Ujian Tengah Semester “Media Pembelajaran Kimia”
Oleh
Nama
: Novita Sari
Nim
: 06101381320009
Prodi
: Pendidikan Kimia 2013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014
UTS Media Pembelajaran Kimia 1.
Coba anda jelaskan dengan memberikan beberapa contoh tentang : a. Media b. Media pembelajaran c. Multimedia interaktif d. Fungsi media pembelajaran e. Sejarah perkembangan media f. Manfaat media pembelajaran g. Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran h. Prosedur pengembangan media pembelajaran i. Evaluasi media pembelajaran
2.
Coba anda jelaskan jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan : a. Indera yang digunakan b. Jenis pesan yang disampaikan c. Asal media d. Kesiapan dalam penggunaan e. Sasaran pencapaian
3.
Coba anda jelaskan juga karateristik dari setiap jenis media (pada nomor 2)
4.
Coba anda akses dari internet (di download) satu contoh tulisan tentang produk media untuk setiap jenis media pembelajaran (lima contoh tulisan tentang produk media)
Jawaban: 1. a. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti "perantara" atau "pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a source)dengan penerima pesan (a receiver). Jadi, dalam pengertian yang lain, media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Berdasarkan jenis-jenisnya media secara umum dapat dibagi menjadi: Media Visual: media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba. Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai jenis media ini sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat banyak dan mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh: media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya. Media Audio: media audio adalah media yang bisa didengar saja, menggunakan indra telinga sebagai salurannya. Contohnya: suara, musik dan lagu, alat musik, siaran radio dan kaset suara atau CD dan sebagainya. Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan, film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD. Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan menyatukan semua jenis format media, disebut Multimedia karena berbagai format ada dalam internet. b. Media pembelajaran adalah suatu perantara yang digunakan oleh pendidik/guru untuk menyalurkan pesan atau informasi kepada siswanya sehingga siswa tersebut dapat terangsang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Dapat dikatakan pula media pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk menerima pembelajaran yang disampaikan pendidik/guru. c. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses-proses selanjutnya. Pengguna akan mendapatkan informasi atau umpan balik sesuai dengan aksi atau navigasi yang dipilih, informasi tersebut menggunakan berbagai bentuk format data seperti teks, gambar, audio, video, simulasi dan lain-lain.Contoh multimedia interaktif adalah: Aplikasi game dan CD interaktif. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, apabila pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini disebut multimedia interaktif. Karakteristik terpenting dari multimedia interaktif adalah
siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Multimedia interaktif menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari: a) teks; b) grafik; c) audio; dan d) interaktivitas (Green & Brown, 2002: 2-6). Model permainan merupakan salah satu bentuk model yang didesain untuk membangkitkan kegembiraan pada siswa sehingga dapat meningkatkan kemungkinan tersimpannya lebih lama konsep, pengetahuan ataupun keterampilan yang diharapkan dapat mereka peroleh dari permainan tersebut. Tujuan dari model permainan adalah untuk menyediakan suasana (lingkungan) yang memberikan fasilitas belajar yang menambah kemampuan siswa. Model permainan tidak perlu menirukan realita namun dapat memiliki karakter yang menyediakan tantangan yang menyenangkan bagi siswa. Keseluruhan model permainan ini memiliki komponen dasar sebagai pembangkit motivasi dengan memunculkan cara berkompetisi untuk mencapai sesuatu. Interaksi berbentuk permainan akan bersifat instruksional apabila pengetahuan dan keterampilan yang terdapat di dalamnya bersifat akademik dan mengandung unsur pelatihan. Sebuah bentuk permainan disebut intruksional apabila didalamnya terdapat tujuan pembelajaran yang harus dicapai (Munir, 2010). Sama halnya dengan model lain, permainan harus mengandung tingkat kesulitan tertentu dan memberikan umpan balik terhadap tanggapan yang dikemukakan oleh siswa. Dalam model pemainan, umpan balik diberikan dalam bentuk skor atau nilai standar yang dicapai setelah melakukan serangkaian permainan. Dalam program berbentuk pemainan harus ada aturan yang dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan orang yang keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang dalam permainan ditentukan berdasarkan skor yang dicapai kemudian dibandingkan dengan prestasi belajar standar yang harus dicapai. Harus diingat pula bahwa bentuk permainan yang disajikan tetap mengacu pada proses belajar-mengajar dan dengan PBK model ini diharapkan terjadi aktifitas belajar sambil bermain. Dengan demikian siswa tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar. d. Fungsi media pembelajaran 1. Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar Secara teknis, media pembelajaran sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumberbelajar” ini tersirat makna keaktifan, yaitu sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain lain. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamannya di samping adanya fungsi-fungsi lain yang akan kita bahas di dalam makalah ini. Sehingga untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber
belajar. Misalnya ketika guru menyuruh siswanya untuk membaca buku pelajaran. Hal ini, buku menggantikan guru sebagai sumber belajar siswa. Dengan membaca buku, siswa memperoleh ilmu serta informasi yang tertulis di sana. Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Belajar” (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakekatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang dan memudahkan proses belajar mengajar. Kemudahan tersebut tentunya akan membuat proses transfer ilmu semakin cepat dan tepat. Misalnya ketika guru kelas 1 SD mengajarkan penjumlahan dalam matematika. Bagi siswa yang baru memulai mengenal penjumlahan tentu akan sulit untuk mengoperasikannya melalui angka-angka. Mengingat kemampuan berpikir abstrak anak saat itu belum berkembang, alangkah baiknya jika guru menggunakan benda seperti pulpen, lidi, kelereng. Dengan demikian, siswa bisa melihat dan memahami secara visual proses pengoperasian bilangan tersebut. 2. Fungsi Semantik Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar di pahami oleh anak didik. Bahasa meliputi lambang (simbol) dari isi yakni pikiran atau perasaan yang keduannya telah menjadi totalitas pesan yang tidak dapat di pisahkan. Unsur-unsur dasar dari bahasa itu adalah ”kata”. Jadi, gambar harimau di pakai sebagai simbol keberanian. Kata akan bermakna bila telah di rujukan kepada sejumlah objek tertentu. Manusialah yang memberi makna kepada kata pada konteks pendidikan dan pembelajaran. Gurulah yang menjadi makna pada setiap kata yang di sampaikannya. Bila simbol-sombil kata variabel tersebut hanya merujuk pada
benda, maka masalah komunikasi akan menjadi masalah yang sederhana. Sehingga guru tidak terlalu sulit untuk menjelaskan. 3. Fungsi Manipulatif Fungsi manipulatif ini di dasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yaitu kemampuan merekam, menyimpan, melestarikan, merekontruksi, dan mentransportasi suatu peristiwa atau objek. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan inderawi. Kemampuan media pembelajaran yang mengatasi ruang dan waktu, yaitu: a. Kemampuan media dalam menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit di hadirkan dalam bentuk aslinya. Contoh: Ketika guru ingin mengambarkan keadaan bencana alam seperti gunung meletus, tidak mungkin guru menghadirkan keadaan tersebut ke dalam ruang kelas atau bahkan mengajak siswanya pergi ke gunung dan melihat secara langsung peristiwa tersebut. Namun, lewat media foto dan video yang ditampilkan, siswa sudah bisa melihat secara nyata keadaan bencana alam tersebut. b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat. Contoh: Ketika dalam pelajaran IPA mengenai proses pertumbuhan tanaman, tentu untuk menunjukkan hal tersebut pasti membutuhkan waktu yang lama. Dengan bantuan media seperti buku maupun video, guru dapat lebih cepat dalam menunjukkan proses pertumbuhannya. c. Kemampuan media dalam menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi. Contoh: Ketika dalam pelajaran sejarah, guru tidak cukup hanya menceritakan peristiwa di masa lampau. Untuk menghadirkan kembali peristiwa dalam sejarah, guru
dapat menunjukkan foto-foto ataupun memutar film dokumenter. Sehingga siswa seakan-akan diajak bertamasya ke masa lampau. Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu: a. Membantu siswa memahami objek yang sulit di amati karena terlalu kecil, seperti molekul, atom, dan sel. Contoh: Penggunaan mikroskop atau Lup bisa membantu siswa mengamati dengan jelas benda yang ukuran kecil atau bahkan sangat kecil. b. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat. Contoh Seperti proses metemorfosis pada kupu-kupu, proses perubahan ulat untuk berubah menjadi kupu-kupu tentu membutuhkan waktu yang lama. Dengan video tentang metamorphosis atau menunjukkan gambar proses metamorphosis, tentu siswa tidak perlu menunggu berhari-hari untuk melihat peristiwa tersebut. c. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara. Contoh: Seperti cara membaca al quran sesuai dengan kaidah tajwid. Siswa bisa membaca sambil mendengarkan bacaan al quran dari kaset. Hal ini tentunya harus dilakukan sampai dapat membaca al quran dengan baik dan benar. d.Membantu siswa memahami objek yang terlalu kompleks, Contoh: Guru menggunakan peta untuk memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan, misalnya seperti: pemukiman, sawah, ladang, pegunungan, sungai, batas wilayah, dll.
4. Fungsi Psikologis a. Fungsi Atensi Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya sel penghambat ini, para siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuat rangsangan yang lainnya dengan demikian, media belajar yang tepat guna adalah media belajar yang menarik dan memfokuskan siswa. Dalam psikologi komunikasi, fenomena ini terjadi ketika kita memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya disebut perhatian selektif (selectiv attention). Contoh saat pembelajaran IPA tentu terasa sangat membosankan jika hanya sekedar menyampaikannya secara teori. b. Fungsi afektif Fungsi afektif yaitu menggugah perasaan, emosi, dan tingkatan penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, dan sikap penghargaan, nilai-nilai, atau perangkat emosi dan kecenderungan kecenderuangan batin. Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan dan penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan dan penerimaan tersebut berupa kemauan, dengan adannya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju pada pembelajaran yang di ikutinnya. Hal lain dari penerimaan itu adalah munculnya tanggapan yaitu partisipasi siswa dalam keseluruhan proses pemebelajaran siswa secara suka rela. Hal ini merupakan relaksasi siswa terhadap rangsangan yang di terimannya. Apabila siswa tersebut di lakukan dengan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan jiwannya melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang di perolehnnya. Pada tingkat tertentu nilai nilai atau norma-norma itu akan di terimannya dan di yakininnya. Kemudian terjadilah pengorganisasian nilainilai, norma-norma, kepercayaan, ide, dan sikap yang menjadi sistem batin yang konsisten yang di sebut dengan karakteristik.
c. Fungsi kognitif Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk yang mewakili objek-objek yang di hadapi, baik objek berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu di dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Belajar melalui kegiatan seperti darmawisata, siswa mampu menceritakan pengalamannya selama melakukan kegiatan itu kepada temannya. Tempattempat yang ia kunjungi selama berdarmawisata tidak di bawa pulang, dirinya sendiri juga tidak hadir di tempat darma wisata itu saat ia bercerita pada temannya tersebut. Tetapi semua pengalaman tercatat di dalam benaknya. Dalam bentuk gagasan-gagasan dan tanggapan-tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang di sampaikan kepada temannya yang mendengarkan ceritannya. Dengan demikian pengalaman selama berkunjung ke tempat darma wisata di wakilkan dalam betuk gagasan atau tanggapan yang kedua dalam bentuk mental. Jelaslah kirannya, media pembelajaran itu telah andil dalam mengembangkan kognitif siswa. Semakin banyak ia di hadapkan dengan objek-objek akan semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas pikiran kognitifnya. d. Fungsi imajinatif Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinatif siswa. Imajinatif dalam kamus lengkap psikologi adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinatif ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana di masa mendatang, atau dapat pula mengambil bentuk fantasi (khayal). Misalnya guru memberikan gambar tentang peristiwa tanah longsor. Tentu secara otomatis anak akan berpikir dan berimajinasi kenapa peristiwa tersebut bisa terjadi. e. Fungsi motivasi Motivasi merupakan seni yang mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian motivasi merupakan usaha dari pihak luar adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan, menggerakkan siswannya untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara
membangkitkan minat belajarnnya dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainnya hasrat dan tujuan dapat menjadi motivasi yang di timbukan guru kedalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa, bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam memahami dan menerima isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna. 5. Fungsi Sosio Kultural Fungsi media pembelajaran dilihat dari sosio kultural, yaitu mengatasi hambatan sosio kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah yang cukup banyak (paling tidak dalam satu kelas berjumlah 40 orang). Masing masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda apalagi dihubungkan dengan adaptasi, keyakinan, lingkungan, pengalaman, dan lain lain. Sedangkan dari pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan dilakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan menghadapi kesulitan terlebih guru harus mengatasinya sendiri. Apalagi bila latar belakang dirinnya (guru) baik adat, budaya, lingkungan, dan pengalaman yang berbeda dari para siswannya. Hal ini dapat di atasi dengan media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
sama,
e. Sejarah perkembangan media Pada zaman Romawi kuno sekitar 60 SM muncul media untuk pernyataan umum yang dikenal dengan nama Acta Senatus atauActa Diurna Populi Romawi. Acta Diurna ini terbit setiap hari yang isinya memuat pengumuman dari Kaisar Roma dan berita – berita kegiatan kekaisaran lainya yang ditempel atau di pasang di pusat kota yang disebut Forum Romanum. Dikenal juga orang yang menjual jasa untuk mencatat isi beritanya disebut dengan Actuari. Semakin lama jumlah Actuari semakin banyak sehingga berita dibacakan setiap pagi selama dua jam oleh pegawai istana. Perkembangan selanjutnya ditulis dan ditempel di Forum Romanum. Acta Diurna diterbitkan
oleh Julius Caesar pada tahun 59 SM dan bertahan 4 abad sampai runtuhnya kekaisaran Roma pada tahun 476 M. Dizaman kekaisaran Augustus cara penyampaian berita banyak diperbaiki, yaitu dengan cara beranting. Para pakar menyebut masa sebelum Acta Diurna sebagai Masa Prajunalis dan masa setelahActa Diurna sebagai Masa Jurnalis. SURAT KABAR TERCETAK PERTAMA Ts’ai Lun pegawai istana Kaisar Ho Ti membuat kertas pertama dari kulit murbei, sebelum itu orang menulis diatas papyrus dan kulit kambing atau lembu. Teknik pembuatan kertas baru dikenal orang Eropa sekitar abad ke-12 dan sejak itu kertas mulai digunakan secara luas. Surat kabar tertulis pertama di Venesia dan Roma sekitar abad pertengahan yang mereka sebut dengan Gazetta yang berisi seputar pengumuman pemerintah Venesia dan berita – berita lain. Johan Gutenberg (1450) menemukan mesin cetak pertama di Jerman dan mulai dikenallah istilah press (pers).Meskipun mesin cetak sudah ditemukan abad 14 namun surat kabar tercetak pertama baru abad 17 dengan nama Relation yang diterbitkan oleh Johan Carolus. Kemudian menyusul di Belanda (1618) dengan nama Courante van Uyt Italien Duytshlandt ec yang diterbitkan oleh Casper Van Hilten, Tydinghen Uytverscheyde Quartihenoleh Broer Jauszoon. Di Inggris (1622) terbit Currant of General Newes oleh Nicholas Bourne dan Thomas Acher. Prancis (1631) terbit Gazette de France oleh Theopraste Renaudof dan milik pemerintah ( Raja Louis XIII dan Kardinal Richeliu). Theopraste juga dikenal dengan gagasanya, yaitu mendirikan biro iklan yang disebut Bereau d’addresses. Pada umumnya surat kabar tersebut terbit mingguan. Surat kabar harian pertama terbit di Leipzig (1660) dengan nama Leipziger Zeitung. Lalu menyusul Daily Courant di Inggris tahun 1720, Journal de Paris di Prancis tahun 1777, Daily Advertaiser di AS (Philadelpia) tahun 1784, Algemeen Handelsblad di Belanda tahun 1830,Sourabaya Courant di Hindia Belanda tahun 1837 yang merupakan surat kabar pertama di Indonesia. Media cetak (surat kabar) merupakan media massa yang muncul pertama dank arena proses cetak yang dilakukan dengan cara menekan kertas diatas susunan
huruf (image) dengan menggunakan silinder atau penekan dater lainnya, sehingga disebut pers (press). RADIO Guglielmo Marconi (Italia) pada tahun 1874 menemukan radio. Dia berhasil membuat peralatan yang diperlukan untuk mengirim tanda-tanda tanpa kabel . Tahun 1899 ia sanggup mengirim berita melalui gelombang elektromagnetic menyeberangi selat Inggris. Dan tahun 1901 Marconi berhasil mengirim berita radio dari Inggris ke Newfoundland melintasi Atlantik. Dia juga memicu berkembangnya penyiaran radio tahun 1920-an. Radio digunakan untuk keperluan hiburan, promosi dan juga sebagai media penyampaian berita. Peristiwa myang terjadi pada hari ini langsung dapat diketahui hari itu juga. Lalu muncul istilah jurnalisme radio(radio journalism atau broadcasting journalism). FILM Film ditemukan sejalan dengan ditemukanya pita seluloid. Berita film popular pada tahun 1930-1960 yang dikenal dengan nama movie news atau newsreel. Seiring perkembanganya film justru mengarah ke seni pertunjukan. Film tumbuh mengikuti para pembuatnya, sejak awal ditemukanya gambar bergerak oleh Thomas Alva Edison (1847-1931). Joseph M.Boggs dalam bukunya The Art of Watching Film mencoba menjelaskan bahwa latar belakang film condong berkembang sebagai media pertunjukan adalah semata-mata untuk membuat orang merasa terhibur. TELEVISI John L.Baird menemukan televise tahun 1926 dan didemonstrasikan lewat radio BBC (British Broadcasting Corporation) London Inggris. Upaya John L.Braid ini tentunya didahului dengan penemuan-penemuan selenium – sel sensitive (1893), nipkow scaning disc (1884), sinar katode (1909), dan iconoscope (1923). November 1936 , melalui stasiun BBC Television di Alexandria Palace dilakukan penyiaran high-definition pertama dengan 240 saluran dengan menggunakan Baird System dan 405 saluran dengan Marconi-
EMI System. Tahun 1949 di AS sudah bisa mengadakan jaringan siaran dengan jangkauan 2000 mil dan meliputi 14 kota yang diantaranya New York, Washington, Boston, Chicago, dan St. Louis. Media televisi dan radio disebut sebagai jurnalisme elektronik (electronics journalism) ,termasuk didalamnya media internet. PERKEMBANGAN BARU – MEDIA BARU Komunikasi menyangkut proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol dan perlambang yang dapat dipahami bersama oleh pemberi dan penerima pesan. Untuk saluran penyampaian pesan , diperlukan media dalam bentuk komunikasi massa yang disebut media massa. Media masa mengalami perkembangan mulai dari surat kabar, radio, film,televisi, dan terakhir internet. Internet member ruang yang sangat luas kepada pribadi dan komunitas social untuk berkomunikasi dan bertukar informasi melalui blog atau jejaring social seperti facebook, twitter, dan lain-lain. Dewasa ini muncul lagi TV penyiaran bergerak (TV mobile) yang menggunakan teknologi unicast and broadcast MBMS (Multimedia Broadcast Multicast Service). Teknologi ini memiliki jaringan dua arah, artinya orang dapat memesan jenis siaran yang ingin dinikmati. Dengan menggunakan jaringan pita lebar / broadband, TV digital ini juga disalurkan melalui jaringan protocol internet, sama menyaksikan TV biasa, tetapi di komputer. f. Manfaat Media Pembelajaran dalam Pendidikan di Sekolah 1. Penyampaian Materi Pembelajaran Dapat Diseragamkan Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada. 2. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak
membosankan. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah. 3. Efisiensi Dalam Waktu dan Tenaga Dengan media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran. 4. Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu g. Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran Berikut ini beberapa prinsip yang harus diperhatikan saat guru memilih media untuk pembelajaran yang akan dilaksanakannya: Efektivitas Media Pembelajaran Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya dalam membantu siswa memahami materi pembelajaran yang akan disajikan. Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain. Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari
dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran. Contoh media dalam pembelajaran pada materi ini yang tersedia di sekolah misalnya media pembelajaran berupa gambar dalam bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model peredaran matahari, bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam apa siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan sejauh serta sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah model peredaran matahari, bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya menginginkan siswa mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa. Tetapi jika guru ingin siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka model peredaran matahari, bumi dan bulan tentau lebih baik untuk digunakan. Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sebuah media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang digunakan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa. Taraf Berpikir Siswa Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir siswa. Benda-benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media pembelajaran bila dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian pula media pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau tampilan akan lebih sulit dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana. Contoh media pembelajaran di SD untuk struktur organ-organ dalam tubuh manusia haruslah tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA. Media pembelajaran yang sering digunakan untuk materi ini misalnya torso (model 3 dimensi) atau gambar. Walaupun sama-sama menggunakan gambar atau torso, tetapi tingkat kerumitan (kompleksitas) gambar dan torso harus dibedakan. Media pembelajaran di SD tentunya tidak boleh serinci media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA. Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan. Interaktivitas Media Pembelajaran Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam pembelajaran di kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan siswa dapat berinteraksi dengan media pembelajaran? Makin interaktif media, makin
bagus media pembelajaran itu karena lebih mendorong siswa untukterlibat aktif dalam belajar.. Misalnya, saat mengajar materi tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran di SD yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara melakukan operasi hitung bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi hitung bilangan bulat. Bila siswa diberikan tontonan video, tentunya interaksi yang terjadi antara siswa dengan media pembelajaran hanya satu arah saja: dari media ke siswa. Sedangkan bila menggunakan media pembelajaran berbentuk multimedia interaktif yang dioperasikan pada sebuah komputer, maka interaksi siswa dengan media tentu lebih tinggi. Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif. Ketersediaan Media Pembelajaran Guru boleh saja berangan-angan menggunakan media pembelajaran yang sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi pelajaran, dan interaktivitasnya tinggi. Tetapi jika media yang sedemikian tidak tersedia, tentu juga sia-sia. Media yang dipilih saat merancang pembelajaran secara logis sudah tersedia di sekolah, atau paling tidak bila tidak dimiliki masih dapat diperoleh dengan mudah, misalnya dengan meminjam atau membuat sendiri. Jumlah media yang akan digunakan juga harus diperhitungkan dengan jumlah siswa di kelas. Bila media pembelajaran digunakan bukan secara klasikal, tetapi secara berkelompok atau individual, maka jumlah media pembelajaran yang tersedia harus mencukupi. Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran Penting sekali bagi guru untuk memperhatikan prinsip pemilihan media yang satu ini: minat siswa.Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh pada minat siswa. Ada media-media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa jauh lebih baik bila dibanding menggunakan media pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh media pembelajaran di SD yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata sifat, kata benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10 x 8 cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi siswa apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat tentu kurang menarik bila dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi memiliki variasi berupa ditambahkannya gambar-gambar kartun yang familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu tersebut dengan warna-warna yang semarak.
Kartu mana yang lebih menarik buat siswa? Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis komputer, tentu tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan menggunakannya. Media pembelajaran yang dipilih harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya kendala kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja diatasi apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar menggunakan media pembelajaran tersebut. Alokasi Waktu Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan materi pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting. Akan tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan berbagai cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru. Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas. Media pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar mengajar di kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media pembelajaran itu dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila dapat digunakan dalam berbagai situasi. Kadangkala, saat proses pembelajaran berlangsung terjadi perubahan situasi yang berakibat tidak dapat digunakannya suatu media pembelajaran. Contoh media pembelajaran yang menggunakan sumber energi
untuk pengoperasiannya kadangkala justru dapat menghambat kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung bila aliran listrik mati. Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang kurang aman misalnya penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam (mudah melukai) atau panas, atau bahan-bahan kimia bersifat korosif. Kualitas Teknis Media Pembelajaran Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik. Perawatan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media. Kualitas teknis media pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia media pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik, misal dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan sebagainya. h. Prosedur pengembangan media pembelajaran 1)
Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya. Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam). contoh melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa: Siswa MI diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan rajin menggosok
gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan. namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih. Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. 2) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu: a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan. b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur. Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut: Kata Kerja Operasional Mengidentifikasikan Menyebutkan Menunjukkan Memilih Menjelaskan Menguraikan Merumuskan Menyimpulkan Mendemostrasikan Membuat Menghitung Menunjukkan
Kata Kerja tidak Operasional Mengerti Memahami Menghargai Menyukai Mempercayai Dan lain-lain
Kata Kerja Operasional Menemukan Membedakan, dll
Kata Kerja tidak Operasional
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut: A= B= C=
D=
Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.
Contoh Rumusan Tujuan Pembelajaran: Setelah mengikuti praktek sholat, siswa MI dapat mempraktekkannya (C) (A) (sholat) dengan benar (D)
kelas
6
(B)
Siswa kelas VI SD dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di (A) (B) Indonesia dengan benar (D)
3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana
sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak. Contoh Rumusan Butir-butir Materi dari Rumusan Tujuan Pembelajaran di atas: 1. Praktek Sholat 2. Nama Pulau-pulau besar yang ada di Indonesia 4)
Mengembangkan alat pengukur keberhasilan Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku. Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya. Sebagai salah satu contoh tentang alat pengukur keberhasilan dari media yang dikembangkan oleh guru adalah sebagai berikut: Rumusan Tujuan Siswa dapat menyebutkan minimal 5 pulau besar yang ada di Indonesia dengan benar Siswa kelas VI MI dapat mempraktekkan tata cara sholat dengan benar
Rumusan Materi Alat Pengukur (Tes) Nama-nama pulau Sebutkan minimal 5 Besar yang ada di nama-nama pulau Indonesia besar yang ada di Indonesia Tata Cara Sholat - Sebutkan bacaan ketika Ruku, I’tidal dan Sujud Tunjukkan gerakan ruku dan I’tidal
Dari contoh di atas, jelaslah bahwa penyusunan alat ukur keberhasilannya harus berdasar dari rumusan tujuan dan materi pembelajaran yang akan diajarkan melalui media pembelajaran tersebut.
5)
Menulis naskah media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media. Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam. Dalam teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan. Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap diproduksi. Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan. Petunjuk praktis untuk menulis naskah narasi: a) Tulisan singkat, padat dan sederhana b) Tulisan seperti menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama dan mudah diingat c) Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap d) Pikirkan frase yang dapat melengkapi visual dan tuntun siswa kepada halhal yang penting e) Hindari istilah teknis, kecuali jika istilah itu diberi batasan atau digambarkan f) Tulisan dalam kalimat aktif g) Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata. diperkirakan dalam setiap kalimat memakan waktu satu tayangan visual kurang dari 10 detik h) setelah menulis narasi, baca narasi itu dengan suara keras i) Edit dan revisi naskah narasi itu sebagaimana perlunya
6)
Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi
Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik. Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media. Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes. Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut
benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif. i. Evaluasi media pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengetahui apakah media yang digunakan dalam proses belajar-mengajar tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran diantaranya adalah : a)
Evaluasi satu lawan Satu Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target dipertimbangkan. b)
Evaluasi kelompok kecil Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang. c)
Evaluasi Lapangan Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti
kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran. Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesanpesan yang disampaikan melalui media tersebut. Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesanpesan yang disampaikan melalui media tersebut. 2. a. Jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan indera yang digunakan a.Media audio. Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata. Alat-alat yang termasuk kategori media audio adalah CD (Compact Disc), MP3 (MPEG Audio Layer 3), WAV (Waveform audio format), Radio, Kaset Pita, alat perekam pita megnetik, piringan bersuara, dan Laboratorium bahasa. b.Media visual Media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba. Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai jenis media ini sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat banyak dan mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh: media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya. c.Media audio visual Media audio-visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara (Sanaky, 2010:105). Teknologi audio-visual merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi mengunakan mesin-
mesin mekanis dan elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual (Cecep dan Bambang , 201:34). Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya. Alat – alat yang termasuk kategori media audio- visual adalah Televisi, VCD, sound slide, dan film b. Jenis-jenis medie berdasarkan jenis pesan yang disampaikan a. Media cetak. Media pembelajaran berbasis teks cetak (print out) adalah berbagai media penyampai pesan pembelajaran di mana padanya terkandung teks (bacaan) dan ilustrasi-ilustrasi pendukungnya. Berbagai bentuk media pembelajaran jenis ini contohnya: buku teks pembelajaran, majalah, buku kerja, LKS, guntingan koran; majalah, leaflet, brosur, dan sebagainya. b. Media non cetak. Jenis bahan ajar noncetak di antaranya adalah OHT, audio, slide, video dan komputer. Kelebihan bahan ajar noncetak secara umum adalah: a) dapat menggambarkan gerakan, keterkaitan, dan memberikan dampak terhadap topik yang dibahas, b) dapat dikombinasikan antara gambar dengan gerakan, serta c) fleksibel dan mudah diadaptasi. Kekurangan bahan ajar noncetak secara umum adalah: a) pada umumnya membutuhkan alat khusus untuk menggunakannya, b) tidak kompatibel antarjenis yang ada, serta c) aliran informasi yang disampaikan sangat fixed. c. Media grafis. Media grafis adalah media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pendidikan. Unsur-unsur yang terdapat dalam media grafis ini adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang). Bila Anda akan menggunakan media grafis ini Anda harus memahami dan mengerti arti simbol-simbolnya, sehingga media ini akan lebih efektif untuk menyajikan isi tema kepada anak. Karakteristik media ini yaitu sederhana, dapat menarik perhatian, murah dan mudah disimpan dan dibawa.
Macam-macam media grafis antara lain: 1) Diagram Diagram adalah suatu gambaran-gambaran sederhana untuk memperlihatkan hubungan timbal balik berupa garis-garis diagram yang sangat sederhana yakni hanya bagian-bagian terpenting saja yang diperlihatkan. 2) Grafik Grafik adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi statistik yang saling berhubungan. 3) Poster Poster merupakan kombinasi visualisasi yang kuat dengan warna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang sedang melintas. 4) Kartun Kartun digambarkan dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat. 5) Komik Komik merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu berita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan di rancang untuk memberikan hiburan pada pembaca. 6) Gambar Media grafis paling umum digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, karena merupakan bahasa yang umum dan mudah dimengerti oleh peserta didik. 7) Bagan Bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar keteranganketerangan, daftar-daftar dan sebagainya. Karakteristik media dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman atau kesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar. Untuk tujuan praktis,karakteristik beberapa jenis media lazim digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Media non grafis adalah media yang tidak menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar, namun media non grafis ini disajikan melalui suara. c. Jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan asal media 1) Dibuat guru, artinya media pembelajaran ini dibuat langsung oleh pendidik peserta didik. Misalnya guru membuat sebuah animasi mngenai fenomena tsunami sendiri. 2) Diproduksi pabrik, artinya media pembelajaran ini di produksi secara masal untuk semua orang. Misalnya media alat peraga yaitu alat peraga tengkorak manusia yang digunakan dalam pembelaajaran biologi. 3) Sudah tersedia dilingkungan kita, artinya media ini tinggal kita gunakan saja sebagai media pengalaman langsung. Misalnya kita mengadakan karya wisata ke tempat persawahan media untuk bersawah suda ada tinggal kita mempraktikkan cara-cara bercocok tanam yang benar. 4) Media asli, merupakan spesimen yang masih hidup (akuarium, kebun binatang, kebun laboratorium, dll) Spesimen yang sudah mati (herbarium, hewan yang sudah diawetkan), spesimen dari bend tidak hidup (batu – batuan, mineral dll), benda mati yang bukan makhluk hidup (mobil, kereta api dll) 5) Media model (tiruan dari benda – benda) yaitu bentuk tiruan dari benda – benda mati yang karena sesuatu hal tidak dapat ditunjukkan aslinya (misalnya benda itu terlalu besar maka dibuat monsternya, demikian sebaliknya). d. Jenis-jenis media berdasarkan kesiapan dalam penggunaan. 1) Media jadi, yaitu media yang sudah ada di pasaran tinggal kita gunakan, biasanya berupa gambar, kaset, video, film. 2) Media rancangan, yaitu media yang khusus dirancang jika kita mau menggunakannya saja. Misalnya d kimia yaitu model-model atom & molekul. Jika kita beli bahan-bahan untuk membuatnya kita rancang model itu sehingga menyerupai model-model molekul yang ada. Di mana pada waktu beli di pasaran masih harus dirancang.
e. Jenis-jenis media berdasarkan sasaran pencapaian. 1) Media jangkauan terbatas (tape), artinya pada alat perekam pita magnetik atau kaset tape recorder adalah
media yang menyajikan pesannya melalui proses perekaman kaset audio. Tidak seperti radio yang menggunakan gelombangelektromagnetik sebagai alat pemancarannya. 2) Media jangkauan yang luas (radio, pers), artinya pada radio adalah media
audio uang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombangelektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menerima pesan atauinformasi tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah atau para siswamendengarkannya di kelas-kelas.
3. Karateristik dari setiap jenis media (pada nomor 2) Untuk mengklasifikasikan dan karakteristik
media pembelajaran itu
tergantung dari beberapa segi atau pandangan menurut indera yang menggunakan, jenis pesan, sasaran, tenaga pembangkit media, asal - usul media, bentuk dan lain – lain. Yang terpenting dalam penggunaan media dapat membentuk mempermudah pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. 1. Berdasarkan indera yang akan menggunakan, maka media dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: a. Media audio yang dapat hanya didengar oleh telinga b. Media visual yang dapat dilihat oleh mata c. Media audiovisual yaitu media yang dapat didengar dan dilihat. 2. Berdasarkan jenis pesan yang akan disampaikan dapat dibedakan menjadi 4 (empat): a. Media cetak b. Media non cetak c. Media grafis d. Media non grafis)
3. Berdasarkan asal – usul dari media itu sendiri 1) Dibuat guru, artinya media pembelajaran ini dibuat langsung oleh pendidik peserta didik. Misalnya guru membuat sebuah animasi mngenai fenomena tsunami sendiri. 2) Diproduksi pabrik, artinya media pembelajaran ini di produksi secara masal untuk semua orang. Misalnya media alat peraga yaitu alat peraga tengkorak manusia yang digunakan dalam pembelaajaran biologi. 3) Sudah tersedia dilingkungan kita, artinya media ini tinggal kita gunakan saja sebagai media pengalaman langsung. Misalnya kita mengadakan karya wisata ke tempat persawahan media untuk bersawah suda ada tinggal kita mempraktikkan cara-cara bercocok tanam yang benar. 4) Media asli, merupakan spesimen yang masih hidup (akuarium, kebun binatang, kebun laboratorium, dll) Spesimen yang sudah mati (herbarium, hewan yang sudah diawetkan), spesimen dari bend tidak hidup (batu – batuan, mineral dll), benda mati yang bukan makhluk hidup (mobil, kereta api dll) 5) Media model (tiruan dari benda – benda) yaitu bentuk tiruan dari benda – benda mati yang karena sesuatu hal tidak dapat ditunjukkan aslinya (misalnya benda itu terlalu besar maka dibuat monsternya, demikian sebaliknya). 4.Berdasarkan jangkauan dan sasaran media, yaitu: a. Media yang jangkauannya terbatas (tape, ved dll) b. Media yang jangkauannya luas (radio, TV, Pers, dll). 5. Kesiapan dalam penggunaannya Media Jadi dan Media Rancangan Ditinjau dari kesiapan pengadaannya media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Masing-masing jenis media ini mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya.Sebaliknya mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga
maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian validisasi prototipnya. Kekurangan dari media jadi ialah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat. 6. Berdasarkan sasaran pencapaiannya Berdasarkan sasarannaya,yaitu : a.Media jangkauan terbatas (tape). b.Media jangkauan yang luas (radio, pers).
4. Lima contoh tulisan tentang produk media : 1) Grafik Dalam bidang pendidikan, penggunaan grafik sebagai media pengajaran telah lama digunakan untuk menyalurkan maklumat (Jamalludin & Zaidatun). Penekananterhadap penggunaan bahan grafik dalam kaedah pengajaran tradisional bertujuan untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran (Yusup). Penggunaan grafik dalam PBK dapat menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan kerana segala bentuk mesej yang diterima oleh manusia melalui penglihatan mempunyai daya ketahanan serta daya ingatan yang lebih tinggi (Jamalludin, Baharuddin & Zaidatun) sekiranya direka bentuk dengan tepat (Alesandrini). Selain itu, penggunaan grafik sama ada grafik statik atau grafik animasi dalam PBK untuk menjadikan konsep dan idea lebih mudah difahami dan diingat (ChanLin & Chan). Kajian secara intensif penggunaan grafik dalam pembelajaran berlaku antara tahun 1960-an dan 1980-an. Kelebihan maklumat berbentuk imej atau grafik, grafik dan teks berbanding hanya maklumat perkataan apabila dikod dalam memori mengikut Paivio ialah: a. Maklumat grafik lebih mudah untuk diingat kembali daripada maklumat perkataan. b. Kewujudan kedua-dua kod (iaitu grafik dan perkataan) meningkatkan kemungkinan mengingat kembali kerana jika salah satu kod hilang dari memori tetapi satu kod lagi masih ada. c. Ingatan meningkat apabila grafik dipersembahkan dan digabungkan dengan teks. d. Maklumat dapat disimpan lebih lama dalam bentuk imej atau grafik daripada maklumat berbentuk perkataan. Penggunaan grafik banyak membantu pemahaman bagi pengajaran berbentuk abstrak yang sukar difahami oleh pelajar (Taylor), konsep yang tidak dapat diterangkan dengan teks (Rozinah), tajuk yang sukar (Gropper) dan memudahkan proses ingat kembali (Alessi & Trollip). Malah Sponder & Hilgenfeld lebih optimis penggunaan grafik dengan berpendapat grafik boleh digunakan untuk menjelaskan hampir sebarang fakta, konsep atau prosedur. Penggunaan grafik membolehkan maklumat disampaikan dengan pantas serta disimpan dalam ingatan untuk tempoh yang lama (Jamalludin & Zaidatun). Kajian turut mendapati grafik lebih baik berbanding teks untuk mengingat konsep konkrit (Rieber).Walaupun penggunaan grafik pada umumnya didapati mampu mempengaruhi pembelajaran, namun penggunaan grafik dalam
pengajaran perlu mengambil kira kesesuaian peranan grafik dan objektif yang ingin dicapai. Grafik patut digunakan untuk tujuan pengajaran dan bukan hiasan (Norhashim, Mazenah & Rose Alinda). Grafik akan membantu pembelajaran sekiranya grafik tersebut berkait dan kongruen dengan bahan teks tetapi grafik akan mengganggu pembelajaran dan menjemukan sekiranya tidak berkait dengan teks, terlalu kompleks dan berlebihan, semata-mata perhiasan atau untuk menghasilkan kesan yang menarik (Willowes; Hazen). (http://www.kedah.edu.my/sahc/esei_karya/Microsof-Word-Grafik-DalamPembelajaran.pdf)
2) Gambar Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya membaca dan memebrikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Tujuan penggunaan gambar dalam pembelajaran adalah : (1) menerjemahkan symbol verbal, (2) mengkonkritkan dan memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan. (3) memberikan ilustrasi suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana kelas. Dalam pembelajaran di sekolah dasar media gambar sangat baik di gunakan dan di terapkan dalam proses belajar mengajar sebagai media pembelajaran karena media gambar ini cenderung sangat menarik hati siswa sehingga akan muncul motivasi untuk lebih ingin menegtahui tentang gamabar yang dijelaskan dan gurupun dapat menyampaikan materi dengan optimal melalui media gamabar tersebut. Walaupun media gambar merupakan media yang tepat dan baik digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar namun pasti ada saja kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh media gambar tersebut sebagai sebuah karakteristik dari media gamabar itu sendiri. Dari sumber yang ada, ada beberapa kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh media gambar yaitu : 1. Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata. 2. Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anakanak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan
menit yang lalu kadang-kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini. 3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar. 4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman. 5. Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan yang khusus. (http://pendas2013.blogspot.com/2013/01/penggunaan-media-gambar-dalamproses.html)
3) Radio Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/ bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, salah satunya dalah radio. Radio adalah media auditif yang hanya bisa dinikmati dengan alat pendengaran. Radio menjadi media penyampai gagasan, ide dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal audio. Radio adalah sistem komunikasi yang menggunakan udara atau ruang antariksa sebagai bahan antara (medium) yang bentuk umum sistemya adalah sebuah pemancar yang memancarkan dayanya melalui antena kearah tujuan dalam bentuk gelombang elektromagnetis. Penggunaan radio sebagai media pendidikan cukup efektif karena radio memiliki jangkauan yang luas. Penduduk yang buta huruf dapat mendengarkan dan mengerti secara efektif informasi-informasi dengan bahasa lisan, yaitu melalui radio. Adapun jenis-jenis media radio anatara lain: Berdasarkan frekuensi radio diklasifikasikan menjadi: 1. Frekuensi Modulasi (FM) bergerak pada frekuensi 87 MHz sampai 108 MHz. 2. Amplitudo Modulasi (AM) atau Medium Wave (MW) berada pada jalur 540 sampai 1600 KHz. 3. Short Wave (SW) mempunyai ruang frekuensi yang sangat lebar yaitu dari 1600 KHz sampai 30.000 KHz. Berdasarkan penyelenggara radio diklasifikasikan menjadi: 1. Radio milik Negara
2. Radio publik 3. Radio swasta/komersial 4. Radio komunitas (kampus/LSM) 5. Radio asing Berdasarkan program media radio diklasifikasikan menjadi: 1. Radio Hiburan/Musik 2. Radio Informasi/News 3. Radio Campuran 4. Radio Propaganda 5. Radio Religius Radio menjadi media pendidikan yang berguna bagi semua bentuk pendidikan, karena memperkaya pengalaman pendidikan dan ide-ide yang kreatif. Dengan demikian, alat ini memiliki potensi dan kekuatan yang berpengaruh dalam pendidikan. Masalah penggunaannya tergantung bagaimana filsafat pendidikan yang dianut, dan kesadaran atas potensi yang dimaksud tadi. Nilai Radio bagi Pendidikan diantaranya : 1. Memberikan berita yang ter up-to-date. 2. Menarik Minat. 3. Beritanya Autentik 4. Berdasar pada kenyataan 5. Mempunyai tinjauan yang luas. 6. Memberikan gambaran yang jelas. 7. Mendorong kreatifitas. 8. Integrasi dan diskriminasi maksudnya radio berpengaruh terhadap pembentukan pribadi seseorang, 9. Menimbulkan sosial adjustment dan ini penting bagi pembentukan seorang warga Negara yang baik, 10. Mendidik siswa untuk dapat mendeskriminasikan persoalan-persoalan dalam masyarakat. 11. Radio mendorong manusia berfikir rasional dan komparatif. (http://luhsudiani.blogspot.com/2013/01/media-pembelajaran-radio.html)
4) Televisi Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom (“hitam putih”) maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. Menurut Oemar Hamalik (1985:134) mengemukakan bahwa televisi
sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Televisi pendidikan adalah sebuah stasiun televisi di Indonesia yang khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan sebagai media pendidikan pembelajaran masyarakat. Media televisi tidak hanya mengajarkan tingkah laku dan juga tindakan sebagai stimulus membangkikan tingkah laku untuk dipelajari dari sumbersumber lain. Ini menunjukkan bahwa media televisi memiliki kekuatan yang ampuh (powerfull) bagi permirsanya, termasuk untuk keperluan pendidikan. Televisi pendidikan Indonesia ini di selenggarakan dengan dorongan semangnat untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk membantu mewujudkan hak semua warga negara Indonesia untuk memperoleh pengajaran. Televisi pendidikan Indonesia ini di selenggarakan dengan dorongan semangat dengan tujuan untuk: 1. Membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, 2. Membantu mewujudkan hak semua warga negara Indonesia untuk memperoleh pengajaran, 3. Mempunyai misi untuk mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. (http://nurul-pai.blogspot.com/2013/01/televisi-pendidikan.html)
5) Internet Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Media pembelajaran yang saat ini sedang panas diperbincangkan adalah internet. Internet memiliki potensi besar untuk dijadikan media pembelajaran mengingat kelebihannya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sumber
informasi bisa diakses kapan saja dan dari mana saja. Menurut Kamarga, Internet adalah jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakup seluruh dunia (Suyanto : 2005)Internet pertama kali muncul di Amerika pada tahun 1970 yakni dengan diawali munculnya TCP/IP (Transmissiaon Control Protocol / Internet protocol oleh sebuah penelitian di Stanford University Of Utah. Sebelum munculnya TCP/IP, Amerika telah menggunakan jaringan komputer yang pertama untuk menghubungkan empat situs, yaitu Stanford Reseach University Institude, University of California at Los Angeles, University of California at Santa Barbara dan University of Utah. Jaringan komputer ini disebut dengan ARPAnet. Jadi, dari sejarah kemunculannya dapat dilihat bahwa internet pertama kali digunakan untuk akses informasi pendidikan. Kelebihan internet sebagai media pembelajaran, yaitu: Internet memberikan sambungan (konektivitas) dan jangkauan yang sangat luas sehingga akses data dan informasi tidak dibatasi waktu, tempat, dan negara. Akses infromasi di internet tidak dibatasi oleh waktu karena dunia maya yang dihadirkan secara global tidak perneh tidur. Dengan kata lain, kita dapat melakukan pencarian informasi melalui internet kapan saja selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Akses informasi melalui internet lebih cepat bila dibandingkan dengan mencari informasi pada halaman-halaman buku-buku di perpustakaan. Kita tinggal mengklik icon tertentu, maka apa yang kita inginkan akan muncul di layar monitor komputer kita. Internet juga menyediakan kegiatan pembelajaran interaktif seperti fasilitas elearning yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan intelektual kita, seperti sekolah menulis online, dsb. Tentu saja dengan menjadi anggota pada kegiatan tersebut dan mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga tersebut. Kita dapat berdiskusi dengan teman-teman sebaya atau setingkat mengenai berbagai hal jika kita memasuki mailing list atau melakukan chatting. Dibandingkan dengan membeli buku atau majalah asli, penelusuran informasi melalui internet jauh lebih murah. Apalagi pada saat ini banyak situs yang menyediakan jasa informasi secara cuma-cuma. Kita btinggal mengunduh atau mencetak informasi yang kita butuhkan. (http://smp.labschool.upi.edu/2011/10/media-pembelajaran-berbasis-internet-elearning/)