untuk mendinginkan di antara successive pulses. Mode CW pada umumnya merupakan cara yang paling cepat untuk mengablasi jaringan namun panas dapat muncul dan menyebabkan kerusakan pada jaringan yang dituju bersamaan dengan
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
13
jaringan di sekitarnya. Laser dioda kedokteran gigi modern dapat beroperasi baik dalam mode CW maupun pulsed mode. Faktor yang menentukan energi rata-rata ketika laser dioda dioperasikan pada pulsed mode adalah settingan arus energi dan settingan siklus wajib. Siklus wajib adalah fenomena periodik yang didefinisikan sebagai rasio durasi fenomena (pulsewidth) dalam waktu tertentu terhadap waktu (nilai resiprokal dari settingan frekuensi arus – jumlah getar per detik). Untuk mengklarifikasi pernyataan sebelum ini, perhatikan contoh berikut ini – saat dioda diset pada mode CW dan energi diset 2 watt, sistem akan menghasilkan energi rata-rata 2 watt per detik. Jika dioperasikan dalam pulsed mode, settingan energi 2 watt dan siklus wajib diset menjadi setengahnya akan menghasilkan emisi energi rata-rata 1 watt per detik.18,33 . 2.2.1.3 Penghantaran sinar laser ke jaringan yang dituju Sebagian besar laser dioda menggunakan serat optik fleksibel (biasanya disisipkan ke dalam handpiece yang tepat untuk pemakaian yang lebih nyaman) untuk menghantarkan berkas laser perawatan ke area yang diinginkan. Hal yang harus dipertimbangkan ketika menggunakan serat optik adalah diameter dari seratnya. Penggunaan serat dengan diameter yang lebih kecil akan meningkatkan densitas energi pada ujungnya, demikian berlaku sebaliknya apabila menggunakan serat dengan diameter yang lebih besar akan menurunkan settingan energi. Kecepatan pergerakan ujung serat saat perawatan perlu diperhatikan juga karena terbakarnya jaringan merupakan efek yang tidak diinginkan jika digunakan energi berlebihan atau jika ujung serat bergerak terlalu lambat. Pemakaian energi yang paling kecil dengan menggerakkan ujung serat seperti tipe sapuan 1-2 mm ‘paint brush’ pada jaringan lunak. Periksa secara regular kondisi dari ujung serat optik dengan
memotong ujung serat apabila telah menggelap (2-4 mm dari
ujungnya) karena akumulasi sisa jaringan pada ujung tersebut
menyebabkan
ujung serat menahan panas yang berlebihan dan mulai beraksi sebagai ‘branding iron’. Hal ini dapat menyebabkan pemanasan jaringan yang tidak diinginkan, merusak ujung serat secara cepat sehingga dapat merusak pembuluh darah kecil dan pada akhirnya akan mengganggu hemostasis dan koagulasi.32,34
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
14
2.3.3
Faktor yang Berhubungan dengan Absorpsi dan Relaksasi Termal Beberapa faktor yang lebih penting yang mempengaruhi relaksasi termal
pada jaringan target dan absorpsi sinar laser oleh jaringan target (secara terpisah dan/atau keseluruhan) adalah:
2.3.3.1 Panjang Gelombang Laser dan Komposisi Jaringan Bagian jaringan yang dapat menyerap energi sinar laser disebit chromophores. Jaringan oral mengandung beberapa chromophores: hemoglobin, melanin, dan protein terpigmentasi lainnya( hidroksiapatit yang terkarbonasi dan cair). Koefisien absorpsi untuk chromophores tersebut sehubungan dengan panjang gelombang yang digunakan dalam laser kedokteran gigi ditunjukkan dalam Gambar 2.8.
Gambar 2.7. Koefisien serapan chromopores relatif terhadap panjang gelombang.
Pada umumnya, jaringan berpigmen akan menyerap panjang gelombang tampak maupun NIR(Near Infra Red) dengan lebih baik di mana jaringan yang tidak berpigmen menyerap panjang gelombang yang lebih panjang. Sebagai tambahan, puncak penyerapan air dan hidroksiapatit tepat sebagai contoh dengan Er:YAG. Air sebagai konstituen dari semua sel hidup akan mempengaruhi penetrasi panjang gelombang sinar laser yang lebih panjang ke dalam jaringan, sedangkan komponen permukaan yang tidak berpigmen akan memudahkan penetrasi yang lebih besar untuk panjang gelombang tampak maupun NIR. Sebagai contoh, laser CO2 mungkin mempenetrasi epitel oral sampai kedalaman 0,1 – 0,2 mm Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
15
sedangkan panjang gelombang NIR dapat menghasilkan penetrasi 4-6 mm (ketika menggunakan settingan energi yang sama).18
2.3.3.2 Sudut Masuk Berkas Laser Kontrol maksimum dari interaksi antara laser dengan jaringan dapat dicapai jika sudut masuk berkas laser tegak lurus dengan permukaan jaringan. Pengurangan sudut masuk ini terhadap sudut refraktif permukaan jaringan akan meningkatkan potensi refleksi sinar sejati dengan penurunan perubahan jaringan yang berhubungan.
2.3.3.3 Waktu Pemaparan dan Mode Emisi Laser Getaran hantaran sinar laser akan memungkinkan beberapa pendinginan terjada di antara getaran.
2.3.3.4 Diameter Berkas dan pergerakan Berkas Dengan keluarnya sinar laser dari serat optik, divergensi dari berkas akan terjadi. Konsekuensinya, ukuran tempat dari berkas (relatif terhadap jaringan target) akan menentukan jumlah energi laser (fluence – J/cm2) dihantarkan pada area. Ukran tempat akan bertambah seiring dengan penambahan jarak (serat optik – jaringan target). Oleh sebab itu, perubahan termal pada tempat target dapat secara efektif dikontrol dengan memodifikasi jumlah energi yang dihantarkan ke tempat target melalui pergerakan handpiece lebih dekat atau lebih jauh dari tempat target. Untuk disimpulkan, untuk pilihan settingan energi apa pun, diameter berkas yang lebih besar, konsentrasi efek panas akan meningkat. Semakin cepat pergerakan berkas laser juga akan mengurangi pembentukan panas di jaringan target dan membantu relaksasi termal.
2.3.3.5 Pendinginan Pendinginan dapat mengontrol atau membatasi peningkatan temperatus jaringan target dan jaringan di sekitarnya. Pendinginan dapat berupa endogen (aliran darah) maupun eksogen (udara, air, jaringan yang telah didinginkan sebelumnya).
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
16
2.3.4
Sinar Laser Dioda dan Pemotongan Jaringan Lunak Ketika parameter yang tepat digunakan, zona pusat dari ablalsi jaringan
dikelilingi oleh area denaturasi protein ireversibel (koagulasi, char). Di sekitar zona pusat ini, edema zona reaksioner yang revesibel akan terbentuk seiring dengan peninggian suhu. Idealnya, garis insisi akan sama dengan diameter berkas. Pembentukan panas juga akan membersihkan area target dan sekitarnya dan produksi koagulum permukaan mengurangi kontaminasi bakteri pada luka. Ketika menggunakan laser dioda pada jaringan lunak terdapat pendarahan minimal atau tidak terjadi perdaraha sama sekali karena kombinasi penutupan pembuluh darah kecil melalui denaturasi protein jaringan dan stimulasi produksi Faktor VII pada pembekuan darah. Pembentukan panas juga memungkinkan penutupan pembuluh limfatik kecil yang menghasilkan pengurangan edema pasca-operasi. Penjahitan tidak diperlukan
karena
sudah terbentuk koagulum di permukaan. Jika
dibandingkan laser NIR – Nd:YAG (1064 nm) dengan lases dioda (805 nm, 810 nm), panjang gelombang tersebut memiliki persamaan penyerapan yang tingi pada jaringan lunak yang mewujudkan insisi dan koagulasi jaringan yan sangat baik.
2.3.5
Aplikasi Klinis laser dioda32
2.3.5.1 “Loose” Operasi Jaringan Lunak dengan Laser Dioda 810 nm Aplikasi meliputi pembuangan fibroma, frenektomi labial dan lingual, hemangioma kecil, mukokel, granuloma dental, perawatan lichen planus nonerosif, lesi aphtae dan herpes. Etiologi lesi harus dinilai dan sama seperti scalpel, jaringan abnormal harus diletakkan dalam keadaan tidak tertekan untuk mendapatkan pemotongan yang tepat. Hal itu dapat dilakukan dengan memegang ujung handpiece laser sangat dekat dengan permukaan jaringan atau menyentuh jaringan tanpa tekanan untuk meminimalisasi pembentukan debris pada ujungnya sehingga dapat menyebabkan kerusakan termal pada jaringan. Sebagian besar prosedur operasi intra-oral minor menggunakan setting energi dalam kisaran 2-4 watt. Seting energi tersebut laser dioda dapat memotong epitel dan mempenetrasi 2-6 mm ke dalam jaringan. Pada saat proses memotong pembuluh darah dan limfa kecil akan tertutup karena panas yang terbentuk sehingga mengurangi atau
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
17
mencegah perdarahan dan edema. Protein yang terdenaturasi di dalam jaringan dan plasma membentuk lapisan ‘koagulum’ atau ‘char’ akibat efek energi laser. Koagulum tersebut memberikan perlindungan untuk luka dari bakeri atau aksi friksional. Secara klinis selama 48-72 jam pasca-operasi lapisan ini menjadi terhidrasi dari saliva, membengkak yang pada akhirnya terdisintegrasi dan menunjukkan awal penyembuhan dari jaringan baru. Ketelitian bekerja harus dilakukan karena pemakaian laser dekat dengan tempat anatomis yang mungkin dirusak melalui nilai energi yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada setting energi yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan termal pada periosteum dan tulang di bawahnya. Kerusakan ini dapat dihindari dengan mengunakan tingkat energi yang tepat , menjaga berkas laser tegak lurus terhadap dan menjauhi tulang di bawahnya dan menggunakan waktu interval iradiasi yang tepat untuk mengijinkan pendinginan jaringan yang cukup.
2.3.5.2 Fixed Operasi Jaringan Lunak dengan Laser Dioda Laser dioda 810 nm dapat digunakan untuk banyak prosedur jaringan lunak fixed termasuk hiperplasia gingiva, pemaparan gigi dan hiperpigmentasi. Sebagai tambahan, terdapat kisaran prosedur adaptasi gingiva, keduanya mengijinkan prosedur restoratif dan mengijinkan akses terhadap tepi restoratif selama prosedur restoratif. Energi laser akan beraksi secara primer seperti insisi, eksisi, atau ablasi, dengan keuntungan yang sama seperti scalpel yang telah disebutkan
sebelumnya
(tidak
terjadi
atau
minimal
perdarahan,
tidak
membutuhkan jahitan, rendahnya infeksi luka). Setting energi 1,5-3 watt dengan interval optimal untuk sebagian besar prosedur gingiva untuk mencegah kerusakan periosteum dan tulang di bawahnya begitu pula dengan permukaan akar pada tingkat margin gingiva. Hal tersebut diatas dapat dihindari dengan melakukan penilaian ketebalan, vaskularitas dan posisi dari jaringan gingiva target juga penilaian tulang di sekitarnya dan permukaan gigi. Selain itu, untuk meminimalisasi pembentukan debris terkarbonasi, jaringan pasca-ablasi sebaiknya dibuang dengan menggunakan kuret, kapas, atau kasa basah.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
18
2.3.5
Penyembuhan Luka35 Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini. a. Fase inflamasi Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan
darah.
Komponen
hemostasis
ini
akan
melepaskan
dan
mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF-1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF-1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen. b. Fase proliferasi atau fibroplasi Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya. Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi. c. Fase remodeling atau maturasi Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
19
berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun. Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari keadaan normal.
2.3.6
Rasa Sakit/Nyeri Pengertian sakit adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Sakit adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Sakit terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Sakit sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.36 Intensitas sakit adalah gambaran seberapa parah sakit yang dirasakan individu. Pengukuran intensitas sakit sangat subjektif dan individual, dan kemungkinan sakit dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran sakit dengan pendekatan obyektif yang paling mungkin adalah menggunkan respon fisiologik tubuh terhadap sakit itu sendiri.37 Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang sakit itu sendiri. Menurut Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut: 1. Skala intensitas sakit deskritif
2. Skala identitas sakit numerik
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
20
3. Skala analog visual
4. Skala sakit menurut bourbanis
Keterangan: 0
: Tidak sakit
1-3
: Sakit ringan: Secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6
: Sakit sedang: Secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi sakit, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9
: Sakit berat: Secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi sakit, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10
: Sakit sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. Karakteristik paling subjektif pada sakit adalah tingkat keparahan atau
intensitas sakit tersebut. Pasien seringkali diminta untuk mendeskripsikan sakit sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi operator dan pasien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
21
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan sakit yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa sakit” sampai “sakit yang tidak tertahankan”. Operator menunjukkan pasien skala tersebut dan meminta pasien untuk memilih intensitas sakit yang ia rasakan. Operator juga menanyakan seberapa jauh sakit terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh sakit terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan sakit. VDS ini mempunyai keterbatasan di dalam mengaplikasikannya. Beberapa keterbatasan VDS adalah adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level intensitas sakitnya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsikata. Dalam hal ini, klien menilai sakit dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas sakit sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai sakit. Numeral Rating Scale adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasasakitnya sesuai dengan level intensitas sakitnya pada skala numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti no pain dan 10 atau 100 berarti severe pain (sakit hebat). Dengan skala NRS-101 dan skala NRS-11 point, dokter/terapis dapat memperoleh data basic yang berarti dan kemudian digunakan skala tersebut pada setiap pengobatan berikutnya untuk memonitor apakah terjadi kemajuan. VAS adalah suatu garis lurus dengan panjang 10 cm, yang mewakili intensitas sakit yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pada setiap ujung tersebut ditandai dengan level intensitas sakit (ujung kiri diberi tanda no pain dan ujung kanan diberi tanda bad pain (sakit hebat)) yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai padatanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skorenya yang menunjukkan level intensitas sakit. Kemudian skor tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.
Skala
ini
memberikan
pasien
kebebasan
penuh
untuk
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
22
mengidentifikasi keparahan sakit. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan sakit yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka. Skala sakit harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat menggunakannya. Pada saat digunakan skala tersebut mudah dibaca dan dipahami maka deskripsi sakit akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan sakit, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi pasien. Menurut Smeltzer (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi respon sakit adalah : a. Pengalaman masa lalu Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan sakit akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap sakit dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit sakit. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan sakit yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan. b. Ansietas Hubungan antara sakit dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi sakit, tetapi sakit juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam sakit dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Stimulus sakit mengaktifkan bagian limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap sakit, yakni memperburuk atau menghilangkan sakit. c. Budaya Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi sakit. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap sakit. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan sakit di berbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang sakit dari segi makna budaya akan membantu perawat
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
23
dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami sakit. d. Usia Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi sakit, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap sakit. Anak
yang
masih
kecil
mempunyai
kesulitan
mengungkapkan
dan
mengekspresikan sakit. e. Efek Plasebo Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula, larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan sakit.
2.4
Kerangka Teori Lesi berpigmen biasanya ditemukan di dalam mulut. Lesi tersebut
mewakili berbagai entitas klinis, berkisar dari perubahan fisiologis (misalnya, ras pigmentasi) manifestasi dari penyakit sistemik (misalnya, penyakit Addison) dan neoplasma ganas (misalnya, melanoma dan sarkoma Kaposi). Oleh karena itu sangat penting memahami penyebab pigmentasi mukosa dan evaluasi yang tepat pada pasien. Pigmentasi oral berasal dari faktor
eksogen atau endogen.
Pigmentasi eksogen umumnya karena implantasi benda asing di mukosa mulut. Endogen pigmen melanin meliputi, hemoglobin, dan hemosiderin karoten. Hiperpigmentasi melanin merupakan kelebihan produksi melanin, melampaui tingkat yang diharapkan normal pada mukosa mulut. Gingiva adalah daerah yang paling sering berpigmen dalam rongga mulut. Depigmentasi gingiva adalah prosedur bedah periodontal plastik dimana hiperpigmentasi gingiva dihapus atau dikurangi. Berbagai teknik telah dilakukan untuk mengobati hiperpigmentasi gingiva seperti teknik yang digunakan di masa Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
24
lampau untuk merawat pigmentasi gingiva adalah chemical cauterization, gingivectomy, scalpel scraping procedure dan abrasion of gingiva. Teknik terkini dari depigmentasi gingiva adalah cryotherapy, autograft gingival bebas dan terapi laser. Prosedur ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan tujuan meningkatkan estetika dan dianjurkan setelah kesehatan periodontal dipenuhi. Ketebalan yang memadai jaringan periodontal adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan ini.
Gambar 2.8. Kerangka Teori
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
25
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka konsep
3.2
Hipotesis
3.2.1
Mayor
Terdapat perbedaan efek perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda.
3.2.2 Minor 3.2.2.1
Terdapat
perbedaan
kecepatan
penyembuhan
pada
perawatan
hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda 3.2.2.2 Terdapat perbedaan rasa sakit pada perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
26
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian Eksperimental klinis, single blind, split mouth dan randomized design
4.2
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah pasien dengan kelainan hiperpigmentasi gingiva
yang datang berobat ke RSKGM FKG UI pada bulan Januari 2013 – Maret 2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah kelompok. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, sehingga berdasarkan rumus Federer, maka jumlah sampel minimal adalah: Rumus Federer = (n-1) (t-1) ≥ 15 Keterangan: n = jumlah sampel t = jumlah kelompok perlakuan = 2, maka didapatkan: (n – 1) (2-1) ≥ 15 (n – 1) 1 ≥ 15 n ≥ 16 minimal jumlah sampel adalah 16 sample.
4.3
Kriteria Inklusi -
Penderita kelainan hiperpigmentasi gingiva yang diukur menggunakan melanin pigmentation index (MPI) pada daerah labial maksila
-
Usia 20-55 tahun.
-
Memiliki kesehatan umum yang baik.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
27
4.4.
Kriteria Eksklusi -
Pasien dengan kondisi atau penyakit sistemik yang berhubungan dengan gangguan penyembuhan.
-
malignan melanoma
-
sindrom Peutz-Jeghers
-
hemachromatosis,
-
penyakit pulmonari kronik
-
Sedang
mengkonsumsi
obat-obatan:
doxorubicin,
busulfan,
cyclophosphamide
4.5
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSKGM bagian periodonsia FKG UI mulai bulan Januari 2013 – Maret 2013.
4.6
Alat dan Bahan Penelitian 1. Kaca mulut no. 4. (Smic, China). 2. Pinset (Crown G, Jepang). 3. Sonde halfmoon (Crown G, Jepang). 4. Probe periodontal dengan skala mm (ASA, Italia) 5. bur diamond warna kuning,bentuk round,flame dan fissur 6. High speed (NSK-Jepang) 7. Dioda laser dosis rendah (Nvlaser atau AMD laser, USA): 810 nm, 2W, mode kontinue dengan ujung serat optik 400 µm. 8. Kapas 9. Ethical clearance 10. Persetujuan tindakan medis 11. Kartu status pasien
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
28
4.7
Definisi Operasional
Tabel 4.1. Definisi operasional No.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Mengukur
Skala
1.
Hiperpigm entasi gingiva
cahaya berwarna coklat gelap dan kadangkadang biru kehitaman yang sebagian besar berada di gingiva cekat labial anterior, Warnanya sering difusi, simetris, band atau pita seperti gelap berbentuk tidak teratur, patch dengan tepi yang berbatas tegas
Menggunakan melanin pigmentasi index menurut Hedin (1977)
1=pigmentasi yang lokasinya terdapat di bagian tengah dari satu atau dua papilla interdental yang terpisah, 2= pigmentasi di beberapa papilla interdental secara soliter; 3= pigmentasi di beberapa papilla interdental yang menyatu dan membentuk pita pendek; 4= pigmentasi di papilla-papilla interdental yang menyatu, membentuk pita yang kontinyu dan panjang. (1) (2)
2
Rasa sakit
Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangka n, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan menurut (IASP 1979 (International Association for the Study of Pain)
Menggunakan visual analog scale (VAS) adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas sakit yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. The Scott Paper Company (Hayes MHS, Patterson DG. Experimental development of the graphic rating method. Psychological Bulletin. 1921;18:98–
(3) (4) 0= tidak ada sakit, 1-3= sedikit sakit, 3,1-6=sakit sedang, 6,1-10=sakit parah
Satuan Hasil Ukur Kategorik
Kategorik
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
29 99) 3
4.8
Penyembu han luka
Proses perbaikan terhadap kerusakan gingiva
Menggunakan metode PUSH (Pressure Ulcer Scale Healing) untuk melihat penyembuhan jaringan lunak secara klinis(the National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP, 1997)
0= epitelisasi sempurna, luka sudah tertutup epithelium, 1= epitelisasi belum lengkap/re epitelisasi: permukaan luka tampak lapisan baru yang mengkilat/berwarna pink dan timbul dari tepi 2= jaringan granulasi: jaringan berwarna merah muda, belum terlihat mengkilat, berair(moist), bergranulasi 3=kerusakan jaringan yang berbentuk lapisan putih/kuning, menempel pada permukaan luka, atau gumpalan, tebal, berair, tidak ada jaringan nekrosis 4 = lapisan hitam atau coklat yang melekat kuat pada jaringan yang luka atau ulkus dan lebih tegas dari jaringan sekitar
Kategorik
Cara Kerja Penelitian Subjek penelitian adalah pasien hiperpigmentasi gingiva yang datang ke klinik
periodonsia FKG UI selama bulan Januari 2013 – Maret 2013 dan telah memenuhi kriteria sampel. Pasien mendapatkan instruksi kesehatan oral dan perawatan scaling. Pasien kemudian dipanggil setelah 1 minggu dan dievaluasi menggunakan melanin pigmentation index (MPI). Depigmentasi gingiva direncanakan dari premolar kedua ke incisivus pertama kiri dengan menggunakan high-speed handpiece dan diamond bur lurus (no. 8) dengan copious water lavage. Direkomendasikan untuk menggunakan ukuran diamon bur yang terbesar; bur kecil tidak menghaluskan permukaan dengan mudah dan mempunyai kecenderungan untuk membuat lubang kecil pada
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
30
area yang disembuhkan. Feather-like strokes digunakan untuk membuang area epithelium terpigmentasi tanpa bur penahan. Depigmentasi daerah premolar kedua ke incisivus pertama kanan dengan unit laser dioda semikonduktor (Nvlaser atau AMD laser, USA): 810 nm, 2W, mode kontinue dengan ujung serat optik 400 µm. ).Ujung laser ditahan sedikit di atas target tissue dan sinar laser diarahkan ke target tissue dengan satu gerakan cepat sehingga formasi blister terjadi. Blistered gingiva kemudian dibuang dengan kapas
basah
pigmentation.
untuk Coe-pak
mengeluarkan dressing
epithelium
diletakkan
yang
pada
berisikan
tempat
melanin
operasi
yang
menggunakan bur diamond, dan diberikan analgesic. Tidak ada antibiotika yang diberikan. Parameter klinik yang dicatat adalah rasa sakit dilakukan evaluasi menggunakan Visual Analoque Scale (VAS) pada hari pertama dan 1 minggu, sementara kecepatan penyembuhan dievaluasi 1, 2 dan 3 minggu setelah tindakan depigmentasi kemudian dengan menggunakan kriteria yang diberikan oleh Pressure, Ulcer, Scale, Healing (PUSH).
4.9
Alur Kerja
Gambar 4.1 Alur kerja
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
31
Pada subjek penelitian dilakukan skeling dan penghalusan akar kemudiaan dilakukan tindakan depigmentasi gingiva. Pengukuran dihitung sebagai hari ke-0.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di klinik Periodonsia RSKGM FKG-UI sejak bulan Januari 2013 sampai Maret 2013. Subjek penelitian berjumlah 19 orang dengan usia 18 – 55 tahun. Subjek penelitian di diagnosis yang memiliki kelainan hiperpigmentasi gingiva fisiologis. Setiap subjek penelitian diberi perlakuan yang sama, skeling dan penghalusan akar, diikuti penilaian skor pigmentasi indeks. Pada penelitian ini, sampel terdiri dari kelompok perlakuan yaitu sisi kiri dilakukan depigmentasi menggunakan bur diamond dan sisi kanan dengan laser dioda. Parameter klinik yang dicatat adalah rasa sakit dilakukan evaluasi menggunakan Visual Analoque Scale (VAS) pada hari pertama dan 1 minggu, sementara kecepatan penyembuhan dievaluasi 1, 2 dan 3 minggu setelah tindakan depigmentasi kemudian dengan menggunakan kriteria yang diberikan oleh Pressure, Ulcer, Scale, Healing (PUSH).
5.1
Analisis Kecepatan Penyembuhan
Tabel 5.1 Evaluasi kecepatan penyembuhan setelah terapi menggunakan Laser Dioda dan Bur Diamond pada minggu pertama, kedua dan ketiga Penyembuhan (N=38)
0
1
2
Minggu pertama Laser Dioda Bur Diamond
16 (84,2%) 1 (5,3%)
3 (15,8%) 12 (63,2)
0 (0%) 6 (31,6%)
Minggu kedua Laser Dioda Bur Diamond
19 (100%) 17 (63,2%)
0(0%) 2 (36,8%)
0 (0%) 0 (0%)
Minggu ketiga Laser Dioda Bur Diamond
19 (100%) 19 (100%)
0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%)
Keterangan: 0 = Epitelisasi sempurna, luka sudah tertutup epithelium; 1 = Epitelisasi belum lengkap/re epitelisasi: permukaan luka tampak lapisan baru yang mengkilat/berwarna pink dan
32
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
33 timbul dari tepi; 2 = Jaringan granulasi: jaringan berwarna merah muda, belum terlihat mengkilat, berair(moist), bergranulasi.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan adanya perbedaan kecepatan penyembuhan depigmentasi menggunakan bur diamond dengan laser dioda. Pada minggu pertama dari total 19 subjek yang menggunakan laser dioda terdapat 16(84%) yang mengalami epitelisasi sempurna, 3(15,8%) reepitelisasi dan 0(0%) berupa jaringan granulasi. Pada subjek yang menggunakan bur diamond terdapat 1(5,3%) epitelisasi sempurna, 12(36,8%) reepitelisasi dan 6(31,6%) berupa jaringan granulasi. Hasil analisis minggu kedua pada depigmentasi menggunakan laser dioda adalah 19(100%) telah mengalami epitelisasi sempurna jadi tidak terdapat subjek dengan reepitelisasi maupun jaringan granulasi. Pada minggu ini yang menggunakan bur diamond menunjukkan 17(63,2%) epitelisasi sempurna, 2(36,8%) reepitelisasi dan 0(0%) jaringan granulasi. Hasil analisis minggu ketiga pada depigmentasi menggunakan laser dioda maupun bur diamond sudah terjadi epitelisasi sempurna 19(100%). Hal ini menjawab hipotesis 3.2.2.1 yaitu terdapat
perbedaan
kecepatan
penyembuhan
pada
perawatan
hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda
5.2
Uji Normalitas Rasa Sakit
Tabel 5.2 Analisis Distribusi Normal Rasa Sakit Karena Perawatan Laser Dioda dan Bur Diamond. Variabel N Nilai p Keterangan Laser Dioda 19 0,003 Distribusi tidak normal Bur Diamond 19 0,292 Distribusi normal Keterangan: Uji Shapiro-Wilk. P> 0,05 = distribusi normal
Hasil analisis statistik pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa variabel rasa sakit memiliki distribusi data tidak normal sehingga analisis selanjutnya adalah uji Chi-Square.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
34
5.3
Analisis Chi-Square
Tabel 5.3 Hasil crosstabulation rasa sakit satu hari setelah perawatan Laser Dioda dan Bur Diamond Variabel Tidak sakit Sakit sedikit Sakit Total P sedang Bur diamond Laser dioda Total
1 (5,9%) 16 (94,1%) 17 (100%)
8 (72,7%) 3 (27,3%) 11 (100%)
10 (100%) 0 (0%) 10 (100%)
19 (50%) 19 (50%) 38 (100%)
0,000
Keterangan : Uji Chi Square; p< 0.005 ada perbedaan bermakna
Hasil analisis pada tabel 5.3 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) pada rasa sakit depigmentasi yang menggunakan bur diamond dengan laser dioda setelah satu hari. Pada hari pertama hasil analisis menggunakan bur diamond yang menyatakan tidak sakit 1(5,9%), sakit sedikit 8(72,7%) dan sakit sedang 10(100%) sedangkan laser dioda 16(94,1%) tidak sakit, 3(27,3%) sakit sedikit dan 0(0%) sakit sedang. Hal ini menjawab hipotesis 3.2.2.2 yaitu terdapat perbedaan rasa sakit pada perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda.
Tabel 5.4 Rasa sakit satu minggu setelah perawatan Laser Dioda dan Bur Diamond Variabel Tidak sakit Sakit sedikit Sakit Total sedang Bur diamond Laser dioda Total
19 (50%) 19 (50%) 38 (100%)
0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Hasil analisis pada tabel 5.4 menunjukkan tidak terdapat perbedaan rasa sakit pada minggu pertama setelah perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dengan laser dioda.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
35
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Apakah terdapat perbedaan hasil perawatan depigmentasi antara bur diamond dan laser dioda pada hiperpigmentasi gingiva. Parameter klinis yang dinilai adalah skor penyembuhan dan rasa sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil perawatan depigmentasi antar bur diamond dan laser dioda pada hiperpigmentasi terhadap penyembuhan maupun rasa sakit. Secara uji statistik rasa sakit terdapat perbedaan bermakna.
6.1
Karakteristik Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang berusia 18-50 tahun yang
memiliki kelainan hiperpigmentasi fisiologis di permukaan labial maksila. Pemilihan
usia minimum tersebut berdasarkan
FDA (US Food and Drug
Administration) yang menyatakan batas minimum pasien yang melakukan bedah plastik, sedangkan penentuan batas maksimal dengan pertimbangan penurunan fungsi fisiologis yang berhubungan dengan tindakan anestesi.39 Kelainan pigmentasi yang dilakukan depigmentasi dipilih adalah pigmentasi fisiologis. Jumlah subjek penelitian adalah 19 pasien yang terdiri dari 12 wanita dan 7 pria dengan kelainan hiperpigmentasi fisiologis. Kendali faktor resiko pada penelitian ini dilakukan dengan mengeklusikan pasien kondisi atau penyakit sistemik yang berhubungan dengan gangguan penyembuhan. Pasien dengan hiperpigmentasi gingiva patologis dan pigmentasi fokal juga tidak diikutsertakan. Termasuk juga gangguan penyembuhan, misal diabetes yang tidak terkontrol, atau penyakit autoimunitas, kehamilan, menyusui dan merokok dan atau sedang mengkonsumsi obat-obatan.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
36
6.2
Kecepatan Penyembuhan Pada Perawatan Hiperpigmentasi Gingiva Menggunakan Bur Dioamond Dan Laser Dioda Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyembuhan pada minggu
pertama pemakaian laser dioda sebesar 84,2%, sedangkan bur diamond sebesar 5,3%. Pada minggu kedua pemakaian laser sebesar 100% dan bur diamond 63,2%. Pada minggu ketiga tidak ada perbedaan kecepatan penyembuhan depigmentasi gingiva menggunakan bur diamond dan laser dioda. Hasil di atas menunjukkan perbedaan perawatan depigmentasi yang menggunakan laser lebih lebih cepat mengalami penyembuhan dibandingkan diamond bur pada minggu pertama dan kedua. Hal ini terjadi karena laser diode memberikan efek biostimulasi sehingga meningkatkan proliferasi fibroblas, dimana fibroblast adalah sel prekusor dari struktur jaringan ikat seperti kolagen, sel epitel dan kondrosit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Borchers (2011) yang melakukan penelitian secara in vivo menyatakan bahwa dalam waktu 1 minggu sudah terjadi penyembuhan sebesar 57,14% dengan melihat pada lapisan fibrin. Semakin cepat lapisan fibrin hilang maka semakin cepat terjadi penyembuhan .Penelitian camillo (2007) juga menyatakan bahwa terdapat penyembuhan dalam waktu 7 hari pada pemakaian laser diode yang dibandingkan secara klinis, histologi dan immunohistochemical. Penelitian yang dilakukan Maiorana (2003) menganalisis penggunaan laser dioda pada lesi jaringan lunak secara in vitro dan in vivo melaporkan adanya stimulasi perbaikan jaringan yang terlihat berupa peningkatan jaringan granulasi, percepatan proses epitelisasi, peningkatan proliferasi fibroblas, peningkatan sintesis matriks dan peningkatan pembentukan vaskularisasi baru. Depigmentasi
gingiva
menggunakan
bur
diamond
menghasilkan
penyembuhan lebih lambat karena akurasi dan cedera jaringan sulit dikontrol, dimana terbentuk permukaan yang tidak halus sehingga menimbulkan pit dan iregularitas di gingiva. Hal ini dapat menimbulkan ekstravasasi darah dan cairan getah bening yang menyebabkan proses pembengkakan berkepanjangan. Hal ini tidak terjadi pada pada laser dioda yang mempunyai hemostasis memadai, margin sayatan yang tepat, percepatan fase inflamasi sehingga pembengkakan berkurang. Semua hal tersebut dapat mempercepat proses penyembuhan.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
37
Penyembuhan tidak didapati perbedaan pada minggu ketiga, baik pada pemakaian laser dioda maupun bur diamond. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Anastasios, dkk (2012), yang menyatakan bahwa proses penyembuhan dengan proses depigmentasi dengan menggunakan laser dioda, scalpel maupun bur diamond pada minggu ke tiga telah menunjukkan epitelisasi lengkap. Penelitian rakhul dkk (2011) menyatakan bahwa setelah 3-4 minggu telah terjadi epitelisasi lengkap pada depigmentasi menggunakan scalpel, bur abrasion atau electrosurgery. Hasil mendukung perawatan
penelitian yousuf dkk (2000) juga
depigmentasi dengan laser dioda efektif dalam
menghilangkan pigmentasi melanin. Dalam pemeriksaan histologis, baik sel inflamasi atau kerusakan jaringan yang diamati dengan hematoxylineosin. Pada 3 minggu setelah proses depigmentasi gingiva ada proses penyembuhan terus menerus dengan proliferasi sel epitel skuamosa. Epitelisasi lengkap terbentuk ssetelah 3 minggu juga ditemukan pada penelitian rosna (2005) yang menyatakan perawatan depigmentasi dengan menggunakan bur diamond.
6.3
Rasa Sakit Pada Perawatan Hiperpigmentasi Gingiva Menggunakan Bur Diamond Dan Laser Dioda Hasil uji perbedaan dengan menggunakan uji cros sectional menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,000; 0,000 <0,005). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan rasa sakit pada tindakan depigmentasi gingiva antara bur diamond dan laser dioda.
Pada pemakaian laser dioda yang
menyatakan sakit sedang 0%, rasa sakit sedikit atau ringan 16% dan tidak sakit 84%. Pada minggu pertama setelah depigmentasi gingiva menggunakan diamond bur dan laser dioda tidak ada rasa sakit. Berkurang atau tidak adanya rasa sakit dengan menggunakan laser dapat terjadi karena cara kerja laser terhadap jaringan. Laser mempengaruhi aktivitas saraf perifer yang tertutup oleh protein coagulum sehingga menyebabkan penurunan kecepatan konduksi saraf sensorik secara signifikan. Hal ini yang menunjukkan mekanisme pengurangan sakit dari laser. Penjelasan lainnya, penurunan sakit ini mungkin disebabkan proses penyembuhan lebih cepat, efek anti-inflamasi dan respon neurohumoral (serotonin, norepinephrin). Penelitian ini
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
38
sesuai dengan yang dilakukan Göksel dkk (2012) menyatakan perawatan depigmentasi menggunakan laser diode dan Er YAG tidak ada rasa ketidaknyamanan selama tindakan maupun setelah tindakan meskipun hanya dilakukan topikal anestesi. Kesimpulan dari penelitian Roshna dkk (2005) juga menyatakan bahwa teknik menghilangkan hiperpigmentasi gingiva dengan menggunakan laser dan cryosurgery sedikit menimbulkan rasa sakit.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
7.1.1 Penyembuhan pada minggu pertama dan kedua perawatan hipergmentasi menggunakan bur diamond lebih lambat daripada laser dioda. 7.1.2 Penyembuhan pada minggu ketiga tidak terdapat perbedaan perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond maupun laser dioda. 7.1.3 Rasa sakit pada hari pertama perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond lebih tinggi daripa laser dioda. 7.1.5 Tidak terdapat rasa sakit pada minggu pertama perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan bur diamond maupun laser dioda.
7.2 Saran 7.2.1 Perlunya ditindak lanjuti tentang apakah terdapat hubungan repigmentasi dengan pemakaian bur diamond dan laser dioda. 7.2.2 Dilakukan penelitian in vivo secara histologis untuk melihat kecepatan penyembuhan perawatan hiperpigmentasi menggunakan bur diamond dan laser dioda. 7.2.3 Penelitian lebih lanjut dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan lokasi yang berbeda agar dapat mewakili populasi sehingga hasil penelitian dapat dijadikan dasar pemilihan perawatan hiperpigmentasi gingiva
39
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
40
DAFTAR PUSTAKA
1.
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Sushma, Lagdive, Dosh Yogesh & Marawar P.P. “Management of Gingival Hyperpigmentation Using Surgical Blade and Diode Laser Therapy: A Comparative Study.” Journal of Oral Laser Application (2009);9:4147. Liebart, ME. Deruelle, CF. Santini, A. Dillier, FL. Corti, VM. et al. “Smile Line and Periodontium Visibility.” Perio (2004);1:17-25. Prabakar, Rao KV. Narendranath, Reddy & Anitha, B. “Aesthetic Crown Lengthening.” Annals & Essences of Dentistry (2010);16:124-128. Deepakk, Prasad. Sunil, S & Mishra, R. “Treatment of Gingival Pigmentation: A Case Series.” Indian Journal of Dental Research (2005);16:171-176. Kathriya, Rahul. “Split Mouth De-Epithelization Technniques for Gingival Depigmentation:A Case Series and Review of Literatur.” Journal of Indian Society Periodontology (2011);15(2):161-168. Daniel, Simoes. Rosa, A. Cecilia, Ana. et al. “Esthetic Treatment of Gingival Melanin Hyperpigmentation with Er: YAG Laser: Short Term Clinical Observations and Patient Follow-Up.” Journal of Periodontology (2007);78: 2018-2025. Humagain, M. Nayak, DG & Uppoor, AS. “A Case Report with Review of Literatur.” Journal of Nepal Dental Association (2009);10:53-56. Hirschfeld, I & Hirschfeld, L. “Oral Pigmentation and Method of Removing It.” Oral Surg Oral Med Oral Path 4 (1951):1012. Dummet, CO & Bolden, TE. “Post Surgical Repigmentation of the Gingival.” Oral Surg Oral Med Oral Path 16 (1963):353. Almas, K and Sadig, W. “Surgical Treatment of Melanin Pigmented Gingiva: An Esthetic Approach.” Indian Journal of Dental Research (2002);13(2):70-73. Pal, TK, Kapoor. KK, Parel. Mukharjee, K. “Gingival Melanin Pigmentation - A Study on Its Removal for Esthetics.” Journal of Indian Society of Periodontology (1994);3:52-54. Pal, TK. Lansberg, J & Koztovsky, A. “Cryosurgical Depigmentation of the Gingiva - A Case Report.” Journal of Clinical Periondotol (1996);14: 614-517. Tamizi, M & Taheri, M. “Treatment of Severe Physiologic Gingival Pigmentation with Free Gingival Autograft.” Quintessence International (1996);14:555-558. Trelles, MA. Verkruysse, W. Segui, JM & Udaeta A, et al. “Treatment of Melanotic Spots in the Gingival by Argon Laser.” Journal of Oral Maxillofac Surgery (1993);51:759-761. Kwang, Myung Lee, Yeol Lee Dong & II Shin Seung. “A Comparison of Different Gingival Depigmentation Techniques: Ablation by Erbium:Yttrium-Alumunium-Garnet Laser and Abrasion by Rotary Instruments.” Journal of Periodontal Implant Science (2011);41:201207.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
41
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
28.
29.
30. 31. 32. 33.
Christoper, H & Blackburn, PR. “Diode Laser Offers Minimal Benefit for Periodontal Therapy”. Compendium. Aegis Communication (2012);4 Bhardwaj, Amit. Grover, Harpreet Singh. Lal, Sanjay. “Gingival Depigmentation with Scalpel and Diode Laser. A Case Report.” World of Journal Dentistry (2012); 3(4):359-362. Junquiera, L.C. Carneiro, J & Kelly, R.O. Basic Histology. 10. Washington: Lange, 2003. Ross, M.H. Histology, A Text and Atlas. New York: Harper & Row, 1985. Kumar, S. Bhat, S. Bhat, M. “Development in Techniques of Gingival Depigmentation – An Update”. Indian Journal of Dentistry (2012); , 3(4):213-221 Sameer, Mokeem A. “Management of Gingival Hyperpigmentation by Surgical Abrasion - Report of Three Cases.” Saudi Dental Journal (2006); 18(3). Eisen, D. “Disorder of Pigmentation in the Oral Cavity.” Clinical Dermatology (2000);18. Cicek Y. The Normal and Pathological Pigmentation of Oral Mucous Membrane: A Review. J Contemp Dent Pract (2003);3(4):76-86. Santhosh, Kumara. Subraya, Bhatb, Mahalinga.” Development in techniques for gingival depigmentation - An update” Indian Journal of Dentistry (2012);3(4):213-221 Krom, JC. Waas, AM & Oosterveld, P. “The Oral Pigmentation Chart: A Clinical Adjunct for Oral Pigmentation in Removeable Prostheses.” International Journal of Prosthodontology (2005);18:66-70. Kauzman, A, et al. “Pigmented Lesions of the Oral Cavity: Review, Differential Diagnosis, and Case Presentation.” Journal of Canadian Dental Association (2004);70:682-683. Meleti, M. “Pigmented Lesions of the Oral Mucosa and Perioral Tissues: A Flow-Chart for the Diagnosis and Some Recomendation for the Management.” Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod (2008); 105:606-616. Goksel, Simsek. Günay, Yapıcı Yavuz. Muhammed, A. Sümbüllü, et al.“A Comparison of Diode Laser and Er:YAG Lasers in the Treatment of Gingival Melanin Pigmentation.” Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology (2012);113(3):293-299. Choi EJ, Yim JY, Koo KT, Seol YJ, Lee YM, Ku Y, Rhyu IC, et al. “Biological Effects of a Semiconductor Diode Laser on Humal Periodontal Ligament Fibroblasts.” Journal of Periodontal Implant Science (2010);40(3):105-10. Goharkhay, K. Moritz, A. Wilder-Smith, P. Schoop, U. Kluger, W. Jakolitsch, S. et al. “Effects on Oral Soft Tissue Produced by a Diode Laser in Vitro.” Lasers in Surgery and Medicine (1999);25:401-406. Cobb, CM. “Lasers in Periodontics: A review of Literatur.” Journal of Periodontology (2006);77(4):545-564. Maiorana, C. “Laser in the Treatment of Soft Tissue Lesions.” Journal of Oral Laser Applications (2003);3(1):7-14. Samo, Pirnat. “Versatility of an 810 nm Diode Laser in Dentistry. An Overview.” Journal of Laser and Health Academy (2007);41:1-9. Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
42
34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
42. 43.
44.
Haveman, LKW & Wilson, CJH. “Laser in Periodontics: An Overview.” Naval Postgraduate Dental School (2011);33(5). Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta: 1997, hal 72-81. Smeltzer, J. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (2001):2-8. Tamsuri. A. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta:EGC. 2006 Hedin CA. Smoker’s Melanosis: Occurrence and Localization in the Attached Gingiva. Arch Dermatol (1977);113:1533-8. Andrew. Berapa Usia Minimum untuk Operasi Plastik. 14 November 2010. 20 June 2013. <www.dokterbedah.net/operasi-plastik/berapa-usiaminimum-untuk-operasi-plastik.html>. Borchers, R. “Comparison of Diode Lasers in Soft Tissue Surgery using CW and Superpulsed Mode: An in Vivo Study”. International Journal of Laser Dentistry (2011):1(1):17-27. Camillo, D Arcangelo. Franca, Di Nardo. Di Maio, Gianni. Domenico, Prosperi. et al. “A Preliminary Study of Healing of Diode Laser versus Scalpel Incisions in Rat Oral Tissue: A Comparison of Clinical, Histological, and Immunohistochemical Results.” Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology and Endodontology (2007);103(6):764-773. Karydis, A. “Management of Oral Melanin Pigmentation”. Journal of The Tennesse Dental Association (2012);10-14. Yousuf A, Hossain M, Nakamura Y, Yamada Y, Kinoshita J, Matsumoto K et al. “Removal of Gingival Melanin Pigmentation with the Semiconductor: A case report”. Journal of Clinical Laser Medical Surgery (2000);18:263-66. Roushna, T & Nadakumar, K. “Anterior Esthetic Gingival Depigmentation and Crown Lengthening: Report of a Case”. The Journal of Contemporary Dental Practice (2005):6(3).
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
43
Lampiran 1. Surat Informasi Penelitian
INFORMASI
Bersama ini saya sampaikan bahwa saya drg Luky Tri Hariati sebagai peserta
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ingin melakukan penelitian mengenai EFEK PERAWATAN HIPERPIGMENTASI GINGIVA MENGGUNAKAN BUR DIAMOND DAN LASER DIODA. Hiperpigmentasi gingiva merupakan hasil deposisi melanin yang tidak normal dimana hal ini bisa terjadi secara fisiologis dan patologis. Depigmentasi gingiva adalah prosedur pembedahan plastik periodontal dimana hiperpigmentasi gingiva dibuang dengan berbagai teknik. Teknik yang biasa dilakukan antara lain dengan menggunakan bur diamond dan terapi laser dioda. Prosedur abrasi gingiva menggunakan bur diamond merupakan teknik yang sederhana, efektif dan tidak menggunakan alat canggih maupun waktu lama apabila dibandingkan dengan teknik lain. Teknik depigmentasi menggunakan laser merupakan salah satu inovasi dibidang kedokteran gigi dimana efektivitas dan efisiensinya yang menjadi alasan kuat dibanding metode yang lain.
Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui adanya perbedaan hasil
perawatan depigmentasi antara bur diamond dan laser dioda pada hiperpigmentasi gingiva
Prosedur penelitian, Pasien datang dilakukan instruksi kesehatan mulut dan
pembersihan karang gigi, setelah 1 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan pigmentasi dengan menggunakan melanin pigmentasi index (MPI). Depigmentasi dilakukan dari premolar kedua sampai central incisivus kiri dengan menggunakan high speed handpiece dan diamond bur sedangkan premolar kedua sampai incisivus central kanan menggunakan laser dioda. Pemakaian coe‐pak dressing diletakkan pada tempat operasi dan diberikan analgesik. Tidak ada pemberian antibiotik tetapi obat kumur chlorhexidine (0,12%) selama 2 minggu. Parameter klinik dicatat; rasa sakit dievaluasi menggunakan visual analog scale (VAS) pada hari pertama dan 1 minggu, sementara penyembuhan dievaluasi 1, 2dan 3minggu kemudian dengan menggunakan kriteria pressure ulcer scale healing.
(lanjutan) Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
44
Hasil depigmentasi gingiva ini akan bermanfaat langsung untuk pasien sebagai
relawan dengan kelainan hiperpigmentasi gingiva karena akan didapatkan suatu perawatan yang lebih memberikan kepuasan estetis dan rasa nyaman Sebagai relawan, pasien bebas menolak jika tidak bersedia ikut dan berhak mengundurkan diri. Data yang diperoleh semata‐mata hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya, serta hanya akan diketahui yang bersangkutan jika diperlukan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Drg. Luky Tri Hariati
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Pasien
LEMBAR PERSETUJUAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: ............................................................................................................
Usia
: .................... Tahun .................... Bulan
(*)
Lk / Pr
Alamat : ............................................................................................................
Rt. .................. Rw. ............... Kode Pos
: .................................
Kelurahan : ............................
Kecamatan
: .................................
Kotamadya : .............................
Telp
: .................................
Setelah menerima penjelasan mengenai penelitian ini dan mengerti prosedur pemeriksaan penelitian yang berjudul : EFEK PERAWATAN HIPERPIGMENTASI GINGIVA MENGGUNAKAN BUR DIAMOND DAN LASER DIODA Dengan ini Bersedia / Tidak Bersedia(*) secara suka rela untuk berpartisipasi sebagai relawan penelitian. Demikian pernyataan ini dibuat dan ditandatangani tanpa tekanan dan dengan rasa kesadaran sepenuhnya. Penanggung Jawab Penelitian
Jakarta,…………………20.....
drg. Luky Tri Hariati
Relawan
(*) Coret yang tidak diperlukan
45
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
46
Lampiran 3. Surat Ethical Clearance
Kepada Yth. Ketua Komisi Etik Penelitian FKGUI Di Jakarta
Dengan Hormat, Bersama ini kami: Nama
: LUKY TRI HARIATI
NIP
: 1006785540
Mengajukan permohonan untuk memperoleh:
Ethical Clearance sehubungan
dengan penelitian kami dengan judul: EFEK PERAWATAN DEPIGMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN BUR DIAMOND DAN LASER DIODA PADA HIPERPIGMENTASI GINGIVA Sebagai kelengkapannya kami sertakan: -
7 (Tujuh) eksemplar fotocopy proposal penelitian
-
Surat pengantar dari Pembimbing.
Demikianlah permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Hormat kami,
Mengetahui:
Peneliti
Pembimbing
Drg. Luky Tri Hariati
Drg. Hari Sunarto, Sp. Perio (K)
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
47
Lampiran 4. Data hasil statistik Chi Square
Crosstabs Notes Output Created
24-JUN-2013 02:02:58
Comments
Input
Data
/Users/rannan/Downloads/ Untitled2.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
38
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Missing Value Handling
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
48
CROSSTABS /TABLES=Sakit BY Treatment /FORMAT=AVALUE TABLES
Syntax
/STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.02
Elapsed Time
00:00:00.00
Dimensions Requested
2
Cells Available
131072
(lanjutan)
Case Processing Summary Cases Valid N Sakit * Treatment
Percent 38
100.0%
Missing N
Total
Percent 0
0.0%
N
Percent 38
100.0%
Sakit * Treatment Crosstabulation
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
49
Treatment Laser Count
Total
Diamond Bur
16
1
17
94.1%
5.9%
100.0%
3
8
11
27.3%
72.7%
100.0%
0
10
10
0.0%
100.0%
100.0%
19
19
38
50.0%
50.0%
100.0%
Tidak Sakit % within Sakit Count Sakit
Sakit sedikit % within Sakit Count Sakit sedang % within Sakit Count
Total % within Sakit
(lanjutan)
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square
25.508a
2
.000
Likelihood Ratio
32.182
2
.000
Linear-by-Linear Association
23.669
1
.000
N of Valid Cases
38
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
50
Crosstabs (lanjutan)
Notes Output Created
24-JUN-2013 02:03:24
Comments
Input
Data
/Users/rannan/Downloa ds/Untitled2.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
38
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Missing Value Handling
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
51
CROSSTABS /TABLES=Sakit BY Treatment /FORMAT=AVALUE TABLES
Syntax
/STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL. Processor Time
00:00:00.01
Elapsed Time
00:00:00.00
Resources Dimensions Requested
2
Cells Available
131072
(lanjutan)
Case Processing Summary Cases Valid N Sakit * Treatment
Percent 38 100.0%
Missing N
Total
Percent 0
0.0%
N
Percent 38 100.0%
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
52
(lanjutan)
Sakit * Treatment Crosstabulation Treatment Laser Count
Total
Diamond Bur
16
1
17
94.1%
5.9%
100.0%
3
8
11
27.3%
72.7%
100.0%
0
10
10
0.0%
100.0%
100.0%
19
19
38
50.0%
50.0%
100.0%
Tidak Sakit % within Sakit Count Sakit
Sakit sedikit % within Sakit Count Sakit sedang % within Sakit Count
Total % within Sakit
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square
25.508a
2
.000
Likelihood Ratio
32.182
2
.000
Linear-by-Linear Association
23.669
1
.000
N of Valid Cases
38
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Lampiran 5. Skala pengukuran
53
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Foto Skala Penyembuhan Luka
Normal
Skala 0
Skala 3
Skala 4
Skala 1
Skala 2
0: epitelisasi sempurna, luka sudah tertutup epithelium, 1: epitelisasi belum lengkap/re epitelisasi: permukaan luka tampak lapisan baru yang mengkilat/berwarna pink dan timbul dari tepi 2: jaringan granulasi: jaringan berwarna merah muda, belum terlihat mengkilat, berair(moist), bergranulasi 3: kerusakan jaringan yang berbentuk lapisan putih/kuning, menempel pada permukaan luka, atau gumpalan, tebal, berair, tidak ada jaringan nekrosis 4: lapisan hitam atau coklat yang melekat kuat pada jaringan yang luka atau ulkus dan lebih tegas dari jaringan sekitar
54
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
55
Lampiran 7. Foto pasien penelitian
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
56
(lanjutan)
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
57
(lanjutan)
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013
58
(lanjutan)
Universitas Indonesia
Efek perawatan…, Luki Tri Hariati, FKG UI, 2013