Unit
3
KONTEN IPS S.P. Taneo Pendahuluan lmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik. Melalui Kajian IPS di sekolah dasar peserta didik diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial yang telah dijelaskan pada Unit 2, sehingga memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungan serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial. Melalui materi Unit 3 ini memberikan pengenalan tentang pembagian ilmu sosial dan struktur ilmu sosial yang meliputi pengertian dan contoh-contoh fakta, konsep, generalisasi, dan teori dimana setiap ilmu sosial dibangun dari keempat hal tersebut. Dari materi Unit 3 ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Menjelaskan pentingnya fakta, konsep, generalisasi dan teori dalam IPS. 2. Menjelaskan perbedaan konsep konjungtif, disjungtif, dan relasional melalui contoh generalisasi konsep. 3. Menjelaskan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam IPS. 4. Menjelaskan nilai dan sikap dalam IPS. Penguasaan fakta, konsep dan mampu menggeneralisasikan konsep-konsep disiplin ilmu sosial serta memahami keterampilan-keterampilan untuk membentuk sikap dan nilai melalui Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting bagi Anda sebagai guru SD. Untuk membantu Anda menguasai Unit 3 ini akan disajikan dalam tiga subunit sebagai berikut: 1. Pentingnya Fakta, Konsep, Generalisasi dan Teori dalam IPS. 2. Sikap dan nilai dalam IPS. 3. Keterampilan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (keterampilan mental, personal, sosial, motorik, dan intelektual).
I
Kajian IPS SD
3-109
Agar berhasil dengan baik mempelajari Unit 3 ini ikutilah petunjuk berikut. 1. Bacalah pendahuluan unit ini dengan cermat agar memahami bagaimana dan untuk apa mempelajari unit ini. 2. Bacalah dengan cermat unit ini untuk menemukan kata-kata kunci yang dianggap penting dan merupakan hal baru. 3. Tangkap sari dari unit 3 ini melalui pemahaman sendiri, kemudian dapat menghubungkan konsep dan menggeneralisasikan konsep untuk melihat keterhubungannya melalui diskusi kelompok kecil. 4. Memantapkan pemahaman Anda melalui diskusi kelompok kecil mengenai fakta, konsep dan generalisasi mengenai pengetahuan sosial yang dihubungkan dengan pengalaman hidup sehari-hari pada saat Tutor kunjung melakukan perkuliahan. Untuk itu Anda diminta mempelajari unit ini dengan tuntas baru pindah pada unit selanjutnya.
3-110 Unit 3
Subunit 1 Fakta, Konsep, Generalisasi Dan Teori Dalam IPS lmu-ilmu sosial mempelajari tindakan-tindakan manusia yang berlangsung dalam proses kehidupan dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu yang merupakan suatu batang tubuh atau struktur ilmu pengetahuan (Body of knowledge) atau tubuh dalam ilmu pengetahuan. Setiap ilmu sosial (sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, sosiologi dan antropologi serta psikologi sosial) memandang manusia dari berbagai sudut pandang dan menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya. Pengetahuan tentang tindakan manusia ini membentuk suatu dasar bagi materi ilmu pengetahuan sosial. Sebagai guru IPS harus memahami dan mengetahui dengan benar fakta yang diajarkan kepada peserta didik, karena fakta merupakan dasar untuk pengajaran kognitif dalam IPS. Ada dua hal yang mempunyai hubungan erat dan harus dikembangkan dari fakta dasar IPS yakni konsep dan generalisasi. Konsep dikembangkan dari fakta yang dipelajari, sedangkan generalisasi dikembangkan dari hubungan antarkonsep dalam suatu pola yang mempunyai arti. Struktur ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas, yaitu: 1) fakta, 2) konsep, dan 3) generalisasi (Savage dan Armstrong, 1996:24); ketiga hal itu yang membangun materi ilmu-ilmu sosial. Untuk lebih jelasnya ikuti uraian berikut. Namun sebelumnya Anda diajak untuk melihat abstraksi dari materi Unit 3 berikut: level pengalaman menurut Dale yakni pengalaman langsung, pengalaman dengan bantuan alat peraga, dan pengetahuan simbol yang abstrak. Selanjutnya menurut Fraser (1969), mengemukakan elemen sebuah model pengetahuan yang digambarkan sebagai introduksi pembahasan berikut:
I
Kajian IPS SD
3-111
Teori Generalisasi
Konsep
Fakta dan Atribut
Lebih sedikit dari fakta
Kesan terakhir yang dilihat
Fakta : adalah kenyataan yang ada di sekitar kita yang tidak terbatas jumlahnya. Fakta : adalah ramuan dari pemikiran atau bahan dasar pembentuk konsep. Fakta : kesan indrawi. Objek Kategori dari fakta adalah (contoh)
Peristiwa Proses
Dan sebagainya Ciri khas fakta adalah ”buntu” tidak lebih daripada apa yang tampak. Cara yang baik memotivasi peserta didik untuk dapat membaca fakta dan menemukan konsep serta menggeneralisasikan yang dibahas secara terpadu. Konsep. Konsep = Kesan Indrawi yang mempunyai makna tertentu. Konsep = Suatu kesatuan atribut yang berkaitan dengan symbol tentang objek, peristiwa atau proses. Konsep dapat dipahami bila dibahas tentang atribut, kelas (golongan), dan simbol. 1. Atribut: adalah ciri yang membedakan tabel objek atau peristiwa atau proses dari obyek, peristiwa atau proses lainnya. Atribut dapat didasarkan atas fakta berupa informasi konkret yang dapat dibuktikan melalui laporan seseorang atau hasil pengamatan langsung. Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang berisi data dapat digunakan untuk mengkomunikasikan atribut.
3-112 Unit 3
2. Kelas (golongan) : Pengelompokan kategori dari benda, kejadian atau gagasan (pikiran). Setiap kelas memasukkan atribut yang sama dan mengeluarkan atribut yang berbeda atau tidak berhubungan. Kelas didasarkan pada atribut yang ditentukan/bukan semua atribut. Contoh : semua orang dapat kita masukkan pada kelas tertentu : Pria ...Wanita, Korpri - Nonkorpri, Guru - Murid, Kaya> < Miskin, Kawan > < Lawan. Setiap kelas merupakan bagian dari sekelompok kelas, dan kelas yang besar dapat dibagi dalam kelas kecil (subkelas). Pada dasarnya kelas merupakan landasan untuk membentuk konsep, karena kelas adalah konsep. 3. Simbol. Setiap kelas dapat digambar dengan simbol. Simbol dapat dinyatakan dengan kata, tanda, gerakan badan, angka sebagai alat untuk mengkomunikasikan dengan kelas lain. Konsep juga dapat dilihat dari pengertian connotative dan denotative (Womack, 1970), konsep yang ada pada kamus pengertian denotative adalah pengertian yang dikategorikan oleh kamus (denote = menunjukkan) (Connote mengandung arti yang lebih luas (detail untuk konsep IPS tidaklah cukup bila kita batasi pada pengertian denotative saja. Seperti juga bidang studi yang lain. maka bidang studi IPSpun harus memiliki pengertian Connotative, suatu pengertian yang lebih tinggi yang seharusnya dipelajari oleh murid. a. Konsep adalah kumpulan pengertian abstrak (the abstract body of meaning) yang berkaitan dengan simbol untuk kelas dari suatu benda (obyek) kejadian atau gagasan. b. Konsep bersifat abstrak berisi pengertian yang berhubungan dengan semua anggota kelas yang mungkin (tidak dengan satu contoh khusus dari kelas). c. Konsep adalah subyektif dan internalisasikan. Karena itu setiap orang akan membangun konsepnya sendiri berdasarkan pengalaman, dalam membaca buku, diskusi dan sebagainya sehingga ia menangkap sesuatu atau suatu atribut: a. Konsep bukan suatu verbalisasi/tidak spesifik. b. Konsep adalah kesadaran mental yang bersifat internal yang mempengaruhi perilaku. Menurut Womack (1970), selain memahami konsep yang dibangun berdasarkan pengenalan kita terhadap atribut kelas (penggolongan) dan simbol, juga penting memahami tingkat arti (level of meaning) dari sebuah konsep. Ia berpendapat bahwa sebuah konsep studi sosial merupakan kata atau sekumpulan kata (prosa) yang berkaitan dengan satu gambaran tertentu yang menonjol dan bersifat tetap (Certain, vakint, inalienable, features = tetap, menonjol, tak dapat dicabut).
Kajian IPS SD
3-113
Pemahaman dan penggunaan sebuah konsep bergantung pada penguasaan gambar yang bersifat tetap itu, serta pengertian, ketentuan umum tentang kata yang dimaksud. Contoh konsep: 1. Nasionalisme Æ Persatuan 2. Pemilihan 3. Sungai 4. Keluarga, dsbnya. Konsep (Music ideas), generalisasi memegang peranan penting dalam mengajar IPS. Pada tingkat SD lebih ditekankan pada pemahaman konsep, tingkat sekolah menengah ke atas lebih ditekankan kepada generalisasi.
A. Generalisasi dan Teori Generalisasi adalah hubungan atau beberapa konsep atau adalah rangkaian atau hubungan antarkonsep-konsep. Karena itu generalisasi dapat berbentuk proposisi, hipotesis, inferens, kesimpulan, pemahaman, atau prinsip. Arti generalisasi seperti tersebut di atas digambarkan pada dan dikomunikasikan melalui pernyataan Verbal, contoh : Generalisasi - Tanah - Tenaga Kerja - Modal
Digunakan dalam setiap produksi
Satu Generalisasi
Dalam contoh generalisasi tersebut di atas konsep-konsep tentang tanah, tenaga kerja, modal dan produksi. 1. Ciri-ciri generalisasi a. Menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih. b. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan path keseluruhan kelas dan bukannya bagian atau contoh. c. Adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep. d. Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya berdasarkan pengamatan semata. e. Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan validasi artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan menggunakan sistem penalaran dan equity. f. Bukanlah sekedar pernyataan yang diverbalkan atau penegasan pernyataan akan tetapi satu kesatuan pengertian. 2. Fungsi generalisasi. a. Sebagai tujuan umum studi sosial/IPS.
3-114 Unit 3
b. Membantu dalam pemilihan bahan pengajaran. c. Mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar. d. Membantu dalam membangun pengertian (artikulasi) bahan-bahan pengajaran dalam kurikulum studi IPS. Konsep dan generalisasi ada saling ketergantungan dan jelas ada perbedaan antara keduanya sebagai berikut. 1. Perbedaan antara konsep dan generalisasi. a. Generalisasi adalah dasar-dasar atau aturan-aturan yang dituangkan dalam kalimat yang kompleks. Konsep adalah suatu kesatuan atribut berkaitan. b. Generalisasi memiliki tesis yang menunjukkan sesuatu tentang subjek kalimat. Konsep tidak memiliki tesis. c. Generalisasi bersifat objektif dan impersonal/tidak satu/umum konsep amat subjektif dan personal yang memiliki konotatif yang berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain. d. Generalisasi memiliki aplikasi yang universal. Konsep hanya terbatas pada orang-orang tertentu. 2. Proses terbentuknya generalisasi.
a
Fakta
b
Konsep
c
Generalisasi
- Objek (benda, orang) - Peristiwa - Prosedur - Tergantung pada subjek A - Tergantung pada subjek B - Tergantung pada subjek C - Konsep A - Konsep B - Konsep C
Banyak di sekitar kita
Subjek
Aplikasi secara universal
3. Pentingnya mengajarkan Konsep pada anak. Pada pengajaran studi sosial/IPS dan PMP baik konsep, maupun generalisasi diupayakan agar ditemui oleh siswa melalui pendekatan induktif. Guru sendiri juga memiliki konsep dan generalisasi, yang nantinya akan digunakan untuk menguji konsep dan generalisasi siswa yang ditemukan. Dengan demikian siswa tidak hanya mempelajari fakta saja, apalagi fakta tidak saling terkait.
Kajian IPS SD
3-115
Contoh: Konsep Kata: Pasar Fakta Apa konsep anak tentang pasar? a. Banyak orang berkumpul. b. Ada barang yang dijual. c. Ada orang yang menjual. d. Ada orang yang membeli. e. Ada harga. f. Ada tawar menawar. Konsep anak dipengaruhi oleh pengalaman anak itu sendiri. Konsep anak Jakarta berbeda dengan konsep anak di Kupang atau anak Irian Jaya tentang kata pasar.
B. Pembahasan Fakta, Konsep, Generalisasi, dan Teori a. Fakta Dalam kehidupan sehari-hari Anda mungkin sering menemukan suatu kejadian atau keadaan, misalnya angin berhembus, laut berombak, air menguap, awan di langit, air turun dari langit, dan sebagainya. Hal-hal seperti itu bisa disebut fakta. Fakta adalah informasi atau data yang ada/terjadi dalam kehidupan dan kumpulan oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya. Namun fakta ini mempunyai kekuatan menjelaskan yang terbatas. Fakta merujuk pada suasana yang khusus dan keberlakuan yang terbatas (kurang berlaku umum). Beberapa contoh fakta lainnya adalah sebagai berikut: 1) Gunung Galunggung meletus tahun 1982. 2) Pada tahun 2007 banyak hutan di pulau Timor dan Kalimantan terbakar. 3) Pada tahun 2007 gempa bumi di Yogya, Gunung Merapi meletus, longsor di Manggarai NTT. 4) Rupiah alat tukar yang sah di Indonesia. 5) Pesawat garuda Indonesia Airlines (G1A) terbakar tahun 2007 di Yogyakarta. 6) Empat anak mati bersama ibunya karena menegak racun. 7) Tsunami di Aceh terjadi tanggal 26 Desember 2005 yang menewaskan ribuan manusia. 8) Bocornya pipa gas lapindo brantas menyebabkan lumpur panas yang meluap di Sidoarjo Jawa Timur.
3-116 Unit 3
Fakta penting untuk susunan ilmu karena fakta tersebut membentuk konsep dan generalisasi. Menurut Savage dan Amstrong (1996:24) konsep tidaklah dipelajari dalam kekosongan, melainkan dicapai dalam suatu proses yang melibatkan fakta-fakta yang khusus. Dari beberapa fakta yang khusus yang saling berkaitan maka terbentuk suatu konsep atau pengertian. Namun karena begitu banyak fakta dalam kehidupan sosial, maka tidak mungkin seorang guru harus mengajarkan semuanya. Oleh karena itu guru harus memilih fakta yang dapat membantu peserta didik untuk mampu memahami konsep damn menggeneralisasikannya. Hubungan yang erat antara fakta dan konsep dapat dilihat ilustrasi berikut: 1) Bangsa Indonesia berperang melawan penjajahan. 2) Bangsa Indonesia dan dunia berjuang melawan terorisme. 3) Bangsa dan negara Indonesia ingin menentukan nasibnya sendiri. Fakta-fakta tersebut di atas tampak saling berhubungan dan membentuk suatu gagasan atau konsep tentang “ kemerdekaan.” Suatu bangsa yang merdeka berani berkorban untuk memperjuangkan atau mempertahankan kemerdekaannya, bebas menentukan nasibnya sendiri, kedudukannya sederajat dengan bangsa lain. Jika anak-anak membaca keadaan suatu bangsa lain seperti itu maka pikirannya terbentuk pengertian atau konsep tentang kemerdekaan. Selanjutnya fakta merupakan tingkatan yang paling rendah dari suatu abstraksi. Suatu fakta adalah keadaan factual (yang sebenarnya) dan harus diterima apa adanya, fakta tidak memiliki konotasi nilai (Sunario, 1989:117). Fraenkel menyatakan bahwa fakta adalah suatu yang betul-betul ada atau sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Fakta meliputi semua aktivitas individu, peristiwa, lokasi tempat, obyek, dan peraturan tentang prosedur tertentu (Husein Achmad, 1982:1). Ciri pokok fakta adalah kekhasannya dan sifatnya yang tidak berulang-ulang. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa fakta bersifat ” buntu”. Melihat sifat fakta yang khas dan buntu banyak pakar pendidikan menganggap bahwa fakta tidak menghasilkan ide atau pengetahuan yang baru dan cepat usang. Akan tetapi fakta tetap mempunyai manfaat jika fakta merupakan bahan ramuan dari pemikiran, dan menjadi bahan dasar untuk pembentukan konsep. Fakta bersama-sama konsep merupakan bangunan utama pengetahuan. Hal ini berarti ini mempunyai arti bahwa untuk mempelajari ilmu pengetahuan diperlukan fakta-fakta. Sulit untuk mempelajari ilmu pengetahuan tanpa fakta. Demikian juga dalam proses pembelajaran, informasi verbal merupakan bagian utama bahkan sering kali menjadi prasarat untuk belajar lebih lanjut.
Kajian IPS SD
3-117
Informasi verbal sebagian besar terdiri atas fakta-fakta, nama-nama dan pengetahuan dasar (Yelon dalam Husein Achmad, 1982:2). Dalam hubungannya dengan pembentukan konsep, fakta harus dipilih secara selektif, agar tidak banyak fakta usang, sehingga sistem berpikir menjadi kurang. Fakta yang harus dipilih adalah fakta yang dapat dijadikan wadah atau pengikat atau dasar dari rincian apabila diperlukan. Pemilihan fakta penting itu cukup sulit karena secara logika apa yang penting menurut pakar ilmu pengetahuan belum tentu sejalan dengan pemahaman siswa. Setiap guru atau calon guru seyogyanya mampu melihat dua kepentingan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fakta mempunyai ciri-ciri : (1) bersifat khas, (2) bersifat konkrit, dan (3) tidak berulang-ulang. Maka dari itu fakta bersifat lepas, tidak terikat dengan fakta lain secara logis. Fakta-fakta dalam IPS meliputi fakta yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu jumlah fakta tidak terbatas, sebanyak obyek, peristiwa atau proses yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungannya.
b. Konsep Dimaksudkan konsep ini bukanlah istilah untuk menunjuk konsep tulisan, yang berarti rancangan atau tulisan awal yang belum jadi. Konsep secara sederhana adalah penamaan (pemberian label) untuk sesuatu yang membantu seseorang mengenal, mengerti dan memahami sesuatu tersebut. Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Jika kita menemukan sejumlah informasi misalnya: ada sebuah benda padat yang besar, benda itu terbuat dari besi atau kayu, digerakkan dengan mesin atau layar, berjalan di atas air, digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang; maka kemudian. dengan kemampuan mental kita, informasi atau fakta itu dapat kita sederhanakan dengan memberi label atau nama “kapal laut”. Konsep menurut Moore (Skeel, 1995:30) adalah “sesuatu yang tersimpan dalam pikiran-suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan”. Sedangkan Parker menyatakan bahwa “Konsep/gagasan-gagasan tentang sesuatu, konsep adalah suatu gagasan yang ada melalui contoh-contohnya”. Dalam definisi yang kedua tergambar bahwa seseorang mesti terlibat dalam proses berpikir, yakni menyadari contoh-contoh konsep. Proses berpikir ini disebut konseptualisasi, yaitu suatu proses yang terusmenerus yang berlangsung ketika seseorang menghadapi contoh-contoh baru dari suatu konsep. Jadi suatu kesan mental (mental image) dari suatu konsep yang
3-118 Unit 3
dihadapi akan berbeda tergantung pada latar belakang atau pengalaman orang yang melakukan konseptualisasi. Konsep dinyatakan dalam sejumlah bentuk: konkrit atau abstrak; luas atau sempit; satu kata atau frase. Beberapa konsep adalah konsep konkrit, misalnya yang berkaitan dengan tempat, objek, lembaga, atau kejadian seperti: manusia, gunung, pulau, lautan, daratan, rumah, negara, pantai politik, barang konsumsi, produsen, pabrik, gempa bumi, kemarau, dan sebagainya. Sementara itu konsep lainnya bersifat abstrak, misalnya: demokrasi, toleransi, adaptasi, kejujuran, kesetiaan, kebudayaan, kemerdekaan, keadilan, kebebasan, saling ketergantungan, tanggung jawab, .kerja sama, hak, kesamaan, pertentangan, sistem hukum, dan sebagainya. Beberapa konsep begitu luas dan atau abstrak sehingga sulit untuk dirumuskan dan harus diuraikan agar dapat dipahami, misalnya konsep kebudayaan, kasih sayang, dan lain-lain. Sementara itu ada konsep yang sangat sempit yang penggunaannya terbatas, misalnya rumah. Konsep juga bisa terdiri dari satu kata, misalnya kerja, namun bisa juga berupa frase seperti pembagian kerja. Mengapa konsep itu penting? Konsep membantu sesorang untuk mengorganisasikan informasi atau data yang mereka hadapi. Konsep menempatkan informasi dalam kategori-kategori atau kelompok-kelompok dan mempertimbangkan antar data. Dalam membentuk kerangka konseptual, seorang perlu tetap ada keterbukaan untuk menempatkan informasi-informasi baru yang dihadapi. Berbeda dengan fakta yang terbatas pada situasi khusus, konsep mempunyai penerapan yang luas dan dapat multiinterpretasi (banyak penafsiran). Bagaimana konsep diperoleh? Seorang harus mengenal memahami dan merumuskan data fakta yang menjadi ciri atau atribut dari suatu konsep. Oleh karena pengalaman-pengalaman harus ada untuk menghadapi berbagai konsep dalam situasi yang berbeda. Konsep merupakan sejumlah fakta yang memiliki keterkaitan dengan makna atau definisi yang ditentukan. Konsep diberi label atau nama berupa kata-kata. Karakteristik atau ciri-ciri konsep disebut atribut. Misalnya konsep “mobil” dapat dijelaskan dengan atribut-atribut berikut. 1) Kendaraan beroda empat. 2) Digerakkan dengan mesin . 3) Berbahan bakar bensin, solar atau gas.
Kajian IPS SD
3-119
Dalam ilmu-ilmu sosial banyak konsep yang sulit dijelaskan atributnya dengan kata-kata sederhana, seperti demokrasi, kebudayaan, keadilan, sosialisasi dan lain-lain. Untuk itu marilah kita telaah apa yang dimaksudkan dengan konsep lebih dalam dan rinci. Konsep adalah sekelompok fakta atau data yang memiliki ciri-ciri yang sama dan dapat dimasukkan ke dalam satu nama label. (Sunaryo, 1989:118). Lebih jelas lagi, konsep adalah suatu abstraksi mengenai suatu kelompok benda atau stimulasi yang mempunyai persamaan karakteristik. Hasil dan abstraksi tersebut dinamakan konsep. Dengan demikian namalah yang membedakan antara satu konsep dengan konsep lainnya (Nursid Sumaatmadja. 1986:30). Agar pengertian konsep menjadi lebih jelas, ada baiknya diberikan contohcontoh. Contoh sebuah konsep dalam kehidupan sehari-hari adalah buku. Setiap kali orang menyebut buku maka dalam pikiran terdapat gambaran abstrak tentang apa yang dinamakan buku. Selanjutnya kita akan selalu dapat menunjukkan mana yang dimaksudkan buku dan mana yang dimaksudkan map. Dengan buku kita akan membayangkan adanya lembaran-lembaran halaman kertas, sedangkan map kita bayangkan berupa karton, plastik ataupun kulit yang mempunyai bentuk tertentu yang berbeda dengan buku. Selanjutnya buku itu ada bermacam-macam, antara lain buku tulis, buku pelajaran, buku harian, buku sastra, dan sebagainya. Semua itu membentuk suatu kumpulan yang mempunyai karakteristik atau ciriciri yang sama, yaitu adanya lembaran-lembaran halaman kertas yang digabungkan dalam bentuk tertentu. Karena ciri-cirinya yang sama itu maka dinamakan buku. Namun harus diingat bahwa buku tulis, buku harian, buku sastra, dan sebagainya itu dalam tingkatannya masing-masing adalah juga sebuah konsep. Jadi konsep itu mempunyai tingkatan-tingkatan. Yang membedakan tingkatan suatu konsep dengan konsep lainnya adalah derajat abstraksi yang dimilikinya. Dalam contoh di atas, konsep buku mempunyai tingkat abstraksi lebih tinggi dari pada konsep buku pelajaran. Hal yang membedakan tingkat abstraksi suatu konsep dengan konsep lamanya adalah karakteristik utama konsep yang disebut atribut. Atribut adalah sifat yang membedakan suatu konsep, sehingga menimbulkan bermacam-macam konsep (De Cecco dalam Husem Achmad, dkk. 1982:3). Setiap konsep mempunyai atribut dan tidak selalu sama jumlah dan kualitasnya. Makin tinggi tingkat abstraksi suatu konsep, makin berkurang jumlah atributnya, sehingga ada semacam perbandingan terbalik atau korelasi negatif. Uraian berikut akan lebih memperjelas kenyataan perbandingan tersebut.
3-120 Unit 3
Agar lebih mudah memahami konsep, kita ambil contoh manusia, laki-laki dan perempuan sebagai konsep. Yang membedakan antara laki-laki dan perempuan sebagai konsep adalah atribut-atributnya seperti bentuk fisik, suara, dan alat kelamin. Dengan demikian ada tiga atribut yang dipergunakan. Pada tingkat manusia hanya terdapat satu atribut, yang atribut yang membedakannya dengan makhluk lainnya (misalnya hewan). Yang dipergunakan sebagai atribut utama antara manusia dengan hewan adalah kemampuan berpikir manusia dalam mengubah lingkungannya. Artinya, pembeda utama antara manusia dengan hewan adalah kemampuan berpikir. Di sini sangat jelas bahwa jumlah atribut yang diperlukan untuk membedakan konsep yang lebih abstrak lebih sedikit jumlahnya Atribut berpikir tidak dapat dilihat secara langsung. Ia tidak seperti atribut yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Walau demikian, sedikit jumlah atribut ternyata cukup ampuh sebagai alat pembeda. Atribut suatu konsep mempunyai nilai, nilai ini mempunyai daya pembeda seperti atribut. Suatu atribut yang sama apabila mempunyai nilai-nilai yang berbeda menyebabkan kita dapat membedakan adanya konsep yang berlainan. Peranan nilai atribut ini sangat terasa apabila kita akan membedakan dua konsep yang mempunyai kedudukan yang sejajar. Sebagai contoh kita akan membedakan antara laki-laki dan perempuan dengan atribut yang kita pergunakan sama yaitu bentuk fisik, suara, dan alat kelamin. Ketiga atribut ini kita kenakan baik kepada konsep laki-laki maupun konsep wanita. Kita dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan karena bentuk fisik laki-laki dan wanita berbeda. Dipersilahkan anda menyebutkan satu per satu perbedaan fisik antara laki-laki dan wanita. Perbedaan-perbedaan itulah yang dinamakan nilai atribut.
Jenis-jenis Konsep De Cecco membagi konsep menjadi tiga jenis (dalam Husein Achmad, 1982:5), yaitu konsep konjungtif, konsep disjungtif, dan konsep relasional. Suatu konsep dinamakan konjungtif apabila nilai-nilai yang sesuai dan atributatributnya terdapat dalam sekelompok benda secara bersama-sama. Sebagai contoh, kita mempunyai sejumlah buku Pendidikan IPS. Buku tersebut memiliki ketebalan, jumlah halaman, materi, sampul dan warnanya sama. Karena semua atribut dan nilai-nilainya sama, maka dinamakan konsep konjungtif. Karena mudah pengenalannya maka konsep konjungtif ini merupakan konsep yang paling rendah tingkatnya Dengan demikian konsep konjungtif ini sangat cocok untuk keperluan tingkat pendidikan rendah seperti kelas-kelas permulaan SD. Kajian IPS SD
3-121
Pada tingkat SD, konsep konjungtif memegang peranan penting karena tingkat kemampuan berpikir peserta didik yang masih bersifat konkret menghendaki pengembangan dari hal-hal yang bersifat konkret. Kegiatan abstraksi baru terjadi pada jenis konsep disjungtif, meskipun tidak semua atribut dan nilai atributnya hams sama. Dari apa yang dimiliki oleh sekelompok benda kita mencoba mencari persamaan yang dapat kita abstraksikan dari “ketidak samaan” yang ada pada benda-benda tersebut. Lebih jelasnya kita ambil contoh buku Pendidikan IPS dan buku Pendidikan IPA. Buku pendidikan IPS maupun buku Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai atribut dan nilai atribut yang sama karena kedua konsep buku tersebut merupakan buku bacaan ilmiah. Namun demikian, di samping mempunyai persamaan-persamaan, buku Pendidikan IPS dan buku Pendidikan IPA mempunyai perbedaan-perbedaan, misalnya jumlah halaman, materi, sampul, warna, dan sebagainya, di samping mempunyai persamaan-persamaan. Oleh karena dua konsep tersebut tidak memiliki semua atribut dan nilai atribut yang sama, maka dinamakan konsep disjungtif Kalau konsep konjungtif merupakan konsep yang paling rendah tingkatnya, maka konsep disjungtif merupakan konsep lebih sukar karena hams menarik kesimpulan atau mencari abstraksi persamaan antara benda-benda yang tidak sama. Meskipun demikian tidak berarti tidak mungkin dilakukan. Kita hams melakukannya, karena ilmu pengetahuan banyak menggunakan konsep ini. Dengan latihan-latihan kita akan sangat terbantu untuk mengembangkan keterampilan dalam menemukan dan menguasai arti konsep disjungtif. Jenis konsep yang terakhir adalah konsep relasional, yaitu gabungan sekelompok benda yang atribut-atributnya mempunyai hubungan yang kita ciptakan. Tingkat konsep relasional lebih mudah dipahami dari pada konsep disjungtif. Sebagai contoh konsep kepadatan penduduk, konsep waktu, dan konsep arah. Setiap kita berbicara tentang kepadatan penduduk, maka kita akan mempergunakan hubungan atau relasi. Dalam hal ini kita menghubungkan dengan sejumlah penduduk yang hidup dalam daerah per- Km2 jumlah penduduk tertentu, dan jumlah dimana mereka hidup. Demikian juga dengan konsep waktu, kita mempergunakan angka tahun sebagai patokan atau titik waktu tertentu. Kalau kita mengatakan waktu kemarin dalam hal ini ada suatu hubungan yang kita pakai dengan waktu sekarang. Sedangkan konsep arah, kita mempergunakan titik mata angin yaitu utara, selatan, barat, timur, dan seterusnya.
3-122 Unit 3
Pentingnya Konsep Menurut De Cecco (dalam Husein Achmad, 1982), adanya konsep akan membantu kita untuk: 1) Menghadapi lingkungan yang kompleks dan luas serta mengurangi kesulitan dalam menguasai fakta-fakta yang selalu bertambah. 2) Mengidentifikasikan dan mengindera macam-macam objek yang ada di sekeliling kita. Apabila seseorang mengidentifikasikan sesuatu benda, benda tersebut dimasukkan dalam kelas tertentu. 3) Mengurangi perlunya belajar mengulang-ulang hal barn yang sebenarnya merupakan atribut dan nilai atribut yang sama dengan konsep yang sudah diketahui. Dengan kata lain hal yang baru itu sudah termasuk dalam konsep tertentu. 4) Membantu memecahkan masalah dengan menempatkan masalah dalam klasifikasi yang benar. Dengan demikian kita memperoleh pemecahan bagaimana memproses masalah yang ada di hadapan kita. 5) Memungkinkan kita memberikan pengajaran yang lebih kompleks dan menerangkan secara lebih jelas. 6) Menggambarkan kenyataan dan dunia. Dengan melalui konsep seseorang diharapkan bisa berpikir atau melihat sesuatu yang berhubungan, menciptakan, dan melaksanakan segala sesuatu. Namun demikian kita harus berhati-hati terhadap konsep stereotipe, yaitu konsep yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang keliru. Sebagai contohnya adalah konsep tentang orang kulit hitam dengan atribut-atribut kasar, keras, dan jahat. Menurut Kardiyono (1980:13) dalam memiliki konsep yang akan diberikan kepada siswa hendaknya pendidikan mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Keperluan. Konsep yang akan diajarkan haruslah konsep yang diperlukan oleh siswa dalam memahami dunia di sekitarnya. Oleh karena itu lingkungan yang berbeda memerlukan konsep-konsep yang berlainan pula. 2) Ketepatan. Perumusan konsep yang akan diajarkan hams tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah. Dengan kata lain merumuskan konsep jangan menimbulkan salah pemahaman. 3) Mudah dipelajari.
Kajian IPS SD
3-123
Konsep yang diperoleh hams dapat disajikan dengan mudah Fakta dan contohnya harus terdapat dalam lingkungan hid up serta dikenal siswa. 4) Kegunaan. Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya serta masyarakat lingkungan pada khususnya.
Pembinaan Konsep dalam IPS Pembinaan konsep, berarti mengajarkan aspek konotatif dari suatu konsep sampai membentuk suatu abstraksi pada diri siswa, merupakan proses yang memakan waktu. Pembinaan konsep ini berlangsung mulai dari keadaannya yang konkrit yang secara berangsur-angsur mengarah kepada pengertian abstrak. Untuk memenuhi tuntutan ini, guru IPS hams melakukan berbagai metode interaksi edukatif(multi-metode) dan berbagai media pengajaran (multi-media). Agar lebih jelas lagi pengertian konsep dan pembinaan konsep kita gunakan contoh. Misalnya pada suatu pembahasan IPS guru bermaksud menanamkan kata sungai, industrialisasi, demokrasi dan pranata sosial sebagai konsep-konsep IPS. Dalam proses belajar mengajar, guru IPS hendaknya menerapkan multi-metode dan multi-media dalam melakukan pembinaan konsep. Dalam hal ini anak didik diarahkan untuk menangkap, menghayati, dan meresapkan konsep-konsep di atas pada pengertian konotatif yang luas mulai dari pengertian dan keadaannya yang konkrit sampai pada pengertian abstrak yang hidup dalam diri siswa yang bersangkutan. Sebagai suatu konsep, sungai memiliki pengertian yang tidak terbatas hanya pada anti kata dan fakta saja, melainkan harus mengungkapkan pula pengertian-pengertian yang lebih luas yang menyangkut jenis dan fungsinya bagi kehidupan sosial-ekonomi, penyebarannya di permukaan bumi, dan sebagainya. Pokoknya semua pengertian yang terkandung secara komprehensif dalam kata sungai merupakan suatu konsep. Demikian pula dengan konsep kata lainnya. Agar anak didik dapat memahami pengertian konsep-konsep IPS dengan dan memadai lebih jelas dan memadai maka seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal penting dalam mengajarkan konsep-konsep IPS. Dalam hal ini Yelon (dalam Husein Achmad, 1982) mengemukakan bagaimana mengajar konsep yang baik sebagai berikut: 1) Merumuskan tujuan. Guru hams menetapkan tujuan tertentu untuk masing-masing mata pelajaran. 3-124 Unit 3
Dalam mengajar konsep, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan kemampuannya dalam memberikan atau memilih contoh-contoh tentang konsep 2) Menyadari adanya pengetahuan prasyarat yang akan membantu pemahaman konsep. Syarat utama untuk mempelajari konsep adalah memilah-milah, yaitu membedakan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya, antara simbol yang satu dengan simbol yang lain. Selanjutnya guru harus mengetahui pengetahuan prasyarat, yaitu bahwa siswa harus mampu menunjukkan atribut definisi dan memahami konsep. Misalnya untuk dapat memahami demokrasi, maka siswa hams dapat memberikan atribut definisi dari demokrasi dan memahami subkonsep-subkonsep demokrasi, seperti musyawarah, kedaulatan rakyat, pemungutan suara, dan sebagainya. 3) Menyajikan definisi dan contoh-contoh. Guru harus menyajikan definisi contoh-contoh. Sebab konsep akan mudah dipahami apabila: # Aspek yang relevan dengan stimulus jelas dan aspek yang tidak relevan dengan stimulus kurang jelas atau kurang tajam. # Jumlah aspek yang tidak relevan dengan stimulus dikurangi # Banyak menggunakan contoh-contoh yang positif # Memberikan definisi dan contoh atas obyek yang dipelajari 4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merespon dan memberikan feedback. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai konsep, maka sebaiknya diberikan contoh-contoh lainnya atau siswa didorong untuk memberikan atribut konsep atau memberikan informasi tentang konsep dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
C. Generalisasi Elemen pengetahuan yang ketiga dari IPS dan dapat dikatakan hampir abstrak adalah generalisasi. Generalisasi menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola hubungan yang bermakna yang menggambarkan hal yang lebih luas. Artinya, dalam pikiran kita terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang lebih luas (Djodjo Suradisastra 1991/1992:39). Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap, yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip atau ketentuan dalam IPS.
Kajian IPS SD
3-125
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan menyusun generalisasi, apabila orang itu menarik dua konsep atau lebih dengan sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh berikut. Ada ungkapan : “Makin primitif suatu masyarakat, lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi cara hidup masyarakat itu” kita menemukan paling sedikit tiga konsep, yaitu: 1) Masyarakat primitif. 2) Lingkungan hidup. 3) Cara hidup. Ketiga konsep tersebut saling berhubungan dan memberi keseimbangan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan mereka sangat erat sekali. Berubah yang satu akan mengubah yang lain. Bila tingkat keprimitifan sekelompok orang itu berubah, maka kita akan mengantisipasi bahwa lingkungan akan kurang berpengaruh terhadap cara hidup masyarakat itu, karena masyarakat itu akan mengontrol secara baik lingkungan hidupnya. Perlu diketahui bahwa generalisasi harus ditulis sedemikian rupa sehingga memiliki dasar keberlakuan yang luas. Generalisasi yang baik adalah generalisasi yang tidak menyebut orang, tempat atau benda. Alasannya, apabila kita menyebutkannya berarti generalisasj yang kita buat memiliki tingkat abstraksi yang rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit atau rendah. Generalisasi harus ditulis sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam berbagai situasi yang bagaimanapun juga. Contoh lain generalisasi yang tingkat abstraksinya rendah adalah kegiatan siswa mengumpulkan data tentang bagaimana keadaan geografi mempengaruhi cara hidup orang Irian Jaya dan menyimpulkan: “Keadaan geografi Irian Jaya berpengaruh terhadap cara hidup penduduk Irian Jaya “. Kesimpulan pertama ini jelas memiliki tingkat keberlakuan yang terbatas karena kesimpulan tersebut tidak berlaku bagi daerah-daerah lain atau tidak ada jaminan bahwa kesimpulan itu akan berlaku di daerah lain. Kesimpulan siswa tersebut sudah benar, tetapi tingkat keberlakuannya terbatas atau sempit. Seandainya penelitian siswa tersebut memberikan kesimpulan lain, maka akan dirumuskan (kesimpulan kedua) seperti berikut ini: “Makin tinggi peradaban penduduk suatu daerah, makin tinggi penduduk itu mengontrol hidupnya “. Kesimpulan ketiga dapat juga seperti berikut ini: ”Tingkah laku orang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat tempat orang itu menjadi anggotanya”. Apabila kita bandingkan generalisasi (kesimpulan) pertama, kedua, dan ketiga, manakah yang paling abstrak ? generalisasi mana yang lebih bermanfaat atau lebih luas tingkat
3-126 Unit 3
keberlakuannya?. Jawabannya adalah bahwa generalisasi (kesimpulan) kedua dan ketiga memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi tingkat keberlakuan lebih umum. Dengan demikian apabila dilihat dari tingkat keberlakuannya kita mengenal adanya generalisasi yang berlaku terbatas dan generalisasi yang bersifat umum. Namun harus diingat bahwa dalam penelitian dan dalam melakukan interaksi dengan data, setiap siswa mempunyai kemampuan yang tidak sama Dimungkinkan bahwa sebagian siswa menarik kesimpulan dengan ukuran sempit atau tingkat keberlakuan yang terbatas dan sebagian siswa lain menarik kesimpulan yang dengan lebih luas ukurannya atau tingkat keberlakuan yang umum. Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa fakta itu konkret, dan dapat diobservasi, disediakan, disentuh, dan dirasakan. Fakta bersifat khusus dan terjadi di tempat kita melakukan observasi. Sebaliknya generalisasi lebih abstrak, tidak dapat diobservasi secara langsung. Fakta dapat memberi penjelasan, melalui penjelasan itulah kita dapat menyusun generalisasi.
D.
Teori
Setelah membahas fakta, konsep, dan generalisasi marilah kita meninjau tentang teori, terutama teori dalam IPS. Sebuah teori adalah sepasang proposisi yang berhubungan, dan menerangkan hubungan antara beberapa generalisasi. Kekuatan teori terletak pada kemampuannya menerangkan dan meramalkan fenomena. Menurut Skager dan Weinberg, makin bersemangat lapangan inquiry makin mendekati kenyataan teori-teori tersebut (Husein Achmad, 1982:9). Proposisi yang menghubungkan fakta merupakan teori yang lebih mudah dari pada proposisi yang menghubungkan konsep. Selanjutnya proposisi yang menghubungkan konsep, lebih mudah dari proposisi yang menghubungkan generalisasi. Sedangkan teori yang lebih tinggi akan mengembangkan bentuk konsep yang lebih umum. Seperti halnya generalisasi, teori dapat juga disusun berdasarkan kekuatan-kekuatan yang ada pada teori- teori tersebut. Kriterianya adalah sebagai berikut (Fraenkel dalam Husein Achmad. 1982). 1) Bagaimana luasnya proposisi yang dihubungkan (breath). 2) Bagaimana kompleksnya proposisi yang dihubungkan (complexity). 3) Sampai sejauh mana teori tersebut dapat diterapkan pada daerah, kejadian, orang, dan objek yang dikenal teori tertentu (Applicabilit). 4) Sampai seluas mana hubungan dari proposisi-proposisi melukiskan dan menerangkan unsur yang penting dari tingkah laku manusia serta menerangkan segi-segi yang penting dewasa ini (explanatory power).
Kajian IPS SD
3-127
5) Sampai sejauh mana teori membimbing ke arah pendalaman yang lain (depth). 6) Berapa banyak konsep yang diharapkan pada kenyataan yang ada dalam teori (conceptual strengt). 7) Sampai sejauh mana terujinya hipotesis yang dapat diambil dari proposisi yang dihubungkan dengan teori tersebut dapat teruji (testability). Menurut, David Easton (Djodjo Suradisastra, 1991/1992), teori terdiri dari tiga tingkatan yaitu genenalisasi singular, teori berdimensi sempit, dan teori berdimensi luas. Generalisasi singular hanya menghubungkan dun konsep , oleh karena itu masih termasuk generalisasi biasa Agar generalisasi singular termasuk ke dalam teori, maka hams mengacu kepada pemikiran teoretis. Maksudnya, agar jangkaunnya lebih luas dan dapat dipakai untuk meramalkan sifat-sifat sesuatu gejala yang barn dihadapi. Teori berdimensi sempit terbentuk oleh berbagai pernyataan yang terinterelasikan sedemikian rupa sehingga data yang belum tertata dalam pernyataan dapat dituangkan ke dalam suatu pernyataan umum. Oleh karena itu pernyataan umum dapat dipakai untuk menjelaskan pertautan informasi yang terangkum di dalamnya. Maksud penjelasan tersebut adalah untuk menjadikan himpunan informasi menjadi bermakna. Artinya, kita akan dapat memahami apa, mengapa, dan bagaimana mengenai informasi tersebut. Akan tetapi teori berdimensi sempit memiliki jangkauan yang masih terbatas dalam satu cabang ilmu saja Teori berdimensi luas menjangkau sesuatu yang lebih luas dari teori berdimensi sempit jangkauannya meliputi keseluruhan dalam suatu disiplin ilmu. Teori ini menghubungkan berbagai gejala dan informasi dalam keseluruhan tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam IPS teori berdimensi luas jarang ditemukan, karena gejala-gejala dalam kehidupan masyarakat sangat luas dan bertali-temali sangat rumit. Setelah memahami teori, kita dapat lebih melihat keteraturan tentang gejalagejala dalam masyarakat dengan lebih sempurna. Dengan demikian akan dapat membawa kita kepada pemikiran tentang sebab akibat dalam batas tertentu. Paling tidak kita akan dapat menemukan pola tertentu yang melandasi sesuatu gejala. Hal ini penting karena keteraturan sebenarnya merupakan hasil dan pemikiran. Keteraturan inilah yang akan memberi makna terhadap apa yang diamati. Dalam IPS teori juga dapat dipakai untuk menjelaskan sesuatu gejala dalam kehidupan di masyarakat. Sebagai contoh mengapa timbul masalah-masalah sosial dalam masyarakat, dalam batas tertentu dapat dijelaskan. Dengan demikian para pakar ilmu sosial dapat mencari jalan untuk mengatasinya. Dengan adanya
3-128 Unit 3
kemampuan menjelaskan gejala-gej ala dalam masyarakat terdorong untuk memahami perilaku dan posisi kita di tengah masyarakat
Latihan Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi Subunit 1 mengenai konten IPS yang berisi tentang fakta, konsep, generalisasi, dan teori dalam IPS silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini! 1. Diskusikan dengan teman Anda; atas pertanyaan: Mengapa fakta, konsep dan generalisasi penting dalam IPS khususnya, dan ilmu pengetahuan pada umumnya. 2. Jelaskan perbedaan antara konsep disjungtif, konsep konjungtif dan konsep relesional dan berikan contoh masing-masing 3. Susunlah suatu statement yang dapat menggambarkan keterhubungan antar konsep disiplin ilmu sosial dalam bentuk generalisasi (topiknya bebas). 4. Rumuskan dengan kata-kata sendiri pengertian fakta, konsep dan generalisasi dalam IPS kemudian posisikan perbedaan dan kesamaan suatu objek kajian dalam bentuk skematis untuk terlihat keterhubungannya.
Rambu Jawaban Latihan Pertanyaan yang tercantum pada latihan di atas, tidak disediakan kunci jawabannya. Oleh karena itu Anda harus menggali jawaban sendiri melalui berdiskusi dengan sesama mahasiswa dan bahkan dengan dosen kunjung untuk memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan di atas. Anda dipersilahkan melakukannya.
Kajian IPS SD
3-129
Rangkuman Fakta adalah sesuatu yang betul-betul ada dan bersifat khas, konkret, dan tidak berulang. Dalam IPS, fakta berhubungan dengan masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu jumlahnya tidak terbatas. Konsep adalah sekelompok fakta yang mempunyai ciri-ciri sama dan dapat dimasukkan dalam suatu nama label. Konsep satu dengan lainnya berbeda karena masing-masing konsep mempunyai atribut dan nilai atribut yang berbeda. Konsep dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu konsep konjungtif, disjungtif dan relasional. Tanpa fakta dan konsep kita tidak dapat mempelajari ilmu pengetahuan, maka dalam memilih konsep yang akan diajarkan kepada siswa hendaknya didasarkan pada keperluan, ketepatan, kegunaan, dan kemudahan. Pembinaan konsep dimulai dari yang konkrit berangsur-angsur ke keadaan abstrak. Oleh karena itu guru IPS harus menggunakan berbagai metode dan media dalam pengajarannya Untuk menyusun generalisasi diperlukan fakta dan konsep karena fakta dan konsep dapat memberi penjelasan. Dengan penjelasan barulah dapat disusun suatu generalisasi. Dilihat dari tingkat keberlakuannya generalisasi dibedakan menjadi dua, yaitu bersifat terbatas dan bersifat umum. Teori adalah sepasang proposisi yang menghubungkan antara beberapa generalisasi. Kekuatan teori ada pada kemampuan menerangkan dan meramalkan fenomena. Teori itu ada tiga tingkatan, yaitu generalisasi singular, teori berdimensi sempit, dan teori berdimensi luas. Untuk membina konsep dan mengembangkan generalisasi diperlukan keterampilan-keterampilan khusus. Dalam pengajaran IPS, keterampilan yang akan dikembangkan meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial. Penanaman nilai dan sikap bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Dengan demikian siswa diharapkan akan menghayati, menyadari, dan memiliki nilai-nilai yang positif. Selanjutnya segala tindakan akan selalu dilandasi tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Oleh karena itu penanaman nilai dan sikap harus bersifat berkesinambungan.
3-130 Unit 3
Tes Formatif Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih merupakan ciri dari…. A. fakta B. konsep C. atribut D. generalisasi 2. Yang dapat membentuk proposisi, hipotesis, inferens, kesimpulan, pemahaman atau prinsip merupakan proses kerja dari…. A. fakta B. generalisasi C. konsep D. atribut 3. Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering menemukan suatu keadaan atau kejadian, seperti angin berhembus, laut berombak, air menguap, awan di langit ini tergolong…. A. fakta B. konsep C. generalisasi D. atribut 4. Konsep merupakan suatu abstraksi mengenai suatu kelompok benda atau stimulasi yang mempunyai persamaan karakteristik ini pendapat dari…. A. Kardiyono B. Nursid Sumaatmadja C. Sunaryo D. Kososih Djahiri 5. Aspek yang tidak termasuk dalam ciri-ciri fakta adalah…. A. bersifat khas B. abstraksi suatu benda C. bersifat konkret D. tidak berulang-ulang
Kajian IPS SD
3-131
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir Subunit ini, hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Subunit 1. Jumlah Jawaban Yang Benar Tingkat penguasaan = x 100% 5 Konversi penguasaan : 90 -100% : baik sekali 80 - 89% : baik 70 – 79% : cukup < 70% : kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajar Subunit 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Subunit 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
3-132 Unit 3
Subunit 2 Nilai Dan Sikap Dalam IPS ualitas suatu kelompok masyarakat, sangat ditentukan oleh kualitas setiap individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat itu sendiri. Individu yang berkualitas hanya dapat ditingkatkan melalui proses pendidikan. Oleh sebab itu, pengembangan SDM melalui pendidikan mutlak diperlukan. Lembaga pendidikan yang menyiapkan calon tenaga kependidikan, khususnya guru yang akan bertugas mengelola proses pendidikan di tingkat pendidikan dasar, kaitannya dengan pengembangan SDM yang berkualitas maka tugas guru benar-benar berperanan, dimana keberhasilan pengembangan SDM yang berkualitas dipengaruhi oleh keragaman ciri atau karakteristik individu karena keragaman karakteristik tersebut mempengaruhi kecenderungan sikap dan perilaku seseorang. Setiap individu dapat dibedakan berdasarkan kebangsaan, ras, etnik, kelas sosial, gender, agama, wilayah geografis dan kemampuan atau ketidakmampuan masing-masing. Keragaman karakteristik individual, sebagian dengan mudah dapat diidentifikasi tetapi sebagian lagi sulit diidentifikasi tanpa dukungan berbagai informasi yang terkait melalui IPS. Salah satu informasi penting yang harus diketahui dalam memahami keragaman karakteristik individual peserta didik adalah sistem nilai. Pemahaman tentang sistem nilai ini penting diupayakan karena nilai yang ada dalam diri individu peserta didik yang menjadi standard berperilaku. Sistem nilai itu sendiri pada umumnya diartikan sebagai budaya. Budaya dari perspektif psikologi budaya (cultural psychology) dapat dipandang sebagai tata nonkehidupan bersama sebagai suatu sistem yang dapat mempolakan perilaku hidup. Untuk lebih dipahami, pelajari bahasan nilai dan sikap pada bahasan selanjutnya.
K
A. Sistem Nilai dan Kecenderungan Sikap Setiap individu terkandung sistem nilai tertentu, baik yang diperoleh melalui proses akulturasi (menyerap sistem nilai dari dalam budayanya sendiri) maupun melalui proses enkulturasi (menyerap nilai dari luar budayanya). Nilai, sebagai salah satu aspek budaya merupakan konsepsi individu yang terkait langsung dengan keyakinan (believe) tentang sesuatu; di satu sisi, keyakinan merupakan proposisi individu untuk menetapkan sesuatu itu benar atau salah,
Kajian IPS SD
3-133
diinginkan (desirable) atau tidak diinginkan (undesirable), baik atau buruk, dan seterusnya. Keyakinan dan nilai menjadi standar cultural bagi peserta didik untuk menetapkan boleh-tidaknya melakukan sesuatu dan menjadi dasar konsepsi peserta didik tentang sesuatu, maka dapat dikatakan bahwa keyakinan dan nilai sangat menentukan kecenderungan sikap peserta didik. Konsepsi tentang sesuatu (misalnya tentang berprestasi) inilah yang menjadi isi konstruk individu (peserta didik) yang personal sifatnya, dan mempengaruhi keseluruhan perilaku individu. Spranger (1979 :582) menjelaskan bahwa sistem nilai yang ada dalam diri setiap peserta didik berkaitan erat dengan lapangan hidup peserta didik itu sendiri, yakni: (1) lapangan hidup yang bersangkutan dengan manusia sebagai makhluk individu meliputi a) lapangan pengetahuan (ilmu, teori), b) lapangan ekonomi, c) lapangan kesenian, d) lapangan keagamaan, dan (2) lapangan hidup yang bersangkutan dengan manusia sebagai makhluk sosial, meliputi e) lapangan kemasyarakatan (sosial) dan f) lapangan politik. Keenam lapangan hidup inilah yang menentukan jenis sistem nilai yang ada dalam diri setiap individu, yaitu sistem nilai (1) teoretik, yang menjadi dasar dari sikap teori tik (2) ekonomik yang menjadi dasar dari setiap ekonomik (3) aestatik, yang menjadi dasar dari sikap aestetik.(4) sosial, yang menjadi dasar dari sikap sosial (5) politik, yang menjadi dasar dari sikap politik, dan (6) religi, yang menjadi dasar dari sikap religius. Secara garis besar Alport dkk (1970) menjelaskan bahwa kecenderungan sikap peserta didik berdasarkan sistem nilai yang dominan dalam diri yakni : 1. Nilai Teoretik Peserta didik yang nilai teoretiknya tinggi, cenderung banyak menggunakan kognisi, dan memiliki pendirian yang relatif objektif terhadap segala masalah kehidupan sosial. Mereka cenderung selalu mencoba mencari keteranganketerangan yang logis yang diutamakannya adalah kebenaran. 2. Nilai Ekonomik. Peserta didik yang memiliki nilai ekonomi secara menonjol (dominan/tinggi) kaya akan gagasan prestasi dan utilities (prinsip kegunaan) tanpa memperhatikan bentuk tindakan melainkan sangat mengutamakan hasil tindakannya. Segala hal yang dipikirkan dan dilakukannya diarahkan ke kegunaan ekonomis bagi dirinya sehingga cenderung bersikap egosentris dan bahkan cenderung bersifat egois (Spranger 1928:135) dalam bentuk ketidaknormalan, individu yang mementingkan sistem nilai ekonomi,
3-134 Unit 3
kecenderungan bersifat boros atau sebaliknya bersifat pelit (kikir, penabung atau pengumpul yang tidak ekonomis). Mereka sering cenderung memandang kognisi atau pikiran dari segi kegunaannya secara ekonomis; terhadap manusia lain sering kali mereka bersifat dan berupaya memanfaatkannya dan bahkan mengeksploitasinya guna mendatangkan keuntungan bagi kepentingan dirinya sendiri dari segi materi. Mereka memandang orang lain dari segi kemampuan kerjanya yang memungkinkan akan dapat dieksploitasi dan selalu berupaya memilih harta benda lebih banyak dari orang lain. Tuhan dipandang sekedar sebagai pemilik kekayaan; mereka sering kali bersikap sangat religius (misalnya rajin berdoa) apabila membutuhkan sesuatu, dan ketika sesuatu itu sudah diperolehnya maka Tuhan dikesampingkannya. 3. Nilai Aestetik (Keindahan) Individu yang dominan dikuasai nilai aestetik menghadapi segala sesuatu dari sudut pandang bentuk dan keharmonisan serta cenderung menghayati secara pasif segala sesuatu yang sedang dihadapinya atau dialaminya. Proses penghayatan dilakukannya secara bertahap, melalui pada tahap impresi, kemudian beralih ke tahap ekspresi, dan berakhir pada tahap bentuk. Pada tahap impresi, individu ini berupaya merasakan secara imajinatif suatu realita sebagai suatu gambaran konkret yang objektif. Tujuan utama dalam hidupnya adalah tercapainya self-realization, self-fulfillment dan self-enjoyment. Tuntutan kepraktisan sulit dipenuhi oleh individu yang dominan sistem nilai aestetik di dalam dirinya sehingga kadang-kadang cenderung bersikap eksentrik, menentang, kurang lancar bergaul dengan orang lain, dan rendah rasa solidaritasnya. 4. Nilai Sosial Individu yang sistem nilai sosial dominan dalam dirinya memiliki sikap sosial yang mengutamakan kehidupan bersama, dan memiliki cukup tinggi keinginan untuk mengabdikan dirinya bagi kepentingan umum Mereka memiliki sifat baik hati, tidak mementingkan diri sendiri, dermawan, dan simpatik (Allport dkk, 1970: 5, Robinson dkk, 1974: 503). Menurut Spranger (1928 172), individu dengan sistem nilai sosial mengisi sikapnya dengan kelima sistem nilai lainnya (teoretik, ekonomik, aestetik, politik, dan religi), walaupun kadang-kadang sikap sosial sulit dipertemukan dengan sikap ekonomik dan sikap politik. Dijelaskan pula oleh Spranger bahwa sikap sosial tidak sama dengan tingkah laku sosial; yang dipentingkan dalam sikap
Kajian IPS SD
3-135
sosial adalah tujuan, sedangkan yang dipentingkan dalam tingkah laku sosial adalah pertimbangan rasional. Sikap sosial yang murni hanya mungkin nampak jika perbuatan individu itu didasari oleh rasa simpati atau rasa cinta sesama. 5. Nilai Politik Paul Wink, dkk (1997: 92) menjelaskan sistem nilai politik berkaitan dengan “an interest in power, prestige, and leadership”. Individu yang dominan sistem nilai politiknya cenderung bersikap mengejar kekuasaan atau ingin berkuasa tanpa mengindahkan sistem nilai lainnya. Sikap ingin berkuasa mendapat tempat utama sehingga yang dikejar adalah ingin menjadi pemimpin, senang berkompetisi dan perjuangan (Aliport dkk, 1970: 5, Robinson Dick, 1974: 503) Oleh Spranger (1928: 189) diungkapkan bahwa bagi manusia politis, kekuasaan merupakan kekuatan mental disertai keinginan untuk menguasai orang lain, dan memandang orang lain sebagai objek kekuasaan. Sikap politis ini dapat berwujud keinginan untuk bebas dan kekuasaan orang lain, dan juga cenderung ingin bebas dari berbagai tekanan baik dari dalam maupun dari luar dirinya. 6. Nilai Religi Sistem nilai religi, oleh Spranger (1928: 210-2) berkaitan dengan sifat religiosity, yakni suatu keadaan baik instingtif ataupun rasional, pengalaman tunggal (personal) yang positif ataupun negatif dihubungkan dengan keseluruhan nilai kehidupan individu. Sistem nilai religi ini merupakan sistem nilai yang paling tinggi pada individu yang percaya akan adanya suatu kekuatan di luar dirinya. Individu yang dominan sistem nilai religi di dalam dirinya cenderung memiliki sikap religius yang memandang dirinya sebagai bagian dan suatu totalitas, dan menilai segala sesuatu yang dialaminya dan sisi maknanya secara rohaniah. Sosok yang menjadi panutannya yang paling tinggi adalah Tuhan sang Pencipta dan memiliki kekuasaan yang absolut (Sumadi Suryabrata, 1983: 108, Allport-Vernon-Lindsay, 1970: 5). Sifat dasar manusia yang memiliki sikap religius yang tinggi akan nampak apabila nilai hanya diukur dalam pengalaman nilai nyata, terutama perasaan akan kebahagiaan atau kerinduan akan kebahagiaan. Mereka memandang masyarakat, alam sekitar (termasuk alam adikodrati atau alam gaib atau alam supranatural) sebagai satu kesatuan yang tidak terpecahbelah atau tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Magma Suseno, 1985: 84).
3-136 Unit 3
Menurut Spranger (1928 213) ada 3 tipe sikap religius yakni, (1) tipe mistik yang imanen dan bersifat universalist, (2) tipe mistik yang transendental, dan (3) tipe gabungan antara yang universalist dan transendental.
B. Pengertian Nilai dan Sikap Nilai adalah keyakinan, kepercayaan, norma atau kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat tentang sesuatu (Kosasih Djahiri, 1980:5). Sedangkan menurut Fraenkel dalam Husein Achmad, 1981: 87) nilai menggambarkan suatu penghargaan atau semangat yang diberikan seseorang atas pengalaman-pengalamannya. Selanjutnya ia mengatakan nilai itu merupakan standar tingkah laku, keindahan, efisiensi atau penghargaan yang telah disetujui seseorang, dimana seseorang berusaha hidup dengan nilai tersebut serta bersedia mempertahankannya. Selanjutnya Koentjaraningrat (1974), mengemukakan bahwa suatu sistem nilai-budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai-budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai-budaya tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, secara umum nilai merupakan ukuran tentang baik-buruk, tentang tata-laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Nilai apabila ditinjau sebagai sistem nilai, merupakan pedoman kehidupan bermasyarakat yang lebih tinggi tingkatnya dari pada norma sosial, karena norma sosial itu juga bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai. Sistem nilai tidak hanya mempengaruhi tingkah laku dan tindakan seseorang, melainkan lebih jauh dari itu yaitu menjadi dasar untuk mencapai tujuan hidupnya. Sistem nilai yang menjadi landasan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang paling utama adalah Pancasila. Bagi dunia pendidikan, Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional. Dengan demikian nilai-nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila harus ditanamkan dalam pengajaran IPS. Menurut Bimo Walgito, sikap adalah keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak dan menyertai manusia dengan perasaanperasaan tertentu dalam menanggapi objek dan semua itu terbentuk atas Kajian IPS SD
3-137
pengalaman (1983:52-55). Sedangkan menurut Siti Partini Suardiman (1894:76), sikap merupakan kesiapan merespon yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Selanjutnya Koencaraningrat (1974), menjelaskan bahwa sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik Iingkungan manusia atau lingkungan masyarakatnya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan fisiknya). Walaupun berada di dalam diri individu, sikap biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering pula bersumber pada sistem nilai budaya. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adanya pada diri seseorang, jadi sikap bukan ada pada alam pikiran orang sebagai anggota masyarakat. Sikap merupakan reaksi emosional seseorang terhadap lingkungannya, baik secara positif maupun negatif, baik berkenaan dengan tujuan maupun penolakan tentang kondisi sosial yang dialaminya. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan, khususnya pengajaran IPS, dapat digunakan sebagai sarana untuk membina sikap mental anak didik.
C. Menanamkan Nilai dan Sikap Dalam Ilmu Penanaman sikap yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, strategi pengajaran diri dalam IPS bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode (multi methode) digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dari lingkungannya, sehingga tingkah laku dan tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai yang luhur. Dengan demikian tingkah laku dan tindakannya selalu akan dilandasi oleh tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya. Penanaman nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan dirancang secara berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi tingkatnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai-nilai kehidupan manusia kepada 3-138 Unit 3
siswa. Oleh karena itu nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Menurut Paul Suparno, SJ. (2001) sikap dan tingkah laku yang berlaku umum, yang lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain sebagai berikut. 1. Sikap penghargaan kepada setiap manusia. Setiap manusia harus mengembangkan sikap menghargai kepada manusia lain karena siapapun orangnya adalah bernilai, inilah yang menjadi hak asasi manusia. Sikap menghargai hak asasi manusia harus dipunyai oleh setiap manusia. Oleh karena itu tindakan meremehkan, menghina, merendahkan, apalagi mengganggu kebahagiaan orang lain dianggap tidak baik. 2. Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat janji. Sikap ini jelas membantu orang dalam berhubungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain. 3. Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain yang berbeda. Sikap ini jelas sangat membantu kita menjadi manusia, karena memanusiakan manusia lain. Maksudnya setiap manusia harus menghargai keberadaan orang lain karena bagaimanapun juga manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Bagi bangsa Indonesia, sikap ini jelas sangat diperlukan untuk mengembangkan sikap demokratis. Apalagi sikap rela hidup bersama, meskipun lain gagasan dan lain ideologi, perlu ditekankan. Kita rela hidup bersama dalam perbedaan karena perbedaan adalah keadaan asasi kita. 4. Kebebasan dan tanggung jawab. Sikap manusia sebagai pribadi bahwa ia mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap ungkapannya. Sikap ini berlaku baik terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain, maupun terhadap alam dan Tuhan. Sikap ini jelas diwujudkan secara bertanggung jawab dalam kebebasan mimbar, kebebasan berbicara, dan kebebasan untuk mengungkapkan gagasan. Siswa diajak bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak lari dari tanggung jawab. 5. Penghargaan terhadap alam. Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia agar dapat hidup bahagia. Berkenaan dengan hal tersebut penggunaan alam hanya untuk dirinya sendiri
Kajian IPS SD
3-139
tidak dibenarkan. Demikian juga pengrusakan alam yang hanya dapat memberikan kehidupan kepada segelintir orang juga tidak dibenarkan. 6. Penghormatan kepada Sang Pencipta. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sudah selayaknya kita menghormati Sang Pencipta. Melalui penghayatan iman, siswa diajak untuk menghormati dan memuji Sang Pencipta. Pujian itu dapat diwujudkan dalam sikap berbuat baik kepada semua makhluk ciptaan, termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang lain, menghargai budaya orang lain perlu dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu dan menerima orang lain. 7. Sikap yang merupakan pengembangan pribadi manusia yang menunjang penyempurnaan diri pribadi misalnya, disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, dan percaya diri. Meskipun hal-hal itu tidak langsung berkaitan dengan orang lain, tetapi membantu dalam kerja sama dengan orang lain. Sikap mental dan tingkah laku tersebut di atas harus selalu dikembangkan. Dalam pengembangannya harus dijiwai oleh nilai-nilai, latihan mengungkapkan sikap mental secara baik, terarah, dan terpuji. Kesadaran dan penghayatan siswa terhadap nilai yang menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia harus ditanamkan secara berkesinambungan, sehingga sikap mental siswa menjadi benar-benar memancarkan kebenaran, keluhuran, dan tanggung jawab. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), siswa harus diperkenalkan pada proses pengembangan pemahaman alasan-alasan akan nilai-nilai yang diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah, unsur-unsur permainan dan penanaman nilai tidak boleh dilupakan. Sebab pada tahap ini, siswa harus dikondisikan merasa senang dalam hidup bersama, bersosialisasi, dan mulai mengenal ilmu pengetahuan. Kegiatan yang dapat diperkenalkan antara lain: mengunjungi museum, kebun binatang, tempat-tempat bersejarah, mengenal lingkungan alam, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan haruslah dicintai bukan ditakuti dan menjadi ancaman bagi siswa. Nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa harus semakin diperdalam dengan cara memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap demi tahap mulai dikembangkan unsur pemahaman kepada diri siswa. Nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kepahlawanan harus sudah mulai diperkenalkan dan harus mendapat tekanan serta perhatian. Ceritera dan dongeng dapat menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan penanaman nilai-nilai tersebut. Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya. Kegiatankegiatan harus dipilih supaya dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, dan kebersamaan dalam kelompok yang saling membantu.
3-140 Unit 3
Pemberian tugas baik yang bersifat individu maupun kelompok, diskusi, dan tanya jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pengajaran IPS. Pada jenjang SLTP, nilai dan sikap yang ditanamkan harus disampaikan dengan argumentasi yang rasional. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan harus diarahkan pada pembentukan sikap pribadi dalam kebersamaan yang dilandasi dengan pemikiran matang dan mendalam. Pada jenjang ini ditanamkan tanggung jawab sosial selain tanggung jawab pribadi dalam kegiatan kelompok yang terarah. Penanaman nilai dan sikap dalam pengajaran IPS dapat ditempuh dengan cara pemberian tugas, diskusi, dan tanya jawab. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah nilai dan sikap yang telah tertanam sejak SD harus semakin diperdalam sampai suatu keyakinan bahwa apa yang telah diajarkan dan dilaksanakan adalah baik. Dengan demikian diharapkan nilai-nilai dan sikap yang ditanamkan sudah menjadi suatu kebiasaan yang sudah diyakini kebenarannya. Pada jenjang SMA, porsi pengembangan nilai dan sikap lebih kecil dibandingkan porsi pengembangan akademis. Ini bukan berarti nilai dan sikap yang telah diperoleh melalui pengajaran IPS di SD dan SLIP ditinggalkan, melainkan harus semakin dihayati dengan kesadaran dan pengertian yang mendalam. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar harus semakin mengembangkan pola pemikiran dan pendalaman nilai-nilai kehidupan. Pada jenjang Perguruan Tinggi, yang harus dikembangkan adalah aspek akademis secara tuntas. Ini berarti bahwa penanaman nilai-nilai hidup dan pembentukan sikap hidup diharapkan telah puma pada jenjang SMA. Pada jenjang ini harus dikembangkan pendalaman secara ilmiah akan nilai-nilai hidup manusia dengan pertanggungjawaban yang mendalam dan ilmiah. Penanaman nilai dan sikap kepada siswa itu penting. Ungkapan ini senada dengan tujuan pengajaran IPS yang selain mengembangkan pengetahuan juga mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai serta sikap kepada siswa. Leonard Kenworthy (dalam Kosasih Djahiri dan Fatimah Ma’mun.1978/1979 :107) mengemukakan rumus sebagai berikut: P (Pengetahuan)+S (Sikap) + K (Keterampilan) = B (Behavior = kelakuan). Hal tersebut menggambarkan bahwa sikap lahir secara bersamaan, satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan. Bila keempat aspek tersebut mampu kita
Kajian IPS SD
3-141
ajarkan atau kita bina kepada siswa maka sikap seseorang akan terlatih dan terbina pula. Namun harus kita sadari bahwa tidak selamanya kita dapat mengajarkan keempat aspek itu dalam pengajaran suatu konsep. Hal itu dapat diatasi dengan menggunakan teknik dan langkah tertentu. Nilai-nilai sopan santun, baik dan buruk, adil dan tidak adil, dan sebagainya dapat ditanamkan kepada siswa dengan cara menimbulkan kesadaran siswa sendiri dan melalui cara-cara kritis rasional dalam proses belajar mengajar dan ditanamkan secara bertahap. Penanaman nilai melalui drilling atau hafalan semata tidaklah tepat, sebab siswa menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan yang disimpannya dalam benaknya atau berusaha ke arah mengubah sikap dengan secara terpaksa, semu atau pura-pura tanpa keyakinan. Pengajaran nilai dan sikap hendaknya benarbenar mampu menyentuh kesadaran nilai siswa itu sendiri dan tertanam melalui logika pembenaran yang dapat diterima siswa itu, sehingga nilai-nilai tersebut menjadi milik dan keyakinan yang tidak mudah berubah. Pengajaran IPS pada hakekatnya adalah pengajaran yang mensosialkan diri dan pribadi siswa. Dengan demikian siswa dengan segala kepribadiannya atau sikapnya hendaknya mampu meresapi (menghayati), mengadaptasi (menerima), dan mempraktekkan nilai-nilai umum yang berlaku di masyarakat. Setiap konsep, topik atau tema pelajaran IPS memiliki nilai-nilai tertentu yang oleh siswa perlu dikaji, diolah, ditelaah dan dicocokkan dengan dirinya, serta diproses menjadi miliknya untuk kemudian digunakan sebagai pola atau barometer perbuatan dalam hidupnya. Kalau nilai dan sikap tersebut memang dianggap baik untuk orang lain, maka dapat dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain dengan cara wajar.
3-142 Unit 3
Latihan Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi sub unit 2 mengenai sikap dan nilai dalam IPS, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini! 1. Diskusikan dengan teman-teman Anda, atas pertanyaan! Mengapa nilai dan sikap positif perlu ditanamkan pada diri peserta didik? 2. Sistem nilai yang ada dalam diri setiap peserta didik berkaitan erat dengan lapangan hidup! Jelaskan oleh Anda keterhubungan antarsistem nilai tersebut dengan sikap hidup peserta didik dalam kehidupan sehari-hari! 3. Mengapa nilai merupakan pencerminan budaya suatu kelompok dan merupakan pedoman kehidupan bermasyarakat yang tingkatannya lebih tinggi dari pada norma sosial? Jelaskan!
Rambu-Rambu Jawaban Latihan Pertanyaan yang tercantum pada latihan di atas, tidak disediakan kunci jawabannya. Anda harus menggali jawabannya. Oleh karena itu, Anda harus menggali jawaban sendiri atau berdiskusi dengan sesama mahasiswa, dan bahkan dengan dosen kunjung Anda untuk memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan di atas. Anda dipersilahkan melakukannya.
Rangkuman Pengembangan SDM melalui pendidikan mutlak diperlukan, lembaga pendidikan menyiapkan tenaga kependidikan yang bertugas mengelola proses pendidikan di tingkat pendidikan dasar. Kaitannya dengan pengembangan SDM yang berkualitas maka, tugas guru benar-benar berperan namun kualitas itu dipengaruhi oleh keragaman karakteristik individu peserta didik karena keragaman itu mempengaruhi kecenderungan sikap dan perilaku. Salah satu informasi penting yang harus diketahui dalam memahami keragaman karakteristik individu peserta didik adalah sistem nilai, karena nilai yang ada dalam diri individu peserta didik menjadi standar berperilaku. Sistem nilai dalam konteks pengembangan SDM yang berkualitas diperlukan upaya pemetaan nilai yang dianut oleh peserta didik agar dapat dipahami nilai yang luhur menjadi norma tatanan kehidupan sosial secara harmonis dalam berperilaku. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai teoretik, ekonomik, keindahan nilai sosial, nilai politik dan nilai religius.
Kajian IPS SD
3-143
Penanaman nilai dan sikap bertujuan membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Dengan demikian peserta didik dengan aneka ragam karakteristiknya diharapkan akan menghayati, menyadari dan memiliki nilai yang positif dalam kehidupan sosial. Selanjutnya segala tindakan akan selalu dilandasi tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya. Untuk itu penanaman nilai dan sikap harus bersifat berkesinambungan.
Tes Formatif 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Individu yang memiliki cukup tinggi keinginan untuk mengabdikan dirinya bagi kepentingan umum dan memiliki sifat baik hati, dermawan, tidak mementingkan diri sendiri termasuk nilai…. A. religi B. ekonomik C. sosial D. politik 2. Redaksi pada no. 1 di atas termasuk…. A. sikap sosial B. sikap ekonomi C. tingkah laku sosial D. pertimbangan rasional 3. Di bawah ini adalah ciri-ciri tenggang rasa dalam nilai religius, kecuali… A. mengakui adanya perbedaan B. suka menonjolkan kebenaran C. menjaga perasaan orang lain D. tidak menonjolkan perbedaan 4. Sikap ulet untuk meraih keberhasilan hidup di bawah ini, kecuali… A. rajin belajar setiap hari B. belajar tepat pada waktunya C. tidak membuang-buang waktu D. acuh tak acuh dalam belajar 3-144 Unit 3
5. Sikap dan tingkah laku yang berlaku umum, yang lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat di bawah ini, kecuali…. A. sikap penghormatan kepada sang pencipta B. sikap penghargaan kepada setiap manusia C. sikap berorientasi pada masa lampau D. sikap tanggung rasa, jujur, berlaku adil suka mengabdi. Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir unit ini, hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Subunit 2. Jumlah Jawaban Yang Benar Tingkat penguasaan = x 100% 5 Konversi penguasaan : 90 -100% : baik sekali 80 - 89% : baik 70 – 79% : cukup < 70% : kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Subunit 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Subunit 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
Kajian IPS SD
3-145
Subunit 3 Keterampilan Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
S
ebagai guru selain berperan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah formal, juga dapat berperan dalam kehidupannya di masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan dasar IPS akan membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah, juga dapat membantu dan membimbing dirinya dalam berkiprah di dalam masyarakat. Hal ini mau tidak mau karena guru sebagai anggota masyarakat. Sehubungan dengan itu dalam bahasan Subunit 3 akan dibicarakan yang berhubungan dengan penerapan keterampilan dalam ilmu pengetahuan sosial dalam kehidupan masyarakat. Kehidupan manusia di permukaan bumi telah menimbulkan bermacam-macam masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi masalah ekonomi, budaya, politik, hukum, lingkungan dan lain sebagainya. Masalah-masalah di atas menuntut perhatian dan pemikiran manusia untuk mengatasinya. Selanjutnya dalam kegiatan pendidikan yakni membina konsep dan pengembangan generalisasi bagi peserta didik pun sering mengalami hambatan karena tidak memiliki kompetensi atau keterampilan seperti keterampilan berbahasa, keterampilan menggunakan perbendaharaan kata-kata yang berhubungan dengan aneka ragam konsep disiplin ilmu sosial, keterampilan membaca, keterampilan membaca dan menggunakan peta dan globe, keterampilan menggunakan alat-alat pelajaran dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mengungkapkan permasalahan yang pelik baik permasalahan umum manusia maupun permasalahan pendidikan penerapan ilmu pengetahuan sosial dengan pendekatan interdisipliner dapat membantu untuk mengungkapkan sebab terjadinya masalah dan membantu memecahkan masalah-masalah pendidikan di atas melalui penyusunan alternatif pemecahan. Untuk selanjutnya, kita akan melihat penerapan keterampilan dalam IPS dalam kehidupan bermasyarakat yang dapat dibahas dari beberapa aspek, seperti keterampilan mental, personal, sosial, motorik dan keterampilan intelektual.
3-146 Unit 3
A. Keterampilan Mental Sebelum kita bicara keterampilan mental, terlebih dahulu, kita pertanyakan: apakah yang dimaksud dengan mental itu? Ada yang menjelaskan bahwa mental itu meliputi sistem nilai atau pandangan hidup dan sikap (value system and attitude). Sistem nilai adalah konsepsi yang abstrak yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang penting dan apa yang sepele, apa yang berharga dan apa yang kurang berharga dan sebagainya. Misalnya, orang-orang dalam suatu masyarakat memandang atau menilai bahwa hidup berkumpul di tempat kelahiran bersama dengan seluruh keluarga dan kerabat adalah lebih baik daripada merantau seorang diri. Tetapi ada juga orangorang dalam suatu masyarakat memandang atau menilai bahwa justru kemauan dan keberanian merantau adalah lebih baik dan harus dimiliki setiap pemuda daripada kesenangan hidup menetap di tempat kelahiran sampai ia meninggal dunia. Contoh di atas menunjukkan sistem nilai atau pandangan hidup yang berlaku pada dua masyarakat. Dari contoh itu jelas bahwa sistem nilai itu dapat berbeda pada kelompok sosial yang berlainan. Memang demikian adanya. Oleh karena itu ada pepatah yang mengatakan bahwa lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Kita harus menghadapi masyarakat dengan pendirian. Mengenai sikap diterangkan sebagai kecenderungan yang tetap dalam beraksi terhadap lingkungannya. Perlu diketengahkan bahwa antara sistem nilai dan sikap ada hubungannya. Orang yang menilai bahwa tinggal di tempat kelahiran lebih baik dari pada orang yang merantau, akan bersikap menolak terhadap anjuran untuk bertransmigrasi, misalnya. Selanjutnya sikap ini akan merupakan dasar bagi suatu perbuatan atau tindakan. Dalam contoh di atas, orang tersebut misalnya akan menyatakan tidak bersedia bertransmigrasi, ketika petugas menanyakan kepadanya tentang kesediaannya untuk bertransmigrasi. Jadi, orang yang punya sistem nilai menunjang pembaharuan/pembangunan akan mempunyai sikap menunjang pembaruan/pembangunan dan demikian pula tindakannya. Mengenai wujud nilai dan sikap yang menunjang itu meskipun terdapat rumusan yang berlainan, tetapi tidak ada perbedaan yang fundamental. Bagi kita/orang yang mengetahui dan memahami apalagi sebagai gum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti halnya Anda akan keberadaan sistem nilai dan
Kajian IPS SD
3-147
sikap masyarakat yang berlaku di setiap wilayah, lebih-lebih sistem nilai dan sikap masyarakat di mana Anda tinggal. Dengan mengetahui itu Anda dapat menilai apakah sistem nilai dan sikap tersebut baik atau buruk, menghambat upaya pembaruan/pembangunan atau mendukungnya dan sebagainya. Dalam kehidupan di masyarakat kita masih banyak menemukan sikap mental yang tidak cocok atau menghambat pembangunan. Seperti yang dikemukakan oleh Kuntjaraningrat (Antropolog) terdapat beberapa sikap mental yang menghambat pembangunan, di antaranya sikap mental penerobosan (mengambil jalan pintas), sikap mental priyayi, sikap mental yang mengagung-agungkan masa lalu, sikap mental yang cepat puas dan lain sebagainya. Sikap mental penerobos yang dimiliki oleh orang-orang yang ingin mencapai cita-cita/target dengan menempuh jalan pintas dan biasanya ditempuh dengan jalan yang tidak sesuai prosedur/aturan yang ada, sedangkan kemampuannya sendiri sebenarnya tidak mendukungnya. Barangkali kita sering mendengar perkataan seperti yang penting sekarang, terserahlah untuk masa mendatang atau nanti .... ya , bagaimana nanti saja, atau bisa juga: yang penting kaya, terserah jalannya dari mana saja (menghalalkan segala cara), dan lain sebagainya. Sikap mental priyayi, orang yang memiliki mental yang demikian apabila ia menghadapi atasan, terlalu mengagungkan/menyembah-nyembah (menjilat), tetapi kalau dengan bawahan, memenas, kalau perlu menginjaknya. Sikap mental mengagungkan masa lalu, orang yang demikian biasanya menganggap masa lalu lebih baik dari sekarang. Hidup sekarang banyak masalah/susah, dulu saya hidup senang serba kecukupan, dulu saya dihormati/dipuja-puja orang sekarang saya diacuhkan orang, dan sebagainya. Sikap mental yang cepat puas, orang yang demikian merasa cepat puas dengan apa yang ada/dimiliki, tidak ingin berusaha untuk meningkatkannya, mereka cepat pasrah, bagaimana nasib saja. Orang yang mempunyai mental seperti ini jelas tidak kreatif/kurang kreatif. Itu hanya sekadar- beberapa contoh sikap mental yang ada pada kehidupan bermasyarakat di sekitar kita, tentunya masih banyak lagi contoh-contoh semacam itu. Silahkan Anda mencari contoh lain yang terdapat di sekitar tempat kediaman Anda! Selanjutnya, kita ingin melihat sikap mental (mentalitas) yang bagaimana yang mendorong pembangunan yang juga merupakan kemampuan/keterampilan IPS yang dapat Anda terapkan, sebagai berikut. 1. Memandang bahwa hidup ini dapat diperbaiki.
3-148 Unit 3
Orang ini tidak menyerah begitu saja pada nasib, melainkan menghargai usaha dan kemampuannya. Ia percaya akan kemampuan akal, ilmu dan teknologi. Kalau ia ingin berhasil baik dalam bercocok tanam misalnya maka ia bukannya akan membakar kemenyan, melainkan akan berusaha dengan menggunakan prinsip-prinsip intensifikasi pertanian dengan baik dan benar. 2. Menghargai usaha manusia dalam mencapai hasil yang lebih baik. Orang ini tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya, melainkan berusaha untuk mencapai yang lebih bermutu, lebih banyak, cara yang lebih efisien dan produktif, dan seterusnya. Ia bersedia menerima pembaruan dan perubahan. 3. Mempunyai kesadaran waktu yang tinggi. Orang ini menggunakan waktunya secara efisien, tidak menyianyiakan/membuang waktu dengan berpangku tangan/melamun atau pekerjaan yang sia-sia/tidak berguna. Perhatiannya akan hari esok menyebabkan ia hidup secara hemat dan membuat rencana mengenai hari yang akan datang. 4. Mampu menyatakan pendapat/gagasan dan menghargai pendapat/gagasan orang lain. Orang ini percaya kepada kemampuan dan harga diri sendiri, memperhatikan kepentingannya sendiri di samping kepentingan masyarakat. Ia tidak tenggelam terhadap pengaruh dan kepentingan pihak lain. Ia menghargai seseorang sesuai dengan prestasinya. Itulah sifat-sifat terpenting dan manusia yang berjiwa atau bermental pembangunan. Ada orang-orang yang menekankan bahwa dengan memiliki sifatsifat itu, hal-hal lainnya mudah didatangkan, seperti modal keterampilan teknis, keahlian mengelola, fasilitas-fasilitas fisik, dan sebagainya. Sifat-sifat yang demikian merupakan keterampilan mental yang harus dimiliki oleh Anda sebagai guru IPS dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Keterampilan Personal Manusia lahir ke permukaan bumi sebagai satu kesatuan biologik atau sebagai individu yang belum mendapat pengaruh lingkungan di sekitarnya. Secara biologik manusia terus berkembang dan mendapat pengaruh dari lingkungan di sekitarnya. Kalau individu tadi itu telah mendapat pengaruh lingkungannya, maka ia disebut person atau suatu pribadi. Person atau suatu pribadi adalah manusia yang telah menjadi anggota masyarakat atau sebagai anggota kelompok di masyarakat. Manusia sebagai individu memiliki potensipotensi yang dapat berkembang melalui proses pendidikan. Proses pendidikan
Kajian IPS SD
3-149
terjadi pada lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Akibat proses pendidikan disertai penanaman nilai-nilai/norma-norma sosial budaya maka terjadi person atau pribadi yang memiliki kepribadian (personality). Mengenai kepribadian (personality), banyak yang berpendapat! mengartikan istilah kepribadian tersebut, antara lain G.W. Aliport mengemukakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamik sistem psiko-fisik yang ada pada suatu individu, yang menentukan karakteristik tingkah laku dan berpikirnya. Sedangkan Hornell Hart mengemukakan batasan kepribadian adalah organisasi dinamik, ide, sikap dan kebiasaan yang dibina dari dasar mekanisme psiko-fisik yang diwariskan secara biologik dari organisme tunggal dan dari transmisi pola budaya secara sosial, dan yang menjelmakan semua pengaturan motif, keinginan dan tujuan individu terhadap kebutuhan dart kemungkinan lingkungan sosial dan subsosialnya. Dan kedua batasan di atas dapat kita ungkapkan bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamik dari proses-proses kejiwaan yang diwariskan secara biologik berkenan dengan sikap, keinginan, pikiran dan tingkah laku sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya. Dari ungkapan dinamikanya ternyata kepribadian seseorang itu luwes dan cenderung mengalami perubahan. Tetapi meskipun demikian, kepribadian itu memiliki sifat dasar yang stabil yang mencirikan kepribadian itu secara normal. Karakteristik sebagai ciri dari kepribadian merupakan perpaduan faktor individu sebagai hasil kesatuan psikofisik warisan biologik dengan faktor lingkungan, yang diterima individu dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Jadi kepribadian terbentuk sejak lahir, dan dari pengaruh lingkungan tempat ia tinggal. Kepribadian seseorang merupakan perpaduan antar warisan biologik dengan kondisi kehidupannya. Karena baik biologik maupun kondisi kehidupan yang dimiliki dan dijalani tiap orang tidak sama maka dapat dikatakan tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian yang sama. Tiap orang memiliki kepribadian masing-masing yang tidak sama dengan kepribadian orang lain, walaupun dalam saw keluarga. Namun demikian kita sebagai kelompok/masyarakat, bahkan sebagai bangsa memiliki kepribadian tertentu, yang memiliki ciri-ciri/karakteristik tertentu yang dapat dibedakan dengan kelompok/masyarakat atau bangsa lainnya. Orang Sunda memiliki kepribadian sendiri yang berbeda dengan kepribadian orang Batak. Orang/bangsa Indonesia memiliki kepribadian sendiri yang berbeda dengan kepribadian bangsa-bangsa lainnya.
3-150 Unit 3
Kepribadian seseorang dibina dan dikembangkan oleh lingkungan tertentu, baik luas maupun sempit. Selanjutnya kepribadian tidak hanya dibina oleh lingkungan, melainkan kepribadian itupun dapat mempengaruhi lingkungan. Tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin-pemimpin besar pada zamannya, yang kepribadiannya kuat dan agung, malah bukan hanya mempengaruhi lingkungan di sekitarnya, bahkan dapat mengendalikan lingkungan ke arah tertentu. Contohnya para nabi/rasul, tokoh-tokoh lainnya seperti kepala-kepala negara apakah raja-raja/presiden, tokoh-tokoh dalam berbagai bidang kehidupan, dan lain sebagainya merupakan orang-orang yang memiliki kepribadian yang kuat. Nah, sekarang bagaimana dengan Anda sebagai orang yang telah mempelajari bahkan sebagai guru IPS. Dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat sebagai anggota masyarakat. Tentunya pengetahuan, keterampilan dasar IPS dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal Anda dalam IPS selain kita dapat mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman konsep-konsep, teori-teori, fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar, juga penanaman nilai/norma-norma yang baik untuk dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan berbekal pengetahuan IPS, akan memberi ciri/karakter tertentu dalam pembentukan kepribadian. Dalam lingkungan masyarakat ia dapat memberi contoh/menunjukkan kepribadian yang baik sebagai suri teladan yang dapat dijadikan panutan oleh anggota masyarakat lainnya baik dalam perkataan sikap maupun perbuatan/tingkah lakunya. Lebih dari sekadar contoh/teladan yang dapat dilihat oleh anggota masyarakat lainnya, ia juga harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan hal-hal yang dianggap kurang baik yang dilakukan anggota masyarakat ke arah yang lebih baik. Contohnya, pada sistem nilai suatu kelompok orang yang dapat menghambat pembaruan/pembangunan, seperti pandangan lebih baik hidup berkumpul dengan keluarga/famili daripada merantau ke daerah lain atau makan tidak makan asal kumpul, banyak anak banyak rejeki, dan sebagainya. Jelas ini sistem nilai yang menghambat pembangunan yaitu pembangunan transmigrasi, pembangunan program keluarga berencana, dan sebagainya. Bagaimana menghadapi hal yang semacam ini! Tentunya dengan dasar pengetahuan IPS, kita harus berusaha untuk merubah sistem mulai/pandangan masyarakat semacam ini dengan berbagai keterampilan, antara lain memberi penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya program transmigrasi atau program KB, baik yang berhubungan dengan: landasan berpikirnya, kebaikannya, jaminan masa depan, dan sebagainya.
Kajian IPS SD
3-151
Tentunya masih banyak keterampilan lain yang dapati. Anda kerjakan dalam membina kepribadian anggota masyarakat di mana Anda tinggal. Silahkan cari contoh lainnya!
C. Keterampilan Sosial Masyarakat yang merupakan kelompok manusia yang tinggal pada wilayah tertentu yang diikat oleh norma/sistem nilai yang dimilikinya selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada setiap masyarakat tidak sama. Ada masyarakat yang berubahnya sangat lambat, tetapi ada juga masyarakat yang berubah dengan cepat. Perubahan sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertumbuhan demografi, akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan aspek kehidupan manusia lainnya. Pertumbuhan dan pertambahan penduduk, akan mendorong pertumbuhan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia yang tidak dapat ditinggalkan yaitu kebutuhan ekonominya. Cara manusia memenuhi kebutuhan ini dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan dan perkembangan. Dalam memanfaatkan sumber daya atau lingkungan, manusia telah melakukan perubahan cara mulai dari cara meramu kepada bercocok tanam sampai cara bertani yang modern, peternakan dan sampai pula pada industri modern. Perubahan cara pemenuhan kebutuhan tadi atau lebih sempit lagi perubahan produksi, sudah pasti diikuti oleh perubahan-perubahan lainnya, seperti perubahan organisasi, perubahan struktur, perubahan nilai dan norma, dan lain sebagainya. Kalau perubahan dalam kelompok telah meliputi berbagai aspek (organisasi, struktur, nilai dan norma, kelembagaan), dan telah didukung dan diakui oleh sebagian besar anggota kelompok maka pada kelompok itu sudah terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di masyarakat, yang meliputi berbagai aspek kehidupan, sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya (Nursid Sumaatmadja, 1980: 88). Interelasi dan interaksi sosial manusia di masyarakat, mendorong perkembangan berpikir dan reaksi emosional para anggotanya. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengadakan berbagai perubahan sesuai dengan suasana tadi. Perkembangan kualitas anggota masyarakat, juga menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial. Dengan
3-152 Unit 3
demikian perubahan sosial itu karena adanya dorongan dari dalam dan dari luar kelompok. Perubahan sosial yang disebabkan faktor-faktor dan dalam kelompok adalah karena penemuan-penemuan atau penciptaan-penciptaan baru (inovasi). Tentunya terjadinya penemuan-penemuan barn (inovasi) dapat terjadi apabila anggotaanggota masyarakat memiliki hal-hal berikut: 1. Adanya kesadaran anggota masyarakat akan perlunya upaya meningkatkan kehidupan secara terus-menerus. Kesadaran tersebut akan timbul apabila adanya rasa tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya. Oleh David C. Mc. Clelland dikatakan memiliki Ach (Need for Achievement) yang tinggi. Need for Achievement adalah suatu dorongan kebutuhan untuk mencapai prestasi yang lebih baik. 2. Adanya kualitas anggota masyarakat dalam kelompok yang kreatif. Anggota masyarakat yang kreatif ini merupakan inovator dan modernisator bagi perubahan sosial dan perubahan dalam kelompok yang bersangkutan. Oleh para ahli psikologi, orang yang memiliki akal dan daya kreatif yang tinggi ini, disebut vitus mental. 3. Adanya suasana persaingan yang sehat di antara anggota-anggota masyarakat untuk mencapai prestasi yang tinggi demi kemajuan kelompok yang bersangkutan. 4. Adanya dorongan kepada anggota yang berprestasi baik berupa piagam penghargaan maupun insentif lain, agar ia terus berprestasi dan berkarya. Sedangkan yang berasal dri luar yang berpengaruh terhadap perubahan sosial nampaknya lebih dominan. Hal ini disebabkan karena globalisasi yang semakin terbuka, lebih-lebih pada saat sekarang ini di mana teknologi semakin canggih. Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam suatu kebudayaan yang kemudian terjadi perubahan sosial pada masyarakat itu. Masuknya unsur-unsur kebudayaan tadi dapat melalui akulturasi (kontak kebudayaan), dapat juga berupa asimilasi (pembauran unsur kebudayaan) atau juga melalui difusi (penyebaran unsur kebudayaan). Contoh unsur-unsur kebudayaan asing (yang berasal dari luar) banyak sekali yang kita jumpai di tengah-tengah kehidupan kita, yang kadang-kadang kita sendiri tidak merasakan bahwa hal tersebut berasal dari luar dan kita merasakan sebagai kebudayaan kita sendiri. Dan ini terjadi di berbagai bidang kehidupan kita, mulai dari sistem pendidikan (sistem persekolahan), proses produksi (pertanian, kerajinan, pertemuan, industri dan sebagainya), bentuk bangunan, corak pakaian, ilmu pengetahuan dan teknologi, sampai kepada
Kajian IPS SD
3-153
berbagai hasil produksi, bahkan juga yang berhubungan dengan sikap hidup, cara hidup, cara bertingkah-laku dan sebagainya. Tentu saja unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk ke dalam masyarakat kita banyak bermanfaat dalam rangka kita membangun bangsa dan negara ini. Tanpa pengaruh luar, jelas kita akan tertinggal dengan negara-negara lain yang sudah lebih dahulu bahkan kita akan tertinggal lebih jauh lagi. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita miliki sekarang yang tentunya berasal dan kebudayaan luar, kita bisa membangun seperti kita rasakan saat ini. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kita bisa memanfaatkan sumber daya alam yang kita miliki. Kita bisa meningkatkan produksi pertanian, kita bisa mengolahnya sehingga nilai ekonominya bertambah. Begitu juga dalam bidang produksi lainnya sehingga kehidupan bangsa kita dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun demikian tidak semua unsur-unsur kebudayaan asing (luar), membawa dampak positif, yang membawa dampak negatif bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara pun, banyak. Banyak unsur-unsur kebudayaan asing tidak cocok dengan kebudayaan kita, yang dapat menjadi permasalahan bagi masyarakat kita, misalnya pergaulan. Sikap hidup, cara hidup ke Baratbaratan dan sebagainya. Lebih-lebih sarana komunikasi yang semakin canggih unsur-unsur kebudayaan yang tidak cocok dengan kebudayaan bangsa kita, cepat dapat dilihat, ditangkap bahkan ditiru. Minum-minuman keras, obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, sadisme, perkosaan serta pelanggaran hukum lainnya yang banyak dilakukan terutama oleh para pemuda terutama yang terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan kota-kota lainnya di Indonesia, bahkan juga sudah merambat dan menyebar ke desa-desa bukan mustahil akibat pengaruh asing (luar), yang merupakan masalah sosial yang dapat kita lihat dan rasakan pada saat ini. Yang jelas unsur-unsur kebudayaan asing sulit untuk dibendungnya dan memang mustahil untuk menutupnya karena kondisi globalisasi yang sudah melanda dunia ini. Yang penting dalam menghadapi kondisi semacam ini, kita harus membekali para pemuda atau masyarakat dengan penanaman norma-norma/nilai-nilai yang cocok dengan kebudayaan kita, terutama norma-norma/nilai-nilai keagamaan. Yang tentunya cocok dengan nilai yang ada pada/terkandung dalam Pancasila. Masalah sosial yang ada di masyarakat kita, memang sangat beragam dan kompleks, oleh karena itu untuk mengatasi/mengurangi masalah tersebut tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh faktor penyebabnyapun berasal dan berbagai faktor.
3-154 Unit 3
Untuk mengatasi/mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat perlu kerja sama dari berbagai departemen secara lintas sektoral dengan berbagai keahlian secara terpadu. Pemecahan masalah sosial yang dilakukan departemen atau oleh salah satu bidang keahlian melalui satu disiplin ilmu tidak akan dapat menyelesaikannya secara tuntas. Bagaimana dengan peran Anda yang berbekal pengetahuan IPS dalam kehidupan bermasyarakat? Keterampilan-keterampilan dasar IPS yang bagaimana yang dapat diterapkan dalam kehidupan yang penuh gejolak, tantangan, dan masalah? Sebagai guru IPS, tentunya juga sebagai anggota masyarakat mau tidak mau harus berperan dan peka terhadap berbagai kejadian dan masalah yang terjadi di Masyarakat Anda tidak boleh bersifat masa bodoh atas kejadian-kejadian atau masalah-masalah dalam kehidupan di masyarakat Anda harus aktif dan melibatkan diri dan bersatu dengan anggota masyarakat lainnya untuk meningkatkan taraf hidup dan membantu mencarikan jalan pemecahan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Keterampilan-keterampilan dasar IPS yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain berikut ini. 1. Dalam upaya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat; sebagai anggota masyarakat, ia harus melibatkan diri dalam berbagai kegiatan pembangunan bersama anggota masyarakat lainnya. Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang dimiliki ia harus kreatif dan bertindak sebagai inovator dan dinamisator gerak pembangunan. Di sini diperlukan ide-ide dan gagasan-gagasan terhadap pembaruan/pembangunan yang diperlukan masyarakat. 2. Dalam upaya menangkal unsur-unsur kebudayaan yang tidak sesuai, ia harus dapat menyadarkan kepada anggota masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara norma-norma luhur yang terkandung dalam Pancasila maupun agama sebagai pegangan hidupnya. Untuk menanamkan kesadaran akan hal tersebut, pengetahuan anggota masyarakat perlu terus ditingkatkan sehingga ia tahu mana yang baik mana yang buruk dan tidak cocok bagi kebudayaan kita. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui ceramah-ceramah, penyuluhan, pengajian (agama), pesantren kilat dan lain sebagainya. Dengan demikian anggota masyarakat dapat memilih unsurunsur kebudayaan-kebudayaan asing mana yang dapat Ia terima dan mana yang ditolak. 3. Dalam rangka upaya mengatasi/mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat, misalnya masalah kenakalan remaja, pergaulan bebas,
Kajian IPS SD
3-155
tindakan asusila, kekerasan dan sadisme, dan lain sebagainya serta masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, kekeringan, erosi dan lain sebagainya diperlukan keterampilan untuk mencarikan jalan pemecahannya. Dalam mengambil langkah-langkah mengatasi/mengurangi masalah permasalahan tersebut. Seperti contoh yang dikemukakan di atas, bahwa suatu masalah terjadi akibat berbagai faktor, oleh karena itu pendekatan dapat dilihat dari berbagai disiplin ilmu sosial. Di sinilah keterampilan-keterampilan dasar IPS membantu untuk melihat faktorfaktor penyebab dan timbulnya suatu permasalahan sosial secara interdisiplinen/multidisipliner. Dengan mengetahui berbagai faktor-faktor terjadinya masalah sosial yang ada di masyarakat maka upaya mengatasi permasalahan tersebut akan lebih tepat pada sasarannya.
D. Keterampilan Motorik (motor skill) Keterampilan motorik merupakan salah satu keterampilan yang paling nyata dari kemampuan manusia. Keterampilan ini dapat dikembangkan dan dibina melalui keterampilan berbuat, berlatih, dan koordinasi indera serta anggota badan. Dalam proses belajar mengajar keterampilan motorik tampak dalam kegiatan menggambar, menggaris, membuat peta, membuat model, menggunting, dan sebagainya. Proses belajar mengajar dalam pengajaran IPS yang menggali kenyataan hidup dengan menggunakan berbagai media pengajaran, merupakan sarana yang baik untuk melatih keterampilan motorik siswa. Dalam hal ini guru dapat memberi tugas mengumpulkan berbagai artikel, berbagai gambar, berbagai potret, dan bahkan membuat perlengkapan tertentu, misalnya alat peraga yang digunakan dalam poses belajar mengajar IPS. Semua itu dapat melatih keterampilan motorik atau fisik siswa. Untuk meningkatkan keterampilan motorik, siswa harus banyak melakukan latihan-latihan. Sebagai contoh guru memberi tugas kepada siswa untuk melakukan kunjungan ke berbagai instansi untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan IPS. Selain itu siswa juga dapat diberi tugas untuk menyusun karya tulis tentang gejala, peristiwa, dan masalah sosial yang mereka alami dalam kehidupan sehari-ban. Seorang guru yang kreatif tidak akan kehabisan bahan untuk melatih keterampilan motorik siswa.
3-156 Unit 3
E. Keterampilan Intelektual (intellectual skill) Keterampilan ini memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan lingkungan dalam bentuk simbul-simbul atau konsep. Individu belajar mulai dari tingkat yang paling rendah, misalnya menulis huruf “a”, dan maju sampai ke tingkat yang lebih tinggi berapa pun adalah sesuai dengan keinginan dan kemampuan intelektualnya individu. Sebagai contoh, belajar mulai dari yang paling dasar sampai pendidikan formal, dari keterampilan berbahasa sampai keterampilan teknik suatu ilmu (misalnya teknik mesin). Mempelajari keterampilan intelektual adalah mempelajari sesuatu yang telah ada atau yang telah memiliki ciri-ciri tertentu. Misalnya, mempelajari bagaimana mengidentifikasi kapal laut pemecahan masalah “mengapa kapal dapat berjalan di atas air dan tidak tenggelam”, adalah merupakan keterampilan intelektual. Tetapi mempelajari “apa kapal itu”, adalah keterampilan yang hanya mencari suatu informasi Keterampilan intelektual yang dikembangkan dalam pengajaran IPS bertujuan untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan persoalan yang nyata dalam kehidupan di masyarakat. Aktivitas yang tampak dalam proses belajar adalah mengumpulkan, menunjukkan, memahami, menerapkan, menganalisa, dan menilai (Saidihardjo dan Sumadi HS, 1996:9798). Sangat banyak gejala, peristiwa, dan masalah sosial yang dapat dibahas bersama untuk mempertajam daya pikir, daya nalar, daya tanggap dan daya kritis siswa terhadap gejala kehidupan. Untuk meningkatkan dan memantapkan keterampilan intelektual tersebut, guru dapat melaksanakannya dengan melalui metode tanya jawab dan diskusi, Di sisi lam siswa dirangsang agar dapat mengajukan persoalan sendiri tentang hal-hal yang dianggap timpang dalam masyarakat. Dengan demikian siswa akan menjadi cepat tanggap, kritis, dan kreatif terhadap hal-hal yang dirasa tidak wajar yang mereka lihat dan alami dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka juga akan memiliki penalaran yang lebih peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Keterampilan intelektual ini menjadi bekal yang berharga bagi siswa dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan dan masalah dewasa ini dan bekerja sama dengan orang lain, keterampilan mengambil giliran pekerjaan dalam kehidupan bermasyarakat, keterampilan menghormati dan menghargai orang lain, keterampilan terhadap kepekaan akan kehidupan masyarakat, keterampilan mengarahkan dan menguasai diri sendiri dalam kehidupan bermasyarakat, dan keterampilan mengajukan gagasan dan pandangan terhadap pengalaman orang lain. Keterampilan-
Kajian IPS SD
3-157
keterampilan tersebut tidak akan dapat diperoleh dengan begitu saja, melainkan harus diperoleh dengan melalui latihan-latihan yang terarah. Pengajaran IPS, yang mengajarkan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan bermasyarakat, merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sosial siswa. Melakukan tugas kelompok, diskusi kelompok, mengajukan pendapat tentang kondisi kehidupan di masyarakat bukan hanya melatih keterampilan intelektual, melainkan juga dapat melatih keterampilan sosial. Selain itu guru juga dapat memberi tugas dengan melibatkan siswa dalam kegiatan organisasi kesiswaan, kegiatan PMI, kegiatan kerja bakti, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan dan memantapkan keterampilan sosial siswa. Dengan meningkatnya keterampilan sosial, diharapkan penghayatan dan pengamalan siswa terhadap sila-sila Pancasila akan semakin meningkat. Dengan bimbingan guru, siswa harus mengembangkan keterampilanketerampilan tersebut melalui tugas dan latihan dalam proses belajar mengajar IPS di sekolah. Dengan demikian keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial yang telah dimiliki siswa akan senantiasa berkembang dan menjadi lebih mantap. Demikianlah gambaran yang berhubungan dengan keterampilan dalam ilmu pengetahuan sosial.
Latihan Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi Subunit 3 mengenai keterampilan dalam ilmu pengetahuan sosial di atas, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini 1. Dalam kehidupan bermasyarakat, banyak dijumpai permasalahan sosial. Jelaskan keterampilan-keterampilan IPS apa saja yang dapat diterapkan dalam menghadapi serta mengatasi masalah-masalah sosial tersebut? 2. Coba Anda kemukakan sikap mental masyarakat yang ada di sekitar Anda yang menghambat pembangunan sebut dan jelaskan! 3. Guru IPS selain ia harus melaksanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah, ia juga harus berperan di masyarakat jelaskan mengapa demikian? Diskusikan dengan teman mahasiswa anda dalam kelompok kecil! 4. Masalah sosial yang terjadi di masyarakat seperti masalah pengangguran, masalah lingkungan, kemiskinan dan sebagainya, merupakan suatu sistem yang dapat dilihat atau dipertimbangkan dari berbagai aspek kehidupan. Coba Anda 3-158 Unit 3
memilih salah satu masalah sosial di atas dengan memberi contoh mengatasinya dengan menggunakan pendekatan interdisipliner ilmu-ilmu sosial, diskusikan dengan teman untuk menemukan jawabannya!
Rambu-Rambu Jawaban Latihan Pertanyaan yang tercantum pada latihan di atas, tidak disediakan kunci jawabannya. Anda harus menggali jawaban sendiri atau berdiskusi dengan sesama mahasiswa untuk memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan di atas. Anda dipersilahkan melakukannya.
Rangkuman Menghadapi kehidupan masyarakat yang serba dinamis dalam jagat raya ini, banyak hambatan, tantangan serta permasalahan yang ada perlu mendapat perhatian kita bersama termasuk Anda mahasiswa sebagai anggota masyarakat. Untuk mengetahui permasalahan yang pada masyarakat, tentunya tergantung kepada ketajaman panca indera, pengalaman dan pengetahuan yang ada pada diri kita masing-masing. Pengertian dan penghayatan dipengaruhi oleh minat, perhatian dan keingintahuan pribadi kita masing-masing sebagai pengaruh dan kerja sama kondisi psiko-biologis, lingkungan dan pendidikan kita. Sebagai guru IPS yang juga sebagai anggota masyarakat, dalam hidup dan kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang selalu mengalami perubahan, ia harus memiliki bakal kemampuan/keterampilan mental, kemampuan/keterampilan personal dan sekaligus memiliki kemampuan/keterampilan sosial sebagai innovator maupun untuk menyelamatkan kehidupan dan kelestarian masyarakat. Sebagai anggota masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan dalam hal ini Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dituntut kreativitas sehingga ia dapat berperan sebagai inovator dan dinamisator dalam proses pembaruan/pembangunan. Berbagai keterampilan dasar IPS dapat diterapkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat, baik dalam melihat permasalahan sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat, seperti faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan maupun upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Keterampilan dasar IPS dalam melihat permasalahan ditinjau dari berbagai aspek dengan pendekatan
Kajian IPS SD
3-159
berbagai bidang studi ilmu-ilmu sosial secara interdisiplin/terintegrasi sehingga untuk mengatasinya dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan tuntas.
Tes Formatif 3 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Sebagai keterampilan dasar IPS yang dapat diterapkan dalam rangka membantu memgatasi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat adalah.… A. memberi pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya memiliki pengetahuan sosial (IPS) B. menanamkan kesadaran kepada anggota masyarakat akan pentingnya hidup bersama C. membantu faktor penyebab dari sudut pandang disiplin ilmu-ilmu sosial secara terintegrasi/interdisipliner D. memberikan ceramah-ceramah yang berhubungan dengan penanaman nilainilai yang terkandung dalam pancasila untuk menangkal unsur-unsur kebudayaan asing 2. Lingkungan yang dominan dan yang pertama mempengaruhi kepribadian seseorang adalah…. A. lingkungan alam/fisik dimana seseorang itu tinggal B. lingkungan dimana segala fasilitas kehidupan lengkap C. lingkungan teman-teman sepermainan D. lingkungan keluarganya sendiri 3. Bagi seorang guru, termasuk guru IPS perlu memiliki kepribadian yang mantap dan baik, hal ini karena…. A. guru mempunyai keterampilan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat B. guru mempunyai keterbatasan keterampilan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat C. guru merupakan contoh dan teladan bagi anggota masyarakat lainnya. D. guru mempunyai mental yang pantang menyerah
3-160 Unit 3
4. Sikap yang baik dalam menjaga kestabilan, keterampilan dan keamanan masyarakat dalam menerima unsur-unsur kebudayaan asing (luar) adalah.… A. menutup diri rapat-rapat dari berbagai unsur kebudayaan asing B. membuka lebar-lebar berbagai unsur kebudayaan asing dapat memacu pembaruan/pembangunan C. membuka masuknya unsur-unsur kebudayaan asing, kemudian menyeleksinya mana yang cocok dengan kebudayaan kita dan mana yang tidak cocok yang dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan bermasyarakat D. bersifat acuh (masa bodoh) saja 5. Masalah-masalah sosial yang terdapat di masyarakat dapat terjadi pada.... A. masyarakat yang mendapat pengaruh asing (luar) B. masyarakat yang tidak mengalami perubahan C. masyarakat yang mengalami perubahan sosialnya sangat cepat D. setiap masyarakat, baik yang mengalami perubahan yang cepat maupun pada masyarakat yang lambat mengalami perubahan. Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 tentang keterampilan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial, kemudian hitunglah jawaban yang benar, dengan menggunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Subunit 3. Jumlah Jawaban Yang Benar Tingkat penguasaan = x 100% 5 Konversi penguasaan : 90 -100% : baik sekali 80 - 89% : baik 70 – 79% : cukup < 70% : kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Unit 4. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Subunit 3, terutama bagian yang belum dikuasai.
Kajian IPS SD
3-161
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes formatif 1
1. D 2. B 3. A 4. B 5. B
TES FORMATIF 3
1. 2. 3. 4. 5.
B D C C D
3-162 Unit 3
Tes formatif 2
1. C 2. A 3. B 4. D 5. C
Daftar Pustaka Abdullah N. S (1987). Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Program Pendidikan Koperasi FPIPS IKIP. Achmad Sanusi, Dt. (1971). Studi Sosial di Indonesia. Bandung: IKIP. Bimo Walgito. (1983). Psikologi Sosial, suatu Pengantar. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Djojo Suradisastra, dkk. (1992). Pendidikan IPS III, Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Ditjen Dikti. Hidayati. (2004). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bahan Ajar FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Husein Achmad, dkk. (1982). Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: FKIS IKIP. Kardiyono .(1980) Mengajar Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta P3G Departemen P dan K. Koentjaraningrat. (1969). Pengantar Antropologi. Jakarta: PD. Aksara. ______________(1974). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Kosasih Djahiri. (1979) Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPP-IPS IKIP. Maman Abdurahman (1980). Ilmu-Ilmu Sosial Dasar. Bandung: IKIP. Nursid Sumaatmadja. (1986). Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Karunia UT.
Kajian IPS SD
3-163
Taneo. S. P. (2005). Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. (Bahan Ajar). Kupang Undana FKIP. Tukidi. B. (1992). Materi Ilmu Pengetahuan Sosial Bandung PGSD. Jakarta: FIP – IKIP.
3-164 Unit 3