TUGAS AKHIR (SB(SB-091358 091358) 1358)
Studi Histopatologi Insang Ikan Belanak (Mugil cephalus) cephalus) di Muara Sungai Aloo Sidoarjo Nur Hidayati 1506 100 008
Dosen Pembimbing: Awik Puji Dyah N, S.Si., M.Si Dra. Nurlita Abdulghani, M.si
Latar belakang Lumpur sidoarjo
Insang
Perubahan struktural, termasuk histopatologi (Moore et al.,2003 dalam Schlacher et al., 2007).
Mengandung senyawasenyawa yang berbahaya Cd = 0,05 ppm dan Cr = 0,65 ppm (Hidayati, 2009) Hg = 1,96 ppm (Gunradi & Suprapto, 2007)
Volume lumpur meningkat
Muara Sungai Aloo
ikan belanak
Menurut Chang et al. (1998) dalam Martinez and Marina (2007) menyebutkan bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan kualitas perairan dan menimbulkan banyak masalah pada organisme didalamnya
Untuk mengetahui tingkat kerusakan insang ikan belanak (Mugil cephalus) dari muara sungai Aloo berdasarkan pengamatan histopatologi.
Manfaat penelitian Informasi kondisi kesehatan ikan belanak (Mugil cephalus) di muara sungai Aloo, dapat digunakan sebagai data awal kondisi perikanan tangkap pasca bencana lumpur panas Sidoarjo. Sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk penanganan atau tindakan lebih lanjut terkait dengan sumber daya perikanan di wilayah Porong.
metodologi 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
.
April - Mei 2010 Di muara sungai Aloo, Kabupaten Sidoarjo. Jawa Timur, khususnya di daerah penangkapan ikan belanak (fishing ground).
Preparasi sampel dan pengamatan preparat di Laboratorium Zoologi Program Studi Biologi FMIPA ITS Surabaya.
Stasiun 1 : mulut muara sungai Aloo (07º 29’ 34,2” S dan 112º 49’ 32,7” E) Stasiun 2 : 1 km dari mulut muara sungai Aloo menuju ke arah laut (07º 29’48,13” S dan 112º 50’0,71” E) Stasiun 3 : 2 km dari mulut muara sungai Aloo menuju ke arah laut (07º 29’ 33,7” S dan 112º 50’ 22,7” E)
3.2.3 Pembuatan Preparat Histologi
Dehidrasi
Clearing
Infiltrasi ke dalam Parafin
Embedding (pemendaman)
Sectioning (pemotongan)
Afixing (perekatan)
Deparafinisasi (penghilangan parafin)
Staining (pewarnaan)
Mounting dan Labelling
3.2.3 Pengamatan di Laboratorium dan Analisa Data Pengamatan secara mikroskopis preparat irisan histopatologi insang ikan belanak dilakukan dengan menggunakan mikroskop compound. Pengamatan preparat dilakukan pada semua filamen insang pada satu gill arch, dengan perbesaran 40-400 kali. Analisa data dilakukan menggunakan modifikasi metode dari Pantung, et al (2008) yaitu metode Semiquantitative scoring.
Tabel 3.2 Nilai Skoring untuk Perubahan Histopatologi Insang Ikan Belanak (Mugil cephalus) Parameter yang diamati
Score 0 (Normal)
Score 1 (Ringan)
Score 2 (Sedang)
Score 3 (Berat)
Oedema lamela sekunder (OL)
tidak ada sama sekali
kurang dari 30% dari luasan pandang
30%-70% dari luasan pandang
lebih dari 70% luasan pandang
Hiperplasia Lamela Sekunder (HL)
tidak ada sama sekali
kurang dari 30% dari luasan pandang
30%-70% dari luasan pandang
lebih dari 70% luasan pandang
Fusi Lamela (FL)
tidak ada sama sekali
kurang dari 30% dari luasan pandang
30%-70% dari luasan pandang
lebih dari 70% luasan pandang
Hemoragik sel (HS)
tidak ada sama sekali
kurang dari 30% dari luasan pandang
30%-70% dari luasan pandang
lebih dari 70% luasan pandang
(Pantung, et al, 2002).
Hasil dan pembahasan
-
Score 3 = Terjadi kerusakan lebih dari 70% dari luasan pandang (berat)
Oedema lamela sekunder
• •
Pembengkakan sel merupakan tahap awal terjadinya kerusakan sel (Robins dan Kumar, 1995). Oedama ini terjadi peningkatan masuknya air dari eksraseluler ke dalam sel. Akibat terganggunya aktivitas pompa Na+K
Hiperplasia lamela Sekunder
• • •
Hiperplasia dalam beberapa kondisi merupakan adaptasi sel yang dilakukan oleh organisme untuk melindungi jaringan di bawahnya dari iritan (Meissner and Diamandopoulous, 1977). Namun, hal tersebut dapat menganggu respirasi ikan (Skidmore and Tovell, 1972). Jadi, hiperplasia mungkin memang memiliki fungsi perlindungan akan tetapi juga dapat menghambat fungsi pernapasan dari insang sirkulasi lebih rendah pada insang (Fanta et al., 2003).
Fusi Lamela
• •
Terjadinya fusi lamela dapat menyebabkan berkurangnya luas permukaan insang dapat mengurangi masuknya zat toksik ke dalam jaringan akan tetapi dapat menganggu respirasi pada insang penurunan pertukaran gas Apabila ditemukan adanya fusi lamela, hal tersebut dapat dikatakan kerusakannya sudah cukup parah, karena fusi lamela merupakan kerusakan tahap lanjutan dari kerusakan sebelumnya
Dugaan Kemungkinan Penyebab Kerusakan pada Insang Ikan Belanak (M. cephalus L.) di Muara Sungai Aloo, Sidoarjo Terpapar Lumpur - kerusakan yang terjadi : Hiperplasia dan Fusi (penelitian Hidayati, 2009) Bahan Organik maupun Logam berat - kerusakan yang terjadi : Oedema lamela, Hiperplasia dan Fusi (Penelitian El-Ghazali et al., (2006) dan Bhagwant and Elahee (2002)) Sabun dan ditergen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Hal ini didukung oleh (Penelitian Ogundiran et al., 2009) ikan yang terpapar pada konsentrasi sublethal sabun dan detergen menyebabkan kerusakan oedema dan hiperplasia lamela sekunder. Pestisida (DDT) dan logam berat - kerusakan yang terjadi : Oedema dan Hiperplasia lamela sekunder (penelitian Muhammed, 2009)
14
Kesimpulan 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Kerusakan insang ikan Belanak (M. cephalus L.) di Muara Sungai Aloo, Sidoarjo yang teramati adalah oedema lamela sekunder, hiperplasia lamela sekunder dan fusi lamela. Patologi insang ikan belanak (M. cephalus L.) pada jenis kerusakan oedema lamela sekunder paling besar terjadi di stasiun 3 yang memiliki score 3 dengan nilai prosentase frekuensi kejadian patologi sebesar 100%. Jenis patologi hiperplasia lamela sekunder yang paling besar yaitu terjadi di stasiun 1 dan 2 sebanyak 100% dengan score 3. Kerusakan fusi lamela paling besar terjadi di stasiun 2 yang memiliki score 3 dengan nilai prosentase frekuensi kejadian patologi sebesar 66,7 %. 5.2 Saran Studi lebih lanjut dapat dilakukan penelitian dalam skala laboratorium menggunakan salah satu jenis zat kimia maupun logam berat yang terkandung dalam lumpur Sidoarjo, sehingga dapat diketahui jenis kerusakan insang secara spesifik. Dan penelitian tentang kandungan logam berat dalam ikan belanak (M. cephalus L.) di Muara Sungai Aloo, Sidoarjo