J. Agrivigor 11(1): 25-33, September – Desember 2011; ISSN 1412-2286
UJI EFEKTIVITAS SINAR GAMA TERHADAP KARAKTER PERTUMBUHAN SEDAP MALAM The effectiveness test of gamma irradiation on growth characters of polyanthes tuberose Syariful Mubarok1, Erni Suminar2 dan Murgayanti2 E-mail:
[email protected] 1Laboratorium
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor 40600. Tlp. 022-7796320/Fax. 022-7796316 2Laboratorium
ABSTRAK Sedap malam merupakan tanaman hias tropis yang popular di Indonesia sebagai bunga potong. Perakitan varietas baru dengan kualitas baik dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yaitu dengan mutagen iradiasi sinar gamma. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh pemberian iradiasi sinar gamma terhadap karakter pertumbuhan vegetative sedap malam. Iradiasi sinar gamma dengan lima dosis (0, 25, 50, 75 dan 100 Gy) dilakukan di Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jakarta. Setelah umbi diradiasi kemuan ditanam di Kebun Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjdjaran yang dimulai pada Bulan Agustus 2011. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan dosis radiasi sinar gamma lebih dari 25 Gray menyebabkan keruskan morfologi pada tanaman sedap malam serta menurunya persentase pertumbuhan umbi sedap malam kurang dari 30% dan menyebkan menurunnya tinggi tanaman hampir 400 % dari tanaman yang tidak diiradiasi sinar gamma.
Kata Kunci: Sinar gamma, Mutasi, dan Sedap malam,
ABSTRACT Polyanthes tuberose is a popular tropical cut flower in Indonesia. Assembly new variety that has a good flower quality can be done by using irradiation of gamma rays. The aim of this experiment was to identify the effect on gamma irradiation on vegetative growth characters of Polyanthes. Five doses of gamma irradiation, 0, 25, 50, 75 dan 100 Gy, were done in “Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional” Jakarta. Irradiated tubers were planted in Experiment garden of Ciparanje, Faculty of Agriculture, Universitas Padjdjaran on August 2011. The result showed that the doses of gamma irradiation more than 25 Gy caused morphological damaged on Polyanthes, reduced bulb growth less than 30% and reduced the plant height more 400% than no treated plants (Control).
Key words: Gamma iradiation, Mutation, and Polyanthes tuberose
PENDAHULUAN Salah satu jenis tanaman hias bunga potong tropis yang telah banyak dikembangkan adalah sedap malam (Polyanthes tuberose L.). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Sedap malam menduduki posisi ke tiga sebagai tanaman hias unggulan Nasional setelah
Krisan dan Mawar dengan jumlah produksi mencapai 51,1 Juta tangkai per tahun pada tahun 2009 (BPS, 2009). Sentra produksi tanaman sedap malam tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Di Jawa Barat luasan penanaman sedap malam mencapai 100 ha, di Jawa Tengah mencapai 27 ha dan di Jawa Timur 144 25
Uji efektivitas sinar gama terhadap karakter pertumbuhan sedap malam ha. Di Jawa Barat sentra produksi tanaman sedap malam terletak di Bandung, Sukabumi dan Tasikmalaya. Peningkatan produksi bunga sedap malam yang tinggi tidak diimbangi oleh kualitas bunga yang dihasilkan seperti warna bunga yang tidak cerah atau berwarna putih pucat, kuntum bunga yang tidak mekar sempurna dan jarak antara kuntum bunga sangat rapat. Rendahnya kualitas bunga yang dihasilkan menyebabkan harga bunga relatif murah sehingga keuntungan yang diperoleh oleh para petani sangat sedikit. Selain itu dan periode kesegaran bunga yang relatif sebentar dari bunga sedap malam yang diproduksi menjadi faktor kerugian utama di kalangan penjual tanaman hias khususnya di Pasar Bunga Rawa Belong. Bunga yang mempunyai periode kesegaran bunga yang relatif sebentar akan meningkatkan tingkat kelayuan bunga sehingga banyak bunga yang layu sebelum terjual. Banyak faktor yang menjadi penyebab penurunan kualitas bunga sedap malam tersebut diantaranya masih rendahnya penelitian yang mengacu pada penyediaan bibit sedap malam atau varietas baru sedap malam yang berkualitas tinggi dan penanganan pasca panen bunga sedap malam. Dengan melihat hal tersebut maka perlu dilakukan berbagai usaha diantaranya dengan penerapan teknologi yang salah satunya dengan mutasi iradiasi sinar gamma dalam mencari varietas unggul baru yang mempunyai karakter bunga yang diiginkan serta mempunyai periode kesegaran bunga yang realtif lama. Induksi mutasi merupakan suatu proses perubahan pada materi genetik suatu sel, yang mencakup perubahan pada tingkat gen, molekuler atau kromo-
26
som (Poehlman dan Sleper, 1995). Pada tanaman – tanaman yang sulit diperbanyak secara generatif, cara ini sangat bermanfaat. Pada tanaman hias contohnya, induksi mutasi banyak memberikan dampak positif perbaikan karakter agronomi penting pada suatu tanaman diantaranya : ukuran tanaman, waktu pembungaan, bentuk bunga, sturuktur dan tekstur bunga serta perubahan warna bunga. Beberapa mutagen dapat digunakan dalam induksi mutasi. Mutagen tersebut dapat berupa mutagen kimia dan fisika. Mutagen fisik dapat berupa sinar gamma, sinar X dan ultraviolet (UV) (Debener, 2009). Sinar gamma banyak digunakan sebagai upaya untuk mempercepat perolehan varietas-varietas unggul baru contohnya pada tanaman krisan (Datta dan Banerji, 1993). Keefektivan teknik iradiasi sinar gamma untuk meningkatkan keragaman genetik krisan telah dibuktikan oleh beberapa orang peneliti. Induksi sinar gamma dengan dosis 15, 20 dan 25 Gy menginduksi mutan somatik krisan cv. Jaya. Mutan tersebut memiliki perbedaan sitogenetik dan morfologi dibandingkan dengan cv. Jaya asli (Banerji dan Datta, 1992). Selain untuk tanaman krisan, induksi sinar gamma dalam memperbaiki karakter suatu tanaman banyak digunakan pada jenis tanaman hias lainnya seperti Anggrek, Bougenvillea, Hibiscus, Acalypha dan Dahlia. Induksi mutasi dengan radiasi juga terbukti meningkatkan keragaman genetik alpukat (Arriaga and Torrese, 1995). Pengaruh mutagen fisik dengan sinar gamma, akan terlihat pada generasi pertama berupa kerusakan dan letalitas, pengaruh sitologi, sterilitas, dan khimera. Selain itu induksi sinar gamma
Syariful Mubarok, Erni Suminar dan Murgayanti dapat menekan pertumbuhan vegetatif, merangsang abnormalitas pembentukan bunga dan menginduksi perubahan bentuk dan warna bunga (Datta dan Banerji, 1993).Mutasi induksi dengan sinar gamma pada entres mawar dapat menghasilkan warna bunga yang berbeda, hal ini kemungkinan disebabkan kandungan flavonoid, karotenoid atau betalain. Pada mawar, mutasi induksi sinar gamma paling sedikit telah menghasilkan 35 varietas baru (Schum dan Preil, 1998). Dosis radiasi yang diberikan untuk mendapatkan mutan tergantung pada jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, kekerasan, dan bahan yang akan dimutasi. Dengan demikian, pada penelitian penggunaan radiasi sinar gamma pada berbagai konsentrasi diharapkan akan mendapatkan jenis varietas unggul sedap malam yang mempunyai karakter bunga yang diinginkan.
BAHAN DAN METODE Induksi mutasi dengan sinar gamma Umbi sedap malam diperlakukan dengan iradiasi sinar gamma dengan menggunakan iradiator Gamma Chamber 4000 A (sumber 60Co) dengan dosis 0, 25, 50, 75 dan 100 Gy dan laju dosis 0.96481 kg ray jam-1 (96.481 krad jam-1). Perlakuan sinar gamma akan dilaksanakan di Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jakarta. Setelah umbi di iradiasi, kemudian akan ditanam untuk diamati sifat morfologinya. Analisis keragaman sifat morfologi Setelah umbi di iradiasi kemudian umbi ditanam di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada ketinggian tempat 700 m di atas permukaan laut (dpl). Percobaan ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Sebelum dilakukan penanaman, lahan akan diolah dan dibuat menjadi 3 ulangan, jarak antar ulangan 80 cm. Di setiap ulangan di buat plot – plot kecil perlakuan dengan ukuran 1 m x 0,5 m, dan jarak antar plot 50 cm. Sebelum penanaman diantara lubang tanam dibuat larikan dan dimasukan pupuk kandang dengan dosis 4 kg plot-1. Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Ke dalam lubang tanam tersebut ditaburkan Furadan 3G sebanyak 6 butir untuk men-jaga adanya hama yang mengganggu perakaran tanaman sedap malam yang akan ditanam, kemudian ditutup tipis dengan tanah. Kemudian Ubi ditanam dan 1/3 Ubi terdapat di atas permukaan tanah. Penyiraman dilakukan setiap hari sekali pada sore hari. Cara penyiraman yaitu dengan jalan menuangkan air se-cara langsung pada media tanam sampai media tanam basah. Pemupukan susulan dilakukan pada umur 2 MST dengan menggunakan Pupuk NPK dengan dosis 2 g per lubang tanam. Diberikan di kiri kanan tanaman. Pemupukan diulang 2 minggu sekali. Untuk penanggulangan hama mempergunakan insektisida dengan bahan aktif deltametrin 25 g L-1 dengan konsentrasi 1,5 mL L-1. Selain itu digunakan pula insektisida dengan bahan aktif profenofos 500 g L-1 dengan konsentrasi 2 mL L-1, yang bergantian setiap minggunya untuk mecegah resistensi hama, sedangkan untuk menanggulangi penyakit akibat cendawan digunakan fungisida dengan bahan aktif difenokonazol 250 g L-1 dengan kon-sentrasi 1 mL L-1. Penyemprotan insek-tisida dan fungisida secara bersamaan setiap 1 minggu sekali. Cara pemberian dilakukan dengan pengkabutan pada seluruh
27
Uji efektivitas sinar gama terhadap karakter pertumbuhan sedap malam bagian tanaman. Pengamatan sifat morfologi tanaman dilakukan se-lama proses penanaman di lapangan. Parameter yang
Pertumbuha n Tanaman (% ) =
Jumlah tamanan yang tumbuh x 100 % Total umbi yang ditnam
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung tanaman tertinggi, penampilan penotifik tanaman dan warna daun dengan menggunakan Color Chart Fan 2 Royal Horticultural Society Fifth Edition.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Pertumbuhan Dari data yang disajikan pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis sinar gamma menyebabkan menurunnya persentase daya tumbuh umbi sedap malam. Semakin tinggi dosis radiasi sinar gamma maka semakin rendah pesentase pertumbuhannya. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Duncan menunjukkan bahwa umbi sedap malam yang tidak diberi perlakukan iradiasi sinar gamma mempunyai persentase pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 81,25% dan berbeda nyata denngan umbi sedap malam yang diberi iradiasi sinar gamma. Penggunaan iradiasi sinar gamma lebih dari 25 Gy menyebabkan lebih dari 50% umbi sedap malam tidak tumbuh atau persentase pertumbuhan kurang dari
28
akan diamati meliputi persentase pertumbuhan tanaman dengan menggunakan rumus:
50%. Berdasarkan data yang diperoleh dapat memperlihatkan bahwa penggunaan iradiasi sinar gamma lebih dari 25 Gy tidak efektif dan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan atau perkecambahan umbi sedap malam. Persentase pertumbuhan umbi sedap malam paling rendah diperoleh dari umbi yang diberi dosis 100 Gy, dengan persentase pertumbuhan sekitar 16,67% dan berbeda nyata dengan tanaman kontrol, tanaman yang diberi dosis 25 Gy dan 50 Gy. Penggunaan iradiasi sinar gamma dengan dosis yang terlalu tinggi dapat memberikan efek negatif langsung pada tanaman, karena semakin banyak mutasi yang diberikan maka tanaman akan mati. Penelitian yang sama diperlihatkakan oleh Abdullah et al. (2009) yang memperlihatkan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma maka ketahanan hidup atau pertumbuhan dari tanaman curcuma semakin rendah, bahkan pada dosis lebih dari 50 Gy menyebabkan semua tanaman curcuma mati.
J. Agrivigor 11(1): 25-33, September – Desember 2011; ISSN 1412-2286
a
b
b
bc
c
Gambar 1. Persentase pertumbuhan umbi sedap malam hasil radiasi sinar gamma pada beberapa tingkatan dosis. Grafik yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pemberian mutasi yang terlalu tinggi akan menghambat pembelahan sel yang menyebabkan kematian sel yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman dan morfologi tanaman. Akan tetapi dosis radiasi yang terlalu rendah tidak cukup untuk memutasi tanaman karena frequensi mutasi yang terlalu rendah menghasilkan hanya sedikit sektor yang termutasi (Nazir et al., 1998). Penurunan persentase pertumbuhan pada tanaman yang diberi iradiasi sinar gamma diakibatkan oleh menurunnya daya tumbuh dari tanaman tersebut. Pemberian iradiasi sinar gamma terhadap biji buncis menyebabkan waktu benih untuk berkecambah lebih lama dibandingkan dengan biji yang tidak diradiasi (Hammed et al., 2008). Peningkatan dosis radiasi sinar gamma sampai 20 Gy menyebabkan menurunnya kemampuan hidup dari planlet bunga krisan ’Yellow Puma’ pada dua tahap
sub kultur (Dwimahyani and Widiarsih, 2010). Selain berpengaruh terhadap perkecambahan benih, sinar gamma pun berpengaruh terhadap perkecambahan polen yang sangat penting dalam proses penyerbukan. Pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis 100 Gy menunjukkan persentase perkecambahan polen yang lebih rendah dibandingkan dengan polen yang mendapatkan dosis 50 Gy dan tanpa radiasi (Kurtar, 2009). Dari beberapa hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa pemberian sinar gamma dengan konsentrasi tinggi secara umum dapat menurunkan persentase perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penurunan persentase pertumbuhan tanaman akibat radiasi sinar gamma disebabkan oleh adanya efek deterministik yaitu efek kematian sel yang disebabkan oleh paparan radiasi. Efek determinasi ini muncul karena
29
Uji efektivitas sinar gama terhadap karakter pertumbuhan sedap malam dosis paparan radiasi yang diberikan di atas dosis ambang yang seharusnya diterima. Semakin tinggi dosis radiasi maka semakin tinggi efek deterministiknya.
cara signifikan menurunkan tinggi tanaman atau membuat tanaman menjadi kerdil (Gambar 4) dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi iradiasi sinar gamma. Penurunan tinggi tanaman mencapai 400% dibandingkan dengan tanaman tanpa diberi radiasi sinar gamma. Tinggi tanaman terendah diperoleh dari tanaman yang diberi dosis 100 Gy dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tanaman yang diberi radiasi sinar gamma pada dosis lainnya. Induksi sinar gamma dapat menekan pertumbuhan vegetatif, merangsang abnormalitas pembentukan bunga dan menginduksi perubahan bentuk dan warna bunga (Datta dan Banerji, 1993). Penurunan tinggi tanaman yang diakibatkan oleh iradiasi sinar gamma terjadi akibat rusaknya kromosom tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbunan tanaman.
Tinggi Tanaman Dari data yang disajikan pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis sinar gamma menyebabkan menurunnya tinggi tanaman sedap malam Semakin tinggi dosis radiasi sinar gamma maka semakin pendek tanaman yang dihasilkan. Tinggi tanaman merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen. Setiap gen memberikan kontribusi efek kecil yang disebut genetik efek aditif. Karakter tinggi tanaman atau penurunan tinggi tanaman merupakan indikator yang paling umum yang digunakan untuk melihat efek mutagen baik fisik maupaun kimia (Aisyah, 2006). Sinar gamma pada dosis 25 – 100 Gy se-
a
b
b
b
b
Gambar 2. Tinggi tanaman sedap malam hasil radiasi sinar gamma pada beberapa tingkatan dosis pada umur 12 MST. Grafik yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
30
Syariful Mubarok, Erni Suminar dan Murgayanti
A
B
C
D
E
Gambar 3. Penampilan tanaman sedap malam hasil radisi sinar gamma pada berbagai dosis (A=0 Gy, B=25 Gy, C=50 Gy, D=75 Gy, F=100 Gy) Penurunan tinggi tanaman akibat iradiasi sinar gamma terlihat juga pada planlet bunga krisan ’Yellow Puma’ yang diberi dosis 20 Gy (Dwimahyani and Widiarsih, 2010), planlet tanaman hias Torenia foumieri (Jala, 2011), pada dua kultivar buncis ’Desi’ dan ’Kabuli’ yang menunjukkan bahwa peningkatan dosis sinar gamma menyebakan menurunnya tinggi tanaman dan penurunan tinggi tanaman yang paling besar terjadi pada tanaman yang diberi radiasi sinar gamma pada dosis 800 Gy (Hameed et al., 2008), serta pada tanaman Guizotia abyssinica Cass., yang menunjukkan bahwa dengan pemberian sinar gamma sampai dengan dosis 152 Gy menyebabkan penurunan sekitar 32% dari tinggi tanaman yang tidak diiradiasi (Naik and Murthy, 2009). Penurunan tinggi tanaman atau tanaman menjadi kerdil karena pengaruh radiasi sinar gamma diakibatkan karena adanya gangguan fisiologis atau kerusakan kromosom yang diakibatkan oleh mutagen yang diberikan. Sinar
gamma termasuk ke dalam radiasi pegion dan berinteraksi pada atom – atom atau molekul – molekul untuk memproduksi radikal bebas dalam sel. Radikal tersebut dapat merusak atau memodifikasi komponen yang sangat penting dalam sel tanaman dan menyebabkan perubahan sebagian dari morfologi, anatomi, biokimia dan fisiologi tanaman tergantung dari level iradiasinya. Hal ini menunjukkan bahwa pemuliaan mutasi dapat menciptakan keragaman genetik pada karakter kuantitatif (Siddiqul et al., 2009). Selain menyebabkan tanaman kerdil, pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis 25 – 100 Gray menyebabkan perubahan – perubahan morfologi lainnya pada tanaman sedap malam. Diantaranya adalah perubahan warna daun. Tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis lebih dari 50 Gy menyebabkan warna daun menjadi pucat, yang diakibatkan karena berkurangnya kandungan klorofil pada daun. Pemberian mutagen sinar gamma dapat menyebabkan perubahan pada daun dan ukuran tanaman seperti daun variegata dan tanaman kerdil (Pongchawee et al., 2007), selain itu keragaman morfologi dapat terjadi sebagai akibat pemberian dosis radiasi sinar gamma (Lee et al. 2002).
KESIMPULAN Penggunaan dosis radiasi sinar gamma lebih dari 25 Gy menyebabkan kerusakan morfologi pada tanaman sedap malam serta menurunya persentase pertumbuhan umbi kurang dari 30% Menurunnya tinggi tanaman hampir 400 % dari tanaman yang tidak diiradiasi sinar gamma. 31
Uji efektivitas sinar gama terhadap karakter pertumbuhan sedap malam
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diberikan kepada LPPM Universitas Padjadjaran yang telah memberikan bantuan dana dalam pelaksanaan penelitian ini melalui skema Penelitian Dosen Muda (LITMUD) Universitas Padjadjaran. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2009. Statistik Produksi Tanaman Hias. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Poehlman, J.M. and D.A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops. Iowa State University Press. Ames. Debener. 2009. Mutation – Polypoids. Course material of Plant Breeding II. Hannover University Germany. Datta, S. K. and B. K. Banerji 1993. Gamma ray induced somatic mutation in Chrysanthemum c.v. “Kalyani Mauve”. Journal of Nuclear Agriculture and Biol. 22(1): 19-27 Banerji, B.K. and S.K. Datta, 1992. Gamma ray induced flower shape mutation in Chrysanthemum Cv. Jaya. J. Nucl. Agric. Biol. 21: 73–9 Arriaga, M.R and De la Cruz-Torres. 1995. Evaluation of the effect of avocado selections subjected to 60 Co radiation with breeding purposes. Tel Aviv, Israel. October 22-27. World Avocado Congress III. 55 p (Abstract) Schum, A. And W. Preil. 1998. Induced Mutation in Ornamnetal Plants. Somaclonal and induced mutation in crop improvement.
32
Kluwer. Ac. Pub., Dordrecht. 333366. Nazir, M.B., O. Mohamad, A.A. Affida and A. Sakinah, 1998. Research Highlights on the use of induced mutations for plant improvement in Malaysia. Malaysian Institute for Nuclear Technology Research (MINT), Bangi. Abdullah Thohirah Lee, Johari Endan and B. Mohd Nazir. 2009. Changes in Flower Development, Chlorophyll Mutation and Alteration in Plant Morphology of Curcuma alismatifolia by Gamma Irradiation. American J. of Applied Sci. 6(7): 1436-1439 Aisyah, S.I. 2006. Mutasi Induksi, hal 159 – 178 dalam S Sastrosumarjo (ed.) Sitogenetika Tanaman. IPB Press, Bogor. Dwimahyani, I and S. Widiarsih. The Effects of gamma irradiation on the growth and propagation of In-Vitro Chrysanthemum shoot explants (cv. Yellow Puma). Atom Indonesia 36(2): 45-49 Hameed A., T.M. Shah, B.M. Atta, M.A. Haq and H. Sayed. 2008. Gamma irradiation effects on seed germination and growth, protein content, peroxidase and protease activity, lipid peroxidation in Desi and Kabuli Chickpea Pak. J. Bot. 40(3): 1033-1041 Jala A. 2011. Morphological change due to effects of acute gamma ray on Wishbone flower (Torenia fourmieri) In Vitro. International Transaction J. of Engineering, Management & Applied Sci. & Technol. 375 – 383. Kurtar, E.S. 2009. Influence of gamma irradiation on pollen viability,
Syariful Mubarok, Erni Suminar dan Murgayanti germination ability, and fruit and seed-set of Pumpkin and Winter Squash. African J. of Biotech. 8 (24): 6918-6926 Naik, P.M., and H.N. Murthy. 2009. The effects of gamma and ethylmethanesulphonate treatments on agronomical traits of Niger (Guizotia abyssinica Cass.). African J. of Biotech. 8 (18): 4459-4464 Siddiqul M.A, I.A. Khan, and A. Khatri. 2009. Induced quantitative variability by gamma rays and ethylmethane sulphonate alone and in combination in rapeseed (Brassica napus L.). Pak. J. Bot. 41: 1189-1995.
Pongchawee K., R. Pradisa and W. Pisatcharoenchai. 2007. Induced mutation in Anubias spp. Through in vitro irradiation. Thai Fishers Gazette 60: 493-497. Lee Y.I, I.S. Lee and Y.P. Lim. 2002. Variation in sweetpotato regenerates from gamma ray irradiated embryogenic callus. J. Plant Biotech 4: 163-170.
33