UJI AKTIVITAS KOPI KETAN HITAM (Oryza sativa glutinosa) SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN Faulenly1), Prasetyorini1), E. Mulyati Effendi1) 1 Program Studi Biologi, FMIPA-UNPAK ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder complex, involving abnormalities in insulin secretion and insulin action are influenced by the endocrine system and glucose intolerance and hyperglycemic. In recent years, increased attention to the bioactive component of the few plants in the treatment of diabetes mellitus. The research used were male rats Sprague Dawley which have induced alloxan. A total of 20 rats were divided into 5 groups, each group consisting of four mice. The treatments were positive control (metformin 0.012 g), negative control (distilled water), a dose of 1 coffee black rice (0.53 g), a dose of 2 coffee black rice (0:27 g), and a dose of 3 coffee black rice (1:06 g). This study using analysis of variance is a randomized block design (RAK). Based on the research results, it is evident that the preparation of coffee black rice can lower blood glucose levels were very noticeable began on giving at day 3, and achieve normal blood glucose levels on day 12. Dose coffee black rice is most effective in lowering blood glucose levels are dose of 3 amounting of 1.06 g / 200 g BB, because it can lower blood glucose levels of 271.75 mg / dL to 114.25 mg / dL, but the activity of antihyperglycemic still low when compared to the positive control which reached 92.50 mg / dL. Key words : Diabetes Melitus, Alloxan, Coffe Black Rice PENDAHULUAN Seiring dengan perubahan gaya hidup yang berdampak pada perubahan pola makan yang menjauh dari standar gizi ideal, ternyata berdampak negatif dengan meningkatnya pravelnsi penyakit degeneratif. Salah satunya adalah penyakit diabetes melitus (DM). Pada tahun 1994 terdapat 2,5 juta penderita DM di Indonesia dan diperkirakan akan melonjak menjadi kurang lebih 5 juta pada tahun 2020 mendatang (Gunawan dan Tandra, 1998). Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang kompleks, melibatkan abnormalitas sekresi insulin dan aksi insulin yang menyebabkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Bilous dan Donelly, 2015). Beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan perhatian terhadap peran komponen bioaktif dari beberapa tanaman dalam pengobatan penyakit
diabetes melitus. Menurut Christian dan Adrian (2014), beras merah mampu menurunkan resiko terkena diabetes tipe 2, hal ini dikarenakan kandungan flavonoidnya mampu meningkatkan metabolisme glukosa. Salah satu komponen bioaktif yang berperan dalam penurunan kadar glukosa darah adalah flavonoid (Song dan Daruwala, 2002). Flavonoid dapat ditemukan pada pigmen antosianin yang terkandung dalam ketan hitam (Muninggar, 2014). Berdasarkan kandungan flavonoidnya, ketan hitam diduga berpotensi sebagai antihiperglikemik. Masyarakat umum mengkonsumsi ketan hitam (Oryza sativa glutinosa) dalam bentuk bubur ketan hitam, sehingga komponen bioaktifnya kurang diperhatikan. Menurut Muninggar (2014), bahwa mengkonsumsi ketan hitam dalam bentuk seduhan atau sering disebut kopi ketan hitam dapat mempertahankan
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)
komponen bioaktifnya. Akan tetapi saat ini belum banyak masyarakat yang mengetahui manfaat dari kopi ketan hitam ini, sehingga masih banyak yang mengkonsumsi kopi kafein. Penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2013) menyimpulkan, minum lebih dari 5 gelas kopi kafein perhari akan meningkatkan terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah. Hal ini sangat berbahaya bagi penderita diabetes melitus yang rentan terhadap resiko utama gangguan kardiovaskuler, sehingga perlu dicari alternatif lain. Kadar glukosa darah dikatakan normal bila < 126 mg/dL (gula darah puasa) atau < 200 mg/dL (gula darah non puasa). Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara empiris, mengkonsumsi 30 g ketan hitam yang diseduh menggunakan air panas perhari, ternyata mampu menurunkan kadar gula darah bagi penderita diabetes melitus dan tentunya seduhan ini bebas dari kandungan kafein. Hal ini perlu diuji melaui penelitian ilmiah. Melaui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui aktivitas kopi ketan hitam sebagai antihiperglikemik dan dapat dijadikan sebagai pengganti kopi kafein bagi penderita diabetes melitus. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan April 2016 di Laboratorium Biologi dan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sarung tangan, masker, suntikan, sonde oral, timbangan, botol coklat, kaca arloji, labu ukur, tabung reaksi, gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk, spatula, pipet tetes, plat tetes, penjepit kayu, cawan porselen, kandang tikus, lemari es, penangas air, blender, easy touch, dan strips glukometer. Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ketan hitam, 20 ekor tikus putih jantan galur Sprague
Dawley, etanol 70%, etanol 95%, air suling, pellet tipe 512 untuk pakan tikus, Aloksan, Metformin, larutan gelatin 10%, serbuk magnesium (Mg), asam klorida 2 N (HCl), dan natrium klorida 10 % (NaCl). Tikus putih jantan galur Sprague Dawley berumur 3-4 bulan dengan bobot sekitar 200 g dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, setiap kelompok terdiri dari 4 ekor sebagai ulangan. Tikus–tikus dari setiap kelompok perlakuan dikandangkan secara terpisah, berbentuk kotak plastik dengan tutup kawat. Kandang dialasi sekam yang harus diganti setiap dua hari sekali agar kondisi kandang tetap kering dan sehat. Selama penelitian semua kelompok tikus diberi pakan berupa pellet tipe 512 dan minum setiap hari. Penimbangan berat badan dan pengukuran jumlah konsumsi pakan dilakukan setiap hari. Persiapan Kopi Ketan Hitam Sebanyak 30 g ketan hitam dicuci bersih dan ditiriskan. Ketan hitam yang sudah bersih disangrai hingga mengeluarkan bau dan warna menjadi lebih gelap. Kemudian ketan hitam dihaluskan dengan cara diblender. Bubuk ketan hitam diayak agar memperoleh serbuk yang halus. Serbuk halus ketan hitam diseduh menggunakan air mendidih, kemudian setelah dingin diberikan secara perolal sesuai dengan dosis yang diberikan. Perlakuan diberikan selama 12 hari setelah diketahui perlakuan aloksan menunjukkan tikus hiperglikemik. Induksi Aloksan Tikus sehat yang telah dipuasakan selama 10–12 jam, lalu diinduksi aloksan dengan dosis 150 mg/Kg BB secara intraperitonial, agar gula darah meningkat. Kadar gula darah diukur sebelum pemberian aloksan (hari ke-0) dan setelah pemberian aloksan (hari ke-3). Hanya tikus dengan kadar gula ≥200 mg/dL yang digunakan dalam penelitian ini.
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)
Pemberian Kopi Ketan Hitam Hewan coba yang kadar gula darahnya mencapai ≥200 mg/dL dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu: 1. Perlakuan I : Kontrol positif yang diberi metformin 0.012 g dalam 1 ml air suling. 2. Perlakuan II : Kontrol negatif yang hanya diberi air suling sebanyak 1 ml. 3. Perlakuan III : (Dosis I) Kopi ketan hitam dengan dosis 0.53 g dalam 1 ml air suling. 4. Perlakuan IV : (Dosis II) Kopi ketan hitam dengan dosis 0.27 g dalam 1 ml air suling. 5. Perlakuan V : (Dosis III) Kopi ketan hitam dengan dosis 1.06 g dalam 1 ml air suling. Parameter dalam penelitian ini adalah : Kadar gula darah (mg/dL), berat badan (g), konsumsi pakan (g), dan zat aktif (sediaan kopi ketan hitam). UJI FITOKIMIA Uji Flavonoid Serbuk ketan hitam sebanyak 0.5 g dilarutkan dengan 3 ml etanol 95%, diambil 2 ml dan ditambahkan 0.1 g serbuk magnesium, kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat, dikocok perlahan. Warna merah jingga hingga merah ungu yang terbentuk menunjukan positif adanya flavonoid (DepKes, 1995). Uji Saponin Serbuk ketan hitam sebanyak 0.5 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya buih yang tidak kurang dari 10 menit dan setinggi 1 hingga 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (DepKes, 1995). Uji Tanin Sebuk ketan hitam sebanyak 0.5 g dilarutkan dengan 3 ml air suling panas dan diaduk, setelah dingin disentrifugasi
kemudian diberi larutan natrium klorida 10% dan disaring. Filtrat sebanyak 1 ml ditambahkan larutan gelatin 10% dan diperhatikan adanya endapan (Fransworth, 1966). Uji Terpen Sebanyak 0.5 g serbuk ketan hitam dilarutkan dalam 2 ml kloroform. Kemudian tambahkan dengan hati-hati 3 ml asam sulfat pekat. Terbentuknya warna coklat kemerahan pada permukaan dalam larutan, menunjukkan adanya terpenoid (Edeoga et al., 2005). Untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitian, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penapisan Fitokimia Uji fitokimia merupakan salah satu langkah penting dalam upaya mengungkap potensi sumber daya tanaman, terutama untuk mengetahui senyawa yang terkandung di dalamnya. Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis Senyawa
Pereaksi
Flavonoid
Serbuk Mg dan HCl
Saponin
Aquadest
Tanin
FeCl3 3%
Terpen
Kloroform dan HCl
Indikator Fisik Terbentuk warna jingga Terbentuk buih Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru hitam Terbentuk warna coklat kemerahan
Hasil + +
+
+
Pada uji flavonoid hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna jingga, hal ini dikarenakan reduksi flavonoid dengan Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga (DepKes, 1995). Pada uji
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)
saponin hasil positif ditandai dengan terbentuknya buih, hal ini dikarenakan gugus non polar yang dimiliki senyawa saponin bersifat aktif permukaan, sehingga saat dikocok dengan air akan terbentuk busa (DepKes, 1995).
Kelom pok
Hari Ke-0
Hari Ke- 3
Persentase Peningkatan
1
236.75 ± 8.65
253.75 ± 8.09
17.00 ± 0.56
2
238.00 ± 8.12
256.00 ± 2.44
18.00 ± 5.68
3
235.75 ± 7.13
255.75 ± 5.32
20.00 ± 1.81
4
236.75 ± 9.94
254.00 ± 4.89
17.25 ± 5.35
5
236.75 ± 9.94
253.75 ± 6.75
17.00 ± 3.19
Ratarata
236.80 ± 8.82
254.65± 5.49
17.85 ± 3.32
Pada uji tanin hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna hijau kecoklatan atau biru hitam, hal ini dikarenakan saat penambahan pereaksi FeCl3 3% pada sampel, maka akan bereaksi dengan senyawa tanin yang merupakan senyawa polifenol (Fransworth, 1966). Pada uji terpen hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna coklat kemerahan, hal ini dikarenakan terdapatnya reaksi pengoksidasian asam yang dilakukan oleh senyawa HCl (Edeoga et al., 2005). Hasil Induksi Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Hewan Coba Perlakuan aloksan yang diberikan secara intraperitonial (IP) dengan dosis 150 mg/Kg BB tikus, ternyata mampu meningkatkan kadar glukosa darah tikus percobaan sebesar 169.25 % yaitu dari 102.50 mg/dL menjadi 271.75 mg/dL seperti yang tertera pada Tabel 2.
Kelom pok
Hari Ke0
Hari Ke- 3
Persentase Peningkatan
1
102.25 ± 2.63
271.75 ± 34.33
169.50 ± 31.70
2
102.75 ± 3.20
271.75 ± 32.60
169.00 ± 29.40
3
103.00 ± 2.16
271.75 ± 35.48
168.75 ± 33.32
4
102.25 ± 3.86
271.75 ± 11.47
169.50 ± 7.613
5
102.25 ± 3.86
271.75 ± 32.34
169.50 ± 28.48
Ratarata
102.50 ± 3.14
271.75 ± 29.24
169.25 ± 26.10
Peningkatan kadar glukosa darah tikus ini disebabkan oleh aloksan yang secara selektif merusak sel-β pankreas yang mensekresi hormon insulin. Menurut Ganong (2003), aloksan mampu menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang menyebabkan oksidasi sel terganggu sehingga menyebabkan matinya sel. Kenaikan kadar glukosa darah juga disebabkan rute pemberian yang dilakukan secara intraperitonial (IP). Kelebihan dari pemberian secara intraperitonial langsung ke rongga perut, menyebabkan aloksan cepat sampai ke sel target yaitu sel-β pankreas (Rohilla dan Ali, 2012). Hasil Induksi Aloksan Terhadap Bobot Badan Hewan Coba Selama penelitian, bobot badan tikus menjadi salah satu parameter penunjang yang perlu diamati. Hal ini tentunya berhubungan dengan kondisi pada penderita diabetes tipe II yang biasanya memiliki tubuh gemuk (Harmita dan Radji, 2008). Rata-rata peningkatan bobot badan tikus setelah diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 3. Kegemukan terjadi akibat menurunnya fungsi kerja dari hormon lipotropin yang berfungsi untuk meningkatkan pemecahan lemak dalam
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)
tubuh (Harmita dan Radji, 2008). Menurut Guyton (2007), menyatakan bahwa kegemukan merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya peningkatan kadar gula darah, hal ini dikarenakan sel-β di pankreas menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat naiknya glukosa darah, dan kegemukan juga dapat menurunkan sensitifitas insulin. Pengaruh Kopi Ketan Hitam Terhadap Kadar Glukosa Darah Hasil dari uji aktivitas kopi ketan hitam sebagai antihiperglikemik pada tikus percobaan, disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 1.
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa penurunan kadar glukosa darah tikus dimulai pada hari ke-3 setelah pemberian sediaan kopi ketan hitam. Perlakuan Kontrol Positif Kontrol Negatif Dosis 1 (0.53 g) Dosis 2 (0.27 g) Dosis 3 (1.06 g) Rata-rata
Pada kelompok kontrol positif yang diberikan metformin, menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang signifikan pada hari ke-3 dan diikuti penurunan kadar glukosa darah hingga mencapai normal pada hari ke-12. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja metformin yang dapat meningkatkan ambilan glukosa darah (Katzung, 2010). Selanjutnya, penurunan kadar glukosa darah yang terjadi pada kontrol negatif disebabkan oleh faktor fisiologis dari masing-masing tikus dalam penyembuhan diri. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi juga disebabkan adanya senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam kopi ketan hitam. Flavonoid mempunyai sifat sebagai antioksidan sehingga memberikan sifat protektif terhadap sel- β penghasil insulin (Panjuantiningrum, 2010). Menurut Firdaus (2009), senyawa saponin mampu meregenerasi pankreas sehingga dapat meningkatkan jumlah sel- β. Penelitian yang dilakukan Liu (2005), menunjukkan bahwa tanin mampu meningkatkan transpor glukosa darah dengan cara mengaktivasi insulin-mediated signaling pathway. Senyawa terpenoid memiliki potensi sebagai antidiabetes dengan mekanisme penghambatan kerja enzim αglukosidase. Rata-rata kadar glukosa pada tikus dapat dilihat pada tabel 1.
Hari Ke-0
Hari Ke-3
Hari Ke-6
Hari Ke-9
Hari Ke-12
Ratarata
271.75±34.33
126.00±32.60
109.75±8.81
105.00±6.00
92.50 ±7.51
141a
271.75±32.60
258.00±35.28
258.00±35.28
259.25±34.76
263.00±35.39
262d
271.75±35.40
240.50±19.64
198.75±11.5
163.50±5.51
120.75±0.96
199.05b,c
271.75±11.47
251.25±6.08
226.00±3.55
161.00±2.31
123.75±1.71
207.75c
271.75±32.34
234.50±29.72
190.00±22.64
149.75±16.46
114.25±2.87
192.05b
271.75e
222.05d
196.50c
168.70b
142.85a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf superskrip yang berbeda ke arah kolom ataupun baris menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01).
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)
Pengaruh Kopi Ketan Hitam Terhadap Bobot Badan Pada Tabel 2, dapat dilihat bobot badan paling rendah terlihat pada kelompok tikus perlakuan kontrol positif yang diberikan metformin yaitu sebesar 227.75 g. Hal ini dikarenakan metformin mampu mengurangi nafsu makan pada penderita diabetes tipe II dan efektif jika dikombinasikan dengan diet karbohidrat (Harmita dan Radji, 2008). Selanjutnya, bobot badan paling rendah juga terlihat pada pemberian sediaan kopi ketan hitam pada dosis 3 (1.06 g) yaitu sebesar 237.75 g. Hal ini dikarenakan tingginya kandungan serat dalam kopi ketan hitam yang mampu menghambat aktivitas enzim alfa amilase yang berfungsi mencerna pati sehingga kadar glukosa yang diabsorbsi jumlahnya lebih sedikit (Christian dan Adrian, 2014). Bobot badan paling tinggi terlihat pada kelompok tikus perlakuan kontrol negatif yaitu sebesar 261.25 g.
Korelasi Antara Kadar Glukosa Darah Dengan Bobot Badan Hewan Coba 300 250 Berat Badan (Y)
Pada Tabel 1 dapat dilihat pemberian sediaan kopi ketan hitam pada dosis 1 (0.53 g), dosis 2 (0.27 g), dan dosis 3 (1,06 g) mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus yang sangat nyata dimulai pada hari ke-3, jika dibandingkan dengan kontrol positif yang diberikan metformin, kadar glukosa darah tikus pada hari ke-3 terlihat masih sangat tinggi. Kadar glukosa darah tikus yang diberikan sediaan kopi ketan hitam, mencapai normal pada hari ke-12.
200
Y = 229.552 +
150 100 50 0 0
100 200 300 Gula Darah (X)
400
Pada Gambar 2 menjelaskan bahwa hubungan antara kadar glukosa darah dengan bobot badan dapat dinyatakan dalam persamaan Y= 229.52+0.99x, artinya adalah setiap penambahan 1 mg/dL kadar gula darah maka akan meningkatkan bobot badan sebesar 0.099 g. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guyton (2007), menyatakan bahwa kegemukan merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya peningkatan kadar gula darah, hal ini dikarenakan sel-β di pankreas menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat naiknya glukosa darah, dan kegemukan juga dapat menurunkan sensitifitas insulin. Sehingga persamaan regresi di atas dapat dijadikan pemodelan untuk mengetahui bobot badan terhadap kadar gula darah tertentu.
Perlakuan
Hari Ke-0
Hari Ke-3
Hari Ke-6
Hari Ke-9
Hari Ke-12
Rata-rata
Kontrol Positif
253.75±8.09
250.00±5.72
247.25±2.98
240.00±2.22
227.75±2.11
244.45a
Kontrol Negatif
276.00±2.44
245.75±2.21
256.75±2.22
259.00±1.58
261.25±1.58
257.55c
Dosis 1 (0.53 g)
255.75±5.32
252.75±5.31
250.25±5.12
247.50±4.20
244.00±4.09
249.50b
Dosis 2 (0.27 g)
254.00±4.89
252.25±4.50
250.00±4.24
247.50±4.20
244.75±4.03
249.70b
Dosis 3 (1.06 g)
253.75±6.75
249.75±29.72
245.75±6.75
241.75±6.75
237.75±6.75
245.75a
Rata-rata
254.65d
252.45c,d
250b,c
247.25b
242.60a
Keterangan: Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf superskrip yang berbeda ke arah kolom ataupun baris menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01).
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)
KESIMPULAN 1. Sediaan kopi ketan hitam (O. sativa glutinosa) terbukti sebagai antihiperglikemik pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. 2. Sediaan kopi ketan hitam (O. sativa glutinosa) yang paling efektif sebagai antihiperglikemik pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yaitu pada dosis 3 sebesar 1.06 g/200 g BB dengan waktu pemberian setelah 12 hari, namun aktivitas antihiperglikemik masih rendah jika dibandingkan dengan kontrol positif. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu penelitian yang lebih lama, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah yang mendekati kontrol positif. DAFTAR PUSTAKA Adiyati. 2011. Ragam Jenis Ektoparasit pada Hewan Coba Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bilous, R., and Donelly, R. 2015. Buku Pegangan Diabetes Edisi Ke 4. PT Bumi Aksara Group, Jakarta. Christian, Y., and Adrian, S. 2014. Perbandingan Pengaruh Nasi Putih Dengan Nasi Merah Terhadap Kadar Glukosa Darah. http://www.repository.maranatha.ed u/1010037_journal//. Diakses 14 Mei 2016 pukul 21.28 Davis, S.N. 2008. Diabetic dyslipidemia and atherosclerosis. Clinical Cornerstone. 9: S17-S27. DepKes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Pertama. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Edeoga, H.O., Okwu, D.E., and Mbaebre, B.O. 2005. Phytochemical Constituent of Some Nigerian Medicinal Plants. Afr Journal of Biotechnology. 4: 685 – 688. Firdaus, M. 2009. Antidiabetic Activity Of Saponins Of Momordica Cymbalaria In Streptozotocin-Nicotinamide. Journal of Clinical and Diagnosis Research 3: 1460-1465. Ganong. 2003. Fisiologi Saraf dan Sel Otot. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta. Halaman 49. Gunawan, A., dan Tandra, H. 2000. Patogenesis diabetes melitus tidak tergantung insulin (DMTII). Pusat Diabetesi dan Nutrisi RSUD. Dr. Soetomo-FK Unair. Majalah Diabetes, 4(1), Surabaya. Guyton, A. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Harmita, dan Radji, M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Edisi 3. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Katzung, B.G. 2010. Farmakologi dasar dan klinik. Penerjemah : Aryandhito W.N. Edisi 10. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Halaman 704 705, 718. Lenzen, S. 2008. The Mechanisms of Alloxanand StreptozotocinInduced Diabetes. (Review), Diabetologia, 51:216-226 Liu, X. 2005. Tannic Acid Stimulates Glucose Transport and Inhibits Adipocyte Differentiation in 3T3L1 Cells. The Journal of Nutrition 135(2): 165-171 Muninggar, D.A. 2014. Pemanfaatan Ketan Hitam Seabagai Bahan Dasar
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)
Pembuatan Minuman. [Skripsi]. Universitas Muhammadya Surakarta. Mycek, M.J., Harvey, R.A., and Champe, C.C. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Penerjemah Azwar Agoes. Edisi dua. Jakarta : Widya Medika. Halaman 259 – 261. Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Penerjemah : Juwalita Surapsari. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Halaman 79. Panjuantiningrum, F. 2010. Pengaruh pemberian buah naga merah (H.Polyrhizus) terhadap kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi aloksan [skripsi]. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Rubenstein, D., Wayne, D., and Bradley, J. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rohila, A., and Ali, S. 2012. Alloxan Induced Diabetes; Mechanism and Effects. Department of Pharmaceutical Sciences. ISSN: 2229-3701. India Samosir, N.E. 2013. Pengaruh Kafein Terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. E Jurnal FK USU. Vol (1): 1-5. Song,
J., and Daruwala, R. 2002. Flavonoid inhibition of SVCT1 and GLUT2, intestinal trasporters for vitamin C and glucose. J. Biol. Chem. 2002.
Uji Aktivitas Kopi Ketan Hitam Sebagai Antihiperglikemik ............................(Faulenly., dkk)