perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UJI TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF HASIL PARTISI EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP Artemia salina Leach. SEBAGAI KANDIDAT ANTIKANKER
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh: Rumiyati NIM. M0408083
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan /atau dicabut.
Surakarta, September 2012
Rumiyati NIM. M0408083
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UJI TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF HASIL PARTISI EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP Artemia salina Leach. SEBAGAI KANDIDAT ANTIKANKER Rumiyati Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ABSTRAK Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia. Pengobatan konvensional yang umum dilakukan pada penyakit kanker dapat menimbulkan efek samping. Salah satu alternatif pengobatan yang dilakukan adalah penggunaan bahan alam yang berkhasiat memberikan efek antikanker. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai skrining awal untuk mengetahui efek toksisitas dari senyawa bioaktif daun Persea americana Mill. terhadap hewan uji Artemia salina Leach. sehingga bisa dikembangkan untuk pengobatan antikanker. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut kloroform dan metanol, kemudian setelah dilakukan uji toksisitas dan diperoleh ekstrak yang lebih aktif yaitu ekstrak metanol selanjutnya dilakukan pemisahan senyawa dengan melakukan partisi. Partisi dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat dengan cara disentrifugasi sehingga akan diperoleh komponen larut etil asetat dan komponen tidak larut etil asetat. Uji toksisitas dengan metode BST dilakukan dengan memasukkan sepuluh larva Artemia salina Leach. ke dalam flakon berisi sampel uji. Persen kematian larva A. salina Leach dihitung 24 jam setelah pemberian seri kadar sampel uji, kemudian dibuat persamaan regresi liniernya untuk menentukan nilai LC50. Hasil uji menunjukkan bahwa komponen larut etil asetat daun alpukat merupakan komponen yang paling toksik karena mempunyai nilai persentase kematian terbesar pada semua seri konsentrasi yang diujikan dengan nilai LC50 sebesar 5,48 μg/ml. Komponen larut etil asetat sebagai komponen teraktif diidentifikasi golongan senyawa kimianya dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil deteksi menunjukkan bahwa komponen larut etil asetat memiliki kandungan senyawa flavonoid dengan nilai Rf = 0,14; 0,36; 0,43; 0,66; 0,74; 0,81 dan 0,86. Kata kunci: Persea americana Mill., toksisitas, Artemia salina Leach. dan antikanker.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TOXICITY TEST OF PARTITION BIOACTIVE COMPONENTS FROM AVOCADO (Persea americana Mill.) LEAVES AGAINST Artemia salina Leach. AS A CANDIDATE ANTICANCER Rumiyati Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta. ABSTRACT Cancer is the leading cause of death in the world. Conventional treatment generally performed at a cancer can cause side effects. One alternative treatment that we can do is use natural material that have efficacious anticancer effect. The purpose of this study were as initial screening to determine the toxicity effects of bioactive compounds of leaves Persea americana Mill. against Artemia salina Leach. so that it can be developed for anticancer treatment. Extraction was done with maceration method use a solvent of chloroform and metanol, and then after toxicity test and obtained a more active extracts are then performed the separation of the metanol extract of the compound by the partition. Partitioning was done with centrifuged use ethyl acetate in a way that would be obtained soluble component of ethyl acetate and ethyl acetate insoluble component. Toxicity test with BST method has been done by including ten larva Artemia salina Leach. into flacon contain test sampel. Death percentage of A. salina larva was counted 24 hours after giving of test sampel rate series, then made equation of linear regresion to determine values of LC50. The result of the toxicity test showed that ethyl acetate soluble components of avocado leaves is the component that has the highest toxic because it has the biggest percentage of death for all of the consentration series that has been experimented with values of LC50 = 5,48 μg/ml. Ethyl acetate soluble component as the most active fraction is identified its chemical compound with Thin Layer Chromatography (TLC). The detection result showed that ethyl acetate soluble component has flavonoid compound by Rf = 0,14; 0,36; 0,43; 0,66; 0,74; 0,81 dan 0,86. Keywords: Persea americana Mill., toxicity, Artemia salina Leach. And anticancer.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Satu hal yang membuat kita dewasa adalah masalah Satu hal yang membuat kita maju adalah usaha Satu hal yang membuat kita semangat adalah harapan Harapan itu selalu ada, Maka tiada alasan untuk berputus asa dari Rahmat Allah SWT
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS Al Insyirah (94):5-6).
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada : 1. Kedua orang tuaku yang kucintai : Bapak Warno Mulyono dan Ibu Rajinem, yang selalu mendukungku dalam diamnya. 2. Kakak dan adikku yang selalu memberikan semangat. 3. Bu Okid dan Bu Estu yang telah sabar membimbing. 4. Sahabat-sahabat dan orang-orang terdekatku yang selalu menemani.
5. Semua teman–teman di Biologi 2008 6. Almamater yang kubanggakan
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Toksisitas Komponen Bioaktif Hasil Partisi Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Artemia salina Leach. sebagai Kandidat Antikanker”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tuaku, yang selalu memberikan semangat, inspirasi dan doa yang tulus, kakak dan adikku yang selalu aku cintai, terima kasih atas dukungannya. 2. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., PhD. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta 3. Dr. Agung Budiharjo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta 4. Widya Mudyantini, M.Si. selaku pembimbing akademik serta Koordinator Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta 5. Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S. selaku dosen pembimbing pertama, terima kasih atas arahan, bimbingan dan waktu diskusi yang telah diberikan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
6. Estu Retnaningtyas N, S.TP.,M.Si. selaku dosen pembimbing kedua, terima kasih atas koreksi dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Dra. Marti Harini, M. Si. selaku dosen penelaah pertama, terima kasih atas masukan yang telah diberikan untuk perbaikan. 8. Ari Pitoyo, M.Sc. selaku dosen penelaah kedua, terima kasih atas masukan yang telah diberikan untuk perbaikan. 9. Dosen-dosen di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta, atas ilmu dan nasehat yang telah diberikan selama perkuliahan. 10. Terima kasih, untuk sahabat-sahabatku terima kasih telah menjadi penyemangat ku sampai selesainya skripsi ini. Teman-temanku Keluarga Biologi 2008 dan semua yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terima kasih atas persahabatan dan dukungan yang telah diberikan pada ku. Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Surakarta,
September 2012
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i PENGESAHAN ............................................................................................ ii PERNYATAAN............................................................................................ iii ABSTRAK .................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................. v MOTTO ........................................................................................................ vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 5 A. Tinjauan pustaka........................................................................... 5 1. Alpukat (Persea americana Mill.) ........................................... 5 2. Ekstraksi ................................................................................... 7 3. Toksisitas .................................................................................. 8 4. Brine Shrimp Test (BST) .......................................................... 10 5. Artemia salina Leach. ............................................................... 11 6. Kromatografi Lapis tipis (KLT) ............................................... 13 7. Deteksi Golongan Senyawa ...................................................... 14 B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 16 commit to user C. Hipotesis ....................................................................................... 18 x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 19 A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 19 B. Bahan Penelitian ........................................................................... 19 1. Bahan Utama ............................................................................ 19 2. Bahan untuk pemisahan komponen bioaktif ............................ 19 3. Bahan untuk kromatografi lapis tipis ....................................... 19 4. Bahan untuk uji BST ................................................................ 19 5. Bahan untuk penentuan golongan senyawa .............................. 20 C. Alat Penelitian .............................................................................. 20 1. Alat untuk pemisahan komponen bioaktif ................................ 20 2. Alat untuk uji toksisitas ............................................................ 20 3. Alat untuk kromatografi lapis tipis ........................................... 20 D. Cara Kerja Penelitian.................................................................... 21 1. Persiapan sampel ...................................................................... 21 a. Pengambilan sampel ........................................................... 21 b. Pengeringan dan pembuatan serbuk .................................... 21 2. Pemisahan komponen bioaktif ................................................. 22 a. Ekstraksi .............................................................................. 22 b. Partisi .................................................................................. 24 c. Uji toksisitas dengan metode BST ...................................... 24 d. Penentuan konsentrasi kematian larva Artemia salina L. ... 26 e. Pembuatan pereaksi semprot deteksi golongan senyawa .... 26 f. Penentuan golongan senyawa aktif ..................................... 27 E. Analisis Data ................................................................................. 27 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 29 A. Deteksi kandungan kimia ekstrak................................................. 29 B. Uji toksisitas ekstrak ..................................................................... 31 C. Partisi dan uji toksisitas ekstrak teraktif ....................................... 32 D. Deteksi golongan senyawa fraksi teraktif .................................... 36 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 44 commit to user A. Kesimpulan ................................................................................... 44
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran ............................................................................................. 44 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45 LAMPIRAN .................................................................................................. 50
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Hasil uji toksisitas ekstrak kloroform dan metanol daun Alpukat terhadap A. salina ........................................................................... 31
Tabel 2. Hasil uji toksisitas komponen larut etil asetat dan komponen tidak larut etil asetat ekstrak metanol daun alpukat terhadap A. salina .......................……….............
34
Tabel 3. Hasil uji KLT komponen larut etil asetat ekstrak metanol daun alpukat dengan berbagai pereaksi penampak bercak.....
37
Tabel 4. Hasil uji kandungan senyawa komponen larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat ...............................................
commit to user
xiii
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) ...................................................... 5
Gambar 2.
Struktur flavonoid ......................................................................................... 7
Gambar 3.
Mekanisme flavonoid sebagai antikanker ..................................................... 10
Gambar 4.
Artemia salina Leach .................................................................................... 11
Gambar 5.
Siklus hidup Artemia salina Leach ............................................................... 13
Gambar 6.
Kerangka pemikiran uji toksisitas hasil partisi ekstrak daun P. americana Mill. Terhadap A.salina Leach ...................................... 17
Gambar 7.
Profil kromatogram ekstrak kloroform dan metanol daun alpukat dengan deteksi (A) UV254, (B) UV366, (C) serium (IV) sulfat ......................................................................................... 29
Gambar 8.
Profil kromatogram komponen larut etil asetat dan tidak larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat dengan deteksi (A) UV254, (B) UV366, (C) serium (IV) sulfat ................................... 33
Gambar 9.
Kurva regresi linier hasil uji toksisitas komponen larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat terhadap A. salina bagian I, II dan III .............................................................................. 35
Gambar 10.
Profil kromatogram komponen larut etil asetat daun Alpukat dengan berbagai pereaksi penampak bercak. (A) sinar tampak, (B) UV254, (C) UV366, (D) Serium (IV) Sulfat, (E) FeCl3, (F) Dragendorff, dan (G) Libermann Burchard ..................................... 37
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Perhitungan kadar dosis ................................................................................ 50
Lampiran 2.
Hasil
uji
toksisitas
ekstrak
kloroform
terhadap
A.salina ......................................................................................................... 52 Lampiran 3.
Hasil uji toksisitas ekstrak metanol terhadap A.salina.................................. 54
Lampiran 4.
Hasil uji toksisitas fraksi larut etil asetat terhadap A.salina ......................................................................................................... 56
Lampiran 5.
Hasil uji toksisitas fraksi tidak larut etil asetat terhadap A.salina ......................................................................................................... 58
Lampiran 6.
Persamaan regresi linier dan perhitungan nilai LC50 fraksi teraktif ................................................................................................. 60
Lampiran 7.
Tabel probit berdasarkan presentase kematian ............................................. 62
Lampiran 8.
Daftar riwayat hidup ..................................................................................... 63
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya baik dengan pertumbuhan jaringan bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastate). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Kanker merupakan penyebab utama kematian dan menyumbang 7,6 juta (sekitar 13%) kematian di dunia pada tahun 2008. Pada negara berkembang kasus kematian akibat kanker mencapai 20%, sedangkan pada negara maju mencapai 9% kasus kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker. Setiap 11 menit terdapat satu penduduk dunia meninggal karena kanker dan setiap 3 menit terdapat satu penderita kanker baru. Tingkat kematian yang disebabkan kanker diperkirakan akan semakin meningkat hingga 11 juta kematian pada tahun 2030 (WHO, 2011). Berdasarkan data Globocan, IARC (International Agency for Research on Cancer) pada tahun 2008, kanker paru-paru menempati posisi pertama kematian dari semua jenis kanker pada laki-laki, sedangkan pada perempuan urutan pertama ditempati oleh kanker payudara (IARC, 2008). Pengobatan konvensional yang umum dilakukan pada penyakit kanker antara lain dengan pembedahan, kemoterapi dan radioterapi (Hawariah, 1998). Namun, terapi kanker secara pembedahan tidak dapat dilakukan khususnya pada sel kanker yang telah menyebar (metastasis), sementara pengobatan kemoterapi commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
dan radiasi dapat menimbulkan efek samping meskipun pengobatan kemoterapi mampu mengeluarkan keseluruhan tumor (Hawariah, 1998). Salah satu alternatif pengobatan yang dilakukan adalah penggunaan bahan alam yang berkhasiat memberikan efek antikanker. Penggunaan tanaman obat untuk terapi biologis kanker telah banyak diteliti dalam dekade terakhir ini. Diharapkan dari banyaknya penelitian terhadap tanaman obat akan ditemukan berbagai obat antikanker baru yang aman, efektif, dan efisien. Vinkristin dan vinblastin merupan beberapa antikanker yang dikembangkan dari senyawa alam tumbuhan. Salah satu jenis tanaman yang bermanfaat sebagai obat adalah Persea americana Mill. (alpukat). Dalam daun alpukat berdasarkan suatu penelitian diketahui mengandung beberapa senyawa penting yaitu flavonoid, alkaloid dan saponin. Salah satu senyawa yang berperan sebagai agen antikanker adalah flavonoid yang merupakan senyawa polifenol (Shish et al., 2002 dalam Srisadono, 2008). Berdasarkan penelitian Nurhayati et al. (2006) diketahui bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam Eucheuma alvarezii terbukti memiliki aktivitas antikanker, dengan nilai LC50 ekstrak E. alvarezii yang terlarut dalam metanol mencapai 23,335 μg/ml, sedangkan LC50 dari ekstrak E. alvarezii yang terlarut dalam kloroform adalah 89,743 μg/ml. Penelitian yang dilakukan Rolliana (2010), menunjukkan bahwa kandungan flavonoid pada ekstrak etanol daun kamboja (Plumeria alba) memiliki aktivitas antikanker yang menunjukkan harga LC50 adalah 132.340 μg/ml. Apabila nilai LC50 kurang dari 1000 μg/ml maka senyawa tersebut bersifat toksik. Sedangkan, berdasarkan penelitian terdahulu commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diketahui bahwa daun alpukat memiliki kandungan flavonoid antara lain quercetin, rutin, luteolin, apigenin, dan isorhamnetin (Owolabi, et al., 2010). Oleh karena itu, senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun alpukat dimungkinkan memiliki potensi sebagai antikanker pula. Senyawa dari suatu tanaman dapat dikatakan berpotensi sebagai antikanker apabila memiliki sifat toksik terhadap sel (sitotoksik) sehingga senyawa toksik mempunyai korelasi terhadap uji sitotoksik. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan suatu uji pendahuluan untuk mengetahui toksisitas dari daun alpukat (P. americana Mill.). Uji pendahuluan yang umum digunakan untuk uji toksisitas adalah uji Brine Shrimp Test (BST). Metode ini didasarkan pada bahan senyawa aktif dari tumbuhan yang bersifat toksik terhadap larva Artemia salina Leach. sehingga dapat digunakan sebagai uji praskrining aktivitas antikanker (Meyer et al, 1982 dalam Sukandar et al, 2007). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana efek toksisitas dari komponen bioaktif daun alpukat (P. americana Mill.) terhadap pertumbuhan Artemia salina Leach. sebagai skrining awal pencarian senyawa antikanker yang dapat dikembangkan sebagai pengobatan kanker.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Berapakah nilai LC50 dari pengujian efek toksisitas komponen bioaktif daun alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Artemia salina Leach.? 2. Bagaimana profil kandungan senyawa bioaktif hasil partisi ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill.) yang mempunyai potensi antikanker?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1.
Menentukan nilai LC50 dari pengujian efek toksisitas komponen bioaktif
daun alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Artemia salina Leach. 2.
Mengetahui profil kandungan senyawa bioaktif hasil partisi ekstrak daun
alpukat (Persea americana Mill.) yang mempunyai potensi antikanker.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1.
Dapat menambah informasi ilmiah dan pengetahuan terutama dalam eksplorasi dan penemuan senyawa bioaktif dari bahan alam sebagai kandidat antikanker. 2.
Dapat memperoleh komponen bioaktif yang mempunyai potensi antikanker dan mengetahui profil kromatografi lapis tipisnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Alpukat (Persea americana Mill.) a. Klasifikasi Alpukat Divisi
: Spermathophyta
Anak divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonea
Bangsa
: Polycarpicae (Ranales atau Ranunculales)
Suku
: Lauraceae
Marga
: Persea
Spesies
: Persea americana Mill.
(Tjitrosoepomo, 1988)
Gambar 1. Daun alpukat (Persea americana Mill.) (USDA, 2009) b. Nama Daerah Dalam perkembangannya nama alpukat amat beragam di berbagai negara atau daerah, antara lain advocaat (Belanda), avocet (Prancis), commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
ahuaca-te atau aguacate (Spanyol), dan avocado (Inggris). Di Indonesia nama alpukat mempunyai beberapa nama daerah, seperti alpuket atau alpukat (Jawa Barat), alpokat (Jawa Tengah dan Jawa Timur) (Rukmana, 1997). c. Morfologi Tanaman Pohon tinggi 3 m sampai 10 m, ranting teguh berambat halus. Daun berdesakan di ujung ranting, bundar telur atau jorong, menjangat, mula-mula merambat pada kedua belah permukaannya, lama-lama menjadi licin, panjang 10 cm sampai 20 cm, lebar 3 cm sampai 10 cm, panjang tangkai 1,5 cm sampai 5 cm. Perbungaan berupa malai terletak dekat ujung, ranting berbunga banyak. Tenda bunga bergaris tengah 1 cm sampai 1,5 cm, luruh, warna putih kekuningan, berambut halus. Benang sari 12, dalam 4 karangan, yang paling dalam tidak berfungsi dan berwarna jingga sampai coklat. Buah berbentuk bola lampu sampai bola telur, panjang 5 cm sampai 20 cm, lebar 5 cm sampai 10 cm tanpa sisa bunga, warna hijau atau kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, gundul, harum, berbiji 1 berbentuk bola, garis tengah 2,5 cm sampai 5 cm (Rukmana, 1997). d. Komponen Bioaktif Daun Alpukat Daun alpukat mengandung flavonoid, alkaloid dan saponin yang mempunyai aktivitas antibakteri dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Dalam dunia kedokteran, senyawa fenol diketahui mempunyai efek antiseptik (Fauzia dan Larasati, 2008). Senyawa flavonoid yang commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terkandung dalam daun alpukat antara lain quercetin, rutin, luteolin, apigenin, dan isorhamnetin (Owolabi, et al., 2010).
Gambar 2. Struktur Flavonoid (Owolabi, et al., 2010). Quercetin
R=R2=R3=OH
Rutin
R=O-glucose; R2=R3=OH
Luteolin
R=H; R2=R3=OH
Isorhamnetin
R= R3=OH; R2=OCH3
Apigenin
R=R2=H; R3=OH
(Owolabi, et al., 2010).
2. Ekstraksi Untuk memperoleh komponen bioaktif tumbuhan dibutuhkan proses ekstraksi. Ekstraksi adalah proses penarikan komponen/zat aktif suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi “like dissolve like” adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam pelarut non polar. Untuk memisahkan zat terlarut tertentu atau menghilangkan komponen zat terlarut tertentu dari fasa padat, maka fasa padat dikontakkan dengan fasa cair. Pada kontak dua fasa tersebut, zat terlarut terdifusi dari fasa padat ke fasa cair sehingga terjadi pemisahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
dari komponen padat (Utami, dkk., 2009). Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar (n-heksan), lalu pelarut yang kepolarannya menengah (diklorometan atau etil asetat), kemudian pelarut yang bersifat polar (metanol atau etanol) (Widjanarko, 2008). Metode yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi antara lain maserasi, perkolasi dan sokhletasi. Pemilihan ketiga metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik (Harborne, 1987). Maserasi merupakan proses penyarian yang paling sederhana dan banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk simplisia. Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat kemudian dikocok berulang–ulang sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan simplisia dan melemahkan susunan sel sehingga zat-zat akan terlarut (Ansel, 1989). 3.
Toksisitas Toksisitas merupakan kemampuan suatu molekul atau senyawa kimia yang dapat menimbulkan kerusakan pada bagian yang peka di dalam maupun di bagian luar tubuh makhluk hidup (Durham, 1975). Suatu senyawa kimia dapat dikatakan sebagai racun jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek yang merusak. Suatu senyawa kimia dikatakan bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam waktu singkat. Suatu senyawa kimia disebut bersifat racun kronis jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang (karena kontak yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
berulang-ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit). Batas toksisitas dapat diukur LD50 (LD= Lethal Dose) atau LC50 (LC= Lethal Concentration) (Mansyur, 2002). Adanya flavonoid dalam lingkungan sel, menyebabkan gugus OH- pada flavonoid berikatan dengan protein integral membran sel. Hal ini menyebabkan terbendungnya transport aktif Na+ - K+. Transpor aktif yang berhenti menyebabkan pemasukan ion Na+ yang tidak terkendali ke dalam sel, hal ini menyebabkan pecahnya membran sel (Scheuer, 1994). Pecahnya membran sel inilah yang menyebabkan kematian sel. (Nurhayati et al., 2006). Senyawa toksik tersebut menghambat daya makan dengan cara bertindak sebagai racun perut atau stomach poisoning, yaitu sebuah interaksi penyerangan yang dapat membunuh suatu hewan uji dengan menyerang sistem pencernaan. Senyawa-senyawa tersebut masuk melalui saluran pencernaan dan menyebabkan alat pencernaan menjadi terganggu. Selain menyerang alat pencernaan (Nguyen, dkk., 1999 dalam Krisyuninda, 2010). Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dikenal memiliki aktivitas antikanker. Sedikitnya terdapat 5 mekanisme aktivitas antikanker dari polifenol: Pertama, kemampuan antioksidan dari polifenol dapat melindungi sel dari kerusakan DNA dengan membersihkan sel dari radikal bebas (Reactive Oxygen Species / ROS). Kedua, polifenol memodulasi protein yang berperan dalam jalur transduksi signal. Ketiga, polifenol mengurangi aktivitas dari tyrosine kinase receptors (PDGF-Rβ, EGF-R) yang berperan dalam proliferasi ganas dari sel tumor. Keempat, polifenol menginduksi apoptosis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
pada sel tumor. Kelima, polifenol mengatasi resistensi multiobat dengan memblok efluks P-glycoprotein (P-gp) terhadap obat-obat antikanker (Demeule et al., 2002 dalam Srisadono, 2008). Mekanisme flavonoid sebagai antikanker dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Mekanisme flavonoid sebagai antikanker (Demeule et al., 2002 dalam Srisadono, 2008)
4.
Brine Shrimp Test (BST) Latha et al., (2007) menyebutkan bahwa Brine Shrimp Test (BST) pertama kali diperkenalkan oleh Michael et al., pada tahun 1956. Metode pengujian ini didasarkan pada bahan senyawa aktif dari tumbuhan yang bersifat toksik dan mampu membunuh larva A. salina Leach. dan dapat digunakan sebagai uji praskrining aktivitas antikanker. Uji toksisitas dengan metode BST merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan commit to user dalam waktu singkat setelah
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak tanaman dikatakan toksik berdasarkan metode BST jika harga LC50 <1000 μg/ml (Widianti dan Suhardjono, 2010). Sebagai skrining awal senyawa antikanker, metode yang digunakan adalah metode Brine Shrimp lethaly Test (BST) dengan menggunakan Artemia salina Leach. karena pertumbuhan sel pada kanker identik dengan pertumbuhan Artemia salina Leach. yaitu mitosis (Kresnamurti et al., 2008). 5.
Artemia salina Leach. a. Klasifikasi Menurut Bougis (1979) dalam Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) adalah sebagai berikut: Phylum
: Anthropoda
Kelas
: Crustacea
Subkelas
: Branchiopoda
Ordo
: Anostraca
Familia
: Artemidae
Genus
: Artemia
Spesies
: Artemia salina
Larva Artemia salina dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Artemia salina Leach. (Emslie, 2003) commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Deskripsi Artemia salina Leach. atau sering disebut brine shrimp adalah sejenis udang-udangan primitif yang sudah dikenal cukup lama dan oleh Linnaeus pada tahun 1778 yang diberi nama Cancer salinus, kemudian oleh Leach diubah menjadi A. salina pada tahun 1819. Artemia salina Leach. hewan ini hidup planktonik di perairan yang berkadar garam tinggi (antara 15-300 per mil). Suhu yang berkisar antara 25-30ºC, oksigen terlarut sekitar 3 mg/L, dan pH antara 7,3-8,4 (Mudjiman, 1995). c. Perkembangan dan Siklus Hidup Artemia salina Leach. Pada
lingkungan
alami
pada
saat-saat
tertentu
Artemia
menghasilkan kista yang mengapung pada permukaan air, yang akan terlempar ke darat oleh angin dan ombak. Kista ini secara metabolisme aktif dan tidak akan berkembang apabila mereka tetap dalam kondisi kering. Setelah perendaman dalam air laut, bentuk kista yang bikonkaf akan berubah menjadi bulat seperti bola, dan di bagian dalam kulit embrio mengalami metabolisme. Setelah sekitar 20 jam membran luar dari kista membuka dan embrio muncul dengan membukanya membran. Sementara saat embrio masih berada dibawah cangkang perkembangan nauplius selesai dan dalam waktu singkat membran pecah dan nauplius yang baru lahir akan berenang bebas (Stappen, 2000). Siklus hidup Artemia salina dapat dilihat pada Gambar 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Gambar 5. Siklus Hidup Artemia salina Leach. (Abatzopoulus et al., 1996) 6.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal), kemudian pelat dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak) (Widjanarko, 2008). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) dan selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan. Keuntungan kromatografi lapis tipis adalah dapat memisahkan senyawa yang sangat berbeda seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintesis, kompleks organik dan anorganik serta ion anorganik dalam waktu singkat menggunakan alat yang tidak terlalu mahal (Widjanarko, 2008). Metode ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah cuplikan beberapa mikrogram. Kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
kromatografi kertas adalah dapat digunakan pereaksi asam sulfat pekat yang bersifat korosif, kelemahannya adalah harga Rf yang tidak tetap (Widjanarko, 2008). Faktor retardasi (Rf) untuk tiap-tiap kromatogram didefinisikan sebagai berikut: Rf = Jarak migrasi bercak dari titik awal Jarak migrasi fase gerak Nilai Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa kromatogram dalam kondisi konstan dan hasilnya sama jika diulang pada senyawa yang sama dan kondisi yang sama. Harga Rf suatu senyawa setiap elusi tergantung pada mutu dan sifat tetap, lapisan adsorbsi, jumlah senyawa yang ditotolkan, suhu ruangan serta derajat kejenuhan bejana. Angka Rf berjarak antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya ditentukan dua desimal (Stahl, 1985). 7.
Deteksi Golongan Senyawa Deteksi atau visualisasi golongan senyawa penting sekali dalam analisa dan preparatif untuk mendapatkan senyawa murni. Penggunaan deteksi yang sederhana tidak mampu mendeteksi seluruh senyawa yang terdapat pada plat KLT, sehingga senyawa yang mampu dideteksi relatif sedikit. Deteksi non-destruktif suatu senyawa yang mungkin terdapat pada plat KLT yaitu menggunakan deteksi UV, sedang deteksi destruktif dengan mengkontaminasi senyawa oleh reagen deteksi dikenal sebagai deteksi semprot. Deteksi semprot ini mampu mendeteksi senyawa yang secara visibel commityang to user didapati pada plat KLT maupun tidak. Pemanasan diperlukan untuk
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membantu reaksi warna, hal ini dapat dilakukan dengan hair dryer atau oven (Cannell, 1998). Reagen deteksi golongan senyawa yang biasa digunakan antara lain: i.
Serium (IV) sulfat ialah deteksi umum untuk senyawa organik, memberi noda berwarna coklat gelap (Cannell, 1998).
ii.
Liebermen burchad, merupakan semprot golongan senyawa terpenoid, memberikan noda berwarna merah sampai ungu pada sinar visibel (Cannell, 1998).
iii.
Vanilin asam sulfat, merupakan semprot universal untuk golongan senyawa terpen dengan memberi warna merah dan biru (Cannell, 1998).
iv.
Reagen Dragendorf, merupakan metode tradisional untuk deteksi alkaloid, memberi bercak warna orange sampai merah. Reaksi positif terjadi pula pada beberapa senyawa non-alkaloid seperti iridoid dan beberapa senyawa flavonoid (Cannell, 1998).
v.
Anisaldehid, deteksi beberapa senyawa terutama terpen, sugar, fenol, dan steroid (Cannell, 1998).
vi.
FeCl3 dan uap amonia, merupakan deteksi fenolik (Cannell, 1998).
vii.
Uap iodium merupakan deteksi senyawa yang memiliki ikatan rangkap, hasil positif ditandai dengan bercak berwarna kuning-coklat (visibel) (Fessenden and Fessenden, 1982).
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Kanker merupakan penyebab utama kematian, pengobatan konvensional yang umum dilakukan pada penyakit kanker dapat menimbulkan efek samping walaupun dapat mengeluarkan seluruh kanker sehingga dapat menimbulkan suatu permasalahan baru. Sehingga diperlukan adanya suatu pengobatan alternatif yang aman, efektif, dan efisien. Penggunaan bahan alam yang memberikan efek antikanker merupakan suatu alternatif pilihan yang mulai diminati. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan banyak melaporkan senyawa bioaktif dari suatu tanaman memiliki potensi antikanker, salah satunya flavonoid. Berdasarkan penelitian Fauzia dan Larasati (2008) daun alpukat mengandung flavonoid, alkaloid dan saponin. Berdasarkan kandungan tersebut terdapat kemungkinan daun alpukat berpotensi sebagai sumber obat baru sebagai antikanker. Namun agar dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan penelitian ilmiah lebih lanjut tentang komponen bioaktif dari daun alpukat. Penelitian ini bertujuan sebagai skrining awal untuk menentukan nilai LC50 efek toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST) dan mengetahui kandungan kimia hasil partisi teraktif ekstrak daun alpukat yang berpotensi antikanker. Pemisahan komponen bioaktif daun alpukat meliputi beberapa tahapan yaitu ekstraksi dan partisi. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan penyari
kloroform dan metanol. Ekstrak tersebut kemudian dipartisi untuk memperoleh dua bagian, yaitu bagian yang larut dan bagian yang tidak larut. Pengecekan kandungan senyawa dilakukan dengan kromatografi lapis tipis, dideteksi dengan UV254, UV366, serium (IV) sulfatcommit dan beberapa to user pereaksi semprot yang spesifik.
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tiap tahap pemisahan dimonitoring dengan KLT untuk mengetahui hasil pemisahan kandungan kimia dan BST sebagai bioassay guided extraction and partition Efek toksisitas yang diberikan oleh senyawa bioaktif daun alpukat terhadap A. salina Leach. dengan nilai LC50 <1000 μg/ml memiliki korelasi sebagai antikanker. Sehingga senyawa bioaktif yang terdapat dalam daun alpukat dapat dijadikan sebagai kandidat obat antikanker.
Kanker Pengobatan konvensional (Pembedahan, Kemoterapi, Radiasi)
Daun alpukat Senyawa flavonoid (Owolabi, et al., 2010). Uji BST (Meyer et al., (1982).
Efek samping Nilai LC50-24jam
Profil kandungan kimia
Potensi antikanker Senyawa antikanker Pengobatan alternatif Obat antikanker
Gambar 6. Kerangka pemikiran uji toksisitas hasil partisi ekstrak daun P. americana Mill. terhadap A. salina Leach commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan hipotesis awal adalah: 1.
Bagian komponen teraktif daun alpukat (Persea americana Mill.) diduga mempunyai nilai LC50 kurang dari 1000 µg/ml, sehingga berpotensi sebagai kandidat antikanker.
2.
Komponen bioaktif daun alpukat (Persea americana Mill.) yang berpengaruh terhadap kematian Artemia salina Leach. sehingga berpotensi sebagai antikanker diduga merupakan golongan flavonoid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juni tahun 2012 di Laboratorium
Biologi
Jurusan Biologi
dan Sub
Laboratorium
Biologi
Laboratorium Pusat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Bahan Penelitian 1. Bahan Utama Daun alpukat tua (Persea americana Mill.) yang diambil dari Boyolali pada bulan Januari 2012. 2. Bahan untuk pemisahan komponen bioaktif Pelarut yang digunakan untuk proses pemisahan komponen bioaktif dalam penelitian ini adalah kloroform, metanol dan etil asetat. 3. Bahan untuk kromatografi lapis tipis Fase diam yang digunakan yaitu plat silika gel 60 GF254 (E. Merck) dan fase gerak yang digunakan adalah pelarut yang sesuai. Pereaksi semprot Serium (IV) sulfat dan beberapa pereaksi semprot spesifik. 4. Bahan untuk uji BST Telur Artemia salina Leach., air laut dengan kadar garam 5%, suspensi ragi (Fermipan®) dengan konsentrasi 3 mg/10 ml air laut, CMC dan aquades.
commit to user
19
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Bahan untuk penentuan golongan senyawa a. Pereaksi semprot serium (IV) sulfat (pemanasan 110ºC, 10-15 menit): Serium sulfat anhidrat 0,5 gram, asam sulfat pekat 1,4 ml, dan aquades 25ml. b. Reagent dragendrof: bismuth subnitrat (Bi (NO3)3) 0,17 gram, aquades 12ml, asam asetat glasial 2 ml, potasium ioda 1,6 gram. c. FeCl3: besi (III) klorida 1 gram, asam sulfat 20 ml. d. Lieberman-burchard: 5 ml asam asetat anhidrat, 5 ml asam sulfat pekat dan 50 ml etanol absolut. C. Alat Penelitian 1. Alat untuk pemisahan komponen bioaktif Rotary evaporator (Heidolp vv 2000, Germany), oven (Memert, Germany), lampu UV, syringe, gelas beker, pipa kapiler, bejana pengembang, dan alat-alat gelas lainnya. 2. Alat untuk uji toksisitas Mikropipet 10-1000 µL (Gilson), mikropipet 20-250 µL (Gilson), flakon, gelas ukur 50 ml, vortex (Mixer), lampu 5 watt, neraca analitik (Mettler toledo), spatula, pipet tetes, wadah penetasan dengan 2 tipe ruang (terang dan gelap), kipas angin, dan aerator. 3. Alat untuk kromatografi lapis tipis Bejana pengembang, pipa kapiler, gelas arloji, oven, alat penyemprot bercak dan lampu UV. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Cara Kerja Penelitian 1. Persiapan sampel a. Pengambilan sampel Pengumpulan bahan dilakukan di kabupaten Boyolali, kecamatan Ngampel, desa Purwogondo pada bulan januari 2012. Sampel yang digunakan dikumpulkan dari tempat dan waktu tertentu untuk menghindari adanya variasi kandungan kimia tumbuhan yang terlalu besar karena perbedaan kondisi tempat tumbuh. b. Pengeringan dan pembuatan serbuk Daun alpukat segar sebanyak 32 kg yang telah dikumpulkan kemudian disortir untuk memisahkan bahan dengan kotoran, serangga dan bahan asing (tanaman selain daun alpukat). Daun alpukat kemudian dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran dan debu yang mungkin menempel pada saat pengambilan sampel. Bagian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun sehingga dilakukan pemisahan bagian daun dengan bagian yang lainnya. Selanjutnya daun dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari secara tidak langsung yaitu dengan cara ditutup kain hitam dengan tujuan untuk mencegah kerusakan kandungan kimia oleh adanya radiasi ultraviolet dari sinar matahari. Pengeringan dihentikan setelah daun dapat dipatahkan dengan mudah. Pengeringan bahan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya jamur, bakteri, dan mengurangi kadar air serta menghentikan reaksi enzimatik sehingga dapat mencegah kerusakan sampel. Kandungan bahan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktif yang terdapat pada tanaman sangat di pengaruhi oleh proses pengeringan. Pengeringan yang tepat akan menghasilkan mutu simplisia yang tahan disimpan lama dan tidak terjadi perubahan bahan aktif yang dikandungnya (Manoi, 2006). Daun alpukat yang telah kering (11 kg) diserbuk dengan menggunakan blender. Proses pembuatan serbuk ini bertujuan untuk memperluas permukaan partikel yang akan berinteraksi dengan pelarut saat proses penyarian sehingga proses penyarian dapat berlangsung efektif. Pembuatan simplisia dalam bentuk serbuk tidak boleh terlalu halus karena akan mempersulit proses penyarian, butir-butir yang terlalu halus akan membentuk suspensi yang sulit dipisahkan saat penyarian sehingga hasil penyarian akan tercampur dengan partikel-partikel halus tersebut. 2. Pemisahan komponen bioaktif Pada penelitian ini untuk memisahkan komponen bioaktif digunakan ekstraksi dan partisi. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan penyari metanol dan kloroform. Sedangkan partisi menggunakan pelarut etil asetat yang dipilih melalui optimasi pelarut. a. Ekstraksi Serbuk diekstrak menggunakan metode maserasi dengan cara merendam simplisia dalam larutan penyari. Metode ini dipilih karena komponen aktif yang bermanfaat pada penelitian ini belum diketahui sehingga dapat menghindari rusaknya komponen-komponen senyawa yang tidak tahan terhadap proses pemanasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Ekstraksi dilakukan menggunakan metode Cannell (1998) dalam Khoiriyah (2009). 1. Serbuk daun alpukat (P. americana Mill.) sebanyak 1000 gram dimaserasi menggunakan kloroform 4000 ml selama 24 jam disertai pengadukan, maserasi dilakukan hingga 3 kali. Setelah 24 jam, rendaman disaring dengan kertas saring, ampasnya dipisahkan dan maserat I yang diperoleh diuapkan menggunakan rotary evaporator dan disimpan di eksikator. 2. Ampas dimaserasi kembali dengan kloroform seperti cara diatas sehingga diperoleh maserat II dan III yang telah diuapkan menggunakan rotary evaporator digabungkan dengan maserat I sehingga diperoleh ekstrak kloroform. 3. Ampas yang diperoleh diangin-anginkan hingga tidak berbau pelarut kemudian dimaserasi dengan metanol selama 24 jam dan dilakukan 3 kali dengan langkah sama seperti maserasi menggunakan kloroform. Selanjutnya disaring hingga didapat ekstrak metanol. 4. Kedua ekstrak dimonitor hasil pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis dan dilakukan uji BST. Ekstraksi dengan pelarut kloroform ini dimaksudkan untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat non polar dan senyawa semi polar yang terkandung dalam daun Alpukat. Perendaman dilakukan selama 24 jam disertai dengan pengadukan dengan tujuan untuk memperkecil kejenuhan karena penarikan senyawa aktif akan berlangsung dari konsentrasi tinggi ke commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
konsentrasi rendah. Maserasi dengan kloroform dilakukan tiga kali agar seluruh senyawa yang larut dalam penyari tersebut terambil semua dalam rentang waktu tersebut. Maserat dipisahkan dengan cara disaring dengan kain saring dan dengan kertas saring selanjutnya diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan diperoleh ekstrak kloroform daun Alpukat seberat 47 gram. Sedangkan maserasi dengan metanol akan menarik senyawa semipolar dan senyawa-senyawa polar. Ekstrak metanol daun Alpukat yang diperoleh seberat 62,7 gram. b. Partisi Partisi dilakukan menggunakan metode Cannell (1998) dalam Khoiriyah (2009). 1. Ekstrak yang lebih aktif setelah diuji BST kemudian dipartisi dengan pelarut etil asetat sehingga dihasilkan dua komponen, yaitu komponen larut etil asetat dan komponen tidak larut etil asetat. Kedua bagian tersebut diuapkan. 2. Kedua komponen tersebut diuji BST 3. Komponen yang lebih aktif berdasarkan uji BST dimonitor hasil pemisahannya dengan KLT. c. Uji toksisitas dengan metode BST Telur udang A. salina Leach. Ditetaskan dalam wadah segi empat berisi air laut. Wadah penetas telur terdiri dari dua ruang dengan sekat berlubang, satu bagian ruang gelap dan yang satu terang. Penetasan dilakukan dengan cara merendam telur tersebut dalam wadah berisi air laut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
secukupnya. Telur diletakkan di bagian yang gelap, sedangkan bagian lain diterangi dengan sinar lampu. Setelah 24 jam perendaman, telur menetas dan larva udang bergerak ke bagian yang terang. Kondisi ini dibiarkan sampai larva udang berumur 48 jam. Setelah 48 jam, didapatkan nauplius A. salina Leach. berumur 48 jam yang siap digunakan untuk uji toksisitas (Meyer et al, 1982 dalam Srisadono, 2008). Larutan uji yang dibuat dengan berbagai konsentrasi (10, 100, 200, 500, dan 1000 µg/ml) (Juniarti, et al., 2009) dalam CMC kemudian dimasukkan dalam flakon. Pembuatan kontrol uji dilakukan dengan memasukkan pelarut CMC dalam flakon sebagai kontrol uji. Flakon tersebut dan flakon kontrol uji diuapkan sampai tidak berbau pelarut, selanjutnya diisi dengan 1 ml air laut dan dihomogenisasi dengan menggunakan vortek. Pengambilan sepuluh ekor A. salina Leach. yang bergerak aktif dilakukan secara acak, dimasukkan ke dalam flakon-flakon yang telah diisi sampel dengan konsentrasi tertentu, air laut ditambahkan hingga volume mencapai 5 ml. Makanan yang digunakan adalah ragi Saccharomyces cerevisae dengan konsentrasi 3 mg/5 ml air laut, sebanyak 1 tetes dimasukkan kedalam masing-masing flakon. Flakon-flakon tersebut diletakkan dibawah lampu penerangan selama 24 jam dan kemudian dihitung jumlah larva A. salina Leach. yang mati (Meyer et al., 1982 dalam Maryati dan Erindyah, 2004). Larva dikategorikan mati apabila sudah tidak bergerak lagi. Setiap kadar uji dilakukan pengujian dengan 5 commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kali pengulangan untuk mendapatkan data yang valid. Meyer et al. (1982), menyatakan bahwa senyawa dikatakan toksik jika mempunyai nilai LC50 dibawah 1000 µg/ml. d. Penentuan presentase kematian larva Artemia salina Leanch. Efek toksik daun alpukat terhadap larva A. salina Leach. dianalisis dengan menghitung persen kematian larva uji setelah 24 jam perlakuan, dengan menggunakan rumus: % Kematian = jumlah larva Artemia salina L. mati x 100% jumlah larva uji
e. Pembuatan pereaksi semprot deteksi golongan senyawa 1. Pereaksi semprot serium (IV) sulfat (pemanasan 110°C, 10-15 menit): serium sulfat anhidrat 0,5 g dilarutkan dalam asam sulfat pekat 1,4 ml kemudian diencerkan dengan menambahkan aquades 25 ml. 2. Reagent Dragendorf: bismuth subnitrat (Bi (NO3)3) 0,17 g dilarutkan dalam aquades 8 ml dan asam asetat glasial 2 ml, kemudian ditambahkan potasium ioda 1,6 g yang telah dilarutkan dalam aquades 4ml. 3. FeCl3: besi (III) klorida 1 g dilarutkan dalam asam sulfat 20 ml. 4. Lieberman-burchad: 5 ml asam asetat anhidrat yang dicampur secara hatihati dengan 5 ml asam sulfat pekat kemudian campuran ini ditambahkan secara hati-hati pula ke dalam 50 ml etanol absolut, setiap pencampuran zat dilakukan dengan pendinginan. (Simbala, 2009).
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Penentuan golongan senyawa teraktif Komponen teraktif dilarutkan di pelarut untuk dianalisa kandungan senyawa kimianya dengan ditotolkan pada lempeng KLT yaitu silica gel 60 GF254 menggunakan pipa kapiler. Pengembangan dilakukan dalam bejana pengembang dengan jarak pengembangan 7 cm dan fase gerak yang sesuai. Hasil dideteksi dengan sinar UV254 nm dan UV366 nm dan disemprot dengan Serium (IV) sulfat untuk mendeteksi keberadaan senyawa organik secara umum, dan dideteksi spesifik Lieberman-burchad, reagent Dragendrof dan FeCl3. Setelah dilakukan penyemprotan, plat dipanaskan selama 10-15 menit pada suhu 100ºC dan kemudian dilakukan penghitungan Rf (Cannell, 1998).
E. Analisis Data 1. Data persentase kematian larva A. salina Leach. digunakan untuk mencari angka probit melalui tabel dan dibuat persamaan regresi linier : y = bx + a dimana :
y = angka probit, dan x = log konsentrasi
Berdasarkan persamaan di atas, kemudian dihitung LC50-24
jam
hasil
partisi daun alpukat dengan memasukkan nilai probit 5 (50% kematian) ke persamaan tersebut sehingga diperoleh konsentrasi yang menyebabkan 50% kematian. Bila ada kematian pada kontrol dapat dikoreksi dengan rumus Abbot's yaitu: % Kematian = jumlah larva Artemia salina L. (mati-kontrol) x 100% commit to user jumlah larva uji
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suatu senyawa atau ekstrak dikatakan toksik apabila menunjukkan LC50<1000 µg/ml pada uji dengan BST (McLaughlin dan Ferrigni, 1983; Carballo et al., 2002). 2. Penentuan profil komponen kandidat antikanker dideteksi dengan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak dan fase diam yang sesuai serta pereaksi semprot yang spesifik. Profil kromatografi lapis tipis hasil deteksi semprot spesifik dianalisis secara kualitatif dengan analisis deskriptif komparatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deteksi Kandungan Kimia Ekstrak Identifikasi KLT untuk ekstrak kloroform dan ekstrak metanol dilakukan untuk melihat profil kandungan kimia pada kedua ekstrak tersebut. Pemeriksaan awal dengan KLT ini untuk mengetahui apakah dalam ekstrak terdapat kandungan senyawa kimia serta masih terjadi tumpang tindih antara senyawa kimia pada keduanya. KLT ini menggunakan silika gel 60 GF254 sebagai fase diam dan perbandingan fase gerak n-heksana:etil asetat (3:1(v/v)). Profil hasil KLT ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Rf 1
0,75
0,5
0,25
0
1
2 A
1
2
1
B
2 C
Gambar 7. Profil kromatogram ekstrak kloroform dan metanol daun Alpukat dengan deteksi (A) UV254, (B) UV366, (C) serium (IV) sulfat Fase diam : Silika gel 60 GF254 Fase gerak : n-heksana:etil asetat 3:1(v/v) Keterangan : 1. Ekstrak MeOH 2. Ekstrak CHCl3 commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil KLT terlihat bahwa dari kedua ekstrak menunjukkan profil yang berbeda. Hal ini berarti bahwa ekstraksi yang dilakukan dengan kloroform telah menarik senyawa-senyawa yang bersifat non polar dan semi polar, sedangkan ekstraksi dengan metanol menarik senyawa-senyawa yang memiliki sifat lebih polar. Deteksi kromatogram dengan sinar UV254 (Gambar 7.A) memperlihatkan terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa zona gelap pada latar belakang berfluoresensi hijau. Peredaman yang terjadi pada UV254 ini menunjukkan adanya keberadaan suatu senyawa. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Apristiani dan Astuti (2005) yang menyatakan bahwa deteksi kromatogram isolat dengan sinar UV254 terhadap komponen aktif ekstrak kloroform daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) memperlihatkan beberapa peredaman yang menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung minimal 2 ikatan rangkap terkonjugasi. Sedangkan deteksi dengan sinar UV366 akan memunculkan peredaman apabila menunjukkan keberadaan senyawa dengan ikatan rangkap terkonjugasi yang lebih panjang. Deteksi dengan sinar UV366 (Gambar 7.B) memperlihatkan bercak yang berpendar dan berwarna ungu hingga merah. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang panjang sehingga dapat berpendar dengan penyinaran UV gelombang panjang. Deteksi senyawa organik dilakukan dengan penampak bercak serium (IV) sulfat yang ditandai dengan memunculkan banyak titik coklat (Apristiani dan Astuti, 2005). Deteksi dengan pereaksi serium (IV) sulfat (Gambar 7.C) memperlihatkan munculnya bercak berwarna coklat gelap yang commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berarti bahwa dalam kedua ekstrak tersebut terkandung beberapa senyawa organik.
B. Uji Toksisitas Ekstrak Kedua ekstrak kemudian dilakukan uji toksisitas dengan metode BST dengan tujuan untuk mengetahui ekstrak mana yang paling toksik. Uji dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi (10, 100, 200, 500, dan 1000 µg/ml) untuk masing-masing ekstrak. Uji ini menggunakan hewan uji A. salina yang berumur 48 jam (nauplius). Hasil uji toksisitas masing-masing ekstrak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil uji toksisitas ekstrak kloroform dan metanol daun Alpukat terhadap A. salina.
Sampel uji Ekstrak Metanol
Ekstrak Kloroform
Konsentrasi (μg/ml) 1000 500 200 100 10 1000 500 200 100 10
Rata-rata persentase kematian A salina (%) Rata-rata Bagian I Bagian II Bagian III Bagian 82 84 84 83.33 82 84 84 83.33 80 84 84 82.67 78 78 34 63.33 48 46 38 44 80 80 84 81.33 78 82 84 81.33 64 46 52 54 32 24 64 40 32 28 38 32.67
Berdasarkan hasil uji toksisitas diatas dapat diketahui bahwa ekstrak metanol mampu menyebabkan kematian 50% terhadap A. salina pada konsentrasi terkecil yaitu 100 μg/ml. Selain itu, ekstrak metanol mampu mengakibatkan ratarata kematian hewan uji tertinggi dengan presentase 83.33% sedangkan ekstrak commit to user kloroform 81.33%, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak metanol lebih aktif
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daripada ekstrak kloroform. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah (2009), yang menyatakan bahwa ekstrak metanol daun Lobak ( Raphanus sativus Landra. Var hortensis Back.) memiliki aktivitas yang mampu memyebabkan kematian A. salina lebih tinggi dibandingkan ekstrak kloroform daun Lobak. Selanjutnya ekstrak metanol yang merupakan ekstrak aktif dipartisi untuk diuji lebih lanjut.
C. Partisi dan Uji Toksisitas Ekstrak Teraktif Ekstrak metanol yang merupakan ekstrak teraktif dipartisi dengan etil asetat hingga diperoleh dua komponen, yaitu komponen larut etil asetat (6,3 gram) dan komponen tidak larut etil asetat (5,4 gram). Partisi ini dimaksudkan untuk menyari senyawa-senyawa yang lebih polar agar tertarik kedalam komponen larut etil asetat. Etil asetat sebagai pelarut partisi diperoleh dari partisi pendahuluan dengan berbagai pelarut yang dipilih berdasarkan indeks kepolaran. Profil KLT hasil partisi dapat dilihat pada Gambar 8.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rf 1
0,75
0,5
0,25
0
1
2 A
1
2 B
1
2 C
Gambar 8. Profil kromatogram komponen larut etil asetat dan tidak larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat dengan deteksi (A) UV254, (B) UV366, (C) serium (IV) sulfat Fase diam : Silika gel 60 GF254 Fase gerak : n-heksana:etil asetat 3:1 (v/v) Keterangan : 1. Komponen tidak larut etil asetat 2. Komponen larut etil asetat Pada hasil kromatogram pada kedua komponen berdasarkan deteksi UV254, UV366 dan Serium (IV) Sulfat menunjukkan tidak adanya kesamaan bercak. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang bersifat polar terpartisi kedalam komponen larut etil asetat, sedangkan senyawa yang bersifat non polar tetap tertinggal dalam komponen tidak larut etil asetat. Langkah selanjutnya dilakukan uji toksisitas komponen larut etil asetat dan komponen tidak larut etil asetat terhadap A. salina. Hasil uji toksisistas komponen hasil partisi dapat dilihat pada Tabel 2. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Hasil uji toksisitas komponen larut etil asetat dan komponen tidak larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat terhadap A. salina
Sampel uji Fraksi larut etil asetat
Fraksi tidak larut etil asetat
Konsentrasi (μg/ml) 1000 500 200 100 10 1000 500 200 100 10
Rata-rata persentase kematian A salina (%) Rata-rata Bagian I Bagian II Bagian III Bagian 96 90 98 94.67 96 90 98 94.67 96 90 98 94.67 76 80 98 84.67 42 60 78 60.00 40 50 36 42.00 28 54 50 44.00 26 14 4 14.67 8 2 0 3.33 0 0 0 0.00
Berdasarkan hasil uji toksisitas diatas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase kematian komponen larut etil asetat lebih besar dari pada komponen tidak larut etil asetat dengan nilai presentase kematian larva melebihi 50% pada konsentrasi terkecil (10 μg/ml) pada komponen larut etil asetat sedangkan komponen tidak larut etil asetat tidak mencapai kematian 50%. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa komponen larut etil asetat lebih aktif daripada komponen tidak larut etil asetat. Maka komponen larut etil asetat merupakan kandidat antikanker yang perlu diteliti lebih lanjut. Nilai rata-rata persentase kematian komponen teraktif yang diperoleh selanjutnya diubah menjadi nilai probit dengan menggunakan tabel probit (lampiran 7), kemudian dibuat kurva hubungan antara log konsentrasi (x) dan nilai probit (y) sehingga diperoleh persamaan garis lurus. Kurva hubungan antara log konsentrasi dan nilai probit dapat dilihat pada Gambar 9.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 9. Kurva regresi linier hasil uji toksisitas komponen larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat terhadap A. salina bagian I, II dan III. Berdasarkan persamaan garis lurus dari masing-masing Bagian dapat ditentukan nilai LC50 dengan cara memasukkan nilai y = 5 ke dalam persamaan garis lurus, sehingga diperoleh log konsentrasi yang menyebabkan 50% kematian. Nilai LC50 menunjukkan konsentrasi yang menyebabkan kematian pada 50% hewan uji. nilai LC50 merupakan indikasi untuk toksisitas senyawa. Harga nilai LC50 yang diperoleh mencerminkan toksisitas bahan terhadap hewan uji. Semakin besar harga nilai LC50 berarti toksisitasnya semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil harga nilai LC50 maka semakin besar toksisitasnya. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Meyer dkk. (1982), senyawa uji dikatakan toksik jika harga LC50 lebih kecil dari 1000 μg/ml. Hasil perhitungan diperoleh harga LC50 sebesar 5,48 μg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa komponen larut etil asetat berpotensi sebagai antikanker. Selanjutnya golongan senyawa pada komponen larut etil asetat dideteksi dengan KLT dan pereaksi semprot spesifik.
D. Deteksi Golongan Senyawa Komponen Teraktif Golongan senyawa yang terkandung dalam komponen teraktif dianalisis menggunakan metode KLT dengan beberapa pereaksi penampak bercak. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 GF254 dengan fase gerak n-heksana:etil asetat (3:1(v/v)), jarak pengembangan 7 cm. Deteksi menggunakan sinar UV254, sinar UV366 dan beberapa pereaksi penampak bercak, yaitu Serium (IV) sulfat, Dragendorff, FeCl3 dan Lieberman-burchad. Hasil deteksi senyawa dengan sinar UV254, sinar UV366 dan beberapa pereaksi penampak bercak, yaitu Serium (IV) sulfat, Dragendorff, FeCl3 dan Lieberman-burchad dapat dilihat pada gambar 10.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rf 1
0,75
0,5
0,25
0
A
B
C
D
E
F
G
Gambar 10. Profil kromatogram komponen larut etil asetat daun Alpukat dengan berbagai pereaksi penampak bercak. (A) sinar tampak, (B) UV254, (C) UV366, (D) Serium (IV) Sulfat, (E) FeCl3, (F) Dragendorff, dan (G) Libermann Burchard Fase diam : Silika gel 60 GF254 Fase gerak : n-heksan:etil asetat 3:1 (v/v) Jarak pengembangan : 7 cm
Tabel 3. Hasil uji KLT komponen larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat dengan berbagai pereaksi penampak bercak. Rf
Penampak bercak Sinar tampak
UV254
UV366
SS
FeCl3
DD
LB
0.07
Hijau tua
Peredaman
Merah muda
Coklat
Coklat
Hijau
Coklat tua
0.14
Hijau-kuning
Peredaman
Ungu-biru
Coklat
hijau
Hijau
-
0.36
Hijau
Peredaman
Merah
Coklat
Hijau-coklat
Hijau
Coklat
0.43
Hijau
Peredaman
Merah muda
Coklat
Hijau-kuning
-
-
0.66
Hijau-kuning
Peredaman
Merah gelap
Coklat
Hijau-kuning
Hijau tua
Hijau coklat
0.74
Hijau
Peredaman
Merah gelap
Coklat
Hijau tua
Hijau tua
Hijau coklat
0.81
Hijau tua
Peredaman
Merah
Coklat
Hijau tua
-
-
0.86
Hijau muda
-
Merah orange
Coklat
Hijau
-
-
Keterangan : 1. SS 2. DD 3. LB
= Serium (IV) sulfat = Dragendorff = Lieberman-burchad
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Hasil uji kandungan senyawa komponen larut etil ekstrak metanol daun Alpukat. Senyawa Hasil Senyawa organik Positif Flavanoid Positif Alkaloid Negatif Terpenoid Negatif
Deteksi kromatogram komponen larut etil asetat dengan sinar UV254 (Gambar 10.B) menunjukkan adanya keberadaan suatu senyawa dengan terbentuknya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa zona gelap berlatar belakang fluoresensi hijau. Deteksi dengan sinar UV366 (Gambar 10.C) memperlihatkan beberapa bercak yang berpendar dan berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran dengan UV gelombang panjang. Deteksi dengan sinar tampak (Gambar 10.A) memperlihatkan beberapa bercak berwarna hijau hingga kuning. Deteksi umum untuk senyawa organik dilakukan dengan penyemprotan menggunakan serium (IV) sulfat. Pada kromatogram dengan deteksi ini memunculkan banyak bercak berwarna coklat dengan harga Rf 0,07; 0,14; 0,36; 0,43; 0,66; 0,74; 0,81; dan 0,86 (Gambar 10.D). Hal ini menunjukkan bahwa pada bercak tersebut terdapat senyawa organik. Untuk mengetahui jenis golongan senyawa secara spesifik, maka dilanjutkan deteksi dengan menggunakan pereaksi penampak bercak yang spesifik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
Pemeriksaan Akaloid Fase gerak yang digunakan pada KLT untuk analisis alkaloid adalah n-heksana:etil asetat (3:1 (v/v)). Plat disemprot dengan pereaksi dragendorff kemudian dikeringkan dengan suhu 110 °C selama 10 menit. Dragendorff merupakan pereaksi semprot untuk mendeteksi keberadaan senyawa yang mengandung basa nitrogen secara umum dan alkaloid. Alkaloid dan basa nitrogen akan menunjukkan bercak berwarna coklat jingga berlatar belakang kuning setelah disemprot dengan pereaksi Dragendorff (Santosa dan Hertiani, 2005). Senyawa alkaloid yang terdapat pada isolat spons Petrosia sp. menunjukkan efek toksisitas terhadap Artemia salina dan efek sitotoksisitas terhadap sel myeloma (Astuti, dkk., 2005), selain itu penelitian Widianti dan Suhardjono (2010) juga melaporkan bahwa senyawa alkaloid pada buah cabai rawit (Capsicum frutescens) juga memiliki efek toksisitas. Akan tetapi pada hasil kromatogram tidak memunculkan bercak yang berwarna coklat kekuningan (Gambar 10.F), berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam komponen larut etil asetat tidak mengandung senyawa yang mengandung basa nitrogen dan alkaloid.
Pemeriksaan Terpenoid Fase gerak yang digunakan pada KLT untuk analisis terpenoid adalah n-heksana:etil asetat (3:1 (v/v)). Plat disemprot dengan pereaksi LiebermenBurchad kemudian dipanaskan dengan suhu 110 °C selama 10 menit. Pemeriksaan terpenoid menggunakan pereaksi semprot Liebermen-Burchad, bila terdapat terpenoid maka akan menunjukkan bercak berwarna kuning-jingga commit to user (Sulistijowati dan Gunawan, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan senyawa
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
terpenoid memiliki efek antikanker. Berdasarkan penelitian Aryanti, dkk., (2005) dilaporkan bahwa senyawa pada isolasi akar berambut Artemisia cina aktif terhadap sel kanker HeLa Ohio merupakan senyawa terpenoid. Senyawa terpenoid pada daun Tamarindus indica L. memiliki nilai toksisitas 294,38 μg/mL terhadap Artemia salina Leach. ( Maryati dan Erindyah, 2004). Sedangkan pada penelitian ini hasil kromatogram tidak menunjukkan adanya bercak berwarna kuning-jingga, sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam komponen larut etil asetat tidak terdapat senyawa golongan terpenoid.
Pemeriksaan Flavonoid Fase gerak yang digunakan pada KLT untuk analisis flavonoid adalah n-heksana:etil asetat (3:1 (v/v)). Hasil deteksi dengan pereaksi semprot FeCl3 menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan berubahnya warna menjadi hijau yang menunjukkan bahwa kandungan senyawa dalam komponen larut etil asetat terdapat senyawa golongan fenoliok. Menurut Harborne (1987) dalam Nugrahaningtyas, dkk., (2005) flavonoid adalah turunan senyawa fenolat, sehingga untuk identifikasi awal dapat digunakan pereaksi FeCl3. Tes fenolat memberikan hasil positif jika setelah beberapa saat terbentuk warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam kuat. Hasil positif deteksi FeCl3 dapat ditemukan munculnya warna hijau pada nilai Rf 0,14; 0,36; 0,43; 0,66; 0,74; 0,81 dan 0,86 (Gambar 10.E). Kebanyakan fenol (terutama flavonoid) dapat dideteksi pada kromatogram berdasarkan warnanya atau fluoresensinya di bawah lampu UV, Senyawa fenol merupakan senyawa aromatik sehingga menunjukkan serapan kuat user di daerah spektrum UV (Harborne,commit 1987).toHal ini dapat dilihat pada Gambar 10.C,
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
dimana pada spektrum UV366 tampak bercak biru-ungu. Sehingga berdasarkan kenampakan pada deteksi semprot FeCl3 dan spektrum UV366 dapat disimpulkan bahwa dalam komponen larut etil asetat terdapat senyawa golongan flavonoid. Hasil penelitian efek toksisitas komponen bioaktif daun Lobak (Raphanus sativus Landra. var. hortensis Back.) menunjukkan fraksi tidak larut asetonitril mempunyai efek toksisitas tertinggi terhadap A. salina dengan nilai LC50 sebesar 90,54 μg/mL. Senyawa toksik yang terdapat dalam fraksi tidak larut asetonitril daun Lobak yang diduga ikut bertanggungjawab menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach. adalah golongan senyawa fenolik (Khoiriyah, 2009). Senyawa toksik bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut yang apabila senyawa-senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh larva, alat pencernaannya akan terganggu. Senyawa ini juga menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva. Akibatnya, larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan. Hasil uji toksisitas fraksi IV dari hasil fraksinasi dari partisi larut washbenzena ekstrak kloroform daun Ambre menunjukkan toksisitas paling tinggi terhadap A. salina Leach dengan nilai LC50 = 776,46 μg/ml dan berpotensi untuk diteliti lebih lanjut ke arah senyawa antikanker. Pada fraksi IV tersebut ditemukan senyawa golongan terpenoid dan fenolik (Ambarwati, 2010). Berdasarkan Saroja., et al (2012), menyebutkan bahwa senyawa dalam Terminalia catappa yang berperan sebagai antitumor dan antioksidan diketahui sebagai senyawa flavonoid. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Fitriya dan Anwar (2009) menunjukkan bahwa isolasi senyawa falvonoid dari fraksi etil asetat akar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
tumbuhan tunjuk langit (Helmynthostachis zeylanica (Linn) Hook) memiliki aktivitas antikanker yang sangat kuat. Senyawa flavonoid yang ditemukan pada penelitian tersebut termasuk dalam kelompok flavon. Penelitian lain yang dilakukan oleh Chunsriimyatav., et al. (2009) pada hasil isolasi dari bagian aerial pada Saussurea salicifolia (L.) DC. ditemukan kandungan senyawa quercetin yang termasuk golongan senyawa flavonoid. Senyawa tersebut menunjukkan aktivitas antikanker dengan kerja mereduksi pertumbuhan sel leukemia L5178Y. Lazaro (2009) menemukan bahwa senyawa Luteolin termasuk salah satu golongan flavonoid yang diperoleh dari beberapa jenis tumbuhan aktivitas antikanker dengan beberapa mekanisme, diantaranya memodulasi tingkat ROS, menghambat topoisomerase I dan II, mereduksi aktivitas NfkappaB dan AP-1, stabilisasi p53 dan menghambat PI3K, STAT3, IGF1R and HER2. Pemeriksaan beberapa golongan senyawa dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam komponen larut etil asetat daun alpukat mengandung senyawa flavonoid. Senyawa yang berhasil dideteksi tersebut dapat dikatakan sebagai golongan senyawa yang ikut bertanggung jawab terhadap kematian A. salina dan diduga merupakan senyawa yang dapat berpotensi sebagai antikanker. Terlebih lagi dalam daun alpukat menurut Owolabi, et al., (2010) senyawa flavonoid yang terkandung antara lain quercetin, rutin, luteolin, apigenin, dan isorhamnetin sehingga kemungkinan besar senyawa yang berperan menimbulkan aktivitas antikanker berasal dari golongan flavonoid. Namun tidak menutup kemungkinan ada golongan senyawa lain yang ikut bertanggung jawab terhadap efek toksik A. salina yang belum terdeteksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lanjut dengan menggunakan teknik purifikasi (pemurnian) seperti KLT preparatif atau kromatografi filtrasi gel dengan fase diam dan fase gerak tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil uji toksisitas komponen larut etil asetat dari ekstrak metanol daun Alpukat menunjukkan toksisitas paling tinggi terhadap A. salina Leach dengan nilai LC50 = 5,48 μg/ml dan berpotensi untuk diteliti lebih lanjut ke arah senyawa antikanker. 2. Pada komponen larut etil asetat ditemukan senyawa golongan flavonoid dengan deteksi FeCl3.
B. Saran Perlu dilakukan fraksinasi dan isolasi lebih lanjut terhadap komponen larut etil asetat ekstrak metanol daun Alpukat untuk mendapatkan senyawa yang paling toksik terhadap A. salina Leach dan uji sitotoksisitasnya.
commit to user
44