Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM Donald Sihombing1), Suskandari Kartikaningrum2) danWahyu Handayati1) 1).
BPTP Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso Km 4 Malang, e-mail :
[email protected] 2). Balai Penelitian Tanaman Hias, PO Box 8 Sdl Cipanas 43253
ABSTRAK Sedap malam merupakan salah satu tanaman hias yang populer. Namun ketersediaan varietas unggul yang sudah dilepas sangat sedikit, sehingga pilihan konsumen menjadi terbatas. Berkaitan dengan masalah tersebut, setelah melalui proses seleksi rumpun induk tunggal dan uji obeservasi, dari kultivar lokal Cianjur diperoleh satu klon harapan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul baru dengan SK Pelepasan No. 613/Kpts/SR.120/5/2008. Keunggulan varietas tersebut ditunjukkan oleh warna dan bentuk bunga yang manarik, malai panjang, tangkai kekar, aroma bunga harum dan memiliki masa kesegaran dalam vas yang cukup lama (4 sampai 6 hari) serta agak tahan terhadap penyakit bercak daun (Xanthomonas sp.) Kata kunci : Sedap malam, varietas unggul, pelepasan, Dian Arum, karakterisasi PENDAHULUAN Sedap malam (Polianthes tuberosa) merupakan salah satu tanaman hias yang populer (Dwiatmini et al., 1994) dan penting baik dari aspek estetika dan nilai komersial (Asif et al., 2001). Permintaan bunga sedap malam cukup tinggi, meskipun pola permintaannya cenderung tidak menentu (Effendie, 1994). Sentra produksi bunga sedap malam di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan jumlah petani cukup banyak dan areal pertanaman cukup luas dibandingkan dengan propinsi lainnya (Djatnika dan Rahardjo, 1996; Djatnika, 1997). Luas areal pertanaman sedap malam di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 549,34 ha (Anonim, 2009), sementara di kabupaten Cianjur sebagai salah satu sentra produksi bunga sedap malam di Jawa Barat mencapai 35,15 ha (Djatnika dan Rahardjo, 1996). Keragaman warna dan bentuk bunga sedap malam sangat terbatas. Warna bunganya hanya putih dengan sedikit perbedaan ada tidaknya semburat berwarna pink di bagian ujung petal bunga. Berdasarkan pengamatan langsung di lapang menunjukkan bahwa jenis dan tipe bunga sedap malam hanya dapat dibedakan berdasarkan jumlah lapisan petal yakni bunga tunggal yang memiliki satu lapis petal, semi ganda dengan 23 lapis dan bunga ganda yang memiliki lebih dari 3 lapis petal. Bunga tunggal memiliki petal 5 helai, tipe semi ganda antara 10 – 12 helai dan tipe ganda antara 18–25 helai (Sihombing et al., 2010). Program pemuliaan untuk menciptakan varietas baru pada tanaman sedap malam sampai saat ini masih langka (Djatnika, 1997). Namun peluang menciptakan varietas baru sedap malam melalui persilangan sangat kecil, karena keberhasilan persilangan yang sangat kecil yaitu 0.05 % (Haryanto et al., 1997). Hal tersebut dipengaruhi oleh persilangan sedap malam yang sangat terbatas dan hanya dapat dilakukan antara bunga Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
tunggal dengan bunga ganda; serta hanya bisa dilakukan searah, karena pada bunga ganda tidak memiliki pollen. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memperoleh varietas unggul adalah seleksi terhadap kultivar lokal atau varietas introduksi yang telah lama beradaptasi di suatu lingkungan tertentu dan atau telah dianggap sebagai varietas lokal. Untuk memperoleh varietas unggul baru sedap malam dapat dilakukan melalui seleksi tanaman induk tunggal atau rumpun induk tunggal. Sedap malam kultivar Cianjur merupakan jenis sedap malam yang sudah lama beradaptasi dan dibudidayakan di daerah Cianjur Jawa Barat serta sudah dianggap sebagai kultivar lokal. Kultivar ini termasuk bunga ganda dan merupakan jenis yang paling banyak diperdagangkan sebagai bunga potong terutama di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Berkaitan dengan hal tersebut, agar tersedia alternatif pilihan varietas bagi petani dalam pengembangan usaha budidaya sedap malam sesuai preferensi konsumen serta mendukung pengembangan industri florikultura nasional khususnya budidaya sedap malam yang berbasis pada potensi daerah, maka setelah melalui proses seleksi dan uji observasi, sedap malam kultivar Cianjur tersebut telah dilepas sebagai varietas unggul baru dengan nama Dian Arum dengan SK pelepasan oleh Menteri Pertanian No. 613/Kpts/SR.120/5/2008. METODE Asal usul varietas Sedap malam berasal dari Mexico dan sampai ke pulau Jawa diperkirakan tahun 425 (Becker, 1968). Sementara di daerah Cianjur diperkirakan sudah lama dibudidayakan, sehingga telah dianggap sebagai kultivar lokal. Seleksi individu dilakukan terhadap populasi kultivar lokal sedap malam berbunga ganda tersebut di lahan petani di Desa Mayak Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Jawa Barat, sehingga diperoleh rumpun induk tunggal terseleksi. Pada tahap awal dipilih sepuluh rumpun tanaman dari populasi alami sedap malam (tanaman petani). Kemudian umbi dari setiap rumpun ditanam dalam barisan terpisah. Selanjutnya dilakukan seleksi secara klonal melalui observasi terhadap turunan rumpun induk tunggal dan diperoleh satu klon terpilih (calon varietas) yang memiliki penampilan terbaik. Setelah melalui pengujian dan observasi dilepas sebagai varietas unggul baru dengan nama Dian Arum. Kriteria dan Cara Seleksi Untuk mendapatkan klon harapan didasarkan pada beberapa kriteria seleksi yaitu warna bunga cerah, aroma bunga harum, tangkai bunga lurus dan kekar, periode kesegaran bunga dalam vas lama, relatif tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki penampilan bunga yang kompak dan menarik. Seleksi awal dilakukan di areal pertanaman sedap malam petani. Dari pertanaman yang ada ditentukan sekitar 25 % dari populasi tanaman sebagai area pengambilan rumpun tanaman terseleksi. Kemudian area pengambilan diperkecil menjadi 10 persen dan akhirnya menjadi 1 %. Dari populasi 1 % tersebut diambil 10 2
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
rumpun tanaman yang memiliki penampilan fenotipik yang homogen dan dianggap telah mewakili populasi sedap malam di desa Mayak Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Setelah diperbanyak dengan umbi, dilanjutkan dengan seleksi secara klonal terhadap turunan masing masing rumpun induk tunggal. Satu klon terpilih diperbanyak secara vegetatif yakni dengan cara menanam umbinya, sehingga diperoleh jumlah umbi yang memadai sebagai bahan uji observasi dengan ukuran yang seragam (berdiameter antara 1,5–2,5 cm). Pengujian dan Observasi Pengujian dan observasi dilaksanakan di Desa Cugenang, Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur (400 m dpl) sejak tahun 2004 sampai 2007. Bahan tanaman berupa umbi yang berasal dari tanaman yang telah berumur satu tahun. Ukuran umbi antara 1,5–2,5 cm (berukuran sedang) dan telah dikeringanginkan selama 2 minggu. Pengujian menggunakan metode observasi terhadap karakter kuantitatif dan kualitatif dari klon terpilih dan dibandingkan dengan varietas Roro Anteng (asal Pasuruan) yang telah dilepas lebih dahulu pada tahun 2003 oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Tanah diolah sebelum tanam dan dihaluskan terlebih dahulu serta dibuat guludan dengan ukuran 1,5 x 2,5 m dan tinggi 25 cm. Kemudian diberi pupuk kandang kotoran ayam sebanyak 30 kg/m2. Umbi sedap malam ditanam dalam lubang yang telah ditugal terlebih dahulu dengan jarak tanam 25 x 30 cm. Jumlah populasi per petak sebanyak 50 tanaman. Setelah tunas tumbuh atau berumur 3 minggu setelah tanam, kemudian dipupuk dengan NPK dengan dosis 200 kg/ha. Pemupukan dengan NPK diulang kembali dengan interval 3 bulan dan pupuk kandang diulang kembali dengan interval 3 – 4 bulan. Untuk pemeliharaan dilakukan penyiangan dan pengairan secara berkala atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. Observasi meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang dan diameter tangkai bunga, panjang dan diameter malai, jumlah dan ukuran mahkota bunga, warna mahkota bunga, jumlah kuntum, diameter bunga kuncup dan bunga mekar, produksi bunga dan lama kesegaran bunga dalam vas serta penampilan bunga secara keseluruhan dan intensitas penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas. Penentuan warna didasarkan pada “color chart” The Royal Horticultural Society. Intensitas penyakit dihitung berdasarkan Djatnika dan Rahardjo (1998) dengan rumus sebagai berikut : (nxv ) I (%) x100% ………………………………………………………..(1) ZxN dimana : I = Intensitas penyakit bercak daun yang disebabkan Xanthomonas sp., n = jumlah daun dari setiap kategori serangan, v = nilai skala setiap kategori serangan (0 = tidak ada serangan; 1 = luas daun terserang 1–25 %; 2 = luas daun terserang 26–50 %; 3 = luas daun terserang 51–75 %; 4 = luas daun terserang 76 – 100 %), Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi, dan N = jumlah daun yang diamati. Berdasarkan intensitas penyakit tersebut ditentukan tingkat ketahanan tanaman sedap malam terhadap penyakit Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
bercak daun dengan kriteria sebagai berikut : 0 = imun, 1–10 % = tahan, 11–20 % = agak tahan, 21–40 % = agak rentan, 41–60 % = rentan dan > 60 % = sangat rentan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan karakter kuantitatif varietas Dian Arum Secara umum varietas Dian Arum memiliki postur tanaman yang sama dengan varietas Roro Anteng. Varietas ini memiliki jumlah anakan cukup banyak mencapai 10,5 sampai 15,5 anakan. Hal tersebut secara langsung akan berdampak pada produksi bunga potong yang lebih tinggi. Menurut Sarwana dan Wasito (1998) bahwa semakin banyak jumlah anakan per rumpun, maka produksi bunga per rumpun akan makin tinggi. Panjang tangkai merupakan salah satu kriteria yang mempengaruhi preferensi konsumen dan harga jual bunga sedap malam (Amiarsih et al., 2004). Lebih lanjut dikemukakan bahwa konsumen tanaman hias pada umumnya menginginkan panjang tangkai bunga potong lebih dari 75 cm. Panjang tangkai bunga pada varietas Dian Arum mencapai 112,5–131,2 cm, sehingga telah memenuhi kriteria tersebut. Sementara varietas Roro Anteng yang memiliki tangkai bunga yang lebih panjang sekitar 163,2– 179,2 cm (Tabel 1). Selanjutnya berdasarkan kriteria Misra (2010) bahwa ukuran tangkai Dian Arum tersebut termasuk kelas panjang. Dian Arum juga memiliki tangkai bunga tidak begitu besar tetapi kekar, sehingga sangat cocok digunakan dalam rangkaian bunga dalam vas besar maupun kecil. Kekekaran dan panjang tangkai bunga sedap malam merupakan salah satu kriteria yang menentukan preferensi konsumen apabila digunakan sebagai bunga potong (Ramachandrudu dan Thangam, 2009). Menurut Misra (2010) bahwa panjang malai kelas medium sekitar 30 cm dan kelas panjang antara 40 – 45 cm. Sementara hasil pengukuran malai varietas Dian Arum mencapai 43,2-62,5 cm (Tabel 1). Dengan demikian Dian Arum dapat dikategorikan sebagai kelas panjang. Jumlah petal merupakan bagian bunga yang berpengaruh terhadap tipe bunga sedap malam (Sihombing, 2010). Varietas Dian Arum memiliki cukup banyak petal berkisar antara 18 sampai 25 helai dan berbeda dengan varietas Roro Anteng yang memiliki petal sebanyak 10–12 helai (Tabel 1). Jumlah petal tersebut merupakan salah satu karakter utama yang membedakan varietas Dian Arum dengan Roro Anteng. Varietas Dian Arum dikategorikan sebagai bunga ganda dan Roro Anteng dikategorikan sebagai bunga semi ganda (Tabel 2). Menurut Misra (2010) bahwa bunga ganda seperti Dian Arum lebih cocok digunakan untuk rangkaian bunga. Jumlah petal yang lebih banyak pada varietas Dian Arum juga akan membuat penampilan bunga menjadi rumpuk dan kompak, sehingga dapat memperindah penampilan dari rangkaian bunga. Varietas Dian Arum memiliki petal yang cukup tebal berkisar 1,0–1,1 mm dan tidak berbeda dengan varietas Roro Anteng. Ketebalan petal berpengaruh terhadap periode kesegaran bunga (Darliah et al., 2004). Semakin tebal petal, maka periode kesegaran bunga akan makin lama.
4
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Tabel 1. Rata-Rata Pengamatan Karakter Kuantitatif Varietas Dian Arum Dan Pembanding Varietas Roro Anteng Varietas
Karakter Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Panjang tangkai bunga (cm) Diameter tangkai bunga (cm) Panjang malai (cm)
Dian Arum 43,5 – 52,1 10,5 – 15,5 112,5 – 131,2 1,1 – 1,3
Roro Anteng 45,2 – 55,6 11,3 – 14,7 163,2 – 179,2 1,3 – 1,6
43,2 – 62,5
52,0 – 58,4
Diameter malai (cm)
3,01 – 3,05
2,7 – 3,0
Diameter bunga kuncup (cm)
1,0 – 1,5
1,0 – 1,2
Diameter bunga mekar (cm)
3,4 – 4,9
3,6 – 4,5
Jumlah helaian petal bunga
18 – 25
10 – 12
Tebal helaian petal bunga (mm)
1,0 – 1,2
1,0 – 1,1
Jumlah kuntum/tangkai malai bunga Produksi bunga (tangkai/rumpun/ tahun) Lama kesegaran bunga (hari) Intensitas penyakit bercak daun (%) Ketahanan terhadap penyakit bercak daun
42 - 62
44 – 60
1–3 4–6 8,5 – 17,3
1–2 4–5 25,3 – 49,5
Agak tahan
Rentan
Jumlah kuntum bunga varietas Dian Arum cukup banyak berkisar antara 42 sampai 62 buah atau 21 sampai 31 pasang (Tabel 1). Sementara menurut Steenstra and Brundell (1986) bahwa dalam perdagangan bunga sedap malam, standar minimum jumlah kuntum adalah 10 pasang atau 20 kuntum bunga per malai. Dengan demikian jumlah kuntum bunga varietas Dian Arum telah memenuhi standar tersebut. Di samping itu, dengan jumlah kuntum bunga yang banyak tersebut, maka tangkai malai bunga tertutup dengan rapat. Hal tersebut lebih memperindah penampilan bunga secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan varietas Roro Anteng, maka Dian Arum memiliki jumlah kuntum bunga yang lebih banyak (Gambar 1). Produksi bunga sedap malam pada klon Dian Arum cukup tinggi mencapai 2 - 3 tangkai per rumpun per tahun atau setara dengan 20 sampai 27 tangkai bunga per m2 (Tabel 1). Hasil tersebut lebih tinggi dari laporan Sarwana (2009) yang menunjukkan rata-rata 15,09 tangkai bunga/m2/tahun. Dengan potensi produksi bunga seperti itu, varietas ini memiliki harapan yang cerah untuk dikembangkan lebih lanjut oleh petani tanaman sedap malam.
Dian Arum
Roro Anteng
Gambar 1. Perbedaan penampilan varietas Dian Arum dan Roro Anteng Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Salah satu karakter yang menjadi perhatian konsumen adalah periode kesegaran bunga dalam vas. Konsumen umumnya menginginkan periode kesegaran yang lama. Pada varietas Dian Arum periode kesegarannya cukup baik yakni lebih dari 4 sampai 6 hari. Periode kesegaran ini hampir sama dengan pembanding (varietas Roro Anteng). Intensitas dan ketahanan terhadap penyakit bercak daun Salah satu penyakit penting pada sedap malam adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas sp. (Djatmika dan Rahardjo, 1996; Djatnika dan Rahardjo, 1998). Hasil pengamatan selama pertumbuhan tanaman tampak bahwa intensitas penyakit tersebut pada varietas Dian Arum berkisar 8,5 sampai 17,3 % lebih rendah dibanding Roro Anteng yang berkisar antara 25,3 sampai 49,5 %. Berdasarkan intensitas penyakit tersebut, maka varietas Dian Arum dapat diklasifikasikan sebagai tanaman yang agak tahan terhadap penyakit bercak daun. Sementara varietas Roro Anteng diklasifikasikan sebagai tanaman yang rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan demikian varietas ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu salah satu alternatif pengendalian penyakit bercak daun pada sedap malam yang sangat merugikan terutama pada musim hujan. Keragaan karakter kualitatif Warna bunga Warna bunga varietas Dian Arum terutama pada bagian kelopak bunga menunjukkan perbedaan dengan Roro Anteng (Tabel 2). Warnanya putih kehijaun dan bagian ujung kuntum bunga yang masih menguncup sedikit kemerahan (pink), sedangkan varietas Roro Anteng memiliki warna putih kapas dengan bagian ujung sedikit kemerahan (Tisnawati, 2007). Tabel 2. Hasil pengamatan karakter kualitatif varietas Dian Arum dan Roro Anteng Karakter (character) Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Warna sepal Warna petal Aroma bunga Tipe bunga Penampilan keseluruhan
Varietas (varieties) Dian Arum Roro Anteng Green 143 C Green 139 C Green 139 C Green 138 B Yellow green 149 D White 157 D White 155 C White Sangat Harum Harum Ganda Semi ganda Susunan kuntum bunga teratur, Susunan kuntum bunga teratur, rapat dan kompak, tangkai kurang rapat , tangkai bunga bunga lurus dan kekar lurus dan kurang kekar
Aroma bunga Hasil uji aromatik oleh 30 orang panelis menunjukkan bahwa 80 % dari panelis menilai bahwa Dian Arum memiliki aroma yang lebih harum dan disukai panelis dibanding Roro Anteng. Hal ini sejalan dengan Suyanti (2002) bahwa konsumen bunga sedap malam menginginkan aroma bunga yang harum.
6
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Penampilan bunga Penampilan bunga varietas Dian Arum secara keseluruhan cukup baik dengan susunan kuntum yang teratur dan kompak, sehingga bagian tangkai malai bunga tertutupi. Demikian juga tangkai bunga yang lurus dan kekar (kaku), sehingga mudah ditancapkan saat merangkai bunga dalam vas baik vas besar maupun vas kecil. Hal ini juga akan mempercantik penampilan bunga secara keseluruhan (Tabel lampiran 1). KESIMPULAN 1. Varietas Dian Arum memiliki warna sepal putih kehijauan dengan ujung kemerahan, petal putih, aroma bunga yang harum, jumlah kuntum bunga banyak dan tersusun teratur, kesegaran bunga lama, tangkai bunga lurus dan kekar serta agak tahan terhadap penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas sp. 2. Penampilan bunga varietas Dian Arum secara keseluruhan kompak dan menarik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Sdr. Nandang dan Asep Samsudin, teknisi pada Balai Penelitian Tanaman Hias yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Amiarsi, D., Yulianingsih dan S. Sabari. 2004. Karakterisasi mutu untuk bahan penyusunan standar mutu bunga sedap malam. Prosiding Seminar Nasional Florikultura Bogor, 4-5 Agustus : 432 – 437. Anonim, 2009. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2002–2006. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/EIS07/LP_Tanaman%20Hias.htm. Unduh 24 Maret 2009. Asif, M., M., Qosim and M. Mustafa, 2001. Effect of Planting Dates on Growth, Flowering and Corm Characteristics of Tuberose (Polianthes tuberosa) cv. Single. International Journal Agriculture And Biology 3 (4) : 391–393 Becker . 1968. Flora of Java. Groningen. The Netherland. Darliah, W. Handayati, Maryam Abn dan D. Kurniasih. 2004. Keragaan hasil dan kualitas bunga klon-klon mawar potong. Jurnal Hortikultura 14 (Edisi Khusus) : 320 -325 Djatnika, I. 1997. Efisiensi sistem produksi dan usahatani sedap malam (Polianthus tuberosa L.). Monograf Sedap Malam. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. Djatnika I dan I.B. Rahardjo. 1996. Inventarisasi penyakit penting tanaman sedap malam. Jurnal Hortikultura 6 (3) : 280 - 286 ------------------------------------.1998. Studi epidemiologi penyakit bercak daun pada tanaman sedap malam. Jurnal Hortikultura 7 (4) : 899 – 970 Dwiatmini, K., D. Herlina dan S. Wuryaningsih. 1994. Inventarisasi dan karakterisasi beberapa jenis bunga potong komersial di pasaran bunga Cipanas, Lembang, Bandung dan Jakarta. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2 (1) : 7 – 18
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Effendie, K. 1994. Tataniaga dan perilaku konsumen bunga potong. Buletin Penellitian Tanaman Hias 2 (2) : 1 – 17. Haryanto, B., D.S. Badriyah dan L. Sanjaya. 1997. Pemuliaan varietas sedap malam melalui hibridisasi dan poliploidisasi. Laporan Hasil Penelitian. Balithi Jakarta (tidak dipublikasikan). Misra,
R. 2010. Gogrees Farm tuberose basics. http://www.articlesnatch.com/Article/Gogreen-Farms-tuberose-Basics/449472. unduh 15 Oktober 2010.
Nurmalinda, D. Herlina dan Satsijati. 2004. Studi diagnostik eksploratif perkembangan tanaman hias potensial. Jurnal Hortikultura 14 (Edisi khusus) : 442 – 453 Ramachandrudu, K. and M. Thangam. 2009. Performance of tuberose (Polianthes tuberose L.) in Goa. Journal Horticulture Science 4 (1) : 76 - 77 Sarwana, R.T. dan A. Wasito. 1998. Kultur teknis untuk meningkatkan produksi dan kualitas bunga sedap malam. Risalah Seminar Nasional Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Hias:107 – 115. ------------------, 2009. Ragam bunga sedap malam di Indonesia. Warta Penelitian Pertanian 31 (5) : 10 – 12. Sihombing, D., M.C. Mahfud dan W. Handayati. 2010. Keragaan Pertumbuhan, Produksi dan Penampilan Bunga Beberapa Genotip Sedap Malam Di Dataran Sedang Malang. Makalah dalam Seminar Nasional dan Kongres III Komda Sumber Daya Genetik Se-Indonesia. Surabaya, 3 – 5 Agustus 2010.. Suyanti. 2002. Teknologi Pasca Panen Bunga Sedap Malam. Jurnal Litbang Pertanian. 21 (1) : 24 – 31. Tisnawati, 2007. Karakterisasi bunga sedap malam (Polianthes tuberosa) asal Pasuruan, Jawa Timur. Buletin Teknik Pertanian 12 (1) : 24 – 26. Lampiran 1. Deskripsi varietas Dian Arum Karakter Asal Silsilah Golongan varietas Tinggi tanaman Lebar tajuk Bentuk tanaman Bentuk daun Ukuran daun Tepi daun Bentuk ujung daun Permukaan daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Susunan daun
8
: : : : : : : : : : : : :
Uraian Mayak - Cianjur/Balai Penelitian Tanaman Hias Seleksi rumpun induk tunggal kultivar Cianjur Klon 44,5 – 55,2 cm 69,5 – 75,2 cm Tegak Panjang pipih, terdapat lekukan pada urat daun di bagian tengah Panjang : 48,2 – 75,2 cm; lebar : 1,4 – 2,0 cm Rata, tidak berduri dan tidak bergelombang Lancip Rata, berlilin dan berbintik merah pada pangkal daun Hijau (Green group 143 C) Hijau (Green group 139 C) Berselang-seling
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Umur berbunga Umur mulai panen Bentuk bunga Warna kelopak bunga Warna mahkota bunga Jumlah lapis mahkota bunga Jumlah helaian mahkota bunga Ukuran mahkota bunga Ketebalan mahkota bunga Diameter bunga kuncup Diameter bunga mekar Ukuran tangkai bunga Warna tangkai bunga Ukuran malai bunga Jumlah bunga per tangkai Aroma bunga Lama kesegaran bunga Susunan kuntum bunga Jumlah bunga per ruas Jumlah ruas bunga Jumlah anakan per rumpun Warna ujung umbi Warna pangkal umbi Ukuran umbi Hasil umbi Hasil bunga Ketahanan terhadap penyakit bercak daun Xanthomonas sp. Sifat-sifat khusus
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
18 minggu – 25 minggu setelah tanam 22 – 30 minggu setelah tanam Seperti terompet Hijau kekuningan (Yellow green 149 D) Putih (White 155 C) 3 – 5 lapis 18 – 25 Panjang : 2,5 – 3,6 cm; Lebar : 1,1 – 1,6 cm 1,0 - 1,2 mm 1,0 – 1,2 cm 2,5 – 5,4 cm Panjang 107,2 – 132,5 cm, diameter 1,2 – 1,4 cm Hijau (Green 141 C) Panjang 45,5 - 56.3 cm, diameter 2,6 - 3.9 cm 54 – 67 kuntum Harum 4 – 6 hari setelah potong Berselang-seling pada tangkai bunga 2 kuntum 22 - 34 12.3 – 16.4 anakan Putih (white 155A) Coklat (brown 200 A) Panjang 1,4 – 4,5 cm, diameter 0,5 – 5,1 cm 19,7 - 22,7 umbi/rumpun/tahun 1 – 3 tangkai/rumpun/tahun
: :
Keterangan
:
Agak tahan Aroma bunga harum; tangkai bunga panjang, lurus dan kekar; agak tahan penyakit bercak daun Beradaptasi dengan baik pada ketinggian 100 – 600 m
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012