Jurnal Matematika dan Sains Vol. 10 No. 2, Juni 2005, hal 45-51
Uji Daya Lekat Mukoadhesif secara In Vitro beberapa Eksipien Polimer Tunggal dan Kombinasinya pada Lambung dan Usus Tikus Teti Indrawati1), Goeswin Agoes2), Elin Yulinah2) dan Yeyet Cahyati2) Jurusan Farmasi FMIPA Institut Sains dan Teknologi Nasional 2)Departemen Farmasi FMIPA ITB
2)
Diterima November 2004, disetujui untuk dipublikasi April 2005
Abstrak Uji daya lekat mukoadhesif dari beberapa polimer eksipien sangat penting dalam pengembangan sediaan lepas lambat oral dengan sistem mukoadhesif untuk meningkatkan ketersediaan hayati obat. Telah diteliti daya lekat mukoadhesif granul yang dibuat menggunakan polimer tunggal dan kombinasi natrium karboksimetilselulosa, gom arab, dan natrium alginat dengan Metolose 90SH 15.000 ( Metolose K-15) dan Metolose 90SH-100.000 (Metolose K-100) dengan uji bioadhesif dan wash off pada lambung dan usus tikus. Hasil menunjukkan bahwa polimer dan kombinasinya dapat melekat di lambung dan di usus dalam waktu 5 menit. Daya lekat terkuat di lambung ditunjukkan oleh granul yang mengandung Metolose K-15 dan natrium alginat dalam bentuk tunggal dan kombinasi, sedang di usus ditunjukkan oleh Metolose K-15 dan gom arab dalam bentuk tunggal. Pelekatan terkuat di lambung dan usus ditunjukkan oleh formula yang mengandung natrium alginat dan Metolose K-15 (20: 40) dengan jumlah granul yang melekat di lambung dan usus berturut-turut 100 % dan 88 % Kata kunci : daya adhesi, granul mukoadhesif. Abstract Mucoadhesive strength test of some polymer excipients is importance for development of oral sustain release with mucoadhesive system to enchance bioavailability. Mucoadhesive strength of granules that prepared using single and combination of polymers i.e. from carboxymethylcellulose, gum arabic, and sodium alginate with Metolose 90SH-15.000 (Metolose K-15) and Metolose 90SH-100.000 (Metolose K-100) on rat stomach and intestinal had been determined by bioadhesion and wash off test. Results showed that single polymer and its combination could adhesive to rat stomach and intestine in 5 minuter. The granul prepared using Metolose K-15 and sodium alginat in single and combination form gave the strongest adhesive strength to stomach, while Metolose K-15 and gum arabic in a single form showed the strongest adhesive to intestine. The strongest adhesion to stomach and intestine was the granule combination of sodium alginat and Metolose K-15 (20 : 40) with the amount of granule adhesived to stomach and intestine was 100 % and 88 % respectively. Keyword : adhesive, mucoadhesive granules berbobot molekul tinggi yang memiliki unit oligosakharida ( rata-rata 8-10 residu monosakharida dari 5 jenis monosakharida, seperti L-fukosa, Dgalaktosa, N-asetil-D-glukosamin,N-asetil-Dgalaktosamin dan asam sialat ( gambar 1)2,3) .
1. Penduhuluan Salah satu cara untuk memperbaiki ketersediaan hayati obat yang sukar larut, mudah terurai pada pH alkali serta memiliki lokasi absorpsi di lambung dan usus bagian atas adalah dengan menggunakan sediaan mukoadhesif yang menempel di lambung. Bentuk sediaan mukoadhesif dapat berupa granul, pellet, tablet matriks, kapsul dan mikrokapsul. Sediaan ini ditahan dilambung menurut mekanisme pelekatan pada permukaan sel epitel atau pada mukus dalam jangka waktu yang lama1,2). Mukus merupakan sekret jernih dan kental serta melekat, membentuk lapisan tipis, berbentuk gel kontinyu yang menutupi dan beradhesi pada permukaan epitel mukosa. Tebal mukus bervariasi antara 50-450 um dengan komposisi sangat bervariasi tergantung spesies dan lokasi, anatomi dan keadaan normal/patologi organisme. Secara umum komposisinya terdiri dari air 95 %, glikoprotein dan lemak 0,5-5,0 %, garam-garam mineral 1 % dan protein bebas 0,5-1 %. Komponen utama mukus yang bertanggung jawab pada viskositas serta sifat adhesi dan kohesinya adalah glikoprotein, suatu protein
rantai samping inti protein oligosakharida Gambar 1. Skema struktur musin rantai glikoprotein, (b) tetramer glikoprotein3). Mekanisme pelekatan sediaan mukoadhesif pada musin diawali dengan adanya kontak antara sediaan dan mucus, dilanjutkan dengan adanya interpenetrasi polimer ke dalam mukus (gambar 2). Ada dua ikatan kimia yang terjadi pada bioadhesi, yaitu pertama ikatan kovalen, ikatan ini tidak 45
46
JMS Vol. 10 No. 2, Juni 2005
diinginkan pada bioadhesi karena sangat kuat kekuatannya, yang kedua adalah ikatan yang disebabkan karena gaya tarik-menarik antara gugus molekul yang berbeda, seperti gaya elektrostatik, van der Waals , ikatan hidrogen dan hidrofob3,4,5). I A
II III A A
arab/natrium alginat dengan Metolose 90SH-1500 (Metolose K-15) dan Metolose 90SH-100.000 (Metolose K-100)11,12,13). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti daya lekat polimer tunggal dan kombinasi dari natrium karboksimetilselulosa/gom arab/natrium alginat dengan Metolose K-15/K-100 di lambung dan di usus, serta untuk mendapatkan kombinasi jenis dan jumlah polimer sintesis yang paling baik menempel di lambung selama 2 jam. 2. Metologi Metode Penelitian
B
B B
Gambar 2 : Proses interpenetrasi belitan-belitan antara polimer bioadhesi (A) dengan mukus (B)6). Sediaan mukoadhesif dapat dibuat menggunakan polimer alam dan sintesis7,8). Polimer alam yang prospektif untuk diteliti adalah karboksimetilselulosa, gom arab dan natrium alginat, sedang polimer sintesis adalah poliakrilat dan turunan selulosa, seperti Carbopol 934P, 940P,1342, polikarbofil, hidroksipropil selulosa, hidroksipropil metilselulosa dan hidroksietilselulosa9,10). Untuk mendapatkan sediaan mukoadhesif diperlukan jenis dan jumlah polimer mukoadhesif yang sesuai. Pada penelitian digunakan polimer yang memiliki daya bioadhesif dan mudah diperoleh serta murah harganya, yaitu karboksimetilselulosa/gom
Gambar 3.
Pemeriksaan bahan baku menurut Handbook of Pharmaceutical Excipents dan pembuatan granul mukoadhesif secara granulasi kering. Evaluasi proses granulasi yang meliputi perolehan kembali proses dan distribusi ukuran partikel dan daya mukoadhesif dengan uji bioadhesi dan wash off. 3. Percobaan a. Bahan : Natrium karboksimetilselulosa, gom arab, natrium alginat, Metolose 90SH –1500 (Metolose K-15) dan 940SH-100.000 (Metolose K100), serta Avicel pH101. b. Alat : Hidrolik press, analytical sieve shaker (Retsch), pompa peristaltik VELP Scientifica SP311), oven, ayakan bertingkat, alat uji bioadhesi (gambar 3), alat uji wash off.
Model alat uji bioadhesi14). Keterangan : A = Termostat C = Jaringan mukosa B = Pompa peristaltic D = Penampung granul E = Sel silindris (penahan jarinan mukosa)
JMS Vol. 10 No. 2, Juni 2005
1
a
a
c b
e e A
d
B
c
a A
a B
C
D
Gambar 4. A. Jaringan lambung ( b bagian dalam lambung sebelah atas , c bagian dalam lambung sebelah bawah) yang melekat pada kaca objek dengan bantuan lem akrilat dan paraffin film (a), B. granul (e) yang ditaburkan di atas jaringan lambung , C jaringan usus yang melekat pada kaca objek dengan bantuan lem akrilat dan parafin film (a), ( D). granul (e) yang ditaburkan di atas jaringan usus bagian dalam (d)14) . 1.
Pemeriksaan bahan baku, dilakukan menurut buku Handbook of Pharmaceutical Excipents 15).
2.
Pembuatan granul Mukoadhesif Granul mukoadhesif dibuat sebanyak 17 formula. Masing-masing formula mengandung avicel PH101 sebagai pengisi dan variasi natrium karboksimetilselulosa/gom arab/natrium alginat Metolose K-15/ Metolose K-100 dalam berbagai
perbandingan seperti terlihat pada tabel 1. Pembuatan granul dilakukan secara granulasi kering. Granulasi dilakukan dengan cara mengempa campuran serbuk pada tekanan 1.5 ton per 30 detik kemudian dihancurkan dan diayak melalui ayakan 20 mesh15).
Tabel 1. Formula mukoadhesif Formula BAHAN
JUMLAH (%) F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17
Avicel 101
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
40
40
NaCMC
60 40 20
40
20
Gom Arab
60 40 20
Na Alginat
40
40
40
20
60 40 20
Metolose K-15 Metolose K-100
40
20 20 40 60
20 40
40
60
20
40
40
40
40
20
20
40
20 40
3. Perolehan kembali Proses dan Distribusi Ukuran Partikel Perolehan kembali proses diteliti dengan menimbang granul yang diperoleh dan distribusi ukuran partikel dilakukan dengan cara 5 g granul diayak dengan ayakan bertingkat dan granul yang tertinggal pada masing-masing ayakan ditimbang. 4. Uji bioadhesi in vitro14,16,17,18) Dilakukan menggunakan mukosa lambung dan usus tikus putih. Lambung dan usus dicuci dengan larutan natrium klorida fisiologis kemudian masing-masing direndam dalam cairan lambung dan cairan usus buatan. Jaringan lambung dibuka, dipotong kira-kira 1 x1 cm dan jaringan usus dibelah dan dipotong kira-kira 4 cm. Jaringan
lambung dilekatkan pada penyokong teflon dengan bantuan lem akrilat. Sejumlah tertentu granul diletakkan di atas jaringan tersebut, dibiarkan berkontak selama 20 menit kemudian ditempatkan pada sel silindris dengan kemiringan 45° (gambar 1). Granul yang telah melekat pada jaringan lambung dielusi dengan cairan lambung buatan selama 10 menit dengan kecepatan 2ml/menit. Untuk granul yang melekat di usus dielusi dengan cairan usus buatan selama 10 menit dengan kecepatan 22 ml/menit. Granul yang melekat dihitung setiap 5 menit. 5. Uji Wash off 17) Jaringan lambung atau usus dilekatkan maingmasing pada kaca objek menggunakan lem
48
JMS Vol. 10 No. 2, Juni 2005
sianoakrilat dan ujungnya dikunci dengan parafin film (gambar 2). Sejumlah tertentu granul ditempelkan pada mukosa lambung atau usus halus secara merata, kemudian ditempatkan pada tabung kaca dan dimasukkan ke dalam alat uji desintegrasi. Alat digerakan naik turun sebanyak 30 kali per menit. Media yang digunakan adalah cairan lambung buatan atau cairan usus buatan dengan suhu 37 ± 5 °C. Jumlah granul yang masih
menempel dilihat setiap 30 menit dan dihitung setelah 2 jam. 4. Hasil dan Pembahasan Hasil pemeriksaan mutu bahan baku (tabel 2-6) menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan memenuhi persyaratan sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan PEG 6000 Pemeriksaan Pemberian Kelarutan Identifikasi : Sebanyak 10 ml larutan 2% ditambah 20 ml asam klorida 1N dan 5ml larutan kalium bikarbonat
Pustaka (20) Kepingan padat seperti lilin, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa. Larut dalam air, etanol 95%, aseton dan dalam eter
Pengamatan Kepingan padat seperti lilin, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa. Larut dalam air, etanol 95% dan dalam eter
Terbentuk endapan kuning
Terbentuk endapan kuning
Pustaka (20) Kepingan padat seperti lilin, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa. Larut dalam air, etanol 95%, aseton dan dalam eter
Pengamatan Kepingan padat seperti lilin, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa. Larut dalam air, etanol 95% dan dalam eter
Terbentuk endapan kuning
Terbentuk endapan kuning
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan PEG 4000 Pemeriksaan Pemberian Kelarutan Identifikasi : Sebanyak 10 ml larutan 2% ditambah 20 ml asam klorida 1N dan 5ml larutan kalium bikarbonat Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Carbopol Pemeriksaan Pemberian Kelarutan Identifikasi : Dibuat dispersi satu bagian dalam 100 bagian air, diatur pHnya sampai 7,5 dengan natrium hidroksida 1N Susut pengeringan Logam berat
Pustaka (20) Serbuk halus putih, higroskopis dengan bau khas Larut dalam air dan etanol
Pengamatan Serbuk halus putih dengan bau khas Larut dalam air dan etanol.
Terbentuk gel yang kental
Terbentuk gel yang kental
Tidak lebih dari 2% Tidak lebih dari 0,002%
1,6 % Memenuhi syarat
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Natrium Karboksimetilselulosa Pemeriksaan Pemberian Identifikasi: larutan jernih 1g zat dalam 50 ml air. A. 1 ml larutan diencerkan dengan 1ml air, tambah 5 tetes 1-naftol B. Tambah 5 ml Barium klorida Susut Pengeringan Logam Berat
Pustaka (20) Serbuk/granul, putih sampai krem higroskopik Terbentuk warna ugu pada batas dua lapisan.
Pengamatan Serbuk/granul, putih sampai krem higroskopik Terbentuk warna ugu pada batas dua lapisan.
Terbentuk endapan putih halus Tidak lebih dari 10,0 % Tidak lebih dari 20 ppj
Terbentuk endapan putih halus 7,2 % Memenuhi syarat
JMS Vol. 10 No. 2, Juni 2005
49
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Metolose 90 SH-4000 Pemeriksaan
Pustaka(20)
Pengamatan
Serbuk berserat putih atau putih kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa Mengembang membentuk larutan koloid kental dalam air, tidak larut dalam etanol, kloroform dan eter. Terdispersi membentuk musilago transparan yang stabil dengan penambahan NaOH 1N dan HCl 1N
Serbuk berserat putih atau putih kekuningan, tidak berbau dan berasa.
Susut Pengeringan
Tidak lebih dari 5%
1.90%
Kekentalan
Tidak lebih dari 3.000 - 5.600 cps
3.810 cps
Pemberian
Kelarutan
Identifikasi
Mengembang membentuk larutan koloid kental dalam air, tidak larut dalam etanol, kloroform dan eter Terdispersi membentuk musilago transparan yang stabil dengan penambahan NaOH 1N dan HCl 1N
Pada penelitian ini uji distribusi ukuran partikel terutama digunakan untuk pemilihan ukuran granul yang akan digunakan untuk uji bioadhesi dan wash off. Fraksi perolehan kembali dengan nilai di atas 0.8207 – 0.934 (tabel 2).
Hasil uji distribusi ukuran partikel (gambar 5), menunjukkan bahwa formula yang mengandung polimer kombinasi, ukuran partikel granulnya kebanyakan di bawah 500 µ. Hal ini disebabkan karena adanya gaya adhesi yang lebih besar antar polimer alam dan sintesis dibandingkan dengan gaya kohesinya yang mengakibatkan granul lebih rapuh. 40
Bobot (%)
35 30 25 20 15 10 5
4
0 >900
900 -710
710 -500
500 - 315
315 - 100
< 100
diameter (mikron)
Gambar 5. Kurva distribusi ukuran partikel granul. F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
F10
F11
F12
F13
F14
F15
F16
F17
Pada uji bioadhesif (tabel 2) granul dari semua formula melekat 100 % pada mukosa lambung dan usus setelah 5 menit. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan polimer tunggal dan campuran dengan berbagai perbandingan dapat menempel pada mukosa lambung dan usus. Secara teoritis mukoadhesi ini berlangsung melalui dua tahap. Tahap pertama, adanya kontak erat antara bahan bioadhesi (polimer : natrium karboksimetilselulosa, gom arab, natrium alginat, Metolose K-15 dan Metolose K-100) dengan mukus akibat pembasahan permukaan atau
F9
pengembangan bahan bioadhesi. Tahap kedua berpenetrasinya bahan bioadhesi ke dalam celah permukaan jaringan atau rantai bahan bioadhesi berpenetrasi ke dalam celah mukus jaringan. Ikatan ini diperkuat dengan adanya ikatan kimia yang lemah seperti ikatan hidrogen. Bahan bioadhesi yang mengandung gugus karboksilat dalam suasana asam akan menjadi bentuk asamnya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan asam sialat, rantai oligosakarida atau pada protein dari musin. Pada suasana netral atau sedikit basa bahan bioadhesi akan
50
JMS Vol. 10 No. 2, Juni 2005
terionisasi dan terjadi relaksasi belitan-belitan gugus karboksilat dalam jumlah besar yang disebabkan karena adanya gaya tolak menolak di antara muatan ion sejenis dari gugus karboksilat. Oleh karena itu pada suasana netral atau sedikit basa seperti di usus sebagian besar ikatan berlangsung melalui penetrasi dan interpenetrasi belitan-belitan tersebut pada permukaan mukus serta ikatan sambung silang antara belitan dengan musin3,4,5). Tabel 7. Hasil Perolehan Kembali Uji mukoadhesif dan Wash off Granul mukoadhesif No Formula 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Perolehan % Granul Yang Melekat Kembali Uji Bioadhesif Uji Wash off Proses Lambung Usus Lambung Usus 0,9664 100 100 50,00 0,00 0,8612 100 100 0,00 0,00 0,8660 100 100 0,00 0,00 0,8315 100 100 25,00 0,00 0,8653 100 100 0,00 29,17 0,9128 100 100 1,25 0,00 0,8630 100 100 0,00 0,00 0,8866 100 100 100,00 0,00 0,8727 100 100 100,00 0,00 0,8309 100 100 68,75 0,00 0,9294 100 100 75,00 0,00 0,9334 100 100 90,00 0,00 0,8271 100 100 100,00 0,00 0,8628 100 100 75,00 95,00 0,8334 100 100 50,00 66,67
Hasil uji wash off di lambung dan di usus dapat dilihat pada tabel 7. Pada penggunaan polimer tunggal, pelekatan granul di lambung terbesar (100 %) dalam menit ke 120 ditunjukkan oleh formula F8 (mengandung natrium alginat 60%) dan F13 (mengandung Metolose K-15 60%). Perbedaan daya lekat ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan jumlah gugus karboksilat dari setiap polimer yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan mukus, di mana semakin besar jumlah ikatan maka semakin kuat ikatan yang terjadi (3,4,5). Penggunaan polimer tunggal yang dapat melekat di usus hanya F5 (mengandung gom arab) 29,17% dan F13 ( mengandung Metolose K15) 95,00 %, sedangkan formula lain tidak melekat di usus. Perbedaan daya lekat disini disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan penetrasi dan interpenetrasi belitan-belitan masing-masing polimer pada permukaan mukus serta ikatan sambung silang antara belitan dengan musin. Peningkatan jumlah Metolose K-100 seiring dengan penurunan jumlah natrium karboksimetil selulosa menyebabkan granul tidak melekat di lambung dan usus. Hal ini disebabkan karena daya lekat Metolose K-100 lebih kecil dari natrium karboksimetilselulosa. Kombinasi gom arab dengan Metolose K-100 yang melekat di lambung hanya
terjadi pada perbandingan 40 : 20 dengan jumlah yang melekat 1,25 %, sedangkan perbandingan lainnya tidak ada yang melekat baik di lambung maupun di usus. Peningkatan jumlah Metolose K-100 seiring dengan penurunan natrium alginat menurunkan jumlah granul yang melekat di lambung. Hal ini disebabkan karena daya lekat Metolose K-100 lebih kecil dari natrium alginat. Pengaruh penggunaan Metolose K-15 pada natrium alginat, tidak mununjukkan adanya perbedaan daya lekat (granulnya melekat 100 % baik formula yang menggunakan Metolose K-15 dan natrium alginat tunggal maupun kombinasinya), karena keduanya mempunyai daya lekat yang tinggi (3,4,5). Kesimpulan Penggunaan natrium karboksimetilselulosa, gom arab, dan natrium alginat dalam bentuk tunggal dan bentuk kombinasinya dengan Metolose K-15 dan K100, dalam bentuk granul mukoadhesif dapat nempel di lambung dan usus 100 % dalam waktu lima menit. Daya lekat granul yang dibuat dengan menggunakan Metolose K-15 dan natrium alginat dalam bentuk tunggal pada menit ke 120 lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kombinasinya dengan jumlah granul yang melekat di lambung 100 %, tetapi daya lekat di usus yang paling baik adalah penggunaan Metolose K-15 dan gom arab dalam bentuk tunggal dengan jumlah granul yang melekat 95,00% dan 29,17%. Daya lekat tertinggi di lambung ditunjukan oleh granul yang dibuat mengggunakan kombinasi natrium alginat dan Metolose K-100 (F9), natrium alginat dan Metolose K-15 ( F16 dan F17) dengan jumlah yang melekat pada menit ke 120 sebesar 100%. Daya lekat di usus tertinggi ditunjukkan oleh kombinasi Natrium alginat dan Metolose K-15 (F17) dengan jumlah granul yang melekat pada menit ke 120 sebesar 88 %. Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5.
Deshpande, A.A., Shah, N.H., Rhodes, C.T., & Malick, W., “Development of a Novel Controlled Release System for Gastric Retention“, Pharm. Res. 14:6, 815-819 (1997). Deshpande, A.A., Rhodes, C. T., Shah, N.H., & Malick, A.W., “Controlled-Release Drug Delivery System for Prolonged Gastric Residence : An Overview“, Drug Dev. Ind. Pharm. 22:6, 531-539 (1996). Ahuja, A., Khar, R.K., & Ali, J., “Mucoadhesive Drug Delivery System”, Drug Dev. Ind. Pharm. 23:5, 489-515 (1997). Lee, J.W., Park, J.H., & Robinson, J.R., “Bioadhesive-based Dosage Forms : The next Generation“, J. Pharm. Sci. 89:7, 850-866 (2000) Longer, M. A., Ch’ng,H.S., & Robinson J.R., “Bioadhesive Polymer as Platforms for
JMS Vol. 10 No. 2, Juni 2005
Controlled Drug Delivery III : Oral Delivery of Chlorothiazide Using a Bioadhesive Polymer“, J. Pharm. Sci. 74:4, 406-411 (1985). 6. Peppas, A..N., Little, D.M., & Huang, Y., “Bioadhesive Controlled Release Systems, dalam Hand Book of Phamaceutical Controlled Release Technology, Bab 22, Wilse, L.D., Editor, Marcel Dekker, Inc., New York, 264 (2000). 7. Ungell, A.L., “In vitro Absorption Studies and Their Relevance to Absorption from The GI Tract”, Drug Dev. Ind. Pharm. 23:9, 879-892 (1997). 8. Salsa, T., Veiga, F., & Pina, M.E., “Oral Controlled-Release Dossage Form.I. Cellulose Ether Polymers in Hydrophilic Matrices”, Drug Dev. Ind. Pharm. 23:9, ,929-938 (1997). 9. Schnüch, A.B., & Gilge, B., ”Anionic Mucoadhesive Polymer as Auxiliary Agent for The Peroral Administration of (poly) Peptide Drug : Influence of Gastric Juice“, Drug Dev. Ind. Pharm. 26:2, 107-113 (2000). 10. Haruta, S., Kawai, K., Jinnouchi S., Ogawara, K.. Higaki, K., Tamura, S., Arimori, K., & Kimura, T., “Evaluation of Absorption Kinetics of Orrally Administered Theophylline in Rat Based on Gastrointestinal Transit Monitoring by Gamma Scintigraphy”, J.Pharm. Sci. 90:4, 464-473 (2001). 11. Shin, S., Kim, J., & Oh, I., “Mucoadhesive and Physicochemical Characterization of CarbopolPoloxamer Gels Containing Triamcinolone
51
Acetonide”, Drug Dev. Ind. Pharm. 26:3, 307-312 (2000). 12. Singla, A.K., Chawla, M., & Singh, A., “Potential Application of Carbomer in Oral Mucoadhesive Controlled Drug Delivery System : A Review“, Drug Dev. Ind. Pharm. 26:9, 913-924 (2000). 13. Laeßen, H.L., Verhoef, J.C., Borchard, G., & Lehr, C.M., “Mucoadhesive Polymer in Peroral Peptide Drug Delivery. II. Carbomer and Polycarbophil Are Poten Inhibitor of the Intestinal Proteolytic Enzyme Trypsin”, Pharm. Res. 12:9, ,1293-1298 (1995). 14. Park, K., & Park, H., “Test Methode of Bioadhesion, dalam Bioadhesive Drug Delivery Systems”, Bab 3,Lenaert,V., et.al.,CRC Press,Inc., Florida, 43-63 (2000). 15. Wade, A., & Paul, J.W., “Hand Book of Pharmaceutical Excipient”, 4nd., American Pharmaceutical Association, Washington. (1994). 16. Kamath, K.R., & Park, K., “Mucosal Adhesive Preparations”, in Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. X, Marcel Dekker Inc., New York, 133-159 (1992) 17. Nakanishi, T., Kaiho, F., & Hayashi , M., “Improvement of Drug Release Rate from Carbopol 934® Formulation”, Chem. Pharm. Bull. 46:1, 171-174, (1998). 18. Chary, R.B.R., Vani, G., & Rao, Y. M., “In Vitro and In Vivo Adhesion Testing of Mucoadhesive Drug Delivery System“, Drug Dev. Ind. Pharm. 25:5, 685-690 (1999).