UJI TOKSISITAS SUB-LETHAL ORGANOFOSFAT PADA IKAN MAS (cyprinus carpio)
TOXICITY TEST SUB- Lethal organophosphates COMMON CARP ( Cyprinus carpio ) Oleh Muhammad Rizki1, Tia Rostiana S.M2, Bastian Damanik3 Email :
[email protected] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, 45363, Indonesia Abstrak Uji toksiistas Sub-Lethal merupakan bagian dari uji kuantitatif yang dilakukan dengan pendedahan larutan bahan kimia atau polutan dalam jangka waktu relative lebih lama dibandingkan Uji toksisitas Akut (bebrapa hari, minggu). Parameter yang diamati dari Uji toksisitas Sub-Lethal pada ikan umumnya gejla fisiologis seperti aktivitas gerak (gerak aktif /pasif , gerak operculum / mulut ikan dalam aktivitas respirasi) dan gejala klinis (produksi lender pada sisik, serta keadaan insang pada ikan akibat dari larutan bahan toksik). Penelitian ini dilakukan di laboratorium MSP FPIK Unpad JAtinangor. Tujuan dari pengamatan ini adalah mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan peripan, pemaparan dan pengamatan uji toksisitas sub lethal. Objek yang diamati pada pengamatan ini adalah pengaruh pemberian pestisida jenis organofosfat, karbamat, dan pyretil sintetik terhadap kelangsungan hidup ikan mas. Kata kunci : Pemaparan, Sub-Lethal, Pestisida Abstract Sub - Lethal toksiistas test is part of a quantitative test performed by exposure solution of chemicals or pollutants in a relatively longer period of time than acute toxicity test ( bebrapa days , weeks) . The parameters observed from toxicity test sub - lethal to the fish generally gejla physiological activity of motion ( motion active / passive , motion operculum / mouth of the fish in the activity of respiration ) and clinical symptoms ( production lenders on the scales , as well as the state of the gills in fish as a result of the solution of the material toxic ) . This research was conducted in the laboratory MSP FPIK Jatinangor . The purpose of this observation is a student understands and is able to carry out peripan , exposure and sub- lethal toxicity test observations . Objects that are observed in this observation is the effect of pesticides organophosphates, carbamates and synthetic pyretil on the survival of goldfish . Keywords : Presentation , Sub - Lethal , Pesticides 1
PENDAHULUAN Sampai saat ini, pestisida
dengan
merupakan
sangat
management” atau “integrated pest
diperlukan. Di bidang pertanian dan
control” dilakukan, yaitu pestisida
perikanan,
hendaknya
sarana
yang
penggunaan
pestisida
penggunaan
Walaupun
pestisida.
konsep
“pest
digunakan
sesedikit
telah dirasakan manfaatnya untuk
mungkin dan apabila diperlukan saja,
meningkatkan produksi. Terutama
namun
digunakan untuk melindungi hasil
proteksi
tanaman
produksi dari kerugian yang di
dilakukan
dengan
timbulkan
mempertimbangkan bahwa hama dan
oleh
pengganggu kelompok
berbagai
yang hama
jasad
terdiri dan
dari
penyakit
pada
umumnya
tanaman
usaha
seringkali semata-mata
harus
dapat
penyakit
diberantas dengan mudah dan cepat ,
maupun gulma. Namun demikian
sekalipun keadaan ini hanya dicapai
penggunaan
juga
untuk sementara. Oleh karena itu
memberikan dampak negatif baik
pemberantasan hama dan penyakit
terhadap manusia, biota maupun
tanaman hampir senantiasa diartikan
lingkungan.
penggunaan
pestisida
Salah
satu
ini
dampak
pestisida,
sehingga
negatif dari limbah pestisida adalah
bermacam-macam pestisida banyak
tercemarnya
perairan.
digunakan yang juga menimbulkan
Menurut Sastrawijaya (2000) dalam
berbagai dampak negatif (Mulyani,
Kesuma et al. (2008), pencemaran
1973). Sifat penting yang dimiliki
lingkungan
pestisida adalah daya racun atau
lingkungan
adalah
lingkungan
perubahan
yang
menguntungkan,
tidak
toksisitas.
Meski
bahan
kimia
terjadinya
tersebut hanya dimaksudkan untuk
perubahan dalam suatu tatanan baru
mematikan suatu jenis hama tertentu
yang lebih buruk, sebagian karena
tetapi pada hakekatnya bersifat racun
tindakan manusia secara langsung
untuk semua mahluk hidup. Hampir
atau tidak langsung.
semua jenis pestisida tidak bersifat
Usaha
meningkatkan
selektif dan mempunyai spektrum
produksi pertanian, baik kuantitatif
yang luas sebagai racun sehingga
maupun kualitatif, telah didukung
merupakan sumber pencemaran yang
2
potensial
khususnya
sumberdaya
dan
bagi
lingkungan
bertambahnya konsentrasi dan waktu pemaparan
hingga
tercapainya
perairan. Penggunaan pestisida untuk
kondisi steady state. Selain itu,
memberantas
hama
ternyata
pengaruh lanjut dari bioakumulasi
menimbulkan
berbagai
masalah
pestisida secara signifikan dapat
lingkungan, antara lain terjadinya
menurunkan laju pertumbuhan dan
pencemaran
berdampak
lingkungan
perairan.
Permasalahan tersebut berkaitan erat
terhadap
kondisi
hematologis ikan (Taufik, 2005).
dengan sifat pestisida yang beracun
Limbah yang dihasilkan dari
dan dapat mempengaruhi seluruh
aktivitas
kelompok taksonomi biota, termasuk
berbahaya
biota bukan sasaran (non target).
masuk ke badan perairan, apabila
Selain itu pada umumnya pestisida
dalam jumlah banyak dapat berifat
memiliki daya tahan yang relative
toksik bagi biota-biota yang hidup di
lama
di
perairan tersebut seperti ikan-ikan.
dapat
Pestisida sering digunakan sebagai
ekosistim
dalam
pilihan utama untuk memberantas
(Yudha,
1999).
organisme
untuk
lingkungan,
sehingga
mempengaruhi jangka
didegradasi
panjang
pertanian
yang
paling
yaitu
pestisida
yang
pengganggu
tanaman
Pestisida yang digunakan pada lahan
sebab mempunyai daya bunuh yang
pertanian
tinggi, penggunaannya mudah dan
sawah,
sebagian
atau
bahkan seluruhnya akan jatuh dan
hasilnya
masuk
Djojosumarto
ke
dalam
air
sehingga
mencemari perairan.
cepat
diketahui.
(2008)
menyatakan
bahwa pekerjaan yang paling sering
Ikan serta biota air lain yang
menimbulkan
kontaminasi
hidup di lingkungan perairan yang
saat
tercemar pestisida dapat menyerap
menyemprotkan
bahan aktif pestisida dan akan
Penggunaan
tersimpan dalam tubuh. Dari hasil
membasmi
penelitian
bahwa
langsung ataupun tidak langung akan
bioakumulasi pestisida (endosulfan)
meggangu kualitas air, sehingga
semakin
kelangsungan
menunjukkan
meningkat
dengan
mengaplikasikan
adalah terutama
pestisida. pestisida
hama
baik
hidup
untuk secara
dan
3
pertumbuhan
ikan
juga
akan
terganggu.
riwayat genetic dan umur kultur diketahui dengan baik serta yang
Organofosfat. insektisida ini
paling penting benih ikan mas peka
merupakan ester asam fosfat atau
terhadap racun, maka benih ikan mas
asam
cocok dijadikan sebagai hewan uji.
tiofosfat.
umumnya
Pestisida
merupakan
ini racun
Berdasarkan uraian di atas
pembasmi serangga yang paling
telah
toksik secara akut terhadap binatang
toksisitas
sub
bertulang belakang seperti
terhadap
benih
ikan,
dilakuakan
pengmatan lethal
pestisida
ikan
mas.
burung, cicak dan mamalia. Pestisida
Pengamatan
ini mempunyai efek, memblokade
memahami
penyaluran impuls syaraf dengan
melaksanakan persiapan, pemaparan,
cara
dan pengamatan Uji Toksisitas Akut
mengikat
enzim
ini
uji
bertujuan dan
mampu
asetilkolinesterase. Keracunan kronis
dan
pestisida
toksisitas pestisida terhadap biota uji.
golongan
organofosfat
mampu
untuk
mengetahui
tingkat
berpotensi karsinogenik. Ikan mas (Cyprinus carpio)
METODE PENELITIAN
merupakan ikan air tawar yang
Pengamatan ini dilaksanakan
memiliki nilai konsumsi yang tinggi,
pada tanggal 11 November 2015 –
sehingga budidaya ikan mas sangat
18 November 2015 di Lab. MSP
berkembang oleh karena itu tidak
Fakultas
Perikanan
dan
menutup
Kelautan
Univeritas
Padjadjaran.
kemungkinan
ikan
ini
Ilmu
terpengaruh oleh pestisida terutama
Hewan uji yang digunakan dalam
ukuran benih ikan mas tergolong ke
penelitian ini adalah benih ikan mas
dalam benih yang peka terhadap
(Cyprinus carpio). Jumlah ikan yang
perubahan lingkungan.
digunakan
Mengingat
pada
masing-masing
criteria hewan uji untuk uji toksisitas
aquarium adalah 5 ekor. Bahan uji
yaitu benih ikan mas teredia luas,
yang
baik di budidaya di laboraturium,
dengan 1 kontrol dan 3 jenis
hatchery
dapat
perlakuan yaitu organofosfat dengan
dipelihara secara baik, memiliki
konsentrasi 0.317 ppm, 0.38 ppm,
maupun
alam,
digunakan
yaitu
pestisida
4
0.158 ppm, 0.079 ppm, 2,759 ppm,
pengamatan ini untuk mengetahui
515 ppm, karbamat, dan pyretroid
Uji Toksisitas sub lethal 7 hari (1
sintetik dengan konsentrasi 0.20
minggu), uji toksisitas Sub-Lethal
ppm, 0.15 ppm, 0.05 ppm, dengan 4
yaitu diambil 80% dari LC50 (0.379
kali ulangan. Ada yang digunakan
mg/L). Jumlah konsentrasi bahan uji
dalam pengamatan ini berupa 80 unit
sebanyak 3 buah ditambah 1 kontrol.
aquarium (satu angkatan) berukuran
Data
40-50 cm3.
diguanakan untuk menghitung nilai
Pengamatan dilakuakan
1
ini
hanya
tahap
karena
mortalitas
pada
uji
ini
80% dari LC50 (0.379 mg/L) .
Rumus pengenceran : V1 X N1 = V2 X N2
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji pengamatan pada kelompok kami dengan perlakuan organofosfat maka data mortalitas sebagai berikut ; Tabel 1. Data Pengamatan Mortalitas Hewan Uji per Kelompok Waktu Dedah 1 Jam 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari Ratarata
Gejala Fisiologi Gerak Operculum Aktivitas Gerak I II III I II III 101 99 105 ++ ++ ++ 41 58 66 + + + 71.0 78.5 85.5
Gejala Klinis (lendir) + +++ -
Mortalitas Survival Rate (%) 0 100% 1 80% 4 0 -
Keterangan : (+) : Kurang Aktif/Sedikit Lendir (++) : Aktif/Cukup Lendir (+++) : Sangat Aktif/Banyak Lendir
5
Pada tabel di atas dapat dilihat
bahwa
dengan
gejala klinis mulai banyak lendir
perlakuan
(+++), pada hari ke-1 pun mengalami
organofosfat konsentrasi 0.079 mg/l,
kematian (mortalitas) sebanyak 1
DO 1.7 ppm, pH 7.91 ppm, dan suhu
ekor dengan sisa yang hidup mulai
240C, dapat dilihat gerak operculum,
lemah dan satu ikan mulai hyperaktif
aktivitas
dengan kondisi renang mulai terbalik
gerak,
gejala
klinis,
mortalitas, dan survival rate. Dari
dan
kelima ikan yang diuji, dilakukan
sehingga
pengamatan tiga ikan saja dengan
rate menjadi 80% dari 100%. Pada
mengamati
hari ke-2 ikan mengalami kematian
aktivitas
gerak gerak,
operculum,
mendekati
aerasi,
mengakibatkan
survival
klinis,
(mortalitas) secara bersamaan yaitu
mortalitas, dan survival rate. Pada
sisa ikan yang hidup (empat ekor)
pengamatan pertama yaitu dalam
sehingga survival ratenya mejadi nol
waktu
ikan
(0). Kematian pada ikan tersebut bisa
dimasukkan ke akurium dan di amati
diakibatkan konsetrasi organofosfat
gerak operculum selama satu menit
pada
pada ketiga ikan di dapatkan 101 kali
Namun,
pada ikan ke-1, 99 kali pada ikan ke-
kematian ikan diberi pakan 1x1
2, dan 105 kali pada ikan ke-3,
dengan dosis yang sudah ditentukan
dengan aktivitas gerak masih normal
sesuai dengan bobot ikan. Dalam
(+/ kurang aktif). Gejala klinis pada
pengamatan
ketiga ikan tersebut masih sedikit
konsentrasi
(++), dengan tingkat kematian nol
sebanyak empat kali dan hasil yang
(0), sehingga survival ratenya 100%.
didapatkan rata-rata aktivitas gerak
Pada pengamatan kedua yaitu satu
menjadi sangat aktif, gejala klinis
hari setelah ikan dimasukkan ke
(lendir)
akuarium dengan perlakuan yang
survival rate 0%, dengan rata-rata
sama didapatkan gerak operculum
suhu tiap pengulangan 240C, dan pH
pada ikan ke-1 41, ikan ke-2 58, dan
7 ppm. Sedangkan pada konsentrasi
ikan ke-3 66, aktivitas gerak mulai
0.317 ppm gejala klinisnya cukup,
melemah/kurang aktif (+) dengan
aktifitas gerak normal (aktif), dengan
satu
jam
gejala
selalu
setelah
perairan
tersebut
sebelum
kali
mengalami
ini
dilakukan
sangat
tinggi.
banyak,
setiap ulangan
dengan
6
survavel rate pada ulangan ke-3 33% dan
ulangan
Pada
dalam akuarium yaitu sebesar 1.3
konsetrasi 0.38 dan 0.158 survavel
ppm 80% dari LC50 yaitu 0.379.
rate pada ulangan ke-3 dan ke-4
Setelah
yaitu 0%, dengan aktivitas gerak
pengenceran
aktif dan kurang aktif, dan gejala
penimbangan pakan untuk diberikan
klinisnya sedikit dan sedang.
1x1 yaitu 3% dari bobot ikan.
Pada
ke-4
100%.
Jadi pemberian laritan ke
perlakuan
pyretroid
sintetik rata-rata tiap konsentrasi mengalami kematian (survival rate 0%) kecuali pada perlakuan kontrol.
di
dapatkan maka
6.14 x 5 x
hasil
dilakukan
= 0.921 gr/hari
Maka setiap pemberian pakan selama sehari yaitu sebesar 0.921 gr/hari selama 7 hari.
Dengan gejala klinis cukup dan aktivitas gerak aktif. Tetapi pada
Kesimpulan
konsentrasi 0.05 ulangan ke-1 dan ulangan ke-4 terdapat survival rate 20% dan 60%. Pada perlakuan karbamat mortalitasnya tidak terlalu banyak.
melakukan
pengamatan ikan yang telah diberi pestisida organofosfat
dengan 0.079
konsentrasi ppm
ikan
mengalami mortalitas lebih cepat
Pada pengamatan kali ini dilakukan perhitungan
Setelah
terlebih
dahulu
pengenceran
untuk
konsentrasi organifosfat yang akan di pakai,
dibandingkan
dengan
ikan
yang
diberi konsentrasi di bawah 0.079 ppm. Selain itu dilihat dari aktivitas gerak ikan yang diberi konsentrasi 0.079 ppm mengalami lebih aktif
V1 x N1
= V2 x N2
dari
biasanya,
dengan
gerak
operculum semakin lambat setelah 1 V1 x 430.000 = 7000 x 0.079 V1
=
hari ikan dimasukkan pada air yang diberi perlakuan. Bahkan pada hari ke-2
V1
= 0.0013 ml/l x 1000 = 1.286 atau 1.3
ikan
sudah
mengalami
kematian. Dilihat dari jenis pestisida yang lain yang lebih berbaha yaitu
7
jenis organofosfat dan pyretrod yang lebih cepat membunuh.
Daftar pustaka Kesuma, 2008. Bioindikator Efektifitas Pengeolaan Air Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloeck dengan Penentuan Lethal Concentration ( LC50 96 jam ) pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus L). Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. 17–18 November 2008. Seminar Nasional Sains dan Teknologi II 2008.
Taufik, I. 2005. Pengaruh lanjut bioakumulasi insektisida endosulfan terhadap pertumbuhan dan kondisi hematologis ikan mas (Cyprinus carpio). Tesis. Sekolah Pascasarjana, Program Studi Ilmu Perairan, IPB. 83 hal. Yudha, I.G. 1999. Toksisitas akut dan pengaruh subletal endosulfan terhadap pertumbuhan dan kondisi hematologis ikan lele dumbo (Clarian gariepinus). Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 60 hal.
Mulyani. 1973. Peraturan pestisida. Laporan Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta. 6 hal.
8
LAMPIRAN Prosedur kerja Ikan diaklimisasi selama 3 hari
Cuci akurium dan isi air sebanyak 15 L
Siapkan peralatan aerasi
Buat bahan uji (organofosfat, karbamat, pyretroid sintetik)
Masukkan 5 ekor ikan ke dalam akuarium
Ambil 3 secara acak dan timbang
Masukkan bahan uji ke akurium dengan masing-masing konsentrasi
Amati keadaan ikan dan catat hasil
9
Tabel 3. PYRETROID SINTETIK Kelompok
Ulangan
konsentrasi
1 2
1
0,20 ppm B
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2
3
4
Gejala Fisiologis GO Rata-Rata AG RataRata 84 ++ 60 +
Gejala Klinis
SR (%)
T
+ +
0 0
26 25 25 26 24,5 ; 26 26 27 28 25.5 27 26 26 25 27 25.26 26 25 26 26 26
0,10 ppm 0,05 ppm Kontrol
60 89 96
++ ++ ++
++ + ++
0 60 100
0,20 ppm 0,15 ppm 0,10 ppm 0,05 ppm Kontrol 0,2 ppm 0,15 ppm 0,10 ppm 0,05 ppm Kontrol 0,2 ppm 0.15 0,10 ppm 0,05 ppm Kontrol
75 278 61 95 144 78 51 67 43 127 79 158 83 90 103
++ + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + ++ + ++
++ ++ + + ++ ++ ++ ++ ++ + ++ +++ ++ ++ ++
0 0 0 60 0 0 0 0 0 80 0 0 0 20 100
10
pH
DO
2.5 7, 83 7.82 7.99
2.5 -
7.8 7.77 2.5 7.71 7.86 7.69 7.5 7.88
2.5 0 2.5
7.92 7.96 2.5
Tabel 4. KARBAMAT Kelompok Ulangan konsentrasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
2
3
4
A B C D Kontrol A B C D Kontrol A B C D Kontrol A B C D Kontrol
Gejala Fisiologis GO Rata-Rata AG RataRata 115 ++ 254.3 69.57 153 104 132 130 75 104 131,125 124 230 82 79.9 114 69 111 97 104 137
+++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + + +++ ++ ++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ +++
Gejala Klinis
SR (%)
+++
40%
+++ + ++ ++ +++ ++ +++ ++ + +++ ++ +++ ++ + ++ ++ + + ++
0% 40% 40% 100% 0% 0% 0% 0% 60% 0% 0% 60% 0% 60% 0% 60% 60% 40% 100%
T
pH
DO
27 ; 9,49 ; 4,2 ; 26 4,62 25 6.5 2.7 18:27 7,86 5.2 27;26 8.17 4,3; 20 7.59 6.3 25 9.2 16:48 26 8.2 6.8 26 12.36 4.4 19 7.69 7.1 25 0:28 1:40 25 9.2 2.7 26 10.5 4.4 19;21 7,81 7,3; 25 7.4 8.16 19; 24 8,01 7,3; 27 6.9 4.4 18;28 7.68 7.8 27 9.4 4.8 18;24 7.71 7.5 25;21 9.6 4.47
11
Tabel 5. ORGANOFOSFAT Kelautan Kelompok Ulangan konsentrasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
2
3
4
0.317 0.283 5.51 D Kontrol A B 0.158 2.756 Kontrol 0.11 8.3 5.5 0.238 Kontrol 0.317 8.3 5.5 2.756 Kontrol
Gejala Fisiologis GO RataAG RataRata Rata 62 ++ 126.3 ++ 103 ++ 104.3 ++ 132.3 ++ 125.25 ++ 127.1 +++ 116.875 + 129.4 ++ 122 +++ 139 +++ 71 ++ 107.6 ++ 131.485 ++ 114.6 + 102.3 + 127.3 ++ 137.93 ++ 127.5 ++ 69 ++
Gejala Klinis
SR (%)
T
pH
DO
++ ++ ++ ++ +++ ++ +++ ++ ++ + + ++ ++ ++ + + +++ ++ ++ ++
0 0 0 20 0 0 20 100 80 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 60
27 26 25 27 25 , 26 26 27 25 25;26 27 27 26 25/25 26 24,5;21 26 25.5 27 25 26
8.62 7.74 7 8.65 7.6 7.75 7.83 8.66 7.84 7.72 7 8.64 7 7.75 7.8 8.65 7.97 7.77 7.93 8.95
2 1.4 1.5 2 1.3 1.6 1.7 1.7 1.2 1.4 1.7 18 1.3 1.4 1.3 1.5 1.2 1.4 1.4 2.1
12
Table 6. Gerak Operculum Kelompok
Waktu
Gejala Fisiologi
Dedah
Gerak Operculum I
II
III
1 Jam
101
99
105
1 Hari
41
58
66
2 Hari
-
-
-
3 Hari
-
-
-
4 Hari
-
-
-
5 Hari
-
-
-
6 Hari
-
-
-
7 Hari
-
-
-
Rata-rata
71.0
78.5
85.5
Gerak Operculum Kelompok 120 Gerak Operculum
100 80 60
105 101 99 GERAK OPERCULUM I
66 58 41
GERAK OPERCULUM II
40 20
GERAK OPERCULUM III
0
1 Hari2 Hari3 Hari4 Hari5 Hari6 Hari7 Hari Waktu Dedah
Gambar 6. Grafik Gerak Operculum Kelompok
13
Table 7. Survival Rate Waktu
Survival
Dedah
Rate (%)
1 Jam
100%
1 Hari
80%
2 Hari
0
3 Hari
-
4 Hari
-
5 Hari
-
6 Hari
-
7 Hari
-
Rata-rata
Survival Rate (%) 120%
100% 80%
80% 60% 40% 20%
Survival Rate (%) 0
0% 1 Jam 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari
Survival Rate
100%
Waktu Dedah
Gambar 7. Grafik Survival Rate
14
Tabel 8. Gerak operculum dengan Pemaparan Organofosfat Kelompok Ulangan
16 17 18 19 20
konsentrasi
4
0.317 0.238 0.158 0.079 Kontrol
Gejala Fisiologis GO Rata-Rata 92 89 108 78.33 122
Gerak Operculum
Gerak Operculum Dengan Pemaparan Organofosfat 150 100
92
89
122
108 78,33
50 GERAK OPERCULUM
0
Konsentrasi
Gambar 8. Grafik Gerak Operculum Dengan Pemaparan Organofosfat
15
Tabel 9. Survival; Rate pemaparan Organofosfat Kelompok Ulangan 16 17 18 19 20
konsentrasi
SR (%)
0.317 0.238 0.158 0.079 Kontrol
100% 0% 0% 0% 20%
4
Survival Rate
Survival Rate Pemaparan Organofosfat 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
100%
20%
0.317
0%
0%
0%
0.238
0.158
0.079
Survival Rate
Kontrol
Konnsentrasi
Gambar 9. Grafik Survival Rate Pemaparan Organofosfat
Gambar 1. Bahan Uji
Gambar 2. Pengukur DO
16
Gambar 3. Pengambilan Larutan
Gambar 4. Proses Pemasukan Larutan
Gambar 5. Penimbangan Pakan Larutan
17