12/12/2010
UJI TOKSISITAS SEDIMEN Oleh : Meiska Nur Harlandi (25309008) Indah Kartika Sari L (25309028)
PENDAHULUAN • Sedimen: habitat untuk organisme akuatik dan tempat penyimpanan terbesar senyawa kimia persisten. • Kontaminan yang terakumulasi sedimen berupa senyawa kimia antropogenik (l (logam b berat, t senyawa kimia ki i iindustri, d t i pestisida, ti id hidrokarbon hid k b energi) i) • Konsentrasi kontaminan di sedimen > di air. • Faktor yg mempengaruhi partitioning atau sorption senyawa antara air dan sedimen adalah: - Kelarutan dalam air − Jumlah asam sulfida volatile - pH − Ukuran sedimen - Redoks − Kandungan mineral utama dlm sedimen -Afinitas utk sedimen organik karbon dan organik karbon terlarut
• Lokasi yg paling parah terkontaminasi adalah pelabuhan-pelabuhan industri. • Penentuan efek sedimen terkontaminasi pada organisme akuatik membutuhkan uji toksisitas terkontrol dan uji bioakumulasi.
1
12/12/2010
KARAKTERISTIK SEDIMEN • Sedimen adalah partikulat yg terdapat di bawah air. • Komponen utama sedimen adalah: • Interstitial water (komponen terbesar),terdapat di sekitar partikel sedimen dengan jumlah 50% dari d i volume l sedimen. di • Fase anorganik (fragmen batu dan mineral), mengatur bioavailabilitas logam divalen. • Senyawa organik, mrp komponen yg penting karena mengatur sorption dan bioavailabilitas kontaminan organik nonionik. • Senyawa antropogenik, termasuk kontaminan.
• Ukuran sedimen dikelompokkan menjadi: • Tanah liat (<2 µm)
− Pasir (50 - <2000 µm)
• Lumpur L (2 - <50µm) 50 )
− Kerikil K ikil ((>2000 2000 µm))
• Fraksi yg kasar tersusun dari senyawa anorganik stabil dan bukan merupakan senyawa kimia kontaminan. • Kontaminan biasanya ditemukan pada fraksi yg halus, yg memiliki luas area lebih besar sehingga meningkatkan kemampuan sorpsi kontaminan.
PRINSIP UJI TOKSISITAS SEDIMEN • Tujuan: mengetahui toksisitas potensial kontaminan terhadap bentos. • Metode: uji letalitas jangka pendek (mengukur efek individual kontaminan pada satu spesies) atau uji jangka panjang (menentukan efek campuran senyawa kimia pada struktur dan fungsi komunitas). • Evaluasi komunitas bentos sebaiknya dilakukan terlebih dahulu. • Tidak adanya bentos di sedimen tidak selalu mengindikasikan sedimen toksik, keberadaan bentos dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia. • Pengujian P ji t k i it toksisitas sedimen di d dapat t digunakan di k untuk: t k Menentukan hubungan antara efek toksik dan bioavailabilitas Meneliti interaksi antar kontaminan Menentukan distribusi kontaminasi spasial dan temporal Mengevaluasi bahaya dari bahan yg dikeruk Menentukan prioritas area yang dibersihkan Memperkirakan keefektifan remediasi dan pengelolaan
2
12/12/2010
• Fase sedimen yang dievaluasi meliputi: whole sediment, suspended sediment, elutriates atau ekstrak sedimen. • Jumlah sampel sedimen: beberapa milimeter hingga lebih dari 800 L. • Organisme uji: alga, makrofita, ikan , bentos, epibentos dan pelagic invertebrates. • Metode yang sering digunakan adalah paparan jangka pendek (≤10 hari), karena penelitian jangka panjang memberikan hasil yang tidak terlalu berbeda terhadap toksisitas kontaminan. • Kekurangan 10-d adalah: Hanya untuk mengukur respons letal Desain percobaan terbatas untuk pengujian statis Spesies uji yang digunakan bukan merupakan spesies yang paling sensitif dan pada pengujian tidak ada life stage yang paling sensitif Fase elutriate dan sedimen tersuspensi lebih sering diuji dibandingkan dengan whole sediment Pada saat pengujian whole sediment, spesies yang digunakan cenderung tidak kontak langsung dengan sedimen
• Pengujian subletal dilakukan dengan pemaparan selama 7-14 hari dengan menggunakan midges (Chironomus riparius dan C. tetans), amphipods (Rhepoxynius abronius, Hyalella azteca dan Diporeia spp.) atau cladoderan (Daphnia magna).
PENGUJIAN KUALITAS SEDIMEN • Pendekatan yg digunakan US EPA dalam pengujian sedimen dapat dilihat pada Tabel 2, yang berupa: - Perbandingan area rekomendasi
− Toksisitas whole sediment dan uji sediment sediment-spiking spiking
- Equilibrium partitioning
− Struktur komunitas bentos
- Residu jaringan
− Triad kualitas sedimen
-Toksisitas interstitial water
• Pendekatan numerik (untuk menentukan chemical-specific SQC), deskriptif atau kombinasi numerik dan deskriptif. • Untuk menentukan kualitas sedimen digunakan pendekatan kombinasi. kombinasi • Evaluasi: penggabungan data paparan, analisis kimia dan pengujian komunitas bentos, yang akan menghasilkan tingkat polution-induced degradation pada komunitas akuatik.
3
12/12/2010
KRITERIA KUALITAS SEDIMEN DAN BIOAVAILABILITAS • SQC merupakan konsentrasi numerik dari senyawa kimia tunggal yg digunakan untuk memperkirakan efek biologi pada organisme bentos dan dapat juga digunakan untuk pengelompokkan sedimen alami di danau, sungai, muara dan air laut pesisir pantai. • Perhitungan SQC: SQC = Kp x WQC SQC Kp WQC
: Sediment Quality Criteria (µg kontaminan/g sedimen, dalam berat kering) : Koefisien partisi (L/g) : nilai kronis akhir yang diperoleh dari WQC Guidelines
• Pada sedimen berbasis karbon organik, SQCoc dapat dihitung dengan rumus: SQCoc = Koc x WQC SQCoc Koc
:S Sedimen di b b i karbon berbasis k b organik ik (µg/goc) ( / ) : Koefisien partisi karbon organik
• Karbon organik merupakan fase sorpsi utama untuk senyawa kimia organik nonion yang tedapat di sedimen. • Senyawa kimia dapat terakumulasi pada sedimen dan bersifat bioavailable thd organisme yang berada di sedimen.
REMEDIASI SEDIMEN TERKONTAMINASI • Dapat dilakukan dengan: • Pemindahan, berupa pengerukan dan pembuangan → tempat pembuangan. • Stabilisasi, berupa injeksi grout, semen atau sealant untuk mengurangi air pd sedimen. • Penutupan, Penutupan berupa peletakan lapisan inert di atas sedimen terkontaminasi. terkontaminasi • Pengelolaan in situ, berupa pengolahan kimia atau biologi. • no action, biasanya dilakukan pada area dengan: • Kontaminan tidak menimbulkan masalah dalam waktu dekat. • Proses alami akan menutup sedimen terkontaminasi dalam waktu dekat. • Biodegradasi dapat mendetoksifikasi kontaminan. • Remediasi terlalu mahal. • Remediasi mengakibatkan lebih banyak masalah dibandingkan no action.
• Prosedur remediasi dipengaruhi oleh: - Ekologi
− Engineering
- Faktor kimia
− Kesehatan masyarakat
- Faktor fisika
− Pertimbangan politik
• Kontrol sumber dan pemantauan secara kontinu harus dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah baru di area remediasi.
4
12/12/2010
METODOLOGI • Pedoman standar untuk pelaksanaan uji toksisitas sedimen dengan invertebrata freshwater (ASTM 1995a: E 1706-95a) • Pedoman standar untuk pelaksanaan uji toksisitas sedimen statis 10-d dengan ampiphods muara dan laut (ASTM 1992: E 1367-92) • Pedoman standar untuk mendesain uji biologi pada sedimen (ASTM 1994d: 1525-94) • Pedoman standar untuk pelaksanaan uji toksisitas sedimen dengan polychaetous annelids laut dan muara • Pedoman standar untuk pengambilan, penyimpanan, karakterisasi dan manipulasi sedimen untuk uji toksikologi
PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SEDIMEN • Kontak langsung dengan sedimen harus dihindari → penggunaan APD. • Pengambilan sampel → replikasi. • Pengambilan sampel dapat menyebabkan hilangnya integritas sedimen, perubahan senyawa kimia atau perubahan ekuilibrium zat kimia. • Benthic grab lebih baik digunakan daripada pengeruk. • Paparan langsung terhadap sinar matahari harus dikurangi jika terdapat senyawa fotolitik. • Pengawetan: pada suhu 40C dan suasana gelap. • Rentang waktu pengawetan: <2 minggu (ASTM) - <8 minggu (US EPA). • Jika uji toksisitas whole sediment tidak dapat dilakukan pada periode tersebut, maka perlu dilakukan uji toksisitas interstitial water segera setelah sampel diambil. • Uji toksisitas interstitial water diulangi dengan melakukan uji toksisitas whole sediment untuk mengevaluasi perubahan potensial toksisitas selama penyimpanan. • Pemisahan sampel dilakukan secara fisika.
5
12/12/2010
SEDIMEN KONTROL
REFERENCE SEDIMENT
• Sedimen yang bersih dari kontaminan.
• Digunakan untuk menilai kondisi sedimen tanpa adanya y yang y g diinginkan. g senyawa
• Kontaminan yang terdapat di sedimen kontrol merupakan polutan yang tersebar merata, bukan berasal dari satu titik atau sumber.
• Pengujian reference sediment membutuhkan basis area spesifik untuk mengevaluasi toksisitas.
• Sedimen kontrol digunakan untuk: • Menilai acceptibility pengujian • Memberi bukti terhadap pengujian organisme • Dasar untuk menginterpretasi data yang diperoleh dari uji sedimen
• Jika karakteristik geokimia j melebihi batas sedimen uji toleransi organisme uji, maka perlu melakukan evaluasi terhadap sedimen kontrol dan reference.
LABORATORY-SPIKED SEDIMENT • Sedimen uji dapat dibuat dengan memanipulasi sifat dari sedimen kontrol dan reference dengan menambahkan senyawa kimia atau campuran limbah. • Menentukan: LC50, LOEC serta hubungan konsentrasi-respons dan sebabakibat,. akibat • Waktu pencampuran: beberapa jam pada temperatur rendah. • Durasi kontak dapat mempengaruhi partitioning dan bioavailabilitas. • Umur spiked sediment maks 1 bulan. • Penggunaan pelarut selain air, harus diuji terlebih dahulu dibandingkan dengan kontrol negatif sedimen. • Jika ada perbedaan, maka kontrol yg digunakan adalah kontrol pelarut. • Jika tidak ada perbedaan, maka kedua data dapat digunakan.
• Pelarut organik yang bagus adalah trietilen glikol (toksisitas rendah, tidak mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik). • Pelarut lain: metanol, etanol atau aseton. • Penambahan senyawa kimia dapat dilakukan dengan menggunakan rolling mills, feed mixer atau hand mixing. • Dilakukan analisis untuk menentukan tingkat homogenitas pencampuran.
6
12/12/2010
KARAKTERISASI SEDIMEN • Karakterisasi sedimen digunakan untuk mengatur availabilitas kontaminan di sedimen. • Pengukuran karakterisasi berupa: -
pH
- Acid volatile sulfides
- Karbon organik
- persen air
- Karbon anorganik
- grain size
• Pada desain percobaan tertentu, analisis yang dilakukan meliputi BOD, COD, DOC, CEC, redoks, TVS, total amonia, logam, organosilikon, senyawa organik sintetik, minyak dan lemak, hidrokarbon petroleum dan analisis kimia interstitial water. • Dilakukan juga analisis makrobentos.
UJI ELUTRIATE
Tujuan: j untuk mengevaluasi g efek p potensial jjangka g pendek (j p (jam atau hari) dari open-water disposal. Cara: mengukur potensial yang dihasilkan oleh senyawa larut air pada sedimen terhadap water column selama proses pembuangan. Sampel elutriate dibuat dengan pengocokan kuat 1 bagian sedimen dengan 4 bagian air selam 15-30 menit. Campuran kemudian didiamkan, fase cair disentrifugasi dan disaring. Hasil dari uji elutriate berupa letalitas akut bahan buangan. Beberapa sampel elutriate lebih toksik dibandingkan dengan sampel interstitial water
7
12/12/2010
UJI INTERSTITIAL WATER SEDIMENT Tujuan: untuk mengevaluasi efek potensial in situ sedimen terkontaminasi pada organisme akuatik. Konsentrasi kontaminan pada interstitial water berhubungan dengan toksisitas dan bioakumulasi. Interstitial water dapat diisolasi dengan sentrifugasi, squeezing, suction dan dialisis. Sentrifugasi atau squeezing digunakan jika volume air yang dibutuhkan banyak. Jika sedimen bersifat anoxic, pada saat pemrosesan sampel perlu mengurangi oksidasi (kontak sedimen dengan udara). udara) Interstitial water harus diuji secepatnya (penyimpanan akan mengubah kandungan kimia). Setelah sampel diisolasi,dilakukan pengujian sesuai dengan prosedur pengujian toksisitas efluen (Chapter 2 dan 3).
PROSEDUR PERCOBAAN UJI TOKSISITAS WHOLE-SEDIMENT 1. Desain Percobaan • Tujuan percobaan Menentukan LC50 : kontrol negatif, kontrol solven, konsentrasi sedimen+bahan kimia Studi lapangan : identifikasi tempat toksik untuk investigasi lanjut 1 sampel per titik sampling (cakupan tempat maksimum) Survey kuantitatif sedimen : menentukan secara statistik perbedaan antara efek dengan kontrol, referensi, dan uji sedimen di beberapa tempat • Variabel : jumlah dan jenis kontrol kontrol, sedimen referensi referensi, jumlah perlakuan dan replikat, karakteristik dan kualitas air (lapisan diatas sedimen) • Memisahkan subsampel : menghitung variasi didalam sampel dan membandingkan prosedur pengujian (sensitivitas hewan uji)
8
12/12/2010
2. Chamber test (reaktor) • Tidak ada aliran air dari satu chamber ke chamber yang lain • Reaktor dibuat dari beberapa material (desain percobaan dan kontaminan) • Tidak terjadi kontak, leaching dan pelarutan dengan material reaktor (mempengaruhi organisme uji) • Meminimasi sorpsi, pelarutan dan leaching bahan kimia dari air : kaca, stainless steel 316, nylon, teflon, dan polycarbonate / polyethylene • Interaksi sedimen dan lapisan air dalam reaktor : mempengaruhi keberadaan kontaminan • Rasio sedimen : lapisan air = merubah bioavailabilitas dan efek racun • (Stemmer (St ett al) l) Volume V l sedimen di : luas l permukaan k = mempengaruhi toksisitas selenium dalam sampel sedimen pada Dapnia magna • Luas permukaan konstan dengan rasio sedimen : air (1:4) = mempengaruhi keberadaan kontaminan dan konsentrasi air • Uji dilakukan pada beberapa kondisi air terhadap sedimen (kesadahan air dan pH memepengaruhi toksisitas sedimen)
3. Organisme Uji •
Didasarkan pengaruh utamanya dalam ekologi, keberhasilan uji, dan interpretasi hasil uji
•
Hewan uji yang banyak digunakan dalam pengujian toksisitas Wholesediment
9
12/12/2010
•
• •
Dipilih berdasarkan sensitivitas, cara makan, relevansi dengan ekologi, distribusi geografis, taksonomi (hewan asli, jumlah tersedia, toleransi dengan karakteristik geokimia sedimen (ukuran / berat) Jenis makanan dan kontak langsung dengan sedimen : mempengaruhi dosis kontaminan dan potensi akumulasi kontaminan (adsorpsi ke seluruh tubuh) Hyalella azteca (Amphipod) Uji toksisitas sedimen air tawar Umur 7-14 hari : dapat berkembangbiak (dewasa) Hasil akhir uji : ketahanan, perilaku, pertumbuhan dan pematangan alat reproduksi Isolasi kuantitatif Amphipod muda di sedimen sulit diamati (ukuran sangat kecil < 1 mm) Hewan uji dewasa : dari lapangan dan aklimatisasi di laboratorium sebelum dilakukan uji Durasi pengujian 10 hari (amphipod air tawar, estuari dan laut) Waktu paparan pendek : pengamatan efek kontaminan pada pertumbuhan dan reproduksi Metode kembangkan dengan waktu paparan sedimen lebih lama (20-60 hari) menggunakan : A.abdita, L.plumulous dan H. Azteca
•
Chironomous tentans (Midges) Larva instar pertama C. tentas 6-27 kali lebih sensitiv daripada larva instar ke-4 paparan akut tembaga Larva instar pertama C. Riparius 127 kali lebih sensitiv daripada larva instar ke-2 paparan akut kadmium Uji kronik : instar hewan pertama, midges / daphnids untuk senyawa organik dan inorganik Uji sedimen : larva instar ke ke-2 2 sampai instar ke ke-3 3 (umur 10 10-14 14 hari), dilanjutkan sampai 17 hari (pertumbuhan instar ke-4 ) : mengukur efek pada larva yang hidup dan mengalami pertumbuhan Metode yang sedang dikembangkan dan dipakai : paparan jangka panjang (20-42 hari ) pada sedimen menggunakan C.tentans
•
Chironomus riparius Umur larva hewan uji 1-3 hari, pupa dan dewasa (Ingersoll & Nelson) : percobaan menggunakan C.riparius selama 21 hari ada p pertumbuhan jjamur dan bakteri p pada p permukaan sedimen Pemberian makan dikurangi : mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur pada sedimen (larva yang hidup tidak terganggu) Larva dewasa pertumbuhannya terhambat di 28 hari Uji menggunakan C. Riparius dibatasi 14 hari dengan lapisan air menggunakan sistem renewal water Pada hari ke-14 suhu 20 oC, larva instar pertama sampai larva instar ke4 larva dapat bertahan hidup dan berkembang
10
12/12/2010
• Mayflies dan Cladocerans Dilakukan selama 10 hari Uji dengan Mayflies : kemampuan bertahan hidup, pertumbuhan end point tokisisitas Uji dengan Cladocerans : survival, pertumbuhan dan reproduksi Cladocerans : lebih banyak kontak di permukaan sedimen dan terpapar baik air-kontaminan y yang g terlarut di lapisan p air serta ikatan partikelp kontaminan pada permukaan sedimen Cladocerans lebih sensitif diantara jenis organisme lain • Oligochaetes Relatif lebih toleran terhadap beberapa jenis kontaminan Memiliki siklus hidup komplek Untuk uji toksisitas akut (Wiederholm ( et al,, 1987), ), Paparan p selama 500 hari menggunakan gg Oligochaetes : mengukur pertumbuhan dan reproduksi (Reynoldson, 1991 & ASTM, 1995), Uji jangka pendek selama 28 hari menggunakan Tubifex tubifex : pengamatan efek pada pertumbuhan dan reproduksi (Phipps et al, 1993 & US.EPA, 1994), Bioakumulasi kontaminan pada sedimen dengan periode paparan selama 28hari Durasi ini lebih efektif untuk uji toksisitas lethal dan sublethal menggunakan Lumbriculus variegatus
• Polychaetes Uji toksisitas sublethal di sedimen : larva, juvenile dan dewasa Pengamatan efek : survival atau pertumbuhan Waktu paparan 12 – 85 hari Evaluasi efek sedimen laut dan estuari pada polychaetes Uji lethal l h l:4h harii Uji sub-lethal : 28 hari
11
12/12/2010
4. Kondisi Paparan Air pembiakan organisme dan perlakuan : sesuai dengan organisme uji dan kualitasnya seragam (sama) Air tepat dan sesuai menjamin keberhasilan organisme : bertahan hidup, tumbuh dan perilaku normal Lapisan L i air i alami l i sebaiknya b ik tid tidak k tterkontaminasi k t i i (k (kontrol) t l) Kualitasnya tidak berubah-ubah seperti yang dispesifikasikan oleh ASTM (1998) dan US EPA (1985, 1991) Desain penelitian diperlukan air dari tempat yang sama dengan sedimen
5. Homogenisasi Sedimen Sedimen umumnya tercampur didalam wadah penampung Subsampel whole-sediment ditambahkan ke masing-masing reaktor Kedalaman sedimen dalam reaktor tergantung desain penelitian dan reaktor uji Lapisan air dituang perlahan ke dalam sisi-sisi reaktor : meminimasi resuspensi sedimen Menambahkan aerasi pada reaktor
12
12/12/2010
6. Uji Statik dan Renewal Water • Sistem operasi dan kondisi fisik (aerasi & suhu) dicek setiap hari dan disesuaikan • pH, alkalinitas, kesadahan, oksigen terlarut, konduktifitas dan organik karbon terlarut diukur pada awal dan akhir pengujian (1 x seminggu) • Uji Statik
Lapisan air sampel tanpa pergantian dengan lapisan air baru, diaerasi Kualitas air dapat berubah selama waktu paparan (4 minggu) Konsentrasi produk metabolik (ammonia) tinggi Toksik bagi organisme dan mempengaruhi toksisitas sedimen Kesadahan mempengaruhi senyawa anorganik
• Uji Renewal Water
Aliran flow-through (kontinyu) Ada penambahan volume air per hari Pendistribusian volume lapisan air tiap reaktor harus merata Konsentrasi kontaminan di lapisan air berkurang
7. Pelaksanaan Uji • • • • • • • • •
Aklimatisasi hewan uji terhadap lapisan air, suhu, pencahayaan dan photoperiod (ASTM, 1995) Reaktor diperiksa setiap hari Pengamatan g p perilaku hewan uji j ((cara berkembangbiak g di sedimen) Paparan jangka pendek (10 hari) : organisme uji tidak diberi pakan Pengamatan efek sub-lethal : perkembangan, pertumbuhan, reproduksi, perilaku dari organisme uji Kematian organisme uji : adanya pertumbuhan jamur / bakteri di permukaan sedimen Data feeding rate dan keadaan permukaan sedimen dicek perhari Penambahan makanan mempengaruhi keberadaan kontaminan di sedimen Akhir paparan : organisme uji diambil dari reaktor dengan pengayakan basah sedimen
13
12/12/2010
8. Quality Control • Sampel kontrol sedimen dan lapisan air • Evaluasi : kontrol organisme hidup, toksikan referensi, persentase lemak organisme • Organisme O i uji ji pada d k kontrol, t l perlakuan l k dan d recovery dapat dievaluasi setelah 1 jam • Referensi uji toksisitas : mengukur kemungkinan perubahan kondisi spesies uji • Referensi toksikan uji : perbandingan interlaboratory sensitivitas organisme uji
INTERPRETASI DAN KEAKURATAN HASIL PENGUKURAN 1. Analisis Data • • • • •
•
Data kimia dan biologi dibandingkan kontrol atau referensi : mengetahui efek racun, menghitung LC50 dan NOEC Berdasarkan pengukuran rata-rata konsentrasi materi yang diuji Perbandingan statistik dan interpretasi hasil harus sesuai dengan desain percobaan Perhitungan LC50 atau EC50 : metode probit, binomial, atau moving-average Replikat sampel sedimen independen : efek dibandingkan dengan kontrol/referensi menggunakan t-test, analisis ANOVA atau analisis Regresi ANOVA : mengetahui perbedaan antar perlakuan Ho = tidak ada perbedaan yang signifikan diantara perlakuan dan kontrol (referensi) sampel sedimen F-test = Ho diterima, kesimpulan : efek yang diamati pada desain percobaan tidak signifikan
14
12/12/2010
• •
Perhitungan NOEC atau LOEC : metode Fisher’s, Dunnett’s dan Williams US EPA (1994) : uji hipotesis, pengambilan keputusan tentang sumber pencemar sedimen yang masuk ke perairan
Ho : tidak ada perbedaan diantara sumber pencemar sedimen Kontrol dan perlakuan berada pada tingkat signifikansi 95% (α = 0.05) Daerah normal : perlakuan lebih toksik dibandingkan kontrol / referensi Tipe error I : sedimen nontoksik dikategorikan toksik Tipe error II : sedimen toksik dikategorikan nontoksik Error II lebih berbahaya dibandingkan Error I Error II tidak membatasi pembuangan sedimen toksik yang membahayakan kehidupan perairan dan manusia Error I membatasi pembuangan sedimen nontoksik (sumbatan atau pembuangan tertutup) Probabilitas Error II dan pencemaran sedimen toksik dapat dikurangi : Ho tidak ada perbedaan antara kontrol dan perlakuan / ditolak pada α 0.5 (probbilitas Error I > 50%) Menaikan ukuran sampel atau menyeting β pada 0.2 atau 0.1
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 1. Kelebihan Pengukuran langsung efek pada bentik Tidak dibutuhkan peralatan khusus Cepat dan tidak mahal Legal dan lebih scientific : standar ASTM Uji dengan penambahan bahan kimia : data hubungan penyebab-efek Uji toksisitas sedimen dapat diterapkan semua bahan kimia Aplikasi sampel lapangan : efek kumulatif dan interaksi kontaminan Uji toksisitas tidak ada validasi di lapangan
15
12/12/2010
2. Kekurangan Penyimpanan sedimen, penanganan dan pengumpulan mempengaruhi bioavailabilitas Penambahan sedimen tidak representatif Karakteristik geokimia sedimen mempengaruhi respon organisme uji Hewan asli ada pada sedimen yang diambil di lapangan Rute pajanan tidak diketahui Data yang dihasilkan pada uji toksisitas sukar diinterpretasikan Faktor kontrol bioavailabilitas kontaminan di sedimen tidak diketahui Aplikasi uji pada sampel lapangan tidak dapat menyebutkan efek dari tiap-tiap bahan kimia Banyak pembanding baik metode atau spesies uji Metode tes kronik hanya untuk mengukur efek sublethal Uji laboratorium tidak dapat memprediksi efek dalam ekologi Uji tidak dapat memprediksi efek pada manusia secara langsung
TERIMAKASIH
16