UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 PASAL 72 1.
2.
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak seuatu Ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah) Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau Hak Terkait sebagaiman dimaksud pada pasal (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah)
Ainun Nufus
My Son Cinta yang tak sekadar tautan darah. Tetapi juga mengalirkan benci, ketulusan dan kerelaan bersama waktu yang panjang.
Diterbitkan Melalui
My Son
Cinta yang tak sekadar tautan darah. Tetapi juga mengalirkan benci, ketulusan dan kerelaan bersama waktu yang panjang. Penulis: Ainun Nufus Editor: Fairuz Mumtaz Cover: Diandracreative Design Tata Letak: Diandracreative Design Diterbitkan Oleh: DIANDRA KREATIF (KELOMPOK PENERBIT DIANDRA) ANGGOTA IKAPI Jl. Kenanga 164, Sambilegi Baru Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282 Telp. 0274.4332233 Fax. 0274.485222 email:
[email protected] website. www.diandracreative.com Twitter @bikinbuku, Fanpage Diandracreative.com Cetakan Pertama, April 2015 Yogyakarta, Diandra Creative, 2015 x + 187 hal; 13 x 19 cm ISBN: 978-602-336-083-3 Hak Cipta dilindungi Undang-undang All right reserved Di Cetak Oleh Diandracreative Offset & Printing
THANKS TO
A
llah SWT yang selalu memberiku nikmat dan kesempatan-kesempatan di hari-hariku. Orang tua, hai Beh! Hai Mih! Makasih untuk perhatian dan doanya yang tak pernah putus untukku. My little sister Devi, si informan drakor terupdate hahaha…. Partnerku yang selalu aku cuekin akhir-akhir ini karena kesibukanku yang bertambah. Komunikasi kita jadi tak sampai 24 jam dalam seminggu. Pertemuan kita tak sampai 24 jam dalam sebulan padahal deket. Hahahaha…. Suci yang selalu setia jadi teman makan malam, tanpamu aku kesepian, hahaha…. Mas Virus buat editan dan note-note yang bikin ngakak di setiap bab, Mas Yusuf buat layoutnya yang kece.
v
Ainun Nufus
Rara partner sehati di kantor yang selalu kasih inovasi buat novel-novelku berikutnya, hahahaha.... Memes yang jadi temen diskusi waktu nulis My Son dan di saat galau. Temen-temenku di dunia nyata yang menyita perhatian, tanpa kalian aku hanya jadi makhluk gua yang hanya suka mager di kamar. Kru Diandra Creative, yeah…. Keluarga baru yang memberi kebahagiaan baru di hari-hariku. Karena kalian aku berkembang kayak adonan kue. Hehehe…. Temen-temen di dunia orange yang setia membaca ceritaku di wattpad yang kutulis tanpa edit sedikitpun di saat lelah dengan dunia nyata. Saat kalian bilang lanjut, aku bukan terbebani atau kesel, tapi malah jadi semangat! Kalian luar biasa bermakna di hidup baruku. Thank you so much, Dear.
Yogyakarta, Love, ai
vi
PROLOG Kesedihan terdalam adalah yang tak terucapkan oleh kata-kata. Tetapi terwakili oleh air mata.
M
ata Salena membelalak seketika. Dadanya bergemuruh kencang ketika menyadari bahwa dia terbangun di ruang yang sama sekali asing baginya. Mata yang membelalak itu pun meneliti ruang tudur. Ada yang aneh, menurutnya. Tak ada siapa-siapa. Salena mencoba beranjak dari tempat tidur. Namun dia terhenti ketika menyadari ada bagian tubuhnya yang terasa nyeri. Dia mengintip kain tebal yang menyelimuti tubuhnya. Kini, dada Salena melebihi guncangan bencana alam mana pun. Lebih bergemuruh dari sebelumnya. Belum selesai kagetnya ketika menyadari bangun di tempat yang asing, kini dia menemukan tubuhnya telanjang tanpa pakaian. Niatan untuk beranjak pun urung. Matanya menatap tajam ke langit-langit kamar.
vii
Ainun Nufus
Mengingat-ingat segala peristiwa yang dia lalukan sebelum itu. Namun, semakin dia mengingat-ingat, semakin terasa nyeri di bagian tubuh yang lain. Gagal mengangkat ingatan, air mata Salena lolos dari kelopaknya. Dia berteriak sekencang-kencangnya. Meraung keras. Syok dengan apa yang terjadi. Kepala berat. Di balik selimut itu, tubuhnya tak hanya telanjang, melainkan ada bercak merah di seprai yang putih. Napasnya memburu. Sia-sia saja berteriak di kamar yang kosong dan kedap suara, Salena mencoba kembali tenang dan mengontrol dirinya. Oh, betapa malang bagi Salena. Dia merutuki kebodohannya yang gagal mengingat apapun. Terakhir, yang dia ingat hanya mengikuti pesta di kantornya. Selepas itu, dia tak mengingat apapun. Bahkan, dia tak ingat bagaimana dia bisa berakhir di kamar yang bisa dipastikan kamar sebuah hotel. Tangisnya kembali pecah tanpa bisa dikendalikan, dia mencengkeram selimut yang menutupi tubuhnya dan kesadarannya perlahan kembali hilang.
viii
DAFTAR ISI
THANKS TO v PROLOG vii DAFTAR ISI ix JAGOAN #1 1 JAGOAN #2 7 JAGOAN #3 19 JAGOAN #4 27 JAGOAN #5 37 JAGOAN #6 49 JAGOAN #7 61 JAGOAN #8 71 JAGOAN #9 79
ix
JAGOAN #10 87 JAGOAN #11 95 JAGOAN #12 107 JAGOAN #13 117 JAGOAN #14 127 JAGOAN #15 133 JAGOAN #16 143 JAGOAN #17 151 JAGOAN #18 163 JAGOAN #19 171 EPILOG 177 PROFIL PENULIS 185
x