UJI SIFAT FISIK FORMULASI TABLET ANTI DIABETES EKSTRAK PARE (Momordica charantia L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI PEMANIS ASPARTAM SECARA GRANULASI BASAH Fitri Arum, Sunyoto, Nurul Hidayati
INTISARI Buah dari tanaman obat pare (Momordica charantia L.) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat. Charantin merupakan salah satu senyawa berkhasiat yang terkandung pada buah pare. Senyawa charantin dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga banyak digunakan sebagai obat kencing manis. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet ekstrak buah pare (Momordica carantia L.) dengan bahan pemanis aspartam dengan berbagai konsentrasi yang dapat menutupi rasa pahit dan memenuhi persyaratan mutu fisik tablet. Formula tablet ekstrak buah pare ( Momordica charantia L.) dengan bahan pemanis aspartam pada konsentrasi 0,5% dan 0,625% mampu menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan. Sedangkan pada konsentrasi 0,75% belum mampu menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan. Konsentrasi pemanis aspartam memberi pengaruh terhadap sifat fisik granul dan sifat fisik tablet yaitu pada kekerasan dan waktu hancur tablet. Konsentrasi pemanis aspartam yang paling baik sebagai bahan pemanis tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) adalah formula I yaitu dengan konsentrasi bahan pengikat 0,5%.
Kata Kunci : Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia L.), Bahan Pemanis Aspartam, Granulasi Basah, Uji Sifat Fisik Tablet.
Fitri Arum, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus saat ini hampir merambah seluruh dunia. Tidak hanya negara-negara maju saja yang terserang dengan penyakit ini, akan tetapi negara-negara berkembang pun sekarang nampaknya sudah mulai memiliki potensi terserang penyakit ini. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan kadar glukosa darah tinggi akibat tubuh kekurangan hormon insulin. Obat tradisional telah digunakan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Salah satu obat tradisional yang digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah buah pare (Momordica charantia L). Kandungan zat aktif dalam buah pare yang berguna dalam penurunan glukosa darah adalah charantin dan polypeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea. Manfaat dari charantin dan polypeptide-P insulin ini adalah dengan cara mencegah penyerapan glukosa pada usus dan meningkatkan deposit cadangan gula glikogen di hati Buah pare (Momordica charantia L.) apabila dikonsumsi secara langsung dalam bentuk segar kemungkinan kurang disukai oleh masyarakat karena rasa pahit dari buah pare tidak bisa dihindari. Sehingga untuk meningkatkan kepraktisan dalam penggunaannya serta meningkatkan nilai ekonomisnya perlu dikembangkan dalam bentuk sediaan lain yaitu tablet ekstrak buah pare. Bentuk sediaan tablet sangat menguntungkan karena mudah untuk dikonsumsi, praktis, takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis transportasi dan penyimpanannya (stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah ditelan, sehingga diharapkan masyarakat dapat tertarik untuk mengkonsumsi sediaan tablet ekstrak buah pare. Untuk mendapatkan zat aktif yang terdapat dalam pare (Momordica charantia L.) tersebut dilakukan penyarian zat aktif dengan metode maserasi. Metode ini sangat sesuai dengan zat berkhasiat yang tidak tahan terhadap pemanasan tinggi, mudah dilakukan dan sederhana. Pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol 70%, hal ini dikarenakan kandungan senyawa yang akan diambil dari buah pare (Momordica charantia L.) adalah senyawa triterpenoid dan polisakarida yang pada umumnya larut dalam etanol. Aspartam atau gula jagung merupakan suatu pemanis sintetis yang rendah kalori dengan keunggulan mempunyai energi yang sangat rendah, tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi dan diantara semua pemanis yang tidak berkalori hanya aspartam yang mengalami metabolisme (dapat dipecah menjadi komponen dasar dan dibuang) sehingga tidak terakumulasi dalam tubuh dan baik digunakan untuk penderita diabetes. Aspartam dapat digunakan sebagai pemanis dengan kadar 0,5% - 0,75%.
57
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
58
Kandungan zat aktif ekstrak pare tidak tahan panas, tidak tahan terhadap tekanan tinggi, sifat alir jelek apabila menggunakan granulasi kering. Berdasarkan sifat-sifat tersebut maka metode pembuatan tablet ini dapat menggunakan metode granulasi basah. Metode granulasi basah dapat memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas bahan sehingga menjadi lebih mudah di tablet. Bahan tambahan pemanis yang digunakan pada penelitian ini adalah aspartam dengan konsentrasi 0,5% - 0,75% yang diharapkan dapat menutupi rasa pahit dari buah pare (Momordica charantia L.) dan kita dapat mengetahui tablet dengan konsentrasi pemanis aspartam yang sesuai dengan standar sifat fisik. II.
METODE
A. Lokasi Penelitian dilakukan di Laboratorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, pada bulan April – Mei tahun 2015. B. Alat dan Bahan Alat Timbangan analitik, blender, oven, ayakan no.16, stopwatch, cawan penguap, batang pengaduk, gelas ukur, waterbath, sudip, wadah pencampur granul, jangka sorong, beaker glass, mesin pencetak tablet (single punch), Tabel 1. Formulasi Tablet Ekstrak Pare Komposisi Zat aktif Avicel PH 101 Eksplotab Gelatin Aspartam Mg stearat Aerosil Bobot Tablet
Formula 1 (mg) Aspartam 0,5% 400 111 30 30 3 6 20 600
Formula 2 (mg) Aspartam 0,625% 400 110,25 30 30 3,75 6 20 600
Formula 3 (mg) Aspartam 0,75% 400 109,5 30 30 4,5 6 20 600
alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tablet ekstrak pare antara lain : alat uji kekerasan (hardness tester), alat uji kerapuhan (friabilator), uji waktu hancur (disintegrasi tester) Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya buah pare, etanol 96%, Aspartam, Gelatin, Avicel PH 101, Eksplotab, Mg stearat, Talk, Aerosil.
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
C. Formula Formulasi dibuat dengan bobot 600 mg tiap tablet, dibuat 3 formula dengan konsentrasi aspartam0,5%, 0,625% dan 0,75% dibuat 100 tablet untuk setiap formula. Formula lengkap dapat dilihat pada tabel 1. D. Cara Kerja 1. Pengambilan Sampel Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah buah pare (Momordica charantia L.) jenis pare pare gajih. Pare gajih berdaging tebal, warnanya hijau muda, bentuknya besar, panjang dan rasanya tidak begitu pahit yang diambil dari perkebunan di daerah Jatinom, Klaten Utara dengan umur 2 bulan sejak berbuah. 2. Determinasi Sampel Dilakukan untuk menetapkan kebenaran sampel tanaman pare (Momordica charantia L.) dan dibuktikan di Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan. 3. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Buah pare segar dicuci bersih, Dipotong-potong tipis dengan diameter 2-3 mm, Simplisia diletakkan dalam loyang yang terbuat dari alumunium dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40o C sampai kering selama 48 jam (2 hari) hingga memenuhi kadar air kurang dari 10%. Diserbukkan, kemudian diayak dengan ayakan ukuran 40 mesh. 4. Pembuatan Ekstrak Pare Serbuk buah pare kering sebanyak 300 gram dimaserasi dengan cairan penyari 2000 ml etanol 70%. Maserasi dilakukan selama 5 hari sambil digojok sekali-kali, kemudian disaring menggunakan kain flannel dengan tujuan untuk memisahkan sari dengan ampas buah pare. Selanjutnya disaring menggunakan kain flanel. Sari yang didapat dicampur dengan sari yang pertama agar homogen. Sari dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan tekanan rendah dan suhu 50°C sehingga didapatkan ekstrak kental buah pare (Momordica charantia L.). 5. Pembuatan Tablet Ekstrak kental pare ditambah Aerosil 5% diaduk hingga kering kemudian ditambah Avicel PH 101 dan Eksplotab diaduk sampai homogen. Tambahkan gelatin sebagai bahan pengikat. Adonan diayak dengan ayakan no.16 membentuk granul basah. Dikeringkan dalam oven pada suhu 60˚ C. Granul kering diayak dengan ayakan no.18 kemudian dilakukan pengujian granul kering. Granul + Aspartam + Mg stearat dicampur hingga homogen. Tablet dikempa dengan berat 600 mg. Pengujian sifat fisik tablet
59
60
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
6. Uji Sifat Fisik Granul Pemeriksaan granul yang dilakukan terdiri dari susut pengeringan, sifat alir dan pengetapan granul. 7. Uji Sifat Fisik Tablet Evaluasi tablet yang dilakukan meliputi uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji kerapuhan, uji waktu hancur. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Ekstrak Pare Hasil pembuatan ekstrak kental menunjukkan bahwa 8000 gram pare basah yang sudah diambil bijinya dan dikeringkan didapatkan 442,43 gram serbuk pare kering. Serbuk pare kemudian ditambah 2000 ml etanol 70% dapat menghasilkan ekstrak kental sebanyak 134,39 gram. Ekstrak pare yang didapat berupa ekstrak kental berwarna coklat, kehitaman, dan bau khas pare. Hasil rendemen simplisia pare yaitu 5,53%. 2. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Pemeriksaan granul yang dilakukan terdiri dari susut pengeringan, sifat alir dan pengetapan granul. Uji Susut Pengeringan Pengeringan granul dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 50oC selama 3 hari. Pemanasan menggunakan suhu rendah dikarenakan apabila menggunakan suhu tinggi akan mempengaruhi zat berkhasiat dari pare yaitu charantin yang sifatnya rusak pada pemanasan suhu di atas 60oC. Adapun konsentrasi yang dikatakan paling baik adalah konsentrasi aspartam terkecil yaitu pada konsentrasi aspartam 0,5% dengan nilai susut pengeringan 1,5%. Uji Sifat Alir Uji sifat alir granul meliputi uji waktu alir dan sudut diam dari granul. Hasil yang diperoleh menunjukkan konsentrasi aspartam 0,5% dengan waktu alir 7,04 detik adalah konsentrasi yang memiliki sifat alir paling baik dari konsentrasi lain. Hasil pengujian sudut diam ketiga konsentrasi aspartam dapat diketahui bahwa semua konsentrasi telah memenuhi persyaratan kurang dari 30°. Formula I dengan konsentrasi aspartam 0,5% dikatakan paling baik karena pada formula ini nilai sudut diamnya paling rendah sehingga kecepatan alir tablet akan menjadi lebih baik. Tabel 2. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Evaluasi Susut Pengeringan (%) Waktu Alir (detik) Sudut diam (o) Pengetapan (%)
Konsentrasi Aspartam (%) 0,5 1,5 7,04 26,56 4
0,625 1,61 7,31 29,24 5
0,75 1,85 7,70 29,24 5
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
Uji Pengetapan Formula I dengan konsentrasi aspartam 0,5% dan indeks pengetapan sebesar 4% mempunyai nilai indeks pengetapan paling rendah. Formula ini mempunyai homogenitas tinggi dan karakteristik granulnya berbentuk konstan sehingga nilai pengetapan granulnya akan menjadi lebih baik. 3.
Uji Sifat Fisik Tablet a. Uji keseragaman bobot Tiap konsentrasi aspartam dilakukan pengujian dengan menggunakan 20 tablet yang kemudian ditimbang satu-persatu dan dihitung rata-rata bobot tablet tiap konsentrasinya. Hasil pengujian keseragaman bobot yang paling baik adalah formulasi I dengan penyimpangan 5% pada kolom A yaitu 568,14 - 627,95 mg dan 10% pada kolom B yaitu 538,24 - 657,85 mg. b. Uji keseragaman ukuran Hasil yang diperoleh didapat perbedaan keseragaman ukuran antara ketiga konsentrasi aspartam yang dibuat. Konsentrasi yang paling baik diantara ketiga konsentrasi tersebut adalah konsentrasi aspartam 0,5% dengan diameter 11,05 mm dan tebal 3,90 mm. c. Uji kekerasan Formula I dengan konsentrasi aspartam 0,5% memiliki nilai kekerasan yang paling rendah apabila dibandingkan dengan formula lain, sehingga dapat dikatakan konsentrasi ini adalah yang paling baik. Perbedaan ini dikarenakan adanya pengaruh dari aspartam pada saat pembuatan tablet. Semakin besar konsentrasi aspartam yang di tambahkan menyebabkan semakin higroskopis massa tablet buah pare yang dihasilkan. Hal ini dapat diamati dari penampilan fisik tablet buah pare yang menjadi cepat lengket dan lembab dalam penyimpanan. Tablet yang lengket atau lembab menyebabkan nilai kekerasannya semakin besar dan tablet akan sulit dicerna. d. Uji kerapuhan Formula I pada konsentrasi aspartam 0,5% dengan persen kerapuhan tablet 0,44% adalah formula yang memiliki persen kerapuhan lebih baik daripada formula lain. Hasil pengujian kerapuhan tablet yang dilakukan dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi pemanis aspartam, semakin tinggi pula angka kerapuhan yang ada. Hal ini dikarenakan sifat dasar aspartam yang terbuat dari gula jagung mempunyai titik lebur 227o dan aspartam mudah meleleh pada pemanasan pemanasan. e. Uji waktu hancur Hasil pengujian waktu hancur tablet ekstrak buah pare dengan bahan pemanis aspartam konsentrasi 0,5%; 0,625% dan 75% masing masing yaitu 10,01 menit; 13,02 menit; dan 17,38 menit. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji waktu hancur terhadap tablet ekstrak buah pare pada konsentrasi 0,5% dan konsentrasi 0,625% telah memenuhi syarat yang ada dalam Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak melebihi 15 menit dan konsentrasi 0,75% tidak memenuhi syarat waktu hancur.
61
62
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
Semakin tinggi konsentrasi aspartam menyebabkan tablet semakin higroskopis dan mudah lengket sehingga semakin lama pula waktu hancurnya. Keterbatasan penelitian ini terletak pada proses pembuatan granul dan pencetakan tablet dimana pada saat proses pembuatan granul pengeringannya tidak konstan atau tidak berturut-turut. Hasil tablet formula I dengan konsentrasi aspartam 0,5% yang diperoleh tidak homogen, hal ini kemungkinan disebabkan pada saat penambahan aspartam tidak dilakukan pengayakan terlebih dahulu. Formula III dengan konsentrasi aspartam 0,75% massa tabletnya melekat pada dinding pencetak tablet dikarenakan pengaruh dari konsentrasi aspartam yang terlalu tinggi sehingga membuat massa tablet cepat lembab. Seharusnya pada saat pencampuran adonan menggunakan mortir untuk menghindari melekatnya bahan pada sarung tangan sehingga tablet yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. KESIMPULAN 1. Perbedaan konsentrasi bahan pemanis aspartam ternyata memberikan hasil uji mutu fisik yang berbeda. Perbedaan ini ditunjukkan dengan semakin besar konsentrasi aspartam, semakin tinggi higroskopisitasnya sehingga memperbesar angka kekerasan dan angka waktu hancurnya. 2. Ekstrak buah pare dengan aspartam dalam konsentrasi 0,5% dan 0,625% dapat dibuat menjadi tablet yang baik, sedangkan konsentrasi 0,75% tidak dapat dibuat menjadi tablet yang baik karena pada uji waktu hancur tablet tidak memenuhi persyaratan yang ada. 3. Konsentrasi aspartam yang paling baik sebagai bahan pemanis pada tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) adalah pada formula I yaitu dengan konsentrasi aspartam 0,5%. SARAN 1. Pemberian aspartam kedalam massa tablet harus diayak dan diperhatikan konsentrasinya karena semakin tinggi konsentrasi aspartam dapat membuat tablet cepat lembab. 2. Penelitian ini perlu dikaji ulang mengenai formulasi resep dan konsentrasi bahan pemanis aspartam dalam resep sehingga dapat menghasilkan tablet yang sesuai dengan persyaratan yang ada. 3. Penelitian ini perlu dilakukan uji disolusi untuk mengetahui kadar zat aktif dari pare sebelum formulasi dan sesudah formulasi mengalami perubahan atau tidak.
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Azwar. 2012. Tanaman Obat Indonesia Buku 1. Salemba Medika. Jakarta Angga et al, 2013. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Estrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) yang Diinduksi Aloksan. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Udayana Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Anonim.
2008. Bitter Melon [Online]. Available from : (http:// www.wikipedia.com/bitter_melon.html) 20 September 2014. Jam 21.00 WIB
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Universitas Indonesia Press. Jakarta Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Dian Rakyat. Jakarta Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda. Jakarta Departemen Teknologi Pertanian DKI Jakarta. 2009. Tanaman Pare. (http://www.pustakadeptan.go.id/agritek/dkij0118.pdf). 22 Oktober 2014. Jam 19.40 WIB Gaw, Allan et al. 2011. Biokimia Klinis edisi 4. EGC. Jakarta Jayasooriya AP, Sakono M, Yukizaki C, Kawano M, Yamamoto K, and Fukuda N, 2000. Effects of Momordica charantia powder on serum glucose level and various lipid parameters in rats fed with cholesterol-free a cholesterolenriched diets. Available from : http: //www.amsar.com/momordica.htm, Lanywati, E. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Kanisius. Yogyakarta Nadesul, H. 2002. Melawan Wabah Diabetes Dunia Dengan Buah Pare. (http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newssid1025597117,76900) . 22 Oktober 2014. Jam 19.30 WIB
63
64
CERATA Journal Of Pharmacy Science Fitri Arum, dkk., Uji Sifat Fisik…
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Pratiwi, Kori. 2011. Formulasi Tablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.) Dengan Variasi Konsentrasi Bahan Pengikat Gelatin Secara Granulasi Basah. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sebelas Maret Rukmana, Rahmat. 2012. Budi Daya Pare. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Soegondo, S. 2007. Diabetes, The silent Killer. (http://www.medicastore.com.) Tanggal Akses 9 Oktober 2014 Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Siregar, Charles J. P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Tanaman Obat Indonesia [Online]. 2007 Aug 1 [cited 2008 Dec 20]; Available from: URL:http://www.iptek.net.id Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi-6. Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Gadjah Mada University. Yogyakarta.