UJI HISTOPATOLOGI ORGAN REN, INSANG, GINJAL, INTESTINUM DAN HEPAR IKAN MAS (Cyprinus caprio) Histopathology TEST ORGAN REN , GILLS , KIDNEY , intestinal hepatic COMMON CARP ( Cyprinus Caprio ) Oleh Muhammad Rizki1, Tia Rostiana S.M2, Bastian Damanik3 Email :
[email protected] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, 45363, Indonesia ABSTRAK Ikan mas merupakan ikan yang memenuhi syarat bahan uji karena bersifat reaktif terhadap racun. Pestisida merupakan bahan yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu namun memiliki efek racun terhadap mahluk hidup yang bukan sasarannya dan efek terhadap lingkungan sehingga ikan yang terkena racun dapat di identifikasi dengan histopatologi. Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu agar memahami dan mampu menginterprestasi kerusakan jaringan(organ) ikan melalui preparat histopatologi. Adapun parameter yang diamati adalah warna, ukuran, tanda hitam, dan karakter khusus lainnya pada sel ikan. Hasil penelitian menunjukkan pada organ insang patologis terdapat necrosis dan hyperplasia. Pada organ hati kerusakan yang terjadi yaitu adanya rongga (hyperplasia). Organ intestinum pun terjadi kerusakan yaitu adanya necrosis. Sedangkan pada ginjal(ren) kerusakan yang terjadi yaitu nekrosis dan jaringan menjadi melebar dan memanjang. Kata kunci : Ikan Mas, Pestisida, Histopatologi ABSTRACT Carp is a fish that qualify the test material because it is reactive to toxins. Pesticides are the materials used to control pests but have toxic effects on living organisms and non-target effects on the environment so that fish exposed to toxic ang can be identified with histopathology. Histopathology is the branch of biology that studies the condition and function of the network in relation to disease. The purpose of this study is to understand and are able to interpret the tissue damage (organ) fish through histopathological preparations. The parameters measured were the color, size, black marks and other special characters in fish cells. The results showed there were pathologically organ-gill necrosis and hyperplasia.Pada liver damage that occurs is a cavity (hyperplasia). Intestinal organ damage ensued that the presence of necrosis. While in the kidney (ren) that the damage and tissue necrosis became dilated and elongated. Keyword:Common carp,pesticides,histophatology
1
PENDAHULUAN Pada umumnya
sehat pestisida
yang
digunakan untuk mengendalikan organisme
terhadap
sampel
dapat
diketahui apakah suatu penyakit
yang
diduga benar-benar menyerang atau tidak.
pengganggu adalah biosida yang tidak saja bersifat
racun
pengganggu
terhadap
sasaran,tetapi
organisme
Adapun cara pembuatan preparat histopatologi jaringan hewan mula-mula
dapat
dengan menyiapkan jaringan segar dalam
memberikan pengaruh yang tidak diinginkan
pengamatan mikroskopis yaitu dengan cara
terhadap
sasaran,
fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah
termasuk manusia serta lingkungan hidup.
mencegah terjadi kerusakan pada jaringan,
Salah satu organisme bukan sasaran yaitu
menghentikan proses metabolisme secara
ikan. Pestisida yang mengenai badan air
cepat, mengawetkan komponen sitologis dan
kemudian masuk ke lingkungan perairan
histologis,
tentu saja akan memberikan dampak buruk
sebenarnya,
bagi organisme perairan seperti ikan. Untuk
lembek,
mengetahuinya
diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-
organisme
dapat
juga
jaringan
bukan
dilakukan
uji
histopatologi terhadap ikan yang terindikasi
mengawetkan mengeraskan
dan
keadaan materi
jaringan-jaringan
yang dapat
bagian jaringan (Affuwa 2007)
terkena paparan pestisida tersebut.
Selanjutnya
tahap
dehidrasi,
Histopatologi adalah cabang biologi
dehidrasi dilakukan setelah fiksasi dengan
mempelajari
fungsi
tujuan untuk mengeluarkan air dari jaringan,
dengan
ini merupakan prinsip dari teknik parafin
penting
yaitu air dikeluarkan dan diganti dengan
dalam kaitan dengan diagnosis penyakit
parafin sehingga blok jaringan mudah
karena salah satu pertimbangan dalam
dipotong, ini dilakukan 2 tahap yakni
penegakan
hasil
dehidrasi dan penjernihan. Proses dehidrasi
pengamatan terhadap jaringan yang diduga
dilakukan dengan memasukkan jaringan
terganggu.
yang
yang
kondisi
jaringan
dalam
penyakit.
Histopatologi
hubungannya
diagnosis
Analisis
dan
sangat
melalui
histopatologi
dilakukan
dengan membandingkan kondisi jaringan
sudah
alkohol
difiksasi
berturut-turut
kedalam dari
larutan
kadar 70%
sampai 100% (Robby 2000) 2
Selanjutnya dengan proses clearing,
diawali dengan pengirisan blok parafin
untuk memungkinkan paraffin dapat masuk
dengan scalpel, sehingga permukaan blok
ke dalam sel, haruslah alkohol di dalam
parafin yang akan diiris dengan mikrotom
organ diganti dengan zat yang mudah
berbentuk segi empat. Irislah sedemikian
mengusir alkohol tetapi kemudian harus bisa
rupa, sehingga preparat akan terletak tepat
diusir
berada di tengah blok (Botanika 2008).
oleh
paraffin.
dealkoholisasi
ini
Clearing
dapat
atau
menggunakan
Prosedur terakhir yang dilakukan
aceton, benzol,toluol, dan xilol. Proses
pada jaringan jantung
clearing dapat dilakukan selama 24 jam
pewarnaan atau staining. Hal ini dilakukan
(Jvetunud 2008).
agar memperjelas bagian-bagian jaringan
Setelah dilakukan proses Clearing
adalah proses
pada jantung ikan nila saat pengamatan,
kemudian Embedding dilakukan dengan
dalam
membuat
Beberapa
haematoxilin berwarna biru yang berfungsi
keuntungan menggunakan kotak kertas yaitu
memberikan warna pada inti sel, xylene
bisa membuat arah sayatan dan menandai
yang berfungsi untuk membersihkan parafin,
jaringan. Sebelum jaringan atau sampel
eosin yang berwarna merah bersifat asam
ditanam maka terlebih dahulu paraffin
tujuannya untuk melawan sitoplasma, dan
dalam kotak harus membeku pada bagian
rehidrasi dengan alkohol 96% - 70% sebagai
dasarnya sehingga memungkinkan objek
media penghantar untuk proses pewarnaan
tidak langsung menempel pada dasar kertas.
dengan HE. Apabila proses ini tidak
Blok paraffin yang akan disayat dulu maka
dilakukan maka akan mempersulit pada saat
dibentuk dulu (trimming). Bentuk blok
pengamatan di bawah mikroskop.
kotak
kertas.
disesuaikan dengan bentuk pitanya yang diinginkan. (Botanika 2008).
mikrotom.
dengan
menggunakan
Proses
menggunakan
ini
pisau
pewarnaan
menggunakan
Beberapa bagian tubuh ikan yang biasanya
Tahap selanjutnya yaitu pemotongan jaringan
proses
dijadikan
sampel
untuk
uji
histopatologis adalah insang, ginjal, hati,
pisau
usus dan jantung. Pada insang, sel-sel yang
disebut
cutting
berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel
mikrotom.
Pisau
chloride
yang
terletak
pada
dasar
mikrotom merupakan pisau khusus yang
lembaranlembaran insang. Studi mengenai
digunakan
untuk
preparat
fungsi dan biokimiawi insang teleostei
histologis
jaringan.
sectioning
mengindikasikan bahwa insang teleostei
pemotongan Proses
3
merupakan pompa ion untuk chloride (Cl-),
Peranan
jantung
sangat
penting
sodium (Na+) dan potasium (K+). Ion Na+
dalam hubungannya dengan pemompaan
dibutuhkan
pemompaan
darah ke seluruh tubuh melalui sistem
dari dalam tubuh ikan ke
sirkulasi darah. Sirkulasi darah adalah
4+
dalam +
NH dan H
proses
lingkungannya (Kusrini dkk 2007).
sistem yang berfungsi dalam pengangkutan
Ginjal adalah organ ekskresi dalam
dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen,
vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
karbondioksida,
garam-garam,
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal
senyawa N, dari tempat asal ke seluruh
berfungsi menyaring kotoran (terutama urea)
bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan
dari darah dan membuangnya bersama
yang cukup untuk menjamin aliran darah
dengan air dalam bentuk urin. Sel-sel yang
sampai ke bagian-bagian jaringan-jaringan
bertanggung jawab pada penyaringan ini
tubuh (Kusrini dkk 2007).
adalah glomerulus, yamg disebut kapsul
Penelitian
ini
antibodi,
bertujuan
untuk
bowman. Sedangkan yang berfungsi sebagai
mengetahui histopatologi insang, ginjal, hati
reabsorpsi ion adalah tubuli ginjal (Kusrini
dan usus ikan mas (Cyprinus carpio) akibat
dkk 2007).
pemaparan pestisida.
Hati adalah sebuah organ yang memainkan
peran
penting
dalam
metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh
termasuk
penyimpanan
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada hari Rabu 18 November 2015, 10.00 WIB di
glikogen, sintesis protein plasma, dan
Laboratorium
penetralan racun (Kusrini dkk, 2007).
Perairan,
Intestinum (usus) ikan terdiri dari sel enterosit
(memiliki
villi
berbentuk
Manajemen
gedung
Sumberdaya
dekanat
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
menyerupai sarang tawon) dan mukosit (sel
Alat yang digunakan pada praktikum
goblet penghasil lendir), segmenterpanjang
ini yaitu microscope binokuler, minyak
dari saluran pencernaan, bagian depannya
imersi dan atlas “fish histopatology”, bahan
terdapat dua saluranyang masuk didalamnya
yang digunakan yaitu preparat histopatologi
yang berasal dari kantung empedu (ductus
ikan mas akibat pemaparan pestisida.
choledochus) dan pancreas.
Prosedur penelitian
ini
yang yaitu
digunakan diamati
pada
preparat 4
histologi organ insang (gill), ginjal (Ren),
histologi
hati (hepar), intestinum, dan ren dari ikan
didokumentasikan.
uji normal dan telah diberi toksik, kemudian
organ
hewan
uji
Prosedur pembuatan preparat yaitu :
dilakukan perbandingan antara keduanya
pembedahan
ikan,
fiksasi,
pencucian,
berdasarkan warna, ukuran, ada tidaknya
dehidrasi, clearing, infiltrasi, embedding,
neukrosis atau tanda dan karakter khusus
sectioning, afixing, deparafinisasi, staining,
lainnya selanjutnya masing-masing preparat
moulting dan labeling.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengujian histopatologi terhadap beberapa organ ikan mas, ditemukan perbedaan antara organ yang normal dan yang terkena patogen. Organ Ren Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
N
A
B
Gambar 1. Kontrol Organ Ren (A), Patologis Organ Ren (B) Keterangan : Nekrosis (N) Tabel 1. Hasil Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Ren Parameter Kontrol Patologis Merah cerah Merah kehitaman Warna Normal Besar Ukuran Tidak ada necrosis Terdapat necrosis Tanda Hitam (Necrosis) Normal Hyperplasia Karakter Khusus Hasil pengamatan, antara ginjal kontrol
merah kehitaman pada ginjal patologis.
dan ginjal patologis terdapat perbedaan,
Kemudian ukuran ginjal patologis yang juga
mulai dari warna yang cenderung lebih
lebih besar dibandingkan dengan kontrol. 5
Hal
ini
disebabkan
karena
terjadinya
peradangan akibat adanya bahan toksik. Peradangan adalah respons fisiologi
nekrosis, yang terjadi akibat adanya sel yang mati. Menurut Anderson (1976)nekrosis merupakan kematian sel atau jaringan yang
lokal terhadap cedera jaringan. Radang
bersifat
irreversible
atau
tidak
dapat
bukan suatu penyakit melainkan suatu
disembuhkan. Penyebab nekrosis cukup
manifestasi suatu penyakit. Peradangan
beragam diantaranya adalah toksin bakteri,
merupakan reaksi infeksi akibat masuknya
bahan kimia yang korosif, agen fisik seperti
toksik dari dalam darah. Ada beberapa
suhu tinggi dan melemahkan kemampuan
penyebab terjadinya radang salah satunya
suplai darah, nekrosis ditandai dengan
yaitu zat kimiawi misalnya korosif, asam,
rusaknya nukleus (bentuk ireguler, kromotin
basa, agen pengurang dan toksin bakteri.
memadat, nukleolus hilang). Nekrosis dapat
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif
disebabkan karena epitel tubulus dari ginjal
akan merusak jaringan, yang kemudian akan
ikan terpapar logam berat sebagai suatu zat
memprofokasi terjadinya proses radang.
yang bersifat toksik.
Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimia spesifik yang mengiritasi
dan
dapat
mengakibatkan
peradangan (Harjono, 1996). Selain
itu,
dilihat
dari
adanya
noktah/tanda hitam pada ginjal patologis ikan mas. Tanda hitam tersebut merupakan
6
Organ Intestinum Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
N
A B Gambar 2. Kontrol Organ Intestinum (A), Patologis Organ Intestinum (B) Keterangan : Nekrosis (N) Tabel 2. Hasil Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Intestinum Parameter Kontrol Patologis Merah tua Lebih cerah Warna Besar Kecil Ukuran Ada necrosis Tanda HItam (Necrosis) Tidak ada necrosis pecah Lebih menyatu Karakter Khusus Perbedaan usus ikan mas pada kontrol
Pada usus kontrol tidak terlihat noktah-
dengan usus yang telah diberikan bahan
noktah
sedangkan
pada
patologisnya
toksik terlihat dari warnanya, pada usus
terlihat noktah berwarna hitam. Ada pula
kontrol terlihat usus berwarna merah cerah
karkater khusus untuk membandingkan usus
sedangkan pada patologisnya usus berwarna
kontrol dan patologisnya, yaitu pada usus
merah tua, dari ukurannya yang awalnya
kontrol bentuknya bulat dan sel nya utuh
berukuran normal menjadi lebih kecil atau
atau rapat sedangkan pada usus patologis
usus terlihat mengecil yang dapat disebut
selnya mengalami perenggangan.
dengan hipoplasia. Selain terlihat dari warna dan ukurannya terlihat pula dari ada tidaknya noktah hitam/putih pada usus.
7
Organ Insang Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
A B Gambar 3. Kontrol Organ Insang (A), Patologis Organ Insang (B) Keterangan : Necrosis (N), Hyperplasia (H) Tabel 3. Hasil Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Insang Parameter Kontrol Patologis Merah muda Merah kehitaman Warna Normal Lebih besar Ukuran Tidak ada necrosis Terdapat necrosis Tanda Hitam (Necrosis) Lamela tersusun rapi Lamela berdempetan Karakter Khusus Perbedaan insang ikan mas pada
Pada insang kontrol tidak terlihat noktah-
kontrol dengan insang yang telah diberikan
noktah
bahan toksik terlihat dari warnanya, pada
patologisnya terlihat ada noktah hitam.
insang kontrol terlihat insang
berwarna
Noktah/tanda hitam ini disebut juga dengan
merah sedangkan pada patologisnya insang
nekrosis. Akibat kondisi sel yang tidak
pucat berwarna merah keunguan, dari
mampu lagi untuk memperbaiki kerusakan
ukurannya yang awalnya berukuran normal
sel, maka akan menyebabkan terjadinya
dengan lamela tipis menjadi berukuran lebih
kematian sel atau nekrosis (Robbins dan
besar dengan lamela yang menebal atau
Kumar, 1995).
disebut juga hiperplasia. Selain terlihat dari
hitam/putih
sedangkan
pada
Ada pula karkater khusus untuk
warna dan ukurannya terlihat pula dari ada
membandingkan
insang
kontrol
dan
tidaknya noktah hitam/putih pada insang.
patologisnya, pada insang yang kontrol tidak 8
ada karakter khusus sedangkan pada insang
Keadaan ini mengakibatkan ukuran rongga
patologis lamelanya mengalami penebalan,
(kapiler lumen) mengalami penyempitan dan
cenderung mengalami pembengkakan. Hal
sel yang berada di tengah lamela sekunder
ini diakibatkan pemaparan bahan toksik
bergeser ke ujung lamela sekunder lainnya
yang menyebabkan terjadinya perubahan
sehingga terjadi pendempetan (Anugrah
fisiologis pada organ insang.
dalam Ramli 2008).
Selain hyperplasia terdapat juga
Insang berfungsi sebagai alat pernafasan
kerusakan lain yaitu fusion yang dapat
pada ikan, dan lamela adalah tempat
mempengaruhi pernafasan ikan. Terjadinya
pertukaran oksigen. Jika terjadi kerusakan
fusion disebabkan karena luka pada lamela
pada lamela tersebut, akibatnya peredaran
sekunder
darah
memaksa
organ
tersebut
ikan
terganggu,
pembendungan
luka tersebut sehingga terjadi pendempetan
kerusakan ini akan menyebabkan gangguan
antara lamela sekunder yang satu dengan
sirkulasi yang dapat mengakibatkan suplai
lainnya. Selain fusion terjadi karena lamela
oksigen berkurang.Pada akhirnya,
mengalami pembengkakan atau hyperflasia
terjadi
sehingga
terganggunya sistem pernafasan.
proses
pernafasan
terganggu.
letal
Semakin
terjadi
mengeluarkan banyak lendir untuk menutupi
efek
darah.
dan
pada
ikan
lama,
akan karena
Organ Ginjal dan Insang Patologis
N
N
A B Gambar 4. Organ Ginjal Patologis (A), Organ Insang Patologis (B) Keterangan : Necrosis (N)
9
Tabel 4. Hasil Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Hati Parameter Patologis Patologis Ginjal Insang Merah Merah hati Warna Besar Lebih besar Ukuran Terdapat necrosis Terdapat necrosis Tanda Hitam (Necrosis) Terdapat cincin Lamella padat Karakter Khusus hitam Hasil dibandingkan
pengamatan antara
ginjal
dapat
sama
besar,
yang
pembengkakan. Pada ginjaldan insang juga
berarti
terdapat
mengalami
patologis dan insang yang patologis pada
patologis
nekrosis.
warna, warna pada ginjal patologis lebih
Tetapipada ginjal patologis terdapat
merah dibandingkan dengan insang yang
cincin hitam pada karakter khususnya
patologis. Selain dari warna dapat dilihat
sedangkan pada insang lamella menjadi
juga dari ukuran, tetapi dari ukuran
padat.
ginjal dan insang yang patologis samaOrgan Hati Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
Pada
pada jaringan hati ikan mas normal, belum
patologis,
terlihat perubahan baik dari warna, ukuran,
jaringan hati. Perubahan struktur jaringan sel
maupun gejala adanya nekrosis. Warna
hati yang disebabkan oleh zat kimia yang
terlihat merah cerah dan bening, ukuran hati
bersifat racun antara lain perlemakan hati,
masih normal dan tidak adanya nekrosis.
nekrosis dan sirosis (Lu 1995). Gambar
Struktur sel masih teratur dan tidak rusak
tersebut memperlihatkan kerusakan sel hati
atau tidak ada rongga yang di akibatkan
ikan mas. Kerusakan berat sel hati adalah
kematian sel.
kematian sel atau sering disebut nekrosis.
pengamatan terjadi
preparat
perubahan
hati
struktur
10
A B Gambar 5. Kontrol Organ Hati (A), Patologis Organ Hati (B) Tabel 5. Hasil Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Hati Parameter Kontrol Patologis Merah hati Merah Warna kehitaman Normal Lebih besar Ukuran Tidak ada Tidak ada Tanda necrosis necrosis Hitam (Necrosis) Agak renggang Karakter Rapat dan menggumpal dan pecah Khusus Gambar di atas mununjukan adanya
pemecahan
oraganel
kerusakan jaringan yang mengakibatkan
disebabkan
karena
adanya sel-sel mati (nekrosis) dan tidak ada
sehingga menyebabkan terakumulasinya sel
penggantian
darah putih.
sel
sehingga
terbentuknya
rongga di dalam jaringan tersebut.
Pada
sel
sel.
Dapat
terinfeksi
hati
juga
bakterial
patologis,
terjadi
Necrosis menggambarkan keadaan
hiperplansia yang mengakibatkan sinusoid
dimana terjadi penurunan aktivitas jaringan
menyempit sehingga aliran darah terganggu
yang ditandai dengan hilangnya beberapa
dan
bagian sel satu demi satu dari satu jaringan
menyebabkan rongga pada jaringan hati
sehingga dalam waktu yang tidak lama akan
tersebut.
terdapat
banyak
nekrosis
yang
mengalami kematian. Necrosis dapat terjadi
Pembengkakan sel atau degenerasi
karena denaturasi protein plasma, dan
vakuola bersifat reversibel sehingga apabila 11
paparan zat toksik tidak berlanjut maka sel
organ(hypoplasia)
dapat kembali normal. Namun jika pengaruh
organ intestinum.
zat toksik berlangsung lama maka sel tidak
•
terdapat
pada
Fusion hanya terdapat pada insang
dapat mentolerir kerusakan yang diakibatkan
yang mengakibatkan pernafasan ikan
oleh zat toksik tersebut. Hal tersebut juga
terganggu.
didukung oleh Hinton dan Lauren, yang melaporkan
bahwa
dengan
terpaparnya
cadmium maka menyebabkan terjadinya pembengkakan hepatosit sebagai akibat langsung dari zat toksik yang berpengaruh langsung pada mekanisme transpor ion.
Daftar Pustaka Affuwa. 2007.Jaringan pada Hewan.http://affuwa.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Nopember 2014. Anderson, P.S.1976. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa: Peter Anugerah. Jakarta: EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
Simpulan Berdasarkan pengamatan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa : •
Pada pengamatan preparat kontrol
Bavelander G, dkk. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.
dan preparat yang terkena toksik itu berbeda. •
Kerusakan jaringan yang terjadi antara lain necrosis, hyperplasia, hypoplasia, dan fusion.
•
Kerusakan jaringan akibat kematian patologis (Necrosis)
satu
atau
terdapat
lebih pada
sel organ
insang, organ intestinum, dan organ
Botanika. 2008. Fixation mbedding sectioning.http//botanika.biologija.or g. Diakses tanggal 11 Nopember 2014. EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc NewYork. Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
ginjal. •
Kerusakan akibat perbanyakan sel – sel yang tak terkendali (hyperplasia) terdapat pada organ insang.
•
Kerusakan pengecilan/penyempitan
akibat
EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia.Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal. Fujaya, Y, 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta 12
Harjono, R. M., Andry Hartono, Surya S. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Anatomi Organ Pencernaan Ikan Nila Merah Oreochromis sp. ITB. Bogor. Hinton DE, Lauren DJ. 1990. Integrative histopathological effects of environmental stressors on fishes. American Fisheries Society Symposium; 8: 51–66. Jvetunud. 2008. Parafin Hewan.http://www.jvetunud.com. Diakses tanggal 11 Nopember 2014.
Kusrini, Eni, Nurul Hanum Kharisma, Adi Sucipto, Marlina Ahmad, 2007. Lu, C.F. 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia. Robby N, dkk. 2000. Histologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. Wahyuningsih, Hesti dan Dr. Ing Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara.
13
LAMPIRAN Gambar 6. Prosedur Kerja Mengamati preparat histology (Insang, Ren, Ginjal, Hati, dan Usus)
Membandingkan perbedaan antara keduanya
Mendokumentasihan hasil yang diamati dan mencatat perandingannya
Gambar 7. Prosedur Pembuatan Preparat Dedah ikan
Embiiding
Awetkan
sectioning
Fiksasi
Affixing
Dehidrasi
Defarafinisasi
Clearing
staining
Infiltrasi
Miuting
14