1
UMI HIJRIYAH, S.Ag., M.Pd.
PENDEKATAN SISTEM DALAM PENDIDIKAN Fakta Press Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung 2013
2
PENDEKATAN SISTEM DALAM PENDIDIKAN Oleh: UMI HIJRIYAH, S.Ag., M.Pd. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan Hak cipta dilindungi Undang-undang. All Rights reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit. Sampul : Sarjono Penerbit : Fakta Press Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung ISBN: 978‐979‐3783‐73‐8
3
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat Nya bagi kita semua, Shalawat teriring salam semoga tercurah bagi Rosululloh suri tauladan umat manusia. Penulis bersyukur karena dengan rahmat dan karunia-Nya tulisan ini dapat terselesaikan dengan Judul: PENDEKATAN SISTEM DALAM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF GLOBALISASI. Buku ini mncoba mengungkap bagaimana sistem pendidikau di Indonesia pada era globalisasi dan menjawab tantangan globalisasi, yang berpengaruh pada beberapa dimensi baik sosial, ekonomi, budaya dan lainnya, serta berpengaruh pada perubahan kurikulum pendidian nasional dan lokal, serta menuntut adanya perubahan mctode dan strategi pendidikan dan pembelajaran. Hal ini merupakan informasi penting yang harus diketahui bagi para pendidik dan praktisi dan pemerhati pendidikan. Kami berharap buku ini dapat menjadi altematif dan bermanfaat bagi para pembaca dan dapat mendapatkan _ pemahaman
dan
mendapat
gambaran
jelas
mengenai
pendekatan dalam pendidikan pada era globalisasi. Dan tidak lupa kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu baik morilmaupun materiildalam penulisan buku ini. Semoga mendapat imbalan yang setimpal dari sisi Allah SWT. Kami 4
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian.
Bandarlampung, Juni 2013 Penulis.
5
DAFTAR ISI PENDAHULUAN …………………………………….. KATA PENGANTAR ………………………………. SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS TARBIYAH IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG ……………... BAB I
i ii iii iv
SISTEM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………………. 1 A. Pendekatan Sistem ……………………………... 1 B. Model Pendekatan Sistem ……………………… 3 C. Pengertian Globalisasi Pendidikan……………… 3 D. Globalisasi Pendidikan, Masalah , Prospeknya….. 10 1. Masalah Utama Pendidikan …………………. 10 2. Prospek Globalisasi PendidikaN ……………. 19
BAB II
GLOBALISASI PENDIDIKAN : Analisis Multi Dimensi………………………………………… 23
BAB III
GLOBALISASI PENDIDIKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI INDONESIA… 29 1. Globalisasi …………………………………….. 29 2. Dampak Globalisasi ……………………………. 32
BAB IV PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN BAHAN AJAR DALAM ERA GLOBALISASI PENDIDIKAN ……………………... 41 A Pengertian Kurikulum……………………41 B.Landasan Pengembangan Kurikulum ………………... 43 C.Perkembangan Ilmu dan Teknologi ………………… 46 D.Komponen-komponen Pengembangan Kurikulu………46 E.Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum…………... 48 F.Pendidikan Sekarang dan Masa Depan ………………. 49 G.Prioritas Dalam Pendidikan Multi Kultural…………... 52 Di I d i
6
BAB. V. STRATEGI MANAJEMEN YANG BERFOKUS MASA DEPAN PADA ERA GLOBALISASI ……………..… A. Strategi Pendidikan Nasional Menghadapi Lingkungan ……………………………………………………… 1. Strategi Umum Pendidikan Nasional ..……………… a. Demokrasi Pendidikan …………………………. b. Kelompok-kelompok Sasaran Khusus …………. 2. Strategi Pokok Pembangunan Pendidikan Indonesia …
55 57 59 59 62 67
B. Karakteristik Strategi Pendidikan ………………….. 68 C. Faktor Pendukung Pengembangan Strategi Pendidikan ..68
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
71 77
7
BAB I SISTEM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF GLOBALISASI A. Pendekatan Sistem Istilah sistem adalah suatu konsep yang abstrak. Definisi
tradisional
seperangkat
menyatakan
komponen
atau
bahwa
unsur-unsur
sistem
adalah
yang
saling
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Rumusan itu sangat sulit difahami. Dalam artian yang luas, suatu sistem muncul karena
seseorang
telah
mendefinisikannya
demikian.
Kesimpulan umum dapat dinyatakan sebagai berikut. Misalnya sepeda adalah suatu sistem, yang memiliki komponenkomponen seperti roda, pedal, kemudi dan sebagainya. Tetapi dalam artian yang luas sepeda merupakan sub komponenkomponen dalam sistem transportasi, disamping alat-alat transportasi lainnya seperti bus, becak, motor, truk angkutan kota dan sebagainya,
Suatu sistem pada hakikatnya adalah adalah systen of interes
Berdasarkan
rumusan
tersebut,
kita
dapat
mengidentifikasi hubungan-hubungan pokok antara sistem dan lingkungan, yakni input dari lingkungan dengan sistem antara output dari sistem dengan lingkungan Mari kita lihat bagan berikut ini: 8
SYSTEM OF INTEREST
SUB
SISTEM
BATAS SISTEM
Untuk mengetahui kemampuan suatu sistem kita tidak perlu mengetahui secara rinci proses yang telah terjadi. Kita dapat mengetahuinya melalui kontrol terhadap output dan melalui sistem umpan balik (feedback). Seorang mentri pendidikan dapat melihat keampuhan sistem pendidikannya berdasarkan produk dan output yang telah dicapai. Dengar, demikian dia tidak perlu mengetabui secara rinci hal-hal apa yang terjadi di sekolah. Misalnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa di sekolah. Seorang guru yang ingin melihat keberhasilan sistem instruksional yang telah dilaksanakan, perlu melihat secara rinci proses belajar internal pada diri siswa. Dia cukup melihatnya berdasarkan pengukuran terhadap tingkah laku siswa dan memanipulasi input yang disampaikannya.
9
B. Model Pendekatan Sistem Pada mulanya pendekatam sistem digunakan dalam bidang teknik yang pertama-tama dilaksanakan untuk mendesain sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer. Dalam hal ini pendekatan system dilibatkan dalam sistem-sistem manusia dengan mesin dan selanjutnya dilaksanakan
dalam bidang
keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960-an, pendekatan system mulai dipergunakan dalam bidang latihan dan pendidikan
(merumuskan masalah), analisis kebutuhan
dengan ud menstransformasikannya menjadi tujuan-tujuan (analisis),
desain
metode
dan
materi
instruksional
(pengembangan pemecahan), pelaksanaan secara eksperimental dan akhimya menilai (mengevaluasi) dan merevisi. C. Pengertian Globalisasi Dalam dunia yang mengglobal abad ke-21 serta ilmu pengetahuan yang ditopang oleh kemajuan teknologi informasi kita tidak dapat menyembunyikan diri dari pengaruh global di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara Pendidikan tidak terlepas dari perubahan besar di dalam pemikiran manusia dalam era globalisasi ini.
10
Dunia dalam abad ke-21 dalarn era globalisasi sangat dipengaruhi oleh modemisasi kebudayaan Barat yang telah dimulai sejak abad pencerahan (abad ke-16). Rasionalisme kemajuan ilmu pengetahuan, industrialisasi, lahimya negarabangsa (nation-state) merupakan ciri-ciri dari modemisme kebudayaan Barat. Modernisme kebudayaan barat membawa arus perubahan di seluruh dunia. Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubungan ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang dan waktu. Dengan demikian, globalisasi hampr melingkupi semua hal; berkaitan dengan ekonomi, politik, kemajuan teknologi, informasi, komunikasi, tranportasi, dll. Istilah
dan
wacana
tentang
globalisasi
sering
membingungkan. Globalisasi telah menjadi “buzzword” yang memiliki makna tersendiri dan sering kali kita baca dan dengar. Banyak pengguna istilah globalisasi memahaminya berbeda dari makna yang sesungguhnya. Realitas semacam ini bisa diterima mengingat tidak ada definisi yang tunggal terhadap globalisasi. R. Robertson (1992) misalnya, merumuskan globalisasi sebagai: ” " ..... the compression of the word and the intensification of consciounsness of the word as a whole". P. Kotter (1995) mendeskripsikan globalisasi sebagai, " ..... the product of many forces, some of which are political (no major was since 1945),
11
Some of which are technological (faster and cheaper Some of some of which are technological (faster and cheaper transportation and communication), and some of which are economic (mature firms seeking growth outside their natinal boundaries)”.
Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadang kala saling tumpang tindih, namun masingmasing mengandung unsur yang khas. 1. Globalisasi sebagai internasionalisasi Dengan Pemahaman ini globalisasi dipandang sekedar sebuah
kata
sifat
(adjective)
untuk
menggambarkan
hubungan antar batas dari berbagai negara. Globalisasi menggambarkan pertumbuhan dalam pertukaran dalam interdependensi
internasional.
Semakin
besar
volume
perdagangan dan investasi modal, maka ekonomi antar negara semakin terintegrasi menuju ekonomi global dimana ekonomi nasional yang distingtif dan diartikulasikan kembali ke dalam suatu sistem melalui proses dan kesepakatan internsional 2. Globalisasi Sebagai liberalisasi Dalam pengertian ini gloobalisasi merujuk pada sebuah proses penghapusan dan hambatan-hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang terbuka dan tanpa batas. Mereka yang berpendapat pentingnya menghapus 12
hambatan-hambatan perdagangan dan kontrol modal biasanya berlindung dibalik mantel globalisasi. 3. Globalisasi Sebagai Universalisasi Dalam konsep ini kata global digunakan dengan pemahaman bahwa proses mendunia dan globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai objek dan pengalaman kepada semua orang keseluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari konsep ini adalah penyebaran teknologi, komputer, televisi, internet, dll. 4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi (lebih dalam bentuk yang Americanised) Globalisasi dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, dimana struktur sosial modemitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dsb) disebarkan keseluruh penjuru dunia, yang dalam Prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak self determination rakyat setempat. 5. Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas territorial (atau sebagai penyebaran supra teritorial) Globalisasi mendorong rekonfigurasi geografis, sehingga ruang sosial tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, dan batas-batas teritorial. A Giddens (1990) mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial
global
yang
menghubungkan
komunitas
lokal
sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan 13
yang jauh dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi disuatu tempat yang jauh pula, dan sebaliknya. Dalam konteks ini globalisasi juga difahami sebuah proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi dalam spatial organization ditinjau dari segi ektensitas, intensitas dan dampaknya yang memutar mobilitas antar regional serta jaringan aktivitas. Globalisasi ditinjau dari 3 sudut pandang yaitu realism, liberalisme, dan neo marxisme. Secara umum, dari sudut realisme globalisasi bisa dianggap sebagai mekanisme yang by design diciptakan oleh suatu negara sebagai perwujudan dari konsep suatu negara merekayasa mekanisme yang menurut mereka menguntungkan bagi kepentingan masing-masing. Sedangkan penganut liberalisasi yang menganggap positif hakikat manusia mengakui bakepentinganwa individu memiliki masing-masing
dan
hingga
pada
titik
tertentu
saling
berkompetisi. Tetapi individu tersebut juga memiliki banyak kesamaan kepentingan yang dengan demikian mereka bisa bekerjasama dalam skala domestik maupun internasional bisa memberikan manfaat bagi semua orang secara global. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah makhluk yang bias ditinjau dari berbagai segi dan disiplin. Hal itu disebabkan oleh daya pengaruh globalisasi
14
mampu menembus hampir semua segi kehidupan manusia baik: sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat Proses globalisasi merupakan suatu rangkaian proses yang menginteraksikan kehidupan global didalam suatu ruang dan waktu yang terpadatkan ( space-time compression) melalui internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari produksi dan keuangan, internasionalisasi dari komoditas budaya yang ditopang oleh jaringan sistem telekomunikasi global yang semakin canggih dan tepat ( Gibson dan Graham). Inti dari proses globalisasi adalah terciptanya suatu jaringan kehidupan yang semakin terintegrasi. Menurut Waters(1995) proses globalisasi merupakan suatu proses yang komplek dan dapat dikategorisasikan dalam 3 bidang yaitu 1. Globalisasi ekonomi 2. Globalisasi Politik 3. Globalisasi kebudayaan Diberbagai penjuru dunia tampak adanya berbagai perlawanan terhadap arus globalisasi. Namun demikian seperti yang diungkapkan oleh Stiglitz, arus globalisasi tidak dapat ditahan. Didalam menghadapi arus yang sangat kuat tersebut banyak negara “menghalanginya” dengan gerakan lokalisasi yang disebut hibridasi budaya global. Proses hibridasi bahkan dapat
15
memberikan nilai yang positif. Di dalam proses globalisasi ini terjadi apa yang disebut “universalization of particularism particularization
of
universalism”.
Inilah
yang
disebut
“globalization-localizing dynamics” yang telah melahirkan budaya hibrida atau terjadi artikulasi terhadap perjumpaan antara budaya global dan budaya lokal. Di dalam hal ini tidak terjadi sejenis resistensi terhadap nilai-nilai budaya global. Proses globalisasidapat mengganggu kemerdekaan seseorang dan oleh sebab itu seseorang menjadi tidak aman. Dalam hal ini Alain Touraine mengemukakan perlunya mengembangkan multiko-munitarianisme di dalam suatu komunitas. Paham multiko-munitarianisme merupakan rasa bersatu dan setia oleh karena kepemilikan bersama (common belonging) dari suatu komunitas. Hal ini lebih mantap dibandingkan dengan multi kulturalisme yang menekankan kepada hak milik cara hidup sendiri dari kebudayaannya. Jadi di dalam multikulturalisme yang pokok adalah kemerdekaan untuk memilih dalam kebudayaan sedangkan di dalam multiko-munitarianisme yang dipentingkan
ialah
kepemilikan
bersama
di
dalamsuatu
komunitas menurut Jurgen Habermas. Ada anggapan globalisasi akan menghilangkan konsep Negara bangsa seperti yang dituturkan oleh Kenichi Ohmay. Globalisasi mengungkit kembali rasa kesatuan di dalam suatu 16
komunitas dengan kebudayaannya yang khas. Terdapat banyak perbincangan akademik tentang fenomena globalisasi sebagai sesuatu yang benar atau hanya khayalan. Walaupun penggunaan istilah ini meluas, globalisasi telah dilihat dalam detik lain bersejarah. Dalam keantarabangsaan, peranan yang dimainkan negaranegara lebih besar, dimana globalisasi dalam bentuknya yang paling sempurna menghapuskan keperluan negara bangsa. D. Globalisasi Pendidikan: Masalah dan Prospeknya. 1. Masalah Utama Pendidikan
Globalisasi mempengaruhi bidang kehidupan masyarakat disetiap negara, mulai dan bidang ekonomi dan perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial, politik, hukum, pertahanan dan keamanan bahkan pendidikan, Walaupun misalnya terkesan mulia, pada globalisasi sudah dapat diramalkan bahwa yang kuatlah yang akan tampil sebagai pemenang, karena konsekuensi logis dan era globalisasi tersebut melahirkan
peluang
dan
ancaman
bagi
eksistensi
dan
perkembangan kelembagaan masyarakat yang telah tergabung, baik kelembagaan ekonomi dan perdagangan, kelembagaan iptek, kelembagaan sosial, kelembagaan politik dan pemerintah, kelembagaan hukum, serta kelembagaan pertahanan dan keamanan, 17
sebagai dampak perubahan lingkungan berbagai kelembagaan tersebut. Pendidikan tidak terlepas dari kekuasaan politik dan kebudayaan. Pendidikan di Indonesia juga tidak terlepas dari politik kolonialisme selama ratusan tahun. Oleh sebab itu perlu adanya perumusan kembali secara terus menerus supaya lebih sesuai dengan kepentingan nasional abad 21. Studi kultural menempatkan masalah-masalah·identitas suatu masyarakat, struktur kekuasaan serta pelaksanaannya di dalam kehidupan bersama, serta masalah-masalah kebebasan pribadi di dalam kebudayaan yang banyak dibatasi oleh aturan-aturan di dalam kehidupan bersama. Pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah tersebut di atas. Identitas suatu masyarakat akan menetukan kualitas hidup bersama, karena di dalam pengakuan identitas tersebut memberikan
ruangan
untuk
perkembangan
pribadi
dan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Struktur
kekuasaan
juga
menentukan
derajat
perkembangan seorang individu. Di dalam struktur masyarakat olonial, identitas seseorang dibatasi oleh kelas-kelas yang telah direkayasa di dalam kekuasaan kolonial sehingga tidak memungkinkan seorang pribadi untuk dapat mengembangkan kemampuannya seluas-luasnya. Kolonialisme telah memberikan cap di dalam proses pendidikan di bekas Negara jajahannya seperti Indonesia. Demikian pula masalah gerakan feminisme di dalam masyarakat yang didominasi oleh 18
kekuasaan laki-laki tentunya akan menentukan pula proses pendidikan di dalam masyarakat tersebut. Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumber daya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kita masih ketinggalan jauh, Oleh karena itu upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa kita tidak menjadi tamu dan orang terasing di negri sendiri terutama karena terjajah oleh budaya asing dan terpaksa menari di atas irama gendang orang lain. Upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini disebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap jenjang pendidikan selanjutnya. Permasalahan-permasalahan internal tersebut antara lain:
1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai
banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang 19
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan cirriciri kemiskinan. 2. Rendahnya mutu akademik terutama penguasan ilmu
pengetahuan alam (IPA), matematika serta bahasa Inggris padahal penguasan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek. 3. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi
melampaui waktu standar yang telah ditetapkan. 4. Rendahnya efisiensi ekstrnal sistem pendidikan yang
disebut dengan relevansi pendidikan, yang menyebabkan pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran
tenaga
terdidik
disebabkan
oleh
perkembangan dunia usaha yang masih didominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas yang sangat mengutamakan efisiensi (padat modal dan padat tehnologi). Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebih kecil dibandingkan jumlah lulusan lembaga pendidikan. 5. Terjadinya kecenderungan menurunnya akhlak dan moral,
yang
menyebabkan
luntumya
tanggungjawab
dan
kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini peranan pendidikan agama menjadi sangat penting sebagai landasan akhlak dan
20
moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke dalam masyarakat. Masalah masalah tersebut erat kaitannya dengan kondisi geografis, demografis, serta sosial ekonomi. Besarnya jumlah penduduk yang tersebar di seluruh wilayah geografis masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya disebabkan oleh lemahnya manajemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan, tetapi juga karena manajemen pada tingkat makro seperti : rendahnya efisiensi dan efektifitas pengelolaan sistem pendidikan. 6. Kemiskinan juga merupakan suatu kendala yang memiliki
hubungsn erat dengan masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya disebabkan oleh lemahnya manajemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan , tetapi juga karena menajemen pada tingkat makro seperti : rendahnya efisiensi dan efektifitas pengelolaan sistem pendidikan. Sistem dan tata kehidupan masyrakat tidak kondusif, sehingga turut menentukan rendahnya mutu peserta didik dan lulusannya.
kebijaksanaan dan program yang ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus dirumuskan secara 21
spesifik, karena fenomena dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda-beda di seluruh wilayah Indonesia Di lini organisasi Perguruan Tinggi, dampak persaingan mulai terlihat di Indonesia dengan munculnya berbagai perguruan tinggi swasta, baik dan dalam negeri maupun dan luar negeri, untuk mperebutkan pangsa pasar domestik yang sangat potensial. Berbagai Perguruan Tinggi yang muncul menawarkan berbagai program pendidikan yang menarik, bermutu dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun dilain pihak, bermunculan juga lembaga-Iembaga pendidikan tinggi fiktif yang menawarkan jasa pendidikan singkat, tetapi bergelar master dan atau Doktor, bahkan gelar profesor yang merusak suasana persaingan dan memperburuk mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi di dalam negeri. Kenyataan
tersebut,
membawa
konsekuensi
bagi
perguruan Tinggi Negeri terutama yang telah menjadi badan hokum Milik Negara, untuk mampu bertahan hidup dan bahkan untuk
semakin
berkembang
serta
bersaing
dalam
memperebutkan pangsa pasar pada masa yang akan datang. Selain itu, persaingan global memunculkan tuntutan akan penyelenggaraan pendidikan tinggi bermutu, sesuai dengan amanat Tridarma Perguruan Tinggi, sehingga peluang masuknya Perguruan Tinggi yang bermutu dan
22
mancanegara untuk merebut pangsa pasar domestik meruPakan ancaman yang sangar serius dan hams diantisipasi oleh perguruan tinggi di Indonesia dengan berbagai kiatnya.
Sebagai contoh, berbagai Graduate School of Business yang bemaung di bawah universitas-universitas terkemuka di Amerika Serikat saat ini telah mampu menjaring mahasiswa dan seluruh dunia untuk memperoleh pendidikan manajemen, administrasi dan bisnis baik yang bergelar maupun non gelar. Pangsa pasar Graduate School of Business di seluruh dunia yang sedang
berkembang
dimanfaatkan
oleh
pesat
merupakan
peluang
universitas-universitas
terkemuka
yang di
Amenika Serikat dalam mengembangkan Graduate School of Business and Management. Saat ini Graduate School of Business and Management di Amerika Serikat tersebut banyak dijadikan kiblat patok duga dalam pengembangan Program Studi Manajemen di seluruh dunia, bahkan kemampuan ekspansifnya telah
mengukuhkan
kehadiran
mereka
di
negara-negara
berkembang dengan pangsa pasar yang besar, seperti Indonesia.
Dengan didasari oleh berbagai tantangan globalisasi di atas, maka setiap perguruan tinggi di Indonesia, seyogianya dapat memupuk dan mengembangkan beberapa kompetensi spesifik yang akan mendukung kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan. 23
masing-masing institusi. Beberapa kompetensi spesifik bmndi daftardi bawah ini: ‐
Kreativitas dan tingkat inovasi
‐
Perencanaan dan pola pemikiran yang strategis
‐
Keahlian interpersonal dan tim
‐
Manajemen Perubahan
‐
Inisitiatif dan rasa percaya terhadap kemampuan menanggung resiko
‐
Pemikiran kritis dan reflektif
‐
Kompetensi Teknologi
‐
Pola kepemimpinan
‐
Etika dan moral
‐
Pemecahan Masalah
‐
Kepedulian dan kesadaran terhadap e-comnzerce serta teknologi informasi
‐
Tanggung Jawab sosial
Pada saat yang sama, lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Indonesia juga bersaing meraih mahasiswa dan dana masyarakat dengan mematok biaya studi dianggap mahal dan tidak bias dilakukan pada masa yang lalu. Tuduhan miring dan sebagian masyarakat, bahkan DPR yang dialamatkan kepada para °dikan tinggi akhir-akhir ini adalah pihak perguruan
24
tinggi seolah-olah telah mengorbankan mutunya demi untuk memperoleh dana masyarakat yang besar. Pendidikan dituduh telah menjadi bisnis baru yang besar dan sangat menggiurkan. Calon mahasiswa yang memiliki kepandaian, kemungkinan besar akan terkorbankan dalam memperebutkan bangku pendidikan, karena perguruan tinggi cenderung dianggap lebih suka menerima calon mahasiswa dan keluarga mampu dari pada calon mahasiswa pandai yang berekonomi gurem dan berpotensi menimbulkan masalah di masa depan.
Walaupun polemik semakin mengemuka tertinggal, jalan keluar yang holistik seolah-olah belum ada, karena dunia pendidikan kita dalam hal kewirausahaan dan pengembangan jejaring yang sama-sama menguntungkan dengan dunia usaha. Padahal sesungguhnya salah satu penggalian dana yang sangat potensi bagi perguruan tinggi adalah dengan melakukan kerjasama kemitraan yang lestari dengan dunia usaha dan dengan lembaga-lembaga atau pihak filantropis yang mencintai pendidikan serta rela menghibahkan sebagian kekayaannya untuk kemajuan pendidikan.
Permasalahannya di Indonesia adalah banyak orang kaya ataupun rnaha kaya tetapi tidak mau melakukan kegiatan filantropis, bahkan alergi dengan perguruan tinggi yang selalu dianggap sebagai lembaga yang arogan peminta dana dan derma 25
untuk membiayai acara-acara sosialnya. Padahal dengan menjadi filantropis pada era globalisasi ini orang atau lembaga tersebut otomatis akan terangkat harkat dan martabatnya. Oleh karena itu, marilah kita semua memulai dengan menjadi penderma - bersikap arif karena keduanya adalah sifat-sifat yang sangat terpuji dan pasti akan rnendapat balasan yang besar dan Tuhan yang Maha kaya dan Maha luas Rezeki-Nya.
2. Prospek Globalisasi Pendidikan Mengenai tantangan serta peluang yang dihadapi oleh pendidikan tinggi modern, perlu peninjauan dari segi genealogis misi pendidikan tinggi di dalam perkembangannya dalam beberapa abad terakhir. Masa di mana rasionalitas manusia berkembang dengan pesat dan mempertanyakan berbagai paradigma yang telah secara umum daIam masyarakat. Rasionalisme memberikan kesempatan kepada pengguna akal manusia khususnya di dalam membantah paradigma-paradigma lama. Pada
akhir
abad
ke-20
dunia
universitas
mulai
mempersoalkan kembali peranan universitas di dalam perubahan umat manusia di era globalisasi. Apabila pada masa universitas merupakan alat dari kekuasaan negara pada akhir abad ke-20 universitas telah memainkan peran dalam perubahan global berupa kelahiran pasar bebas 26
Serta kekuatan-kekuatan multinational corporation yang telah menggantikan kekuatan Negara. Memasuki abad ke-21 arus globalisasi semakin kuat dan pendidikan tinggi tampaknya belum mempunyai pegangan jelas yang dapat digunakan untuk menghadapi pasar bebas yang merupakan buah dari paham liberalisme yang memberikan tempat terhormat bagi kemerdekaan individu, kekuatan pasar di dalam menentukan perdagangan dunia. Di dalam bidang ekonomi dan juga pendidikan
dikenal lahirnya paham
neoliberalisme yang menjadi ajaran pokok yang dianut oleh Bank Dunia, IMP, WTO, GAIT. Dalam bidang pendidikan paham neoliberalisme tersebut berarti semakin mengecilnya peranan pemerintah dan “public service” semakin lama diserahkan kepada masyarakatnya sendiri. Pendidikan tinggi juga tidak terlepas dari perangkap neoliberalisme ini. Tidak jarang kita lihat kampus-kampus telah menjadi alat kepanjangan modal besar untuk melakukan penelitian-penelitian
pesanan
sehingga
dengan
demikian
universitas telah meninggalkan misinya yang semula yaitu kebebasan manusia di dalam menghadapi alam sekitarnya. Bahkan alam sekitar bukan Iagi merupakan karunia yang diberikan oleh Maha pencipta kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan tetapi dieksploitasi secara sewenang-wenang sehingga menimbulkan kemiskinan terutama pada dunia ketiga.
27
Perkembangan pendidikan tinggi di Barat yang memujarasionalisme akhirnya telah melupakan etika yang mengatur kehidupan
bersama
manusia.
Seharusnya
perkembangan
pendidikan tinggi bersumber pada: 1. Agama sebagai somber inspirasi serta moral yang
mengatur kehidupan bersama manusia. 2. Pendidikan sebagai media refleksi dan aksi manusia di
dalarn kehidupan bersarna, kecerdasan dipergunakan untuk mencari inspirasi serta moral di dalam tindakan sehari-hari. 3. Transformasi sosial sebagai capital sosial yang dihasilkan
oleh media pendidikan. Inilah visi dan misi pendidikan tinggi masa depan. Dalam yang mengglobal abad ke-21 serta perkembangan ilmu pengetahuan yang ditopang oleh kemajuan teknologi informasi dapat kita menyembunyikan diri dari pengaruh-pengaruh didalam kehidupan bermasyarakat dan bemegara. Pendidikan tidak terlepas dari perubahan besar didalam pemikiran manusia dalam era globalisasi dewasa ini. Dunia
abad
ke-21
dalam
era
globalisasi
sangat
dipengaruhi oleh modernisasi kebudayaan barat yang telah dimulai sejak abad pencerahan (abad ke-16). Rasionalisme kemajuan ilmu pengetahuan, industrialisasi, lahirnya negarabangsa (nation-state) merupakan ciri-ciri dari modernisme kebudayaan Barat. Ilmu pengetahuan juga dikembangkan yang berkaitan dengan 28
kolonialisme. Pendidikan tidak terlepas dari kekuasaan politik, ekonomi, serta kebudayaan. Pendidikan di Indonesia juga tidak terlepas dari politik kolonialisme selama ratusan tahun. Studi kultural
menempatkan
masalah-masalah
identitas
suatu
masyarakat struktur kekuasaan serta pelaksanaannya didalam kehidupan bersama serta masalah-masalah kebebasan pribadi didalam kebudayaan yang banyak disimpan dari narasi-narasi besar dalam kehidupan bersama. Pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah tersebut diatas.
29
BAB II GLOBALISASI PENDIDIKAN: ANALISIS MULTI DIMENSI Dewasa ini dunia mengalami perubahan yang amat besar. Perubahan tersebut telah hampir memasuki semua aspek kehidupan - negara ini. Betapa besar pengaruh teknologi informasi yang telah membuka tabir kegelapan dari kehidupan masyarakat pedesaan. Saat ini dapat dikatakan hampir tidak ada lagi perbedaan yang mencolok antara masyarakat kota dan masyarakat desa dalam Iakukan perubahan dalam diri mereka. Sebagai contoh, telepon genggam saaat ni telah dimiliki oleh masyarakat desa demikian dengan televisi telah dapat dijangkau oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Kemajuan teknologi informasi tersebut hampir ke seluruh aspek kehidupan manusia sejak lahir sampai akhir hayat. Perubahan pola kehidupan, baik yang bersifat positif maupun negatif seperti hubungan antar manusia, antar anggota masyarakat, dalam bidang pekerjaan dan dalam semua aktivitas kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh teknologi komunikasi yang serba cepat.
Pengaruh revolusi teknologi sangat dirasakan antara lain di dalam mengubah cara hidup, apresiasi seni dan budaya, penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan antar manusia yang serba cepat, semua hal ini mengubah cara hidup masyarakat desa dan masyarakat kota. 30
Masyarakat
global
merupakan
perpaduan
antara
kenyataan dan bayangan, atau an tara dunia nyata dan dunia maya. Banyak unsur kebudayaan tradisional telah kehilangan arti karena dibongkar dan diserap oleh kebudayaan maya yang cepat berubah, namun justru hal ini yang menarik bagi generasi muda. Telah lahir apa yang disebut budaya generasi muda yaitu suatu budaya yang mengglobal yang disiarkan melalui programprogram televisi serta lalu-lintas informasi yang serba cepat. Di dalam menghadapi revolusi besar di dalam kehidupan manusia era globalisasi dewasa ini muncullah pengertianpengertian yang menggambarkan visi masyarakat masa depan keinginan untuk maju bersama-sama dengan masyarakat dunia lainnya atau agar dapat berpartisipasi di dalam dunia yang penuh persaingan. Di tengah perubahan besar yang juga disertai dengan sikap optimisme dari sebagian orang baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat awam, tergiur dengan perubahan besar tersebut sehingga timbul keinginan untuk ikut serta di dalam perubahan global tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat baik yang positif maupun negatif dianggap sebagai masa transisi menghadapi masa depan yang lebih cerah. Implisist di dalam proses globalisasi adalah perubahan. Perubahan terjadi dalam berbagai kehidupan manusia. Apabila kebudayaan
secara
umum
merupakan
suatu
rangkaian
kepercayaan, nilai-nilai dan gaya hidup 31
dari suatu masyarakat tertentu di dalam eksisitensi sehari-hari, maka dewasa ini di dalam era globalisasi muncul apa yang disebut dengan kebudayaan global. Apakah yang kebudayaan global? Setuju atau tidak kebudayaan global seperti yang kita kenal dewasa ini mempunyai warna yang kental dengan Amerika, baik di dalam asal-mulanya maupun isinya. Apakah ciri utama kebudayaan global itu? Kebudayaan global berarti modernitas. Di dalam pengertian ini termasuk masyarakat modern, ekonomi modern,pendidikan modern, gaya hidup modern, budaya modern. Isi dari pengertian modern tersebut ternyata berbeda-beda. Namun demikian pada intinya istilah modern ternyata lahir dari pemikiran kebudayaan Barat.
Modernitas (modernity) lebih merupakan gaya hidup yang lahir dari konsep modrn dari Barat, Gaya hidup modernitas merasuki semua bidang kehidupan manusia. Misalnya kita lihat di kota-kota besar lahirlah bentuk-bentuk pemukiman dari kampung modern dengan
berbagai gaya dan kebanyakan
disebut dengan gaya Barat. Gaya hidup juga merasuki pola makan generasi muda yang lebih senang makanan junkfood seperti hamburger, fried chicken,pizza, dan berbagai jenis makanan impor yang dapat dilihat dari restoran-restoran berbau asing yang tersebar di kota-kota besar ini mulai memasuki kotakota kecil dan desa. Gaya sampai kepada gaya hidup keluarga mulai dimasuki budaya Barat misalnya dengan kebiasaan kawin 32
cerai dari para selebritis yang tanpa malu-malu mengangkat masalah-masalah intern keluarga ke layar kaca sekedar hanya untuk
mempopulerkan
namanya.
Norma-norma
keluarga
meredup bahkan mulai ditinggalkan, diganti dengan normanorma pergaulan bebas ala Barat, Nilai-nilai agama tidak lagi berfungsi. Agama lebih merupakan agama seremonial dan bahkan agama yang diintemalisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup modern juga merasuk di bidang pendidikan. Di kota-kota besar lahirlah apa yang disebut dengan sekolahsekolah plus yang kebanyakan merupakan patungan antara modal Indonesia dan modal asing. Sekolah-sekolah tersebut kebanyakan bersifat sangat elitis karena sangat mahal. Gaya hidup konsumerisme tersebut sangat kontras dengan keadaan sehari-hari yang tampak di jalanan di kota-kota besar di mana banyak anak tanpa tempat tinggal, tidur di stasiun-stasiun ataupun di emperan toko yang hidup tanpa pendidikan. Yang menjadi masalah adalah apakah sekolah-sekolah plus yang serba luxurious tersebut tergerak hatinya untuk melihat rekan-rekan sesama bangsa, sesama generasi muda yang hidup terlantar tanpa pendidikan. Apakah peserta didik di sekolah-sekolah tersebut masih mempunyai hati nurani untuk merasakan apa yang diderita oleh teman-teman sebayanya yang tidak beruntung. Dengan kata lain gaya hidup modem (modernity) telah melumpuhkan kata hati karena tidak adanya komitmen 33
terhadap masalah kemiskinan yang, diderita oleh mayoritas rakyat Indonesia. Sistem pendidikan yang mengizinkan sekolah-sekolah luxurious tersebut tanpa melihat kenyataan hidup dari anak-anak terlantar terutama anak-anak jalanan, tentunya bertentangan dengan pesan-pesan UUD 1945 yaitu kewajiban pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kata lain gaya hidup modern (modernity) didorong oleh paham liberalisme mengokohkan adanya kelas sosial yang kaya dan yang miskin. Pengaruh modernisasi yang berarti pengaruh nilai kebarat-baratan di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini pertanda lahirnya suatu imperialisme baru yaitu imperialisme kebudayaan yang didominasi oleh kebudayaan Barat. Kebudayaan Barat semakin menjamur melalui tayangantayangan televisi dan generasi muda saat ini tidak asing lagi dengan berbagai perayaan seperti Hallowen, Valentine, bahkan kehidupan bebas “free sex”. Imperialism kebudayaan telah merasuk bukan hanya generasi muda (pemuda-pemudi) saja tetapi juga sampai anak-anak remaja bahkan kepada para siswa SD dan masyarakat luas pada umumnya yang mengambil unsurunsur kebudayaan Barat hasil industri massal atau industrialisasi budaya Barat. Industri budaya yang mulai dikenal sebagai hasil industri negara-negara Barat sekarang telah melanda dunia global. Demikian pula kita lihat penggunaan bahasa Inggris dimana-mana sampai merusak perkembangan dan keutuhan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kita lihat misalnya 34
berbagai majalah yang lahir dewasa ini yang berjudul dengan menggunakan bahasa Inggris tetapi isinya bahasa Indonesia atau bahasa gado-gado. Seiring dengan ini luntrnya kecintaan terhadap produksi dalam negeri, terhadap budaya sendiri, tetapi mengagung-agungkan budaya Barat, Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat
konsumen
budaya
yang barat
telah atau
menjadi
.masyarakat
konsumerisme
yang
mendangkalkan nilai-nilai kebudayaan luhur Indonesia. Masalahnya adalah bukan berarti semua unsur budaya Barat bersifat negatif, namun persoalannya adalah sejauh mana kita mengadopsi budaya-budaya asing (budaya Barat) yang sesuai dan tidak merusak nilai-nilai luhur budaya sendiri. Patut kita ketahui bahwa dewasa ini tidak ada atau tidak dikenal lagi budaya etnis murni tetapi yang ada ialah apa yang disebut budaya hibrida atau budaya basil persilangan antarbudaya di dalam era golabalisasi ini. Oleh sebab itu masalahnya adalah bagaimana kita mempersiapkan generasi muda supaya sadar akan miliknya sendiri dan sadar pula untuk menerima unsurunsur budaya luar baik dari Barat maupun dari Timur yang sesuai dengan nilai-nilai luhur kebudayaan kita. Berhubungan dengan ini maka hal ini merupakan suatu gejala umum merosotnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat kita. Sikap menghargai budaya sendiri hanya dapat ditumbuhkan sejak dini dari lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan formal, nonformal dan informal. 35
BAB III GLOBALISASI PENDIDlKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
A. Globalisasi Pendidikan Oleh karena pendidikan merupakan aspek kebudayaan dan mengalami perubahan di dalam era globalisasi maka proses pendidikan tidak luput dari perubahan-perubahan di dalam masyarakat. Bahkan pendidikan yang berkenaan dengan pembinaan
manusia
seharusnya
berfungsi
sebagai
agen
perubahan itu sendiri. Artinya masyarakat modern yang refleksif yang akan dibangun hendaknya dipersiapkan melalui proses pendidikan. Arus globalisasi membawa banyak unsur, baik yang positif negative oleh sebab itu seorang pribadi harus dapat pilihan yang cerdas. Dasar dari proses pemilihan pengetahuan, tindakan, kebiasaan yang yang diperoleh dari habitus seseorang dimana dia dibesarkan. Unsur penting dari suatu habitus ialah kebudayaan yang dimiliki seseorang sejak lahir. Arus globalisasi jangan menyebabkan seseorang hanyut di dalam perubahan tanpa arah tetapi dapat memilih mana yang terbaik sesuai dengan habitus seseorang. Ini artinya seseorang harus membuka diri terhadap perubahan yang terjadi didalam
36
masyarakat. Oleh sebab itu proses belajar tidak terbatas kepada hasil akhir tetapi terutama kepada proses dalam mencapai hasil akhir tersebut. Peserta didik dan budayanya ikut berkembang dan terarah pada kehidupan, bersama yang penuh tantangan karena terns menerus berubah dengan cepat. Lembaga pendidikan atau sekolah merupakan suatu lembaga sosial formal di mana terjadi proses pendidikan. Sekolah merupakan suatu organisasi. Setiap lembaga sosial atau organisasi social mempunyai struktur, fungsi, kepemimpinan sendiri. Secara keseluruhan suatu organisasi sosial hanya dapat berfungsi apabila dia menjawab kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat dari lembaga sosial tersebut. Kita lihat di dalam era globalisasi terjadi perubahan-perubahan yang mendasar dan serba cepat di dalam organisasi social. Lembaga-lembaga pendidikan dalam suatu masyarakat yang statis dan tertutup berbeda dengan lembaga-lembaga sosial dalam era globalisasi yang berjalan. Di dalam masyarakat terkenal lembaga sekolah sebagai lembaga yang konservatif dan tradisional alias sukar berubah. Sekolah biasanya hanya merupakan suatu cultural lag di dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena sekolah dianggap sebagai lembaga di mana terjadi transfer kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain sekolah merupakan sarana kesinambungan suatu masyarakat. Fungsi tersebut merupakan
37
diterima secara global karena kekhawatiran manusia akan kehilangan tempat berpijak di dalam kehidupannya. Yang harus diperbuat oleh lembaga sekolah di dalam menghadapi perubahan yang serba cepat ini adalah yang pertama tentunya lembaga sekolah haruslah membuka diri dari perubahan yang terjadi bahkan lembaga tersebut harus menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Apabila hal ini terjadi maka akan akselerasi perubahan yang antisipatif dan pro-aktif yang terjadi bahkan lebih terarah dan selektif karena dilahirkan dari dunia yang berdasarkan ilmu pengetahuan . Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang berdasarkan ilmu pengetahuan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan ciri dari masyarakat modern dan pasca modern. Lembaga pendidikan yang adaptif terhadap perubahan masyarakat yang pertama haruslah berada di dalam arus perubahan masyarakat itu sendiri. Lembaga sekolah bukannya menjadi penghalang tetapi merupakan laboraturium bagi perubahan. Selain dari lembaga itu sendiri perubahan juga terjadi pada peserta didik nantinya akan menjadi anggota masyarakat yang dinamis mulai ditanamkan sikap yang kreatif dan transformatif di dalam masa pengembangannya. Inilah lembaga-Iembaga pendidikan yang progresif yang bukan menantang
globalisasi
tetapi
menerima
secara
refleksif
perubahan dalam masyarakat serta ikut mengarahkannya demi untuk meningkatkan taraf hidup anggota masyarakatnya. 38
Lembaga sekolah yang demikian berarti milik dari masyarakat yang dinamis. Masyarakat yang berubah memiliki atau menjadi stakeholder dan shareholder dari lembaga pendidikannya itu. Salah satu unsur penting dati lembaga pendidikan yang adaptif dan kreatif tersebut ialah kepemimpinan (leadership) dari lembaga tersebut. Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan didalam lembaga yang terus menerus berubah. Kepemimpinan yang bersifat “bisuness as ussual,” yang rutin serta birokratis, tidak mempunyai tempat didalam masyarakat dibantu oleh staf pengajar merupakan pemimpin-pemimpin yang progresif, terbuka terhadap perubahan dan menciptakan kondisi dimana peserta didik dapat mengembangkan daya kreativitasnya Dengan demikian terciptalah kondisi pengembangan kreativitas serta
kerjasama
yang
positif
peserta
didik
didalam
mengembangkan berbagai kompetensi yang diantisipasikan dituntut didalam perubahan masyarakat masa depan.
B. Dampak Globalisasi
Dalam dunia pendidikan, globalisasi membawa banyak dampak
dan
efek.
Dampak
globalisasi
terhadap
dunia
pendidikan paling tidak terlihat dalam 3 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan. Pertama, dalam perspektif neoliberalisme,
globalisasi
menjadikan
pendidikan
sebagai
komoditas dan komersil. 39
Paradigma di dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru perluas bentuk-bentuk usaha secara kontinyu. Globalisasi mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor yang dulunya non komersial menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Pasar baru bias muncul, menurut C. Leys(2001) kalau memenuhi 4 kriteria: 1. rekonfigurasi produk dan layanan sehingga memiliki nilai dan Jayak dijual. 2. merayu agar orang mau membelinya 3. mengubah prilaku melayani kepentingan bersama menjadi usaha untuk menghasilkan Jaba bagi pemilik modal sesuai dengan mekanisme pasar. 4. adanya jaminan negara terhadap resiko yang mungkin terjadi terhadap modal Dalam
dunia
pendidikan,
globalisasi
banyak
membawa dampak dan efek. Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan tidak terlihat dalam perubahan tiga mendasar dalam dunia pendidikan. Pertama, dalam perspektif
neo-liberalisme
globalisasi
menjadikan
pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha secara kontinyu. Globalisasi mampu memaksa liberalisme berbagai sektor yang dulunya non komersial menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Pasar baru bias muncul menurut menurut C. Leys (2001) 40
kalau memenuhi empat criteria:
41
1. Rekonfigurasi produk dan layanan sehingga memiliki nilai dan layak dijual 2. Merayu agar orang mau membelinya 3. Mengubah perilaku melayani kepentingan bersama menjadi usaha untuk menghasilkan laba bagi pemilik modal sesuai dengan mekanisme pasar 4. adanya jaminan, negara terhadap resiko yang mungkin terjadi terhadap modal. Kedua, globalisasi mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara. Sepintas terlihat bahwa pemerintah masih mengontrol sistem pendidikan disuatu negara dengan cara intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan dan payung legalitas. Tetapi tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global seperti IMP dan Wordl Bank yang membuat dunia politik dan pembuat kebijakan cenderung
market-driven.
Ketiga,
globalisasi
mendorong
delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi barn seperti komputer dan internet telah membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yang tradisional. Disamping membantu akselerasi arus pertukaran informasi, teknologi tersebut telah ikut mendorong berjamurnya sistem pendidikan jarak jauh. Disini terlihat fenomena delokalisasi, dimana orang-orang belajar dalam suasana yang sangat individual dan meghalangnya untuk berinteraksi dengan tetangga atau orang-orang disekitarnya. 42
Meskipun dipandang dari sudut yang berbeda, kita bias membuat sebuah generalisasi bahwa kata kunci dari globalisasi adalah: kompetisi. Kalau sudah menyangkut kompetisi maka kita memperhatikan salah satu faktor penentu dalam kompetisi yaitu ketangguhan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan output dari pendidikan. Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan nasional dengan globalisasi tidak saja dalam aspek dampak tetapi juga dalam segi tantangan. Artinya, globalisasisebagai sebuah proses yang tidak bisa diputar mundur dan terus bergulir menantangdunia pendidikan kita, karena “the illeterate of 21 st century will not be those who cannot read and write, but those cannot learn, un learn, and relearn" (A. Toffler). Pendidikan nasional perlu mempunyai sikap dalam menghadapi perubahan-perubahan global dalam era globali sasi dewasa ini. Dengankata lain pendidikannasional kita perlu ditrasformasikan agar dapat menjawab tuntutan-tuntutan baru di dalamperubahan global dewasa ini. Jika tidak maka kita akan tersisih dari kehidupan bersama yang semakin lama semakin intens. Pendidikan modern dewasa ini perlu mengamati, memilah-milah, memilih nilai-nilai global yang mana saja yang diadaptasikan dalam pendidikan nasional kita. Nilai-nilai tersebut tidak dapat begitu saja diambil dan di masukkan ke dalam aktifitas pendidikan anak-anak kita baik di sekolah, dalam keluarga maupun didalam masyarakat Indonesia. 43
Unsur-unsur modernitas yang dibawa oleh proses modernitas yang dibawa oleh proses globalisasi perlu diadaptasikan dengan kebutuhan lokal yang dimiliki oIeh komunitas Indonesia yang pluralistik. Selanjutnya nilai-nilai global yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat kita yang berubah perlu diadopsi secara alamiah sehingga tidak menimbulkan resistensi didalam masyarakat kita sendiri. Masa depan yang dibawa oleh proses globalisasi adalah masyarakat yang berdasarkan ilmu pengetahuan (knowlegdebased society). Masyarakat masa depan tersebut adalah masyarakat yang berubah dan didasarkan kepada penemuanpenemuan yang meningkatkan taraf hidup manusia. Sikap inovatif merupakan syarat yang perlu dikembangkan dalam pendidikan modern. Dengan
demikian
kegiatan
pembelajaran
dalam
lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun informal diarahkan kepada sikap inovatif, sikap meneliti, sikap yang meragukan
akan
penemuan-penemuan
hari
ini
dan
mengikhtiarkan penemuanpenemaun yang lebih baik. Rasa tidak puas apa yang telah dicapai merupakan ciri-ciri dari suatu "knowlegde-based society". Hal ini berarti pribadi-pribadi yang inovatif, yang bekerja keras, yang ingin mencari kebenaran obyektif melalui data-data yang eksperimental marupakan syarat utama dalam lembaga-lembaga pendidikan. Sikap inovatif memerlukan time management didalam bekerja, yang terkontrol didalam pekerjaan serta sikap keterbukaan mencari 44
yang lebih baik. Suatu "knowlegde-based society" adalah pula suatu masyarakat komunikatif Oleh sebab itu penguasaan terhadap bahasa dunia (bahasa Ingris) serta bahasa komputer merupakan syarat mutlak didalam kemajuan suatu masyarakat. Selain dari pada itu ilmu pengetahuan social merupakan hal mutlak didalam komunitas antar manusia yang diikuti
pula
oIeh moralitas yang mengatur kelanggengan suatu komunitas. Didalam pembukaan UUD 1945, para founding fathers sangat jeli mengatakan bahwa salah satu tujuan untuk membentuk Republik Indonesia ialah mencerdaskan kehidupan rakyatnya. Sayang sekali didalam upaya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan tersebut, proses untuk mencerdaskan rakyat melalui
pendidikan
nasional
tidak
ditata
sebagaimana
seharusnya. Coba kita lihat perumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bunyi pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional sebagai
berikut:
“Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandin, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggungjawab”. 45
Didalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 terasa kurang jelas tujuan pendidikan nasional karena tidak menyinggung secara
ekplisit
mengenai
kecerdasan
manusia
Indonesia
sebagaimana yang diminta oleh UUD 1945. Memang disini terdapat suatu kekaburan mengenai tujuan pendidikan karena tidak jelas benar apa yang dimaskudkan dengan pengajaran yang diberikan di sekolah (pendidikan formal). Pendidikan agama merupakan pendidikan yang mencakup keseluruhan hidup manusia sehingga terutama merupakan tanggung jawab keluarga serta masyarakat pada umumnya, sedangkan pendidikan di sekolah (pendidikan formal) terutama untuk membentuk kecerdasan manusia. Tentunya
kecerdasan manusia itu
bertumpu kepada pertimbangan kesusilaan sebagai ciri hakikat manusia. Dalam era globalisasi yang menuju kepada knowlegdebased society, Indonesia perlu mempersiapkan warga negaranya sebagai manusia-manusia yang inlelegen sehingga dapat menempatkan diri didalam pergaulan bangsa-bangsa. Didalam kondisi kehidupan yang persaingan antar bangsa, manusia Indonesia perlu dipersiapkan sebagai anggota masyarakat Indonesia yang cerdas. Pertama-tama harus dapat membangun masyarakat dan bangsanya sendiri yang didaJam kenyataannya memiliki pluralitas budaya. Diperlukan kecerdasan untuk menata kehidupan yang plural (bhinneka) tersebut agar supaya sebagai komunitas manusia dalam negara Indonesia dapat bersaing denagn bangsa-bangsa lain. 46
Dilihat dan kepentingan nasional, globalisasi pendidikan itu banyak ruginya daripada untungnya. Jadi sangatlah tepat Forum Rektor Indonesia (FRRI) menolak keras pelaksanaan globalisasi di Indonesia. Kalau Indonesia menerima globaIisasi pasti akan membawa konsekuensi yang sangat luas dalam pelaksanaan pendidikan, karena dalam berbagai hal, pendidikan nasional masih jauh tertinggal dibandingkan pendidikan di negara maju. Disisi lain, lembaga-lembaga pendidikan belum tentu mau memasukkan mata kuliah yang sangat mendasar dalam pendidikan nasional seperti Pancasila dan agama dalam kurikulum mereka. Pendidikan di Indonesia akan makin terpuruk
jika
menerima
globalisasi
pendidikan.
Sebab
masyarakat nantinya akan lebih berkiblat pada lembaga pendidikan yang diselenggarakan negara-negara luar. Para pengajar professional diperguruan tinggi di Indonesia akan ikut hijrah mengajar pada lembaga pendidikan yang didirikan oleh negara luar. Sebab mereka tergiur tawaran penghasilan yang jauh lebih besar. Negara-negara maju itu menguasai segalanya. Mereka menguasai teknologi, pendidikan, ekonomi, informasi dan keuangan. Jadi apa saja bisa mereka lakukan, termasuk dalam aturan yang ada. Selain itu tidak tertutup kemungkinan lembaga
lembaga pendidikan negara maju di Indonesia akan menjadi perpanjangan tangan untuk memasukkan kepentingan Indonesia. 47
Mengenai adanya anggapan dengan menerima pendidiakn akan memacu kompetisi dengan pendidikan nasional. Sebab bahasa dasar pendidikan di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia
BAB IV 48
PEMBANGAN KURIKULUM DAN BAHAN AJAR DALAM ERA GLOBALISASI PENDIDIKAN
A. Pengertian Kurikulum
Istilah "Kurikulum" memiliki berbagai tafsiran yang oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbedabeda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Istilah kurikulum dari bahasa latin, yakni “Curri culai” artinya jarak yang ditempuh oleh setiap pelari. Pada waktu itu pengertian , kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagai mana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finis. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan ijazah tertentu. Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan berikut ini:
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari 49
oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matters) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disussun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisi meteri pelajaran
yang
disampaikan
kepada
siswa,
sehingga
memperoleh sejumlah itmu pengetahuan yang berguna baginya, Semakin banyak pengalaman dan penemuuan-penemuan, maka semakin banyak pula mata ajaran yang harus disusun dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa disekolah. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk memebelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan. Dengan kata lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata ajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain: yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.
Kurikulum
sebagai
pengalaman
belajar.
Perumusan/pengertian lainnya yang agak berbeda dengan 50
pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan diluar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ektra kurikuIum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggraan kegiatan pembelajaran. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masingmasingsatuan pendidikan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional, dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan ketentuan dan konsep51
konsep tersebut, pengembangan kurikulum agar berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut: 1) Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan. 2) Sosial budaya yang agama yang berlaku dalam masyarakat kita. 3) Perkembangan
peserta
didik,
yang
menunjuk
pada
karakteristik perkembangan peserta didik. 4) Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan
manusiawi
(interpersonal),
lingkungan
kebudayaan termasuk iptek(kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geo ekologis). 5) Kebutuhan
pembangunan
yang
mencakup
kebutuhan
pembangunan dibidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya. 6) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Keenam faktor tersebut saling kait mengait antara satu dengan yang lainnya Filsafat dan Tujuan Pendidikan
52
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau
kemana
pendidikan
anak.
Filsafat
pendidikan
menggambarkan manusia yang ideal yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan
hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi
landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Keadaan Lingkungan Dalam arti luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang
disebut
ekosistem,
yang
meliputi
seluruh
faktor
lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan diatas
bumi
ini.
Faktor-faktor
dalamekosistem
itu
meliputi: 1) Lingkungan manusiawi/interpersonal. 2) Lingkungan sosial budaya/kultural 3) Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna. 4) Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya. Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya dapat
digunakan
sebagai
modal
atau
kekuatan
yang
mempengaruhi pembangunan.
Kebutuhan Pembangunan. Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan dan tekad kernandirian manusia dan masyarakat Indonesia 53
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembangunan pengetahuan
dan
didukung
oleh
teknologi
dalam
perkembangan rangka
ilmu
mempercepat
terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek terhadap pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera.
D. Komponen-komponen pengembangan kurikulum Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni: 1. Tujuan Kurikulum Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target mencapai target tujuan pendidikan nasional dan sumber daya 54
manusia yang berkualitas umumnya.
2. Materi Kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan. Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka penkembangan sumber daya manusia berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
3. Metode
Metode menyampaikan
adalah pelajaran
cara dalam
yang upaya
digunakan
untuk
mencapai
tujuan
kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. Keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama dibandingkan dengan keaktifan siswa yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya diganti dengan istilah strategi 55
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa.
4. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki ciri-cirinya sendiri. a. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subjects) b. Mata Ajaran-Mata Ajaran Berkorelasi (correlated) c. Bidang Studi (broadfield) d. Program yang berpusat pada anak (Child centered Program) e. Core Program
E. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berorientasi pada Tujuan 2. Relevansi (kesesuaian) 3. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas 4. Prinsip Fleksibilitas (keluwesan) 5. Prinsip kesinambungan (kontinuitas) 6. Prinsip Keseimbangan 7. Prinsip keterpaduan 8. Prinsip Mutu F. Pendidikan Sekarang Dan Masa Depan 56
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betulbetul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Tujuan
pendidikan
yang
kita
harapkan
adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin, dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh Iembaga pendidikan formal, yaitu: 57
1) Learning to know (belajar untuk mengetahui) 2) Learning to do (melakukan sesuatu) 3) Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) 4) Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama)
Dalam
merealisasikan
“learning
to
know”
guru
seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator, disamping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa
berjalan
jika
sekolah
memfasilitasi
siswa
untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat pada minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Ketrampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan ketrampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan tipologi pribadi anak serta kondisi Iingkungannya. Bagi yang 58
agresif
proses
pengembangan
diri
akan
berjalan
bila
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi yang fasif, peran guru sebagai pengarah sekaligus sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.
Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, dan menerima (take and give) perlu ditumbuh kembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya “learning to live together” (belajar untuk menjalani bersama) penerapan pilar keempat ini dirasakan makin era globalisasi/era persaingan global. Perlu pemupukan saling pengertian antar ras, suku dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada hal-hal tersebut.
Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa diarahkan pada peningkatan kuaIitas kemampuan dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral esia pada urnumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia manusia
indonesia
yang
demikian
diharapkan
dapat
mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.
Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang 59
dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan ketrampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis, dan mandiri.
C. Prioritas dalam Pendidikan Multikultural di Indonesia.
Setelah mendiskusikan problem oleh tantangan yang dihadapi oleh pendidikan multikultural di Indonesia saat ini, muncul pertanyaan “ apa yang menjadi prioritas pendidikan multi kultural kita? “ ada 3 prioritas program dalam pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia yaitu:
1. Pengantar dan penghargaanakan keberagaman multicultural dan masyarakat di Indonesia. 2. Mata pelajaran yang diberikan harus merefleksikan pendidikan multicultural. Pengenalan keberagaman kultur di Indonesia harus diintensifkan melalui penghargaan terhadap budaya local dan budaya etnik Indonesia. 3. Keterpaduan kurikulum masyarakat dan kurikulum sekolahsekolah Islam. Sekolah-sekolah umum dan sekolah-sekolah Islam merupakan
bagian
tak
terpisahkan
dari
masyarakat Indonesia. Sekolah-sekolah tersebut terlibat di dalam aktifitas komunitas lokal. 4. Pendidikan Guru. 60
Guru adalah agen pembangunan suatu masyarakat multikultural yang memiliki toleransi yang dapat dipercaya untuk berbagi didalam masyarakat plural di Indonesia ini. Karakter semacam itu hanya dihasilkan oleh sistem pendidikan guru yang multikultural. Ia harus menjadi teladan (model) yang memiliki kebiasaan yang menghargai tradisi-tradisi local.
BAB V STRATEGI MANAJEMEN PENDIDIKAN YANG BERFOKUS MASA DEPAN PADA ERA GLOBALISASI 61
Manajemen pendidikan mempunyai tugas membuat keputusan, tetapi tugas tersebut merupakan aspek kritis yang kritis
yang
menuntut
kemampuan
manajerial
untuk
mengintegrasikan dan mengembangkan untuk berbagai elemen yang relevan ke dalam situasi pendidikan secara keseluruhan. Untuk menghadapi tantangan dan hambatan dalam menghadapi lingkungan global pendidikan memerlukan strategi yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Sebelum menentukan langkah-langkah strategi yang harus dipilih, akan dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan strategi.
Menurut Glueck (1998: 6), Strategi adalah satu kesatuan yang komprehensif dan terpadu yang menghubungkan strategi organisasi dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin agar tujuan organisasi tercapai. Menurut Robson (1997: 5), Strategi merupakan pola dari alokasi sumber yang dibuat untuk mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya menurut Glueck, manajemen organisasi adalah keputusan dan tindakan yang mengarah pada
penyusunan strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membentu mencapai sasaran organisasi. 62
Manajemen strategi merupakan keputusan memilih strategi dan bagaimana merencanakan strategi tersebut, agar memberikan dampak pada kemajuan organisasi melalui aktifitas analisis, pemilihan dan implementasi styrategi yang telah ditetapkan Johnson and Scholes (1993:153). Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan pokok bahwa strategi adalah; pertama, merupakan satu kesatuan rencana organisasi yang komprehensif dan terpadu yang diperlukan
dalam
mencapai
tujuan
organisasi,
kedua,
Penyusunan strategi diperlukan analisis lingkungan karena akan menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi, ketiga, pencapaian tujuan organisasi dihadapkan pada berbagai pilihan altematif strategi yang harus dipertimbangkan, keempat, strategi yang telah dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi dan memerlukan evaluasi. Untuk menggambarkan lebih jelas elemen manajemen strategi, Robson (1997:10) memberikan ilustrasi berikut:
Budaya 63
Lingkungan
Sumber Daya
Budaya ANALISIS STRATEGI Alternatif pilihan
Perencanaan
IMPLEMEN‐ TASI STRATEGI
PEMILIHAN STRATEGI
Evaluasi
Struktur Organisas Sistem & Manusia
Memilih Strategi
A. Strategi Pendidikan Nasional Menghadapi Lingkungan. Pendidikan
Nasional
Menghadapi
Lingkungan
pendidikan dalam makna luas atau tatanan makro perlu dari sifat reaktif
dan
proaktif
terhadap
masyarakat
menjadi
rekonstruksionalistik social Menjadi rekonstruksionalistik sosial, berarti pendidikan turut secara aktif memberikan corak dan arah terhadap perkembangan masyarakat yang dicita-citakan. Untuk memiliki 64
kemandirian serta menjangkau keunggulan filosofi seperti ini perlu dijabarkan ke dalam strategi pendidikan yang visioner, lebih memberi niIai tambah yang bersifat strategis, serta dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Strategi pendidikan harus dirancang agar mampu menjangkau altematif jangka panjang yang mampu menghasilkan perubahan yang signifikan bagi masa depan bangsa, memupuk watak yang mandiri, serta tekad peserta didik untuk memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif terhadap bangsa lain. Strategi pendidikan akan mencakup berbagai aspek sistem pendidikan nasional dengan landasan yang lebih utuh dan kokoh., Secara makro, demokratisasi, politik dan liberalisasi ekonomi global menjadi pertimbangan utama. Secara sosial psikologis,
pendekatam
terhadap
peserta
didik
bersifat
konstruktif dalam institusi pendidikan yang programnya berorientasi pada kepentingan perkembangan pribadi peserta didik serta kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan kemanusiaan. Dalam hal ini dapat dikemukakan rumusan strategi mengenai substansi dan metodologi pendidikan serta beberapa rumusan strategi lainnya mengenai organisasi dan manajemen pendidikan nasional. Aspek organisasi manajemen memang
Tidak dipisahkan dari rumusan tentang substansi dan metodologi pendidikan sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. 65
1. Strategi Umum Pendidikan Nasional.
Secara
umum
pendidikan
untuk
menjawab
isu
perberdayaan masyarakat dalam pendidikan dituangkan dalam dua aspek penting yaitu pertama, tentang demokratisasi pendidikan sebagai konsep, kedua, ditampilkan kelompok sasaran khusus sebagai konsekuensi dari demokrasi. a. Demokrasi pendidikan dilakukan melalui beberapa cara
sebagai berikut: 1) Perluasan
dan
pemerataan
kesempatan
untuk:
memperoleh Pendidikan. Upaya
perluasan
dan
pemerataan
kesempatan
pendidikan telah ada secara formal sejak tahun 1984 untuk ditingkat
SD,
dilanjutkan
pada
tahun
1994,
untuk
pendidikan dasar sembilan tahun. Hasil yang dicapai cukup memuaskan, namun akibat krisis ekonomi dan berbagai konflik sosial diberbagai daerah yang mengganggu program pendidikan angka partisipasi pendidikan menjadi terganggu. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu pemantapan prioritas pendidikan dasar sembilan tahun, pemberian beasiswa dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada
guru
yang
bertugas
di
wilayah
terpencil,
pemantapan SD kecil dan SLTP Terbuka, menggalakkan
menggalakkan program Kelompok Belajar Paket A dan B, pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak yang memiliki kelainan serta peningkatan keterlibatan masyarakat 66
dalam menunjang pendidikan untuk semua (education for all). Demikian pula agar pendidikan lebih bermakna, pemerataan pendidikan tidak hanya bemuansa kuantitatif, melainkan
juga
kualitatif
Pendidikan
alernatif
perlu
dikembangkan sebagai wahana untuk aktualisasi asas pendidikan sepanjang hayat. Pesantren perlu diposisikan kembali sehingga tidak kehilangan karaktrnya sebagai wahana pendidikan yang memiliki peran besar dalam memperkaya pendidikan nasional. 2) Pendidikan untuk semua (education for all) Kecenderungan yang ada saat ini bahwa program pendidikan hanya diorientasikan bagi kalangan dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan yang diklaim sebagi sekolah favorit. Apabila kondisi ini dibiarkan, maka akan berdampak dikriminatif terhadap anak bangsa. Di samping itu masih banyak anak usia sekolah yang belum terjangkau oleh pendidikan. Kalaupun sekolah itu tersedia tetapi masih ada kendala lain yang menghalangi mereka memasuki dunia pendidikan tersebut, seperti kendala psikologis dan budaya. Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut, perlu mengakomodasikan ide-ide pendidikan untuk semua, yang membuka kesempatan bagi semua siswa untuk mengakses pendidikan dimanapun dan kapanpun. Selain itu, harus diciptakan suasana belajar yang dapat mengakomodasikan kebutuhan peserta didik dari berbagai strata dan latar belakang sosial budaya. 67
3) Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan Upaya mencapai sasaran pendidikan selama ini masih tergantung pada lembaga formal yang konvensional atau sejumlah lembaga pendidikan nonformal, baik langsung di bawah tanggung jawab pemerintah maupun swasta. Padahal untuk menjangkau semua peserta didik, kemampuan lembaga tersebut terbatas, mengingat beragamnya kondisi geografis dan budaya masyarakat Indonesia. Untuk itu, dalam rangka menuntanskan program wajib belajar pendidikan dasar dan membelajarkan warga negara, perlu terus diupayakan pemberdayaan
dan
pendayagunaan
berbagai
institusi
kemasyarakatan untuk menjadi wahana pendidikan dan pembelajaran.
4) Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan
Selama ini ada anggapan bahwa pendidikan belum dirasakan sebagai hak asasi yang harus dipenuhi sehingga sebagian besar masyarakat dan orang tua masih kurang peduli terhadap pendidikan anak-anak.
5) Kerja sama dengan Dunia Usaha dan Industri Sejumlah industri dewasa ini banyak menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan. Perhatian itu diwujudkan 68
dengan memberikan beasiswa, orang tua asuh, dan bentuk partisipasi lainnya.Untuk dapat menunjukkan tanggung jawab yang lebih tinggi, semua industri besar atau kecil diharapkan dapat menyisihkan dana khusus untuk membantu program pendidikan. Dan bagi dunia usaha yang berperan aktif dalam pendidikan perlu diberikan penghargaan seperti dalam bentuk kemudahan perizinan dan pemberian penghargaan lainnya. b. Kelompok-kelompok Sasaran Khusus
1) Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini atau PADU, memberikan landasan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam segala aspeknya, baik aspek ketrampilan, sosial, akademik, dan moral. (Supriadi, 1999). PADU Sering diartikan sebatas pendidikan formal dalam bentuk taman kanak-kanak, padahal jenis layanan PADU seharusnya meliputi wadah yang kini populer dengan TK Al-quran (TKA), Tempat Penitipan Anak (TPA), kelompok bermain (playgroup) dan sebagainya. Untuk mengakomodasi fungsifungsi PADU, maka pendidikan persekolahan, pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat perlu dikembangkan secara bersama sehingga tercipta pendidikan yang integratif dan komplementer. 2) Keluarga
Dewasa ini keluarga belum secara optimal menjalankan fungsi edukatifnya, antara lain banyaknya masalah 69
pendidikan anak yang akarnya lebih banyak terletak dalam keluarga daripada sekolah. Situasi seperti ini disebabkan masih terbatasnya pemahaman dan kesadaran orang tua untuk mendidik anaknya. Untuk itu diperlukan pendidikan keluarga atau orang tua sehingga lebih memahami fungsi paedagogisnya. 3) Penyandang Cacat
Saat ini tidak sedikit kalangan masyarakat yang belum menerima secara positif kehadiran penyandang cacat. Sebagian besar masih banyak yang memperlakukan secara diskriminatif terhadap anak atau masyarakat yang memiliki kelainan. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
dikemukakan bahwa: Anak-anak cacat memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan bagi anak-anak
penyandang
cacat
dilaksanakan
melalui
pendidikan luar biasa dan pendidikan terpadu. Model pendidikan terpadu bersifat inklusif, yaitu menyatukan mereka dengan anak-anak lainnya. Model ini dinilai lebih antara lain anak-anak yang memiliki kelainan memiliki kesempatan untuk bersosialisasi dengan anak-anak lain. Hal ini dapat dilakukan dibanyak sekolah tidak hanya di SLB, sehingga dapat belajar bersama dengan teman sebayanya serta para pendidik untuk secara jujur menerima kehadiran anak-anak yang memiliki kelainan. 70
4)
Anak Berkemampuan Luar Biasa (Gifted) Anak-anak berkemampuan luar biasa (Gifled Children), adalah mereka yang memiliki potensi dan kinerja unggul dalam berbagai bidang kehidupan. Pengembangan potensi mereka secara optimal diharapkan akan memberikan kontribusi yang bermakna bagi kehidupan bangsanya. Agar berkembang secara optimal, mereka memerlukan perlakuan
yang
sesuai
dengan
potensinya
melalui
perlakuan yang secara diferensial.
5)
Kelompok Anak-anak Kurang Beruntung Kelompok ini adalah mereka yang berasal dati keluarga atau masyarakat yang secara ekonomis berada pada posisi marginal, masuarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap, kaum gelandangan, tinggal di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh pendidikan. Untuk dapat mengangkat posisi
kelompok
ini
perlu
dikembangkan
model
pendidikan yang mampu memberdayakan mereka, baik dalam pendidikan sekolah ataupun luar sekolah, yang isi, metode penyampaiannya disesuaikan dengan kondisi kelompok tersebut. 6)
Kaum Perempuan
Dalam pendidikan, kaum perempuan kelompok usia sekolah secara angka partisipatif pendidikan, selalu lebih rendah dibanding laki-laki. Hanya pada usia SD, siswa laki-laki dan perempuan
relatif
seimbang.
Ketidak
seimbangan
ini 71
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor budaya. Misalnya masih beranggapan bahwa perempuan hanya akan menjadi ibu rumah tangga walaupun sudah mengenyam pendidikan tinggi atau mereka lebih siap melepas anak laki-laki dibanding melepas anak perempuan.
7)
Masyarakat Terpencil
Adapun strategi yang perlu dikembangkan bagi kelompok ini adalah sekolah kecil, sekolah terapung (untuk daerah kepulauan), SLTP Terbuka, Kejar Paket A dan B, model guru kunjung, sistem multi kelas (Multigrade system), pemberian insentif khusus bagi guru, dan paket-paket materi
pendidikan
fungsional
yang
sesuai
dengan
karakteristik masyarakat setempat, rnisalnya keterampilan berkebun, pertanian maupun perikanan.
8)
Kelompok Usia Produktif Kelompok usia produktif adalah mereka yang secara potensial pendapatan
memiliki
kesiapan
untuk
mendukung
dalam
menghasilkan
kehidupan
dirinya,
keluarganya dan masyarakatnya. Namun tidak sedikit jumlah kelompok ini yang belum berperan produktif 72
dalam hidupnya. Ketidakmampuan mereka disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berkenaan
dengan
ketidakmampuan
dalam
bidang
akademik dan keterampilan, kelemahan motif berprestasi dan penyesuaian diri. Adapun faktor eksternal meliputi antara lain kurangnya pendidikan dan pelatihan yang relevan, lingkungan yang kurang kondusif, dan kurangnya kesempatan kerja. Bagi mereka diperlukan pelatihan yang benar-benar relevan dengan kebutuhan dan tuntunan hidup masyarakat.
Perhatian
pada
kelompok
ini
dapat
mendorong mereka untuk mengaktualisasikan dirinya dan mencegah timbulnya penyimpangan sosial sebagai akibat dari waktu peluang yang tidak dapat mereka manfaatkan untuk kegiatan yang produktif.
9)
Kelompok Usia Lanjut Usia lanjut difahami sebagai kelompok masyarakat yang memiliki usia 60 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang biasanya mengalami kemunduran kondisi fisik, mental dan psikologis, kecuali mereka yang secara konsisten terus belajar, menjaga kesegarannya.Agar kehidupan mereka tetap memberikan arti bagi dirinya dan masyarakatnya, perlu dikembangkan program dan wadah yang mampu membuat mereka tetap merasa berarti dalam hidupnya. Berbagai upaya yang ditawarkan diantaranya pembekalan mental mengahadapi 73
pensiun,
belajar
menyikapi
keterasingan
diri,
dan
memantapkan diri dalam mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Strategi Pokok Pembangunan Pendidikan Indonesia
Dalam merealisasikan strategi pokok pembangunan pendidikan, sedikitnya lima strategi pokok pendidikan nasional, yaitu: a. Mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap bidang pendidikan. b. Melakukan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu dengan fokus program wajib belajar sembilan tahun. c. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan yang mampu menghadapi tuntutan yang berkembang. d. Mengembangkan sistem dan manajemen pendidikan yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah, manajemen
berbasis
sekolah,
efisiensi
dan
pendidikan
yang
akuntabilitas,
e. Memberdayakan
kelembagaan
produktif dan kondusif sebagai pusat pernbelajaran, pendidikan dan pembudayaan. B. Karakteristik Strategi Pendidikan Misi dasar pola pendidikan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, harus memiliki 74
karakteristik khusus, yaitu sebagai berikut: 1. Pengutamaan kemampuan dasar 2. Penguasaan kompetensi umum 3. Penyelenggaraan program studi dengan kualifikasi yang dapat dipasarkan (Marketable) 4. Pendidikan yang memiliki kepedulian terhadap teknologi informasi 5. Pendidikan Agama, moral dan budi Pekerti, 6. Pendidikan yang multikultural dan perdamaian
C. Faktor Pendukung Pengembangan Strategi Pendidikan Beberapa
isu
faktor-faktor
strategis
yang
harus
diperhitungkan dalam pengembangan strategi pendidikan masa depan meliputi antara lain: 1. Pembenahan structural a. Otonomi dan akuntabilitas b. Strategi Pendanaan c. Sumber Daya Manusia d. Difensiasi 2. Peningkatan kualitas dan Relevansi a. Peningkatan dan penjaminan Kualitas b. Keterampilan Menulis di Kalangan Tenaga Pengajar c. Relevansi d. Penyediaan dan Perluasan Akses ke Pendidikan
Tinggi. 75
KESIMPULAN
1. Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubungan ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang dan waktu. Dengan demikian, globalisasi hampr melingkupi semua hal; berkaitan dengan ekonomi, politik, kemajuan teknologi, informasi, komunikasi, tranportasi, dan lainlain. Istilah dan wacana tentang globalisasi sering membingungkan. “Globalisasi” telah menjadi sebuah “buzzword” yang memiliki makna tersendiri dan seringkali kita baca dan dengar.
2. Permasalahan-permasalahan
dalam
globalisasi
pendidikan antara lain: a. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah, hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan. b. Rendahnya mutu akademik terutama penguasan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika serta bahasa Inggris
padahal
merupakan
penguasan
kunci
dalam
materi
tersebut
menguasai
dan
mengembangkan iptek.
76
c. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standar yang telah ditetapkan d. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi pendidikan, yang menyebabkan pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat, e. Terjadinya kecenderungan menurunnya akhlak dan moral, yang menyebabkan lunturnya tanggungjawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini peranan pendidikan agama menjadi sangat penting sebagai landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini. yang memiliki hubungsn erat dengan masalah pendidikan. f. Rendahnya mutu kinerja system pendidikan tidak hanya
disebabkan
oleh
lemahnya
manajemen
pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan, tetapi juga
manajemen
pada
tingkat
makro,
seperti
rendahnya efisiensi dan efektifitas pengelolaansistem pendidikan. 3. Dalam dunia pendidikan, globalisasi banyak membawa dampak dan efek Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam perubahan tiga mendasar dalam dunia pendidikan. Pertama, dalam perspektif
neo-liberalisme
globalisasi
menjadikan 77
pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk bentuk usaha secara kontinyu. Kedua, globalisasi
mempengaruhi kontrol pendidikan
oleh negara. Sepintas terlihat bahwa pemerintah masih mengontrol sistem pendidikan disuatu negara dengan cara intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan dan payung
legalitas.
Ketiga,
globalisasi
mendorong
delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan.
4. Istilah “Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan
oleh
pakar-pakar
dalam
bidang
pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Antara lain: Memuat isi dan materi pelajaran. Sebagai rencana pembelajaran, sebagai pengalaman belajar . 5. Komponen-komponen pengembangan kurikulum antara lain yang saling berkaitan antara satu denga yang lainnya antara
lain:
Tujuan
kurikulum,
materi,
metode,
organisasi kurikulum, evaluasi. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum antara lain: Prinsip Berorientasi pada Tujuan, Prinsip Relevansi (kesesuaian), Prinsip Efisiensi dan Efektivitas, prinsip Fleksibilitas (keluwesan), Prinsip Berkesinambungan, (kontinuitas),
Prinsip
Keseimbangan,
Prinsip
Keterpaduan dan Prinsip Mutu. 78
6.
Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu: a.
Learning to know (belajar untuk mengetahui)
b.
Learning to do (melakukan sesuatu)
c.
Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
d.
Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama)
7.
Prioritas dalam Pendidikan Multikultural di Indonesia. Ada 3 prioritas program dalam pengembangan pendidikan mltikultural di Indonesia yaitu: a. Pengantar
dan
penghargaan
akan
keberagaman
multikultural dan masyarakat di Indonesia b. Keterpaduan kurikulum masyarakat dan kurikulum sekolah-sekolah islam. c. Pendidikan 8.
Strategi manajemen pendidikan yang berfokus masa depan pada era globalisasi; Manajemen pendidikan mempunyai tugas membuat keputusan dan juga tugas tersebut
merupakan
aspek
kritis
yang
menuntut
kemampuan manajerial untuk mengintegrasikan dan mengembangkan berbagai elemen yang relevan ke dalam situasi lembaga pendidikan secara keseluruhan. 9.
Untuk menghadapi tantangan dan hambatan dalam menghadapi lingkungan global pendidikan memerlukan Strategi yang tepat agartujuan pendidikan dapat tercapai 79
secara optimal. 10.
Strategi
Pendidikan
nasional
dalam
menghadapi
lingkungan global. Pendidikan dalam makna luas atau tatanan makro perlu dikembangkan dari sifat reaktif dan proaktif terhadap perkembangan masyarakat menjadi rekonstruksionalistik
sosial.
Menjadi
rekonstiuksionalistik sosial, berarti pendidikan turut secara aktif rnemberikan corak dan arah terhadap perkembangan masyarakat yang dicita-citakan. 11.
Secara sosial psikologis, pendekatam terhadappeserta didik bersifat konstruktif dalam institusi pendidikan yang programnya
berorientasi
pada
kepentingan
perkembangan pribadi peserta didik serta kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan kemanusiaan. 12.
Strategi Umum Pendidikan Nasional a. Demokrasi pendidikan dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut: 1) Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. 2) Pendidikan untuk semua (education for all). 3) Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan. 4) Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan. 5) Kerjasama dengan Dunia usaha dan Industri. 80
b. Kelompok-kelompok Sasaran Khusus antara lain: Anak dini
usia,
keluarga,
berkemampuan
luar
penyandang biasa,
cacat,
masyarakat
Anak
terpencil,
kelompok usia produktif, kelompok usia lanjut. Perlu mendapatkan perhatian dalam pendidikan.
81
DAFTAR PUSTAKA Bloom, Benyamin S.et aI, Taxonomi of Educational Objectoves, David McKay Comp, Inc.New York, 1956 Eti Rochaety-Pontjorini Rahayuningsih, Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Cetakan I, Jakarta, Bumi Aksara, 2005 H A R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional (Tinjauan Dari Perspektif Pos Modernisme Modernmisme dan Studi Kultural), Cetakan I, Jakarta, Kompas, 2005 M. Sobry Sutikno, Pendidikan Sekarang dan Masa Depan, http: // sobrysutikno.com, www.pendidikan.net, 2006. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran; Edisi 1, Cetakan. 5, Jakarta, Bumi Aksara, 2005. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Cetakan I, Jakarta, Bumi Aksara, 2003. Soemitro
Djoyohadi
kusumo,
Pokok-pokok
Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Nasional, Departemen P dan K, Jakarta, 1980. Webmaster @ mma. Ipb.ac.id, Globalisasi dan Problematika Pendidikan Indonesia, 2003.
82