Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISSN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014
Uji Aplikasi Pupuk Lengkap Bioorganik Cair untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung Manis Gayuh Prasetyo Budi1, Oetami Dwi Hajoeningtijas2 1,2 Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jl. Raya Dukuh waluh Kembaran Banyumas 53182 Telp. (0281)636751 ext 230 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk bioorganik cair terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai dengan Juli 2014. Penelitian dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas menggunakan Rancangan Acak Lengkap 2 faktor dengan ulangan 3 kali. Faktor 1. konsentrasi pupuk bioorganik cair, terdiri atas : 0, 2, 4, 6 ml/l. Faktor 2. frekuensi pemberian pupuk bioorganik cair, terdiri atas : 1, 2, dan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk bioorganik cair berpengaruh nyata terhadap hasil jagung manis, namun di antara kedua faktor perlakuan tidak terjadi interaksi nyata. Pemberian pupuk bioorganik cair konsentrasi 4 ml/l meningkatkan secara nyata berat tongkol tanpa kelobot/tanaman 230.28 g dan frekuensi aplikasi pupuk bioorganik cair 3 kali meningkatkan secara nyata berat tongkol tanpa kelobot/tanaman 237.03 g. Kata kunci : Konsentrasi, Frekuensi, Pupuk Bioorganik, Jagung Manis. PENDAHULUAN Tanaman jagung merupakan tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Bagi penduduk di Indonesia jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi (Rukmana, 2007). Jagung dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk penyajian, antara lain untuk disayur dan untuk produk makanan olahan. Salah satu jenis jagung adalah jagung manis. Jagung manis atau sweet corn (Zea mays saccharata Strurt.) sangat disukai karena rasanya yang lebih manis dan umur tanaman relatif pendek daripada jagung biasa. Jagung manis dapat dimanfaatkan juga sebagai jagung rebus, jagung bakar atau bahan pangan lainnya. Di Indonesia pemasaran jagung manis telah meluas mulai dari pasar-pasar tradisional hingga swalayan di kota-kota besar. Kebutuhan jagung di kota besar berkisar antara 3-8 ton per hari dengan tingkat perkembangan permintaan sekitar 20%-30% per tahun dan beberapa tahun terakhir jagung manis menjadi mata dagangan ekspor ke pasar dunia (Rukmana, 2007). Hal ini memberi prospek yang cerah dalam usaha pengembangan jagung manis dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, sebagai sumber devisa negara, perluasan kesempatan kerja dan usaha serta dapat menekan impor. Produksi jagung manis di Indonesia kira-kira 3 ton/ha tongkol segar, ini relatif rendah bila dibandingkan dengan Australia yang produksinya telah mencapai 7-10 ton/ha tongkol segar (Farida, 1998). Jagung manis varietas unggul mempunyai potensi hasil 6-12 ton/ha (Rukmana, 2007). Ada berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya produksi jagung manis di Indonesia, antara lain karena pemupukan yang tidak tepat. Salah satu jenis pupuk yang ramah lingkungan adalah pupuk lengkap bioorganik cair. Kelebihan pupuk bioorganik cair ini adalah mudah larut dan cepat diserap akar tanaman. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diteliti sejauh mana pemberian pupuk lengkap organik cair dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Pada penelitian ini dicoba varietas jagung manis yang biasa ditanam petani yaitu Golden Sweet Corn. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di wilayah Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Jenis tanah : latosol, pH : 6,5 dan ketinggian tempat ± 90 m dpl.. Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 (4 bulan). 8
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISSN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Alat dan Bahan Penelitian 1.
Bahan
Benih jagung manis Golden Sweet Corn, Pupuk BioOrganik Cair Herbafarm, Fungisida Ridomil 35 SD, Insektisida : Decis 2,5 EC 2.
Alat
Cangkul, Ember, Timbangan elektrik, Tugal, Termometer, Tali raffia, Higrometer, Meteran, PH tester, Oven, Polybag ukuran 10 kg. Rancangan Penelitian dan Rancangan Perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk organik cair dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian pupuk organik cair. Faktor I. Konsentrasi Pupuk Organik Cair, terdiri atas : K0 = 0 ml/l air K1 = 2 ml/l air K2 = 4 ml/l air K3 = 6 ml/l air Faktor II. Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair, terdiri atas : F1 = Diberikan 1 kali pada umur 14 hst F2 = Diberikan 2 kali pada umur 14 dan 28 hst F3 = Diberikan 3 kali pada umur 14, 28 dan 42 hst Larutan pupuk organic cair diberikan dengan cara disiramkan pada tanah secara merata dengan volume : 1000 ml / polybag. Kombinasi Perlakuan Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. Variabel yang diamati 1.
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai pucuk daun yang tertinggi. Pengukuran menggunakan meteran, pada umur 14, 28, 42, 56, dan 70 hari setelah tanam. 2.
Berat tongkol berkelobot per tanaman (g)
Tongkol diambil dari tanaman sampel kemudian ditimbang bersama kelobotnya. Dihitung pada saat tanaman jagung dipanen. 3.
Berat tongkol tanpa kelobot per tanaman (g)
Tongkol yang telah ditimbang dari variabel nomor 8 kemudian dikupas kelobotnya dan ditimbang kembali. 4.
Jumlah tongkol per tanaman (bh)
Dihitung pada saat tanaman jagung dipanen pada tiap tanaman sampel. 5.
Suhu dan kelembaban udara siang hari
Pengukuran suhu menggunakan termometer dan kelembaban menggunakan higrometer. Pengamatan dilakukan setiap hari pada ± pk.12.00 wib sebagai data penunjang. Data yang diperoleh selama pengamatan dilapangan ditabulasikan terlebih dahulu, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji F untuk mengetahui keragaman. Apabila perlakuan berpengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan Uji BNT 5%.. 9
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISSN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data (Tabel 1) menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk bioorganik cair (PBOC) memberikan pengaruh yang beragam terhadap morfologi pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jagung manis. Adapun matriks analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk bioorganik cair terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis seperti tabel berikut. Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam pada Uji F Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Bioorganik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Perlakuan No
Variabel yang diamati
Konsentrasi PBOC (K)
Frekuensi PBOC (F)
Interaksi KxF
1.
Tinggi tanaman umur 68 hst (cm)
tn
tn
tn
2.
Berat tongkol berkelobot per tanaman (g)
*
*
tn
3.
Berat tongkol tanpa kelobot per tanaman (g)
*
*
tn
4.
Jumlah tongkol per tanaman (buah)
*
tn
tn
Keterangan : hst
: hari setelah tanam
tn
: berpengaruh tidak nyata
*
: berpengaruh nyata
**
: berpengaruh sangat nyata
Perlakuan konsentrasi pupuk bioorganik cair tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 68 hst, tetapi berpengaruh nyata berat tongkol berkelobot dan berat tongkol tanpa kelobot per tanaman dan terhadap jumlah tongkol per tanaman. Frekuensi pemberian pupuk bioorganik cair berpengaruh nyata terhadap berat tongkol berkelobot per tanaman dan berpengaruh nyata terhadap berat tongkol tanpa kelobot per tanaman namun terhadap tinggi tanaman umur 68 hst dan jumlah tongkol per tanaman, tidak berpengaruh nyata. Interaksi di antara kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua karakter morfologi yang diamati. Tinggi Tanaman Jagung Manis Dari hasil pengamatan, semua tanaman memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman yang relatif seragam. Pada akhir pengamatan (umur 68 hst) terlihat bahwa tinggi tanaman jagung manis tidak dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk bioorganic cair maupun interaksi keduanya (Tabel.2). Namun demikian, secara kuantitatif pada perlakuan konsentrasi PBOC diperoleh tinggi tanaman tertinggi yaitu 185.9 cm. Pada perlakuan frekuensi pupuk bioorganik cair menunjukan bahwa frekuensi pemberian pupuk bioorganik cair 3 kali memberikan tinggi tanaman secara kuantitatif tertinggi yaitu 187.1 cm. Hasil Tongkol Jagung Manis Pada Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan konsentrasi pupuk bioorganik cair berpengaruh nyata pada berat tongkol berkelobot per tanaman, berat tongkol tanpa kelobot per tanaman dan jumlah tongkol per tanaman. Pada perlakuan frekuensi pemberian pupuk bioorganik cair terlihat bahwa ada pengaruh nyata pada berat tongkol berkelobot per tanaman dan berat tongkol tanpa kelobot per tanaman.
10
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISSN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Tabel 2.
Rata-Rata Tinggi Tanaman Umur 68 hst pada Perlakuan Konsentrasi dan Frekuensi PBOC. Konsentrasi PBOC
Tinggi tanaman (cm)
K0
184.3
K1
178.6
K2
176,1
K3
185,9
Frekuensi PBOC F1
182.8
F2
180.3
F3
187.1
Tabel 3.Rata- Rata Berat Tongkol Berkelobot per Tanaman, Berat Tongkol Tanpa Kelobot per Tanaman dan Jumlah Tongkol per Tanaman pada Perlakuan Konsentrasi dan Frekuensi PBOC. Konsentrasi PBOC
Berat tongkol berkelobot per tanaman (g)
Berat tongkol tanpa kelobot per tanaman (g)
Jumlah tongkol per tanaman (buah)
K0
261.24 a
193.75 a
1.12 a
K1
268.43 a
186.66 a
1.10 a
K2
335,74 b
230.28 b
1.76 b
K3
329,20 b
234.52 b
1.72 b
F1
283.10 a
194.52 a
1.51
F2
284.67 a
215.30 ab
1.48
F3
331,85 b
237.03 b
1.57
Frekuensi PBOC
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 95%. Pembahasan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Dari variabel tinggi tanaman yang diamati menunjukkan bahwa tanaman jagung manis tidak berbeda nyata baik pada perlakuan konsentrasi POBC, perlakuan frekuensi PBOC maupun interaksi keduanya. Hal ini diduga karena kandungan nitrogen yang cukup di dalam tanah menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman yang seragam. Tanaman jagung cepat tumbuh membentuk perakaran dan tajuk sehingga dalam memperoleh kebutuhan cahaya matahari, CO2, air dan unsur hara untuk pertumbuhan vegetatif tinggi tanaman tidak terjadi hambatan. Unsur hara merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Salah satu unsur hara yang penting adalah nitrogen. Nitrogen sangat penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis. Menurut Tucker (1984) dalam Hamim (1987), nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan terutama 11
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISSN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 tinggi tanaman. Jagung memiliki sistem perakaran yang cukup luas sehingga mampu menyerap air dan unsur hara secara efisien. Terpenuhinya kebutuhan tanaman akan unsur hara terutama nitrogen, air, dan cahaya matahari akan merangsang pertumbuhan tinggi tanaman dan pembentukan daun-daun baru (Bilman, 1998). Pertumbuhan Generatif Tanaman Pada pertumbuhan generatif perlakuan konsentrasi PBOC mampu memberikan pengaruh nyata terhadap berat tongkol berkelobot, tanpa kelobot per tanaman dan jumlah tongkol per tanaman. Dari hasil penelitian terlihat bahwa konsentrasi PBOC (K2 dan K3) menunjukkan berat tongkol berkelobot dan berat tongkol tanpa kelobot per tanaman serta jumlah tongkol per tanaman yang lebih tinggi dari pada tanpa pemberian PBOC dan konsentrasi PBOC K1. Hal ini sesuai pendapat Harjadi (1996) bahwa potensi pertumbuhan dan hasil tanaman salah satunya dipengaruhi oleh tercukupinya nutrisi makro dan mikro bagi tanaman tersebut. Terlihat bahwa konsentrasi pupuk bioorganik cair 4 ml/l dan 6 ml/l dapat memberikan hasil berat tongkol berkelobot : 335.74 g dan 329.20 g, berat tongkol tanpa kelobot per tanaman : 230.28 g dan 234.52 g serta jumlah tongkol per tanaman : 1.76 dan 1.72 yang secara nyata lebih tinggi dari pada tanpa pupuk bioorganik cair maupun konsentrasi pupuk bioorganik cair 2 ml/l . Perlakuan frekuensi aplikasi PBOC dapat mempengaruhi berat tongkol berkelobot dan berat tongkol tanpa kelobot per tanaman. Hal ini dapat dilihat bahwa pemberian pupuk lengkap bioorganik yang semakin sering akan mendukung pertumbuhan tanaman sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman. Tanah yang secara fisik remah dan gembur dan kaya bahan organik akan menjadikan perakaran tanaman berkembang dengan baik dan unsur hara di dalam tanah dalam bentuk tersedia akan semakin mencukupi untuk kebutuhan tanaman (Gardner, dkk., 1991). Pemberian PBOC 3 kali pada umur 14, 28, dan 42 hst (F3) menjadikan sifat-sifat tanah secara fisik, biologi dan kimia semakin baik. Kandungan bahan organik pada tanah yang diaplikasi PBOC 3 kali juga lebih baik dari pada aplikasi PBOC 1 kali dan 2 kali. Perakaran tanaman jagung akan lebih optimal menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah yang kaya bahan organik. Menurut Harjadi (1996), tanah yang kaya bahan organik akan lebih mampu mengikat air sehingga ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin. Hal ini akan mendukung kebutuhan air bagi tanaman khususnya untuk proses fotosintesis dan proses metabolisme lainnya sehingga hasil tanaman meningkat. Dari data pengamatan terlihat bahwa pemberian PBOC 3 kali (F3) memberikan berat tongkol berkelobot per tanaman : 331.85 g dan berat tongkol tanpa kelobot per tanaman : 237.03 g secara nyata lebih tinggi dari pada aplikasi PBOC 1 kali dan 2 kali. Kedua faktor perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk bioorganic cair tidak terjadi interaksi nyata terhadap semua variabel yang diamati. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a.
Konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk bioorganik cair berpengaruh nyata terhadap hasil jagung manis, namun di antara kedua faktor perlakuan tidak terjadi interaksi nyata.
b.
Pemberian pupuk bioorganik cair konsentrasi 4 ml/l meningkatkan secara nyata berat tongkol tanpa kelobot/tanaman 230.28 g dan frekuensi aplikasi pupuk bioorganik cair 3 kali meningkatkan secara nyata berat tongkol tanpa kelobot/tanaman 237.03 g. DAFTAR PUSTAKA
Bilman, W.S. 1998. Analisis Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata), Pergeseran komposisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam. Http://www.bdpunib.org/jipi/artikeljipi/2001/25.PDF Farida, I.M. 1998. Respon Tanaman Jagung Manis Pada Pemberian Pupuk Daun Dan Jerami Padi. Tesis Pacasarjana. Malang: Universitas Brawijaya. Gomez, K.A., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistika untuk penelitian pertanian. Terj. E. Sjamsuddin dan J.S. Baharsyah. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Gardner, F.P., R. Breant Pearce & R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan). Herawati Susilo. Jakarta: Univ. Indonesia. 12
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISSN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Mediatama Saran Prakasa. Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Palungkun, R. & Asiani B. 2000. Sweet Corn Baby Corn. Jakarta: Penebar Swadaya. Rubatzky, V.E. & M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Bandung: ITB. Rukmana, R. 2007. Budidaya dan Pascapanen Jagung Manis. Semarang: CV Aneka Ilmu. Steenis, C.G.G.J. van, G. Den Hoed, S. Bloembergen & P.J. Eyma. 2005. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
13