Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkupan Hak Cipta: Pasal 2 Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatas menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana: Pasal 72 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).
Penerbit CV Kekata Group, Surakarta 2017
ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH Copyright © Ika Yuni Susanti, Dyah Permata Sari Penulis: Ika Yuni Susanti, Dyah Permata Sari Editor: Aditya Kusuma Putra Penata Letak: Arief Setyawan Penata Sampul: Raditya Pramono Sebagian materi sampul bersumber dari internet CV KEKATA GROUP Kekata Publisher
[email protected] www.kekatapublisher.com Facebook: Kekata Perum Triyagan Regency Blok A No 1, Mojolaban, Surakarta Cetakan Pertama, Maret 2017 Surakarta, Bebuku Publisher, 2017 viii + 158 hal; 14,8 x21 cm ISBN: Katalog Dalam Terbitan Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan pembuatan buku dengan judul “Asuhan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah”. Buku ini disusun berdasarkan Acuan Silabus Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Kurikulum Kebidanan Revisi Tahun 2014. Materi dalam buku ini berkaitan dengan asuhan kebidanan pada neontus, bayi, balita dan anak pra sekolah mencakup konsep teoritis maupun praktis. Tujuan buku ini untuk membantu dosen dan mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan memperkaya modul pembelajaran. Diharapkan buku ini dapat berkembang lebih lanjut di masa mendatang dan dapat memberi kontribusi nyata untuk mewujudkan kualitas Pendidikan DIII Kebidanan yang lebih baik. Kritik dan saran kami nantikan untuk perbaikan. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam proses pembuatan dan penerbitan. Semoga Allah SWT selalu memberikan bimbingan kepada kita bersama dalam upaya meningkatkan kualitas anak sebagai generasi penerus bangsa. Aamiin.
Mojokerto, Januari 2017
Ika Yuni Susanti Dyah Permata Sari v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................... BAB 1 KONSEP ASUHAN NEONATUS, ........................................ A. Adaptasi Bayi Baru Lahir............................................ B. Pencegahan Infeksi..................................................... C. Rawat Gabung ............................................................
v vi 1 1 2 4
BAB 2 ASUHAN PADA BAYI USIA 2-6 HARI .............................. A. Pengkajian Fisik ......................................................... B. Pengkajian Antropometri ........................................... C. Tanda Bahaya ............................................................. D. Penyuluhan.................................................................
7 7 9 10 11
BAB 3 MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)................ A. Pelaksanaan MTBM pada Bayi Umur Kurang dari 2 Bulan........................................................................... B. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang 2 Bulan........................................................................... C. Tindakan dan Pengobatan.......................................... D. Konseling Bagi Ibu ...................................................... E. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut ....
12
BAB 4 MANAGEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) ........... A. Definisi MTBS ............................................................. B. Tujuan MTBS .............................................................. C. Proses Manajemen Kasus Balita Sakit ........................ D. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 Tahun..........................................................................
27 28 28 29
vi
13 15 23 25 26
31
BAB 5 PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG .............................. A. Konsep Tumbuh Kembang ......................................... B. Stimulasi ..................................................................... C. DDTK .......................................................................... D. Denver II .....................................................................
42 42 46 51 53
BAB 6 ASUHAN NEONATUS DENGAN MASALAH KESEHATAN A. Hemangioma .............................................................. B. Ikterik ......................................................................... C. Gumoh ........................................................................ D. Oral Trush ................................................................... E. Diaper Rush (Ruam Popok) ........................................ F. Seborrhea ................................................................... G. Bisulan (Furunkel) ...................................................... H. Milliariasis (Biang Keringat) ...................................... I. Diare ........................................................................... J. Obtsipasi ..................................................................... K. Infeksi ......................................................................... L. Bayi Meninggal Mendadak .........................................
55 55 58 63 65 69 70 72 73 76 80 82 88
BAB 7 ASUHAN NEONATUS DENGAN RISIKO TINGGI............... A. BBLR ........................................................................... B. Asfiksia Neonatorum .................................................. C. Sindrom Gangguan Pernapasan ................................. D. Pendarahan Tali Pusat ............................................... E. Kejang ......................................................................... F. Hypotermi .................................................................. G. Hypoglikemi ............................................................... H. Tetanus Neonatorum ................................................. I. HIV/AIDS ....................................................................
92 92 102 106 109 111 118 122 127 128
vii
BAB 8 IMUNISASI ....................................................................... A. Imunisasi dan Vaksinasi ............................................. B. Keuntungan Imunisasi ............................................... C. Program Imunisasi ..................................................... D. Pemberian Imunisasi.................................................. E. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) ....................
134 134 134 135 135 138
BAB 9 PENATALAKSANAAN RUJUKAN...................................... A. Pelayanan Kesehatan ................................................. B. Jenis Rujukan .............................................................. C. Prinsip Dasar Rujukan................................................ D. Kasus yang Harus Dirujuk .......................................... E. Proses Rujukan ........................................................... F. Tindakan Sebelum dan Selama Rujukan ....................
140 140 141 142 142 142 143
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 144 BIODATA PENULIS ........................................................................................... 157
viii
BAB 1 KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN APRAS
A. Adaptasi Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir akan mengalami adaptasi dengan lingkungan yang sebelumnya di dalam kandungan tergantunng dengan ibunya menjadi di luar kandungan yang menjadi mandiri secara fisiologis karena: 1. Mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya yang baru. 2. Mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup. 3. Dapat mengatur suhu tubuh. 4. Dapat melawan setiap penyakit dan infeksi. Sebelum diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |1
trasnsisi. Periode transisi terjadi segera setelah lahir dan dapat berlangsung sampai 1 bulan atau lebih (untuk beberapa sistem). Transisi yang paling nyata dan cepat adalah sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi dan sistem metabolisme glukosa.
B. Pencegahan Infeksi Definisi Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum sempurna. Kewaspadaan Pencegahan Infeksi Sebaiknya siapapun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut: 1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi. 2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi. 3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan. 4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya. 5. Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan sebelum daur ulang. 6. Bersihkan ruang peralatan pasien secara rutin. 7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi dalam ruangan khusus.
2| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Cara Pencegahan Infeksi Beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi adalah: 1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau gunakan cairan pembersih tangan berbasih alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi. 2. Beri petunjuk pada ibu dan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. 3. Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan tisu bersih/handuk pribadi. 4. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2ml gliserin dan 100ml alkohol 60%. Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersih dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering. 5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi. 6. Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangan bertelanjang kaki. 7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan/perawatan. 8. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai ulang. Teknik Aseptik untuk Melakukan Perawatan Cuci tangan selama 3-5menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun antiseptic. Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang di DTT. Siapkan bayi untuk dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan antiseptik dengan gerakan melingkar dari sentral keluar seperti membentuk spiral. Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkontaminasi atau tidak, anggaplah sudah terkontaminasi.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |3
1. 2. 3.
4.
Perawatan umum yang dilakukan antara lain: Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL, sampai dengan memandikan bayi minimal 6 jam. Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat kemudian keringkan. Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau setiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat atau sabun lalu keringkan dengan hati-hati. Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.
C. Rawat Gabung Definisi Rawat gabung merupakan suatu cara perawatan ketika bayi baru lahir ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangan (perawatan terpadu ibu dan anak). Tujuan Tujuan rawat gabung adalah: 1. Mencegah infeksi silang. 2. Agar bayi mendapatkan kolostrum ASI. 3. Memberi rangsangan secara dini untuk pertumbuhan dan perkembangan. 4. Membantu hubungan ibu dan bayi agar lebih dekat dan erat. 5. Member kesempatan pada ibu dan keluarga agar mendapat pengalaman. 6. Memberikan pendidikan kesehatan. Manfaat Manfaat bagi ibu dari segi psikologis adalah meningkatkan keakraban dan ikatan ibu dan bayinya, memberi kesempatan pada ibu untuk belajar merawat sendiri bayinya, memberi rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat 4| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
bayinya dan member kesempatan pada ibu untuk mengenal tangisan bayinya. Sedangkan manfaat dari segi fisik bagi ibu adalah involusi uterus akan terjadi dengan baik, mempercepat mobilisasi dan mempercepat produksi ASI. Manfaat bagi bayi dari segi psikologis adalah dengan sentuhan dapat merupakan stimulasi mental dini yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak, khususnya rasa aman. Sedangkan manfaat bagi bayi dari segi fisik adalah melindungi bayi dari bahaya infeksi, mengurangi kemungkinan terjadi infeksi nosokomial, mengurangi bahaya aspirasi dan bayi menyusu dengan teknik yang benar. Manfaat bagi keluarga dari segi psikologis adalah dapat mendorong ibu agar menyusui bayinya dan memberi kesempatan bagi ibu dan keluarga untuk mendapat pengalaman cara merawat bayi. Sedangkan manfaat bagi keluarga dari segi ekonomi adalah biaya perawatan sedikit, tidak perlu membeli susu, dan perlengkapan serta anak jarang sakit sehingga biaya berobat berkurang. Manfaat bagi bidan dari segi psikologis adalah dari segi kebutuhan, susu formula, perlengkapan, dan obat-obatan akan berkurang. Manfaat dari segi kebutuhan medis akan berkurang dan tenaga yang ada dapat melakukan pekerjaan yang lain. Manfaat lain adalah penurunan morbiditas ibu dan bayi sehingga hari perawatan berkurang. Persyaratan Persyaratan rawat gabung yang ideal: 1. Bayi: bayi diletakkan dalam box dekat ibunya dan disediakan pakaian bayi. 2. Ibu: tempat tidur ibu dan perlengkapan nifas. 3. Ruangan: ukuran ruang untuk tempat tidur. Ruang ibu/bayi yang masih memerlukan perawatan harus dekat.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |5
4. Sarana: lemari pakaian (ibu dan anak), tempat mandi bayi dan perlengkapannya, tempat cuci tangan ibu (air mengalir), setiap ruangan mempunyai kamar mandi bagi ibu, sarana penghubung, petunjuk perawatan (payudara, bayi, makanan buteki/bufas), perlengkapan perawatan bayi, satu petugas untuk 6 pasang ibu dan bayi, petugas mempunyai kemampuan dan ketrampilan pelaksanaan rawat gabung. 5. Untuk rumah sakit pendidikan: adanya audio visual dan buku. 6. Adanya sistem pencatatan dan pelaporan: bayi yang mempunyai syarat rawat gabung (nilai APGAR >7, berat badan >2500gram <4000gram, masa kehamilan >36minggu dan <42 minggu, lahir spontan presentasi kepala, tanpa infeksi intrapartum). 7. Ibu harus sehat, jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan ibu untuk merangsang pengeluaran ASI. 8. Fasilitas untuk pemberian penyuluhan, persiapan ibu dan bayi dapat bersama-sama dalam ruangan. 9. Adanya petugas perinatologi. 10.Bayi diletakkan di tempat tidur bayi yang ditempatkan disamping tempat tidur ibu. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. Bila ibu dan bayi pulang, ibu akan diberi penyuluhan.
6| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
BAB 2 ASUHAN PADA BAYI USIA 2-6 HARI
A. Pengkajian Fisik Pemerikasaan pada bayi bermanfaat untuk memastikan bahwa perkembangan normal telah terjadi. Penyimpangan dari normal yang terjadi sejak lahir dapat dideteksi dan diobati secara dini untuk menurunkan risiko infeksi yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Observasi Pada Bayi 1. Warna kulit: tampak merah muda yang mengindikasikan perfusi perifer baik, pigmen gelap pada membran mukosa, tepak tangan dan kaki. 2. Pola kulit: sianosis, tampak pucat. 3. Pola napas: normal 30-50x/menit. 4. Ikterus fisiologis: muncul pada hari ke-3 dan menghilang pada hari ke-7. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |7
5. Gerakan ekstremitas: harus dapat bergerak bebas. 6. Kepala: raba seluruh garis sutura dan fontanela dengan ujung jari, normalnya fontanela harus teraba datar. 7. Mata: untuk memastikan kebersihan, tanpa ada tanda rabas. 8. Mulut: terlihat bersih dan lembab, bila ada bercak putih harus dibersihkan untuk mencegah infeksi, 9. Kulit harus bersih tanpa ruam, bercak memar atau tanda infeksi/trauma, 10.Umbilikus: untuk melihat adanya tanda-tanda pelepasan dan infeksi, 11.Berat badan: biasanya terjadi penurunan beberapa hari pertama dan kembali normal pada hari ke-10. Prinsip Pemeriksaan Bayi 1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan. 2. Cuci dan keringkan tangan untuk mengurangi risiko pada bayi dan pakai sarung tangan. 3. Pastikan bahwa pencahayaan baik sehingga visualisasi dapat dilakukan dengan baik, akses ke bayi juga harus baik, terutama bila kedua orang tua bayi ikut hadir di tempat pemeriksaan. 4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat untuk menjaga suhu tubuh bayi, pajankan hanya bagian yang diperiksa dan segera selimuti kembali. 5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh. 6. Setelah pemeriksaan selesai, catat hasilnya. Prosedur Pemerikasaan Bayi 1. Awali dengan mendiskusikan perkembangan bayi dengan orang tua. 2. Jelaskan prosedur minta persetujuan tindakan dari orang tua. 3. Diskusikan perilaku dan aktifitas bayi dengan orang tua. 4. Cusi tangan dan bila perlu pakai sarung tangan. 8| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
5. Pencahayaan harus baik dan bayi harus selalu dalam keadaan hangat. 6. Observasi warna dan tampilan umum bayi. 7. Periksa kepala, mata, mulut dan umbilikus bayi. 8. Bila perlu timbang berat badan bayi. 9. Pakaikan kembali pakaian bayi. 10.Diskusikan hasil pemeriksaan dengan orang tua. 11.Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan lakukan tindakan yang sesuai.
B. Pengkajian Antropometri Pengukuran Berat Badan 1. Timbang berat badan dengan menggunakan timbangan bayi. 2. Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan kategori: - Normal : 2500-4000 gram - BBLR : 2500 gram - Makrosomia : >4000 gram Pengukuran Panjang Badan 1. Ukur panjang badan dengan menggunakan pengukur panjang badan. 2. Lakukan penilaian dari hasil pengukuran, dengan kategori normal adalah 45-50 cm. Pemeriksaan Kepala 1. Ukur lingkar kepala. 2. Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika diameter kepala lebih besar 3cm dari lingkar dada berarti bayi mengalami hidrosefalus dan jika diameter kepala lebih kecil 3cm dari lingkar dada berarti bayi mengalami mikrosefalus. 3. Kaji jumlah dan warna lanugo tertama di daerah bahu dan punggung, Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |9
4. Kaji adanya molase, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah simetris atau asimetris. 5. Kaji kaput suksedaneum, yaitu edema kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batas tidak tegas dan melewati sutura, akan menghilang dalam beberapa hari. 6. Kaji sefal hematom, yaitu terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup kaput suksedaneum, konsistensi keras, berfluktuasi berbatas tegas pada tepi tulan tengkorak, tidak melewati sutura dan jika melewati sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak, akan menghilang dengan sempurna dalam waktu 2-6 bulan. 7. Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, dengan palpasi teraba fluktuasi. 8. Kaji adanya fontanela dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, denyutannya sama dengan denyut jantung, fontanela posterior akan dilihat proses penutupan setelah usia 2 bulan dan fontanela anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
C. Tanda Bahaya Tanda bahaya pada bayi antara lain: 1. pernapasan sulit atau >60x/menit, 2. terlalu panas/dingin, 3. warna kulit kuning, biru atau pucat, 4. isapan lemah (tidak mau mengisap), 5. mengantuk berlebihan, banyak muntah, 6. tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, 7. infeksi, dan 8. eses (lembek, kuning, hijau tua, ada lender atau darah) dan kemih (tidak berkemih dalam 24jam). 10| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
D. Penyuluhan Penyuluhan sebelum bayi pulang mencakup: 1. Ajarkan pada ibu cara perawatan bayi sehari-hari (memandikan bayi, perawatan tali pusat). 2. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6bulan dan tidak member makanan tambahan apapun pada bayi. 3. Anjurkan pada ibu cara perawatan payudara dan cara/posisi menyusui yang benar. 4. Beri tahu ibu tanda-tanda bahaya dan apa yang dilakukan bila terjadi. 5. Beri tahu ibu tentang imunisasi dan jadwalnya. 6. Anjurkan ibu untuk mengikuti keluarga berencana. Asuhan bayi yang mungkin tidak efektif atau bahkan merugikan adalah: 1. Membatasi waktu menyusui hanya sampai 10 menit saja pada masing-masing payudara atau periode lain yang ditentukan. 2. Membatasi frekuensi pemberian ASI hanya sekali dalam 3 jam atau periode lain yang ditentukan. 3. Memberikan puting artifisial atau empeng pada bayi yang diberi ASI. 4. Member tambahan minuman botol berisi air, glukosa atau susu formula sewaktu pemberian ASI. 5. Pemberian kontrasepsi hormonal pada ibu dalam 6 minggu pertama paskapartum.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |11
BAB 3 MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)
Manajemen Terpadu Bayi Muda mencakup umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 tahun tidak termasuk pada bayi muda tapi kedalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun. Bayi muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada anak. Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa bayi muda ke fasilitas kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan. 12| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan di lakukan dekteksi dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasihati dan mengajari ibu untuk melakukan asuhan dasar bayi muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Proses penanganan bayi muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.
A. Pelaksanaan MTBM pada Bayi Umur Kurang dari 2 Bulan Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, yaitu: a. Penilaian dan Klasifikasi b. Tindakan dan Pengobatan c. Konseling Bagi Ibu d. Pelayanan Tindak lanjut Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatan” untuk Bayi Muda dan untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai cara pengisian yang sama yaitu: a. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik. b. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit. c. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi. d. Konseling juga merupakan menasihati ibu yang mencakup bertanya, mendengar jawaban ibu, memuji, memberi
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |13
nasihat relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman. e. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan bayi muda atau kunjungan ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut. Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut: a. Periksa bayi muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri. Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya yang ditemukan. b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa tanda dan gejalanya yang terkait. Klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasinya dan klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri. c. Periksa semua bayi muda untuk ikterus dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang ada. d. Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian asi. Selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan. e. Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi? Tentukan status imunisasi bayi muda. f. Menanyakan status pemberian vit. k1. g. Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, perdarahan tali pusat dan sebagainya. h. Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan bayinya. Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan memperlambat rujukan. 14| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
B. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang 2 Bulan a. Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri Infeksi pada Bayi Muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi organ seperti: gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak bisa minum atau muntah, diare, demam atau hipotermia. Pada infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah.Infeksi lokal yang sering terjadi pada Bayi Muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan telinga. Memeriksa gejala kejang dapat dilakukan dengan cara (Tanya, Lihat, Raba). 1) Kejang Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan kegawatdaruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤ 2 hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir, dan kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus neonatorium. a. Tanya: adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau istilah lokal yang mudah dimengerti ibu. b. Lihat: apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadaran menurun menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi pada saat baju bayi dibuka akan terbangun. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |15
c. Lihat: apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan berulang pada mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada satu sisi. d. Lihat: apakah mulut bayi mencucu? e. Lihat dan raba: apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan. Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus neonatorum. f. Dengar: apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? g. Biasanya menunjukkan ada proses tekanan intra kranial atau kerusakan susunan saraf pusat lainnya. 2) Bayi tidak bisa minum dan memuntahkannya Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap dan menelan. Bayi mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat menelan apapun. 3) Gangguan Napas Pola napas Bayi Muda tidak teratur (normal 30-59 kali/menit) jika <30 kali/menit atau ≥60 kali/menit menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai dengan tanda atau gejala bayi biru (sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat (dalam sangat kuat mudah terlihat dan menetap), pernapasan cuping hidung serta terdengar suara merintih (napas pendek menandakan kesulitan bernapas). 4) Hipotermia Suhu normal 36,5-37,5⁰C jika suhu <35,5⁰C disebut hipotermia berat yang mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk, suhu 35,5-36,0⁰C disebut hipotermia sedang dan suhu ≥37,5⁰C disebut demam.
16| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Mengukur suhu menggunakan termometer pada aksiler selama 5 menit tidak dianjurkan secara rektal karena dapat mengakibatkan perlukaan rektal. 5) Infeksi Bakteri Lokal a. Infeksi Bakteri Lokal Kejadian yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit, mata dan pusar. Pada kulit apakah ada tanda gejala bercak merah, benjolan berisi nanah di kulit. Pada mata terlihat bernanah, berat ringannya dilihat dari produksi nanah dan mata bengkak. Pusar kemerahan atau bernanah (kemerahan meluas ke kulit daerah perut berbau, bernanah) berarti bayi mengalami infeksi berat. Klasifikasi Kemungkinan Panyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri Tanda atau Gejala Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU Riwayat kejang ATAU Bergerak hanya jika distimulasi ATAU Napas cepat ATAU Napas lambat ATAU Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat ATAU Merintih ATAU Demam (≥ 37,5C) ATAU Hipotermi ( <35,5C) ATAU Nanah yang banyak di mata ATAU Pusar kemerahan meluas sampai dinding perut
Klasifikasi
PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT
Pustul kulit ATAU Mata bernanah ATAU Pusat kemerahan atau bernanah
INFEKSI BAKTERI LOKAL
Tidak terdapat salah satu tanda di atas
MUNGKIN BUKAN INFEKSI
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |17
b. Diare Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Biasanya bayi dehidrasi rewel dan gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi kehilangan cairan matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan kembali dengan lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk lihat apakah kulit itu kembali lagi dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik), lambat atau segera. Klasifikasi Diare Tanda dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut: Letargis atau tidak sadar Mata Cekung Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat Terdapat 2 atau lebih tanda berikut: Gelisah atau rewel Mata Cekung Cubitan kulit perut kembali lambat Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau ringan/sedang
Klasifikasi DIARE DEHIDRASI BERAT
DIARE DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG
DIARE TANPA DEHIDRASI
c. Ikterus Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan sebagian besar (80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena ketidak cocokan gol. darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan saraf pusat). 18| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu.Lihat tinja pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu. Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER: · · · · ·
Kramer 1: kuning pada daerah kepala dan leher. Kramer 2: kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas). Kramer 3: kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku. Kramer 4: kuning sampai pergelangan tangan dan kaki. Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki. Klasifikasi Ikterus Tanda dan Gejala 1) Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam) ATAU 2) Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari ATAU 3) Kuning sampai telapak tangan /telapak kaki ATAU 4) Tinja berwarna pucat 5) Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai telapak tangan/kaki 6) Tidak kuning
Klasifikasi IKTERUS BERAT
IKTERUS
TIDAK ADA IKTERUS
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |19
d. Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan Atau Masalah Pemberian ASI Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi 6 bulan pertama kehidupannya, jika ada masalah pemberian ASI maka bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit. Tanyakan: apakah IMD dilakukan, apakah ada kesulitan menyusui, apakah bayi diberi ASI dan berapa kali dalam 24 jam, apakah bayi diberi selain ASI. Lihat: apakah ada bercak putih di mulut, adakah celah bibir/ di langit-langit. Timbang dan menentukan BB menurut umur dipakai standar WHO 2005 yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Bayi muda dengan berat badan rendah yang memiliki BB menurut umur < -3 SD (di bawah garis merah), antara -2 SD dan -3 SD (BB pada pita kuning), >-2 SD (tidak ada masalah BB rendah). Penilaian Cara pemberian ASI (jika ada kesulitan pemberian ASI/diberi ASI kurang dari 8 jam dalam 24 jam, diberi selain ASI, BB rendah menurut umur). 1. Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir jika tidak sarankan ibu untuk menyusui, jika iya menunggu bayi mau menyusu lagi, amati pemberian ASI. 2. Lihat bayi menyusu dengan baik (posisi bayi benar, melekat dengan baik, mengisap dengan efektif).
20| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Klasifikasi Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan Atau Masalah Pemberian Asi Tanda dan Gejala 1) Ada kesulitan pemberian ASI 2) )Berat badan menurut umur rendah 3) ASI kurang dari 8 kali perhari 4) Mendapat makanan/minuman lain selain ASI 5) Posisi bayi salah 6) Tidak melekat dengan baik 7) Tidak mengisap dengan efektif 8) Terdapat luka bercak putih 9) Terdapat celah bibir/ langitlangit Tidak terdapat tanda/gejala diatas
Klasifikasi
BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR DAN MASALAH PEMBERIAN ASI
BERAT BADAN TINDAK RENDAH MENURUT UMUR DAN TIDAK ADA MASALAH PEMBERIAN ASI
e. Memeriksa Status /Penyuntikan Vitamin K1 Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka semua bayi yang berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN= Haemorrhagic Disease of the Newborn). Perdarahan bisa ringan atau berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan intrakranial dan untuk mencegah di atas maka semua bayi diberikan suntikan vit. K1 setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hb0. f. Memeriksa Status Imunisasi Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi pada saat persalinan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk mencegah terjadi infeksi vertikal bayi harus diimunisasi HB sedini mungkin. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |21
Imunisasi HB0 diberikan (0-7 hari) di paha kanan selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG di lengan kiri dan polio diberikan 2 tetes oral yang dijadwalnya disesuaikan dengan tempat lahir. g. Memeriksa masalah/keluhan Lain 1. Memeriksa kelainan bawaan/kongenital Adalah kelainan pada bayi baru lahir bukan akibat trauma lahir dan untuk mengenali jenis kelainan lakukan pemeriksaan fisik (anensefalus, hidrosefalus, meningomielokel dll). 2. Memeriksa kemungkinan trauma lahir Merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi pada proses persalinan (kaput suksedanium, sefal hematoma, dll). 3. Memeriksa perdarahan tali pusat Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat longgar setelah beberapa hari dan bila tidak ditangani dapat syok. h. Memeriksa masalah ibu Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu kontak dengan Bayi Muda untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu. Masalah yang mungkin berpengaruh kepada kesehatan bayi: 1. Bagaimana keadaan ibu dan apakah ada keluhan (misalkan: demam, sakit kepala, pusing, depresi) 2. Apakah ada masalah tentang (pola makan-minum, waktu istirahat, kebiasaan BAK dan BAB) 3. Apakah lokea berbau, warna dan nyeri perineum 4. Apakah ASI lancar 5. Apakah ada kesulitan merawat bayi 6. Apakah ibu minum tablet besi, vit. A dan menggunakan alat kontrasepsi 22| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
C. Tindakan dan Pengobatan Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan yang lebih baik dan sebelum merujuk lakukan pengobatan prarujukan dan minta Informed Consent. Klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan. a. Memerlukan Rujukan Klasifikasi berat (warna merah muda) memerlukan rujukan segera, tetap lakukan pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga rujukan tidak terlambat, contoh: 1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat 2) Ikterus berat 3) Diare dehidrasi berat Tindakan/Pengobatan Pra Rujukan 1) Kejang a) Bebaskan jalan napas dan memberi oksigen b) Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg= 0,6 ml IM, pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥ 2500 gr per rektal) c) Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi d) Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat rujukan e) Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital f) Beri dosis pertama antibiotika PP 2) Gangguan napas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat a) Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu diganjal dengan gulungan kain b) Bersihkan jalan napas dan beri oksigen 2 l per menit Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |23
3)
4)
5)
6)
7)
c) Jika apnor lakukan resusitasi Hipotermi a) Menghangatkan tubuh bayi b) Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan beri ASI perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat menyebabkan kerusakan otak c) Nasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan d) Rujuk segeta Ikterus a) Cegah turunnya gula darah b) Nasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat c) Rujuk segera Gangguan saluran cerna a) Jangan berikan makanan/minuman apapun peroral b) Cegah turunnya gula darah dengan infus c) Jaga kehangatan bayi d) Rujuk segerta Diare a) Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB 30 ml/kg BB selama 1 jam 70 ml/ kg BB selama 5 jam Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg BB/jam b) Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (120 ml/kg BB) c) Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi Berat tubuh rendah dan atau gangguan pemberian ASI a) Cegah penurunan gula darah dengan pemberian infus b) Jaga kehangatan bayi c) Rujuk segera
24| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
b. Tidak Memerlukan Rujukan Klasifikasi yang berwarna kuning dan hijau, misalnya infeksi bakteri lokal, mungkin bukan infeksi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, ikterus, berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI, berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI Di bawah ini beberapa tindakan/pengobatan pada Bayi Muda yang tidak memerlukan rujukan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Menghangatkan tubuh bayi segera Mencegah gula darah tidak turun Memberi antibiotik per oral yang sesuai Mengobati infeksi bakteri lokal Melakukan rehidrasi oral baik di klinik maupun di rumah Mengobati luka atau bercak putih di mulut Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi, menjaga bayi tetap hangat, memberi ASI sesering mungkin, imunisasi)
D. Konseling Bagi Ibu Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan hijau a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat, dosis, cara pemberian) b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata /salep tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan bahan penyerap, luka dimulut dengan gentian violet) c. Mengajari pemberian oralit d. Menasihati ibu tentang pemberian ASI: pemberian ASI eksklusif, cara meningkatkan produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki, cara menyimpan ASI Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |25
e. Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal pemberian imunisasi f. Menasihati ibu kapan harus segera membawa bayi kepetugas kesehatan dan kapan kunjungan ulang g. Menasihati ibu tentang kesehatan dirinya
E. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut Pada kunjungan ulang petugas dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat atau tindakan lainnya. Apabila anak mempunyai masalah lain gunakan penilaian awal lengkap pada kunjungan awal. Kunjungan ulang: a. Dua hari 1) Infeksi bakteri lokal 2) Gangguan pemberian ASI 3) Luka atau bercak putih di mulut 4) Hipotermi sedang 5) Diare dengan dehidrasi ringan /sedang 6) Ikterus fisiologik jika tetap kuning b. 14 hari Berat Badan Rendah menurut umur.
26| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
BAB 4 MANAGEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dan lain-lain. Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita.Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |27
imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
A. Definisi MTBS Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka kesakitan. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tata laksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun).
B. Tujuan MTBS Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan
28| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
konttribusi terhadap pertumbuhan perkembangan kesehatan anak. Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu-ibu dalam merawat anaknya di rumah serta upaya mengoptimalkan sistem rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.
C. Proses Manajemen Kasus Balita Sakit Proses manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, yaitu: b. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik. c. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Memilih suatu kategori atau klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnose spesifik penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah. d. Memberi konseling bagi ibu Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |29
Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan. e. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak lanjut. Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang. Kegiatan MTBS memiliki menguntungkan, yaitu:
3
komponen
khas
yang
a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tata laksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan nondokter, dapat pula memeriksa dan menangani pasien apabila sudah dilatih). b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS). c. Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
30| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
D. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 Tahun Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Penilaian Tanda & Gejala Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah, kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernapas, adanya diare, lemah, masalah telinga, malnutrisi, anemia dan lain-lain). a) Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernapas, tanda bahaya umum, tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, napas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih per menit sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali per menit. b) Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah). c) Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut, mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |31
lemah, ektremitas dingin, muntah darah, berak hitam, perdarahan hidung, perdarahan bawah kulit, nyeri ulu hati, dan lain-lain. d) Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya pembengkakan, adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari, dan lain-lain. e) Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi di bawah garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur. 2) Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut. a) Klasifikasi Pneumonia Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: (1) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding dada kedalam,adanya stridor. (2) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat. (3) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya keluhan batuk. b) Klasifikasi Dehidrasi Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
32| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
(1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, turgor kulit jelek sekali. (2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah, rewet, mata cekung, haus, turgor jelek. (3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi. c) Klasifikasi Diare Persisten Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. d) Klasifikasi Disentri Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah. e) Klasifikasi Risiko Malaria Pada klasifikasi risiko malaria ini dikelompokkan menjadi risiko tinggi rendah atau tampak risiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan risiko terhadap malaria ataukah pernah ke daerah yang berisiko, maka apabila terdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Klasifikasi dengan risiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5⁰C atau lebih. (2) Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu penyakit berat Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |33
dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa risiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk. f) Klasifikasi Campak Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah. (2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas. g) Demam Berdarah Dengue Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu: (1) DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptkie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif. 34| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
(2) Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie (3) Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam. h) Klasifikasi Masalah Telinga Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu: (1) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di belakang telinga. (2) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga. (3) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih. (4) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas. i) Klasifikasi Status Gizi Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan. 2. Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah garis merah 3. Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti di atas.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |35
3) Penentuan Tindakan & Pengobatan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada. a) Pneumonia Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut. Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah: (1) Berikan dosis petama antibiotika (2) Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim+ sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilin (3) Lakukan rujukan segera b) Dehidrasi Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb: (1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl (2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravena (3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum (4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi (5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
36| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
c) Diare Persisten Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila ditemukan adanya kolera maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah: pilihan pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin. d) Risiko Malaria Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria dapat ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb: (1) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muscular. (2) Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah klorokuin+ primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan). (3) Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin. e) Campak Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut: Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5⁰C), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |37
f) Demam Berdarah Dengue Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah: (1) Berikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral selama perjalan. (2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit. (3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-20 ml/kg bb dalam /1 jam. g) Masalah Telinga Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap. h) Status Gizi Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai adanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah risiko tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 38| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif. 4) Pemberian Konseling Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang: a) Konseling pemberian makan pada anak (1) Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain. (2) Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu b) Konseling pemberian cairan selama sakit Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang. c) Konseling kunjungan ulang Pada pemberian konseling tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan pada ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan ibu harus segera ke petugas kesehatan.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |39
5) Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut a) Pnemonia Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi napas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila napas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari. b) Diare Persistem Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur. c) Disentri Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masih mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya. d) Risiko malaria Pelayan tindak lanjut pada risiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap.
40| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
e) Campak Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi atau memerhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar. f) Demam Berdarah Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada, apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat, akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut. g) Masalah Telinga Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktu kunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri di belakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan dan apabila masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga, apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara mengeringkannya, kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |41
BAB 5 PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG
A. Konsep Tumbuh Kembang 1. Definisi Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa. Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan per dedinisi yaitu: a. Pertumbuhan Petumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan 42| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
struktur organ-organ tubuh dan otak. Misalnya hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat dan mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental. Pertumbuhan fisik dapat diketahui dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan tandatanda seks sekunder. b. Perkembangan Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan menyang-kut proses diferensiasi sel tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progesif, terarah dan terpadu/koheren. Progesif berarti perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke kepan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan berikutnya. 2. Tujuan Tujuan ilmu tumbuh kembang adalah: - Memahami pola normal tumbuh kembang anak. - Mempelajari faktor-faktor yang terkait dengan tumbuh kembang anak. - Melakukan upaya-upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang fisik, mental/kognitif, maupun sosial emosional. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |43
- Melakukan deteksi dini terhadap kelainan tumbuh kembang dengan cara melakukan screning rutin serta melakukan assessment untuk menegakkan diagnosis dan mencari penyebab. - Melakukan tata laksana yang komprehensif terhadap masalah-masalah yang terkait dengan tumbuh kembang anak, serta melakukan upaya pencegahan. 3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Tumbuh kembang anak memiliki cirri-ciri tertentu, yaitu: - Perkembangan melibatkan perubahan. - Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya. - Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar. - Pola perkembangan mempunyai karakterikstik yang dapat diramalkan. - Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, - Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan. - Terdapat harapan social untuk setiap perode perkembangan. - Setiap area perkembangan mempunyai potensi risiko. 4. Tahap Tumbuh Kembang Tahap-tahap tumbuh kembang anak adalah: - Masa pranatal a. Masa zigot/mudigah : konsepsi– 2minggu b. Masa embrio : 2minggu-9/12minggu c. Masa janin/fetus : 9/12minggu-lahir - Masa fetus dini : 9minggu-trimester2 - Masa fetus lanjut : trimester3 kehamilan - Masa bayi (infant) a. Masa neonatal - Masa neonatal dini : 0-7hari 44| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
- Masa neonatl lanjut : 8-28hari b. Masa paskaneonatal : 29hari-12/15bulan - Masa anak dini ( toddlerhood): usia 1-3tahun - Masa prasekolah (early childhood): usia 3-6tahun - Masa sekolah a) Masa praremaja (middle and late childhood): usia 6-18/20tahun b) Masa remaja (adolescence) - Masa remaja dini (early adolescence): 1113tahun - Masa remaja pertengahan (middle adolescence): 14-17tahun - Masa remaja lanjut (late adolescence): 17-20 tahun 5. Kebutuhan Dasar Anak Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi tiga kebutuhan dasar: -
Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) Kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan/gizi (kebutuhan terpenting), perawatan kesehatan dasar (imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak secara teratur, pengobatan kalau sakit), papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kebugaran jasmani, rekreasi dan lain-lain.
-
Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang perlu kasih sayang yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengasuh dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tmbuh kembang yang optimal, baik fisik, mental maupun psikososial. Peran dan kehadiran ibu/pengasuh sedini dan selanggeng mungkin akan Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |45
menjalin rasa aman bagi bayi. Hubungan ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/tatap mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah bayi lahir (inisiasi dini). Peran ayah dalam memberikan kasih saying dan menjaga keharminisan keluarga juga merupakan media yang bagus untuk tumbuh kembang anak. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada tumbuh kembang anak secara fisik, mental, sosal, emosi yang disebut sindrom deprovasi maternal. Kasih saying dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar (basic trust). -
Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH) Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental akan merangsang perkembangan mental psikososial yaitu kecerdasan, kemandirian, kreatifitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
B. Stimulasi 1. Macam Stimulasi Anak membutuhkan bermacam-macam stimulasi. Stimulasi yang diberikan pada anak harus proposional, baik dalam kualitas maupun kuantitas dan sesuai dnegan tingkat maturitas syaraf anak. Stimulasi sebaiknya dilakukan terhadap semua aspek perkembangan anak, tidak hanya dalam bidang intelektual, melainkan juga emosinal dan moral-spiritual. Diharapkan pada waktu dewasa kelak, selain mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi,
46| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
juga mempunyai kecerdasan emosional kecerdasan moral-spiritual (SQ) yang tinggi.
(EQ)
dan
Macam-macam stimulasi adalah: - Sensorik: taktil, auditori, visual, bau, rasa - Motorik (locomotion): motorik kasar, motorik halus, vestibular - Kognitif, intelegensia, kreativitas - Emosi, sosial, kerjasama, kepemimpinan - Moral-spiritual: sopan santun/etika, moral/budi pekerti, agama - Multi modal/semua aspek perkembangan 2. Prinsip-prinsip Stimulasi Prinsip-prinsip dalam melakukan stimulasi untuk memperkaya lingkungan anak adalah: - Memberikan lingkungan emosional yang positif, seperti cinta, kasih sayang dan kehangatan sejak bayi dalam kandungan. Pola asuh yang demokratik merupkan pola asuh yang memberikan lingkungan yang positif untuk stimulasi tumbuh kembang anak. - Memberikan makanan yang bergizi dan perawatan kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar anak. Pada anak yang kurang gizi atau sering sakit, pertumbuhan otaknya terganggu, sehingga respons terhadap stimulasi yang diberikan kurang optimal. Demikian pula, anak yang kurang gizi atau menderita penyakit kronis seringkali tampak pasif. Akibatnya anak tersebut tidak menarik bagi lingkungan untuk memberikan stimulasi kepadanya. - Memberikan stimulasi pada semua aspek perkembangan, tetapi jangan sekaligus pada saat yang bersamaan (over stimulasi), karena akan membingungkan anak. Stimulasi multi modal/multi sensori dapat merangsang hamper semua area pada Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |47
-
-
-
-
kortex serebri, dibandingkan stimulasi yang tunggal (uni modal). Stimulasi juga dilakukan terhadap kemampuan otak kiri dan kanan agar seimbang. Kemempuan otak kiri bersifat konvergen (menajam): logic-matematik, rasional, linguistik, membaca dan menulis. Kemempuan otak kanan bersifat divergen ( melebar): imaginasi, kreatifitas, seni musik, menyanyi, sosio-emosional, kerja sama, kepemimpinan dan moral-spiritual. Memberikan suasana yang kondusif, yaitu menciptakan lingkungan yang wajar, santai dan menyenangkan dalam suasana bermai, bebas dari tekanan dan hukuman, sehingga anak tidak stres. Keadaan ini akan memacu anak untuk belajar sambil bermain, karena pola hidup anak adalah bermain. Selain itu anak perlu diberi imbalan (external reward) seperti pujian, ciuman, tepuk tangan dan lainnya sebagai ungkapan penghargaan atas keberhasilannya. Memberikan stimulasi bertahap dan berkesinambungan. Stimulasi yang diberikan tidak boleh terlalu sukar atau mudah, tetapi sesuai dengan tingkat perkembangan anak/maturasi otaknya. Stimulasi dimulai dari kemampuan perkembangan yang telah dipunyai anak, kemudian dilanjutkan pada kemampuan perkembangan yang seharusnya dicapai pada umur tersebut. Memberikan kebebasan pada anak untuk aktif melakukan interaksi sosial. Pada umumnya anak dengan senang hati akan melakukannya dan memperoleh banyak manfaat dalam berinteraksi dengan teman sebayanya. Memacu ketrampilan dan minat anak dalam perkembangan mental, fisik, estetika dan emosional. Memberikan stimulasi setiap hari, kapan saja, yaitu setiap kali bertemu/berinteraksi dengan anak, misal
48| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
-
-
-
-
-
pada waktu mengganti popok, memandikan, memberi makan dan sebelum tidur. Stimulasi harus dilakukan secara teratur dan diulang-ulang. Melakukan koreksi kalau anak belum mampu melakukan bukan mencela, mengecam, memarahi atau menghukum. Mengenali temperamen masing-masing anak, karena temperamen anak ada yang mudah dan ada yang sulit. Memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif memilih berbagai macam kegiatannya sendiri, bervariasi sesuai dengan minat dan kemampuannya, karena setiap anak adalah unik.mereka tahu kelemahan dan kekuatan yang ada pada dirinya. Dengan demikian anak tidak menjadi pasif hanya menunggu perintah. Sebaiknya stimulasi di integrasikan dalam aktifitas mereka seharihari. Memberikan kesempatan pada anak untuk menilai hasil kerjanya dan melakukan modifikasi terhadapnya. Hal ini akan membeuat anak lebih kreatif. Membutuhkan alat bantu stimulasi yang tidak berbahaya, sederhana dan mudah dimodifikasi, misal APEK ( Alat Permainan Edukatif dan Kreatif). Selain itu alat bantu stimulasi harus bervariasi agar tidak membosankan. Memperhatikan rentang intensitas stimulasi yaitu rangsangan sensoris dan kognitif yang dapat ditoleransi oleh anak. Tidak dianjurkan over atau under stimulasi. Peka terhadap reaksi anak yang tidak ingin melanjutkan stimulasi karena anak sudah jenuh atau lelah. Tandatanda kejenuhan atau kelelahan antara lain: matanya melihat ke arah lain, memalingkan mukanya, menutup matanya, mata mulai sayu/tidak bersinar, anak tampak lesu tidak bergairah, menangis dan pada anak yang lebih besar menunjukkan tanda-tanda yang lebih jelas, baik dengan bahasa verbal maupun non verbal. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |49
3. Kapan Stimulasi Diberikan Waktu yang tepat memberikan stimulasi adalah saat pembentukan sinaps. Pembentukan sinaps sangat pesat terjadi pada janin 23-25 minggu sampai anak berumur 3tahun, sehingga produksi sinaps berlebihan. Karena itu akan dilakukan pemangkasan pada sinaps-sinaps yang jarang digunakan, yang dimulai pada anak umur 2 tahun. Pada umur 10-14 tahun, sudah terjadi keseimbangan antara pembentukan dan pemangkasan. Puncak kepadatan sinaps adalah sekitar 2 kali sinaps dewasa yang terjadi pada umur 3-8 tahun. Kepadatan sinaps berkurang pada anak umur 818 tahun. Sinaps akan dipertahankan jika sirkuit yang sudah ada digunakan secara konsisten, teratur dan diulang-ulang. Pengasuh mempunya peran aktif dalam membina pengalaman anak melalui stimulasi yang diulang-ulang dan eksplorasi sesuatu yang baru. - Stimulasi sebelum lahir Stimulasi vibroakustik dapat meningkatkan denyut jantug dan gerakan janin. Terhadap stimulasi vibroakustik, sensitivitas denyut jantung mulai terjadi pada saat usia janin sekitar 29 minggu, sensitivitas gerakan tubuh pada janin 26 minggu dan kekuatan sensitivitas tersebut meningkat pada 6 minggu berikutnya. Respon terhadap stimulasi vibroakustik lebih tinggi daripada vibrasi mekanik atau suara. Respon terhadap stimulasi taktil dan sistem auditori mulai 28-36 minggu. Stimulasi dapat dilakukan dengan memperdengarkan lagu-lagu seperti musik klasik Mozart, mengucapkan kata-kata indah/ayat-ayat kitab suci sambil mengelus-elus perut ibu dan sebagainya.
50| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
- Stimulasi sesudah lahir Stimulasi sesudah lahir dimulai dengan cara meletakkan bayi di atas perut ibu dan bayi akan berusaha mencari puting susu ibu (inisiasi menyusu dini). Isapan bayi pada setengah jam pertama setelah lahir adalah yang terkuat, hal ini merupakan stimulasi dini kepandaian bayi untuk menyusu. Stimulasi baru dilakukan berkesinambungan sampai dewasa. Untuk setiap tahap umur, stimulasi yang diberikan berbeda-beda, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan maturasi otaknya. 4. Peran Keluarga dan Petugas Kesehatan dalam Stimulasi Stimulasi harus dilakukan oleh semua anggota keluarga, juga oleh petugas kesehatan saat merawat anak. Selain ibu/pengasuh, peran ayah dan keluarga lainnya dalam pengasuhan dan stimulasi mempunyai arti yang sangat besar terhadap perkembangan anak kelak. Hanya bayi yang sudah stabil yang boleh distimulasi. Intervensi yang diberikan bertujuan agar perkembangan bayi optimal.
C. DDTK Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) merupakan kegiatan yang menyeluruh dan terkoordinasi yang diselenggarakan dalambentuk kemitraan antara orang tua denga tenaga kesehatan untuk meningkatkankualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesipan memasuki jenjang pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak, tetapi juga mental, emosional, sosial, dan kemandirian anak berkembang secara optimal. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |51
Pembinaan tumbuh kembang anak memerlukan perangkat instrumen untuk deteksi dini tumbuh kembang termasuk format Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), rujukan kasus dan pencatatan pelaporan kegiatan. Sasaran langsung adalah anak umur 0-72 bulan. Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining dilakukan secara rutin pada anak umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Instrumen KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemapuan perkembangan anak yang telah dicapai anak. Terdiri dari 2 macam instruksi yaitu pertanyaan yang dijawab ibu/pengasuh anak dan perintah kepada ibu/pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis. Aspek perkembangan yang dinilai adalah: 1. 2. 3. 4.
Gerak Kasar Gerak Halus Bicara dan Bahasa Sosialisasi dan Kemandirian
Interpretasi hasil pemeriksaan adalah: 1. Sesuai (S), jumlah jawaban Ya: 9-10 2. Meragukan (M), jumlah jawaban Ya: 7-8 3. Kemungkinan ada Penyimpangan (P), jumlah jawaban Ya: ≤6
52| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
D. Denver II Denver II merupakan alat skrining perkembangan untuk menemukan secara dini anak yang berpotensial mempunyai penyimpangan perkembangan dari lahir sampai usia 6 tahun dengan menggunakan peralatan yang sudah terstandarkan. Denver II merupakan revisi dari Denver Development Screening Test (DDST) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1967 di Amerika Serikat dengan tujuan yang sama. Penggunaan DDST sudah secara luas dilakukan untuk menjaring kurang lebih 50juta anak di banyak negara yang berbeda. Dengan pengalaman dan penilaian tersebut dirasakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan revisi sehingga pada tahun 1992 DDST berubah menjadi Denver II. Tujuan tes Denver II adalah untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan tugas untuk kelompok umurnya pada saat di tes. Tes Denver II juga dapat digunakan untuk memonitor dan memantau perkembangan bayi atau anak dengan risiko tinggi terjadinya penyimpangan atau kelainan perkembangan secara berkala. Yang perlu prioritas biasanya mempunyai masalah perinatal, seperti prematur, berat badan lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemeli dan sebagainya. Tes Denver II bukan merupakan tes IQ sehingga tidak dapat meramalkan kemampuan intelektual, adaptif/perkembangan anak di masa mendatang. Tes Denver II juga tidak untuk mendiagnosa ketidakmampuan dan kesukaran belajar, gangguan bahasa atau gangguan emosional, evaluasi diagnostic atau pemeriksaan fisik anak. Tes Denver II lebih mengarah dengan kemampuan atau perkembangan anak dengan kemampuan anak lain yang seumuran.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |53
Jumlah tugas perkembangan tes Denver II ada 125, tetapi tidak semua tugas ini diberikan. Anak tidak diharapakan berhasil melakukan semua tugas yang diberikan. 1.
2.
3. 4.
Terdapat 4 aspek yang dinilai dalam tes Denver II, yaitu: Personal Sosial Untuk mengetahui penyesuaian diri anak di masyarakat dan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Adaptif-Motorik Halus Untuk melihat koordinasi mata-tangan, memanipulasi benda-benda kecil dan pemecahan masalah. Bahasa Meliputi mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa. Motorik Kasar Meliputi duduk, jalan, lari, lompat dan gerakan otot besar.
Kesimpulan tes Denver II: 1. Normal 2. Suspek/diduga/dicurigai ada keterlambatan 3. Untestable/tidak dapat diuji Setelah tes selesai, dilakukan tes pengamatan perilaku anak secara subyektif oleh pemeriksa. Tujuannya untuk menilai bagaimana anak merespon tugas kemampuan.
54| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
BAB 6 ASUHAN NEONATUS DENGAN MASALAH KESEHATAN
A. Hemangioma Definisi Hemangioma adalah proliferasi pembuluh darah normal. Hemangioma merupakan jenis tumor darah.Orang mengenalnya sebagai tanda lahir atau Walau disebut tumor, hemangioma tak selalu benjolan seperti tumor pada umumnya.
yang tidak pembuluh birth mark. berbentuk
Klasifikasi Tanda lahir ini terdiri atas 2 jenis: Nevus Flammeus ialah daerah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas, berwarna merah-ungu yang tidak Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |55
bertambah ukurannya, bisa menghilang atau memudar warnanya. Nevus vaskulosus ialah kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan dermis dan subdermis) yang tumbuh beberapa bulan, kemudian mengkerut dan menghilang. Etiologi Disebabkan malformasi jaringan angioblastik pembentuk pembuluh darah) selama masa janin.
(jaringan
Patofisiologi Hemangioma bisa dijumpai pada bayi baru lahir. Hemangioma infantil kebanyakan muncul pada minggu pertama kehidupan anak dan memiliki pola pertumbuhan yang dapat diprediksi. Pola pertumbuhannya dibagi dalam tiga fase atau tahapan. Fase proliferatif atau masa pertumbuhan secara cepat terjadi pada 6-12 bulan. Kemudian terjadi proses penyusutan diusia 17 tahun, diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh lagi. Tumor tersebut akan mengalami kemunduran secara komplet pada sekitar 50 persen anak di usia 5 tahun dan 70 persen di usia 7 tahun. Hemangioma 3-5 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki.Tumor jinak pembuluh darah ini juga lebih sering terjadi pada anak kembar. Hemangioma biasanya tidak diturunkan. Meski begitu, sekitar 10% dari bayi dengan hemangioma memiliki riwayat keluarga dengan tanda lahir tersebut. Rata-rata usia saat hemangioma muncul adalah dua minggu setelah lahir. Namun, pada hemangioma tipe dalam, tidak bisa dilihat hingga bayi berusia 2-4 bulan. Pada sepertiga bayi, tanda awal hemangioma bisa diamati saat mereka berada di ruang perawatan anak. Yang perlu diperhatikan, hemangioma tidak muncul saat dewasa. 56| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Tumor yang berada dekat permukaan kulit disebut hemangioma superfisial. Kerap terlihat seperti pola merah terang yang timbul, kadang kala dengan permukaan bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi). Lokasi hemangioma, hampir 60% berada di sekitar kepala dan leher. Sekitar 25% berada di tubuh dan 15% terdapat di lengan atau kaki. Hemangioma juga bisa muncul di lapisan bawah kulit ataupun organ dalam tubuh seperti hati, saluran pencernaan, dan otak. Komplikasi Perdarahan Trombositopeni Infeksi sekunder Bekas luka, gangguan penglihatan dan fungsi organ, masalah psikososial Penatalaksanaan Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri. Lesi yang menganggu estetika dapat dihilangkan dengan laser. Hemangioma yang besar harus terus dipantau. Operasi pembedahan. Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan hemangioma. Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi Antibiotik bila terjadi infeksi. Diagnosis banding Bercak mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |57
B. Ikterik Pengertian Adalah warna kuning pada kulit konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubunemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya karena ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Jenis 1. Ikterus fisiologis Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas. 2. Ikterus patologis Ikterus patologis adalah ikterus yang dijumpai 24 jam pertama setelah lahir dengan bilirubin yang meningkat lebih dari 5 mg% perhari. Kadar di atas 12,5 mg% pada bayi matur atau 10 mg% pada bayi prematur dan menetap setelah minggu pertama kelahiran selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung di atas 1 mg setiap waktu. Ikterus ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis dan memerlukan penanganan dan perawatan khusus. Etiologi Produksi bilirubin yang berlebihan Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar Gangguan transportasi Gangguan dalam sel otak
58| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Tanda dan Gejala 1. Ikterus fisiologis Disebabkan karena belum matangnya metabolisme bilirubin dan transpfortasi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kenaikan masa bilirubin dari pemecahan sel darah merah. Warna kuning akan timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3 dan tampak jelas pada hari ke 5 – 6 mengilang pada hari ke 10. Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan BBLR 10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14. 2. Ikterus patologis Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl Peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dari 24 jam Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis) Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari Bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada BBLR 3. Keadaan yang menimbulkan ikterus patologis: Penyakit hemolitik, iso antibody karena ketidakcocokan golongan darah ibu dan anak seperti Rhesus antagonis, ABO Kelainan dalam sel darah seperti pada defisiensi G-6-PD (Glukosa-6-Fosfat dehidrokinase), talasemia Hemolisis: Hematoma, polisetemia, perdarahan karena trauma lahir
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |59
Infeksi: Septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, toksoplasmosis, sifilis, rubella, dan hepatitis. Kelainan metabolik: Hipoglikemia, galaktosemia Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti sulfonamide salisilat, sodium bensoat, gentamisin. Pirau entheropatik yang meninggi, obtruksi usus letak tinggi, hischprung, stenosisplorik, mikonium illius. Derajat Ikterus Penilaian kadar bilirubin Pengamatan ikhterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan risiko terjadinya kern-ikhteru, misalnya kadar bilirubin bebas, kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer) dilakukan di bawah sinar biasa (day light). sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratorium, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis (Abdul Bari Saefudin, 2002: 382). Rumus Kramer Daerah
Luas ikhterus
Kadar bilirubin (mg %)
1
Kepala dan leher
5
2
Daerah 1 (+) Badan bagian atas
9
3
Daerah 1, 2 (+) Badan bagian bawah dan tungkai
11
60| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Daerah
Luas ikhterus
Kadar bilirubin (mg %)
4
Daerah 1, 2, 3 (+) Lengan dan kaki dibawah dengkul
12
5
Daerah 1, 2, 3, 4 (+) Tangan dan kaki
16
(Abdul Bari Saefudin, 2002: 383) Contoh 1 : Kulit bayi kuning di kepala, leher, dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira 9 mg%. Contoh 2 : Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin ≥ 15 mg%. Penatalaksanaan Pendekatan menetukan kemungkinan penyebab, atau pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan. Kadar bilirubin serum berkala: darah tepi lengkap, golongan darah ibu dan bayi. Uji coombs, pemeriksaan penyaringan defisiensi enzim G-6-PD. Cara pencegahan: Pengawasan antenatal yang baik. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurasol, novobiosin, oksitosin, dll. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonates. Pencegahan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus. Pemberian makanan yang dini. Pencegahan infeksi. Pemberian ASI yang adekuat. Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak setiap 2-3 jam. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |61
Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi. Komplikasi terapi sinar (fototherapi) Terjadi dehidrasi karena pengaruh lampu sehingga mengakibatkan peningkatan insensible water loos (penguapan air). Pada BBLR meningkat 2-3 kali lebih besar. Frekuensi defikasi meninhgkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan empedu dan meningkatnya peristaltik usus. Timbul kelainan kulit, sementara pada daerah yang terkena sinar (kulit kemerahan) tetapi akan hilang bila terapi selesai Gangguan retina bila mata tidak tertutup. Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika ini terjadi sebagian lampu mati, tetapi diteruskan. Jika suhu terus naik lampu dimatikan semua untuk sementara. Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan (kemandulan) tetapi belum ada bukti. Tranfusi Tukar (Exchange Transfusion) Transfusi tukar dilakukan pada keadaan hiperbilirubinemia yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan terapi sinar tetapi kadar bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfusi tukar dilakukan pada ikhterus yang disebabkan oleh hemolisis yang terdapat pada ketidakselarasan Rhesus, ABO, infeksi Toxoplasmosis. Indikasi untuk melakukan transfusi ialah: Kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg%. Peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu 0,3-1 mg % per jam. Anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung. Bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang 14 mg%. Uji Coomb positif. 62| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Tujuan transfusi tukar ialah: Mengganti eritrosit yang dapat menjadi hemolisis. Membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis. Menurunkan kadar bilirubin indirek. Memperbaiki anemia. Transfusi tukar dilakukan oleh dokter didalam kamar yang antiseptik.
C. Gumoh Pengertian Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung. Penyebab 1. Kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esoifagus, atresia stenosis, hischprung tekanan intrakanial yang tinggi, cara memberi makanan atau minuman yang salah. 2. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya faktor infeksi (Tractus urinaris akut, Hepatitis, Peritonitis). 3. Faktor lain yaitu infaginasi, kelainan intrakrnial, intoksikasi. Sifat muntah Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus. Muntah proyektif kemungkinan senosis pylorus. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksi di bawah ampula vateri. Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakanial tinggi atau obstruksi usus.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |63
Penatalaksanaan Pengkajian faktor penyebab. Pengobatan tergantung penyebabnya. Pengobatan suportif. Kaji sifat muntah. Simtomatis dapat diberi antiemetik. Bila adanya kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit. Gambaran muntah yang perlu dicurigai sebagai kelainan bedah: Muntah hijau (gangguan pada empedu) Muntah bercampur darah Muntah disertai penurunan berat badan Komplikasi: Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjatan (syok) Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut, perdarahan, konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah jahitan bisa lepas pada penderita pasca operasi dan timbul perdarahan. Penatalaksanaan: Utamakan penyebabnya Berikan suasana tenang dan nyaman Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati Kaji sifat muntah Simptomatis dapat diberi anti emetik (atas kolaborasi dan instruksi dokter) 64| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti muntah (pada anak tidak rutin digunakan): Metoklopramid Domperidon (0,2-0,4 mg/Kg/hari per oral) Anti histamin Prometazin Kolinergik Klorpromazin 5-HT-reseptor antagonis Bila ada kelainan yang sangat penting segera lapor/rujuk ke rumah sakit/ yang berwenang Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila didapatkan gambaran suatu keadaan kelainan kongenital bawaan seperti obstruksi usus halus, atresia esophagus dan lain-lain.Selain dengan pemeriksaan radiologis, juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uji coba memasukan kateter kedalam lambung. Diagnosis harus dapat segera dibuat sebelum anak tersedak sewaktu makan dengan kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia.
D. Oral Trush Pengertian Oral Trush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Oral thrush disebut Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |65
dengan oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi tetapi seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian semakin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik. Etiologi Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap. Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan. Oral thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarah. Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus. Tanda dan Gejala a. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan. b. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu. 66| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
c. Mukosa mulut mengelupas. d. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah. e. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak. Komplikasi Pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama. Penatalaksanaan Medik Memberikan obat anti jamur, misalnya: Miconazol: mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan. Nystatin: tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula. Keperawatan Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |67
mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai. Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih. Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga dapat memengaruhi bentuk rahang. Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya putting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya. Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut. Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut. Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum. Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan seringseringlah minum apalagi sehabis makan. Pencegahan Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi. Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu dalam mulut bayi. Pemeliharaan kebersihan mulut dan perawatan payudara.
68| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
E. Diaper Rush (Ruam Popok) Pengertian Diaper rash adalah merupakan akibat karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik. Penyebab Kebersihan kulit yang tidak terjaga Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab Akibat mencret Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen Tanda dan gejala Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti: pantat, alat kemaluan, perut bawah, paha atas Keadaan lebih parah bisa terdapat: papilla erythematosa, vesicular dan ulcerasi Penatalaksanaan 1. Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kulit bayi, terutama di daerah alat kelamin, bokong, lipatan selangkangan. 2. Daerah yang terkena iritasi tidak boleh dalam keadaan basah (terbuka dan tetap kering). 3. Menjaga kebersihan pakaian dan perlengkapan. 4. Setiap BAB dan BAK bayi segera dibersihkan. 5. Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus yang dioleskan dengan minyak atau sabun mild dan air hangat. 6. Popok dicuci dengan detergen yang lembut. 7. Mengangin-anginkan kulit sebelum pampers baru dipasang dan menggunkan pampers dengan daya serap yang tinggi dan pas pemakaiannya. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |69
8. Menggunakan popok yang tidak terlalu ketat (terbuka atau longgar) untuk memperbaiki sirkulasi udara. 9. Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit yang teriritasi. 10.Pengobatan: Mengoleskan krim dan lotion yang mengandung zinc pada daerah yang sedang meradang. Memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%. Salep anti jamur dan bakteri (miconazole, ketokonazole, nystatin).
F. Seborrhea Pengertian Penyakit ini belum diketahui penyebabnya. Mulai biasanya dari kulit kepala kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan. Ada yang mengatakan bahwa penyakit radang ini berdasakan gangguan konstitusionil dan sering terdapat faktor hereditas. Tidak dapat disangkal bahwa penderita umumnya kulit yang berlemak (seborea), tetapi bagaimana hubungan antara kelenjar lemak dan penyakit ini sama sekali belum jelas. Ada yang menganggap bahwa kambuhnya penyakit yang kronis ini adalah akibat makanan yang berlemak, makanan yangb berkalori tinggi, minuman alkhohol dan gangguan emosi. Pada anak dan bayi biasanya terdapat tipe eritroskuamosa. Efloresensi berupa sisik yang berlemak dan eritema. Distribusi kelainan pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasea dan kepala. Kadang-kadang juga di daerah intertriginosa dan sekitar bibir.
70| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Gejala 1. Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang kemudian mengeras dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga. 2. Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik) Pengobatan 1. Pengobatan kausal belum diketahui. 2. Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun sampai 19 tahun) menghindarkan makanan yang berlemak, kacang, coklat, seperti pada pengobatan acne vulgaris. Dapat pula diberikan vitamin B6 dan vitamin B kompleks untuk waktu yang lama. 3. Topikal: Bila ada infeksi sekunder dan eksudatif harus dikompres dulu dengan larutan kalium permanganat 1/5.000. Kemudian diberikan krim yang mengandung asam salisilat (2%), sulfur presipitatus (4%), vioform (3%), dan hidrokortison (1/2-1%). Neomisin dan basitrasin ditambahkan bila ada infeksi sekunder. Pada kasus menahun dapat dicoba pengobatan dengan sinar ultraviolet. Pada daerah kepala dianjurkan penggunaan shampo yang tidak berbusa 2-3 kali seminggu dan memakai krim yang mengandung selenium sulfida atau Hg-presipitatus albus 2%. Diagnosis Banding Atopik dermatitis dengan gejala eritema, edema eksudasi, krusta dan bersisik terutama pada bayi muda.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |71
G. Bisulan (Furunkel) Definisi Adalah benjolan besar, merah dan lunak yang terjadi akibat folikel rambut yang terinfeksi stafilokokus. Infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus profunda yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa dan letaknya di dalam, biasanya daerah muka, pantat, leher, ketiak, dan lain-lain. Nodul ini mengandung cairan yang dalam waktu beberapa hari akan mengeluarkan bahan nekrotik bernanah. Bentukbentuknya yaitu furunkel (boil) dan karbunkel (furunkel multipel). Etiologi Kurangnya kebersihan Kurang gizi Udara panas Tekanan dan gesekan pada kulit Garukan akibat gatal Patofisiologi Daerah yang sering berkeringat (muka, punggung, lipatan paha, bokong, leher) jika sering digaruk dan terjadi gesekan akan mudah terinfeksi. Apabila folikel rambut terinfeksi kuman staphylococcus aureus akan menjadi benjolan berisi nanah. Kemudian timbul “mata” yang berwarna putih dan kuning. Benjolan akan pecah 2-3 hari atau sembuh tanpa pecah. Karena folikel rambut berdekatan, dapat muncul beberapa buah bisul. Komplikasi Furunkel Nyeri, Infeksi lebih lanjut. Penatalaksanaan Furunkel Jaga kebersihan diri, lingkungan dan gizi anak. Jangan memencet, menggaruk benjolan.
72| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Cuci kulit dengan spiritus atau larutan 1 sdt garam dalam segelas air untuk mencegah infeksi, kemudian tutup dengan kassa steril. Krim antiseptik, cairan antiseptik untuk mandi. Tablet antibiotik jika infeksi menyebar.
Diagnosis Banding Jerawat, impetigo.
H. Milliariasis (Biang Keringat) Definisi Milia bercak kecil berwarna putih dan berukuran seperti jarum pentul pada hidung dan dagu serta dahi. Menghilang dalam bulan pertama kehidupan. Berasal dari retensi keratin dan materi sebaseus di dalam folikel pilosebaseus. Dan miliaria adalah vesikula berukuran seperti jarum khususnya pada leher dan dada. Biasanya berkembang pada minggu ke dua dan tiga disebabkan oleh keringat yang tertahan akibat tersumbatnya kelenjar ekrin. Hindari pakaian yang terlalu tebal dan udara panas. Etiologi Biang keringat bukan merupakan penyakit kulit yang berbahaya.Akan tetapi, penyakit kulit ini merupkan keluhan umum yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang keringat banyak diderita bayi di daerah tropis karena produksi keringat yang berlebihan, sementara saluran kelenjar keringatnya tersumbat. Produksi yang berlebihan dapat disebabkan oleh udara panas, ventilasi kurang, pakaian yang dikenakan terlalu tebal dan ketat. Gejala Gejala-gejala biang keringat yang sering muncul sebagai berikut: Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |73
Bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketika bayi.
Keadaan ini disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut. Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat dilap dengan handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat. Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan
bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm). Kondisi ini bisa kambuh berulang-ulang, terutama jika udara panas dan berkeringat. Bentuk miliariasis Miliaria kristalina Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal Asuhan: pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat. Miliaria rubra Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih 74| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Staphylococcus juga diduga memiliki peranan Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis Asuhan: gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2% Miliaria profunda Timbul setelah miliaria rubra Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang Asuhan: hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol Pencegahan Pada dasarnya, biang keringat pada bayi dapat dicegah dengan cara-cara berikut: Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika
terlihat tubuhnya basah oleh keringat Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |75
Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau
kotoran Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup,
terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga
pertukaran udara dari luar ke dalam lancar Memandikan bayi secara teratur 2 kali sehari Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat
Asuhan/Pengobatan Biang keringat dapat diobati dengan cara diberi bedak tabur tau kocok. Jika sudah terinfeksi secara sekunder, harus diobati dengan antibiotik atau antijamur.
I. Diare Definisi Adalah suatu keadaan frekuensi BAB > 4x pada bayi atau >3x pada anak dengan konsisitensi tinja cair dan atau tanpa lendir atau darah. Jenis diare Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri Etiologi 1. Infeksi Enteral traktus digestivus Bakteri E. Coli, Salmonella, Shigella, clostrisium Virus: Rotavirus, Adenovirus 76| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Parasit: Candida, Entamuba, Tricruris, Ascariasis Parenteral: brpn, oma, ensefalitis, tonsilofaringitis
2. Malabsorbsi: karbohidrat, ex: intoleransi laktosa, lemak, protein Makanan: basi,beracun, alergi makanan Penyakit pada usus: colitis ulseratif, enterocolitis Psikologis: takut, cemas Faktor risiko Tidak adekuat air bersih Pencemaran air oleh tinja Sarana MCK Higience lingkungan Iklim: rotavirus, bakteri Cara penyapihan yang tidak baik: penyapihan dini, pmt dini Kondisi host lemah: higience, malnutrisi, bblr, imunosupresi Gangguan osmotik Patofisiology Akibat makanan yang tidak dapat diserap/dicerna ex: laktosa dari susu, merpukan makanan yang baik bagi bakteri Difermentasi oleh bakteri anaerob menjadi molekul kecil: H2O, CO2, H2 Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus Menyerap cairan dari intraseluler ke ekstraseluler Hiperperistaltik Diare Gangguan skretorik Bakteri mengeluarkan toksin Peningkatan amp siklik Merangsang sekresi k, cl, na, h2o, dari intraseluler Menghambat absorbsi dari ekstraseluler ke intraseluler Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |77
Hipersekresi Hiperperistaltik Diare Gangguan peristaltik Makanan yang merangsang Meningkatkan peristaltik usus Diare Menurunnya intake dan peningkatan Hilangnya cairan intra dan ekstrasel / dehidrasi Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa Syok hipoglikemi Gejala klinis Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia, lalu timbul diare BAB cair disertai lendir atau darah Warna tinja: dapat hijau, berbau asam oleh karena asam laktat yang tidak dpt dicerna Muntah sebelum/setelah diare oleh karena lambung ikut meradang Dehidrasi oleh karena kehilangan cairan Pada diare berat dapat terjadi renjatan: tekanan darah turun, pernapasan cepat, takikardi dan nadi kecil, keadaan umum lemah, kesadaran turun, oleh karena kehilangan cairan Oliguria s/d anuria Asidosis metabolic Komplikasi Dehidrasi Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipokalemia, hipoglikemia Syok hipovolemik 78| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Asidosis metabolik Kejang Intoleran sekunder oleh karena kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase Asuhan kebidanan Pengkajian 1. Subjektif Kaji riwayat diare, BAB, jumlah, warna, konsistensi, bau, waktu BAB. Kaji intake output, muntah 2. Objektif Kaji status hidrasi: ubun-ubun, mata, turgor kulit, membran mukosa mulut. Vital sign, berat badan Analisa dan tindakan Kurangnya volume cairan Memberikan rehidrasi oral atau parenteral Asi tetap dilanjutkan(kecuali bila tidak toleran terhadap asi formula rendah laktosa) Anjurkan banyak minum, PMT tetap diberikan sesuai usia Monitor intake output Kaji tanda-tanda dehidrasi, vital sign Pemberian obat antidiare dan antibiotika (berdasarkan kepmenkes: obat sebagai pertolongan pertama/ sementara) Segera rujuk bila diare bertambah atau terjadi komplikasi lanjut Gangguan integritas kulit Kaji kerusakan kulit Anjurkan untuk menggunakan kapas membersihkan anus
lembab untuk
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |79
Hindari pakaian yang lembab Risiko penularan Anjurkan cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak Segera membersihkan bekas BAB tempatkan di tempat khusus Isolasi enterik (standar pencegahan infeksi enteral) Kecemasan orang tua Dengarkan keluhan anak atau orang tua Pahami tumbang anak Gunakan komunikasi terapeutik sesuai tahap tumbang Empati, berikan sentuhan terapeutik Jelaskan tentang penyakit, rencana tindakan atau perawatan Jelaskan cara mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan Libatkan orang tua dalam perawatan anak
J. Obtsipasi Definisi Sembelit atau konstipasi atau obstipasi merupakan masalah yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak dan bersifat normal. Tanda adanya kondisi yang lebih serius apabila disertai muntah, berat badan sulit naik, demam dan berat badan sulit naik. Penyebab Faktor non organik Kurang makanan yang tinggi serat Kurang cairan Obat/zat kimiawi Kelainan hormonal/metabolik Kelainan psikososial Perubahan mikroflora usus 80| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Perubahan/kurang exercise
Faktor organik Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor) Kelainan otot dasar panggul Kelainan persyarafan: M. Hirsprung Kelainan dalam rongga panggul Obstruksi mekanik: atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus Tanda dan gejala Frekuensi BAB kurang dari normal Gelisah, cengeng, rewel Menyusu/makan/minum kurang Fese keras Pemeriksaan penunjang Laboratorium (feses rutin, khusus) Radiologi (foto polos, kontras dengan enenma) Manometri USG Penatalaksanaan Banyak minum Makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah) Latihan Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi ASI lebih baik dari susu formula Enema perotal/peranal Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi Perawatan kulit peranal
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |81
K. Infeksi Definisi Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10-15 % dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar. Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas. Patogenesis Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya dalam 3 golongan, yaitu: 1. Infeksi antenatal Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah: 1. Virus, yaitu rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion. 2. Spirokaeta,yaitu treponema palidum (lues). 3. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria monocytogenes.
82| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta.Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut. 2. Infeksi intranatal Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital. Selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal daapt juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ‘oral trush’. 3. Infeksi pascanatal Infeksi ini terjadi sesudah bayi baru lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada sat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit. Diagnosis infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Tanda khas Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |83
seperti yang terdapat bayi lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium. Seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkaan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan selanjutnya. Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus, yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi (Hutchinson, 1972). Gejala infeksi pada neonatus biasanya tidak khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua atau pada anak. Beberapa gejala yang dapat disebutkan diantaranya ialah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, sklerema, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayo BBL seringkali terdapat hipotermia dan sklerema. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ‘not doing well’ kemungkinan besar ia menderita infeksi.
84| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Pembagian infeksi perinatal Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam 2 golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan: 1. Infeksi berat (major infections) Diantaranya adalah: sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorium. 2. Infeksi ringan (minor infections) Diantaranya adalah: infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis. Pencegahan Cara umum: 1. Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai pada periode antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum, leurkorea, dan lain-lain. Di kamar bersalin harus ada permisahan yang sempurna antara bagian yang septik dan bagian yang aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga perawatan dan alat kedokteran serat alat perawatan. Ibu yang akan melahirkan, sebelum masuk kamar bersalin sebaiknya dimandikan dulu dan memakai baju khusus untuk kamar bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan harus dilakukan secara aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril. 2. Di bangsal bayi baru lahir harus ada pemisahan yang sempurna untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan partus septik. Pemisahan ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan dan alat yang digunakan. Selain itu haurs terdapat kamar isolasi untuk bayi yang menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat pendidikan khusus dan mutu perawatan harus baik, apalagi bila bangsal perawatan bayi baru lahir merupakan suatu Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |85
bangsal perawatan bayi baru lahir yang bersifat khusus. Sebelum dan sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan sebaiknya memakai sabun, antiseptik atau sabun biasa asal saja cukup lama (1 menit). Dalam ruangan harus memakai jubah steril, masker dan memakai sandal khusus. Dalam ruangan bayi tidak boleh banyak bicara. Bila menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas, tidak boleh masuk kamar bayi. 3. Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus aseptik. Pengunjung yang mau melihat bayi harus memakai masker dan jubah atau sebaiknya melihat bayi melalui jendela kaca. Air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan pada bayi harus dipasteurisasi. Setiap bayi harus mempunyai tempat pakaian sendiri, begitu pula termometer, obat, kasa, dan lain-lain. Inkubator harus selalu dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari harus dibersihkan dan setiap minggu dicuci dengan menggunakan antiseptikum. Cara khusus: 1. Pemakaian antibiotika hanya untuk tujuan dan indikasi yang jelas. 2. Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (lebih daripada 12 jam), air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak manipulasi intravaginal, resusitasi yang berat, sering timbul keraguan apakah akan digunakan antibiotika secara profilaksis. Pengguanan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya ‘strain’ mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotika dan mengakibatkan timbulnya pertumbuhan jamur yang berlebihan, misalnya Candida Albicans. Sebaliknya kalau terlambat memberikan
86| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
antibiotika pada penyakit infeksi neonatus, sering berakibat kematian. Berdasarkan hal di atas dapat dipakai kebijaksanaan sebagai berikut: 1. Bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratorium cukup baik, sebaiknya tidak perlu memberikan antibiotika profilaksis. Antibiotika baru diberikan kalau sudak terdapat tanda infeksi. 2. Bila kemampuan tersebut tidak ada, kiranya dapat dipertanggungjawabkan pemberian antibiotika profilaksis berupa ampisilin 100 mg/kgbb/hari dan gentamisin 3-5 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari. Pengobatan 1. Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu biakan daarh dan uji resistensi. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin (sefotaksim) dengan dosis 200 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dengan dosis awal 10 mg/kgBB/hari intravena, dilanjutkan dengan 15 mg/kgBB/hari intravena atau dengan gentamisin 6 mg/kgBB/hari masing-masing dibagi dalam 2 dosis. Pilihan kedua ialah ampisilin 300-400 mg/kgBB/hari intravena, dibagi dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotrimoksazol 10 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg/KgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis (dihitung berdasarkan berdasarkan dosis trimetoprim). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada pemberian antibiotika ini yang perlu mendapat perhatian ialah pemberian kloramfenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg/kgBB /hari untuk mencegah terjadinya sindrom ‘Grey baby’ dan pemberian sefalosporin serta
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |87
2. 3. 4. 5.
kotrimoksazol tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu. Pemeriksaan laboratorium rutin Biakan darah dan uji resisten Pungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji reistensi Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin
L. Bayi Meninggal Mendadak Definisi Bayi meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup secara teoritis telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur terlentang’ pada bula Desember tahun 1991 dan berbagai laporan pemerintahan setelahnya (DoH 1991, 1993, 1995). Posisi miring dianggap lebih dapat diterima untuk bayi sehat yang di rumah sakit, untuk bayi yang memerlukan pemantauan fungsi pernapasan atau jantung atau keduanya, tetapi tidak untuk bayi yang di rumah (Fleming et al 1996). Saat ini diyakini bahwa posisi terlentang sebaiknya merupakan posisi tidur yang direkomendasikan bagi semua bayi dan harus dimulai di rumah sakit sebelum pulang (Hunt 1999). Diwajibkan bagi bidan untuk membiasakan bayi dan mengajari orang tua dalam mengadopsi pendekatan ini (Willinger et al 2000) mengingatkan bahwa, selain informasi tertulis, terdapat kebutuhan untuk mengingatkan orang tua secara terus menerus tentang faktor risiko dan prosedur keamanan (misal posisi tidur kaki ke kaki, dan ruangan yang bebas asap rokok) yang berhubungan dengan SDIS selain mengajari orang tua untuk menjaga bayi mereka tetap hangat. Namun, selebaran ‘Kurangi risiko kematian di tempat tidur bayi’ (FSID 1996) dapat menyebabkan kebingungan. Bidan perlu menjelaskan 88| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
bagaimana penerapan isu tersebut di keluarga individu dan mempertimbangkan tahun, usia gestasi dan usia pascanatal saat memindahkan perawatan ke bidan komunitas. Pelatihan orang tua tentang ‘apa yang sebaiknya dilakukan jika bayi berhenti bernapas’, menjadi bagian penting persiapan rutin untuk pemulangan. Tingkat persiapan ini dapat memperdayakan sebagian orang tua. Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan bayi mati mendadak 1. Jeda pernapasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran napas bagian atas dengan jeda pernapasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting daalam terjadinya SIDS 2. Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf pusat. 3. Fungsi saluran napas atas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap berisiko tinggi terhadap saluran pernapasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di ketahui. 4. Reflek saluran napas yang hiperreaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimbulkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |89
5. Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS. Diagnosis Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan risiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pascanatal. Pencegahan SIDS 1. Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur, walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS. 2. Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami. 3. Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya. 4. Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-benda tersebut. 5. Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur mengandung risiko SIDS.
90| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
6. Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi Anda. 7. Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: pastikan kaki bayi Anda berada di ujung ranjangnya, selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi, ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah kasur atau matras sehingga terhimpit. 8. Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok. 9. Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan. 10.Temani bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggaltinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |91
BAB 7 ASUHAN NEONATUS DENGAN RISIKO TINGGI
A. BBLR Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama 92| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multisenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%. Etiologi Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lainlain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. (1) Faktor ibu a. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH. b. Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia. d. Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |93
(2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, sosio-ekonomi, dan paparan zat-zat racun. Komplikasi Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain: Hipotermia Hipoglikemia Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat napas Paten duktus arteriosus Infeksi Perdarahan intraventrikuler Apnea of Prematurity Anemia Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayibayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain: Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Gangguan penglihatan (Retinopati) Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
94| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Diagnosis Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR: Umur ibu Riwayat hari pertama haid terakir Riwayat persalinan sebelumnya Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain: Berat badan Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: Pemeriksaan skor ballard. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |95
umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan. Penatalaksanaan/ terapi Medikamentosa Pemberian vitamin K1: Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) Diatetik Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama: Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
96| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut: a. Berat lahir 1750 – 2500 gram Bayi Sehat Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. Bayi Sakit Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh gangguan napas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung: Berikan cairan IV dan ASI menurut umur Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |97
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak. b. Berat lahir 1500-1749 gram Bayi Sehat Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/ sendok atau ada risiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu). Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung. Bayi Sakit Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
98| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. c. Berat lahir 1250-1499 gram Bayi Sehat Beri ASI peras melalui pipa lambung. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. Bayi Sakit Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung. d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama. Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |99
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung. Suportif Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal: Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin. Ukur suhu tubuh dengan berkala. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah: Jaga dan pantau patensi jalan napas. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia). Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
100| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Pemantauan (Monitoring) Pemantauan saat dirawat a. Terapi Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan. Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu. b. Tumbuh kembang Pantau berat badan bayi secara periodik. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir >1500). Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari: Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari. Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari. Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu. Pemantauan setelah pulang Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut: Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan. Hitung umur koreksi Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |101
Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST) Awasi adanya kelainan bawaan Pencegahan Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan: 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. 2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik. 3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun). 4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
B. Asfiksia Neonatorum Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat), dan asidosis. 102| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Patofisiologi Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Gejala Klinik Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 kali/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan. Diagnosis Anamnesis: Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernapas/menangis. Pemeriksaan fisik: Nilai Apgar Klinis Detak jantung Pernapasan Refleks saat jalan napas dibersihkan
0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
1 < 100 x/menit Tak teratur Menyeringai
2 >100x/menit Tangis kuat Batuk/bersin
Tonus otot
Lunglai
Fleksi kuat gerak aktif
Warna kulit
Biru pucat
Fleksi ekstrimitas (lemah) Tubuh merah ekstrimitas biru
Nilai 0-3 Nilai 4-6 Nilai 7-10
Merah seluruh tubuh
: Asfiksia berat : Asfiksia sedang : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |103
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (Bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) Pemeriksaan penunjang: Foto polos dada USG kepala Laboratorium: darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit Penyulit Meliputi berbagai organ yaitu: Otak: hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis. Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru. Gastrointestinal: enterokolitis nekrotikans. Ginjal: tubular nekrosis akut. Penatalaksanaan Resusitasi Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan) Terapi medikamentosa: Epinefrin: Indikasi: Denyut jantung bayi < 60 kali/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada. Asistolik. Dosis: 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1: 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara: i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
104| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Volume ekspander: Indikasi: Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Jenis cairan: Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat). Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak. Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis. Bikarbonat: Indikasi: Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%) Cara: Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |105
Nalokson: Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernapasan.Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil. Indikasi: Depresi pernapasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi. Dosis: 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml) Cara: Intravena, endotrakeal/bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c Suportif Jaga kehangatan. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit).
C. Sindrom Gangguan Pernapasan Defenisi Sindrom gawat napas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi. Penyakit Membran Hialin (PMH), penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang dimulai sejak kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.
106| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Patofisiologi Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk merendahkan tegangan permukaan alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk bernapas berikutnya di butuhkan tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan disertai usaha inspiarsi yang lebih kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan oksidosis. Prognosis Prognosis bayi dengan PMH terutama ditentukan oleh prematuritas serta beratnya penyakit. Bayi yang sembuh mempunyai kesempatan tumbuh dan kembang sama dengan bayi prematur lain yang tidak menderita PMH. Gambaran Klinis PMH umumnya terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram. Atau masa generasi 30 – 36 minggu. Gangguan pernapasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama setelah lahir dan gejala yang karakteritis mulai terlihat pada umur 24 – 72 jam. Pemeriksaan Diaknostik Foto thorak: Atas dasar adanya gangguan pernapasan yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab dan untuk melihat keadaan paru, maka bayi perlu dilakukan pemeriksaan foto thoraks. Pemeriksaan darah: perlu pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah, dan elektrolit.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |107
Penatalaksanaan Tindakan yang perlu dilakukan: 1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc) dan meletakkan bayi dalam inkubator. 2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan retina dan lain-lain. 3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah 60-125 ML/ Kg BB/hari. 4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-10.000 untuk/kg BB/hari ampisilin 100 mg/kg BB/hari dengan atau tanpa gentasimin 3-5 mg/kg BB/hari. 5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen ( surfaktan dari luar). Keperawatan: Pada umumnya dengan BB lahir 1000-2000 gr dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu. 1. Bahaya kedinginan Bayi PMH adalah bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis, jaringan lemak belum berbentuk dan pusat pengatur suhu belum sempurna. Akibatnya bayi dapat jatuh dalam keadaan cold injury, sianosis, dispnea, kemudian apnea. Untuk mencegah harus dirawat dalam inkubator yang dapat mempertahankan suhu bayi 36.5-370C. 2. Risiko terjadi gangguan pernapasan Gejala pertama biasanya timbul dalam 4 jam setelah lahir. Tata laksana perawatan bayi prematur adalah: 108| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
a. Dirawat dalam inkubator dengan suhu optimum. b. Bila bayi mulai terlihat sianosis, dispnea/ hiperapsnea segera berikan oksigen. 3. Kesukaran dalam pemberian makanan Untuk memenuhi kebutuhan kalori maka dipasang infus dengan cairan glukosa 5-10 %. Makanan bayi yang terbaik adalah ASI. Karena itu selama bayi belum diberi ASI harus tetap pertahankan dengan memompa payudara ibu setiap 3 jam. 4. Risiko mendapat infeksi Untuk mencegah infeksi, perawat harus bekerja secara aseptik dan inkubator harus aseptik pula. Ruangan tempat merawat bayi terpisah, bersih, dan tidak di benarkan banyak orang memasuki ruangan tersebut kecuali petugas, semua alat yang diperlukan harus steril. 5. Kebutuhan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman dapat terjadi akibat tindakan medis, misalnya penghisapan lendir, pemasangan infus dll. Untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya selain sikap yang lembut setiap menolong bayi dalam memberi pasi harus dipangku.
D. Pendarahan Tali Pusat Definisi Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi. Etiologi 1. Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena: a. Patus precipitatus b. Adanya trauma atau lilitan tali pusat Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |109
c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang berlebihan pada saat persalinan d. Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau placenta sewaktu sectio secarea 2. Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena: a. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi. b. Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises tersebut pecah. c. Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus di mana terjadi pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. 3. Robekan pembuluh darah abnormal Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah seperti: a. Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan jely Wharton. b. Insersi velamentosa tali pusat, di mana pecahnya pembuluh darah terjadi pada tempatpercabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya dalam placenta tidak adda proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda. c. Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang menghubungkan masing-masing lobus dengan 110| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
jaringan placenta karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah. 4. Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat membahayakan bayi.Pada kasus placenta previa cenderung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus abrutio placenta lebih sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat terjadi anoreksia. Pengamatan pada placenta dengan teliti untuk menentukan adanya perdarahan pada bayi baru lahir, pada bayi baru lahir dengan kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala. Penatalaksanaan 1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi. 2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pas tali pusat. 3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan.
E. Kejang Definisi Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap dikemudian hari. Bila penyebabnya diketahui, penyakit ini harus segera diobati. Kejang nenonatus tidak sama Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |111
dengan kejang pada anak atau orang dewasa karena konvulsi klonik cenderung tidak terjadi selama umur bulan pertama. Proses penyembuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada otak neonatus. Etiologi Komplikasi perinatal Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran. Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong, ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat. Perdarahan intrakranial. Kelainan metabolisme Hipoglikemia Hipokalsemia Hipomagnesemia Hiponatremia Hipernatremia Hiperbilirubinemia Ketergantungan pridoksin Kelainan metabolisme asam amino Infeksi: Dapat disebabkan bakteri dan virus termasuk TORCH Ketergantungan obat Polisitemia Penyebab yang tidka diketahui (3-25%) Klasifikasi Kejang a. Subtle Merupakan tipe kejang tersering yang terjadi pada bayi kurang bulan. Bentuk kejang ini hamper tidak terlihat, biasanya berupa pergerakkan muka, mulut, atau lidah berupa menyeringai, terkejat-kejat, mengisap, menguyang, menelan, atau menguap. 112| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Manifestasi kejang subtle pada mata adalah pergerakkan bola mata berkedip-kedip, deviasi bola mata horizontal dan pergerakkan bola mata yang cepat (nystagmus jerk). Pada anggota gerak didapatkan pergerakkan mengayuh atau seperti berenang. Manifestasi pada pernapasan biasanya berupa apnea. b. Klonik Bentuk klinis kejang klonik berlangsung 1-3 detik, tidak disertai gangguan kesadaran. Bentuk kejang ini di akibatkan trauma fokal pada kontusio cerebri pada bayi besar atau bayi cukup bulan, atau pada kelainan ensefalopati metabolik. c. Tonik Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal berat seperti perdarahan intraventrikuler. Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakkan tungkai yang menyerupai sikap deseberasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. d. Mioklonik Manifestasi klinis kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi atau fleksi dari lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi dengan cepat. Gerakan tersebut seperti gerak refleks Moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat, seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu kecanduan obat. Penilaian Diagnosis Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan penilaian dengan urutan sebagai berikut: 1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan kelahiran. Riwayat kehamilan Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |113
Bayi kecil untuk masa kehamilan Bayi kurang bulan Ibu tidak disuntik tetanus toksoid Ibu menderita diabetes mellitus Riwayat persalinan Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam, ekstraktor vakum) Persalinan presipitatus Gawat janin Riwayat kelahiran Trauma lahir Lahir asfiksia Pemotongan tali pusat dengan alat 2. Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma) Suhu tubuh (normal, hipertermia atau hipotermia) Tanda-tanda infeksi lainnya 3. Penilaian kejang Bentuk kejang Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata paroksismal, gerakan mengunyah, gerakan otototot muka, timbulnya apnea yang episode, adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik sebagian ekstermitas, tubuh kaku. Lama kejang Apakah pernah terjadi sebelumnya 4. Pemeriksaan laboratorium Punksi lumbal Punksi subdural Gula darah Kadar kalsium (Ca++) Kadar Magnesium 114| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Kultur darah TORCH Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang: Tidak didapatkan kelainan pandang dan pergerakan mata Timbulnya karena stimulasi, sedangkan kejang biasanya spontan Gerakan berupa tremor, bukan hentakan klonik Biasanya menghilang apabila dilakukan fleksi pasif Pada umumnya disebabkan oleh dipokalsemia, hipoglikemia, hiposi-iskhemik ensefalopati, drug with drawal Kelainan Fisik dan Diagnosis Banding Tabel kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir KELAINAN FISIK Kejang dengan kondisi: Biru, gagal napas. Trauma lahir pada kepala bayi. Mikrosefali. Perut buncit. Hepatosplenomegali. Mulut mecucu.
DIAGNOSIS BANDING Anoksia susunan saraf pusat. Perdarahan otak. Cacat bawaan. Sepsis. Sepsis. Tetanus.
Penanganan Prinsip dasar mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut: 1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang. (misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin) 2. Menjaga jalan napas tetap bebas. (perhatikan ABCD resusitasi) 3. Mencari faktor penyebab kejang.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |115
(perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik ditemukan, bentuk kejang, dan hasil laboratorium) 4. Mengobati penyebab kejang. (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain) Obat anti kejang Diazepam Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan. Fenobarbital Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit. Apabila kejang berlanjut, Fenobarbital dapat diulangi dengan dosis maksimal 20 mg/kgbb. Dosis pemeliharaan ialah 5-8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis. Fenitoin (Dilantin) Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan Fenobarbital dosis 10-20 mg/kgbb. Sebaiknya Fenitoin diberikan 10-15 mg/kgbb IV pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kgbb IV atau oral dalam 2 dosis. Penanganan kejang pada bayi baru lahir Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu bayi dipertahankan 36.5o– 37o C. Jalan napas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hidung sampai nasofaring. Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernapas lagi dengan alat bantu balon dan sungkup, diberi O2 (oksigen) dengan kecepatan 2 liter/menit. 116| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer; di tangan, kaki, atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus, dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikus. Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg suppositoria/IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah luminal (fenobarbital) 30 mg IM/IV. Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada. Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kgbb/hari. Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan, dan kelahiran): a. Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes melitus. b. Apakah bayi kemungkinan prematur. c. Apakah kemungkinan bayi mengalami aspiksia. d. Apakah kemungkinan ibu bayi pengidap/menggunakan bahan narkotika. Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab kejang, misalnya: a. darah tepi, b. elektrolit darah, c. gula darah, d. kimia darah (kalsium, magnesium), e. kultur darah, f. pemeriksaan TORCH, dan lain-lain. Bila ada kecurigaan ke arah sepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal. Obat diberikan sesuai dengan penilaian ulang . Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |117
Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali. 1. bila kejang terus, diberi Fenitoin (dilantin) dalam dosis 15 mg/kgbb sebagai bolus IV diteruskan dalam dosis 2 mg/kgbb IV setiap 12 jam. 2. Untuk hipoglikemia (hasil dextrostix/gula darah < 40 mg%) diberi infus dekstrose 10%. 3. Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah < 8 mg%) diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kgbb dalam waktu 510 menit. 4. Apabila belum teratasi juga, diberi Piridoksin 25-50 mg IV.
F. Hypotermi Definisi Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C).Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.hipotermi yaitu kondisi di mana suhu inti tubuh turun sampai di bawah 35°C. Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu: 1) Jaringan lemak subkutan tipis. 2) Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar. 3) Cadangan glikogen dan brown fat sedikit. 118| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
4) BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respons shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. 5) Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi mengalami hipotermia. Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan: 1) Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin. 2) Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek yang dingin. 3) Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. 4) Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi (misal cairan amnion pada BBL). Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu: 1) Hipoglikemi Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob. 2) Kebutuhan oksigen yang meningkat. 3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu. 4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat. 5) Shock 6) Apnea 7) Perdarahan Intra Ventricular Pencegahan dan Penanganan Hipotermi pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |119
terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau nonservo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual). Pengelolaan bayi hipotermi: (1) Bayi cukup bulan Letakkan BBL pada Radiant Warner. Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi. Tutup kepala. Bungkus tubuh segera. Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan. (2) Bayi sakit Seperti prosedur di atas. Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur). Seperti prosedur di atas. Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo controle. (3) Bayi yang sangat kecil Dengan radiant warner yang diatur di mana suhu kulit 36,5 °C. Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner. Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C. Dengan dinding double. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi. 120| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi: Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi adalah: (1) Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat; a. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih. b. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih. c. Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru). d. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan: Menyusui bayi. Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat. e. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan. f. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri. g. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi. a. Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |121
ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat. b. Pada bayi lahir dengan risiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik. Menangani Hipotermi a. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. b. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat. c. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar. d. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari. G.
Hypoglikemi Definisi Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L).
122| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Patofisiologi Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan. Diagnosis Anamnesis Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan Riwayat bayi prematur Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK) Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan Bayi yang berisiko terkena hipoglikemia Bayi dari ibu diabetes (IDM) Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |123
Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA) Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA) Bayi prematur dan lewat bulan Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia) Bayi puasa Bayi dengan polisitemia Bayi dengan eritroblastosis Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta blocker
Gejala Klinis/Pemeriksaan fisik Gejala Hipoglikemi: tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress napas. Jitteriness Sianosis Kejang atau tremor Letargi dan menyusui yang buruk Apnea Tangisan yang lemah atau bernada tinggi Hipotermia Diagnosis Banding insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia, abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin). Penyulit Hipoksia otak Kerusakan sistem saraf pusat
124| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Tatalaksana a. Monitor Pada bayi yang berisiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama: Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala: Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit). Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR. Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate GIR (mg/kg/min)= Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%) 6 x berat (Kg) Contoh: Berat bayi 3 kg umur 1 hari Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min 6x3 18
Periksa glukosa darah pada: 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis: Infus D10 diteruskan Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |125
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam ASI diberikan bila bayi dapat minum Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/di dalam 2 kali pemeriksaan Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad d) ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala: ASI teruskan Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila: Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi (lihat ad b) Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal d. Kadar glukosa normal IV teruskan IV teruskan Periksa kadar glukosa tiap 12 jam Bila kadar glukosa turun, atasi seperti di atas. Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan. e. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari) konsultasi endokrin terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam. bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan) 126| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
H. Tetanus Neonatorum Tetanus Noenatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi<1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani (kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf pusat). Patofisiologi: spora clostridium tetani masuk ke dalam tali pusat yang belum puput. Masa inkubasi: 1. 3- 28 hari dengan rata- rata 6 hari. 2. Apabila masa inkubasi < 7 hari biasanya penyakit lebih parah dan angka kematisnnya tinggi Epidemiologi: Angka kematian kasus tinggi Tetanus Neonatorum yang dirawat angka kematiannya mendekati 100%, terutama dengan masa inkubasi <> Angka kematian tetanus neonatorum yang dirawat di RS di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8- 55% Faktor risiko: Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak lengkap Pemberian tidak sesuai dengan program Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat- syarat 3 bersih Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kebersihan Gejala klinik tetanus neonatorum: Bayi yang semula dapat menetek tiba- tiba sulit menetek karena kejang otot rahang dan faring Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan Kejang terutama bila kena rangsang cahaya, suara, sentuhan Kadang- kadng disertai sesak napas dan wajah membiru Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |127
Penanganan tetanus neonatorum: Mengatasi kejang dengan injeksi anti kejang Menjaga jalan napas tetap bebas dan pasang spatel lidah agar tidak tergigit Mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di tali pusat atau di telinga mengobati pnyebab tetanus dengan anti tetanus serum dan antibotik Perawatan adekuat: kebutuhan O2, makanan, cairan dan elektrolit Tempatkan di ruang yang tenang dn sedikit sinar.
I. HIV/AIDS Pengertian Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu/keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel T penolong. (T helper), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak materi genetika sendiri di dalam materi genetik sel-sel yang ditumpanginya dan melalui proses ini HIV dapat mematikan sel-sel T4. AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus 128| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. Etiologi Risiko HIV utama pada anak-anak yaitu: Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi Pemakaian obat oleh ibunya Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi Bayi yang berisiko tertular HIV di antaranya: Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril Tanda dan Gejala Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah: Gangguan tumbuh kembang Kandidiasis oral Diare kronis Hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien) Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |129
Penularan Penularan HIV dari bayi kepada bayinya dapat melalui: Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum) (5-10 %) Selama persalinan (intrapartum)(10-20 %) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (postpartum) Bayi tertular melalui pemberian ASI Sebagian besar (90%), infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu, hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses tranfusi. BBL memproduksi respon antibodi yg tdk terlalu aktif, Lebih terbatas terhadap infeksi HIV. Bayi lahir dengan ibu HIV seropositif: memiliki antibodi HIV saat lahir. Bayi tidak terinfeksi akan kehilangan antibodi maternal sekitar 8-15 bulan. Sebagian besar bayi terinfeksi: mengembangkan antibodi mereka sendiri dan tetap seporopositif Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui: 1. Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. 2. Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral (Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti mengurangi risiko penularan sebanyak 80%. 3. Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang risiko dan manfaat ASI.
130| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Untuk mengurangi risiko penularan, ibu dengan HIV positif bisa memberikan susu formula pengganti ASI, kepada bayinya. Namun, pemberian susu formula harus sesuai dengan persyaratan AFASS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Acceptable= mudah diterima, Feasible= mudah dilakukan, Affordable= harga terjangkau, Sustainable= berkelanjutan, dan Safe = aman penggunaannya. Pada daerah tertentu di mana pemberian susu formula tidak memenuhi persyaratan AFASS, ibu HIV positif harus mendapatkan konseling jika memilih untuk memberikan ASI eksklusif. Penatalaksanaan Asuhan ibu: ikuti panduan Center for Disease Control (CDC) untuk profilaksis antiretrovirus gestasional. Asuhan bayi: dengan pemberian obat-obat ARV, maka daya tahan tubuh anak dapat meningkat dan mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan assay antibodi dapat mendeteksi antibodi terhadap HIV. Tetapi karena antibodi anti HIV maternal ditransfer secara pasif selama kehamilan dan dapat dideteksi hingga usia anak 18 bulan, maka adanya hasil antibodi yang positif pada anak kurang dari 18 bulan tidak serta merta menjadikan seorang anak pasti terinfeksi HIV. Karenanya diperlukan uji laboratorik yang mampu mendeteksi virus atau komponennya seperti: untuk mendeteksi DNA HIV dari plasma untuk mendeteksi RNA HIV dari plasma untuk mendeteksi antigen p24 Immune Complex Dissociated (ICD)
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |131
Teknologi uji virologi masih dianggap mahal dan kompleks untuk negara berkembang. Real time PCR (RT-PCR) mampu mendeteksi RNA dan DNA HIV, dan saat ini sudah dipasarkan dengan harga yang jauh lebih murah dari sebelumnya. Assay ICD p24 yang sudah dikembangkan hingga generasi keempat masih dapat dipergunakan secara terbatas. Evaluasi dan pemantauan kualitas uji laboratorium harus terus dilakukan untuk kepastian program. Selain sampel darah lengkap (whole blood) yang sulit diambil pada bayi kecil, saat ini juga telah dikembangkan di negara tertentu penggunaan dried blood spots (DBS) pada kertas saring tertentu untuk uji DNA maupun RNA HIV. Tetapi uji ini belum dipergunakan secara luas, masih terbatas pada penelitian. Meskipun uji deteksi antibodi tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif HIV pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan, antibodi HIV dapat digunakan untuk mengeksklusi infeksi HIV, paling dini pada usia 9 sampai 12 bulan pada bayi yang tidak mendapat ASI atau yang sudah dihentikan pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum dilakukannya uji antibodi. Dasarnya adalah antibodi maternal akan sudah menghilang dari tubuh anak pada usia 12 bulan. Pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan uji antibodi termasuk uji cepat (rapid test) dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV sama seperti orang dewasa. Pemeriksaan laboratorium lain bersifat melengkapi informasi dan membantu dalam penentuan stadium serta pemilihan obat ARV. Pada pemeriksaan darah tepi dapat dijumpai anemia, leukositopenia, limfopenia, dan trombositopenia.Hal ini dapat disebabkan oleh efek langsung HIV pada sel asal, adanya pembentukan auto antibodi terhadap sel asal, atau akibat infeksi oportunistik.
132| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Jumlah limfosit CD4 menurun dan CD8 meningkat sehingga rasio CD4/CD8 menurun.Fungsi sel T menurun, dapat dilihat dari menurunnya respons proliferatif sel T terhadap antigen atau mitogen. Secara in vivo, menurunnya fungsi sel T ini dapat pula dilihat dari adanya anergi kulit terhadap antigen yang menimbulkan hipersensitivitas tipe lambat. Kadar imunoglobulin meningkat secara poliklonal. Tetapi meskipun terdapat hipergamaglobulinemia, respons antibodi spesifik terhadap antigen baru, seperti respons terhadap vaksinasi difteri, tetanus, atau hepatitis B menurun.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |133
BAB 8 IMUNISASI
A. Imunisasi dan Vaksinasi Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
B. Keuntungan Imunisasi Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan, yaitu: 1. Pertahanan tubuh yang terbentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa seumur hidupnya, 2. Vaksinasi adalah “cost-effective” karena murah dan efektif, 3. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi dan jauh lebih jarang daripada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami. 134| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
C. Program Imunisasi Program Imunisasi Nasional dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) atau Expanded Program on Immunization (EPI). Program imunisasi melalui PPI mempunya tujuan akhir (ultimate goal) sesuai dengan komitmen internasional, yaitu: 1. eradikasi polio, 2. eliminasi tetanus maternal dan neonatal, 3. redukasi campak, 4. peningkatan mutu pelayanan imunisasi, 5. menetapkan standar pemberian suntikan yang aman, 6. keamanan pengelolaan limbah tajam.
D. Pemberian Imunisasi 1. BCG - Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Kemenkes menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur 0-12 bulan. - Dosis 0,05ml untuk bayi kurang dari 1tahun dan 0,1ml untuk anak >1tahun. - Diberikan secara intra cutan di daerah lengan kanan atas pada insersio musculus deltoideus sesuai anjuran WHO. Hal ini mengingat penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan karena jaringan lemak subkutis tipis, ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagmosis apabila diperlukan. - Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan. - Imunisasi BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah komplikasinya.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |135
- Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien immunokompromais (leukemia, anak yang sedang mendapat pengobatan steroid jangka panjang, bayi yang dicurigai menderita infeksi HIV). - Apabila vaksin BCG diberikan setelah umur 3bulan, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. 2. Hepatitis B - Vaksin Hepatitis B (HepB) harus segera diberikan setelah lahir, mengingat imunisasi HepB merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. - Imunisasi HepB-0 (Uniject/HepB-monovalen) diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12jam) setelah lahir. - Imunisasi HepB-1 diberikan setelah 1bulan (4minggu) dari imunisasi Hep B-0 umur 2 bulan. - Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1bulan (4minggu) dari imunisasi Hep B-1 umur 3 bulan. - Imunisasi HepB-3 diberikan setelah 1bulan (4minggu) dari imunisasi Hep B-2 umur 4 bulan. - Dosis pemberian 0,5ml secara intra muscular. 3. DTwP dan DTaP - DTwP (whole-cell pertussis) dan DTaP (acelluler pertussis). Kedua vaksin DTP tersebut dapat dipergunakan secara bersamaan dalam jadwal imunisasi. - Imunisasi DTP (primary immunization) diberikan 3kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4 – 8 minggu. - Vaksin DTP tidak boleh diberikan pada bayi sebelum umur 6 bulan. - Ulangan booster DTP selanjutnya (DTP-4) diberikan 1tahun setelah DTP-3 yaitu umur 18 – 24 bulan dan DTP5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. 136| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
- Pemberian booster sebaiknya diberika DTaP untuk mengurangi demam paska imunisasi. - Vaksinasi penguat diberikan Td sesuai program BIAS/ (SD kelas 1, umur 7tahun dan SD kelas 6, umur 1213tahun). - Dosis pemberian 0,5ml diberikan secara intra muscular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. 4. Tetanus - Jadwal imunisasi tetanus sesuai dengan imunisasi DTP. - Imunisasi DTP primer pada bayi 3kali akan memberikan imunitas selama 1-3tahun. Tiga dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut setara dengan 2 dosis toksoid pada dewasa. - Ulangan DTP pada 18 – 24 bulan (DTP-4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai umur 67tahun Pada umur dewasa dihitung setara 3 dosis toksoid. - Dosis toksoid tetanus kelima (DTP/Td-5) bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun, yaitu sampai umur 17 – 18 tahun. Pada umur dewasa dihitung setara 4 dosis toksoid. - Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya d sekolah (DT-6/Td) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Pada umur dewasa dihitung setara 5 dosis toksoid. - Dosis vaksin DTP atau TT diberikan dengan dosis 0,5ml secara intra muscular. 5. Polio - Terdapat 2kemasan vaksin polio yang berisi virus polio1, 2 dan 3 yaitu OPV/Oral Volio Vaccine (hidup dilemahkan, tetes oral) dan IPV (Inactivated Polio Vaccine (in-aktif, suntikan).
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |137
- Polio-0 diberikan saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama. - Jadwal Imunisasi dasar (polio -2, 3, 4) diberikan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. - Dalam rangka eradikasi polio, dilakukan Pekan Imunisai Polio (PIN) oleh Kemenkes yaitu semua balita mendapat imunisasi OPV tanpa memandang status imunisasinya (kecuali pasien imunokompromais diberikan IPV). - Dosis OPV diberikan 2 tetes per oral dan IPV 0,5ml intra muscular. - Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisai polio-4 dan selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun). 6. Campak - Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub cutan dalam pada umur 9 bulan. - Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada anak SD kelas 1 dal program BIAS.
E. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) 1. Definisi KIPI Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. 2. Klasifikasi KIPI Penggelompokan etiologi KIPI dalam 2 klasifikasi yaitu: - Klasifikasi lapangan menurut WHO Western Pasific (1999), memilah KIPI dalam 5 penyebab, yaitu: a. kesalahan program, b. reaksi suntikan, 138| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
c. reaksi vaksin, d. koinsiden (faktor kebetulan), e. sebab tidak diketahui. - Klasifikasi kausalitas menurut Committe Institut of Medicine (1991) dan Vaccine Safety Committee (1994). a. Tidak terdapat bukti hubungan kausal (unrelated). b. Bukti tidak cukup untuk menerima atau menolak hubungan kausal (unlikely). c. Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal (possible). d. Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal (probable). e. Bukti memastikan hubungan kausal (very like/certain). 3. Gejala Klinis KIPI Gejala KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan syaraf pusat serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat terjadi KIPI makin berat gejalanya. Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanppa efek samping, maka apabila seorang anak telah mendapat imunisai perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan bahwa tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15menit. KIPI yang paling serius pada anak adalah reaksi anafilaktik. Sedangkan gejala KIPI yang lain dapat berupa demam, ruam kulit, kejang dan reaksi alergi.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |139
BAB 9 PENATALAKSANAAN RUJUKAN
A. Pelayanan Kesehatan Terdapat 3 bentuk pelayanan kesehatan yaitu: 1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan dalam masyarakat untuk megatasi sakit ringan dan juga dibutuhkan oleh masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka promosi kesehatan). Oleh karena jumlah kelompok ini dalam suatu populasi sangat besar (±80%), maka pelayanan yang diperlukan bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services). Pelayan kesehatatan primer di Indonesia di antaranya puskesmas dan klinik/balai pengobatan.
140| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Services) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Contoh bentuk pelayanan ini adalah rumah sakit tipe C dan D yang memiliki tenaga medis spesialis. 3. Pelayanan kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Services) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan yang diberikan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh bentuk pelayanan ini adalah rumah sakit tipe A dan B.
B. Jenis Rujukan 1. Rujukan Medik Rujukan yang berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan pasien (rehabilitatif). Di samping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. 2. Rujukan Kesehatan Masyarakat Rujukan yang berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujkan ini juga mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |141
C. Prinsip Dasar Rujukan Prinsip dasar rujukan yang harus diperhatikan adalah: 1. Rujukan ideal: rujukan masa antepartum, 2. Sistem regionalisasi: pada rujukan perinatal, 3. Syarat merujuk: kondisi bayi stabil, 4. Lakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dalam proses rujukan.
D. Kasus yang Harus Dirujuk Berikut adalah kasus-kasus yang harus dirujuk adalah: 1. asfiksia dan gangguan napas, 2. bayi berat lahir rendah (bblr), 3. hipotermi berat, 4. ikterus progresif, 5. hipoglikemia yang tidak teratasi, 6. infeksi/sepsis dengan komplikasi, 7. kasusu bedah neonatus, 8. kejang yang tidak teratasi, 9. bayi dari ibu dengan diabetes mellitus, 10.kasus renjatan yang tidak teratasi, 11.penyakit hemolisis.
E. Proses Rujukan Proses rujukan dilakukan dengan cara berikut: 1. Memerhatikan sistem regionalisasi. 2. Memberikan KIE mengenai pentingnya pelaksanaan rujukan. 3. Melengkapi syarat rujukan, yang terdiri dari ijin tindakan, surat rujukan dan data pasien/catatan medis.
142| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
F. Tindakan Sebelum dan Selama Rujukan 1. Pastikan bayi tetap hangat. 2. Jika bayi dicurigai memiliki riwayat infeksi bakteri, maka berikan antibiotika. 3. Jilka bayi sianosis/sukar bernapas, ada tarikan dinding dada dan merintih, maka berikan oksigen.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |143
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Dan Anak. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropomenti Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit. Deslidel, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: EGC. Dewi, VNL. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, AAA. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, AAA. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Ismail, Djauhar, dkk. 2012. Manual Tes Denver II. Yogyakarta: FK UGM/RSUP Dr. Sardjito. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Ranuh, IGN Gde, dkk. 2011. Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Keempat Tahun 2011. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Soetjiningsih dan Ranuh, IGN Gde. 2014. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC. Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita Penuntun Belajar Praktik Klinik. Jakarta: EGC. 144| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Glosarium A
Abduction: gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah. Abnormality: penyimpangan dari sesuatu yang biasa atau normal, kondisi yang tidak ditemukan pada sebagian besar individu. ABO: penggolongan darah manusia yang ditentukan secara genetic berdasarkan ada-tidaknya antigen. Absces: kumpulan nanah setempat. Pembentukan abses biasa terjadi di payudara setelah mastitis akut. Acidosis: kondisi akibat penurunan cadangan basa tubuh dan gangguan keseimbangan asam-basa. Terjadi karena tubuh memetabolis lemak, bukan karbohidrat untuk menghasilkan energi. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS): penyakit progresif yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan menurunkan respon tubuh terhadap infeksi dan pembentukan tumor. Acute: menjelaskan kondisi berjalan cepat, disertai gejala yang berat, tetapi durasinya singkat. Adduction: gerakan bagian tubuh mendekati bagian lain atau garis tengah tubuh.
B
Babinski reflex: reflek yang ditandai dengan ekstensi jempol kaki dan abduksi jari kaki yang lain ketika bagian lateral kaki di toreh. Bacteraemia: terdapat bakteri di dalam darah. BCG: Bacille Calmette Guerin. Bed rest: pembatasan seluruh aktifitas ambulasi dan istirahat di tempat tidur. Benigna: non maligna, tidak membahayakan hidup. Bilateral: mengacu pada dua sisi tubuh. Bilirubin: produk hasil penghancuran hemoglobin. Pigmen utama yang ditemukan dalam empedu. Tidak larut dalam air, tetapi Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |145
dikonjugasukan oleh hati, dapat diekskresikan ke dalam feses dan urine. Bimanual: menggunakan dua tangan, seperti pada palpasi bimanual, pemeriksaan yang dilakukan dengan dua tangan. Birth asphyxia: bayi gagal bernafas saat lahir. Blue baby: bayi yang tetap sianosis di pusat tubuhnya setelah dapat bernafas setelah lahir. Bonding: pelekatan emosional dan ketergantungan antar ibu dan bayi atau anaknya. Bottle feeding: makanan yang diberikan untuk bayi dengan menggunakan botol susu yang dapat diisap bayi. Breast milk: zat nutrisi yang disekresi oleh kelenjar mamae, keluar 3-5 hari setelah partus dan setelah sekresi kolostrum.
C
Calcium phosphate: satu dari tiga garam kalsium. Penting bagi pembentukan tulang dan gigi. Caput succedaneum: pembengkakan yang ditandai dengan edema pada bagian presentasi kepala, terjadi saat persalinan jika aliran balik vena terhambat akibat janin melewati bagian serviks yang sempit. Carcinoma: tumor maligna atau pertumbuhan sel tidak terkontrol yang secara structural dan fungsional berbeda dengan sel-sel disekitarnya, serta mengganggu sel-sel tersebut. Carpal: berkaitan dengan pergelangan tangan. Casein: protein dalam susu. Kasein di dalam susu sapi yang lebih banyak dan lebih sulit dicerna daripada kasein di dalam ASI. Cerebral: berkaitan dengan otak. Chronic: menjelaskan kondisi yang berkembang perlahan dan menetap untuk waktu yang lama. Circumcision: istilah untuk pemotongan genetalia pria dan wanita, sering dilakukan pada beberapa hari pertama kelahiran.
146| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
D
Dactyl: berkaitan dengan jari. Dehydration: kehilangan banyak cairan dari tubuh. Dermal: mengacu pada kulit atau lapisan kutis. Dextran: sediaan murni polisakarida yan larut dalam air, memiliki bobot molekul besar dan digunakan sebagai plasma expander untuk mempertahankan tekanan darah dan terapi kedaruratan syok. Dextrose: monosakarida atau gula, bentuk karbohidrat paling sederhana. Diabetes mellitus: penyakit yang cenderung diturunkan dalam keluarga, yaitu tidak sempurnanya metabolisme karbohidrat akibat penurunan sekresi insulin. Diagnosis: identifikasi penyakit berdasarkan pada pengkajian gejala klinis. Diazepam: valium tranquilizer yang digunakan dalam manajemen fit/kejang. Dactylism: kelainan jumlah jari di setiap tangan. Diet: makanan yang dimakan seseorang. Disability: keterbatasan kemampuan seseorang untuk bersikap dalam cara atau dalam rentang yang dianggap normal oleh sebagian besar populasi. Discharge: mengedarkan, melepaskan atau mengeluarkan. Disease: kondisi abnormal yang disebabkan oleh cidera, infeksi atau kanker sehingga mengakibatkan gangguan fungsi normal tubuh. Dislocation: perpindahan tulang dari posisi aslinya. Disproportion: kurangnya kesesuaian antar dua benda, mis. mengacu pada hubungan yang ditandai kepala janin terlalu besar untuk melewati panggul ibu. Distress: menderita, kelelahan, dalam bahaya, tingkat sters atau stimulasi yang dianggap mengganggu kesehatan. DNA: deoxyribo nucleic acid. Zat yang ditemukan di kromosom nucleus yang membawa kode informasi genetic dan dapat bereproduksi.
Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |147
E
Elimination: proses membuang produk sampah dari tubuh. Electrolyte: zat yang dapat menghantarkan arus listrik jika dalam larutan. Embolus: benda asing, udara, gas, tumor, likuor atau bekuan darah yang bergerak mengelilingi sirkulasi. Emergency: perkembangan kondisi patologis mendadak yang membutuhkan perhatian medis segera jika ingin menyelamatkan nyawa pasien. Emollient: zat yang melembutkan jaringan atau meredakan inflamasi. Emotion: perasaan psikologis kuat, sering disertai dengan menunjukkan ekspresi perubahan suasana hati. Empaty: kemampuan untuk memahami perasaan atau emosi orang lain. Endemic: menjelaskan penyakit infeksi yang selalu terjadi pada derajat, baik yang lebih kecil maupun lebih besar pada lokasi tertentu. Epidemic: penyebaran penyakit spesifik secara mendadak di seluruh komunitas local. Epilepsy: episode malfungsi neurologis berulang, termasuk gangguan sensorik dan motorik atau kejang konvulsif dan kehilangan kesadaran. Epispadia: defek konginital yang ditandai dengan adanya lubang saluran uretra di sisi bawah penis. Epitaxis: mimisan.
F
Faeces: residu makanan yang dikeluarkan sebagai benda sampah dari usus. Fallot’s tetralogy: empat defek congenital jantung yang terjadi bersamaan. Family planning: tindakan yang direncanakan sebelumnya untuk membatasi atau mengatur jarak kelahiran anak. Fatal: mengakibatkan kematian. 148| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Feed: member nutrisi, memberi makan bayi dengan menyusui, member susu botol, melalui slang atau peralatan lain. Fetus: istilah keturunan mamalia dari awal minggu ke9 setelah fertilisasi sampai kelahiran. Fever: peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Fit: kejang atau konvulsi. Fontanelle: ruang membranosa di antara tulang cranium pada janin dan neonatus. Foramen ovale: lubang fisiologis pada septum jantung. Pada kehidupan janin aliran dara dipintas dari atrium kanan ke atrium kiri melalui foramen ini melintasi paru.
G
Gastroenteritis: inflamasi pada mukosa usus dan lambung, biasanya disertai muntah dan diare. Genetic: terkait denga gen , memiliki rujukan untuk asal mula pertumbuhan. Genetalia: organ reproduksi. Glabella: tonjolan tulang yang terbentuk dari penyatuan tulang frontal dan tonjolan supra orbital . Gluteal: terkai dengan bokong atau region bokong. Glikogen: sumber energy dari karbihidrat yang disimpan di dalam hati dan otot serta diubah menjadi glukosa saat diperlukan. Graps reflex: reflek primitive pada neonatus yang dapat dipicu dengan menorah telapak tangan atau telapak kaki.
H
Haemangioma: tumor non kanker yang terbentuk dari masa pembuluh darah. Haematemesis: muntah darah. Haematocele: kumpulan darah dalam rongga. Haematoma: massa yang dibentuk dari kumpulan darah. Haemoglobin: sifat respiratory pada eritrosit, terdiri dari empat molekul besi heme yang berikatan dengan protein globin dan memiliki fungsi ganda, yaitu menyerap dan membebaskan oksigen. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |149
Haemorrhage: kehilangan banyak darah akibat cidera atau kerusakan jaringan. Heart rate: kecepatan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Hernia: protusi abnormal organ melewati dinding yang membatasinya akibat kelemahan dinding tersebut. Herpes: infeksi virus akut dan mudah menular yang ditandai dengan pembentukan vesikel.
I
Icterus neonatorum: kulit, membrane dan sclera kuning pada bayi baru lahir. Immunoglobulin: symbol untuk gamma globulin tertentu, Ig A, D, E, G dan M yang memberi perlindungan imunologis terhadap organism spesifik. Ileus: obstruksi usus yang disebabkan paralisis ileum dan ditandai dengan peristaltic berhenti dan terjadi distensi. Immature: belum tumbuh sempurna. Immune: perlindungan terhadap penyakit tertentu. Immunization: proses pemebentukan imunitas aktif, pemberian zat untuk membantu seseorang membentuk imunitas terhadap satu atau beberapa penyakit. Incubator: ruangan yang benar-benar diatur suhu, kelembapan dan kadar oksigennya, bayi yang sakit atau bayi berat lahir rendah dirawat di dalamnya. Inguinal: terkait dengan region groin/inguen.
J
Jaundice: kulit, membrane mukosa dan sclera berwarn akuning akibat bilirubinemia. Jugular: menunjukkan leher atau region di atas klavikula. Juvenile: dewasa muda, anak muda.
150| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
K
Kern ikterus: hiperpigmentasi bilirubin pada ganglia basalis otak disertai kerusakan sel saraf, sebagai komplikasi iketrus neonatus berat yang disebabkan oleh isoimunisasi rhesus. Ketoasidosis: akumulasi badan keton dan aseton pada darah.
L
Lactoferin: protein yang mengikat zat besi, ditemukan dalam ASI. Ini melindungi bayi dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Lactogen: zat memungkinkan terjadinya laktasi. Lactoglobulin: preotein yang terkandung dalam susu. Lactose: gula yang terkandung dalam susu. Lanugo: rambut tipis yang menyelubungi janin di dalam uterus dan rontok ke dalam amnion tepat sebelum cukup bulan.
M
Malabsorption: ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dari usus. Malformation: abnormalitas anatomis, baik congenital maupun didapat. Malnutrition: kelainan diet, baik makanan yang tidak tepat maupun makanan yang tidak cukup. Mamma: menunjukkan payudara. Mantoux test: uji untuk mendeteksi imunitas terhadap tuberculosis. Massage: mengusap atau meremas tubuh untuk membentu relaksasi, menstimulasi sirkulasi dan ekskresi, serta penurunan tekana darah. Measles: penyakit infeksi berat yang disebabkan oleh virus. Meconium: materi hijau atau hitam lengket berwarna yang dikeluarkan oleh bayi selama beberapa hari pertama setelah kelahiran. Morbidity: kondisi sakit. Morro reflek: respon bayi baru lahir yang sehat terhadap suara yang tiba-tiba atau saat kepalanya terjungkal ke belakang. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |151
Moulding: proses berubahnya bentuk dan ukuran kepala janin saat melewati panggul ibu karena kepala menyesuaikan ukurannya dengan struktur tulang panggul ibu sambil tetap melindungi otak.
N
Napkin rash: timbul area pe,asanagn popok. Natal: menunjukkan kelahiran. Neonatal: menunjukkan bayi baru lahir, dari lahir sampai berusia 4 minggu. Nystatin: obat yang digunakan untuk mengobati infeksi, khususnya akibat jamur.
O
Observation: sesuatu yang terlihat atau nyata. Occiput: tulang di belakang tengkorak janin, terutama bagian sentral yang mengalami penonjolan. Oedema: pengumpulan cairan di dalam jaringan tubuh. Oliguria: defisiensi volume urine yang disekresikan oleh ginjal. Omphalus: tali pusat. Operation: penanganan bedah. Oral: menunjukkan mulut. Oxygen: elemen yang ditemukan dalam bentuk gas, yang penting untuk kehidupan.
P
Paediatrics: cabang ilmu kedokteran yang membahas mengenai kesehatan dan penyakit pada anak-anak. Palmar grasp reflex: kemampuan bayi baru lahir menggenggam objek yang menyentuh telapak tangannya dengan kuat. Palpation: teknik pemeriksaan yang menggunakan sentuhan. Palpitation: denyut jantung yang cepat , yang dapat dideteksi melalui tanda fisik.
152| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
Palsy: abnormalitas yang ditandai dengan terjadinya beberapa derajat paralisis. Paracetamol: obat yang digunakan untuk meredakan nyeri ringan dan mengurangi demam. Pandemic: mendeskripsikan epidemic, yang ditemukan di seluruh populasi atau diseluruh dunia. Panic: gangguan emosi tiba-tiba dan berat, yang mengakibatkan gejala fisik. Papule: area kecil yang menonjol pada kulit. Parenteral: memberikan terapi atau obat melalui jalur selain saluran pencernaan. Parietal: menunjukkan bagian atas kepala. Patient: seseorang yang menerima layanan kesehatan. Perinatal: waktu di sekitar proses kelahiran. Ph: alat ukur yang menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam satu cairan dan menunjukkan keseimbangan asam basa. Pneumonia: radang paru-paru akibat infeksi. Poliomyelitis: infeksi virus pada medulla spinalis. Puberty: transisi fungsi fisik, mental dan emosi pada tubuh.
Q
Quadrant: seperempat lingkaran atau bagian tubuh yang dapat dibagi empat. Quotient: angka yang diperoleh dari bagian.
R
Rachitis: penyatuan satu atau beberapa vertebra secara congenital. Radiation: penggunaan zat radioaktif dalam diagnosis atau pengobatan penyakit. Rash: area merah menonjol pada kulit, yang dapat menyebabkan iritasi. Rectal: menunjukkan rectum, bagian saluran pencernaan yang paling bawah yang ditutup oleh sfingter anus. Reflex: aliran balik atau pengembalian aliran energy. Reflux: aliran atau gerak balik aliran. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |153
Regurgitation: aliran balik cairan, dengan melawan gravitasi. Rehydration: penggantian cairan. Relaxation: keadaan beristirahat dan dapat diterapkan pada seluruh tubuh atau pada otot tertentu. Resistant: kapasitas mokroba untuk tidak terpengaruh oleh obat antibiotika. Respiration: bernafas, penggambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari darah sehingga oksigen dapat disebar keseluruh tubuh untuk memfasilitasi metabolisme. Resuscitation: pengembalian dari kondisi kolaps. Retardation: lambat. Rhesus: antigen yang dapat atau tidak dapat ditemukan pada sel darah merah. Rooming in: sistem yang ditandai dengan bayi tetap berada di sisi ibu selama mereka di rawat di rumah sakit. Rooting reflex: kemampuan alami neonatus untuk mencari dan menemukan putting susu ibu. Roseola: ruam berwarna merah atau merah jambu. Rubella: infeksi virus disertai gejalaruam macula.
S
Sagittal: garis imaginer yang ditarik dari bagian depan tubuh ke belakang dan membagi region menjadi dua. Saliva: sekresi mulut yang melunakkan makanan. Scalp: kulit di atas kepala tempat tumbuh rambut. Screening: uji yang dapat dilakukan pada populasi besar terhadap individu yang tampak sehat dalam upaya mendeteksi dan mengobati penyakit secara dini. Secretion: zat yang dihasilkan oleh kelenjar. Sedative: obat yang diberikan untuk menginduksi relaksasi dalam dan menurunkan ansietas Sepsis: infeksi. Siblings: satu, dua atau lebih anak-anak yang memiliki orang tua yang sama, memiki hubungan darah. Stimulate: menimbulkan tindakan. Strabismus: juling, abnormalitas congenital pada mata. 154| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
T
Tactile: menunjukkan sentuhan, merasakan seseorang atau benda dengan menggunakan tangan. Temperature: banyaknya panas dalam tubuh. Temporal: menunjukkan bagian sisi tengkorak. Tetanus: penyakit yang disebabkan oleh organism anaerob. Therapy: pengobatan. Thorax: dada. Trauma: cidera, kecelakaan. Trisomy: penambahan kromosum tunggal pada pasangan kromosum lain.
U
Umbilicus: pusat. Urine: cairan jernih, disekresi oleh ginjal sebagai hasil fitrasi keluar dari darah. Urticaria: reaksi spesifik yang ditandai dengan kulit bintul-bintul dan terasa gatal.
V
Vaccine: suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, yang diberikan saat vaksinasi. Ventilation: memasukkan udara ke dalam ruangan atau ke dalam paru secara buatan. Vernix caseosa: zat berminyak yang disekresikan dari kelenjar keringat. Viraemia: infeksi virus pada darah. Vital: sangat penting, menyangkut hidup. Vitamin: zat makanan esensial.
W
Whey: bagian cair susu yang dapat dipisahkan dari bagian yang padat. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |155
X
X-ray: gelombang elektromagnetik yang dapat melewati banyak substansi.
Y
Yolk sac: struktur yang tumbuh pada massa sel bagian dalam.
Z
Zink: elemen penting dalam diet untuk membuat enzim.
156| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah
BIODATA PENULIS Ika Yuni Susanti adalah penulis yang lahir di Ponorogo, 30 Juni 1977. Ia sekarang menjadi dosen D3 Kebidanan di Poltekkes Majapahit, Mojokerto. Ia memiliki jabatan sebagai lektor. Ia beralamatkan di Graha Majapahit Regency Mojokerto. Penulis memiliki suami bernama Fatkhurrohman Rosyidi dan memiliki 2 orang anak dengan nama Amira Filaili dan Hajj Akbar Wicaksana. Ia dapat dihubungi di 08123021522. Riwayat Pendidikan: S1: STIKES Majapahit Mojokerto program studi Kesehatan Masyarakat S2: Universitas Gadjah Mada program studi Kesehatan Masyarakat Daftar Penelitian yang telah dilakukan dalam lima tahun terakhir (2012 – 2017) 1. Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Suhu Bayi Baru Lahir di Puskesmas Dlanggu Mojokerto tahun 2012. 2. Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Paska Seksio Sesaria di RSU Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto tahun 2015. Dyah Permata Sari adalah penulis yang lahir di Madiun, 5 Juli 1986. Ia sekarang menjadi dosen D3 Kebidanan di Poltekkes Majapahit, Mojokerto. Ia memiliki jabatan sebagai asisten ahli. Ia beralamatkan di Perum Indraprasta Blok A1/18 Mlaten Puri Mojokerto. Penulis memiliki suami bernama Tohari dan memiliki seorang anak dengan nama M. Benzhema Resfi Ifdyhar. Ia dapat dihubungi di 081556455786. Ika Yuni Susanti, M.P.H., Dyah Permata Sari, MM. |157
Riwayat Pendidikan: D4: Bidan Pendidik S2: Magister Manajemen Daftar Penelitian yang telah dilakukan dalam lima tahun terakhir (2012 – 2017) 1. Analisa Angka Kematian Ibu dan Bayi dengan Pelaksanaan Program Jampersal di Puskesmas Krebet Kec. Pilangkenceng Kab. Madiun tahun 2012. 2. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di BPS Hj Sri Sulasmiati, S.ST Ds. WonoayuKec. Pilangkenceng Kab. Madiun tahun 2013. 3. Hubungan Hipertensi Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di RS DKT Sidoarjo tahun 2013. 4. Analisis Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Drop Out pada Akseptor Kb Suntik di Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun tahun 2015. 5. Pengaruh KIE tentang ANC terhadap Keteraturan ANC di BPS Ny. D Desa Ngampel Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun tahun 2016.
158| Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah