Ulat Pemakan Daun Kelapa dan Cara Mengendalikannya Oleh Ramadhani Kurnia Adhi Widyaiswara Muda
Ketika kita memperhatikan pertanaman kelapa kita, tajuk tanaman kelapa menunjukkan penampilan yang tidak biasa. Tajuk tanaman tampak melidi karena daun dimakan oleh hama. Jika kita lihat lebih dekat ternyata daun dimakan oleh ulat dan daun yang tadinya hijau berubah menjadi kecoklatan dan lama-kelamaan menjadi melidi. Gejala yang disebabkan oleh Hama ini sering kali tertukar dengan ulat Artona.
Gambar 1. Pohon kelapa yang terserang hama O. arenosella Ulat pemakan daun (Black headed caterpillar) Opisina arenosella merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman kelapa. Hama ini menyebabkan kerusakan yang parah terutama di daerah pesisir dan daerah rawa. Puncak serangan hama ini berkisar antara bulan Maret Sampai Mei. Gejala kerusakan Hama ini menyerang semua umur tanaman kelapa. Serangan dimulai pada daun paling bawah (daun paling tua). Serangan hama membuat daun menjadi kering karena ulat ini memakan lapisan daun. Hasil dari gigitan ulat ini membentuk alur yang terbuat dari serasah dan sutra yang terletak di bawah daun. Alur ini digunakan ulat untuk tinggal dan makan. Serangan parah menyebabkan tanaman tampak seperti terbakar.
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2016
1
Gambar 2. Gejala kerusakan daun yang terserang ulat
Identifikasi hama Taksonomi Domain: Eukaryota Kingdom: Metazoa Phylum: Arthropoda Subphylum: Uniramia Class: Insecta Order: Lepidoptera Family: Oecophoridae Genus: Opisina Species: Opisina arenosella Nama lain hama ini yaitu Nephantis serinopa Meyrick, Ophisina arenosella, dan Opisina serinopa Meyrick Larva: ulat berwarna coklat kehijauan dengan kepala dan prothorax berwarna coklat tua. Ulat ini mempunyai garis berwarna coklat di sepanjang tubuhnya. Pupa: pupa terdapat di dalam jaring-jaring dirinya membentuk kokon berwarna kecoklatan yang terbuat dari sutra tipis.
Gambar 3. Larva (kiri) dan pupa (kanan)
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2016
2
Ngengat dewasa: ngengat berwarna putih keabu-abuan. Ngengat betina mempunyai antenna panjang dan tiga titik lemah pada sayap. Ngengat jantan mempunyai rambut berumbai pada sayap. Penyebaran Hama ini pertama kali menyebar dan teridentifikasi di India. Saat ini hama mulai menyebar terutama di Indonesia. Berikut peta penyebaran hama ini.
Gambar 4. Penyebaran Hama O. arenosella (CABI, 2015) Pengendalian Kultur teknis Hama ini termasuk hama yang berkembang secara lambat. Biasanya kita kurang memperhatikan bahwa ada serangan hama ini. Padahal apabila dicegah penyebarannya, hama ini dapat segera dikendalikan. Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan cara memotong daun yang sudah terserang hama pada awal musim kemarau. Daun yang dipotong harus segera dibakar.
Gambar 5. Pembakaran pelepah yang terserang hama (TNAU, 2016)
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2016
3
Biologis Pelepasan parasitoid (Bethylid, Braconid and Ichneumonid) pada stadia larva dan predator (Eulophid) pada stadia pupa pada periode januari, untuk melihat perkembangan hama pada musim kemarau. Diantara larva parasitoid, Bethylid, Goniozus nephantidis, Elasmus nephantidis (brown species) and Brachymeria nosatoi, paling efektif dalam mengendalikan hama. Tingkat optimal pelepasan parasitoid yaitu 1:8 antara inang-parasitoid. Parasitoid yang dilepas sekitar 3000 ekor/ha dibawah pohon kelapa ketika hama berada pada tahap instar 2 dan 3. Kandang parasitoid dapat diaplikasikan untuk melepas parasitoid di sekitar areal makannya. Parasitoid tidak seharusnya dilepas di atas tajuk tanaman karena mereka akan dimangsa oleh predator seperti laba-laba dan kumbang. Parasitoid dapat dilepaskan tiga minggu setelah aplikasi bahan kimia. Biopestisida Penggunaan biopestisida merupakan aplikasi yang ramah lingkungan. Dari hasil penelitian, ekstrak biji mimba (Azadirachta indica A. Juss.) dapat digunakan untuk mengendalikan O. arenosella. Akan tetapi ekstrak biji mimba kurang larut dalam air dan kurang stabil dalam pengendalian hama ini. Saat ini sudah dikembangkan pestisida nabati berbahan dasar Mimba (Soluneem). Merk dagang yang beredar antara lain Neemark, Nimbecidine dan Neemazal F. Aplikasi soluneem yang mengandung azadirachtin A dilakukan secara sistemik yaitu melalui akar. 3000 ppm soluneem sebanyak 10 ml diaplikasikan dalam 24 jam dengan rentang waktu 6 jam. Larutan yang diberikan dari akar akan terdistribusi ke tajuk tanaman. Kiawi Ketika serangan hama sangat parah dan pengendalian biologis tidak efektif, pengendalian dapat dilakukan secara kimiawi. Lakukan penyemprotan dibawah permukaan daun dengan dichlorvos 0.02% (Dichlorovos 100EC), malathion 50 EC 0.05% (1 ml/lt), quinalphos 0.05%, endosulfan 0.05% or phosalone 0.05%. aplikasi pestisida harus diikuti dengan pembebasan parasite larva dan pupa sejak 21 hari sebelumnya. Selain penyemprotan, aplikasi insektisdida dapat dilakukan secara sistemik melalui akar. Langkah kerjanya sebagai berikut: 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Pilih akar yang segar Potong akar dengan pisau tajam dan masukkan akar pada larutan insektisida yang mengandung Monocrotophos 36 WSC 10 ml +air 10 ml dalam polythene kantong ukuran 7 x 10 cm. Ikat kantong dengan erat pada akar 24 jam kemudian, cek apakah ada penyerapan Jika tidak ada penyerapan, pilih akar yang lain Metode ini harus dilakukan secara rutin dan disarankan untuk kasus daerah epidemic dan penyembuhan tanaman yang selamat.
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2016
4
Aplikasi insektisida selain melui akar juga dapat dilakukan melalui batang dengan penyuntikan. Pohon dibor secara miring dengan ketinggian 1 m dari permukaan tanah. Kemudian masukkan 10 ml of Monocrotophos 36WSC menggunakan suntikan. Tutup lubang menggunakan tanah liat yang dicampur dengan tembaga oxy klorida.
Referensi CABI,
2015. Opisina arenosella (black-headed http://www.cabi.org/isc/datasheet/36191
caterpillar).
CABI
datasheet.
Shivashankar, T., R. S. Annadurai, M. Srinivas, G. Preethi, T. B. Sharada, R. Paramashivappa, A. Srinivasa Rao, K. S. Prabhu, C. S. Ramadoss, G. K. Veeresh and P. V. Subba Rao. 2000. Control of coconut black-headed caterpillar (Opisina arenosella Walker) by systemic application of ‘Soluneem’ – A new water-soluble neem insecticide formulation. http://www.iisc.ernet.in/currsci/jan252000/articles7.htm TNAU, 2016. Pest and Disease Management. Tamil Nadu Agricultural University. http://agritech.tnau.ac.in/expert_system/coconut/coconut/coconut_pest%20an d_diseases.html#
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2016
5