UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009* Johnny W. Situmorang** Abstrak Berdasarkan konstitusi hukum dan perundang-undangan Indonesia (UUD 1945, UU 25 tahun 1992, UU 34/2002, dan UU 38/2009), perkembangan koperasi di Indonesia menjadi penguasaan penuh pemerintah. Peran pemerintah, terutama Kementerian Koperasi dan UKM, dalam hal pembangunan nasional, adalah untuk memfokuskan dan mempertajam tugas pemerintah. Dalam mempromosikan koperasi, terdapat ratusan ribu koperasi yang beroperasi di bidang usaha. Salah satu usaha pemerintah adalah untuk menghargai kemajuan koperasi. Dalam hal penghargaan, Kementerian Koperasi dan UKM membedakan menjadi lima tipe koperasi, antara lain simpan pinjam, produksi, konsumsi, pemasaran, dan jasa. Pada tahun 2009, pemerintah telah mendapatkan 75 koperasi dengan predikat berprestasi. Masalahnya adalah apakah perbedaan koperasi adalah signifikan. Dengan analisa variansi, makalah mengungkapkan bahwa tidak ada bukti perbedaan variansi diantara koperasi berdasarkan bidang usaha. Maka dari itu kebijakan dan perlakuan pemerintah untuk mendukung koperasi seharusnya tidak dibedakan. Kata kunci: peraturan, kebijakan, koperasi, berprestasi, keragaman, uji-F Abstract Based on Indonesia constitution and laws (UUD 1945, UU 25 year 1992, UU 34/2002, and UU 38/2009), cooperative development in Indonesia has been the government’s domain. The role of government, especially the Ministry of Cooperative and SME, in term of national development is to focus and sharpen the government tasks. In promoting cooperative, there are hundred thousands of cooperative which operates in few field of business. One of government effort is to valuation the achievement of cooperative. In term of valuation, the Ministry of CSME distinguishes on five types cooperative, which are saving-borrowing, production, consumption, marketing, and services cooperatives. In year of 2009, the government had got 75 cooperatives with predicate of achievement. The problem *)
Artikel diterima 20 Juli 2011, peer review 25 Juli 2011, review akhir 15 September 2011 **) Peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK
1
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
is whether the distinction cooperative is significance. With analysis of variance, this study has revealed that there is no evidence the distinction of variance between cooperative based on business. So, policies and treatments of government to support cooperative could not necessary be different on cooperative. Key words: regulation, policy, cooperative, achievement, diversity, F-test I.
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pembangunan perkoperasian adalah salah satu tugas pemerintah Indonesia berdasarkan pasal 33 UUD 1945. Kemudian, UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian lahir sebagai tindaklanjut UUD 1945. Secara tegas tercantum bagaimana pengembangan koperasi Indonesia dan peran pemerintah. Selanjutnya, berdasarkan UU 34 tahun 2002 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya otonomi daerah, pembangunan perkoperasian merupakan urusan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Namun, dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan koperasi juga bagian tugas dari pemerintah pusat yang terlihat dari keberadaan Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) sejak tahun 1983. Bahkan sebelum era reformasi, kementeriannya adalah Departemen Koperasi dan PPK yang kewenangannya mencakup teknis. Pada era reformasi, berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2009, Kementerian KUKM dibentuk oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), berdasarkan klaster ketiga1, dalam rangka fokus dan penajaman tugas pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Kedua (KIB-2). Keberadaan koperasi sebenarnya sudah diakui secara internasional. Dari perspektif sejarah, keberadaan koperasi sudah masif dan semakin penting setelah perlawanan kaum buruh atas pemilik modal setelah revolusi hitam di Inggris dan Jerman dengan terbentuknya koperasi konsumsi dan koperasi produsen. Di Indonesia, koperasi sudah menjadi tonggak kehidupan di kalangan petani dan buruh untuk memperjuangkan hak ekonomi. Keberadaan koperasi dianggap sebagai pemberontakan terhadap ketidakadilan ekonomi yang dirasakan oleh sekelompok orang terhadap pemilik sumberdaya atau kapital dan juga wujud atas sistem perekonomian yang mengandalkan kekuatan rakyat (Situmorang, 2000).
1
2
Terdapat 3 klaster kementerian menurut UU 38 tahun 2009.
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
Sampai saat ini, secara resmi usia koperasi telah mencapai 63 tahun dengan jumlah entitas koperasi di Indonesia yang sangat banyak, lebih dari 177 ribu unit yang berbentuk koperasi simpan pinjam, koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Sesuai dengan UU 25/1992, koperasi adalah badan usaha sebagaimana badan usaha lainnya, tapi yang membedakannya dengan badan usaha non-koperasi adalah watak sosial koperasi. Sehingga, koperasi diharapkan menjadi format kelembagaan perjuangan anggotanya dan wadah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat atas dasar gotong royong. Mubyarto (1998) menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan lebih mampu menghadapi globalisasi karena menjamin ketangguhan dan keandalan ekonomi nasional. Sampai saat ini belum ada koperasi di Indonesia yang termasuk kategori koperasi besar dengan kiprah internasional. Dewasa ini, menurut International Cooperative Alliance (ICA), terdapat sedikitnya 300 koperasi yang berkelas dunia dengan omzet Rp.6.5 – Rp.634 triliun. Tapi tak satupun koperasi Indonesia masuk dalam kelas global itu (Rahardjo, 2010). Sejalan dengan UU 25/1992, dalam kerangka pengembangan dan pengawasan, pemerintah menerapkan kebijakan sistem penilaian kinerja berdasarkan kualitas koperasi. Misalnya, penilaian koperasi terbaik tahun 2002, dan penilaian daerah koperasi tahun 2007, dan penilaian koperasi berprestasi tahun 2007 (Anonim, 2005, 2007a, 2007b). Landasan penilaian koperasi berkualitas adalah Permenneg KUKM 06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi/Koperasi Award. Hasil penilaian kualitas menjadi bahan bagi pemerintah untuk semakin memajukan koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia. Sejauhmana perbedaan jenis koperasi dalam konteks penilaian kualitas sangat perlu diketahui agar track pengembangan koperasi menjadi tepat. 1.2
Permasalahan Sejak tahun 2002, pemerintah melalui Kementerian KUKM telah menerapkan pola penilaian terhadap koperasi agar kualitas koperasi dapat meningkat. Metode penilaian dilakukan berdasarkan beberapa variabel yang sesuai dengan prinsip perkoperasian, prinsip usaha, dan lingkungan. Setiap tahun, puluhan koperasi dari ratusan ribu ditentukan kualitasnya. Koperasi yang dinilai diklasifikasikan atas empat kelompok, yakni kelompok-kelompok koperasi simpan-pinjam, koperasi produksi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Pada tahun
3
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
2009, terdapat 75 koperasi yang dinilai oleh pemerintah sebagai koperasi yang berkualitas dengan klaster-klaster koperasi simpan pinjam (KSP) 15, koperasi konsumen (KK) 30, koperasi produksi (KP) 10, koperasi pemasaran (KM) 10, dan koperasi jasa (KJ) 10. Semua koperasi yang berkualitas itu diharapkan menjadi sokoguru atau pilar perekonomian rakyat. Dari pembedaan jenis koperasi yang dinilai, secara eksplisit terlihat perbedaan antar kelompok koperasi baik ciri, kemampuan, potensi, dan performa output. Pengakuan atas kelompok ini berimplikasi pada perbedaan perlakuan, baik internal mencakup organisasi dan manajemen maupun eksternal yang mencakup pola pembinaan oleh pemerintah. Disamping itu, semua koperasi yang dinilai tersebar di seluruh Indonesia yang semestinya juga menunjukkan perbedaan lingkungan strategisnya baik dari sisi wilayah maupun operasional (bisnis), industrial, dan jauh (remote). Namun, informasi atas perbedaan tersebut belum diketahui oleh pemerintah secara akurat dan tepat. Dengan kata lain, apakah benar terlihat adanya perbedaan kualitas koperasi antar kelompok atau klaster koperasi sebagaimana telah dinyatakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah belum mengetahui bagaimana mengembangkan sistem pembinaan agar harapan tercapai. 1.3
Tujuan dan Manfaat Secara umum, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui keragaan koperasi yang telah dinilai oleh pemerintah sebagai koperasi berkualitas. Secara khusus, analisis keragaman ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah secara signifikan dapat diterima adanya keragaman koperasi yang menyandang predikat berkualitas. Dari tujuan tersebut, analisis keragaman ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengembangkan pola pembinaan koperasi. Disamping itu, analisis ini menjadi informasi bagi semua pemangku kepentingan dan masukan pengembangan metodologi riset di bidang perkoperasian.
II.
TINJAUAN TEORITIS UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian secara tegas menyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha. Perbedaaan dasar antara koperasi dan non-koperasi adalah pada watak sosialnya, yang terlihat dari prinsip dan tujuannya. Tujuan utama koperasi adalah untuk menyejahterakan anggota dan masyarakat, serta mewujudkan tatanan perekonomian nasional
4
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur2. Watak sosial koperasi Indonesia sebenarnya sejalan dengan koperasi di dunia karena prinsip dan tujuan koperasi mengacu pada prinsip koperasi dunia (Anonim, 1984; Watkins, 1986). Meskipun berwatak sosial, koperasi masih relevan dengan perubahan tatanan dunia dan globalisasi (Book, 1994; Baswir, 2010). Dengan inspirasi terbentuknya koperasi dari konsumen dan produsen, Rochdale di Inggris dan Raifaissen di Jerman, pengelompokan koperasi cenderung mengikuti pola tersebut. Majalah INFOKOP nomor 11 tahun 1992 telah memaparkan nilai dan prinsip dasar koperasi yang tidak bertentangan dengan globalisasi3. Lars Marcus (1992), Presiden ICA waktu itu, memaparkan dalam INFOKOP tersebut, nilai dasar koperasi, perumusan nilai dasar pada koperasi konsumen Jepang, dan kecenderungan koperasi secara global. Ukuran output performa koperasi, sebagai lembaga ekonomi rakyat, adalah penjualan atau volume usaha. Itu sebabnya, ICA memaparkan koperasi raksasa dunia dalam realitas global dewasa ini dilihat dari volume usaha. Misalnya, koperasi terbesar dunia adalah koperasi pertanian Zeh Noh di Jepang yang volume usahanya mencapai Rp.634 triliun, koperasi Mondragon di Spanyol pada peringkat 10 yang berbentuk korporasi koperasi yang multinasional. Di Indonesia, Kospin Jasa di Pekalongan dengan volume usaha Rp.1.5 triliun (Rahardjo, 2010), dan Kopdit Sanggau di Kalimantan Barat, dengan volume usaha Rp.687.48 miliar pada tahun 2009. III.
METODE 3.1
Ruang Lingkup Analisis ini merupakan suatu bentuk “desk research” dalam lingkup ilmu ekonomi, sosial, dan ilmu-ilmu koperasi. Pendekatan analisis adalah statistika parametrika, khususnya “statistics for decision making”. Sumber data adalah sekunder, yakni koperasi yang telah memperoleh status berkualitas oleh Kementerian KUKM tahun 2009. Data tersebut
2
3
UU nomor 25 tahun 1992 bab 1, pasal 1 angka 1 dan bab 2 pasal 3, dan bab 3 pasal 5. Prinsip koperasi Indonesia adalah keanggotaan bersifat sukarela, pengelolaan yang demokratis, pembagian sisa hasil usaha yang adil, balas jasa terbatas atas modal, dan kemandirian INFOKOP nomor 11 tahun IX Mei 1992 dengan topic “Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip Dasar Koperasi Menghadapi Tantangan Globalisasi. Media Pengkajian Perkoperasian, Badan Litbangkop & PPK, Departemen Kop&PPK, Jakarta.
5
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
dipublikasikan oleh Kementerian KUKM tahun 2010 dimana sebanyak 75 koperasi status berkualitas pada tahun 2009. Variabel respon yang diuji adalah nilai volume usaha masing-masing koperasi berprestasi. Volume usaha menjadi variabel performa output koperasi yang sangat penting karena volume usaha menunjukkan bagaimana transaksi koperasi terjadi terhadap anggota (Lampiran 1). 3.2
Model Analisis Metode analisis untuk mengambil keputusan ini adalah Analysis of Variance (ANOVA). ANOVA adalah suatu uji hipotesis untuk mengetahui apakah ada keragaman antar populasi. Terdapat tiga asumsi yang mendasari model ANOVA. Pertama, untuk setiap populasi, variabel responnya adalah terdistribusi normal. Kedua, keragaman dari variabel respon, dicatat sebagai δ2, adalah sama untuk semua populasi. Ketiga, semua observasi harus independen. Bila rata-rata populasi adalah sama maka rata-rata sampel sangat dekat satu. Bentuk umum dari uji hipotesis keragaman (ANOVA) untuk analisis keragaman dari sebanyak k populasi adalah (Anderson, et al, 2004; Keller, 2005)
Ho: μ1 = μ2 = μ3 = …….= μk Ha: Semua rata-rata adalah tak sama dimana μ = rata-rata dari populasi ke j Bila sampel acak dengan ukuran nj terpilih dari setiap k populasi atau perlakuan maka data contoh adalah xij = nilai obserasi I untuk perlakuan j nj = jumlah observasi untuk perlakuan j x-j = rata-rata sampel untuk perlakuan j sj2 = keragaman untuk perlakuan j sj = standard deviasi sampel untuk perlakuan j
6
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
Rumus untuk rata-rata (xj) dan varian (sj2) sampel untuk perlakuan j adalah (1) (2) Rata-rata seluruh sampel, x= atau x^, adalah penjumlahan semua observasi dibagi jumlah total observasi, yaitu (3)
dimana nt = n1 + n2 + n3+……..+ nk Untuk mengetahui keragaman antar populasi atau disebut sebagai ratarata kuadrat terkait perlakuan atau the mean square due to treatments (MSTR) adalah dengan rumus (4) Pembilang dari persamaan (4) atau ∑nj(xj – x-)2 adalah jumlah kuadrat terkait pada perlakuan atau sum of squares due to treatments (SSTR). Sedangkan denominator (penyebut), k - 1, adalah derajat bebas terkait pada SSTR. Jika hipotesis nol benar, MSTR merupakan estimasi tak bias dari δ2. Untuk mengetahui keragaman dalam perlakuan atau disebut mean square due to error (MSE) adalah dengan rumus (5) Pembilang pada persamaan (5) atau ∑(nj - 1)sj2 disebut sebagai sum squares due to error (SSE) sedangkan penyebutnya (nt – k) adalah derajat bebas terkait pada SSE.
7
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
3.3
Uji Hipotesis Berdasarkan hasil penilaian kualitas 75 koperasi terdapat 5 (lima) klaster (k populasi) atau jenis koperasi, yakni KSP, KK, KP, KM, dan KJ. Oleh karena itu uji kesamaan dari rata-rata (μk) k populasi adalah:
Ho: μksp = μkk = μkp = μkm = μkj Ha: Rata-rata semua koperasi adalah tak sama
(6)
Uji statistik berdasarkan analysis of variance disebut sebagai uji-F adalah: (7) Aturan penolakan atau penerimaan hipotesis Ho adalah dengan membandingkan F-hitung (Fh) dan F-tabel (Ft) berdasarkan α = 5% atau kriteria p-value pada derajat bebas (degree of freedom), k – 1 untuk MSTR dan nt – k untuk MSE. Nilai Ft (α=5%, k-1=4, nt-k=70) adalah 2.53. Jika Fh > Ft maka tolak Ho atau terima Ha, dengan kata lain ada bukti keragaman populasi. Sebaliknya, bila Fh < Ft, terima Ho atau tolak Ha, dimana ada bukti nyata bahwa keragaman antar populasi adalah sama. Atau, bila dengan kriteria p-value, tolak Ho jika p-value < α, sebaliknya jika p-value > α. Model analisis ini sangat sering digunakan oleh kalangan pebisnis dan juga pengambil keputusan. Beberapa kasus yang dapat ditunjukkan adalah mengukur sejauhmana pekerja perusahaan tahu tentang “total quality management”, waktu kerja mesin produksi dari berbagai pabrik, efek diseminasi informasi untuk manajer, dan investigasi persepsi nilai etik korporasi antar spesialis. Juga analisis keragaman atas price earning ratio (PER) dari 1000 perusahaan yang diperingkat (ranking) oleh “the Business Week Global”. Salah satu yang menarik adalah suatu studi yang telah dimuat di Journal of Small Business Management tentang job stress (Anderson et al, 2004). Demikian juga menguji perbedaan penjualan pada pemasaran yang berbeda, menguji apakah perbedaaan gelar pendidikan juga menunjukkan perbedaan gaji, dan menguji perbedaan merek dagang (Keller, 2005)
8
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Keragaan Umum Koperasi Berkualitas Keragaan umum koperasi yang telah memperoleh predikat berkualitas pada tahun 2009 terlihat pada Lampiran 1. Indikator output performance yang umum mencirikan koperasi adalah jumlah anggota (JA), jumlah tenaga kerja (JTK), modal sendiri (MS), modal luar (ML), volume usaha (VU), dan SHU (sisa hasil usaha). Dengan keragaman antar jenis, volume usaha per anggota adalah tepat ditampilkan untuk melihat perbedaan relatifitas. Pada Tabel 1 terlihat hasil proses statistika atas data Lampiran 1. Dengan jumlah sampel 75 koperasi, secara umum terlihat, nilai rata-rata dari JA adalah 2389 orang, JTK sebanyak 45 orang, MS sebesar Rp.5.22 miliar, ML sebesar Rp.13.47 miliar, VU sebesar Rp.27.51 miliar, dan SHU sebesar Rp.0.69 miliar. Sedangkan rata-rata volume usaha per anggota adalah Rp.0.0254 miliar atau Rp.25.40 juta. Pada Lampiran 2 terlihat, nilai rata-rata volume usaha koperasi berprestasi tahun 2009 adalah Rp.27.51 miliar dimana hanya 15 koperasi berprestasi yang volume usahanya di atas rata-rata, selebihnya adalah di bawah rata-rata (pada grafik KSP-1 dan KP-1 tidak terlihat karena outlier, volume usahanya sangat besar dibanding yang lain). Secara umum terlihat bahwa keragaman koperasi berkualitas tahun 2009, dimana jumlah anggota antara 67 orang dan 80858 orang, tenagakerja antara 1 orang dan 651 orang, modal sendiri antara Rp.0.07 miliar dan Rp.139.25 miliar, modal luar antara Rp.0.13 miliar dan Rp.470.83 miliar, volume usaha antara Rp.0.16 miliar dan Rp.687.48 miliar, dan SHU antara Rp.0.01 miliar dan Rp.8.24 milar. Sedangkan nilai volume usaha per anggota adalah antara Rp.80.0 juta dan Rp.448.40 juta. Gambaran usaha koperasi berprestasi terlihat pada Lampiran 2-7. Posisi secara keseluruhan terlihat pada Lampiran 2. Sedangkan pada Lampiran 3-7 terlihat perbedaan posisi dalam kelompok koperasi berprestasi. Posisi koperasi berdasarkan usaha di atas rata-rata adalah sebanyak 5 KSP (>Rp.13.8 miliar), 9 KK (>Rp.14.83 miliar), 3 KP (>Rp.28.89 miliar), 3 KM (>Rp.21.0 miliar), dan 4 KJ (Rp.12.40 miliar). Dari uraian ini terlihatlah secara umum keragaman yang sangat tinggi dari koperasi yang memperoleh predikat berprestasi pada tahun 2009.
9
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
Tabel 1. Proses Statistika Performa Output Koperasi Berkualitas, Tahun 2009 JA
JTK
Uraian Orang Jumlah Sampel (n) Means (Rataan) Standard of Deviation Nilai Maksimum Nilai Minimum
Orang
MS Rp miliar
ML Rp miliar
VU Rp miliar
SHU Rp miliar
VU/Ang Rp miliar
75
75
75
75
75
75
75
2388,69
44,51
5,22
13,47
27,51
0,69
0,0254
9325,97
95,11
16,20
54,70
80,76
1,28
0,0552
80858,00
651,00
139,25
470,83
687,48
8,24
0,4484
67,00
1,00
0,07
0,13
0,16
0,01
0,0008
Coefficient of Confidence (CoC)
0,95
0,95
0,95
0,95
0,95
0,95
0,9500
Level of significance (LoS)
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,0500
z-value two-tail
1,96
1,96
1,96
1,96
1,96
1,96
1,96
Standard of Error
1076,87
10,98
1,87
6,32
9,32
0,15
0,0064
Margin of Error (MoE)
2110,63
21,53
3,67
12,38
18,28
0,29
0,0125
UCL
4499,32
66,03
8,88
25,85
45,79
0,98
0,0379
LCL
278,07
22,98
1,55
1,10
9,24
0,40
0,0129
JA = jumlah anggota
MS = modal sendiri VU = volume usaha
JTK = jumlah tenaga kerja ML = modal luar
SHU = sisa hasil usaha
UCL = upper control limit LCL = lower control limit; Satuan rupiah tak berlaku untuk n, CoC, LoS, z-value
Berdasarkan performa koperasi berkualitas tahun 2009, proses statistika lebih lanjut dapat menunjukkan karakteristiknya. Dengan α sebesar 5% atau selang kepercayaan 95% dan nilai Z sebesar 1.96 (two tail), diketahui margin of error (MoE) dari masing-masing variabel performa output koperasi berprestasi. MoE adalah ukuran sebaran yang dapat memberikan batas atas dan batas bawah yang menunjukkan selang performa dalam kontrol. Dalam terminologi pengawasan, di luar batas atas dan batas bawah dinyatakan sebagai di luar kontrol. MoE menentukan UCL dan LCL variabel performa output koperasi berprestasi. Untuk anggota, UCL-nya adalah 4499 orang dan LCLnya 278 orang. Artinya, kita dipercaya 95% bahwa anggota koperasi berprestasi dengan rata-rata 2389 orang ada di antara 278 orang dan 4499 orang. Demikian juga dengan variabel volume usaha, dimana UCL-nya Rp.45.79 miliar dan LCL-nya Rp.9.24 miliar. Artinya, kita percaya nilai volume usaha koperasi rata-rata Rp.27.51 miliar per koperasi ada di antara nilai Rp.9.24 miliar dan Rp.45.79 miliar. Untuk
10
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
variabel performa output lainnya, berlaku hal yang sama. Khusus variabel volume usaha per anggota dengan rata-rata sebesar Rp.25.4 juta, UCL-nya sebesar Rp.37.9 juta dan LCL-nya Rp.12.9 juta. Selang ini menunjukkan peran koperasi dalam menggalang ekonomi anggota masih rendah dimana kita percaya 95% transaksi terendah Rp.12.9 juta atau hanya mencapai Rp.1.08 juta per bulan tiap anggota atau hanya Rp.35.83 ribu per hari setiap anggota. 4.2.
Uji Keragaman Dari Lampiran 1 dapat dikelompokkan sampel koperasi berdasarkan jenis (klaster) koperasi berprestasi tahun 2009. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, variabel performa output terpilih adalah volume usaha. Pada Tabel 2 terlihat jumlah sampel terbanyak adalah KK atau koperasi konsumen. Jumlah sampel KSP adalah 15, KK sebanyak 30, KP sebanyak 10, KM sebanyak 10, dan KJ sebanyak 10. Sebagai data sekunder, sebaran ini adalah “given” dalam analisis ini. Alasan mengapa distribusi terjadi seperti tersebut di atas, tidak menjadi obyek pembahasan dalam analisis ini. Nilai rata-rata volume usaha klaster KSP adalah yang tertinggi, yakni Rp.58.71 miliar, lalu berurutan adalah KP sebesar Rp.28.39 miliar, KJ sebesar Rp.24.40 miliar, KM sebesar Rp.21.06 miliar, dan KK sebesar Rp.14.81 miliar. Nilai volume usaha maksimum adalah pada KSP, sebesar Rp.687.78 miliar, disusul oleh KP sebesar Rp.110.3 miliar, KM sebesar Rp.79.37 miliar, KJ sebesar Rp.72.29 miliar, dan KK sebesar Rp.65.14 miliar. Volume usaha terendah adalah pada KSP sebesar Rp.0.16 miliar, lalu KK sebesar Rp.0.77 miliar, KP sebesar Rp.0.88 miliar, KM sebesar Rp.1.25 miliar, dan KJ sebesar Rp.3.34 miliar. Terlihat, volume usaha yang sangat beragam adalah pada KSP, antara Rp.0.16 sampai Rp.687.48 miliar. Hal ini karena ada satu sampel yang menonjol sendiri (outlier), yakni sampel SP-1 dengan volume usaha mencapai Rp.687.48 miliar. Koperasi ini adalah Koperasi Kredit (Kopdit) yang sebelumnya merupakan lembaga keuangan Credit Union (CU) di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Dengan jumlah anggota mencapai 80.858 orang, volume usaha mencapai Rp.3.82 miliar per anggota. Koperasi sampel ini mempunyai asset sebesar Rp.610.08 miliar dimana sebesar 22.83% dari asset itu bersumber dari modal sendiri. Sebagai lembaga keuangan, koperasi sampel ini termasuk berhasil.
11
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
Dengan posisi nilai usaha tertinggi, volume usaha per anggota Kopdit di Sanggau tersebut adalah sebesar Rp.8.50 juta setahun atau Rp.708.53 ribu sebulan setiap anggota atau Rp.23.62 ribu per hari setiap anggota. Volume usaha kedua tertinggi, sebesar Rp.110.3 miliar, adalah pada kelompok KP, yaitu di Pasuruan. Koperasi ini mempunyai anggota sebanyak 4116 orang dan tenaga kerja sebanyak 107 orang, nilai transaksi koperasi dengan anggota adalah Rp.26.8 juta setahun atau Rp.2.23 juta per hari per anggota atau Rp.74.41 ribu per hari setiap anggota. Selanjutnya adalah pada koperasi pemasaran di Mojokerto dengan volume usaha Rp.79.37 miliar dan anggota hanya 177 orang. Nilai ini sama dengan transaksi koperasi dengan setiap anggota sebesar Rp.448.4 juta atau sebesar Rp.37.37 juta per bulan setiap anggota atau Rp.1.25 juta sehari setiap anggota. Volume usaha keempat tertinggi adalah pada koperasi jasa, yakni Rp.72.29 miliar, yakni pada KJ di Surabaya. Dengan anggota sebanyak 449 orang dan tenaga kerja 21 orang, transaksi untuk setiap anggota adalah Rp.161.0 juta atau Rp.13.42 juta per bulan setiap anggota atau Rp.447.23 ribu sehari per anggota. Volume usaha tertinggi kelima adalah pada koperasi konsumen dengan volume usaha sebesar Rp.65.14 miliar, yakni KK di Kutai Timur. Dengan jumlah anggota sebanyak 3.664 orang dan tenaga kerja 651 orang, transaksi dengan setiap anggota setahun adalah Rp.17.8 juta atau sebulan Rp.1.48 juta setiap anggota atau Rp.123.46 ribu sehari setiap anggota. Volume usaha terendah juga terdapat pada populasi KSP, yakni Rp.0.16 miliar. Ini adalah koperasi yang berprestasi berasal dari Banda Aceh, Propinsi NAD. Koperasi ini hanya mempunyai anggota sebanyak 67 orang dengan tenaga kerjanya hanya satu orang. Koperasi ini hanya mampu menghimpun modal sebesar Rp.0.96 miliar. Sehingga transaksi koperasi dengan anggota hanya Rp.2.4 juta per anggota setahun atau hanya sebesar Rp.199.0 ribu per bulan setiap anggota. Dari sisi prinsip koperasi, yakni dari, oleh, dan untuk anggota, berdasarkan transaksi koperasi, performa koperasi berkualitas tersebut kurang baik, kecuali Kopdit di Sanggau. Artinya, nilai transaksi ekonomi koperasi dan anggotanya sangat rendah.
12
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
Tabel 2. Output Performa Koperasi Berprestasi Tahun 200 Berdasarkan Jenis Koperasi
VU = volume usaha (Rp miliar)
13
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
Berdasarkan analisis keragaman pada persamaan (1) – (7) diperoleh beberapa hasil ringkasan ANOVA single factor pada Tabel 3 dan Tabel 4. Pada Tabel 3 terlihat analisis keragaman koperasi berprestasi berdasarkan kelompok KSP, KK, KP, KM, dan KJ. Jumlah total observasi adalah sebanyak 75 dan jumlah kelompok (k) sebanyak 5. Nilai total volume usaha KSP berprestasi adalah Rp.880,68 miliar (tertinggi), disusul oleh KK sebesar Rp.444.42 miliar, KP sebesar Rp.283.87 miliar, KJ sebesar Rp.210.59 miliar, dan terrendah KM sebesar Rp.210,59 miliar. Dengan menggunakan persamaan (1), ditemukan nilai rata-rata masing-masing kelompok sampel, KSP adalah Rp.58.71 miliar, KK sebesar Rp.14.81 miliar dan seterusnya (sama dengan Tabel 2). Dengan menggunakan persamaan (3), nilai rata-rata dari seluruh kelompok adalah Rp.29.47 miliar. Nilai variance diperoleh dari operasi persamaan (2), misalkan untuk KSP adalah SKSP2
= (687.48-58.71)2 + (43.98-58.71)2 + …………….+ (0.15-58.71)2/(5-1) = (395349 + 217.03 + 182.84+………………..+ 3428.3)/4 = 30445.49 miliar
Tabel 3. Analysis of Variance Koperasi Berprestasi Single Factor
Dengan cara yang sama, keragaman KK, KP, KM, dan KJ adalah masingmasing Rp.358.79 miliar, Rp.1453,28, Rp.919.32, dan Rp.514.49.
14
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
Berdasarkan persamaan (4), dapat diketahui MSTR setelah terlebih dahulu dihitung SSTR, yakni SSTR
= 15(58.71-29.47)2 + 30(14.81-29.47)2 + 10(28.39-29.47)2 + 10(21.06-29.47)2 + (24.40-29.47)2 = 12823.26 + 6447.12 + 11.81 + 708.05 + 257.82 = 20248.06 miliar
MSTR
= 20248.06/(5-1) = 5062.02 miliar
Berdasarkan persamaan (5), dapat diketahui MSE dengan terlebih dahulu dihitung SSE, yakni SSE
= (15-1)30445.49 + (30-1)358.79 + (10-1)1453.28 + (10-1)919.32 + (10-1)514.49 = 4126236.88 + 10405.00 + 13079.55 + 8273.91 + 4630.39 = 462625.73 miliar
MSE
= 462625.73/(75-5) = 6608.94 miliar
Dengan didapatkannya nilai MSTR dan MSE, ringkasan ANOVA terlihat pada Tabel 4. Sumber variasi adalah variasi antar kelompok atau perlakuan) dan variasi dalam kelompok. Total variasi adalah penjumlahan variasi antar kelompok (SSTR) dan variasi dalam kelompok (SSE). Derajat bebas (df) antar kelompok adalah 4 (=5 kelompok kurang 1) dan dalam kelompok 70 (= 75 oberbasi kurang 5 kelompok). Dari sini dapatlah dinyatakan bahwa analisis keragaman merupakan proses partitioning jumlah total kuadrat dan derajat bebas atas variasi yang bersumber dari antar kelompok dan dalam kelompok. Kuadrat rata-rata antar kelompok (MSTR) adalah sebesar Rp.5062.02 miliar dan Kuadrat rata-rata dalam kelompok (MSE) adalah sebesar Rp.6608.94 miliar.
15
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
Tabel 4. Analysis of Variance Koperasi Berprestasi Antar dan Dalam Kelompok, Tahun 2009
Dengan angka-angka hasil analisis keragaman pada Tabel 4 maka uji F dapat dilakukan atas keragaman koperasi berprestasi tahun 2009. Nilai F hitung (Fh) adalah: Fh = 5062.02/6608.94 = 0.7659 Nilai Fh sebesar 0.7659 adalah lebih kecil daripada Ft, sebesar 2.53 pada α = 5% dan derajat bebas nominator 4 dan denominator 704. Dengan menggunakan kriteria p-value, ternyata p-value (0.7659;4;70) adalah sebesar 0.55 atau 55% yang lebih besar daripada α = 5%. Artinya, keputusan adalah terima Ho yang menyatakan nilai rata-rata adalah sama. Atau, pada selang kepercayaan 95% terdapat bukti bahwa klaster koperasi yang terdiri dari koperasi simpan pinjam, koperasi produksi, koperasi konsumsi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa tidak berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pembinaan dan pengawasan pembangunan koperasi tidak membutuhkan perbedaan perlakuan antar koperasi tersebut. Ini berbeda dengan output performa masing-masing kelompok koperasi berprestasi dimana dari beberapa variabel yang menunjukkan performa koperasi. Sayangnya, studi ini tidak mengungkapkan mengapa hal itu bisa terjadi.
4
16
Pada tabel F distribution, derajat bebas denominator sebesar 70 tidak tersedia. Oleh karena itu, digunakan df denominator sebesar 60 yang tidak berbeda dengan df sebesar 70.
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
V.
PENUTUP
Penilaian koperasi berdasarkan prestasi adalah upaya pemerintah untuk mengetahui performa koperasi dan merupakan suatu perangsang kemajuan koperasi Indonesia. Dari hasil analisis keragaman, secara umum terungkap keragaan koperasi berdasarkan volume usaha berbeda antar koperasi simpan pinjam, koperasi produksi, koperasi konsumsi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Namun, secara spesifik, berdasarkan uji keragaman, terbukti tidak ada perbedaaan antar kelompok koperasi tersebut. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa perbedaan populasi koperasi tersebut tidak menyebabkan adanya keragaman antar koperasi. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan pembangunan koperasi, khususnya untuk koperasi berprestasi, kebijakan dan perlakuan pemerintah bisa saja seragam, meskipun jenis koperasi beragam. Misalnya menyangkut kebijakan pengembangan bisnis, khususnya volume usaha, dan pelatihan manajemen dan kewirausahaan, serta sertifikasi bisnis dan manajemen koperasi. DAFTAR PUSTAKA Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams. 2004. Essentials of Modern Business Statistics With Microsoft® Excel, 2e. Thomson SouthWestern. Anonim. 1984. Memperkokoh Pilar-pilar Kemandirian Koperasi. Ontologi Esei. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Koperasi. Jakarta, 12 Juli. _______. 2005. Koperasi Terbaik Seluruh Indonesia. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, RI, Jakarta. _______. 2007a. Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi Tahun 2007. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, RI, Jakarta. _______. 2007b. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik Indonesia Nomor 03/Per/14-KUKM/I/2007. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, RI, Jakarta. _______. 2009. Profil Koperasi Berprestasi Tahun 2009. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Jakarta Baswir, Revrisond. 2010. Revitalisasi Koperasi Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas (ACFTA, ANZFTA). Worksop Nasional dan Ekspose Hasil Pemberdayaan Koperasi dan UMKM “Kelembagaan Koperasi Sehat, Koperasi Kuat, Rakyat Sejahtera”. Dosen FEB UGM dan Anggota Majelis Pakar Dekopin. Jakarta, Juli. 17
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
Book, Sven Ake. 1994. Nilai-Nilai Koperasi Dalam Era Globalisasi. Laporan Kepada Kongres ICA di Tokyo, Oktober 1992. Koperasi Jasa Audit. Penerjemah Djabarudin Djohan. Jakarta, April. Keller, Gerald. Statistics for Management and Economics. Seven Edition. Thomson Brooks/Cole. Marcus, Lars. 1992. Nilai-nilai Dasar dan Kecenderungan Global Kooperatif. Majalah INFOKOP, Media Pengkajian Perkoperasian, nomor 11 tahun IX, Mei. Badan Litbangkop & PPK, Depkop & PPK, Jakarta. Mubyarto. 1998. Ekonomi Rakyat Menghadapi Globalisasi. Dalam bukunya ”Reformasi Sistem Ekonomi. Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan. Penerbit Aditya Media. Rahardjo, Dawam. 2010. Ekonomi Politik Perkoperasian Indonesia. Prosiding seminar “Ekonomi Politik Perkoperasian Indonesia. Ibnu Soedjono Center dan GKBI, Jakarta, 8 & 12 Juli. Situmorang, Johnny W. 2000. Doktrin/Ajaran Koperasi Indonesia. Forum Dialog Nasional “Koperasi Dalam Paradigma Reformasi Menuju Indonesia Baru”. Aliansi Koperasi Indonesia (ALKINDO), Hotel Indonesia. Jakarta, 4 – 5 September 2000.
18
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
Lampiran 1. Sampel dan Variabel Performa Koperasi Berprestasi Tahun 2009 No Kode
Kab/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kab. Sanggau 80858 180 Kab. Ngada 7455 29 Kota Bandar Lampung 5746 19 Kab. Bandung 3520 13 Kodya Jakarta Barat 2881 8 Kab. OKI 1737 32 Kab. Bintan 1512 3 Kota Baru 946 10 Kab. Sidoarjo 720 21 Kab. Pandeglang 569 7 Kab. Lombok Timur 210 18 Kab. Boyolali 195 26 Kota Samarinda 164 5 Kab. Klungkung 125 3 Kota Banda Aceh 67 1 Kab. Kutai Timur 3664 651 Kota Padang 3852 214 Kota Batam 3321 17 Kota Bandar Lampung 3142 19 Kab. Situbondo 1660 34 Bangka Barat 717 13 Kab. Sleman 281 158 Kota Medan 1589 19 Kab. Sleman 1115 77 Kab. Tanjab Barat 1045 16 Kab. Flores 1029 17 Kab. Ende 984 5 Kab. Tangerang 914 3 Kab. Jembrana 861 7 Kodya Jakarta Timur 809 20 Kepahiang 764 11 Kab. Muna 676 2 Kota Bukittinggi 637 8 Kab. Jayapura 618 7 Kab. Simalungun 599 11 Kab. Subang 590 11
SP-1 SP-2 SP-3 SP-4 SP-5 SP-6 SP-7 SP-8 SP-9 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 KK-1 KK-2 KK-3 KK-4 KK-5 KK-6 KK-7 KK-8 KK-9 KK-10 KK-11 KK-12 KK-13 KK-14 KK-15 KK-16 KK-17 KK-18 KK-19 KK-20 KK-21
JAng JTK MS ML Volush SHU Volush/Ang (orang) (0rang) (Rp m) (Rp m) (Rp m) (Rp m) (Rp juta/orang) 139,25 12,43 8,87 2,75 7,76 5,87 5,26 1,31 1,37 3,33 1,31 1,45 0,35 0,49 0,49 13 10,23 7,49 21,88 8,79 9,74 2,49 3,14 0,44 1,42 4,93 0,7 2,32 1,38 2,92 1,63 1,89 4,14 0,58 8,44 1,79
470,83 49,01 43,44 7,25 23,6 4,77 0,9 3,06 3,03 3 2,17 8,65 0,44 1,33 0,47 28,79 43,71 4,9 31,36 28,99 2,53 3,36 20,64 0,57 1,73 1,99 1,3 0,35 2,6 3,28 0,14 0,59 0,69 0,28 6,57 2,01
687,48 43,98 45,19 8,14 18,92 11,27 16,75 5,98 15,39 6,33 5,68 12,48 0,62 2,31 0,16 65,14 57,18 4,53 52,1 62,55 16,02 20,48 27,4 3,96 11,2 6,46 2,07 0,77 5,18 10,23 1,96 2,6 6,17 1,51 11,87 15,92
5,23 3,93 1,42 0,44 0,6 0,89 1,02 0,02 0,09 0,65 0,17 0,29 0,07 0,01 0,1 8,24 3,34 0,16 3,2 1,45 0,98 0,84 0,83 0,13 0,77 0,36 0,04 0,58 0,11 0,06 0,41 0,39 0,21 0,13 0,09 0,36
8.50 5.9 7.9 2.3 6.6 6.5 11.1 6.3 21.4 11.1 27.0 64.0 3.8 18.5 2.4 17.8 14.8 1.4 16.6 37.7 22.3 72.9 17.2 3.6 10.7 6.3 2.1 0.8 6.0 12.6 2.6 3.8 9.7 2.4 19.8 27.0 19
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
KK-22 KK-23 KK-24 KK-25 KK-26 KK-27 KK-28 KK-29 KK-30 KP-1 KP-2 KP-3 KP-4 KP-5 KP-6 KP-7 KP-8 KP-9 KP-10 KM-1 KM-2 KM-3 KM-4 KM-5 KM-6 KM-7 KM-8 KM-9 KM-10 KJ-1 KJ-2 KJ-3 KJ-4 KJ-5 KJ-6 KJ-7 KJ-8 KJ-9 KJ-10
Kab. 50 Koto 551 Kab. Gorontalo 514 Kab. Pekalongan 404 Kota Samarinda 376 Kab. Tasikmalaya 310 Kab. Kubu Raya 203 Kota Sibolga 203 Kab. Kep. Sangihe 161 Kab. Hulu Sungai Selatan 160 Kab. Pasuruan 4116 Kabupaten Indragiri Hulu 585 Kab. Semarang 6287 Kab. Cirebon 2411 Kab. Lamongan 1616 Kab. Musi Banyuasin 1579 Kab. Lombok Timur 330 Kab. Malang 324 Kab. Tanjab Barat 257 Kab. Siak 183 Kodya Jakarta Pusat 251 Kab. Aceh Tengah 6776 Kab. Ogan Komering Ulu 1536 Kab. Merangin 627 Kab. Rohul 549 Kab. Merangin 518 Kab. Malang 324 Kota Baru 242 Kab. Mojokerto 177 Kab. Majalengka 90 Kodya Jakarta Pusat 1331 Kab. Kotawaringin Barat 1424 Kota Balikpapan 973 Kab. Jombang 4306 Kota Malang 1496 Kota Pekalongan 661 Kab. Lombok Timur 494 Kota Surabaya 449 Kota Padang 405 Kota Samarinda 381
Sumber: Kementerian KUKM (2010) 20
4 4,51 4,97 1,09 0,02 14 0,78 2,73 17,08 0,18 4 1,32 1,08 4,7 0,06 2 1,92 0,17 2,17 0,27 26 1,05 2,57 13,14 0,29 171 2,06 0,44 4,71 0,77 12 0,6 0,33 1,32 0,16 12 1,19 1,14 9,65 0,08 2 0,64 1,05 5,26 0,15 107 11,93 22,97 110,26 0,48 14 1,4 1,93 5,37 0,72 26 1,31 2,63 4,98 0,07 10 0,46 2,59 6,34 0,34 21 1,7 12 42,67 0,1 68 7,67 10,22 80,64 0,17 24 0,9 2,7 8,65 0,1 13 1,44 1,07 21,98 0,17 15 0,26 0,42 2,1 0,1 45 0,26 0,24 0,88 0,04 14 1,61 5,77 22,13 0,37 399 0,62 26,06 75,45 0,22 29 1,53 7,21 4,39 0,49 23 1,12 1,71 4,68 0,48 18 1,55 0,91 2,76 0,59 16 0,82 1,61 5,47 0,33 39 1,51 0,28 11,58 0,14 11 0,38 0,13 3,51 0,1 5 0,35 9,77 79,37 0,11 9 0,07 0,27 1,25 0,01 21 5,53 31,9 30,56 0,72 9 4,84 0,59 9,05 1,45 189 6,09 1,01 12,08 2,55 24 13,77 12,61 52,32 0,45 17 2,44 7,48 32,79 0,65 20 0,59 5,05 11,42 0,09 21 0,5 2,22 3,34 0,07 21 2,49 15,4 72,29 0,37 11 1,14 0,71 14,42 0,34 157 1,29 0,34 5,69 0,42
2.0 33.2 11.6 5.8 42.4 23.2 6.5 59.9 32.9 26.8 9.2 0.8 2.6 26.4 51.1 26.2 67.8 8.2 4.8 88.2 11.1 2.9 7.5 5.0 10.6 35.7 14.5 448.4 13.9 23.0 6.4 12.4 12.2 21.9 17.3 6.8 161.0 35.6 14.9
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
21
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1 - 23
22
UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009 (Johnny W. Situmorang)
23