ISSN 2303-1174
Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...
PENILAIAN HARGA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2009 - 2011) Oleh: Ulfa Yulfita Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi email:
[email protected]
ABSTRAK Penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. Penilaian saham yang menghasilkan informasi nilai instrinsik selanjutnya akan dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah saham sektor manufaktur berada dalam kondisi Overvalued, Undervalued atau Wajar. Nilai saham mencerminkan nilai perusahaan di mata pelaku pasar (bursa), sedangkan nilai perusahaan adalah nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Populasi penelitian ini adalah seluruh sektor manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Sampel yang digunakan sebanyak 14 sektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode yang digunakan untuk menghitung harga wajar per lembar saham yang diterbitkan setiap sektor tidak terlalu memiliki perbedaan harga, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan perbandingan harga wajar saham dengan harga pasar saham, hal ini sebetulnya dapat menjadi perhatian bagi investor dan perusahaan pada posisi harga yang mana keputusan untuk membeli ataupun menjual sahamnya. Kata kunci: nilai saham, pasar modal
ABSTRACT Stock valuation is the process of determining a reasonable price for a stock. Stock valuation that yield intrinsic value information will then be compared with the market price of the stock to determine the selling or buying position of a company's stock. This study aims to determine whether the manufacturing sector stocks are in a condition Overvalued, Undervalued or Fair. Stock value reflects the company's value in the eyes of market participants (stock exchange), while the value of the company is the economic value of its net asset. The population was all manufacturing sectors listed on the Stock Exchange in the period of 2009-2011. The samples taken are 14 sectors. The results showed that the two methods used to calculate the fair price per share which is issued every sector often has less difference in price, it can be seen by comparing the fair price with the market price of the stock, it actually can be a concern for investors and companies, on what price position, they can make decision to buy or sell their stocks. Keywords: value of shares, capital market
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
1089
ISSN 2303-1174
Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham... PENDAHULUAN
Latar Belakang Investasi melalui instrument pasar modal yaitu saham dapat memberikan keuntungan (kerugian) berupa capital gain (loss) dan dividen, namun saham juga mengandung risiko kemungkinan untuk tidak dibayarkan dividennya karena pembayaran dividen merupakan suatu kebijakan perusahaan. Dividen merupakan aliran kas berupa imbalan yang dibayarkan perusahaan/emiten kepada para pemegang saham/investor. Persentase dari pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham (sebagai cash dividend) disebut dividend payout ratio. Didalam penentuan kebijakan dividen ini, perusahaan sebenarnya menghadapi suatu trade off. Hal ini terjadi karena berhubungan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan itu untuk dibayarkan sebagai dividen (kepada pemegang saham) atau digunakan untuk pertumbuhan (oleh perusahaan) sebagai laba ditahan (Erianda, dkk. 2011). Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi merupakan keputusan yang sangat berisiko. Investasi itu sendiri bisa berbentuk investasi bisnis maupun investasi dalam kegiatan sosial, baik berupa pengembangan bisnis yang sudah ada atau membuat bisnis yang sama sekali baru. Kegiatan investasi adalah tindakan mengeluarkan sejumlah dana dalam jumlah tertentu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau manfaat yang lebih besar di masa mendatang, baik keuntungan material maupun non material (Rangkuti, 2012: 1), oleh karena itu sebaiknya seorang investor sebelum memutuskan untuk melakukan investasi di pasar modal terlebih dahulu melakukan analisis harga saham. Investor bisa melakukan investasi pada berbagai jenis aset baik aset riil maupun aset finansial. Salah satu jenis aset finansial yang bisa dipilih investor adalah saham, agar keputusan investasinya tepat atau menghasilkan return seperti yang diharapkan maka investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan dipilihnya. Penilaian saham yang menghasilkan informasi nilai instrinsik selanjutnya akan di bandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan (Tandelilin, 2010: 301). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah harga saham pada sektor manufaktur di nilai terlalu mahal (overvalued), terlalu murah (undervalued) atau wajar (fair). TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Raharjo (2006: 31), berpendapat bahwa menurut istilah yang ada di masyarakat, definisi saham sangat beragam. Salah satunya mengatakan bahwa “Saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan atau pernyataan dari individu atau institusi dalam suatu perusahaan”. Jenis Saham Fahmi (2012: 80), dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preference stock), dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing. Nilai Saham Tanuwidjaja (2008: 43), nilai saham menentukan harga saham yang bersangkutan, sebelum investor memutuskan membeli atau menjual saham, nilai per lembar saham harus dibandingkan dengan harga yang ditawarkan. Tipe Harga Saham Parahita (2008), menyatakan ada tiga tipe harga saham, yaitu: 1) Par Value, yaitu harga yang tercetak/tertera di lembar saham itu sendiri atau disebut juga dengan harga nominal. 2) Market Price, merupakan harga yang berlaku dalam transaksi jual beli di bursa, harga ini terbentuk dari mekanisme permintaan dan penawaran. 3) Fair Value, disebut harga wajar, yaitu harga yang “tak terlihat” yang kita nilai layak untuk saham tersebut. 1090
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham... Proses Valuasi Porman (2010: 174), menyatakan ada tiga hal yang penting yang harus dianalisis sebagai bagian proses valuasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi, yaitu: perekonomian, industri dan analisis perusahaan. Valuasi Saham 1. Valuasi Saham Preferen Porman (2010: 219), berpendapat bahwa menghitung harga wajar saham preferen relatif mudah, yaitu dengan mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang (present value) dengan required rate of return selama periode waktu yang tidak terhingga (infinite) atau selama anda memiliki saham preferen tersebut. Rumusnya adalah: 𝐕𝐩 = 𝐃/𝐊 Ket: Vp = Nilai Intrinsik (nilai wajar) preferen D = Dividen tetap k = Required rate of return atau Discount rate 2. Valuasi Saham Biasa Porman (2010: 220), menyatakan ada tiga langkah penting yang harus diikuti oleh investor sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu saham, yaitu: 1) Perkiraan laba per saham (EPS = earning per share) di masa mendatang. 2) Perkiraan rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio). 3) Hitung nilai sekarang (present value) aliran dividen yang diperkirakan melalui pendiskontoan dividendividen tersebut dengan tingkat imbal-hasil yang diharapkan (required rate of return). Keuntungan Investasi Saham Situmorang, dkk. (2010: 3 & 4), menyatakan ada tiga keuntungan investasi saham, yaitu: 1. Dividen Pemilikan saham suatu perusahaan, baik perusahaan yang tercatat di BEI (emiten) maupun yang tidak tercatat di BEI (non-emiten), investor biasanya akan mendapatkan dividen. 2. Capital Gain Keuntungan dari hasil jual beli saham berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli saham 3. Bisa Dijaminkan Saham juga bisa dijaminkan ke bank sebagai agunan untuk memperoleh kredit, namun biasanya saham hanya dianggap sebagai agunan tambahan oleh bank, atau tidak bisa berdiri sendiri dengan alasan tingkat fluktuasi saham yang tidak bisa di prediksi. Kerangka Konseptual AKTIVA
Deviden Masa Depan Sektor Manufaktur
Penghasilan Masa Depan Sektor Manufaktur
Bandingkan Intriksi atau Nilai riil Jika Nilai Intrinsik Lebih Besar Dari Harga Berlaku Di Pasar, Berarti Harga Saham Terlalu Murah (Undervalued) BELI
Pertumbuhan Masa Depan Sektor Manufaktur
Kondisi Pasar Sektor Manufaktur
Harga Berlaku Di Pasar Sektor Manufaktur Jika Nilai Intrinsik Lebih Rendah Dari Harga Berlaku Di Pasar Berarti Harga Saham Terlalu Mahal (Overvalued) JUAL
Gambar 1. Konsep Metode Penentuan Harga Saham Pada Sektor Manufaktur Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
1091
ISSN 2303-1174
Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham... METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian survei dangan menggunakan analisis deskriptif. (Hermawan, 2005: 18), penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Bursa Efek Indonesia yang terdaftar di situs www.idx.co.id pada tahun 2013. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011 sebanyak 141 populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 sektor manufaktur berdasarkan teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 122). Berikut ini adalah pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti: 1. Laporan keuangan yang di publikasikan terus-menerus pada Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2009-2011. 2. Sektor manufaktur yang sering menempati peringkat satu dan dua berdasarkan total aset dari tahun 2009-2011. 3. Sektor manufaktur yang terus-menerus membagikan dividennya selama 3 tahun, yaitu dari tahun 20092011. Tabel 1 Perusahaan-Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian Kode Emiten Jenis Sub Industri Nama Perusahaan INDF Food and Beverages Indofood Sukses Makmur Tbk GGRM Tobacco Manufacturers Gudang Garam Tbk TKIM Paper and Allied Products Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk AKRA Chemial and Allied Products AKR Corporindo Tbk KKGI Adhesive Resource Alam Indonesia Tbk INTP Cement Indocement Tunggal Prakarsa Tbk SMGR Cement Semen Indonesia Tbk SCCO Cables Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk ASII Automotive and Allied Astra International Tbk UNTR Automotive and Allied United Tractors Tbk KLBF Pharmaceuticals Kalbe Farma Tbk TSPC Pharmaceuticals Tempo Scan Pacific Tbk UNVR Cousumer Goods Unilever Indonesia Tbk TCID Cousumer Goods Mandom Indonesia Tbk Sember: idx Perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat pada tabel 1 merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data primer dan data sekunder. Didalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder sektor manufaktur yang tercatat di web www.idx.co.id.
1092
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham... Sumber Data Sumber data didapatkan dari publikasi perusahaan yang disediakan bagi masyarakat, baik melalui Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, maupun dari berbagai media massa. Jadi data yang digunakan adalah merupakan informasi umum. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara dokumentasi data kuantitatif berupa data keuangan perusahaan yang di publikasikan oleh perusahaan tersebut. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode valuasi absolut, sering disebut metode valuasi intrinsic, adalah metode untuk mencari nilai sejati (intrinsic) sebuah saham. Hasil penghitungan ini akan menjadi nilai wajar sebuah saham dan sering dikemukakan oleh analis sebagai target harga (Moechdie & Ramelan, 2012: 268). Indikator Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dividend Discounted Model (DDM) 2. Metode Discounted Cash Flow (DCF) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penulis menggunakan dua pendekatan metode yaitu DDM (Divident Discounted Model) dan DCF (Discounted Cash Flow) dalam menentukan harga wajar saham. Hasil perhitungan dengan menggunakan dua metode untuk menentukan harga per lembar saham dari sektor manufaktur periode 2009-2011 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut: 6000 2104.17 1914.33
2000 0 -2000
1
-779.55
5300 5056.9
4345.83 2976.11
4000
2
-792.61
Nilai Pasar
3
DDM
-4000 -6000
-6603.77
DCF
-8000
Gambar 2 Grafik PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 2 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
1093
ISSN 2303-1174
Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...
60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 -10000 -20000 -30000
49470.83 35391.67 22804.07
19070.18
14542.67 14508.93 12020.83
Nilai Pasar
DDM 1
2
3 -19305.02
-19909.5
DCF
Gambar 3 Grafik PT. Gudang Garam Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 3 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Gudang Garam Tbk memberikan perbedaan harga pada tahun pertama dan pada tahun berikutnya dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham, karena hasil yang didapatkan pada tahun pertama harga menjadi terlalu murah dan menjadi terlalu mahal pada tahun berikutnya. 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
2770.27 2529.17
2475
588.24
844.16 588.24
1810.12 1458.33
584.79
Nilai Pasar
DDM DCF
1
2
3
Gambar 4 Grafik PT. Pabrik Kertas Tjiwi Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 4 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM selama 3 tahun harga menjadi terlalu mahal dan pada metode DCF harga menjadi terlalu murah pada tahun pertama dan kedua sedangkan pada tahun ketiga harga menjadi terlalu mahal. Harga yang murah biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. 3000 2262.08
2000 1000 0 -1000
1235 725.4
849.17 708.85 -77.64
1
-2000
2
1183.63 885.13
3 -2399.43
-3000
Nilai Pasar DDM DCF
Gambar 5 Grafik PT. AKR Corporindo Tbk Sumber: hasil olah data 1094
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
ISSN 2303-1174
Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...
Gambar 5 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. AKR Corporindo Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. 6000 5135.42 4000
3984.07 2129.17 1036.52 -58.14
2000 0 1
Nilai Pasar
1469.29 1450.42 -117.23 2
DDM 3 -778.1
DCF
-2000
Gambar 6 Grafik PT. Resource Alam Indonesia Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 6 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Resource Alam Indonesia Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM selama 3 tahun harga menjadi terlalu mahal dan pada metode DCF harga menjadi terlalu mahal pada tahun pertama dan pada tahun kedua harga menjadi terlalu murah sedangkan pada tahun ketiga harga kembali menjadi terlalu mahal. Harga yang murah biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. 20000 15987.5
15691.67
8329.17 6041.46
7752.65
8657.96
-1804.33
-2298.95
15000 10000 5000 0 -5000
1
Nilai Pasar DDM
2
3 -3033.13
DCF
Gambar 7 Grafik PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 7 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
1095
ISSN 2303-1174 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 -2000 -4000 -6000 -8000
Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...
5356.25 4541.05
8716.67
9279.17
5420.62
5909.03 Nilai Pasar
1
-3766.18
2
-3659.02
DDM
3 -5277.35
DCF
Gambar 8 Grafik PT. Semen Indonesia Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 8 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Semen Indonesia Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. 6000 4000 2000 0 -2000 -4000 -6000
4727.61 2615.66 1661.67
1310 727.37 341.69 1
2
2329.17 3 -2190.72
-3930.13
Nilai Pasar DDM DCF
Gambar 9 Grafik PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 9 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM selama 3 tahun harga menjadi terlalu mahal dan pada metode DCF harga menjadi terlalu mahal pada tahun pertama sedangkan pada tahun kedua dan ketiga harga menjadi terlalu murah. Harga yang murah biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor.
1096
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
ISSN 2303-1174 200000 100000 0 -100000 -200000 -300000 -400000 -500000 -600000 -700000 -800000
Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...
1
62550 46665.93 -19959.68
31403.54 27595.83 -1828.79
24358.33 20081.13 2
3 Nilai Pasar DDM DCF
-691667
Gambar 10 Grafik PT. Astra International Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 10 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Astra International Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. 30000 20000
23716.67
19745.83 11145.83 9291.34
10000
0
-2096.57 1
-10000
13910.8
10302.04 2
-20000
-14148.68
Nilai Pasar
3
DDM
-30000
DCF -36607.14
-40000
Gambar 11 Grafik PT. United Tractors Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 11 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. United Tractors Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya. 50000 0 -50000
1
3356.25 1341.68
2314.58 1120.88 -2034.88
1017.08 740.65 -200.8 2
3 Nilai Pasar
-100000
-105555.56
DDM DCF
-150000
Gambar 12 Grafik PT. Kalbe Farma Tbk Sumber: hasil olah data Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
1097
ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham... Gambar 12 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Kalbe Farma Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya. 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
7425.74
Nilai Pasar
3125 2262.92 1196.67 1066.1 961.42
647.7 605.42 1
2
1151.06
DDM DCF
3
Gambar 13 Grafik PT. Tempo Scan Pacific Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 13 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Tempo Scan Pacifik Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM harga menjadi terlalu murah pada tahun pertama dan pada tahun kedua harga menjadi terlalu mahal, sedangkan pada tahun ketiga harga kembali menjadi terlalu murah dan pada metode DCF harga menjadi terlalu murah pada tahun pertama sedangkan pada tahun kedua dan ketiga harga menjadi terlalu mahal. Harga yang murah biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. 20000 15000 10000
15020.83
16091.67
3928.32 188.39
4829.91 3192.98
9445.83
5000
3230.53 313.95
0 1
2
Nilai Pasar
DDM DCF
3
Gambar 14 Grafik PT. Unilever Indonesia Tbk Sumber: hasil olah data Gambar 14 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Unilever Indonesia Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. 20000 15000 10000 5000
11940.29
13492.06
14800
6041.67 5018.22
7662.5 5785.31
8029.17 6174.78
Nilai Pasar DDM DCF
0
1
2
3
Gambar 15 Grafik PT. Mandom Indonesia Tbk Sumber: hasil olah data 1098
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham... Gambar 15 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Mandom Indonesia Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM selama 3 tahun harga menjadi terlalu murah sedangkan pada metode DCF hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal. Harga yang murah biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor. PENUTUP Kesimpulan Penerapan kedua metode yang digunakan untuk menghitung harga wajar per lembar saham yang diterbitkan setiap sektor tidak terlalu memiliki perbedaan harga, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan perbandingan harga wajar saham dengan harga pasar saham, dari perubahan harga dari terlalu mahal dan terlalu murah, hal ini sebetulnya dapat menjadi perhatian bagi investor dan perusahaan pada posisi harga yang mana mereka mengambil keputusan untuk membeli ataupun menjual sahamnya. Saran Penulis menyarankan beberapa hal yaitu: 1. Model valuasi saham tidak hanya menggunakan metode DDM dan DCF. Penulis menyarankan bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan metodelain seperti CAPM, PER atau PBV sebagai perbandingan. 2. Keputusan berinvestasi merupakan keputusan yang sangat berisiko, untuk itu sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual sahamnya investor sebaiknya terlebih dahulu melakukan valuasi harga saham, untuk menghindari harga saham yang hanya ditentukan oleh faktor spekulasi dan estimasi prospek perusahaan yang berlebihan. DAFTAR PUSTAKA Erianda Budi, Arif siswanto, Renny nur’ainy. 2011. Penentuan Harga Wajar Saham PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan Metode Gordon Growth Model. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Depok. Fahmi Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Cetakan Pertama, Penerbit Alfabeta, Bandung. Hermawan Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Penerbit PT. Grasindo, Jakarta. Moechdie H, Abi & Ramelan Haryajid. 2012. Gerbang Pintar Pasar Modal. Cetakan pertama, Penerbit PT. Capital bridge advisory, Jakarta. Parahita, 2008. Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham http://parahita.wordpress.com/2008/11/15/bagaimana-cara-menentukan-harga-wajar-saham/. Maret, 16, 2013.
Diakses
Porman Tambunan Andi. 2010. Menilai Harga Wajar Saham. Cetakan keempat. Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Raharjo Sapto. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan (Panduan Investasi Saham dari A-Z). Cetakan ke-2, Penerbit PT. Alex Media Komputindo, Jakarta. Rangkuti Freddy. 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Situmorang parluhutan, Jauhari mahardhika, Tri listiyarini. 2010. Jurus-Jurus Pemula. Cetakan Pertama, Penerbit TransMedia Pustaka, Jakarta.
Berinvestasi Saham Untuk
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Penebit Alfabeta, Bandung. Tandelilin Eduardus, 2010. Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). Edisi Pertama, Penerbit kanisius, Yogyakarta. Tanuwidjaja William, 2008. Siasat Investasi Cerdik, Cetakan Pertama, Penerbit Medpress, Yogyakarta.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099
1099