FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN VARIASI KONSENTRASI POLYVINYL PYRROLIDONE (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Disusun oleh : NAILUL HANA 106102003383
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI NAMA NIM JUDUL
: NAILUL HANA : 106102003383 : FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN VARIASI KONSENTRASI POLYVINYLPIRROLIDONE (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Yanis Musdja, M.Sc, Apt NIP: 195601061985101001
Farida Sulistiawati, M.Si, Apt NIP: 150377443
Mengetahui Kepala Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. NIP: 1956010619851010001
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN VARIASI KONSENTRASI POLYVINYL PYRROLIDONE (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh Nailul Hana NIM: 106102003383 Menyetujui, Pembimbing: 1. Pembimbing I
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................
2. Pembimbing II
Farida Sulistiawati, M.Si, Apt.
........................
Penguji: 1. Ketua Penguji
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................
2. Anggota Penguji I
Eka Putri, M.Si, Apt.
........................
3. Anggota Penguji II
Azrifitria, M.Si.Apt.
........................
4. Anggota Penguji III
Zilhadia, M.Si, Apt.
........................
Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And Tanggal lulus : 1 September 2010
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN.
Jakarta, Agustus 2010
Nailul Hana 106102003383
Abstrak
FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN VARIASI KONSENTRASI POLYVINYLPIRROLIDONE (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH Telah dilakukan penelitian aktivitas imunomodulator ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) secara in-vivo. Gambir digunakan sebagai bahan obat karena kandungan katekin dan tannin yang dapat berfungsi sebagai imunomodulator. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan sediaan dalam bentuk tablet hisap, selanjutnya dilakukan pengukuran kadar CD4 dalam darah. Ekstrak gambir diformulasi menjadi tablet hisap dengan pengikat PVP, dilanjutkan dengan uji mutu fisik tablet hisap, uji hedonic, dan uji CD4 dalam darah panelis. Hasil evaluasi yang ditinjau dari mutu fisik tablet hisap menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan konsentrasi PVP, maka semakin meningkat pula mutu fisik tablet yang dihasilkan. Formula C dengan konsentrasi PVP sebesar 10% memiliki mutu fisik tablet lebih baik dibandingkan kedua formula lainnya, dengan nilai kekerasan 16,9 kg/cm2, waktu hancur 35,67 menit dan merupakan formula yang paling disukai oleh panelis dalam uji kesukaan terhadap rasa dan aroma tablet. Uji statistik terhadap %CD4 dan jumlah mutlak CD4 panelis yang mengkonsumsi tablet hisap selama 5 hari berturut-turut menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna (p>0,05)antara data sebelum dan sesudah perlakuan. Kata kunci : Formulasi, gambir, tablet hisap, CD4.
Abstract
LOZENGE FORMULATION OF ETHANOL 70% UNCARIA GAMBIR ROXB EXTRACT WITH VARIOUS CONCENTRATION OF POLYVINYLPIRROLIDONE (PVP) AS THE BINDING AGENT AND TO RATE THE INFLUENCE OF CD4 IN BLOOD Research of immunomodulatory of ethanol 70% Uncaria gambir Roxb extract has been investigated in-vivo. Gambir is applied as component of drug by contents of catechin and tannin available for functioning as immunomodulator. This research is about preparation in of Lozengeand also measurement of rate CD4 in blood. Gambir extract has been formulated to Lozenge with PVP as binding agent, continued with quality of physical of Lozenge test, hedonic test, and CD4 test in panelist blood. Evaluation result which evaluated from quality of physical of Lozenge indicate that with existence of increasing of concentration of PVP, progressively increase quality of physical of the yielded tablet. Formula C with concentration of 10% PVP have better quality of physical of compared tablet both other formula, with hardness of 16,9 kg/cm2, breakdown time of 35,67 minute and is formula which very taken a fancy by panelist in hedonic test to flavor and smells. Statistical test to% CD4 and absolute counts CD4 panelists consuming Lozenge during 5 day successively show existence that there is no meaning differences (p>0,05) before and after treatment. keyword : formulation, gambir, Lozenge, CD4.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Segala pujian hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Tak ada satu pun makhluk di dunia ini yang pantas mendapatkan pujian melebihi diri- Nya. Shalawat dan Salam hanyalah untuk Muhammad Rasulullah SAW, seorang manusia luar biasa. Ia senantiasa menjadi inspirasi dan semangat semangat penulis ketika melemah dan membutuhkan dukungan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi ini adalah ” Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Dengan Variasi Konsentrasi Polyvinylpirrolidone (Pvp) Sebagai Pengikat Dan Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah”. Selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak,
maka
dalam
kesempatan
ini
perkenankanlah
penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya, khusunya kepada: 1. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku Pembimbing dan Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Farida Sulistiawati, M.Si, Apt sebagai pembimbing yang senantiasa
dan
dengan
sabar
membimbing
penulis
dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Ayahanda, Ibunda, dan keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung penulis baik moril maupun materiil. 5. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Sahabatku Gita Permata Sari, Guna Agashi, dan Fikri Syafrizal untuk dukungan dan semangat yang tak pernah berhenti
7. Sahabat-sahabatku farmasiku Alfi Inayati, Arnifitry Agus, Eli Felasih Reni Yandwi Sari, Putrisa Amnel Viana, Nindi Sesarowanti, dan Yunita Haryati untuk kebersamaan yang sangat berharga dalam 4 tahun terakhir ini, semoga ini bukanlah perpisahan untuk kita. 8. Pak Azas “Merck”, Mas Lutfhi “Bintang Toedjoe”, dan Klik “Pharos” atas bantuan bahan-bahan penelitian yang sangat susah didapat. 9. Pak Didik dan Ibu Asih LAFIAL, atas bantuannya dalam proses penelitian 10. Teman-teman seperjuangan Farmasi Teofilin 2006 untuk kekompakan dan canda-tawa yang dihadirkan setiap hari meskipun saat kelas berlangsung. 11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena tiada gading yang tak retak oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan skripsi ini serta memperbaiki kemampuan penulis dalam kesempatan lainnya. Jakarta, Agustus 2010 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ……..…………………………………………….… ii LEMBAR PENGESAHAN …..…..…………………………………………….… iii LEMBAR PERNYATAAN ….………………………………………………..… iv KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…..… v DAFTAR ISI …………………………......…………………………………….... vii DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… ix DAFTAR GAMBAR …………………..………………………………….......... . x DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xi ABSTRAK ……….……………………………………………………………..… xii ABSTRACT………...…………………………………………………………..… xiii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………... 1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………….. 1.3 Hipotesa …………………………………………………………… 1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 4 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tanaman Gambir ………………………………………….. 2.1.1 Klasifikasi Ilmiah …………………………………….……… 2.1.2 Nama Daerah …………………………………………………. 2.1.3 Deskripsi Gambir ..……………………………………………. 2.1.4 Kandungan Kimia …………………………………………….. 2.1.5 Efek Farmakologis ……………………………………………… 2.2 Simplisia …………………………………………………………….. 2.3 Ekstrak dan Ekstraksi ……………………………………………..… 2.4 Metode Ekstraksi ……………………….……………………... 2.5 Tablet Hisap ………………………………………………………….. 2.5.1 Definisi Tablet Hisap ………………………………………… 2.5.2 Bahan Tambahan …………………………………………….. 2.5.3 Monografi Bahan …………………………………………….. 2.5.4 Metode Pembuatan…………………………………………….. 2.5.5 Evaluasi Granul .. ……………………………………………... 2.5.6 Evaluasi Tablet……..………………………………………….. 2.6 Sistem Imun ………...………………………………………………. 2.6.1 Cluster of Differetiation ………………….…………………… 2.6.2 Imunomodulator ………………………….…………………… 2.6.3 Kontrol Pembanding ………….………….……………………
1 3 4 4
5 5 5 6 6 7 8 9 11 13 13 14 17 21 23 25 27 28 30 32
Bab III Kerangka Konsep ………………………………………………………. 34 Bab IV Metodelogi Penelitian
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………. 4.2 Alat dan Bahan Penelitian………………………………………….... 4.2.1 Alat Penelitian ……………………………………………. 4.2.2 Bahan Penelitian ………………………………………….. 4.3 Prosedur Penelitian ………………………………………………….. 4.3.1 Penyiapan Bahan ………………………………………….. 4.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Gambir ……………….…….... 4.3.3 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak ……….……………………………………….. 4.3.4 Identifikasi Serbuk Gambir ……………………………….. 4.3.5 Penapisan Fitokimia Serbuk dan Ekstrak Gambir……….... 4.4 Formulasi Tablet Hisap ….…………………………………………... 4.4.1 Evaluasi Granul ….……….……………………………….. 4.4.2 Evaluasi Tablet ..………….……………………………….. 4.5 Uji Kesukaan ………….…….……………………………………….. 4.6 Uji CD4 ……………….…….………………………………………. 4.7 Analisa Data ………….…….……………………………………….. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan ……………………………………… 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Penapisan Fitokimia Gambir ………..……………………. 5.1.2 Karakterisasi Ekstrak ……………………………………. . 5.1.3 Evaluasi Granul……………..…………………………….. 5.1.4 Evaluasi Tablet …………….……………………………. . 5.1.5 Uji Kesukaan ………………………….………………….. 5.1.6 Uji CD4 ………………………………………………….. . 5.2 Pembahasan ……………………………………………………….
35 35 35 36 36 36 37 37 39 40 44 45 47 48 48 50 51 51 52 53 55 56 58 60
Bab VI Kesimpulan dan Saran ………………………………………………… 71 6.1 Kesimpulan ….……….…….………………………………………. . 71 6.2 Saran ………………….…….……………………………………….. 71 Daftar Pustaka ……..…………………………………………………………… 72 Lampiran ………………………………………………………………..…….. 76
DAFTAR TABEL
Tabel I Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Aliran Granul …..……. Tabel 2 Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir…………………………….. Tabel 3 Laju Alir Terhadap Sifat Alir ……..……………………………… Tabel 4 Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir…….…………......../ Tabel 5 Hasil Penapisan Serbuk & Ekstrak Etanol Gambir……..….……... Tabel 6 Hasil Karakterisasi Ekstrak ……………………………………….. Tabel 7 Hasil Evaluasi Granul …………………………………………….. Tabel 8 Hasil Uji Distribusi Ukuran Partikel ……………………………… Tabel 9 Hasil Evaluasi Tablet …………………..…………………………. Tabel 10 Hasil Uji Kesukaan Terhadap Rasa Tablet …………………….. Tabel 11 Hasil Uji Kesukaan Terhadap Aroma Tablet …………………... Tabel 12 Persentase CD4 Dalam Limfosit ………………………………… Tabel 13 Jumlah Total CD4…………..……………………………………. Tabel 14 Konversi Dosis Hewan Ke HED Berdasarkan BSA …………... Tabel 15 Hasil Pengukuran Kadar Air…………….……………………….. Tabel 16 Hasil Pengukuran Kadar Abu Tidak Larut Asam ………………. Tabel 17 Hasil Pengukuran Kadar Abu……………………..……………… Tabel 18 Uji Kadar Air ……………………..…………………………….. Tabel 19 Uji Kompresibilitas ………………..…………………………….. Tabel 20 Uji Sudut Henti …………………..…………………………….. Tabel 21 Uji Laju Alir ……………………..…………………………….. Tabel 22 Uji Distribusi Ukuran Partikel ……………………..………….... Tabel 23 Uji Friabilitas ……………………..…………………………….. Tabel 24 Uji Kekerasan Tablet ……………………..…………………….. Tabel 25 Uji Keseragaman Ukuran ……..….…………………………….. Tabel 26 Uji Keseragaman Bobot ….…..…..…………………………….. Tabel 27 Uji Waktu Hancur ……………………..……………………..
23 24 25 44 51 52 53 54 55 56 57 58 59 77 80 80 81 82 82 83 83 84 85 85 86 87 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hasil Identifikasi Serbuk Gambir….….……..…………………. Gambar 2 Simplisia Gambir ….………………………..…………………. Gambar 3 Sysmex Pouch – 100i................................................................... Gambar 4 Rotary Evaporator ....................................................................... Gambar 5 Alat Pencetak Tablet .................................................................. Gambar 6 FACSCalibur .............................................................................. Gambar 7 Angket rasa dan aroma tablet hisap ekstrak gambir .....................
53 76 76 76 76 76 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar bahan-bahan dan alat-alat penelitan............................. 76 Lampiran 2 Rumus perhitungan dosis hewan dan tabel konfersi dosis hewan ke HED berdasarkan BSA ............................................................ 77 Lampiran 3 Perhitungan Dosis Tablet .......................................................... 78 Lampiran 4 Proses Preparasi Simplisia …………….…………………….. 79 Lampiran 5 Perhitungan Karakterisasi Ekstrak Gambir ………………..… 80 Lampiran 6 Evaluasi Granul ……………………………………………….. 82 Lampiran 7 Evaluasi Tablet …………..…………………………………… 85 Lampiran 8 Uji Kesukaan ………………………………………………… 89 90 Lampiran 9 Hasil Uji Statistik ..…………………………………………… Lampiran 10 Sertifikat Analisis Bahan .…………………………………… 100
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil alam. Berbagai jenis tanaman berkhasiat tumbuh subur di negara ini. Akan tetapi, pemanfaatan tanaman tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negaranegara maju yang kebanyakan hanya memiliki hasil alam sedikit namun pemanfaatannya dikembangkan secara maksimal. Tanaman obat tradisional sejak zaman dahulu telah banyak digunakan untuk pengobatan, baik dalam bentuk serbuk, rajangan, ataupun dalam bentuk utuhnya. Berbagai bentuk bagian tanaman tersebut dapat dikatakan sebagai hasil penyarian dari senyawa berkhasiat dengan proses yang masih sederhana sehingga hasil ekstraksi yang didapat kurang sempurna dan belum menjamin keseragaman mutu dan hasil yang diperoleh. Gambir (Uncaria gambir Roxb) adalah salah satu hasil alam Indonesia yang terbesar didunia, selain juga banyak ditemukan di negaranegara lain seperti di Malaysia, India, dan Pakistan. Gambir merupakan sejenis getah berwarna coklat kehitaman yang dikeringkan, berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria gambir Roxb.). Dalam dunia pedagangan, dikenal beberapa istilah untuk hasil tanaman gambir seperti kateku kuning, kacu, terra, & cuth dengan beberapa kandungan senyawa kimia antara lain senyawa polifenol katekin,
1
2
kateku tannin, kuersetin, fluoresine, lender, lemak, dan lilin (Idris, 2007). Berdasarkan banyaknya senyawa bermanfaat yang terkandung inilah yang mendorong para peneliti untuk mengeksplorasi penggunaan gambir agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tepung gambir diketahui berguna karena dapat bersifat sebagai fungisida terhadap golongan jamur imperfect (Fusarium sp) yang menimbulkan bercak daun pada tanaman Clausena anisata pada konsentrasi 150-200 ppm sehingga dapat mengurangi pertumbuhan jamur dan penambahan koloni 7,80 mm/hari dan 7,21 mm/hari (Idris, 2007). Ekstrak gambir juga dapat berkhasiat sebagai imunomodulator, antiseptik oral, dan banyak digunakan dalam pengobatan diare. Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan sistem imun yang fungsinya berlebihan (Baratawidjaja, 2009). Sistem imun sendiri merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap berbagai penyakit terutama infeksi. Virus yang masuk akan berikatan dengan Cluster of Differentiation-4 (CD4) kemudian menggandakan diri dan membunuh sel CD4 tersebut. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak gambir dapat berkhasiat sebagai imunomodulator secara in-vivo pada dosis 400mg/kg BB (Amalia, 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak gambir sebagai imunomodulator terhadap kadar CD4 dalam tubuh.
3
Dari pemanfaatan bahan berkhasiat dalam tanaman, seiring dengan perkembangan zaman perlu dilakukan pula pengembangan dan modifikasi bentuk tanaman berkhasiat yang dikemas menjadi berbagai bentuk sediaan yang lebih modern dan beragam, seperti pil, tablet, kapsul, krim dan suppositoria dengan tujuan agar lebih menarik dan juga lebih tepat sasaran dalam penggunaannya. Gambir pada umumnya digunakan dengan cara diseduh atau digunakan untuk menyirih. Cara ini dipandang kurang efektif dalam hal kestabilan dosis yang diterima tubuh dan rasa yang ditimbulkan sangat pahit. Oleh karenanya diperlukan suatu pengembangan sediaan untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan dengan dosis yang stabil dalam tiap pemakaian, misalnya sediaan tablet hisap. Penelitian ini menggunakan ekstrak air gambir yang dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan diformulasi menjadi sediaan tablet hisap dengan rasa dan aroma yang dapat diterima oleh masyarakat. Tablet ini kemudian diuji karakteristiknya berdasarkan persyaratan ketentuan yang berlaku, serta diujikan terhadap manusia dengan cara diamati perubahan kadar CD4 tiap-tiap panelis yang mengonsumsi tablet hisap tersebut pada saat sebelum dan sesudah pemberian tablet hisap.
1.2.
Perumusan Masalah 1. Apakah ekstrak tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat dibuat dalam sediaan tablet hisap dengan menggunakan polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai bahan pengikat ?
4
2. Apakah
formulasi tablet hisap ekstrak
etanol gambir dapat
meningkatkan kadar CD4 dalam tubuh ?
1.3.
Hipotesa 1. Ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat diformulasikan sebagai tablet hisap dengan pengikat PVP 2. Ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat meningkatkan kadar CD4 dalam tubuh
1.4.
Tujuan 1. Memperoleh suatu formulasi tablet hisap dari ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan menggunakan PVP sebagai pengikat 2. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol gambir terhadap kadar CD4 dalam tubuh manusia
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang suatu formulasi tablet hisap dari ekstrak tanaman gambir dengan bahan pembantu PVP sebagai pengikat, serta memberikan informasi tentang pengaruh ekstrak gambir yang dikonsumsi dalam bentuk sediaan tablet hisap terhadap kadar CD4 dalam tubuh manusia
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tanaman Gambir
2.1.1
Klasifikasi Ilmiah Tanaman gambir diklasifikasikan ke dalam :
2.1.2
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Rubiales
Familia
: Rubiaceae
Genus
: Uncaria
Spesies
: Uncaria gambir Roxb. (Haryanto, 2009)
Nama Daerah Gambir (Uncaria gambir Roxb) terdapat hampir di seluruh daerah di Indonesia. Penyebutannya pun beragam, tergantung dari kebiasaan daerah masing-masing. Di Sumatra, gambir biasa disebut dengan gambir/gain (Aceh); kacu (Gayo); sontang (Batak); gambe (Nias & Minangkabau); pengilom, sepelet (Lampung). Di daerah Jawa, gambir disebut juga dengan ghambir (Madura). Di Kalimantan, sering dikenal dengan nama kelare (Dayak) atau abi (Kayan), sedangkan di Sulawesi disebut dengan gambere (Sangir); gambele (Gorontalo); gambere (Makasar); gaber (Majene). Di Nusa Tenggara dikenal dengan sebutan
6
tagambe (Bima), gamur (Sumba); gabi (Sawu); gambe (Flores); nggame (Roti); dan di Maluku dikenal dengan nama gabi (Halmahera); gambe (Ternate); atau gabi (Flores) (Heyne, 1987)
2.1.3
Deskripsi Gambir Gambir merupakan salah satu tumbuhan jenis perdu, memanjat, batang bulat, tidak berambut, memiliki kait di antara dua tangkai daun yang berhadapan, kecil, pipih, daun penumpu agak besar, bulat. Daun berhadapan, tipis, bulat telur sampai lanset, ujung meruncing, dasar tumpul membulat, panjang 8,2 – 14 cm, lebar 7,2 – 8,2 cm, tangkai daun tidak berambut, panjang 0,5 – 0,8 cm, pertulangan primer pada permukaan daun sebelah bawah menonjol. Bunga majemuk, bentuk bongkol, berhadapan di ketiak daun, tangkai pipih, panjang 0,5 – 4,2 cm, diameter bongkol 4,7 – 5 cm, tabung mahkota pipih, merah muda atau hijau, berambut halus, kelopak bunga pendek, lobus mahkota krem keputihan, daun pelindung tidak berambut, lanset. Mahkota bunga berbentuk corong, benang sari 5, buah berupa kapsul, sempit memanjang, terbagi menjadi 2 belahan. Biji banyak, kecil, halus, berbentuk jarum dan bersayap, panjang 0,4 cm, berwarna kuning (Haryanto, 2009).
2.1.4
Kandungan Kimia Gambir mengandung berbagai senyawa fungsional, antara lain zat samak (22%), kuersetin (2-4%), fluoresein gambir (1-3%), pyrocatechol
7
(20-30%), catechu merah (3-5%), lendir, lemak, lilin (1-2%), dan polifenol. Senyawa polifenol dalam gambir yang terutama adalah katekin (50%). Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk golongan tanin. Tanin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-3000 (Diah, 2010; Haryanto, 2009).
2.1.5
Efek Farmakologis a. Secara empiris Gambir telah lama dipergunakan di kalangan masyarakat luas, terutama untuk menyirih. Selain itu, gambir banyak digunakan untuk ramuan berkhasiat, antara lain sebagai obat luka bakar, obat sakit kulit serta sakit kepala. b. Secara ilmiah Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa gambir dapat digunakan sebagai astringen dan hemostatik yang menghambat pertumbuhan bakteri. Gambir banyak dipakai sebagai penahan rasa sakit, seperti diare, sakit gigi, gusi bengkak, tersengat lebah atau serangga, suara parau atau sariawan mulut, tertusuk duri, dan luka luar lainnya. Oleh sebab itu maka gambir juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menyirih atau menginang bagi sebagian orang (Lucida, 2007; Idris, 2007).
8
2.2.
Simplisia Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (Depkes RI, 1979). Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan, simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing (Depkes RI, 1995).
9
2.3.
Ekstrak dan Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. (Depkes RI, 2000). Parameter spesifik ekstrak terdiri dari : a. Identitas Parameter identitas ekstrak terdiri dari : 1) Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sistematika botani), dan bagian tumbuhan yang digunakan. 2) Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. b. Organoleptik Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Parameter non spesifik ekstrak terdiri dari: a. Susut pengeringan Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen (%). Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa
10
yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10%. b. Kadar air Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar air sesuai dengan yang tertera dalam monografi. c. Kadar abu Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi (Depkes RI, 2000). d. Kadar abu yang tidak larut asam Kadar abu yang tidak larut asam adalah jumlah benda anorganik asing dalam ekstrak dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut asam, dengan persyaratn tidak boleh lebih dari 2%, kecuali jika dinyatakan lain. e. Kadar sari larut etanol Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui kandungan terendah zat yang larut dalam etanol tetapi kemungkinan
11
tidak larut dalam air. Nilai untuk kadar sari larut etanol sesuai dengan monografinya (Depkes RI, 1995 ). Pengertian ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.(Depkes RI, 2000).
2.4.
Metode Ekstraksi Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari dua cara, yaitu cara dingin dan cara panas. a. Cara dingin 1) Maserasi Maserasi
adalah
proses
pengekstrakan
simplisia
dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus), sedangkan remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
12
2) Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. b. Cara panas 1) Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut sampai pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. 2) Sokhletasi Sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berkelanjutan dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3) Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, secara umum dilakukan pada temperatur 40o-50oC. 4) Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalan penangas air mendidih), temperatur terukur 96o-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).
13
5) Dekok Dekok adalah infus ada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2002).
2.5.
Tablet Hisap
2.5.1
Definisi Tablet Hisap Tablet hisap adalah suatu sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat melarut atau hancur perlahan-lahan di dalam mulut (Depkes RI, 1995). Tablet ini biasanya dimaksudkan untuk memberikan efek lokal pada mulut atau kerongkongan dan umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza, dan dapat juga dimaksudkan untuk diabsorpsi secara sistemik setelah ditelan. Jenis tablet ini dirancang agar tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang. (Lachman, 1994) Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis (50% atau lebih dari berat tablet keseluruhan) seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol, dan sebagainya. Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu >18 mm. Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan sebesar 10-20 kg/cm2 (Gatiningsih, 2008; Lachman, 1994; Parrot, 1971)
14
2.5.2
Bahan Tambahan Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat diartikan sebagai zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan yang cocok satu sama lain yang dapat memperbaiki sediaan obat, dengan mempertimbangkan efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat, dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain. Adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet meliputi : a. Bahan pengisi Bahan pengisi diperlukan sebagai pemenuhan kecukupan massa tablet, dan berfungsi untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa atau untuk memacu aliran. Di samping sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, bahan pengisi juga sebaiknya memiliki sifat dapat dicerna dengan mudah. Adapun contoh bahan pengisi yang umum digunakan antara lain laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa, dan mikrokristalin selulosa (Depkes, 1995; Voight, 1994) b. Bahan pengikat Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikat dapat ditambahkan ke dalam bahan yang
15
akan dicetak dalam bentuk kering, cairan, atau larutan, tergantung pada metode pembuatan tablet (Depkes, 1995) c. Bahan pelincir Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda, sehingga banyak dikelompokkan menjadi bahan pengatur aliran (glidant), bahan pelincir (lubricant) dan bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent). (Voight, 1994) Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan dicetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam lubang cetakan. Glidan juga berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama partikel, dan meningkatkan ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidan yaitu talk, kalsium/magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan aerosil. Bahan pelincir atau lubricant berfungsi untuk mengurangi gesekan logam (stempel di dalam lubang ruang cetak) dan gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Contoh lubrikan antara lain talk, kalsium atau magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan paraffin.
16
Bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent) adalah bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat, kalsium/magnesium stearat. d. Adsorben (Voight, 1994) Adsorben adalah bahan yang dimaksudkan untuk melindungi zat aktif atau bahan berkhasiat dari pengaruh kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas campuran, menghindari lembab akibat reaksi antara bahan dalam sediaan tablet. Yang termasuk bahan ini misalnya aerosil, avicel, Mg oksida, Mg karbonat, laktosa, bentonit, dan kaolin e. Pemanis Pemanis adalah bahan yang digunakan untuk menutupi atau memperbaiki rasa tidak enak dari bahan lain dalam sediaan, misalnya sukrosa, manitol, sorbitol f. Pengharum Pengharum adalah bahan yang digunakan untuk menutupi aroma tidak enak dari bahan lain dalam sediaan dan menutupinya dengan aroma lain.
17
2.5.3
Monografi Bahan a. Ekstrak Gambir Berupa ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) yang telah dikeringkan dengan kadar air rata-rata 1,7%. Kandungan utama ekstrak ini adalah katekin dan tanin.
Katekin
Tanin
b. Polyvinylpyrrolidone (PVP) Sinonim : kollidon, plasdone, povidone, 1-vinyl-2-pyrrolidinone polymer, polyvidone, poly[1-(2-oxo-1-pyrrolidinyl)ethylene] Rumus Molekul : (C6H9NO)n Rumus Bangun :
Bobot molekul : 2500 – 3.000.000 Pemerian : serbuk putih atau krem putih, berbau atau hampir tidak berbau, bersifat higroskopis, inert Kelarutan : larut dalam asam, dalam kloroform, dalam etanol, dalam keton, dalam metanol, dan dalam air. Praktis tidak larut dalam hidrokarbon dan dalam minyak mineral Kegunaan : pengikat tablet, pengisi tablet atau coating agent
18
Konsentrasi : 0,5 - 5% (Wade, 1994; Lachman, 1994) c. Sukralosa Sukralosa memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 600 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Sinonim : Sukralosa adalah triklorodisakarida yaitu 1,6-Dichloro- 1,6dideoxy-D-fructofuranosyl-4-chloro-4-deoxy-α-D-galactopyranoside atau 4,1,6- trichlorogalactosucrose Rumus kimia : C12H19Cl3O8 Rumus bangun :
Pemerian : kristal berwarna putih; tidak berbau; mudah larut dalam air, metanol dan alkohol; sedikit larut dalam etil asetat, serta berasa manis tanpa purna rasa yang tidak diinginkan. Sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia dengan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) 10-15 mg/kg berat badan. Codex Alimwntarius Commission (CAC) mengatur maksimum penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120-5000 mg/kg produk (Anonim, 2007) d. Dekstrosa Sinonim : glukosa, d-glukosa, gula jagung, Caridex, D-(+)glucopyranose monohydrate, tabfine D100
19
Pemerian : serbuk hablur atau serbuk granul putih, hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis. Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol. Berat molekul : 198,17 Rumus kimia : C6H12O6.H20 Rumus bangun :
Kegunaan : pengisi, pemanis (Wade, 1994) e. Laktosa Pemerian : serbuk hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa agak manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P Sinonim : o-β-d-galactopyranosyl-(1-4)-α-d-glucopyranose anhydrous Rumus Molekul : C12H22O11.H2O Rumus Bangun :
20
Kegunaan : pengisi pada tablet Konsentrasi : 65-85% (Wade, 1994; Depkes, 1995) f. Magnesium stearat Mg stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asamasam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium
stearat
dan
magnesium
palmitat
dalam
berbagai
perbandinan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO Sinonim : asam oktadekanoat, garam magnesium Pemerian : serbuk halus, putih dan voluminus, tidak berasa, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter Rumus Kimia : Mg(C18H35O2)2 Kegunaan : pengisi, lubrikan g. Talkum Talk
adalah
magnesium
silikat
hidrat
alam,
kadang-kadang
mengandung sedikit alumunium silikat Sinonim : Magsil Osmanthus, Magsil Star Pemerian : serbuk hablur, sangat halus dan licin, mudah melekat pada kulit,bebas dari butiran, berwarna putih atau putih kelabu Rumus molekul : Mg4(Si2O5)4(OH)4 Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut Kegunaan : lubrikan, pengisi, diluent Konsentrasi : lubrikan (1-10%); diluent (5-30%) (Wade, 1994)
21
h. Aerosil Sinonim : colloidal silicon dioxide, fumed silica, light anhydrous silicic acid, silicic anhydrides, silicon dioxide fumed, Wacker HDK Rumus kimia : SiO2 Rumus bangun :
Kegunaan : aerosol, adsorben, anticaking agent, disintegran, peningkat viskositas, glidant (0,1 – 0,5 %) (Wade, 1994).
2.5.4
Metode Pembuatan Ada beberapa metode dalam pembuatan tablet, namun yang relatif lebih sering digunakan adalah metode granulasi basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung (Depkes, 1995). Pemilihan metode pembuatan tablet hisap tergantung dari sifat bahan aktif, oleh karena itu kestabilan fisikokimia dari bahan aktif menjadi pertimbangan utama dalam tahap awal formulasi sediaan tablet. Pada granulasi basah, tujuan utama proses ini adalah untuk meningkatkan sifat alir, mengurangi porositas bahan, memudahkan kompresi, menjaga keseragaman pencampuran massa tablet, mengurangi debu, meningkatkan pembasahan tablet, serta meningkatkan waktu disolusi (Ansel, 1989) Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang belum berbentuk
22
baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran pertikel yang diinginkan. Metode ini digunakan pada keadaan di mana dosis efektif bahan obat terlalu tinggi untuk cetak langsung dan bahan obatnya peka terhadap pemanasan dan kelembaban sehingga tidak dapat diproses secara granulasi basah. Metode ini juga digunakan khususnya untuk bahan-bahan yang tidak stabil dengan adanya air, misalnya asetosal (Ansel, 1989). Metode pembuatan tablet dengan cara cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat-obatan pembantu berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal. Oleh karena itu, metode ini dinilai sangat memuaskan dimana kebutuhan akan kerja relatif lebih rendah sehingga lebih ekonomis daripada pencetakan dengan metode granulasi. Selain ekonomis, laju pelepasan bahan aktif dari sediaan tablet cetak langsung umumnya lebih cepat karena pada saat hancur, bahan aktif akan langsung dibebaskan dari massa tablet dalam bentuk partikel bebas karena tidak berada dalam granul (Ansel, 1989) Keuntungan utama dari proses cetak langsung adalah bahwa bahan obat yang peka lembab, panas, dan stabilitasnya terganggu akibat operasi granulasi, akan dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun demikian, hanya sedikit bahan obat yang mampu dikomprimasikan secara langsung tanpa pengolahan awal dan tanpa penambahan bahan pembantu. Sifat fisik masing-masing bahan menjadi hal kritis, karena sedikit perubahan dapat mempengaruhi sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai lagi untuk dikempa secara langsung.
23
2.5.5
Evaluasi Granul a. Uji Kadar Air (Voight, 1994) Evaluasi kadar air digunakan untuk mencegah lembab dari serbuk yang
dapat
mempercepat
pertumbuhan
mikroba
dan
jamur.
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut moisture balance. Syarat kadar air yang baik adalah 2 – 5 % b. Kompresibilitas (Aulton, 1988; Voight, 1994) Uji kompresibilitas dilakukan dengan alat yang disebut bulk density. Persen kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : % kompresibilitas = (BJ mampat – BJ Bulk) x 100% BJ mampat Syarat % kompresibilitas yang baik adalah 5 – 15 % menurut tabel berikut : Tabel 1. Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Aliran Granul % Kompresibilitas
Sifat Aliran
5-15
Sangat baik
12-16
Baik Cukup Baik
18-21 23-35
Buruk Sangat Buruk Sangat buruk sekali
35-38 >40
24
c. Distribusi Ukuran Partikel (Voight, 1994) Distribusi ukuran partikel sangat penting untuk memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer (Voight, 1994). Berat yang tertinggal dalam ayakan ditimbang untuk diketahui persentasenya, agar dapat diketahui nilai distribusi ukuran partikel pada tiap ukuran ayakan. Syarat : distribusi ukuran partikel sisa < 10% d. Sifat Alir (Aulton, 1988; Lachman, 1994) Untuk menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran, jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong berbentuk kerucut. adapun untuk mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan diameter kerucut yang dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk dapat habis melewati corong (Voight, 1994). Syarat sudut henti yang baik adalah <25o dan laju alir yang baik adalah > 10 gram/detik menurut tabel berikut : Tabel 2. Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir Sudut Henti (o)
Sifat Aliran
< 25
Sangat baik
25
25 – 30
Baik
30 – 40
Cukup
> 40
Buruk
Tabel 3. Laju Alir Terhadap Sifat Alir Laju Alir (gr/detik)
Sifat Aliran
> 10
Bebas mengalir
4 – 10 1,6 - 4 < 1,6
2.5.6
Mudah mengalir Kohesif Sangat kohesif
Evaluasi Tablet
a. Pemeriksaan Organoleptik (Ansel, 1989) Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan (mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajad kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk. b. Keseragaman Bobot (Depkes, 1979)
26
Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat di dalam sejumlah formula, bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syarat keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia Jilid III adalah bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya. c. Keseragaman Ukuran (Ansel, 1989) Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol sampai perbedaan 5% dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah pengemasan. d. Friabilitas (Lachman, 1994) Friabilitas dinyatakan sebagai persentase selisih bobot sebelum dan susudah pengujian, dibagi dengan bobot mula-mula. Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1%. e. Kekerasan (Parrot, 1971) Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi. Tablet hisap biasanya memiliki kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan tablet biasa. Syarat kekerasan tablet hisap menurut literatur adalah 10 – 20 kg/cm2.
27
f. Waktu Hancur (Lachman, 1994) Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sediaan untuk melarut/terkikis perlahan-lahan di dalam mulut. Untuk tablet hisap, syarat waktu hancur untuk tablet hisap adalah terkikis perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.
2.5.
Sistem Imun Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi
yang
dikoordinasi sel – sel dan molekul – molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun (Baratawidjaja et al.., 2009). Respon imun berperan dalam mengenali dan menghancurkan berbagai zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Respon imun dibagi menjadi dua kategori, yaitu imunitas bawaan (innate immunity) dan imunitas adaptif (adaptive immunity) (Kaplan Medical, 2002). a. Imunitas alamiah Imunitas alamiah adalah imunitas yang diperoleh tanpa didahului oleh kontak dengan antigen. Imunitas ini bersifat nonspesifik yang meliputi pertahanan terhadap berbagai macam agen infeksius, seperti kulit dan membran mukosa, sel natural killer (NK), fagositosis, inflamasi dan berbagai macam faktor nonspesifik lainnya. b. Imunitas adaptif
28
Imunitas adaptif adalah imunitas yang didapat setelah terjadi paparan terhadap antigen (seperti agen infeksius) bersifat spesifik dan diperantarai baik oleh antibodi maupun sel limfoid. Imunitas ini dapat bersifat pasif atau aktif. Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah dibentuk sebelumnya di dalam tubuh penjamu (host) lain. Keuntungan utama imunisasi pasif dengan antibodi yang telah dibentuk sebelumya (siap untuk digunakan) adalah tersedianya antibodi dalam jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya adalah jangka waktu aksi antibodi yang pendek dan reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi jika diberikan antibodi (imunoglobulin) dari proses lain. Sedangkan imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka panjang berdasarkan memori kontak dengan antigen pertama kali dan kemampuan merespon lebih cepat dan lebih banyak ketika terjadi kontak berikutnya dengan antigen yang sama. Kerugiannya adalah waktu imunitas lambat dan membutuhkan kontak dengan antigen lebih lama atau kontak ulangan (Jawetz et al., 2001).
2.5.1
Cluster of Differentiation Cluster of Differentiation (CD) adalah istilah untuk molekul permukaan leukosit yang merupakan epitop dan dapat diidentifikasikan dengan antibody monoclonal. Sel limfosit yang ada dalam berbagai fase pematangan dapat dibedakan dari ekspresi molekul membran yang dapat ditentukan dengan menggunakan antibody monoclonal yang spesifik untuk
29
epitop
tunggal
antigen.
Kelas
limfosit
dengan
fungsi
tertentu
mengekspresikan protein permukaan tertentu pula. Molekul permukaan inilah yang disebut dengan Cluster of Differentiation (CD). Ekspresi molekul membran sel T seperti CD4, CD8, CD28 dan CD45R berperan sebagai molekul aksesori dalam fungsi sel T atau dalam transduksi sinyal (Baratawidjaja et al., 2009). CD4 adalah bagian dari populasi limfosit T yang disebut sebagai sel T helper. Cara kerja sel ini adalah sebagai penolong, misalnya melepaskan suatu senyawa yang mengaktifkan sel-sel lain untuk mematikan atau mengeliminasi antigen (benda asing). Fungsi utama CD4 dalam imun adalah meregulasi sistem imun agar bekerja dengan baik, dengan merangsang sistem imun nonspesifik berupa fagosit untuk kemotaksis dan proses fagositosis benda asing. Peran CD4 dalam sistem imun spesifik humoral adalah merangsang sel B (Limfosit B) untuk menghasilkan antibodi dan mengatur produksi antibodi, sedangkan dalam sistem imun seluler berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK untuk membunuh sel sasaran yang terkena infeksi virus. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.
30
Analisa CD4 dipengaruhi oleh tiga parameter, yaitu % limfosit, % CD4, dan jumlah mutlak CD4. Jumlah CD4 absolut adalah jumlah sel CD4 yang ada dalam sistem kekebalan tubuh. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Ukuran CD4 persentase memberi sedikit informasi tambahan pada jumlah CD4 mutlak dalam peramalan risiko jangka pendek pengembangan penyakit, karenanya jumlah CD4 mutlak merupakan ukuran status kekebalan yang lebih penting dan pilihan terbaik dibandingkan dengan CD4 persentase, misalnya untuk mengambil keputusan pengobatan dalam orang dewasa terinfeksi HIV. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah CD4 antara lain meliputi perbedaan analisis, perbedaan musim, beberapa penyakit bersamaan, dan penggunaan kortikosteroid. Di samping itu, terdapat pula beberapa faktor yang dilaporkan memberikan sedikit pengaruh terhadap jumlah nilai CD4, yaitu gender, usia (pada orang dewasa), faktor risiko, stres psikologis, stres fisik, dan kehamilan. Di lingkungan sekitar sangat banyak infeksi yang beredar, baik berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun manusia tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia (Runggu, 2010).
2.5.2
Imunomodulator
31
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui:
a. Imunorestorasi Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti: immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus. b. Imunostimulasi Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan respon imun. c. Imunosupresi Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun. Kegunaannya terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau autoinflamasi (Baratawidjaja et al., 2009).
32
Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, suatu imunomodulator harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, zat tersebut harus dapat memodifikasi
respon
imun
pejamu
bukan
hanya
berefek
pada
mikroorganisme saja. Kedua, zat tersebut harus mempunyai efek samping minimal dan bebas dari efek berbahaya. Imunomodulator yang baik juga harus bebas dari efek sensitisasi bila zat yang digunakan bersifat alergenik dan bebas dari efek inhibisi sistem imun pada pemberian jangka panjang atau berulang (Kresno, 2001).
2.5.3
Kontrol Pembanding IM® mengandung Echinacea purpurea 250 mg, ekstrak Black eldelberry 400mg, dan Zinc picolinate 5 mg, dikemas dalam sediaan kaplet . IM® membantu memperbaiki daya tahan tubuh atau respon imun tubuh, juga digunakan sebagai terapi pendamping untuk infeksi yang akut dan kronis, terutama untuk infeksi saluran pernafasan & genitalia seperti kandidiasis dan vaginitis. Echinacea adalah tumbuhan pertama yang dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun. (Anonim, 2008; Tjay et al., 2002). Mekanisme Echinaceae yang bekerja dengan cara menginduksi sitokin, sedangkan Zn picolinate mengaktivasi membran sel imun pada saat proses transkripsi, sehingga kombinasi Echinacea dan Zn picolinate
33
merupakan kombinasi yang ideal untuk meningkatkan respon imun terutama pada keadaan infeksi (Anonim, 2006). Telah terbukti bahwa Echinacea merupakan imunostimulan non spesifik, dengan kata lain Echinacea tidak mempunyai hubungan antigenik dengan patogen-patogen spesifik. Hal ini merupakan hasil dari stimulasi respon imun seluler seperti fagositosis dan pelepasan sitokin serta faktorfaktor serum lainnya. Fagositosis (proses ingesti atau menghancurkan mikroorganisme, retikuloendotelial,
sel
dan
telah
partikel) digunakan
oleh sebagai
imunostimulan dari Echinacea (Bradley, 2006).
sel-sel
pada
indikator
sistem aktifitas
34
BAB III KERANGKA KERJA KONSEP
Gambir sebagai obat
Katekin gambir diketahui
tradisional
memiliki efek imunomodulator Penyiapan simplisia
Uji parameter spesifik Uji parameter non spesifik
Ekstrak kental
Ekstrak kering
Formula tablet hisap : Ekstrak gambir, PVP, Sukralosa, Laktosa, Mg Stearat, Talk, Aerosil Evaluasi tablet : friabilitas,uji organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur
Uji kesukaan
Kruskal wallis test
Mixing
Pencetakan tablet
Uji CD4
T test
Evaluasi granul : Kompresibilitas, distribusi ukuran pertikel, laju alir, sudut henti, kadar air
35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmaseutika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Laboratorium Farmasi Angkatan Laut Jakarta, Laboratorium Makmal Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Laboratorium Sediaan Padat Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2010.
4.2
Alat dan Bahan
4.2.1
Alat Penelitian Alat yang digunakan adalah alat pencetak tablet, desikator, hardness tester, friabilator, moisture content balance, sieving analyzer, neraca analitik, jangka sorong, rotary evaporator, erlenmeyer, stop watch, cawan porselen, corong, statif, krus platina, penggiling (blender), batang pengaduk, kapas steril, oven, vortex, lemari pendingin, Sysmex Pouch 100i, FACSCalibur, serta peralatan steril yang lazim digunakan di laboratorium.
36
4.2.2 Bahan Penelitian Simplisia Simplisia yang digunakan adalah bongkahan gambir yang merupakan ekstrak air daun dan ranting dari tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) Bahan Kimia dan Pereaksi Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah etanol 70%. Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia (10%, 25%), kloroform, HCl (1%, 1:10), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest, lempeng magnesium, HCl pekat, butanol, larutan besi (III) klorida (FeCl3) 1%, pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat, pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter. Bahan untuk pembuatan tablet hisap adalah polyvinylpyrrolidone, sukralosa, dekstrosa, laktosa, talkum, Mg stearat, aerosil, kristal mentol, pewarna coklat. Bahan untuk uji CD4 adalah reagen BD Tritest CD4, lysing solution
4.3
Prosedur Penelitian
4.3.1
Penyiapan Bahan yang Digunakan Sampel yang digunakan adalah Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang diambil dari tanaman gambir, yang terdapat di daerah Padang, Sumatera Barat. Daun dan ranting dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan air bersih mengalir, lalu ditiriskan agar terbebas dari sisa air cucian kemudian dikeringkan pada suhu kamar.
37
Simplisia yang sudah kering kemudian digiling dan diayak dengan ayakan untuk mendapatkan serbuk, lalu simplisia disimpan pada wadah yang kering dan tertutup rapat, serta dalam ruangan yang terlindung dari cahaya (Depkes RI, 1986)
4.3.2
Pembuatan Ekstrak Etanol Gambir Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 500 gram serbuk kering gambir (Uncaria gambir Roxb) dimaserasi dengan pelarut etanol 70% dan dilakukan pengocokan sesekali. Proses tersebut dilakukan selama 1-2 minggu dimana sekali dalam 2 hari pelarut diganti dan disaring. Proses tersebut dilakukan hingga filtrat mendekati tidak berwarna. Semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40-50°C hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental dikeringkan dengan oven pada suhu 30- 40ºC sampai kering. Dihitung hasil rendemen ekstrak dengan rumus: Bobot ekstrak yang didapat % Rendemen =
x 100% Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi
4.3.3
Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak (Depkes RI, 2000) 1. Parameter spesifik terdiri dari : c. Identitas Parameter identitas ekstrak terdiri dari :
38
3) Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sistematika botani), dan bagian tumbuhan yang digunakan. 4) Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. d. Organoleptik Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. 2. Parameter non spesifik terdiri dari: a. Susut Pengeringan dan Kadar Air Ekstrak atau simplisia ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. b. Kadar Abu Sebanyak lebih kurang 1-2 gram ekstrak atau simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukan ke dalam krus platina
39
atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara. Ekstrak atau simplisia diratakan kemudian dipijarkan
perlahan-lahan hingga
arang habis, didinginkan, dan ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring lalu dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b. c. Kadar abu tidak larut asam: Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
4.3.4
Identifikasi Serbuk Gambir Identifikasi serbuk daun gambir (Anonim,1989): a. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat merah b. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna coklat muda c. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol; terjadi warna coklat merah
40
d. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna coklat merah e. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna coklat kehitaman
4.3.5
Penapisan Fitokimia (Farnsworth, 1966) a. Identifikasi Golongan Alkaloid Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia 25%, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 10 ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel. Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masingmasing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.
41
b. Identifikasi Golongan Flavonoid Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid. c. Identifikasi Golongan Saponin Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan saponin. d. Identifikasi Golongan Tanin Sejumlah 2 gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan tanin.
42
Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tinta maka menunjukkan adanya tanin galat. e. Identifikasi Golongan Kuinon Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon. f. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan dengan 20 ml eter, dibiarkan selama 2 jam dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan diambil filtratnya. 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residua tau sisa. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard). Jika terbentuk warna hijau atau merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam simplisia tersebut. g. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang
43
diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu berbau aromatic atau menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri. h. Identifikasi Golongan Kumarin Sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambahkan air panas sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia (NH4OH) 10%. Lalu diamati di bawah sinar lampu ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika terjadi fluoresensi warna biru atau hijau maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kumarin. i. Identifikasi Urea (Depkes RI, 1995) 1) Sebanyak 500 mg sampel dipanaskan dalam tabung kimia hingga meleleh dan bau ammonia. Pemanasan dilakukan hingga cairan
44
keruh lalu dinginkan dan larutkan dalam campuran 10 ml air dan 0,5 ml larutan Natrium hidroksida P, Ditambahkan 1 tetes larutan tembaga (III) sulfat P; terjadi perubahan warna violet 2) Sebanyak 100 mg sampel dilarutkan dalam 1 ml air, ditambahkan 1 ml asam nitrat P; terbentuk endapan hablur putih.
4.4 Formulasi Tablet Hisap a. Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Tabel 4. Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir Variasi Konsentrasi Bahan A
B
C
Ekstrak gambir
500 mg
500 mg
500 mg
PVP
200 mg
320 mg
400 mg
Sukralosa
10 mg
10 mg
10mg
Dekstrosa
2788 mg
2658 mg
2568 mg
Laktosa
400 mg
400 mg
400 mg
Mg stearat
40 mg
40 mg
40 mg
Talk
40 mg
40 mg
40 mg
Aerosil
20 mg
20 mg
20 mg
Serbuk mentol
-
10 mg
20 mg
Pewarna coklat
2 mg
2 mg
2 mg
45
b. Pembuatan Tablet Tiap bahan yang telah ditimbang dimasukkan satu per satu ke dalam wadah dan kemudian dicampur hingga homogen. Campuran serbuk tersebut kemudian dilakukan evaluasi granul berdasarkan literatur kemudian dicetak menjadi tablet jadi dalam mesin tablet dengan metode kempa langsung. Tablet yang dihasilkan kemudian diuji sesuai persyaratan.
4.4.1
Evaluasi Granul a. Kadar air (Voight, 1994) Sebanyak 1 gram granul dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Granul diratakan dan kemudian alat dijalankan, selanjutnya diperoleh data kadar air yang terkandung dalam granul. Syarat : 2 – 5% b. Kompresibilitas (Aulton, 1988; Voight, 1994) Granul ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat volumenya (V0). Granul tersebut kemudian diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali dan dicatat kembali volume setelah pengetukan (V1). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus : % kompresibilitas =
V0 – V1 V0
Syarat : 5 – 15 %
x
100%
46
c. Distribusi Ukuran Partikel (Voight, 1994) Masing-masing ayakan pada sieving analyzer disusun berturut-turut mulai dari yang teratas adalah mesh 12, 14, 16, 18, 20 dan 22. Kemudian granul dimasukkan ke dalam alat sieving analyzer. Alat dihidupkan, kemudian granul yang didapat pada masing-masing ayakan ditimbang lalu dihitung persen bobot granul pada masingmasing ayakan dan dibuat kurva antara persen bobot granul (sumbu y) dengan ukuran ayakan (sumbu x) Syarat : distribusi ukuran partikel sisa < 10 % d. Laju alir (Lachman, 1994; Aulton, 1988) 25 gram granul ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam corong yang tertutup dan diratakan. Kemudian penutup corong dibuka dan dicatat waktu yang diperlukan seluruh granul habis melewati corong. Syarat : > 10 gram/detik e. Sudut henti (Voight, 1994; Aulton, 1988) Dihitung diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk pada gundukan granul pada uji laju alir, kemudian dicari besar sudut henti dengan rumus : tan α = 2h d dimana :
h = tinggi kerucut gundukan granul d = diameter gundukan granul
Syarat : 25 – 30o
47
4.4.2
Evaluasi Tablet a. Pemeriksaan organoleptik Tablet yang dihasilkan dinilai secara keseluruhan baik bentuknya maupun warna, aroma dan rasanya b. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979) Masing-masing ditimbang sebanyak 20 tablet yang diambil secara acak, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet Syarat : bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya. c. Keseragaman ukuran (Depkes RI, 1979; Gatiningsih, 2008) Diambil secara acak sebanyak 20 buah tablet, diukur diameter dan tebal tablet dengan menggunakan jangka sorong. Syarat : >18 mm d. Friabilitas (Lachman, 1994) Ditimbang sebanyak 20 buah tablet yang diambil secara acak dan dibersihkan dari debu. Kemudian diletakkan dalam alat friabilator dan alat dijalankan sebanyak 100 putaran dengan kecepatan 25 rpm. Syarat : kehilangan berat < 1% e. Kekerasan (Ansel, 1989; Parrot, 1971) Diambil sebanyak 20 tablet secara acak kemudian ditentukan kekerasannya dengan alat hardness tester. Pada umumnya kekerasan tablet hisap lebih tinggi dibandingkan dengan tablet biasa.
48
Syarat : 10 – 20 kg/cm2 f. Waktu hancur (Lachman, 1994) Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.
4.5
Uji Kesukaan Uji kesukaan dilakukan terhadap ketiga formula tablet hisap pada 20 orang responden dewasa baik laki-laki maupun perempuan yang diminta untuk memberikan penilaian dalam hal rasa dan aroma tablet hisap. Penilaian dilakukan dengan cara mengisi kuesioner untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap rasa dan aroma dari masing-masing formula tablet hisap dengan mengikuti instruksi yang terdapat pada kuesioner.
4.6
Uji CD4 a. Perencanaan konsentrasi ekstrak uji Pada penelitian sebelumnya mengenai Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag Peritonium Mencit Secara In Vivo, efek imunomodulator terus meningkat pada dosis 400 mg/kg BB, sehingga perlu dilakukan pengujian efek imunomodulator terhadap manusia, dengan menggunakan konversi dosis. Dari perhitungan diperoleh bahwa dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 2000 mg. (Amalia, 2009)
49
b. Pengambilan sampel darah Pengambilan darah dilakukan di Laboratorium Makmal Terpadu Universitas Indonesia. Tiap responden masing-masing diambil darahnya sebanyak 3 ml, dengan jumlah responden sebanyak 8 orang dengan 1 orang kontrol positif yang mengkonsumsi tablet IM®, 1 orang kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan, dan 6 orang yang diberi tablet hisap ekstrak gambir. Penentuan jumlah sampel ini ditentukan menurut rumus Federer (Adimunca,2010) : T (n-1) > 15 Dimana : T = jumlah perlakuan n = jumlah pengulangan c. Perlakuan terhadap sampel darah Sampel darah yang telah diambil dari responden segera diukur kadar limfositnya dengan alat Sysmex Pouch 100i. Sebanyak 50 µl sampel darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup dan ditambahkan reagen BD Tritest™ sebanyak 20 µl sambil tabung digoyangkan secara perlahan. Tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasikan di ruang gelap selama 15 menit pada suhu ruangan, dan ditambahkan 450 µl lysing solution ke dalamnya. Tabung reaksi berisi sampel tersebut kemudian diinkubasikan untuk kedua kalinya di lemari pendingin pada suhu 4oC selama 15 menit, dan selanjutnya dimasukkan ke alat FACSCalibur dan diperoleh nilai CD4 dalam darah.
50
4.7
Analisa Data Data hasil penelitian dianalisis untuk melihat adanya perbedaan masing-masing kelompok perlakuan. Data-data yang diperoleh, dianalisa dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 17.0. Pada analisa data ini, ditentukan terlebih dahulu homogenitas sampel dan normalitas data dari setiap variabel dan dilanjutkan dengan uji parametrik anova satu arah dengan taraf signifikansi 95% jika data terdistribusi normal dan homogen. Jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Apabila ada perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antara kelompok uji (Least Significant Difference atau LSD) (Santoso, 2006). Hipotesis : Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok. Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok. Pengambilan Keputusan : Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.
51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Penapisan Fitokimia Gambir Tabel 5. Hasil Penapisan Serbuk & Ekstrak Etanol Gambir Golongan
Penapisan Serbuk
Penapisan Ekstrak
Urea
-
-
Alkaloid
+
+
Flavonoid
+
+
Saponin
+
+
Tannin
+
+
Steroid
-
-
Kuinon
-
-
Kumarin
+
+
Minyak atsiri
-
-
Keterangan :
(+) = ada (-) = tidak ada
5.1.2
Karakterisasi Ekstrak Tabel 6. Hasil Karakterisasi Ekstrak (Anonim, 1994; Anonim, 1989) Jenis Karakterisasi
•
Hasil
Persyaratan
Parameter Spesifik :
Ekstrak kental gambir Ekstrak
kental
52
a.
gambir gambir
gambir Roxb)
Organoleptik
Kental
Kental
o
Bentuk
Coklat tua
Coklat
o
Warna
Aromatik
Aromatik
o
Bau
Pahit
Pahit
o
Rasa
1,7 %
17,0 %
Parameter Non Spesifik : a.
Kadar air
7,15%
7,0 %
b.
Kadar abu
0,009%
<0,08%
c.
Kadar
6,4%
<10 %
abu
tidak
larut asam d.
(Uncaria
Roxb)
b.
•
(Uncaria
Identitas
Susut pengeringan
Rendemen
58,58%
Gambar 1. Hasil Identifikasi Serbuk Gambir
53
5.1.3
Evaluasi Granul Tabel 7. Hasil Evaluasi Granul Formula
Jenis Evaluasi
A
B
Persyaratan
C
Laju alir (gr/detik) Sudut diam (o)
12,7
9,6
13,06
> 10 gr/dt
29,2
16,11
25,9
20 – 40o
Kadar air (%)
4,51
4,11
4,5
2–5%
Kompresibilitas (%)
12
13
11,9
5-15 : sangat baik
Tabel 8. Hasil Uji Distribusi Ukuran Partikel Formula
Jenis evaluasi
A
B
C
Distribusi
Bobot
Fraksi
Bobot
Fraksi
Bobot
Fraksi
ukuran
(gr)
(%)
(gr)
(%)
(gr)
(%)
1.7 mm
1.329
1.34
1.423
1.4
0.201
0.2
1.4 mm
2.508
2.53
2.174
2.22
1.050
0.5
1.18 mm
1.604
1.62
1.550
1.5
0.161
0.16
1 mm
1.372
1.4
0.929
0.9
0.210
0.21
850 µm
1.956
1.98
2.057
2.09
0.304
0.31
< 850 µm
90.23
91.2
91.9
93.7
98
99
Jumlah
98.9
100
98.1
100
98.92
100
Rerata
1.75
1.77
1.626
1.66
0.18
0.18
SD
0.489
0.494
0.504
0.51
0.07
0.07
partikel
54
Grafik Distribusi Ukuran Partikel
5.1.4
Evaluasi Tablet Tabel 9. Hasil Evaluasi Tablet Formula
Jenis Evaluasi
Persyaratan A
B
C
Organoleptik
Bentuk
Bundar
Bundar
Bundar
Warna
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Rasa
Manis
Manis
Manis
Bau
Aroma mint
Aroma mint
-
Kekerasan
9
12
12,5
-
10-20 kg/cm2
(kg/cm2) Keseragaman ukuran (mm) SD
tebal diameter tebal diameter tebal Diameter 4
26,15
4
26,05
4
26,35
0,08
0,53
0,01
0,69
0,06
0,06
> 18 mm
55
4,335
4,356
4,360
SD
0,06
0,72
0,55
Friabilitas (%)
1,2
0,89
0,574
Tidak boleh ada 2 tablet yg menyimpang dari 5% bobot rerata <0.8%
20,94
32
35,68
<30 menit
Keseragaman bobot (gr)
Waktu
hancur
(mnt)
5.1.5
Uji Kesukaan Tabel 10. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Rasa Tablet Formula A
Formula B
Formula C
5%
8%
10%
1
STS
N
S
2
TS
S
N
3
N
S
SS
4
TS
N
S
5
TS
S
S
6
TS
S
TS
7
TS
S
S
8
SS
S
TS
9
N
S
TS
10
N
S
TS
11
TS
N
SS
12
STS
TS
S
13
TS
N
SS
Responden
56
14
TS
S
N
15
TS
S
N
16
N
S
S
17
TS
S
N
18
N
S
SS
19
S
S
N
20
N
S
S
Jumlah
Keterangan :
SS : 1
SS : -
SS : 4
S
S
S
:1
: 15
:7
N :6
N :4
N :5
TS : 10
TS : 1
TS : 4
STS : 2
STS : -
STS : -
SS
: Sangat Suka
S
: Suka
N
: Netral
TS
: Tidak Suka
STS
: Sangat Tidak Suka
Tabel 11. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Aroma Tablet Formula A
Formula B
Formula C
5%
8%
10%
1
STS
N
S
2
TS
S
N
3
S
S
SS
4
N
S
S
5
TS
S
S
Responden
57
6
TS
S
TS
7
N
S
S
8
S
S
TS
9
TS
S
TS
10
TS
S
TS
11
TS
N
SS
12
STS
TS
S
13
TS
N
SS
14
N
S
N
15
N
S
N
16
TS
S
S
17
N
S
N
18
S
S
SS
19
S
S
N
20
N
S
S
Jumlah
Keterangan :
SS : 1
SS : -
SS : 4
S
S
S
:4
: 16
:7
N :6
N :3
N :5
TS : 7
TS : 1
TS : 4
STS : 2
STS : -
STS : -
SS
: Sangat Suka
S
: Suka
N
: Netral
TS
: Tidak Suka
STS
: Sangat Tidak Suka
58
5.1.6
Uji CD4 Tabel 12. Persentase CD4 dalam Limfosit Relawan
% CD4 dalam Limfosit Sebelum
Sesudah
1
27.97
31
2
29.9
30
3
32.31
36
4
29.07
32
5
37.94
37
6
26.02
27
Kontrol (-)
25.50
24
Kontrol (+)
27.81
31
59
Grafik Persentase CD4 dalam Limfosit
Tabel 13. Jumlah total CD4 Relawan
Jumlah Total CD4 Sebelum
Sesudah
1
742
1001
2
732
754
3
632
598
4
746
613
5
976
846
6
425
482
Kontrol (-)
368
389
60
Kontrol (+)
Grafik Jumlah total CD4
563
681
61
5.2 Pembahasan Hasil yang diperoleh pada penapisan fitokimia serbuk gambir menunjukkan
adanya
kandungan
alkaloid,
flavonoid,
tanin,
saponin,
triterpenoid, dan minyak atsiri. Dari sini diketahui bahwa ekstrak gambir mengandung tanin yang diduga memiliki aktivitas sebagai imunomodulator. Untuk mengekstraksi kandungan kimia dari gambir, digunakan metode cara panas yaitu dengan memasak daun dan ranting tanaman gambir yang kemudian dicetak selagi panas. Kemudian dari hasil ekstrak air gambir ini dilakukan tahap maserasi dengan menggunakan etanol 70%. Metode maserasi dipilih karena dapat memisahkan zat-zat aktif yang terdapat dalam serbuk gambir secara sempurna sehingga diperoleh senyawasenyawa yang terkandung di dalam tanaman, selain itu penggunaan metode ini didasarkan pada keuntungan yang diberikan yaitu dari segi efisiensi waktu, pengerjaan dan peralatan sederhana (Depkes RI, 2000). Hal ini disebabkan karena pada metode maserasi ini menggunakan pelarut etanol 70% secara berulang sampai diperoleh filtrat yang jernih sehingga diharapkan kandungan kimia dapat tertarik lebih banyak. Di samping itu metode ini tidak merusak zatzat yang tidak tahan dengan pemanasan. Pemilihan pelarut etanol didasarkan karena etanol memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih selektif dalam pemisahan zat aktif yang terkandung
dalam
tanaman,
misalnya
zat
yang
berkhasiat
sebagai
imunostimulan yaitu tanin yang dapat menstimulasi sel-sel fagositik yang mampu memakan partikel-partikel dan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Maserasi dengan etanol dapat menjaga proses ekstraksi agar tidak mudah
62
ditumbuhi kapang, menghasilkan absorpsi baik, netral dan dapat dicampur dengan segala pembanding serta panas yang diperlukan untuk pemekatan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pelarut lain, dikarenakan titik didih rendah. Pemakaian etanol 70% sebagai pelarut juga dikarenakan etanol dapat melarutkan senyawa organik dalam tumbuhan baik yang bersifat polar maupun non polar. Di samping itu etanol mempunyai harga relatif murah dan mudah diperoleh. (Depkes RI, 2000; Adnan, 2010). Setelah didapat gambir dalam bentuk ekstrak, dilakukan beberapa tahap lanjutan penelitian antara lain pemekatan ekstrak, pengeringan ekstrak, pembuatan tablet, dan pengujian kadar CD4 dalam darah. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah pada masing-masing tahap telah memenuhi standar evaluasi yang ditetapkan dalam literatur. Proses pengentalan dilakukan dengan menggunakan alat rotary evaporator. Prinsip penggunaan alat ini adalah dengan mengatur suhu pada penangas air rotary evaporator mendekati titik didih pelarut yang digunakan tetapi tidak boleh melebihi suhu optimum zat aktifnya. Alat dijalankan selama waktu tertentu sampai didapatkan hasil berupa ekstrak kental, yaitu dengan mengurangi luas permukaan ekstrak yang sebelumnya cair menjadi agak kental karena tertariknya pelarut dalam ekstrak cair tersebut. Pada penelitian ini digunakan penangas air yang diatur pada suhu dan kecepatan putaran optimal, yaitu 50oC dengan kecepatan putaran 50 rpm (Lisa, 2006). Dari sini diperoleh bobot ekstrak kental yang semakin sedikit dengan kondisi ekstrak yang dapat dituang, yaitu sebesar 292,9 gram.
63
Untuk mengetahui kelayakan simplisia dan ekstrak, dilakukan beberapa parameter standar simplisia dan ekstrak baik yang spesifik maupun yang non spesifik. Pengujian parameter spesifik yang dilakukan antara lain adalah identitas, pemeriksaan organoleptis, dan kadar senyawa yang larut dalam etanol. Berdasarkan hasil evaluasi, diperoleh bentuk serbuk dengan warna coklat tua, berbau khas aromatik dan memiliki rasa yang pahit. Kadar senyawa larut etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan atau senyawa yang terlarut dalam etanol (Depkes RI, 2000). Pada ekstrak etanol gambir, pengujian ini tidak dilakukan, karena ekstrak itu sendiri sudah merupakan sari dari etanol. Pengujian parameter non spesifik antara lain adalah susut pengeringan, kadar air, kadar abu, dan kadar abu tak larut asam. Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan maksimal besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai susut pengeringan ekstrak gambir diperoleh sebesar 6,4%. Nilai ini memenuhi persyaratan yaitu <10%. Pada ekstrak gambir dilakukan penetapan kadar air yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan (Depkes RI, 2000). Kadar air rata-rata ekstrak kering gambir hasil pengeringan adalah 1,7%. Dengan demikian kadar air ekstrak kering gambir memenuhi persyaratan SNI 01-3391-1994 yaitu maksimal 17,0% sehingga dapat digunakan untuk formulasi sediaan tablet hisap. Jika kadar air terlalu tinggi akan dapat menyebabkan komponen-komponen aktif yang terkandung dalam tablet hisap menjadi tidak stabil.
64
Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentunknya ekstrak, sedangkan penetapan kadar abu tak larut asam bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat pengotor yang tercampur pada serbuk saat preparasi simplisia. (Depkes RI, 2000). Kadar abu tidak larut asam ekstrak kering gambir sebesar 0,009% sedangkan untuk kadar abu sebesar 7,15%. Nilai kadar abu ekstrak gambir ini sedikit melampaui persyaratan kadar abu ekstrak gambir menurut SNI 01-3391-1994 yaitu 7,0%. Hal ini dapat disebabkan kandungan air yang lebih banyak pada pelarutnya yaitu etanol 70% dibandingkan dengan ekstrak standar yang menggunakan etanol 95%, sehingga masih adanya mineral dan pengotor yang tertinggal pada ekstrak. Setelah ekstrak kering dievaluasi, dilakukan pencampuran semua bahan formula dan selanjutnya dievaluasi karakteristik granul yang dihasilkan. Hasil evaluasi kadar air rata-rata campuran serbuk ekstrak kering gambir adalah untuk formula A 4,51%, formula B 4,11%, dan untuk formula C sebesar 4,5%. Kadar ini memenuhi persyaratan kadar air granul yang baik yaitu 2-5% (Voight, 1994), sehingga dapat digunakan untuk tablet hisap. Karena jika kadar air granul < 2% maka tablet yang dihasilkan akan rapuh atau mudah hancur dan jika kadar air granul >5% maka tablet yang dihasilkan akan terlalu lembab. Fines adalah partikel yang berukuran lebih kecil dari 2,5 µm (Susanti, 2008). Hasil distribusi ukuran partikel yang baik adalah mengandung tidak lebih dari 10% fines atau serbuk halus, dan kurvanya mengikuti kurva normal distribusi ukuran parikel yang berbentuk lonceng (Lachman, 1994). Distribusi ukuran partikel serbuk dapat memperngaruhi kerenyahan tablet dan daya
65
mengalir serbuk yang dapat mempengaruhi bobot tablet rata-rata, variasi bobot, dan waktu hancur tablet. Serbuk halus diperlukan untuk mengisi ruang kosong antar partikel yang terbentuk oleh partikel-partikel yang lebih besar, serta membantu pembentukan ikatan fisik yang berperan sebagai jembatan antarpartikel yang lebih besar. Hasil evaluasi dari ketiga formula menunjukkan distribusi ukuran partikel yang mengandung lebih dari 10% serbuk halus. Hal ini dapat disebabkan karena ukuran sieving analyzer yang digunakan antara mesh 12-22. Di samping itu adanya partikel aerosil yang berukuran 200µm (<850 µm) dan partikel dekstrosa yang berukuran 125–180 µm (<850 µm) sehingga menyebabkan persentase fines yang terdapat dalam granul menjadi besar (Anonim, 2007; Anonim, 2010) Hasil evaluasi kompresibilitas untuk formula A adalah 12%, formula B 13%, dan formula C 11,9%. Syarat kompresibilitas yang baik adalah 5-15 % (Voight, 1990). Jadi formula A, B dan C memiliki sifat kompresibilitas yang baik, sehingga baik digunakan untuk pembuatan tablet hisap. Untuk menentukan sikap aliran berlaku sudut kemiringan aliran (sudut henti), yang diberikan jika suatu zat berupa granul mengalir bebas dari sebuah corong ke atas suatu dasar membentuk suatu kerucut, dimana sudut kemiringan tersebut dapat diukur. Semakin datar kerucut, artinya sudut kemiringan semakin kecil. Maka sifat aliran serbuk semakin baik (Voight, 1994). Evaluasi granul didukung oleh uji laju alir granul untuk formula A sebesar 12,7 gram/detik, formula B 9,6 gram/detik, dan untuk formula C 13,06 gram/detik, sedangkan nilai sudut henti untuk formula A sebesar 29,2o, formula B sebesar 11,6o, dan formula C sebesar 25,9o. Hal ini pun semakin mendukung
66
karakteristik granul yang memenuhi syarat. Syarat sudut diam yang baik adalah < 25 - 30o dan syarat waktu alir yang baik adalah > 10 gram/detik. Hasil evaluasi sifat alir serbuk untuk formula B menunjukkan sifat mudah mengalir, dimana serbuk mempunyai waktu alir 9,6 gram/detik, sedangkan untuk formula A dan C menunjukkan sifat bebas mengalir dengan waktu alir masing-masing 12,7 gram/detik dan 13,06 gram/detik. Sudut diam untuk ketiga formula masingmasing memenuhi syarat yaitu untuk formula B bersifat sangat baik sedangkan formula A dan C bersifat baik. Hasil dari evaluasi sifat alir menunjukkan bahwa serbuk yang dihasilkan akan mudah mengalir sehingga diharapkan diperoleh keseragaman bobot dan keseragaman ukuran tablet hisap yang baik. Dari granul yang diperoleh, selanjutnya dilakukan pencetakan dengan menggunakan metode kempa langsung. Metode ini digunakan karena pada uji pendahuluan dengan metode granulasi basah menghasilkan sediaan tablet hisap yang lengket. Di samping itu keuntungan dari metode ini adalah dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan lembab, lebih ekonomis, dan pengerjaannya relatif lebih mudah karena tidak melewati proses granulasi. Tablet hasil pencetakan kemudian diuji organoleptiknya baik dalam hal warna yang homogen, rasa yang manis, maupun aromanya. Dari tablet hisap gambir untuk ketiga formula menunjukkan hasil yang relatif baik. Evaluasi selanjutnya yaitu evaluasi tablet, meliputi uji friabilitas, uji waktu hancur, uji keseragaman ukuran dan bobot, uji kekerasan, dan uji CD4 dalam darah. Hasil evaluasi uji keseragaman ukuran dari tablet hisap gambir untuk ketiga formula menunjukkan rentang perbedaan keseragaman ukuran yang kecil (SD = 0,44). Syarat keseragaman ukuran tablet adalah diameternya
67
>18 mm, dan hasil diameter rata-rata yang diperoleh untuk ketiga formula adalah masing-masing 24,8 mm untuk formula A, 24,85 mm untuk formula B, dan 24,6 mm untuk formula C. Hasil evaluasi uji keseragaman bobot tidak menunjukkan perbedaan dari ketiga formulasi. Syarat keseragaman bobot menurut farmakope jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 5% dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 10%. Dari ketiga formula, hasil evaluasi keseragaman bobot menunjukkan bahwa tidak lebih dari 2 tablet yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak ada satu pun tablet yang menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata. Syarat dari uji friabilitas atau kerenyahan tablet yang baik adalah < 1% (Lachman, 1994). Dari hasil evaluasi friabilitas yang dilakukan terhadap ketiga formula menunjukkan bahwa formula B dan C memenuhi syarat yaitu dengan nilai friabilitas sebesar 0,89% dan 0,57%, sedangkan formula A tidak memenuhi syarat dengan nilai friabilitasnya sebesar 1,2%. Hal ini dapat disebabkan karena pengikat yang digunakan terlalu kecil sehingga tablet yang dihasilkan terlalu rapuh. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat, maka akan menurunkan nilai kerapuhan tablet. Syarat uji kekerasan tablet hisap adalah 10-20 kg/cm2 (Parrot, 1971). Hasil uji kekerasan dari formula B dan C memenuhi syarat dengan nilai rata-rata <10 kg/cm2, sedangkan kekerasan dari formula A tidak memenuhi syarat. Data hasil uji kekerasan dapat dilihat pada tabel 24. Hasil analisa dengan SPSS juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kekerasan tablet hisap
68
formula A, B, dan C (p<0,05). Dari data ini pula diketahui bahwa formula C memiliki kekerasan paling tinggi dibandingkan dengan formula A dan B. Dari sini diketahui terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi konsentrasi PVP sebagai pengikat, semakin tinggi pula kekerasan tablet hisap yang dihasilkan. Syarat waktu hancur untuk tablet hisap adalah tidak hancur dalam mulut tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang, sedangkan syarat waktu hancur untuk tablet biasa adalah kurang dari 15 menit (Lachman, 1994). Dari hasil evaluasi yang didapat formula B dan C menunjukkan waktu hancur yang lebih lama yaitu 32 menit untuk formula B dan 35.6 menit untuk formula C. Sedangkan waktu hancur tablet pada formula A lebih memenuhi syarat, yaitu 20.94 menit. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan peningkatan konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat, maka akan memperlambat waktu hancur tablet hisap. Data dapat dilihat pada tabel 27. Uji kesukaan atau uji hedonik adalah salah satu uji penerimaan produk. Pengujian kesukaan oleh panelis dilakukan melalui uji organoleptik terhadap pengaruh rasa dan aroma tablet hisap yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penilaian 20 orang panelis, tingkat kesukaan terhadap rasa dan aroma tablet hisap sangat berpengaruh pada formula tablet hisap yang disukai. Data yang didapat dianalisis secara statistika dengan program SPSS (17.0). Dari analisa statistik terhadap pengaruh rasa yang dilakukan, diketahui bahwa hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data bersifat tidak terdistribusi normal (p<0,05). Data hasil penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan uji non parametrik Kruskal-Wallis, karena data tidak terdistribusi normal. Dari hasil uji kesukaan terhadap rasa, didapatkan hasil ANOVA 0,000 (p<0,05) yang berarti
69
Ho ditolak (p<0,05), artinya bahwa terdapat perbedaan secara bermakna antara rasa tablet hisap untuk formula A, formula B dan formula C. Data dapat dilihat pada tabel 10. Begitu pula untuk uji kesukaan terhadap aroma, hasil menunjukkan bahwa data bersifat tidak terdistribusi secara normal (p<0,05) sehingga analisa dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Diperoleh bahwa nilai asymp sig 0,01 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan secara bermakna antara aroma tablet hisap formula A, formula B, dan formula C. Data dapat dilihat pada tabel 11. Data analisa statistik kesukaan menunjukkan bahwa formula yang paling diminati oleh responden dalam hal rasa adalah formula C, begitu pula dalam hal aroma yang paling diminati adalah tablet formula C. Oleh karena itu, tablet formula inilah yang selanjutnya akan digunakan dalam uji CD4. CD4 adalah sejenis sel darah putih yang dipakai oleh virus untuk mereplikasi dan kemudian dibunuhnya. Sel ini juga disebut sel T-4, sel pembantu, atau sel CD4+. Jumlah CD4 mencerminkan kesehatan sistem kekebalan tubuh, karena berkurangnya nilai CD4 menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke dalam tubuh manusia. Hasil tes CD4 dapat berubah-ubah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain waktu pengambilan darah, faktor fisik pasien, maupun faktor kondisi kejiwaan pasien. Oleh karena itu, darah diambil pada jam yang sama dan dilakukan di laboratorium yang sama untuk meminimalisasi faktor kesalahan. Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia maka target utamanya adalah CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.
70
CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif (Anonim, 2010; Runggu, 2010). Reaksi yang terjadi dalam pengukuran CD4 ini adalah reaksi antigenantibodi, dikarenakan antibodi dapat membedakan antara kelompok yang berbeda pada protein. Pada reaksi ini terjadi ikatan non kovalen, sehingga reaksi ini dapat kembali ke keadaan semula (reversible). Cara ini paling banyak digunakan di bidang diagnostik atau biomedis, karena secara teknis relatif sederhana dan murah. Biasanya dalam model pengukuran ini nilai kepekaannya tlebih terbatas, meskipun demikian reaksi ini dapat mendeteksi 0,005 µg protein/ml suspensi. Metode yang digunakan dalam pengujian imunomodulator pada penelitian adalah dengan melihat perubahan kadar CD4 dalam darah panelis yang mengkonsumsi tablet hisap selama 5 hari berturut-turut. Pemilihan CD4 dalam pengujian kadar imunomodulator ini dikarenakan jumlah CD4 dapat menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh manusia, berpengaruh secara signifikan pada orang yang terkena infeksi, dapat diujikan kepada orang normal, serta cara pengujiannya pun relatif mudah. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif IM® sebagai bahan yang aktif untuk imunomodulator yang telah mengalami pengujian kinis, dan kelompok uji yaitu ekstrak etanol gambir. Setiap kelompok, kecuali kelompok negatif, diberikan tablet dengan aturan pakai 4 kali sehari untuk tablet uji dan 1 kali sehari untuk kontrol positif.
71
Dari analisa statistik yang dilakukan terhadap % CD4 dalam limfosit, diketahui bahwa hasil uji T test menunjukkan bahwa data kadar CD4 dalam limfosit tidak berbeda secara bermakna antara sebelum dengan sesudah perlakuan (p>0,025). Dari data ini kemudian dibandingkan dengan kontrol positif dan negatif, diperoleh bahwa data sampel sesudah perlakuan tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan antara data sampel dengan kontrol positif (p>0,025), akan tetapi menunjukkan perbedaan secara signifikan dengan kontrol negatif (p<0,025). Selanjutnya analisa statistik dilakukan terhadap jumlah mutlak CD4, diketahui bahwa hasil uji T test menunjukkan bahwa data kadar CD4 dalam limfosit tidak berbeda secara bermakna antara sebelum dengan sesudah perlakuan (p>0,025). Data ini kemudian dibandingkan dengan kontrol positif dan negatif, diperoleh bahwa data sampel sesudah perlakuan tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan antara data sampel dengan kontrol positif (p>0,025), akan tetapi menunjukkan perbedaan secara signifikan dengan kontrol negatif (p<0,025).
72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut : 1.
Ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat dibuat dalam bentuk
sediaan
tablet
hisap
dengan
menggunakan
polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai pengikat dengan variasi konsentrasi 5%, 8%, dan 10%. 2.
Formulasi tablet hisap ekstrak etanol gambir pada dosis 2000 mg/hari dapat mempengaruhi jumlah mutlak CD4 dan persentase CD4 dalam darah.
3.
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, formula tablet hisap ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) terbaik adalah formula C
6.2.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efektivitas
imunomodulator dengan metode ekstraksi, pelarut, dan dosis yang berbeda. Untuk pengujian imunomodulator dalam tubuh, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter yang berbeda.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adimunca, Cornelis dan Olwin Nainggolan. 2010. Pengaruh Ekstrak Daun Singkong (Manihot uttilisima) Terhadap Fungsi Hati Dan Ginjaltikus Putih Yang Diinduksi Karsinogen Nitrosamin. Departemen Kesehatan RI, Jakarta Adnan. 2010. Jaringan Ikat. FMIPA Universitas Negeri Malang. Diambil dari : http://www.scribd.com/doc/33868064/JARINGAN-IKAT Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi; Edisi Revisi dan Perluasan. Penerbit ITB, Bandung Amalia, Anisa. 2009. Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Aktivitas Dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag Peritoneum Mencit Secara In Vivo. FKIK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Penerjemah Farida Ibrahim. UI Press, Jakarta : 261-271 Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Departemen Kesehatan RI. Jakarta : 137 Anonim. 1994. Gambir. Badan Standardisasi Nasional. Diambil dari : http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/3792 Anonim. 2006. Echinacea Imunoterapi Penyakit Saluran Pernapasan. Diambil dari : http://www.tempo.co.id Anonim. 2007. Kajian Keamanan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan. JK Sucralose Inc, Beijing. Diambil dari : http://www.jksucralose.com/indo/index.html Anonim. 2008. MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi Edisi 8. PT Infomaster, Jakarta : 296 Anonim. 2010. Tes CD4. Diambil dari : http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=124 Aulton, Michael E. 1988. Pharmaceutics : The Science of Dossage Form Design. Churchill Livingstone, New York:245-247, 307-314, 612-613 Baratawidjaja, Karnen Garnan. 2009. Imunologi Dasar Edisi Ke-6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta : 3-17, 128-151 Bhagwat, Samir P., et al. 2006. Contribution of T cell subsets to the pathophysiology of Pneumocystis-related immunorestitution disease. Diambil dari: http://ajplung.physiology.org/cgi/content/short/291/6/L1256
74
Bradley, Peter. 2006. British Herbal Compendium Vol 2. British Herbal Medicine Association (BHMA), Great Britain:129-141 Diah, 2010. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb). Diambil dari : http://diaht09.student.ipb.ac.id/ Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI, Jakarta Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta : 115-117 Departemen Kesehatan RI. 2002. Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta : 3-16 Departemen Kesehatan RI. 2007. Acuan Sediaan Herbal vol 3 Edisi I. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta Dhalimi, Azmi. 2006. Permasalahan Gambir di Sumatra Barat dan Alternatif Pemecahannya. Dalam : Perspektif Vol 5 No. 1. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor : 46-59 Dharma, R. et al. Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran No. 30. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 28-30 Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal Pharmaceutical Science. hal 55, 3 Gatiningsih, Tri Mumpuni. 2008. Optimasi Formula Tablet Hisap Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb) Dengan Kombinasi Laktosa-Manitol Sebagai Bahan Pengisi Dengan Metode Simplex Lattice Design. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya, Jakarta : 9-17 Haryanto, Sugeng. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Palmall, Yogyakarta Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta
75
Idris, Herwita. 2007. Pemakaian Fungisida Gambir Terhadap Penyakit bercak Fusarium sp Pada Daun Serai Wangi. Dalam : Jurnal Ilmu-Ilmu Pengetahuan Indonesia Edisi Khusus No. 3. Kebun Percobaan BALITTRO Laing Solok, Solok:379-385 Jawetz, E., Melnick, J.L. dan Adelberg, E.A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta:165-170 Kaplan Medical. 2002. USMLE. Step 1 Microbiology and Immunology Notes. Kaplan Inc., United States:293-308 Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi : Diagnosa dan Prosedur Laboratorium Edisi IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Kusmardi., Kumala, Shirly., Triana, Enif Esti. 2007. Efek ImunomodulatorEkstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag. Dalam: Makara Kesehatan Vol II No. 2. Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta:50-53 Lachman, L, Lieberman, H. A. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,Edisi III. Universitas Indonesia, Jakarta Lucida, Henny., et al. 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik Mulut dari katekin Gambir. Dalam : J,Sains Tek Far 12(1). FMIPA Universitas Andalas, Padang Nugrahani, Ilma. et al. 2005. Karakterisik Granul Dan Tablet Propranolol Hidroklorida Dengan Metode Granulasi Peleburan. Dalam : Majalah Ilmu Kefarmasian Vol II No 2. FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta Padmadisastra, Yudi. dkk. . Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan Metode Kempa Langsung. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Padjadjaran Sumedang Pambayun, Rindit. et al. 2007. Kandungan fenol dan sifat antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk gambir (Uncaria gambir Roxb). Dalam : Majalah Farmasi Indonesia Vol 18 (3). Universitas Sriwijaya, Palembang : 141-146 Parrot, Eugene L. 1971. Pharmaceutical Technology, Fundamental Pharmaceutics. Burgess Publishing Company, Minneapolis : 82 Peters, D. 1989. Medicated Lozenges. Dalam : Lieberman, A. H., Lachman, L. Pharmaceutical Dossage Forms : Tablet, vol 1, 2nd ed. Marcel Dekker, New York : 513-580
76
Rantam, Fedik A. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press, Surabaya : 3-7 Ritiasa, Ketut. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Runggu, Caprina. 2010. Komunitas AIDS Indonesia. Diambil dari http://aidsina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&categories=HIVAIDS Susanti, Devi Yuni 2008. Efek Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan fenolik dan Kandungan Katekin Ekstrak Daun Kering Gambir. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian, Yogyakarta:1-13 Swain, Steve D. et al. 2006. CD8 T Cells Modulate CD4 T-Cell and EosinophilMediated Pulmonary Pathology in Pneumocystis Pneumonia in B-CellDeficient Mice. Dalam : American Journal of Pathology. Department of Veterinary Molecular Biology, Montana State University, Bozeman, Montana: 466-475. Diambil dari: http://ajp.amjpathol.org/cgi/content/full/168/2/466 Tanuatmadja, U. S. 1985. Pengembangan Produksi Jamu. Fa Skala Indah, Jakarta : 41-42 Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta Utama, Iwan H dan I Nym Suarsana. 2001. Teknik Imunodiagnostik dalam Masyarakat. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran No. 130. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bali:55-57 Voight, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Wade, Ainley. Weller, Paul J (editor). 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients. The Pharmaceutical Press. London : 252-255, 392, 494, 500, 519. Wiedianty, Lisa. 2006. Formulasi Tablet Hisap Dari Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Yang Dikeringkan Dengan Adsorben Dan Pengikat Maltodekstrin. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta
77
Lampiran 1. Gambar Bahan-Bahan dan Alat-Alat Penelitan
Gambar 2. Simplisia Gambir
Gambar 3. Sysmex Pouch – 100i
Gambar 4. Rotary Evaporator
Gambar 5. Alat Pencetak Tablet
Gambar 6. FACSCalibur Lampiran 2. Rumus Perhitungan Dosis Hewan dan Tabel Konversi Dosis Hewan ke HED Berdasarkan BSA (Reagan-Shaw dkk, 2008)
78
Tabel 14. Konversi Dosis Hewan ke HED Berdasarkan BSA Weight (kg)
BSA (m2)
Km factor
Adult
60
1.6
37
Chile
20
0.8
25
Baboon
12
0.6
20
Dog
10
0.5
20
Monkey
3
0.24
12
Rabbit
1.8
0.15
12
Guinea pig
0.4
0.05
8
Rat
0.15
0.025
6
Hamster
0.08
0.02
5
Mouse
0.02
0.007
3
Species Human
79
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Tablet Dosis invivo : 400mg/kg BB •
•
HED =
Animal dose
x
Animal Km Human Km
=
400 mg/kg BB
x
3 37
=
32,4324 mg/kg BB
Dosis untuk manusia =
HED (mg/kg BB) x berat rata-rata manusia dewasa (kg)
=
32,4324
=
1946 mg
=
1,946 gr
x
60
~
2 gr
Lampiran 4. Proses Preparasi Simplisia Simplisia Gambir
Gambir dihaluskan (diblender)
Serbuk halus
Pembuatan ekstrak
80
Lampiran 5. Perhitungan Karakterisasi Ekstrak Gambir 1. Susut Pengeringan W1 = 1,960 gram W2 = 1,835 Gram W1 – W2 W1
x
100%
=
1,96 – 1,835 1,96
x
100%
=
6,4%
% Susut pengeringan =
2. Kadar Air
81
Tabel 15. Hasil Pengukuran Kadar Air Berat sebelum
Berat sesudah
Kadar air
0,999
0,968
1,7%
3. Kadar Abu Tidak Larut Asam Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong)
= 23,6243gram
Berat botol timbang + tutup+ekstrak (berat awal)
= 24,6367 gram
Berat ekstrak
= 1,0124 gram
Tabel 16. Hasil Pengukuran Kadar Abu Tidak Larut Asam No
Waktu (menit)
Berat (gram)
1.
0
24,6367
2.
30
23,6246
3.
60
23,6244
% Kadar abu tidak larut asam
= berat akhir – berat kosong x 100% berat ekstrak = 23,6244-23,6243 1,0124
x 100%
= 0,009%
4. Kadar Abu Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong)
= 23,6243 gram
82
Berat botol timbang + tutup+ekstrak (berat awal)
= 24,6367 gram
Berat ekstrak
= 1,0124 gram Tabel 17. Hasil Pengukuran Kadar Abu
No
Waktu (menit)
Berat (gram)
1.
0
24,6367
2.
30
23,6968
3.
60
23,6967 (berat akhir)
% Kadar abu = berat akhir – berat kosong x berat ekstrak = 23,6967-23,6243 1,0124
x
100% 100%
= 7,15%
Lampiran 6. Evaluasi Granul Tabel 18. Uji Kadar Air No.
1.
Kadar air (%) Formula A
Formula B
Formula C
4.5
4.12
4.48
83
2.
4.42
4.19
4.53
3.
4.61
4.02
4.49
Rata-rata
4.51
4.11
4.5
SD
0,095
0,08
0,026
Tabel 19. Uji Kompresibilitas Formula
Berat (gr) Ketukan V0 (ml) 10
A
25
25
39
100
37.9
500
36.8
C
25
42.1
Kesimpulan
Sangat baik 12
42
50
41
100
37
500
36,5
10
Kp (%)
41,4
50
10 B
41,8
Vn (ml)
42
Sangat baik 13
41
50
39
100
37
500
37
11,9
Sangat baik
Tabel 20. Uji Sudut Henti Formula
Berat (gr)
H (cm)
D (cm)
Α
αrata-rata
Kesimpulan
A
100
4,1
14,3
29,8
29,2
Baik
4,2
14,7
29,6
4,7
17,5
28,2
3
14.5
22.48
16,11
Sangat baik
4,2
15.5
29,25
3,3
13.5
26,05
B
100
84
C
100
4.5
14,6
31,6
3,4
14,3
25,4
4,2
14,2
30,6
25,9
Baik
Tabel 21. Uji Laju Alir Formula
Berat (gr)
Waktu (dt)
A
100
8.71
Waktu alir (gr/dt) 11,48
7.4
13,51
7,6
13,11
10,5
9,5
10,42
9,6
10,3
9,7
7,09
14,1
8,4
11,9
7,59
13,18
B
100
C
100
Waktu alir rata-rata (gr/dt) 12,7
Kesimpulan
Bebas mengalir
9,6
Mudah mengalir
13,06
Bebas mengalir
Tabel 22. Uji Distribusi Ukuran Partikel Formula
Jenis
Persyaratan evaluasi
A
B
C
Distribusi
Bobot
Fraksi
Bobot
Fraksi
Bobot
Fraksi
ukuran
(gr)
(%)
(gr)
(%)
(gr)
(%) <10% serbuk
partikel halus 1.7 mm
1.329
1.34
1.423
1.4
0.201
0.2
1.4 mm
2.508
2.53
2.174
2.22
1.050
0.5
85
1.18 mm
1.604
1.62
1.550
1.5
0.161
0.16
1 mm
1.372
1.4
0.929
0.9
0.210
0.21
850 µm
1.956
1.98
2.057
2.09
0.304
0.31
< 850 µm
90.23
91.2
91.9
93.7
98
99
Jumlah
98.9
100
98.1
100
98.92
100
Rerata
1.75
1.77
1.626
1.66
0.18
0.18
SD
0.489
0.494
0.504
0.51
0.07
0.07
Lampiran 7. Evaluasi Tablet Tabel 23.. Uji Friabilitas Formula
Friabilitas
A
1,2 %
B
0,89 %
C
0,574 %
Tabel 24. Uji Kekerasan Tablet No
Formula
86
A
B
C
1.
9
11
17
2.
8.5
10.5
18
3.
8.5
14.5
17
4.
9.5
13
17.5
5.
9
12.5
19
6.
10
11
16.5
7.
10.5
10.5
15
8.
8.5
14
18
9.
9
11
16
10.
8
12
15
9.05
12
16.9
0.722842
1.378405
1.240967
Rata-rata SD
Tabel 25. Uji Keseragaman Ukuran No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
A 25 24 25 25 25 24 24 24 25 26 24 24 25 25 25 25 26 25 25
Tebal tablet (mm) Formula B 25 26 25 24 25 25 25 26 25 25 25 24 24 25 24 25 24 25 26
C 25 25 25 25 24 25 24 24 24 25 25 25 25 24 24 24 25 25 24
A 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4
Diameter (mm) Formula B 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5
C 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4
87
20. Ratarata SD
25
24
25
24.8 24.85 24.6 0,61 0,67 0,50 Tabel 26. Uji Keseragaman Bobot No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Ratarata SD
Bobot tablet (mg) Formula A B 4010,0 4404,4 4065,5 4374,6 4055,0 4210,6 4098,4 4023,3 4072,7 4406,1 4030,2 4395,3 4015,7 4416,2 4060,1 4385,2 4211,8 4294,8 4003,2 4396,9 4095,0 4379,9 4009,3 4176,8 4166,7 4443,5 4108,0 4411,5 4083,7 4393,0 4022,9 4413,3 4141,4 4390,1 4136,3 4411,3 4142,9 4435,3 4189,1 4431,7
No.
A
1. 2. 3. X SD 1. 2. 3. X SD 1. 2.
C
5
4
4.35 0,49
4.55 0,51
4.1 0,31
C 4415 4393 4421 4288 4270 4366 4121 4381 4373 4379 4397 4378 4372 4401 4017 4174 4398 4341 4433 4394
4085.895 4359.69 4335.6 62.95757 105.7576 110.3566 Tabel 27. Uji Waktu Hancur
Formula
B
4
Waktu hancur (menit) 21.41 20.58 20.83 20.94 0.42579338 32.1 33.6 30.3 32 1.65227 36.5 36.1
88
3. X SD
34.41 35,67 1.10937
Lampiran 8. Uji Kesukaan Saudara/i akan diberi satu persatu sample tablet hisap dari ekstrak gambir untuk dicicipi rasanya dan dicium aromanya. Saudara/i diminta untuk menilai berdasarkan atas kesukaan saudara/i pada sampel-sampel tersebut Setelah mencoba satu sampel, harap minum air putih dahulu atau berkumpul sambil menunggu sampel berikutnya disajikan, antar sampel kurang lebih ada selang waktu 2 menit. Sampel A Penilaian Pemeriksaan SS S N TS STS Rasa Aroma Sampel B Pemeriksaan SS
S
Penilaian N
Rasa Aroma Sampel C Pemeriksaan
Penilaian
TS
STS
89
SS
S
N
TS
STS
Rasa Aroma Keterangan : SS = Sangat Suka S = Suka N = Netral TS = Tidak Suka STS = Sangat Tidak Suka
Gambar 7. Angket Rasa dan Aroma Tablet Hisap Ekstrak Gambir
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik 1. Kekerasan Tablet One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KEKERASAN N Normal Parametersa,,b
30 Mean
11.9667
Std. Deviation
2.46679
Most Extreme
Absolute
.161
Differences
Positive
.161
Negative
-.115
Kolmogorov-Smirnov Z
.883
Asymp. Sig. (2-tailed)
.416
a. Test distribution is Normal.
90
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KEKERASAN N
30
Normal Parametersa,,b
Mean
11.9667
Std. Deviation
2.46679
Most Extreme
Absolute
.161
Differences
Positive
.161
Negative
-.115
Kolmogorov-Smirnov Z
.883
Asymp. Sig. (2-tailed)
.416
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
ONEWAY KEKERASAN BY FORMULA /STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY /MISSING ANALYSIS. Oneway Test of Homogeneity of Variances KEKERASAN Levene Statistic 7.759
df1
df2 2
Kruskal-Wallis Test Ranks
Sig. 27
.002
91
FORMULA
N
Mean Rank
KEKERASA FORMULA N A
10
5.50
FORMULA B
10
16.90
FORMULA C
10
24.10
Total
30
Test Statisticsa,b KEKERASA N Chi-Square
23.226
Df
2
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: FORMULA
Post Hoc Tests Multiple Comparisons KEKERASAN LSD (I) (J) FORMULA FORMULA
Mean Difference (IJ) Std. Error
95% Confidence Interval Sig.
Lower Bound Upper Bound
FORMULA FORMULA A B
-2.50000*
.55244
.000
-3.6335
-1.3665
FORMULA C
-5.20000*
.55244
.000
-6.3335
-4.0665
FORMULA FORMULA B A
2.50000*
.55244
.000
1.3665
3.6335
FORMULA C
-2.70000*
.55244
.000
-3.8335
-1.5665
92
FORMULA FORMULA C A
5.20000*
.55244
.000
4.0665
6.3335
FORMULA B
2.70000*
.55244
.000
1.5665
3.8335
*. The mean difference is significant at the 0.05 level. Pada data LSD terlihat perbedaan kekerasan tablet antara kelompok satu dengan lainnya. Jika dibandingkan antara formula A dengan formula B dan formula C, ternyata ada perbedaan secara bermakana, hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansinya ρ ≤ 0,05. Begitu juga jika dibandingkan antara formula B terhadap formula A dan C, serta antara formula C terhadap formula A dan B.
2. Kesukaaan Terhadap Rasa Tablet Hisap One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Rasa N
60
Normal Parameters
a,,b
Mean
3.2333
Std. Deviation Most Extreme Differences
Absolute
.238
Positive
.167
Negative
-.238
Kolmogorov-Smirnov Z
1.844
Asymp. Sig. (2-tailed)
.002
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Kruskal-Wallis Test Ranks Formula
1.03115
N
Mean Rank
93
Rasa
A
20
17.75
B
20
35.25
C
20
38.50
Total
60
a,b
Test Statistics
Rasa Chi-Square
17.911
df
2
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Formula
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Rasa LSD 95% Confidence Interval
(I)
(J)
Formula
Formula
A
B
-1.10000
*
.27815
.000
-1.6570
-.5430
C
-1.25000
*
.27815
.000
-1.8070
-.6930
A
1.10000
*
.27815
.000
.5430
1.6570
C
-.15000
.27815
.592
-.7070
.4070
A
1.25000
*
.27815
.000
.6930
1.8070
B
.15000
.27815
.592
-.4070
.7070
B
C
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Pada data LSD terlihat perbedaan kesukaan terhadap rasa tablet antara kelompok satu dengan lainnya. Jika dibandingkan antara formula A
94
dengan formula B dan formula C, ternyata ada perbedaan secara bermakana, hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansinya ρ ≤ 0,05. Akan tetapi jika dibandingkan antara formula B terhadap formula A dan C, serta antara formula C terhadap formula A dan B, diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna, terlihat dari nilai signifikannya > 0,05. Data menunjukkan bahwa formula yang paling diminati dalam hal rasa adalah formula C, dengan nilai rata-rata sebesar 38,5. 3. Kesukaan Terhadap Aroma Tablet Hisap One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Rasa N
60
Normal Parameters
a,,b
Most Extreme Differences
Mean
3.3000
Std. Deviation
.99660
Absolute
.275
Positive
.175
Negative
-.275
Kolmogorov-Smirnov Z
2.134
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Kruskal-Wallis Test Ranks Formula Aroma
N
Mean Rank
A
20
19.10
B
20
34.18
C
20
38.23
Total
60
a,b
Test Statistics
Rasa
95
Chi-Square
15.036
df
2
Asymp. Sig.
.001
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Formula
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Rasa LSD (I)
(J)
Formula Formula A
B
C
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
B
-.95000
*
.27625
.001
-1.5032
-.3968
C
-1.15000
*
.27625
.000
-1.7032
-.5968
A
.95000
*
.27625
.001
.3968
1.5032
C
-.20000
.27625
.472
-.7532
.3532
A
1.15000
*
.27625
.000
.5968
1.7032
B
.20000
.27625
.472
-.3532
.7532
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Pada data LSD terlihat perbedaan kesukaan terhadap rasa tablet antara kelompok satu dengan lainnya. Jika dibandingkan antara formula A dengan formula B dan formula C, ternyata ada perbedaan secara bermakana, hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansinya ρ ≤ 0,05. Akan tetapi jika dibandingkan antara formula B terhadap formula A dan C, serta antara formula C terhadap formula A dan B, diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna, terlihat dari nilai signifikannya > 0,05. Data menunjukkan bahwa formula yang paling diminati dalam hal aroma adalah formula C, dengan nilai rata-rata sebesar 38,23.
96
4. Persentase CD4 dalam limfosit 5. Jumlah CD4 mutlak
97
98
Lampiran 10. Sertifikat Analisis Bahan
99
1. Polyvinylpyrrollidone (PVP)
2. Sukralosa
100