3.2.3.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan data analisis mikrofosil pada batupasir (lampiran B), maka diperoleh umur dari Satuan Breksi yaitu N8 (Akhir Miosen Awal) dengan ditemukannya fosil-fosil plankton berupa Praeorbulina glomerosa curva, Praeorbulina sicana dan Praeorbulina transitoria dalam jumlah yang melimpah serta Hastigerina praesiphonifera dalam jumlah yang sedikit. Fosil-fosil bentos yang ditemukan pada batupasir yaitu Nonion sp., Textularia sp., dan Aphistegina sp. dengan jumlah yang melimpah serta Rotalia sp. dalam jumlah yang sedikit, sehingga satuan ini kemungkinan diendapkan pada bagian neritik pinggir. Berdasarkan pemilahan, kemas dan ukuran butir yang beragam pada breksi maka dapat disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan dengan proses turbidit. Sumber material berasal dari batuan vulkanik yang terletak di bagian selatan (yang dikenal sebagai Formasi Andesit Tua atau Jalur Pegunungan Selatan). 3.2.3.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Satuan Breksi dapat disebandingkan dengan Formasi Cimapag (Sujatmiko dan Santosa, 1992) berdasarkan ciri litologi dan umur. Hubungan satuan ini dengan Satuan Breksi Tufan & Satuan Tuf Kristal tidak selaras. Berdasarkan data mikrofosil ditemukan adanya waktu kosong (time gap) antara kedua satuan tersebut. Umur yang diperoleh berdasarkan hasil analisis mikrofosil pada Satuan Breksi Tufan yaitu N5 – tengah N6, sedangkan Satuan Breksi yaitu N8. 3.2.4 Satuan Batugamping 3.2.4.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Batugamping terletak di bagian tengah dan selatan dengan luas ± 9,01% dari luas daerah penelitian. Pada peta geologi, satuan ini diberi warna biru (Lampiran C3). Pada satuan ini tidak ditemukan kemiringan lapisan. Singkapan yang dapat teramati dengan baik terutama di Bukit Cilumayan, Pasirandu sampai Bantarkalapa. Ketebalan Satuan Batugamping yaitu sekitar 200 m.
29
3.2.4.2 Ciri Litologi Satuan Batugamping disusun oleh litologi boundstone (Foto 3.14). Batugamping ini akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya (BAB V). Ciri litologi secara umum dari boundstone berdasarkan pengamatan lapangan (Foto 3.15) yaitu berwarna kuning-krem, terdapat stilolit, kompak, terjadi pelarutan dan rekristalisasi, tersusun atas fosil organisme (platy coral, alga, foraminifera, bivalvia), matriks berupa mikrokristalin kalsit. Berdasarkan analisis petrografi (lampiran A2), ciri dari boundstone yaitu memperlihatkan struktur tumbuh pada koral, terdiri dari fragmen fosil berupa koral, alga, foraminifera, dan moluska, konstitusi detritus berupa mineral opak, semen terdiri dari kalsit Fe, kalsit non-Fe dan dolomit non-Fe berukuran mikrospar sampai dengan spar, porositas berupa moldic, vug dan rekahan. Pada beberapa tempat, singkapan batugamping menunjukkan adanya gua dan proses pengapuran yang dicirikan oleh singkapan yang berwarna putih dan kekerasan yang lunak (kurang dari 2,5 Skala Mohs). Hal ini menandakan bahwa satuan ini pernah berinteraksi dengan air tawar menghasilkan pelarutan dan pengapuran. Selain itu, berdasarkan data petrografi (lampiran A2) terdapat proses silisifikasi pada rekahan yang ada.
Foto 3.14 Singkapan Batugamping yang terletak di Bukit Cilumayan (Lokasi C12.10).
30
Foto 3.15 Singkapan boundstone yang memperlihatkan platy coral terletak di Bukit Cilumayan (Lokasi C11.2).
Gambar 3.3 Lingkungan pengendapan batugamping Satuan Batugamping (modifikasi dari Carozzi et al., 1976) 3.2.4.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan data analisis mikrofosil pada batugamping (lampiran B), maka diperoleh umur dari Satuan Batugamping yaitu Te5 (Akhir Miosen Awal) dengan ditemukan fosil-fosil foraminifera besar berupa Cycloclipeus sp., Operculina sp,
31
dan Lepidocyclina sp. dalam jumlah yang melimpah serta Spiroclypeus sp. dan Miogypsina sp. dalam jumlah yang sedikit. Fosil-fosil bentos yang ditemukan pada batugamping yaitu Cibicides sp. dan Amphistegina sp. dalam jumlah yang melimpah serta Lenticulina sp. dan Triloculina sp. sehingga satuan ini kemungkinan diendapkan pada bagian neritik. Berdasarkan Gambar Penyebaran Foraminifera Besar menurut Carozzi et al. (1976) dapat disimpulkan bahwa Satuan Batugamping tumbuh pada lingkungan pengendapan patch reef (Gambar 3.3). Berdasarkan data petrografi dan analisis mikrofosil, dapat disimpulkan bahwa satuan ini memiliki cara pengendapan tumbuh dan terendapkan di tempat tumbuhnya. 3.2.4.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Satuan Batugamping dapat disebandingkan dengan Satuan Batugamping Formasi Cimapag (Sujatmiko dan Santosa, 1992) berdasarkan ciri litologi dan umur. Hasil analisis mikrofosil menunjukkan bahwa satuan ini memiliki umur yang hampir sama dengan Satuan Breksi sehingga dapat disimpulkan bahwa Satuan Batugamping melensa di dalam Satuan Breksi. 3.2.5 Satuan Tuf Litik 3.2.5.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Tuf Litik terletak di bagian utara dan timur dengan luas ± 31,21% dari luas daerah pemetaan yang ditandai warna krem pada peta geologi terlampir (lampiran C3). Pada Satuan Tuf Litik tidak ditemukan kedudukan lapisan tetapi kemungkinan masih mengikuti kedudukan regional dengan kemiringan ke arah selatan. Singkapan yang dapat teramati dengan baik yaitu di Sungai Ci Petir dan Sungai Ci Kondang. Tebal dari Satuan Tuf yaitu sekitar 30 m - 50 m. 3.2.5.2 Ciri Litologi Berdasarkan pengamatan lapangan, ciri litologi tuf litik (Foto 3.16) yaitu berwarna putih keabuan, terpilah buruk, kemas terbuka, menyudut-menyudut tanggung, porositas baik, terdiri dari mineral kuarsa, hornblenda dan litik, matriks
32
berupa abu vulkanik. Ciri litologi tuf litik berdasarkan analisis petrografi (lampiran A1) yaitu klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, menyudut-menyudut tanggung, berukuran 0,01 mm - 1,6 mm, butiran terdiri dari fragmen andesit dan dasit serta kristal kuarsa, plagioklas, hornblenda, mineral opak, matriks berupa pecahan gelas, mineral sekunder terdiri dari klorit dan mineral lempung.
Foto 3.16 Singkapan Satuan Tuf yang terletak di Ci Petir (Lokasi C7.15). 3.2.5.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur dari Satuan Tuf Litik mengacu kepada peneliti terdahulu yaitu Pliosen (Koolhoven, 1933 op. cit. Sujatmiko dan Santosa, 1992) dengan lingkungan pegendapan darat. 3.2.5.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Satuan ini dapat disebandingkan dengan Tuf Citorek (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Berdasarkan Sujatmiko dan Santosa (1992) menyatakan bahwa Satuan Tuf Litik diendapkan tidak selaras di atas satuan yang lebih tua. 3.2.6 Satuan Endapan Aluvial 3.2.6.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Endapan Aluvial terletak di bagian tengah mulai dari utara sampai dengan selatan dengan luas ± 0, 31% dari luas daerah penelitian yang ditandai
33
warna abu-abu pada peta geologi terlampir (lampiran C3). Satuan ini tersingkap dengan baik terutama di sepanjang Sungai Ci Bareno. Ketebalan Satuan Endapan Aluvial di daerah penelitian adalah 10 m. 3.2.6.2 Ciri Litologi Satuan ini tersusun oleh material lepas-lepas hasil pelapukan batuan yang lebih tua. Material lepas tersebut berukuran pasir halus sampai bongkah, menyudut tanggung sampai membundar, terdiri dari batupasir, tuf, batulempung, breksi, batugamping dan andesit (Foto 3.17). 3.2.6.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Mekanisme terbentuknya satuan ini disebabkan oleh erosi yang intensif di bagian tengah daerah pemetaan yang ditunjukkan dengan morfologi yang agak landai. Proses ini terus berlanjut sampai sekarang.
Foto 3.17 Endapan Aluvial yang terletak di Sepanjang Sungai Ci Bareno (Lokasi C14.7). 3.2.6.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Hubungan Satuan Aluvial dengan satuan yang ada di bawahnya berupa bidang erosi.
34
3.2.7 Satuan Intrusi Dasit 3.2.7.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Intrusi Dasit menempati bagian tenggara dengan luas ± 7,72% dari luas daerah penelitian yang ditandai warna merah pada peta geologi terlampir (lampiran C3). Satuan ini memiliki penyebaran yang memotong kontur dan memotong kedudukan lapisan disekitarnya sehingga dapat diinterpretasikan sebagai intrusi yang menerobos satuan yang lebih tua. Singkapan yang baik terletak di bagian utara Bukit Cikembang. 3.2.7.2 Ciri Litologi Ciri litologi dasit berdasarkan pengamatan lapangan (Foto 3.18) yaitu abuabu terang, masif, afanitik, holokristalin, inequigranular, porfiritik, terdiri dari kuarsa, plagioklas, biotit dan mineral felsik. Berdasarkan pengamatan petrografi (lampiran A1), ciri litologi dari dasit yaitu holokristalin, porforitik, alotriomorfik granular, tekstur penelukan oleh massadasar, subhedral-anhedral, fenokris terdiri dari plagioklas, kuarsa, K-felspar, biotit dan mineral opak, massadasar terdiri dari plagioklas, kuarsa dan mineral opak serta mineral sekunder berupa kalsit dan klorit. Tekstur porfiritik dengan fenokris yang terdiri dari plagioklas, kuarsa, Kfelsfar, biotit dan mineral opak tertanam pada massadasar yang memperlihatkan tekstur alotriomorfik granular merupakan ciri bahwa dasit merupakan hasil dari intrusi berupa korok.
Foto 3.18 Singkapan Intrusi Dasit di Bukit Cikembang (Lokasi C2.3).
35
3.2.7.3 Umur Koolhoven (1933) op. cit. Sujatmiko dan Santosa (1992) menyatakan bahwa umur dari satuan ini adalah sesudah Miosen Awal sampai Miosen Akhir sedangkan Effendi (1974) op. cit. Sujatmiko dan Santosa (1992) menyatakan bahwa umurnya Miosen Akhir sehingga umur nisbinya yaitu Miosen TengahMiosen Akhir (Sujatmiko dan Santosa, 1992). 3.2.7.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Dari data petrografi dan penyebaran, dapat disimpulkan bahwa Satuan Intrusi Dasit menerobos satuan yang lebih tua seperti Satuan Breksi Tufan, Satuan Breksi Vulkanik dan Satuan Batugamping. 3.2.8 Satuan Intrusi Andesit Plagioklas 3.2.8.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Intrusi Andesit Plagioklas terletak di bagian timur dengan luas ± 0,26% dari luas daerah penelitian yang ditandai warna merah muda pada peta geologi terlampir (Lampiran C3). Satuan ini memiliki penyebaran yang memotong kontur sehingga dapat diinterpretasikan sebagai batuan beku intrusi yang menerobos satuan yang lebih tua. Singkapan yang dapat teramati dengan baik terutama di hilir Sungai Ci Petir. 3.2.8.2 Ciri Litologi Ciri litologi andesit plagioklas berdasarkan pengamatan lapangan (Foto 3.19) yaitu abu-abu gelap, afanitik, holokristalin, inequigranular, porfiritik, terdiri dari plagioklas, piroksen dan mineral mafik. Berdasarkan hasil analisis petrografi (lampiran A1), ciri litologi dari andesit plagioklas yaitu holokristalin, porfiritik, terdapat tekstur trakhitik, subhedral-anhedral, berukuran 0,02 mm - 0,4 mm, fenokris terdiri dari plagioklas, piroksen dan mineral opak, massadasar terdiri dari plagioklas dan mineral opak serta mineral sekunder berupa mineral oksida dan klorit.
36
3.2.8.3 Umur Koolhoven (1933) op. cit. Sujatmiko dan Santosa (1992) menyatakan bahwa umur dari Satuan Intrusi Andesit Plagioklas adalah Miosen Akhir dan Effendi (1974) op. cit. Sujatmiko dan Santosa (1992) menyatakan bahwa umur satuan ini adalah Miosen Akhir. 3.2.8.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Satuan ini dapat disebandingkan dengan andesit (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Berdasarkan penyebaran dan hasil analisis petrografi maka dapat diinterpretasikan bahwa Satuan Intrusi Andesit Plagioklas merupakan batuan intrusi berupa korok.
Foto 3.19 Singkapan andesit yang terletak di Hilir Sungai Ci Petir (Lokasi C2.3). 3.2.9 Satuan Intrusi Andesit Piroksen 3.2.9.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Intrusi Andesit Piroksen menempati bagian barat dengan luas ± 10,94% dari luas daerah penelitian yang ditandai warna merah pada peta geologi terlampir (lampiran C3). Satuan ini memiliki penyebaran yang memotong kontur dan memotong kedudukan disekitarnya sehingga dapat diinterpretasikan sebagai intrusi yang menerobos satuan yang lebih tua. Singkapan yang dapat diamati dengan baik terutama di Gunung Tumpang (Foto 3.20).
37
3.2.9.2 Ciri Litologi Pada bagian timur dari penyebaran Satuan Intrusi Andesit Piroksen banyak ditemukan kekar gores dan breksiasi. Ciri litologi andesit piroksen berdasarkan pengamatan lapangan yaitu abu-abu gelap, afanitik, holokristalin, inequigranular, porfiritik, terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa dan mineral mafik. Berdasarkan pengamatan petrografi (lampiran A1), ciri litologi dari andesit piroksen yaitu holokristalin, porfiritik, alotriomorfik granular, subhedral-anhedral, ukuran kristal 0,02 mm - 1,3 mm, fenokris terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa dan mineral opak, massadasar terdiri dari plagioklas dan mineral sekunder yaitu klorit. Tekstur porfiritik dengan fenokris yang terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, dan mineral opak tertanam pada massadasar yang memperlihatkan tekstur alotriomorfik granular merupakan ciri bahwa andesit merupakan hasil dari intrusi berupa korok.
Foto 3.20 Singkapan Intrusi Andesit Piroksen yang terletak di Gunung Tumpang (Lokasi C5.6). 3.2.9.3 Umur Koolhoven (1933) op. cit. Sujatmiko dan Santosa (1992) menyatakan bahwa umur dari satuan ini adalah Kuarter.
38
3.2.9.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Satuan Intrusi Andesit Piroksen dapat disebandingkan dengan Basal (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Berdasarkan penyebaran dan hasil analisis petrografi maka dapat diinterpretasikan bahwa satuan ini merupakan batuan intrusi berupa korok. 3.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian Struktur daerah penelitian diidentifikasi berdasarkan peta topografi dan pengamatan lapangan. Pada peta topografi ditemukan adanya kelurusan-kelurusan yang dapat membantu dalam pengamatan lapangan. Hasil kelurusan pada peta topografi menunjukkan kecenderungan berarah tenggara-baratlaut (Gambar 3.4) yang diperkirakan merupakan arah struktur utama di daerah penelitian. Berdasarkan pengamatan lapangan diperoleh adanya kekar gerus yang berpasangan, gores garis dan arah breksiasi yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Stereonet for Window v. 1.2.
U
Gambar 3.4 Diagram roset kelurusan punggungan dan sungai pada daerah penelitian yang cenderung berarah tenggara-baratlaut.
39
Foto 3.21 Kekar gerus (kiri) dan arah breksiasi (kanan) di Sungai Ci Bareno, Desa Cilumbayan (Lokasi C6.1).
Foto 3.22 Gores garis yang terletak di bagian selatan Gunung Cikembang (Lokasi C2.12). Struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian berupa kemiringan lapisan dan struktur sesar. Struktur Sesar Cilumbayan ditunjukkan pada peta geologi terlampir (lampiran C3).
40
3.3.1 Kemiringan Lapisan Jurus lapisan pada Satuan Breksi Tufan-Satuan Tuf Kristal dan Satuan Breksi cenderung timur- barat dengan kemiringan 350-530 ke arah selatan. 3.3.2 Sesar Cilumbayan Sesar ini diinterpretasikan berdasarkan keterdapatannya kekar gerus yang berpasangan, breksiasi dan pembelokkan sungai yang sangat tajam di daerah Cilumbayan (Foto 3.21). Berdasarkan dari pola kelurusan, maka kelurusan yang terdapat di daerah ini berarah NW-SE sampai bagian selatan dari Bukit Cikembang. Pada bagian selatan dari Bukit Cikembang juga terdapat gores-garis sesar yang kemudian diinterpretasikan bahwa sesar yang terjadi di daerah Cilumbayan memanjang sampai daerah ini (Foto 3.22). Analisis struktur dilakukan terhadap 70 bidang kekar gerus dan 70 arah breksisasi (Tabel 3.1). Kedudukan bidang dari Sesar Cilumbayan yaitu N3000E/770NE yang merupakan sesar menganan naik (Gambar 3.5). 3.3.3 Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Kemiringan lapisan yang terjadi pada daerah penelitian diperkirakan akibat gaya kompresi berarah relatif utara-selatan. Hal ini disebabkan hampir semua kemiringan lapisan yang berumur lebih tua dari Pliosen berarah relatif selatan. Proses ini diperkirakan terjadi pada awal Pliosen. Pembentukkan sesar pada daerah penelitian diperkirakan akibat pengaruh gaya kompresi berarah relatif N-S (Gambar 3.6). Arah gaya kompresi ini diperkirakan berasal dari kompresi regional akibat subduksi Lempeng HindiaAustralia terhadap Lempeng Eurasia. Gejala-gejala sesar yang ditemukan di lapangan terdapat pada Satuan Intrusi Andesit dan satuan lainnya yang lebih tua. Hal ini mengindikasikan bahwa umur sesar adalah lebih muda dari pembentukkan Satuan Intrusi Andesit Piroksen yang berumur Kuarter.
41
Tabel 3.1 Data pengukuran kekar gerus dan breksiasi pada lokasi C6.1. Kekar Gerus (Shear Fracture) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Breksiasi
Strike Dip Strike Dip Strike Strike No. No. No. (N...E) () (N...E) () (N...E) (N...E) 10 64 36 289 87 1 112 36 123 22 66 37 296 84 2 112 37 123 23 59 38 293 76 3 113 38 124 26 65 39 305 59 4 113 39 124 18 66 40 285 74 5 113 40 124 22 60 41 285 74 6 113 41 124 5 64 42 288 85 7 113 42 124 11 65 43 281 87 8 113 43 124 5 65 44 273 79 9 113 44 124 10 69 45 278 70 10 114 45 125 6 63 46 282 64 11 124 46 126 5 60 47 277 81 12 114 47 126 345 76 48 247 78 13 114 48 126 29 53 49 291 78 14 115 49 126 5 73 50 296 87 15 116 50 126 15 70 51 270 72 16 116 51 127 19 64 52 286 73 17 116 52 127 0 61 53 287 75 18 116 53 128 0 59 54 286 73 19 116 54 128 8 71 55 278 73 20 117 55 128 5 65 56 282 67 21 117 56 128 6 73 57 280 85 22 118 57 128 6 67 58 283 87 23 118 58 129 13 54 59 286 80 24 118 59 138 3 64 60 280 86 25 118 60 139 7 70 61 284 84 26 121 61 142 356 72 62 276 87 27 121 62 86 10 62 63 270 67 28 121 63 91 9 62 64 287 87 29 121 64 96 8 62 65 283 86 30 121 65 101 359 63 66 274 78 31 121 66 104 353 65 67 275 69 32 122 67 104 6 66 68 284 85 33 122 68 104 11 67 69 271 76 34 122 69 106 7 67 70 279 80 35 123 70 106
42
Gambar 3.5 Hasil analisis struktur Sesar Cilumayan.
43
Gambar 3.6 Model Pure Shear (Modifikasi dari Thomas et al., 1973 op. cit. Twiss dan Moores, 1992).
44