Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Dosen Penanggung Jawab Dr. Hesti Wahyuningsih, S. Pi, M.Si Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ir.Nurmatias, M,Si Oleh Tiur Natalia Manalu 120302028 II/B
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat diselesaikan penulisan laporan yang berjudul “Pengambilan Hipofisa Ikan Mas (Cyprinus carpio)”. Laporan salah satu syarat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Program Studi Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Indra Lesmana, S.Pi, M.Si, Hesti Wahyuningsih, S.Pi, M.Si dan Riri Ezranetti, S.Pi, M.Si
selaku
dosen pembimbing mata kuliah Fisiologi Hewan Air. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman, orang tua dan asisten laboratorium. Demikian yang dapat penulis sampaikan, Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Tujuan Praktikum .....................................................................
1 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) ...................................................... 2.2 Kelenjar Hipofisa...................................................................... BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat.................................................................... 3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 3.3 Prosedur Praktikum .................................................................. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ......................................................................................... 4.2 Pembahasan .............................................................................. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 5.2 Saran ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA
3 5 9 9 9 10 11 14 14
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 – 1000 meter, suhu optimum 25-30 oC, pH perairan berkisar antara 7-8. Ikan mas mempunyai daya adaptasi dan laju pertumbuhan yang tinggi dengan pemberian pakan buatan yang sesuai. Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah salah satu ikan perairan tawar yang hidup di danau, sungai yang perairannya tidak dalam, tidak begitu deras dan berair hangat. Ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk dalam jenis ikan pemakan hewan dan tumbuhan (omnivora). Ikan mas (Cyprinus carpio) bersifat pemakan jasad dasar (bottom feeders), hal ini menyebabkan air keruh dan rusaknya pematang tanah kolam (Antoni, 2012). Dalam upaya meningkatkan produksi ikan salah satu hambatan yang sering ditemui adalah tidak mencukupinya benih yang ada. Untuk mengatasi hal ini dilakukan upaya dalam meningkatkan produksi benih ikan bawal air tawar dengan menggunakan Hormon Ovaprin sebelum dilakukan teknik induced spawning. Proses perkembangan gonad dan ovulasi pada ikan diatur oleh sistem hormon. Hormon estrogen, terutama estradiol 17β mempengaruhi sintesis vitelogenin di hati dan hormon gonadotropin berfungsi mempercepat proses kematangan akhir oosit dalam persiapan ovulasi atau pun spermiasi. Agar supaya ikan mau memijah, maka dalam prosesnya akan lebih baik jika menggunakan manipulasi hormon yaitu melalui penyuntikan beberapa macam hormon. Hormonhormon yang telah dicoba untuk merangsang pemijahan pada ikan baik betina maupun jantan (Aryanto, dkk., 2013). Reproduksi pada ikan, sebagaimana pada ikan-ikan yang lain sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan termasuk feromon diterima oleh sistem syaraf pusat dan dilanjutkan ke hipotalamus. Sel-sel neuroendokrin pada hipotalamus mensintesis dan mensekresikan gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan mengaktivkan hipofisis untuk mensintesis
dan mensekresikan gonadotropin. Gonadotropin diperlukan untuk aktivitas gametogenesis dan pembentukan hormone-hormon gonad seperti estradiol, progesterone testosteron dan 11-ketotestosteron. Pada ikan dikenal adanya tiga macam GnRH, akan tetapi pada kebanyakan ikan hanya satu GnRH yang berperan dalam sekresi gonadotropin. Gonadotropin yang disekresikan oleh hipofisis anterior memacusel-sel theca untuk memproduksi testosteron. Testosteron berdifusi ke sel-sel granulosa dan diaromatisasi menjadi estradiol-17β. Estradiol17β dibawa oleh aliran darah menuju hepar untuk memacu organ tersebut membentuk vitelogenin yaitu prekursor protein yolk (Wijayanti, dkk., 2009). Hormon atau zat perangsang yang dapat digunakan untuk merangsang ovulasi pada ikan adalah
Antitestosteron, Gonadotropin Releasing Hormon
(GnRH), Dopamin Antagonis, Gonadotropin, Steroid dan Prostaglandin. Penggunaan hormon sintetis sebagai pengganti kelenjar hipofisa untuk pemijahan sudah banyak dilakukan. Dalam hal ini penggunaan hormon sintetis mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1. Selalu tersedia dalam kemasan mantap dan terukur, 2. Tersimpan dengan baik dan aman, 3. Mencegah pembunuhan ikan sebagai donor, 4. Mengurangi proses koleksi (penggerusan dalam penggunaan hipofisa ikan), 5. Biaya, waktu dan tempat dapat lebih hemat (Ernawati, 1990). Oleh karena itu penelitian tentang pemberian rangsangan hormonal terhadap jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi sangat perlu dilakukan untuk memperoleh benih yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya (Ahlina, 2011). Pada ikan yang telah dewasa, hormon ini diproduksi lebih banyak daripada ikan yang masih muda dan jumlahnya meningkat pada saat menjelang musim pemijahan. Hormon yang telah diproduksi dicurahkan langsung ke dalam pembuluh darah. Melalui sistem sirkulasi darah inilah akhirnya gonadotropin sampai ke organ sasarannya (gonad). Di sini gonadotropin memainkan aksinya, yakni menginduksi jaringan gonad dalam memproduksi steroid-steroid kelamin seperti androgen, estrogen dan progesteron yang secara langsung berperan terhadap perkembangan gonad. Melihat kenyataan bahwa hipofisa mengandung hormon gonadotro- pin, para ahli telah tertarik untuk memanfaatkan kelenjar tersebut sebagai bahan perangsang pemijahan pada ikan. Beberapa percobaan telah dilakukan dan terbukti bahwa penyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisa dapat
merangsang pematangan gamet (sel kelamin), ovulasi dan pemijahan. Dengan berhasilnya pemanfaatan hipofisa sebagai bahan perangsang pemijahan, dewasa ini kelenjar tersebut banyak digunakan orang dalam industri pembenihan (Sutomo, 1998). Pemijahan buatan dilakukan dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa ikan terhadap ikan lain yang ingin dipijahkan. Teknik ini telah dikenal sejak Houssey pada tahun 1931, yang selanjutnya dikembangkan oleh Von Hering di Brazilia dan dikenal dengan istilah hipofisasi. Hipofisasi adalah teknik yang dipakai untuk merangsang ikan yang matang kelamin untuk memijah atau ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Namun teknik hipofisasi memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1) hilangnya ikan donor karena diambil hipofisanya, 2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi ovulasi atau pematangan gonad pada ikan sukar dilakukan, 3) tidak diketahui dengan pasti hormone mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad dan 4) penyakit dapat menular dengan mudah dari ikan donor ke ikan resipien (Ahlina, 2011).
1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum Fisiologi Hewan Air ini adalah : 1. Untuk mengetahui jenis-jenis kelenjar Hipofisa pada ikan beserta fungsinya 2. Untuk mengetahui langsung cara kerja pengambilan Hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio) pada bagian kepala di belakang operculum. 3. Untuk memahami langkah-langkah atau metode yang digunakan dalam pengawetan Hipofisa ikan. 4. Mengetahui kegunaan kelenjar hipofisis dan mampu mengaplikasikan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. 1.3 Manfaat Praktikum Sebagai syarat masuk dalam mengikuti praktikum Fisiologi Hewan Air dan sebagai bahan bacaan bagi kalangan yang membutuhkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menurut Adliah (2012), ikan mas memiliki tubuh agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Sisik ikan mas berukuran relative besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid. Selain itu, tubuh ikan mas juga dilengkapi dengan sirip, sirip punggung (dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir, yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak permukaan sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) yang terakhir bergerigi. Linnea lateralis (gurat sisi) terletak di pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan) terdiri dari 3 baris yang berbentuk gigi geraham. Adapun klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Cyprinifarmes
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Species
: Cyprinus carpio L.
Garis rusuk (Linea lateralis atau gurat sisi) ikan mas tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir, tertutup oleh sisik, sirip dan ekor yang simetris, insang tertutup tutup insang. Warna tubuhnya bermacam-macam ada yang merah, hijau, biru keperakan, hitam, kuning muda, coklat keemasan dan berbelang-belang campuran dari beberapa warna. Sirip Ikan mas (C. carpio) adalah salah satu ikan perairan tawar yang hidup di danau, sungai yang perairannya tidak dalam, tidak begitu deras dan berair hangat.
Ikan mas (C. carpio) termasuk dalam jenis ikan pemakan hewan dan tumbuhan (omnivora). Ikan mas (C. carpio) bersifat pemakan jasad dasar (bottom feeders), hal ini menyebabkan air keruh dan rusaknya pematang tanah kolam. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 – 1000 meter, suhu optimum 25-30 oC, pH perairan berkisar antara 7-8. Ikan mas mempunyai daya adaptasi dan laju pertumbuhan yang tinggi dengan pemberian pakan buatan yang sesuai (Bagus, 2012). 2.2 Kelenjar Hipofisa Hipofisa atau kelenjar pituitaria adalah suatu kelenjar endokrin penting pada semua hewan vertebrata (bertulang belakang). Karena letaknya di bawah otak, maka kelenjar ini sering disebut sebagai kelenjar bawah otak. Pada ikan, hipofisa terletak di sebelah belakang "chiasma nervi optici", yakni persilangan nervus opticus yang menuju ke mata. Bagian adenohipofisa terbagai lagi atas tiga bagian yaitu proadenohipofisa, mesoadenohipoflsa dan metaadenohipofisa. Bagian mesoadenohipofisa mampu memproduksi gonadotropin, yakni suatu hormon yang mempunyai peranan penting dalam sistem reproduksi. Hormon ini dapat merangsang perkembangan dan pematangan testis dan ovarium. Pada ikan yang telah dewasa, hormon ini diproduksi lebih banyak daripada ikan yang masih muda dan jumlahnya meningkat pada saat menjelang musim pemijahan. Hormon yang telah diproduksi dicurahkan langsung ke dalam pembuluh darah. Melalui sistem sirkulasi darah inilah akhirnya gonadotropin sampai ke organ sasarannya (gonad) (Sutomo, 1988). Kelenjar endokrin sebagai sebuah kelenjar yang tidak memiliki saluran dan berperan dalam proses sintesa dan kemudian, terhadap stimulasi yang cepat, melepaskan ke dalam aliran darah sebuah agen kimia atau hormon. Hormon – hormone yang dihasilkan kelenjar endokrin antara lain: Hipotalamus : untuk memonitoring dan mengontrol aktivitas tubuh, Pituitary : untuk pertumbuhan dan menstimulasi tiroid, Tiroid : untuk mengontrol reproduksi, Paratirod : untuk mengintrol kalsium dan fosfor, Adrenal : untuk merespon stress, Gonad : untuk mempengaruhi sel kelamin, Pineal : untuk mengontrol rangsangan cahaya, Pancreas : menghasilkan hormone insulin untuk mensintesa karbohidrat, lemak dan protein, Timus : untuk kekebalan tubuh. Ikan resipien umum yang digunakan
adalah ikan mas betina yang sudah matang gonad. Tujuan menggunakan ikan mas karena hipofisa ikan mas bersifat donor universal yang dapat didonorka ke semua spesies ikan (Ahlina, 2011). Pembenihan secara intensif biasanya dibantu dengan hormon hipofisa untuk merangsang pematangan gonad agar lebih cepat matang. Pemijahan dengan menggunakan teknik hipofisasi adalah pemijahan yang dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa ke induk yang akan dipijahkan, penggunaan ekstrak kelenjar hipofisa ini lebih diutamakan untuk induk betina sedangkan induk jantan tidak terlalu membutuhkan. Teknik hipofisasi dilakukan jika pemijahan secara alami sulit dilakukan. Tujuan penggunaan ekstrak hipofisa ini adalah mempercepat proses pemijahan, memperkecil resiko gagalnya proses pemijahan dan merancang terjadinya proses pemijahan sesuai waktu yang diinginkan yaitu pagi, siang, sore atau malam hari. Dosis 1-1,5 ml/kg ikan artinya 1-1,5 ml ekstrak kelenjar hipofisa untuk 1 kg induk atau setiap 1 kg induk resipien membutuhkan 1-1,5 kg induk donor. Kelenjar hipofisa dapat diperoleh dari hipofisa ikan mas, namun apabila menginginkan lebih mudah dapat membeli ekstrak kelenjar hipofisa yang sudah jadi sehingga kita bisa langsung menggunakan.Ekstrak hipofisa diambil dari ikan sejenis dan tanpa mempertimbangkan jantan dan betina (Pusluh, 2012). Untuk mengambil hipofisa kepala ikan donor terlebih dahulu dipotong. Metode pengambilannya ada dua cara, pertama melalui bagian atas tulang kepala (tengkorak). 1) potong tulang kepala bagian atas dengan pisau tajam sepanjang garis yang bertitik, 2) singkapkan seluruh bagian otak dan potong "notocord" (utat syaraf tulang belakang) sepanjang garis yang bertitik, 3) angkat bagian ujung notocord yang terpotong maka akan tampak hipofisa tertinggal di dasar tulang tengkorak yang berupa tulang rawan. Kedua melalui bagian bawah tulang tengkorak. 1) kepala dibelah melalui lubang mulut sampai ke bagian belakang, 2) letakkan kepada bagian atas dengan posisi terbalik, 3) gunting dan pindahkan jaringan yang lunak dan potong tulang "basioccipital" sepanjang garis bertitik, 4) gunting jaringan yang terdapat di kedua sisi tulang basioccipital. 5) angkatlah tulang tersebut. untuk menyingkapkan kelenjar hipofisa (Sutomo, 1988).
Selama pelaksanaan hipofisis, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu persyaratan ikan donor hipofisis, ketepatan dosis ekstrak hipofisis dan kematangan gonad induk resipien. Ikan donor yang digunakan haruslah ikan yang sehat dan sudah matang kelamin serta tidak habis memijah. Hal ini perlu diperhatikan agar kadar hormon gonadotropin yang ada di dalam kelenjar hipofisis mencukupi untuk mengindukasi maturnasi dan pemijahan. Berat tubuh ikan donor yang digunakan sekurang-kurangnya sama dengan berat tubuh ikan resipien. Induk yang siap dipijahkan adalah induk yang telah menyelesaikan tahap vitelogenesis. Evaluasi perkembangan sel telur pada sat seleksi intuk dapat dilakukan dengan mengambil sampel sel telur menggunakan kanula dan mengevaluasi posisi inti sel telur menggunakan larutan penjemih dan diamati di bawah mikroskop. Induk dengan sebagian sel telur telah memiliki inti dengan posisi migrasi memiliki peluah terinduksi lebih baik disbending indul dengan inti seluruh sel telur masih berasa di tengah sel (Wijayanti, 2013). Hipofisa dapat diawetkan baik dalam keadaan utuh, berbentuk tepung (powder) ataupun dalam bentuk ekstrak. Hipofisa dalam keadaan utuh dapat diawetkan dengan alkohol absolut atau aceton. Caranya adalah sebagai berikut : Setelah hipofisa dikeluarkan dari kepala ikan, kelenjar dibersihkan dengan kertas hisap. Kemudian di masukkan ke dalam botol kecil yang berisi alkohol atau aceton. Setiap 24 jam sekali larutan dibuang dan diganti dengan larutan yang baru. Hal ini diulangi sampai tiga kali agar dehidrasi (penghilangan air) dan "defattening" (penghilangan lemak) telah sempurna. Setelah itu hipofisa dipindahkah ke dalam botol gelap yang telah berisi cairan alkohol atau aceton baru dan di simpan dalam lemari es (refrigerator). Cara pengawetan hipofisa dalam bentuk ekstrak digunakan larutan gliserin. Metodenya yaitu meliputi ekstraksi kelenjar dengan air suling, kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol kecil dan di simpan dalam lemari es selama 24 jam – 48 jam (Sutomo, 1988).
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain baki sebagai tempat ikan mas pada saat pengamatan, alat bedah untuk membedah bagian tubuh ikan mas, parang tajam untuk memotong bagian kepala ikan mas, tissue untuk membersihkan lemak-lemak pada otak, tusuk gigi untuk mengorek otak ikan mas dan kain serbet untuk membersihkan peralatan yang dipakai. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan mas (Cyprinus carpio) yang akan diambil kelenjar hipofisanya, larutan alcohol untuk pengawetan basah hipofisa dan larutan aseton sebagai pengawet kelenjar hipofisis dengan metode kering. 3.3 Prosedur Praktikum 1.
Dipotong kepala ikan mas (Cyprinus carpio) di belakang operculum sampai tulang vertebrae terputus.
2.
secara horizontal dan kepala dibelah bagian atas mata sampai kelihatan otaknya dengan hati-hati.
3.
Dibersihkan lemak yang ada pada otak ikan dengan tissue dan diambil otaknya dengan tusuk gigi dengan menghadapkan ikan ke atas dan jari telunjuk dimasukkan kedalam mulut ikan untuk memudahkan kerja.
4.
Dibersihkan lagi sisa-sisa lemak dengan tissue dan diambil hipofisa dengan tusuk gigi secara perlahan dan jagan sampai pecah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambar ikan mas (Cyprinus carpio)
4.1.2 Kepala ikan mas (Cyprinus carpio)
4.1.3 Kelenjar Hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio)
4.1.4 Data morfometrik No
Morfometrik
Ukuran
1
Panjang Total (TL)
35 cm
2
Berat
850 gram
Keterangan : 1. Kelenjar hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak di dalam sella tursika yaitu pada lekukan tulang sfenoid. 2. Kelenjar hipofisa berwarna putih kemerahan dan berbentuk menyerupai segitiga berpasangan. 3. Praktikum ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) karena hipofisa ikan tersebut bersifat donor universal yang dapat digunakan oleh semua individu spesies lain.
4.2 Pembahasan Dari hasil praktikum, pengambilan hipofisa ikan mas dilakukan dengan cara membelah bagian kepalanya. Pembelahan dilakukan dengan hati-hati agar otak ikan mas tidak mengalami kerusakan akibat terkena bendatajam. Pada saat praktikum diketahui bahwa pengambilan kelenjar Hipofisis ikan mas memiliki keunggulan dan sejumlah manfaat dalam kegiatan budidaya maupun dalam menambah pengetahuan praktikan. Menurut literatur Ahlina (2011), yang menjelaskan bahwa tujuan menggunakan ikan mas adalah karena hipofisa ikan mas bersifat donor universal yang dapat didonorkan ke semua spesies ikan. kelenjar hipofisis sebagai sebuah kelenjar yang tidak memiliki saluran dan berperan dalam proses sintesa dan kemudian, terhadap stimulasi yang cepat, melepaskan ke dalam aliran darah sebuah agen kimia atau hormon. Ikan resipien umum yang digunakan adalah ikan mas betina yang sudah matang gonad. Kelenjar hipofisis yang diperoleh dari ikan donor (ikan mas) pada saat praktikum berasal dari induk ikan mas yang telah matang gonad. Panjang total ikan mas yang digunakan adalah 35 cm dan bobot tubuh 850 gram. Ciri-ciri ikan
mas matang gonad yang digunakan pada saat praktikum seperti ukuran tubuh atau panjang total yang lebih besar, seiring dengan perubahan tersebut bobot tubuh ikan mas juga mengalami peningkatan. Perut ikan mas yang digunakan juga buncit yang menandakan ciri seksual sekunder yang dimiliki ikan betina pada saat sedang matang gonad. Sesuai dengan literatur Wijaya (2013), yang menjelaskan bahwa ikan donor yang digunakan haruslah ikan yang sehat dan sudah matang kelamin serta tidak habis memijah. Hal ini perlu diperhatikan agar kadar hormon gonadotropin yang ada di dalam kelenjar
hipofisis mencukupi untuk
mengindukasi maturnasi dan pemijahan. Berat tubuh ikan donor yang digunakan sekurang-kurangnya sama dengan berat tubuh ikan resipien. Induk yang siap dipijahkan adalah induk yang telah menyelesaikan tahap vitelogenesis. Induk dengan sebagian sel telur telah memiliki inti dengan posisi migrasi memiliki peluah terinduksi lebih baik disbending indul dengan inti seluruh sel telur masih berasa di tengah sel. Pengambilan hipofisa ikan mas pada saat praktikum dilakukan pada tiga buah ikan mas indukan yang terjamin kualitas dan kesehatannya. Sebelum mengambil kelenjar hipofisa tersebut praktikan sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa dalam kelenjer hipofisa tersebut terdapat sejumlah hormon yang digunakan untuk merangsang pemijahan ikan. Kelenjar hipofisa yang diperoleh berukuran kecil dan menyerupai segitiga, serta berwarna putih kemerahan. Menurut literature Ahlina (2011), yang menjelaskan bahwa Pemijahan buatan yaitu dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa ikan terhadap ikan lain yang ingin dipijahkan. Teknik hipofisasi memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1) hilangnya ikan donor karena diambil hipofisanya, 2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi ovulasi atau pematangan gonad pada ikan sukar dilakukan, 3) tidak diketahui dengan pasti hormone mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad dan 4) penyakit dapat menular dengan mudah dari ikan donor ke ikan resipien. Dalam kegiatan praktikum, alasan penggunaan ikan mas untuk diambil kelenjar hipofisisnya adalah karena ikan mas bersifat donor universal yang dapat didonorkan kesemua spesies jenis lainnya. Alat-alat yang digunakan pada saat pembelahan kepala ikan mas harus terjamin kebersihan dan keselamatan kerjanya.
Pengambilan kelenjar hipofisa yang terdapat di bawah otak ikan mas tidaklah sulit namun membutuhkan ketrampilan dan keahlian yang khusus. Pengambilan hipofisa dengan menggunakan tusuk gigi untuk mempermudah pengerikan hingga diperoleh kelenjar hipofisa ikan mas tersebut. Menurut literature Sutomo (1988), yang menjelaskan bahwa dalam pengambilan hipofisa kepala ikan donor terlebih dahulu dipotong. Metode pengambilannya ada dua cara, pertama melalui bagian atas tulang kepala (tengkorak). 1) potong tulang kepala bagian atas dengan pisau tajam sepanjang garis yang bertitik, 2) singkapkan seluruh bagian otak dan potong "notocord" (utat syaraf tulang belakang) sepanjang garis yang bertitik, 3) angkat bagian ujung notocord yang terpotong maka akan tampak hipofisa tertinggal di dasar tulang tengkorak yang berupa tulang rawan. Kedua melalui bagian bawah tulang tengkorak. 1) kepala dibelah melalui lubang mulut sampai ke bagian belakang, 2) letakkan kepada bagian atas dengan posisi terbalik, 3) gunting dan pindahkan jaringan yang lunak dan potong tulang "basioccipital" sepanjang garis bertitik, 4) gunting jaringan yang terdapat di kedua sisi tulang basioccipital. 5) angkatlah tulang tersebut. untuk menyingkapkan kelenjar hipofisa. Setelah hipofisa ikan mas diperoleh dari hasil praktikum dapat diawetkan untuk memperpanjang masa simpannya. Pengawetan kelenjar hipofisa ini dapat diaplikasikan langsung pada ikan yang mempunyai kemampuan reproduksi rendah atau dalam kegiatan budidaya untuk mempercepat proses pemijahan ikan tersebut. Ada beberap cara atau teknik yang biasa digunakan untuk mengawetkan hipofisa tersebut.
Sesuai literatur Sutomo (1988), yang menjelaskan bahwa
hipofisa dapat diawetkan baik dalam keadaan utuh, berbentuk tepung (powder) ataupun dalam bentuk ekstrak. Hipofisa dalam keadaan utuh dapat diawetkan dengan alkohol absolut atau aceton. Caranya adalah sebagai berikut : Setelah hipofisa dikeluarkan dari kepala ikan, kelenjar dibersihkan dengan kertas hisap. Kemudian di masukkan ke dalam botol kecil yang berisi alkohol atau aceton. Setiap 24 jam sekali larutan dibuang dan diganti dengan larutan yang baru. Hal ini diulangi sampai tiga kali agar dehidrasi (penghilangan air) dan "defattening" (penghilangan lemak) telah sempurna. Setelah itu hipofisa dipindahkah ke dalam botol gelap yang telah berisi cairan alkohol atau aceton baru dan di simpan dalam lemari es (refrigerator).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah : 1. Hormon-hormon yang terdapat dalam kelenjar Hipofisis adalah : hipotalamus, pituitary, tiroid , paratirod, adrenal, pineal, pancreas dan timus. 2. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang telah matang gonad pada saat praktikum mempunyai panjang total (TL) 35 cm dan bobot tubuh 850 gram, dengan ciri seksual sekunder ikan mas ditandai dengan bagian perut yang membuncit pada induk betina. 3. Hipofisa yang diperoleh pada saat praktikum merupakan kelenjar endokrin yang ditemukan terletak di dalam sella tursika yaitu pada lekukan tulang sphenoid ikan mas (Cyprinus carpio). 4. Kelenjar hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio) yang ditemukan pada saat praktikum berwarna putih kemerahan dan berbentuk menyerupai segitiga berpasangan dan mempunyai tekstur halus dan lembab. 5. Praktikum ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) karena hipofisa ikan tersebut bersifat donor universal yang dapat digunakan oleh semua individu spesies lain.
5.2 Saran Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya peralatan dan bahan yang digunakan harus lengkap dan sesuai dengan prosedur kerja agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adliah, N. 2012. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Studi Kasus pada Usaha Limbung Mas Indah, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa. [SKRIPSI] Universitas Hasanuddin, Makassar. Ahlina, H. F. 2011. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim Dan Prostaglandin F2 Α (Pgf2 Α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok Hypopthalmus). [SKRIPSI] Universitas Riau, Pekanbaru. Antoni, A. 2012. Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Laborarium Kimia Fisik. Universitas Diponegoro, Semarang. Aryanto, A..R., Hafrijal, S dan Nawir, M. 2013. Penggunaan Kombinasi Hormon Ovaprim Dan Ekstrak Hipofisa Ikan Mas Untuk Merangsang Pemijahan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma pomum). Universitas Bung Hatta, Surakarta. Bagus, H. 2012 . Teknik Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) Dalam Skala terkontrol. Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Niboy. 2011. Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Setia Budi, Jakarta. Pusluh, M. 2012. Penyuluhan Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Sriwijaya, Palembang. Sutomo. 1988. Peranan Hipofisa Dalam Produksi Benih Ikan. Jurnal Oseana. Volume XIII, Nomor 3 : 109 – 123. Oseanografi Lembaga Penelitian Perikanan Indonesia, Jakarta. Wijayanti, G.E. 2013. Panduan Teknis Pembenihan Ikan Nilem Secara Intensif. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Wijayanti, G. E., Soeminto dan Sorta, B. I. S. 2009. Profil Hormon Reproduksi dan Gametogenesis Pada Gurame (Osphronemus Gouramy Lac) Betina. Jurnal Akuakultur Indonesia. Volume VIII, Nomor 11 : 9737-18095. Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.