Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014
ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim
UJI DAYA ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BINAHONG [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) JANTAN Eka Siswanto Syamsul, Windy Ana Lestiani, Yullia Sukawaty, Supomo Bidang Farmakologi, Akademi Farmasi Samarinda Bagian farmakologi Akademi Farmasi Samarinda Jl. AW.Sjahranie No.226 Air hitam Samarinda, Kaltim e-mail:
[email protected] ABSTRAK Daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] merupakan tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit antara lain diabetes, analgetik, pembengkakan sendi-sendi, diare dan memar (Shabella, 2012). Penelitian pendahuluan menyatakan bahwa terkandung senyawa aktif flavonoid didalam Binahong (Murdianto, 2012). Penelitian in i bertujuan untuk mengetahui potensi dan berapa besar daya analgetik ekstrak etanolik daun binahong pada hewan uji mencit putih (Mus musculus L.) jantan. Pada penelit ian ini d ilakukan secara eksperimental dengan menggunakan metode acak lengkap pola searah. Digunakan mencit dengan 5 kelo mpok perlakuan (tiap kelo mpok 4 ekor mencit) yaitu kontrol positif (Celebrex®), kontrol negatif (Na- CM C 0,5%), ekstrak dosis I (1 g/KgBB), ekstrak dosis II (2 g/KgBB), dan ekstrak dosis III (4 g/KgBB) yang dilakukan selama 1 jam pada masing-masing kelo mpok perlakuan. Pembuatan sediaan uji ekstrak daun binahong dibuat dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil penelitian dan perhitungan persen uji daya analgetik pada ekstrak etanolik daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] yakni kontrol positif celebrex® (70,53%), ekstrak dosis I (48,06%), ekstrak dosis II (57,49%), dan ekstrak dosis III (69,33%). Hasil skrin ing fitokimia menunjukkan ekstrak mengandung Flavonoid. Flavonoid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun. Kata kunci : Analgetik, daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis],flavonoid PENDAHULUAN Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan subyektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik ata u kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis me, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbu lkan kerusakan pada jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007). Daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] merupakan salah satu tumbuhan obat yang dimiliki Indonesia dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat, karena tumbuhan ini bermanfaat bagi masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit antara lain diabetes, analgetik, pembengkakan sendi-sendi, diare dan memar. Adanya manfaat yang beragam tersebut mendorong para ahli untuk melakukan penelit ian yang terkait dengan bahan bioaktif b inahong. Untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri luka maupun peradangan masyarakat telah biasa menggunakan daun binahong sebagai obat luar atau obat dalam, misalnya remasan daun binahong oleh masyarakat Desa Mugirejo Kota Samarinda digunakan sebagai obat luka terbuka maupun luka terbakar. Menurut Puryanto (2009), gel dari ekstrak etanol daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] dapat digunakan sebagai penyembuhan luka bakar pada kulit dengan basis HPMC dan basis carbopol 940 yang mempunyai efek penyembuhan yang berbeda terhadap luka bakar. Menurut Hartono (2009), ekstrak etanol daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] bere fek dalam mempercepat durasi penyembuhan luka sayat pada mencit swiss webster jantan dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20%. Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan pengujian terhadap ekstrak etanolik daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.)Steenis] apakah memiliki akt ivitas sebagai obat analgetik pada mencit putih jantan.
HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014
ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim
METODE P ENELITIAN Obyek dan bahan Peneliti an Obyek yang digunakan yaitu mencit putih jantan. Dibagi menjadi 5 kelo mpok (tiap kelo mpok 4 ekor mencit) yaitu 1 kelo mpok kontrol positif, 1 kelo mpok kontrol pelarut, dan 3 kelo mpok perlakuan. Kriteria mencit dalam keadaan sehat, berumur 2-3 bulan dan memiliki berat badan antara 20-30 g. Bahan tanaman, yaitu daun binahong yang diperoleh di jalan Mulawarman Ke lurahan Rawa Makmu r, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda. Jalannya Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaku kan secara eksperimental dengan metode acak lengkap pola searah, di mana subjek uji penelitian in i diberi perlakuan yaitu perlakuan berbagai cara pemberian pada mencit sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan. Tahapan penelitian ini meliputi penetapan dosis celebrex®, penetapan dosis ekstrak etanolik daun binahong, pembuatan larutan asam asetat 0,5 %, pembuatan kontrol negatif, pembuatan suspensi ekstrak etanolik daun binahong, pemilihan hewan uji, pengamatan ju mlah geliat, dan perhitungan persentase daya analgetik serta dilakukan Skrin ing Fitokimia Ekstrak untuk mengetahui kandungan senyawa aktif berkhasiat. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Daun Binahong Berdasarkan determinasi tumbuhan yang dilaku kan di Laboratoriu m Fisiologi, Faku ltas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Un iversitas Mulawarman Samarinda, tumbuhan tersebut adalah Anredera cordifolia (Ten.) Steenis famili basellaceae dengan nama Indonesia daun binahong. B. Skrining Fitokimi a Flavonoi d Tabel 1.Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Pereaksi Keterangan yang diuji Flavonoid Serbuk (+) Merah Mg + lemah dan HCl berbusa pekat Senyawa flavonoid yang terdapat pada daun binahong mempunyai bermacam-macam efek yaitu, antiinflamasi, analgetik, antiradang, dan antioksidan (Mardiana, 2012). C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Binahong Ekstraksi merupakan proses penarikan ko mponen aktif menggunakan pelarut te rtentu. Ko mponen aktif yang diambil adalah senyawa aktif dalam daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.)Steenis]. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelit ian ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode perendaman, dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel dalam pelarut dan diaduk dengan menggunakan mesin maserasi (maserator) secara berkala. Maserator memiliki keuntungan yaitu meminimakan waktu perendaman sampel. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70 %. Etano l 70% dapat menarik senyawa flavonoid yang merupakan senyawa polar yang umu mnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dan lain-lain sehingga dapat tertarik senyawa flavonoid dan terpisah dari sampel (Harbone,1973). Digunakan etanol 70% karena senyawa flavonoid yang terdapat pada daun binahong yaitu jenis flavonol yang dapat menarik h idroksida (-OH) dari etanol 70 % lebih banyak (Murd ianto dkk. 2012).
Gambar 1.
HKI-Kaltim
Struktur kimia flavonol 2,3,19,23-tetrahidro ksi-12-ene-24,28-dimetil ester
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014
ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim
Vo lu me filtrat yang dipero leh sebanyak 2610 ml. Filtrat yang diperoleh kemud ian dipekat kan dengan menggunakan penangas air, sehingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 36,4 g. Tabel 2. Hasil Ekstraksi Se rbuk Daun Binahong Simp lisia (g)
Ekstrak Kental (g)
Rendemen (%)
200
36,4
18,2
Hasil ekstrak kenal yang diperoleh sebanyak 36,4 g, sehingga didapat hasil perhitungan rendemen sebesar 18,2%. yang artinya untuk mempero leh 18,2 g ekstrak kental daun binahong diperlukan 100 g simplisia daun binahong. D. Uji Analgetik Ekstrak Etanol Daun Binahong Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek analgetik ekstrak etanol daun binahong yang diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi terhadap hewan uji dengan berbagai tingkatan dosis yang telah ditentukan. Ekstrak etanol daun binahong dibuat dalam berbagai tingkatan dosis dengan tujuan melihat hubungan antara kenaikan dosis dengan efek analgetik dari celebrex® yang ditimbu lkan pada hewan uji. Mencit putih jantan digunakan sebagai hewan uji dengan alasan : 1. Kondisi biologis kelamin jantan lebih stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisi biologisnya dipengaruhi masa siklus ektrus. 2. Hewan uji yang digunakan mempunyai keseragaman berat badan antara 20-30 g dan u mur 2-3 bulan. Celebrex® merupakan merek dagang dari obat celecoxib yan g merupakan golongan dari NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs). NSAID sebagai analgetik dan antiradang yang sangat berguna terhadap gejala rema. (Tjay dan Rahardja, 2007). Celexocib (Celebrex®) merupakan derivat benzoilsulfonamida, yaitu NSAID pertama dengan khasiat menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa COX-1 tidak d irintangi, maka PgI2 dengan daya protektifnya atas mukosa lambung-usus tetap dibentuk. Karena itu praktis tidak menyebabkan efek buruk terhadap lambung usus. Setelah diserap mencapai kadar darah maksimal setelah 2-3 jam. PP-nya 97%, masa paruh eliminasi 8-12 jam. Dalam hati d iubah menjad i metabolit inakt if yang dikeluarkan dengan kemih. Wanita hamil dan laktasi tidak dian jurkan minu m obat ini. (Tjay dan Rahard ja, 2007). Flavonoid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun (Pandey, 2013). Pengelompokan pada hewan uji in i dilakukan secara acak dengan masing-masing kelo mpok perlakuan memiliki kesempatan yang sama untuk dijad ikan sampel. Pada penelitian ini digunakan asam asetat sebagai penginduksi rangsangan nyeri secara kimia (secara i.p). Dosis asam asetat yang digunakan adalah 130 mg/ kgBB atau 2,5 mg/20g BB dengan menggunakan konsentrasi 0,5% d iberikan 30 menit setelah suspensi celebrex® secara oral. Dari hasil ju mlah geliat pada Tabel 3 dan Gambar 2 kemudian dihitung persen daya analgetik yang dapat d ilihat pada pada Tabel 4. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kontrol positif celebrex® dengan ekstrak dosis III dapat men imbulkan efek analgetik yang sama Tabel 3. Ju mlah Geliat Ku mulatif 1 Jam Pada Mencit Putih Jantan Jumlah Geliat Hewan Uji 1 2 3
HKI-Kaltim
Kontrol Negatif (Na-CM C 0,5%)
Kontrol Positif (Celebrex®)
Dosis I
Dosis II
Dosis III
134 142 138
35 45 42
78 67 70
58 53 65
39 45 43
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014
ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim
Gambar 2.
Grafik Pengamatan Rata-Rata Geliat Mencit Kumulat if 1 Jam Pada Masing-masing Kelo mpok Perlakuan
. Tabel 4.Persentase Daya Analgetik Kelo mpok Perlakuan Ekstrak Etanol Daun Binahong Ekstrak Dosis I, Ekstrak Dosis II, Ekstrak Dosis III dan Kontrol Positif Kelo mpok Perlakuan Persen daya Analgetik (%)
HKI-Kaltim
Kontrol positif (celebrex®)
70,53
Ekstrak Dosis I Ekstrak Dosis II Ekstrak Dosis III
48,06 57,49 69,33
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
Dari data jumlah geliat mencit ku mulatif 1 jam pada masing -masing kelo mpok perlakuan menggunakan uji ANOVA. Kelima kelo mpok perlakuan terdistribusi normal (p>0,05), uji post hoc (uji LSD) di dapatkan nilai signifikansi p (0,000 < 0,05) menunjukkan perbedaan pada kelo mpok perlakuan. Dari rata-rata ju mlah ku mulatif geliat mencit masing-masing kelo mpok perlakuan kemudian dih itung persen daya analgetik. Persentase daya analgetik yang diperoleh yaitu pada kelo mpok kontrol positif celebrex® dengan persentase 70,53%, pada kelo mpok ekstrak dosis I memiliki persentase 48,06%, pada kelo mpok ekstrak dosis II memiliki persentase 57,49%, dan pada kelompok ekstrak dosis III memiliki persentase 69,33%. Hasil menunjukkan pada ekstrak dosis III (4g/KgBB) memiliki daya analgetik yang paling kuat yang mendekati kontrol positif celebrex® 100 mg. SIMPULAN DAN S ARAN A. Kesimpul an 1. Ekstrak etanol daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] mempunyai daya analgetik pada mencit putih (Mus musculus L.) jantan. 2. Persen Daya analgetika pada senyawa uji yaitu ekstrak dosis I (1 g/KgBB) 48,06%; ekstrak dosis II (2 g/Kg BB) 57,49%; dan ekstrak dosis III (4 g/ KgBB) 69,33% dan Kontrol Positif (Celebrex®) sebesar 70,53%. B. Saran Untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti kandungan senyawa aktif yang bertanggungjawab terhadap proses antiinflamasi. DAFTAR PUSTAKA Harbone, J. B.1987. Metode Fitokimia. Bandung :Institut Teknologi Bandung. Hartono, E. A., Sugeng, S. A., dan Puradisastra, S. 2009. Efek Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dalam Mempercepat Durasi Penyembuhan Lu ka Sayat Pada Mencit Swiss Webster Jantan.Jurnal Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Mardiana, L. 2012. Daun Ajaib Tumpas Penyakit, Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadana. Murdianto, A.R., Fachriyah, E., dan Kusrini, D. 2012. Isolasi, Identifikasi Serta Uji Akt ivitas Antibakteri Senyawa Go longan Triterpenoid Dari Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.Jurnal Penelitian. Semarang : Laboratoriu m Kimia Organik Jurusan Kimia Un iversitas Diponegoro Semarang. Pandey, P. V., Bodi, W., dan Yudistira, A. 2013. Uji Efek Analgetik Ekstrak Ru mput Teki (Cyperus rotundus L.) pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus).Jurnal Ilmiah Farmasi. ISSN 2302-2493. Manado: Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT. Puryanto, K. 2009. Uji Akt ivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Sebagai Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci.Skripsi.Surakarta : Faku ltas Farmasi Un iversitas Muhammadiyah Surakarta. Shabella, R. 2012. Terapi Daun Binahong.Klaten : Cab le Book. Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2007.Obat-Obat Penting. Edisi VI. Jakarta : PT. Elek Media Ko mputindo Kelo mpok Gramed ia.
HKI-Kaltim